IKLAN DI TELEVISI DAN KEPUTUSAN MEMBELI

advertisement
IKLAN DI TELEVISI DAN KEPUTUSAN MEMBELI
(Studi Korelasional Tentang Iklan Maybeline di Televisi Terhadap
Keputusan Membeli Mahasiswi Ilmu Komunikasi Fisip USU)
Rosida Zulsufiyani
100904100
Abstrak
Penelitian ini berjudul Tayangan iklan Maybeline di televisi dan keputusan
Membeli, sebuah studi korelasional tentang hubungan antara Tayangan Iklan
Maybeline di Televisi dan Keputusan Membeli di kalangan Mahasiswi Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Departemen Ilmu Komunikasi USU. Permasalahan yang
diteliti dalam penelitian ini adalah “Sejauhmanakah hubungan antara tayangan
Iklan Maybeline di Televisi terhadap Keputusan Membeli di kalangan Mahasiswi
Ilmu Komunikasi USU?” Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
komunikasi, komunikasi massa, iklan, media iklan televisi, dan teori
AIDDA.Penelitian ini menggunakan korelasional, yaitu metode yang melihat ada
tidaknya suatu hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.
Penarikan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode total sampling,
dimana yang diteliti yaitu Mahasiswi Ilmu Komunikasi stambuk 2011 dengan
jumlah 79 orang.Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan kuesioner yang
berisi pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.Datadalam
penelitian ini dianalisis menggunakan analisis tabel tunggal, analisis tabel silang
dan uji hipotesis menggunakan Rank Spearman.Hasil keseluruhan penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tayangan Iklan Maybeline di
Televisi dengan Keputusan Membeli mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP
USU.Hasil ini diperoleh dengan menggunakan uji hipotesa yang diperoleh
hasilnya yaitu rs= 0,815, dan berdasarkan skala Guilford berada pada skala yang
menunjukkan hubungan yang kuat dan tinggi.
Kata Kunci: Iklan, Maybeline, Keputusan Membeli, Korelasional.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan dunia yang pesat, perkembangan kondisi pasar
sekarang ini membawa pengaruh terhadap strategi yang harus ditetapkan
perusahaan dalam menawarkan dan memasarkan produk mereka.Bergulirnya
waktu ke waktu konsumen semakin well-informed, dimana segala produk yang
diinginkan dapat diketahui dengan cepat melalui informasi yang tersedia di
berbagai media. Oleh sebab itu, perusahaan harus pintar dalam memilih cara yang
tepat untuk menginformasikanproduk perusahaannya.
Kosmetik sebagai salah satu alat untuk mempercantik diri menjadi suatu
kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan oleh seseorang yang ingin tampil lebih
menarik. Pada umumnya masyarakat luas beranggapan bahwa dengan memiliki
tampilan wajah yang cantik, bersih dan menawan akan memiliki nilai lebih.
Keadaan seperti ini, merupakan peluang bagi produsan produk kecantikan untuk
1
mengeluarkan suatu produk yang sedang dibutuhkan oleh pasar tersebut.Promosi
yang baik dari perusahaan produk kecantikan yang marak juga menyebabkan
semakin kuatnya tingkat konsumerisme pada produk-produk kecantikan, maka
perusahaan berusaha mengenalkan produk-produk yang diharapkan dapat menarik
minat masyarakat untuk menggunakan produk kecantikan dari perusahaan
tersebut, mengingat banyaknya perusahaan kosmetik yang meluncurkan produk
sejenis.
Maybeline dipilih sebagai produk yang diteliti karena masyarakat sekarang
ini lebih suka membeli barang-barang yang memiliki prestisi dari luar
negri.Maybeline sendiri yang berasal dari Amerika yang kemudian memasarkan
produknya di Indonesia tentu memiliki tempat sendiri bagi calon konsumen.Dari
sekian banyak produk kosmetik yang berasal dari luar negri, Mayebeline
dipasarkan dengan range harga yang cukup terjangkau sehingga dapat mencakup
semua konsumen dengan latar belakang ekonomi yang berbeda-beda. Harga yang
ditawarkan Maybeline yaitu mulai dari Rp.19.300 yaitu produk baby lips sampai
dengan Rp106.000 yaitu produk Maybeline mascara long extreme double stretch
(www.maybelineid.com).
Mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP USU menjadi salah satu bagian dari
segmentasi pemasaran produk Maybeline yang sangat potensial. Umur remaja
yang baik saat menggunakan make up adalah mulai dari 19 tahun. Dari segi ilmu
pengetahuan Mahasiswi Ilmu Komunikasi 2011 sudah melewati beberapa mata
kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini seperti periklanan, komunikasi
pemasaran, publisitas dan komunikasi massa, sehingga mereka dianggap lebih
mengerti dan lebih peka terhadap penelitian yang berkaitan dalam karya ilmiah
ini.Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang iklan
Maybeline dan keputusan membeli Mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP USU.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti mengajukan
perumusan masalah sebagai berikut “sejauh manakah tayangan iklan Maybeline
berpengaruh terhadap pembuatan keputusan membeli pada Mahasiswi Ilmu
Komunikasi FISIP USU”.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Tujuan penelitian ini untuk melihat tayangan Maybeline dengan
pengambilan keputusan untuk membeli di kalangan Mahasiswi Ilmu
Komunikasi FISIP USU Medan.
2. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat konsumsi Mahasiswi Ilmu
komunikasi FISIP USU Medan terhadap Maybeline.
3. Tujuan penelitian ini untuk mencari hubungan iklan Maybeline dalam
mempengaruhi pengambilan keputusan untuk membeli di kalangan
Mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP USU Medan.
4. Tujuan penelitian ini untuk mencari keputusan membeli produk Maybeline
karena adanya pengaruh iklan atau karena faktor lainnya.
2
URAIAN TEORITIS
Komunikasi
Istilah komunikasi dalam bahasa inggris berasal dari kata
latincommunication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama
disini maksudnya adalah sama makna.Melalui komunikasi orang berusaha
mendefenisikan sesuatu, termasuk istilah “komunikasi” itu sendiri.Sampai saat ini
terdapat banyak defenisi komunikasi yang berasal dari banyak ahlli.Menurut
Bernard Berelson dan Gary A. Stetner “komunikasi adalah gagasan, emosi,
keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan symbol-simbol, kata-kata,
gambar, figure, grafik, dan sebagainya. Tindakan atu proses transmisi itulah
biasanya disebut komunikasi” (Mulyana, 2007: 68).
Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan
saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara
massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat
heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Defenisi komunikasi yang paling
sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Ardianto,
2004: 3).
Komunikasi Pemasaran
Doyle, Peter (2000) dalam bukunya ‘Value Based Communications’
menyatakan bahwa suatu perusahaan tidaklah cukup hanya memproduksi suatu
produk yang bagus namun perusahaan tersebut harus pula mengkomunikasikan
nilai dari produknya kepada para konsumen potensial secara efektif. Pada saat ini
produk yang bersaing untuk menarik perhatian konsumen sangatlah besar
sehingga meraih perhaian mereka menjadi masalah utama. Berkenaan dengan hal
ini diperlukan komunikasi pemasaran untuk membuat konsumen mengenal suatu
produk, mengkomunikasikan nilai fungsional dan atribut emosional produk
tersebut, merayu konsumen dengan kelebihan produk tersebut dibandingkan
dengan produk kompetitor sejenis, dan memastikan konsumen pernah membeli
produk tersebut walaupun hanya sekali. Bagi perusahaan baru, jika tidak
memperhatikan masalah komunikasi ini maka penawaran yang dilakukan akan
lambat naiknya, produk yang diciptakan akan ditiru oleh kompetitor, dan tentu
saja perusahaan tersebut akan gagal dalam mencapai tingkat proporsi pemasaran
yang penting untuk meraih masa kritis. Sedangkan, untuk perusahaan yang telah
mapan, kemampuan komunikasi yang tidak memadai akan meningkatkan resiko
untuk tidak dihargai oleh konsumennya dan competitor baru akan mengikis citra
perusahaan tersebut dalam kepemimpinan dan inovasi. (Sumarwan, dkk; 2013:
345-346).
