www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan HUBUNGAN PERAN GURU TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS Ambia Nurdin1) 1) Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Abulyatama Aceh Jl. Blang Bintang Lama Km 8,5 Lampoh Keude Aceh Besar, email: [email protected] Abstract: Some factors supporting occur sex behavior among teenagers, among others; environmental factors, the electronic media, the lack of information and lack of religious education. The school environment has contributed to the occurrence of free sex. Schools are less disciplined and ignored kaedah-kaedah religion, often no lessons during school hours. The aim of research to identify the role of teachers' relationship to knowledge about adolescent promiscuity. This study is a parallel analytic design with cross sectional study to identify the relationship of the teacher's role pengatahuan teens about sex include the variable role of teachers as educators and counselors and knowledge of adolescents about sex. This research was conducted in SMA Negeri 1 Indrapuri subdistrict, Aceh Besar district. Sampling was done by stratified random sampling with the number of respondents 82 people. This research was conducted in SMA Negeri 1 Indrapuri subdistrict, Aceh Besar District by distributing questionnaires. Univariate and bivariate data analysis using a computer program. The results showed no significant correlation between the teacher's role as a teacher and mentor teens about sex in which the test results obtained by statistical P-value = 0.006 where the result is less than the value of α = 0.05. Knowledge of adolescents about sex is strongly influenced by the role of a good teacher. Expected in educational institutions SMA N 1 Subdistrict Indrapuri to play well in fostering the students and teach them about sex. Keywords : Up to six keywords should also be included Abstract : Beberapa factor pendukung terjadi perilaku seks bebas di kalangan remaja antara lain; factor lingkungan, media elektronik, kurangnya informasi dan kurangnya pendidikan agama. Lingkungan sekolah turut mendorong terjadinya perilaku seks bebas. Sekolah kurang berdisiplin dan tidak menghiraukan kaedah-kaedah agama, sering tidak ada pelajaran pada waktu jam sekolah. Tujuan penelitian untuk mengindentifikasikan hubungan peran guru terhadap pengetahuan remaja tentang seks bebas. Penelitian ini bersifat analitik desain parallel dengan pendekatan cross sectional study untuk mengindentifikasikan hubungan peran guru terhadap pengatahuan remaja tentang seks bebas meliputi variabel peran guru sebagai pengajar dan pembimbing dan pengetahuan remaja tentang seks bebas. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar. Pengambilan sampel dilakukan dengan stratified random sampling dengan jumlah responden 82 orang. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar dengan menyebarkan kuesioner. Analisa data univariat dan bivariat menggunakan program computer. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara peran guru sebagai pengajar dan pembimbing remaja tentang seks bebas dimana hasil uji dengan statistic didapatkan P-value = 0,006 dimana hasil tersebut lebih kecil dari pada nilai α = 0,05. Pengetahuan remaja tentang seks bebas sangat dipengaruhi oleh peran guru yang baik. Diharapkan pada instansi pendidikan SMA N 1 Kecamatan Indrapuri untuk berperan dengan baik dalam membina siswa dan memberikan pemahaman tentang seks bebas. Kata kunci : Peran guru, Pengetahuan Remaja, Seks Bebas Volume 1, No. 1, Januari 2017 74 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan Dalam pembangunan yang sehat serta resiko-resiko yang dapat terjadi. kesehatan di tengah beban dan permasalahan Sehingga para remaja dapat lebih bertanggung kesehatan seperti pergaulan bebas yang semakin jawab dalam mempergunakan dan mengendalikan meningkat, untuk hasrat seksualnya. Penelitian menunjukkan bahwa menghadapinya.Salah satu anggota masyarakat pendidikan seks dapat mencegah perilaku seks yang paling bermasalah dalam pergaulan bebas bebas yang dewasa ini di Indonesia semakin terus adalah remaja (Antara, 2009). meningkat angka kejadiannya (Boyke, 2003). World melaksanakan dibutuhkan Health strategi Organisation (WHO) Masalah penyimpangan seksual pada remaja memberikan defenisi tentang remaja yang bersifat puber konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukan pengaruh-pengaruh yang menimbulkan masalah tiga criteria yaitu, biologis, psikologis, dan social genetika dan lingkungan. Cenderung pada satu ekonomi. Maka secara lengkap definisi tersebut factor saja yaitu lingkungan yang rusak dengan berbunyi sebagai berikut : remaja adalah suatu asumsi bahwa lingkungan itu terbentuk dari masa ketika : Individu berkembangan dari saat berbagai pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual penyimpangan dalam kehidupan seorang remaja. sekundernya sampai saat mencapai kematangan Lingkungan yang buruk dapat merusak remaja, seksual. Individu yang mengalami perkembangan begitu pula lingkungan yang baik akan mampu psikologis dan ketergantungan social-ekonomi memperbaiki pengaruh yang paling pertama yang yang penuh kepada keadaan yang relative lebih diterima oleh induvidu (Yusuf, 2009). mandiri (Sarwono, 2008). dan pemuda tidak pencampuran terlepas yang dari muncul Perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan Memberikan pendidikan seks kepada remaja remaja khususnya remaja yang belum menikah tidaklah mudah. Masih banyak orang tua dan cenderung meningkat dan sengat memprihatinkan. pendidik yang merasa susah dan tidak mengerti Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian kapan dan bagaimana harus memulainya. Bahkan bahwa yang menunjukkan usia remaja ketika sebagian dari mereka masih beranggapan bahwa pertama kali mengadakan hubungan seksual aktif membicarakan masalah seks apalagi kepada bervariasi anatra usia 14-23 tahun dan usia anak-anak adalah hal yang kotor dan tidak pantas. terbanyak antara 17-18 tahun (Fuad,2003). Padahal mengajarkan seks kepada remaja bukan Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan mengajarkan cara-cara berhubungan seks semata, dalam tingkah laku yang beraneka ragam, mulai melainkan lebih kepada upaya memberikan dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan pemahaman kepada remaja sesuai dengan usianya, tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, mengenai memegang alat kelamin, dan melakukan senggama fungsi-fungsi alat seksual dan masalah-masalah naluriah alamiah yang timbul, (Nugraha, 2008). pentingnya menjaga dan memelihara organ intim Menurut data survey Komisi Perlindungan mereka, disamping itu juga memelihara pergaulan Anak Indonesia (KPAI) melaporkan sebanyak Volume 1, No. 1, Januari 2017 75 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan 32% remaja usia 14-18 tahun dikota-kota besar di pra nikah (Depkes RI, 2006). Indonesia pernah berhubungan seks luar nikah. Hasil penelitian terhadap sejumlah remaja Kota-kota yang dimaksud antara lain Jakarta, SMA di DKI Jakarta dan Banjarmasin, 90% Surabaya, dan Bandung. Data BKKBN (2008) remaja megakui bersenggam dengan tangan dan juga melaporkan sebanyak 63% remaja di 61% sudah berciuman. Dari 400 responden beberapa kota besar telah melakukan seks. masing-masing kota, 6-7% sudah meraba alat Hubungan seks yang mereka lakukan ini juga kelamin dan 1-2% sampai bersenggama (Armaidi, dilandasi pemikiran bahwa berhubungan seks satu 2007). kali tidak menyebabkan kehamilan. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Badan penelitian PKBI (2005), di kota Palembang, Koordinasi Kupang, Cirebon, Tasik Malaya dan Singkawang (BKKBN) bekerjasama dengan Pusat Penelitian juga menunjukkan bahwa 9,1% remaja wanita Kependudukan dan Sumber Daya telah melakukan hubungan seks dan 85% Universitas Syiah Kuala tahun 2005 pada siswa di melakukan hubungan seks pertama kali pada usia provinsi Nanggroe Aceh Darussalam didapatkan 13-15 tahun di rumah mereka dengan pacar. bahwa 4 kabupaten yaitu Kota Banda Aceh, Kota Sedangkan menurut WHO (2007) yang melakukan Sabang, Aceh Tamiang, dan Aceh Tenggara penelitian di Cianjur, Jawa Barat bahwa remaja sebanyak belum menikah yang pernah melakukan hubungan hubungan seks bebas (bersenggama) dari 588 seks yaitu pada perempuan usia 15-19 tahun responden dengan rincian perkabupaten sebagai sebanyak 34,7%, sedangkan pada laki-laki berikut : 6,2% dari 194 responden Kota Banda sebanyak 30,9%. Remaja yang melakukan Aceh, 3,5 % dari 145 responden Aceh Tenggara, hubungan seksual pertama kalinya saat duduk 3% dari 101 responden Kota Sabang, dan 0,75 dibangku sekolah sebanyak 42,3% (Annisa dari 148 responden Aceh Tamiang (Yakita, 2007). Foundation, 2006). Keluarga 3% Berencana mengaku sudah Nasional Manusia melakukan Di Aceh Besar, tahun 2009 ditemukan data Penelitian yang dilakukan oleh berbagai remaja yang melakukan khalwat yaitu berumur institusi di Indonesia selama kurun waktu tahun 10-14 tahun sebanyak 1 orang dan berumur 15-20 1993-2002, menemukan bahwa 5-10% wanita dan tahun sebanyak 40 orang. Jumlah ini terbagi lagi 18-38% pria muda berusia 16-24 tahun telah menurut jenis kelamin yaitu, remaja laki-laki melakukan hubungan seksual pra nikah dengan sebanyak 17 orang dan remaja perempuan pasangan yang seusia mereka 3-5 kali. Penelitian sebanyak 23 orang.Pada data yang diperoleh juga dilakukan oleh Universitas Diponegoro tersebut terlihat jelas lebih banyak remaja putri bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Jawa yang melakukan khalwat dibandingkan remaja Tengah, (2005) dengan sampel 600.000 responden putra (Dinas Syariat Islam, 2009). menyatakan bahwa sekitar 60.000 atau 10% siswa Menurut survey yang peneliti lakukan di SMU Se-Jawa Tengah melakukan hubungan seks SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri dengan Volume 1, No. 1, Januari 2017 76 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan mewawancarai 8 siswa, didapatkan bahwa remaja-remaja tersebut tidak memiliki b. Ahmad Tafsir mengemukakan pendapat bahwa guru ialah orang-orang yang pengetahuan maksimal tentang perilaku seksual, bertanggung jawab terhadap perkembangan sehingga mereka terbiasa melakukan perilaku anak tersebut tanpa mengetahui bahwa sesungguhnya perkembangan seluruh potensi anak didik, hal tersebut adalah bentuk perilaku seks bebas. baik Mereka psikomotorik. juga mengatakan tidak pernah didik potensi dengan afektif, mengupayakan kognitif maupun mendapatkan informasi dari orang tua mau guru c. Sedangkan menurut Hadari Nawawi bahwa tentang pendidikan seks awal yang diperlukan oleh pengertian guru dapat dilihat dari dua sisal. remaja secara mendetail. Mereka juga mengatakan Pertama secara sempit, guru adalah ia yang banyak yang tidak tahu persis bagaimana bahaya berkewajiban mewujudkan program kelas, dan resiko seks bebas. Pengetahuan seks yang yakni orang yang kerjanya mengajar dan meraka dapatkan hanya sekedar informasi dan memberikan pelajaran di kelas. Sedangkan bukan mereka secara luas diartikan guru adalah orang yang mendapatkannya dari media elektronik, media bekerja dalam bidang pendidikan dan cetak, pengajaran yang ikut bertanggung jawab pendidikan teman dan seks, hal biasanya lain yang dapat mempengaruhi mereka dalam bergaul. Data yang diperoleh dari salah seorang guru di SMA dalam membantu anak-anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing. tersebut, mengatakan bahwa belum pernah ada penyuluhan tentang seks bebas di sekolah, baik dari dinas kesehatan maupun dari instansi lainnya, dan guru-guru juga jarang memberikan pendidikan tentang seks kepada siswanya. Hal ini disebabkan karena guru berangapan hal tersebut masih tabu untuk dibicarakan. Peran Guru Disekolah guru berperan sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai hasil pembelajaran peserta didik, pengarang pembelajaran, dan pembimbing peserta didik. Sedangkan dalam keluarga, guru berperan sebagai pendidik dalam keluarga (pamily educator) (Taruna, 2009). KAJIAN PUSTAKA Pengertian Guru Pengertian guru menurut beberapa para Menurut WF Connell dalam Anonymous (2009), dalam membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) ahli : pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) a. Menurut Ngalim Purwanto bahwa guru ialah komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap kepandaian kepada seseorang atau sekelompok lembaga. orang. Volume 1, No. 1, Januari 2017 77 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah a. Pendidik Peran guru sebagai pendidik (nurturer) laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut (supporter), oleh tugas-tugas pengawasan dan bangsa dan negaranya, mempunyai pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak dalam itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah mengembangkan kemampuannya lebih lanjut. dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. d. Pelajar masyarakat dan pengetahuan untuk Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang pertumbuhan dan perkembangan anak untuk guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas jaman.Pengetahuan tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan keterampilan dasar, persiapan untuk perkawinan yang berkaitan dengan pengembangan tugas dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. maupun tugas kemanusiaan. b. Model e. Komunikator Peran guru sebagai model atau contoh bagi Peranan guru dan keterampilan sebagai komunikator anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka pembangunan dapat menjadi contoh atau model baginya.Oleh diharapkan karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang pembangunan di segala bidang yang sedang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dilakukan. dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya. bangsa dan negara. f. Administrasi guru dapat Ia berperan dapat Seorang guru aktif dalam mengembangkan Guru sebagai administrator. Seorang guru c. Pengajar dan Pembimbing Peranan masyarakat. yang dan tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap juga sebagai administrator pada bidang pendidikan guru pengetahuan, dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala sekolah dan pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa mengajar perlu diadministrasikan secara baik. tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih Sebab administrasi yang dikerjakan seperti pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar harus seperti sebagai pengajar memberikan persiapan perkawinan Volume 1, No. 1, Januari 2017 78 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan dan sebagainya merupakan dokumen yang peran guru dalam proses pembelajaran peserta berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya didik, yang mencakup : dengan baik. a. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan di g. Setiawan Dalam Lembaga Pendidikan Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems). b. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat dapat melalui memimpin,merangsang, menggerakkan, dan pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai insidental. dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai secara langsung menciptakan situasi, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan orang sumber (resourceperson), konsultan bahwa dalam pengertian pendidikan secara luas, kepemimpinan yang bijaksana dalam arti seorang guru yang ideal seyogyanya dapat demokratik & humanistik (manusiawi) selama berperan sebagai : proses berlangsung (during teaching problems). a. Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan. mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan b. Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan. c. Transmitor c. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan proses (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik. d. Transformator (penterjemah) pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam prosesnya maupun kualifikasi produknya. Selanjutnya, dalam konteks proses belajar pribadinya dan perilakunya, dalam proses mengajar di Indonesia, Abin Syamsuddin interaksi dengan sasaran didik. menambahkan satu peran lagi yaitu sebagai e. Organisator (penyelenggara) terciptanya proses pembimbing (teacher counsel), di mana guru edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, dituntut untuk mampu mengidentifikasi peserta baik secara formal (kepada pihak yang didik yang diduga mengalami kesulitan dalam mengangkat dan menugaskannya) maupun belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau secara moral (kepada sasaran didik, serta Tuhan masih yang menciptakannya). membantu pemecahannya (remedial teaching) dalam batas kewenangannya, harus (Taruna, 2009). Sedangkan dalam pengertian pendidikan Moh. Surya (2002) mengemukakan tentang yang terbatas, Abin Syamsuddin dengan mengutip peranan guru di sekolah, keluarga dan masyarakat. pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan Di sekolah, guru berperan sebagai perancang Volume 1, No. 1, Januari 2017 79 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai berperan hasil pembelajaran peserta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi didik, pengarah pembelajaran dan pembimbing peserta didik. Sedangkan dalam keluarga, guru berperan sebagai untuk menyampaikan berbagai kepada masyarakat. Di pandang dari segi diri-pribadinya (self pendidik dalam keluarga (family educator). oriented), seorang guru berperan sebagai : Sementara itu di masyarakat, guru berperan a. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang sebagai pembina masyarakat (social developer), yang harus memberikan pelayanan kepada penemu masyarakat (social inovator), dan agen masyarakat. masyarakat (social agent)(Taruna, 2009). b. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus Lebih jauh, dikemukakan pula tentang senantiasa belajar secara terus menerus untuk peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas mengembangkan penguasaan keilmuannya. pengajaran dan administrasi pendidikan, diri c. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua pribadi (self oriented), dan dari sudut pandang peserta didik bagi setiap peserta didik di psikologis (Taruna, 2009). sekolah. Dalam hubungannya dengan aktivitas d. model keteladanan, artinya guru adalah model pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru perilaku yang harus dicontoh oleh mpara berperan sebagai : peserta didik. a. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan. Peserta didik diharapkan akan merasa aman b. Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara pakar dalam bidangnya, yaitu d. Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik melaksanakan disiplin. e. Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar pendidikan dapat generasi muda, artinya jawab untuk mengarahkan guru perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa depan; dan g. Penerjemah kepada masyarakat, yaitu guru Volume 1, No. 1, Januari 2017 berperan sebagai : merupakan seorang yang memahami psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. b. Seniman dalam hubungan antar manusia (artist berlangsung dengan baik. bertanggung Dari sudut pandang secara psikologis, guru a. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru menguasai bahan yang harus diajarkannya. f. Pemimpin berada dalam didikan gurunya. dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan. c. Seorang e. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. in human relations), artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan. c. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu 80 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan mampu mambentuk menciptakan kelompok terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan tujuan pendidikan. manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru d. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan menciptakan orang suatu yang yang pembaharuan bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di mampu tengah-tengah peserta didiknya. Jika guru tidak bagi memahami mekanisme dan pola penyebaran membuat suatu hal yang baik. informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk e. Petugas kesehatan mental (mental hygiene secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan worker), artinya guru bertanggung jawab bagi kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, terciptanya kesehatan mental para peserta didik. orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu Sementara itu, Doyle sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukan dua peran utama guru dalam pembelajaran yaitu menciptakan keteraturan (establishing order) dan memfasilitasi proses belajar (facilitating learning). Yang dimaksud keteraturan di sini mencakup hal-hal yang terkait langsung atau tidak langsung dengan proses pembelajaran, seperti : tata letak tempat duduk, disiplin peserta didik di kelas, interaksi peserta didik dengan sesamanya, interaksi peserta didik dengan guru, jam masuk dan keluar untuk setiap sesi mata pelajaran, pengelolaan sumber belajar, pengelolaan bahan belajar, prosedur dan sistem yang mendukung proses pembelajaran, lingkungan belajar, dan lain-lain. Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan guru tidak terjebak pada praktek pengajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung. dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan KONSEP PENGETAHUAN Pengetahuan adalah segala sesuatu yang dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. diketahui Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah mengembangkan proses pembelajaran peserta seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi objek satu-satunya orang yang paling well informed pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian Volume 1, No. 1, Januari 2017 atau tertentu, kepandaian. yakni indera Pengetahuan pengliatan, 81 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan telinga. Pengetahuan/kognitif merupakan meramalkan dan sebagainya. domain yang sangat penting dalam pembentukan c. Application (Aplikasi) tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk Menurut Hidayat (2002) dalam Sarwono (2008), kegiatan-kegiatan dalam domain menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi pengetahuan adalah sebagai berikut : disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau a. Kesiapan pengetahuan yang dapat segera penggunaan muncul bila diperlukan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya. b. Penafsiran informasi secara komprehensif c. Pengaplikasian pengetahuan yang diperoleh d. Analysis (Analisis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk d. Mengenalisa terhadap pengetahuan menjabarkan e. Mensintesa terhadap pengetahuan komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu f. Mengadakan evaluasi terhadap pengetahuan struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2005), materi/objek ke dalam sama lain. Kemampuan analisi ini dapat dilihat dari pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif penggunaan mempunyai 6 tingkatan yaitu : menggambarkan (membuat bagan), membedakan, a. Know (Tahu) memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu e. Synthesis (Sintesis) materi yang telah di pelajari sebelumnya. kata-kata, seperti dapat Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah untuk mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik bagan-bagan didalam suatu bentuk keseluruhan dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu yang telah di terima. Oleh sebab itu merupakan kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang menyusun, apa menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori yang di menyabutkan, pelajari antar menguraikan, lain dengan mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Comprehension (Memahami) Memahami diartikan sebagai kemampuan meletakkan atau merencakan, menghubungkan meringkaskan atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluation (Evalusi) Evaluasi ini berkaitan degan kemampuan untuk melakukan justifikasi/ penilaian terhadap untuk menjelaskan secara benar tentang objek suatu yang diketahui dan dapat menginterprestasikan didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan meteri tersebut dengan benar. Orang yang telah sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang pahan terhadap objek atau meteri harus dapat telah ada. Volume 1, No. 1, Januari 2017 objek/ materi.Penilaian-penilaian itu 82 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan 1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia KONSEP REMAJA Remaja adalah individu antara umur 10-19 menunjukkan tanda-tanda seksual sekundrnya tahun.Istilah yang lebih luas kaum muda meliputi umur 15-24 tahun.Kemudian ini menunjukkan sampai saat ia mencapai kematangan seksual. 