plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)
SECARA SUBKRONIS TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS
LAMBUNG DAN USUS TIKUS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh:
E. Raras Pramudita Raharjaningtyas
NIM : 098114040
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)
SECARA SUBKRONIS TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS
LAMBUNG DAN USUS TIKUS
Skripsi yang diajukan oleh :
E. Raras Pramudita Raharjaningtyas
NIM : 098114040
telah disetujui oleh:
Pembimbing Utama
tanggal …………………………
Phebe Hendra Msi, PhD. Apt
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Pengesahan Skripsi
Berjudul
PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)
SECARA SUBKRONIS TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS
LAMBUNG DAN USUS TIKUS
Oleh:
E. Raras Pramudita Raharjaningtyas
NIM: 098114040
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Pada tanggal:
Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Ipang Djunarko, M.Sc.,Apt
Pembimbing Utama:
………………………….
Phebe Hendra Msi, PhD. Apt
Panitia Penguji:
1. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt.
………………………….
2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.
………………………….
3. Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt
………………………….
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kupersembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Papa Gatot, Mama Anik, Adik Lukas
Johanes Putra Wicaksono
Pembimbing yang selalu mendampingi, Ibu Phebe Hendra
Sahabat dan teman seperjuangan
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
: E. Raras Pramudita Raharjaningtyas
Nomor mahasiswa
: 098114040
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)
SECARA SUBKRONIS TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS
LAMBUNG DAN USUS TIKUS
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada), dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 30 Mei 2013
Yang menyatakan
(E. Raras Pramudita Raharjaningtyas)
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
Yogyakarta, 30 Mei 2013
Penulis
E. Raras Pramudita Raharjaningtyas
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatNya sehingga penulis berhasil menyelesaikan karya tulis “Pengaruh pemberian
infusa daun sirsak (Annona muricata L.) secara subkronis terhadap gambaran
histologis lambung dan usus tikus”.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan
semangat dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Phebe Hendra Msi, PhD. Apt selaku Dosen Pembimbing yang selalu
mendampingi dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan baik.
3. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji yang selalu
memberikan perhatian, arahan, bimbingan dan masukan yang sangat
berguna
4. Bapak Ipang Djunarko, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji yang selalu
membimbing dan memberikan masukan yang berguna.
5. Segenap dosen Fakultas Farmasi Sanata Dharma yang telah membagikan
ilmu kepada penulis.
6. Teman-teman kelompok penelitian, Christiana Lambang Kristanti, Meitha
Eryanti, Sr. Imelda Korbafo, Veronika Dita Ayuningtyas, Niken Ambar
Sayekti, dan Apriliawati Galuh Ajeng, yang saling membantu dan
memberi semangat hingga selesainya penulisan skripsi ini.
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7. Kepala dan Staff Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi serta Staff
Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma, drh. Ari, Mas Heru, Mas
Tedjo, Mas Kayat, Mas Wagiran, Mas Parjiman, Mas Andri, dan Mas
Ratijo, yang selalu membantu peneliti dengan sabar.
8. Kepala dan Staff Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Gadjah Mada, Ibu Sitarina, Bapak Bambang, Ibu Asih, Bapak
Yon, Bapak Ulik, dan Bapak Dwi, yang telah membantu dalam pembuatan
serta diagnosis preparat histologis.
9. Sahabatku Melantina Maria, Lucia Nino Widiasmoro Dewati, Felicita
Noviani Tyas Utami, Felicita Devi, dan Ignatia Bintang, yang selalu
mendengarkan keluh kesah dan memberikan semangat.
10. Teman-teman angkatan 2009, khususnya kelas FSM A dan FKK A atas
segala kebersamaan selama masa perkuliahan.
11. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu dalam
memberikan bantuan, baik bantuan secara langsung maupun tidak
langsung dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Penulis
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI BERJUDUL ................................................................ iii
PERSEMBAHAN .................................................................................................. iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .....................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
INTISARI...............................................................................................................xx
ABSTRACT ........................................................................................................... xxi
BAB I. PENGANTAR .............................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
1. Permasalahan ...........................................................................................3
2. Keaslian penelitian ..................................................................................3
3. Manfaat penelitian ...................................................................................4
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
a. Manfaat teoritis ...................................................................................4
b. Manfaat praktis....................................................................................4
B.
Tujuan Penelitian..........................................................................................4
1. Tujuan umum...........................................................................................4
2. Tujuan khusus ..........................................................................................4
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA......................................................................6
A. Daun Sirsak ..................................................................................................6
1. Sistematika tanaman ................................................................................6
2. Morfologi .................................................................................................6
3. Kandungan kimia .....................................................................................7
4. Khasiat dan kegunaan ..............................................................................7
5. Infusa daun sirsak ....................................................................................7
B.
Organ Pencernaan ........................................................................................8
1. Lambung ................................................................................................11
2. Usus halus ..............................................................................................19
3. Usus besar ..............................................................................................26
C.
Patofisiologi Penyakit ................................................................................29
1. Patofisiologi penyakit lambung .............................................................29
2. Patofisiologi penyakit usus halus dan usus besar ..................................32
D. Toksikologi.................................................................................................36
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1. Definisi ..................................................................................................36
2. Mekanisme, wujud, dan sifat efek toksik ..............................................37
3. Uji toksisitas subkronis..........................................................................40
E.
Keterangan Empiris ....................................................................................41
BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................42
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................42
B.
Variabel Penelitian .....................................................................................42
C.
Definisi Operasional ...................................................................................43
D. Bahan dan Alat Penelitian ..........................................................................43
1. Bahan penelitian ....................................................................................43
2. Alat penelitian .......................................................................................44
E.
Tata Cara Penelitian ...................................................................................45
1. Determinasi pohon sirsak ......................................................................45
2. Pengumpulan bahan ...............................................................................45
3. Pembuatan serbuk daun sirsak ...............................................................45
4. Penetapan kadar air dalam daun sirsak ..................................................45
5. Pembuatan infusa daun sirsak................................................................46
6. Penetapan dosis infusa daun sirsak ........................................................46
7. Persiapan kandang .................................................................................47
8. Persiapan hewan uji ...............................................................................47
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9. Pengelompokan hewan uji .....................................................................47
F.
10.
Prosedur pelaksanaan ........................................................................48
11.
Pengamatan .......................................................................................48
12.
Pembuatan preparat histologis ..........................................................49
13.
Pemeriksaan histologis lambung dan usus ........................................49
Analisis Hasil .............................................................................................50
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................51
A. Determinasi Tanaman ................................................................................51
B.
Pembuatan Simplisia Daun Sirsak .............................................................51
C.
Penetapan Kadar Air dalam Daun Sirsak ...................................................52
D. Pemeriksaan Histologis Organ Lambung dan Usus Tikus Putih Jantan
dan Betina Akibat Pemberian Infusa Daun Sirsak secara Subkronis ........53
1. Pemeriksaan histologis organ lambung tikus putih jantan dan betina ...54
2. Pemeriksaan histologis organ usus tikus putih jantan dan betina..........59
E.
Uji Keterbalikan .........................................................................................66
F.
Berat Badan Tikus Putih Jantan dan Betina Akibat Perlakuan Infusa
Daun Sirsak secara Subkronis ....................................................................69
G. Asupan Pakan dan Minum Tikus Putih Jantan dan Betina Akibat
Perlakuan Infusa Daun Sirsak secara Subkronis ........................................73
BAB V....................................................................................................................77
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
A. Kesimpulan.................................................................................................77
B.
Saran ...........................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................78
LAMPIRAN ...........................................................................................................81
BIOGRAFI PENULIS .........................................................................................111
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Hasil pemeriksaan histologis lambung tikus putih jantan kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30
hari dan 45 hari ..................................................................................... 54
Tabel II. Hasil pemeriksaan histologis lambung tikus putih betina kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30
hari dan 45 hari ..................................................................................... 55
Tabel III. Hasil pemeriksaan histologis usus tikus putih jantan kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30
hari dan 45 hari ..................................................................................... 59
Tabel IV. Hasil pemeriksaan histologis usus tikus putih betina kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30
hari dan 45 hari ..................................................................................... 60
Tabel V. Hasil analisis berat badan tikus jantan akibat perlakuan infusa daun
sirsak secara subkronis ......................................................................... 70
Tabel VI. Hasil analisis berat badan tikus betina akibat perlakuan infusa daun
sirsak secara subkronis ......................................................................... 70
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Histologi saluran pencernaan .............................................................. 10
Gambar 2. Penyusun dinding lambung ................................................................. 12
Gambar 3. Bagian-bagian usus halus .................................................................... 21
Gambar 4. Penyusun dinding usus halus .............................................................. 22
Gambar 5. Histologi dinding usus halus yang menunjukkan mukosa dengan
karakterisasi vili dan muskularis mukosa ........................................... 23
Gambar 6. Penyusun dinding usus besar .............................................................. 28
Gambar 7. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok kontrol aquadest
dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,
perbesaran 100X.................................................................................. 56
Gambar 8. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok kontrol aquadest
dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,
perbesaran 400X.................................................................................. 56
Gambar 9. Histologis organ lambung tikus betina kelompok kontrol aquadest
dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,
perbesaran 100X............................................................................... 57
Gambar 10.Histologis organ lambung tikus betina kelompok kontrol aquadest
dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,
perbesaran 400X............................................................................... 57
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 11. Histologis organ usus tikus jantan kelompok kontrol aquadest dosis
8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran
100X. ................................................................................................ 61
Gambar 12. Histologis organ usus tikus jantan kelompok kontrol aquadest dosis
8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran
400X. ................................................................................................ 62
Gambar 13. Histologis organ usus tikus betina kelompok kontrol aquadest dosis
8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran
100X ................................................................................................. 62
Gambar 14. Histologis organ usus tikus jantan kelompok perlakuan infusa daun
sirsak dosis 0.301 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,
perbesaran 100X............................................................................... 64
Gambar 15. Histologis organ usus tikus jantan kelompok perlakuan infusa daun
sirsak dosis 301 mg/kg BB dengan infeksi cacing, pewarnaan
menggunakan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X ...................... 64
Gambar 16. Histologis organ usus tikus betina kelompok perlakuan infusa daun
sirsak dosis 503 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,
perbesaran 100X. ............................................................................ 65
Gambar 17. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok perlakuan infusa
daun sirsak dosis 108 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklineosin, perbesaran 100X. ................................................................... 67
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 18. Histologis organ lambung tikus betina kelompok perlakuan infusa
daun sirsak dosis 503 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklineosin, perbesaran 100X. ................................................................... 68
Gambar 19. Histologis organ usus tikus betina kelompok kontrol aquadest dosis
8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran
400X. ................................................................................................ 69
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tanaman Sirsak dan Daun Sirsak (Annona muricata L.) ................. 81
Lampiran 2. Determinasi Daun Sirsak (Annona muricata L.) .............................. 82
Lampiran 3. Pengesahan Determinasi Daun Sirsak (Annona muricata L.) .......... 83
Lampiran 4. Ethics Committee Approval ............................................................. 84
Lampiran 5. Alat untuk Destilasi Toluen .............................................................. 85
Lampiran 6. Perhitungan Rendemen ..................................................................... 85
Lampiran 7. Perhitungan Bobot Tetap .................................................................. 85
Lampiran 8. Perhitungan Kadar Air Daun Sirsak ................................................. 86
Lampiran 9. Infusa Daun Sirsak............................................................................ 86
Lampiran 10. Perhitungan Dosis Infusa Daun Sirsak pada Kelompok Perlakuan 87
Lampiran 11. Konversi Dosis Tikus ke Manusia .................................................. 88
Lampiran 12. Data Rata-Rata Berat Badan Tikus Jantan Hari ke-0 sampai ke-28 89
Lampiran 13. Data Rata-Rata Berat Badan Tikus Betina Hari ke-0 sampai ke-2889
Lampiran 14. Hasil uji General Linear Model (multivariate) Berat Badan Tikus
Jantan Hari ke-0 sampai ke-28 ....................................................... 89
Lampiran 15. Hasil uji General Linear Model (multivariate) Berat Badan Tikus
Betina Hari ke-0 sampai ke-28 ....................................................... 95
Lampiran 16. Data Asupan Pangan Tikus Jantan ............................................... 102
Lampiran 17. Data Asupan Pangan Tikus Betina ............................................... 103
Lampiran 18. Data Asupan Minum Tikus Jantan ............................................... 104
Lampiran 19. Data Asupan Minum Tikus Betina ............................................... 105
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 20. Gambar Histologis Lambung Tikus ............................................. 106
Lampiran 21. Gambar Histologis Usus Tikus ..................................................... 107
Lampiran 22. Hasil Diagnosa Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak
(Annona muricata L.) terhadap Perubahan Struktur Histologis
Lambung dan Usus Tikus ............................................................. 109
xix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Penelitian ini mengenai pengaruh perlakuan infusa daun sirsak (Annona
muricata L.) secara subkronis terhadap gambaran histologis lambung dan usus
tikus. Tujuannya untuk mengungkap spektrum efek toksik infusa daun sirsak
terhadap perubahan wujud struktural organ lambung dan usus tikus, kekerabatan
dosis dengan efek toksik yang ditimbulkan dan sifat efek toksik.
Penelitian menggunakan metode eksperimental murni dengan rancangan
acak lengkap pola searah. Lima puluh ekor tikus putih jantan dan betina galur
Sprague-Dawley dibagi secara acak dalam 5 kelompok perlakuan. Kelompok I
merupakan kelompok kontrol aquadest dosis 8,333 mg/kgBB, kelompok II-V
adalah kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; 503 mg/kg BB
tikus dengan pemberian sehari 1 kali selama 30 hari. Pada hari ke-31, 5 tikus dari
tiap kelompok diambil secara acak, dikorbankan untuk diambil lambung dan
ususnya, lalu dibuat preparat histologis dan anggota kelompok yang masih hidup
diuji keterbalikan.
Pemeriksaan histologis menunjukkan perlakuan infusa daun sirsak pada
semua peringkat dosis tidak menimbulkan efek toksik pada perubahan struktural
organ lambung dan usus tikus, serta tidak mempengaruhi absorpsi pakan dan
minum. Tidak ada kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan spektrum
efek toksik dan tidak dapat ditentukan keterbalikannya pada histologis lambung
dan usus tikus karena tidak terjadi efek toksik pada perlakuan infusa daun sirsak.
Kata kunci: daun sirsak, toksisitas, subkronis, lambung, usus
xx
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
This research is about treatment effect of soursop (Annona muricata L.)
leaves infusa in subchronic against rat’s stomach and intestine histology. It aims
to know the toxic effect spectrum soursop leaves infusa on rat’s stomach and
intestine histology, the relation between dose and toxic effect which occured, and
to evaluate the reversibility of toxic effect.
The research conducted pure experimental with completely randomized
one direction design. Fifty Sparaque-Dawley rat were devided randomly into five
groups. Group I as aquadest control dose 8,333 mg/kgBB, group II-V were given
infusa of soursop leaves doses 108; 180; 301; 503 mg/kgBB once a day for thirty
days, on the 31st, five rats from each group were taken randomly, its stomach and
intestine were taken to be histological preparations. The other members of the
group tested reversibility.
Histological examination showed treatment infusa soursop leaves at all
ranks doses do not cause toxic effects on structural changes of gastric and
intestinal organs of rats, and do not affect the absorption of food and drink. There
is no relationship between dose infusa soursop leaves with spectrum and toxic
effects. It cannot be determined reversibility on gastric and intestinal histologic
rats because toxic effects did not occur at the treatment infusa soursop leaves.
Key Words: soursop leaves, toxicities, subchronic, stomach, intestine
xxi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Pemanfaatan tanaman untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan
penyakit telah menjadi budaya di masyarakat Indonesia. Beberapa tanaman obat
telah terbukti secara empiris dengan perjalanan waktu yang lama untuk mengobati
berbagai macam penyakit. Daun sirsak di masyarakat digunakan untuk
menyembuhkan berbagai macam penyakit yaitu anti diare, rematologikal, anti
neuralgik,
antispasmodik,
astringen,
diabetes,
hepatoprotektif
terhadap
karbontetraklorida dan asetaminofen, serta sebagai antikanker (Arthur, Woode,
Terlabi, Larbie, 2011). Daun sirsak sebagai antikanker sedang populer di
masyarakat saat ini. Dalam penggunaan di masyarakat sebagai antikanker, daun
sirsak banyak dikonsumsi dalam bentuk rebusan dengan frekuensi lebih dari satu
kali dan dalam jangka panjang sehingga perlu dilakukan serangkaian uji
farmakologi dan toksisitas, salah satunya uji toksisitas subkronis.
Uji toksisitas subkronis merupakan uji ketoksikan suatu senyawa yang
diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama kurang dari tiga
bulan. Uji toksisitas subkronis merupakan uji yang penting dalam penilaian
ketoksikan suatu senyawa yang digunakan dalam jangka panjang. Parameter
pengamatan dan pemeriksaan dalam uji toksisitas subkronis meliputi perubahan
berat badan, asupan makanan, gejala-gejala klinis, pemeriksaan hematologi,
pemeriksaan kimia darah, analisis urin, dan pemeriksaan histopatologi. Hasil uji
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
toksisitas subkronis ini akan memberikan informasi tentang efek toksik senyawa
uji dan organ-organ yang dipengaruhi (Donatus, 2001).
Pada penelitian ini, daun sirsak yang diberikan dalam perlakuan dibuat
dalam bentuk sediaan infusa. Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan
cara mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit
(Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010). Bentuk sediaan infusa lebih mendekati
rebusan dan lebih mudah dibuat oleh masyarakat.
Sediaan daun sirsak sebagai antikanker dikonsumsi secara oral dan dalam
jangka panjang di masyarakat. Senyawa yang terkandung di dalam daun sirsak
sebagian besar akan diabsorpsi di saluran pencernaan. Organ lambung dan usus
merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berfungsi untuk pencernaan dan
penyerapan suatu senyawa di dalam tubuh. Fungsi lambung dan usus ini sangat
penting bagi hidup suatu spesies sehingga muncul gagasan untuk mengetahui
ketoksikan dan sifat efek toksik infusa daun sirsak yang dikonsumsi dalam jangka
panjang.
Uji toksisitas subkronis pada penelitian ini untuk mengetahui efek toksik
dan sifat efek toksik yang ditimbulkan akibat penggunaan infusa daun sirsak
dalam jangka panjang dimana penekanan ditujukan untuk mengevaluasi spektrum
efek toksik sediaan uji pada organ lambung dan usus yang berperan penting dalam
pencernaan dan penyerapan suatu senyawa. Spektrum efek toksik yang diamati
berupa perubahan wujud struktural karena menilai dari preparat histologis organ
lambung dan usus.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
1. Permasalahan
a.
Apakah pemberian infusa daun sirsak secara subkronis bersifat toksik
terhadap perubahan struktural lambung dan usus yang dinilai dari
histologis lambung dan usus tikus?
b.
