MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAS PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS III SLB YPCM BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2008/2009 SKRIPSI Oleh : Suranti X.5107659 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Luar Biasa Tuna Grahita Ringan (SDLB-C), mata pelajaran Bahasa Indonesia disebutkan bahwa salah satu standar kompetensi untuk siswa kelas III semester satu, khususnya aspek membaca adalah “siswa mampu membaca nyaring, suku kata, kata dan kalimat sederhana.” (Depdiknas.2006:67). Standar kompetensi tersebut dijabarkan kedalam Kompetensi Dasar yaitu : siswa mampu membaca nyaring, suku kata dan kata. Berkaitan dengan membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan seseorang mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya dan memperluas wawasannya. (Zuchdi dan Budiasih 2001:49). Pendapat tersebut menekankan tentang pentingnya membaca bagi peningkatan kualitas diri seseorang. Kemampuan membaca merupakan salah satu kunci keberhasilan siswa dalam meraih kemajuan, karena dengan kemampuan membaca yang memadai anak lebih mudah menggali informasi dari berbagai sumber tertulis. Kemampuan membaca diperoleh melalui proses pembelajaran yang merupakan tanggung jawab guru. Dalam hal ini guru dituntut untuk mampu membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan membacanya. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas baik kelas tinggi atau kelas rendah, guru sering mengalami ketidakberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan. Hal tersebut bisa disebabkan karena banyak faktor baik dari siswa yang kurang siap menerima pelajaran ataupun guru sendiri yang tidak menguasai siswa atau kelasnya. Maka seorang guru harus bisa menerapkan berbagai metode pembelajaran sebagai cara untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga dikuasai dan dipahami oleh siswa. Oleh karena itu dalam upaya peningkatan kemampuan membaca guru harus dapat memilih metode yang tepat agar dapat membantu pencapaian tujuan keberhasilan anak. Dengan demikian peneliti berpendapat bahwa salah satu strategi untuk meningkatkan kemampuan membaca adalah dengan menggunakan metode SAS. Karena tingkat belajar siswa tunagrahita kelas III SLB YPCM Boyolali, umumya masih rendah terutama belajar membaca. Maka perlu mencari penyebabnya termasuk metode apa yang akan digunakan. Berangkat dari uraian permasalahan diatas, maka dengan menggunakan metode SAS diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah metode SAS dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa tunagrahita kelas III SLB YPCM Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009 ?” C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: “ Untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa tunagrahita kelas III SLB YPCM Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009” D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk mendapatkan pengetahuan melalui pembelajaran membaca dengan menggunakan metode SAS untuk meningkatkan kemampuan membaca 1. Manfaat bagi siswa : dengan menggunakan metode SAS diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca 2. Manfaat bagi guru : dengan kegiatan penelitian tindakan kelas ini akan melatih penulis sekaligus guru kelas dalam memecahkan permasalahan dalam meningkatkan pembelajaran serta mencari strategi pembelajaran membaca yang tepat 3. Manfaat bagi sekolah : hasil dari penelitian tindakan kelas ini dapat dikembangkan bagi pihak sekolah dalam menyusun strategi pembelajaran yang lain BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tinjauan Tentang Anak Tuna Grahita a. Pengertian Anak Tuna Grahita “Anak tuna grahita yaitu anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya atau dibawah normal, sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan spesifik, termasuk dalam program pendidikannya“. (Bratanata, 1979 dalam Mohamad Effendi 2005 : 88). Sedangkan menurut The American Association on Mental Deficiency (AAMD),”seseorang dikategorikan tunagrahita apabila kecerdasannya secara umum dibawah rata-rata dan mengalami kesulitan sosial dalam setiap fase perkembangannya”.(Hallahan dan Kauffman,1986 dalam Mohamad Effendi 2005:89) Anak tunagrahita yaitu anak yang secara sosial tidak tidak cakap, secara mental dibawah normal, kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda dan kematangannya terhambat. (Edgar Doll dalam Mohamad Effendi 2005 : 89). Berdasarkan pendapat tentang pengertian anak tuna grahita, maka dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita adalah anak yang memiliki tingkat kecerdasan dibawah normal dan mengalami kesulitan sosial dalam setiap fase perkembangnnya sehingga memerlukan layanan spesifik termasuk dalam program pendidikannya. b. Klasifikasi Anak Tuna Grahita Menurut Munzayanah (2000:20) mengklasifikasikan anak tuna grahita menjadi enam macam yaitu: 1). Klasifikasi menurut derajat kecacatannya 2). Klasifikasi menurut etiologi 3). Klasifikasi menurut tipe klinis 4). Klasifikasi menurut tujuan pendidikan 5). Klasifikasi dari The American Psyhiatric Association 6). Klasifikasi menurut American Association on Mental Deficiency atas dasar tujuan medis Adapun klasifikasinya sebagai berikut: 1). Klasifikasi menurut derajat kecacatannya, antara lain: a). Idiot : IQ 1-25 b). Embisil : IQ 25-50 c). Debil : IQ 50-70 2). Klasifikasi menurut etiologi, antara lain: a). Anak Tuna Grahita karena keturunan b). Anak Tuna Grahita karena gangguan fisik c). Anak tuna Grahita karena kerusakan otak 3). Klasifikasi menurut tipe klinis, antara lain: a). Cretinisme b). Mongoloid c). Microcephalis d). Hidrocepalis e). Cerebral Palsy 4). Klasifikasi menurut tujuan pendidikan, antara lain: a). Anak mampu rawat b).Anak mampu latih c). Anak mampu didik 5). Klasifikasi dari The American Psyhiatric Association yaitu: a). Mild deficiency b). Modere deficiency c). Severe deficiency 6). Klasifikasi menurut American Association on Mental Deficiency atas dasar tujuan medis, meliputi: a). Penyakit karena infeksi b). Penyakit karena intoksikasi c). Penyakit akibat trauma atau sebab fisik d). Penyakit karena gangguan metabolisme, pertumbuhan e). Penyakit akibat prenatal yang tidak diketahui Menurut Mulyono Abdurrachman dan Sujadi (1994 : 22) untuk keperluan pembelajaran anak-anak berintelegensi rendah, umumnya diklasifikasikan berdasarkan taraf subnormalitas intelektual, ada empat kelompok yaitu : “1). Tahap perbatasan atau lamban belajar dengan IQ 70-80 2). Tuna grahita mampu didik dengan IQ 50-70 3). Tuna grahita mampu latih dengan IQ 35-50 4). Tuna grahita mampu rawat dengan IQ dibawah 30” c. Karakteristik Anak Tuna Grahita Karakteristik anak tuna grahita menurut Munawir Yusuf (2006:7) yaitu: 1). Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu besar atau terlalu kecil 2). Tidak dapat megurus diri sendiri sesuai usia 3). Perkembangan bicara/bahasa terlambat 4). Tidak ada atau kurang sekali perhatian terhadap lingkungan 5). Koordinasi kurang atau gerakan sering tidak terkendali 6). Sering keluar ludah atau cairan dari mulut (ngiler). Karakteristik anak tuna grahita menurut Munzayanah (2000 : 23-24 ) pada garis besarnya yaitu: 1). Anak Idiot a). Mereka tidak dapat diajak bercakap-cakap, karena kemampuan berfikir rendah b). Tidak mampu mengerjakan atau mengurus dirinya sendiri, meskipun diberi latihan. c). Hidupnya seperti bayi yang membutuhkan perawatan dan pertolongan. d). Kadang-kadang tingkah lakunya dikuasai oleh gerakan-gerakan yang berlangsung diluar kesadaran, jadi bersifat otomatis. e). Jarang mencapai umur panjang, karena adanya proses kemunduran organ-organ didalam tubuhnya 2). Anak Embisil a). Dapat megucapkan kata-kata yang sederhana b). Dapat dilatih untuk merawat diri sendiri c). Dapat dilatih untuk aktivitas hidup sehari-hari d). Masih membutuhkan pengawasan orang lain e). Sulit mengadakan sosialisasi 3). Anak Debil atau Moron a). Dapat dilatih tentang tugas-tugas yang lebih tinggi atau lebih komplek b). Dapat dilatih dalam bidang sosial atau intelektual dalam batas-batas tertentu misalnya mebaca, menulis, menghitung c). Dapat dilatih untuk pelajaran-pelajaran yang rutin maupun ketrampilan 4). Anak Mongoloid Ciri-ciri anak ini adalah seperti orang Mongol. Ciri-ciri yang nampak adalah: a). Mata letaknya miring dan biasanya jarak anatara mata lebih jauh bila dibandingkan dengan anak normal, serta mata sipit b). Muka datar, bundar atau lebar c). Bibir tebal dan lebar d). Lidah panjang dan lebar sampai bisa menjulur keluar e). Hidung pesek, pangkal hidung melebar f). Tengkorak dari muka sampai daerah belakang kepala pendek i). Leher belakang pendek h). Tangan, jari kelima pendek membengkak, jari pertama atau ibu jari tertanam lebih rendah j). Jari-jari dan telapak tangan halus dan lembut Karakteristik yang nampak serta banyak terjadi pada anak tuna grahita menurut Munzayanah (2000:24) adalah : “1). Anak yang mengalami kelainan bicara 2). Mengalami gangguan dalam sosialisasi 3). Biasanya diikuti dengan kelainan fisik yang lain, misalnya cerebral palsy, tuna dengar 4). Peka terhadap penyakit“ d. Faktor Penyebab Anak Tuna Grahita Faktor penyebab anak tuna grahita menurut Triman Prasadio yang dikutip oleh Munzayanah (2000:14), mengemukakan secara garis besar bahwa penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu: 1). Kelompok Biomedik yang meliputi: a). Prenatal, dapat terjadi karena: (1). Infeksi pada ibu sewaktu mengandung (2). Gangguan metabolisme (3). Radiasi sewaktu umur kehamilan antara 2-6 minggu (4) Kelainan kromosom (5). Malnutrisi b). Natal, antara lain: (1). Anoxia (2). Asphysia (3). Prematuritas (4). Kerusakan otak c). Post natal, dapat terjadi karena: (1). Malnutrisi (2). Infeksi (3). Trauma 2). Kelompok Sosio kultural : psikologis atau lingkungan Kelompok etiologi ini dipengaruhi oleh proses psikososial dalam keluarga. dalam hal ini ada tiga macam teori a) Teori Stimulasi Pada umumnya adalah penderita retardasi mental yang tergolong ringan, disebabkan karena kekurangan rangsangan atau kekurangan kesempatan dari keluarga b) Teori Gangguan Kegagalan keluarga dalam memberikan perlindungan yang cukup terhadap stres pada masa kanak-kanak sehingga mengakibatkan gangguan pada proses mental c) Teori Keturunan Teori ini mengemukakan bahwa hubungan antara orang tua dan anak sangat lemah akan mengalami disorganisasi, sehingga apabila anak mengalami stres akan bereaksi dengan cara yang bermacam-macam. Muljono Abdurrachman dan Sudjadi. S (1994:30) secara garis besar menyatakan bahwa tuna grahita dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu: 1). Genetik a). Kerusakan atau kelainan biokimia b). Abnormalitas kromosom c) Anak tuna grahita yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya adalah Sindroma Down ( Mongoloid) 2). Pada masa sebelum kelahiran (pre natal) a). Infeksi Rubella (cacar) b). Faktor Rhesus (Rh) 3) Pada saat kelahiran (Perinatal) Tuna grahita yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi pada saat kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran, sesak napas dan lahir prematur 4). Pada saat setelah lahir (post natal) Penyakit-penyakit akibat infeksi misalnya : Meningitis (peradangan pada selaput otak) dan problema nutrisi yaitu kekurangan gizi. 5). Faktor sosio-kultural Sosio kultural atau sosio budaya lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan intelektual manusia Dengan melihat beberapa pendapat yang dikemukakan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa banyak faktor penyebab yang dapat mengakibatkan tuna grahita pada anak yaitu faktor keturunan, faktor makanan dan obat-obatan serta faktor lingkungan. Dalam hal ini faktorfaktor tersebut dapat mempengaruhi terjadinya ketunagrahitaan baik pada saat sebelum lahir, saat kelahiran, maupun setelah lahir 2. Tinjauan Tentang Membaca a. Pengertian Membaca “Membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan. Dengan demikian membaca merupakan suatu bentuk komunikasi tulis . A.S Broto dalam Mulyono Abdurrachman “(2003:200) “Membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah,mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan dan ingatan. Sudarso, dalam Mulyono Abdurrachman” (2003:200) “Membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki. Bond dalam Mulyono Abdurrachman” (2003:200) Berdasarkan pengertian-pengertian membaca yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktivitas kompleks yang menghasilkan simbol-simbol bahasa tulis melalui proses mengingat untuk memahami isi bahasa tulisan. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu meggerakkan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan. Meskipun tujuan akhir membaca adalah untuk memahami isi bacaan, tujuan semacam itu ternyata belum dapat sepenuhnya dicapai oleh anak-anak, terutama pada saat awal belajar membaca. Banyak anak yang dapat membaca secara lancar suatu bahan bacaan tetapi tidak memahami isi bacaan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca bukan hanya terkait erat dengamn kematangan gerak motorik mata, tetapi juga tahap perkembangan kognitif. Mempersiapkan anak untuk belajar membaca merupakan suatu proses yang panjang. Dengan demikian, proses mempersiapkan anak-anak untuk belajar membaca harus dimulai sedini mungkin. b. Metode Pengajaran Membaca di SLB Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dikelas oleh guru bertujuan agar materi yang disampaikan akan diterima oleh siswa dengan harapan akan mendapatkan umpan balik. Tetapi fakta dan realita tidak selamanya sama dengan teori, banyak terjadi kegiatan belajar mengajar meleset jauh dari harapan, hal ini tidak sepenuhnya salah guru atau siswa, tetapi guru harus bisa introspeksi dari sebuah kegagalan. Salah satu ketidakberhasilan kegiatan belajar mengajar karena kesalahan metode pengajaran yang digunakan guru. Maka guru harus bisa memilih metode yang cocok dan sesuai dengan materi yang disampaikan. Adapun metode pembelajaran membaca di SLB adalah 1). Metode Abjad Metode pembelajaran membaca dengan langkah-langkah pengenalan atau membaca huruf, merangkai huruf menjadi suku kata, menggabungkan suku kata menjadi kata, menggabungkan kata-kata menjadi kalimat. Metode ini sering menimbulkan kesulitan bagi anak, karena anak megapa tulisan “bapak” tidak dibaca “beapeaka”. 