PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) SECARA SUBKRONIS TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS LAMBUNG DAN USUS TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Diajukan oleh: E. Raras Pramudita Raharjaningtyas NIM : 098114040 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 i PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Persetujuan Pembimbing PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) SECARA SUBKRONIS TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS LAMBUNG DAN USUS TIKUS Skripsi yang diajukan oleh : E. Raras Pramudita Raharjaningtyas NIM : 098114040 telah disetujui oleh: Pembimbing Utama tanggal ………………………… Phebe Hendra Msi, PhD. Apt ii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Pengesahan Skripsi Berjudul PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) SECARA SUBKRONIS TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS LAMBUNG DAN USUS TIKUS Oleh: E. Raras Pramudita Raharjaningtyas NIM: 098114040 Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Pada tanggal: Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Dekan Ipang Djunarko, M.Sc.,Apt Pembimbing Utama: …………………………. Phebe Hendra Msi, PhD. Apt Panitia Penguji: 1. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. …………………………. 2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. …………………………. 3. Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt …………………………. iii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kupersembahkan karya ini untuk: Tuhan Yesus Kristus Papa Gatot, Mama Anik, Adik Lukas Johanes Putra Wicaksono Pembimbing yang selalu mendampingi, Ibu Phebe Hendra Sahabat dan teman seperjuangan Almamaterku Universitas Sanata Dharma iv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : E. Raras Pramudita Raharjaningtyas Nomor mahasiswa : 098114040 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul: PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) SECARA SUBKRONIS TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS LAMBUNG DAN USUS TIKUS Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada), dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 30 Mei 2013 Yang menyatakan (E. Raras Pramudita Raharjaningtyas) v PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. Yogyakarta, 30 Mei 2013 Penulis E. Raras Pramudita Raharjaningtyas vi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatNya sehingga penulis berhasil menyelesaikan karya tulis “Pengaruh pemberian infusa daun sirsak (Annona muricata L.) secara subkronis terhadap gambaran histologis lambung dan usus tikus”. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan semangat dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 2. Ibu Phebe Hendra Msi, PhD. Apt selaku Dosen Pembimbing yang selalu mendampingi dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 3. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji yang selalu memberikan perhatian, arahan, bimbingan dan masukan yang sangat berguna 4. Bapak Ipang Djunarko, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji yang selalu membimbing dan memberikan masukan yang berguna. 5. Segenap dosen Fakultas Farmasi Sanata Dharma yang telah membagikan ilmu kepada penulis. 6. Teman-teman kelompok penelitian, Christiana Lambang Kristanti, Meitha Eryanti, Sr. Imelda Korbafo, Veronika Dita Ayuningtyas, Niken Ambar Sayekti, dan Apriliawati Galuh Ajeng, yang saling membantu dan memberi semangat hingga selesainya penulisan skripsi ini. vii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7. Kepala dan Staff Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi serta Staff Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma, drh. Ari, Mas Heru, Mas Tedjo, Mas Kayat, Mas Wagiran, Mas Parjiman, Mas Andri, dan Mas Ratijo, yang selalu membantu peneliti dengan sabar. 8. Kepala dan Staff Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Ibu Sitarina, Bapak Bambang, Ibu Asih, Bapak Yon, Bapak Ulik, dan Bapak Dwi, yang telah membantu dalam pembuatan serta diagnosis preparat histologis. 9. Sahabatku Melantina Maria, Lucia Nino Widiasmoro Dewati, Felicita Noviani Tyas Utami, Felicita Devi, dan Ignatia Bintang, yang selalu mendengarkan keluh kesah dan memberikan semangat. 10. Teman-teman angkatan 2009, khususnya kelas FSM A dan FKK A atas segala kebersamaan selama masa perkuliahan. 11. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu dalam memberikan bantuan, baik bantuan secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis viii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................................ i PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii PENGESAHAN SKRIPSI BERJUDUL ................................................................ iii PERSEMBAHAN .................................................................................................. iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .....................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi PRAKATA ............................................................................................................ vii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii INTISARI...............................................................................................................xx ABSTRACT ........................................................................................................... xxi BAB I. PENGANTAR .............................................................................................1 A. Latar Belakang ................................................................................................1 1. Permasalahan ...........................................................................................3 2. Keaslian penelitian ..................................................................................3 3. Manfaat penelitian ...................................................................................4 ix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI a. Manfaat teoritis ...................................................................................4 b. Manfaat praktis....................................................................................4 B. Tujuan Penelitian..........................................................................................4 1. Tujuan umum...........................................................................................4 2. Tujuan khusus ..........................................................................................4 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA......................................................................6 A. Daun Sirsak ..................................................................................................6 1. Sistematika tanaman ................................................................................6 2. Morfologi .................................................................................................6 3. Kandungan kimia .....................................................................................7 4. Khasiat dan kegunaan ..............................................................................7 5. Infusa daun sirsak ....................................................................................7 B. Organ Pencernaan ........................................................................................8 1. Lambung ................................................................................................11 2. Usus halus ..............................................................................................19 3. Usus besar ..............................................................................................26 C. Patofisiologi Penyakit ................................................................................29 1. Patofisiologi penyakit lambung .............................................................29 2. Patofisiologi penyakit usus halus dan usus besar ..................................32 D. Toksikologi.................................................................................................36 x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. Definisi ..................................................................................................36 2. Mekanisme, wujud, dan sifat efek toksik ..............................................37 3. Uji toksisitas subkronis..........................................................................40 E. Keterangan Empiris ....................................................................................41 BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................42 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................42 B. Variabel Penelitian .....................................................................................42 C. Definisi Operasional ...................................................................................43 D. Bahan dan Alat Penelitian ..........................................................................43 1. Bahan penelitian ....................................................................................43 2. Alat penelitian .......................................................................................44 E. Tata Cara Penelitian ...................................................................................45 1. Determinasi pohon sirsak ......................................................................45 2. Pengumpulan bahan ...............................................................................45 3. Pembuatan serbuk daun sirsak ...............................................................45 4. Penetapan kadar air dalam daun sirsak ..................................................45 5. Pembuatan infusa daun sirsak................................................................46 6. Penetapan dosis infusa daun sirsak ........................................................46 7. Persiapan kandang .................................................................................47 8. Persiapan hewan uji ...............................................................................47 xi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9. Pengelompokan hewan uji .....................................................................47 F. 10. Prosedur pelaksanaan ........................................................................48 11. Pengamatan .......................................................................................48 12. Pembuatan preparat histologis ..........................................................49 13. Pemeriksaan histologis lambung dan usus ........................................49 Analisis Hasil .............................................................................................50 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................51 A. Determinasi Tanaman ................................................................................51 B. Pembuatan Simplisia Daun Sirsak .............................................................51 C. Penetapan Kadar Air dalam Daun Sirsak ...................................................52 D. Pemeriksaan Histologis Organ Lambung dan Usus Tikus Putih Jantan dan Betina Akibat Pemberian Infusa Daun Sirsak secara Subkronis ........53 1. Pemeriksaan histologis organ lambung tikus putih jantan dan betina ...54 2. Pemeriksaan histologis organ usus tikus putih jantan dan betina..........59 E. Uji Keterbalikan .........................................................................................66 F. Berat Badan Tikus Putih Jantan dan Betina Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak secara Subkronis ....................................................................69 G. Asupan Pakan dan Minum Tikus Putih Jantan dan Betina Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak secara Subkronis ........................................73 BAB V....................................................................................................................77 xii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI A. Kesimpulan.................................................................................................77 B. Saran ...........................................................................................................77 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................78 LAMPIRAN ...........................................................................................................81 BIOGRAFI PENULIS .........................................................................................111 xiii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR TABEL Halaman Tabel I. Hasil pemeriksaan histologis lambung tikus putih jantan kelompok perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dan 45 hari ..................................................................................... 54 Tabel II. Hasil pemeriksaan histologis lambung tikus putih betina kelompok perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dan 45 hari ..................................................................................... 55 Tabel III. Hasil pemeriksaan histologis usus tikus putih jantan kelompok perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dan 45 hari ..................................................................................... 59 Tabel IV. Hasil pemeriksaan histologis usus tikus putih betina kelompok perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dan 45 hari ..................................................................................... 60 Tabel V. Hasil analisis berat badan tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak secara subkronis ......................................................................... 70 Tabel VI. Hasil analisis berat badan tikus betina akibat perlakuan infusa daun sirsak secara subkronis ......................................................................... 70 xiv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Histologi saluran pencernaan .............................................................. 10 Gambar 2. Penyusun dinding lambung ................................................................. 12 Gambar 3. Bagian-bagian usus halus .................................................................... 21 Gambar 4. Penyusun dinding usus halus .............................................................. 22 Gambar 5. Histologi dinding usus halus yang menunjukkan mukosa dengan karakterisasi vili dan muskularis mukosa ........................................... 23 Gambar 6. Penyusun dinding usus besar .............................................................. 28 Gambar 7. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok kontrol aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 100X.................................................................................. 56 Gambar 8. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok kontrol aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X.................................................................................. 56 Gambar 9. Histologis organ lambung tikus betina kelompok kontrol aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 100X............................................................................... 57 Gambar 10.Histologis organ lambung tikus betina kelompok kontrol aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X............................................................................... 57 xv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Gambar 11. Histologis organ usus tikus jantan kelompok kontrol aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 100X. ................................................................................................ 61 Gambar 12. Histologis organ usus tikus jantan kelompok kontrol aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X. ................................................................................................ 62 Gambar 13. Histologis organ usus tikus betina kelompok kontrol aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 100X ................................................................................................. 62 Gambar 14. Histologis organ usus tikus jantan kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 0.301 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 100X............................................................................... 64 Gambar 15. Histologis organ usus tikus jantan kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB dengan infeksi cacing, pewarnaan menggunakan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X ...................... 64 Gambar 16. Histologis organ usus tikus betina kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 100X. ............................................................................ 65 Gambar 17. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklineosin, perbesaran 100X. ................................................................... 67 xvi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Gambar 18. Histologis organ lambung tikus betina kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklineosin, perbesaran 100X. ................................................................... 