Adakah hubungan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan
efek toksisitas subkronis pada lambung dan usus?
c.
Apakah spektrum efek toksik infusa daun sirsak pada lambung dan usus
tikus bersifat keterbalikan?
2. Keaslian penelitian
Penelitian yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan daun sirsak
adalah evaluation of acute and subchronic toxicity of Annona muricata L.
aqueous extract in animals (Arthur et al., 2011) dengan hasil yang menunjukkan
bahwa A. muricata pada dosis lebih rendah menyebabkan hipoglikemik dan
hipolipidemik dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan kerusakan ginjal
sampai gagal ginjal. Dosis tinggi juga bisa menyebabkan efek negatif pada fungsi
rahim. Terjadi peningkatan yang signifikan berat organ relatif lambung pada tikus
betina yang diberi ekstrak air daun sirsak dosis 1000 mg/kgBB. Hal ini
menunjukkan kemungkinan adanya efek toksik pada lambung. Penelitian terhadap
usus tidak dilakukan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat
bagi
pengembangan ilmu kefarmasian dan pengobatan tradisional khususnya
tentang daun sirsak.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang toksisitas subkronis penggunaan infusa daun sirsak
terhadap perubahan struktural lambung dan usus pada penggunaan jangka
panjang.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya efek toksik subkronis
terhadap perubahan wujud struktural lambung dan usus akibat pemakaian infusa
daun sirsak.
2. Tujuan khusus
a. Mengungkapkan spektrum efek toksik sediaan uji terhadap perubahan
wujud struktural organ lambung dan usus yang dilihat dari histologis
lambung dan usus.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
b. Mengungkapkan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan
spektrum efek toksik yang terjadi.
c. Mengevaluasi keterbalikan spektrum efek toksik infusa daun sirsak pada
lambung dan usus tikus.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Daun Sirsak
1. Sistematika tanaman
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Magnolidae
Ordo
: Magnoliales
Famili
: Annonaceae
Genus
: Annona
Spesies
: Annona muricata L.
(Plantamor, 2008).
2. Morfologi
Daun berbau, agak keras, rasa agak kelat. Daun tunggal, warna kehijauan
sampai hijau kecoklatan, helaian daun seperti kulit, bentuk bundar panjang, lanset
atau bundar telur terbalik, panjang helaian daun 6 cm sampai 18 cm, lebar 2 cm
sampai 6 cm. Ujung daun meruncing pendek, pangkal daun runcing, tepi rata,
panjang tangkai daun lebih kurang 0,7 cm. Permukaan licin agak mengkilat,
6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
tulang daun menyirip, ibu tulang daun menonjol pada permukaan bawah
(Departemen Kesehatan, 1989).
3. Kandungan kimia
Daun sirsak mengandung alkaloid seperti aporphine alkaloids anonaine,
isolaureline, xylopine, dan benzyltetrahydroisoquinoline alkaloid coclaurine
(Fofana,
Ziyaev, Abdusamatov, Zakirov, 2011), saponin, flavonoid (Arthur et al.,
2011),
tanin,
glikosida,
dan
annonaceous
acetogenin
(Gajalakshmi,
Vijayalakshmi, Devi, 2012).
4. Khasiat dan kegunaan
Daun sirsak terdapat minyak esensial yang berguna untuk parasitidal, anti
diare, rematologikal, dan anti neuralgik. Infusa daun mempunyai kemampuan
antispasmodik, astringen, merawat diabetes dan lambung, serta penyakit kuning.
Daun sirsak juga merupakan hepatoprotektif terhadap karbontetraklorida dan
asetaminofen yang diinduksi kerusakan hati. Ektrak etanol daun sirsak merupakan
antibakterial terhadap beberapa strain dari E. coli (Arthur et al., 2011), sebagai
antinosiseptik dan anti inflamasi (Sousa, Vieria, Pinho, Yamamoto, Alves, 2010).
Daun dan batang Annona muricata L. mempunyai sitotoksisitas (Amzu, 2011).
5. Infusa daun sirsak
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi
simplisia nabati dengan air pada suhu 90ºC selama 15 menit. Pembuatan infus
merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan
lunak seperti daun dan bunga. Dapat diminum panas atau dingin. Pembuatan
infusa adalah dengan mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit
terhitung mulai suhu mencapai 90ºC sambil sekali-sekali diaduk-aduk. Saring
melalui kain flanel, tambahkan air secukupnya melalui ampas hingga diperoleh
volume infus yang dikehendaki (Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010).
B. Organ Pencernaan
Panjang saluran pencernaan sekitar 9 m dan meluas dari mulut ke anus.
Saluran ini melintasi rongga dada dan rongga perut masuk pada diafragma. Anus
terletak di bagian inferior dari rongga panggul. Organ saluran pencernaan meliputi
rongga mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus kecil, dan usus besar (Fox,
2011).
Fungsi dari sistem pencernaan adalah untuk memecah makanan untuk
penyerapan ke dalam tubuh. Proses ini terjadi dalam lima tahap utama: menelan,
fragmentasi, pencernaan, penyerapan dan pembuangan produk pencernaan. Proses
pencernaan dimana makanan secara enzimatis dipecah menjadi molekul yang
cukup kecil untuk diserap ke dalam sirkulasi (Young, 2006).
Lapisan utama saluran pencernaan meliputi mukosa, submukosa,
muskularis eksterna, dan serosa. Lapisan saluran pencernaan sering berupa lipatan
melintang atau membujur (gambar 1). Lipatan ini berfungsi untuk perluasan
lumen setelah makan dan meningkatkan luas permukaan yang tersedia untuk
penyerapan. Saluran membuka ke permukaan epitel yang membawa sekresi sel
kelenjar yang terletak di mukosa dan submukosa (Martini, 1997).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
Lapisan yang mendasari jaringan ikat longgar disebut lamina propria.
Lamina propria mengandung pembuluh darah, saraf sensorik, pembuluh limfatik,
serabut otot polos, dan daerah yang tersebar jaringan limfatik. Di sebagian besar
saluran pencernaan bagian terluar dari lamina propria adalah ban sempit dari otot
polos dan serat elastis. Ban ini disebut muskularis mukosa. Serabut otot polos
dalam muskularis mukosa disusun dalam dua lapisan tipis konsentris (gambar 1).
Lapisan dalam mengelilingi lumen (yang otot melingkar), dan lapisan luar
mengandung serat otot yang sejajar dengan panjang saluran tersebut (lapisan
membujur). Kontraksi lapisan ini mengubah bentuk lumen dan menggerakkan
epitel dan lipatan (Martini, 1997).
Submukosa adalah lapisan jaringan ikat longgar yang mengelilingi
mukosa muskularis. Pembuluh darah besar dan limfatik ditemukan di lapisan ini,
dan di beberapa daerah submukosa juga mengandung kelenjar eksokrin yang
mengeluarkan buffer dan enzim ke dalam lumen saluran pencernaan. Sepanjang
batas luarnya, submukosa berisi jaringan serat saraf dan sel-sel saraf yang
tersebar. Pleksus submukosa ini mengandung sel saraf sensorik, ganglia
parasimpatis, dan serat posganglionik simpatis (gambar 1) (Martini, 1997).
Pleksus submukosa terletak di sepanjang batas bagian dalam muskularis
eksterna, yang didominasi oleh serat otot polos. Serabut otot polos dari muskularis
eksterna terdiri dari bagian dalam yaitu lapisan melingkar dan luar yaitu lapisan
membujur (gambar 1). Lapisan ini memainkan peran penting dalam pengolahan
mekanik dan pergerakan material di sepanjang saluran pencernaan. Gerakan ini
dikoordinasikan terutama oleh neuron dari pleksus mienterik. Jaringan ganglia
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
parasimpatis dan serat posganglionik simpatis terletak terjepit di antara lapisan
otot melingkar dan longitudinal. Stimulasi parasimpatis meningkatkan aktivitas
otot, dan stimulasi simpatis mempromosikan relaksasi (Martini, 1997).
Sepanjang bagian dari saluran pencernaan dalam rongga peritoneal,
muskularis eksterna ditutupi serosa (gambar 1). Muskularis eksterna dari rongga
mulut, faring, kerongkongan, dan rektum dikelilingi oleh jaringan padat serat
kolagen yang menempel saluran pencernaan ke lapisan yang berdekatan. Jaringan
ikat ini disebut adventitia (Martini, 1997).
Gambar 1. Histologi saluran pencernaan (Martini, 1997)
Makanan masuk dari esofagus, dicernakan oleh sekresi lambung untuk
membentuk kimus. Makanan lewat dari lambung ke dalam usus halus, tempat
terjadinya kebanyakan pencernaan dan absorpsi bahan-bahan makanan. Kimus
dinetralisir dan dicampur dengan enzim cerna pankreas dan bahan pengemulsi hati
yang merangsang pencernaan lemak di duodenum. Pada usus besar, bahan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
makanan yang tidak dicernakan mengalami dehidrasi dan dicampur dengan lendir.
Feses keluar tubuh melalui rektum dan kanalis analis (Johnson, 1994).
1. Lambung
Lambung adalah rongga seperti kantung berbentuk J yang terletak antara
esofagus dan usus halus. Organ ini dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan
perbedaan anatomik, histologis, dan fungsional. Fundus adalah bagian lambung
yang terletak di atas lubang esofagus. Bagian tengah atau utama lambung adalah
korpus. Lapisan otot polos di fundus dan korpus relatif tipis, tetapi bagian bawah
lambung, antrum, memiliki otot yang jauh lebih tebal. Bagian sfingter pilorus,
yang bekerja sebagai sawar antara lambung dan bagian atas usus halus.
(Sherwood, 2011).
Sel epitel kolumnar terdapat seluruh bagian lambung. Epitel adalah
lembaran sekretori yang menghasilkan mukus yang menutupi permukaan interior
perut. Lapisan mukus memberikan perlindungan terhadap asam dan enzim dalam
lumen lambung. Cekungan dangkal, disebut gastric pit, terbuka ke permukaan
lambung (gambar 2) (Martini, 1997).
Dalam fundus dan body lambung, masing-masing gastric pit berhubungan
dengan
beberapa kelenjar
lambung sampai
ke dalam
lamina
propria
mendasarinya. Kelenjar lambung (gambar 2) merupakan kelenjar tubular
bercabang yang didominasi oleh dua jenis sel sekretori: sel parietal dan sel chief.
Bersama-sama mereka mengeluarkan sekitar 1500 mL jus lambung setiap hari
(Martini, 1997).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
Gambar 2. Penyusun dinding lambung (Martini, 1997)
a. Mukosa
Mukosa lambung terdiri atas epitel permukaan yang menekuk dengan
kedalaman bervariasi ke dalam lamina propria, membentuk foveola gastrika
(gastric pit). Ke dalam sumur-sumur ini bermuara kelenjar-kelenjar tubular
bercabang (kardia, fundus, dan pilorus) yang khas bagi masing-masing daerah
lambung (Junqueria, 1997). Lamina propria mengandung anyaman halus yang
dibentuk oleh serat-serat kolagen dan retikulin dengan sedikit fibroblas atau sel
retikuler (Leeson, 1996). Selapis otot polos, yaitu muskularis mukosa,
memisahkan mukosa dari submukosa di bawahnya. Lapisan ini terdiri atas
kelompok serat-serat longitudinal luar dan serat-serat sirkular dekat ke lumen
(Junqueria, 1997).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
Berdasarkan perbedaan-perbedaan pada kelenjar dan sumur, dapat
dibedakan tiga zona:
1) Kelenjar kardia
Kelenjar kardia hanya terdapat pada daerah yang terletak 2 sampai 4 cm
dari muara kardia. Sel-sel yang menyusun kelenjar terutama terdiri atas
sel-sel penghasil mukus dan mirip dengan sel kardia esofagus tetapi juga
terdapat
sedikit
sel
parietal penghasil
asam
dan beberapa sel
enteroendokrin (Leeson, 1996).
2) Kelenjar fundus
Kelenjar mukosa fundus memiliki foveola yang menempati kurang dari
seperempat dari ketebalan mukosa. Kelenjar ini terbagi menjadi tiga
bagian: basal, leher dan ismus. Bagian basal terdiri dari sel-sel zimogen
(mensekresi pepsinogen). Bagian ismus dari kelenjar mengandung sel
parietal yang dominan (asam dan mensekresi faktor intrinsik). Bagian
leher dari kelenjar fundus mengandung campuran sel zimogen dan parietal
(Mills, 2007).
3) Kelenjar pilorus
Kelenjar pilorus pendek, biasanya berdiameter relatif lebar dan bergelung,
sehingga kelenjar-kelenjar tersebut jarang terpotong memanjang. Terdapat
sel parietal dan sel enteroendokrin yang menghasilkan hormon. Sebagian
besar selnya terdiri atas sel-sel yang menghasilkan mukus (Leeson, 1996).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
Di lambung terdapat sel epitel lambung, yaitu :
1) Sel epitel permukaan (sel-sel mukus)
Epitel selapis silindris yang melapisi seluruh lambung juga meluas ke
dalam sumur-sumur atau foveola. Epitel selapis silindris ini berawal di
kardia, di sebelah epitel berlapis esofagus, dan pada pilorus melanjutkan
diri menjadi epitel usus (Leeson, 1996).
2) Sel zimogen (Chief cell)
Sel zimogen merupakan sel utama pada bagian bawah kelenjar tubular dan
memiliki semua ciri sel penghasil protein dan sel pengekspor. Granul yang
terdapat dalam sitoplasmanya mengandung enzim pepsinogen yang tidak
aktif. Bila pepsinogen tidak aktif dilepaskan dalam lingkungan asam
lambung, maka proenzim dikonversi menjadi enzim proteolitik pepsin
yang sangat aktif. Sel ini juga menghasilkan enzim lipase pada manusia
(Junqueria, 1997).
3) Sel parietal (oksintik)
Terutama terdapat dalam belahan atas kelenjar lambung, sel-sel parietal
lebih jarang di bagian basal kelenjar. Mereka berbentuk bulat atau piramid.
Ciri yang paling mencolok adalah kanalikuli intraseluler, berupa
invaginasi permukaan yang dalam disertai mikrovili. Sel parietal
menghasilkan HCl, KCl, sedikit elektrolit, dan faktor intrinsik lambung,
yaitu suatu glikoprotein yang terikat dengan vitamin B12 dan membantu
absorpsi vitamin ini dalam usus halus (Junqueria, 1997).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
4) Sel mukus leher
Sel ini berkelompok atau terdapat satu-satu di antara sel parietal di bagian
leher kelenjar lambung, berbentuk tidak teratur, dengan inti di basal sel.
Sel ini menghasilkan mukus asam, berbeda dengan mukus netral yang
dibentuk oleh sel mukus permukaan (Junqueria, 1997).
5) Sel endokrin
Sel ini berjumlah banyak, terutama di daerah antrum pilori dan umumnya
ditemukan pada dasar kelenjar. Sel-sel enteroendokrin serupa dengan sel
endokrin yang mensekresi peptida (Leeson, 1996).
b. Submukosa
Submukosa terletak antara muskularis mukosa dan muskularis eksterna
dan juga membentuk inti dari rugae lambung. Submukosa terdiri dari jaringan ikat
longgar, di mana serat elastis banyak ditemukan. Submukosa mengandung
pembuluh darah, pembuluh limfa dan saraf perifer dari pleksus submukosa (Mills,
2007).
c. Muskularis Eksterna
Muskularis eksterna dari lambung dibentuk oleh tiga lapisan otot polos,
yaitu lapisan luar longitudinal, lapisan tengah sirkular, dan lapisan serong yang
berbentuk lengkungan otot yang berjalan dari kardia mengitari fundus dan korpus
(Leeson, 1996).
d. Serosa, tipis dan ditutupi oleh mesotel (Junqueria, 1997).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
Lambung melakukan fungsi utama :
a.
Menyimpan makanan yang masuk sampai makanan dapat disalurkan ke
usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan
penyerapan yang optimal (Sherwood, 2011).
b.
Lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HCl) dan enzim yang
memulai pencernaan protein (Sherwood, 2011).
Melalui gerakan mencampur lambung, makanan yang tertelan dihaluskan
dan dicampur dengan sekresi lambung untuk menghasilkan campuran cairan
kental yang dikenal sebagai kimus (Sherwood, 2011).
Proses pencernaan yang berkaitan dengan lambung yaitu motilitas,
sekresi, pencernaan dan penyerapan. Motilitas lambung ada empat aspek yaitu
pengisian, penyimpanan, pencampuran, dan pengosongan.
a. Pengisian lambung
Lambung dapat menampung peningkatan volume 20 kali lipat dengan
tidak mengalami perubahan tegangan di dindingnya dan peningkatan tekanan
intralambung (Sherwood, 2011).
b. Makanan disimpan di korpus lambung
Di fundus dan korpus gerakan mencampur berlangsung lemah, maka
makanan yang disalurkan ke lambung dari esofagus disimpan di bagian korpus
yang relatif tenang tanpa mengalami pencampuran. (Sherwood, 2011).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
c. Pencampuran makanan berlangsung di antrum
Kontraksi peristaltik antrum yang kuat mencampur makanan dengan
sekresi lambung untuk menghasilkan kimus. Setiap gelombang peristaltik antrum
mendorong kimus maju menuju sfingter pilorus. Bila massa kimus antrum sedang,
akan terdorong maju tetapi tidak dapat masuk ke duodenum karena tertahan di
sfingter yang tertutup dan memantul balik ke dalam antrum, hanya untuk didorong
kembali ke sfingter dan memantul balik oleh gelombang peristaltik baru. Gerakan
maju mundur ini mencampur kimus secara merata (Sherwood, 2011).
d. Pengosongan lambung umumnya dikontrol oleh faktor di duodenum
Kontraksi peristaltik antrum juga berfungsi sebagai gaya pendorong
untuk mengosongkan lambung. Faktor utama di lambung yang mempengaruhi
kekuatan kontraksi adalah jumlah kimus di lambung. Jika hal-hal lain setara maka
lambung mengosongkan isinya dengan kecepatan yang sebanding dengan volume
kimus (Sherwood, 2011).
Faktor di lambung yang mendorong pengosongan lambung:
a. Volume makanan
Peregangan dinding lambung akibat makanan dapat meningkatkan
aktivitas pompa pilori dan pada waktu yang sama menghambat pilorus (Guyton,
2006).
b. Hormon gastrin
Gastrin berpotensi menyebabkan sekresi asam lambung yang tinggi oleh
kelenjar lambung. Gastrin juga menstimulasi fungsi motorik pada lambung.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
Paling penting, hormon ini dapat meningkatkan aktivitas pompa pilori yang
mendorong pengosongan lambung (Guyton, 2006).
Meskipun lambung berpengaruh, namun faktor-faktor di duodenum
sangat penting dalam mengontrol kecepatan pengosongan lambung. Duodenum
harus siap menerima kimus dan dapat menunda pengosongan lambung dengan
mengurangi aktivitas peristaltik di lambung sampai duodenum siap mengolah
kimus (Sherwood, 2011).
