eJournal Administrasi Bisnis - Jurnal Administrasi Bisnis

advertisement
eJournal Administrasi Bisnis, 2015, 3 (4) : 769-781
ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2015
ANALISIS KONDISI PIUTANG USAHA PADA PT
PELABUHAN INDONESIA IV (PERSERO) CABANG
SAMARINDA
Sri Mulyati1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi piutang perusahaan
sehingga dapat mengurangi jumlah piutang tak tertagih (bad debt).Metode
analisis yang digunakan yaitu Analisis Periode penagihan rata-rata, Perputaran
putang/Receivable Turn Over (RTO), dan Umur rata-rata Piutang/Avarage
Collection Period (ACP). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Samarinda dalam mengelola
kondisi piutang perusahaan masih belum baik. Hal ini dilihat dari perhitungan
ACP perusahaan yang hasilnya masih jauh dari standar hari yang ditetapkan
sebagai standar kredit perusahaan. Jika nilai ACP lebih kecil atau sama dengan
standar hari yang ditetapkan perusahaan, berarti pengendalian piutang dapat
dikatakan berhasil. Sebaliknya, jika beberapa pelanggan kredit melakukan
penunggakan atau melanggar standar kredit yang ditetapkan perusahaan berarti
bagian administrasi/penatausahaan piutang belum melakukan tugasnya secara
optimal.
Kata Kunci : Analisis Kondisi Piutang Usaha
Pendahuluan
Kesuksesan perusahaan dalam bisnis hanya bisa dicapai melalui pengelolaan
yang baik, khususnya pengelolaan manajemen keuangan sehingga modal yang
dimiliki bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Menurut Riyanto (2001:12),
manajemen keuangan adalah keseluruhan aktivitas perusahaan yang berhubungan
dengan usaha mendapatkan dana yang diperlukan dengan biaaya yang minimal dan
syarat syarat yang paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana
tersebut seefisien mungkin.
Dalam mengelola manajemen keuangan, khususnya mengenai piutang perlu
direncanakan dan dianalisa secara seksama, sehingga kebijakan manajemen
piutang dagang dapat berjalan secara efektif dan efisien, baik mengenai prosedur
piutang, penagihan piutang, penjualan kredit dan masalah piutang lainnya. Secara
umum piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara
kredit. Menurut Jusup (2005:327), Penjualan kredit adalah penjualan yang
dilakukan bila pembayarannya baru diterima beberapa waktu kemudian. Ditengah
1
Mahasiswa, S1 Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Mulawarman, Email: [email protected]
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015:769-781
persaingan bisnis yang ketat perusahaan dituntut untuk mampu meraih posisi pasar,
sehingga perusahaan perlu melakukan strategi penjualan secara kredit, agar jumlah
penjualan meningkat.
PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Samarinda, merupakan salah
satu BUMN yang dipercaya oleh pemerintah dalam mengembangkan sektor
penyediaan dan pengelolaan jasa transportasi air, khususnya laut. Tarif pelayanan
jasa labuh tambat dikenakan terhadap setiap perusahaan kapal yang berkunjung
menggunakan perairan pelabuhan di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan. Kapal tersebut biasanya bertambat pada
tambatan dermaga (Beton, Besi, dan Kayu), pelampung dan pinggiran kapal yang
sedang merapat pada kapal lain yang sedang sandar/tambat. Tidak semua
pengguna jasa pelabuhan membayar kegiatannya dengan cara tunai. Untuk
kelancaraan usaha pelayanan kepelabuhan maka PT Pelabuhan Indonesia IV
Cabang Samarinda memberikan kebijakan yang berupa pembayaran kredit. Akan
tetapi kebijakan yang diberikan oleh perusahaan tidak dimanfaatkan dengan baik
oleh para pelanggan. Masih banyak saja para pelanggan khususnya para agen
kapal yang menggunakan fasilitas pelabuhan tidak membayar hutangnya kepada
PT Pelabuhan Indonesia IV. Apabila di tagih oleh perusahaan para agen kapal
tersebut selalu saja banyak alasan untuk menunda tagihan kapal mereka.
Berdasarkan hal-hal yang diungkapkan diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul :“Analisis Kondisi Piutang Usaha Pada
PT.Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Samarinda.
Kerangka Dasar Teori
Pengertian Analisis
Analisis merupakan suatu kegiatan penyelidikan terhadap suatu peristiwa
untuk mengetahuikeadaan yang sebenarnya pada perusahaan (Dwi Prastowo,
2002:40).
Pengertian Kondisi Piutang
Kondisi Piutang merupakan keadaan piutang suatu perusahaan yang selalu
dalam keadaan berputar, artinya piutang akan tertagih pada saat tertentu dan akan
timbul lagi akibat penjualan begitu seterusnya (Bramasto Ari,2008:215).
Pengertian Piutang
Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa
yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam satu siklus
kegiatan perusahaan (Mulyadi, 2001:87).
