STUDI HISTOPATOLOGI MANFAAT EKSTRAK

advertisement
STUDI HISTOPATOLOGI MANFAAT EKSTRAK JINTAN
HITAM (Nigella sativa) PADA PERNAFASAN AYAM
BROILER
MUTIA RACHIM
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Studi
Histopatologi Manfaat Ekstrak Jintan Jitam (Nigella sativa) pada Organ
Pernafasan Ayam Broiler adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2013
Mutia Rachim
B04080158
2
ABSTRAK
MUTIA RACHIM. Studi Histopatologi Manfaat Ekstrak Jintan Hitam (Nigella
sativa) Pada Organ Pernafasan Ayam Broiler. Dibimbing oleh SRI
ESTUNINGSIH dan MAWAR SUBANGKIT.
Jintan hitam atau Nigella sativa merupakan tanaman herbal yang banyak
digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mempelajari manfaat dari ekstrak jintan hitam pada organ pernafasan ayam
broiler. Pada penelitian ini menggunakan 100 ayam (day old chick / DOC) dan
dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok K merupakan kontrol yang diberikan
vaksin Newcastle Disease (ND) dan Infectious Bursal Disease (IBD); kelompok
A merupakan kelompok ayam broiler yang diberikan vaksinasi ND, IBD, Avian
Influenza (AI), dan ekstrak jintan hitam; kelompok B merupakan kelompok ayam
broiler yang diberikan vaksinasi ND dan IBD serta ekstrak jintan hitam. Jintan
hitam diberikan setiap hari selama 6 minggu melalui rute oral. Ayam diambil
secara acak 3 ekor pada tiap kelompok setiap minggunya dan dilakukan nekropsi
untuk pengambilan sampel organ, kemudian difiksasi dalam larutan Buffered
Neutral Formalin (BNF) 10%. Sampel organ kemudian diproses menjadi preparat
histopatologi dengan pewarnaan Haematoxylin Eosin (HE). Parameter yang
diamati pada organ trakea adalah persentase keutuhan silia epitel, keutuhan epitel,
jumlah sel goblet, dan jumlah sel radang. Parameter yang diamati pada organ
paru-paru adalah jumlah sel radang, jumlah Bronchus Associated Lymphoid
Tissue (BALT), luasan BALT, dan kepadatan sel penyusun BALT. Hasil
penelitian menunjukkan pemberian ekstrak jintan hitam mengindikasi adanya
regenerasi terhadap keutuhan silia, keutuhan epitel, menurunkan sel radang, serta
menyebabkan menurunnya sel radang pada paru-paru dan meningkatkan jumlah,
luasan, serta kepadatan sel BALT. Pada penelitian ini dapat disimpulkan jintan
hitam mengindikasi perbaikan kerusakan jaringan dan sebagai perangsang sistem
imun pada ayam.
Kata kunci: ayam, histopatologi, Nigella sativa, paru-paru, trakea
ABSTRACT
MUTIA RACHIM. Histopathological Studies of Benefits Black Cumin (Nigella
sativa) Extract in Broiler Chicken Respiratory Organs. Supervised by SRI
ESTUNINGSIH and MAWAR SUBANGKIT.
Black cumin or Nigella sativa is a species plant belonging to the herb
medicine that are people commonly used all over the world. This research aims is
to study the benefits of black cumin extract on broiler respiratory organs. A total
of 100 chicks (day old chick / DOC) were used in this study and were divided into
3 groups. K is a virus control group vaccinated with ND and IBD viruses; Group
A is a group of broilers vaccinated with IBD, ND and AI and treated extract of
black cumin; Group B is the group of broilers vaccinated ND and IBD virus and
treated extract of black cumin. Black cumin gave every day for 6 weeks through
the oral route. The chicken were then taken randomly 3 heads of each group every
3
week to be sacrificed later by necropsy and organ samples were collected, fixed in
a solution of Buffered Neutral Formalin (BNF) 10%. Organ samples were then
processed into histopathology preparations stained with Haematoxylin Eosin
(HE). The parameters include the percentage of observations on tracheal ciliary
epithelial integrity, epithelial cell integrity, goblet cell number and the number of
inflammatory cells beneath tracheal submucosa. The parameters in the lung were
the number of inflammatory cells is in the lung tissue, the number, area and
density of BALT. The results showed that administration of black cumin or
Nigella sativa indicate regenerate the percentage of cilia integrity, epithelial cells
integrity, inflammatory cells tracheal sub mucosa, also causes a decrease in the
number of inflammatory cells in the lung tissue, decreased the number, area and
density of BALT. This result indicates that black cumin able to repair damaged
tissue and serves as trigger for immune system of chicken.