Faktor duodenum yang dapat menghambat pengosongan lambung:
a. Efek inhibitor oleh refleks nervus enterogatric.
Ketika makanan masuk ke duodenum, refleks nervus akan terinisiasi dari
dinding duodenum kembali melewati lambung dengan lambat atau menghentikan
pengosongan lambung jika volume kimus di duodenum terlalu banyak (Guyton,
2006).
b. Hormonal Feedback
Lemak yang masuk ke duodenum akan menstimulus pelepasan hormon
inhibitor. Hormon ini akan dibawa oleh darah menuju lambung dan akan
menghambat pompa pilori dan pada saat yang sama mengingkatkan kontraksi
sfingter pilori (Guyton, 2006).
Sekresi asam lambung dilakukan oleh sel parietal pada kelenjar lambung.
Membran
sel
parietal
mengekspresikan
H+-K+ATPase
yang merupakan
transporter aktif primer sekresi HCl. Pada saat terstimulasi, jaringan
tubulovaskuler yang terdapat H+-K+ATPase mengkarakterisasi sel. Saat diaktivasi,
membran tubulovaskuler dan membran plasma membentuk membran kanalikuler
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
dengan mikrovili. Hasilnya adalah peningkatan pada daerah membran apikal
dengan 50-100 lipatan dan insersi pompa H+-K+ATPase pada membran plasma.
Hal ini menimbulkan sekresi HCl (McPhee, 2006).
H+-K+ATPase merupakan heterodimer dari subunit α dan β. H+K+ATPase memompa ion H+ dari sel melewati membran apikal dan bertukaran
dengan ion K+. Tight junction antar sel mencegah masuknya ion H+ ke mukosa.
Ion K+ masuk ke dalam sel dan recycle ke lumen atau masuk cairan interstisial
melalui kanal K+. Untuk mempertahankan elektronetralitas, ion Cl- diekskresikan
secara pasif melewati membran apikal ke lumen melewati kanal Cl-, membentuk
HCl. Sekresi ion H+ diproduksi oleh H2O dan CO2 yang membentuk H2CO3.
Anhidrat karbon menghasilkan ion H+ untuk sekresi dan ion HCO3-. Ion Cl- masuk
melawan gradien elektrokimia, diperantarai oleh efflux HCO3- menuruni gradien
elektrokimia. Sekresi HCO3- di darah membentuk pasangan alkalin yang dapat
menyebabkan alkalosis ketika H+ disekresi terlalu banyak (McPhee, 2006).
2. Usus halus
Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan
berlangsung. Usus halus terletak bergelung di dalam rongga abdomen, terbentang
antara lambung dan usus besar (Sherwood, 2011).
Setiap hari sel-sel kelenjar eksokrin di mukosa usus halus mensekresikan
ke dalam lumen sekitar 1,5 liter larutan cair garam dan mukus yang disebut sukus
enterikus. Sekresi meningkat setelah makan sebagai respon terhadap stimulasi
lokal mukosa usus halus oleh adanya kimus. Mukus di dalam sekresi berfungsi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
untuk melindungi dan melumasi. Selain itu, sekresi cair menyediakan banyak H2O
untuk berperan dalam pencernaan makanan oleh enzim. Tidak ada enzim
pencernaan yang disekresikan ke dalam getah usus ini. Usus halus memang
mensintesis enzim pencernaan, tetapi enzim-enzim ini berfungsi di dalam
membran brush border sel epitel yang melapisi bagian dalam lumen dan tidak
disekresikan langsung ke dalam lumen (Sherwood, 2011).
Pencernaan lemak selesai di dalam lumen usus karena adanya enzimenzim pankreas yang mereduksi lemak secara sempurna menjadi unit-unit
monogliserida. Sedangkan pencernaan karbohidrat dan protein belum tuntas. Di
permukaan luminal sel-sel epitel usus halus terdapat tonjolan-tonjolan khusus
seperti rambut yaitu mikrovili, yang membentuk brush border. Membran plasma
brush border mengandung tiga kategori enzim yang melekat ke membran :
a. Enterokinase, yang mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen.
b. Disakaridase (maltase, sukrase, dan laktase), yang menuntaskan pencernaan
karbohidrat dengan menghidrolisis disakarida yang tersisa menjadi
monosakarida konstituennya.
c. Aminopeptidase, yang menghidrolisis fragmen-fragmen peptida kecil
menjadi komponen-komponen asam aminonya sehingga pencernaan protein
selesai.
Karena itu, pencernaan karbohidrat dan protein dituntaskan di brush border
(Sherwood, 2011).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
Usus halus dibagi menjadi tiga segmen, yaitu duodenum, jejunum, dan
ileum :
Gambar 3. Bagian-bagian usus halus (Martini, 1997)
a. Duodenum
Dinding duodenum terdiri dari empat lapisan: mukosa dengan epitel
permukaan, lamina propria, dan muskularis mukosa; submukosa dengan kelenjar
mukosa duodenal; dua lapisan otot polos dari muskularis eksterna; dan serosa
(Eroschenko, 2008).
Duodenum mengandung banyak kelenjar mukus. Selain kriptus usus,
submukosa mengandung kelenjar submukosa, juga dikenal sebagai kelenjar
Brunner, yang menghasilkan banyak mukus (gambar 3). Mukus dihasilkan oleh
kriptus dan kelenjar submukosa melindungi epitel dari asam yang datang dari
lambung. Mukus juga mengandung buffer yang membantu meningkatkan pH
kimus. Kelenjar submukosa paling banyak di bagian proksimal duodenum, dan
jumlahnya menurun mendekati jejunum. pH kimus mulai 1-2 menjadi 7-8
(Martini, 1997).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
Kira-kira setengah jalan, duodenum menerima buffer dan enzim dari
pankreas dan empedu dari hati. Dalam dinding duodenum, saluran empedu dari
hati dan saluran pankreas dari pankreas bergabung pada otot yang disebut ampula
duodenum. Ruangan ini membuka ke dalam lumen duodenum yaitu papila
duodenum (Martini, 1997).
b. Jejunum
Jejunum memiliki vili yang lebih tinggi dan lebih sempit dan hanya
terdapat sedikit kelenjar Brunner. Hampir seluruh sel yang menutupi vili adalah
sel absorpsi permukaan yang terdapat brush border, dimana brush border tersebut
dibentuk oleh mikrovili yang merupakan organel yang berfungsi untuk
memperluas permukaan sehingga meningkatkan absorpsi molekul (Telser, 2007).
c. Ileum
Karakteristik ileum adalah nodulus agregasi atau bercak Peyer, setiap
bercak terdiri atas agregasi (kelompokan) dari 10 atau lebih nodulus limfatikus.
Kelompokan ini terletak di dalam dinding ileum berhadapan dengan tempat
melekatnya mesenterium (Eroschenko, 2008).
Gambar 4. Penyusun dinding usus halus (Martini, 1997)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
Lapisan-lapisan usus halus terdiri dari mukosa, submukosa, muskularis
eksterna, dan serosa:
a. Mukosa usus halus
Mukosa usus halus digambarkan seperti jari, vili usus (gambar 4). Vili
usus ditutup oleh epitel kolumnar yang dilapisi dengan mikrovili. Jika usus halus
adalah tabung dengan dinding halus, itu akan memiliki total absorpsi sekitar 0,33
m2. Sebaliknya, epitel mengandung plika. Setiap plika mendukung vili, dan setiap
vili ditutupi oleh sel-sel epitel permukaan yang mengandung mikrovili. Hal ini
akan meningkatkan luas areal untuk penyerapan lebih dari 200 m2 (Martini, 1997).
Inti dari vili merupakan perpanjangan dari lamina propria, yang berisi banyak
fibroblas, sel-sel otot polos, limfosit, sel plasma, eosinofil, makrofag, dan jaringan
kapiler darah yang terletak tepat di bawah dari lamina basal epitel (Ross, 2006).
Gambar 5. Histologi dinding usus halus yang menunjukkan mukosa dengan karakterisasi
vili dan muskularis mukosa (Martini, 1997)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
Diantara sel-sel epitel kolumnar, sel goblet mengeluarkan mukus ke
permukaan usus. Pada dasar vili ditemukan kriptus usus (gambar 5). Dekat dasar
setiap kriptus, stem cell terus memproduksi generasi baru sel epitel. Proses ini
berlangsung untuk memperbaharui permukaan epitel dan menambahkan enzim
intraseluler ke kimus. Kriptus usus juga mengandung sel enteroendokrin yang
bertanggung
jawab
untuk
produksi
beberapa
hormon
usus,
termasuk
kolesistokinin dan sekretin (Martini, 1997).
Pada kelenjar usus halus terdapat stem cell, beberapa sel absorptif dan sel
goblet, sel paneth, dan sel enteroendokrin
1) Sel absorptif adalah sel silindris tinggi, masing-masing dengan inti lonjong
pada setengah bagian basal sel. Pada apeks sel terdapat lapis homogen
disebut brush border. Brush border merupakan lapisan mikrovili yang
berhimpit padat.
2) Sel goblet tersebar di antara sel-sel absorptif. Sel ini menghasilkan
glikoprotein asam yang berfungsi melindungi dan melumasi pelapis usus.
3) Sel paneth di bagian basal kelenjar intestinal adalah sel serosa eksokrin
dengan granul-granul sekresinya di bagian apeks sitoplasma.
4) Sel M (lipatan mikro) adalah sel epitel khusus di atas folikel limfoid dari
plak Peyeri. Sel-sel ini ditandai dengan banyak sekali sumur (pit) pada
permukaan apikalnya dan invaginasi badan sel serta permukaan lateral
oleh limfosit intraepitelial. Sel M dapat memasukkan antigen melalui
endositosis dan memindahkannya ke sel limfoid di bawahnya, tempat
dimulai respon imun terhadap antigen asing. Sel M memegang peranan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
penting dalam sistem imunologis intestinal. Permukaan mukosa saluran
cerna yang sangat besar terpapar pada banyak mikroorganisme yang secara
potensial invasif. Imunoglobulin sekretorik dari kelas IgA adalah
pertahanan lapis pertama. Selain itu saluran cerna mengandung sel plasma
yang mensekresi antibodi, makrofag, dan banyak sekali limfosit. Bersamasama, sel-sel ini disebut sebagai jaringan limfatik usus (Gut-Associated
Lymphatic Tissue/GALT) (Junqueria, 1997).
5) Sel enteroendokrin terdapat dalam kriptus dan vili dan mengeluarkan
peptida pengatur aktif yang berhubungan dengan sekresi lambung,
motilitas intestinal, sekresi pankreas, dan kontraksi kandung empedu
(Leeson, 1996).
Lamina propria merupakan lapisan intermediet dari mukosa, mempunyai
fungsi struktural dan imunologis. Lapisan ini terletak pada muskularis mukosa,
mengelilingi kriptus, dan memanjang ke atas sebagai inti dari vili usus (Mills,
2007). Lamina propria setiap vili berisi jaringan luas kapiler yang membawa
nutrisi yang diserap ke dalam sirkulasi portal hati. Selain kapiler dan ujung saraf,
setiap vili berisi terminal limfatik disebut lakteal (gambar 4). Transportasi bahan
lakteal tidak bisa masuk kapiler lokal. Bahan-bahan ini, seperti kompleks besar
lipid-protein, dapat mencapai sirkulasi vena melalui saluran toraks (Martini,
1997).
Muskularis mukosa adalah lapisan terluar atau batas mukosa, terdiri dari
serat elastis dan otot polos, diatur dalam lapisan outer longitudinal dan inner
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
circular. Muskularis mukosa memberikan landasan struktural penting bagi
mukosa (Mills, 2007).
b. Submukosa
Antara mukosa muskularis dan muskularis eksterna adalah lapisan
submukosa, terdiri dari jaringan longgar, seperti sarang lebah dari serat kolagen
dan elastis dan terkait fibroblas. Submukosa tersebar, banyak terjadi migrasi sel
(contohnya histiosit, limfoid, sel plasma, dan sel mast) dan jaringan adiposa
(Mills, 2007).
c. Muskularis eksterna
Muskularis eksterna atau muskularis propria adalah lapisan otot polos
bagian luar yang tebal dan mengelilingi lapisan submukosa. Lapisan ini ditutupi
oleh jaringan konektif subserosal dan di sebagian besar tempat ditutupi oleh
serosa (Mills, 2007).
d. Serosa
Serosa adalah penutup yang menyelubungi sebagian besar permukaan luar
dari usus halus. Lapisan terluar terdiri dari satu baris sel mesothelial kuboidal, di
mana terletak sebuah band tipis jaringan ikat longgar. Sebuah zona subserosal dari
jaringan ikat antara mesothelial dan muskularis eksterna juga mengandung cabang
pembuluh darah, limfatik dan saraf (Mills, 2007).
3. Usus besar
Usus besar atau kolon merupakan organ yang proksimalnya berasal dari
midgut dan bagian distalnya berasal dari hindgut. Struktur usus besar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
berhubungan dengan fungsi transportasi, pembentukan, penyerapan dan
pengeluaran feses. Fungsi utama usus besar adalah konservasi cairan dengan
mengubah kimus yang cair menjadi feses yang setengah padat (Wibowo dan
Widjaya, 2009). Histologi yang dapat diamati adalah jaringan mukosa, muskularis
eksterna, submukosa, dan serosa (Ross, 2006).
Meskipun diamater usus besar kira-kira tiga kali lipat dari usus halus,
dindingnya lebih tipis. Karakteristik utama dari usus besar adalah kurangnya vili,
sel goblet yang melimpah, dan adanya kelenjar usus khas (gambar 6). Kriptus dari
usus besar lebih dalam dari usus halus, dan mereka didominasi oleh sel goblet.
Kantong mukus dikenal sebagai kelenjar usus, atau kriptus Lieberkuhn. Sekresi
kelenjar usus terjadi sebagai rangsangan lokal memicu refleks yang melibatkan
pleksus saraf lokal, sehingga produksi jumlah mukus menjadi berlebih. Nodul
limpoid besar tersebar di seluruh lamina propria dan meluas ke submukosa
tersebut. Muskularis eksterna berbeda dari daerah usus lainnya karena lapisan
membujur telah dikurangi menjadi band otot taeniae coli. Namun, kontraksi
pencampuran dan pendorong dari usus besar mirip dengan usus halus (Martini,
1997).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
Gambar 6. Penyusun dinding usus besar (Martini, 1997)
a. Mukosa
Mukosa kolon adalah bagian untuk metabolisme dan imunologis aktif
usus besar. Permukaan luminal ditutupi oleh glycocalyx, memfasilitasi
pembentukan ekosistem mikroba komensal dan berfungsi sebagai barier integral
(Mills, 2007). Mukosa usus besar mengandung banyak kelenjar usus tubular
(Ross, 2006).
b. Submukosa dan serosa
Usus besar yang berhubungan langsung dengan struktur lainnya (seperti
pada banyak permukaan posterior), luarnya adalah adventitia, di tempat lain, yang
di luar adalah serosa khas (Ross, 2006).
c. Muskularis eksterna
Muskularis eksterna menghasilkan dua jenis kontraksi utama: segmentasi
dan peristaltik. Segmentasi adalah lokal dan tidak mengakibatkan penggerakan isi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
Peristaltik menghasilkan pergerakan massa distal dari isi usus. Gerakan peristaltik
massa jarang terjadi, pada orang sehat, biasanya terjadi sekali sehari untuk
mengosongkan usus distal (Ross, 2006).
Motilitas usus besar terjadi ketika zat yang tidak diabsorbsi di usus halus
masuk ke usus besar dan membentuk feses. Setelah feses melewati sekum dan
proksimal, sfingter ileosekal berkontraksi, mencegah refluks ke ileum. Dari
sekum, feses bergerak melewati kolon, lalu menuju rektum dan sampai pada kanal
anal (Costanzo, 2002).
C. Patofisiologi Penyakit
1. Patofisiologi penyakit lambung
Penyakit-penyakit yang umum mengenai lambung mencerminkan
pentingnya peran lambung sebagai suatu organ sekretorik, khususnya asam
lambung dan faktor intrinsik. Gangguan sekresi asam lambung menyebabkan
penyakit asam-peptik, sementara hilangnya sekresi faktor intrinsik menyebabkan
ketidakmampuan tubuh menyerap vitamin B12 yang bermanifestasi sebagai
anemia pernisiosa. Gangguan motilitas lambung yang utama adalah gastroparesis
(McPhee, 2006).
a. Penyakit asam-peptik
Pasien dengan penyakit asam-peptik mengalami nyeri dada atau abdomen
yang kronik, ringan, terasa panas atau menggigit akibat erosi dangkal atau dalam
mukosa pencernaan. Timbulnya penyakit asam-peptik disebabkan peningkatan
absolut atau relatif produksi asam atau penurunan pertahanan mukosa. Agen
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
infeksi tertentu, yaitu bakteri Helicobacter pylori berperan dalam predisposisi
sejumlah bentuk penyakit asam-peptik, termasuk tukak lambung, tukak
duodenum, dan gastritis. Bentuk-bentuk penyakit asam-peptik yang ditandai oleh
lesi mukosa superfisial dapat menyebabkan perdarahan saluran cerna akut atau
kronik, yang disertai oleh penurunan bermakna hematokrit dan penyulit terkait
(McPhee, 2006).
1) Tukak lambung
Tukak lambung dibedakan dari gastritis oleh kedalaman lesi, dengan tukak
lambung yang menembus mukosa. Sebagian besar tukak lambung terjadi
di kurvatura minor lambung. Tukak lambung diyakini berkaitan dengan
gangguan pertahanan mukosa karena kapasitas sekretorik asam dan pepsin
pasien normal atau bahkan dibawah normal. Gangguan motilitas
diperkirakan ikut berperan dalam pembentukan tukak lambung melalui
sedikitnya tiga cara. Pertama, gangguan tersebut memberi kontribusi
akibat kecenderungan isi duodenum untuk mengalir balik melalui sfingter
pilorus yang inkompeten. Kedua, gangguan tersebut memberi kontribusi
akibat tertundanya pengosongan isi lambung, termasuk material refluks, ke
dalam duodenum. Ketiga, gangguan tersebut memberi kontribusi akibat
perlambatan pengosongan lambung sehingga terjadi retensi makanan,
peningkatan sekresi gastrin serta asam lambung (McPhee, 2006).
2) Gastritis erosif akut
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
Gastritis erosif akut mencakup peradangan akibat cedera superfisial di
mukosa, erosi mukosa, atau tukak dangkal akibat berbagai gangguan,
terutama alkohol, obat, dan stres. Tidak seperti tukak lambung dan
duodenum, submukosa dan muskularis mukosa tidak tertembus pada
gastritis erosif (McPhee, 2006). Gastritis akut ini sering disebabkan oleh
berbagai hal, yaitu pemakaian obat NSAID secara berlebihan, konsumsi
alkohol, merokok, infeksi bakteri atau virus, stres, dan kemoterapi kanker.