Peranan dan Arti Penting Piutang
Piutang (receivables) merupakan elemen modal kerja yang juga selalu
dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja
yaitu : Kas
Barang
Piutang
Kas
Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa elemen piutang mempunyai
tingkat likuiditas yang tidak selikuid elemen kas, karena untuk menjadikan
piutang dalam bentuk uang tunai memerlukan waktu yang tergantung dari syarat
kredit yang diberikan oleh perusahaan dan kelancaran pengembaliannya. Oleh
770
Analisis Kondisi Piutang Usaha PT Pelindo IV Cabang Samarinda (Sri Mulyati)
karena itu semakin besar nilai elemen piutang semakin besar pula resiko yang
timbul. Disamping itu dana yang tertanam didalamnya semakin besar sehingga
kebutuhan dana dalam perputaran modal kerja menjadi besar pula.
Pada umumnya perusahaan melakukan penjualan secara kredit untuk dapat
mempertahankan langganan-langgganan yang sudah ada sekarang dan untuk
menarik langganan-langganan baru. Dari penjualan kredit akan menimbulkan
penagihan atau piutang kepada langganan yang sangat erat hubungannya dengan
persyaratan-persyaratan kredit yang diberikan. Karena piutang merupakan salah
satu investasi dari aktiva lancar, maka piutang dianggap memiliki waktu
perputaran yang cepat dari satu tahun sehingga aktiva ini mudah dicairkan
menjadi uang kas.
Perputaran Piutang Usaha
Piutang usaha merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan
berputar, artinya piutang akan tertagih pada saat tertentu dan akan timbul lagi
akibat penjualan begitu seterusnya. Periode perputaran piutang usaha tergantung
pada panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat
keadaan kredit. Semakin lama syarat pembayaran kredit berarti semakin lama
terikatnya modal kerja tersebut dalam piutang dan berarti semakin kecil tingkat
perputaran piutang usaa dalam satu periode dan sebaliknya. Menurut Riyanto dan
Bramasto Ari (2008:215), perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan
lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas. Putaran piutang dihitung
dengan membagi penjualan kredit bersih dengan saldo rata–rata piutang. Piutang
yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan erat dengan volume
penjualan kredit. Posisi piutang dapat dihitung dengan menggunakan rasio
perputaran piutang. Perputaran piutang usaha merupakan rasio aktivitas yaitu
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam perputaran modal. Rasio
perputaran piutang diartikan dengan berapa kali suatu perusahaan dalam setahun
mampu membalikkan atau menerima kembali kas dari piutangnya.
Faktor-faktor yang Mengakibatkan Piutang Tidak Tertagih (Kredit Macet)
Penjualan secara kredit akan menguntungkan perusahaan karena lebih
menarik pembeli, sehingga volume penjualan meningkat dan menaikkan
pendapatan perusahaan. Dipihak lain penjualan secara kredit sering kali
mendatangkan kerugian yaitu apabila si debitur tidak mau atau tidak mampu
melaksanakan kewajibannya. Piutang tak tertagih timbul karena adanya resiko
piutang yang tidak dapat dibayar oleh debitur. Menurut Abdul Halim
(2002:45-47), kredit macet atau piutang tak tertagih dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu:
1. Faktor Internal yaitu faktor-faktor yang berasal dari pihak kreditur.
2. Faktor Eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari pihak debitur.
Pengendalian Piutang
Dalam pengendalian piutang dibutuhkan suatu usaha untuk mengawasi
setiap perkembangan yang terjadi baik dari jumlah atau kuantitasnya, waktu,
maupun keadaan debitur. Selain hal tersebut, perusahaan perlu menetapkan
771
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015:769-781
kebijakan piutang yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi unit kerja yang
mengurusi masalah piutang perusahaan.
Berdasarkan peraturan direksi pedoman pengendalian piutang usaha
dimiliki oleh PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Samarinda sebagai
berikut :
a) Menekan/memperkecil saldo piutang usaha untuk meningkatkan arus masuk
kas (cash in flow) perusahaan.
b) Mewujudkan pengendalian administrasi piutang dan penata usahaan piutang
usaha perusahaan.
c) Meningkatkan koordinasi antar seluruh unit kerja perseroan dalam upaya
menekan saldo piutang.
d) Membangun hubungan kerja sama yang erat dengan pengguna jasa agar tertib
dan lancar dalam mlaksanakan pelunasan tagihan jasa kepelabuhan.
Risiko Kerugian Piutang
Setiap usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan mengandung
risiko yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini risiko yang dapat dikendalikan
agar berada dalam batas yang wajar. Risiko yang timbul karena transaksi
penjualan secara kredit disebut risiko kerugian piutang.
