Ridwan Suwidi Terima Penghargaan dari Menkeu

advertisement
Ridwan Suwidi Terima Penghargaan dari Menkeu
Sumber: www.inspirasibangsa.com
TANA PASER – Bupati Paser HM Ridwan Suwidi kembali menerima
penghargaan tingkat nasional. Kali ini penghargaan diraih dari Kementerian Keuangan
RI yang mengapresiasi Pemkab Paser dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan tahun 2013. Penghargaan diberikan Menkeu RI Muhamad Chatib Basri dan
diterima langsung Bupati HM Ridwan Suwidi di Gedung Dhanapala Kementerian
Keuangan RI, Jumat malam (12/9).
“Penghargaan ini merupakan buah keberhasilan Pemkab Paser mendapatkan
capaian standar tertinggi dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah, yakni
opini audit1 Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)2 pada laporan keuangan tahun anggaran
2013. Atas prestasi itu Pemkab Paser akan mendapat dana insentif daerah3 yang
mencapai miliaran rupiah,” terang bupati.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh jajaran SKPD Pemkab Paser
yang bekerja keras secara konsisten melakukan upaya peningkatan kualitas
pertanggungjawaban keuangan negara. Ia mengharapkan berbagai raihan penghargaan
dari pemerintah pusat ataupun provinsi kiranya menambah motivasi kinerja dalam
membangun Bumi Daya Taka.
Tidak ketinggalan bupati mengingatkan agar tidak cepat puas hingga membuat
lengah dan terbuai dengan prestasi yang telah diraih. Sebab, menurutnya
mempertahankan lebih berat dibanding upaya mencapainya.
Sementara, Menkeu Muhamad Chatib Basri mengatakan bahwa piagam
penghargaan apresiasi layak diberikan kepada pemerintah daerah yang berhasil meraih
opini WTP. Sebab, selain tuntutan atas transparansi yang kian kuat, nilai nominal
anggaran di pemerintah pusat dan daerah juga terus naik.
“Dengan diumumkan ke publik, kami harap para kepala daerah semakin
semangat untuk mendorong good governance4 di daerahnya masing-masing. Semoga
Sub Bagian Hukum – Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur
kerja keras yang dilakukan selama ini akan menjadikan Indonesia lebih baik lagi,”
katanya.
Sedang, Wakil Presiden Boediono mengatakan bahwa opini WTP merupakan
salah satu indikator keberhasilan pemerintah dalam pelaksanaan reformasi birokrasi 5.
Saat ini kualitas laporan keuangan memang telah menunjukkan perbaikan signifikan.
Tetapi capaian opini WTP bukanlah tujuan akhir. Melainkan hanya sasaran antara untuk
mencapai good governance dalam pengelolaan pemerintahan yang baik. Diraihnya opini
WTP oleh suatu institusi bukan jaminan instansi tersebut terbebas dari praktik-praktik
KKN6.
“Karena itu, selain meningkatkan kualitas laporan keuangan, yang tidak kalah
penting dilakukan adalah meningkatkan kualitas sistem pengendalian intern7. Saya
sampaikan apresiasi, namun pekerjaan belum selesai. Upaya peningkatan kualitas
laporan keuangan harus ditingkatkan, karena masih banyak Laporan Keuangan
Kementerian/Lembaga dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang belum dapat
WTP,” ujar wapres. (hms4/hh/one/k15)
Sumber Berita: Tribun Kaltim, Ridwan Suwidi Terima Penghargaan dari Menkeu,
15/9/2014.
Catatan:
Pemberian Dana Insentif Daerah (DID) merupakan salah satu cara pemerintah untuk
memotivasi pemerintah daerah agar capaian kinerja dalam melaksanakan tugas
utamanya yaitu melayani penduduk, mengelola wilayah, dan menyelenggarakan
pemerintahan benar-benar optimal. Program DID tersebut sudah dimulai sejak tahun
2010.
Tujuan program DID antara lain:
(a) mendorong agar daerah berupaya untuk mengelola keuangannya dengan lebih baik
yang ditunjukkan dengan perolehan opini BPK terhadap Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD);
(b) memotivasi daerah agar berupaya untuk selalu menetapkan APBD tepat waktu;
(c) mendorong agar daerah menggunakan instrumen politik dan instrumen fiskal untuk
secara optimal mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal dan
peningkatan kesejahteraan penduduknya.