2). Metode Bunyi Metode bunyi menekankan pada pengenalan kata melalui proses mendengarkan bunyi huruf. Dengan demikian, metode bunyi lebih sintetis daripada analisis. Pada mulanya anak diajak mengenal bunyi-bunyi huruf kemudian mensintesiskan huruf tersebut menjadi suku kata dan kata. Untuk memperkenalkan bunyi berbagai huruf, biasanya mengaitkan huruf-huruf tersebut dengan huruf depan, berbagai nama benda yang sudah dikenal anak misalnya huruf “a“ dengan gambar ayam, huruf “b“ dengan gambar buku dan sebagainya. 3). Metode Kata Lembaga Metode ini didasarkan atas pendekatan kata yaitu cara memulai mengajarkan membaca dengan menampilkan kata-kata. 4). Metode SAS (Struktural Analisis Sintetik) Metode SAS adalah metode pembelajaran membaca yang dimulai dengan langkah bercerita sambil menunjukkan gambar pendukung. Setelah itu siswa diajak untuk membaca gambar tersebut, yang dilajutkan dengan membaca kalimat yang ada dibawah gambar. Selanjutnya gambar dilepas atau diambil dan tinggallah kalimatnya. Siswa berlatih membaca kalimat tanpa bantuan gambar (proses struktural). Kalimat tersebut lalu dianalisis menjadi kata, suku kata, huruf-huruf (proses analitik). Langkah terakhir adalah menggabungkan kembali huruf-huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat (proses sintetik). 3. Tinjauan Tentang Metode SAS a. Pengertian Metode SAS “Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Atas dasar tersebut penulis menyimpulkan bahwa metode adalah suatu cara bagaimana proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik”.(Winarno Surakhmad 1990:31) Metode SAS adalah suatu metode mengajar membaca yang dimulai dengan menampilkan struktural kalimat secara utuh dahulu, lalu kalimat utuh itu dianalisis dan pada akhirnya dikembalikan pada bentuk struktural semula. Menurut A.S. Broto metode SAS khususnya disediakan untuk belajar mambaca dan menulis permulaan di kelas permulaan. Lebih luas lagi metode SAS dapat dipergunakan dalam berbagai bidang pengajaran. Menurut Momo dalam Zuchdi D dan Budiasih (2001:63-66) dalam pelaksanaannya, metode ini dibagi dalam dua tahap yaitu tanpa buku dan menggunakan buku. Pada tahap buku pembelajarannya dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: 1). Merekam bahasa siswa Bahasa yang digunakan siswa dalam percakapan direkam untuk digunakan sebagai bahan bacaan. 2). Menampilkan gambar sambil bercerita Guru memperlihatkan gambar kepada siswa, sambil bercerita sesuai dengan gambar tersebut. Misalnya : ini ibu Ibu memasak di dapur Kalimat tersebut ditulis dipapan tulis dan digunakan sebagai bahan cerita. 3). Membaca Gambar Misalnya : guru memperlihatkan gambar seorang anak sedang memegang sapu sambil mengucapkan kalimat “ Nino menyapu kelas” 4). Membaca gambar dengan kartu kalimat Setelah siswa dapat membaca tulisan dibawah gambar, guru menempatkan kartu kalimat dibawah gambar untuk memudahkan pelaksanaan dapat digunakan media berupa papan flannel, kartu kalimat , kartu kata, kartu suku kata, kartu huruf dan kartu gambar. Dengan menggunakan media tersebut untuk menguraikan dan menggabungkan akan lebih mudah. 5). Membaca kalimat secara struktural Setelah siswa dapat membaca tulisan dibawah gambar, gambar dilepas sehingga siswa dapat membaca tanpa dibantu dengan gambar. Dengan dilepaskannya gambar maka yang dibaca siswa kalimat atau tulisan. Misalnya: ibu memasak di dapur 6). Proses Analitik (A) Sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah menganalisis kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf Misalnya: Ibu memasak di dapur Ibu – memasak – di – dapur I – bu - me – ma – sak - di – da – pur I – b – u –m – e – m – a - s – a – k - d – i- d – a – p – u – r 7). Proses Sintetik Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat, huruf itu dirangkaji lagi menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat seperti semula. Misalnya: I – b – u –m – e – m – a - s – a – k - d – i- d – a – p – u – r I – bu - me – ma – sak - di – da – pur Ibu – memasak – di - dapur Ibu memasak di dapur Secara utuh proses SAS tersebut sebagai berikut : Ibu memasak di dapur Ibu – memasak – di – dapur I – bu - me – ma – sak - di – da – pur I – b – u –m – e – m – a - s – a – k - d – i- d – a – p – u – r I – bu - me – ma – sak - di – da – pur Ibu – memasak – di - dapur Ibu memasak di dapur b. Prinsip Dasar Metode SAS Beberapa prinsip metode SAS yaitu 1). Bahan pelajaran bertitik tolak dari pengalaman anak 2). Pelajaran dimulai dengan struktur bahasa yang bermakna yaitu kalimat 3). Kalimat tadi kemudian dianalisis atau diuraikan 4). Kalimat tersebut digabung atau disintesiskan menjadi kalimat semula c. Kebaikan Metode SAS 1). Metode SAS menerapkan prinsip ilmu bahasa umum (linguistic), bahwa bentuk bahasa yang terkecil adalah kalimat, bagian kalimat adalah kata, suku kata dan akhirnya fonem. 2). Metode SAS memperhitungkan pangalaman bahasa anak, Pengalaman bahasa anak dijadikan titik tolak belajar bahasa karena dengan bahasa, anak sudah merasa akrab dengan sesuatu yang telah diketahui sebelumnya. 3). Metode SAS menganut prinsip menemukan sendiri (inkuiri). Prinsip ini sangat ditekankan dalam proses belajar mengajar karena dengan prinsip ini anak akan mempunyai rasa kepercayaan pada kemampuannya sendiri. B. Kerangka Berfikir Kemampuan membaca pada masing-masing anak tidak sama karena banyak faktor-faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri anak itu sendiri ataupun faktor luar seperti orang tua, guru, teman, dan lingkungan. Jadi bagi anak yang kurang atau masih rendah ketrampilan membacanya harus lebih giat lagi belajar dan berlatih. Sebagai dorongan seorang guru harus bisa memberi motivasi bagi anak yang masih kurang mampu atau kurang lancar dalam membaca untuk lebih giat berlatih dan untuk anak yang sudah lancar agar terus belajar untuk lebih giat lagi. Dengan metode SAS yang disajikan guru menggunakan media gambargambar, kartu kalimat, kartu kata, kartu huruf, dan papan flanel akan lebih meningkatkan kemampuan membaca. Dalam bentuk bagan penulis kemukakan sebagai berikut : Sebelum menggunakan Metode SAS Kemampuan membaca rendah Anak Tunagrahita Setelah menggunakan Metode SAS Bagan Kerangka Berpikir Kemampuan membaca meningkat C. Hipotesa Tindakan Dari uraian diatas, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : “ Metode SAS dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa tunagrahita kelas III SLB YPCM Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009”. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di SLB-C YPCM Boyolali dengan alamat Jln. Merapi 38 Boyolali 2. Waktu Penelitian Untuk rincian waktu dapat dijelaskan sebagai berikut No Nama kegiatan Februari 1 Penyusunan proposal V 2 Penyusunan instrumen 3 Pengumpulan data V 4 Analisis data V 5 Pembahasan dan Maret April Mei Juni V V V laporan hasil penelitian B. Subyek Penelitian Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa dan guru kelas III SLB C YPCM Boyolali. Siawa yang dijadikan objek penelitian ini adalah siswa tuna grahita ringan kelas III berjumlah 5 orang yang terdiri 3 laki-laki dan 2 perempuan. C. Data dan Sumber Data Data yang dikumpulkan berupa informasi tentang prestasi belajar membaca anak tuna grahita kelas III yang meliputi : 1. Nilai ulangan harian Bahasa Indonesia sebelum mendapat tindakan perbaikan pelajaran membaca 2. Nilai ulangan harian Bahasa Indonesia setelah mendapat tindakan perbaikan pembelajaran membaca siklus I dan II. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Tes Pelaksanaan tes dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana hasil pembelajaran siswa tuna grahita kelas III setelah menerima pembelajaran membaca dengan metode SAS. Materi bacaan “ Membantu Ibu“ sumber belajar membaca dan menulis jikid 2a karya Purwati (2004), jumlah soal/item sepuluh soal. Cara penilaian setiap nomor benar mendapat nilai sepuluh, kurang benar mendapat nilai lima. 2. Pengamatan / Observasi Observasi yang peneliti lakukan adalah pengamatan berperan secara aktif. Pengamatan dilakukan terhadap murid selama proses proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Dengan pengamatan dapat mengetahui secara langsung keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, serta perkembangan kemampuan membaca dengan menggunakan metode SAS. 3. Dokumentasi Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan membaca siswa yang diambil dari nilai ulangan siswa kelas III SLB YPCM Boyolali. E. Teknik Validitas Data Teknik validitas data yang digunakan penulis yaitu teknik triangulasi. Teknik ini berupa triangulasi data dan triangulasi metode pengumpulan data. Teknik triangulasi yang penulis gunakan untuk menguji validitas data hasil pembelajaran membaca dengan menggunakan metode SAS yaitu: 1. Memberikan tes membaca dan selanjutnya menganalisa kemampuan membaca anak tuna grahita kelas III untuk mengidentifikasi kesalahan yang masih ada. 2. Melakukan wawancara dengan guru-guru lain dan kepala sekolah untuk mengetahui pandangan guru tentang hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam hal membaca di kelas, fasilitas pembelajaran yang dimiliki atau tidak dimiliki sekolah, kegiatan pembelajaran membaca di kelas, penilaian yang dialakukan guru dan sebagainya. F. Teknik Analisa Data Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan teknik deskriptif kuantitatif. Untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan atau setelah pengumpulan data. G. Indikator Kinerja Pada bagian ini perlu dikemukakan atau dirumuskan indikator sebagai tolok ukur keberhasilan penelitian yang dilakukan. Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menetukan keberhasilan penelitian. Indikator keberhasilan akan tercapai apabila 80% siswa memperoleh nilai 65. Rata-rata peningkatan kemampuan membaca siswa meningkat dari 50 menjadi 65. H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap –tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan dalam judul penelitian ini, maka data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah mengenai membaca dengan metode SAS. Dengan berpedoman pada refleksi awal dan identifikasi masalah, maka prosedur pelaksanaan penelitian melalui tahapan atau siklus, yang setiap siklus terdiri empat langkah yaitu : tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan (acting), tahap observasi (observing), dan tahap refleksi (refleksing). Secara rinci tahapan pada setiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Tahap Perencanaan a) Mengumpulkan data yang diperlukan b) Menyiapkan rencana pembelajaran c) Mempersiapkan media pembelajaran membaca yang diperlukan d) Mengembangkan format evaluasi e) Mengembangkan format observasi 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini dilaksanakan tindakan kelas terhadap semua siswa kelas III dalam pembelajaran membaca dengan metode SAS mengacu skenario pembelajaran, yaitu : a) Guru menunjukkan media / gambar dan siswa mengamatinya. b) Guru memberikan tulisan di bawah gambar, siswa disuruh membacanya dengan menunjukkan media kartu kalimat agar siswa menjadi lebih jelas. c) Guru menjelaskan dan memberi contoh cara membaca yang benar, guru dan siswa membaca secara bersama-sama dan berulang-ulang. d) Guru menunjuk salah satu siswa yang sudah bisa membaca untuk membaca di depan kelas, siswa yang lain menirukan. Hal ini dilakukan bergantian dan berulang-ulang sampai beberapa kata yang disediakan sudah terbaca. e) Guru memberikan motivasi dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca. f) Guru memberikan penguatan kepada siswa yang sudah lancar membaca, guru selalu mengamati perkembangan dan kemajuan siswa dalam membaca pada setiap pertemuan. 3. Tahap Observasi Guru memonitor dan melakukan observasi pada saat pembelajaran sedang berlangsung dengan memakai format observasi. 4. Tahap Refleksi dan Evaluasi Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1, 2, dan 3 apabila hasil refleksi pada evaluasi pada siklus I belum memperlihatkan peningkatan kemampuan membaca maka perlu dibuat siklus II dengan memperhatikan refleksi dan evalusi siklus I. Sampai kemampuan membaca meningkat secara signifikan. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut : Perencanaan Tindakan Perencanaan Observasi Refleksi Skema 1. Model Penelitian Tindakan Kelas Tindakan Observasi Refleksi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum diadakan penelitian bahwa kondisi siswa kelas III SLB YPCM mempunyai nilai yang rendah dalam mata pelajaran Bahasa Indonesi khususnya dalam membaca, hal ini dibuktikan dengan data nilai awal, selain data nilai awal yang rendah, kondisi siswa dalam hal keaktifan, partisipasi, kreatifitas, dan inisiatif juga rendah. Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan diperoleh data sebagai berikut : Tabel 1. Data Nilai Awal Siswa No Kode Siswa Nilai awal 1 RA 60 2 EL 60 3 RH 50 4 PBK 40 5 VTG 40 Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari kelima subyek 2 orang mendapat nilai 60, 1 orang mendapat nilai 50,dan 2 orang mendapat nilai 40. Grafik 1. Nilai Awal Membaca Kelas III Tabel 2. Data Keaktifan, Partisipasi, Kreatifitas dan Inisiatif No 1 2 3 4 5 Kode Keaktifan Siswa RA Dia termasuk anak yang rajin dan aktif masuk sekolah, sering tidak membawa buku pelajaran EL Dia anak yang rajin dan aktif masuk sekolah walaupun jauh rumahnya tidak pernah terlambat RH Dia termasuk anak yang rajin dan aktif masuk sekolah walaupun kadang terlambat alasannya angkutan tidak ada PBK Dia sering terlambat masuk sekolah karena rumahnya jauh dan sering keluar kelas dengan alas an ke kamar kecil VTG Dia sering mengantuk karena tidurnya malam atau suka nonton televsi Partisipasi Kreatifitas dan Inisiatif Partisipasi anak di kelas hanya menjawab, kalau disuruh membaca, dia tidak mau Partisipasi anak di kelas bagus waktu guru menerangkan selalu memperhatikan Partisipasi anak di kelas kurang, kalu disuruh membaca tidak mau Kreatifitas dan inisiatif anak di kelas kurang, karena dia termasuk anak pemalu Partisipasi anak di kelas kurang karena sering keluar kelas sehingga tidak memperhatikan pelajaran di kelas Dia suka mengobrol sehingga sering mengganggu temannya dalam pelajaran Kreatifitas dan inisiatif kurang karena kalau disuruh membaca tidak mau dengan alasan tidak bisa Kreatifitas dan inisiatif anak di kelas bagus, kalau disuruh membaca mau Kreatifitas dan inisiatif anak di kelas kurang karena dia juga anak pemalu Kreatifitas dan inisiatif anak di kelas sangat kurang karena kalau tidak mengantuk juga mengobrol sendiri B. Deskripsi Tiap Siklus Pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti meliputi dua siklus. Dalam setiap siklus ada beberapa tahapan-tahapan yang dilaksanakan oleh peneliti yaitu meliputi perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) Dengan dua siklus, diharapkan dapat tercapainya tujuan akhir dari penelitian yaitu dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pada siswa tunagrahita kelas 3 SLB YPCM Boyolali. 1. Siklus I Pelaksanaan siklus I berisi tentang pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan Standar Kompetensi memahami cara membaca kalimat dan teks lagu sederhana, sedangkan kompetensi dasarnya adalah membaca nyaring beberapa teks sederhana. Siklus I dilaksanakan minggu ke 2 bulan Mei 2009. Adapun tahapan-tahapan yang dilkasanakan pada siklus I adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Tindakan (Planning) Rencana tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca dengan metode SAS pada siswa kelas III SLB YPCM Boyolali antara lain sebagai berikut : 1) Persiapan materi dan bahan ajar 2) Persiapan instrument-instrumen yang akan digunakan a) RPP pembelajaran Bahasa Indonesia b) Alat Evaluasi c) Media pembelajaran papan flannel, pias kalimat, pias kata dsb d) Form pengamatan untuk guru dan siswa 3) Persiapan Post Test 4) Penetapan scenario pembelajaran yaitu pelaksanaan pembelajaran akan dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan 5) Pelaksanaan Tindakan a) Tindakan Awal b) Tindakan Inti c) Tindakan Akhir b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran membaca dengan menggunakan metode SAS sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Pada siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan : 1) Pertemuan I a) Tindakan Awal Kegiatan diawali dengan doa bersama dan apersepsi menyanyikan lagu “ Bangun Tidur” b) Tindakan Inti Pada tahap ini dilaksanakan tindakan kelas terhadap semua siswa kelas III dalam pembelajaran membaca dengan menggunakan metode SAS. Adapun langkah-langkah pada pertemuan I adalah sebagai berikut : (1) Guru menunjukkan media atau gambar dan siswa mengamatinya (2) Guru memberikan tulisan dibawah gambar siswa disuruh membacanya dengan menunujukkan pias kalimat agar lebih jelas (3) Guru menjelaskan dan memberi contoh cara membaca yang benar misalnya “ ibu memasak di dapur “ diucapkan “ ibu memasak di dapur tanpa mengeja, guru dan siswa membaca secara bersamasama dan berulang-ulang (4) Guru menunjuk salah satu siswa yang sudah bisa membaca untuk membaca di depan kelas, siswa yang lain menirukan. Hal ini dilakukan bergantian dan berulang-ulang sampai beberapa kalimat yang disediakan sudah terbaca (5) Guru memberikan motivasi dan membantu siswa yang mengalami kesulitan membaca c) Tindakan Akhir Sebagai kegiatan akhir, guru mengadakan ulangan harian dengan membaca kalimat dan guru mengakhiri pembelajaran sambil berpesan agar rajin belajar di rumah. 2) Pertemuan II a) Tindakan Awal Kegiatan diawali dengan doa bersama dan apersepsi menyanyikan lagu “ Bangun Tidur” b) Tindakan Inti Pada tahap ini dilaksanakan tindakan kelas terhadap semua siswa kelas III dalam pembelajaran membaca dengan menggunakan metode SAS. Adapun langkah-langkah pada pertemuan I adalah sebagai berikut : (1) Guru menunjukkan media atau gambar dan siswa mengamatinya (2) Guru memberikan tulisan dibawah gambar siswa disuruh membacanya dengan menunujukkan pias kalimat agar lebih jelas (3) Guru menjelaskan dan member contoh cara membaca yang benar misalnya “ ibu memasak di dapur “ diucapkan “ ibu memasak di dapur tanpa mengeja, guru dan siswa membaca secara bersamasama dan berulang-ulang (4) Guru menunjuk salah satu siswa yang sudah bisa membaca untuk membaca di depan kelas, siswa yang lain menirukan. Hal ini dilakukan bergantian dan berulang-ulang sampai beberapa kalimat yang disediakan sudah terbaca (5) Guru memberikan motivasi dan membantu siswa yang mengalami kesulitan membaca c) Tindakan Akhir Sebagai kegiatan akhir, guru mengadakan ulangan harian dengan membaca kalimat dan guru mengakhiri pembelajaran sambil berpesan agar rajin belajar di rumah. 3) Pertemuan III Pada pertemuan III materi yang disampaikan adalah pembelajaran membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat. a) Tindakan Awal Kegiatan diawali dengan doa bersama kemuadian dilanjutkan presensi siswa. Sebagai apersepsi, guru mengadakan kegiatan mengulang pembelajaran yang lalu yaitu membaca kalimat agar terarah pada materi yang disampaikan. b) Tindakan Inti (1) Guru menyiapkan teks bacaan “Membantu Ibu” (2) Guru bersama-sama dengan siswa membaca bacaan “ Membantu Ibu” (3) Guru bersama-sama siswa menguraikan kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, dan suku kata menjadi huruf (4) Guru bersama-sama siswa menggabungkan atau mensintesis huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat (5) Guru menunjuk salah stau siswa yang sudah bisa membaca untuk membaca di depan kelas, siswa yang lain menirukan. Hal ini dilakukan bergantikan dan berulang-ulang sampai selesai (6) Guru memberikan motivasi dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca c) Tindakan Akhir Untuk mengetahui keberhasilan materi guru mengadakan tentang materi yang telah diajarkan selama 3 kali pertemuan. Data hasil sebagai berikut : Tabel 3. Data Nilai Pada Siklus I Nama Siswa Nilai RA 70 EL 70 RH 60 PBK 50 VTG 40 No 1 2 3 4 5 Dari tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa dari kelima subyek 2 orang mendapat 70, 1 orang mendapat 60, 1 orang mendapat 50 dan 1 orang mendapat 40. c. Observasi (Observing) Pada tahap ini guru yang juga bertindak sebagai observer melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran membaca dengan metode SAS. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai : 1) Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran 2) Partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran 3) Kreatifitas dan inisiatif siswa dalam mengikuti pembelajaran Uraian hasil observasi pada siklus I dari setiap pertemuan dapat diuraikan sebagai berikut : Pertemuan I Indikator : Membaca nyaring kata yang terdiri dari dua atau tiga suku kata Media : Media pembelajaran pias kata, papan flanel Hasil Observasi : 1) Kegiatan siswa a) Siswa belum aktif memperhatikan penjelasan guru b) Siswa belum mau membaca sendiri c) Rasa ingin tahu dan keberanian belum nampak d) Kreatifitas dan inisiatif siswa belum kelihatan 2) Kegiatan guru a) Guru sudah memberikan informasi secara tepat b) Guru telah menggunakan waktu secara tepat sesuai rencana c) Guru masih mendominasi pembelajaran di kelas d) Guru telah memberikan motivasi kepada siswa e) Guru telah menggunakan media pembelajaran dengan tepat f) Guru telah melakukan penilaian proses g) Guru telah melakukan penilai hasil belajar Pertemuan II Indikator : Membaca nyaring kalimat dari dua dan atau tiga kata Media : Media pembelajaran pias kalimat, papan flanel Hasil Observasi 1) : Kegiatan Siswa a) Siswa belum aktif memperhatikan penjelasan guru b) Siswa belum mau membaca secara individu maupun klasikal c) Rasa ingin tahu dan keberanian belum Nampak d) Kreatifitas dan inisiatif siswa belum kelihatan 2) Kegiatan Guru a) Guru sudah memberikan informasi secara tepat b) Guru telah menggunakan waktu secara tepat sesuai rencana c) Guru masih mendominasi pembelajaran di kelas d) Guru telah memberikan motivasi kepada siswa e) Guru telah menggunakan media pembelajaran dengan tepat f) Guru telah melakukan penilaian proses g) Guru telah melakukan penilaian hasil belajar Pertemuan III Indikator : Membaca nyaring kalimat sederhana yang terdiri dari 4 maksimal kata Media : Media pembelajaran pias kata , papan flanel Hasil Observasi : 1) Kegiatan siswa a) Siswa mulai aktif memperhatikan penjelasan guru b) Siswa belum mau membaca secara individu c) Rasa ingin tahu dan keberanian mulai Nampak d) Kreatifitas dan inisiatif siswa belum kelihatan 2) Kegiatan guru a) Guru sudah memberikan informasi secara tepat b) Guru telah menggunakan waktu secara tepat sesuai rencana c) Guru masih kelihatan mendominasi pembelajaran di kelas d) Guru telah memberikan motivasi kepada siswa e) Guru telah menggunakan media pembelajaran dengan tepat f) Guru telah melakukan penilaian proses g) Guru telah melakukan penilaian hasil belajar h) Guru telah memberikan tindak lanjut d. Refleksi Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan, dapat digambarkan kondisi dari masing-masing siswa. Hasil refleksi selengkapnya dapat diuraikan dalam tabel berikut : Tabel 4. Data Hasil Refleksi Siswa Siklus I No Kode Siswa Keaktifan Partisipasi 1 RA Kurang Ada Kreatifitas dan inisiatif Ada 2 EL Ada Kurang Ada 3 RH Kurang Ada Kurang 4 PBK Ada Kurang Kurang 5 VTG Kurang Kurang Kurang Refleksi Anak dimotivasi untuk aktif dalam pembelajaran Anak dimotivasi agar anak berpartisipasi dalam pembelajaran Anak dimotivasi untuk aktif dan tidak selalu keluar kelas pada saat proses pembelajaran Anak dimotivasi agar anak mau berpartisipasi dan tidak menggu temannya pada proses pembelajaran Anak dimotivasi untuk aktif, mau berpartisipasi dan tidak mengganggu temannya pada saat proses pembelajaran Hasil pengamatan sebelum dan sesudah Siklus I dapat dilihat pada gambar berikut ini : Grafik 2 Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Siklus I 2. Siklus II Tindakan pada siklus II dilaksanakan pada minggu III bulan Mei 2009. Tahapan –tahapan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut : a. Perencanaan (Planning) Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pelaksanaan tindakan siklus I, dapat diketahui bahwa telah terjadi peningkatan prestasi belajar dan proses belajar membaca, namun masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu guru kelas sebagai peneliti dengan arahan kepala sekolah kembali menyusun rencana pembelajaran. Adapun persiapan yang dilakukan oleh guru atau peneliti adalah sebagai berikut : 1) Persiapan materi dan bahan ajar 2) Persiapan instrumen-instrumen yang akan digunakan a) RPP pembelajaran Bahasa Indonesia pada membaca b) Alat evaluasi c) Media pembelajaran : papan flannel, pias suku kata, pias kata, pias kalimat d) Form pengamatan untuk guru dan siswa e) Persiapan post test II f) Penetapan skenarion pembelajaran yaitu pelaksanaan pembelajaran akan dilaksanakan 3 kali pertemuan g) Pelaksanaan tindakan a) Tindakan awal b) Tindakan inti c) Tindakan penutup Atas arahan kepala sekolah, pada siklus II ini peneliti akan mengadakan pembelajaran 3 kali pertemuan. b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) 1) Pertemuan I a) Tindakan awal Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama, kemudian presensi dilanjutkan appersepsi untuk mengingat kembali materi yang telah disampaikan pada pertemuan-pertemuan pada siklus I. b) Tindakan inti Memasuki materi, guru kembali menjelaskan cara membaca dengan metose SAS. Bacaan “Membantu Ibu” mula-mula secara klasikal, siswa membaca kalimat yang ada dalam bacaan. Setiap siswa disuruh membaca secara bergiliran. c) Tindakan akhir Sebelum pelajaran diakhiri, diadakan test. Kegiatan diakhiri dengan pemberian motivasi kepada siswa agar rajin belajar membaca di rumah. 2) Pertemuan II a) Tindakan awal Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama kemudian presensi siswa dan dilanjutkan appersepsi untuk mengingat kembali materi yang telah disampaikan pada pertemuadian I pada siklus II. b) Tindakan Inti Pada tahapan ini dilaksanakan tindakan kelas terhadap semua siswa kelas III dalam pembelajran membaca dengan menggunakan metode SAS. Adapun langkah-langkah pada pertemuan II ini adalah sebagai berikut : 1) Guru menunjukkan media atau gambar dan siswa mengamatinya 2) Guru memberikan tulisan di bawah gambar siswa disuruh membacanya dengan menunjukkan pias kalimat agar lebih jelas 3) Guru menjelaskan dan memberi contoh cara membaca yang benar bacaan “Membantu Ibu” dan siswa membaca secara bersama-sama 4) Guru menunjuk salah satu siswa yang sudah bisa membaca untuk membaca di depan kelas, siswa yang lain menirukan. Hal ini dilakukan bergantian dan berulang-ulang samapi bacaan “Membantu Ibu” sudah terbaca 5) Guru memberi motivasi dan membantu siswa yang mengalami kesulitan membaca c) Tindakan akhir Sebagai kegiatan akhir, guru mengadakan ulangan harian dengan membaca kalimat dan guru mengakhiri pembelajaran sambil berpesan agar rajin belajar membaca di rumah. 