hubungan peran guru terhadap pengetahuan remaja tentang seks

advertisement
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
HUBUNGAN PERAN GURU TERHADAP PENGETAHUAN
REMAJA TENTANG SEKS BEBAS
Ambia Nurdin1)
1)
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Abulyatama Aceh Jl. Blang Bintang Lama Km 8,5 Lampoh Keude Aceh Besar,
email: [email protected]
Abstract: Some factors supporting occur sex behavior among teenagers, among others; environmental
factors, the electronic media, the lack of information and lack of religious education. The school
environment has contributed to the occurrence of free sex. Schools are less disciplined and ignored
kaedah-kaedah religion, often no lessons during school hours. The aim of research to identify the role of
teachers' relationship to knowledge about adolescent promiscuity. This study is a parallel analytic design
with cross sectional study to identify the relationship of the teacher's role pengatahuan teens about sex
include the variable role of teachers as educators and counselors and knowledge of adolescents about
sex. This research was conducted in SMA Negeri 1 Indrapuri subdistrict, Aceh Besar district. Sampling
was done by stratified random sampling with the number of respondents 82 people. This research was
conducted in SMA Negeri 1 Indrapuri subdistrict, Aceh Besar District by distributing questionnaires.
Univariate and bivariate data analysis using a computer program. The results showed no significant
correlation between the teacher's role as a teacher and mentor teens about sex in which the test results
obtained by statistical P-value = 0.006 where the result is less than the value of α = 0.05. Knowledge of
adolescents about sex is strongly influenced by the role of a good teacher. Expected in educational
institutions SMA N 1 Subdistrict Indrapuri to play well in fostering the students and teach them about sex.
Keywords : Up to six keywords should also be included
Abstract : Beberapa factor pendukung terjadi perilaku seks bebas di kalangan remaja antara lain; factor
lingkungan, media elektronik, kurangnya informasi dan kurangnya pendidikan agama. Lingkungan
sekolah turut mendorong terjadinya perilaku seks bebas. Sekolah kurang berdisiplin dan tidak
menghiraukan kaedah-kaedah agama, sering tidak ada pelajaran pada waktu jam sekolah. Tujuan
penelitian untuk mengindentifikasikan hubungan peran guru terhadap pengetahuan remaja tentang seks
bebas. Penelitian ini bersifat analitik desain parallel dengan pendekatan cross sectional study untuk
mengindentifikasikan hubungan peran guru terhadap pengatahuan remaja tentang seks bebas meliputi
variabel peran guru sebagai pengajar dan pembimbing dan pengetahuan remaja tentang seks bebas.
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar. Pengambilan
sampel dilakukan dengan stratified random sampling dengan jumlah responden 82 orang. Penelitian ini
dilakukan di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar dengan menyebarkan kuesioner.
Analisa data univariat dan bivariat menggunakan program computer. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara peran guru sebagai pengajar dan pembimbing remaja tentang seks bebas
dimana hasil uji dengan statistic didapatkan P-value = 0,006 dimana hasil tersebut lebih kecil dari pada
nilai α = 0,05. Pengetahuan remaja tentang seks bebas sangat dipengaruhi oleh peran guru yang baik.
Diharapkan pada instansi pendidikan SMA N 1 Kecamatan Indrapuri untuk berperan dengan baik dalam
membina siswa dan memberikan pemahaman tentang seks bebas.
Kata kunci : Peran guru, Pengetahuan Remaja, Seks Bebas
Volume 1, No. 1, Januari 2017
74
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
Dalam
pembangunan
yang sehat serta resiko-resiko yang dapat terjadi.
kesehatan di tengah beban dan permasalahan
Sehingga para remaja dapat lebih bertanggung
kesehatan seperti pergaulan bebas yang semakin
jawab dalam mempergunakan dan mengendalikan
meningkat,
untuk
hasrat seksualnya. Penelitian menunjukkan bahwa
menghadapinya.Salah satu anggota masyarakat
pendidikan seks dapat mencegah perilaku seks
yang paling bermasalah dalam pergaulan bebas
bebas yang dewasa ini di Indonesia semakin terus
adalah remaja (Antara, 2009).
meningkat angka kejadiannya (Boyke, 2003).
World
melaksanakan
dibutuhkan
Health
strategi
Organisation
(WHO)
Masalah penyimpangan seksual pada remaja
memberikan defenisi tentang remaja yang bersifat
puber
konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukan
pengaruh-pengaruh yang menimbulkan masalah
tiga criteria yaitu, biologis, psikologis, dan social
genetika dan lingkungan. Cenderung pada satu
ekonomi. Maka secara lengkap definisi tersebut
factor saja yaitu lingkungan yang rusak dengan
berbunyi sebagai berikut : remaja adalah suatu
asumsi bahwa lingkungan itu terbentuk dari
masa ketika : Individu berkembangan dari saat
berbagai
pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual
penyimpangan dalam kehidupan seorang remaja.
sekundernya sampai saat mencapai kematangan
Lingkungan yang buruk dapat merusak remaja,
seksual. Individu yang mengalami perkembangan
begitu pula lingkungan yang baik akan mampu
psikologis dan ketergantungan social-ekonomi
memperbaiki pengaruh yang paling pertama yang
yang penuh kepada keadaan yang relative lebih
diterima oleh induvidu (Yusuf, 2009).
mandiri (Sarwono, 2008).
dan
pemuda
tidak
pencampuran
terlepas
yang
dari
muncul
Perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan
Memberikan pendidikan seks kepada remaja
remaja khususnya remaja yang belum menikah
tidaklah mudah. Masih banyak orang tua dan
cenderung meningkat dan sengat memprihatinkan.
pendidik yang merasa susah dan tidak mengerti
Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian
kapan dan bagaimana harus memulainya. Bahkan
bahwa yang menunjukkan usia remaja ketika
sebagian dari mereka masih beranggapan bahwa
pertama kali mengadakan hubungan seksual aktif
membicarakan masalah seks apalagi kepada
bervariasi anatra usia 14-23 tahun dan usia
anak-anak adalah hal yang kotor dan tidak pantas.
terbanyak antara 17-18 tahun (Fuad,2003).
Padahal mengajarkan seks kepada remaja bukan
Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan
mengajarkan cara-cara berhubungan seks semata,
dalam tingkah laku yang beraneka ragam, mulai
melainkan lebih kepada upaya memberikan
dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan
pemahaman kepada remaja sesuai dengan usianya,
tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir,
mengenai
memegang alat kelamin, dan melakukan senggama
fungsi-fungsi
alat
seksual
dan
masalah-masalah naluriah alamiah yang timbul,
(Nugraha, 2008).
pentingnya menjaga dan memelihara organ intim
Menurut data survey Komisi Perlindungan
mereka, disamping itu juga memelihara pergaulan
Anak Indonesia (KPAI) melaporkan sebanyak
Volume 1, No. 1, Januari 2017
75
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
32% remaja usia 14-18 tahun dikota-kota besar di
pra nikah (Depkes RI, 2006).
Indonesia pernah berhubungan seks luar nikah.
Hasil penelitian terhadap sejumlah remaja
Kota-kota yang dimaksud antara lain Jakarta,
SMA di DKI Jakarta dan Banjarmasin, 90%
Surabaya, dan Bandung. Data BKKBN (2008)
remaja megakui bersenggam dengan tangan dan
juga melaporkan sebanyak 63% remaja di
61% sudah berciuman. Dari 400 responden
beberapa kota besar telah melakukan seks.
masing-masing kota, 6-7% sudah meraba alat
Hubungan seks yang mereka lakukan ini juga
kelamin dan 1-2% sampai bersenggama (Armaidi,
dilandasi pemikiran bahwa berhubungan seks satu
2007).
kali
tidak
menyebabkan
kehamilan.
Hasil
Penelitian yang dilakukan oleh Badan
penelitian PKBI (2005), di kota Palembang,
Koordinasi
Kupang, Cirebon, Tasik Malaya dan Singkawang
(BKKBN) bekerjasama dengan Pusat Penelitian
juga menunjukkan bahwa 9,1% remaja wanita
Kependudukan dan Sumber Daya
telah melakukan hubungan seks dan 85%
Universitas Syiah Kuala tahun 2005 pada siswa di
melakukan hubungan seks pertama kali pada usia
provinsi Nanggroe Aceh Darussalam didapatkan
13-15 tahun di rumah mereka dengan pacar.
bahwa 4 kabupaten yaitu Kota Banda Aceh, Kota
Sedangkan menurut WHO (2007) yang melakukan
Sabang, Aceh Tamiang, dan Aceh Tenggara
penelitian di Cianjur, Jawa Barat bahwa remaja
sebanyak
belum menikah yang pernah melakukan hubungan
hubungan seks bebas (bersenggama) dari 588
seks yaitu pada perempuan usia 15-19 tahun
responden dengan rincian perkabupaten sebagai
sebanyak 34,7%, sedangkan pada
laki-laki
berikut : 6,2% dari 194 responden Kota Banda
sebanyak 30,9%. Remaja yang melakukan
Aceh, 3,5 % dari 145 responden Aceh Tenggara,
hubungan seksual pertama kalinya saat duduk
3% dari 101 responden Kota Sabang, dan 0,75
dibangku sekolah sebanyak 42,3% (Annisa
dari 148 responden Aceh Tamiang (Yakita, 2007).
