PENGARUH KONTROL DIRI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL

advertisement
3737
PENGARUH KONTROL DIRI
TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA
DITINJAU DARI JENIS KELAMIN PADA SISWA SMA DI PURWOKERTO
Suwarti
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ABSTRACT
This study aims to examine the influence of self-control on adolescent sexual
behavior in terms of gender on high school students in Purwokerto. The research
method used by using the scale of self-control on adolescent sexual behavior that
was 70 aitem. Of the 70 scale given to 218 subjects obtained a 5 aitem fall and 65
aitem
valid.Validity
ranges
0274
to
0.
746.
The population in this stud y were high school students in Purwokerto, represented
by samples from SMAN Baturaden, MAN 2 Purwokerto, SMKN 1 and SMKN 2
Purwokerto. The research sample totaling 218 subjects comprised 95 male subjects
and 123 female subjects. Based on simple regression analysis found that the F test
was 1.301 with probability value 0.255. F table with d.ba = 1 and d.bb = 216 is 3.85
at the significance level of 5%. Therefore F count <F table (1.301 <3.850) and
probability> 0.05 (0.255> 0.05). Then there is the influence of self-control sexual
behavior in adolescent self (high school students) of 1. 301 (p = 0.05).
Mean while according to different test results showed that t- count is -1737
probailitas value of 0.084. t- table with the db = 216 is 1.960 at significance level of
5%. Hence t <t table (-1.737 <1.960) and probability> 0.05 (0.084> 0.05). Mean /
average for self-control sexual behavior in adolescent males = 271.96 and the mean
/ average for self-control sexual behavior among girls = 281.03. So we can
conclude that there are differences between the two groups of variants or no
difference of self-control sexual behavior in adolescent boys and girls although
notsignificant(p>0.05). The result is not significant differences in self-control
sexual behavior in adolescent boys and girls can be caused by various factors. This
can occur because (1). influence of affective (mood) on cognitive function, that
mood will affect the patterns of thought and judgment of individuals, (2) behavior is
formed from the interaction between cognitive, affective and motivation., (3). The
intention of the subjects to be more careful again in sexual behavior, especially
when dating, should limit itself, and must learn to manage his sexual impulse, (4).
The existence of the control of external parties ie parents, school and peers.
Key words: self control sexual behavior, teens, sex
A. PENDAHULUAN
Meningkatnya minat seks pada remaja membuatnya selalu berusaha mencari
informasi mengenai seks (Hurlock, 2000). Hanya sedikit remaja yang berharap
bahwa seluk beluk tentang seks dapat dipelajari dari orang tuanya. Oleh karena itu,
PENGARUH KONTROL DIRI TERHADAP.........................(Suwarti)
38
remaja mencari dari pelbagai sumber informasi mungkin yang dapat diperoleh dari
kajian ilmiah tentang seks, dari perbincangan antara sesama teman, dari berbagai
media massa, misalnya buku-buku bacaan, koran/tabloid televisi, internet, dan media
informasi visual auditorik lainnya, serta melakukan sendiri aktivitas seksual baik
dengan melakukan masturbasi atau persenggamaan dengan partner seksnya. Data
dari BKKBN (www.pkbi.co.id) di kota-kota besar di Indonesia, akses untuk mencari
tahu tentang seks sangat mudah didapatkan seiring dengan semakin majunya tingkat
perekonomian yang memusat di pusat-pusat kota, di antaranya program televisi,
video compact disc, internet, jaringan telekomunikasi seluler, dan bacaan remaja.
Masyarakat seolah-olah sudah kehilangan tenaga untuk mempertahankan norma
yang ada. Perilaku seksual remaja yang dimanifestasikan dalam gaya berpacaran
telah melampaui batas norma yang ada. Ciuman merupakan hal yang biasa dan tidak
dianggap tabu lagi, bahkan berbagai perilaku yang lebih dari itu dianggap sebagai
ekspresi cinta yang harus diungkapkan oleh pasangan yang sedang pacaran.
