TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria) -----------------------------------------------------------------------------------------------------Tahun Sidang : 2012-2013 Masa Persidangan : I Rapat Ke : -Jenis Rapat : Rapat Kerja-Rapat Dengar Pendapat Sifat Rapat : Terbuka Hari/Tanggal : Selasa/18 September 2012 Waktu : Pukul 10.00 WIB s.d Selesai Tempat : Ruang Rapat Komisi II DPR RI (Gd. Nusantara / KK III) Acara : Road Map dan Penyelesaian Masalah Aset-Aset Negara Khususnya Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPK-GBK) dan Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPKK) Ketua Rapat : Drs. Abdul Hakam Naja,M.Si/Wakil Ketua Komisi II DPR RI Sekretaris Rapat : Dra. Hani Yuliasih/Kabag.Set Komisi II DPR RI Hadir : A. Pemerintah: 1. Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara beserta jajarannya 2. Direktur Utama Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno 3. Direktur Utama Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran B. 29 dari jumlah 48 Anggota Komisi II DPR RI I. PENDAHULUAN 1. Rapat Kerja-Rapat Dengar Pendapat Komisi II DPR RI pada hari Selasa tanggal 18 September 2012 dibuka pukul 10.40 WIB yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Drs. Abdul Hakam Naja,M.Si dan dinyatakan terbuka untuk umum. 2. Ketua Rapat menyampaikan agenda Rapat Kerja dengan Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara beserta jajarannya pada hari ini yakni terkait Road Map dan Penyelesaian Masalah Aset-Aset Negara Khususnya Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPK-GBK) dan Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPKK) 3. Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara menyampaikan beberapa hal sebagai berikut: a. Bahwa PNBP yang dikelola BLU PPKGBK merupakan pendapatan yang berasal dari pengelolaan aset yang terdiri dari Pendapatan Pengelolaan Kawasan dan Pendapatan Jasa Layanan Perbankan b. Bahwa PNBP yang dikelola BLU PPKK terdiri dari Pendapatan Jasa Penyediaan Barang dan Jasa, Pendapatan Pengelolaan Kawasan, Pendapatan Hasil Kerjasama Perorangan dan Lembaga/Badan Usaha, serta Pendapatan Jasa Layanan Perbankan. c. Terkait dengan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), disampaikan hal-hal sebagai berikut: 1) Pada tanggal 17 Juni 1987 dihadapan Notaris Koesbiono Sarmanhadi, SH dibuat Akta Persembahan Taman Mini Indonesia Indah dari Yayasan Harapan Kita kepada Negara Republik Indonesia yang diwakili Ibu Siti Hartinah Soeharto yang bertindak dalam kedudukannya selaku Ketua Yayasan Harapan Kita kepada Bapak Soeharto yang bertindak dalam kedudukannya selaku Presiden RI. 2) Langkah-langkah yang telah dilakukan Kementerian Sekretariat Negara a) Tahun 2004, membahas mengenai pengelolaan TMII, yang intinya : 1) perlu ada perubahan Keputusan Presiden Nomor 51 Tahun 1977; 2) perlu ada perjanjian pengelolaan TMII antara Sekretariat Negara dengan Yayasan Harapan Kita. b) Keputusan Menteri Sekretaris Negara Nomor 1545 Tahun 2007 tentang Pembentukan Tim Pengkajian Pengelolaan Aset TMII, yang bertugas : 1) melakukan inventarisasi aset TMII; 2) melakukan kajian kelembagaan atas pengelolaan aset TMII. c) Tanggal 14 April 2008, Kementerian Sekretariat Negara dengan surat Nomor B-1582/Setneg/Sesmen/04/2008 mengajukan permohonan perubahan nama Sertifikat Tanah TMII atas nama Yayasan Harapan Kita menjadi atas nama Kementerian Sekretariat Negara kepada Kepala Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Timur. d) Melakukan konfirmasi atas Sertifikat Hak Pakai kepada Yayasan Harapan Kita dengan surat Sekretaris Menteri Sekretaris Negara Nomor B387/Setneg/Sesmen/01/2008 tanggal 31 Januari 2008. e) Klarifikasi Sertifikat Tanah TMII ke Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Timur dengan surat Sekretaris Menteri Sekretaris negara Nomor B1582/Setneg/Sesmen/04/2008 tanggal 14 April 2008. 