Gastritis akut dapat menyebabkan nyeri epigastrium, mual, dan muntah
dengan derajat yang bervariasi, serta pendarahan hebat (Kumar, 2009).
3) Gastritis atrofik kronik
Penyakit ini ditandai oleh sel radang disertai atrofi mukosa lambung dan
berkurangnya kelenjar. Kemampuan lambung untuk menghasilkan asam
lambung berkurang secara progresif, dan kadar gastrin dalam serum
melonjak (McPhee, 2006). Penyebab gastritis kronik adalah infeksi kronik
H. pylori, autoimun, konsumsi alkohol, merokok, dan penyakit lain seperti
penyakit Crohn. Gastritis kronik hanya menyebabkan sedikit gejala,
Mungkin timbul mual, muntah, dan rasa tidak nyaman di perut bagian atas
(Kumar, 2009).
4) Tukak duodenum
Tukak duodenum diyakini sebagai konsekuensi infeksi H. pylori yang
menyebabkan peradangan mukosa dan gangguan pertahanan (McPhee,
2006).
b. Gastroparesis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
Gastroparesis adalah penyakit yang umum terjadi pada diabetes melitus
yang tidak terkontrol, dengan konsekuensi berupa neuropati otonom. Manifestasi
dari penyakit ini adalah mual, kembung, muntah, dan konstipasi atau diare.
Gastroparesis disebabkan oleh adanya gangguan motilitas lambung yang terjadi
berkisar dari obstruksi pintu keluar lambung parsial atau total hingga
pengosongan yang terlalu cepat dan biasanya terjadi akibat gangguan pada
mekanisme normal yang mengontrol fungsi-fungsi tersebut. Mekanismemekanisme tersebut mencakup kontraktilitas intrinsik otot polos lambung, sistem
saraf enterik, kontrol sistem saraf otonom atas fungsi sistem saraf enterik, dan
hormon pencernaan (McPhee, 2006).
2. Patofisiologi penyakit usus halus dan usus besar
a. Diare
Diare merupakan buang air besar dengan volume, frekuensi, atau kecairan
yang berlebihan. Setiap proses yang meningkatkan frekuensi defekasi atau volume
tinja menyebabkan tinja menjadi lebih encer karena konsistensi tinja yang lunak
tetapi berbentuk ditentukan oleh penyerapan air yang bergantung pada waktu
(McPhee, 2006).
Diare dapat bersifat akut (durasi kurang dari dua minggu) atau kronik
(lebih dari 4 minggu). Diare juga dapat bersifat sekretorik, osmotik, atau
malabsorptif bergantung pada dasar patofisiologis yang menyebabkan gangguan
homeostatis cairan usus. Diare osmotik disebabkan oleh malabsorpsi nutrien atau
elektrolit yang kurang diserap yang menahan air di lumen. Diare sekretorik terjadi
jika terdapat secretagogues yang mempertahankan transpor cairan keluar sel epitel
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
yang deras menuju lumen saluran cerna. Diare malabsorptif terjadi jika
kemampuan usus mencerna atau menyerap nutrien tertentu terganggu dan dapat
disebabkan oleh gangguan pencampuran makanan (gangguan motilitas),
insufisiensi pankreas (gangguan pencernaan), atau kerusakan enterosit atau zat
pengangkut di permukaannya (gangguan penyerapan). Dalam kapasitas transpor,
usus halus jauh melebihi kolon. Karena itu, infeksi, zat toksik, atau penyebab lain
peningkatan sekresi di usus halus dapat mengalahkan mekanisme absorptif di
kolon sehingga terjadi diare (McPhee, 2006).
b. Inflammatory bowel disease
Terdapat dua bentuk inflammatory bowel disease kronik yaitu penyakit
Chron, yang memiliki karakter transmural dan granulomatosa, yang terjadi di
mana saja di sepanjang saluran cerna, dan kolitis ulseratif, yang bersifat
superfisial dan terbatas di mukosa kolon. Gambaran umum bagi semua bentuk
inflammatory bowel disease adalah ulserasi mukosa dan peradangan saluran
cerna, yang pada kenyataannya tidak dapat dibedakan dari peradangan yang
terjadi secara akut pada diare infeksi dan invasif (McPhee, 2006).
c. Penyakit divertikulum
Hampir 80% pasien dengan penyakit divertikulum tidak mengalami
gejala kecuali konstipasi kronik. Penyakit divertikulum terjadi akibat deformitas
didapat kolon, yaitu mukosa dan submukosa mengalami herniasi yang menembus
tunika muskularis dibawahnya. Kelainan fungsional diyakini berkaitan dengan
konstipasi kronik dan terbentuknya gradien tekanan transmural dari lumen kolon
ke ruang peritoneum akibat kontraksi kuat otot-otot dinding kolon. Peningkatan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
kontraksi otot ini, yang berperan dalam pembentukan penyakit divertikulum, juga
dipercayai menyebabkan nyeri abdomen (McPhee, 2006).
d. Irritable bowel syndrome
Irritable bowel syndrome ditandai oleh perubahan kebiasaan buang air
besar disertai nyeri abdomen tanpa terdeteksinya proses patologis organik atau
kelainan motilitas atau struktural spesifik. Perubahan kebiasaan buang air besar,
yang biasanya bergantian antara diare dan konstipasi adalah tanda utama irritable
bowel syndrome. Stres juga berpengaruh besar pada gejala irritable bowel
syndrome, biasanya terjadi selama atau setelah kejadian yang menyebabkan stress
(McPhee, 2006).
e. Atresia dan stenosis
Obstruksi usus kongenital adalah kelainan yang jarang tetapi dramatis dan
dapat mengenai semua bagian usus. Atresia duodenum adalah yang tersering,
jejunum dan ileum biasanya juga terkena, tetapi kolon tidak terlibat. Obstruksi
dapat total (atresia) atau inkomplit (stenosis). Atresia dapat berupa diafragma
mukosa imperforata atau berupa segmen usus yang menciut, menjadi seperti tali
yang menghubungkan usus proksimal dan distal yang normal. Stenosis lebih
jarang dijumpai dan disebabkan oleh penyempitan suatu segmen usus atau sebuah
diafragma dengan lubang sempit di tengahnya (Kumar, 2009)
Banyak keadaan, misalnya infeksi, penyakit peradangan, gangguan
molitilas, dan tumor, mengenai usus halus dan usus besar. Salah satu gangguan
yang sering terjadi adalah infeksi parasit, misalnya cacing. Parasit adalah suatu
organisme yang hidup di atas atau di dalam organisme lain, yang dikenal sebagai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
induk semang. Parasit itu mungkin hewan atau tumbuhan; mereka mungkin
bakteri, protozoa, cacing atau arthropoda. Parasit pada umumnya telah
mengadakan perubahan sifat biokimia dan imunologi demikian rupa, sehingga
mereka dapat hidup di dalam organisme lain dan tidak tercerna atau terbunuh
(Levine, 1990). Parasit bertahan hidup bergantung dengan penularannya dari host
ke host. Pola siklus hidup parasit sederhana, hanya melibatkan sebuah host, atau
lebih kompleks, melibatkan dua atau lebih host intermediet (Zaman, 2008).
Melalui saluran cerna, begitu banyak antigen lingkungan masuk ke tubuh
manusia. Sistem imun harus menyeimbangkan antara toleransi terhadap zat tidak
berbahaya dengan reaksi pertahanan aktif terhadap mikroba yang mungkin
merugikan. Di sepanjang usus halus dan kolon terdapat nodulus-nodulus jaringan
limfoid, terletak di dalam mukosa atau terentang dari mukosa ke sebagian
submukosa. Nodulus limfoid ini menyebabkan distorsi epitel permukaan yang
membentuk kubah lebar dan bukan bentuk seperti vili. Epitel permukaan di atas
nodus limfoid mengandung sel absorptif kolumnar dan sel M (membranosa). Sel
M ini memiliki kemampuan melakukan transitosis makromolekul antigenik utuh
dari lumen ke sel yang mempresentasikan antigen di epitel permukaan. Sel yang
mempresentasikan antigen mencakup makrofag dan sel dendritik (Kumar, 2009).
Di sepanjang usus terdapat limfosit T tersebar di permukaan, biasanya
pada sel basolateral. Sel T ini mencakup sel CD8+ sitotoksik. Lamina propria
mengandung sel T helper (CD4+), sel B aktif, dan sel plasma. Sel plasma lamina
propria mengeluarkan dimer IgA, IgG, dan IgM. IgA disalurkan ke lumen usus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
dengan transitosis langsung menembus enterosit atau menembus hepatosit untuk
disekresikan ke dalam empedu (Kumar, 2009).
Berbagai protozoa dan cacing berbeda dalam besar, struktur, sifat
biokimiawi, siklus hidup dan patogenesisnya. Hal ini menimbulkan respon imun
spesifik yang berbeda pula. Infeksi cacing biasanya menjadi kronik dan kematian
pejamu akan merugikan parasit sendiri. Infeksi yang kronik itu akan menimbulkan
rangsangan antigen persisten yang meningkatkan kadar imunoglobulin dalam
sirkulasi dan pembentukan kompleks imun (Baratawidjaja, 2010).
Eosinofil lebih efektif dibanding leukosit lain oleh karena eosinofil
mengandung granul yang lebih toksik dibandingkan enzim proteolitik. Cacing
dapat merangsang produksi IgE yang nonspesifik. Reaksi inflamasi yang
ditimbulkannya diduga dapat mencegah menempelnya cacing pada mukosa
saluran cerna (Baratawidjaja, 2010).
D. Toksikologi
1. Definisi
Toksikologi dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu yang mempelajari
tentang racun. Sedangkan racun dapat didefinisikan sebagai substansi yang dapat
menimbulkan efek berbahaya terhadap kehidupan organisme (Hodgson, 2004).
Menurut Stine dan Brown (1996) toksikologi adalah ilmu tentang racun yang
mempelajari efek merugikan dari bahan kimia bagi makhluk hidup. Meskipun
hampir semua materi pada kadar tertentu menjadi racun, toksikologi khususnya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
membahas materi yang bisa menyebabkan efek merugikan saat diaplikasikan pada
kadar relatif rendah.
2. Mekanisme, wujud, dan sifat efek toksik
a. Mekanisme aksi toksik
1) Berdasarkan sifat dan tempat kejadian
Mekanisme luka berdasarkan sifat dan tempat kejadian dibagi menjadi dua
golongan utama, yaitu mekanisme luka intrasel dan ekstrasel. Mekanisme
luka intrasel atau mekanisme primer adalah luka sel yang diawali oleh aksi
racun pada tempat aksinya dalam sel. Mekanisme luka ekstrasel terjadi
secara tidak langsung dan tempat kejadian awalnya berada di lingkungan
ekstrasel (Donatus, 2001).
2) Berdasarkan sifat antaraksi
Mekanisme aksi molekuler dibagi menjadi dua, yaitu aksi toksik
berdasarkan antaraksi yang terbalikkan dan yang tak terbalikkan antara
racun dan tempat aksinya (Donatus, 2001).
3) Berdasarkan risiko penumpukan
Senyawa yang sangat lipofil dan sulit dimetabolisme, di dalam tubuh
cenderung akan disimpan dalam gudang penyimpanan kompartemen
lemak. Penumpukan racun di dalam gudang penyimpanan dapat secara
perlahan terlepas ke sirkulasi dan meningkatkan kadarnya yang ada di
dalam cairan tubuh. Bila kadarnya melebihi KTM, maka menimbulkan
efek toksik yang tidak diinginkan (Donatus, 2001).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
b. Wujud efek toksik
Respon toksik adalah suatu proses di mana sel, jaringan, atau organ
menanggapi adanya luka dalam diri komponen-komponen tubuh tersebut.
Wujud efek toksik adalah hasil akhir dari aksi dan respon toksik (Donatus,
2001).
1) Respons dan perubahan biokimia
Respons biokimia meliputi peningkatan atau pengurangan aktivitas
transpor elektron pembangkit energi di mitokondria, sintesis protein, dan
pergeseran sistem hormonal. Wujud efek toksiknya bersifat timbal balik.
Artinya bila pemejanan dengan racun pada diri makluk hidup dihentikan,
maka ketoksikkannya juga segera hilang (Donatus, 2001).
2) Respons dan perubahan fisiologi (fungsional)
Respons fisiologi berkaitan dengan fungsi jasmani seperti bernafas,
peredaran darah, kontraksi otot, keseimbangan elektrolit, dan sebagainya.
Perubahan fungsional akibat pemejanan racun biasanya bersifat timbal
balik. Jadi efek yang timbul juga akan hilang bila pemejanan racun
dihentikan (Donatus, 2001).
3) Respons histopatologi dan perubahan struktural
Luka sekuler menyebabkan perubahan morfologi yang akhirnya terwujud
sebagai kekacauan struktural. Tiga respon histopatologi dasar sebagai
tanggapan terhadap adanya luka selular tersebut meliputi degenerasi,
proliferasi,dan inflamasi atau perbaikan. Degenerasi adalah perubahan
yang regresif seperti pengecilan sel atau pengurangan jumlah organel.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
Proliferasi adalah peningkatan pertumbuhan pada sembarang tingkat
struktural, dari tingkat molekular sampai ke tingkat selular. Sedangkan
inflamasi merupakan respons ekstrasel untuk menahan atau mengambil zat
penyebab luka dan memperbaiki jaringan (Donatus, 2001).
c. Jenis wujud efek toksik
1) Berdasarkan perubahan biokimia
Jenis wujud efek toksik ini berkaitan dengan respons dan perubahan atau
kekacauan biokimia terhadap luka sel, akibat antaraksi antara racun dan
tempat aksi yang terbalikkan (Donatus, 2001).
2) Berdasarkan perubahan fungsional
Jenis wujud efek toksik berkaitan dengan antaraksi racun yang terbalikkan
dengan reseptor atau tempat aktif enzim, sehingga mempengaruhi fungsi
homeostatis tertentu (Donatus, 2001).
3) Berdasarkan perubahan struktural
Termasuk dalam jenis ini adalah perlemakan (degenerasi melemak),
nekrosis, karsinogenesis, mutagenesis, dan teratogenesis (Donatus, 2001).
d. Sifat efek toksik
Efek toksik disebut terbalikkan jika efek itu dapat hilang dengan
sendirinya. Sebaliknya, efek tidak terbalikkan akan menetap atau justru bertambah
parah setelah pajanan toksikan dihentikan. Efek tidak terbalikkan di antarnya
karsinoma, mutasi dan kerusakan saraf. Efek toksikan terbalikkan bila tubuh
terpajan pada kadar rendah atau untuk waktu yang singkat. Sementara, efek tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
terbalikkan dapat dihasilkan pada pajanan dengan kadar yang lebih tinggi atau
waktu yang lama (Lu, 1995).
3. Uji toksisitas subkronis
Uji toksisitas subkronis ialah uji ketoksikan suatu senyawa yang
diberikan dengan dosis berulang pada hewan tertentu, selama kurang dari tiga
bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan spektrum efek toksik senyawa uji,
serta untuk memperlihatkan apakah spektrum efek toksik tersebut berkaitan
dengan takaran dosis (Donatus, 2001).
a. Rancangan percobaan
1) Spesies dan jumlah
Hewan yang digunakan biasanya tikus dan anjing. Pilihan ini didasarkan
pada ukurannya yang sesuai, kemudahan untuk mendapatkannya, dan
banyak informasi toksikologi berbagai zat kimia pada hewan ini. Hewan
jantan dan betina harus sama jumlahnya. Umumnya dipakai 10-30 tikus
dalam setiap kelompok dosis dan dalam kelompok pembanding (Lu,
1995).
2) Cara pemberian
Zat kimia yang diuji harus diberikan lewat jalur yang sama dengan
penggunaan atau pajanannya pada manusia (Lu, 1995).
3) Dosis dan jangka waktu
Dosis yang disarankan adalah tiga dosis: satu dosis yang cukup tinggi
untuk menimbulkan tanda toksisitas yang pasti tetapi tidak cukup tinggi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
untuk membunuh sebagian besar hewan itu, dosis rendah yang diharapkan
tidak memberikan efek toksik sama sekali, dan dosis menengah. Kadang
ditambahkan satu dosis atau lebih. Dalam penelitian pada tikus, dosis tetap
dinyatakan dalam mg/kgBB hewan. Lama penelitian pada tikus biasanya
90 hari (Lu, 1995).
Pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan dalam uji ketoksikan
subkronis, meliputi perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak 7 hari
sekali, masukan makanan untuk masing-masing hewan atau kelompok hewan
yang diukur paling tidak 7 hari sekali, gejala-gejala klinis umum yang diamati
setiap hari, pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua kali, pada awal dan
akhir uji coba, pemeriksaan kimia darah, paling tidak sama dengan butir 4,
analisis urin, paling tidak sekali, dan pemeriksaan histopatologi organ pada akhir
uji coba (Donatus, 2001).
E. Keterangan Empiris
Penelitian ini bersifat ekploratif untuk melihat ketoksikan subkronis
penggunaan infusa daun sirsak terhadap perubahan struktural histologis lambung
dan usus tikus.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Uji toksisitas subkronis infusa daun sirsak pada lambung dan usus tikus
putih jantan dan betina termasuk penelitian eksperimental murni dengan
menggunakan rancangan penelitian acak lengkap pola searah.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
: dosis infusa daun sirsak.
2. Variabel tergantung : gambaran histologis lambung dan usus tikus.
3. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali
1) Subyek uji berupa tikus putih galur Sprague Dawley (SD), jenis kelamin
jantan dan betina, berumur umur 2 – 3 bulan, berat badan 160 – 280 g,
keadaan fisik berstatus sehat, diperoleh dari Laboratorium Hayati Imono,
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
2) Bahan uji berupa daun sirsak
Daun berupa tangkai daun hingga helaiannya, daun sehat atau tidak
terkena penyakit, dan diperoleh dari kebun milik H. Sunarto yang
beralamat di Dusun Jetis, Kelurahan Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman,
Yogyakarta pada bulan Mei-Juni 2012.
42
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
b. Variabel pengacau tak terkendali
Kondisi patologi tikus: kondisi fisik berstatus sehat, tetapi belum dapat
menjamin keadaan lambung dan usus juga berstatus sehat.
C. Definisi Operasional
a. Infusa daun sirsak adalah cara penyarian yang dibuat dengan cara menyari
simplisia dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit.
b. Dosis infusa daun sirsak adalah sejumlah (g) infusa daun sirsak tiap satuan kg
berat badan subjek uji yang dilakukan.
c. Histologis lambung adalah struktur jaringan lambung secara detail
menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis.
d. Histologis usus adalah struktur jaringan usus secara detail menggunakan
mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis.
D. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan penelitian
a. Subyek uji yang digunakan yaitu tikus putih galur Sprague Dawley (SD)
jantan dan betina; umur 2 – 3 bulan; berat badan 160 – 280 g; diperoleh
dari Laboratorium Imono, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
b. Bahan uji yang digunakan yaitu daun sirsak, dan diperoleh dari kebun
milik H. Sunarto yang beralamat di Dusun Jetis, Kelurahan Sardonoharjo,
Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
c. Bahan untuk kontrol yaitu aquadest yang diperoleh dari laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
d. Bahan kimia yang digunakan yaitu larutan formalin p.a 10% untuk
mengawetkan organ lambung dan usus, pereaksi toluen untuk penetapan
kadar air yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
e. Asupan pakan tikus yang digunakan adalah pelet AD-2 yang diperoleh
dari Laboratorium Imono, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
f. Asupan minum tikus yang digunakan adalah air reverse-osmosis (RO)
yang diperoleh dari Laboratorium Imono, Fakultas Farmasi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Alat penelitian
a. Alat-alat untuk pembuatan simplisia, yaitu timbangan digital, oven,
blender, ayakan no. 40.
b. Alat-alat untuk penetapan kadar air, yaitu timbangan, destilator, gelas
ukur, stopwatch, labu alas bulat, bekker gelas.
c. Alat-alat untuk pembuatan infusa daun sirsak, yaitu timbangan, panci
infusa, termometer, stopwatch, heater, alat-alat gelas.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
d. Alat-alat untuk perlakuan dan pemeriksaan histologis, yaitu metabolic
cage, jarum suntik per oral, timbangan, pinset, scalpel, dan pot-pot untuk
menyimpan organ.
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi pohon sirsak
Determinasi pohon sirsak dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri
yang dipunyai pohon sirsak dengan buku acuan Flora: Untuk Sekolah di Indonesia
(Steenis, 1992).
2. Pengumpulan bahan
Bahan uji yang digunakan adalah daun sirsak segar dan diperoleh dari dari
kebun milik H. Sunarto yang beralamat di dusun Jetis, Kelurahan Sardonoharjo,
Ngaglik, Sleman, Yogyakarta pada bulan Mei-Juni 2012.
3. Pembuatan serbuk daun sirsak
Daun
sirsak
dicuci
dengan
air
bersih
kemudian
dikeringkan
menggunakan oven dengan suhu ±50ºC selama ±72 jam. Daun yang sudah kering
diserbuk dengan blender, kemudian diayak dengan ayakan nomor 40 dan dicari
persen (%) rendemen yang diperoleh.
4. Penetapan kadar air dalam daun sirsak
Berdasarkan buku Material Medika Indonesia Jilid VI, penetapan kadar
air dalam daun sirsak dilakukan dengan cara destilasi menggunakan pereaksi
toluen. Daun sirsak ditimbang sebanyak 50 g kemudian dimasukkan ke dalam
labu kering. Sebanyak 200 mL toluen dimasukkan ke dalam labu penerima
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
melalui alat pendingin, dan dihubungkan pada alat. Labu dipanaskan selama 15
menit. Setelah toluen mendidih, suling dengan kecepatan lebih kurang dua tetes
per detik hingga sebagian besar air tersuling. Kemudian naikkan kecepatan hingga
empat tetes per detik. Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci
dengan toluen. Penyulingan dilanjutkan selama lima menit. Tabung penerima
pendingin dibiarkan hingga suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah
sempurna, dibaca volume airnya dan dihitung kadar air dalam %.
5. Pembuatan infusa daun sirsak
Infusa daun sirsak dibuat dengan menimbang 6 g serbuk daun sirsak
kemudian dimasukkan dalam panci infusa, dituangi aquadest sebanyak 100 mL.
Serbuk yang telah ditambah aquadest dipanaskan dan diukur suhunya. Setelah
mencapai 90°C, waktu pemanasan dihitung selama 15 menit. Disaring dengan
kain flanel dan apabila belum mencapai volume 100 mL, maka dapat ditambahkan
air panas melalui ampas rebusan hingga volume yang diinginkan tercapai.
6. Penetapan dosis infusa daun sirsak
Peringkat dosis yang digunakan berdasarkan pada pengobatan masyarakat
sehari-hari yaitu kurang dari 10 lembar daun sisak. Dosis pada perlakuan diambil
dari dosis empirik yaitu 2 g/70kgBB manusia. Konversi manusia (70 kg ke tikus
200 g) adalah 0,018.
Dosis untuk 200 g tikus
= 0,018 x 2 g
= 0,036 g/200 gBB tikus
Dosis untuk 1 kg tikus
=
= 180 mg/kg BB tikus
g/gBB tikus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
Untuk perhitungan dosis tertinggi yaitu:
D=
= 6 g/100 mL x 2,5 mL : 300 g = 0,5 mg/g BB tikus
= 500 mg/kg BB tikus
Faktor pengali =
=
= 1,67
Kemudian dibuat peringkat dosis berikut ini :
Dosis I = 108 mg/kg BB tikus
Dosis II = 180 mg/kg BB tikus
Dosis III = 301 mg/kg BB tikus
Dosis IV = 503 mg/kg BB tikus
Kontrol aquadest = 8333 mg/kg BB tikus
7. Persiapan kandang
Kandang yang dipersiapkan adalah 50 kandang. Persiapan kandang
meliputi pembersihan kandang, perbaikan kondisi kandang yang kurang baik dan
penataan kandang menurut kelompok perlakuan.
8. Persiapan hewan uji
Hewan uji yang digunakan berjumlah 50 ekor (25 jantan dan 25 betina)
ditempatkan dalam kandang. Satu kandang khusus berisi 1 tikus. Sebelum
penelitian semua subjek uji diadaptasikan terlebih dahulu terhadap kandang dan
lingkungan laboratorium.
9. Pengelompokan hewan uji
Hewan uji dikelompokkan dengan metode random clustering sampling.
Semua hewan uji ditimbang dan dikelompokkan berdasarkan range berat badan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
Kemudian dikelompokkan kembali menjadi 5 kelompok dosis, yaitu kontrol
aquadest, dosis I, II, III, dan IV.
10. Prosedur pelaksanaan
Lima puluh ekor tikus dibagi secara acak dalam 5 kelompok dosis.
Kelompok I yaitu kelompok kontrol negatif diberi aquadest. Perhitungan dosis
aquadest yaitu
D=
= 1 g/ mL x 2,5 mL : 300 g = 8,333 mg/g BB tikus
= 8333 mg/kg BB tikus
dan kelompok II-V diberi infusa daun sirsak secara per oral dengan peringkat
dosis berturut-turut 108; 180; 301; dan 503 mg/kgBB tikus dengan kekerapan
pemberian sehari 1 kali selama 30 hari. Pada hari ke 31, 5 tikus (3 jantan dan 2
betina) dari masing-masing kelompok diambil secara acak, kemudian hewan uji
dikorbankan untuk diambil lambung dan ususnya, diamati penampakan
mikroskopinya, lalu dimasukkan ke dalam formalin 10% untuk dibuat preparat
histologis menurut tatacara pengecatan hematoksilin eosin. Anggota kelompok
yang masih hidup tetap dipelihara tanpa perlakuan pemberian infusa daun sirsak
selama 14 hari untuk uji keterbalikan. Pada hari ke-15, hewan uji dikorbankan,
diambil lambung dan ususnya, diamati penampakan makroskopis yang terjadi,
ditimbang beratnya, dan dibuat preparat histologis.
11. Pengamatan
Pengamatan gejala-gejala fisik diamati setiap hari, asupan makan dan
minum diukur setiap hari, dan berat badan diukur setiap hari lalu dihitung purata
pada hari ke-0, 7, 14, dan 28.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
12. Pembuatan preparat histologis
Lambung dan usus yang disimpan dalam larutan formalin 10%
dicelupkan ke dalam aquadest. Kemudian dipotong-potong dengan mikrotom
setebal 3 mm – 5 mm. Potongan organ dimasukkan ke dalam wadah yang
direndam dalam formalin 10%. Preparat dimasukkan ke dalam larutan etanol
secara bertingkat berturut-turut etanol 70% selama 20 menit, 80% selama 20
menit, etanol 95% selama 20 menit, etanol mutlak selama 20 menit, masingmasing dua kali perlakuan. Selajutnya dimasukkan ke dalam larutan propanol
selama 20 menit sebanyak tiga kali perlakuan.
Preparat kemudian dimasukkan dalam xilol parafin, dipanaskan selama 1
jam dan dilakukan sebanyak dua kali perlakuan. Preparat dipindahkan ke dalam
parafin cair selama 30 menit dalam blok preparat, kemudian didinginkan. Setelah
dicetak, preparat dipotong dengan mikrotom setebal 5 mikron, masukkan
inkubator untuk memanaskan preparat. Preparat diletakkan di atas kaca preparat
yang telah diolesi albumin agar preparat dapat menempel dengan baik di kaca.
Cuci preparat dengan air, kemudian masukkan ke dalam hematoksilin-eosin.
Preparat dikeringkan pada suhu kamar dan ditutup dengan objek glass.
13. Pemeriksaan histologis lambung dan usus
Pembuatan dan pemeriksaan preparat histologis dilakukan oleh
Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta. Pemeriksan sel lambung dan usus tikus putih jantan dan betina hasil
pengecatan hematosilin eosin dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
100 kali dan 400 kali. Hasil pemeriksaan dibuat fotomikroskopi sebagai data
kualitatif.
F. Analisis Hasil
1. Pemeriksaan preparat histologis dilakukan secara kualitatif deskriptif dengan
membandingkan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan untuk
mengetahui spektrum efek toksik sediaan uji terhadap organ usus dan lambung
yang terkena, dan juga untuk mengetahui hubungan kekerabatan antara dosis
dan spektrum efek toksik.
2. Data uji keterbalikan dianalisis secara kualitatif berdasarkan perubahan
morfologi yang terjadi pada kelompok tikus yang diberhentikan dari
pemberian infusa daun sirsak dibandingkan dengan kelompok tanpa berhenti.
3. Data berat badan tikus setiap hari dan dihitung purata kenaikan beratnya pada
hari ke-0, 7, 14, 21, 28 dan dianalisis secara statistik dengan analisis General
Linear Model (multivariate).
4. Data asupan pakan dihitung setiap harinya dari selisih antara pemberian pakan
awal (20 g per hari) dikurangi sisa pakan pada hari sebelumnya. Kemudian
dihitung purata harian tiap kelompok perlakuan tanpa dianalisis statistik
karena hanya ingin melihat pola makan tikus dan dibuat grafik.
5. Data asupan minum dihitung setiap harinya dari selisih antara pemberian
minum awal (150 mL per hari) dikurangi sisa pemberian minum pada hari
sebelumnya. Kemudian dihitung purata harian tiap kelompok perlakuan tanpa
dianalisis statistik dan dibuat grafik.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan terhadap tanaman sirsak
(Annona muricata L.) melalui determinasi yang mengacu pada buku acuan
(Steenis, 1992). Determinasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa tanaman yang
digunakan telah sesuai dan tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan sampel.
Kebenaran tanaman dalam penelitian merupakan syarat mutlak yang harus
dipenuhi. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri tanaman
sirsak dengan buku acuan. Hasil determinasi:
1b – 2b – 3b – 4b – 6b – 7b -9b – 10b – 11b – 12b – 13b – 14a – 15a – 109b –
119b – 120b – 128b – 129b – 135b – 136b – 139b – 140b – 142b – 142b – 143b –
146b – 154b – 155b – 156b – 162b – 164b – 165b – 166a
1b
2. Annona
1a
Annona muricata L.
50. Annonaceae
Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tanaman sirsak (Annona muricata L.).
B. Pembuatan Simplisia Daun Sirsak
Simplisia adalah bahan alamiah berupa tanaman utuh, bagian tanaman
atau eksudat tanaman yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami
pengolahan atau mengalami pengolahan secara sederhana serta belum merupakan
51
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
zat murni kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan
(Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010). Daun sirsak sebanyak 184,0 g dicuci
dengan air bersih kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu ± 50ºC
selama 72 jam. Daun yang sudah kering diserbuk dengan blender, diayak dengan
ayakan nomor 40 lalu dicari bobot tetap dan rendemennya. Pengayakan bertujuan
untuk menyeragamkan ukuran serbuk. Bobot tetap adalah berat pada
penimbangan setelah zat dikeringkan selama satu jam tidak berbeda lebih dari 0,5
mg dari berat zat pada penimbangan sebelumnya (Departemen Kesehatan RI,
1979). Serbuk daun sirsak diayak dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap.
Bobot serbuk pada ayakan pertama didapatkan 39,3 g dan pada ayakan kedua
sebanyak 39,3 g. Maka didapatkan bobot tetap serbuk daun sirsak adalah 39,3 g.
Rendemen simplisia dihitung dalam persen dengan membagi bobot daun kering
dengan daun sirsak yang masih basah dikali 100%. Perhitungan rendemen ini
bertujuan untuk mengetahui banyaknya serbuk kering yang dihasilkan dari
sejumlah daun sirsak basah yang telah mengalami pengolahan. Hasil rendemen
yang didapatkan adalah 22,5%.
C. Penetapan Kadar Air dalam Daun Sirsak
Penetapan kadar air dalam daun sirsak bertujuan untuk mengetahui
batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam daun
sirsak. Hal ini terkait dengan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Bila
kadar air tinggi, maka pertumbuhan kontaminan, misalnya bakteri, akan semakin
banyak sehingga akan mempengaruhi daya tahan bahan. Jadi, penghilangan kadar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan
selama penyimpanan. Pada penelitian penetapan kadar air dalam daun sirsak
dengan cara destilasi toluen. Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah
menguapkan air dengan “pembawa” cairan kimia yang mempunyai titik didih
lebih tinggi daripada air dan tidak dapat bercampur dengan air serta mempunyai
berat jenis lebih rendah daripada air. Air dikumpulkan dalam penerima dan
volume air yang terkumpul dapat diketahui karena berat jenis pelarut lebih kecil
dari berat jenis air, sehingga air selalu berada dibawah pelarut dan pelarut akan
kembali ke labu didih (Haryati, 2003). Metode ini efektif karena terjadi
penyulingan berulang kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk
mencegah adanya penguapan berlebih. Sistem yang digunakan tertutup dan tidak
dipengaruhi oleh kelembaban (Departemen Kesehatan RI, 1995). Penetapan kadar
air dalam daun sirsak direplikasi tiga kali lalu dirata-rata dan diperloleh kadar air
9,7%. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (1994), kadar
air yang diperbolehkan dalam suatu serbuk adalah tidak lebih dari 10%. Hal ini
berarti kadar air dalam daun sirsak untuk penelitian ini memenuhi kadar air yang
diperbolehkan.
D. Pemeriksaan Histologis Organ Lambung dan Usus Tikus Putih
Jantan dan Betina Akibat Pemberian Infusa Daun Sirsak secara
Subkronis
Pembuatan preparat histologis organ lambung dan usus dilakukan dengan
pewarnaan hematosiklin-eosin, diamati di bawah mkroskop dengan perbesaran
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
100X dan 400X, kemudian dibuat fotomikroskopi yang digunakan sebagai data
kualitatif.
1. Pemeriksaan Histologis Organ Lambung Tikus Putih Jantan dan Betina
Tabel I. Perbandingan hasil pemeriksaan histologis lambung tikus putih jantan kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dengan hasil uji
keterbalikan
No
1
Kelompok
perlakuan
Kontrol
8333
Muskularis eksterna normal
mg/kg Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
Infusa
Daun Lapisan mukosa normal
Lapisan mukosa normal
Sirsak
dosis Lapisan submukosa normal
Lapisan submukosa normal
Muskularis eksterna normal
Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
Infusa
Daun Lapisan mukosa normal
Lapisan mukosa normal
Sirsak
dosis Lapisan submukosa normal
Lapisan submukosa normal
Muskularis eksterna normal
Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
Infusa
Daun Lapisan mukosa normal
Lapisan mukosa normal
Sirsak
dosis Lapisan submukosa normal
Lapisan submukosa normal
301 mg/kg BB
5
Lapisan mukosa normal
Lapisan submukosa normal
180 mg/kg BB
4
Hasil uji keterbalikan
Aquadest dosis Lapisan submukosa normal
108 mg/kg BB
3
Perlakuan selama 30 hari
Lapisan mukosa normal
BB
2
Pengamatan histologis
Muskularis eksterna normal
Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
Infusa
Daun Lapisan mukosa normal
Lapisan mukosa normal
Sirsak
dosis Lapisan submukosa normal
Lapisan submukosa normal
503 mg/kg BB
Muskularis eksterna normal
Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
Tabel II. Perbandingan hasil pemeriksaan histologis lambung tikus putih betina kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dengan hasil uji
keterbalikan
No
1
Kelompok
perlakuan
Kontrol
8333
Muskularis eksterna normal
mg/kg Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
Infusa
Daun Lapisan mukosa normal
Lapisan mukosa normal
Sirsak
dosis Lapisan submukosa normal
Lapisan submukosa normal
Muskularis eksterna normal
Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
Infusa
Daun Lapisan mukosa normal
Lapisan mukosa normal
Sirsak
dosis Lapisan submukosa normal
Lapisan submukosa normal
Muskularis eksterna normal
Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
Infusa
Daun Lapisan mukosa normal
Lapisan mukosa normal
Sirsak
dosis Lapisan submukosa normal
Lapisan submukosa normal
301 mg/kg BB
5
Lapisan mukosa normal
Lapisan submukosa normal
180 mg/kg BB
4
Hasil uji keterbalikan
Aquadest dosis Lapisan submukosa normal
108 mg/kg BB
3
Perlakuan selama 30 hari
Lapisan mukosa normal
BB
2
Pengamatan histologis
Muskularis eksterna normal
Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
Infusa
Daun Lapisan mukosa normal
Lapisan mukosa normal
Sirsak
dosis Lapisan submukosa normal
Lapisan submukosa normal
503 mg/kg BB
Muskularis eksterna normal
Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
Kelompok kontrol aquadest merupakan pembanding yang bertujuan
untuk melihat gambaran normal organ lambung tanpa dipejani zat uji. Kelompok
ini diberi aquadest dengan dosis 8333 mg/kgBB. Pada pemeriksaan histologis
lambung tikus putih jantan maupun betina kelompok kontrol negatif aquadest
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
tidak terjadi perubahan (gambar 7). Sel dan jaringan yang menyusun lambung
seperti lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa dalam
keadaan normal.
Gambar 7. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok kontrol
aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,
perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa
Gambar 8. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok kontrol
aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,
perbesaran 400X. Keterangan: (mm) muskularis mukosa, (lp) lamina
propria, (sm) submukosa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 9. Histologis organ lambung tikus betina kelompok kontrol aquadest
dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 100X.
Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm) muskularis mukosa, (me)
muskularis eksterna
Gambar 10. Histologis organ lambung tikus betina kelompok kontrol aquadest
dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X.
Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm) muskularis mukosa, (me)
muskularis eksterna
57
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
Dari pemeriksaan histologis, kelompok perlakuan infusa daun sirsak
dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB menunjukkan tidak adanya perubahan sel
dan jaringan pada organ lambung tikus putih jantan maupun betina. Bila
dibandingkan dengan kontrol aquadest, semua kelompok perlakuan tidak
menunjukkan adanya perbedaan yang berarti. Lapisan mukosa yang terdiri dari
epitel permukaan, kelenjar lambung (kelenjar kardia, pilori, dan fundus), lamina
propria, dan muskularis mukosa yang membatasi mukosa dan submukosa dalam
keadaan normal. Submukosa lambung yang terdiri dari jaringan ikat longgar tidak
terdapat kerusakan, begitu pula muskularis eksterna lambung yang terdapat
diantara submukosa dan serosa tidak terdapat perubahan. Dari data dapat
disimpulkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503
mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik terhadap perubahan struktural organ
lambung tikus putih jantan dan betina
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
2. Pemeriksaan Histologis Organ Usus Tikus Putih Jantan dan Betina
Tabel III. Perbandingan hasil pemeriksaan histologis usus tikus putih jantan kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dengan hasil uji
keterbalikan
No
1
perlakuan
Kontrol
Lapisan mukosa normal
Lapisan submukosa normal
8333
Muskularis eksterna normal
mg/kg Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
Infusa
Daun Lapisan mukosa normal
Lapisan mukosa normal
Sirsak
dosis Lapisan submukosa normal
Lapisan submukosa normal
Muskularis eksterna normal
Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
Infusa
Daun Lapisan mukosa normal
Lapisan mukosa normal
Sirsak
dosis Lapisan submukosa normal
Lapisan submukosa normal
180 mg/kg BB
4
Hasil uji keterbalikan
Aquadest dosis Lapisan submukosa normal
108 mg/kg BB
3
Perlakuan selama 30 hari
Lapisan mukosa normal
BB
2
Pengamatan histologis
Kelompok
Muskularis eksterna normal
Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
Infusa
Daun Lapisan mukosa normal
Lapisan mukosa normal
Sirsak
dosis Lapisan submukosa normal
Lapisan submukosa normal
301 mg/kg BB
Muskularis eksterna normal
Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
Terdapat potongan cacing di
lumen usus
5
Infusa
Daun Lapisan mukosa normal
Lapisan mukosa normal
Sirsak
dosis Lapisan submukosa normal
Lapisan submukosa normal
503 mg/kg BB
Muskularis eksterna normal
Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
Tabel IV. Perbandingan hasil pemeriksaan histologis usus tikus putih betina kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dengan hasil uji
keterbalikan
No
1
Kelompok
perlakuan
Kontrol
8333
Muskularis eksterna normal
mg/kg Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
Infusa
Daun Lapisan mukosa normal
Lapisan mukosa normal
Sirsak
dosis Lapisan submukosa normal
Lapisan submukosa normal
Muskularis eksterna normal
Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
Infusa
Daun Lapisan mukosa normal
Lapisan mukosa normal
Sirsak
dosis Lapisan submukosa normal
Lapisan submukosa normal
Muskularis eksterna normal
Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
Infusa
Daun Lapisan mukosa normal
Lapisan mukosa normal
Sirsak
dosis Lapisan submukosa normal
Lapisan submukosa normal
301 mg/kg BB
5
Lapisan mukosa normal
Lapisan submukosa normal
180 mg/kg BB
4
Hasil uji keterbalikan
Aquadest dosis Lapisan submukosa normal
108 mg/kg BB
3
Perlakuan selama 30 hari
Lapisan mukosa normal
BB
2
Pengamatan histologis
Muskularis eksterna normal
Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
Infusa
Daun Lapisan mukosa normal
Lapisan mukosa normal
Sirsak
dosis Lapisan submukosa normal
Lapisan submukosa normal
503 mg/kg BB
Muskularis eksterna normal
Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal
Lapisan serosa normal
Gambaran histologis organ usus tikus jantan dan betina kelompok kontrol
aquadest dosis 8333 mg/kg BB terlihat pada gambar 11, 12, dan 13. Usus terdiri
dari jaringan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan jaringan serosa.
Mukosa usus terdiri dari vili, lamina propria merupakan lapisan intermediet dari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
mukosa, dan muskularis mukosa yang merupakan lapisan terluar mukosa.
Epitelium mukosa (Gambar 12) terdiri dari berbagai sel kelenjar yaitu sel
absorptif atau sel enterosit, sel goblet, sel paneth, sel enteroendokrin, dan sel M.
Submukosa berada di antara muskularis mukosa dan muskularis eksterna
yang terdiri dari jaringan ikat longgar. Sedangkan muskularis eksterna merupakan
lapisan yang mengelilingi lapisan submukosa yang tersusun dari otot polos tebal.
Serosa merupakan penutup yang menyelubungi permukaan luar dari usus halus.
Gambar 11. Histologis organ usus tikus jantan kelompok kontrol
aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,
perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm)
muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 12. Histologis organ usus tikus jantan kelompok kontrol aquadest
dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran
400X. Keterangan: (bb) brush border, (gc) goblet cell, (e) enterosit
Gambar 13. Histologis organ usus tikus betina kelompok kontrol aquadest
dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 100X.
Keterangan: (se) surface ephitelium, (lp) lamina propria (sm) submukosa,
(mm) muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa
62
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
Kelompok kontrol aquadest diberi aquadest dengan dosis 8333 mg/kgBB.
Pada pemeriksaan histologis usus tikus putih jantan maupun betina kelompok
kontrol negatif aquadest tidak terjadi perubahan. Dinding sel usus yang terdiri dari
lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa dalam keadaan yang
normal. Hal ini menunjukkan tikus putih jantan dan betina yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan hewan uji yang sehat.
Kelompok perlakuan infusa daun sirsak tikus jantan dan betina dosis 108
mg/kg BB menunjukkan bahwa lapisan dinding usus, yaitu lapisan mukosa,
submukosa, muskularis eksterna, dan serosa dalam batas normal. Hal ini terlihat
dari gambaran histologis usus yang terlihat tidak terjadi perubahan dan bila
dibandingkan dengan kelompok kontrol aquadest, hasil gambaran histologis tidak
menunjukkan adanya perbedaan. Data ini menunjukkan bahwa pemberian infusa
daun sirsak dosis 108 mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik.
Pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak tikus jantan dan betina dosis
180 mg/kg BB tidak terjadi perubahan setelah 30 hari. Lapisan yang menyusun
dinding usus terlihat normal sehingga menunjukkan bahwa pemberian infusa daun
sirsak dosis 180 mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 14. Histologis organ usus tikus jantan kelompok perlakuan
infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklineosin, perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm)
muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa
Gambar 15. Histologis organ usus tikus jantan kelompok perlakuan
infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB dengan infeksi cacing, pewarnaan
menggunakan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X. Keterangan: (m)
mukosa, (sm) submukosa, (mm) muskularis mukosa, (me) muskularis
eksterna, (s) serosa, cacing pada lumen usus dan dikelilingi eosinofil
64
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
Gambaran histologis organ usus tikus putih jantan kelompok perlakuan
infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB dapat dilihat pada gambar 14 dan 15. Pada
kelompok perlakuan ini, ditemukan potongan cacing pada lumen usus salah satu
tikus putih jantan (Gambar 15). Cacing termasuk dalam parasit. Parasit adalah
suatu organisme yang hidup di atas atau di dalam organisme lain (Levine, 1990).
Di dalam lamina propria terdapat elemen sistem imun, yaitu nodul limpa, limfosit,
makrofag, sel plasma, dan eosinofil (Ross, 2006). Pada usus yang terdapat
potongan cacing, terdapat eosinofil. Hal ini berarti terjadi mekanisme pertahanan
usus terhadap antigen yaitu cacing. Cacing dapat masuk ke dalam saluran
pencernaan tikus bukan disebabkan oleh infusa daun sirsak yang dikonsumsi
tikus, tetapi karena dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal tikus yang kurang
bersih.
Gambar 16. Histologis organ usus tikus betina kelompok perlakuan infusa
daun sirsak dosis 503 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,
perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm)
muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66
Data histologis organ usus tikus jantan dan betina kelompok perlakuan
infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB dalam batas normal. Lapisan penyusun
dinding usus seperti lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa
tidak mengalami perubahan (gambar 16). Hal ini menunjukkan perlakuan infusa
daun sirsak dosis 503 mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik pada organ usus
tikus putih jantan dan betina.
Kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503
mg/kg BB menunjukkan tidak adanya perubahan sel dan jaringan pada organ usus
tikus putih jantan maupun betina bila dibandingkan dengan kontrol aquadest.
Hasil ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180;
301; dan 503 mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik terhadap perubahan
struktural organ usus tikus putih jantan dan betina.
E. Uji Keterbalikan
Uji keterbalikan dilakukan untuk mengetahui sifak efek toksik yang
ditimbulkan oleh infusa daun sirsak. Uji keterbalikan dilakukan dengan cara
menghentikan semua perlakuan infusa daun sirsak pada tikus putih jantan maupun
betina yang masih hidup. Uji keterbalikan ini dilakukan selama 14 hari dan tikus
dibedah pada hari ke 15 untuk dibuat preparat histologis.
Dari data histologis lambung yang telah diberhentikan dari perlakuan
infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB (gambar 17); 180; 301; dan 503 mg/kg BB
(Gambar 18), dapat dilihat lapisan yang menyusun dinding lambung normal.
Lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa tidak mengalami
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67
perubahan. Bila dibandingkan dengan tikus putih jantan maupun betina yang
diberi perlakuan infusa daun sirsak, gambaran histologis lambung tikus untuk uji
keterbalikan ini tidak ada perbedaan yang berarti, yaitu semua organ masih dalam
batas normal. Infusa daun sirsak yang diberikan selama 30 hari terbukti tidak
menimbulkan efek toksik pada organ lambung sehingga tidak dapat ditentukan
sifat efek toksik dari infusa dari daun sirsak tersebut.
Gambar 17. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok perlakuan
infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklineosin, perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm)
muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68
Gambar 18. Histologis organ lambung tikus betina
kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB dengan pewarnaan
hematosiklin-eosin, perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm)
submukosa, (mm) muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s)
serosa
Gambaran histologis usus tikus putih jantan dan betina kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB selama 30
hari tidak menimbulkan efek toksik. Setelah diberhentikan dari pejanan sediaan
uji selama 14 hari, didapatkan data histologis usus tikus putih jantan dan betina
kelompok perlakuan daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB (Gambar
19) tidak mengalami perubahan. Lapisan penyusun usus seperti mukosa,
submukosa, muskularis eksterna, dan serosa dalam batas normal. Sifat efek toksik
infusa daun sirsak terhadap organ usus tidak dapat ditentukan karena infusa daun
sirsak tidak menimbulkan efek toksik pada usus tikus selama 30 hari dan hasil uji
keterbalikan menunjukkan bahwa organ usus masih dalam batas normal.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69
Gambar 19. Histologis organ usus tikus betina kelompok kontrol aquadest
dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X.
Keterangan: lp (lamina propria) pada mukosa usus normal
F. Berat Badan Tikus Putih Jantan dan Betina Akibat Perlakuan
Infusa Daun Sirsak secara Subkronis
Pengukuran berat badan penting untuk dilakukan. Berkurangnya
pertambahan berat dapat untuk mengetahui kesehatan hewan uji dan merupakan
indeks efek toksik yang sederhana. Selain itu penimbangan berat badan hewan uji
digunakan untuk menyesuaikan volume pemberian infusa daun sirsak. Pada
penelitian ini juga didapatkan data perubahan berat badan yang dihitung setiap
minggu yaitu pada hari ke-0, 7, 14, 21, dan 28. Data berat badan hewan uji
dianalisis statistik dengan menggunakan metode General Linear Model yang
bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan infusa daun sirsak dapat
mempengaruhi berat badan secara signifikan dan mengetahui kenaikan maupun
penurunan berat badan tikus jantan dan betina. Bila p> 0,05 berarti berbeda tidak
bermakna dan apabila p<0,05 berarti berbeda bermakna. Hasil analisis berat badan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70
tikus jantan dan betina akibat perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301;
503 mg/kg BB dan kontrol aquadest 8333 mg/kgBB selama 28 hari terlihat pada
tabel 5 dan 6.
Tabel V. Hasil analisis berat badan tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak secara
subkronis
Kelompok
perlakuan
Kontrol Aquadest
8333 mg/kgBB
Infusa Daun Sirsak
108 mg/kgBB
Infusa Daun Sirsak
180 mg/kgBB
Infusa Daun Sirsak
301 mg/kgBB
Infusa Daun Sirsak
503 mg/kgBB
Purata berat badan (gram) ± SEM hari ke
0
7
14
21
28
239 ±
255,9±1 276,1±1 289,4 ± 298,6 ±
12,73
1,50
1,08
8,44
7,55
234,9±
246,5± 267,1±
279,1±
295,1±
13,11tb
8,34tb
9,33tb
11,02tb
8,94tb
237,1 ± 252,7 ± 274,4 ± 289,1 ± 303,2 ±
11,73tb
10,55tb
11,79tb
11,98tb
9,94tb
227,3 ± 256,6 ± 272,4 ± 281,6 ± 294,9 ±
15,03tb
13,67tb
9,73tb
9,05tb
9,30tb
235,8 ±
256 ±
270 ±
283,9 ± 298,2 ±
tb
tb
tb
11,95
10,78
8,07
6,65tb
6,56tb
Tabel VI. Hasil analisis berat badan tikus betina akibat perlakuan infusa daun sirsak secara
subkronis
Kelompok
perlakuan
Kontrol Aquadest
8333 mg/kgBB
Infusa Daun Sirsak
108 mg/kgBB
Infusa Daun Sirsak
180 mg/kgBB
Infusa Daun Sirsak
301 mg/kgBB
Infusa Daun Sirsak
503 mg/kgBB
Purata berat badan (gram) ± SEM hari ke
0
7
14
21
28
194,8 ± 191,4 ± 193 ±
195 ±
199,5 ±
5,15
6,57
6,25
8,39
7,83
194,4 ± 191,7 ± 196,2±
201,5 ±
206,3 ±
8,11tb
4,79tb
2,81tb
3,43tb
4,69tb
202,8 ± 202,7 ± 206 ±
212,2 ±
224 ±
tb
tb
tb
tb
9,45
6,57
7,54
8,07
7,36tb
192,5 ± 186,8 ± 188,2±
192,5 ±
202 ±
tb
tb
tb
tb
5,14
5,44
5,83
4,48
8,36tb
195,4 ± 194,7 ± 194 ±
194,1 ±
202 ±
tb
tb
tb
tb
4,21
6,00
8,60
8,97
8,36tb
Analisis statistik General Linear Model berat badan didapatkan nilai
signifikansi p > 0,05 yang menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna antara
berat badan kelompok perlakuan. Berat badan antara kelompok perlakuan infusa
daun sirsak berbeda tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71
aquadest, sehingga disimpulkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak tidak
mempengaruhi berat badan hewan uji.
350.0
Berat Badan (g)
300.0
250.0
Dosis I
200.0
Dosis II
150.0
Dosis III
100.0
Dosis IV
Kontrol Aquadest
50.0
0.0
0
7
14
21
28
35
Hari
Gambar 20. Grafik perubahan berat badan tikus jantan akibat perlakuan infusa
daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28
Keterangan:
Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB
Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB
Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB
Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB
Grafik perubahan berat badan tikus putih jantan menunjukkan berat
badan hewan uji kelompok perlakuan infusa daun sirsak 108; 180; 301; dan 503
mg/kg BB, dan kelompok kontrol aquadest mengalami peningkatan. Purata berat
badan serta kenaikan berat badan tikus putih jantan kelompok perlakuan dan
kontrol aquadest hampir sama tiap minggunya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72
250
Berat badan (g)
200
Dosis I
150
Dosis II
100
Dosis III
Dosis IV
50
Kontrol Aquadest
0
0
7
14
21
28
35
Hari
Gambar 21. Grafik perubahan berat badan tikus betina akibat perlakuan infusa
daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28
Keterangan:
Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB
Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB
Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB
Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB
Pada grafik perubahan berat badan betina akibat perlakuan infusa daun
sirsak dosis 180 mg/kg BB mengalami kenaikan berat badan setiap minggunya.
Tetapi pada tikus perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503
mg/kg BB, dan kontrol aquadest pada hari ke-7 mengalami penurunan berat
badan, setelah itu pada hari ke-14 sampai hari ke-28 mengalami peningkatan berat
badan. Hal ini mungkin dikarenakan proses adaptasi dari tikus betina pada awal
percobaan sehingga menyebabkan penurunan nafsu makan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73
G. Asupan Pakan dan Minum Tikus Putih Jantan dan Betina Akibat
Perlakuan Infusa Daun Sirsak secara Subkronis
Konsumsi makanan merupakan indikator yang berguna. Konsumsi
makanan yang nyata berkurang dapat menimbulkan efek yang mirip atau
memperberat manifestasi toksik zat uji. Pemberian pakan dan minum dilakukan
setiap hari dengan jumlah yang sama, yaitu jumlah pakan sebanyak 20 g dan
minum sebanyak 120 mL. Pakan yang digunakan adalah AD2 dan minum yang
digunakan adalah air reverse-osmosis. Jumlah pakan dan minum yang dikonsumsi
tikus diukur setiap harinya dengan menghitung selisih jumlah awal dikurangi sisa
dan dirata-rata setiap harinya. Data asupan pakan dan minum hanya dihitung
puratanya karena digunakan untuk melihat pola makan dari hewan uji.
Jumlah makan (gram)
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Hari
DOSIS 1
DOSIS 2
DOSIS 3
DOSIS 4
KONTROL AQUADEST
Gambar 22 . Grafik asupan pakan tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak hari
ke 0 sampai hari ke-28
Keterangan:
Dosis 1= Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB
Dosis 2= Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB
Dosis 3= Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB
Dosis 4= Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74
Grafik asupan pakan tikus jantan menunjukkan rata-rata konsumsi pakan
yang hampir sama dari semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108;
180; 301; dan 503 mg/kg BB dan kelompok kontrol aqudest. Tikus putih jantan
mengkonsumsi rata-rata 15-20 g per hari, dan terlihat tidak terdapat peningkatan
nafsu makan yang tinggi. Namun pada hari ke 6, terdapat penurunan konsumsi
pakan. Hal ini dikarenakan pakan yang tumpah dari wadah pakan sehingga hanya
Jumlah makan (gram)
sedikit yang dapat dikonsumsi hewan uji.