Foundation, 2006).
Keluarga
3%
Berencana
mengaku
sudah
Nasional
Manusia
melakukan
Di Aceh Besar, tahun 2009 ditemukan data
Penelitian yang dilakukan oleh berbagai
remaja yang melakukan khalwat yaitu berumur
institusi di Indonesia selama kurun waktu tahun
10-14 tahun sebanyak 1 orang dan berumur 15-20
1993-2002, menemukan bahwa 5-10% wanita dan
tahun sebanyak 40 orang. Jumlah ini terbagi lagi
18-38% pria muda berusia 16-24 tahun telah
menurut jenis kelamin yaitu, remaja laki-laki
melakukan hubungan seksual pra nikah dengan
sebanyak 17 orang dan remaja perempuan
pasangan yang seusia mereka 3-5 kali. Penelitian
sebanyak 23 orang.Pada data yang diperoleh
juga dilakukan oleh Universitas Diponegoro
tersebut terlihat jelas lebih banyak remaja putri
bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Jawa
yang melakukan khalwat dibandingkan remaja
Tengah, (2005) dengan sampel 600.000 responden
putra (Dinas Syariat Islam, 2009).
menyatakan bahwa sekitar 60.000 atau 10% siswa
Menurut survey yang peneliti lakukan di
SMU Se-Jawa Tengah melakukan hubungan seks
SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri dengan
Volume 1, No. 1, Januari 2017
76
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
mewawancarai 8 siswa, didapatkan bahwa
remaja-remaja
tersebut
tidak
memiliki
b. Ahmad Tafsir mengemukakan pendapat
bahwa
guru
ialah
orang-orang
yang
pengetahuan maksimal tentang perilaku seksual,
bertanggung jawab terhadap perkembangan
sehingga mereka terbiasa melakukan perilaku
anak
tersebut tanpa mengetahui bahwa sesungguhnya
perkembangan seluruh potensi anak didik,
hal tersebut adalah bentuk perilaku seks bebas.
baik
Mereka
psikomotorik.
juga
mengatakan
tidak
pernah
didik
potensi
dengan
afektif,
mengupayakan
kognitif
maupun
mendapatkan informasi dari orang tua mau guru
c. Sedangkan menurut Hadari Nawawi bahwa
tentang pendidikan seks awal yang diperlukan oleh
pengertian guru dapat dilihat dari dua sisal.
remaja secara mendetail. Mereka juga mengatakan
Pertama secara sempit, guru adalah ia yang
banyak yang tidak tahu persis bagaimana bahaya
berkewajiban mewujudkan program kelas,
dan resiko seks bebas. Pengetahuan seks yang
yakni orang yang kerjanya mengajar dan
meraka dapatkan hanya sekedar informasi dan
memberikan pelajaran di kelas. Sedangkan
bukan
mereka
secara luas diartikan guru adalah orang yang
mendapatkannya dari media elektronik, media
bekerja dalam bidang pendidikan dan
cetak,
pengajaran yang ikut bertanggung jawab
pendidikan
teman
dan
seks,
hal
biasanya
lain
yang
dapat
mempengaruhi mereka dalam bergaul.
Data yang diperoleh dari salah seorang guru
di SMA
dalam membantu anak-anak dalam mencapai
kedewasaan masing-masing.
tersebut, mengatakan bahwa belum
pernah ada penyuluhan tentang seks bebas di
sekolah, baik dari dinas kesehatan maupun dari
instansi lainnya, dan guru-guru juga jarang
memberikan pendidikan tentang seks kepada
siswanya. Hal ini disebabkan karena guru
berangapan hal tersebut masih tabu untuk
dibicarakan.
Peran Guru
Disekolah guru berperan sebagai perancang
pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai
hasil pembelajaran peserta didik, pengarang
pembelajaran, dan pembimbing peserta didik.
Sedangkan dalam keluarga, guru berperan sebagai
pendidik dalam keluarga (pamily educator)
(Taruna, 2009).
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Guru
Pengertian guru menurut beberapa para
Menurut WF Connell dalam Anonymous
(2009), dalam membedakan tujuh peran seorang
guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3)
ahli :
pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5)
a. Menurut Ngalim Purwanto bahwa guru ialah
komunikator terhadap masyarakat setempat, (6)
orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau
pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap
kepandaian kepada seseorang atau sekelompok
lembaga.
orang.
Volume 1, No. 1, Januari 2017
77
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah
a. Pendidik
Peran guru sebagai pendidik (nurturer)
laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal
merupakan peran-peran yang berkaitan dengan
tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi
tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan
yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut
(supporter),
oleh
tugas-tugas
pengawasan
dan
bangsa
dan
negaranya,
mempunyai
pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang
pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup
berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak
dalam
itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah
mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.
d. Pelajar
masyarakat
dan
pengetahuan
untuk
Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan
Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk
guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan
memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut
dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan
seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari
keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan
orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas
jaman.Pengetahuan
tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan
dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan
keterampilan dasar, persiapan untuk perkawinan
yang berkaitan dengan pengembangan tugas
dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan
profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan
hal-hal yang bersifat personal dan spiritual.
maupun tugas kemanusiaan.
b. Model
e. Komunikator
Peran guru sebagai model atau contoh bagi
Peranan
guru
dan
keterampilan
sebagai
komunikator
anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka
pembangunan
dapat menjadi contoh atau model baginya.Oleh
diharapkan
karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang
pembangunan di segala bidang yang sedang
tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai
dilakukan.
dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat,
kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.
bangsa dan negara.
f. Administrasi
guru
dapat
Ia
berperan
dapat
Seorang
guru
aktif
dalam
mengembangkan
Guru sebagai administrator. Seorang guru
c. Pengajar dan Pembimbing
Peranan
masyarakat.
yang
dan
tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi
pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap
juga sebagai administrator pada bidang pendidikan
guru
pengetahuan,
dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru
keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi
dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala
sekolah
dan
pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar
kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa
mengajar perlu diadministrasikan secara baik.
tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih
Sebab administrasi yang dikerjakan seperti
pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang
membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar
harus
seperti
sebagai
pengajar
memberikan
persiapan
perkawinan
Volume 1, No. 1, Januari 2017
78
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
dan sebagainya merupakan dokumen yang
peran guru dalam proses pembelajaran peserta
berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya
didik, yang mencakup :
dengan baik.
a. Guru sebagai perencana (planner) yang harus
mempersiapkan apa yang akan dilakukan di
g. Setiawan Dalam Lembaga Pendidikan
Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga
pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat
membantu kawannya yang memerlukan bantuan
dalam proses belajar mengajar (pre-teaching
problems).
b. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus
dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan
dapat
dapat
melalui
memimpin,merangsang, menggerakkan, dan
pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan
mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai
insidental.
dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai
secara
langsung
menciptakan
situasi,
Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan
orang sumber (resourceperson), konsultan
bahwa dalam pengertian pendidikan secara luas,
kepemimpinan yang bijaksana dalam arti
seorang guru yang ideal seyogyanya dapat
demokratik & humanistik (manusiawi) selama
berperan sebagai :
proses berlangsung (during teaching problems).
a. Konservator (pemelihara) sistem nilai yang
merupakan sumber norma kedewasaan.
mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan
b. Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu
pengetahuan.
c. Transmitor
c. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus
akhirnya harus memberikan pertimbangan
(judgement), atas tingkat keberhasilan proses
(penerus)
sistem-sistem
nilai
tersebut kepada peserta didik.
d. Transformator
(penterjemah)
pembelajaran,
berdasarkan
kriteria
yang
ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan
sistem-sistem
nilai tersebut melalui penjelmaan dalam
prosesnya maupun kualifikasi produknya.
Selanjutnya, dalam konteks proses belajar
pribadinya dan perilakunya, dalam proses
mengajar
di
Indonesia,
Abin
Syamsuddin
interaksi dengan sasaran didik.
menambahkan satu peran lagi yaitu sebagai
e. Organisator (penyelenggara) terciptanya proses
pembimbing (teacher counsel), di mana guru
edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan,
dituntut untuk mampu mengidentifikasi peserta
baik secara formal (kepada pihak yang
didik yang diduga mengalami kesulitan dalam
mengangkat dan menugaskannya) maupun
belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau
secara moral (kepada sasaran didik, serta Tuhan
masih
yang menciptakannya).
membantu pemecahannya (remedial teaching)
dalam
batas
kewenangannya,
harus
(Taruna, 2009).
Sedangkan dalam pengertian pendidikan
Moh. Surya (2002) mengemukakan tentang
yang terbatas, Abin Syamsuddin dengan mengutip
peranan guru di sekolah, keluarga dan masyarakat.
pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan
Di sekolah, guru berperan sebagai perancang
Volume 1, No. 1, Januari 2017
79
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai
berperan
hasil pembelajaran peserta
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
didik, pengarah
pembelajaran dan pembimbing peserta didik.