3) Pada tahun 2010 s.d. 2011, telah diterbitkan Sertifikat Hak Pakai atas nama Kementerian Sekretariat Negara, meliputi : a) Nomor 6/Ceger/2010, dengan luas 51.450 m2; b) Nomor 88/Ceger/2010, dengan luas 1.148.550 m2; c) Nomor 90/Ceger/2011, dengan luas 92.308 m2; d) Nomor 91/Ceger/2011, dengan luas 38.262 m2; e) Nomor 133/Lubang Buaya/2011, dengan luas 5.623 m2; dan f) Nomor 225/Bambu Apus/2011, dengan luas 131.511 m2. 4) Kementerian Sekretariat Negara meminta kepada Kementerian Keuangan selaku Pengelola Barang untuk merevaluasi tanah Komplek TMII seluas 1.467.704 m2 sesuai surat Nomor B-681/Setneg/Sesmen/01/2011 tanggal 28 Januari 2011. 5) Surat Direktur Penilaian, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan Nomor SR-37/KN.6/2011 hal Penyampaian Laporan Penilaian Tanah Komplek TMII Aset Kementerian Sekretariat Negara, menyampaikan nilai wajar tanah TMII senilai Rp5.457.460.507.000,00 (lima triliun empat ratus lima puluh tujuh miliar empat ratus enam puluh juta lima ratus tujuh ribu rupiah), dan telah dilakukan koreksi pencatatan/pembukuan atas tanah tersebut pada Laporan Barang Milik Negara Kementerian Sekretariat negara Tahun Anggaran 2011. 6) Kementerian Sekretariat Negara sampai saat ini belum mencatat aset Gedung dan Bangunan yang berada di TMII, karena masih memerlukan kepastian status kepemilikan Gedung dan Bangunan tersebut, seperti anjungan-anjungan daerah, museum-museum, dan bangunan lain yang saat ini ada di Kawasan TMII. 7) Direktur Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan memberikan opsi pengelolaan aset TMII : a) Opsi Pertama : aset TMII ditetapkan sebagai BMN dan dikelola Satker K/L yang ditunjuk sebagai Pengguna Barang yang menetapkan pengelolaan keuangan BLU; b) Opsi Kedua : aset TMII ditetapkan sebagai BMN dan ditunjuk K/L yang menjadi Pengguna Barang, namun pengoperasian TMII dilakukan pihak lain dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi K/L sesuai ketentuan Pasal 15 PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; dan c) Opsi Ketiga : aset TMII ditetapkan sebagai BMN dan dikelola melalui mekanisme Kerjasama Pemanfaatan (KSP) oleh mitra KSP sesuai ketentuan PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan PMK Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara. 8) Kementerian Sekretariat Negara telah berkoordinasi dengan instansi terkait dalam rangka tindak lanjut pembahasan kelembagaan TMII, dan saat ini proses masih berlangsung untuk menemukan kelembagaan yang paling tepat. 4. Direktur Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPK-GBK) menyampaikan hal-hal sebagai berikut: a. Adapun realisasi PNBP BLU PPKGBK dari tahun 2010 hingga tahun 2012, serta rencana penerimaan tahun 2013, adalah sebagai berikut: 1) Pada tahun 2010, dari target PNBP sebesar Rp166.241.895.000,00, terealisasi sebesar Rp106.025.728.379,00 atau 63,78 persen. Dari capaian itu, jumlah yang disetorkan ke kas negara adalah sebesar Rp15.967.158.495,00. 2) Pada tahun 2011, dari target PNBP sebesar Rp132.098.019.000,00, berhasil dicapai sebesar Rp123.309.857.871,00 atau 93,35 persen. Dari capaian itu, jumlah yang disetorkan ke kas negara adalah sebesar Rp18.790.084.889,00. 3) Pada tahun 2012, dari target PNBP sebesar Rp145.307.848.000,00 (sampai dengan tanggal 31 Agustus 2012 telah terealisasi sebesar Rp92.102.392.147,00 atau 63,38 persen. Dari capaian itu, jumlah yang disetorkan ke kas negara adalah sebesar Rp13.815.358.822,00. 