BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah kajian atau

advertisement
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi adalah kajian atau titik perhatian eksplisit tentang metode
investigasi dalam segala macam penelitian, atau kerangka metode yang digunakan
di satu cabang. Alat metodologis kajian komunikasi, budaya, dan media sangatlah
luas, karena ketiga kajian tersebut adalah ranah interdisipliner.1 Ketiganya
meminjam metode dari sosiologi, antropologi, dan ilmu sosial lainnya dengan
sejarah perhatian serius pada metodologi. Metode selalu merupakan mode
investigasi yang terikat dengan aturan, berhati-hati dengan fungsi outline, dan
bidang penelitian.2
3.1. Paradigma
Paradigma merupakan suatu kepercayaan atau prinsip dasar yang ada dalam diri
seseorang tentang pandangan dunia dan membentuk cara pandangnya terhadap
dunia.3 Segala sesuatu dapat dipandang melalui berbagai sudut pandang.
Paradigma dibutuhkan untuk memilih bagaimana seseorang memandang sesuatu.
Dengan begitu dapat dilihat bagaimana seseorang memandang realitas yang ada.
1
John Hartley. Communication, Cultural, and Media Studies: Konsep Kunci. Yogyakarta :
Jalasutra, 2010 hal 192
2
Ibid
3
Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media,
2013 hal 36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Penelitian
ini
menggunakan
paradigma
konstruktivis.
Paradigma
konstruktivis berbasis pada pemikiran umum tentang teori-teori yang dihasilkan
oleh peneliti dan teoritisi aliran konstruktivis. Littlejohn mengatakan bahwa teoriteori aliran ini berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan yang
objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat,
dan budaya.4
Pembentukan pola pikir seseorang terjadi karena suatu hal yang
mempengaruhinya. Jadi, ketika seseorang memandang suatu realitas atau
dihadapkan pada permasalahan, pola pikir dari orang tersebut dapat dipengaruhi.
Disinilah maksud dari konsruktivisme disebut sebagai paradigma. Oleh sebab itu,
konstruksi dari realitas dapat dibentuk dan mempengaruhi seseorang lewat
pengamatan dan mengubahnya secara alamiah. Realitas sosial seakan-akan adalah
realitas alamiah akibat konstruksi yang dilakukan terhadap suatu realitas.
Dalam penelitian ini, paradigma konstrukstivis akan dibicarakan dalam
konteks salah satu hasil produksi media massa, yaitu sebuah iklan.
Dari iklan, dapat diteliti elemen-elemen apa saja yang disematkan oleh
media massa untuk meneruskan ideologinya kepada khalayak agar membentuk
realitas sesuai konstruksi yang diinginkan media massa tersebut. Dengan
demikian, khalayak dibentuk sesuai dengan keinginan media massa dan sesuai
dengan cara pandang tempat realitas itu di bentuk.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media massa merupakan
agen pengkonsruksi realitas dengan membentuk makna-makna tertentu. Lewat
4
Stephen W. Littlejohn dalam Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Jakarta:
Penerbit Mitra Wacana Media, 2013 hal 36-37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
bahasa yang dipilihnya, media massa bisa membuat khalayak memiliki pendapat
yang sama karena media massa seperti yang digambarkan oleh paham
konstruktivis merupakan pembuat realitas.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Burhan Bungin bahwa konstruksi iklan
atas realitas sosial terjadi melalui lima tahap. Yaitu5 :
1. Tahap menyiapkan materi konstruksi iklan, pada tahap ini materi
konstruksi iklan disiapkan. Ada keterlibatan dari pemesan iklan
dengan tim kreatif dari biro iklan dalam proses konsultasi antara
tim kreatif biro iklan dan pemesan, masalah perusahaan dan
penjualan dihubungkan dengan tujuan-tujuan pembuat iklan dan
efek yang ingin dicapai.