Keywords: Chicken, histopathology, Nigella sativa, lungs, trachea
4
STUDI HISTOPATOLOGI MANFAAT EKSTRAK JINTAN
HITAM (Nigella sativa) PADA PERNAFASAN AYAM
BROILER
MUTIA RACHIM
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
5
6
Judul Skripsi : Studi Histopatologi Manfaat Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa)
pada Organ Pernafasan Ayam Broiler
Nama
: Mutia Rachim
NIM
: B04080158
Disetujui oleh
Dr drh Sri Estuningsih, MSi, APVet
Pembimbing I
drh Mawar Subangkit
Pembimbing II
Diketahui oleh
drh Agus Setiyono, MS PhD, APVet
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Tanggal Lulus:
7
PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
ini yaitu Studi Histopatologi Manfaat Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa) pada
Organ Pernafasan Ayam Broiler.
Terima kasih Penulis ucapkan kepada Dr drh Sri Estuningsih, MSi, APVet
dan drh Mawar Subangkit selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dukungan, motivasi, waktu, dan perbaikan
selama penulisan skripsi ini. Terimakasih juga Penulis sampaikan kepada Pak
Soleh, Pak Kas, Pak Endang dan Mbak Kiki yang telah banyak membantu selama
proses penelitian. Selanjutnya ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr drh
Setyo Widodo selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing
penulis selama menjadi mahasiswa FKH IPB.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orangtua Bapak
Sumardi dan Ibu Turnia serta kakak Nunung dan Fitri atas doa, kasih sayang, dan
dukungan yang diberikan selama ini. Selanjutnya ungkapan terima kasih penulis
ucapkan kepada teman seperjuangan selama penelitian (Intan dan Zaza). Ucapan
terima kasih disampaikan juga kepada teman-teman seangkatan Avenzoar 45,
Paguyuban, Putri Bunda yang sama-sama berjuang dalam menempuh pendidikan
di Institut Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
Ridwan Fauzy atas kesabaran dan bantuan selama penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan, untuk
itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran-saran yang bersifat membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Terlepas dari kekurangan yang
ada, penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2013
Mutia Rachim
8
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
Peternakan Ayam Broiler di Indonesia
2
Karakteristik Ayam
2
Sistem Pernafasan pada Ayam
2
Sistem Kekebalan pada Pernafasan Ayam
4
Jintan Hitam
4
METODE
6
Tempat dan Waktu Penelitian
6
Alat dan Bahan
7
Pelaksanaan Penelitian
7
Pengelompokkan Ayam
7
Jadwal Vaksinasi
7
Nekropsi dan pembuatan preparat histopatologi
8
Pengamatan Histopatologi
8
Analisis Data
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Perubahan histopatologi trakea
Perubahan histopatologi paru-paru
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
9
9
9
12
16
18
Simpulan
18
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
19
RIWAYAT HIDUP
23
9
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Komposisi jintan hitam
Kandungan nutrisi dalam minyak jintan hitam
Pengelompokan Ayam
Pemberian vaksin
Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap
keutuhan silia pada organ trakea
Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap
keutuhan epitel pada organ trakea
Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap
jumlah sel goblet pada organ trakea
Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap sel
radang pada organ trakea
Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap sel
radang pada organ paru-paru
Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap
jumlah BALT pada organ paru-paru
Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap
luasan BALT pada organ paru-paru
Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap
kepadatan sel pada BALT pada organ paru-paru
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
15
DAFTAR GAMBAR
1 Anatomi saluran pernafasan unggas
2 Biji jintan hitam
3 Kerusakan silia
4 Kerusakan epitel
5 Sel goblet
6 Sel radang trakea
7 Sel radang paru-paru
8 Luasan BALT paru-paru
9 Kepadatan sel pada BALT
3
5
9
10
11
12
13
14
14
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang murah, halal, dan
disukai oleh hampir semua kalangan. Selain lezat, daging ayam mudah diperoleh
dan mengandung nutrisi yang cukup tinggi. Selain protein, daging ayam juga
mengandung vitamin B kompleks dan Niacin yang sangat diperlukan bagi
kesehatan saraf. Daging ayam juga memiliki tekstur yang lebih lunak
dibandingkan dengan daging sapi sehingga mudah untuk dicerna (Murtidjo 2003).
Di Indonesia, peningkatan populasi manusia menyebabkan tingginya
permintaan terhadap daging ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.
Untuk memenuhi kebutuhan daging ayam maka diperlukan peningkatan usaha
peternakan ayam. Oleh karena itu terjadi peningkatan usaha peternakan ayam,
namun stres pada ayam mengakibatkan penurunan fungsi kekebalan dan ayam
menjadi rentan terhadap penyakit. Penyakit merupakan salah satu faktor
penghambat usaha ternak ayam. Vaksinasi merupakan hal mutlak yang harus
dilakukan pada suatu peternakan untuk melindungi individu terhadap serangan
penyakit tertentu. Salah satu upaya untuk meminimalisir tingkat kegagalan pada
program vaksinasi adalah dengan pemberian multivitamin atau penggunaan
herbal. Penggunaan obat herbal memiliki keuntungan tidak meninggalkan residu
pada hasil produksi ayam sehingga aman untuk dikonsumsi.