68 Gambar 19. Histologis organ usus tikus betina kelompok kontrol aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X. ................................................................................................ 69 xvii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Tanaman Sirsak dan Daun Sirsak (Annona muricata L.) ................. 81 Lampiran 2. Determinasi Daun Sirsak (Annona muricata L.) .............................. 82 Lampiran 3. Pengesahan Determinasi Daun Sirsak (Annona muricata L.) .......... 83 Lampiran 4. Ethics Committee Approval ............................................................. 84 Lampiran 5. Alat untuk Destilasi Toluen .............................................................. 85 Lampiran 6. Perhitungan Rendemen ..................................................................... 85 Lampiran 7. Perhitungan Bobot Tetap .................................................................. 85 Lampiran 8. Perhitungan Kadar Air Daun Sirsak ................................................. 86 Lampiran 9. Infusa Daun Sirsak............................................................................ 86 Lampiran 10. Perhitungan Dosis Infusa Daun Sirsak pada Kelompok Perlakuan 87 Lampiran 11. Konversi Dosis Tikus ke Manusia .................................................. 88 Lampiran 12. Data Rata-Rata Berat Badan Tikus Jantan Hari ke-0 sampai ke-28 89 Lampiran 13. Data Rata-Rata Berat Badan Tikus Betina Hari ke-0 sampai ke-2889 Lampiran 14. Hasil uji General Linear Model (multivariate) Berat Badan Tikus Jantan Hari ke-0 sampai ke-28 ....................................................... 89 Lampiran 15. Hasil uji General Linear Model (multivariate) Berat Badan Tikus Betina Hari ke-0 sampai ke-28 ....................................................... 95 Lampiran 16. Data Asupan Pangan Tikus Jantan ............................................... 102 Lampiran 17. Data Asupan Pangan Tikus Betina ............................................... 103 Lampiran 18. Data Asupan Minum Tikus Jantan ............................................... 104 Lampiran 19. Data Asupan Minum Tikus Betina ............................................... 105 xviii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 20. Gambar Histologis Lambung Tikus ............................................. 106 Lampiran 21. Gambar Histologis Usus Tikus ..................................................... 107 Lampiran 22. Hasil Diagnosa Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.) terhadap Perubahan Struktur Histologis Lambung dan Usus Tikus ............................................................. 109 xix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI INTISARI Penelitian ini mengenai pengaruh perlakuan infusa daun sirsak (Annona muricata L.) secara subkronis terhadap gambaran histologis lambung dan usus tikus. Tujuannya untuk mengungkap spektrum efek toksik infusa daun sirsak terhadap perubahan wujud struktural organ lambung dan usus tikus, kekerabatan dosis dengan efek toksik yang ditimbulkan dan sifat efek toksik. Penelitian menggunakan metode eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Lima puluh ekor tikus putih jantan dan betina galur Sprague-Dawley dibagi secara acak dalam 5 kelompok perlakuan. Kelompok I merupakan kelompok kontrol aquadest dosis 8,333 mg/kgBB, kelompok II-V adalah kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; 503 mg/kg BB tikus dengan pemberian sehari 1 kali selama 30 hari. Pada hari ke-31, 5 tikus dari tiap kelompok diambil secara acak, dikorbankan untuk diambil lambung dan ususnya, lalu dibuat preparat histologis dan anggota kelompok yang masih hidup diuji keterbalikan. Pemeriksaan histologis menunjukkan perlakuan infusa daun sirsak pada semua peringkat dosis tidak menimbulkan efek toksik pada perubahan struktural organ lambung dan usus tikus, serta tidak mempengaruhi absorpsi pakan dan minum. Tidak ada kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan spektrum efek toksik dan tidak dapat ditentukan keterbalikannya pada histologis lambung dan usus tikus karena tidak terjadi efek toksik pada perlakuan infusa daun sirsak. Kata kunci: daun sirsak, toksisitas, subkronis, lambung, usus xx PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRACT This research is about treatment effect of soursop (Annona muricata L.) leaves infusa in subchronic against rat’s stomach and intestine histology. It aims to know the toxic effect spectrum soursop leaves infusa on rat’s stomach and intestine histology, the relation between dose and toxic effect which occured, and to evaluate the reversibility of toxic effect. The research conducted pure experimental with completely randomized one direction design. Fifty Sparaque-Dawley rat were devided randomly into five groups. Group I as aquadest control dose 8,333 mg/kgBB, group II-V were given infusa of soursop leaves doses 108; 180; 301; 503 mg/kgBB once a day for thirty days, on the 31st, five rats from each group were taken randomly, its stomach and intestine were taken to be histological preparations. The other members of the group tested reversibility. Histological examination showed treatment infusa soursop leaves at all ranks doses do not cause toxic effects on structural changes of gastric and intestinal organs of rats, and do not affect the absorption of food and drink. There is no relationship between dose infusa soursop leaves with spectrum and toxic effects. It cannot be determined reversibility on gastric and intestinal histologic rats because toxic effects did not occur at the treatment infusa soursop leaves. Key Words: soursop leaves, toxicities, subchronic, stomach, intestine xxi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pemanfaatan tanaman untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit telah menjadi budaya di masyarakat Indonesia. Beberapa tanaman obat telah terbukti secara empiris dengan perjalanan waktu yang lama untuk mengobati berbagai macam penyakit. Daun sirsak di masyarakat digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit yaitu anti diare, rematologikal, anti neuralgik, antispasmodik, astringen, diabetes, hepatoprotektif terhadap karbontetraklorida dan asetaminofen, serta sebagai antikanker (Arthur, Woode, Terlabi, Larbie, 2011). Daun sirsak sebagai antikanker sedang populer di masyarakat saat ini. Dalam penggunaan di masyarakat sebagai antikanker, daun sirsak banyak dikonsumsi dalam bentuk rebusan dengan frekuensi lebih dari satu kali dan dalam jangka panjang sehingga perlu dilakukan serangkaian uji farmakologi dan toksisitas, salah satunya uji toksisitas subkronis. Uji toksisitas subkronis merupakan uji ketoksikan suatu senyawa yang diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama kurang dari tiga bulan. Uji toksisitas subkronis merupakan uji yang penting dalam penilaian ketoksikan suatu senyawa yang digunakan dalam jangka panjang. Parameter pengamatan dan pemeriksaan dalam uji toksisitas subkronis meliputi perubahan berat badan, asupan makanan, gejala-gejala klinis, pemeriksaan hematologi, pemeriksaan kimia darah, analisis urin, dan pemeriksaan histopatologi. Hasil uji 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2 toksisitas subkronis ini akan memberikan informasi tentang efek toksik senyawa uji dan organ-organ yang dipengaruhi (Donatus, 2001). Pada penelitian ini, daun sirsak yang diberikan dalam perlakuan dibuat dalam bentuk sediaan infusa. Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit (Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010). Bentuk sediaan infusa lebih mendekati rebusan dan lebih mudah dibuat oleh masyarakat. Sediaan daun sirsak sebagai antikanker dikonsumsi secara oral dan dalam jangka panjang di masyarakat. Senyawa yang terkandung di dalam daun sirsak sebagian besar akan diabsorpsi di saluran pencernaan. Organ lambung dan usus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berfungsi untuk pencernaan dan penyerapan suatu senyawa di dalam tubuh. Fungsi lambung dan usus ini sangat penting bagi hidup suatu spesies sehingga muncul gagasan untuk mengetahui ketoksikan dan sifat efek toksik infusa daun sirsak yang dikonsumsi dalam jangka panjang. Uji toksisitas subkronis pada penelitian ini untuk mengetahui efek toksik dan sifat efek toksik yang ditimbulkan akibat penggunaan infusa daun sirsak dalam jangka panjang dimana penekanan ditujukan untuk mengevaluasi spektrum efek toksik sediaan uji pada organ lambung dan usus yang berperan penting dalam pencernaan dan penyerapan suatu senyawa. Spektrum efek toksik yang diamati berupa perubahan wujud struktural karena menilai dari preparat histologis organ lambung dan usus. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3 1. Permasalahan a. Apakah pemberian infusa daun sirsak secara subkronis bersifat toksik terhadap perubahan struktural lambung dan usus yang dinilai dari histologis lambung dan usus tikus? b. Adakah hubungan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan efek toksisitas subkronis pada lambung dan usus? c. Apakah spektrum efek toksik infusa daun sirsak pada lambung dan usus tikus bersifat keterbalikan? 2. Keaslian penelitian Penelitian yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan daun sirsak adalah evaluation of acute and subchronic toxicity of Annona muricata L. aqueous extract in animals (Arthur et al., 2011) dengan hasil yang menunjukkan bahwa A. muricata pada dosis lebih rendah menyebabkan hipoglikemik dan hipolipidemik dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan kerusakan ginjal sampai gagal ginjal. Dosis tinggi juga bisa menyebabkan efek negatif pada fungsi rahim. Terjadi peningkatan yang signifikan berat organ relatif lambung pada tikus betina yang diberi ekstrak air daun sirsak dosis 1000 mg/kgBB. Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya efek toksik pada lambung. Penelitian terhadap usus tidak dilakukan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4 3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kefarmasian dan pengobatan tradisional khususnya tentang daun sirsak. b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang toksisitas subkronis penggunaan infusa daun sirsak terhadap perubahan struktural lambung dan usus pada penggunaan jangka panjang. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya efek toksik subkronis terhadap perubahan wujud struktural lambung dan usus akibat pemakaian infusa daun sirsak. 2. Tujuan khusus a. Mengungkapkan spektrum efek toksik sediaan uji terhadap perubahan wujud struktural organ lambung dan usus yang dilihat dari histologis lambung dan usus. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5 b. Mengungkapkan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan spektrum efek toksik yang terjadi. c. Mengevaluasi keterbalikan spektrum efek toksik infusa daun sirsak pada lambung dan usus tikus. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Daun Sirsak 1. Sistematika tanaman Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Magnolidae Ordo : Magnoliales Famili : Annonaceae Genus : Annona Spesies : Annona muricata L. (Plantamor, 2008). 2. Morfologi Daun berbau, agak keras, rasa agak kelat. Daun tunggal, warna kehijauan sampai hijau kecoklatan, helaian daun seperti kulit, bentuk bundar panjang, lanset atau bundar telur terbalik, panjang helaian daun 6 cm sampai 18 cm, lebar 2 cm sampai 6 cm. Ujung daun meruncing pendek, pangkal daun runcing, tepi rata, panjang tangkai daun lebih kurang 0,7 cm. Permukaan licin agak mengkilat, 6 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7 tulang daun menyirip, ibu tulang daun menonjol pada permukaan bawah (Departemen Kesehatan, 1989). 3. Kandungan kimia Daun sirsak mengandung alkaloid seperti aporphine alkaloids anonaine, isolaureline, xylopine, dan benzyltetrahydroisoquinoline alkaloid coclaurine (Fofana, Ziyaev, Abdusamatov, Zakirov, 2011), saponin, flavonoid (Arthur et al., 2011), tanin, glikosida, dan annonaceous acetogenin (Gajalakshmi, Vijayalakshmi, Devi, 2012). 4. Khasiat dan kegunaan Daun sirsak terdapat minyak esensial yang berguna untuk parasitidal, anti diare, rematologikal, dan anti neuralgik. Infusa daun mempunyai kemampuan antispasmodik, astringen, merawat diabetes dan lambung, serta penyakit kuning. Daun sirsak juga merupakan hepatoprotektif terhadap karbontetraklorida dan asetaminofen yang diinduksi kerusakan hati. Ektrak etanol daun sirsak merupakan antibakterial terhadap beberapa strain dari E. coli (Arthur et al., 2011), sebagai antinosiseptik dan anti inflamasi (Sousa, Vieria, Pinho, Yamamoto, Alves, 2010). Daun dan batang Annona muricata L. mempunyai sitotoksisitas (Amzu, 2011). 5. Infusa daun sirsak Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90ºC selama 15 menit. Pembuatan infus merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan lunak seperti daun dan bunga. Dapat diminum panas atau dingin. Pembuatan infusa adalah dengan mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8 dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90ºC sambil sekali-sekali diaduk-aduk. Saring melalui kain flanel, tambahkan air secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki (Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010). B. Organ Pencernaan Panjang saluran pencernaan sekitar 9 m dan meluas dari mulut ke anus. Saluran ini melintasi rongga dada dan rongga perut masuk pada diafragma. Anus terletak di bagian inferior dari rongga panggul. Organ saluran pencernaan meliputi rongga mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus kecil, dan usus besar (Fox, 2011). Fungsi dari sistem pencernaan adalah untuk memecah makanan untuk penyerapan ke dalam tubuh. Proses ini terjadi dalam lima tahap utama: menelan, fragmentasi, pencernaan, penyerapan dan pembuangan produk pencernaan. Proses pencernaan dimana makanan secara enzimatis dipecah menjadi molekul yang cukup kecil untuk diserap ke dalam sirkulasi (Young, 2006). Lapisan utama saluran pencernaan meliputi mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa. Lapisan saluran pencernaan sering berupa lipatan melintang atau membujur (gambar 1). Lipatan ini berfungsi untuk perluasan lumen setelah makan dan meningkatkan luas permukaan yang tersedia untuk penyerapan. Saluran membuka ke permukaan epitel yang membawa sekresi sel kelenjar yang terletak di mukosa dan submukosa (Martini, 1997). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9 Lapisan yang mendasari jaringan ikat longgar disebut lamina propria. Lamina propria mengandung pembuluh darah, saraf sensorik, pembuluh limfatik, serabut otot polos, dan daerah yang tersebar jaringan limfatik. Di sebagian besar saluran pencernaan bagian terluar dari lamina propria adalah ban sempit dari otot polos dan serat elastis. Ban ini disebut muskularis mukosa. Serabut otot polos dalam muskularis mukosa disusun dalam dua lapisan tipis konsentris (gambar 1). Lapisan dalam mengelilingi lumen (yang otot melingkar), dan lapisan luar mengandung serat otot yang sejajar dengan panjang saluran tersebut (lapisan membujur). Kontraksi lapisan ini mengubah bentuk lumen dan menggerakkan epitel dan lipatan (Martini, 1997). Submukosa adalah lapisan jaringan ikat longgar yang mengelilingi mukosa muskularis. Pembuluh darah besar dan limfatik ditemukan di lapisan ini, dan di beberapa daerah submukosa juga mengandung kelenjar eksokrin yang mengeluarkan buffer dan enzim ke dalam lumen saluran pencernaan. Sepanjang batas luarnya, submukosa berisi jaringan serat saraf dan sel-sel saraf yang tersebar. Pleksus submukosa ini mengandung sel saraf sensorik, ganglia parasimpatis, dan serat posganglionik simpatis (gambar 1) (Martini, 1997). Pleksus submukosa terletak di sepanjang batas bagian dalam muskularis eksterna, yang didominasi oleh serat otot polos. Serabut otot polos dari muskularis eksterna terdiri dari bagian dalam yaitu lapisan melingkar dan luar yaitu lapisan membujur (gambar 1). Lapisan ini memainkan peran penting dalam pengolahan mekanik dan pergerakan material di sepanjang saluran pencernaan. Gerakan ini dikoordinasikan terutama oleh neuron dari pleksus mienterik. Jaringan ganglia PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10 parasimpatis dan serat posganglionik simpatis terletak terjepit di antara lapisan otot melingkar dan longitudinal. Stimulasi parasimpatis meningkatkan aktivitas otot, dan stimulasi simpatis mempromosikan relaksasi (Martini, 1997). Sepanjang bagian dari saluran pencernaan dalam rongga peritoneal, muskularis eksterna ditutupi serosa (gambar 1). Muskularis eksterna dari rongga mulut, faring, kerongkongan, dan rektum dikelilingi oleh jaringan padat serat kolagen yang menempel saluran pencernaan ke lapisan yang berdekatan. Jaringan ikat ini disebut adventitia (Martini, 1997). Gambar 1. Histologi saluran pencernaan (Martini, 1997) Makanan masuk dari esofagus, dicernakan oleh sekresi lambung untuk membentuk kimus. Makanan lewat dari lambung ke dalam usus halus, tempat terjadinya kebanyakan pencernaan dan absorpsi bahan-bahan makanan. Kimus dinetralisir dan dicampur dengan enzim cerna pankreas dan bahan pengemulsi hati yang merangsang pencernaan lemak di duodenum. Pada usus besar, bahan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11 makanan yang tidak dicernakan mengalami dehidrasi dan dicampur dengan lendir. Feses keluar tubuh melalui rektum dan kanalis analis (Johnson, 1994). 