Iklan
Periklanan adalah bagian penting dari dari banyak strategi
pemasaran.Positioning dan komunikasi yang disampaikan melalui iklan seringkali
menentukan kejelasan dan waktu untuk usaha penjualan serta promosi
3
lainnya.iklan tidak hanya merupakan elemen yang menentukan dari bauran
pemasaran (marketing mix) tetapi juga menghabiskan biaya yang sulit dievaluasi.
Ini disebabkan karena tidak mudah untuk menulusuri naiknya tingkat penjualan
yang terkait dengan keputusan beriklan.(Sumarwan, dkk 2013: 345).
Media Iklan
Media iklan merupakan alat yang digunakan dalam kegiatan
periklanan.Media bukanlah suatu penyampaian berita yang pasif, bahkan sering
media itu dapat mempengaruhi efektivitas beritanya Media periklanan adalah
sebuah lembaga yang mempunyai kegiatan usaha (alat komunikasi/penerangan)
yang ditujukan kepada orang banyak atau masyarakat umum. Beberapa contoh
media adalah: televisi, radio, majalah, dan surat kabar (Swasta, 2000: 257).
Media iklan Televisi
Perangkat televisi dari hari ke hari menjadi sumber informasi yang utama
di dalam keluarga.Sektor komunikasi terus berkembang seiring dengan
perkembangan teknologi dan perkembangan perekonomian.Televisi merupakan
salah satu media yang digemari oleh perusahaan-perusahaan dalam mengiklankan
produknya agar lebih dikenal oleh masyarakat.Televisi menjadi media yang begitu
digemari dalam mengiklankan produk yaitu karena memasang iklan di televisi
memberi dampak yang besar dan cepat.
Teori AIDDA
AIDDA adalah akronim dari kata-kata Attention (perhatian), Interest (perhatian),
Desire (hasrat), Decision (keputusan), dan Action (kegiatan). Konsep AIDDA ini
adalah proses psikologis pada diri khalayak. Berdasarkan konsep AIDDA itu
khalayak akan membaca dan melakukan action apa yang dianjurkan pihak
penyusun berita atau tajuk atau artikel, maka pertama-tama mereka harus
membangkitkan perhatiannya (attention).
Kerangka konsep
Variabel Penelitian
Variabel(x)
Variabel(y)
Iklan Maybeline
Keputusan membeli
Operasional Variabel
Konsep teoritis
Variabel (X)
Iklan Maybeline
Variabel Operasional
1. Nada Penyampaian
2. Pilihan kata-kata
- Isi pesan
- Slogan
3. Unsur Format
- Tata gambar
4
-
Warna
Tampilan
4. Gaya Penyampaian
- Musik/ jingle
- Bintang iklan
Variabel (Y)
Sikap perempuan dalam keputusan
Membeli
1.
2.
3.
4.
5.
Perhatian (Attention)
Ketertarikan (Interest)
Keinginan (Desire)
Keputusan (Decision)
Tindakan (Action)
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
korelasional.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswi Universitas Sumatera
Utara yang terfokus pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Departemen Ilmu
Komunikasi sebanyak 77 orang.Untuk penelitian ini besar sample ditentukan
berdasarkan rumus Arikunto. Arikunto mengatakan jika jumlah populasi hanya
bekisar 100 orang kebawah maka sebaiknya jumlah sampel adalah jumlah
keseluruhan populasi (total sampling), sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
3. Kuesioner
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis Tabel Tunggal
2. Analisis Tabel Silang
3. Uji Hipotesa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Intensitas menonton
Intensitas Menonton
Frequency
Valid
jarang (2-3 kali seminggu).