2. Tahap sebaran konstruksi, sebaran iklan atas realitas sosial
dilakukan melalui strategi iklan. Penyesuaian antara strategi dan
bentuk-bentuk realitas dalam masyarakat. Pada tahap ini terjadi
pemilihan rencana-rencana konstruksi tanda yang akan digunakan.
3. Tahap pembentukan konstruksi, pembentukan konstruksi citra
dalam iklan. Para tim kreatif berusaha mengkonstruksi susunan
tanda dalam iklan agar citra yang disampaikan oleh iklan sesuai
dengan strategi yang dibuat.
5
Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media,
2013 hal 155-156
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
4. Tahap konfirmasi, pesan yang disampaikan iklan kemudian
dikonfirmasi antar individu-individu yang menjadi khalayak iklan.
Sehingga timbul wacana tentang produk yang diiklankan.
5. Tahap perilaku keputusan konsumen, konsumen pada tahap ini
akan memberikan suatu keputusan dengan perilaku-perilaku
tertentu atas produk yang diiklankan. Keputusan-keputusan
tersebut sangat dipengaruhi oleh bingkai budaya, keadaan
ekonomi, dan faktor kejiwaan dari konsumen.
3.2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini bertujuan membuat deskripsi secara
sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau
objek tertentu yang diamati. Peneliti sudah mempunyai konsep dan kerangka
konseptual. Melalui kerangka konseptual (landasan teori), peneliti melakukan
operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan variabel beserta indikatornya.
Riset ini untuk menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan
hubungan antarvariabel.6
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang akan
dianalisis berupa makna mengenai realitas budaya Indonesia pada station id
Kompas TV versi "Gong Inspirasi Indonesia".
6
Rachmat Kriyantono. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012 hal 69
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
3.3.Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan salah satu metode analisis kualitatif yaitu
semiotika. Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan
dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengiriman
dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya. Analisis semiotik
berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi dibalik
sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual
dan bergantung pada penggunaan tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda
merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda
tersebut berada.7 Sebagaimana tujuan analisis kualitatif, yaitu menemukan makna
dari data yang dianalisis, seluruh teknik analisis di atas menggunakan content (isimakna) sebagai klimak dari rangkaian analisisnya. Oleh karena itu, analisis data
kualitatif lebih menjelaskan fakta dalam dan lebih menjelaskan hal-hal yang tidak
dipertontonkan objek penelitian kepada orang luar.8
Model semiotika yang akan digunakan adalah model semiotika Charles
Sander Peirce yang dikenal dengan teori segitiga makna (representamen,
interpretant, object).
7
Rachmat Kriyantono. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012 hal 265-266
8
Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam
Varian Kontemporer. Depok : PT RAJA GRAFINDO PERSADA, 2012 hal 67-68
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
3.4.Subyek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah station id Kompas TV. Kompas TV
merupakan stasiun televisi baru yang menempatkan positioning-nya sebagai
televisi inspiratif dan menghibur untuk keluarga Indonesia.
3.5.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan periset untuk mengumpulkan data.9 Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan dua macam teknik pengumpulan data, yaitu:
3.5.1. Data Primer
Data dalam penelitian ini didapat dari dokumen yang telah diunggah oleh
subjek penelitian pada suatu situs bernama Youtube. Peneliti lalu mengunduhnya,
mengecek kembali kesesuaian dengan yang ditayangkan Kompas TV karena
terdapat pengurangan durasi. Dan menjadikan dokumen tersebut sebagai bahan
penelitan. Selanjutnya peneliti melakukan pencermatan pada obyek dengan
mengamati, menganalisa, dan mencatat tanda-tanda yang terdapat pada iklan
tersebut.
3.5.2. Data Sekunder
Peneliti menggunakan literatur-literatur yang memiliki keterkaitan objek
yang akan diteliti. Dalam hal ini adalah semua literatur mengenai semiotika secara
umum atau secara khusus (buku-buku Sanders Peirce), membaca jurnal dan
contoh-contoh laporan tugas akhir yang terkait dengan penelitian. Selain
9
Rachmat Kriyantono. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012 hal 95
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
semiotika, cakupan lain tentang pemasaran, branding, dan kebudayaan juga
peneliti gunakan.