1. Lambung Lambung adalah rongga seperti kantung berbentuk J yang terletak antara esofagus dan usus halus. Organ ini dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan perbedaan anatomik, histologis, dan fungsional. Fundus adalah bagian lambung yang terletak di atas lubang esofagus. Bagian tengah atau utama lambung adalah korpus. Lapisan otot polos di fundus dan korpus relatif tipis, tetapi bagian bawah lambung, antrum, memiliki otot yang jauh lebih tebal. Bagian sfingter pilorus, yang bekerja sebagai sawar antara lambung dan bagian atas usus halus. (Sherwood, 2011). Sel epitel kolumnar terdapat seluruh bagian lambung. Epitel adalah lembaran sekretori yang menghasilkan mukus yang menutupi permukaan interior perut. Lapisan mukus memberikan perlindungan terhadap asam dan enzim dalam lumen lambung. Cekungan dangkal, disebut gastric pit, terbuka ke permukaan lambung (gambar 2) (Martini, 1997). Dalam fundus dan body lambung, masing-masing gastric pit berhubungan dengan beberapa kelenjar lambung sampai ke dalam lamina propria mendasarinya. Kelenjar lambung (gambar 2) merupakan kelenjar tubular bercabang yang didominasi oleh dua jenis sel sekretori: sel parietal dan sel chief. Bersama-sama mereka mengeluarkan sekitar 1500 mL jus lambung setiap hari (Martini, 1997). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12 Gambar 2. Penyusun dinding lambung (Martini, 1997) a. Mukosa Mukosa lambung terdiri atas epitel permukaan yang menekuk dengan kedalaman bervariasi ke dalam lamina propria, membentuk foveola gastrika (gastric pit). Ke dalam sumur-sumur ini bermuara kelenjar-kelenjar tubular bercabang (kardia, fundus, dan pilorus) yang khas bagi masing-masing daerah lambung (Junqueria, 1997). Lamina propria mengandung anyaman halus yang dibentuk oleh serat-serat kolagen dan retikulin dengan sedikit fibroblas atau sel retikuler (Leeson, 1996). Selapis otot polos, yaitu muskularis mukosa, memisahkan mukosa dari submukosa di bawahnya. Lapisan ini terdiri atas kelompok serat-serat longitudinal luar dan serat-serat sirkular dekat ke lumen (Junqueria, 1997). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13 Berdasarkan perbedaan-perbedaan pada kelenjar dan sumur, dapat dibedakan tiga zona: 1) Kelenjar kardia Kelenjar kardia hanya terdapat pada daerah yang terletak 2 sampai 4 cm dari muara kardia. Sel-sel yang menyusun kelenjar terutama terdiri atas sel-sel penghasil mukus dan mirip dengan sel kardia esofagus tetapi juga terdapat sedikit sel parietal penghasil asam dan beberapa sel enteroendokrin (Leeson, 1996). 2) Kelenjar fundus Kelenjar mukosa fundus memiliki foveola yang menempati kurang dari seperempat dari ketebalan mukosa. Kelenjar ini terbagi menjadi tiga bagian: basal, leher dan ismus. Bagian basal terdiri dari sel-sel zimogen (mensekresi pepsinogen). Bagian ismus dari kelenjar mengandung sel parietal yang dominan (asam dan mensekresi faktor intrinsik). Bagian leher dari kelenjar fundus mengandung campuran sel zimogen dan parietal (Mills, 2007). 3) Kelenjar pilorus Kelenjar pilorus pendek, biasanya berdiameter relatif lebar dan bergelung, sehingga kelenjar-kelenjar tersebut jarang terpotong memanjang. Terdapat sel parietal dan sel enteroendokrin yang menghasilkan hormon. Sebagian besar selnya terdiri atas sel-sel yang menghasilkan mukus (Leeson, 1996). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14 Di lambung terdapat sel epitel lambung, yaitu : 1) Sel epitel permukaan (sel-sel mukus) Epitel selapis silindris yang melapisi seluruh lambung juga meluas ke dalam sumur-sumur atau foveola. Epitel selapis silindris ini berawal di kardia, di sebelah epitel berlapis esofagus, dan pada pilorus melanjutkan diri menjadi epitel usus (Leeson, 1996). 2) Sel zimogen (Chief cell) Sel zimogen merupakan sel utama pada bagian bawah kelenjar tubular dan memiliki semua ciri sel penghasil protein dan sel pengekspor. Granul yang terdapat dalam sitoplasmanya mengandung enzim pepsinogen yang tidak aktif. Bila pepsinogen tidak aktif dilepaskan dalam lingkungan asam lambung, maka proenzim dikonversi menjadi enzim proteolitik pepsin yang sangat aktif. Sel ini juga menghasilkan enzim lipase pada manusia (Junqueria, 1997). 3) Sel parietal (oksintik) Terutama terdapat dalam belahan atas kelenjar lambung, sel-sel parietal lebih jarang di bagian basal kelenjar. Mereka berbentuk bulat atau piramid. Ciri yang paling mencolok adalah kanalikuli intraseluler, berupa invaginasi permukaan yang dalam disertai mikrovili. Sel parietal menghasilkan HCl, KCl, sedikit elektrolit, dan faktor intrinsik lambung, yaitu suatu glikoprotein yang terikat dengan vitamin B12 dan membantu absorpsi vitamin ini dalam usus halus (Junqueria, 1997). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15 4) Sel mukus leher Sel ini berkelompok atau terdapat satu-satu di antara sel parietal di bagian leher kelenjar lambung, berbentuk tidak teratur, dengan inti di basal sel. Sel ini menghasilkan mukus asam, berbeda dengan mukus netral yang dibentuk oleh sel mukus permukaan (Junqueria, 1997). 5) Sel endokrin Sel ini berjumlah banyak, terutama di daerah antrum pilori dan umumnya ditemukan pada dasar kelenjar. Sel-sel enteroendokrin serupa dengan sel endokrin yang mensekresi peptida (Leeson, 1996). b. Submukosa Submukosa terletak antara muskularis mukosa dan muskularis eksterna dan juga membentuk inti dari rugae lambung. Submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar, di mana serat elastis banyak ditemukan. Submukosa mengandung pembuluh darah, pembuluh limfa dan saraf perifer dari pleksus submukosa (Mills, 2007). c. Muskularis Eksterna Muskularis eksterna dari lambung dibentuk oleh tiga lapisan otot polos, yaitu lapisan luar longitudinal, lapisan tengah sirkular, dan lapisan serong yang berbentuk lengkungan otot yang berjalan dari kardia mengitari fundus dan korpus (Leeson, 1996). d. Serosa, tipis dan ditutupi oleh mesotel (Junqueria, 1997). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16 Lambung melakukan fungsi utama : a. Menyimpan makanan yang masuk sampai makanan dapat disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan penyerapan yang optimal (Sherwood, 2011). b. Lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HCl) dan enzim yang memulai pencernaan protein (Sherwood, 2011). Melalui gerakan mencampur lambung, makanan yang tertelan dihaluskan dan dicampur dengan sekresi lambung untuk menghasilkan campuran cairan kental yang dikenal sebagai kimus (Sherwood, 2011). Proses pencernaan yang berkaitan dengan lambung yaitu motilitas, sekresi, pencernaan dan penyerapan. Motilitas lambung ada empat aspek yaitu pengisian, penyimpanan, pencampuran, dan pengosongan. a. Pengisian lambung Lambung dapat menampung peningkatan volume 20 kali lipat dengan tidak mengalami perubahan tegangan di dindingnya dan peningkatan tekanan intralambung (Sherwood, 2011). b. Makanan disimpan di korpus lambung Di fundus dan korpus gerakan mencampur berlangsung lemah, maka makanan yang disalurkan ke lambung dari esofagus disimpan di bagian korpus yang relatif tenang tanpa mengalami pencampuran. (Sherwood, 2011). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17 c. Pencampuran makanan berlangsung di antrum Kontraksi peristaltik antrum yang kuat mencampur makanan dengan sekresi lambung untuk menghasilkan kimus. Setiap gelombang peristaltik antrum mendorong kimus maju menuju sfingter pilorus. Bila massa kimus antrum sedang, akan terdorong maju tetapi tidak dapat masuk ke duodenum karena tertahan di sfingter yang tertutup dan memantul balik ke dalam antrum, hanya untuk didorong kembali ke sfingter dan memantul balik oleh gelombang peristaltik baru. Gerakan maju mundur ini mencampur kimus secara merata (Sherwood, 2011). d. Pengosongan lambung umumnya dikontrol oleh faktor di duodenum Kontraksi peristaltik antrum juga berfungsi sebagai gaya pendorong untuk mengosongkan lambung. Faktor utama di lambung yang mempengaruhi kekuatan kontraksi adalah jumlah kimus di lambung. Jika hal-hal lain setara maka lambung mengosongkan isinya dengan kecepatan yang sebanding dengan volume kimus (Sherwood, 2011). Faktor di lambung yang mendorong pengosongan lambung: a. Volume makanan Peregangan dinding lambung akibat makanan dapat meningkatkan aktivitas pompa pilori dan pada waktu yang sama menghambat pilorus (Guyton, 2006). b. Hormon gastrin Gastrin berpotensi menyebabkan sekresi asam lambung yang tinggi oleh kelenjar lambung. Gastrin juga menstimulasi fungsi motorik pada lambung. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18 Paling penting, hormon ini dapat meningkatkan aktivitas pompa pilori yang mendorong pengosongan lambung (Guyton, 2006). Meskipun lambung berpengaruh, namun faktor-faktor di duodenum sangat penting dalam mengontrol kecepatan pengosongan lambung. Duodenum harus siap menerima kimus dan dapat menunda pengosongan lambung dengan mengurangi aktivitas peristaltik di lambung sampai duodenum siap mengolah kimus (Sherwood, 2011). Faktor duodenum yang dapat menghambat pengosongan lambung: a. Efek inhibitor oleh refleks nervus enterogatric. Ketika makanan masuk ke duodenum, refleks nervus akan terinisiasi dari dinding duodenum kembali melewati lambung dengan lambat atau menghentikan pengosongan lambung jika volume kimus di duodenum terlalu banyak (Guyton, 2006). b. Hormonal Feedback Lemak yang masuk ke duodenum akan menstimulus pelepasan hormon inhibitor. Hormon ini akan dibawa oleh darah menuju lambung dan akan menghambat pompa pilori dan pada saat yang sama mengingkatkan kontraksi sfingter pilori (Guyton, 2006). Sekresi asam lambung dilakukan oleh sel parietal pada kelenjar lambung. Membran sel parietal mengekspresikan H+-K+ATPase yang merupakan transporter aktif primer sekresi HCl. Pada saat terstimulasi, jaringan tubulovaskuler yang terdapat H+-K+ATPase mengkarakterisasi sel. Saat diaktivasi, membran tubulovaskuler dan membran plasma membentuk membran kanalikuler PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19 dengan mikrovili. Hasilnya adalah peningkatan pada daerah membran apikal dengan 50-100 lipatan dan insersi pompa H+-K+ATPase pada membran plasma. Hal ini menimbulkan sekresi HCl (McPhee, 2006). H+-K+ATPase merupakan heterodimer dari subunit α dan β. H+K+ATPase memompa ion H+ dari sel melewati membran apikal dan bertukaran dengan ion K+. Tight junction antar sel mencegah masuknya ion H+ ke mukosa. Ion K+ masuk ke dalam sel dan recycle ke lumen atau masuk cairan interstisial melalui kanal K+. Untuk mempertahankan elektronetralitas, ion Cl- diekskresikan secara pasif melewati membran apikal ke lumen melewati kanal Cl-, membentuk HCl. Sekresi ion H+ diproduksi oleh H2O dan CO2 yang membentuk H2CO3. Anhidrat karbon menghasilkan ion H+ untuk sekresi dan ion HCO3-. Ion Cl- masuk melawan gradien elektrokimia, diperantarai oleh efflux HCO3- menuruni gradien elektrokimia. Sekresi HCO3- di darah membentuk pasangan alkalin yang dapat menyebabkan alkalosis ketika H+ disekresi terlalu banyak (McPhee, 2006). 2. Usus halus Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan berlangsung. Usus halus terletak bergelung di dalam rongga abdomen, terbentang antara lambung dan usus besar (Sherwood, 2011). Setiap hari sel-sel kelenjar eksokrin di mukosa usus halus mensekresikan ke dalam lumen sekitar 1,5 liter larutan cair garam dan mukus yang disebut sukus enterikus. Sekresi meningkat setelah makan sebagai respon terhadap stimulasi lokal mukosa usus halus oleh adanya kimus. Mukus di dalam sekresi berfungsi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20 untuk melindungi dan melumasi. Selain itu, sekresi cair menyediakan banyak H2O untuk berperan dalam pencernaan makanan oleh enzim. Tidak ada enzim pencernaan yang disekresikan ke dalam getah usus ini. Usus halus memang mensintesis enzim pencernaan, tetapi enzim-enzim ini berfungsi di dalam membran brush border sel epitel yang melapisi bagian dalam lumen dan tidak disekresikan langsung ke dalam lumen (Sherwood, 2011). Pencernaan lemak selesai di dalam lumen usus karena adanya enzimenzim pankreas yang mereduksi lemak secara sempurna menjadi unit-unit monogliserida. Sedangkan pencernaan karbohidrat dan protein belum tuntas. Di permukaan luminal sel-sel epitel usus halus terdapat tonjolan-tonjolan khusus seperti rambut yaitu mikrovili, yang membentuk brush border. Membran plasma brush border mengandung tiga kategori enzim yang melekat ke membran : a. Enterokinase, yang mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen. b. Disakaridase (maltase, sukrase, dan laktase), yang menuntaskan pencernaan karbohidrat dengan menghidrolisis disakarida yang tersisa menjadi monosakarida konstituennya. c. Aminopeptidase, yang menghidrolisis fragmen-fragmen peptida kecil menjadi komponen-komponen asam aminonya sehingga pencernaan protein selesai. Karena itu, pencernaan karbohidrat dan protein dituntaskan di brush border (Sherwood, 2011). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21 Usus halus dibagi menjadi tiga segmen, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum : Gambar 3. Bagian-bagian usus halus (Martini, 1997) a. Duodenum Dinding duodenum terdiri dari empat lapisan: mukosa dengan epitel permukaan, lamina propria, dan muskularis mukosa; submukosa dengan kelenjar mukosa duodenal; dua lapisan otot polos dari muskularis eksterna; dan serosa (Eroschenko, 2008). Duodenum mengandung banyak kelenjar mukus. Selain kriptus usus, submukosa mengandung kelenjar submukosa, juga dikenal sebagai kelenjar Brunner, yang menghasilkan banyak mukus (gambar 3). Mukus dihasilkan oleh kriptus dan kelenjar submukosa melindungi epitel dari asam yang datang dari lambung. Mukus juga mengandung buffer yang membantu meningkatkan pH kimus. Kelenjar submukosa paling banyak di bagian proksimal duodenum, dan jumlahnya menurun mendekati jejunum. pH kimus mulai 1-2 menjadi 7-8 (Martini, 1997). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22 Kira-kira setengah jalan, duodenum menerima buffer dan enzim dari pankreas dan empedu dari hati. Dalam dinding duodenum, saluran empedu dari hati dan saluran pankreas dari pankreas bergabung pada otot yang disebut ampula duodenum. Ruangan ini membuka ke dalam lumen duodenum yaitu papila duodenum (Martini, 1997). b. Jejunum Jejunum memiliki vili yang lebih tinggi dan lebih sempit dan hanya terdapat sedikit kelenjar Brunner. Hampir seluruh sel yang menutupi vili adalah sel absorpsi permukaan yang terdapat brush border, dimana brush border tersebut dibentuk oleh mikrovili yang merupakan organel yang berfungsi untuk memperluas permukaan sehingga meningkatkan absorpsi molekul (Telser, 2007). c. Ileum Karakteristik ileum adalah nodulus agregasi atau bercak Peyer, setiap bercak terdiri atas agregasi (kelompokan) dari 10 atau lebih nodulus limfatikus. Kelompokan ini terletak di dalam dinding ileum berhadapan dengan tempat melekatnya mesenterium (Eroschenko, 2008). Gambar 4. Penyusun dinding usus halus (Martini, 1997) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23 Lapisan-lapisan usus halus terdiri dari mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa: a. Mukosa usus halus Mukosa usus halus digambarkan seperti jari, vili usus (gambar 4). Vili usus ditutup oleh epitel kolumnar yang dilapisi dengan mikrovili. Jika usus halus adalah tabung dengan dinding halus, itu akan memiliki total absorpsi sekitar 0,33 m2. Sebaliknya, epitel mengandung plika. Setiap plika mendukung vili, dan setiap vili ditutupi oleh sel-sel epitel permukaan yang mengandung mikrovili. Hal ini akan meningkatkan luas areal untuk penyerapan lebih dari 200 m2 (Martini, 1997). Inti dari vili merupakan perpanjangan dari lamina propria, yang berisi banyak fibroblas, sel-sel otot polos, limfosit, sel plasma, eosinofil, makrofag, dan jaringan kapiler darah yang terletak tepat di bawah dari lamina basal epitel (Ross, 2006). Gambar 5. Histologi dinding usus halus yang menunjukkan mukosa dengan karakterisasi vili dan muskularis mukosa (Martini, 1997) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24 Diantara sel-sel epitel kolumnar, sel goblet mengeluarkan mukus ke permukaan usus. Pada dasar vili ditemukan kriptus usus (gambar 5). Dekat dasar setiap kriptus, stem cell terus memproduksi generasi baru sel epitel. Proses ini berlangsung untuk memperbaharui permukaan epitel dan menambahkan enzim intraseluler ke kimus. Kriptus usus juga mengandung sel enteroendokrin yang bertanggung jawab untuk produksi beberapa hormon usus, termasuk kolesistokinin dan sekretin (Martini, 1997). Pada kelenjar usus halus terdapat stem cell, beberapa sel absorptif dan sel goblet, sel paneth, dan sel enteroendokrin 1) Sel absorptif adalah sel silindris tinggi, masing-masing dengan inti lonjong pada setengah bagian basal sel. Pada apeks sel terdapat lapis homogen disebut brush border. Brush border merupakan lapisan mikrovili yang berhimpit padat. 2) Sel goblet tersebar di antara sel-sel absorptif. Sel ini menghasilkan glikoprotein asam yang berfungsi melindungi dan melumasi pelapis usus. 3) Sel paneth di bagian basal kelenjar intestinal adalah sel serosa eksokrin dengan granul-granul sekresinya di bagian apeks sitoplasma. 4) Sel M (lipatan mikro) adalah sel epitel khusus di atas folikel limfoid dari plak Peyeri. Sel-sel ini ditandai dengan banyak sekali sumur (pit) pada permukaan apikalnya dan invaginasi badan sel serta permukaan lateral oleh limfosit intraepitelial. Sel M dapat memasukkan antigen melalui endositosis dan memindahkannya ke sel limfoid di bawahnya, tempat dimulai respon imun terhadap antigen asing. Sel M memegang peranan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25 penting dalam sistem imunologis intestinal. Permukaan mukosa saluran cerna yang sangat besar terpapar pada banyak mikroorganisme yang secara potensial invasif. Imunoglobulin sekretorik dari kelas IgA adalah pertahanan lapis pertama. Selain itu saluran cerna mengandung sel plasma yang mensekresi antibodi, makrofag, dan banyak sekali limfosit. Bersamasama, sel-sel ini disebut sebagai jaringan limfatik usus (Gut-Associated Lymphatic Tissue/GALT) (Junqueria, 1997). 