9
kadang-kadang (4-5 kali seminggu)
29
sering( setiap hari)
31
5
Percent
11.4
36.7
39.2
sangat sering(setiap saat bila
10
12.7
berkesempatan)
Total
79
100.0
Sumber: FC1; P1
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswi Ilmu Komunikasi USU
melakukan kegiatan menonton televisi setiap hari.Dari hasil diatas, maka Seperti
yang kita ketahui semakin sering kita menonton televisi maka semakin terkena
dengan terpaan media.Semakin banyak acara di televisi yang yang kita lihat, salah
satunya yaitu iklan-iklan yang ada di televisi.
Frekuensi menonton iklan Maybeline di televisi
Frekuensi menonton
Frekuensi
Persen
Valid
1 kali sehari
53
67.1
2-3 kali sehari
21
26.6
3-4 kali sehari
4
5.1
4-5 kali sehari
1
1.3
Total
79
100.0
Sumber: FC2; P2
Maybeline satu kali dalam sehari. Lebih dari setengah responden
menjawab melihat iklan Maybeline setiap harinya.Ini menunjukkan bahwa
Maybeline memang memanfaatkan media televisi sebagai alat promosi mereka,
dan dapat kita lihat dari responden yang bukan hanya mengetahui tetapi juga
melihatnya setiap hari.Iklan Maybeline itu sendiri memang biasanya ditayangkan
pada malam hari, dimana itu merupakan waktu bersantai orang ketika menonton
televisi. Ketika kita bersantai maka akan lebih gampang untuk menerima
informasi terutama informasi pada iklan, maka dari itu bisa dikatakan Maybeline
berhasil membuat produknya diketahui olehresponden melalui iklan televisi.
Nada penyampaian pesan pada iklan Maybeline di televisi
Nada penyampaian
Frekuensi
Persen
Valid
tidak menarik
4
5.1
kurang menarik
15
19.0
Menarik
59
74.7
sangat menarik
1
1.3
Total
79
100.0
Sumber: FC3 ; P3
Menurut sebagian besar responden pada saat iklan Maybeline ada di
televisi, nada penyampaian pesan yaitu informasi produk dan kelebihannya
diungkapkan sedemikian rupa sehingga membuat para responden tertarik dengan
iklan tersebut.Setiap iklan harus menyatakan sesuatu yang bersifat positif tentang
produk atau dengan kata lain bahwa produknya adalah yang terbaik. Komunikator
harus bisa menggunakan nada penyampaian yang tepat, bentuk bahasa yang tepat,
dan cocok, sehingga pesan yang telah disampaikan akan dipercaya oleh
konsumen. Dengan demikian, melihat dari jawaban responden, maka Maybeline
cukup berhasil memanfaatkan nada penyampaian pada iklannya untuk menarik
perhatian konsumen.
6
Mengerti informasi produk pada iklan
Mengerti informasi produk
Frekuensi
Persen
Valid
tidak mengerti
2
2.5
kurang mengerti
11
13.9
Mengerti
64
81.0
sangat mengerti
2
2.5
Total
79
100.0
Sumber: FC5 ; P5
Strategi iklan yang berorientasi pada manfaat produk atau keistimewaankeistimewaan produk adalah suatu strategi periklanan yang mengkomunikasikan
kegunaan atau keistimewaan suatu merek atau produk kepada konsumen. Hasil
yang diperoleh akan lebih memuaskan jika product feature atau product benefit
yang ditonjolkan bersifat unik. Dalam kasus ini, Maybeline bararti cukup berhasil
melakukannya.