Data hasil penelitian PKBI 2001 terhadap responden remaja khususnya siswa
SMU dan mahasiswa (www.pkbi.co.id). Penelitian tersebut dilaksanakan di lima
kota, yakni Kupang (NTT), Palembang (Sumsel), Singkawang (Kalbar), Cirebon,
dan Tasikmalaya (Jabar). Penelitian melibatkan 2.479 responden berusia 15-24
tahun. Hasil penelitian menunjukkan jumlah remaja yang melakukan hubungan
seksual sebanyak 74,89% (170 orang) melakukan dengan pacar, dan dari jumlah itu
pula sebanyak 46,26% (sekitar 78 orang) melakukan hubungan seks secara rutin 1-2
kali sebulan. Selebihnya, melakukan 1-2 kali seminggu, bahkan ada yang melakukan
setiap hari. Hal ini menunjukkan perilaku seksual yang semakin meningkat dari
penelitian-penelitian sebelumnya. Para pengamat remaja hanya bisa menghimbau
agar para orang tua memberikan arahan yang tepat dan ketat, sementara remaja
dihimbau untuk memperkuat konsep dirinya.
Akses yang mudah untuk mendapatkan informasi seputar seksualita dan pola
asuh permisif menyebabkan para remaja bebas mengikuti pola tren yang ada,
sehingga perilaku seksual mereka menjadi semakin bebas. Sebuah data yang cukup
mengundang kontroversi adalah temuan dari Wijayanto (2003) seperti dimuat pula
dalam situs Detik.com yang mengungkap 97,05% mahasiswi di Yogyakarta tidak
perawan. Lepas dari valid tidaknya angka tersebut, kita dapat melihat bahwa pola
perilaku seksual mahasiswa memang sudah cukup memprihatinkan. Berbagai
tayangan televisi maupun media lainnya begitu gencar memprovokasi remaja untuk
mengikuti pola kehidupan yang serba bebas, serba permisif (www.detik.com).
Mengenai pola perilaku seksual dalam berkencan dan berpacaran Hurlock (2000)
menggambarkan dalam skema berikut:
Berciuman
Bercumbu
ringan
Bercumbu
berat
Bersenggama
Secara garis besar, terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perilaku seksual,
yaitu faktor eksternal yang berasal dari luar diri individu seperti kehadiran orang lain
PENGARUH KONTROL DIRI TERHADAP.........................(Suwarti)
39
yang merupakan model, stressor sosial, stressor situasional, maupun norma
masyarakat (Michener dan Delamater, 1999) dan faktor internal yang berasal dari
dalam diri individu, termasuk diantaranya adalah kontrol diri.
Setiap individu memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu mengatur
dan mengarahkan perilaku, yaitu kontrol diri. Menurut Goldfried & Marbaum
(dalam Lazarus, 1976) kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun,
membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke
arah konsekuensi positif. Sebagai salah satu sifat kepribadian, kontrol diri pada satu
individu dengan individu yang lain tidaklah sama. Ada individu yang memiliki
kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri yang rendah.
Individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi mampu mengubah kejadian dan
menjadi agen utama dalam mengarahkan dan mengatur perilaku utama yang
membawa pada konsekuensi positif. Sebagai seorang pelajar, yang bertugas untuk
belajar, bila mempunyai kontrol diri yang tinggi, mereka akan mampu memandu,
mengarahkan dan mengatur perilaku. Mereka mampu menginterpretasikan stimulus
yang dihadapi, mempertimbangkan konsekuensinya sehingga mampu memilih
tindakan dan melakukannya dengan meminimalkan akibat yang tidak diinginkan.
Mereka mampu mengatur stimulus sehingga dapat menyesuaikan perilakunya
kepada hal-hal yang lebih menunjang belajarnya.