5) Sel enteroendokrin terdapat dalam kriptus dan vili dan mengeluarkan peptida pengatur aktif yang berhubungan dengan sekresi lambung, motilitas intestinal, sekresi pankreas, dan kontraksi kandung empedu (Leeson, 1996). Lamina propria merupakan lapisan intermediet dari mukosa, mempunyai fungsi struktural dan imunologis. Lapisan ini terletak pada muskularis mukosa, mengelilingi kriptus, dan memanjang ke atas sebagai inti dari vili usus (Mills, 2007). Lamina propria setiap vili berisi jaringan luas kapiler yang membawa nutrisi yang diserap ke dalam sirkulasi portal hati. Selain kapiler dan ujung saraf, setiap vili berisi terminal limfatik disebut lakteal (gambar 4). Transportasi bahan lakteal tidak bisa masuk kapiler lokal. Bahan-bahan ini, seperti kompleks besar lipid-protein, dapat mencapai sirkulasi vena melalui saluran toraks (Martini, 1997). Muskularis mukosa adalah lapisan terluar atau batas mukosa, terdiri dari serat elastis dan otot polos, diatur dalam lapisan outer longitudinal dan inner PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26 circular. Muskularis mukosa memberikan landasan struktural penting bagi mukosa (Mills, 2007). b. Submukosa Antara mukosa muskularis dan muskularis eksterna adalah lapisan submukosa, terdiri dari jaringan longgar, seperti sarang lebah dari serat kolagen dan elastis dan terkait fibroblas. Submukosa tersebar, banyak terjadi migrasi sel (contohnya histiosit, limfoid, sel plasma, dan sel mast) dan jaringan adiposa (Mills, 2007). c. Muskularis eksterna Muskularis eksterna atau muskularis propria adalah lapisan otot polos bagian luar yang tebal dan mengelilingi lapisan submukosa. Lapisan ini ditutupi oleh jaringan konektif subserosal dan di sebagian besar tempat ditutupi oleh serosa (Mills, 2007). d. Serosa Serosa adalah penutup yang menyelubungi sebagian besar permukaan luar dari usus halus. Lapisan terluar terdiri dari satu baris sel mesothelial kuboidal, di mana terletak sebuah band tipis jaringan ikat longgar. Sebuah zona subserosal dari jaringan ikat antara mesothelial dan muskularis eksterna juga mengandung cabang pembuluh darah, limfatik dan saraf (Mills, 2007). 3. Usus besar Usus besar atau kolon merupakan organ yang proksimalnya berasal dari midgut dan bagian distalnya berasal dari hindgut. Struktur usus besar PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27 berhubungan dengan fungsi transportasi, pembentukan, penyerapan dan pengeluaran feses. Fungsi utama usus besar adalah konservasi cairan dengan mengubah kimus yang cair menjadi feses yang setengah padat (Wibowo dan Widjaya, 2009). Histologi yang dapat diamati adalah jaringan mukosa, muskularis eksterna, submukosa, dan serosa (Ross, 2006). Meskipun diamater usus besar kira-kira tiga kali lipat dari usus halus, dindingnya lebih tipis. Karakteristik utama dari usus besar adalah kurangnya vili, sel goblet yang melimpah, dan adanya kelenjar usus khas (gambar 6). Kriptus dari usus besar lebih dalam dari usus halus, dan mereka didominasi oleh sel goblet. Kantong mukus dikenal sebagai kelenjar usus, atau kriptus Lieberkuhn. Sekresi kelenjar usus terjadi sebagai rangsangan lokal memicu refleks yang melibatkan pleksus saraf lokal, sehingga produksi jumlah mukus menjadi berlebih. Nodul limpoid besar tersebar di seluruh lamina propria dan meluas ke submukosa tersebut. Muskularis eksterna berbeda dari daerah usus lainnya karena lapisan membujur telah dikurangi menjadi band otot taeniae coli. Namun, kontraksi pencampuran dan pendorong dari usus besar mirip dengan usus halus (Martini, 1997). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28 Gambar 6. Penyusun dinding usus besar (Martini, 1997) a. Mukosa Mukosa kolon adalah bagian untuk metabolisme dan imunologis aktif usus besar. Permukaan luminal ditutupi oleh glycocalyx, memfasilitasi pembentukan ekosistem mikroba komensal dan berfungsi sebagai barier integral (Mills, 2007). Mukosa usus besar mengandung banyak kelenjar usus tubular (Ross, 2006). b. Submukosa dan serosa Usus besar yang berhubungan langsung dengan struktur lainnya (seperti pada banyak permukaan posterior), luarnya adalah adventitia, di tempat lain, yang di luar adalah serosa khas (Ross, 2006). c. Muskularis eksterna Muskularis eksterna menghasilkan dua jenis kontraksi utama: segmentasi dan peristaltik. Segmentasi adalah lokal dan tidak mengakibatkan penggerakan isi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29 Peristaltik menghasilkan pergerakan massa distal dari isi usus. Gerakan peristaltik massa jarang terjadi, pada orang sehat, biasanya terjadi sekali sehari untuk mengosongkan usus distal (Ross, 2006). Motilitas usus besar terjadi ketika zat yang tidak diabsorbsi di usus halus masuk ke usus besar dan membentuk feses. Setelah feses melewati sekum dan proksimal, sfingter ileosekal berkontraksi, mencegah refluks ke ileum. Dari sekum, feses bergerak melewati kolon, lalu menuju rektum dan sampai pada kanal anal (Costanzo, 2002). C. Patofisiologi Penyakit 1. Patofisiologi penyakit lambung Penyakit-penyakit yang umum mengenai lambung mencerminkan pentingnya peran lambung sebagai suatu organ sekretorik, khususnya asam lambung dan faktor intrinsik. Gangguan sekresi asam lambung menyebabkan penyakit asam-peptik, sementara hilangnya sekresi faktor intrinsik menyebabkan ketidakmampuan tubuh menyerap vitamin B12 yang bermanifestasi sebagai anemia pernisiosa. Gangguan motilitas lambung yang utama adalah gastroparesis (McPhee, 2006). a. Penyakit asam-peptik Pasien dengan penyakit asam-peptik mengalami nyeri dada atau abdomen yang kronik, ringan, terasa panas atau menggigit akibat erosi dangkal atau dalam mukosa pencernaan. Timbulnya penyakit asam-peptik disebabkan peningkatan absolut atau relatif produksi asam atau penurunan pertahanan mukosa. Agen PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30 infeksi tertentu, yaitu bakteri Helicobacter pylori berperan dalam predisposisi sejumlah bentuk penyakit asam-peptik, termasuk tukak lambung, tukak duodenum, dan gastritis. Bentuk-bentuk penyakit asam-peptik yang ditandai oleh lesi mukosa superfisial dapat menyebabkan perdarahan saluran cerna akut atau kronik, yang disertai oleh penurunan bermakna hematokrit dan penyulit terkait (McPhee, 2006). 1) Tukak lambung Tukak lambung dibedakan dari gastritis oleh kedalaman lesi, dengan tukak lambung yang menembus mukosa. Sebagian besar tukak lambung terjadi di kurvatura minor lambung. Tukak lambung diyakini berkaitan dengan gangguan pertahanan mukosa karena kapasitas sekretorik asam dan pepsin pasien normal atau bahkan dibawah normal. Gangguan motilitas diperkirakan ikut berperan dalam pembentukan tukak lambung melalui sedikitnya tiga cara. Pertama, gangguan tersebut memberi kontribusi akibat kecenderungan isi duodenum untuk mengalir balik melalui sfingter pilorus yang inkompeten. Kedua, gangguan tersebut memberi kontribusi akibat tertundanya pengosongan isi lambung, termasuk material refluks, ke dalam duodenum. Ketiga, gangguan tersebut memberi kontribusi akibat perlambatan pengosongan lambung sehingga terjadi retensi makanan, peningkatan sekresi gastrin serta asam lambung (McPhee, 2006). 2) Gastritis erosif akut PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31 Gastritis erosif akut mencakup peradangan akibat cedera superfisial di mukosa, erosi mukosa, atau tukak dangkal akibat berbagai gangguan, terutama alkohol, obat, dan stres. Tidak seperti tukak lambung dan duodenum, submukosa dan muskularis mukosa tidak tertembus pada gastritis erosif (McPhee, 2006). Gastritis akut ini sering disebabkan oleh berbagai hal, yaitu pemakaian obat NSAID secara berlebihan, konsumsi alkohol, merokok, infeksi bakteri atau virus, stres, dan kemoterapi kanker. Gastritis akut dapat menyebabkan nyeri epigastrium, mual, dan muntah dengan derajat yang bervariasi, serta pendarahan hebat (Kumar, 2009). 3) Gastritis atrofik kronik Penyakit ini ditandai oleh sel radang disertai atrofi mukosa lambung dan berkurangnya kelenjar. Kemampuan lambung untuk menghasilkan asam lambung berkurang secara progresif, dan kadar gastrin dalam serum melonjak (McPhee, 2006). Penyebab gastritis kronik adalah infeksi kronik H. pylori, autoimun, konsumsi alkohol, merokok, dan penyakit lain seperti penyakit Crohn. Gastritis kronik hanya menyebabkan sedikit gejala, Mungkin timbul mual, muntah, dan rasa tidak nyaman di perut bagian atas (Kumar, 2009). 4) Tukak duodenum Tukak duodenum diyakini sebagai konsekuensi infeksi H. pylori yang menyebabkan peradangan mukosa dan gangguan pertahanan (McPhee, 2006). b. Gastroparesis PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32 Gastroparesis adalah penyakit yang umum terjadi pada diabetes melitus yang tidak terkontrol, dengan konsekuensi berupa neuropati otonom. Manifestasi dari penyakit ini adalah mual, kembung, muntah, dan konstipasi atau diare. Gastroparesis disebabkan oleh adanya gangguan motilitas lambung yang terjadi berkisar dari obstruksi pintu keluar lambung parsial atau total hingga pengosongan yang terlalu cepat dan biasanya terjadi akibat gangguan pada mekanisme normal yang mengontrol fungsi-fungsi tersebut. Mekanismemekanisme tersebut mencakup kontraktilitas intrinsik otot polos lambung, sistem saraf enterik, kontrol sistem saraf otonom atas fungsi sistem saraf enterik, dan hormon pencernaan (McPhee, 2006). 2. Patofisiologi penyakit usus halus dan usus besar a. Diare Diare merupakan buang air besar dengan volume, frekuensi, atau kecairan yang berlebihan. Setiap proses yang meningkatkan frekuensi defekasi atau volume tinja menyebabkan tinja menjadi lebih encer karena konsistensi tinja yang lunak tetapi berbentuk ditentukan oleh penyerapan air yang bergantung pada waktu (McPhee, 2006). Diare dapat bersifat akut (durasi kurang dari dua minggu) atau kronik (lebih dari 4 minggu). Diare juga dapat bersifat sekretorik, osmotik, atau malabsorptif bergantung pada dasar patofisiologis yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan usus. Diare osmotik disebabkan oleh malabsorpsi nutrien atau elektrolit yang kurang diserap yang menahan air di lumen. Diare sekretorik terjadi jika terdapat secretagogues yang mempertahankan transpor cairan keluar sel epitel PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33 yang deras menuju lumen saluran cerna. Diare malabsorptif terjadi jika kemampuan usus mencerna atau menyerap nutrien tertentu terganggu dan dapat disebabkan oleh gangguan pencampuran makanan (gangguan motilitas), insufisiensi pankreas (gangguan pencernaan), atau kerusakan enterosit atau zat pengangkut di permukaannya (gangguan penyerapan). Dalam kapasitas transpor, usus halus jauh melebihi kolon. Karena itu, infeksi, zat toksik, atau penyebab lain peningkatan sekresi di usus halus dapat mengalahkan mekanisme absorptif di kolon sehingga terjadi diare (McPhee, 2006). b. Inflammatory bowel disease Terdapat dua bentuk inflammatory bowel disease kronik yaitu penyakit Chron, yang memiliki karakter transmural dan granulomatosa, yang terjadi di mana saja di sepanjang saluran cerna, dan kolitis ulseratif, yang bersifat superfisial dan terbatas di mukosa kolon. Gambaran umum bagi semua bentuk inflammatory bowel disease adalah ulserasi mukosa dan peradangan saluran cerna, yang pada kenyataannya tidak dapat dibedakan dari peradangan yang terjadi secara akut pada diare infeksi dan invasif (McPhee, 2006). c. Penyakit divertikulum Hampir 80% pasien dengan penyakit divertikulum tidak mengalami gejala kecuali konstipasi kronik. Penyakit divertikulum terjadi akibat deformitas didapat kolon, yaitu mukosa dan submukosa mengalami herniasi yang menembus tunika muskularis dibawahnya. Kelainan fungsional diyakini berkaitan dengan konstipasi kronik dan terbentuknya gradien tekanan transmural dari lumen kolon ke ruang peritoneum akibat kontraksi kuat otot-otot dinding kolon. Peningkatan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34 kontraksi otot ini, yang berperan dalam pembentukan penyakit divertikulum, juga dipercayai menyebabkan nyeri abdomen (McPhee, 2006). d. Irritable bowel syndrome Irritable bowel syndrome ditandai oleh perubahan kebiasaan buang air besar disertai nyeri abdomen tanpa terdeteksinya proses patologis organik atau kelainan motilitas atau struktural spesifik. Perubahan kebiasaan buang air besar, yang biasanya bergantian antara diare dan konstipasi adalah tanda utama irritable bowel syndrome. Stres juga berpengaruh besar pada gejala irritable bowel syndrome, biasanya terjadi selama atau setelah kejadian yang menyebabkan stress (McPhee, 2006). e. Atresia dan stenosis Obstruksi usus kongenital adalah kelainan yang jarang tetapi dramatis dan dapat mengenai semua bagian usus. Atresia duodenum adalah yang tersering, jejunum dan ileum biasanya juga terkena, tetapi kolon tidak terlibat. Obstruksi dapat total (atresia) atau inkomplit (stenosis). Atresia dapat berupa diafragma mukosa imperforata atau berupa segmen usus yang menciut, menjadi seperti tali yang menghubungkan usus proksimal dan distal yang normal. Stenosis lebih jarang dijumpai dan disebabkan oleh penyempitan suatu segmen usus atau sebuah diafragma dengan lubang sempit di tengahnya (Kumar, 2009) Banyak keadaan, misalnya infeksi, penyakit peradangan, gangguan molitilas, dan tumor, mengenai usus halus dan usus besar. Salah satu gangguan yang sering terjadi adalah infeksi parasit, misalnya cacing. Parasit adalah suatu organisme yang hidup di atas atau di dalam organisme lain, yang dikenal sebagai PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35 induk semang. Parasit itu mungkin hewan atau tumbuhan; mereka mungkin bakteri, protozoa, cacing atau arthropoda. Parasit pada umumnya telah mengadakan perubahan sifat biokimia dan imunologi demikian rupa, sehingga mereka dapat hidup di dalam organisme lain dan tidak tercerna atau terbunuh (Levine, 1990). Parasit bertahan hidup bergantung dengan penularannya dari host ke host. Pola siklus hidup parasit sederhana, hanya melibatkan sebuah host, atau lebih kompleks, melibatkan dua atau lebih host intermediet (Zaman, 2008). Melalui saluran cerna, begitu banyak antigen lingkungan masuk ke tubuh manusia. Sistem imun harus menyeimbangkan antara toleransi terhadap zat tidak berbahaya dengan reaksi pertahanan aktif terhadap mikroba yang mungkin merugikan. Di sepanjang usus halus dan kolon terdapat nodulus-nodulus jaringan limfoid, terletak di dalam mukosa atau terentang dari mukosa ke sebagian submukosa. Nodulus limfoid ini menyebabkan distorsi epitel permukaan yang membentuk kubah lebar dan bukan bentuk seperti vili. Epitel permukaan di atas nodus limfoid mengandung sel absorptif kolumnar dan sel M (membranosa). Sel M ini memiliki kemampuan melakukan transitosis makromolekul antigenik utuh dari lumen ke sel yang mempresentasikan antigen di epitel permukaan. Sel yang mempresentasikan antigen mencakup makrofag dan sel dendritik (Kumar, 2009). Di sepanjang usus terdapat limfosit T tersebar di permukaan, biasanya pada sel basolateral. Sel T ini mencakup sel CD8+ sitotoksik. Lamina propria mengandung sel T helper (CD4+), sel B aktif, dan sel plasma. Sel plasma lamina propria mengeluarkan dimer IgA, IgG, dan IgM. IgA disalurkan ke lumen usus PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36 dengan transitosis langsung menembus enterosit atau menembus hepatosit untuk disekresikan ke dalam empedu (Kumar, 2009). Berbagai protozoa dan cacing berbeda dalam besar, struktur, sifat biokimiawi, siklus hidup dan patogenesisnya. Hal ini menimbulkan respon imun spesifik yang berbeda pula. Infeksi cacing biasanya menjadi kronik dan kematian pejamu akan merugikan parasit sendiri. Infeksi yang kronik itu akan menimbulkan rangsangan antigen persisten yang meningkatkan kadar imunoglobulin dalam sirkulasi dan pembentukan kompleks imun (Baratawidjaja, 2010). Eosinofil lebih efektif dibanding leukosit lain oleh karena eosinofil mengandung granul yang lebih toksik dibandingkan enzim proteolitik. Cacing dapat merangsang produksi IgE yang nonspesifik. Reaksi inflamasi yang ditimbulkannya diduga dapat mencegah menempelnya cacing pada mukosa saluran cerna (Baratawidjaja, 2010). D. Toksikologi 1. Definisi Toksikologi dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu yang mempelajari tentang racun. Sedangkan racun dapat didefinisikan sebagai substansi yang dapat menimbulkan efek berbahaya terhadap kehidupan organisme (Hodgson, 2004). Menurut Stine dan Brown (1996) toksikologi adalah ilmu tentang racun yang mempelajari efek merugikan dari bahan kimia bagi makhluk hidup. Meskipun hampir semua materi pada kadar tertentu menjadi racun, toksikologi khususnya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37 membahas materi yang bisa menyebabkan efek merugikan saat diaplikasikan pada kadar relatif rendah. 2. Mekanisme, wujud, dan sifat efek toksik a. Mekanisme aksi toksik 1) Berdasarkan sifat dan tempat kejadian Mekanisme luka berdasarkan sifat dan tempat kejadian dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu mekanisme luka intrasel dan ekstrasel. Mekanisme luka intrasel atau mekanisme primer adalah luka sel yang diawali oleh aksi racun pada tempat aksinya dalam sel. Mekanisme luka ekstrasel terjadi secara tidak langsung dan tempat kejadian awalnya berada di lingkungan ekstrasel (Donatus, 2001). 