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Hari
DOSIS 1
DOSIS 2
DOSIS 3
DOSIS 4
KONTROL AQUADEST
Gambar 23. Grafik asupan pakan tikus betina akibat perlakuan infusa daun sirsak hari
ke-0 sampai hari ke-28
Keterangan:
Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB
Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB
Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB
Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB
Grafik asupan pakan tikus betina menunjukkan rata-rata konsumsi pakan
yang hampir sama dari semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108;
180; 301; dan 503 mg/kg BB dan kelompok kontrol aquadest. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak mempengaruhi pola makan
hewan uji dan perubahan berat badan yang terjadi disebabkan oleh proses
pertumbuhan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75
Jumlah minum (ml)
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Hari
DOSIS 1
DOSIS 2
DOSIS 3
DOSIS 4
KONTROL AQUADEST
Gambar 24. Grafik asupan minum tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak hari
ke-0 sampai hari ke-28
Jumlah minum (ml)
Keterangan:
Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB
Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB
Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB
Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Hari
DOSIS 1
DOSIS 2
DOSIS 3
DOSIS 4
KONTROL AQUADEST
Gambar 25. Grafik asupan minum tikus betina akibat perlakuan infusadaun sirsak hari
ke-0 sampai hari ke-28
Keterangan:
Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB
Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB
Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB
Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76
Selain data perubahan berat badan dan data asupan pakan, data asupan
minuman juga dijadikan data pendukung dalam penelitian ini. Data asupan minum
didapat dari rata-rata perhari agar terlihat pola asupan minum hewan uji. Dari
gambar 24 dan 25, terlihat pola minum semua kelompok perlakuan normal karena
tidak ada peningkatan atau penurunan pola minum jika dibandingkan dengan
kontrol aquadest. Maka dapat dikatakan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak
mempengaruhi pola minum hewan uji.
Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
daun sirsak jika digunakan dalam jangka panjang. Hasil penelitian toksisitas
subkronis infusa daun sirsak yang diberikan selama 30 hari dengan dosis 108;
180; 301; dan 503 mg/kg terhadap tikus jantan dan betina galur Sprague Dalwey
menunjukkan tidak adanya efek toksik yang ditimbulkan terhadap perubahan
struktural lambung dan usus tikus serta tidak mempengaruhi pola makan dan
minum tikus.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; 503 mg/kg BB secara
subkronis tidak mengakibatkan efek toksik pada perubahan struktural
organ lambung dan usus tikus putih jantan maupun betina.
2. Tidak ada kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan spektrum
efek toksik pada lambung dan usus tikus.
3. Tidak terjadi efek toksik dari infusa daun sirsak dan tidak dapat ditentukan
keterbalikannya pada histologis lambung dan usus tikus.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian mengenai toksisitas subkronis penggunaan
infusa daun sirsak dengan rentang waktu yang lebih lama, misalnya 3 bulan.
77
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Amzu, 2001, Kanker lenyap berkat sirsak, AgroMedia Pustaka, Jakarta, p. 4.
Arthur, F.K.N., Woode, E., Terlabi, E.O., and Larbie, C., 2011, Evaluation of
acute and subchonic toxicity of Annona Muricata (Linn.) aqueous extrat in
animals, Pelagia Research Library, 4, 115-124.
Baratawidjaja, K.G., dan Rengganis, I., 2010, Imunologi Dasar, Edisi IX, Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, pp. 435-446.
Constanzo, L.S., 2002, Physiology, 2nd ed.,Elsevier, Philadelphia, p. 313.
Dale,
M.M., Foreman, J.C., and Fan, T.P.D., 1994, Textbook of
Immunopharmacology, 3rd ed., Blackwell Scientific Publications, Oxford,
pp. 61-62.
Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1989, Materia Medika Indonesia, jilid VI, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 41-45.
Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta, p. 1.
Donatus, I.A., 2001, Toksikologi Dasar, Laboratorium Farmakologi dan
Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pp.
7, 201, 202.
Eroschenko, V.P., 2008, Di Fiores’s atlas of histology with functional
correlations, 11th ed, Lippincott Williams&Wilkins, Philadelphia, pp. 292298.
Fofana, S., Ziyaev, R., Abdusamatov, A., and S. Kh. Zakirov, S.K., 2011,
Alkaloids from Annona muricata leaves, Chemistry of Natural
Compounds, 47, 2-5.
Fox, Stuart, 2011, Human Physiology, 12th ed., McGraw-Hill, New York, p.614.
78
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79
Gajalakshmi, S., Vijayalakshmi, S., and Devi, R.V., 2012, Phytochemical and
Pharmacological Properties of Annona muricata: A Review, Int J Pharm
Pharm Sci, 4, 3-6.
McPhee, S. J. and Ganong, W. F., 2006, Pathophysiology of Disease, An
Introduction to Clinical Medicine, 5th ed., McGraw-Hill, United State of
America, pp. 352-353.
Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006, Textbook of medical physiology, 11th ed.,
Elsevier, Philadelphia, pp. 785-786.
Haryati, N., 2003, Menentukan Kadar Air dengan Metode Lemari Pengering,
Destilasi Toluene dan Infra Merah, Skripsi, 5,Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Hodgson, E., 2004, A Textbook of Modern Toxicology, 3rd ed, A John Willey &
Sons, Canada, pp. 364-369.
Johnson, K. E., 1994, Histology & Cell Biology, diterjemahkan oleh Gunawijaya,
A., Binarupa Aksara, Jakarta, p. 463.
Junqueria, L.C., Carneiro, J., and Kelley, R.O., 1997, Basic Histology, 8th ed,
diterjemahkan oleh Tambayong, J., EGC, Jakarta, pp. 291-309.
Kumar, Vinay, 2009, Robbins & Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th ed,
diterjemahkan oleh Brahm, U., EGC, Jakarta, pp. 851-852.
Leeson, C. R., 1996, Textbook of histology, 5th ed, diterjemahkan oleh
Tambayong, Y., EGC, Jakarta, pp. 350-359.
Levine, N. D., 1990, Textbook of Veterinary Parasitology, diterjemahkan oleh
Ashadi, G., Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, p. 3.
Lu, F.C., 1995, Basic Toxicology: fundamentals, target organ, and risk assesment,
Edisi II, diterjemahkan oleh Nugroho, E., UI Press, Jakarta, pp. 47-48.
Martini, F.H., 1997, Human Anatomy, 2nd ed., Prentice Hall, USA, pp. 626-651.
Mills, S.E., 2007, Histology for Pathologist, 3rd ed., Lippincott Williams and
Wilkins, Philadelphia, pp. 592-63.
Plantamor,
2008,
Annona
muricata
L.,
http://www.plantamor.com/index.php?plant=106, diakses tanggal 17
Maret 2012.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80
Ross, M.H. and Pawlina W., 2006, Histology: a text and atlas with correlated cell
and molecular biology, Ed V, Lippincott Williams and Wilkins, Florida,
pp. 519 – 551.
Sherwood, L., 2011, Human physiology: from cells to systems, 6th ed,
diterjemahkan oleh Brahm, U.P., EGC, Jakarta, pp. 654-678.
Sousa, O.V., Vieria, G.D.V., Pinho, J.J.R.G., Yamamoto, C.H., Alves, M.S.,
2010, Antinociceptive and Anti-Inflammatory Activities of the Ethanol
Extract of Annona muricata L. Leaves in Animal Models, Int. J. Mol. Sci.,
11, 2067-2078.
Steenis, C.G.G.J.C., 1992, Flora: Untuk Sekolah di Indonesia, Pradnya Paramita,
Jakarta.
Stine, K.E. and Brown, T.M., 1996, Principles of Toxicolog, CR Press inc, New
York, pp. 1-10.
Telser, A.G., and Young, J.K., 2007, Elsevier’s Integrated Histology, Mosby
Elsevier, Philadelphia, pp. 320-322.
Turana, Y., 2002, Suatu Obat, Tidak Lepas dari Efek Samping, suatu tinjauan
pustaka, MEDIKA, No 9, 596-598.
Wibowo, D.S., dan Widjaya, P., 2009, Anatomi Tubuh Manusia, Graha Ilmu
Publishing, Jakarta, p. 337.
Young, B., 2006, Wheater’s Functional Histology, A text and Colour Atlas, 5th
ed., Elsevier, Philadelphia, p. 263.
Zaman, V. and Mary, N.M., 2008, Atlas of Medical Parasitology, 4th ed, Elsevier,
Singapore, p. xv.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tanaman Sirsak dan Daun Sirsak (Annona muricata L.)
Foto tanaman sirsak (Annona muricata L.)
Foto Daun Sirsak (Annona muricata L.)
81
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Serbuk daun sirsak
Lampiran 2. Determinasi Daun Sirsak (Annona muricata L.)
82
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 3. Pengesahan Determinasi Daun Sirsak (Annona muricata L.)
83
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 4. Ethics Committee Approval
84
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 5. Alat untuk Destilasi Toluen
Lampiran 6. Perhitungan Rendemen
Bobot daun basah : 184,0 g
Bobot daun kering : 53,9 g
Bobot serbuk
: 41,4 g
% rendemen
=
=
Lampiran 7. Perhitungan Bobot Tetap
Bobot tetap serbuk I
: 39,3 g
Bobot tetap serbuk II
: 39,3 g
85
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86
Lampiran 8. Perhitungan Kadar Air Daun Sirsak
Bobot sebelum pemanasan
: 50 g
Volume dalam penampung
:
Replikasi I
: 4,8 mL
Replikasi II
: 4,9 mL
Replikasi III
: 4,8 mL
Kadar air
Replikasi I
:
Replikasi II
:
Replikasi III
:
Rata-rata kadar air
: 9,7% (memenuhi syarat yaitu kurang dari 10%)
Lampiran 9. Infusa Daun Sirsak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87
Lampiran 10. Perhitungan Dosis Infusa Daun Sirsak pada Kelompok
Perlakuan
Peringkat
dosis
yang
digunakan
berdasarkan
pada
pengobatan
masyarakat sehari-hari yaitu kurang dari 10 lembar daun sisak. Dosis pada
perlakuan diambil dari dosis empirik yaitu 2 g/70kgBB manusia. Konversi
manusia (70 kg ke tikus 200 g) adalah 0,018.
Dosis untuk 200 g tikus
= 0,018 x 2 g
= 0,036 g/200 gBB tikus
Dosis untuk 1 kg tikus
=
g/kgBB tikus
= 180 mg/kg BB tikus
Untuk perhitungan dosis tertinggi berdasarkan:
1. konsentrasi : 6 g/ 100 mL
2. pemberian infusa menggunakan ½ volume maksimal pemberian peroral
yaitu 2,5 mL
3. bobot tertinggi tikus : 300 g
D=
= 6 g/100 mL x 2,5 mL : 300 g = 0,5 mg/g BB tikus
= 500 mg/kg BB tikus
Kemudian dihitung faktor pengali untuk peringkat dosis perlakuan.
Faktor pengali
=
=
= 1,67
Dosis terapi dijadikan sebagai peringkat dosis kedua, untuk peringkat
dosis pertama dosis 0,18 mg/kgBB dibagi 1,67. Dosis ketiga dosis 0,18 mg/kgBB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88
dikali 1,67 dan dosis keempat dihitung dari dosis ketiga dikali 1,67, sehingga
diperoleh 4 peringkat dosis yaitu:
Dosis I = 108 mg/kg BB tikus
Dosis II = 180 mg/kg BB tikus
Dosis III = 301 mg/kg BB tikus
Dosis IV = 503 mg/kg BB tikus
Lampiran 11. Konversi Dosis Tikus ke Manusia
Konversi Tikus 200 g ke manusia 70 kg = 56,0
Dosis untuk manusia = Dosis untuk tikus 200 g x (angka konversi ke manusia)
Dosis infusa daun sirsak untuk manusia :
1. Infusa daun sirsak 108 mg/kgBB tikus :
108mg/kg x 200 g = 21,6 mg/ 200g = 0,0216g/ 200gBB
0,0216g/ 200gBB x 56,0 = 1,2096g/ 70 kgBB manusia
2. Infusa daun sirsak 180 mg/kgBB tikus
180mg/kg x 200 g = 36,0 mg/ 200g = 0,036g/ 200 gBB
0,036g/ 200g x 56,0 = 2,016g/ 70 kgBB manusia
3. Infusa daun sirsak 301 mg/kgBB tikus
301 mg/kg x 200 g = 60,2 mg/ 200g = 0,0602g/ 200 gBB
0,0602g/ 200gBB x 56,0 = 3,3712g/ 70 kgBB manusia
4. Infusa daun sirsak 503 mg/kgBB tikus
503 mg/kg x 200 g = 100,6 mg/ 200g = 0,1006g/ 200 gBB
0,1006g/ 200gBB x 56,0 = 5,6336g/ 70 kgBB manusia
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89
Lampiran 12. Data Rata-Rata Berat Badan Tikus Jantan Hari ke-0 sampai
ke-28
Hari ke
Kelompok perlakuan
0
7
14
21
28
Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB
234,9 246,5 267,1 279,1 295,1
Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB
237,1 252,7 274,4 289,1 303,2
Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB
227,3 256,6 272,4 281,6 294,9
Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB
235,8 256
270
283,9 298,2
Kontrol Aquadest 8333 mg/kgBB
239 255,9 276,1 289,4 298,6
Lampiran 13. Data Rata-Rata Berat Badan Tikus Betina Hari ke-0 sampai
ke-28
Hari ke
Kelompok Perlakuan
0
7
14
21
28
Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB
194,4 191,7
196,2
201,5 206,3
Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB
202,8 202,7
206
212,2
224
Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB
192,5 186,8
188,2
192,5
197
Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB
195,4 194,7
194
194,1
202
Kontrol Aquadest 8333 mg/kgBB
194,8 191,4
193
195,8 199,5
Lampiran 14. Hasil uji General Linear Model (multivariate) Berat Badan
Tikus Jantan Hari ke-0 sampai ke-28 Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak
Means
Case Processing Summary
Cases
Included
Excluded
Total
Per
cen
N
Berat Badan hari ke-0
*
Kelompok Perlakuan
Berat Badan hari ke-7
Kelompok Perlakuan
*
t
25
25
100
.0%
100
.0%
N
Percent
N
Percent
0
.0%
25
100.0%
0
.0%
25
100.0%
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Berat Badan hari ke-14 *
25
Kelompok Perlakuan
Berat Badan hari ke-21 *
25
Kelompok Perlakuan
Berat Badan hari ke-28 *
25
Kelompok Perlakuan
100
.0%
100
.0%
100
.0%
0
.0%
25
100.0%
0
.0%
25
100.0%
0
.0%
25
100.0%
90
Report
Berat Badan Berat Badan Berat Badan
Kelompok Perlakuan
Infusa
Daun
Sirsak
mg/kgBB
hari ke-0
108 Mean
N
Std.
Deviation
Std. Error
of Mean
Infusa
Daun
Sirsak
mg/kgBB
180 Mean
N
Std.
Deviation
Std. Error
of Mean
Infusa
Daun
Sirsak
mg/kgBB
301 Mean
N
Std.
Deviation
Std. Error
of Mean
Infusa
mg/kgBB
Daun
Sirsak
503 Mean
N
Std.
Deviation
hari ke-7
hari ke-14
Berat Badan Berat Badan
hari ke-21
hari ke-28
234.9400
246.5000
267.1200
279.1400
295.0600
5
5
5
5
5
29.30654
18.65449
20.85970
24.63966
19.98695
13.10628
8.34254
9.32874
11.01919
8.93843
237.1200
252.7200
274.3800
289.0800
303.1800
5
5
5
5
5
26.22312
23.58341
26.35663
26.78371
22.22346
11.72734
10.54682
11.78704
11.97804
9.93863
227.2800
256.6400
272.4400
281.6400
294.9200
5
5
5
5
5
33.60658
30.57569
21.75495
20.24483
20.78911
15.02932
13.67387
9.72911
9.05376
9.29717
235.8000
256.0200
270.0400
283.8600
298.2200
5
5
5
5
5
26.71835
24.09672
18.03741
14.87105
14.66959
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Std. Error
of Mean
Kontrol
Aquadest
mg/kgBB
8333 Mean
Deviation
Std. Error
of Mean
Total
11.94881
10.77638
8.06657
6.65053
6.56044
239.0400
255.9400
276.0800
289.4400
298.5800
5
5
5
5
5
28.46556
25.72058
24.78310
18.87917
16.88659
12.73018
11.50259
11.08334
8.44302
7.55191
234.8360
253.5640
272.0120
284.6320
297.9920
25
25
25
25
25
26.77449
22.98887
20.83797
20.06310
17.71339
5.35490
4.59777
4.16759
4.01262
3.54268
N
Std.
Mean
N
Std.
Deviation
91
Std. Error
of Mean
ANOVA Table
Sum of
Squares
Berat Badan hari ke-0 * Between Groups
(Combi
Kelompok Perlakuan
ned)
404.618
Mean
df
Square
4 101.154 .120
Within Groups
16800.340
20 840.017
Total
17204.958
24
358.758
4
Berat Badan hari ke-7 * Between Groups
(Combi
Kelompok Perlakuan
ned)
89.689 .146
Within Groups
12324.960
20 616.248
Total
12683.718
24
250.798
4
Berat Badan hari ke-14 * Between Groups
(Combi
Kelompok Perlakuan
ned)
62.700 .123
Within Groups
10170.508
20 508.525
Total
10421.306
24
Berat Badan hari ke-21 * Between Groups
(Combi
Kelompok Perlakuan
ned)
Within Groups
413.058
9247.616
F
4 103.265 .223
20 462.381
Sig.
.974
.963
.972
.922
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Total
Berat Badan hari ke-28 * Between Groups
(Combi
Kelompok Perlakuan
ned)
9660.674
24
226.734
4
7303.604
20 365.180
Total
7530.338
24
Eta
Berat
Badan
hari
ke-0
*
ke-7
*
Kelompok Perlakuan
Berat
Badan
hari
Kelompok Perlakuan
Berat Badan hari ke-14 *
Kelompok Perlakuan
Berat Badan hari ke-21 *
Kelompok Perlakuan
Berat Badan hari ke-28 *
Kelompok Perlakuan
Eta Squared
.153
.024
.168
.028
.155
.024
.207
.043
.174
.030
General Linear Model
Between-Subjects Factors
Value Label
Kelompok Perlakuan
1
Infusa
Daun
Sirsak
108
N
5
mg/kgBB
2
Infusa
Daun
Sirsak
180
5
mg/kgBB
3
56.684 .155
Within Groups
Measures of Association
Infusa
Daun
Sirsak
301
mg/kgBB
5
92
.958
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
Infusa
Daun
Sirsak
503
5
Aquadest 8333
5
93
mg/kgBB
5
Kontrol
mg/kgBB
Multivariate Tests
Effect
Intercept
Value
F
Hypothesis df Error df
Sig.
Pillai's Trace
.997
1.201E3
a
5.000
16.000
.000
Wilks' Lambda
.003
1.201E3
a
5.000
16.000
.000
375.298
1.201E3
a
5.000
16.000
.000
375.298
1.201E3
a
5.000
16.000
.000
Hotelling's
Trace
Roy's Largest
Root
Kelompok_perlakuan
c
Pillai's Trace
.385
.405
20.000
76.000
.987
Wilks' Lambda
.662
.357
20.000
54.016
.993
.442
.321
20.000
58.000
.997
b
5.000
19.000
.579
Hotelling's
Trace
Roy's Largest
Root
.204
.777
a. Exact statistic
b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.
c. Design: Intercept + Kelompok_perlakuan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent
Source
Variable
Corrected Model
Berat Badan hari
ke-0
Berat Badan hari
ke-7
Type III Sum
Mean
of Squares
df
Square
F
Sig.