Sedangkan dalam keluarga, guru berperan sebagai
untuk
menyampaikan
berbagai
kepada masyarakat.
Di pandang dari segi diri-pribadinya (self
pendidik dalam keluarga (family educator).
oriented), seorang guru berperan sebagai :
Sementara itu di masyarakat, guru berperan
a. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang
sebagai pembina masyarakat (social developer),
yang harus memberikan pelayanan kepada
penemu masyarakat (social inovator), dan agen
masyarakat.
masyarakat (social agent)(Taruna, 2009).
b. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus
Lebih jauh, dikemukakan pula tentang
senantiasa belajar secara terus menerus untuk
peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas
mengembangkan penguasaan keilmuannya.
pengajaran dan administrasi pendidikan, diri
c. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua
pribadi (self oriented), dan dari sudut pandang
peserta didik bagi setiap peserta didik di
psikologis (Taruna, 2009).
sekolah.
Dalam
hubungannya
dengan
aktivitas
d. model keteladanan, artinya guru adalah model
pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru
perilaku yang harus dicontoh oleh mpara
berperan sebagai :
peserta didik.
a. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai
pendidikan.
Peserta didik diharapkan akan merasa aman
b. Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru
berperan
sebagai
pembawa
suara
pakar
dalam
bidangnya,
yaitu
d. Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga
agar para peserta didik melaksanakan disiplin.
e. Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru
bertanggung jawab agar pendidikan dapat
generasi
muda,
artinya
jawab
untuk
mengarahkan
guru
perkembangan peserta didik sebagai generasi
muda yang akan menjadi pewaris masa depan;
dan
g. Penerjemah kepada masyarakat, yaitu guru
Volume 1, No. 1, Januari 2017
berperan sebagai :
merupakan seorang yang memahami psikologi
pendidikan dan mampu mengamalkannya
dalam
melaksanakan
tugasnya
sebagai
pendidik.
b. Seniman dalam hubungan antar manusia (artist
berlangsung dengan baik.
bertanggung
Dari sudut pandang secara psikologis, guru
a. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru
menguasai bahan yang harus diajarkannya.
f. Pemimpin
berada dalam didikan gurunya.
dan
kepentingan masyarakat dalam pendidikan.
c. Seorang
e. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik.
in human relations), artinya guru adalah orang
yang
memiliki
kemampuan
menciptakan
suasana hubungan antar manusia, khususnya
dengan para peserta didik sehingga dapat
mencapai tujuan pendidikan.
c. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu
80
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
mampu mambentuk menciptakan kelompok
terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang
dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai
sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan
tujuan pendidikan.
manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru
d. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru
merupakan
menciptakan
orang
suatu
yang
yang
pembaharuan
bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di
mampu
tengah-tengah peserta didiknya. Jika guru tidak
bagi
memahami mekanisme dan pola penyebaran
membuat suatu hal yang baik.
informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk
e. Petugas kesehatan mental (mental hygiene
secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan
worker), artinya guru bertanggung jawab bagi
kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik,
terciptanya kesehatan mental para peserta didik.
orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi
tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu
Sementara itu, Doyle sebagaimana dikutip
oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukan dua
peran utama guru dalam pembelajaran yaitu
menciptakan keteraturan (establishing order) dan
memfasilitasi proses belajar (facilitating learning).
Yang dimaksud keteraturan di sini mencakup
hal-hal yang terkait langsung atau tidak langsung
dengan proses pembelajaran, seperti : tata letak
tempat duduk, disiplin peserta didik di kelas,
interaksi peserta didik dengan sesamanya, interaksi
peserta didik dengan guru, jam masuk dan keluar
untuk setiap sesi mata pelajaran, pengelolaan
sumber
belajar, pengelolaan
bahan
belajar,
prosedur dan sistem yang mendukung proses
pembelajaran, lingkungan belajar, dan lain-lain.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran
berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya,
guru harus melakukan pembaruan ilmu dan
pengetahuan yang dimilikinya
secara terus
menerus. Disamping itu, guru masa depan harus
paham penelitian guna mendukung terhadap
efektivitas pengajaran yang dilaksanakannya,
sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan guru
tidak terjebak pada praktek pengajaran yang
menurut asumsi mereka sudah efektif, namum
kenyataannya justru mematikan kreativitas para
peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan
hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan
guru untuk melakukan pengajaran yang bervariasi
dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sedang berlangsung.
dan tanggung jawab guru pada masa mendatang
akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru
untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan
KONSEP PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang
dan penyesuaian kemampuan profesionalnya.
diketahui
Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
mengembangkan proses pembelajaran peserta
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi
objek
satu-satunya orang yang paling well informed
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
Volume 1, No. 1, Januari 2017
atau
tertentu,
kepandaian.
yakni
indera
Pengetahuan
pengliatan,
81
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
dan telinga. Pengetahuan/kognitif merupakan
meramalkan dan sebagainya.
domain yang sangat penting dalam pembentukan
c. Application (Aplikasi)
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005).
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
Menurut Hidayat (2002) dalam Sarwono
(2008),
kegiatan-kegiatan
dalam
domain
menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
pengetahuan adalah sebagai berikut :
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
a. Kesiapan pengetahuan yang dapat segera
penggunaan
muncul bila diperlukan
hukum-hukum,
rumus,
metode,
prinsip dan sebagainya.
b. Penafsiran informasi secara komprehensif
c. Pengaplikasian pengetahuan yang diperoleh
d. Analysis (Analisis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk
d. Mengenalisa terhadap pengetahuan
menjabarkan
e. Mensintesa terhadap pengetahuan
komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
f. Mengadakan evaluasi terhadap pengetahuan
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2005),
materi/objek
ke
dalam
sama lain. Kemampuan analisi ini dapat dilihat dari
pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
penggunaan
mempunyai 6 tingkatan yaitu :
menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
a.
Know (Tahu)
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu
e. Synthesis (Sintesis)
materi yang telah di pelajari sebelumnya.
kata-kata,
seperti
dapat
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
untuk
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik
bagan-bagan didalam suatu bentuk keseluruhan
dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
yang telah di terima. Oleh sebab itu merupakan
kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru
tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata
dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
menyusun,
apa
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori
yang
di
menyabutkan,
pelajari
antar
menguraikan,
lain
dengan
mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya.
b. Comprehension (Memahami)
Memahami diartikan sebagai kemampuan
meletakkan
atau
merencakan,
menghubungkan
meringkaskan
atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluation (Evalusi)
Evaluasi ini berkaitan degan kemampuan
untuk melakukan justifikasi/ penilaian terhadap
untuk menjelaskan secara benar tentang objek
suatu
yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan
meteri tersebut dengan benar. Orang yang telah
sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
pahan terhadap objek atau meteri harus dapat
telah ada.
Volume 1, No. 1, Januari 2017
objek/
materi.Penilaian-penilaian
itu
82
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia
KONSEP REMAJA
Remaja adalah individu antara umur 10-19
menunjukkan tanda-tanda seksual sekundrnya
tahun.Istilah yang lebih luas kaum muda meliputi
umur 15-24 tahun.Kemudian ini menunjukkan
sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu yang mengalami
bahwa yang harus diperhatikan adalah kebutuhan
psikologis
anak remaja umur 10-24 tahun, kecuali ada
kanak-kanak menjadi dewasa.
pengecualian.Keadaan remaj dan kebutuhan sangat
tergantung
pada
kadang-kadang
beberapa
perlu
di
pola
identifikasi
dari
3. Terjadi peralihan dan ketergantungan social
karakteristik,
sesuaikan
dan
perkambangan
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
dengan
relatif lebih mandiri (Sarwono,2008).
karakteristik individu misalnya, umur, aktivitas
Menurut Rusasri (2006) dalam Yusuf Madani
seksual, pendidikan yang diterima di sekolah,
mengemukakan, masalah yang sering ditemukan
status ketenagakerjaan, seperti halnya posisi
pada usia remaja adalah :
mereka
1.
pada
umur-umur
tersebut
(Martaadisoebrata, 2005).
Akne atau jerawat, yang dapat menimbulkan
gangguan emosional
Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu yang
2.
terkait (seperti biologi dan ilmu faal) remaja
dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik
remaja
3.
ketika alat-alat kelamin khususnya dan keadaan
tubuh umumnya memperoleh bentuknya yang
Myopia, biasanya mulai timbul pada usia
Kelainan ortopedik berupa kiposis atau
skoliosis
4.
Penyakit infeksi, musalnya tuberculosis yang
sempurna. Secara faal, alat-alat kelamin tersebut
sering dijumpai akibat daya tahan tubuh usia
sudah berfungsi secara sempurna pula. Pada
remaja yang menurun
akhirnya dari perkembangan fisik seorng pria
5.
Defesiensi besi, terutama pada remaja
berotot dan berkumis/berjenggot dan mampu
perempuan dengan datangnya haid dan
menghasilkan beberapa ratus sel sperma setiap kali
kurangnya masukan besi
ejekulasi.