2) Berdasarkan sifat antaraksi Mekanisme aksi molekuler dibagi menjadi dua, yaitu aksi toksik berdasarkan antaraksi yang terbalikkan dan yang tak terbalikkan antara racun dan tempat aksinya (Donatus, 2001). 3) Berdasarkan risiko penumpukan Senyawa yang sangat lipofil dan sulit dimetabolisme, di dalam tubuh cenderung akan disimpan dalam gudang penyimpanan kompartemen lemak. Penumpukan racun di dalam gudang penyimpanan dapat secara perlahan terlepas ke sirkulasi dan meningkatkan kadarnya yang ada di dalam cairan tubuh. Bila kadarnya melebihi KTM, maka menimbulkan efek toksik yang tidak diinginkan (Donatus, 2001). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38 b. Wujud efek toksik Respon toksik adalah suatu proses di mana sel, jaringan, atau organ menanggapi adanya luka dalam diri komponen-komponen tubuh tersebut. Wujud efek toksik adalah hasil akhir dari aksi dan respon toksik (Donatus, 2001). 1) Respons dan perubahan biokimia Respons biokimia meliputi peningkatan atau pengurangan aktivitas transpor elektron pembangkit energi di mitokondria, sintesis protein, dan pergeseran sistem hormonal. Wujud efek toksiknya bersifat timbal balik. Artinya bila pemejanan dengan racun pada diri makluk hidup dihentikan, maka ketoksikkannya juga segera hilang (Donatus, 2001). 2) Respons dan perubahan fisiologi (fungsional) Respons fisiologi berkaitan dengan fungsi jasmani seperti bernafas, peredaran darah, kontraksi otot, keseimbangan elektrolit, dan sebagainya. Perubahan fungsional akibat pemejanan racun biasanya bersifat timbal balik. Jadi efek yang timbul juga akan hilang bila pemejanan racun dihentikan (Donatus, 2001). 3) Respons histopatologi dan perubahan struktural Luka sekuler menyebabkan perubahan morfologi yang akhirnya terwujud sebagai kekacauan struktural. Tiga respon histopatologi dasar sebagai tanggapan terhadap adanya luka selular tersebut meliputi degenerasi, proliferasi,dan inflamasi atau perbaikan. Degenerasi adalah perubahan yang regresif seperti pengecilan sel atau pengurangan jumlah organel. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39 Proliferasi adalah peningkatan pertumbuhan pada sembarang tingkat struktural, dari tingkat molekular sampai ke tingkat selular. Sedangkan inflamasi merupakan respons ekstrasel untuk menahan atau mengambil zat penyebab luka dan memperbaiki jaringan (Donatus, 2001). c. Jenis wujud efek toksik 1) Berdasarkan perubahan biokimia Jenis wujud efek toksik ini berkaitan dengan respons dan perubahan atau kekacauan biokimia terhadap luka sel, akibat antaraksi antara racun dan tempat aksi yang terbalikkan (Donatus, 2001). 2) Berdasarkan perubahan fungsional Jenis wujud efek toksik berkaitan dengan antaraksi racun yang terbalikkan dengan reseptor atau tempat aktif enzim, sehingga mempengaruhi fungsi homeostatis tertentu (Donatus, 2001). 3) Berdasarkan perubahan struktural Termasuk dalam jenis ini adalah perlemakan (degenerasi melemak), nekrosis, karsinogenesis, mutagenesis, dan teratogenesis (Donatus, 2001). d. Sifat efek toksik Efek toksik disebut terbalikkan jika efek itu dapat hilang dengan sendirinya. Sebaliknya, efek tidak terbalikkan akan menetap atau justru bertambah parah setelah pajanan toksikan dihentikan. Efek tidak terbalikkan di antarnya karsinoma, mutasi dan kerusakan saraf. Efek toksikan terbalikkan bila tubuh terpajan pada kadar rendah atau untuk waktu yang singkat. Sementara, efek tidak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40 terbalikkan dapat dihasilkan pada pajanan dengan kadar yang lebih tinggi atau waktu yang lama (Lu, 1995). 3. Uji toksisitas subkronis Uji toksisitas subkronis ialah uji ketoksikan suatu senyawa yang diberikan dengan dosis berulang pada hewan tertentu, selama kurang dari tiga bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan spektrum efek toksik senyawa uji, serta untuk memperlihatkan apakah spektrum efek toksik tersebut berkaitan dengan takaran dosis (Donatus, 2001). a. Rancangan percobaan 1) Spesies dan jumlah Hewan yang digunakan biasanya tikus dan anjing. Pilihan ini didasarkan pada ukurannya yang sesuai, kemudahan untuk mendapatkannya, dan banyak informasi toksikologi berbagai zat kimia pada hewan ini. Hewan jantan dan betina harus sama jumlahnya. Umumnya dipakai 10-30 tikus dalam setiap kelompok dosis dan dalam kelompok pembanding (Lu, 1995). 2) Cara pemberian Zat kimia yang diuji harus diberikan lewat jalur yang sama dengan penggunaan atau pajanannya pada manusia (Lu, 1995). 3) Dosis dan jangka waktu Dosis yang disarankan adalah tiga dosis: satu dosis yang cukup tinggi untuk menimbulkan tanda toksisitas yang pasti tetapi tidak cukup tinggi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41 untuk membunuh sebagian besar hewan itu, dosis rendah yang diharapkan tidak memberikan efek toksik sama sekali, dan dosis menengah. Kadang ditambahkan satu dosis atau lebih. Dalam penelitian pada tikus, dosis tetap dinyatakan dalam mg/kgBB hewan. Lama penelitian pada tikus biasanya 90 hari (Lu, 1995). Pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan dalam uji ketoksikan subkronis, meliputi perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak 7 hari sekali, masukan makanan untuk masing-masing hewan atau kelompok hewan yang diukur paling tidak 7 hari sekali, gejala-gejala klinis umum yang diamati setiap hari, pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua kali, pada awal dan akhir uji coba, pemeriksaan kimia darah, paling tidak sama dengan butir 4, analisis urin, paling tidak sekali, dan pemeriksaan histopatologi organ pada akhir uji coba (Donatus, 2001). E. Keterangan Empiris Penelitian ini bersifat ekploratif untuk melihat ketoksikan subkronis penggunaan infusa daun sirsak terhadap perubahan struktural histologis lambung dan usus tikus. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Uji toksisitas subkronis infusa daun sirsak pada lambung dan usus tikus putih jantan dan betina termasuk penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan penelitian acak lengkap pola searah. B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : dosis infusa daun sirsak. 2. Variabel tergantung : gambaran histologis lambung dan usus tikus. 3. Variabel pengacau a. Variabel pengacau terkendali 1) Subyek uji berupa tikus putih galur Sprague Dawley (SD), jenis kelamin jantan dan betina, berumur umur 2 – 3 bulan, berat badan 160 – 280 g, keadaan fisik berstatus sehat, diperoleh dari Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 2) Bahan uji berupa daun sirsak Daun berupa tangkai daun hingga helaiannya, daun sehat atau tidak terkena penyakit, dan diperoleh dari kebun milik H. Sunarto yang beralamat di Dusun Jetis, Kelurahan Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta pada bulan Mei-Juni 2012. 42 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43 b. Variabel pengacau tak terkendali Kondisi patologi tikus: kondisi fisik berstatus sehat, tetapi belum dapat menjamin keadaan lambung dan usus juga berstatus sehat. C. Definisi Operasional a. Infusa daun sirsak adalah cara penyarian yang dibuat dengan cara menyari simplisia dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit. b. Dosis infusa daun sirsak adalah sejumlah (g) infusa daun sirsak tiap satuan kg berat badan subjek uji yang dilakukan. c. Histologis lambung adalah struktur jaringan lambung secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. d. Histologis usus adalah struktur jaringan usus secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. D. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan penelitian a. Subyek uji yang digunakan yaitu tikus putih galur Sprague Dawley (SD) jantan dan betina; umur 2 – 3 bulan; berat badan 160 – 280 g; diperoleh dari Laboratorium Imono, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. b. Bahan uji yang digunakan yaitu daun sirsak, dan diperoleh dari kebun milik H. Sunarto yang beralamat di Dusun Jetis, Kelurahan Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44 c. Bahan untuk kontrol yaitu aquadest yang diperoleh dari laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. d. Bahan kimia yang digunakan yaitu larutan formalin p.a 10% untuk mengawetkan organ lambung dan usus, pereaksi toluen untuk penetapan kadar air yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. e. Asupan pakan tikus yang digunakan adalah pelet AD-2 yang diperoleh dari Laboratorium Imono, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. f. Asupan minum tikus yang digunakan adalah air reverse-osmosis (RO) yang diperoleh dari Laboratorium Imono, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 2. Alat penelitian a. Alat-alat untuk pembuatan simplisia, yaitu timbangan digital, oven, blender, ayakan no. 40. b. Alat-alat untuk penetapan kadar air, yaitu timbangan, destilator, gelas ukur, stopwatch, labu alas bulat, bekker gelas. c. Alat-alat untuk pembuatan infusa daun sirsak, yaitu timbangan, panci infusa, termometer, stopwatch, heater, alat-alat gelas. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45 d. Alat-alat untuk perlakuan dan pemeriksaan histologis, yaitu metabolic cage, jarum suntik per oral, timbangan, pinset, scalpel, dan pot-pot untuk menyimpan organ. E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi pohon sirsak Determinasi pohon sirsak dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri yang dipunyai pohon sirsak dengan buku acuan Flora: Untuk Sekolah di Indonesia (Steenis, 1992). 2. Pengumpulan bahan Bahan uji yang digunakan adalah daun sirsak segar dan diperoleh dari dari kebun milik H. Sunarto yang beralamat di dusun Jetis, Kelurahan Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta pada bulan Mei-Juni 2012. 3. Pembuatan serbuk daun sirsak Daun sirsak dicuci dengan air bersih kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu ±50ºC selama ±72 jam. Daun yang sudah kering diserbuk dengan blender, kemudian diayak dengan ayakan nomor 40 dan dicari persen (%) rendemen yang diperoleh. 4. Penetapan kadar air dalam daun sirsak Berdasarkan buku Material Medika Indonesia Jilid VI, penetapan kadar air dalam daun sirsak dilakukan dengan cara destilasi menggunakan pereaksi toluen. Daun sirsak ditimbang sebanyak 50 g kemudian dimasukkan ke dalam labu kering. Sebanyak 200 mL toluen dimasukkan ke dalam labu penerima PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46 melalui alat pendingin, dan dihubungkan pada alat. Labu dipanaskan selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, suling dengan kecepatan lebih kurang dua tetes per detik hingga sebagian besar air tersuling. Kemudian naikkan kecepatan hingga empat tetes per detik. Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci dengan toluen. Penyulingan dilanjutkan selama lima menit. Tabung penerima pendingin dibiarkan hingga suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, dibaca volume airnya dan dihitung kadar air dalam %. 5. Pembuatan infusa daun sirsak Infusa daun sirsak dibuat dengan menimbang 6 g serbuk daun sirsak kemudian dimasukkan dalam panci infusa, dituangi aquadest sebanyak 100 mL. Serbuk yang telah ditambah aquadest dipanaskan dan diukur suhunya. Setelah mencapai 90°C, waktu pemanasan dihitung selama 15 menit. Disaring dengan kain flanel dan apabila belum mencapai volume 100 mL, maka dapat ditambahkan air panas melalui ampas rebusan hingga volume yang diinginkan tercapai. 6. Penetapan dosis infusa daun sirsak Peringkat dosis yang digunakan berdasarkan pada pengobatan masyarakat sehari-hari yaitu kurang dari 10 lembar daun sisak. Dosis pada perlakuan diambil dari dosis empirik yaitu 2 g/70kgBB manusia. Konversi manusia (70 kg ke tikus 200 g) adalah 0,018. Dosis untuk 200 g tikus = 0,018 x 2 g = 0,036 g/200 gBB tikus Dosis untuk 1 kg tikus = = 180 mg/kg BB tikus g/gBB tikus PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47 Untuk perhitungan dosis tertinggi yaitu: D= = 6 g/100 mL x 2,5 mL : 300 g = 0,5 mg/g BB tikus = 500 mg/kg BB tikus Faktor pengali = = = 1,67 Kemudian dibuat peringkat dosis berikut ini : Dosis I = 108 mg/kg BB tikus Dosis II = 180 mg/kg BB tikus Dosis III = 301 mg/kg BB tikus Dosis IV = 503 mg/kg BB tikus Kontrol aquadest = 8333 mg/kg BB tikus 7. Persiapan kandang Kandang yang dipersiapkan adalah 50 kandang. Persiapan kandang meliputi pembersihan kandang, perbaikan kondisi kandang yang kurang baik dan penataan kandang menurut kelompok perlakuan. 8. Persiapan hewan uji Hewan uji yang digunakan berjumlah 50 ekor (25 jantan dan 25 betina) ditempatkan dalam kandang. Satu kandang khusus berisi 1 tikus. Sebelum penelitian semua subjek uji diadaptasikan terlebih dahulu terhadap kandang dan lingkungan laboratorium. 9. Pengelompokan hewan uji Hewan uji dikelompokkan dengan metode random clustering sampling. Semua hewan uji ditimbang dan dikelompokkan berdasarkan range berat badan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48 Kemudian dikelompokkan kembali menjadi 5 kelompok dosis, yaitu kontrol aquadest, dosis I, II, III, dan IV. 10. Prosedur pelaksanaan Lima puluh ekor tikus dibagi secara acak dalam 5 kelompok dosis. Kelompok I yaitu kelompok kontrol negatif diberi aquadest. Perhitungan dosis aquadest yaitu D= = 1 g/ mL x 2,5 mL : 300 g = 8,333 mg/g BB tikus = 8333 mg/kg BB tikus dan kelompok II-V diberi infusa daun sirsak secara per oral dengan peringkat dosis berturut-turut 108; 180; 301; dan 503 mg/kgBB tikus dengan kekerapan pemberian sehari 1 kali selama 30 hari. Pada hari ke 31, 5 tikus (3 jantan dan 2 betina) dari masing-masing kelompok diambil secara acak, kemudian hewan uji dikorbankan untuk diambil lambung dan ususnya, diamati penampakan mikroskopinya, lalu dimasukkan ke dalam formalin 10% untuk dibuat preparat histologis menurut tatacara pengecatan hematoksilin eosin. Anggota kelompok yang masih hidup tetap dipelihara tanpa perlakuan pemberian infusa daun sirsak selama 14 hari untuk uji keterbalikan. Pada hari ke-15, hewan uji dikorbankan, diambil lambung dan ususnya, diamati penampakan makroskopis yang terjadi, ditimbang beratnya, dan dibuat preparat histologis. 11. Pengamatan Pengamatan gejala-gejala fisik diamati setiap hari, asupan makan dan minum diukur setiap hari, dan berat badan diukur setiap hari lalu dihitung purata pada hari ke-0, 7, 14, dan 28. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49 12. Pembuatan preparat histologis Lambung dan usus yang disimpan dalam larutan formalin 10% dicelupkan ke dalam aquadest. Kemudian dipotong-potong dengan mikrotom setebal 3 mm – 5 mm. Potongan organ dimasukkan ke dalam wadah yang direndam dalam formalin 10%. Preparat dimasukkan ke dalam larutan etanol secara bertingkat berturut-turut etanol 70% selama 20 menit, 80% selama 20 menit, etanol 95% selama 20 menit, etanol mutlak selama 20 menit, masingmasing dua kali perlakuan. Selajutnya dimasukkan ke dalam larutan propanol selama 20 menit sebanyak tiga kali perlakuan. Preparat kemudian dimasukkan dalam xilol parafin, dipanaskan selama 1 jam dan dilakukan sebanyak dua kali perlakuan. Preparat dipindahkan ke dalam parafin cair selama 30 menit dalam blok preparat, kemudian didinginkan. Setelah dicetak, preparat dipotong dengan mikrotom setebal 5 mikron, masukkan inkubator untuk memanaskan preparat. Preparat diletakkan di atas kaca preparat yang telah diolesi albumin agar preparat dapat menempel dengan baik di kaca. Cuci preparat dengan air, kemudian masukkan ke dalam hematoksilin-eosin. Preparat dikeringkan pada suhu kamar dan ditutup dengan objek glass. 13. Pemeriksaan histologis lambung dan usus Pembuatan dan pemeriksaan preparat histologis dilakukan oleh Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pemeriksan sel lambung dan usus tikus putih jantan dan betina hasil pengecatan hematosilin eosin dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50 100 kali dan 400 kali. Hasil pemeriksaan dibuat fotomikroskopi sebagai data kualitatif. F. Analisis Hasil 1. Pemeriksaan preparat histologis dilakukan secara kualitatif deskriptif dengan membandingkan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan untuk mengetahui spektrum efek toksik sediaan uji terhadap organ usus dan lambung yang terkena, dan juga untuk mengetahui hubungan kekerabatan antara dosis dan spektrum efek toksik. 2. Data uji keterbalikan dianalisis secara kualitatif berdasarkan perubahan morfologi yang terjadi pada kelompok tikus yang diberhentikan dari pemberian infusa daun sirsak dibandingkan dengan kelompok tanpa berhenti. 3. Data berat badan tikus setiap hari dan dihitung purata kenaikan beratnya pada hari ke-0, 7, 14, 21, 28 dan dianalisis secara statistik dengan analisis General Linear Model (multivariate). 4. Data asupan pakan dihitung setiap harinya dari selisih antara pemberian pakan awal (20 g per hari) dikurangi sisa pakan pada hari sebelumnya. Kemudian dihitung purata harian tiap kelompok perlakuan tanpa dianalisis statistik karena hanya ingin melihat pola makan tikus dan dibuat grafik. 5. Data asupan minum dihitung setiap harinya dari selisih antara pemberian minum awal (150 mL per hari) dikurangi sisa pemberian minum pada hari sebelumnya. Kemudian dihitung purata harian tiap kelompok perlakuan tanpa dianalisis statistik dan dibuat grafik. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan terhadap tanaman sirsak (Annona muricata L.) melalui determinasi yang mengacu pada buku acuan (Steenis, 1992). Determinasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan telah sesuai dan tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan sampel. Kebenaran tanaman dalam penelitian merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri tanaman sirsak dengan buku acuan. Hasil determinasi: 1b – 2b – 3b – 4b – 6b – 7b -9b – 10b – 11b – 12b – 13b – 14a – 15a – 109b – 119b – 120b – 128b – 129b – 135b – 136b – 139b – 140b – 142b – 142b – 143b – 146b – 154b – 155b – 156b – 162b – 164b – 165b – 166a 1b 2. Annona 1a Annona muricata L. 50. Annonaceae Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman sirsak (Annona muricata L.). B. Pembuatan Simplisia Daun Sirsak Simplisia adalah bahan alamiah berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan atau mengalami pengolahan secara sederhana serta belum merupakan 51 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52 zat murni kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010). Daun sirsak sebanyak 184,0 g dicuci dengan air bersih kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu ± 50ºC selama 72 jam. Daun yang sudah kering diserbuk dengan blender, diayak dengan ayakan nomor 40 lalu dicari bobot tetap dan rendemennya. Pengayakan bertujuan untuk menyeragamkan ukuran serbuk. Bobot tetap adalah berat pada penimbangan setelah zat dikeringkan selama satu jam tidak berbeda lebih dari 0,5 mg dari berat zat pada penimbangan sebelumnya (Departemen Kesehatan RI, 1979). Serbuk daun sirsak diayak dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Bobot serbuk pada ayakan pertama didapatkan 39,3 g dan pada ayakan kedua sebanyak 39,3 g. Maka didapatkan bobot tetap serbuk daun sirsak adalah 39,3 g. Rendemen simplisia dihitung dalam persen dengan membagi bobot daun kering dengan daun sirsak yang masih basah dikali 100%. Perhitungan rendemen ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya serbuk kering yang dihasilkan dari sejumlah daun sirsak basah yang telah mengalami pengolahan. Hasil rendemen yang didapatkan adalah 22,5%. C. Penetapan Kadar Air dalam Daun Sirsak Penetapan kadar air dalam daun sirsak bertujuan untuk mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam daun sirsak. Hal ini terkait dengan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Bila kadar air tinggi, maka pertumbuhan kontaminan, misalnya bakteri, akan semakin banyak sehingga akan mempengaruhi daya tahan bahan. Jadi, penghilangan kadar PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53 air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan. Pada penelitian penetapan kadar air dalam daun sirsak dengan cara destilasi toluen. Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah menguapkan air dengan “pembawa” cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat bercampur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air. Air dikumpulkan dalam penerima dan volume air yang terkumpul dapat diketahui karena berat jenis pelarut lebih kecil dari berat jenis air, sehingga air selalu berada dibawah pelarut dan pelarut akan kembali ke labu didih (Haryati, 2003). Metode ini efektif karena terjadi penyulingan berulang kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk mencegah adanya penguapan berlebih. Sistem yang digunakan tertutup dan tidak dipengaruhi oleh kelembaban (Departemen Kesehatan RI, 1995). Penetapan kadar air dalam daun sirsak direplikasi tiga kali lalu dirata-rata dan diperloleh kadar air 9,7%. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (1994), kadar air yang diperbolehkan dalam suatu serbuk adalah tidak lebih dari 10%. Hal ini berarti kadar air dalam daun sirsak untuk penelitian ini memenuhi kadar air yang diperbolehkan. D. Pemeriksaan Histologis Organ Lambung dan Usus Tikus Putih Jantan dan Betina Akibat Pemberian Infusa Daun Sirsak secara Subkronis Pembuatan preparat histologis organ lambung dan usus dilakukan dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, diamati di bawah mkroskop dengan perbesaran PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54 100X dan 400X, kemudian dibuat fotomikroskopi yang digunakan sebagai data kualitatif. 1. Pemeriksaan Histologis Organ Lambung Tikus Putih Jantan dan Betina Tabel I. Perbandingan hasil pemeriksaan histologis lambung tikus putih jantan kelompok perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dengan hasil uji keterbalikan No 1 Kelompok perlakuan Kontrol 8333 Muskularis eksterna normal mg/kg Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal 301 mg/kg BB 5 Lapisan mukosa normal Lapisan submukosa normal 180 mg/kg BB 4 Hasil uji keterbalikan Aquadest dosis Lapisan submukosa normal 108 mg/kg BB 3 Perlakuan selama 30 hari Lapisan mukosa normal BB 2 Pengamatan histologis Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal 503 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55 Tabel II. Perbandingan hasil pemeriksaan histologis lambung tikus putih betina kelompok perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dengan hasil uji keterbalikan No 1 Kelompok perlakuan Kontrol 8333 Muskularis eksterna normal mg/kg Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal 301 mg/kg BB 5 Lapisan mukosa normal Lapisan submukosa normal 180 mg/kg BB 4 Hasil uji keterbalikan Aquadest dosis Lapisan submukosa normal 108 mg/kg BB 3 Perlakuan selama 30 hari Lapisan mukosa normal BB 2 Pengamatan histologis Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal 503 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal Kelompok kontrol aquadest merupakan pembanding yang bertujuan untuk melihat gambaran normal organ lambung tanpa dipejani zat uji. Kelompok ini diberi aquadest dengan dosis 8333 mg/kgBB. Pada pemeriksaan histologis lambung tikus putih jantan maupun betina kelompok kontrol negatif aquadest PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56 tidak terjadi perubahan (gambar 7). Sel dan jaringan yang menyusun lambung seperti lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa dalam keadaan normal. Gambar 7. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok kontrol aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa Gambar 8. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok kontrol aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X. Keterangan: (mm) muskularis mukosa, (lp) lamina propria, (sm) submukosa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Gambar 9. Histologis organ lambung tikus betina kelompok kontrol aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm) muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna Gambar 10. Histologis organ lambung tikus betina kelompok kontrol aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm) muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna 57 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58 Dari pemeriksaan histologis, kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB menunjukkan tidak adanya perubahan sel dan jaringan pada organ lambung tikus putih jantan maupun betina. Bila dibandingkan dengan kontrol aquadest, semua kelompok perlakuan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang berarti. Lapisan mukosa yang terdiri dari epitel permukaan, kelenjar lambung (kelenjar kardia, pilori, dan fundus), lamina propria, dan muskularis mukosa yang membatasi mukosa dan submukosa dalam keadaan normal. Submukosa lambung yang terdiri dari jaringan ikat longgar tidak terdapat kerusakan, begitu pula muskularis eksterna lambung yang terdapat diantara submukosa dan serosa tidak terdapat perubahan. Dari data dapat disimpulkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik terhadap perubahan struktural organ lambung tikus putih jantan dan betina PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59 2. Pemeriksaan Histologis Organ Usus Tikus Putih Jantan dan Betina Tabel III. Perbandingan hasil pemeriksaan histologis usus tikus putih jantan kelompok perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dengan hasil uji keterbalikan No 1 perlakuan Kontrol Lapisan mukosa normal Lapisan submukosa normal 8333 Muskularis eksterna normal mg/kg Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal 180 mg/kg BB 4 Hasil uji keterbalikan Aquadest dosis Lapisan submukosa normal 108 mg/kg BB 3 Perlakuan selama 30 hari Lapisan mukosa normal BB 2 Pengamatan histologis Kelompok Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal 301 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal Terdapat potongan cacing di lumen usus 5 Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal 503 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60 Tabel IV. Perbandingan hasil pemeriksaan histologis usus tikus putih betina kelompok perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dengan hasil uji keterbalikan No 1 Kelompok perlakuan Kontrol 8333 Muskularis eksterna normal mg/kg Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal 301 mg/kg BB 5 Lapisan mukosa normal Lapisan submukosa normal 180 mg/kg BB 4 Hasil uji keterbalikan Aquadest dosis Lapisan submukosa normal 108 mg/kg BB 3 Perlakuan selama 30 hari Lapisan mukosa normal BB 2 Pengamatan histologis Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal 503 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal Gambaran histologis organ usus tikus jantan dan betina kelompok kontrol aquadest dosis 8333 mg/kg BB terlihat pada gambar 11, 12, dan 13. Usus terdiri dari jaringan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan jaringan serosa. Mukosa usus terdiri dari vili, lamina propria merupakan lapisan intermediet dari PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61 mukosa, dan muskularis mukosa yang merupakan lapisan terluar mukosa. Epitelium mukosa (Gambar 12) terdiri dari berbagai sel kelenjar yaitu sel absorptif atau sel enterosit, sel goblet, sel paneth, sel enteroendokrin, dan sel M. Submukosa berada di antara muskularis mukosa dan muskularis eksterna yang terdiri dari jaringan ikat longgar. Sedangkan muskularis eksterna merupakan lapisan yang mengelilingi lapisan submukosa yang tersusun dari otot polos tebal. Serosa merupakan penutup yang menyelubungi permukaan luar dari usus halus. Gambar 11. Histologis organ usus tikus jantan kelompok kontrol aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm) muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Gambar 12. Histologis organ usus tikus jantan kelompok kontrol aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X. Keterangan: (bb) brush border, (gc) goblet cell, (e) enterosit Gambar 13. Histologis organ usus tikus betina kelompok kontrol aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 100X. Keterangan: (se) surface ephitelium, (lp) lamina propria (sm) submukosa, (mm) muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa 62 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63 Kelompok kontrol aquadest diberi aquadest dengan dosis 8333 mg/kgBB. Pada pemeriksaan histologis usus tikus putih jantan maupun betina kelompok kontrol negatif aquadest tidak terjadi perubahan. Dinding sel usus yang terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa dalam keadaan yang normal. Hal ini menunjukkan tikus putih jantan dan betina yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hewan uji yang sehat. Kelompok perlakuan infusa daun sirsak tikus jantan dan betina dosis 108 mg/kg BB menunjukkan bahwa lapisan dinding usus, yaitu lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa dalam batas normal. Hal ini terlihat dari gambaran histologis usus yang terlihat tidak terjadi perubahan dan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol aquadest, hasil gambaran histologis tidak menunjukkan adanya perbedaan. Data ini menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik. Pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak tikus jantan dan betina dosis 180 mg/kg BB tidak terjadi perubahan setelah 30 hari. Lapisan yang menyusun dinding usus terlihat normal sehingga menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Gambar 14. Histologis organ usus tikus jantan kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklineosin, perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm) muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa Gambar 15. Histologis organ usus tikus jantan kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB dengan infeksi cacing, pewarnaan menggunakan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm) muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa, cacing pada lumen usus dan dikelilingi eosinofil 64 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65 Gambaran histologis organ usus tikus putih jantan kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB dapat dilihat pada gambar 14 dan 15. Pada kelompok perlakuan ini, ditemukan potongan cacing pada lumen usus salah satu tikus putih jantan (Gambar 15). Cacing termasuk dalam parasit. Parasit adalah suatu organisme yang hidup di atas atau di dalam organisme lain (Levine, 1990). Di dalam lamina propria terdapat elemen sistem imun, yaitu nodul limpa, limfosit, makrofag, sel plasma, dan eosinofil (Ross, 2006). Pada usus yang terdapat potongan cacing, terdapat eosinofil. Hal ini berarti terjadi mekanisme pertahanan usus terhadap antigen yaitu cacing. Cacing dapat masuk ke dalam saluran pencernaan tikus bukan disebabkan oleh infusa daun sirsak yang dikonsumsi tikus, tetapi karena dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal tikus yang kurang bersih. Gambar 16. Histologis organ usus tikus betina kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm) muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66 Data histologis organ usus tikus jantan dan betina kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB dalam batas normal. Lapisan penyusun dinding usus seperti lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa tidak mengalami perubahan (gambar 16). Hal ini menunjukkan perlakuan infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik pada organ usus tikus putih jantan dan betina. Kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB menunjukkan tidak adanya perubahan sel dan jaringan pada organ usus tikus putih jantan maupun betina bila dibandingkan dengan kontrol aquadest. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik terhadap perubahan struktural organ usus tikus putih jantan dan betina. E. Uji Keterbalikan Uji keterbalikan dilakukan untuk mengetahui sifak efek toksik yang ditimbulkan oleh infusa daun sirsak. Uji keterbalikan dilakukan dengan cara menghentikan semua perlakuan infusa daun sirsak pada tikus putih jantan maupun betina yang masih hidup. Uji keterbalikan ini dilakukan selama 14 hari dan tikus dibedah pada hari ke 15 untuk dibuat preparat histologis. Dari data histologis lambung yang telah diberhentikan dari perlakuan infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB (gambar 17); 180; 301; dan 503 mg/kg BB (Gambar 18), dapat dilihat lapisan yang menyusun dinding lambung normal. Lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa tidak mengalami PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67 perubahan. Bila dibandingkan dengan tikus putih jantan maupun betina yang diberi perlakuan infusa daun sirsak, gambaran histologis lambung tikus untuk uji keterbalikan ini tidak ada perbedaan yang berarti, yaitu semua organ masih dalam batas normal. Infusa daun sirsak yang diberikan selama 30 hari terbukti tidak menimbulkan efek toksik pada organ lambung sehingga tidak dapat ditentukan sifat efek toksik dari infusa dari daun sirsak tersebut. Gambar 17. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklineosin, perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm) muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68 Gambar 18. Histologis organ lambung tikus betina kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm) muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa Gambaran histologis usus tikus putih jantan dan betina kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB selama 30 hari tidak menimbulkan efek toksik. Setelah diberhentikan dari pejanan sediaan uji selama 14 hari, didapatkan data histologis usus tikus putih jantan dan betina kelompok perlakuan daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB (Gambar 19) tidak mengalami perubahan. Lapisan penyusun usus seperti mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa dalam batas normal. Sifat efek toksik infusa daun sirsak terhadap organ usus tidak dapat ditentukan karena infusa daun sirsak tidak menimbulkan efek toksik pada usus tikus selama 30 hari dan hasil uji keterbalikan menunjukkan bahwa organ usus masih dalam batas normal. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69 Gambar 19. Histologis organ usus tikus betina kelompok kontrol aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X. Keterangan: lp (lamina propria) pada mukosa usus normal F. Berat Badan Tikus Putih Jantan dan Betina Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak secara Subkronis Pengukuran berat badan penting untuk dilakukan. Berkurangnya pertambahan berat dapat untuk mengetahui kesehatan hewan uji dan merupakan indeks efek toksik yang sederhana. Selain itu penimbangan berat badan hewan uji digunakan untuk menyesuaikan volume pemberian infusa daun sirsak. Pada penelitian ini juga didapatkan data perubahan berat badan yang dihitung setiap minggu yaitu pada hari ke-0, 7, 14, 21, dan 28. Data berat badan hewan uji dianalisis statistik dengan menggunakan metode General Linear Model yang bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan infusa daun sirsak dapat mempengaruhi berat badan secara signifikan dan mengetahui kenaikan maupun penurunan berat badan tikus jantan dan betina. Bila p> 0,05 berarti berbeda tidak bermakna dan apabila p<0,05 berarti berbeda bermakna. Hasil analisis berat badan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70 tikus jantan dan betina akibat perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; 503 mg/kg BB dan kontrol aquadest 8333 mg/kgBB selama 28 hari terlihat pada tabel 5 dan 6. Tabel V. Hasil analisis berat badan tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak secara subkronis Kelompok perlakuan Kontrol Aquadest 8333 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB Purata berat badan (gram) ± SEM hari ke 0 7 14 21 28 239 ± 255,9±1 276,1±1 289,4 ± 298,6 ± 12,73 1,50 1,08 8,44 7,55 234,9± 246,5± 267,1± 279,1± 295,1± 13,11tb 8,34tb 9,33tb 11,02tb 8,94tb 237,1 ± 252,7 ± 274,4 ± 289,1 ± 303,2 ± 11,73tb 10,55tb 11,79tb 11,98tb 9,94tb 227,3 ± 256,6 ± 272,4 ± 281,6 ± 294,9 ± 15,03tb 13,67tb 9,73tb 9,05tb 9,30tb 235,8 ± 256 ± 270 ± 283,9 ± 298,2 ± tb tb tb 11,95 10,78 8,07 6,65tb 6,56tb Tabel VI. Hasil analisis berat badan tikus betina akibat perlakuan infusa daun sirsak secara subkronis Kelompok perlakuan Kontrol Aquadest 8333 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB Purata berat badan (gram) ± SEM hari ke 0 7 14 21 28 194,8 ± 191,4 ± 193 ± 195 ± 199,5 ± 5,15 6,57 6,25 8,39 7,83 194,4 ± 191,7 ± 196,2± 201,5 ± 206,3 ± 8,11tb 4,79tb 2,81tb 3,43tb 4,69tb 202,8 ± 202,7 ± 206 ± 212,2 ± 224 ± tb tb tb tb 9,45 6,57 7,54 8,07 7,36tb 192,5 ± 186,8 ± 188,2± 192,5 ± 202 ± tb tb tb tb 5,14 5,44 5,83 4,48 8,36tb 195,4 ± 194,7 ± 194 ± 194,1 ± 202 ± tb tb tb tb 4,21 6,00 8,60 8,97 8,36tb Analisis statistik General Linear Model berat badan didapatkan nilai signifikansi p > 0,05 yang menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna antara berat badan kelompok perlakuan. Berat badan antara kelompok perlakuan infusa daun sirsak berbeda tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71 aquadest, sehingga disimpulkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak tidak mempengaruhi berat badan hewan uji. 350.0 Berat Badan (g) 300.0 250.0 Dosis I 200.0 Dosis II 150.0 Dosis III 100.0 Dosis IV Kontrol Aquadest 50.0 0.0 0 7 14 21 28 35 Hari Gambar 20. Grafik perubahan berat badan tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 Keterangan: Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB Grafik perubahan berat badan tikus putih jantan menunjukkan berat badan hewan uji kelompok perlakuan infusa daun sirsak 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB, dan kelompok kontrol aquadest mengalami peningkatan. Purata berat badan serta kenaikan berat badan tikus putih jantan kelompok perlakuan dan kontrol aquadest hampir sama tiap minggunya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72 250 Berat badan (g) 200 Dosis I 150 Dosis II 100 Dosis III Dosis IV 50 Kontrol Aquadest 0 0 7 14 21 28 35 Hari Gambar 21. Grafik perubahan berat badan tikus betina akibat perlakuan infusa daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 Keterangan: Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB Pada grafik perubahan berat badan betina akibat perlakuan infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB mengalami kenaikan berat badan setiap minggunya. Tetapi pada tikus perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB, dan kontrol aquadest pada hari ke-7 mengalami penurunan berat badan, setelah itu pada hari ke-14 sampai hari ke-28 mengalami peningkatan berat badan. Hal ini mungkin dikarenakan proses adaptasi dari tikus betina pada awal percobaan sehingga menyebabkan penurunan nafsu makan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73 G. Asupan Pakan dan Minum Tikus Putih Jantan dan Betina Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak secara Subkronis Konsumsi makanan merupakan indikator yang berguna. Konsumsi makanan yang nyata berkurang dapat menimbulkan efek yang mirip atau memperberat manifestasi toksik zat uji. Pemberian pakan dan minum dilakukan setiap hari dengan jumlah yang sama, yaitu jumlah pakan sebanyak 20 g dan minum sebanyak 120 mL. Pakan yang digunakan adalah AD2 dan minum yang digunakan adalah air reverse-osmosis. Jumlah pakan dan minum yang dikonsumsi tikus diukur setiap harinya dengan menghitung selisih jumlah awal dikurangi sisa dan dirata-rata setiap harinya. Data asupan pakan dan minum hanya dihitung puratanya karena digunakan untuk melihat pola makan dari hewan uji. Jumlah makan (gram) 25 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Hari DOSIS 1 DOSIS 2 DOSIS 3 DOSIS 4 KONTROL AQUADEST Gambar 22 . Grafik asupan pakan tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak hari ke 0 sampai hari ke-28 Keterangan: Dosis 1= Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB Dosis 2= Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB Dosis 3= Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB Dosis 4= Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74 Grafik asupan pakan tikus jantan menunjukkan rata-rata konsumsi pakan yang hampir sama dari semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB dan kelompok kontrol aqudest. Tikus putih jantan mengkonsumsi rata-rata 15-20 g per hari, dan terlihat tidak terdapat peningkatan nafsu makan yang tinggi. Namun pada hari ke 6, terdapat penurunan konsumsi pakan. Hal ini dikarenakan pakan yang tumpah dari wadah pakan sehingga hanya Jumlah makan (gram) sedikit yang dapat dikonsumsi hewan uji. 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Hari DOSIS 1 DOSIS 2 DOSIS 3 DOSIS 4 KONTROL AQUADEST Gambar 23. Grafik asupan pakan tikus betina akibat perlakuan infusa daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 Keterangan: Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB Grafik asupan pakan tikus betina menunjukkan rata-rata konsumsi pakan yang hampir sama dari semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB dan kelompok kontrol aquadest. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak mempengaruhi pola makan hewan uji dan perubahan berat badan yang terjadi disebabkan oleh proses pertumbuhan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75 Jumlah minum (ml) 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Hari DOSIS 1 DOSIS 2 DOSIS 3 DOSIS 4 KONTROL AQUADEST Gambar 24. Grafik asupan minum tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 Jumlah minum (ml) Keterangan: Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Hari DOSIS 1 DOSIS 2 DOSIS 3 DOSIS 4 KONTROL AQUADEST Gambar 25. Grafik asupan minum tikus betina akibat perlakuan infusadaun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 Keterangan: Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76 Selain data perubahan berat badan dan data asupan pakan, data asupan minuman juga dijadikan data pendukung dalam penelitian ini. Data asupan minum didapat dari rata-rata perhari agar terlihat pola asupan minum hewan uji. Dari gambar 24 dan 25, terlihat pola minum semua kelompok perlakuan normal karena tidak ada peningkatan atau penurunan pola minum jika dibandingkan dengan kontrol aquadest. Maka dapat dikatakan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak mempengaruhi pola minum hewan uji. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan daun sirsak jika digunakan dalam jangka panjang. Hasil penelitian toksisitas subkronis infusa daun sirsak yang diberikan selama 30 hari dengan dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg terhadap tikus jantan dan betina galur Sprague Dalwey menunjukkan tidak adanya efek toksik yang ditimbulkan terhadap perubahan struktural lambung dan usus tikus serta tidak mempengaruhi pola makan dan minum tikus. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; 503 mg/kg BB secara subkronis tidak mengakibatkan efek toksik pada perubahan struktural organ lambung dan usus tikus putih jantan maupun betina. 2. Tidak ada kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan spektrum efek toksik pada lambung dan usus tikus. 3. Tidak terjadi efek toksik dari infusa daun sirsak dan tidak dapat ditentukan keterbalikannya pada histologis lambung dan usus tikus. B. Saran Perlu dilakukan penelitian mengenai toksisitas subkronis penggunaan infusa daun sirsak dengan rentang waktu yang lebih lama, misalnya 3 bulan. 77 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Amzu, 2001, Kanker lenyap berkat sirsak, AgroMedia Pustaka, Jakarta, p. 4. Arthur, F.K.N., Woode, E., Terlabi, E.O., and Larbie, C., 2011, Evaluation of acute and subchonic toxicity of Annona Muricata (Linn.) aqueous extrat in animals, Pelagia Research Library, 4, 115-124. Baratawidjaja, K.G., dan Rengganis, I., 2010, Imunologi Dasar, Edisi IX, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, pp. 435-446. Constanzo, L.S., 2002, Physiology, 2nd ed.,Elsevier, Philadelphia, p. 313. Dale, M.M., Foreman, J.C., and Fan, T.P.D., 1994, Textbook of Immunopharmacology, 3rd ed., Blackwell Scientific Publications, Oxford, pp. 61-62. Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 1989, Materia Medika Indonesia, jilid VI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 41-45. Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta, p. 1. Donatus, I.A., 2001, Toksikologi Dasar, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pp. 7, 201, 202. Eroschenko, V.P., 2008, Di Fiores’s atlas of histology with functional correlations, 11th ed, Lippincott Williams&Wilkins, Philadelphia, pp. 292298. Fofana, S., Ziyaev, R., Abdusamatov, A., and S. Kh. Zakirov, S.K., 2011, Alkaloids from Annona muricata leaves, Chemistry of Natural Compounds, 47, 2-5. Fox, Stuart, 2011, Human Physiology, 12th ed., McGraw-Hill, New York, p.614. 78 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79 Gajalakshmi, S., Vijayalakshmi, S., and Devi, R.V., 2012, Phytochemical and Pharmacological Properties of Annona muricata: A Review, Int J Pharm Pharm Sci, 4, 3-6. McPhee, S. J. and Ganong, W. F., 2006, Pathophysiology of Disease, An Introduction to Clinical Medicine, 5th ed., McGraw-Hill, United State of America, pp. 352-353. Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006, Textbook of medical physiology, 11th ed., Elsevier, Philadelphia, pp. 785-786. Haryati, N., 2003, Menentukan Kadar Air dengan Metode Lemari Pengering, Destilasi Toluene dan Infra Merah, Skripsi, 5,Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hodgson, E., 2004, A Textbook of Modern Toxicology, 3rd ed, A John Willey & Sons, Canada, pp. 364-369. Johnson, K. E., 1994, Histology & Cell Biology, diterjemahkan oleh Gunawijaya, A., Binarupa Aksara, Jakarta, p. 463. Junqueria, L.C., Carneiro, J., and Kelley, R.O., 1997, Basic Histology, 8th ed, diterjemahkan oleh Tambayong, J., EGC, Jakarta, pp. 291-309. Kumar, Vinay, 2009, Robbins & Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th ed, diterjemahkan oleh Brahm, U., EGC, Jakarta, pp. 851-852. Leeson, C. R., 1996, Textbook of histology, 5th ed, diterjemahkan oleh Tambayong, Y., EGC, Jakarta, pp. 350-359. Levine, N. D., 1990, Textbook of Veterinary Parasitology, diterjemahkan oleh Ashadi, G., Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, p. 3. Lu, F.C., 1995, Basic Toxicology: fundamentals, target organ, and risk assesment, Edisi II, diterjemahkan oleh Nugroho, E., UI Press, Jakarta, pp. 47-48. Martini, F.H., 1997, Human Anatomy, 2nd ed., Prentice Hall, USA, pp. 626-651. Mills, S.E., 2007, Histology for Pathologist, 3rd ed., Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp. 592-63. Plantamor, 2008, Annona muricata L., http://www.plantamor.com/index.php?plant=106, diakses tanggal 17 Maret 2012. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80 Ross, M.H. and Pawlina W., 2006, Histology: a text and atlas with correlated cell and molecular biology, Ed V, Lippincott Williams and Wilkins, Florida, pp. 519 – 551. Sherwood, L., 2011, Human physiology: from cells to systems, 6th ed, diterjemahkan oleh Brahm, U.P., EGC, Jakarta, pp. 654-678. Sousa, O.V., Vieria, G.D.V., Pinho, J.J.R.G., Yamamoto, C.H., Alves, M.S., 2010, Antinociceptive and Anti-Inflammatory Activities of the Ethanol Extract of Annona muricata L. Leaves in Animal Models, Int. J. Mol. Sci., 11, 2067-2078. Steenis, C.G.G.J.C., 1992, Flora: Untuk Sekolah di Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta. Stine, K.E. and Brown, T.M., 1996, Principles of Toxicolog, CR Press inc, New York, pp. 1-10. Telser, A.G., and Young, J.K., 2007, Elsevier’s Integrated Histology, Mosby Elsevier, Philadelphia, pp. 320-322. Turana, Y., 2002, Suatu Obat, Tidak Lepas dari Efek Samping, suatu tinjauan pustaka, MEDIKA, No 9, 596-598. Wibowo, D.S., dan Widjaya, P., 2009, Anatomi Tubuh Manusia, Graha Ilmu Publishing, Jakarta, p. 337. Young, B., 2006, Wheater’s Functional Histology, A text and Colour Atlas, 5th ed., Elsevier, Philadelphia, p. 263. Zaman, V. and Mary, N.M., 2008, Atlas of Medical Parasitology, 4th ed, Elsevier, Singapore, p. xv. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN Lampiran 1. Tanaman Sirsak dan Daun Sirsak (Annona muricata L.) Foto tanaman sirsak (Annona muricata L.) Foto Daun Sirsak (Annona muricata L.) 81 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Serbuk daun sirsak Lampiran 2. Determinasi Daun Sirsak (Annona muricata L.) 82 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 3. Pengesahan Determinasi Daun Sirsak (Annona muricata L.) 83 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 4. Ethics Committee Approval 84 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 5. Alat untuk Destilasi Toluen Lampiran 6. Perhitungan Rendemen Bobot daun basah : 184,0 g Bobot daun kering : 53,9 g Bobot serbuk : 41,4 g % rendemen = = Lampiran 7. Perhitungan Bobot Tetap Bobot tetap serbuk I : 39,3 g Bobot tetap serbuk II : 39,3 g 85 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86 Lampiran 8. Perhitungan Kadar Air Daun Sirsak Bobot sebelum pemanasan : 50 g Volume dalam penampung : Replikasi I : 4,8 mL Replikasi II : 4,9 mL Replikasi III : 4,8 mL Kadar air Replikasi I : Replikasi II : Replikasi III : Rata-rata kadar air : 9,7% (memenuhi syarat yaitu kurang dari 10%) Lampiran 9. Infusa Daun Sirsak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87 Lampiran 10. Perhitungan Dosis Infusa Daun Sirsak pada Kelompok Perlakuan Peringkat dosis yang digunakan berdasarkan pada pengobatan masyarakat sehari-hari yaitu kurang dari 10 lembar daun sisak. Dosis pada perlakuan diambil dari dosis empirik yaitu 2 g/70kgBB manusia. Konversi manusia (70 kg ke tikus 200 g) adalah 0,018. Dosis untuk 200 g tikus = 0,018 x 2 g = 0,036 g/200 gBB tikus Dosis untuk 1 kg tikus = g/kgBB tikus = 180 mg/kg BB tikus Untuk perhitungan dosis tertinggi berdasarkan: 1. konsentrasi : 6 g/ 100 mL 2. pemberian infusa menggunakan ½ volume maksimal pemberian peroral yaitu 2,5 mL 3. bobot tertinggi tikus : 300 g D= = 6 g/100 mL x 2,5 mL : 300 g = 0,5 mg/g BB tikus = 500 mg/kg BB tikus Kemudian dihitung faktor pengali untuk peringkat dosis perlakuan. Faktor pengali = = = 1,67 Dosis terapi dijadikan sebagai peringkat dosis kedua, untuk peringkat dosis pertama dosis 0,18 mg/kgBB dibagi 1,67. Dosis ketiga dosis 0,18 mg/kgBB PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88 dikali 1,67 dan dosis keempat dihitung dari dosis ketiga dikali 1,67, sehingga diperoleh 4 peringkat dosis yaitu: Dosis I = 108 mg/kg BB tikus Dosis II = 180 mg/kg BB tikus Dosis III = 301 mg/kg BB tikus Dosis IV = 503 mg/kg BB tikus Lampiran 11. Konversi Dosis Tikus ke Manusia Konversi Tikus 200 g ke manusia 70 kg = 56,0 Dosis untuk manusia = Dosis untuk tikus 200 g x (angka konversi ke manusia) Dosis infusa daun sirsak untuk manusia : 1. Infusa daun sirsak 108 mg/kgBB tikus : 108mg/kg x 200 g = 21,6 mg/ 200g = 0,0216g/ 200gBB 0,0216g/ 200gBB x 56,0 = 1,2096g/ 70 kgBB manusia 2. Infusa daun sirsak 180 mg/kgBB tikus 180mg/kg x 200 g = 36,0 mg/ 200g = 0,036g/ 200 gBB 0,036g/ 200g x 56,0 = 2,016g/ 70 kgBB manusia 3. Infusa daun sirsak 301 mg/kgBB tikus 301 mg/kg x 200 g = 60,2 mg/ 200g = 0,0602g/ 200 gBB 0,0602g/ 200gBB x 56,0 = 3,3712g/ 70 kgBB manusia 4. Infusa daun sirsak 503 mg/kgBB tikus 503 mg/kg x 200 g = 100,6 mg/ 200g = 0,1006g/ 200 gBB 0,1006g/ 200gBB x 56,0 = 5,6336g/ 70 kgBB manusia PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89 Lampiran 12. Data Rata-Rata Berat Badan Tikus Jantan Hari ke-0 sampai ke-28 Hari ke Kelompok perlakuan 0 7 14 21 28 Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB 234,9 246,5 267,1 279,1 295,1 Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB 237,1 252,7 274,4 289,1 303,2 Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB 227,3 256,6 272,4 281,6 294,9 Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB 235,8 256 270 283,9 298,2 Kontrol Aquadest 8333 mg/kgBB 239 255,9 276,1 289,4 298,6 Lampiran 13. Data Rata-Rata Berat Badan Tikus Betina Hari ke-0 sampai ke-28 Hari ke Kelompok Perlakuan 0 7 14 21 28 Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB 194,4 191,7 196,2 201,5 206,3 Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB 202,8 202,7 206 212,2 224 Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB 192,5 186,8 188,2 192,5 197 Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB 195,4 194,7 194 194,1 202 Kontrol Aquadest 8333 mg/kgBB 194,8 191,4 193 195,8 199,5 Lampiran 14. Hasil uji General Linear Model (multivariate) Berat Badan Tikus Jantan Hari ke-0 sampai ke-28 Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak Means Case Processing