4) Pada tahun 2013, sesuai hasil pembahasan dengan Kementerian Keuangan target PNBP BLU PPKGBK ditetapkan sebesar Rp159.838.633.000,00 dengan Pagu Anggaran sebesar Rp135.862.838.000,00. Di tahun 2013 dari target PNBP dikurangi dengan Pagu Anggaran yang telah ditetapkan, asumsi jumlah PNBP BLU PPKGBK yang disetor ke kas negara adalah sebesar Rp23.975.795.000,00. b. Adapun lahan di kawasan Gelora Bung Karno yang seluas 279 Ha digunakan peruntukkannya sebagai berikut: 1) Untuk instansi pemerintah sebesar 21,65% 2) Untuk Perorangan (HGB) sebesar 0,04% 3) Untuk HGB Perusahaan sebesar 6,15% 4) BOT (Build On Transfer) sebesar 30,08% 5) KSO (Kerjasama Operasi) sebesar 2,51% 6) Dikelola PB (Pengurus Besar) sebesar 3,27% 7) Dikelola langsung oleh PPKGBK sebesar 36,57% c. Adapun tanah/lahan yang masih dalam proses hukum adalah sebagai berikut: 1) Tanah Gedung Panin Bank (PT. Terminal Builders) 2) Tanah Gedung Panin Bank (PT. Amana Jaya) 3) Tanah Taman Ria (PT. Ariobimo Laguna Perkasa) d. PPKGBK menghadapi beberapa kendala dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan, kendala tersebut antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Lahan Gedung Serbaguna (PT. Selaras Nusa Perkasa) Amar putusan Mahkamah Agung (MA) dimenangkan oleh PT. SNP dan saat ini dalam proses pembentukan tim evaluasi perjanjian kerjasama. Lahan di blok 22 E, Pujasera (PT. Marlin Citra Mandiri) PT. MCM sedang berupaya melakukan perubahan peruntukkan Blok 22 E dari sarana pendidikan menjadi lahan komersil (hotel bintang 3) di Pemprov DKI Jakarta. Bersamaan dengan itu PPKGBK saat ini sedang berupaya untuk melakukan evaluasi Rencana Rinci Tata Ruang Khusus (RRTRK) kawasan Gelora Bung Karno sesuai dengan pengembangan kawasan. Untuk sementara lahan tersebut digunakan untuk Pujasera. Lahan Wisma Fajar (PT. Interland Citra Mandiri) PT. ICM akan menyampaikan revisi design bangunan dan rencana bisnisnya dan PPKGBK akan memproses usulan penghapusan BMN berupa bangunan kepada Kementerian Keuangan melalui Kementerian Sekretariat Negara. Tanah Lapangan Atletik/Stadion Madya Berdasarkan Berita Acara Serah Terima Nomor : 051/BA-ST/Dir/X/1983 tanggal 7 Oktober 1983 antaraKetua Yayasan Gelanggang Olahraga Senayan dengan Ketua Umum PB. PASI bahwa tanah lapangan atletik/Stadion Madyaseluas 84.132 m² diperuntukkan mendukung olahraga atletik dan dalam pengelolaannya menjadi tanggung jawab pihak PB. PASI (Bob Hasan). PPKGBK tidak mendapatkan kontribusi dari lahan tersebut. Lahan di Blok 10 PT. Archipilago Sapta Pesona (PT. ASP) Usulan penghapusan bangunan di Blok 10 belum dapat ditindaklanjuti karena terdapat satu bangunan yang masuk dalam kategori bangunan cagar budaya (national heritage), sehingga master plan yang diajukan harus disesuaikan. Penyesuaian Tarif Sebagai BLU,ketentuan tarif ditetapkan oleh Kementerian Keuangan, namun sampai saat ini PPKGBK masih menunggu proses penetapan dari Kementerian Keuangan yang telah diusulkan sejak tahun 2010. Dengan demikian PPKGBK tidak dapat melakukan penyesuaian tarif sesuai dengan perkembangan pasar. 5. Direktur Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPKK) menyampaikan hal-hal sebagai berikut: a. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2010, 2011 dan tahun 2012, serta rencana penerimaan tahun 2013 sebagai berikut, 1) PNBP tahun 2010, dari Target (Pagu) PNBP sebesar Rp.114.026.507.596,00 dapat tercapai sebesar Rp. 107.026.189.972,00 atau 93,86%. Sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 234/KMK.05/2008 jo KMK Nomor 390/KMK.05/2011 diktum ketiga menyebutkan PPKK wajib 2) 3) 4) 5) menyetorkan pendapatan dari pengelolaan aset sebesar 20% ke Kas Negara, pada tahun 2010 telah merealisasi setoran sebesar Rp. 16.569.607.405,00. PNBP tahun 2011, dari target (Pagu) sebesar Rp.128.933.712.468,00 dapat tercapai sebesar Rp.135.537.878.133,00. Capaian PNBP tahun 2011 melebihi target (pagu) sebesar 105,12% disebabkan dari pendapatan Jasa Penyediaan Barang dan Jasa Lainnya (air, listrik dan gas) dan pendapatan dari Jasa Layanan Perbankan. PPKK telah melaksanakan kewajiban tahun 2011 menyetor ke kas negara sebesar Rp.22.753.594.110,00. PNBP sampai dengan 31 Agustus Tahun 2012, dari target (Pagu) semula sebesar Rp.974.433.217.599,00 setelah dikoreksi melalui mekanisme APBNP menjadi Rp.280.040.067.519,00 dan sampai dengan tanggal 31 Agustus 2012 telah tercapai sebesar Rp.162.785.396.753,00 atau 58,12%. Kewajiban yang telah disetorkan ke kas negara sebesar Rp.30.269.261.318,00. Dapat kami jelaskan bahwa penurunan target pendapatan dari Rp.974.433.217.599,00 menjadi Rp.280.040.067.519,00, disebabkan oleh: a) Percepatan pembangunan pada tahun 2011 pada lahan yang telah dikerjasamakan tidak dapat dilaksanakan, sehingga mengakibatkan PPKK tertunda mendapatkan kontribusi pendapatan pada tahun 2012 (Blok B2, B3, B7, B8 dan C7 dan D10). b) Beberapa denda keterlambatan pembangunan lahan-lahan yang diprediksi dapat ditagih pada tahun 2012 belum dapat dilaksanakan (Bank-bank Pemerintah). c) Terdapat perkiraan yang tidak tepat terhadap nilai pasar tanah di Kemayoran tahun 2012 yang semula diperkirakan mencapai Rp.10.000.000,00/m² kenyataannya berkisar Rp.2.300.000,00 s.d. Rp.6.200.000,00/m². d) Adanya persepsi kurang tepat terhadap menjabaran PP 6 Tahun 2006 dimana PPKK pada waktu itu merencanakan perolehan kontribusi infrastruktur dan kontribusi rutin dari mitra, sehingga tidak dapat dilaksanakan (PP No.6 Tahun 2006 mengatur kontribusi tetap dan kontribusi pembagian keuntungan). Terkait dengan PNBP Tahun 2013, rencana penerimaan tahun 2013 mempunyai target (pagu) penerimaan sebesar Rp.226.809.911.495,00. Total PNBP sejak tahun 2010 s.d. 31 Agustus 2012 dari target Rp.523.000.287.583,00 s.d. 31 Agustus 2012 telah tercapai Rp.405.349.464.858,00 sedangkan kewajiban setor ke kas negara mencapai Rp.69.592.462.833,00. b. Adapun lahan yang dikuasai PPKK dengan status Hak Pengelolaan Lahan (HPL) seluas 418 Ha dan akan dikembangkan sesuai daerah perencanaan menjadi 454 Ha dengan rencana penggunaan lahan sebagai berikut : 1) Perumahan dan fasitasnya dengan luas 82,2 Ha. 2) Karya Pemerintahan dengan luas 9,1 Ha 3) Karya Jasa/Komersial/Kantor dengan luas 101,9 Ha 4) Campuran Perumahan/Bang. Umum dengan luas 13,2 Ha 5) Bangunan Umum KDB rendah dengan luas 15,5 Ha 6) Perumahan KDB rendah dengan luas 44,4 Ha 7) Fasilitas umum dengan luas 20,9 Ha 8) Penyempurna hijau dengan luas 56,4 Ha 9) Marga jalan (ROW) dengan luas 90,1 Ha 10) Penyempurna saluran/kali/danau dengan luas 20,3 Ha c. Adapun masalah-masalah yang dihadapi PPKK sebagai berikut: 1) Posisi PPKK Lemah dalam perjanjian dengan para investor. 2) Ketidakmampuan investor dalam membangun akibat dari krisis ekonomi pada tahun 1998. 3) Status tanah di PPKK (HPL) meragukan investor. 4) Banyaknya PKL dan Premanisme yang tidak terkendali. 5) Penyerobotan tanah oleh masyarakat yang berulang. 6) Pembebasan dan pemanfaatan tanah yang tidak tuntas. a) Perumnas dalam melaksanakan kewajibannya untuk membangun rusun belum tuntas. b) Anggaran yang tidak mencukupi untuk membiayai penggusuran. c) SDM yang belum sesuai kebutuhan dan fasilitas yang terbatas. 7) PP No.6 Tahun 2006 dirasa memberatkan investor dari sisi bisnis property. d. Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan BPK-RI telah dilakukan audit terhadap seluruh perjanjian yang ada di PPK Kemayoran sebanyak 87 perjanjian sebagai berikut : 1) 17 (tujuh belas) perjanjian telah dilaksanakan sesuai perjanjian; 2) 32 (tiga puluh dua) perjanjian pelaksanaannya belum sesuai perjanjian; dan 3) 38 (tiga puluh delapan) perjanjian penyerahan lahan belum memiliki HGB. e. Terkait dengan pola perjanjian kerjasama yang ada dapat dirinci sebagai berikut : 1. Pola Perjanjian Lahan Diserahkan Penggunaannya dengan HGB, a. Sesuai perjanjian : 14 perjanjian; b. Belum sesuai perjanjian : 7 perjanjian; c. Belum memiliki HGB : 38 perjanjian. 