Menurut S.Munawir berpendapat bahwa semakin besar day’s receivable
suatu perusahaan semakin besar pula risiko kemungkinan tidak tertagihnya
piutang dan jika perusahaan tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan
kerugian yang timbul karena tidak tertagihnya piutang (allowance for bad debt)
berarti perusahaan telah memperhitungkan labanya terlalu besar (overstated).
Risiko kerugian piutang terdiri dari beberapa diantaranya :
a) Risiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (piutang)
Risiko ini terjadi jika jumlah piutang tidak dapat direalisasikan sama
sekali. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor misalnya karena seleksi
yang kurang baik dalam memilih langganan sehingga perusahaan
memberikan kredit kepada langganan yang tidak potensial dalam membayar
tagihan, juga dapat ternyadi adanya stabilitas ekonomi dan kondisi negara
yang tidak menentu sehingga piutang tidak dapat dikembalikan.
b) Risiko tidak dibayarnya sebagai piutang
Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan, bahkan bisa menimbulkan
kerugian jika jumlah piutang yang diterima kurang dari harga pokok barang
yang dijual secara kredit.
c) Risiko keterlambatan pelunasan piutang
Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana atau untuk biaya
penagihan. Tambahan dana ini akan menimbulkan biaya yang lebih besar
apabila harus dibelanjai oleh pinjaman.
d) Risiko tertanamnya modal dan piutang
Risiko ini terjadi karena adanya tingkat peputaran piutang yang rendah
sehingga akan mengakibatkan modal kerja yang tertanam dalam piutang
semakin besar dan hal ini bisa mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak
produktif. Dalam piutang, risiko kerugian akibat piutang yang tidak dapat
772
Analisis Kondisi Piutang Usaha PT Pelindo IV Cabang Samarinda (Sri Mulyati)
diterima pembayarannya selalu ada. Ada dua metode penyisihan piutang
yaitu :
1. Metode penghapusan langsung
Dalam metode ini kerugian piutang yang tidak bisa ditagih, dicatat
langsung pada periode saat terjadinya penghapusan piutang dengan
perkiraan debet “beban penghapusan piutang” dan kredit perkiraan
“piutang dagang”.
2. Metode penyisihan/cadangan
Pada metode ini, setiap akhir periode dilakukan penaksiran terhadap
piutang yang dimiliki perusahaan, sehingga diperoleh taksiran dari
piutang yang disangsikan dapat ditera pembayarannya. Taksiran ini
dicatat pada perkiraan debet “beban piutang” dan kredit pada perkiraan
“penyisihan piutang” .
Ketentuan Umum Kegiatan Pelabuhan
Pasal 1
Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :
1) Pelabuhan laut yang diusahakan adalah pelabuhan laut yang diselenggarakan oleh
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I, II, III dan IV;
2) Direksi adalah Direksi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I, II, III dan IV;
3) Kapal adalah semua alat pengangkut di permukaan air baik bermotor maupun
tidak bermotor;
4) Kapal Niaga adalah Kapal yang digunakan untuk mengangkut barang,
penumpang dan hewan yang berkunjung ke pelabuhan untuk kepentingan niaga
termasuk kapal Pemerintah/ABRI yang mengangkut barang, penumpang dan
hewan untuk kepentingan niaga;
5) Kapal bukan niaga adalah kapal yang selama berkunjung di pelabuhan tidak
menurunkan atau menaikkan penampung maupun membongkar atau memuat
barang atau hewan, kecuali dalam keadaan darurat dan tidak mempunyai maksud
lain kecuali untuk mengambil air, bahan makanan, alat, bahan bakar serta
keperluan lain yang dipergunakan dalam melanjutkan perjalanannya, menambah
anak buah kapal, mendapat pertolongan dokter, pertolongan dalam kebakaran,
pembasmian tikus, menerima perintah serta menyerahkan atau mengambil
barang-barang pos;
6) Kapal angkutan laut luar negeri adalah kapal yang melakukan kegiatan angkutan
laut ke atau dari Luar Negeri yang dilakukan dengan menggunakan semua jenis
kapal, kecuali kapal motor berukuran sampai dengan 35 GRT isi kotor atau
perahu layar/kapal layar motor berukuran sampai dengan 300 GRT isi kotor;
7) Kapal liner angkutan laut luar negeri adalah kapal angkutan laut negeri yang
melakukan
kunjungan
kepelabuhan-pelabuhan
di
Indonesia
dan
pelabuhan-pelabuhan di luar negeri atau sebaliknya dengan trayek tetap dan
teratur;
8) Kapal tramper angkutan laut luar negeri adalah kapal angkutan laut luar negeri
yang melakukan kunjungan kepelabuhan-pelabuhan di Indonesia dari
773
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015:769-781
pelabuhan-pelabuhan di luar negeri atau sebaliknya dengan trayek tidak tetap dan
tidak teratur;
9) Pemanduan adalah kegiatan pandu dalam membantu Nakhoda agar olah gerak
kapal dapat dilaksanakan dengan selamat, tertib dan lancar;
10) Penundaan kapal adalah pekerjaan mendorong, menarik atau menggandeng
kapal yang berolah gerak, untuk bertambat ke atau untuk melepas dari dermaga,
jembatan, pelampung, dolphin dan kapal lainnya dengan mempergunakan kapal
tunda.