Dipihak
lain,
seorang
wanita
6.
Obesitas, biasanya terjadi pada golongan
berpayudara dan berpinggul besar dan setiap
remaja tertentu karena pola makan yang
bulannya mengeluarkan sebuah sel telur dari
kurang baik
indung telurnya (Sarwono, 2008).
WHO memberikan defenisi tentang remaja
7.
Keadaan lain sebagai akibat gangguan
emosional atau kenakalan remaja
yang bersifat konseptual. Dalam defenisi tersebut
Pada masa remaja ketegangan emosional
dikemukan tiga criteria yaitu biologis, psikologis,
yang bertambah dan dorongan kebutuhan bilogis
dan social ekonomi. Maka secara lengkap defenisi
harus disesuaikan dengan keinginan dan harapan
tersebut berbunyi sebagai berikut: remaja adalah
masyarakat atau lingkungan. Tuntutan masyarakat
suatu masa ketika :
terhadap golongan remaja ini sudah pasti akan
berlainandengan yang diharapkan dari anak pada
Volume 1, No. 1, Januari 2017
83
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
masa
tumbuh-kembang
berikutnya
dalam
sebelumnya.
perkambangan
Tahap
psikologis
mencakup kemampuan bergaul denagn orang lain,
disamping dengan orang tua sendiri untuk
remaja
bermasalah,
namun
mereka
dapat
memengaruhi remaja lain yang niat dan tekadnya
kurang kuat (Kairos, 2010).
Soetjiningsih (2004) membagi permasalahan
menhindari rasa terpencil dalam menghadapi
remaja
tantangan pada berbagai kagiatan fisis seperti
terganggunya
dalam bidang olahraga, jalinan persahabatan atau
terlarang, (3) terganggunya kesehatan jiwa, (4)
pengalaman seksual. Salah satu aspek peningkatan
masalah kesehatan gigi, (5) penyakit yang terkait
keakraban adalah adanya keinginan berbagi rasa
dengan lingkungan bersih, (6) gangguan kesehatan
dan bertenggang rasa yang merupakan inti untuk
karena hubungan seks, dan (7) trauma fisik dan
timbulnya
psikis karena sebagai korban kekerasan (Khairos,
empati.
Tahap
perkembangan
selanjutnya adalah adanya kerikatan dengan orang
menjadi tujuh kategori, yaitu:
nutrisi,
(2)
penggunaan
(1)
obat
2010).
lain, seperti dalam hal percintaan, pacaran,
perkawinan, dan hal-hal lain yang menuntut
KONSEP SEKS BEBAS
Seks merupakan naluri alamiah yang dimiliki
adanya suatu tanggung jawab (Sri, 2008).
Sementara itu, masalah perilaku yang perlu
oleh setiap makhluk hidup di muka bumi
diwaspadai adalah saat anak tersebut melakukan
ini.Bukan hanya manusia yang memiliki naluri
perilaku berisiko tinggi, secara perorangan atau
seks, tetapi juga termasuk hewan dan makhluk
berkelompok, di antaranya masalah narkotik dan
hidup lainnya (tumbuhan).Seks diperlukan untuk
zat adiktif lain (Napza), merokok, sampai pada
menjaga kelangsungan hidup hidup suatu spesies
masalah
pada
atau suatu kelompok (jenis) makhluk hidup.Tujuan
kecelakaan lalu lintas, kawin muda, serta aborsi
utama dari seks adalah untuk repeuduksi buat
(Boyke, 2009).
kepentingan regenerasi.Artinya setiap makhluk
perilaku
yang
berdampak
Berdasarkan data dari PBB, lebih dari 2.000
hidup
melakukan
seks
untuk
memperoleh
karena
keturunan agar dapat menjaga dan melestarikan
kecelakaan lalu lintas. Sedangkan menurut laporan
keturunannya.Selain itu tujuan seks adalah sebagai
global WHO dan UNICEF, setiap tahun 830.000
sarana untuk memperoleh kepuasan dan relaksasi
anak hingga remaja usia 19 tahun tewas akibat
dalam kehidupan (Syamsu, 2009).
anak meninggal
dunia
setiap hari
berbagai kecelakaan. Ketua Divisi Tumbuh
Kegiatan seks (bagi manusia) hanya boleh
dr
dilakukan ketika sudah ada ikatan yang sah antara
Soedjatmiko SpA(K) MSi mengatakan, terjadinya
laki-laki dan perempuan, ikatan itu disebut dengan
remaja bermasalah karena beberapa sebab, di
nikah. Hubungan seks yang dilakukan diluar
antaranya keinginan remaja yang tidak sesuai
pernikahan merupakan suatu pelanggaran terhadap
dengan orangtua, guru, teman, aturan hukum, serta
norma-norma
moral agama. Sebenarnya hanya sebagian kecil
norma-noram yang berlaku lainnya) dan merupak
Kembang
dan
Pediatri
Sosial
Volume 1, No. 1, Januari 2017
FKUI
(baik norma
agama
maupun
84
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
suatu perbuatan dosa yang besar dan sangat berat
hal-hal yang berbau pornografi sekarang ini
hukumannnya (Sarwono, 2008).
menyebabkan
Seks bebas adalah hubungan seksual yang
dilakukan diluar ikatan pernikahan, baik suka sama
semakin
meningkatnya
angka
perilaku seks bebas di dalam masyarakat (Depkes,
2006).
suka atau dalam dunia prostitusi. Seks bebas bukan
hanya dilakukan oleh kaum remaja bahkan yang
telah berumah tangga pun sering melakukannya
dengan orang yang bukan pasangannya.Biasanya
dilakukan dengan alasan mencari variasi seks
ataupun sensasi seks untuk mengatasi kejenuhan
(Boyke, 2009).
Seks bebas sangat tidak layak dilakukan
mengingat resiko yang sangat besar. Pada remaja
biasanya akan mengalami kehamilan diluar nikah
yang memicu terjadinya aborsi. Ingat aborsi itu
sangatlah berbahaya dan beresiko kemandulan
bahkan kematian. Selain itu tentu saja para pelaku
seks bebas sangat beresiko terinfeksi virus HIV
yang menyebabkan AIDS, ataupun penyakit
menular seksual lainnya (Boyke, 2009).
Seks bebas merupakan pengaruh budaya
yang datang dari barat dan kemudian diadopsi oleh
masyarakat Indonesia tanpa memfilternya terlebih
dahulu. Revolusi seks yang mencuat di Amerika
Serikat dan Eropa pada akhir tahun 1960-an sudah
mermabah masuk kenegeri kita tercinta ini melalui
piranti teknologi informasi dan saran-sarana
hiburan lainnya semakin canggih. Sekarang, untuk
mendapatkan suatu video, gambar dan cerita-cerita
tentang seks dan pornografi lainnya sangat mudah,
tinggal cari di internet dengan mengunjungi
situs-situs yang meyediakan layanan dewasa
tersebut selain itu juga film-film dewasa tersebut
juga sudah dijual oleh para pedagang kaset dan
video.Begitu mudahnya akses untuk mendapatkan
Volume 1, No. 1, Januari 2017
Penyebab Timbulnya Perilaku Seks Bebas
pada Remaja
Berkembangnya
naruli
seks
akibat
matangnya alat-alat kelamin sekunder, membuat
pengetahuan remaja mengenai seks menjadi besar.
Namun karena kurangnya informasi mengenai
seks dari orangtua dan dari sekolah/ lembaga
formal membuat para remaja mencari informasi
seks dari media massa yang tidak sesuai dengan
norma-norma yang dianut seperti dari media cetak
dan elektronika, teman sebaya, dan pergaulan
sosial. Sumber informasi yang paling besar bagi
mereka adalah media massa 70%, peran orang tua
kurang begitu menonjol 45%) sedangkan peran
guru sebagai sumber informasi sebesar 62%. Salah
satu faktor lain yang mempengaruhi remaja untuk
melakukan hubungan seks pranikah adalah
membaca buku porno dan menonton blue film
(Anton, 2009).