3.6.Teknik Analisis Data
Data dalam station id Kompas TV versi Gong Inspirasi Indonesia akan
dianalisa menggunakan teknik semiotika, yaitu dengan mengamati sistem tanda,
kemudian memaknai dan menginterpretasikannya dengan menggunakan sistem
signifikasi Peirce. Pemikiran Peirce ini bisa dijelaskan melalui bagan segitiga
makna pada gambar berikut :
Gambar 3.1 Teori Segitiga Makna Peirce 2
1.6.1. Semiotika Charles Sanders Peirce
Teori dari Peirce seringkali disebut sebagai 'grand theory' dalam
semiotika. Mengapa begitu? Ini lebih disebabkan karena gagasan Peirce bersifat
menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Peirce ingin
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua
komponen dalam struktur tunggal.10
Gambar 3.2 Teori Segitiga Makna Peirce
Sebuah tanda atau repsentamen menurut Charles S. Peirce adalah sesuatu
yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau
kapasitas. Sesuatu yang lain itu - oleh Peirce disebut interpretant - dinamakan
sebagai interpretant dari tanda yang pertama, pada gilirannya akan mengacu pada
Objek tertentu. Dengan demikian menurut Peirce, sebuah tanda atau
representamen memiliki relasi ‘triadik' langsung dengan interpretan dan
objeknya. Apa yang dimaksud dengan proses ‘semiosis' merupakan suatu proses
yang memadukan entitas (berupa representamen) dengan entitas lain yang disebut
sebagai objek. Proses ini oleh Peirce disebut sebagai signifikasi.
Tanda atau representamen adalah bagian tanda yang merujuk pada sesuatu
menurut cara atau berdasarkan kapasitas tertentu. Peirce mengistilahkan
representamen sebagai benda atau obyek yang berfungsi sebagai tanda.11
10
Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media,
2013 hal 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Object adalah sesuatu yang dirujuk oleh tanda. Biasanya objek merupakan
sesuatu yang lain dari tanda itu sendiri atau objek dan tanda bisa jadi merupakan
entitas yang sama.12
Ada beberapa macam object dalam teori semiotika yang dikemukakan
Peirce, yaitu :
a. Object Representasi (objek sebagaimana direpresentasikan oleh
tanda)
b. Object Dinamik (objek yag tidak bergantung pada tanda, objek
inilah yang merangsang penciptaan tanda)13
Interpretant merupakan efek yang ditimbulkan dari proses penandaan atau
bisa juga interpretant adalah tanda sebagaimana dicerap oleh benak kita, sebagai
hasil penghadapan kita dengan tanda itu sendiri.14
Sebagaimana object menurut Peirce, interpretant dibagi menjadi tiga
macam yaitu :
a. Immediate interpretant (makna pertama). Makna yang muncul
ketika kita memahami tanda secara bebas. Efek pertama atau
potensi makna sebuah tanda, sebelum adanya penafsiran. Contoh
seseorang mengadah ke langit dan memandang tepat pada bintang
yang sedang ditunjuk.
11
Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media,
2013 hal 17
12
Ibid
13
Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media,
2013 hal 169-170
14
Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media,
2013 hal 190
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
b. Dynamic interpretant (makna dinamis). Makna yang merupakan
efek langsung tanda. Efek langsung yang betul-betul dihasilkan
sebuah tanda pada penafsir, yang berbeda dari satu penafsiran
lainnya (meskipun ditafsirkan oleh seorang penafsir). Contoh
seseorang melihat ke langit tanpa bermaksud memfokuskan diri
pada benda tertentu, sebagai tanggapan langsung dari tangan yang
menunjuk ke langit.