Metode Penelitian
a) Periode penagihan rata-rata
Menurut Lukas Setia Atmaja (1999:33) Periode penagihan rata-rata
mengukur perputaran piutang yang dihitung dalam dua tahap yaitu :
1. Penjualan tahunan dibagi dengan 360 untuk menentukan penjualan harian.
2. Total piutang dibagi dengan penjualan rata-rata harian untuk memperoleh
jumlah hari dimana penjualan terikat pada piutang.
Jadi bisa disimpulkan bahwa rumus dari periode penagihan piutang adalah
sebagai berikut :
Piutang
Periode penagihan piutang =
Penjualan tahunan/360
Sumber Lukas Setia Atmaja (1999:33)
Jumlah hari yang diperoleh dari tahap kedua ini merupakan periode
penagihan rata-rata karena merupakan lamanya waktu rata-rata bagi perusahaan
harus menunggu menerima pembayaran setelah terjadinya penjualan.
b) Perputaran Piutang (Receivable turn over – RTO)
Piutang sebagai unsur modal kerja dalam kondisi berputar, yaitu dari kas,
proses komoditi, penjualan, piutang, kembali ke kas. Makin cepat perputaran
piutang makin baik kondisi keuangan perusahaan. Perputaran piutang dapat
disajikan dengan perhitungan sebagai berikut:
Piutang awal tahun + Piutang akhir tahun
Rata-rata Piutang =
2
Sumber Sutrisno (2003,64)
Rumus untuk menghitung perputaran piutang
Penjualan Kredit
Perputaran Piutang =
= .... Kali
Rata-rata piutang
Sumber Sutrisno (2003,64)
774
Analisis Kondisi Piutang Usaha PT Pelindo IV Cabang Samarinda (Sri Mulyati)
c)
Umur rata-rata piutang (Average collection period – ACP)
Rasio ini berfungsi untuk mengetahui rata-rata hari yang diperlukan untuk
mengumpulkan piutang dan mengubahnya menjadi kas. Hasil yang ditetapkan
dari perhitungan ini akan dihubungkan dengan jumlah hari yang ditetapkan
sebagai standar kredit jika lebih kecil atau sama dengan, maka berarti
pengendalian piutang dapat dikatakan berhasil, dan sebaliknya. Maka berarti
beberapa pelanggan kredit melakukan penunggakan atau melanggar standar kredit
yang ditetapkan perusahaan.
Menghitung Average collection period – ACP
360
Rata-rata Piutang =
Perputaran Piutang (RTO)
Sumber Sutrisno (2003,64)
Hasil Penelitian
a) Periode Penagihan Rata-rata
Periode penagihan rata-rata mengukur perputaran piutang yang dihitung
dalam dua tahap yaitu :
1. Penjualan tahunan dibagi dengan 360 untuk menentukan penjualan harian.
2. Total piutang dibagi dengan penjualan rata-rata harian untuk memperoleh
jumlah hari dimana penjualan terikat pada piutang.
Adapun hasil dari perhitungan periode penagihan rata-rata adalah :
Hasil Perhitungan Periode Penagihan Piutang periode 2009-2013
Tahun
Piutang
Penjualan tahunan
Periode Penagiha
Rata-rata
21,03 hari
12,73 hari
18,68 hari
16,79 hari
18,40 hari
2009
4.165.408.714
71.275.433.601
2010
3.938.944.412
111.368.174.780
2011
3.551.408.986
68.426.999.107
2012
6.283.245.519
134.666.949.074
2013
10.469.265.843
204.802.787.890
Sumber : Data diolah, 2015
Dari perhitungan diatas dapat kita lihat bahwa setiap tahunnya periode
penagihan piutang rata rata 12,73-21,03 hari. Dari tabel diatas dapat kita lihat
bahwa tahun 2009 periode penagihan piutang adalah 21,03 hari. Hal ini dianggap
kurang baik karena periode penagihan piutang perusahaan pada tahun ini melebihi
dari yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu 8 hari. Sedangkan pada tahun 2010
periode penagihan piutang adalah 12,73 hari. Hal ini cukup baik dari tahun
sebelumnya dan pada tahun ini periode penagihan piutang yang paling cepat dari
tahun-tahun yang lain. Hal ini terjadi karna penjualan pada tahun 2010
meninngkat dan menyebabkan laba perusahaan juga meningkat. Laba meningkat
pada tahun 2010 terjadi karena adanya kegiatan pemanduan dan penundaan kapal
asing/dolar di muara jawa dan berau. Pada umumnya pelayanan kapal-kapal yang
akan masuk dan keluar di perairan pelabuhan dilayani oleh kapal pandu dan kapal
775
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015:769-781
tunda. Kapal pandu digunakan untuk memandu kapal dan kapal tunda untuk
menuntun kapal-kapal yang akan masuk dan keluar maupun berpindah tempat.