Menurut dr. H. Boyke Dian Nugraha, SpOG,
MARS dalam seminarnya: Salah satu perubahan
terpenting dengan matangnya
alat
kelamin
sekunder tadi mereka mulai tertarik kepada lawan
jenisnya. Kenikmatan tentang cinta dan seks yang
ditawarkan oleh berbagai informasi, baik berupa
majalah, tayangan telenovela, film, internet yang
mengakibatkan
fantasi-fantasi
seks
mereka
berkembang dengan cepat, dan bagi mereka yang
tidak dibekali dengan nilai moral dan agama yang
kukuh,
fantasi-fantasi
seks
tersebut
ingin
85
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
disalurkan dan dibuktikan melalui perilaku seks
Dampak Perilaku Seks Bebas pada Remaja
bebas maupun perilaku seks pranikah saat mereka
Seks bebas memiliki banyak konsekwensi
pacaran. Disinilah titik rawannya. Gairah seks
misalnya, penyakit menular seksual (PMS), selain
yang memuncak pada pria terjadi pada usia 18-20
juga infeksi, infertilitas dan kanker. Tidak heranlah
tahun, padahal diusia tersebut mereka masih
makin
bersekolah/kuliah
mungkin
pengguguran kandungan, dan penyakit kelamin
mereka
maupun penyakit menular seksual di kalangan
menyalurkan gairah seks mereka yang tinggi
remaja (termasuk HIV/AIDS), terputusnya sekolah,
dengan melakukan seks diluar nikah.
perkawinan
melakukan
sehingga
pernikahan.
tidak
Akibatnya
banyak
kasus
kehamilan
usia
muda,
pranikah,
perceraian,
Penyebab seks bebas di kalangan remaja
penyalahgunaan obat, merupakan akibat buruk
lainnya adalah faktor lingkungan, baik lingkungan
petualangan cinta dan seks yang salah disaat
keluarga
pergaulan.
remaja. Tidak jarang masa depan mereka yang
Lingkungan keluarga yang dimaksud adalah cukup
penuh harapan hancur berantakan karena masalah
tidaknya pendidikan agama yang diberikan
cinta dan seks.
orangtua, cukup tidaknya kasih sayang dan
Makin banyak seseorang melakukan fantasi seks
perhatian
dari
makin cenderung untuk melakukan aktifitas seks,
keluarganya, cukup tidaknya keteladanan yang
sementara perasaan berdosa, mitos-mitos yang
diterima sang anak dari orangtuanya. Apabila tidak,
menakutkan, kehamilan yang tidak diinginkan,
maka anak akan mencari tempat pelarian di
berbagai
jalan-jalan serta di tempat-tempat yang tidak
mereka.Akibatnya sering terjadi konflik di dalam
mendidik mereka. Anak akan dibesarkan di
jiwa mereka dan tentunya keadaan ini dapat
lingkungan yang tidak sehat bagi pertumbuhan
mengganggu
jiwanya. Anak akan tumbuh di lingkungan
intelektualitasnya.(Anton. 2009).
maupun
yang
lingkungan
diperoleh
sang
anak
penyakit
kelamin
menghantui
perkembangan
pergaulan bebas. Remaja masa kini yang mengaku
Secara psikologis seks pra nikah memberikan
dirinya anak gaul ditandai dengan nongkrong di
dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui
kafe, mondar-mandir di mal, gaya fun, berpakaian
dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua
serba sempit dan ketat yang memamerkan lekuk
belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah
tubuh, dan mempertontonkan bagian tubuhnya
menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat
yang seksi. Akibatnya, remaja anak gaul inilah
atau akan sering menjadi cemoohan lingkungan
yang biasanya menjadi korban dari pergaulan
sekitarnya (Sarwono, 2008).
bebas, di antaranya terjebak dalam perilaku seks
bebas (Fuad, 2003).
Pakar seks juga specialis Obstetri dan
Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha dalam
seminarnya
menjelaskan
bahwa:
Dari
sisi
kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan
berbagai gangguan. Diantaranya, terjadi kehamilan
Volume 1, No. 1, Januari 2017
86
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
yang
tidak
di
inginkan.
Selain
tentunya
Siswa yang menunjukkan perilaku demikian
kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi salah
kemungkinan besar disebabkan tidak adanya
satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak di
kesesuaian tingkat perkembangan dan tidak sesuai
inginkan. Keadaan ini juga bisa dijadikan bahan
dengan nilai moral yang berlaku. Perilaku ini tentu
pertanyaan tentang kualitas anak tersebut, apabila
saja akan mengganggu siswa untuk mencapai
ibunya sudah tidak menghendaki.Seks pranikah,
perkembangan berikutnya, bahkan tidak sedikit
juga bisa meningkatkan resiko kanker mulut rahim.
yang mengakibatkan kegagalan dalam belajar
Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum
(Tode, 2006).
usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa
mencapai empat hingga lima kali lipat.
Keadaan siswa di sekolah merupakan
tanggung jawab pihak sekolah. Siswa perlu
mendapat
perhatian
Ini
bisa
serta
dilakukan
perlakuan
secara
melalui
proses
PERAN GURU TERHADAP PENGETAHUAN
bijak.
REMAJA TENTANG SEKS BEBAS
pendidikan, bimbingan, dan latihan. Kewenangan
Sekolah sebagai tempat berlangsungnya
khusus untuk menangani siswa yang bermasalah
pendidikan tentu saja memungkinkan siswa untuk
ada pada guru pembimbing atau konselor sekolah.
melakukan sosialisasi. Dari pergaulan dengan
Peran
teman
berkedudukan sebagai pemberi bantuan kepada
sebaya,
guru,
teman
satu
sekolah,
guru
pembimbing
pada
hakikatnya
akan
orang lain yang membutuhkan pertolongan,
akan
sebagaimana dikemukakan oleh Prayitno (2004)
merubah tingkah laku dan perilakunya (Herman,
bahwa pada dasarnya adalah membantu individu
2008).
dan
lingkungan
dekat
mempercepat
sekolah,
proses
semuanya
sosialisasi
yang
kelompok
untuk
mengurangi
sampai
lambat
seminimal mungkin dampak sumber-sumber
terjadinya proses sosialisasi tersebut adalah
permasalahan; mengatasi permasalahan yang
kedekatan anak di dalam kelompok bermainnya.
dihadapi
Apalagi anak sedang mengalami masalah di dalam
mengembangkan diri individu dan kelompok
keluarganya, sehingga anak menemukan tempat
seoptimal mungkin (Tarmizi, 2010).
Yang
menentukan
cepat
atau
oleh
individu
dan
kelompok;
untuk mencurahkan perasaannya itu dalam
Sekolah menengah mempunyai peranan
kelompok bermain. Dalam kelompok bermain,
dalam mempersiapnkan siswa untuk memasuki
jika anak mempunyai teman-teman yang memiliki
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam upaya
perilaku buruk, seperti suka melawan, suka
mempersiapkan siswa tersebut pada tingkat SMA,
berkelahi maka anakpun memiliki kecenderungan
keberadaan serta peran guru pembimbing sangat
untuk meniru perilaku temannya tersebut. Dengan
dibutuhkan, sehingga dapat memberikan pelayana
kata
turut
bimbingan kepada siswa yang memerlukan. Anak
bagaimana
se usia SMA merupakan remaja yang penuh
lain
menentukan
kuantitas
atau
pergaulan
mempengaruhi
anak
terbentuknya perilaku anak (Taruna, 2009).
Volume 1, No. 1, Januari 2017
dengan persoalan-persoalan dan dapat membuat
87
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
mereka menjadi binggung bila tidak mendapat
mengontrol perkembangan perilaku remaja (Tode,
bantuan yang tepat, sehingga dapat membawa
206).
mereka kepada perbuatan yang melanggar norma
Serta pendidikan seks harus diberikan sejak
hokum social seperti melakukan hubungan seks
dini agar mereka sadar bagaimana menjaga supaya
bebas (Fatckhurrahman dkk, 2006).
organ-organ reproduksinya tetap sehat. Sebenarnya
Pendidik seksualitas sebaiknya memahani
ilmi-ilmu
biologis,
psikologis,
pedagogi,
dalam masalah reproduksi ini, peran orang tua dan
guru
diharapkan
lebih
menonjol
karena
antropologi dan filsafat moral. Johan Suban Tukan
bagaimanapun juga mereka juga berperan sebagai
(1984) menjelaskan bahwa pendidik seksualitas
filter atau penyaring bagi informasi yang akan
yang
arti
diberikan kepada remaja, berbeda bila informasi
perkembangan manusia sejak dalam kandungan
diperoleh dari media masa yang sering kali tanpa
sampai akhir hayat. Jadi perkembangan manusia
penyaringan terlebih dahulu. Dalam upaya
secara biologis, sosiologis dan moral religious (Sri,
pemberian informasi mengenai masalah reproduksi
2008).
bagi remaja, khususnya di sekolah, perlu peran
baik
adalah
yang
menyadari
Menurut Dr. Boyke Dian Nugraha upaya
guru ditingkatkan. Bagi guru terutama kepada guru
untuk menanggulangi seks bebas di kalangan
Bimbingan dan Konseling diharapakan dapat
remaja adalah : Orangtua sebagai penanggung
membina para remaja tersebut menuju kemasa
jawab utama terhadap perilaku anak, harus
depan yang lebih cerah dengan mengadakan
menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis
konseling
dalam keluarganya. Orang tua sejak usia dini harus
seksualitas remaja adalah proses pemberian
menanamkan dasar yang kuat pada diri anak
bantuan dari konselor kepada seorang klien atau
bahwa
sekelompok orang yang memiliki
Tuhan
menciptakan
manusia
untuk
seksualitas
remaja.
