Dana Stimulus Ekonomi Eropa Berpeluang Masuk Indonesia Margareta Engge K : JAKARTA. Udara segar berhembus dari benua biru, Eropa. Langkah bank sentral Eropa, Eropean Central Bank (ECB), mengucurkan dana stimulus lebih dari € 1 triliun bakal berimbas hingga Indonesia. Dana asing dari investor Eropa akan semakin deras masuk ke dalam negeri. Rencananya, ECB akan membeli obligasi pemerintah Uni Eropa hingga € 50 miliar per bulan. Program pembelian berlangsung bilan Maret 2015 hingga akhir tahun 206. Bank Indonesia (BI) menyambut positif langkah quantitative easing (QE) itu. Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi MOneter BI Juda Agung mengatakan, kucuran dana stimulus dari Eropa tersebut bisa mengimbangi pengetatan kebijakan di Amerika Serikat (AS). “Bisa menutup kebutuhan pembayaran current account deficit (CAD) atawa defisit transaksi berjalan,” ujar Juda akhir pekan lalu. Sekadar mengingatkan, AS menghentikan kucuran stimulusnya yang sebesar US$ 85 miliar per bulan pada Oktober 2014. Sejak berhembus isu penghentian stimulus tahun 2013 saja, arus modal keluar alias outflow tahun itu mencapai US$ 5 miliar sehingga total net inflow hanya US$ 401 juta. Kurs Rupiah tahun 2013 pun terdepresiasi hingga 30%. Soal CAD, BI memang memperkirakan tahun ini masih akan tinggi yaitu sebesar 3% dari PDB. Fokus kebijakan pemerintah menggenjot infrastruktur dengan total anggaran mencapai Rp 281,1 triliun akan menyebabkan impor barang modal tetap tinggi sehingga defisit transaksi berjalan masih belum membaik dari tahun 2014 yang diperkirakan 3,02% dari PDB. Selami ini, CAD dibiayai oleh arus modal masuk dalam investasi portofolio yang masih tinggi. CAD pada triwulan IV mencapai US$ 6,84 miliar, sedangkan investasi portofolio (dana asing) surplus hingga US$ 7,09 miliar. Alhasil secara keseluruhan transaksi finansial surplus US$ 13,67 miliar dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) bisa surplus 6,48 miliar. Kalau transaksi portofolio terus surplus tinggi maka bisa mendanai CAD, dan NPI berpotensi tetap surplus tahun ini. Namun, Kuda menekankan, yang terkena efek dana Eropa adalah negara dengan stabilitas makro dan melakukan reformasi structural. Sekarang Indonesia sudah masuk kategori ini, sehingga perlu dijaga pada masa selanjutnya. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat, Indonesia akan menjadi negara tujuan potensial bagi investor karena telah ada reformasi structural dengan anggarannya. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara mempertahankan arus dana masuk itu untuk bisa tetap tinggal di Indonesia. “Karena semakin besar masuk dana itu, makin besar potensi keluarnya,” terang lama. Cara yang dilakukan adalah Indonesia harus bisa memperbaiki peringkat utang menuju level investment grade dari lembaga peringkat utang standard & poor. Pemerintah harus segera merealisasikan proyek infrastruktur . Inflasi juga harus dijaga ke level normal. Jika itu terjadi, cadangan devisa akan naik dan rupiah bisa menguat ke level Rp 12.000 per dollar AS. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Samuel menilai, efek stimulus Eropa juga bisa berpengaruh negative. Kebijakan ini memungkinkan terjadinya carry trade. Investor cari pinjaman di Eropa untuk berinvestasi ke Indonesia. Nah, Investasi seperti ini cenderung berbahaya karena bisa memicu outflow jika ada sentiment baru yang lebih positif. Misalnya sentimen kenaikan bunga AS. Maka itu, reformasi structural harus terus berlangsung. “Tingkatkan daya saing dengan memperbaiki iklim usaha,” kata David. Sumber : Harian Bisnis & Investasi, KONTAN, Senin 26 Januari 2015.