Obat herbal pada manusia telah diterima secara luas di hampir seluruh
negara di dunia. Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal
di negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi
penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk
penyakit tertentu serta semakin luas akses informasi mengenai obat herbal di
seluruh dunia. World Health Organization (WHO) merekomendasi penggunaan
obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan
pengobatan penyakit. World Health Organization juga mendukung upaya-upaya
dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat herbal (WHO 2003).
Keberhasilan obat herbal pada manusia, diharapkan dapat memberi efek
positif terhadap ayam. Ayam memerlukan bahan-bahan alami yang dapat
membantu respon vaksin dan menjaga kondisi organ, terutama pernafasan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari histopatologi organ pernafasan
hewan setelah pemberian ekstrak jintan hitam
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memebrikan informasi mengenai manfaat
ekstrak jintan pada organ pernafasan ayam broiler.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Peternakan Ayam Broiler di Indonesia
Peternakan ayam di Indonesia memiliki peranan yang penting dalam
pembangunan peternakan, karena merupakan ujung tombak dalam pemenuhan
kebutuhan pangan hewani. Peternakan ayam banyak memiliki kendala dalam
pencegahan penyakit. Salah satu kendala dalam pencegahan penyakit adalah
kegagalan vaksinasi. Kegagalan vaksin dapat disebabkan oleh life span vaksin,
cara vaksinasi, dan kotaminan (Tarmudji dan Mulyadi 2006). Oleh karena itu
dalam pengembangan usaha ternak dilakukan mulai dari membangun pembibitan,
manajemen pemeliharaan, program vaksinasi yang baik dan tepat, serta pakan
yang bermutu (Suprijatna 2010). Pemberian vitamin atau herbal diperlukan pula
dalam usaha pengembangan ternak.
Karakteristik Ayam (Gallus gallus domesticus)
Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa
dipelihara orang untuk dimanfaatkan dalam pemenuhan keperluan hidup
pemeliharanya (Wong 2004). Kawin silang antar ayam telah menghasilkan
ratusan galur unggul dengan bermacam-macam fungsi, yang paling umum adalah
ayam potong (untuk dipotong) dan ayam petelur (untuk diambil telurnya).
Klasifikasi ayam broiler menurut Yuwanta 2004, adalah sebagai berikut
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Subphylum
: Craniata
Kelas
: Aves
Ordo
: Galiformis
Genus
: Gallus
Spesies
: Gallus domesticus
Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsabangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam
memproduksi daging ayam. Di Indonesia, ayam broiler umumnya dipanen pada
umur 5-6 minggu (Suprijatna et al. 2005).
Sistem Pernafasan pada Ayam
Dalam sistem pernafasan terjadi absorpsi oksigen, melepas
karbondioksida, pengaturan suhu, keseimbangan asam-basa, dan vokalisasi.
Fungsi sistem pernafasan unggas sama dengan sistem pernafasan mamalia,
walaupun sangat berbeda secara anatomi. Unggas bernapas dengan cara yang
berbeda dengan mamalia, unggas memiliki paru-paru simetris yang terhubung
dengan trakea, sama seperti mamalia. Pada paru-paru unggas memiliki
parabronkhi yang merupakan saluran sambungan yang memungkinkan udara
3
melewati paru-paru dalam satu arah dan terikat dengan kapiler darah, sehingga
disini terjadi pertukaran udara (Jacob et al. 2011).
Kavum nasi berhubungan dengan kavum oris melalui koana, mukosanya
dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia dengan sel piala. Epitel dari daerah respirasi
segera berubah menjadi epitel squamus kompleks dari kavum oris pada tepi
koana. Dalam epitel-epitel respirasi terdapat kelompok-kelompok sel goblet yang
berasal dari kelenjar intraepitel. Sepasang sinus infraorbital dapat menjadi
petunjuk jika terjadi infeksi pernafasan. Sinus tersebut akan mengalirkan mukus
sampai pada kavum nasi yang dilapisi epitel pernafasan (Dellman 1993).
Gambar 1 Anatomi saluran pernafasan unggas, (a) glotis, (b) laring, (c) trakea, (d)
otot sternotrachealis, (e) siring, (f) bronchus, (g) jantung, (h) paru-paru
(Jacob et al. 2011)
Setelah melewati kavum nasi, udara akan melewati glotis yang dapat
terbuka dan tertutup. Glotis akan menutup saat makanan masuk dan akan
membuka saat udara masuk, hal ini bertujuan agar makanan tidak masuk ke paruparu dan udara akan masuk ke trakea. Pada unggas, laring tidak memiliki
kemampuan untuk menghasilkan suara. Laring pada unggas merupakan katup
kedua untuk regulasi aliran udara (Riede dan Goller 2010).