Konseling
masalah
beribadah kepada-Nya. Jika konsep hidup yang
seksualitas dan kesehatan reproduksi sesuai dengan
benar telah tertanam maka remaja akan memahami
umur dan permasalahan, perkembangan fisik dan
jati dirinya, menyadari akan tugas dan tanggung
mental pada masa pubertas, misalnya masalah
jawabnya, mengerti hubungan dirinya dengan
seputar
lingkungaanya.
reproduksi secara umum, body image, masalah
Kualitas
akhlak
akan
terus
pacaran,
perilaku
kehidupan
seks,
perkawinan,
kesehatan
terpupuk dengan memahami batas-batas nilai,
dalam
HIV/AIDS,
komitmen dengan tanggung jawab bersama dalam
penyakit menular seksual dan kehamilan tidak
masyarakat. Remaja akan merasa damai di rumah
diinginkan (Sri, 2008).
yang terbangun dari keterbukaan, cinta kasih,
Kurikulum pendidikan seks direncanakan
saling memahami di antara sesama keluarga.
antara lain karena maraknya kasus seks bebas yang
Pengawasan dan bimbingan dari orang tua dan
menimbulkan
pendidik akan menghindarkan dari pergaulan
kejadiannya semakin meningkat yang membuat
bebas. Orang tua harus terus mengawasi dan
pendidikan seks memang diperlukan dan ini
Volume 1, No. 1, Januari 2017
banyak
masalah
dan
angka
88
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
antisipasi oleh dunia pendidikan (kompas, 2006).
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini adalah bersifat analitik desain
paralel dapat dikembangkan hipotesa konsisten
dengan analisis yang dibuat mengunakan alat-alat
analisis statistic yang berkembang (Umar, 2005).
Pendekatan dengan pendekatan cross sectional
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Penyimpangan terhadap populasi atau
derajat presisi yang diinginkan(10%)
484
484
484
𝑛 = 1+484(0,1)2 𝑛 = 1+484(0,01) 𝑛 = 1+4,84 𝑛 =
484
5,84
n = 82,87
n = 82
jadi, jumlah sampel yang peneliti ambil
adalah 82 responden.
study untuk mengidentifikasi hubungan peran guru
Peneliti menentukan proporsi sampel dengan
tehadap pengetahuan remaja tentang seks bebas di
mempertimbangkan jumlah siswa di setiap kelas
SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten
tempat penelitian dilakukan. Sampel dalam
Aceh Besar tahun 2012.
penelitian ini diambil dari kelas I sampai kelas III
Tempat dan Waktu Penelitian
untuk mendapatkan sampel secara merata dari
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1
Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar.
Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 23 – 26
Mei 2016.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah siswa di
SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten
Aceh Besar yang berjumlah 484 orang (data
Februari 2016).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini dilakukan secara stratified random sampling
yaitu, suatu cara pengambilan sampel yang
digunakan bila anggota populasi tidak homongen
siswa yang dapat mewakili populasi, dihitung
dengan cara berikut ini, yaitu
𝑛
𝑁
: x ∑ siswa tiap kelas.
(2)
Tabel 1. Proporsi Sampel Jumlah Siswa Di Setiap
Kelas
No
Kelas
Frekuensi Sampel
1
Kelas I
167 orang
29 orang
2
Kelas II
165 orang
28 orang
3
KelS III
152 orang
25 orang
Total
484 orang
82 orang
Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data pada penelitian ini
berupa kuesioner berjumlah 20 pertanyaan untuk
semua sub variable.
yang terdiri atas kelompok yang homogeny atau
berstrata secara proposional (Alimul, A, 2007).
Besar sampel dihitung berdasarkan rumus Slovin
dalam Notoatmodjo (2005), yaitu
𝑛=
𝑁
1 + 𝑁(𝑑2 )
Volume 1, No. 1, Januari 2017
Teknik Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan langsung dengan
menyebarkan kuesioner pada responden mengenai
(1)
peran guru dan pengetahuan respenden tentang
seks bebas.
89
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
(95 %). Skor yang diperoleh dengan menggunakan
Teknik Pengolahan
Data yang telah dikumpulkan secara
metode statistic chi-square test (χ2) yang dikutip
manual diolah melalui langkah-langkah sebagai
dari Sundjana (2002) dengan rumus sebagai
berikut: Editing, Coding, Transferring, dan
berikut:
Tabulating.
πœ’2 = Ζ©
Teknik Analisa Data
Keterangan :
O : frekuensi observasi
e
: frekuensi harapan dimana
Analisa Univariat
(𝑂−𝑒)2
𝑒
(4)
Analisa data menggunakan teknik statistic
dalam bentuk persentase untuk masing-masing
𝑒=
Total baris x Total kolom
Grand Total
(5)
subvariabel dengan terlabih dahulu menggunakan
Uji statistik untuk analisa tersebut dilakukan
jenjang ordinal (Notoatmodjo,2005).
Sehingga dapat di tentukan kategori untuk
dengan menggunakan program komputer yaitu
masing-masing sub variable penelitian sebagai
menggunakan Statistik Program Service Solution
berikut :
(SPSS) versi 17,0 maka hasil yang diperolah
a. Pengetahuan baik bila X ≥ Ẍ dan kurang dari
diinterpretasikan menggunakan probabilitas untuk
tabel 2 x 2 dimana tidak terdapat sel yang kurang
X<Ẍ
b. Peran guru berperan bila X ≥ Ẍ dan tidak
dari 5 dapat dlihat nilai p-value pada kolom Asymp.
Sig (2-sided) baris continuity correction dan untuk
berperan bila X < Ẍ
Selanjutnya data dimasukkan dalam table
tabel kontigensi 2 x 2 dimana terdapat sel yang
distribusi frekuensi dan ditentukan persentase dari
kurang dari 5 dapat dilihat nilai p-value pada baris
masing-masing sub variable dengan menggunakan
Fisher’s Exact Test kolom Exact Sig (2-sided)
rumus menurut Bidoarto (2002) sebagai berikut :
maka jika p-value Λƒ 0,05 maka Ho diterima
𝑓
𝑝 = 𝑛x 100%
(3)
(Trihendradi, 2009).
Keterangan :
P = Persentase
f = Frekuensi
n = Jumlah responden menjadi sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Analisa Univariat
Analisa Bivariat
Untuk mengukur hubungan peran guru
terhadap pengetahuan remaja tentang seks bebas,
akan
dilakukan
sedangkan jika p-value Λ‚ 0,05 maka Ho ditolak
analisa
silang
dengan
menggunakan table silang yang dikanal dengan
baris x kolom (B x K) dengan derajat kebebasan
yang sesuai dengan tingkat kemaknaan 0,005
Volume 1, No. 1, Januari 2017
a.
Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas
Hasil
pengolahan
data
pengetahuan
didapatkan total skore 986 dan nilaiαΊ‹= 11,8.
Berdasarkan nilai rata-rata, pengetahuan dapat
dikatagorikan baik apabila x ≥ 11,8 dan kurang
apabila x < 11,8. Hasil pengkatagorian tersebut
90
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Analisa Bivariat
Hubungan Peran Guru Terhadap Pengetahuan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Remaja Tentang Seks Bebas di SMA
Negeri 1 Kecamatan Indrapuri
Kabupaten Aceh Besar tahun 2016
Pengeta
No
Frekuensi Persentase
huan
Baik
52
63,4
1
Kurang
2
30
Remaja Tentang Seks Bebas.
Tabel 4. Hubungan Peran Guru Terhadap
Pengetahuan Remaja Tentang Seks
Bebas
36,6
82
100
Total
(Sumber data primer diolah tahun 2016)
No
1.
Dari
Tabel
2.
menunjukkan
bahwa
2.
pengetahuan responden tentang Seks Bebas di
Peran
Pengajar
dan
Pembim
bing
Ada
Tidak
Ada
Total
SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaen
Pengetahuan
Total
Baik
Kurang
37
(63,7%)
15
(62,5%)
52
(63,4%)
21
(36,3%)
9
(37,5%)
30
(36,6%)
58
(100%)
24
(100%)
82
(100%)
Nilai
α
Pvalue
0,05
0,006
(Sumber data primer diolah tahun 2016)
Aceh Besar sebagian besar berada pada katagori
Berdasarkan hasil analisa di atas pada
baik yaitu sebayak 52 responden (63,4%).
a. Peran Guru Sebagai Pengajar/Pembimbing.
Hasil pengolahan data peran pengajar dan
pembimbing didapatkan total skore 303 dan
nilaiαΊ‹=
3,6.
Berdasarkan
nilai
rata-rata,
pengetahuan dapat dikatagorikan ada apabila x ≥
3,6 dan tidak ada apabila x < 3,6. Hasil
pengkatagorian tersebut dapat dilihat pada tabel
ketegori peran guru sebagai pengajar dan
pembimbing terhadap pengetahuan remaja tentang
Seks Bebas di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri
Kabupaten Aceh Besar dijumpai pada responden
dengan katagori “ada” sebanyak (63,7 %),
sedangkan pada katagori “tidak ada” peran guru
sebagai pengajar dan pembimbing terdapat
pengetahuan katagori kurang sebanyak (37,5 %).
berikut ini :
Berdasarkan perhitungan uji Continuity Correction,
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Peran Guru
Sebagai Pengajar dan Pembimbing
No
1
Pengetahuan
Ada
Frekuensi
Persentase
58
70,7
2
Tidak Ada
24
Total
82
(Sumber data primer diolah tahun 2016)
29,3
100
Dari Tabel 3 menunjukan bahwa peran guru
sabagai pengajar dan pembimbing di SMA Negeri
1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar
sebagian besar dari responden pada katagori ada
sebanyak 58 responden (70,7 %).
diperoleh nilai p = 0,006. Nilai tersebut lebih kecil
dari α = 0,05, dengan demikian ada hubungan yang
signifikan antara peran guru sebagai pembina
dengan pengetahuan remaja tentang Seks Bebas
atau Ha (hipotesa alternatif) diterima.