Pelayanan penundaan dengan kapal tunda ini hanya diwajibkan bagi kapal yang
berukuran 70 Meter s/d 150 Meter keatas. Berbagai type dan ukuran kapal yang
akan keluar masuk memerlukan pemanduan dengan kapal tunda dengan jumlah
dan type/ukuran yang berbeda-beda. Pelayanan pemanduan dan penundaan
terhadap kapal-kapal yang akan keluar masuk maupun pindah tempat di perairan
pelabuhan merupakan bagian dari usaha jasa kepelabuhan PT. Pelabuhan
Indonesia IV Cabang Samarinda. Pada tahun 2011 periode penagihan piutang
adalah 18,40 hari. Pada tahun ini lebih selisih 6 hari dari tahun sebelumnya ini
dikarenakan pada tahun ini penjualan perusahaan menurun cukup drastis
sedangkan piutang perusahaan stabil sama seperti tahun sebelumnya. Pada tahun
ini penjualan turun signifikan dari tahun sebelumnya disebabkan karena kegiatan
petikemas sudah ditiadakan dan di pindahkan ke palaran, dengan tidak adanya
lagi kegiatan petikemas di pelabuhan membuat pendapatan perusahaan menurun
secara signifikan, perusahaan tidak lagi mendapatkan keuntungan atau pendapatan
dari kegiatan petikemas. Pada tahun 2012 periode penagihan piutang adalah 16,79
hari. Pada tahun ini periode penagihan rata-rata lebih cepat 2 hari dibandingkan
tahun sebelumnya. Periode Penagihan rata-rata pada tahun ini lebih cepat
dikarenakan pada tahun ini para pelanggan membayar hutangnya cukup tepat
waktu. Pada tahun 2013 periode penagihan piutang adalah 18,40 hari. Pada tahun
ini periode penagihan piutang lebih lama satu hari dibanding tahun sebelumnya.
Hal ini terjadi dikarenakan piutang perusahaan mengalami kenaikan yang cukup
banyak dibanding tahun sebelumnya. Dilihat dari hasil keseluruhan diatas dapat
disimpulkan bahwa periode penagihan rata-rata piutang perusahaan masih belum
memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh perusahaan.
b) Perputaran Piutang
Piutang sebagai unsur modal kerja dalam keadaan berputar ,yaitu dari kas,
proses komoditi, penjualan, piutang, kembali ke kas. Makin cepat perputaran
piutang makin baik kondisi keuangan perusahaan. Adapun hasil perhitungan
perputaran piutang perusahaan adalah sebagai berikut :
Hasil Perhitungan Perputaran Piutang Usaha Perusahaan Periode 2009-2013
Tahun
Piutang Awal
Piutang Akhir
Penjualan
Kredit
Rata-rata
Piutang
Perputa
ran
Piutang
2009
5.868.503.407
4.165.408.714
71.275.433.601
5.016.956.061
14,20
2010
4.165.408.714
3.938.944.412
111.368.174.780
4.052.176.563
27,48
2011
3.938.944.412
3.551.408.986
68.426.999.107
3.745.176.699
18,27
2012
3.551.408.986
6.283.245.519
134.666.949.074
4.917.327.253
27,38
2013
6.283.245.519
10.469.265.843
204.802.787.890
8.376.255.681
24,45
Sumber: Data Diolah, 2015
776
Analisis Kondisi Piutang Usaha PT Pelindo IV Cabang Samarinda (Sri Mulyati)
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa kinerja perputaran piutang mengalami
fluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini ditunjukkan pada peningkatan perputaran
piutang yang terjadi pada tahun 2009 mengalami perputaran piutang sebesar 14,20
kali. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan perputaran piutang yaitu 27,48 kali atau
naik sebesar 13,28 dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena penjualan
perusahaan pada tahun ini mengalami kenaikan yang cukup drastis. Penyebab
kenaikan penjualan pada tahun ini adalah karena adanya kegiatan pemanduan dan
penundaan kapal asing/dolar di muara jawa dan berau. Penjualan naik pada tahun
ini membuat perusahaan memperoleh keuntungan yang cukup besar sehingga
keuangan perusahaan dapat membaik dan berputar dengan lancar. Pada umumnya
pelayanan kapal-kapal yang akan masuk dan keluar di perairan pelabuhan
dilayani oleh kapal pandu dan kapal tunda. Kapal pandu digunakan untuk
memandu kapal dan kapal tunda untuk menuntun kapal-kapal yang akan masuk
dan keluar maupun berpindah tempat. Pelayanan penundaan dengan kapal tunda
ini hanya diwajibkan bagi kapal yang berukuran 70 Meter s/d 150 Meter keatas.