Kartono (1998) menjelaskan bahwa relasi seksual dapat disebut normal
apabila mengandung pengertian sebagai berikut :
1.
Hubungan tersebut tidak menimbulkan efek-efek yang merugikan, baik bagi diri
sendiri maupun bagi partnernya
2. Tidak menimbulkan konflik-konflik psikis dan tidak bersifat paksaan atau
perkosaan.
Perilaku seksual sebagai perilaku mencari kenikmatan dari relasi seksual baik
dari pola pacaran, pergaulan, maupun pelacuran seringkali terjadi pada remaja.
Asumsi ini beralasan dikarenakan remaja atau yang disebut adolescence (Mönks
dkk, 2001) merupakan masa transisi. Suatu masa atau periode anak-anak sudah
terlewati namun demikian disatu sisi belum diterima secara dewasa. Masa remaja ini
ditandai dengan datangnya masa pubertas dan bersamaan dengan itu terjadi pula
pertumbuhan fisik dan psikisnya. Pertumbuhan fisik pada remaja berkembang
dengan cepat dan dapat diamati secara langsung. Remaja akan menjalani perubahan
bentuk tubuh, tinggi badan, perubahan hormonal, dan meningkatnya dorongan
seksual serta tanda-tanda kelamin primer dan kelamin sekunder sebagai akibat dari
proses kematangan.
Individu yang kontrol dirinya rendah tidak mampu mengarahkan dan
mengatur perilakunya, sehingga diasumsikan, seorang pelajar yang dengan kontrol
diri yang rendah akan berperilaku dan bertindak lebih kepada hal-hal yang
menyenangkan dirinya, termasuk dengan cara menyalurkan hasrat seksualnya baik
dalam bentuk berpacaran maupun pelacuran. Dengan kontrol diri yang rendah,
remaja tidak mampu memandu, mengarahkan, dan mengatur perilakunya. Remaja
masih belum mampu menginterpretasikan stimulus yang dihadapi, tidak mampu
PENGARUH KONTROL DIRI TERHADAP.........................(Suwarti)
40
mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin dihadapi sehingga tidak mampu
memilih tindakan yang tepat.
Synovate (sebuah perusahaan riset independen) melakukan Survey Perilaku
Seksual Kawula Muda di bulan November 2004 (Kompas Cyber Media, Jumat, 28
Januari 2005). dengan cara mengajukan berbagai pertanyaan sensitif yang
sebelumnya tidak pernah ditanyakan dalam wawancara yang dilakukan di tempat,
waktu, dan cara yang membuat responden mau memberikan jawaban terus terang.
Studi yang dilakukan oleh Synovate mewawancarai 474 responden yang berusia
antara 15 dan 24 tahun di empat kota yaitu: Jakarta dan sekitarnya, Bandung,
Surabaya, dan Medan, mencakup distribusi yang sama antara pria dan wanita, dan
distribusi responden berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan rendah yang juga
sama. Synovate juga memilah responden dalam dua kelompok: mereka yang aktif
secara seksual dan mereka yang non aktif secara seksual guna membandingkan
perilaku, pengetahuan, dan sikap mereka. Dari studi tersebut didapat hasil bahwa
pengalaman seksual remaja di 4 kota di Indonesia yaitu 44% responden mengaku
mereka sudah pernah punya pengalaman seks di usia 16 sampai 18 tahun. Sementara
itu 16% lainnya mengaku pengalaman seks itu sudah mereka dapat antara usia 13
sampai 15 tahun.
Remaja usia SLTA merupakan remaja yang sangat mencemaskan. Ini
merupakan saat dimana mereka berada pada kondisi dilematis, pelan-pelan
meninggalkan sikap dan tingkah laku yang dikatakannya hanya pantas untuk “anak
kecil”, tetapi sekaligus mencoba-coba sikap dan perilaku yang dianggapnya dewasa.