Pembahasan
Analisa Univariat
a. Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas
Berdasarkan
analisa
data
menunjukkan
bahwa pengetahuan responden tentang Seks Bebas
di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten
Aceh Besar sebagian besar berada pada kategori
Volume 1, No. 1, Januari 2017
91
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
baik sebanyak 52 responden (63,4 %) dan kurang
bebas baik, sebanyak 62 siswa (67,39%), dan
sebanyak 30 responden (36,6 %).
sikap remaja tentang seks bebas yang mendukung
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa
atau positif sebanyak 52 siswa (56,52%).Hal ini
sebagian besar pengetahuan remaja tentang Seks
disebabkan karena mudahnya siswa memperoleh
Bebas baik.Hal ini bisa dipengaruhi oleh dekatnya
informasi mengenai seks bebas.
akses
informasi
yang
bisa
didapatkan
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat
remaja.Adanya kegiatan ekstrakulikuler disekolah
berasumsi bahwa pengetahuan remaja yang baik
yang berkaitan dengan Seks Bebas, penyuluhan
dapat dipengaruhi oleh adanya informasi di
dari lembaga terkait juga memberikan pengetahuan
sekolah dan media informasi lainnya yang bisa
pada remaja.Dengan adanya pengetahuan yang
diakses
baik remaja dapat menyesuaikan diri dengan
menampilkan
lingkungan dan dapat berprilaku yang sehat.
pengetahuan yang baik.
remaja.
Sehingga
perilaku
yang
remaja
sehat
dapat
dengan
Hal ini sesuai dengan teori menurut Potter
Letak sekolah yang stategis dan bukan di
dan Perry (2005), yang menyatakan bahwa
daerah terpecil serta dekat dengan pusat informasi
pengetahuan merupakan salah satu variabel yang
membuat remaja mudah memperoleh informasi
mempengaruhi perilaku dan keyakinan seseorang,
yang dibutuhkan. Ditambah lagi sarana dan
selain itu kemampuan kognitif membentuk cara
prasana yang memadai.
berpikir seseorang, meliputi kemampuan untuk
Pihak sekolah juga menyediakan layanan
mengerti faktor-faktor yang berpengaruh dalam
internet disekolah, yang bisa digunakan pada
kondisi sakit dan pratek kesehatan personal.
jam-jam tertentu sehingga tidak mengganggu
Pengetahuan dan kognitif merupakan domain
proses belajar mengajar, ini tentunya sangat
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
membantu remaja untuk memperoleh informasi
seseorang.
dapat
dan menambah pengetahuan remaja. Informasi
menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan
yang remaja dapatkan sangat berguna bagi mereka
seseorang,
membentuk
dalam membentuk perilaku dan kepribadian yang
kepercayaan seseorang serta sikap terhadap suatu
baik. Sehingga remaja bias diterima dengan baik
hal. Perilaku yang disadari pengetahuan lebih
oleh lingkungan baik di masyarakat maupun di
langgeng dari perilaku yang tidak disadari
sekolah.
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
b.
Meningkatnyapengetahuan
pengetahuan
juga
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
Peran
Guru
Sebagai
Pengajar dan
Pembimbing
oleh Agus Setiawan (2010), gambaran tingkat
Berdasarkan hasil analisa dan menunjukkan
pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMK
bahwa peran guru sebagai pendidik dan pembina
Budi Bhakti I Purbolinggo Kabupaten Lampung
di SMA Negeri 1 kecamatan Indrapuri Kabupaten
Timur Tahun 2010 didapat hasil bahwa tingkat
Aceh Besar sebagian besar pada kategori ada
pengetahuan siswa kelas X dan XI tentang seks
sebanyak 58 (70,7%)
Volume 1, No. 1, Januari 2017
dan peran guru pada
92
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
kategori tidak sebanyak 24 (29,3%).
Hasil
penelitian
disebabkan karena kurangnya kesadaran remaja
menunjukkan
bahwa
sebagian besar responden menyatakan adanya
tentang keadaannya dan tidak ada keterbukaan
antara orang tua dan anaknya.
peran guru yang baik dakam memberikan
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat
pengetahuan pada remaja tentang seks bebas.
berasumsi bahwa adanya peran guru di sekolah
Dengan adanya peran guru dapat memberikan
dalam memberikan pemahaman tentang Seks
pemahaman yang tepat pada remaja tentang seks
bebas pada remaja.Adanya didikan yang baik
bebas, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
sangat dibutuhkan dalam memberikan pendidikan
remaja tentang seks bebas.
kesehatan tentang seks pada remaja sehingga dapat
Peran guru sebagai pendidik dan pengajar
sangat menentukan dalam upaya pencegahan
terjadinya
seks
bebas
Guru tidak hanya memberikan pendidikan
faktor
yang sesuai dengan mata pelajaran, akan tetapi
bebas
juga
gurur
membentuk perilaku remaja yang baik. Remaja
pendidik dan pengajar di sekolah sangat diperlukan.
tidak hanya menerima pendidikan moral di rumah
Salah satu fungsi didikan dan konseling adalah
dari orang tua, tetapi juga di sekolah.Sehingga
fungsi atau upaya pencegahan, yakni suatu upaya
dapat membentuk generasi yang berperilaku sehat
untuk melakukan intervensi mendahului kesadaran
dan berakhlak baik.
penyebab
akan
meminimalkan
terjadinya
tersebut.Keberadaan
sekolah
maupun di masyarakat.
atau
sekurang-kurangnya
di
mencegah terjadinya seks bebas di sekolah
dan
kebutuhan
seks
peran
serta
pemberian
(2006), gambaran pengetahuan remaja tentang
I B Barat Desa Paya
Bakung Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2006
penelitian yang terlibat pergaulan tidak baik
80,9%
sedangkan
remaja
yang
memperoleh sumber informasi tentang seks bebas
sebanyak 47,6% dan remaja yang keadaan
ekonominya baik sebanyak 35,6% serta remaja
yang berpengetahuan cukup tentang seks bebas
sebanyak 43% sedangkan baik dan kurang
masing-masing sebanyak 28,5%. Berdasarkan
hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
kurangnya pengetahuan remaja tentang seks bebas
Volume 1, No. 1, Januari 2017
dalam
Analisa Bivariat
Dari hasil yang dilakukan oleh Ica Mahira
sebanyak
moral
bantuan
(Fatckhurrahman dkk, 2006).
seks bebas di Dusun
memberikan pendidikan
a. Hubungan
Peran
Guru
Terhadap
Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas di
SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri
Kabupaten Aceh Besar.
Berdasarkan hasil analisa data dapat dilihat
bahwa pengetahuan responden tentang seks bebas
di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri Kabupaten
Aceh Besar, paling banyak dijumpai pada peran
pengajar dan pembimbing dengan kategori baik
sebanyak 37 (63,7%). Berdasarkan perhitungan uji
Continuity Correction, diperoleh ada hubungan
yang signifikan antara peran guru sebagai pengajar
dan pembimbing dengan pengetahuan remaja
tentang seks bebas.
93
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru
bebas dengan kecenderungan terjadinya hubungan
berperan baik dalam peningkatan pengetahuan
seks bebas pada remaja kelas II di SMA Berbudi
siswa tentang seks bebas. Pengetahuan kurang
Yogyakarta 2008. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat pada peran guru yang tidak ada. Sehingga
bahwa 18 responden (47,3%) memiliki tingkat
menunjukkan bahwa peran guru sebagai pendidik
pengetahuan yang baik, 12 responden (31,5%)
dan pengajar berhubungan dengan pengetahuan
memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 8
siswa.
responden (21,2%) memiliki tingkat pengetahuan
Menurut Fatckhurrahman dkk (2006), upaya
yang kurang. Responden yang mempunyai
yang dapat dilakukan guru di sekolah untuk
kecenderungan menolak seks bebas ada 30
mencegah terjadinya seks bebas sebagai berikut :
responden (79%), dan ragu-ragu ada 8 responden
memberikan informasi dan penyuluhan kepada
(21%). Hubungan tingkat pengetahuan remaja
siswa tentang bahaya seks bebas terhadap
tentang
kesehatan, memahami tentang dampak negatif dari
terjadinya
seks bebas, menganjurkan kepada siswa untuk
remajamenunjukkan
menyelenggarakan diskusi tentang seks bebas
dengan r > r =0,971 > 0,304.
dengan segala aspeknya, melakukan koordinasi
dengan
instansi
terkait
bebas
dengan
hubungan
seks
ada
kecenderungan
bebas
hubungan,
pada
terbukti
Berdasarkan uraian di atas penelitian dapat
memberikan
berasumsi bahwa peran guru sebagai pendidik
penyuluhan kepada siswa tentang seks bebas,
dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang
menganjurkan agar siswa aktif mengikuti kegiatan
seks bebas. Guru yang tidak hanya berperan dapat
ekstrakurikuler di sekolah seperti pramuka,
mempengaruhi kurangnya pengetahuan bagi siswa.