c. Final interpretant (makna akhir). Makna yang merupakan efek
tanda yang relatif jarang secara penuh berfungsi pada setiap contoh
penggunaan. Sesuatu yang pada akhirnya diputuskan sebagai
tafsiran yang sebenarnya. Contoh langsung mengarah ada bintang
tertentu yang ditunjukkan oleh jari dan menyadari bahwa jari yang
diacungkan
tersebut
selalu
berarti
bahwa
bintang
yang
dimaksudkan sudah pasti proxima cantauri.15
Apabila dikaitkan dengan dengan penelitian penulis, maka segitiga makna
yang di dapat sebagai berikut :
15
Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media,
2013 hal 170
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Sign / Representamen
Station id Kompas TV
bertajuk Gong Inspirasi
Indonesia
Interpretant
Object
Pola pemikiran kreator
station id Kompas TV yang
bertajuk Gong Inspirasi
Indonesia
Realitas Budaya Indonesia
Gambar 3.3 Hubungan Tanda , Objek, dan Interpretant Dalam Station id Kompas TV
"Gong Inspirasi Indonesia"
Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Peirce terhadap tanda memiliki
kekhasan meski tidak bisa dibilang sederhana. Peirce membedakan tiga tipe tanda
menjadi : ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol) yang didasarkan atas
relasi di antara representamen dan objeknya.16
1) Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa' sehingga
tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon
hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai
kesamaan dalam beberapa kualitas. Contohnya sebagian besar
rambu
lalu
lintas
merupakan
tanda
yang
ikonik
karena
‘menggambarkan' bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek
sebenarnya.
16
Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media,
2013 hal 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
2) Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau
eksistensial diantara representamen dan objeknya. Di dalam
indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat konkret,
aktual, dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau
kausal. Contoh jejak telapak kaki di atas permukaan tanah,
misalnya merupakan indeks dari seseorang atau binatang yang
telah lewat di sana, ketukan pintu merupakan indeks dari kehadiran
seorang ‘tamu' di rumah kita.
3) Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbiter dan
konvensional sesuai kesepakatan dan konvensi sejumlah orang atau
masyarakat. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah
simbol-simbol. Tak sedikit dari rambu lalu lintas yang bersifat
simbolik.17
Dari sudut pandang Charles Peirce ini, proses signifikasi bisa saja
menghasilkan rangkaian hubungan yang tidak berkesudahan, sehingga pada
gilirannya sebuah interpretant akan menjadi representamen, menjadi interpretant
lagi, jadi representamen lagi dan seterusnya.
Charles Sanders Peirce membagi tanda dan cara kerjanya ke dalam tiga
kategori sebagaimana tampak dalam tabel di bawah ini. Meski begitu dalam
praktiknya, tidak dapat dilakukan secara ‘mutually exclusive', sebab dalam
konteks-konteks tertentu ikon dapat menjadi simbol. Banyak simbol berupa ikon.
17
Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media,
2013 hal 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Di samping menjadi indeks, sebuah tanda sekaligus juga berfungsi sebagai
simbol.18
Tabel 3.1 Jenis Tanda dan Cara Kerjanya
Selain itu, Peirce juga memilah-milah tipe tanda menjadi kategori lanjutan,
yakni kategori firstness, secondness, dan thirdness. Tipe-tipe tanda tersebut
meliputi (1) qualisign, (2) signsign, dan (3) legsign. Begitu juga dibedakan
menjadi (1) rema (rheme), (2) tanda disen (dicent sign) dan (3) argumen
(argument). Dari berbagai kemungkinan persilangan di antara seluruh tipe tanda
ini tentu dapat dihasilkan berpuluh-puluh kombinasi yang kompleks.
Apabila elemen makna tersebut berinteraksi dalam benak seseorang maka
muncul makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut.19
Elemen ini akan digunakan untuk menelusuri tanda-tanda yang ada dalam
sebuah makna yang terkandung dalam station id Kompas TV, sehingga dapat
diketahui emosi, kognisi dan latar belakang kreatornya. Dengan demikian, akan
terlihat mengapa Kompas TV menggunakan realitas budaya Indonesia dalam
station id-nya.
18
Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media,
2013 hal 19
19
Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media,
2013 hal 170
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download