Berbagai type dan ukuran kapal yang akan keluar masuk memerlukan pemanduan
dengan kapal tunda dengan jumlah dan type/ukuran yang berbeda-beda.
Pelayanan pemanduan dan penundaan terhadap kapal-kapal yang akan keluar
masuk maupun pindah tempat di perairan pelabuhan merupakan bagian dari usaha
jasa kepelabuhan PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Samarinda.
Pada tahun berikutnya, yaitu 2011 mengalami penurunan RTO sebesar 18,27
atau turun sebesar 9,21. Pada tahun ini terjadi penurunan cukup drastis dari tahun
sebelumnya dikarenakan pada tahun ini penjualan perusahaan menurun signifikan
hal ini disebabkan karena kegiatan petikemas di pelabuhan sudah ditiadakan.
Kegiatan petikemas pada tahun ini sudah dipindahkan ke palaran. Kegiatan
petikemas cukup besar penghasilannya bagi perusahaan. Penjualan turun pada
tahun ini menyebabkan perusahaan mengalami pendapatan yang sedikit dari
tahun-tahun sebelumnya. Perusahaan tidak dapat menggunakan uang lebih untuk
kegiatan perusahaan ini hal ini dapat merugikan perusahaan bila terus terjadi.
Kegiatan petikemas merupakan kegiatan Pelayanan terminal petikemas meliputi
penyewaan gudang penumpukan petikemas, lapangan, penyewaan petikemas.
Penggunaan petikemas bertujuan untuk wadah penyimpanan barang yang dapat
menampung atau menyimpan barang di dalamnya yang diinginkan untuk dapat
dikirimkan dalam jarak jauh (dengan menggunakan alat transport) dengan maksud
agar barang yang ada di dalamnya aman dalam perjalannya mulai dari si pengirim
sampai kepada si penerima.
Pada tahun 2012 kembali mengalami kenaikan menjadi 27,38 kali atau naik
sebesar 9,11. Hal ini terjadi karena pada tahun ini sedikit sekali pelanggan yang
mendapat kesalahan nota kegiatan sehingga para pelanggan dengan cepat bisa
membayar hutangnya. Pada tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 24,45 kali atau
turun hingga 2,93. Kinerja RTO perusahaan mencapai titik tertinggi yaitu pada
tahun 2010 dan tahun 2012 sebesar 27 kali dan sebaliknya RTO yang terendah pada
tahun 2009 sebesar 14,20. Pada tahun 2009, kinerja RTO perusahaan mencapai
titik terendah dalam lima tahun terakhir. Kinerja RTO pada tahun 2009 sebesar
777
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015:769-781
14,20 kali. Hal ini disebabkan karena tingkat penjualan yang sangat rendah yaitu
sebesar Rp. 71.275.433.601, dan pada tahun ini tidak ada kegiatan pemanduan dan
penundaan kapal asing sehingga menyebabkan pendapatan perusahaan sedikit di
banding tahun-tahun yang lain yang diikuti oleh rata-rata piutang yang tinggi yaitu
sebesar Rp. 5.016.956.061,- sehingga mengakibatkan tingkat RTO perusahaan
sangat rendah.
Pada tahun 2010, kinerja RTO meningkat menjadi lebih baik dari tahun 2009
yaitu 27,48 kali atau meningkat 13,28 kali. Hal ini disebabkan karena pendapatan
perusahaan meningkat yaitu dari Rp. 71.275.433.601,- pada tahun 2010 menjadi
Rp. 111.368.174.780,- dan juga terjadi penurunan rata-rata piutang Rp.
5.016.956.061,- pada tahun 2009 menjadi Rp. 4.052.176.563,- ini membuktikan
bahwa perusahaan berusaha untuk memperbaiki kinerja piutangnya dengan cara
meningkatkan penjualan kreditnya dan mengurangi dengan seminimal mungkin
jumlah piutang tertunggaknya, karena pada dasarnya semakin tinggi tingkat
perputaran piutang suatu perusahaan, maka semakin baik pengelolaan piutangnya,
dan juga jika tingkat perputaran piutangnya tinggi berarti semakin pendek waktu
terikatnya modal dalam piutang.
c) Umur Rata-rata Piutang (Average collection period – ACP)
Rasio ini berfungsi untuk mengetahui rata-rata hari yang diperlukan untuk
mengumpulkan piutang dan mengubahnya menjadi kas. Hasil yang ditetapkan
dari perhitungan ini akan dihubungkan dengan jumlah hari yang ditetapkan
sebagai standar kredit jika lebih kecil atau sama dengan, maka berarti
pengendalian piutang dapat dikatakan berhasil, dan sebaliknya. Maka berarti
beberapa pelanggan kredit melakukan penunggakan atau melanggar standar kredit
yang ditetapkan perusahaan.