2. Pola Perjanjian Lahan Dikerjasamakan, a. Sesuai perjanjian : 1 perjanjian; b. Belum sesuai perjanjian :14 perjanjian. 3. Pola Perjanjian Lahan Disewakan : a. Sesuai perjanjian : 3 perjanjian; b. Belum sesuai perjanjian :11 perjanjian. f. Adapun beberapa perusahaan yang menjadi prioritas utama untuk diselesaikan permasalahannya sebagaiberikut : 1. PT. Jakarta International Expo (JIExpo) 2. Perumnas 3. PT. Oceania Development (B2, B3, B7, B8, dan C7) 4. Yayasan Pengembangan Olahraga Tenis Lapangan Indonesia (Yaporti) 5. Bank-Bank BUMN (Mandiri, BNI, BRI dan BTN) 6. PT. Indocitra Grahabawana/PT. Prasaja Japa Pamudja II. KESIMPULAN 1. Komisi II DPR RI memberikan apresiasi terhadap Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPK-GBK) dan Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPKK) atas upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka mengoptimalkan jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang disetorkan ke Negara. Namun demikian dalam rangka lebih meningkatkan jumlah PNBP yang harus disetor, Komisi II DPR RI dan Kementerian Sekretariat Negara sepakat untuk melibatkan lembaga independen dalam melakukan pengkajian potensi bisnis yang ada di Komplek Gelora Bung Karno dan Komplek Kemayoran sekaligus menghitung nilai kelayakan perolehan PNBP yang 2. 3. 4. 5. 6. 7. akan dijadikan sebagai pegangan bagi PPK-GBK dan PPKK dalam menetapkan target perolehan PNBP. Komisi II DPR RI meminta kepada Kementerian Sekretariat Negara agar lebih mengintensifkan koordinasinya dengan Kementerian Keuangan dan pihak terkait lainnya sehubungan dengan masalah Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yakni: a. Percepatan atas kepastian status kepemilikan gedung dan bangunan b. Opsi pengelolaan aset c. Bentuk kelembagaan Kemudian menyampaikan laporannya kepada Komisi II DPR RI. Komisi II DPR RI meminta kepada Kementerian Sekretariat Negara untuk membuat standar dalam pembuatan perjanjian dan renegosiasi untuk BLU PPK-GBK, BLU PPKK dan TMII dengan pihak mitra usaha sehingga memperkuat posisi negara dalam perjanjian yang dibuat, sekaligus memberikan pengamanan yang optimal terhadap aset negara. Cat: Untuk TMII dilakukan setelah Point No.2 selesai prosesnya. Komisi II DPR RI mendesak kepada PPK-GBK dan PPKK untuk segera menyelesaikan masalah-masalah yang menjadi temuan BPK sesuai hasil pemeriksaan Semester II Tahun 2011 yang hingga saat ini masih belum selesai ditindaklanjuti. Sehubungan dengan hal tersebut, Komisi II DPR RI meminta kepada Kementerian Sekretariat Negara untuk menyampaikan kepada Komisi II DPR RI jadwal dan langkah-langkah penyelesaian terhadap masalah-masalah yang menjadi temuan BPK tersebut. Terkait dengan kawasan eks Taman Ria Senayan, Komisi II DPR RI meminta agar kawasan tersebut dijadikan kawasan hijau terbuka dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Komplek Gedung DPR, MPR dan DPD RI. Komisi II DPR RI menugaskan kepada Panja Monitoring Pengelolaan Aset Negara Komisi II DPR RI untuk membahas permasalahan-permasalahan yang terkait dengan Aset Negara di kawasan Komplek Gelora Bung Karno dan Komplek Kemayoran serta TMII secara lebih mendalam dengan Kementerian Sekretariat Negara dan melibatkan pihak BPK RI. Komisi II DPR RI dan Kementerian Sekretariat Negara sepakat untuk melakukan koordinasi dengan pihak penegak hukum dalam rangka mencegah sekaligus melakukan penindakan terhadap permasalahan-permasalahan yang berindikasi pidana dalam pengelolaan aset-aset negara di komplek Gelora Bung Karno dan Komplek Kemayoran. III. PENUTUP Rapat ditutup Pukul 15.00 WIB. KETUA RAPAT, ttd Drs. ABDUL HAKAM NAJA,M.Si A-126