3) Pertemuan III a) Tindakan awal Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama kemudian presensi dan dilanjutkan appresepsi untuk mengingat kembali materi yang telah disampaikan pada pertemuan II pada siklus II. b) Tindakan inti Pada tahapan ini dilaksanakan tindakan kelas terhadap semua siswa kelas III dalam pembelajaran membaca dengan menggunakan metode SAS. Adapun langkah-langkah pada pertemuan III ini adalah guru kembali menjelaskan cara membaca dengan metode SAS. Mula-mula secara klasikal kemudian siswa disuruh membaca secara bergiliran. c) Tindakan akhir Sebelum pelajaran diakhiri, diadakan penilaian post test III, kegiatan diakhiri dengan pemberian motivasi kepada siswa agar rajin belajar membaca di rumah. c. Observasi (Observing) Pada tahapan ini guru kelas / peneliti bertindak sebagai observer melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan cermat dan teliti pada masing-masing anak pada setiap pertemuan. Pengamatan ini ditujukan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran, maupun aktifitas siswa dalam pembelajaran serta suasana kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk pencacatan hasil test akan digunakan sebagai bahan atau masukan untuk menanalisa perkembangan prestasi belajar membaca permulaan pada siklus II yang telah dilaksanakan. Adapun uraian hasil pengamatan siklus II adalah sebagai berikut : Pertemuan I Indikator : Membaca nyaring kata yang terdiri dari dua dan atau 3 suku kata Media : Media pembelajaran papan flanel,pias kata,gambargambar Hasil Observasi : 1) Kegiatan siswa a) Siswa sudah kelihatan aktif memperhatikan penjelasan guru b) Rasa ingin tahu dan keberanian sudah mulai tampak c) Kreatifitas dan inisiatif siswa masih kurang 2) Kegiatan guru a) Guru sudah memberikan informasi yang tepat b) Guru telah menggunakan waktu secara tepat sesuai rencana c) Guru penuh perhatian kepada siswa d) Guru telah menggunakan media pembelajaran secara tepat e) Guru telah melakukan penilaian proses dan hasil belajar f) Guru telah memberikan tindak lanjut Pertemuan II Indikator :Membaca nyaring kalimat sederhana terdiri dari dua dan atau 3 kata Media :Media pembelajaran papan flanel,pias kata,gambargambar Hasil Observasi 1) : Kegiatan siswa a) Siswa sudah kelihatan aktif memperhatikan penjelasan guru b) Rasa ingin tahu dan keberanian sudah mulai tampak c) Kreatifitas dan inisiatif siswa masih kurang 2) Kegiatan guru a) Guru sudah memberikan informasi yang tepat b) Guru telah menggunakan waktu secara tepat sesuai rencana c) Guru penuh perhatian kepada siswa d) Guru telah menggunakan media pembelajaran secara tepat e) Guru telah melakukan penilaian proses dan hasil belajar f) Guru telah memberikan tindak lanjut Pertemuan III Indikator : Membaca nyaring kalimat sederhana dari dua atau 3 suku kata Media : Media pembelajaran papan flanel,pias kata, gambar-gambar Hasil Observasi 1) : Kegiatan siswa a) Siswa sudah kelihatan aktif memperhatikan penjelasan guru b) Rasa ingin tahu dan keberanian sudah mulai tampak c) Kreatifitas dan inisiatif siswa nampak sekali dengan terciptanya suasana kelas yang hidup d) Pembelajaran berpusat pada siswa 2) Kegiatan guru a) Guru sudah memberikan informasi yang tepat b) Guru telah menggunakan waktu secara tepat sesuai rencana c) Guru penuh perhatian kepada siswa d) Guru tidak mendominasi pembelajaran di kelas e) Guru telah menggunakan media pembelajaran secara tepat f) Guru telah melakukan penilaian proses dan hasil belajar g) Guru telah memberikan tindak lanjut Hasil nilai kemampuan membaca pada siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 5. Data Nilai Pada Siklus II No 1 2 3 4 5 Kode Siswa RA EL RH PBK VTG Nilai Membaca 80 80 70 70 50 Dari tabel tersebut di atas dapat dijelaskaan bahwa dari kelima subyek 2 orang mendapatkan 80, 2 orang mendapatkan 70, dan 1 orang mendapatkan 50. d. Refleksi Hasil analisi data dan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran membaca dengan metode SAS pada siklus II dapat digunakan untuk melihat kondisi dari masing-masing siswa. Hasil refleksi pada siklus II selengkapnya dapat diuraikan pada table berikut ini : Tabel 6. Data Hasil Refleksi Siswa Siklus II No Kode Siswa Keaktifan Partisipasi 1 RA Ada Ada Kreatifitas dan Inisiatif Ada 2 EL Ada Ada Ada 3 RH Ada Ada Ada 4 PBK Ada Ada Ada 5 VTG Ada Ada Ada Refleksi Anak sudah menunjukkan keaktifan dan dimotivasi agar timbul rasa percaya diri Anak sudah menunjukkan keaktifan dan berpartisipasi dalam pembelajaran Anak dimotivasi agar aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran Anak dimotivasi agar mau berpartisipasi dan tidak mengganggu teman pada saat proses pembelajaran Anak dimotivasi untuk aktif dan tidak selalu mengganggu temannya pada saat proses pembelajaran C. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang telah dilakukan di SLB YPCM Boyolali, yaitu siswa kelas III tuna grahita ringan dapat diuraikan dalam table berikut : Tabel 7. Data Peningkatan Nilai Membaca Kelas III Tuna Grahita Ringan PadaSiklus I Kode Siswa RA EL RH PBK VTG Rata-rata Nilai awal 60 60 50 40 40 50 Nilai akhir (Siklus I) 70 70 60 50 40 58 Dari tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa dari kelima subyek 2 orang mendapatkan 70, 1 orang mendapatkan nilai 60, 1 orang mendapatkan nilai 50 dan 1 orang mendapatkan 40, sedangkan rata-rata kelasnya mendapatkan 58. Dengan demikian karena masih ada 3 orang yang mendapatkan nilai di bawah 65, maka belum sesuai dengan indicator kinerja yang telah ditetapkan, sehingga tindakan pada siklus 1 belum berhasil dan perlu dilakukan tindakan siklus berikutnya. Tabel 8. Data Peningkatan Nilai Membaca Kelas III Tuna Grahita Ringan PadaSiklus II Kode Siswa RA EL RH PBK VTG Rata-rata Nilai akhir (Siklus I) 70 70 60 50 40 58 Nilai akhir (Siklus II) 80 80 70 70 50 70 Dari tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa dari kelima subyek 2 orang mendapatkan nilai 80, 2 orang mendapat nilai 70, dan 1 orang mendapatkan nilai 50 sedangkan rata-rata kelasnya adalah 70 maka dengan indikator yang telah ditetapkan, tindakan berhasil pada siklus II. Grafik 3. Hasil belajar membaca siswa sebelum dan sesudah siklus I dan II D. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil observasi dan analisis data yang ada, maka dapat dilihat adanya peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran membaca serta peningkatan kemampuan membaca pada siswa kelas III SLB YPCM Boyolali. Peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran membaca antara lain : 1. Siswa lebih aktif memperhatikan penjelasan guru 2. Rasa ingin tahu dan keberanian siswa meningkat dalam membaca 3. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran di kelas sehingga tercipta suasana kelas yang menyenangkan untuk belajar Sedangkan peningkatan dilihat kemampuan belajar membaca siswa dapat dilihat dari nilai awal, nilai post test siklus I dan nilai post test siklus II. Data hasil pembelajaran membaca siswa kelas III SLB YPCM Boyolali sebelum dilakukan perlakuan dengan metode SAS diperoleh nilai rata-rata adalah sebesar 50, sedangkan setelah dilakukan tindakam kelas dengan menggunakan metode SAS diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 58. Pada tindakan kelas siklus I data nilai yang diperoleh dari siklus I memang sudah ada peningkatkan, walaupun peningkatan itu belum maksimal, sehingga guru kelas dengan arahan kepala sekolah merencanakan tindakan tindakan selanjutnya yaitu siklus II. Pembelajaran membaca dengan dengan metode SAS dengan harapan mencapai peningkatan kemampuan membaca yang signifikan. Pada siklus II, hasil yang dicapai dalam pembelajaran membaca dengan metode SAS yaitu membaca nyaring kalimat sederhana diperoleh nilai rata-rata post test II sebesar 70. Berdasarkan data nilai yang diperoleh dari siklus II tersebut maka dapat dikatakan bahwa tindakan kelas yang dilakukan berhasil dengan baik. Peningkatan kemampuan membaca kelas III SLB YPACM Boyolali tersebut sejalan dengan pendapat Munzayanah (2000:22) anak tuna grahita ringan adalah “ Mereka yang masih mampu mempunyai kemungkinan untuk memperoleh pendidikan dalam bidang membaca, menulis dan menghitung pada suatu tingkat tertentu di sekolah khusus “. Menurut Mulyono Abdurrrahman dan Sujadi (1994:22) tuna grahita ringan disebut mampu didik mempunyai IQ 50-70 mereka masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana. Karakteristik anak tuna grahita ringan menurut Munzayanah (2000:23-24) antara lain dapat dilatih dalam bidang sosial atau intelektual dalam batas-batas tertentu misalnya membaca, menulis dan menghitung dan dapat dilatih untuk pelajaranpelajaran yang rutin maupun ketrampilan. Karakteristik anak tuna grahita menurut Munawir Yusuf (2006:7) antara lain perkembangan bicara bahasa terlambat dan tidak ada atau kurang sekali perhatian terhadap lingkungan. Dalam pembelajaran membaca, anak tuna grahita di SLB YPCM Boyolali salah satunya menggunakan metode SAS yaitu metode pembelajaran membaca yang dimulai dengan langkah bercerita sambil menunjukkan gambar pendukung. Setelah itu, siswa diajak untuk membaca gambar tersebut yang dilanjutkan dengan membaca kalimat di bawah gambar. Selanjutnya gambar dilepas, tinggallah kalimatnya. Siswa berlatih membaca kalimat tanpa bantuan gambar ( proses struktural ) kalimat tersebut lalu dianalisis menjadi kata, suku kata, huruf-huruf ( proses analitik). Langkah terakhir adalah menggabungkan kembali huruf-huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat ( proses sintetik). Hal tersebut menurut Momo dalam Zuchdi dan Budiasih (2001:63-66). Berdasarkan hasil kemampuan membaca sebelum dilakukan tindakan diperoleh nilai rata-rata sebesar 50, sedangkan setelah dilakukan tindakan kelas dengan menggunakan metode SAS diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 58 pada siklus I dan pada siklus II diperoleh rata-rata nilai sebesar 70. Maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : penggunaan metode SAS dapat meningkatkan kemampuan membaca anak tuna grahita ringan kelas III SLB YPCM Boyolali semester II Tahun Pelajaran 2008 / 2009. Dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan membaca pada siswa, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut : kepada guru yang nanti mengajar kelas III di SLB YPCM Boyolali hendaknya dalam pembelajaran membaca menggunakan metode SAS.Kepada siswa perlu diberi pemahaman bahwa metode SAS yang digunakan oleh guru dengan menggunakan media gambar-gambar, kartu kalimat, kartu kata, kartu huruf, dan papan flanel lebih memotivasi siswa dalam belajar membaca. Kepada peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang dapat meningkatkan kemampuan belajar membaca. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis penelitian, diketahui bahwa nilai rata-rata awal sebesar 50, pada siklus I sebesar 58 dan sebesar 70 pada siklus II. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan metode SAS dapat meningkatkan kemampuan membaca anak tuna grahita ringan kelas III SLB YPCM Boyolali semester II Tahun Pelajaran 2008 / 2009. Temuan hasil penelitian tersebut sekaligus dapat menjawab hipotesis tindakan yang dirumuskan yaitu metode SAS dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa tunagrahita kelas III SLB YPCM Boyolali Tahun Pelajaran 2008 / 2009. B. Saran Dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan membaca pada siswa, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut : 1. Kepada guru yang nanti mengajar kelas III di SLB YPCM Boyolali hendaknya dalam pembelajaran membaca menggunakan metode SAS. 2. Kepada siswa perlu diberi pemahaman bahwa metode SAS yang digunakan oleh guru dengan menggunakan media gambar-gambar,kartu kalimat, kartu kata, kartu huruf, dan papan flanel lebih memotivasi siswa dalam belajar membaca. 3. Kepada peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang dapat meningkatkan kemampuan belajar membaca. DAFTAR PUSTAKA ACH Muchlis, MH Munif. 2008. Metode SAS Sebuah Pendekatan Bahasa Indonesia. Surabaya. PT Karya Pembina Swajaya DEPDIKNAS. 2006. Kurikulum KTSP SK dan KD Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta. BNSP. http// Massofa Wordpress.com/2008/06/29/ Metode SAS Struktural Analitik Sintetik. Mohamad Efendi. 2005. Pengantar Psikopedagogik Anak berkelainan. Jakarta. Bumi Aksara. Mulyono Abdurrachman.2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta. Rineka Cipta. Mulyono Abdurrahman, Sudjadi S. 1994. Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta. DEPDIKBUD. Munawir Yusuf. 2006. Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus Dan Pelayanan Pendidikannya. DEPDIKBUD Prop Jateng. Munzayanah. 2000. Tuna Grahita. Surakarta. FKIP. Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan. Karya Ilmiah. Surakarta. Suhartini Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Bumi Aksara. Sutjihati Sumantri. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta. Dep Dik Bud. Winihasih. 2005. Diagnosa Kesulitan Membaca Permulaan Siswa SD/ MI. Winarno Surakhmad.1990. Metodelogi Penelitian.Jakarta.PT Bina Aksara Zuchdi D dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta. Proyek Pengembangan PGSD Dirjen Dikti Dep Dik Bud.