2. Individu yang mengalami bahwa yang harus diperhatikan adalah kebutuhan psikologis anak remaja umur 10-24 tahun, kecuali ada kanak-kanak menjadi dewasa. pengecualian.Keadaan remaj dan kebutuhan sangat tergantung pada kadang-kadang beberapa perlu di pola identifikasi dari 3. Terjadi peralihan dan ketergantungan social karakteristik, sesuaikan dan perkambangan ekonomi yang penuh kepada keadaan yang dengan relatif lebih mandiri (Sarwono,2008). karakteristik individu misalnya, umur, aktivitas Menurut Rusasri (2006) dalam Yusuf Madani seksual, pendidikan yang diterima di sekolah, mengemukakan, masalah yang sering ditemukan status ketenagakerjaan, seperti halnya posisi pada usia remaja adalah : mereka 1. pada umur-umur tersebut (Martaadisoebrata, 2005). Akne atau jerawat, yang dapat menimbulkan gangguan emosional Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu yang 2. terkait (seperti biologi dan ilmu faal) remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik remaja 3. ketika alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh umumnya memperoleh bentuknya yang Myopia, biasanya mulai timbul pada usia Kelainan ortopedik berupa kiposis atau skoliosis 4. Penyakit infeksi, musalnya tuberculosis yang sempurna. Secara faal, alat-alat kelamin tersebut sering dijumpai akibat daya tahan tubuh usia sudah berfungsi secara sempurna pula. Pada remaja yang menurun akhirnya dari perkembangan fisik seorng pria 5. Defesiensi besi, terutama pada remaja berotot dan berkumis/berjenggot dan mampu perempuan dengan datangnya haid dan menghasilkan beberapa ratus sel sperma setiap kali kurangnya masukan besi ejekulasi. Dipihak lain, seorang wanita 6. Obesitas, biasanya terjadi pada golongan berpayudara dan berpinggul besar dan setiap remaja tertentu karena pola makan yang bulannya mengeluarkan sebuah sel telur dari kurang baik indung telurnya (Sarwono, 2008). WHO memberikan defenisi tentang remaja 7. Keadaan lain sebagai akibat gangguan emosional atau kenakalan remaja yang bersifat konseptual. Dalam defenisi tersebut Pada masa remaja ketegangan emosional dikemukan tiga criteria yaitu biologis, psikologis, yang bertambah dan dorongan kebutuhan bilogis dan social ekonomi. Maka secara lengkap defenisi harus disesuaikan dengan keinginan dan harapan tersebut berbunyi sebagai berikut: remaja adalah masyarakat atau lingkungan. Tuntutan masyarakat suatu masa ketika : terhadap golongan remaja ini sudah pasti akan berlainandengan yang diharapkan dari anak pada Volume 1, No. 1, Januari 2017 83 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan masa tumbuh-kembang berikutnya dalam sebelumnya. perkambangan Tahap psikologis mencakup kemampuan bergaul denagn orang lain, disamping dengan orang tua sendiri untuk remaja bermasalah, namun mereka dapat memengaruhi remaja lain yang niat dan tekadnya kurang kuat (Kairos, 2010). Soetjiningsih (2004) membagi permasalahan menhindari rasa terpencil dalam menghadapi remaja tantangan pada berbagai kagiatan fisis seperti terganggunya dalam bidang olahraga, jalinan persahabatan atau terlarang, (3) terganggunya kesehatan jiwa, (4) pengalaman seksual. Salah satu aspek peningkatan masalah kesehatan gigi, (5) penyakit yang terkait keakraban adalah adanya keinginan berbagi rasa dengan lingkungan bersih, (6) gangguan kesehatan dan bertenggang rasa yang merupakan inti untuk karena hubungan seks, dan (7) trauma fisik dan timbulnya psikis karena sebagai korban kekerasan (Khairos, empati. Tahap perkembangan selanjutnya adalah adanya kerikatan dengan orang menjadi tujuh kategori, yaitu: nutrisi, (2) penggunaan (1) obat 2010). lain, seperti dalam hal percintaan, pacaran, perkawinan, dan hal-hal lain yang menuntut KONSEP SEKS BEBAS Seks merupakan naluri alamiah yang dimiliki adanya suatu tanggung jawab (Sri, 2008). Sementara itu, masalah perilaku yang perlu oleh setiap makhluk hidup di muka bumi diwaspadai adalah saat anak tersebut melakukan ini.Bukan hanya manusia yang memiliki naluri perilaku berisiko tinggi, secara perorangan atau seks, tetapi juga termasuk hewan dan makhluk berkelompok, di antaranya masalah narkotik dan hidup lainnya (tumbuhan).Seks diperlukan untuk zat adiktif lain (Napza), merokok, sampai pada menjaga kelangsungan hidup hidup suatu spesies masalah pada atau suatu kelompok (jenis) makhluk hidup.Tujuan kecelakaan lalu lintas, kawin muda, serta aborsi utama dari seks adalah untuk repeuduksi buat (Boyke, 2009). kepentingan regenerasi.Artinya setiap makhluk perilaku yang berdampak Berdasarkan data dari PBB, lebih dari 2.000 hidup melakukan seks untuk memperoleh karena keturunan agar dapat menjaga dan melestarikan kecelakaan lalu lintas. Sedangkan menurut laporan keturunannya.Selain itu tujuan seks adalah sebagai global WHO dan UNICEF, setiap tahun 830.000 sarana untuk memperoleh kepuasan dan relaksasi anak hingga remaja usia 19 tahun tewas akibat dalam kehidupan (Syamsu, 2009). anak meninggal dunia setiap hari berbagai kecelakaan. Ketua Divisi Tumbuh Kegiatan seks (bagi manusia) hanya boleh dr dilakukan ketika sudah ada ikatan yang sah antara Soedjatmiko SpA(K) MSi mengatakan, terjadinya laki-laki dan perempuan, ikatan itu disebut dengan remaja bermasalah karena beberapa sebab, di nikah. Hubungan seks yang dilakukan diluar antaranya keinginan remaja yang tidak sesuai pernikahan merupakan suatu pelanggaran terhadap dengan orangtua, guru, teman, aturan hukum, serta norma-norma moral agama. Sebenarnya hanya sebagian kecil norma-noram yang berlaku lainnya) dan merupak Kembang dan Pediatri Sosial Volume 1, No. 1, Januari 2017 FKUI (baik norma agama maupun 84 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan suatu perbuatan dosa yang besar dan sangat berat hal-hal yang berbau pornografi sekarang ini hukumannnya (Sarwono, 2008). menyebabkan Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan diluar ikatan pernikahan, baik suka sama semakin meningkatnya angka perilaku seks bebas di dalam masyarakat (Depkes, 2006). suka atau dalam dunia prostitusi. Seks bebas bukan hanya dilakukan oleh kaum remaja bahkan yang telah berumah tangga pun sering melakukannya dengan orang yang bukan pasangannya.Biasanya dilakukan dengan alasan mencari variasi seks ataupun sensasi seks untuk mengatasi kejenuhan (Boyke, 2009). Seks bebas sangat tidak layak dilakukan mengingat resiko yang sangat besar. Pada remaja biasanya akan mengalami kehamilan diluar nikah yang memicu terjadinya aborsi. Ingat aborsi itu sangatlah berbahaya dan beresiko kemandulan bahkan kematian. Selain itu tentu saja para pelaku seks bebas sangat beresiko terinfeksi virus HIV yang menyebabkan AIDS, ataupun penyakit menular seksual lainnya (Boyke, 2009). Seks bebas merupakan pengaruh budaya yang datang dari barat dan kemudian diadopsi oleh masyarakat Indonesia tanpa memfilternya terlebih dahulu. Revolusi seks yang mencuat di Amerika Serikat dan Eropa pada akhir tahun 1960-an sudah mermabah masuk kenegeri kita tercinta ini melalui piranti teknologi informasi dan saran-sarana hiburan lainnya semakin canggih. Sekarang, untuk mendapatkan suatu video, gambar dan cerita-cerita tentang seks dan pornografi lainnya sangat mudah, tinggal cari di internet dengan mengunjungi situs-situs yang meyediakan layanan dewasa tersebut selain itu juga film-film dewasa tersebut juga sudah dijual oleh para pedagang kaset dan video.Begitu mudahnya akses untuk mendapatkan Volume 1, No. 1, Januari 2017 Penyebab Timbulnya Perilaku Seks Bebas pada Remaja Berkembangnya naruli seks akibat matangnya alat-alat kelamin sekunder, membuat pengetahuan remaja mengenai seks menjadi besar. Namun karena kurangnya informasi mengenai seks dari orangtua dan dari sekolah/ lembaga formal membuat para remaja mencari informasi seks dari media massa yang tidak sesuai dengan norma-norma yang dianut seperti dari media cetak dan elektronika, teman sebaya, dan pergaulan sosial. Sumber informasi yang paling besar bagi mereka adalah media massa 70%, peran orang tua kurang begitu menonjol 45%) sedangkan peran guru sebagai sumber informasi sebesar 62%. Salah satu faktor lain yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah adalah membaca buku porno dan menonton blue film (Anton, 2009). Menurut dr. H. Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS dalam seminarnya: Salah satu perubahan terpenting dengan matangnya alat kelamin sekunder tadi mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya. Kenikmatan tentang cinta dan seks yang ditawarkan oleh berbagai informasi, baik berupa majalah, tayangan telenovela, film, internet yang mengakibatkan fantasi-fantasi seks mereka berkembang dengan cepat, dan bagi mereka yang tidak dibekali dengan nilai moral dan agama yang kukuh, fantasi-fantasi seks tersebut ingin 85 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan disalurkan dan dibuktikan melalui perilaku seks Dampak Perilaku Seks Bebas pada Remaja bebas maupun perilaku seks pranikah saat mereka Seks bebas memiliki banyak konsekwensi pacaran. Disinilah titik rawannya. Gairah seks misalnya, penyakit menular seksual (PMS), selain yang memuncak pada pria terjadi pada usia 18-20 juga infeksi, infertilitas dan kanker. Tidak heranlah tahun, padahal diusia tersebut mereka masih makin bersekolah/kuliah mungkin pengguguran kandungan, dan penyakit kelamin mereka maupun penyakit menular seksual di kalangan menyalurkan gairah seks mereka yang tinggi remaja (termasuk HIV/AIDS), terputusnya sekolah, dengan melakukan seks diluar nikah. perkawinan melakukan sehingga pernikahan. tidak Akibatnya banyak kasus kehamilan usia muda, pranikah, perceraian, Penyebab seks bebas di kalangan remaja penyalahgunaan obat, merupakan akibat buruk lainnya adalah faktor lingkungan, baik lingkungan petualangan cinta dan seks yang salah disaat keluarga pergaulan. remaja. Tidak jarang masa depan mereka yang Lingkungan keluarga yang dimaksud adalah cukup penuh harapan hancur berantakan karena masalah tidaknya pendidikan agama yang diberikan cinta dan seks. orangtua, cukup tidaknya kasih sayang dan Makin banyak seseorang melakukan fantasi seks perhatian dari makin cenderung untuk melakukan aktifitas seks, keluarganya, cukup tidaknya keteladanan yang sementara perasaan berdosa, mitos-mitos yang diterima sang anak dari orangtuanya. Apabila tidak, menakutkan, kehamilan yang tidak diinginkan, maka anak akan mencari tempat pelarian di berbagai jalan-jalan serta di tempat-tempat yang tidak mereka.Akibatnya sering terjadi konflik di dalam mendidik mereka. Anak akan dibesarkan di jiwa mereka dan tentunya keadaan ini dapat lingkungan yang tidak sehat bagi pertumbuhan mengganggu jiwanya. Anak akan tumbuh di lingkungan intelektualitasnya.(Anton. 2009). maupun yang lingkungan diperoleh sang anak penyakit kelamin menghantui perkembangan pergaulan bebas. Remaja masa kini yang mengaku Secara psikologis seks pra nikah memberikan dirinya anak gaul ditandai dengan nongkrong di dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui kafe, mondar-mandir di mal, gaya fun, berpakaian dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua serba sempit dan ketat yang memamerkan lekuk belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah tubuh, dan mempertontonkan bagian tubuhnya menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat yang seksi. Akibatnya, remaja anak gaul inilah atau akan sering menjadi cemoohan lingkungan yang biasanya menjadi korban dari pergaulan sekitarnya (Sarwono, 2008). bebas, di antaranya terjebak dalam perilaku seks bebas (Fuad, 2003). Pakar seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha dalam seminarnya menjelaskan bahwa: Dari sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai gangguan. Diantaranya, terjadi kehamilan Volume 1, No. 1, Januari 2017 86 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan yang tidak di inginkan. Selain tentunya Siswa yang menunjukkan perilaku demikian kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi salah kemungkinan besar disebabkan tidak adanya satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak di kesesuaian tingkat perkembangan dan tidak sesuai inginkan. Keadaan ini juga bisa dijadikan bahan dengan nilai moral yang berlaku. Perilaku ini tentu pertanyaan tentang kualitas anak tersebut, apabila saja akan mengganggu siswa untuk mencapai ibunya sudah tidak menghendaki.Seks pranikah, perkembangan berikutnya, bahkan tidak sedikit juga bisa meningkatkan resiko kanker mulut rahim. yang mengakibatkan kegagalan dalam belajar Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum (Tode, 2006). usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali lipat. Keadaan siswa di sekolah merupakan tanggung jawab pihak sekolah. Siswa perlu mendapat perhatian Ini bisa serta dilakukan perlakuan secara melalui proses PERAN GURU TERHADAP PENGETAHUAN bijak. REMAJA TENTANG SEKS BEBAS pendidikan, bimbingan, dan latihan. Kewenangan Sekolah sebagai tempat berlangsungnya khusus untuk menangani siswa yang bermasalah pendidikan tentu saja memungkinkan siswa untuk ada pada guru pembimbing atau konselor sekolah. melakukan sosialisasi. Dari pergaulan dengan Peran teman berkedudukan sebagai pemberi bantuan kepada sebaya, guru, teman satu sekolah, guru pembimbing pada hakikatnya akan orang lain yang membutuhkan pertolongan, akan sebagaimana dikemukakan oleh Prayitno (2004) merubah tingkah laku dan perilakunya (Herman, bahwa pada dasarnya adalah membantu individu 2008). dan lingkungan dekat mempercepat sekolah, proses semuanya sosialisasi yang kelompok untuk mengurangi sampai lambat seminimal mungkin dampak sumber-sumber terjadinya proses sosialisasi tersebut adalah permasalahan; mengatasi permasalahan yang kedekatan anak di dalam kelompok bermainnya. dihadapi Apalagi anak sedang mengalami masalah di dalam mengembangkan diri individu dan kelompok keluarganya, sehingga anak menemukan tempat seoptimal mungkin (Tarmizi, 2010). Yang menentukan cepat atau oleh individu dan kelompok; untuk mencurahkan perasaannya itu dalam Sekolah menengah mempunyai peranan kelompok bermain. Dalam kelompok bermain, dalam mempersiapnkan siswa untuk memasuki jika anak mempunyai teman-teman yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam upaya perilaku buruk, seperti suka melawan, suka mempersiapkan siswa tersebut pada tingkat SMA, berkelahi maka anakpun memiliki kecenderungan keberadaan serta peran guru pembimbing sangat untuk meniru perilaku temannya tersebut. Dengan dibutuhkan, sehingga dapat memberikan pelayana kata turut bimbingan kepada siswa yang memerlukan. Anak bagaimana se usia SMA merupakan remaja yang penuh lain menentukan kuantitas atau pergaulan mempengaruhi anak terbentuknya perilaku anak (Taruna, 2009). Volume 1, No. 1, Januari 2017 dengan persoalan-persoalan dan dapat membuat 87 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan mereka menjadi binggung bila tidak mendapat mengontrol perkembangan perilaku remaja (Tode, bantuan yang tepat, sehingga dapat membawa 206). mereka kepada perbuatan yang melanggar norma Serta pendidikan seks harus diberikan sejak hokum social seperti melakukan hubungan seks dini agar mereka sadar bagaimana menjaga supaya bebas (Fatckhurrahman dkk, 2006). organ-organ reproduksinya tetap sehat. Sebenarnya Pendidik seksualitas sebaiknya memahani ilmi-ilmu biologis, psikologis, pedagogi, dalam masalah reproduksi ini, peran orang tua dan guru diharapkan lebih menonjol karena antropologi dan filsafat moral. Johan Suban Tukan bagaimanapun juga mereka juga berperan sebagai (1984) menjelaskan bahwa pendidik seksualitas filter atau penyaring bagi informasi yang akan yang arti diberikan kepada remaja, berbeda bila informasi perkembangan manusia sejak dalam kandungan diperoleh dari media masa yang sering kali tanpa