Ingatan terhadap slogan "maybe it's Maybeline"
Ingat terhadap slogan
Frekuensi
Persen
Valid
tidak mengingat
9
11.4
kurang mengingat
20
25.3
Mengingat
43
54.4
sangat mengingat
7
8.9
Total
79
100.0
Sumber: FC7 ; P7
Slogan dari suatu produk merupakan hal penting dalam periklanan.Slogan
mampu membuat khalayak mengingat produk kita dengan kata yang singkat dan
jelas. Dalam iklan Maybeline di televisi, slogan “Maybe It’s Maybeline”
diucapkan dengan nada yang sama pada setiap iklan produk-produknya. Biasanya
slogan ini diucapkan menjelang akhir dari iklan tersebut.Setelah memberikan
informasi produk, dan efek penggunaannya, maka slogan pun diucapkan pada
akhirmya. Slogan “Maybe it’s Maybeline” telah digunakan Maybeline sejak iklan
pertamanya, yaitu iklan mascara. Konsisten menggunakan slogan itu dari awal,
terbukti membuat slogan itu lekat di khalayak.
Memberi perhatian khusus ketika melihat iklan
Perhatian terhadap iklan
Frekuensi
Persen
Valid
Tidakdiperhatikan
9
11.4
Kurang diperhatikan
32
40.5
Diperhatikan
34
43.0
Dangat diperhatikan
4
5.1
Total
79
100.0
Sumber: FC19 ; P19
Beberapa responden mengatakan, ketika melihat iklan Mauybeline,
mereka merasa seperti ingin terus melihat iklan tersebut sampai selesai, apalagi
ketika ada iklan produk Maybeline yang baru, maka mereka biasanya akan
melihat iklan tersebut sampai selesai.
7
Frekuensi menonton iklan Maybeline di televisi dengan Kertarikan untuk
membeli produk tersebut setelah melihat iklan Maybline di televisi
iklan Maybeline di televisi membuat tertarik untuk
membeli produk tersebut
tidak
kurang
sangat
tertarik
tertarik
tertarik
tertarik
Total
frekuensi
1 kal sehari
14
16
21
2
53
menonton iklan
2-3 kali
3
8
9
1
21
Maybeline di
sehari
televisi
3-4 kali
0
1
3
0
4
sehari
4-5 kali
0
0
1
0
1
sehari
Total
17
25
34
3
79
Sumber: FC2 dan FC 20
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa responden yang tertarik
untuk membeli produk Maybeline setetah melihat ikalnnya yaitu sebanyak 34
orang responden.
Frekuensi menonton iklan Maybeline di televisi tidak terlalu
mempengaruhi ketertarikan responden untuk membeli produk. Semakin sering
responden melihat iklan Maybeline di televisi, tidak menjamin membuat mereka
tertarik untuk membeli produk Maybeline, namun, responden yang bahkan hanya
melihat satu kali iklan Maybeline di televisi dalam sehari lebih banyak yang yang
tertarik untuk membeli produk tersebut setelah melihat iklannya di televisi.
Hasil Uji Korelasi Spearman
Iklan
Maybelin
e di
Keputusan
televisi
Membeli
Spearman's
rho
Iklan Maybeline di
Televisi
Keputusan Membeli
8
Correlati
on
Coefficie
nt
Sig. (2tailed)
N
Correlati
on
Coefficie
nt
Sig. (2tailed)
N
1.000
.815(**)
.
.000
79
79
.815(**)
1.000
.000
.
79
79
Berdasarkan hasil uji hipotesis Spearman’s rho diatas, korelasi Spearman
yang diperoleh adalah 0,815.Untuk tingkat signifikansi sesuai dengn kaidah
spearman rho, jika rs > rhotabel maka hipotesis diterima, dimana untuk rhotabel pada
penelitian ini adalah sebesar 0.001.hal ini menunjukkan bahwa 0,815> 0,01, maka
hipotesis diterima. Selanjutny, merujuk pada kuat lemahnya hubungan
berdasarkan skala Guilford, maka hasil 0,815 menunjukkan hubungan yang kuat
dan tinggi.Dengan demikian Ha yang menyatakan terdapat hubungan antara iklan
Maybeline di televisi dengan keputusan membeli diterima.