Trakea unggas terletak disepanjang leher diantara siring dan laring. Bagian
cranial trakea terletak dibagian ventral dari esophagus. Bagian caudal dari trakea
terletak berdekatan dengan kantung udara clavicular dan terdapat didalam thorax.
Trakea tersusun atas tulang rawan yang melingkar sempurna (360°) untuk
mencegah tekanan negatif pada saat bernapas. Trakea terdiri dari empat lapisan,
yaitu membran mukosa, submukosa, kartilago, dan adventisia. Membran mukosa
tersusun atas epitel silindris sebaris bersilia dengan beberapa sel goblet
(McLelland 1989). Silia berperan dalam mekanisme pertahanan pada sistem
pernafasan unggas, bekerja sama dengan sel goblet. Antigen atau benda asing
yang telah ditangkap oleh mukus akan didorong menuju faring dengan akivitas
silia. Hilangnya silia akan mengggangu pergerakan silia sehingga ayam akan
mudah terserang penyakit (Ficken 1996).
Pada paru-paru unggas terdapat bronchus primer (mesobronchi), bronchus
sekunder, dan bronchus tersier. Bronchus sekunder berasal dari bronchus primer
dan bercabang membentuk bronchus tersier (parabronchi). Parabronchi akan
beranastomose dengan kapiler udara. Bronchus primer dilapisi oleh epitel silindris
bersilia dan sel goblet. Pada bronchus sekunder dilapisi epitel silindris bersilia.
4
Parabronchi dilapisi oleh epitel kubus, pada bagian bawah epitel terdapat jaringan
ikat yang tipis. Sejumlah otot polos melingkari bronchus di bawah lamina propria.
Parabronchi terhubung dengan atrium. Atrium dilapisi oleh epitel pipih dan kubus.
Kapiler udara dilapisi oleh epitel pipih yang terbuka sampai atria, epitel pipih
tersebut melapisi seluruh permukaan kapiler udara hingga menuju alveoli (Bacha
WJ dan Bacha M 2000).
Di sekitar alveolus terdapat sel pneumosit, yang terdiri dari sel pneumosit
tipe I dan sel pneumosit tipe II. Sel pneumosit tipe I melapisi sebagian besar paruparu dan merupakan tempat pertukaran udara. Sel pneumosit tipe II merupakan sel
penghasil surfaktan (Cood et al. 2005).
Sistem Kekebalan pada Pernafasan Ayam
Permukaan mukosa dilindungi oleh suatu sistem pertahanan lokal yang
berfungsi terpisah dari sistem kekebalan sistemik. Sistem pertahanan mukosa ini
disebut MALT (mucosal associated lymphoid tissue) yang terdiri dari BALT
(bronchoalveolar associated lymphoid tissue), NALT (nasopharyngeal assosaited
lymphoid tissue), dan LALT (larynx associated lymphoid tissue) (Ogra et al.
2001; Bar-shira dan Friedman 2005).
Vaksinansi merupakan suatu tindak pencegahan untuk melindungi
individu terhadap serangan penyakit. Vaksin berupa sediaan yang mengandung
antigen yang telah dilumpuhkan virulensinya. Sekitar 80% kebutuhan vaksin
hewan di Indonesia berupa vaksin unggas (ayam). Untuk ayam broiler, program
vaksinasi yang rutin dilakukan pada masa pemeliharaan adalah dua kali ND dan
satu kali Infectious Bronchitis (IB) serta Infectious Bursal Disease (IBD) (Bahri
dan Kusumaningsih 2001). Vaksinasi ND diberikan pada ayam broiler saat
berumur 4 hari melalui tetes mata dan saat berumur 18 hari melalui air minum.
Vaksinasi IB diberikan saat ayam berumur 3 hari melalui tetes mata, sedangkan
vasinasi IBD diberikan saat ayam berumur 7 hari melalui tetes mata atau 14 hari
melalui air minum (Risinglili 2010). Pemberian booster untuk vaksin ND
diberikan saat ayam berumur 10-14 hari (Fadilah dan Polana 2004).
Ayam yang telah divaksinasi menunjukkan reaksi respon imun yang
berbeda untuk setiap jenis vaksinasi yang diberikan. Vaksin aktif lebih cepat
membentuk antibodi dibandingkan vaksin inaktif. Vaksin memberikan kekebalan
spesifik. Vaksin yang diberikan akan dianggap antigen oleh tubuh, sehingga tubuh
akan melakukan kekebalan seluler dan humoral (Tizzard 2000).