Summary Cases Included Excluded Total Per cen N Berat Badan hari ke-0 * Kelompok Perlakuan Berat Badan hari ke-7 Kelompok Perlakuan * t 25 25 100 .0% 100 .0% N Percent N Percent 0 .0% 25 100.0% 0 .0% 25 100.0% PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Berat Badan hari ke-14 * 25 Kelompok Perlakuan Berat Badan hari ke-21 * 25 Kelompok Perlakuan Berat Badan hari ke-28 * 25 Kelompok Perlakuan 100 .0% 100 .0% 100 .0% 0 .0% 25 100.0% 0 .0% 25 100.0% 0 .0% 25 100.0% 90 Report Berat Badan Berat Badan Berat Badan Kelompok Perlakuan Infusa Daun Sirsak mg/kgBB hari ke-0 108 Mean N Std. Deviation Std. Error of Mean Infusa Daun Sirsak mg/kgBB 180 Mean N Std. Deviation Std. Error of Mean Infusa Daun Sirsak mg/kgBB 301 Mean N Std. Deviation Std. Error of Mean Infusa mg/kgBB Daun Sirsak 503 Mean N Std. Deviation hari ke-7 hari ke-14 Berat Badan Berat Badan hari ke-21 hari ke-28 234.9400 246.5000 267.1200 279.1400 295.0600 5 5 5 5 5 29.30654 18.65449 20.85970 24.63966 19.98695 13.10628 8.34254 9.32874 11.01919 8.93843 237.1200 252.7200 274.3800 289.0800 303.1800 5 5 5 5 5 26.22312 23.58341 26.35663 26.78371 22.22346 11.72734 10.54682 11.78704 11.97804 9.93863 227.2800 256.6400 272.4400 281.6400 294.9200 5 5 5 5 5 33.60658 30.57569 21.75495 20.24483 20.78911 15.02932 13.67387 9.72911 9.05376 9.29717 235.8000 256.0200 270.0400 283.8600 298.2200 5 5 5 5 5 26.71835 24.09672 18.03741 14.87105 14.66959 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Std. Error of Mean Kontrol Aquadest mg/kgBB 8333 Mean Deviation Std. Error of Mean Total 11.94881 10.77638 8.06657 6.65053 6.56044 239.0400 255.9400 276.0800 289.4400 298.5800 5 5 5 5 5 28.46556 25.72058 24.78310 18.87917 16.88659 12.73018 11.50259 11.08334 8.44302 7.55191 234.8360 253.5640 272.0120 284.6320 297.9920 25 25 25 25 25 26.77449 22.98887 20.83797 20.06310 17.71339 5.35490 4.59777 4.16759 4.01262 3.54268 N Std. Mean N Std. Deviation 91 Std. Error of Mean ANOVA Table Sum of Squares Berat Badan hari ke-0 * Between Groups (Combi Kelompok Perlakuan ned) 404.618 Mean df Square 4 101.154 .120 Within Groups 16800.340 20 840.017 Total 17204.958 24 358.758 4 Berat Badan hari ke-7 * Between Groups (Combi Kelompok Perlakuan ned) 89.689 .146 Within Groups 12324.960 20 616.248 Total 12683.718 24 250.798 4 Berat Badan hari ke-14 * Between Groups (Combi Kelompok Perlakuan ned) 62.700 .123 Within Groups 10170.508 20 508.525 Total 10421.306 24 Berat Badan hari ke-21 * Between Groups (Combi Kelompok Perlakuan ned) Within Groups 413.058 9247.616 F 4 103.265 .223 20 462.381 Sig. .974 .963 .972 .922 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Total Berat Badan hari ke-28 * Between Groups (Combi Kelompok Perlakuan ned) 9660.674 24 226.734 4 7303.604 20 365.180 Total 7530.338 24 Eta Berat Badan hari ke-0 * ke-7 * Kelompok Perlakuan Berat Badan hari Kelompok Perlakuan Berat Badan hari ke-14 * Kelompok Perlakuan Berat Badan hari ke-21 * Kelompok Perlakuan Berat Badan hari ke-28 * Kelompok Perlakuan Eta Squared .153 .024 .168 .028 .155 .024 .207 .043 .174 .030 General Linear Model Between-Subjects Factors Value Label Kelompok Perlakuan 1 Infusa Daun Sirsak 108 N 5 mg/kgBB 2 Infusa Daun Sirsak 180 5 mg/kgBB 3 56.684 .155 Within Groups Measures of Association Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB 5 92 .958 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4 Infusa Daun Sirsak 503 5 Aquadest 8333 5 93 mg/kgBB 5 Kontrol mg/kgBB Multivariate Tests Effect Intercept Value F Hypothesis df Error df Sig. Pillai's Trace .997 1.201E3 a 5.000 16.000 .000 Wilks' Lambda .003 1.201E3 a 5.000 16.000 .000 375.298 1.201E3 a 5.000 16.000 .000 375.298 1.201E3 a 5.000 16.000 .000 Hotelling's Trace Roy's Largest Root Kelompok_perlakuan c Pillai's Trace .385 .405 20.000 76.000 .987 Wilks' Lambda .662 .357 20.000 54.016 .993 .442 .321 20.000 58.000 .997 b 5.000 19.000 .579 Hotelling's Trace Roy's Largest Root .204 .777 a. Exact statistic b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level. c. Design: Intercept + Kelompok_perlakuan Tests of Between-Subjects Effects Dependent Source Variable Corrected Model Berat Badan hari ke-0 Berat Badan hari ke-7 Type III Sum Mean of Squares df Square F Sig. 404.618 a 4 101.154 .120 .974 358.758 b 4 89.689 .146 .963 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Berat Badan hari ke-14 Berat Badan hari ke-21 Berat Badan hari ke-28 Intercept Berat Badan hari ke-0 Berat Badan hari ke-7 Berat Badan hari ke-14 Berat Badan hari ke-21 Berat Badan hari ke-28 Kelompok_perlakuan Berat Badan hari ke-0 Berat Badan hari ke-7 Berat Badan hari ke-14 Berat Badan hari ke-21 Berat Badan hari ke-28 Error Berat Badan hari ke-0 Berat Badan hari ke-7 Berat Badan hari ke-14 Berat Badan hari ke-21 94 c 4 62.700 .123 .972 413.058 d 4 103.265 .223 .922 226.734 e 4 56.684 .155 .958 1378698.672 1 1607367.552 1 1849763.204 1 2025384.386 1 2219980.802 1 404.618 250.798 1378698.67 1.641E 2 3 1607367.55 2.608E 2 3 1849763.20 3.638E 4 3 2025384.38 4.380E 6 3 2219980.80 6.079E .000 .000 .000 .000 .000 2 3 4 101.154 .120 .974 358.758 4 89.689 .146 .963 250.798 4 62.700 .123 .972 413.058 4 103.265 .223 .922 226.734 4 56.684 .155 .958 16800.340 20 840.017 12324.960 20 616.248 10170.508 20 508.525 9247.616 20 462.381 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Berat Badan hari 7303.604 20 1395903.630 25 1620051.270 25 1860184.510 25 2035045.060 25 2227511.140 25 17204.958 24 12683.718 24 10421.306 24 9660.674 24 7530.338 24 ke-28 Total Berat Badan hari ke-0 Berat Badan hari ke-7 Berat Badan hari ke-14 Berat Badan hari ke-21 Berat Badan hari ke-28 Corrected Total Berat Badan hari ke-0 Berat Badan hari ke-7 Berat Badan hari ke-14 Berat Badan hari ke-21 Berat Badan hari ke-28 95 365.180 a. R Squared = .024 (Adjusted R Squared = -.172) b. R Squared = .028 (Adjusted R Squared = -.166) c. R Squared = .024 (Adjusted R Squared = -.171) d. R Squared = .043 (Adjusted R Squared = -.149) e. R Squared = .030 (Adjusted R Squared = -.164) Lampiran 15. Hasil uji General Linear Model (multivariate) Berat Badan Tikus Betina Hari ke-0 sampai ke-28 Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak Means Case Processing Summary Cases Included Excluded Total PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI N Berat Badan hari ke-0 * Kelompok Perlakuan Berat Badan hari ke-7 * Kelompok Perlakuan Berat Badan hari ke-14 * Kelompok Perlakuan Berat Badan hari ke-21 * Kelompok Perlakuan Berat Badan hari ke-28 * Kelompok Perlakuan Percent N Percent N 96 Percent 25 100.0% 0 .0% 25 100.0% 25 100.0% 0 .0% 25 100.0% 25 100.0% 0 .0% 25 100.0% 25 100.0% 0 .0% 25 100.0% 25 100.0% 0 .0% 25 100.0% Report Berat Badan Berat Badan Berat Badan Kelompok Perlakuan Infusa Daun Sirsak mg/kgBB hari ke-0 108 Mean N Std. Deviation Std. Error of Mean Infusa Daun Sirsak mg/kgBB 180 Mean N Std. Deviation Std. Error of Mean Infusa Daun Sirsak mg/kgBB 301 Mean N Std. Deviation Std. Error of Mean Infusa Daun Sirsak 503 Mean hari ke-7 hari ke-14 Berat Badan Berat Badan hari ke-21 hari ke-28 194.4000 191.6600 196.1800 201.4800 206.2600 5 5 5 5 5 18.13574 10.71812 6.27989 7.67835 10.47869 8.11055 4.79329 2.80845 3.43386 4.68621 198.0600 202.0200 201.3200 205.9800 213.7800 5 5 5 5 5 21.13748 14.69956 16.86022 18.05580 16.45257 9.45297 6.57384 7.54012 8.07480 7.35781 192.5000 186.7800 188.1800 192.5400 196.9800 5 5 5 5 5 11.49848 12.17280 13.03215 10.02487 13.57892 5.14228 5.44384 5.82816 4.48326 6.07268 195.4400 194.7400 194.0400 194.1200 202.0200 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI mg/kgBB N Std. Deviation Std. Error of Mean Kontrol Aquadest 8333 Mean mg/kgBB N Std. Deviation Std. Error of Mean Total Mean N Std. Deviation Std. Error of Mean 97 5 5 5 5 5 9.41371 13.42378 19.23962 20.05261 18.69176 4.20994 6.00330 8.60422 8.96780 8.35921 194.8000 191.4000 193.0200 195.8400 199.5200 5 5 5 5 5 11.51564 14.69303 13.97183 18.76774 17.51134 5.14995 6.57092 6.24839 8.39319 7.83131 195.0400 193.3200 194.5480 197.9920 203.7120 25 25 25 25 25 13.84070 13.12672 13.98511 15.25590 15.48075 2.76814 2.62534 2.79702 3.05118 3.09615 Sum of Mean ANOVA Table Squares Berat Badan hari ke-0 * Between Groups Kelompok Perlakuan Berat Badan hari (Comb ined) ke-7 80.996 df Square 4 20.249 Within Groups 4516.564 20 225.828 Total 4597.560 24 * Between Groups (Comb 634.600 4 158.650 Within Groups 3500.860 20 175.043 Total 4135.460 24 Kelompok Perlakuan ined) Berat Badan hari ke-14 * Between Groups (Comb Kelompok Perlakuan ined) 458.338 4 114.585 Within Groups 4235.664 20 211.783 Total 4694.002 24 F Sig. .090 .985 .906 .479 .541 .707 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Berat Badan hari ke-21 * Between Groups (Comb 626.610 4 156.653 Within Groups 4959.208 20 247.960 Total 5585.818 24 Kelompok Perlakuan ined) Berat Badan hari ke-28 * Between Groups (Comb Kelompok Perlakuan ined) 868.062 4 217.016 Within Groups 4883.624 20 244.181 Total 5751.686 24 Measures of Association Eta Berat Badan hari ke-0 * Kelompok Perlakuan Berat Badan hari ke-7 * Kelompok Perlakuan Berat Badan hari ke-14 * Kelompok Perlakuan Berat Badan hari ke-21 * Kelompok Perlakuan Berat Badan hari ke-28 * Kelompok Perlakuan Eta Squared .133 .018 .392 .153 .312 .098 .335 .112 .388 .151 General Linear Model Between-Subjects Factors Value Label Kelompok Perlakuan 1 Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB N 5 98 .632 .646 .889 .489 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2 Infusa Daun Sirsak 180 99 5 mg/kgBB 3 Infusa Daun Sirsak 301 5 mg/kgBB 4 Infusa Daun Sirsak 503 5 Aquadest 8333 5 mg/kgBB 5 Kontrol mg/kgBB Multivariate Tests Effect Intercept Value Hypothesis df Error df Sig. a 5.000 16.000 .000 .004 9.008E2 a 5.000 16.000 .000 281.510 9.008E2 a 5.000 16.000 .000 281.510 9.008E2 a 5.000 16.000 .000 .583 .648 20.000 76.000 .863 .507 .613 20.000 54.016 .886 .801 .580 20.000 58.000 .911 b 5.000 19.000 .142 Wilks' Lambda Trace F .996 9.008E2 Pillai's Trace Hotelling's c Roy's Largest Root Kelompok_perlakuan Pillai's Trace Wilks' Lambda Hotelling's Trace Roy's Largest .500 1.901 Root a. Exact statistic b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level. c. Design: Intercept + Kelompok_perlakuan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Tests of Between-Subjects Effects Dependent Source Variable Corrected Model Berat Badan hari ke-0 Berat Badan hari ke-7 Berat Badan hari ke-14 Berat Badan hari ke-21 Berat Badan hari ke-28 Intercept Berat Badan hari ke-0 Berat Badan hari ke-7 Berat Badan hari ke-14 Berat Badan hari ke-21 Berat Badan hari ke-28 Kelompok_perlakuan Berat Badan hari ke-0 Berat Badan hari ke-7 Berat Badan hari ke-14 Berat Badan hari ke-21 Berat Badan hari ke-28 Error Berat Badan hari ke-0 Type III Sum of Squares Mean df Square F Sig. 80.996 a 4 20.249 .090 .985 634.600 b 4 158.650 .906 .479 c 4 114.585 .541 .707 626.610 d 4 156.653 .632 .646 868.062 e 4 217.016 .889 .489 458.338 951015.040 1 934315.560 1 946223.108 1 980020.802 1 1037464.474 1 80.996 4 951015. 4.211E 040 3 934315. 5.338E 560 3 946223. 4.468E 108 3 980020. 3.952E 802 3 1037464 4.249E .000 .000 .000 .000 .000 .474 3 20.249 .090 .985 634.600 4 158.650 .906 .479 458.338 4 114.585 .541 .707 626.610 4 156.653 .632 .646 868.062 4 217.016 .889 .489 4516.564 20 225.828 100 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Berat Badan hari ke-7 Berat Badan hari ke-14 Berat Badan hari ke-21 Berat Badan hari ke-28 Total Berat Badan hari ke-0 Berat Badan hari ke-7 Berat Badan hari ke-14 Berat Badan hari ke-21 Berat Badan hari ke-28 Corrected Total Berat Badan hari ke-0 Berat Badan hari ke-7 Berat Badan hari ke-14 Berat Badan hari ke-21 Berat Badan hari ke-28 3500.860 20 175.043 4235.664 20 211.783 4959.208 20 247.960 4883.624 20 244.181 955612.600 25 938451.020 25 950917.110 25 985606.620 25 1043216.160 25 4597.560 24 4135.460 24 4694.002 24 5585.818 24 5751.686 24 a. R Squared = .018 (Adjusted R Squared = -.179) b. R Squared = .153 (Adjusted R Squared = -.016) c. R Squared = .098 (Adjusted R Squared = -.083) d. R Squared = .112 (Adjusted R Squared = -.065) e. R Squared = .151 (Adjusted R Squared = -.019) 101 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102 Lampiran 16. Data Asupan Pangan Tikus Jantan Perlakuan Hari Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 15.7 16.3 18 18 17.2 15.7 16.2 17.3 18.1 17.8 17.6 18.3 16.7 17.3 17.7 18.4 18 18.9 18.4 18.6 16.9 19.5 19.6 19.9 19.6 19.8 20 19.5 16.8 18.4 18.4 19.3 17.3 18.6 15.3 18.8 18.2 17.8 18.1 18.4 18 18.5 19.1 18.6 19 19.1 19.2 19.9 19.2 19.5 19.9 19.8 19.9 19.7 19.5 19 17.7 18.6 19 17 17.3 17.7 18.4 17.6 19.1 17.8 18.5 18.5 13.9 16.6 17.1 18.1 16.2 17.4 16 15.8 17.2 17.5 17.5 18.8 17.6 18 17.9 18.2 18 18.7 18.9 18.8 18.4 12.2 19.1 18.7 18.1 17.4 16.6 16.7 17.4 15.7 16.8 17.4 16.7 17.8 17.3 17.5 17.3 18.2 18.8 19.3 19.5 19.5 19.9 19.6 Kontrol Aquadest 8333 mg/kgBB 17.3 18.3 18 18.3 17.9 17 18.4 16.9 17.6 17.6 18.1 18.6 17.9 17.9 19.1 19.4 17.7 19.8 19.4 19.1 17.9 17 16.2 19 18.7 18.3 18.9 18.6 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103 Lampiran 17. Data Asupan Pangan Tikus Betina Perlakuan Hari Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 9.16 10.8 10.6 10.7 12.2 12.2 12 12.1 13 12.6 14.1 12.7 12.7 12.7 14.1 13.8 14.8 14.7 14.3 14.1 13.6 16.1 16.2 14.7 15 14.7 13.5 13.6 10.9 10.5 12.4 9.9 12.6 13.5 12.8 15.3 11.3 14 15.1 15.7 10.7 14.6 16.4 15.5 12.6 17.5 14.5 15.7 11.9 14.5 14.8 17 15.2 15.4 16.4 16.3 11 10.1 11.2 10.5 13.2 9.7 8.5 11.3 11.4 11.4 12.5 10.6 12.7 12.4 12 13.5 14.3 13.8 11.9 13.9 13.6 14.8 10.6 14.6 12.8 12.6 13.2 13.8 9 10.4 12.7 10.9 12.7 18.8 12.4 12.7 13.3 12.3 11.8 11.6 11.2 11.9 11.3 11.7 10.9 12.7 10.9 10.9 12.4 13.7 13.5 14.7 14.2 14.5 13.8 14.2 Kontrol Aquadest 8333 mg/kgBB 7.4 10.7 14.7 12.1 12.1 11.1 11.1 12.1 12.5 14 12.9 14.1 13.4 12.9 13.7 12.6 13.3 14.8 12.1 11.4 13.1 13.3 12 14.4 14.6 14.5 14 14.2 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 18. Data Asupan Minum Tikus Jantan Perlakuan Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB Kontrol Aquadest 8333 mg/kgBB 30 22 18 22 28 24 25 28 30 29 27 27 26 25 35 28 40 27 33 30 31 40 28 35 28 36 25 31 26 26 30 21 28 24 23 35 29 30 25 29 25 33 32 22 35 28 37 31 30 37 25 31 35 35 23 28 32 23 23 24 26 25 27 29 31 24 22 29 23 22 35 24 26 28 28 28 29 37 26 27 29 33 22 27 30 26 28 20 25 24 25 35 29 35 21 29 23 25 33 21 31 28 29 23 29 35 28 30 29 32 24 27 27 21 31 26 30 22 26 32 28 37 24 34 22 26 33 28 33 26 34 24 27 34 31 28 27 31 28 30 104 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 19. Data Asupan Minum Tikus Betina Perlakuan Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB Kontrol Aquadest 8333 mg/kgBB 21 17 29 27 25 22 17 30 28 22 19 22 17 20 29 21 28 24 22 25 25 36 22 25 21 25 19 25 27 27 22 16 31 20 26 33 24 33 25 25 20 29 31 22 30 29 33 32 26 33 27 27 29 32 23 32 30 16 16 28 28 16 18 29 24 25 16 22 22 19 26 19 28 22 24 21 23 34 16 27 23 26 22 23 26 22 23.75 18 30 21 23 34 30 30 24 28 22 24 30 21 32 27 26 27 27 39 25 30 29 32 26 25 26 16 23 18 31 18 23 33 31 31 23 29 25 26 32 22 30 23 32 24 25 30 23 26 27 30 23 24 105 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 20. Gambar Histologis Lambung Tikus J14 perbesaran 100x tidak ada perubahan JI4 perbesaran 400x tidak ada perubahan B41 perbesaran 400x tidak ada perubahan B41 perbesaran 100x tidak ada perubahan BK4 perbesaran 400x tidak ada perubahan BK4 perbesaran 100x tidak ada perubahan 106 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI K2 perbesaran 100x tidak ada perubahan K2 perbesaran 400x tidak ada perubahan Lampiran 21. Gambar Histologis Usus Tikus J34 perbesaran 100x Tidak ada perubahan J34 perbesaran 400x Tidak ada perubahan K2 perbesaran 100x Tidak ada perubahan K2 perbesaran 400x Tidak ada perubahan 107 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI B45 perbesaran 400x Tidak ada perubahan B45 perbesaran 100x Tidak ada perubahan BK3 perbesaran 100x Tidak ada perubahan BK3 perbesaran 400x Tidak ada perubahan J32 perbesaran 100x Enteritis 108 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109 Lampiran 22. Hasil Diagnosa Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.) terhadap Perubahan Struktur Histologis Lambung dan Usus Tikus PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111 BIOGRAFI PENULIS Penulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.) secara Subkronis terhadap Gambaran Histologis Lambung dan Usus Tikus” mempunyai nama Elisabeth Raras Pramudita Raharjaningtyas, merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Drs. Gatot Supriyo Dwi Hantoro, M. Eng dan Theresia Anik Sri Mulyati dilahirkan di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada 10 April 1991. Pendidikan formal yang telah ditempuh, yaitu pendidikan prasekolah dasar di TK Tri Pusara Rini (1996-1997), pendidikan dasar di SD Kanisius Demangan Baru (1997-2003), pendidikan menengah di SMP Negeri 8 Yogyakarta (2003-2006), dan pendidikan lanjutan di SMA Negeri 9 Yogyakarta (2006-2009). Penulis mulai menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2009. Selama kuliah, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan dalam bidang organisasi dan kepanitiaan, diantaranya menjadi Co-Fasilitator pada PPKM I tahun 2011, menjadi Sie Acara dalam Pharmacy Competition 2010, menjadi Sie Bandzen pada Titrasi 2010, dan menjadi Koordinator Dana dan Usana pada Pelepasan Wisuda tahun 2010. Beberapa seminar telah diikuti oleh penulis diantaranya Biofarmasetika (2013). penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum