BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Fenomena keberadaan kelompok angklung di Yogyakarta tidak luput dari adanya pandangan pro dan kontra dari masyarakat. Keberadaan mereka sedikit banyak juga memunculkan masalah sosial baru yang tentunya harus segera ditangani. Beberapa kali mengalami penggusuran dari petugas pemerintah setempat tetap tidak membuat mereka berhenti mengamen angklung dan justru jumlah kelompok pengamen semakin bertambah. Jalanan merupakan tempat bagi mereka untuk mengaktualisasikan dirinya, sehingga dapat ditarik kesimpulan bagaimana pengamen angklung memaknai jalanan sebagai tempat untuk mengaktualisas ika n dirinya. 1. Jalanan sebagai tempat kerja bagi kelompok pengamen angklung di Yogyakarta. Melihat makna kerja bagi kelompok angklung itu maka dapat disimpulkan bahwa mengamen merupakan pekerjaan bagi mereka, dimana mengamen dijadikan sebuah rutinitas setiap harinya untuk mencari uang. Kelompok angklung biasa datang ke lokasi untuk mengamen pada pagi hari kemudian mengamen hingga sore hari dan itu mereka lakukan setiap hari. Ada yang bertugas memainkan angklung beserta alat musik pengiringnya dan anggota lain bertugas berkeliling meminta uang saweran atas pertunjukkan mereka. Sebagian besar waktu mereka digunakan untuk mengamen di jalanan, dan jalanan merupakan tempat dimana mereka menghasilkan uang setiap harinya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Beberapa kali mencoba mengamen di tempat lain selain jalanan, akan tetapi mereka selalu kembali lagi ke jalanan karena bagi mereka jalanan ialah satu-satunya tempat yang strategis sehingga dapat mereka gunakan untuk mengamen. 2. Jalanan sebagai ruang untuk mengaktualisasikan bakat seni bagi kelompok pengamen angklung di Yogyakarta. Latar belakang profesi personil pengamen angklung di Yogyakarta sebagian besar ialah berasal dari pengamen juga, hanya saja mereka mengamen dengan alat musik lain dan tidak dengan berkelompok. Mereka memilih menjadi pengamen angklung karena bagi mereka mengame n angklung merupakan pekerjaan yang sekaligus dapat menyalurkan bakat seni yang mereka miliki. Mengamen angklung di jalanan merupakan sebuah bentuk protes dari mereka, karena mereka merasa tidak diperhatikan oleh pemerinta h. Mereka merasa memiliki bakat seni akan tetapi mereka tidak diberi kesempatan dan tidak diberikan wadah untuk menyalurkan bakat seninya itu maka mereka memilih menyalurkanya dan menunjukkannya di jalanan. Mereka berharap dengan mereka mengamen di jalanan, maka banyak orang dapat melihat penampilan mereka dan menikmati permainan musik angklung mereka. layaknya sebuah pertunjukkan seni, mereka ingin keberadaan mereka diakui dan mendapat nilai positif meski cara yang mereka gunakan lebih mirip seperti seorang pengamen dari pada seorang seniman. Akan tetapi cara ini mereka anggap sebagai cara awal untuk proses batu loncatan menaikkan popularitas kelompok angklung mereka. Jalanan merupakan tempat dimana mereka bisa memainkan alat musik angklung dengan cara berkelompok dan menampilka n pertunjukkan seni tradisional, karena mereka tidak sekedar mengamen tetapi membawa budaya tradisional khas Indonesia. 3. Jalanan sebagai panggung promosi bagi kelompok pengamen angklung di Yogyakarta. sesuai dengan keinginan dan tujuan dari kelompok angklung ialah untuk menjadi kelompok musik yang profesional sehingga dapat mengis i hiburan di acara-acara dan dihargai oleh orang-orang. Maka jalanan ialah satusatunya tempat yang dapat mereka gunakan untuk menunjukkan keberadaan mereka kepada semua orang. Jalanan ialah tempat yang dilewati orang-orang, dengan mereka memainkan alat musik angklung di atas trotoar di simpang empat jalanan yang terdapat traffict light maka setiap orang yang berhenti menunggu jeda traffict light akan melihat permainan angklung mereka. Selain jalanan beberapa diantara kelompok angklung di Yogyakarta juga mendapat kesempatan mengamen di Malioboro, salah satu tempat yang menjadi tujuan untuk dikunjungi oleh wisatawan yang datang ke Yogyakarta. Dengan tampil memainkan alat musik angklung di tempat-tempat yang akan dikunjungi banyak orang, merupakan cara yang digunakan kelompok angklung untuk mempromosikan keberadaan kelompoknya kepada orang-orang. B. Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil analisis data jalanan sebagai tempat untuk aktualisasi diri bagi kelompok pengamen angklung di DIY, maka dapat direkomendasikan sebagai berikut: 1. Diharapkan pemerintah memperhatikan pertambahan jumlah kelompok engklung yang semakin banyak agar nantinya bisa dibatasi dan pemerintah bisa memfasilitasi berupa penempatan bagi kelompok pengamen angklung sehingga bisa bermanfaat bagi mereka untuk mencari nafkah, kemajuan bidang pariwisata dan pelestarian serta pengenalan kebudayaan Indonesia. 2. Kelompok pengamen angklung diharapkan dapat bekerjasama dengan pemerintah, seperti bersedia dibina dan diarahkan oleh pemerintah mengena i aturan mengamen yang tidak mengganggu dan merugikan berbagai pihak sehingga nantinya bisa ditempatkan di tempat-tempat yang potensial untuk mengembangkan bakat seni yang dimiliki. 3. Penelitian ini dilanjutkan lebih dalam tentang fungsi jalanan bagi para kelompok pengamen angklung dimana jalanan merupakan panggung promosi dan sebagai tempat aktualisasi diri bagi kelompok pengamen angklung. Jika fungsi jalanan telah diteliti lebih dalam maka diharapkan agar pemerintah bisa memberikan solusi untuk penempatan para pengamen angklung. Sehingga bisa meningkatkan eksistensi yang berdampak positif untuk peningkatan jumlah wisatawan khususnya di Yogyakarta.