Jintan hitam (Nigella sativa)
Tanaman obat secara umum lebih aman dari obat modern. Hal ini
dikarenakan efek samping dari tanaman obat sedikit bahkan hampir tidak ada.
Efek samping yang ditimbulkan dari tanaman obat dapat diminimalisir dengan
penggunaan jenis tanaman obat, dosis, waktu penggunaan dan cara pemberian
yang tepat (Sari 2006).
Secara tradisional tanaman obat lazim digunakan untuk pengobatan sakit
kepala, batuk, sakit perut, diare, asma, rematik, dan penyakit lainnya. Salah satu
tanaman obat yang biasa digunakan oleh masyarakat Asia dan Timur Tengah
5
adalah jintan hitam. Jintan hitam merupakan benih tanaman yang paling banyak
dipelajari baik dalam kimia tanaman maupun farmakologi (El-Najjar et al.2006).
Biji jintan hitam kecil dan pedek (panjangnya 1-3 mm), berwarna hitam,
dan berbentuk trigonal. Biji ini berada di dalam buah yang berbentuk bulat
(Junaedi et al.2006). Biji jintan hitam memiliki bau khas seperti rempah-rempah
dan agak pedas, yang akan semakin tajam baunya apabila dikunyah (Katzer 2001).
Gambar 2 Biji jintan hitam (Parakh 2010)
Klasifikasi Jintan Hitam menurut Tjitrosoepomo 2000, adalah sebagai
berikut :
Kingdom
Divisio
Subdivisio
Kelas
Subkelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae
: Spermatophyta
: Angiospermae
: Dicotyledonae
: Dialypetalae
: Ranunculae
: Ranunculaceae
: Nigella
: Nigella sativa
Penelitian mengenai komposisi jintan hitam telah dimulai pada tahun
1880, yang pertama kali menemukan kandungan 37% minyak dan 4.1% abu
(garam kalsium). Secara keseluruhan komposisi dari jintan hitam dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi jintan hitam
Bahan
% jumlah (w/w)
Minyak
31-35.5
Protein
16-19.9
Karbohidrat
33-34
Serat kasar
4.5-6.5
Abu
3.7-7
Saponin
0.013
Air (moisture)
5-7
Sumber: El Tahir dan Bakeet 2006
6
Ekstrak biji tanaman ini memiliki kandungan kimia fixed oil berupa asamasam lemak tidak jenuh, misalnya asam linoleat, asam oleat, asam palmitat, asam
stearat, asam laurat, asam miristat, serta asam linolenat. Asam linoleat dapat
menurunkan metabolisme asam arakidonat (Nickavara et al. 2003). Sedangkan
asam linolenat dapat mencegah degranulasi sel mast melalui penghambatan
saluran Ca2+ (Gazzar et al. 2006). Minyak esensial jintan hitam mengandung
beberapa zat seperti 4-terpineol, thymohydroquinone, thymoquinone, carvacrol,
carvone dan thymol. Thymoquinone merupakan unsur paling banyak yang
terkandung serta memiliki respon aktif dengan efek yang menguntungkan (Diding
dan Subijanto 2008). Thymoquinone dapat menurunkan histamin darah yang
diproduksi sel mast melalui penurunan kadar Ca2+, serta penurunan Ig E serum
(Gazzar et al. 2006)
Tabel 2 Kandungan nutrisi dalam minyak jintan hitam
Komposisi
Jumlah (per gram)
Protein
208 µg
Tiamin
15 µg
Riboflavin
1 µg
Piridoksin
5 µg
Niasin
57 µg
Asam folat
610 IU
Kalsium
1.8 mg
Zat besi
105 µg
Tembaga (Cu)
18 µg
Seng (Zn)
60 µg
Fosfor
5.3 mg
Sumber: Junaedi et al. 2011
Cairan dan minyak hasil ekstrak tanaman ini memiliki sifat antioksidan,
anti kanker, anti inflamasi, anti microbial, dan analgesik (El-Najjar et al. 2006).
Pada sistem pernafasan manusia, ekstrak jintan hitam sering digunakan sebagai
obat asthma. Jintan hitam berkerja dalam menghambat kanal Ca2+ sehingga
menyebabkan otot trakea menjadi relaksasi. Pada pengobatan tradisional ekstrak
jintan hitam dikonsumsi bersamaan dengan madu (Zubaidah et al. 2009). Jintan
hitam juga berperan dalam menstimulasi respon imun sel, hal tersebut
dikarenakan kandungan volatile oil dalam jintan hitam berpotensi untuk
merangsang respon imun sel (Parakh 2010).
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai bulan Juni 2010.