sampai akhir hayat. Jadi perkembangan manusia penyaringan terlebih dahulu. Dalam upaya secara biologis, sosiologis dan moral religious (Sri, pemberian informasi mengenai masalah reproduksi 2008). bagi remaja, khususnya di sekolah, perlu peran baik adalah yang menyadari Menurut Dr. Boyke Dian Nugraha upaya guru ditingkatkan. Bagi guru terutama kepada guru untuk menanggulangi seks bebas di kalangan Bimbingan dan Konseling diharapakan dapat remaja adalah : Orangtua sebagai penanggung membina para remaja tersebut menuju kemasa jawab utama terhadap perilaku anak, harus depan yang lebih cerah dengan mengadakan menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis konseling dalam keluarganya. Orang tua sejak usia dini harus seksualitas remaja adalah proses pemberian menanamkan dasar yang kuat pada diri anak bantuan dari konselor kepada seorang klien atau bahwa sekelompok orang yang memiliki Tuhan menciptakan manusia untuk seksualitas remaja. Konseling masalah beribadah kepada-Nya. Jika konsep hidup yang seksualitas dan kesehatan reproduksi sesuai dengan benar telah tertanam maka remaja akan memahami umur dan permasalahan, perkembangan fisik dan jati dirinya, menyadari akan tugas dan tanggung mental pada masa pubertas, misalnya masalah jawabnya, mengerti hubungan dirinya dengan seputar lingkungaanya. reproduksi secara umum, body image, masalah Kualitas akhlak akan terus pacaran, perilaku kehidupan seks, perkawinan, kesehatan terpupuk dengan memahami batas-batas nilai, dalam HIV/AIDS, komitmen dengan tanggung jawab bersama dalam penyakit menular seksual dan kehamilan tidak masyarakat. Remaja akan merasa damai di rumah diinginkan (Sri, 2008). yang terbangun dari keterbukaan, cinta kasih, Kurikulum pendidikan seks direncanakan saling memahami di antara sesama keluarga. antara lain karena maraknya kasus seks bebas yang Pengawasan dan bimbingan dari orang tua dan menimbulkan pendidik akan menghindarkan dari pergaulan kejadiannya semakin meningkat yang membuat bebas. Orang tua harus terus mengawasi dan pendidikan seks memang diperlukan dan ini Volume 1, No. 1, Januari 2017 banyak masalah dan angka 88 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan antisipasi oleh dunia pendidikan (kompas, 2006). METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini adalah bersifat analitik desain paralel dapat dikembangkan hipotesa konsisten dengan analisis yang dibuat mengunakan alat-alat analisis statistic yang berkembang (Umar, 2005). Pendekatan dengan pendekatan cross sectional Keterangan : N = Besar populasi n = Besar sampel d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat presisi yang diinginkan(10%) 484 484 484 π = 1+484(0,1)2 π = 1+484(0,01) π = 1+4,84 π = 484 5,84 n = 82,87 n = 82 jadi, jumlah sampel yang peneliti ambil adalah 82 responden. study untuk mengidentifikasi hubungan peran guru Peneliti menentukan proporsi sampel dengan tehadap pengetahuan remaja tentang seks bebas di mempertimbangkan jumlah siswa di setiap kelas SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten tempat penelitian dilakukan. Sampel dalam Aceh Besar tahun 2012. penelitian ini diambil dari kelas I sampai kelas III Tempat dan Waktu Penelitian untuk mendapatkan sampel secara merata dari Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 23 – 26 Mei 2016. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian adalah siswa di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar yang berjumlah 484 orang (data Februari 2016). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara stratified random sampling yaitu, suatu cara pengambilan sampel yang digunakan bila anggota populasi tidak homongen siswa yang dapat mewakili populasi, dihitung dengan cara berikut ini, yaitu π π : x ∑ siswa tiap kelas. (2) Tabel 1. Proporsi Sampel Jumlah Siswa Di Setiap Kelas No Kelas Frekuensi Sampel 1 Kelas I 167 orang 29 orang 2 Kelas II 165 orang 28 orang 3 KelS III 152 orang 25 orang Total 484 orang 82 orang Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data pada penelitian ini berupa kuesioner berjumlah 20 pertanyaan untuk semua sub variable. yang terdiri atas kelompok yang homogeny atau berstrata secara proposional (Alimul, A, 2007). Besar sampel dihitung berdasarkan rumus Slovin dalam Notoatmodjo (2005), yaitu π= π 1 + π(π2 ) Volume 1, No. 1, Januari 2017 Teknik Pengumpulan Data Data primer dikumpulkan langsung dengan menyebarkan kuesioner pada responden mengenai (1) peran guru dan pengetahuan respenden tentang seks bebas. 89 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan (95 %). Skor yang diperoleh dengan menggunakan Teknik Pengolahan Data yang telah dikumpulkan secara metode statistic chi-square test (χ2) yang dikutip manual diolah melalui langkah-langkah sebagai dari Sundjana (2002) dengan rumus sebagai berikut: Editing, Coding, Transferring, dan berikut: Tabulating. π2 = Ζ© Teknik Analisa Data Keterangan : O : frekuensi observasi e : frekuensi harapan dimana Analisa Univariat (π−π)2 π (4) Analisa data menggunakan teknik statistic dalam bentuk persentase untuk masing-masing π= Total baris x Total kolom Grand Total (5) subvariabel dengan terlabih dahulu menggunakan Uji statistik untuk analisa tersebut dilakukan jenjang ordinal (Notoatmodjo,2005). Sehingga dapat di tentukan kategori untuk dengan menggunakan program komputer yaitu masing-masing sub variable penelitian sebagai menggunakan Statistik Program Service Solution berikut : (SPSS) versi 17,0 maka hasil yang diperolah a. Pengetahuan baik bila X ≥ αΊ dan kurang dari diinterpretasikan menggunakan probabilitas untuk tabel 2 x 2 dimana tidak terdapat sel yang kurang X<αΊ b. Peran guru berperan bila X ≥ αΊ dan tidak dari 5 dapat dlihat nilai p-value pada kolom Asymp. Sig (2-sided) baris continuity correction dan untuk berperan bila X < αΊ Selanjutnya data dimasukkan dalam table tabel kontigensi 2 x 2 dimana terdapat sel yang distribusi frekuensi dan ditentukan persentase dari kurang dari 5 dapat dilihat nilai p-value pada baris masing-masing sub variable dengan menggunakan Fisher’s Exact Test kolom Exact Sig (2-sided) rumus menurut Bidoarto (2002) sebagai berikut : maka jika p-value Λ 0,05 maka Ho diterima π π = πx 100% (3) (Trihendradi, 2009). Keterangan : P = Persentase f = Frekuensi n = Jumlah responden menjadi sampel HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Analisa Univariat Analisa Bivariat Untuk mengukur hubungan peran guru terhadap pengetahuan remaja tentang seks bebas, akan dilakukan sedangkan jika p-value Λ 0,05 maka Ho ditolak analisa silang dengan menggunakan table silang yang dikanal dengan baris x kolom (B x K) dengan derajat kebebasan yang sesuai dengan tingkat kemaknaan 0,005 Volume 1, No. 1, Januari 2017 a. Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas Hasil pengolahan data pengetahuan didapatkan total skore 986 dan nilaiαΊ= 11,8. Berdasarkan nilai rata-rata, pengetahuan dapat dikatagorikan baik apabila x ≥ 11,8 dan kurang apabila x < 11,8. Hasil pengkatagorian tersebut 90 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Analisa Bivariat Hubungan Peran Guru Terhadap Pengetahuan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar tahun 2016 Pengeta No Frekuensi Persentase huan Baik 52 63,4 1 Kurang 2 30 Remaja Tentang Seks Bebas. Tabel 4. Hubungan Peran Guru Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas 36,6 82 100 Total (Sumber data primer diolah tahun 2016) No 1. Dari Tabel 2. menunjukkan bahwa 2. pengetahuan responden tentang Seks Bebas di Peran Pengajar dan Pembim bing Ada Tidak Ada Total SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaen Pengetahuan Total Baik Kurang 37 (63,7%) 15 (62,5%) 52 (63,4%) 21 (36,3%) 9 (37,5%) 30 (36,6%) 58 (100%) 24 (100%) 82 (100%) Nilai α Pvalue 0,05 0,006 (Sumber data primer diolah tahun 2016) Aceh Besar sebagian besar berada pada katagori Berdasarkan hasil analisa di atas pada baik yaitu sebayak 52 responden (63,4%). a. Peran Guru Sebagai Pengajar/Pembimbing. Hasil pengolahan data peran pengajar dan pembimbing didapatkan total skore 303 dan nilaiαΊ= 3,6. Berdasarkan nilai rata-rata, pengetahuan dapat dikatagorikan ada apabila x ≥ 3,6 dan tidak ada apabila x < 3,6. Hasil pengkatagorian tersebut dapat dilihat pada tabel ketegori peran guru sebagai pengajar dan pembimbing terhadap pengetahuan remaja tentang Seks Bebas di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar dijumpai pada responden dengan katagori “ada” sebanyak (63,7 %), sedangkan pada katagori “tidak ada” peran guru sebagai pengajar dan pembimbing terdapat pengetahuan katagori kurang sebanyak (37,5 %). berikut ini : Berdasarkan perhitungan uji Continuity Correction, Tabel 3. Distribusi Frekuensi Peran Guru Sebagai Pengajar dan Pembimbing No 1 Pengetahuan Ada Frekuensi Persentase 58 70,7 2 Tidak Ada 24 Total 82 (Sumber data primer diolah tahun 2016) 29,3 100 Dari Tabel 3 menunjukan bahwa peran guru sabagai pengajar dan pembimbing di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar sebagian besar dari responden pada katagori ada sebanyak 58 responden (70,7 %). diperoleh nilai p = 0,006. Nilai tersebut lebih kecil dari α = 0,05, dengan demikian ada hubungan yang signifikan antara peran guru sebagai pembina dengan pengetahuan remaja tentang Seks Bebas atau Ha (hipotesa alternatif) diterima. Pembahasan Analisa Univariat a. Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas Berdasarkan analisa data menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang Seks Bebas di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar sebagian besar berada pada kategori Volume 1, No. 1, Januari 2017 91 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan baik sebanyak 52 responden (63,4 %) dan kurang bebas baik, sebanyak 62 siswa (67,39%), dan sebanyak 30 responden (36,6 %). sikap remaja tentang seks bebas yang mendukung Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa atau positif sebanyak 52 siswa (56,52%).Hal ini sebagian besar pengetahuan remaja tentang Seks disebabkan karena mudahnya siswa memperoleh Bebas baik.Hal ini bisa dipengaruhi oleh dekatnya informasi mengenai seks bebas. akses informasi yang bisa didapatkan Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat remaja.Adanya kegiatan ekstrakulikuler disekolah berasumsi bahwa pengetahuan remaja yang baik yang berkaitan dengan Seks Bebas, penyuluhan dapat dipengaruhi oleh adanya informasi di dari lembaga terkait juga memberikan pengetahuan sekolah dan media informasi lainnya yang bisa pada remaja.Dengan adanya pengetahuan yang diakses baik remaja dapat menyesuaikan diri dengan menampilkan lingkungan dan dapat berprilaku yang sehat. pengetahuan yang baik. remaja. Sehingga perilaku yang remaja sehat dapat dengan Hal ini sesuai dengan teori menurut Potter Letak sekolah yang stategis dan bukan di dan Perry (2005), yang menyatakan bahwa daerah terpecil serta dekat dengan pusat informasi pengetahuan merupakan salah satu variabel yang membuat remaja mudah memperoleh informasi mempengaruhi perilaku dan keyakinan seseorang, yang dibutuhkan. Ditambah lagi sarana dan selain itu kemampuan kognitif membentuk cara prasana yang memadai. berpikir seseorang, meliputi kemampuan untuk Pihak sekolah juga menyediakan layanan mengerti faktor-faktor yang berpengaruh dalam internet disekolah, yang bisa digunakan pada kondisi sakit dan pratek kesehatan personal. jam-jam tertentu sehingga tidak mengganggu Pengetahuan dan kognitif merupakan domain proses belajar mengajar, ini tentunya sangat yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan membantu remaja untuk memperoleh informasi seseorang. dapat dan menambah pengetahuan remaja. Informasi menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan yang remaja dapatkan sangat berguna bagi mereka seseorang, membentuk dalam membentuk perilaku dan kepribadian yang kepercayaan seseorang serta sikap terhadap suatu baik. Sehingga remaja bias diterima dengan baik hal. Perilaku yang disadari pengetahuan lebih oleh lingkungan baik di masyarakat maupun di langgeng dari perilaku yang tidak disadari sekolah. pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). b. Meningkatnyapengetahuan pengetahuan juga Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Peran Guru Sebagai Pengajar dan Pembimbing oleh Agus Setiawan (2010), gambaran tingkat Berdasarkan hasil analisa dan menunjukkan pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMK bahwa peran guru sebagai pendidik dan pembina Budi Bhakti I Purbolinggo Kabupaten Lampung di SMA Negeri 1 kecamatan Indrapuri Kabupaten Timur Tahun 2010 didapat hasil bahwa tingkat Aceh Besar sebagian besar pada kategori ada pengetahuan siswa kelas X dan XI tentang seks sebanyak 58 (70,7%) Volume 1, No. 1, Januari 2017 dan peran guru pada 92 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan kategori tidak sebanyak 24 (29,3%). Hasil penelitian disebabkan karena kurangnya kesadaran remaja menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan adanya tentang keadaannya dan tidak ada keterbukaan antara orang tua dan anaknya. peran guru yang baik dakam memberikan Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat pengetahuan pada remaja tentang seks bebas. berasumsi bahwa adanya peran guru di sekolah Dengan adanya peran guru dapat memberikan dalam memberikan pemahaman tentang Seks pemahaman yang tepat pada remaja tentang seks bebas pada remaja.Adanya didikan yang baik bebas, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan sangat dibutuhkan dalam memberikan pendidikan remaja tentang seks bebas. kesehatan tentang seks pada remaja sehingga dapat Peran guru sebagai pendidik dan pengajar sangat menentukan dalam upaya pencegahan terjadinya seks bebas Guru tidak hanya memberikan pendidikan faktor yang sesuai dengan mata pelajaran, akan tetapi bebas juga gurur membentuk perilaku remaja yang baik. Remaja pendidik dan pengajar di sekolah sangat diperlukan. tidak hanya menerima pendidikan moral di rumah Salah satu fungsi didikan dan konseling adalah dari orang tua, tetapi juga di sekolah.Sehingga fungsi atau upaya pencegahan, yakni suatu upaya dapat membentuk generasi yang berperilaku sehat untuk melakukan intervensi mendahului kesadaran dan berakhlak baik. penyebab akan meminimalkan terjadinya tersebut.Keberadaan sekolah maupun di masyarakat. atau sekurang-kurangnya di mencegah terjadinya seks bebas di sekolah dan kebutuhan seks peran serta pemberian (2006), gambaran pengetahuan remaja tentang I B Barat Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2006 penelitian yang terlibat pergaulan tidak baik 80,9% sedangkan remaja yang memperoleh sumber informasi tentang seks bebas sebanyak 47,6% dan remaja yang keadaan ekonominya baik sebanyak 35,6% serta remaja yang berpengetahuan cukup tentang seks bebas sebanyak 43% sedangkan baik dan kurang masing-masing sebanyak 28,5%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengetahuan remaja tentang seks bebas Volume 1, No. 1, Januari 2017 dalam Analisa Bivariat Dari hasil yang dilakukan oleh Ica Mahira sebanyak moral bantuan (Fatckhurrahman dkk, 2006). seks bebas di Dusun memberikan pendidikan a. Hubungan Peran Guru Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar. Berdasarkan hasil analisa data dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang seks bebas di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar, paling banyak dijumpai pada peran pengajar dan pembimbing dengan kategori baik sebanyak 37 (63,7%). Berdasarkan perhitungan uji Continuity Correction, diperoleh ada hubungan yang signifikan antara peran guru sebagai pengajar dan pembimbing dengan pengetahuan remaja tentang seks bebas. 93 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru bebas dengan kecenderungan terjadinya hubungan berperan baik dalam peningkatan pengetahuan seks bebas pada remaja kelas II di SMA Berbudi siswa tentang seks bebas. Pengetahuan kurang Yogyakarta 2008. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pada peran guru yang tidak ada. Sehingga bahwa 18 responden (47,3%) memiliki tingkat menunjukkan bahwa peran guru sebagai pendidik pengetahuan yang baik, 12 responden (31,5%) dan pengajar berhubungan dengan pengetahuan memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 8 siswa. responden (21,2%) memiliki tingkat pengetahuan Menurut Fatckhurrahman dkk (2006), upaya yang kurang. Responden yang mempunyai yang dapat dilakukan guru di sekolah untuk kecenderungan menolak seks bebas ada 30 mencegah terjadinya seks bebas sebagai berikut : responden (79%), dan ragu-ragu ada 8 responden memberikan informasi dan penyuluhan kepada (21%). Hubungan tingkat pengetahuan remaja siswa tentang bahaya seks bebas terhadap tentang kesehatan, memahami tentang dampak negatif dari terjadinya seks bebas, menganjurkan kepada siswa untuk remajamenunjukkan menyelenggarakan diskusi tentang seks bebas dengan r > r =0,971 > 0,304. dengan segala aspeknya, melakukan koordinasi dengan instansi terkait bebas dengan hubungan seks ada kecenderungan bebas hubungan, pada terbukti Berdasarkan uraian di atas penelitian dapat memberikan berasumsi bahwa peran guru sebagai pendidik penyuluhan kepada siswa tentang seks bebas, dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang menganjurkan agar siswa aktif mengikuti kegiatan seks bebas. Guru yang tidak hanya berperan dapat ekstrakurikuler di sekolah seperti pramuka, mempengaruhi kurangnya pengetahuan bagi siswa. olahraga, privat, mengikuti lomba poster/leaflet, Proses bimbingan dan pendidikan yang diberikan lomba pidato dan lain-lain dalam rangka guru kampanye memerangi terjadinya seks bebas. peningkatan wawasan pada siswa sehingga dapat Memberikan untuk seks pendidikan kepada siswa dapat memberikan pemahaman dan melakukan berbagai macam pencegahan seks tentang sekas bebas, melibatkan siswa dalam bebas di perencanaan pencegahan dan penanggulangan masyarakat. sekolah maupun di lingkungan terjadinya seks bebas di sekolah, membentuk citra Peran guru sangat dibutuhkan oleh remaja diri yang positif dan mengembangkan ketrampilan disekolah, mengingat guru adalah orang tua siswa yang positif untuk tetap menghindari terjadinya sek di sekolah. Sebagian besar waktu siswa banyak bebas, meyediakan pilihan kegiatan yang dihabis di sekolah untuk belajar dan bertatap muka siswa (ektrakurikuler), dengan guru-guru.Tidak perlu mata pelajaran meningkatkan kegiatan bimbingan konseling khusus untuk memberikan pengetahuan dan (Anonymous, 2007). pemahaman tentang seks bebas, guru dapat bermakna bagi Penelitian yang dilakukan oleh kurnia (2009), menyelipkan pendidikan seks bebas di sela-sela hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang seks materi yang di ajarkan. Sehingga pengetahuan dan Volume 1, No. 1, Januari 2017 94 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan wawasan remaja bertambah akan tetapi tidak menekan jiwa remaja. 2. Bagi institusi pendidikan agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dan bacaan dalam meningkatkan pengetahuan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasrkan hasil penelitian dapat ditarik mahasiswa tantang seks bebas. 3. Bagi tempat penelitian dapat menjadikan hasil kesimpulan sebagai berikut : penelitian ini sebagai bahan masukan dan 1. Pengetahuan responden tentang pengertian seks peningkatan wawasan tentang seks bebas. bebas di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar sebagian besar berada pada kategori kurang sebanyak 43 (52,4%). 2. Pengetahuan responden tentang penyebab seks bebas di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar sebagian besar berada pada kategori kurang sebanyak 50 (60,9%). 3. Pengetahuan responden tentang dampak seks DAFTAR PUSTAKA Ayu, Ida Chandranita Memahami M, dkk. Kesehatan (2009). Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta: EGC. Anonymous (2007). Pergaulan Bebas. Dikutip pada tanggal 11 Januari 2012, http://www.wordpress.com. bebas di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Antara. (2009). Wacana Remaja, Berperilaku Kabupaten Aceh Besar sebagian besar berada Sehat Hidup Akan Sehat. Dikutip pada pada kategori baik sebanyak 44 (53,6%). tanggal 4. Peran guru sabagai pengajar dan pembimbing responden di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar sebagian besar berada pada kategori ada sebanyak 58 (70,7%). 5. Ada hubungan yang signifikan antara peran guru sebagai pengajar dan pembimbing dengan pengetahuan siswa tentang seks bebas dengan P-value = 0,006 (< α 0,05). Saran 1. Bagi peneliti lain agar dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dan perbandingan dalam melakukan penelitian lanjut tentang seks bebas. 11 Januari 2012, http://www.antaranews.co.id. Anton. (2009). Pendidikan Kesehatan Reproduksi. Dikutip pada tanggal 13 Januari 2012, http://www.antonbahagia.com. BKKBN. (2006). Multi Media Materi Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: BKKBN. Danim, Sudarman. (2002). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani. Dinas Syari’at Islam, (2009). Remaja yang melakukan Khalwat. Aceh Besar. Depkes RI. (2006). lebih 1,2 Juta Remaja Indonesia Sudah Melakukan Hubungan Seks Pranikah. Dikutip 12 januari 2012, http://www.wordpress.com/karodelnet.bl Volume 1, No. 1, Januari 2017 95 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan ogspot.com/2008/08/lebih-12-jutaremaja Yogyakarta 2008. Dikutip pada tanggal indonesia-sudah.html 25 Esti, Sri Wuryani D. (2008). Pendidikan seks keluarga. Jakarta: PT. INDEKS.. Fuad. Agustus 2012, http://Skripsistikes.www.wordpress.c om/2009/05/03/Ikiii78/. (2003). Pengaruh pendididkan Munira, Ica. (2006). Gambaran pengetahuan kesehatan seksual terhadap remaja tentan seks bebas di Desa Paya pengetahuan dan sikap remaja dalam Bakung upaya pencegahan penularan HIV/AIDS Hamparan Perak Tahun 2006. Dikutip di kodia Yogyakarta. Berita kedoktoran masyarakat IX/IXI-60. Yogyakarta: UGM. Fatckhurrahman, dkk. (2006). Peran Guru Pengajar dan Pembimbing Dalam Dusun I B Kecamatan pada tanggal 22 September 2012, http://helvetia.ac.id/library/gdl.php? mod=browse&op=read&id=supthelp p--icamahira-3). Upaya Pencegahan Perilaku Seks Bebas Madani, Yusuf. (2009). Pendidikan seks Untuk Pada Siswa SMA Negeri dan Swasta anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka Kota Zahra. Palangka Raya.Penerbit Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Dikutip pada tanggal 25 Agustus 2012, (2008). Peran Guru Sebagai Pengajar dan Pembimbing. Dikutip pada tanggal 12 Januari 2012, http://hlasrinkosgorobogor.wrodpress Sagung Seto. Nugraha, Boyke. (2009). Seminar Seks. Dikutip tanggal 13 Januari 2012, http://www.solusisehat.net Nugraha, Boyke. (2008). Remaja Hubungan Seks Pranikah. dan Jakarta.: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan .com dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Iqbal. (2005). Remaja Aceh Dan Seks Bebas. Dikutip pada tanggal 11 Januari 2012, http://www.remajaacehdanseksbebas. co.id Kurnia. Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: pada http://www.wordpress.com Herman. Martaadisoebrata. (2005). Tumbuh Kembang Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. (2009). Pengetahuan Bebas Hubungan Remaja Dengan Tingkat Tentang Seks Kecenderungan Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: PT Rineka Cipta. Terjadinya Hubungan Seks Bebas Pada Remaja Kelas II di SMA Berbudi Volume 1, No. 1, Januari 2017 96 www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi Jurnal Dedikasi Pendidikan Sarwono. (2008). Psikologi Remaja edisi Revisi. Jakarta: Raja Gravindo Persada. Setiawan, Agus. (2010). Gambaran Tingkat Pengetahuan Bebas di Remaja SMK Purbolinggo Timur Budi Kabupaten Tahun tanggal tentang 22 2010. Seks Bhakti I Lampung Dikutip September pada 2012, http://www-skripsipedia-com.blogsp ot.com/2011/10/gambaran-pengetahu an-dan-sikap-siswa.html. Taruna, R. M. (2009). Peran Guru Dalam Proses Pendidikan. dikutip pada tanggal 11 Januari 2012, http://blog.unila.ac.id/hairuddin/2009 /10/29/peran-guru-dalam-proses-pen didik . Tode. (2006). Guru Sebagai Pendidi. Dikutip pada tanggal 11 Januari 2012, http://www.sabda.org/lead/guru_sebagai _pendidik Tanjung, Armaidi. (2007). Free seks No! Nikah Yes. Jakarta: Amzah. Yakita. (2007). Majalah Kesehatan Healt Messenger. NAD: AMI. Yusuf, Syamsu. Perkembangan (2008). Anak Psikologi & Remaja. Bandung: Rosda. Volume 1, No. 1, Januari 2017 97