Kemudian tahap selanjutnya adalah mencari besarnya kekuatan pengaruh
antara variabel X terhadap variabel Y, yaitu dengan rumus
Kp
= (𝑟𝑠 )2 x 100%
Kp
= (0,815)2 x 100%
Kp
= 0,664 x 100%
Kp
= 66,4%
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa, besarnya kekuatan pengaruh
antara variabel X terhadap variabel Y adalah 66,4%
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kesimpulan pada bab ini, merupakan jawaban dari tujuan penelitian yang telah
dijabarkan pada bab I. adapun pemaparannya sebagai berikut:
1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti; menurut para
responden, tayangan iklan Maybeline di televisi mempengaruhi keputusan
mereka dalam membeli produk. Bahkan, lebih dari itu, dari hasil korelasi
terlihat bahwa bukan hanya tayangan iklan yang berpengaruh dalam
keputusan membeli mahasiswi Ilmu komunikasi FISIP USU, namun
pengetahuan mereka tentang produk juga mempengaruhi mereka dalam
menonton iklan Maybeline di televisi sampai dengan selesai.
2. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, tingkat konsumsi
produk Maybeline di kalangan Mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP USU
lumayan tinggi, hampir setengah dari responden menyatakan bahwa
mereka memiliki satu sampai dua jenis produk Maybeline. Memang ada
responden yang tidak memiliki memiliki produk, namun itu bukan karena
iklan yang tidak mereka ketahui, bukan juga karena faktor lain.
3. Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan peneliti, terdapat hubungan
tayangan iklan Maybeline di televisi dengan keputusan membeli di
kalangan Mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP USU. Terdapat hubungan
yang kuat dan tinggi (0,815) antara tayangan iklan Maybeline di televisi
dengan keputusan membeli. Sedangkan uji signifikansi yang dilakukan
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang
signifikan antara tayangan iklan Maybeline di televisi dengan keputusan
membeli di kalangan Mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP USU.
4. Dari hasil uji signifikansi, sekitar 66,4% responden yang menyatakan
keputusan mereka membeli produk Maybeline di televisi dipengaruhi oleh
iklan Maybeline di televisi. Maka, 33,6% sisanya dipengaruhi oleh faktor
lain, hal ini menyatakan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi
9
namun, penulis belum meneliti sampai sejauh itu. Diharapkan dari
penelitian ini, para peneliti-peneliti lainnya dapat mencari tau faktor-faktor
lain yang mempengaruhi keputusan membeli.
5.
Saran
Adapun beberapa saran yang diajukan, yaitu sebagai berikut:
1. Sebaiknya peneliti mendampingi responden dalam mengisi kuesioner
sehinnga kesalahan menjawab pertanyaan dapat lebih diminimalisir. Selain
itu, wawancara kepada responden juga sangat dibutuhkan agar peneliti
mendapatkan fakta-fakta yang kurang terjawab dalam kuesioner.
2. Peneliti merasa bahwa penelitian ini dirasa kurang mandalam, dimana hal
itu disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah waktu dan
minimnya pengetahuan dan ilmu peneliti mengenai metode penelitian.
Peneliti mengalami kesulitan ketika melakukan uji validitas. Hal ini
diharapkan dapat menjadi perhatian lebih dari pihak Departemen atau
Fakultas, agar nantinya diadakan penelitian lanjutan yang lebih mendalam,
dengan perencanaan yang memang untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik.
Daftar Referensi
Ardianto, Elfinaro Dan Lukiati Komala Erdiyana. 2004. Komunikasi Suatu
Pengantar
Mulyana, Eddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu penghantar.Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Sumarwan, Ujang dkk. 2013. Pemasaran Strategic. Bogor: IPB Press.
Swasta, Basu. 2000. Asas-Asas Marketing. Yogyakarta : Liberty.
10
Download