Kegiatan pemeliharaan dan pemberian perlakuan terhadap hewan coba dilakukan
di Fasilitas Kandang Hewan Percobaan Fakultas Kedokteran Hewan dan
7
pembuatan preparat histopatologi di Laboratorium Histopatologi Bagian Patologi,
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang ayam, gelas
objek, kaca penutup, automatic tissue processor Sakura®, inkubator, mikrotom,
mikroskop cahaya, software Image J® 1.46 dan electronic eyepiece® camera.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini ialah DOC (day old chick)
sebanyak 100 ekor, larutan gula, ekstrak jintan hitam (sediaan komersil), killed
vaccine AI, live vaccine ND, live vaccine IBD, eter, xylol, etanol absolut, etanol
95%, etanol 80%, etanol 70%, pewarnaan HE (Hematoxylin Eosin), dan parafin.
Pelaksanaan Penelitian
a. Pengelompokan Ayam
Penelitian ini menggunakan ayam DOC umur 1 hari dengan bobot berkisar
60 gram. Ayam dibagi kedalam tiga kelompok perlakuan dengan pembagian
sebagai berikut
Tabel 3 Pembagian kelompok perlakuan pada ayam
No
Kelompok
Jumlah ayam (ekor)
Perlakuan
(1)
(2)
(3)
(4)
1
Kelompok
30
Vaksinasi ND
kontrol (K)
Vaksinasi IBD
2
Kelompok A
35
Jintan Hitam 1 tetes (0.02
ml)/ekor/hari
Vaksinasi ND
Vaksinasi IBD
Vaksinasi AI
3
Kelompok B
35
Jintan Hitam 1 tetes (0.02
ml)/ekor/hari
Vaksinasi ND
Vaksinasi IBD
b. Jadwal Vaksinasi
Ayam dipelihara selama enam minggu dengan pemberian pakan dan air
minum ad libitum sesuai kebutuhan. Vaksinasi dilakukan dengan jadwal seperti
pada Tabel 4.
8
Tabel 4 Pemberian vaksin
No.
Vaksin
Waktu Pemberian
(hari ke-)
1
New Castle
Disease
2
Infectious Bursal
Disease
Avian Influenza
3
Jenis Vaksin
Rute Pemberian
11
strain B1
Tetes mata
19
22
strain La Sota
Live vaccine
Tetes mata
Per oral
28
Killed
vaccine
Sub cutan
c. Nekropsi dan Pembuatan Preparat Histopatologi
Nekropsi dilakukan satu minggu sekali untuk pengambilan paru-paru dan
trakea sebagai sampel. Ayam yang dinekropsi diambil tiga ekor dari masingmasing kelompok. Organ yang diambil kemudian direndam dalam larutan
fiksatif Buffered Neutral Formalin (BNF) 10% minimal 48 jam kemudian
diproses menjadi preparat histopatologi dengan pewarnaan HE (Hematoxyllin
Eosin).
d. Pengamatan Histopatologi
Penghitungan keutuhan epitel, proliferasi sel goblet, jumlah serta luasan
BALT dilakukan dengan cara pengambilan foto pada preparat dengan
menggunakan electronic eyepiece® camera dengan perbesaran 20x lensa
objektif. Penghitungan luas dan jumlah menggunakan perangkat lunak Image
J® 1.46. Untuk luasan keutuhan epitel dan silia, hasil dalam bentuk persen
dimana luas keutuhan dibanding luas keseluruhan kemudian dikali 100%.
Penghitungan infiltrasi sel radang pada trakea dan paru-paru serta panjang
kerusakan mikrosilia epitel dilakukan dengan cara pengambilan foto pada
seluruh bagian preparat dengan menggunakan electronic eyepiece® camera
dengan perbesaran 40x lensa objektif, namun untuk penghitungan kepadatan
sel pada BALT menggunakan perbesaran 100x. Untuk jumlah sel radang, sel
goblet, BALT, serta kepadatan sel pada BALT dihitung menggunakan counter
cell pada Image J® 1.46.
e. Analisis Data
Hasil perhitungan seluruh parameter dianalisis secara statistik dengan
menggunakan perangkat lunak SAS® 9.0 dengan metode ANOVA yang
dilanjutkan uji Duncan untuk melihat perbedaan yang nyata dari antar kelompok
perlakuan.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Perubahan histopatologi trakea
Parameter yang diperiksa pada organ trakea adalah keutuhan silia,
keutuhan epitel, jumlah sel goblet, dan sel radang. Pada lapisan mukosa, tampak
beberapa bagian yang mengalami kerusakan silia yang dapat dilihat pada Gambar
3. Hasil pengamatan kerusakan silia disajikan pada Tabel 5.
K
A
B
Gambar 3 : Kerusakan silia pada organ trakea (tanah panah), (K) kelompok
perlakuan vaksin ND dan IBD, (A) kelompok perlakuan ekstrak
jintan hitam serta vaksin ND, IBD, dan AI, (B) kelompok perlakuan
ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD
Tabel 5 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap
persentase keutuhan silia pada organ trakea pada luas lapang pandang
6.13 x 104 µm2.
Kelompok
Minggu
K
A
B
a
a
II
95.33 ± 2.63
98.03 ± 3.42
98.01 ± 3.33 a
III
96.94 ± 2.66 a
95.37 ± 4.68 a
97.56 ± 4.22 a
a
a
IV
91.62 ± 0.94
93.31 ± 8.01
94.60 ± 5.17 a
V
97.52 ± 0.04 a
95.5 ± 4.21 a
98.83 ± 1.66 a
a
a
VI
93.80 ± 5.72
97.51 ± 0.94
98.94 ± 1.03 a
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan
adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan.
Berdasarkan tabel diatas, persentase panjang keutuhan silia pada trakea
antara kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05)
secara statistik. Pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki pola
keutuhan yang lebih stabil dibandingkan dengan kelompok K. pada minggu II
hingga IV terjadi penurunan keutuhan silia. Keutuhan silia kelompok yang diberi
ekstrak jintan hitam cenderung meningkat pada minggu V dan VI.
Epitel penyusun trakea memiliki fungsi penting dalam pertahanan saluran
pernafasan, kerusakan struktur atau deskuamasi dari epitel dapat mempengaruhi
10
kualitas udara yang masuk ke paru-paru. Pada pengamatan lapisan mukosa,
tampak beberapa bagian yang mengalami deskuamasi epitel yang dapat dilihat
pada Gambar 4. Hasil pengamatan keutuhan epitel disajikan pada Tabel 6.
K
A
B
Gambar 4 : Deskuamasi epitel pada organ trakea (tanah panah), (K) kelompok
perlakuan vaksin ND dan IBD, (A) kelompok perlakuan ekstrak
jintan hitam serta vaksin ND,IBD, dan AI, (B) kelompok perlakuan
ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD
Tabel 6 Hasil uji statistik persentase keutuhan epitel pengaruh pemberian ekstrak
jintan hitam pada organ trakea pada luas lapang pandang 24.1 x 104 µm2
Kelompok
Minggu
K
A
B
a
a
II
96.67 ± 1.84
99.64 ± 0.62
99.21 ± 1.36 a
III
99.73 ± 0.25 a
99.11 ± 1.11 a
98.13 ± 2.01 a
a
a
IV
96.92 ± 0.55
97.36 ± 1.55
97.45 ± 2.91 a
V
99.07 ± 1.31 a
93.36 ± 8.12 a
98.84 ± 1.04 a
a
a
VI
96.10 ± 5.51
99.33 ± 0.48
99.07 ± 1.09 a
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan
adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan.
Berdasarkan tabel diatas, persentase keutuhan epitel trakea antara
kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara
statistik. Pada minggu II hingga minggu IV, kelompok yang diberi ekstrak jintan
hitam memiliki keutuhan yang lebih stabil yaitu menurun. Pada minggu V
keutuhan epitel kelompok A mengalami penurunan dan kelompok B mengalami
peningkatan dari minggu V hingga VI. Pada minggu VI kelompok yang diberi
ekstrak jintan mengalami peningkatan keutuhan epitel. Kelompok K
menunjukkan respon yang tidak stabil.
Hasil pengamatan sel goblet disajikan pada Tabel 7 dan sel goblet dapat
dilihat pada Gambar 5.
11
K
A
B
Gambar 5 : Sel goblet pada organ trakea (tanah panah), (K) kelompok perlakuan
vaksin ND dan IBD, (A) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam
serta vaksin ND, IBD, dan AI, (B) kelompok perlakuan ekstrak
jintan hitam serta vaksin ND dan IBD
Tabel 7 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap
jumlah sel goblet pada organ trakea pada luas lapang pandang 24.1 x 104
µm2
Kelompok
Minggu
K
A
B
a
a
II
1.642 ± 0.45
1.871 ± 0.78
1.566 ± 0.75a
III
2.120 ± 1.23a
0.998 ± 0.50a
2.794 ± 1.28a
a
a
IV
0.990 ± 0.51
1.268 ± 0.58
1.386 ± 0.61a
V
1.641 ± 0.84a
2.222 ± 0.59a
1.613 ± 0.92a
a
a
VI
0.880 ± 0.30
1.613 ± 0.92
1.470 ± 0.71a
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan
adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan.
Berdasarkan tabel di atas, jumlah sel goblet pada trakea antara kelompok
perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik. Pada
kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki jumlah sel goblet paling
banyak. Pada semua kelompok jumlah sel goblet menunjukkan kecenderungan
menurun.