Hurlock (2000) menyatakan bahwa ada perubahan perilaku seksual remaja masa kini
dari generasi sebelumnya, yaitu terobosan tahap-tahap dalam perilaku heteroseksual
dan sikap yang lebih lunak. Perubahan perilaku seksual tersebut tampak menonjol,
namun perubahan sikap seksual lebih menonjol lagi. Remaja masa lalu akan merasa
malu untuk menceritakan apa yang baru saja dialaminya bersama pacarnya, namun
sekarang banyak hal mengejutkan yang justru dibanggakan oleh remaja.
Ada beberapa alasan mengapa remaja melakukan perilaku seksual,
diantaranya adalah keyakinan bahwa hal ini “harus dilakukan” karena semua orang
melakukannya; bahwa laki-laki dan perempuan yang masih perawan pada saat
duduk di kelas terakhir sekolah menengah atas berarti “berbeda”, dan bagi remaja
hal ini berarti “rendah diri”; bahwa remaja harus tunduk pada tekanan kelompok
sebaya bila ingin mempertahankan status mereka di dalam kelompok; dan bahwa
perilaku ini merupakan ungkapan dari hubungan yang bermakna yang memenuhi
kebutuhan semua remaja untuk mengedakan hubungan yang intim dengan orang
lain, terlebih bila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi dalam keluarga.
Snyder dan Gangestad (1986) mengatakan bahwa konsep mengenai kontrol
diri secara langsung sangat relevan untuk melihat hubungan antara pribadi dengan
lingkungan masyarakat dalam mengatur kesan masyarakat yang sesuai dengan
isyarat situasional dalam bersikap dan berpendirian yang efektif.
Membanjirnya informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perilaku
seksual baik yang tersalurkan melalui media cetak atau elektronik, sedikit banyak
memberikan pengaruh terhadap terjadinya perubahan perilaku seksual pada remaja
(Luthfie, tanpa tahun). Terlebih terbukanya kesempatan kerja bagi kedua orang tua
untuk meningkatkan penghasilan di bursa tenaga kerja, dan longgarnya jalinan
PENGARUH KONTROL DIRI TERHADAP.........................(Suwarti)
41
hubungan kekerabatan dengan masyarakat sekitar, semakin mengurangi kemampuan
kontrol diri remaja dalam mengekspresikan dorongan seksualnya.
Berkaca dari hasil dari Studi Perilaku Seksual Kawula Muda Synovate
menyatakan bahwa 37% para responden pria mengaku kalau mereka merencanakan
hubungan seks dengan pasangannya (www.bkkbn.go.id). Sementara, 39% responden
perempuan mengaku dibujuk oleh pasangan prianya, mencerminkan masalah jender
yang perlu mendapat perhatian. Ketika ditanya bagaimana perasaan mereka
mengenai hubungan seks yang pertama, hampir 30% mengatakan tidak senang. Jika
dipisahkan menurut jenis kelamin, presentase responden wanita yang merasa tidak
senang terhadap hubungan seks mereka yang pertama jauh lebih tinggi daripada
pria. Dua alasan utama yang menyebabkan mereka tidak senang terhadap
pengalaman seks mereka yang pertama adalah karena mereka 1) merasa dirayu
pasangan dan 2) merasa bersalah.
Menurut Mahoney dan Thoresen, (dalam Romano, 1996) kontrol diri
merupakan jalinan yang secara utuh (integratif) yang dilakukan individu terhadap
lingkungannya. Individu dengan kontrol diri tinggi sangat memperhatikan cara-cara
yang tepat untuk berperilaku dalam situasi yang bervariasi. Individu cenderung akan
mengubah perilakunya sesuai dengan permintaan situasi sosial yang kemudian dapat
mengatur kesan yang dibuat perilakunya lebih responsif terhadap petunjuk
situasional, lebih fleksibel, berusaha untuk memperlancar interaksi sosial, bersikap
hangat dan terbuka. Pada sisi lain, perilaku seksual juga dibentuk dan dikembangkan
berdasarkan stimulus lingkungan baik berupa norma sosial maupun akses informasi
yang kemudian menjadi model. Oleh karena konstruksi lingkungan dan norma sosial
yang berbeda, maka kontrol diri dan perilaku seksual laki-laki dan perempuan
menjadi berbeda.
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan penelitian yang dilakukan adalah
untuk melihat seberapa besar korelasi kontrol diri terhadap perilaku seksual pada
remaja yang merupakan siswa sekolah menengah atas (SMA), dan apakah ada
perbedaan kontrol diri terhadap prilaku seksual antara remaja laki-laki dan
perempuan.
B. METODE
Dalam penelitian ini digunakan: Variable bebas adalah kontrol diri terhadap
perilaku seksual. Variabel kontrol adalah jenis kelamin yang dibedakan atas laki-laki
dan perempuan. Kontrol Diri Terhadap Perilaku Seksual merupakan kemampuan
untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan dorongan perilaku
seksual yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif.
Kemampuan mengontrol diri terhadap perilaku seksual pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan skala kemampuan kontrol diri yang diadaptasi dari
tesisnya Esterlita dan dimodifikasi oleh peneliti agar sesuai dengan kondisi subjek.
Skala kontrol diri terdiri dari 70 aitem baik favorabel maupun unfavorabel. Slkor
bergerak dari 1 sampai 5 untuk aitem favorabel dan 5 samapai 1 untuk aitem
unfavorabel. Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek, semakin tinggi
kemampuan mengontrol dirinya. Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh
PENGARUH KONTROL DIRI TERHADAP.........................(Suwarti)
42
subyek, semakin rendah pula kemampuan mengontrol dirinya. Jenis kelamin adalah
jenis kelamin subjek yaitu laki-laki dan perempuan.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah para remaja yang duduk di
bangku kelas XI Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA) di Purwokerto baik negeri
maupun swasta. Sampel penelitian mengambil siswa-siswa di beberapa sekolah
yaitu SMAN Baturaden, MAN 2 Purwokerto, SMKN 1 Purwokerto, serta SMKN 2
Purwokerto. sampel dalam penelitian ini berjumlah 218 siswa yang terdiri laki-laki
95 siswa dan perempuan 123 siswa.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik proportional
random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi dengan
memperhatikan perimbangan unsur-unsur dalam populasi disesuaikan dengan tujuan
penelitian dan secara random.
Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi
(anareg) sederhana dan uji-t, dengan menggunakan bantuan program SPSS
(statistical package for social sciences) versi 11.00.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari 70 skala yang diberikan kepada 218 subjek memperoleh hasil 5 aitem
gugur dan 65 aitem valid. Validitas berkisar 0.274 sampai 0. 746. Berdasarkan
analisis regresi sederhana diperoleh bahwa F hitung adalah 1,301 dengan nilai
probabilitas sebesar 0,255. F tabel dengan d.ba = 1 dan d.bb = 216 adalah 3,85 pada
taraf signifikansi 5%. Oleh karena F hitung < F tabel (1,301<3,850) dan probabilitas >
0,05 (0,255 > 0,05). Maka ada pengaruh kontrol diri terhadap perilaku seksual pada
diri remaja (siswa SMA) sebesar 1. 301 (p=0.05).
Sedangkan berdasarkan uji beda menampakkan hasil bahwa T hitung adalah 1.737 dengan nilai probailitas sebesar 0,084. T tabel dengan d.b = 216 adalah 1,960
pada taraf signifikansi 5%. Oleh karena t hitung < t tabel (-1,737 < 1,960) dan
probabilitas > 0,05 (0,084 > 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan antar dua kelompok varian atau tidak ada perbedaan kontrol diri terhadap
perilaku seksual pada remaja laki-laki dan remaja perempuan.
Apabila dilihat secara lebih cermat tetap ada perbedaan meskipun tidak
signifikan dimana mean /rerata untuk kontrol diri terhadap perilaku seksual pada
remaja laki-laki = 271.96 sedangkan mean /rerata untuk kontrol diri terhadap
perilaku seksual pada remaja perempuan = 281.03. Hal ini bisa dikatakan bahwa
remaja perempuan tetap mempunyai control diri terhadap perilaku seksual sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki.
PENGARUH KONTROL DIRI TERHADAP.........................(Suwarti)
43
Tabel 1:T-Test Group Statistics
Kontrol Diri
Gander
Laki - laki
Perempuan
N
Mean
95
123
271.96
281.03
Std. Deviation
Std. Error Mean
35.367
40.319
3.629
3.635
Tabel 2 Independent Samples Test
Levene'
s Test
for
Equality
of
Varianc
es
Kont
rol
Diri
Equal
variances
assumed
Equal
variances
not
assumed
F
1.
30
1
Si
g.
.2
55
t-test for Equality of Means
t
1.73
7
1.76
7
Std.
Error
Differe
nce
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Upp
Lower er
df
Sig.
(2tailed)
Mean
Differ
ence
216
.084
9.075
5.224
19.370
1.22
1
212.
473
.079
9.075
5.136
19.200
1.05
0
Kurang signifikannya perbedaan kontrol diri terhadap perilaku seksual pada
remaja laki-laki dan perempuan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Hal tersebut
dapat terjadi karena :
1. Pengaruh afeksi (mood) terhadap fungsi kognitif. Pengaruh tersebut telah
dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Mayer dan Seanson (Baron dan
Byrne, 1997). Hasilnya penelitian tersebut menyebutkan bahwa mood akan
mempengaruhi pola pikir dan judgement individu. Pada akhirnya apa yang terbentuk
dalam kognitif dan judgement yang diperoleh individu akan mempengaruhi
perilakunya (Fiske dan Taylor, 1991). Lebih lanjut Scheerer(Bloom, dkk., 1964)
menjelaskan bahwa perilaku terbentuk dari interaksi antara kognitif, afektif dan
motivasi. Kognitif berfungsi sebagai means dan afektif berfungsi sebagai
goals/ends, sedangkan motivasi memiliki peranan dalam proses means. Interaksi
antara ketiganya dapat dijelaskan sebagai berikut: pada saat individu menerima
pendidikan seksualitas maka individu diharapkan dapat memahami informasi
tersebut dengan benar (proses terjadi dalam ranah kognitif). Akan tetapi pemahaman
PENGARUH KONTROL DIRI TERHADAP.........................(Suwarti)
44
saja tidak cukup untuk memunculkan perilaku target. Untuk itu dibutuhkan
kesadaran akan adanya stimulus yang kemudian membuat individu menjadi tertarik
pada stimulus yang ada. Ketertarikan yang ada diarahkan pada pembentukkan
persepsi positif. Langkah selanjutnya adalah munculnya respon berupa keinginan
untuk mematuhi atau melakukan apa yang telah dipelajari secara sukarela. Respon
yang muncul akan memicu munculnya rasa puas atau senang. Hal ini menunjukkan
bahwa untuk membentuk suatu perilaku yang baru membutuhkan waktu, karena
terbentuknya perilaku merupakan sebuah proses, baik secara kognitif dan afektif,
serta motivasi. Ketiganya saling berinteraksi untuk memunculkan perilaku baru.