Penentuan daerah penerima dan penghitungan besaran alokasi DID ditetapkan dengan
mempertimbangkan kriteria tertentu, yaitu kriteria kinerja utama; kriteria kinerja
Sub Bagian Hukum – Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur
keuangan; kriteria kinerja pendidikan; dan kriteria kinerja ekonomi dan kesejahteraan;
serta batas minimum kelulusan kinerja.
Kriteria kinerja utama merupakan kriteria yang harus dipenuhi sebagai penentu
kelayakan daerah penerima, meliputi daerah yang berprestasi dengan indikator
keberhasilannya antara lain perolehan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD),
penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang selalu tepat waktu,
dan daerah yang sudah melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat dengan baik.
Disamping untuk daerah yang berprestasi, DID dialokasikan juga bagi daerah yang
mengalami koreksi luas wilayah yang signifikan dan daerah yang terkena dampak
pemekaran, agar dapat menjaga kesinambungan dan stabilitas fiskal daerah. Selain itu,
dana tersebut juga bisa diberikan bagi pemerintah daerah yang mampu menjaga
ketahanan dan meningkatkan produktivitas pangan.
Pemerintah menetapkan Pedoman Umum dan Alokasi DID Tahun Anggaran (TA) yang
bersangkutan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Alokasi DID untuk TA
2013 dan TA 2014 masing-masing ditetapkan melalui PMK Nomor 202/PMK.07/2012
dan PMK Nomor 8/PMK.07/2014. Pada kedua PMK tersebut ditetapkan alokasi DID
sekitar Rp1,39 triliun untuk provinsi dan kabupaten/kota. Proporsi DID untuk daerah
provinsi ditetapkan sebesar 10 persen dari jumlah alokasi tersebut, sedangkan 90 persen
sisanya adalah proporsi untuk daerah kabupaten/kota.
DID dialokasikan untuk membantu daerah dalam rangka melaksanakan fungsi
pendidikan sebagai kebijakan Pemerintah Pusat. Selain itu, DID tidak dapat digunakan
untuk mendanai dana pendamping Dana Alokasi Khusus, kegiatan yang telah didanai
oleh Bantuan Operasional Sekolah dari Pemerintah Pusat, pendidikan kedinasan, hibah
kepada perusahaan daerah, dan bantuan sosial.
Penyaluran DID dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum
Negara ke Rekening Kas Umum Daerah secara sekaligus. Penyalurannya dilakukan
setelah daerah penerima menyampaikan Peraturan Daerah mengenai APBN/APBD
Tahun Anggaran yang bersangkutan dan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak dari
kepala daerah kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan. Pengawasan atas
pelaksanaannya dilakukan oleh aparat pengawas fungsional sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
1
Opini Audit: merupakan pernyataan atau pendapat profesional berupa kesimpulan pemeriksa mengenai
tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria: (1)
kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, (2) kecukupan pengungkapan (adequate
disclosures), (3) kepatuhan terhadap perundang-undangan, dan (4) efektivitas Sistem Pengendalian Intern.
Sub Bagian Hukum – Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur
2
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP): opini/pendapat yang menyatakan bahwa laporan keuangan entitas
yang diperiksa menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan
arus kas entitas tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
3
Dana Insentif Daerah (DID): merupakan dana penyesuaian dalam APBN/APBD Tahun Anggaran
bersangkutan yang digunakan dalam rangka pelaksanaan fungsi pendidikan, yang dialokasikan kepada
daerah dengan mempertimbangkan kriteria kinerja tertentu dan ditetapkan melalui PMK.
4
Good Governance: merupakan tata kelola pemerintahan yang baik. Good Governance berarti
kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas,
transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum dan dapat diterima oleh
seluruh masyarakat.
5
Reformasi birokrasi: merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar
terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan
(organisasi), ketatalaksanaan (business process) dan sumber daya manusia (aparatur).
6
KKN: Korupsi, kolusi, dan nepotisme. Korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara; setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001). Kolusi adalah
pemufakatan atau kerja sama secara melawan hukum antar penyelenggara negara atau antara
penyelenggara negara dengan pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat, dan atau negara.
Sedangkan nepotisme adalah setiap perbuatan penyelenggara negara secara melawan hukum yang
menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya diataskepentingan masyarakat, bangsa, dan
negara.
7
Pengendalian intern: suatu proses yang dijalankan oleh pimpinan badan yang berwenang pada entitas,
manajemen, dan pegawai lainnya yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan berikut: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektifitas dan efisiensi
operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Sub Bagian Hukum – Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur
Download