DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN KELOMPOK 1 (MATERI BAB 1 SD BAB 3 BUKU PEMASARAN STRATEGIK: STRATEGI UNTUK PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DALAM PENCIPTAAN NILAI BAGI PEMEGANG SAHAM) Pertanyaan yang Diajukan di Luar Kelas (Tahap II) 1. Rangga Nakasumi (P056110193.38E, Kelompok 2) Pertanyaan: Dalam presentasi dicontohkan Splash of Fruit dari Aqua sebagai produk gagal. Bagaimana caranya agar produk gagal tersebut dapat bersaing kembali di pasaran? Jawaban: Sesuai dengan hipotesis penyebab kegagalan produk, maka agar dapat bersaing kembali di pasaran harus dilakukan sosialisasi atas penanganan produk ini, yaitu seharusnya diperlakukan sebagai beverages (disimpan di dalam almari atau kotak pendingin) dan bukan sebagai air minum dalam kemasan yang bisa dipajang di tempat terbuka serta sosialiasi manfaat minuman ini agar konsumen tidak menganggap produk ini hanya memberikan nilai sebagai air minum yang diberikan tambahan rasa buah. Pada akhir 2005, Aqua meluncurkan Mizone dengan positioning yang jelas sebagai minuman isotonik untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dan mengembalikan kondisi tubuh, pikiran, dan semangat menjadi 100%. Produk ini kemudian sukses di pasaran. 2. Rachmat Agustian(P056110183.38E, Kelompok 3) Pertanyaan: Terkait dengan Brand Management, yaitu praktek pemasaran yang spesifik menangani produk, dimana merek mempunyai implikasi penting terhadap citra kualitas produk yang ingin disampaikan ke konsumen dengan adanya jaminan standar kualitas, sehingga konsumen akan tetap membeli produk dari lini produk yang sama. Pernah ingat waktu booming motor cina di Indonesia yang menawarkan harga murah dari pesaing-pesaing yang ada kan? Seperti contoh motor kanzen, jialing, viar, dll. ternyata pangsa pasarnya di Indonesia sampai saat ini hampir dikatakan hilang atau tidak ada lagi.. Namun baru-baru ini, muncul motor baru dari German yakni dengan nama Minerva Sachs.. Motor ini pun dibanrol dengan harga yang tentunya murah, seperti contoh Minerva 150 VX yang harganya hanya 16,5 juta rupiah.. jika dibandingkan dengan motor tipe dan bentuk yang sama dari pesaing yakni Honda CBR 150 R dengan harga 33 juta rupiah.. Pertanyaannya adalah: praktek pemasaran seperti apa yang dilakukan oleh Minerva dalam menangani produknya tersebut untuk membuat bahwa citra motor keluaran selain Yamaha, Honda, dan Kawasaki memiliki citra merek yang bagus juga? Jawaban: Hal di atas terkait dengan permasalahan country of origin, yaitu adanya asosiasi mengenai kualitas suatu produk dengan negara penghasilnya. Negara yang sudah diasosiasikan memiliki kategori produk tertentu yang berkualitas pastinya akan memperoleh keuntungan dari pandangan itu. Dikenal adanya taktik untuk menyamarkan asal negara yang tidak diasosiakan sebagai produsen yang berkualitas untuk produk yang bersangkutan. Produk Minerva yang dicontohkan di atas, sebetulnya diproduksi/ dirakit di China, tetapi dengan menjalin kerja sama dengan perusahaan Jerman (Sachs ) sehingga kemudian produk ini dikesankan sebagai produk 1 kerjasama antara (perusahaan) China dengan (perusahaan) Jerman, negara yang diasosiasikan memiliki keunggulan dalam penguasaan teknologi di dunia. 3. Sugiarman(P056110233.38E, Kelompok 4) Pertanyaan: Tidak semua brand terkenal atau yang menjadi top of mind di benak pelanggan menjadi market leader di pasar yang menjadi targetnya. Sebut saja Kodak. Brand ini nyaris tenggelam, bahkan perusahaan pemilik brand tersebut jatuh diambang kebangkrutan. Melihat kasus ini, kira-kira yang menjadi penyebabnya apa ya ? Jawaban: Popularitas suatu merek bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi seseorang konsumen untuk membeli merek tersebut. Merujuk kepada Sumarwan (2002) dalam Sumarwan dkk (2009), ekuitas merek terdiri dari 2 unsur, yaitu kesadaran merek (persepsi popularitas merek) dan persepsi kualitas. Di samping itu harus juga diperhatikan persepsi harga dibandingkan dengan kesadaran merek dan persepsi kualitas ini. Pada kasus Kodak, persepsi popularitasnya memang tinggi, tetapi persepsi kualitasnya rendah, khususnya dalam hal kemampuan inovasi untuk mengikuti perkembangan jaman. Menurut sejumlah pengamat, seperti dikutip laman timesofindia.com, perusahaan pelopor fotografi tersebut tak sanggup melawan arus digital yang semakin berkembang setiap tahun. Tidak seperti IBM dan Xerox Corp, yang sukses menciptakan arus pendapatan baru saat bisnis mereka menurun. Mereka menilai kesalahan Kodak membuang proyek-proyek baru terlalu cepat yang menyebarkan investasi digital terlalu luas, dan puas pada penilaian Rochester, New York, yang membutakan perusahaan untuk berinovasi pada teknologi lain. 2 REFERENSI Sumarwan, Ujang et.al. 2009. Pemasaran Strategik: Strategi untuk Pertumbuhan Perusahaan dalam Penciptaan Nilai bagi Pemegang Saham. Inti Prima Promosindo, Jakarta. Kottler, Philip et al. 2009. Marketing Management- an Asian Perspective, 5th Edition. Pearson Education South Asia, Singapore. http://ngobrolmotor.wordpress.com/2011/07/09/strategi-motor-non-jepang-menembus-pasarotomotif/ , diakses pada tanggal 24 Maret 2012 http://www.apasih.up2det.com/2012/01/penyebab-kodak-bangkrut.html, diakses pada tanggal 24 Maret 2012 3