Adapun hasil perhitungan umur rata-rata piutang adalah sebagai berikut :
Hasil Perhitungan Umur Rata-rata Piutang Usaha Perusahaan Periode
2009-2013
Hari dalam
Perputaran
Umur Rata-rata
satutahun
piutang
Piutang
2009
360
14,20 Kali
25,53 Hari
2010
360
27,48 Kali
13,09 Hari
2011
360
18,27 Kali
20,70 Hari
2012
360
27,38 Kali
13,14 Hari
2013
360
24,45 Kali
14,72 Hari
Sumber : Data diolah, 2015
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel diatas, perusahaan belum efektif
dalam mengelola piutang usahanya sesuai dengan standar dan batas waktu yang
telah ditentukan oleh perusahaan. Karena perusahaan menetapkan batas pelunasan
atau tanggal jatuh tempo selambat-lambatnya 8 (delapan) hari kalender sejak nota
tagihan diterima oleh pengguna jasa. Tingkat Average collection period (ACP)
perusahaan sangat dipengaruhi oleh tingkat Receivable Turn Over (RTO) tahun
bersangkutan. Semakin besar tingkat RTO perusahaan, maka semakin baik pula
Tahun
778
Analisis Kondisi Piutang Usaha PT Pelindo IV Cabang Samarinda (Sri Mulyati)
nilai ACPnya. Tingkat Average Collection period (ACP) perusahaan yang terbaik
pada tahun 2010 dan 2012, yaitu sebesar 13 hari, dimana tingkat perputaran
piutangnya pun sangat tinggi. Pada tahun ini perputaran piutang menjadi kas cukup
baik hal ini disebabkan karena sebagian pelanggan dapat membayar hutangnya
tepat waktu dan kerjasama dari para manajemen untuk melakukan tagihan pada
pelanggan berjalan dengan baik. Sedangkan tingkat ACP perusahaan yang
terendah adalah pada tahun 2009, dimana tingkat ACPnya mencapai 26 hari,
dimana tingkat perputaran piutangnya pun sangat rendah yaitu 14,20 kali. Pada
tahun ini para pelanggan yang berhutang pada perusahan cukup sulit untuk ditagih
hutangnya oleh perusahaan sehingga pada tahun ini ACP perusahaan mencapai 26
hari lebih lama dari pada tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena pada tahun ini
banyak sekali terjadi kesalahan nota. Komplainan dari pelanggan tentang nota
kegiatan yang salah ini lah yang menyebabkan pelanggan lambat membayar
hutangnya sehingga perputaran piutang yang terjadi pun lama. Pada tahun
berikutnya yaitu tahun 2011, tingkat ACPnya menurun menjadi 20 hari. Ini
menunjukkan kinerja piutang usahanya sudah lebih baik dari tahun 2009.
Perhitungan rasio ini dimaksudkan untuk menilai efisiensi dari upaya
pengumpulan piutang perusahaan. Apabila umur rata-rata pengumpulan piutang
selalu lebih besar daripada batas waktu yang telah ditetapkan perusahaan, berarti
perusahaan dinyatakan kurang efisien dalam pengumpulan piutang. Kurang efisien
dalan mengelola piutang menyebabkan keuangan perusahaan juga mengalami
kondisi yang kurang baik. Apabila hal ini terus terjadi perusahaan akan mengalami
kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan agar para
pelanggan dapat membayar hutangnya tepat waktu. Salah satu caranya adalah
Sebelum diterbitkan surat pengantar nota tagihan sebaiknya pihak pengguna jasa
diberitahukan terlebih dahulu mengenai sanksi dan denda yang dikenakan apabila
terjadi keterlambatan pembayaran nota tagihan sesuai dengan tanggal jatuh tempo
yang telah ditentukan. Dengan melakukan cara tersebut semua pelanggan dapat
mengetahui sanksi yang mereka dapat apabila mereka lambat membayar hutang
mereka dengan begitu para pelanggan mungkin akan dapat membayar hutangnya
tepat waktu.
Penutup
PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Samarinda dalam mengelola
piutang belum optimal untuk mengurangi jumlah piutang tak tertagih sehingga
kondisi piutang perusahaan masih belum baik.
Rasio Perputaran Piutang (RTO) pada tahun 2010 sangat meningkat yaitu
sebesar 27,48 kali, sedangkan nilai RTO yang terendah yaitu pada tahun 2009
sebesar 14,20 kali. Peningkatan RTO di tahun 2010 yang mencapai nilai tertinggi
disebabkan tingginya tingkat kepedulian dan kerja sama dari manajemen
Umur rata-rata pengumpulan piutang (Average Collection period-ACP) lebih
besar dari standar pengumpulan piutang yang diterapkan oleh perusahaan,
terutama nilai pada tahun 2009 dimana, nilai Average Collection Periodnya
mencapai 26 hari. Ini berarti perusahaan belum efektif dalam mengelola piutang
779
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015:769-781
usahanya, sebab standar pengumpulan piutang yang diterapkan oleh perusahaan
adalah batas pelunasan atau tanggal jatuh tempo selambat-lambatnya 8 (delapan)
hari kalender sejak nota tagihan diterima oleh pengguna jasa.
Hendaknya piutang dikendalikan dan dikelola dengan sebaik mungkin oleh
bagian administrasi atau penatausahaan piutang agar tingkat perputaran piutang
menjadi lebih baik dan sebaiknya mengurangi jumlah piutang yang tertunggak
untuk mencegah timbulnya risiko kerugian piutang.
Sebelum diterbitkan surat pengantar nota tagihan sebaiknya pihak pengguna
jasa diberitahukan terlebih dahulu mengenai sanksi dan denda yang dikenakan
apabila terjadi keterlambatan pembayaran nota tagihan sesuai dengan tanggal
jatuh tempo yang telah ditentukan.
Sebaliknya perusahaan membentuk tim khusus pengumpulan piutang atau
penagihan piutang untuk mempercepat proses pelunasan piutang agar tingkat
perputaran piutang dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga modal yang
diinvestasikan dalam piutang tidak terlalu besar.
Daftar Pustaka
Adisaputra, Gunawan, 2003. Anggaran Perusahaan (Cetakan Kedua). BPFE ;
Yogyakarta.
Baridwan, Zaki, 2001. Intermedite Akuntansi, BPFE ; Yogyakarta
Bramasto, Ari. 2008. Analisis Perputaran Aktiva Tetap Dan Perputaran Piutang
Kaitannya Terhadap Return On Assets Pada Pt. Pos Indonesia (Persero)
Bandung (Tidak Diterbitkan). Majalah Ilmiah Unikom Vol.9, No. 2
Darminto, Dwi Prastowo, 2002. Analisa Laporan Keuangan Edisi Ketiga, Ardi.
Yogyakarta
Este, Ralph, 2003. Kamus Akuntansi Erlangga Edisi Kedua , Jakarta.
Eugene F. Brigham dan Joel F.Houston. 2001. Manajemen Keuangan Buku ke-1.
Jakarta: Eralangga
Gitusudarmono, Indriyo dan Basri H, 2002. Manajemen Keuangan Edisi Empat.
BPFE ; Yogyakarta
Halim, Abdul, 2002. Akuntansi Sektor Publik Keuangan Daerah, Edisi Pertama,
Salemba Empat ; Jakarta
Husnan, Suad, 2004. Pembelanjaan Perusahaan, Dasar-dasar Manajemen
Keuangan (Edisi Empat). Liberty ; Yogyakarta.
-----------------. 2004. Manajemen Keuangan teori dan Penerapannya. BPFE;
Yogyakarta
IAI, 2004. Standar Akuntansi Keuangan Per Satu Oktober 2004. Jakarta ; Salemba
Empat
Jusup, Al Haryono, 2005. Dasar-dasar Akuntansi Edisi Keenam, STIE YKPN;
Yogyakarta
Kuswadi, 2004. Cara Mudah Memahami Angka dan Manajemen Keuangan bagi
orang awam. Jakarta ; PT. Elex Media Komputindo.
Martono dan Agus Harjito, 2008. Manajemen Keuangan (Cetakan Ketujuh).
EKONISIA ; Yogyakarta.
780
Analisis Kondisi Piutang Usaha PT Pelindo IV Cabang Samarinda (Sri Mulyati)
Munawir, 2004. Analisis Laporan Keuangan (Cetakan Kelima). Liberty ;
Yogyakarta.
Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat.
Niswonger, Warren, Reeve, Fess, 1999. Prinsip-Prinsip Akuntansi Edisi Sembilan
Belas. Jakarta; Erlangga
Riyanto, Bambang, 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta ;
Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada.
Samsul, M.,1993. Sistem Akuntansi, Pendekatan Manajerial. Liberty ;
Yogyakarta.
Soemarso, SR, 1999. Akuntansi Suatu Pengantar Edisi Sembilan, Rineka cipta.
Jakarta
Sutrisno, 2003, Manajemen Keuangan. Ekonisia: Yogyakarta
Syamsuddin, Lukman, 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT. Raja
Grafindo Persada ; Jakarta.
Warren, Reeve, Fees, 2005. Pengantar Akuntansi I Edisi Dua Puluh Satu. Jakarta;
Salemba Empat
Weygandt, Keiso.2002. Akuntansi Intermediate Edisi Sepuluh. Jakarta; Erlangga
Sumber Online
http://sanoesi.wordpress.com/2009/04/15/pengawasan piutang/ahmad sanusi
https://sites.google.com/site/penganggaranperusahaan/anggaran-piutang/perputara
n piutang
781
Download