2. Pengaruh oleh interaksi antara agents, means dan ends. Disebutkan oleh Skinner
(1996) bahwa kategori means terdiri dari internal dan eksternal. Kategori internal
yaitu kontrol diri yang berasal dari dalam diri individu (terdiri dari aksi berupa
perilaku, respon atau usaha dan atribusi berupa kemampuan, kepibadian,
ketertarikan, dan warisan genetik). Aksi yang dilakukan oleh individu dapat berupa
aksi kognitif ataupun aksi perilaku. Kategori eksternal yaitu kontrol diri yang berasal
dari luar diri individu. Kategori eksternal terdiri dari adanya kekuatan dari pihak lain
yang berada pada level yang berbeda dengan individu, salah satunya adalah
lingkungan sosial (masyarakat ataupun teman sebaya). Dimensi means pada
akhirnya akan mempengaruhi emosi dan perilaku yang berbeda-beda karena setiap
individu memiliki pemahaman yang berbeda-beda pula terhadap penyebab yang
melatar-belakangi masing-masing kategori.
3. Adanya pengaruh tahapan perkembangan moral yang dimiliki subjek. Menurut
Kohlberg (Santrock, 1998) ciri dari perkembangan moral pada remaja adalah telah
terjadi proses internalisasi nilai-nilai dari masyarakat dan remaja sudah mampu
untuk berperilaku tertentu dengan menggabungkan antara standar yang ada di
lingkungan dengan standar yang ada dalam diri sendiri. Kemampuan moral ini pula
yang membantu remaja untuk membentuk suatu pemahaman dan judgement tertentu
tentang suatu hal. Menurut Fiske danTaylor (1991) apa yang terbentuk dalam
kognitif dan judgement individu akan mempengaruhi perilakunya. Kedua
kemampuan tersebut yang kemudian akan semakin menguatkan kontrol diri subjek.
4. Adanya faktor kehati-hatian remaja. Hal ini didukung pula oleh hasil wawancara
secara lisan yang dilakukan peneliti setelah pemberian skala bahwa kebanyakan
subjek menyatakan bahwa mereka akan lebih berhati-hati lagi dalam perilaku
seksualnya, terutama saat pacaran, harus membatasi diri, serta harus belajar
mengelola dorongan seksnya dengan benar. Usaha itu akan dilakukan agar terhindar
dari efek negatif perilaku seksual, salah satunya adalah penyakit seksual.
Hasil analisis pada jenis kelamin, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
kontrol diri terhadap perilaku seksual antara laki-laki dan perempuan karena upaya
peningkatan pengetahuan tentang seksual yang diperoleh laki-laki dan perempuan
yang relatif sama banyak terlalu kecil/sedikit sehingga tidak mampu untuk
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal tersebut tidak berarti bahwa tidak ada
pemahaman yang diperoleh subjek dari pendidikan seksualitas yang diberikan.
Rerata skor kontrol diri terhadap perilaku seksual perempuan sedikit lebih tinggi
PENGARUH KONTROL DIRI TERHADAP.........................(Suwarti)
45
dibandingkan laki-laki (remaja perempuan = 281.03 sedangkan remaja laki-laki =
271.96).
Hasil lain yang peneliti peroleh dari hasil wawancara lisan adalah para subjek
menjadi tidak sungkan atau malu untuk mendiskusikan masalah seksualitas, mereka
menjadi lebih terbuka dan merasa mendapatkan informasi yang benar-benar dapat
dipercaya. Dari hasil wawancara juga terungkap bahwa para subjek memiliki
keinginan untuk membagi informasi tersebut dengan teman-teman mereka agar
teman-teman juga dapat memperoleh informasi yang benar mengenai seksualitas.
Bahkan salah satu subjek juga menyatakan dirinya akan memberitahukan pada
teman-temannya (yang dipercaya sebagai sumber informasi tentang seksualitas)
bahwa informasi yang mereka berikan selama ini adalah keliru dan erat kaitannya
dengan mitos seksualitas (yaitu informasi yang tidak dapat dijamin kebenarannya).
D. SIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh control diri
terhadap perilaku seksual pada remaja. ( F hitung adalah 1,301 dengan p<0.05).