404.618
a
4
101.154
.120
.974
358.758
b
4
89.689
.146
.963
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Berat Badan hari
ke-14
Berat Badan hari
ke-21
Berat Badan hari
ke-28
Intercept
Berat Badan hari
ke-0
Berat Badan hari
ke-7
Berat Badan hari
ke-14
Berat Badan hari
ke-21
Berat Badan hari
ke-28
Kelompok_perlakuan
Berat Badan hari
ke-0
Berat Badan hari
ke-7
Berat Badan hari
ke-14
Berat Badan hari
ke-21
Berat Badan hari
ke-28
Error
Berat Badan hari
ke-0
Berat Badan hari
ke-7
Berat Badan hari
ke-14
Berat Badan hari
ke-21
94
c
4
62.700
.123
.972
413.058
d
4
103.265
.223
.922
226.734
e
4
56.684
.155
.958
1378698.672
1
1607367.552
1
1849763.204
1
2025384.386
1
2219980.802
1
404.618
250.798
1378698.67 1.641E
2
3
1607367.55 2.608E
2
3
1849763.20 3.638E
4
3
2025384.38 4.380E
6
3
2219980.80 6.079E
.000
.000
.000
.000
.000
2
3
4
101.154
.120
.974
358.758
4
89.689
.146
.963
250.798
4
62.700
.123
.972
413.058
4
103.265
.223
.922
226.734
4
56.684
.155
.958
16800.340
20
840.017
12324.960
20
616.248
10170.508
20
508.525
9247.616
20
462.381
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Berat Badan hari
7303.604
20
1395903.630
25
1620051.270
25
1860184.510
25
2035045.060
25
2227511.140
25
17204.958
24
12683.718
24
10421.306
24
9660.674
24
7530.338
24
ke-28
Total
Berat Badan hari
ke-0
Berat Badan hari
ke-7
Berat Badan hari
ke-14
Berat Badan hari
ke-21
Berat Badan hari
ke-28
Corrected Total
Berat Badan hari
ke-0
Berat Badan hari
ke-7
Berat Badan hari
ke-14
Berat Badan hari
ke-21
Berat Badan hari
ke-28
95
365.180
a. R Squared = .024 (Adjusted R Squared = -.172)
b. R Squared = .028 (Adjusted R Squared = -.166)
c. R Squared = .024 (Adjusted R Squared = -.171)
d. R Squared = .043 (Adjusted R Squared = -.149)
e. R Squared = .030 (Adjusted R Squared = -.164)
Lampiran 15. Hasil uji General Linear Model (multivariate) Berat Badan
Tikus Betina Hari ke-0 sampai ke-28 Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak
Means
Case Processing Summary
Cases
Included
Excluded
Total
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
N
Berat Badan hari ke-0
*
Kelompok Perlakuan
Berat Badan hari ke-7
*
Kelompok Perlakuan
Berat Badan hari ke-14
*
Kelompok Perlakuan
Berat Badan hari ke-21
*
Kelompok Perlakuan
Berat Badan hari ke-28
*
Kelompok Perlakuan
Percent
N
Percent
N
96
Percent
25
100.0%
0
.0%
25
100.0%
25
100.0%
0
.0%
25
100.0%
25
100.0%
0
.0%
25
100.0%
25
100.0%
0
.0%
25
100.0%
25
100.0%
0
.0%
25
100.0%
Report
Berat Badan Berat Badan Berat Badan
Kelompok Perlakuan
Infusa
Daun
Sirsak
mg/kgBB
hari ke-0
108 Mean
N
Std.
Deviation
Std. Error of
Mean
Infusa
Daun
Sirsak
mg/kgBB
180 Mean
N
Std.
Deviation
Std. Error of
Mean
Infusa
Daun
Sirsak
mg/kgBB
301 Mean
N
Std.
Deviation
Std. Error of
Mean
Infusa
Daun
Sirsak
503 Mean
hari ke-7
hari ke-14
Berat Badan Berat Badan
hari ke-21
hari ke-28
194.4000
191.6600
196.1800
201.4800
206.2600
5
5
5
5
5
18.13574
10.71812
6.27989
7.67835
10.47869
8.11055
4.79329
2.80845
3.43386
4.68621
198.0600
202.0200
201.3200
205.9800
213.7800
5
5
5
5
5
21.13748
14.69956
16.86022
18.05580
16.45257
9.45297
6.57384
7.54012
8.07480
7.35781
192.5000
186.7800
188.1800
192.5400
196.9800
5
5
5
5
5
11.49848
12.17280
13.03215
10.02487
13.57892
5.14228
5.44384
5.82816
4.48326
6.07268
195.4400
194.7400
194.0400
194.1200
202.0200
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
mg/kgBB
N
Std.
Deviation
Std. Error of
Mean
Kontrol
Aquadest
8333 Mean
mg/kgBB
N
Std.
Deviation
Std. Error of
Mean
Total
Mean
N
Std.
Deviation
Std. Error of
Mean
97
5
5
5
5
5
9.41371
13.42378
19.23962
20.05261
18.69176
4.20994
6.00330
8.60422
8.96780
8.35921
194.8000
191.4000
193.0200
195.8400
199.5200
5
5
5
5
5
11.51564
14.69303
13.97183
18.76774
17.51134
5.14995
6.57092
6.24839
8.39319
7.83131
195.0400
193.3200
194.5480
197.9920
203.7120
25
25
25
25
25
13.84070
13.12672
13.98511
15.25590
15.48075
2.76814
2.62534
2.79702
3.05118
3.09615
Sum of
Mean
ANOVA Table
Squares
Berat
Badan
hari
ke-0
* Between Groups
Kelompok Perlakuan
Berat
Badan
hari
(Comb
ined)
ke-7
80.996
df
Square
4
20.249
Within Groups
4516.564
20 225.828
Total
4597.560
24
* Between Groups
(Comb
634.600
4 158.650
Within Groups
3500.860
20 175.043
Total
4135.460
24
Kelompok Perlakuan
ined)
Berat Badan hari ke-14 * Between Groups
(Comb
Kelompok Perlakuan
ined)
458.338
4 114.585
Within Groups
4235.664
20 211.783
Total
4694.002
24
F
Sig.
.090
.985
.906
.479
.541
.707
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Berat Badan hari ke-21
* Between Groups
(Comb
626.610
4 156.653
Within Groups
4959.208
20 247.960
Total
5585.818
24
Kelompok Perlakuan
ined)
Berat Badan hari ke-28 * Between Groups
(Comb
Kelompok Perlakuan
ined)
868.062
4 217.016
Within Groups
4883.624
20 244.181
Total
5751.686
24
Measures of Association
Eta
Berat Badan hari ke-0 *
Kelompok Perlakuan
Berat Badan hari ke-7 *
Kelompok Perlakuan
Berat Badan hari ke-14 *
Kelompok Perlakuan
Berat Badan hari ke-21
*
Kelompok Perlakuan
Berat Badan hari ke-28 *
Kelompok Perlakuan
Eta Squared
.133
.018
.392
.153
.312
.098
.335
.112
.388
.151
General Linear Model
Between-Subjects Factors
Value Label
Kelompok Perlakuan
1
Infusa
Daun
Sirsak
108
mg/kgBB
N
5
98
.632
.646
.889
.489
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
Infusa
Daun
Sirsak
180
99
5
mg/kgBB
3
Infusa
Daun
Sirsak
301
5
mg/kgBB
4
Infusa
Daun
Sirsak
503
5
Aquadest 8333
5
mg/kgBB
5
Kontrol
mg/kgBB
Multivariate Tests
Effect
Intercept
Value
Hypothesis df
Error df
Sig.
a
5.000
16.000
.000
.004 9.008E2
a
5.000
16.000
.000
281.510 9.008E2
a
5.000
16.000
.000
281.510 9.008E2
a
5.000
16.000
.000
.583
.648
20.000
76.000
.863
.507
.613
20.000
54.016
.886
.801
.580
20.000
58.000
.911
b
5.000
19.000
.142
Wilks'
Lambda
Trace
F
.996 9.008E2
Pillai's Trace
Hotelling's
c
Roy's
Largest
Root
Kelompok_perlakuan
Pillai's Trace
Wilks'
Lambda
Hotelling's
Trace
Roy's
Largest
.500
1.901
Root
a. Exact statistic
b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.
c. Design: Intercept + Kelompok_perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent
Source
Variable
Corrected Model
Berat Badan
hari ke-0
Berat Badan
hari ke-7
Berat Badan
hari ke-14
Berat Badan
hari ke-21
Berat Badan
hari ke-28
Intercept
Berat Badan
hari ke-0
Berat Badan
hari ke-7
Berat Badan
hari ke-14
Berat Badan
hari ke-21
Berat Badan
hari ke-28
Kelompok_perlakuan
Berat Badan
hari ke-0
Berat Badan
hari ke-7
Berat Badan
hari ke-14
Berat Badan
hari ke-21
Berat Badan
hari ke-28
Error
Berat Badan
hari ke-0
Type III Sum of
Squares
Mean
df
Square
F
Sig.
80.996
a
4
20.249
.090
.985
634.600
b
4 158.650
.906
.479
c
4 114.585
.541
.707
626.610
d
4 156.653
.632
.646
868.062
e
4 217.016
.889
.489
458.338
951015.040
1
934315.560
1
946223.108
1
980020.802
1
1037464.474
1
80.996
4
951015. 4.211E
040
3
934315. 5.338E
560
3
946223. 4.468E
108
3
980020. 3.952E
802
3
1037464 4.249E
.000
.000
.000
.000
.000
.474
3
20.249
.090
.985
634.600
4 158.650
.906
.479
458.338
4 114.585
.541
.707
626.610
4 156.653
.632
.646
868.062
4 217.016
.889
.489
4516.564
20 225.828
100
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Berat Badan
hari ke-7
Berat Badan
hari ke-14
Berat Badan
hari ke-21
Berat Badan
hari ke-28
Total
Berat Badan
hari ke-0
Berat Badan
hari ke-7
Berat Badan
hari ke-14
Berat Badan
hari ke-21
Berat Badan
hari ke-28
Corrected Total
Berat Badan
hari ke-0
Berat Badan
hari ke-7
Berat Badan
hari ke-14
Berat Badan
hari ke-21
Berat Badan
hari ke-28
3500.860
20 175.043
4235.664
20 211.783
4959.208
20 247.960
4883.624
20 244.181
955612.600
25
938451.020
25
950917.110
25
985606.620
25
1043216.160
25
4597.560
24
4135.460
24
4694.002
24
5585.818
24
5751.686
24
a. R Squared = .018 (Adjusted R Squared = -.179)
b. R Squared = .153 (Adjusted R Squared = -.016)
c. R Squared = .098 (Adjusted R Squared = -.083)
d. R Squared = .112 (Adjusted R Squared = -.065)
e. R Squared = .151 (Adjusted R Squared = -.019)
101
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
102
Lampiran 16. Data Asupan Pangan Tikus Jantan
Perlakuan
Hari
Infusa Daun
Sirsak 108
mg/kgBB
Infusa Daun
Sirsak 180
mg/kgBB
Infusa Daun
Sirsak 301
mg/kgBB
Infusa Daun
Sirsak 503
mg/kgBB
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
15.7
16.3
18
18
17.2
15.7
16.2
17.3
18.1
17.8
17.6
18.3
16.7
17.3
17.7
18.4
18
18.9
18.4
18.6
16.9
19.5
19.6
19.9
19.6
19.8
20
19.5
16.8
18.4
18.4
19.3
17.3
18.6
15.3
18.8
18.2
17.8
18.1
18.4
18
18.5
19.1
18.6
19
19.1
19.2
19.9
19.2
19.5
19.9
19.8
19.9
19.7
19.5
19
17.7
18.6
19
17
17.3
17.7
18.4
17.6
19.1
17.8
18.5
18.5
13.9
16.6
17.1
18.1
16.2
17.4
16
15.8
17.2
17.5
17.5
18.8
17.6
18
17.9
18.2
18
18.7
18.9
18.8
18.4
12.2
19.1
18.7
18.1
17.4
16.6
16.7
17.4
15.7
16.8
17.4
16.7
17.8
17.3
17.5
17.3
18.2
18.8
19.3
19.5
19.5
19.9
19.6
Kontrol
Aquadest
8333
mg/kgBB
17.3
18.3
18
18.3
17.9
17
18.4
16.9
17.6
17.6
18.1
18.6
17.9
17.9
19.1
19.4
17.7
19.8
19.4
19.1
17.9
17
16.2
19
18.7
18.3
18.9
18.6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
103
Lampiran 17. Data Asupan Pangan Tikus Betina
Perlakuan
Hari
Infusa Daun
Sirsak 108
mg/kgBB
Infusa Daun
Sirsak 180
mg/kgBB
Infusa Daun
Sirsak 301
mg/kgBB
Infusa Daun
Sirsak 503
mg/kgBB
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
9.16
10.8
10.6
10.7
12.2
12.2
12
12.1
13
12.6
14.1
12.7
12.7
12.7
14.1
13.8
14.8
14.7
14.3
14.1
13.6
16.1
16.2
14.7
15
14.7
13.5
13.6
10.9
10.5
12.4
9.9
12.6
13.5
12.8
15.3
11.3
14
15.1
15.7
10.7
14.6
16.4
15.5
12.6
17.5
14.5
15.7
11.9
14.5
14.8
17
15.2
15.4
16.4
16.3
11
10.1
11.2
10.5
13.2
9.7
8.5
11.3
11.4
11.4
12.5
10.6
12.7
12.4
12
13.5
14.3
13.8
11.9
13.9
13.6
14.8
10.6
14.6
12.8
12.6
13.2
13.8
9
10.4
12.7
10.9
12.7
18.8
12.4
12.7
13.3
12.3
11.8
11.6
11.2
11.9
11.3
11.7
10.9
12.7
10.9
10.9
12.4
13.7
13.5
14.7
14.2
14.5
13.8
14.2
Kontrol
Aquadest
8333
mg/kgBB
7.4
10.7
14.7
12.1
12.1
11.1
11.1
12.1
12.5
14
12.9
14.1
13.4
12.9
13.7
12.6
13.3
14.8
12.1
11.4
13.1
13.3
12
14.4
14.6
14.5
14
14.2
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 18. Data Asupan Minum Tikus Jantan
Perlakuan
Hari
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Infusa
Daun
Sirsak 108
mg/kgBB
Infusa
Daun
Sirsak 180
mg/kgBB
Infusa
Daun
Sirsak 301
mg/kgBB
Infusa
Daun
Sirsak 503
mg/kgBB
Kontrol
Aquadest
8333
mg/kgBB
30
22
18
22
28
24
25
28
30
29
27
27
26
25
35
28
40
27
33
30
31
40
28
35
28
36
25
31
26
26
30
21
28
24
23
35
29
30
25
29
25
33
32
22
35
28
37
31
30
37
25
31
35
35
23
28
32
23
23
24
26
25
27
29
31
24
22
29
23
22
35
24
26
28
28
28
29
37
26
27
29
33
22
27
30
26
28
20
25
24
25
35
29
35
21
29
23
25
33
21
31
28
29
23
29
35
28
30
29
32
24
27
27
21
31
26
30
22
26
32
28
37
24
34
22
26
33
28
33
26
34
24
27
34
31
28
27
31
28
30
104
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 19. Data Asupan Minum Tikus Betina
Perlakuan
Hari
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Infusa
Daun
Sirsak 108
mg/kgBB
Infusa
Daun
Sirsak 180
mg/kgBB
Infusa
Daun
Sirsak 301
mg/kgBB
Infusa Daun
Sirsak 503
mg/kgBB
Kontrol
Aquadest
8333
mg/kgBB
21
17
29
27
25
22
17
30
28
22
19
22
17
20
29
21
28
24
22
25
25
36
22
25
21
25
19
25
27
27
22
16
31
20
26
33
24
33
25
25
20
29
31
22
30
29
33
32
26
33
27
27
29
32
23
32
30
16
16
28
28
16
18
29
24
25
16
22
22
19
26
19
28
22
24
21
23
34
16
27
23
26
22
23
26
22
23.75
18
30
21
23
34
30
30
24
28
22
24
30
21
32
27
26
27
27
39
25
30
29
32
26
25
26
16
23
18
31
18
23
33
31
31
23
29
25
26
32
22
30
23
32
24
25
30
23
26
27
30
23
24
105
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 20. Gambar Histologis Lambung Tikus
J14 perbesaran 100x
tidak ada perubahan
JI4 perbesaran 400x
tidak ada perubahan
B41 perbesaran 400x
tidak ada perubahan
B41 perbesaran 100x
tidak ada perubahan
BK4 perbesaran 400x
tidak ada perubahan
BK4 perbesaran 100x
tidak ada perubahan
106
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
K2 perbesaran 100x
tidak ada perubahan
K2 perbesaran 400x
tidak ada perubahan
Lampiran 21. Gambar Histologis Usus Tikus
J34 perbesaran 100x
Tidak ada perubahan
J34 perbesaran 400x
Tidak ada perubahan
K2 perbesaran 100x
Tidak ada perubahan
K2 perbesaran 400x
Tidak ada perubahan
107
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B45 perbesaran 400x
Tidak ada perubahan
B45 perbesaran 100x
Tidak ada perubahan
BK3 perbesaran 100x
Tidak ada perubahan
BK3 perbesaran 400x
Tidak ada perubahan
J32 perbesaran 100x
Enteritis
108
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
109
Lampiran 22. Hasil Diagnosa Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak
(Annona muricata L.) terhadap Perubahan Struktur Histologis Lambung dan
Usus Tikus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
110
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
111
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian
Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.) secara
Subkronis terhadap Gambaran Histologis Lambung
dan Usus Tikus” mempunyai nama Elisabeth Raras
Pramudita Raharjaningtyas, merupakan anak pertama dari
dua bersaudara pasangan Drs. Gatot Supriyo Dwi
Hantoro, M. Eng dan Theresia Anik Sri Mulyati dilahirkan di Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta pada 10 April 1991. Pendidikan formal yang telah
ditempuh, yaitu pendidikan prasekolah dasar di TK Tri Pusara Rini (1996-1997),
pendidikan dasar di SD Kanisius Demangan Baru (1997-2003), pendidikan
menengah di SMP Negeri 8 Yogyakarta (2003-2006), dan pendidikan lanjutan di
SMA Negeri 9 Yogyakarta (2006-2009). Penulis mulai menempuh pendidikan
sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun
2009. Selama kuliah, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan
dalam bidang organisasi dan kepanitiaan, diantaranya menjadi Co-Fasilitator pada
PPKM I tahun 2011, menjadi Sie Acara dalam Pharmacy Competition 2010,
menjadi Sie Bandzen pada Titrasi 2010, dan menjadi Koordinator Dana dan
Usana pada Pelepasan Wisuda tahun 2010. Beberapa seminar telah diikuti oleh
penulis
diantaranya
Biofarmasetika (2013).
penulis
juga
pernah
menjadi
Asisten
Praktikum
Download