olahraga, privat, mengikuti lomba poster/leaflet,
Proses bimbingan dan pendidikan yang diberikan
lomba pidato dan lain-lain dalam rangka
guru
kampanye memerangi terjadinya seks bebas.
peningkatan wawasan pada siswa sehingga dapat
Memberikan
untuk
seks
pendidikan
kepada
siswa
dapat
memberikan
pemahaman
dan
melakukan berbagai macam pencegahan seks
tentang sekas bebas, melibatkan siswa dalam
bebas
di
perencanaan pencegahan dan penanggulangan
masyarakat.
sekolah
maupun
di
lingkungan
terjadinya seks bebas di sekolah, membentuk citra
Peran guru sangat dibutuhkan oleh remaja
diri yang positif dan mengembangkan ketrampilan
disekolah, mengingat guru adalah orang tua siswa
yang positif untuk tetap menghindari terjadinya sek
di sekolah. Sebagian besar waktu siswa banyak
bebas,
meyediakan
pilihan
kegiatan
yang
dihabis di sekolah untuk belajar dan bertatap muka
siswa
(ektrakurikuler),
dengan guru-guru.Tidak perlu mata pelajaran
meningkatkan kegiatan bimbingan konseling
khusus untuk memberikan pengetahuan dan
(Anonymous, 2007).
pemahaman tentang seks bebas, guru dapat
bermakna
bagi
Penelitian yang dilakukan oleh kurnia (2009),
menyelipkan pendidikan seks bebas di sela-sela
hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang seks
materi yang di ajarkan. Sehingga pengetahuan dan
Volume 1, No. 1, Januari 2017
94
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
wawasan remaja bertambah akan tetapi tidak
menekan jiwa remaja.
2. Bagi institusi pendidikan agar menjadikan hasil
penelitian ini sebagai bahan masukan dan
bacaan dalam meningkatkan pengetahuan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasrkan hasil penelitian dapat ditarik
mahasiswa tantang seks bebas.
3. Bagi tempat penelitian dapat menjadikan hasil
kesimpulan sebagai berikut :
penelitian ini sebagai bahan masukan dan
1. Pengetahuan responden tentang pengertian seks
peningkatan wawasan tentang seks bebas.
bebas di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri
Kabupaten Aceh Besar sebagian besar berada
pada kategori kurang sebanyak 43 (52,4%).
2. Pengetahuan responden tentang penyebab seks
bebas di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri
Kabupaten Aceh Besar sebagian besar berada
pada kategori kurang sebanyak 50 (60,9%).
3. Pengetahuan responden tentang dampak seks
DAFTAR PUSTAKA
Ayu,
Ida
Chandranita
Memahami
M,
dkk.
Kesehatan
(2009).
Reproduksi
Wanita Edisi 2. Jakarta: EGC.
Anonymous (2007). Pergaulan Bebas. Dikutip
pada
tanggal
11
Januari
2012,
http://www.wordpress.com.
bebas di SMA Negeri 1 Kecamatan Indrapuri
Antara. (2009). Wacana Remaja, Berperilaku
Kabupaten Aceh Besar sebagian besar berada
Sehat Hidup Akan Sehat. Dikutip pada
pada kategori baik sebanyak 44 (53,6%).
tanggal
4. Peran guru sabagai pengajar dan pembimbing
responden di SMA Negeri 1 Kecamatan
Indrapuri Kabupaten Aceh Besar sebagian
besar berada pada kategori ada sebanyak 58
(70,7%).
5. Ada hubungan yang signifikan antara peran
guru sebagai pengajar dan pembimbing dengan
pengetahuan siswa tentang seks bebas dengan
P-value = 0,006 (< α 0,05).
Saran
1. Bagi peneliti lain agar dapat menjadikan hasil
penelitian ini sebagai bahan masukan dan
perbandingan dalam melakukan penelitian
lanjut tentang seks bebas.
11
Januari
2012,
http://www.antaranews.co.id.
Anton.
(2009).
Pendidikan
Kesehatan
Reproduksi. Dikutip pada tanggal 13
Januari
2012,
http://www.antonbahagia.com.
BKKBN.
(2006).
Multi
Media
Materi
Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta:
BKKBN.
Danim, Sudarman. (2002). Pendidikan Islam di
Rumah,
Sekolah
dan
Masyarakat.
Jakarta: Gema Insani.
Dinas Syari’at Islam, (2009). Remaja yang
melakukan Khalwat. Aceh Besar.
Depkes RI. (2006). lebih 1,2 Juta Remaja
Indonesia Sudah Melakukan Hubungan
Seks Pranikah. Dikutip 12 januari 2012,
http://www.wordpress.com/karodelnet.bl
Volume 1, No. 1, Januari 2017
95
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
ogspot.com/2008/08/lebih-12-jutaremaja
Yogyakarta 2008. Dikutip pada tanggal
indonesia-sudah.html
25
Esti, Sri Wuryani D. (2008). Pendidikan seks
keluarga. Jakarta: PT. INDEKS..
Fuad.
Agustus
2012,
http://Skripsistikes.www.wordpress.c
om/2009/05/03/Ikiii78/.
(2003).
Pengaruh
pendididkan
Munira, Ica. (2006). Gambaran pengetahuan
kesehatan
seksual
terhadap
remaja tentan seks bebas di Desa Paya
pengetahuan dan sikap remaja dalam
Bakung
upaya pencegahan penularan HIV/AIDS
Hamparan Perak Tahun 2006. Dikutip
di kodia Yogyakarta. Berita kedoktoran
masyarakat
IX/IXI-60.
Yogyakarta:
UGM.
Fatckhurrahman, dkk. (2006). Peran Guru
Pengajar
dan
Pembimbing
Dalam
Dusun
I
B
Kecamatan
pada tanggal 22 September 2012,
http://helvetia.ac.id/library/gdl.php?
mod=browse&op=read&id=supthelp
p--icamahira-3).
Upaya Pencegahan Perilaku Seks Bebas
Madani, Yusuf. (2009). Pendidikan seks Untuk
Pada Siswa SMA Negeri dan Swasta
anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka
Kota
Zahra.
Palangka
Raya.Penerbit
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Muhammadiyah
Palangkaraya. Dikutip pada tanggal 25
Agustus
2012,
(2008).
Peran
Guru
Sebagai
Pengajar dan Pembimbing. Dikutip
pada
tanggal
12
Januari
2012,
http://hlasrinkosgorobogor.wrodpress
Sagung Seto.
Nugraha, Boyke. (2009). Seminar Seks. Dikutip
tanggal
13
Januari
2012,
http://www.solusisehat.net
Nugraha,
Boyke.
(2008).
Remaja
Hubungan Seks Pranikah.
dan
Jakarta.:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan
.com
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Iqbal. (2005). Remaja Aceh Dan Seks Bebas.
Dikutip pada tanggal 11 Januari 2012,
http://www.remajaacehdanseksbebas.
co.id
Kurnia.
Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
pada
http://www.wordpress.com
Herman.
Martaadisoebrata. (2005). Tumbuh Kembang
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodelogi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta:
PT
Rineka Cipta.
(2009).
Pengetahuan
Bebas
Hubungan
Remaja
Dengan
Tingkat
Tentang
Seks
Kecenderungan
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Kesehatan
Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Terjadinya Hubungan Seks Bebas Pada
Remaja Kelas II di SMA Berbudi
Volume 1, No. 1, Januari 2017
96
www.jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi
Jurnal Dedikasi Pendidikan
Sarwono. (2008). Psikologi Remaja edisi
Revisi. Jakarta: Raja Gravindo Persada.
Setiawan, Agus. (2010). Gambaran Tingkat
Pengetahuan
Bebas
di
Remaja
SMK
Purbolinggo
Timur
Budi
Kabupaten
Tahun
tanggal
tentang
22
2010.
Seks
Bhakti
I
Lampung
Dikutip
September
pada
2012,
http://www-skripsipedia-com.blogsp
ot.com/2011/10/gambaran-pengetahu
an-dan-sikap-siswa.html.
Taruna, R. M. (2009). Peran Guru Dalam
Proses Pendidikan. dikutip pada tanggal
11
Januari
2012,
http://blog.unila.ac.id/hairuddin/2009
/10/29/peran-guru-dalam-proses-pen
didik .
Tode. (2006). Guru Sebagai Pendidi. Dikutip
pada
tanggal
11
Januari
2012,
http://www.sabda.org/lead/guru_sebagai
_pendidik
Tanjung, Armaidi. (2007). Free seks No! Nikah
Yes. Jakarta: Amzah.
Yakita. (2007). Majalah Kesehatan Healt
Messenger. NAD: AMI.
Yusuf,
Syamsu.
Perkembangan
(2008).
Anak
Psikologi
&
Remaja.
Bandung: Rosda.
Volume 1, No. 1, Januari 2017
97
Download