Sedangkan berdasarkan uji beda menampakkan hasil bahwa T hitung adalah -1.737
dengan nilai probailitas sebesar 0,084. T tabel dengan d.b = 216 adalah 1,960 pada
taraf signifikansi 5%. Oleh karena t hitung < t tabel (-1,737 < 1,960) dan probabilitas >
0,05 (0,084 > 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antar dua
kelompok varian atau tidak ada perbedaan kontrol diri terhadap perilaku seksual
pada remaja laki-laki dan remaja perempuan namun tidak signifikan karena p>0.05.
Tidak signifikannya perbedaan kontrol diri terhadap perilaku seksual pada
remaja laki-laki dan perempuan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Hal tersebut
dapat terjadi karena (1). pengaruh afeksi (mood) terhadap fungsi kognitif, bahwa
mood akan mempengaruhi pola pikir dan judgement individu; (2) Adanya pengaruh
oleh interaksi antara agents, means dan ends; (3). Adanya pengaruh perkembangan
moral remaja; (4) perilaku faktor kehati-hatian para subjek untuk lebih berhati-hati
lagi dalam perilaku seksualnya, terutama saat pacaran, harus membatasi diri, serta
harus belajar mengelola dorongan seksnya.
Saran yang bisa diberikan setelah penelitian ini adalah masih perlu
dilakukannya berbagai penelitian terutama yang mampu mengarahkan dorongan
seksual remaja tersebut ke arah yang positif dan benar. Perlu ada kajian tentang
berbagai media yang efktif untuk memberikan informasi-informasi penyaluran
dorongan seksual yang positif. Misalnya media telivisi, ceramah, brosur dll. Perlu
juga terus menghimbau orang tua dan guru untuk senantiasa memantau
perkembangan perilaku remaja terutama berkaitan dengan perilaku seksualnya.
Penanaman nilai-nilai agama sejak dini sangat dibutuhkan untuk meredam hasrat
seksual yang menggelora pada masa remaja.
PENGARUH KONTROL DIRI TERHADAP.........................(Suwarti)
46
DAFTAR PUSTAKA
Calhoun, J.F. Acocella, J.R. 1990. Psychology of Adjustment and Human
Relationship. New York: McGraw-Hill, Inc.
Chaplin J.P, 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah: Kartini Kartono. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Elfida, D. 1995. Hubungan Kemampuan mengontrol diri dan Kecenderungan
berprilaku Delikuen pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan), Jogjakarta:
Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada.
Herbert, M. 1978. Conduct Disorder of Chilhood and Adolescence. Chiches ter:John
Wiley and Sons inc.
Hurlock, E.B. 2000. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Luthfie, R.E. tanpa tahun. Fenomena Perilaku Seksual pada Remaja. (http://
hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/ma46fenomena.html#top).
Lazarus, R.S. 1976. Paterns of Adjusment. Tokyo: McGraw-Hill, Kogakusha, Ltd.
Martianto, D. H. 2002. Pendidikan Karakter: Paradigma Baru dalam
Pembentukan Manusia Berkualitas. (http://tumoutou.net posted: 15
Desember 2002).
Michener, H. Andrew dan Delamater, John D. 1999. Social Psychology. Fort Worth:
Harcourt Brace College Publishers.
Mönks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R., 2001. Psikologi Perkembang an
pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Romano, J.L. 1996. Theoretical Concept
Contemporary Psychology. 4, 698-699
Treatment
of
Procrastination.
Snyder, M. and Gangested S. 1986. On the Nature of Self Monitoring: Matters of
Assesment, Matters of Validity, Journal of Personality and social
Psychology. 56, 125-133
www.pkbi.co.id. Pendidikan Seks dan Kespro Sebaiknya Masuk Kurikulum.
www.kompasnews.com. 28 Januari 2005. Survei: Remaja Indonesia Punya
Pengalaman Seks Sejak Usia 16.
PENGARUH KONTROL DIRI TERHADAP.........................(Suwarti)
Download