Leukosit atau sel darah putih merupakan unit paling aktif dalam
pertahanan tubuh. Sel radang yang ditemukan didominasi oleh limfosit.
Kerusakan silia dan deskuamasi epitel dapat menyebabkan infiltrasi sel radang.
Hasil pengamatan jumlah sel radang disajikan pada Tabel 8 dan sel radang dapat
dilihat pada Gambar 6.
12
K
A
B
Gambar 6 : Jumlah sel radang pada organ trakea (tanah panah), (K) kelompok
perlakuan vaksin ND dan IBD, (A) kelompok perlakuan ekstrak
jintan hitam serta vaksin ND,IBD, dan AI, (B) kelompok perlakuan
ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD
Tabel 8 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap
jumlah sel radang pada organ trakea pada luas lapang pandang 6.13 x
104 µm2.
Kelompok
Minggu
K
A
B
a
a
II
2.486 ± 0.69
2.727 ± 0.31
1.897 ± 1.16a
III
2.178 ± 0.79a
2.833 ± 0.84a
2.544 ± 0.19a
a
a
IV
1.930 ± 1.08
2.908 ± 1.03
2.907 ± 1.03a
a
a
V
1.915 ± 1.12
2.912 ± 0.17
2.488 ± 1.57a
VI
1.856 ± 1.04a
1.321 ± 1.06a
1.499 ± 1.37a
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan
adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan.
Berdasarkan tabel diatas, jumlah sel radang pada trakea antara kelompok
perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik. Pada
minggu II hingga minggu IV kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam
cenderung meningkat, namun menurun pada minggu VI dengan jumlah yang lebih
kecil dibandikan kelompok K.
Perubahan histopatologi paru-paru
Parameter yang diperiksa pada organ paru-paru adalah jumlah sel radang,
jumlah dan luasan BALT, serta kepadatan sel pada BALT. Hasil pengamatan
jumlah sel radang disajikan pada Tabel 9 dan sel radang pada paru-paru dapat
dilihat pada Gambar 7.
13
K1
A1
K
A
B
K1
A1
B1
Gambar 7 : Sel radang pada organ paru-paru (tanah panah), (K1) kelompok
perlakuan vaksin ND dan IBD, (A1) kelompok perlakuan ekstrak
jintan hitam serta vaksin ND,IBD, dan AI, (B1) kelompok perlakuan
ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD
Tabel 9 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap
jumlah sel radang pada organ paru-paru pada luas lapang pandang
6.13x104 µm2.
Kelompok
Minggu
K
A
B
a
a
II
1.761 ± 0.31
2.748 ± 1.39
2.505 ± 1.36a
III
2.959 ± 0.78a
3.045 ± 1.16a
3.694 ± 0.53a
a
a
IV
2.023 ± 1.27
2.291 ± 1.37
3.235 ± 1.43a
V
2.166 ± 1.31a
2.873 ± 0.61a
2.327 ± 1.46a
a
a
VI
2.393 ± 1.47
2.121 ± 1.41
1.989 ± 1.15a
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan
adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan.
Berdasarkan tabel 9, jumlah sel radang pada paru-paru antara kelompok
perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik.
Jumlah sel radang pada semua kelompok memiliki nilai yang bervariasi dengan
pola yang tidak khas. Pada minggu VI kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam
mengalami penurunan, namun kelompok K mengalami peningkatan.
Bronchus Assosiated Lymphoid Tissue (BALT) adalah salah satu sistem
pertahanan mukosal yang terdapat pada bronkhus. Sistem pertahanan BALT
merupakan pertahanan lokal pada organ respirasi. Hasil pengamatan jumlah
BALT disajikan pada Tabel 10.
14
Tabel 10 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap
jumlah BALT pada organ paru-paru pada luas lapang pandang 24.1 x
104 µm2
Kelompok
Minggu
K
A
B
II
1.642 ± 0.45a
1.871 ± 0.78 a
1.566 ± 0.75a
III
2.120 ± 1.23a
0.998 ± 0.5a
2.794 ± 1.28a
IV
0.990 ± 0.51a
1.268 ± 0.58a
1.386 ± 0.61a
a
a
V
1.641 ± 0.84
2.222 ± 0.59
1.613 ± 0.92a
VI
0.880 ± 0.30a
1.613 ± 0.92a
1.470 ± 0.71a
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan
adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan.
Berdasarkan tabel diatas, jumlah BALT pada paru-paru antara kelompok
perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik. Pada
minggu ke II dan IV menunjukkan bahwa kelompok yang diberi ekstrak jintan
hitam memiliki jumlah BALT terbanyak. Pada pengamatan minggu ke V dan VI,
kelompok A memiliki jumlah BALT terbanyak.
Adanya antigen yang masuk akan mengaktivasi BALT sehingga
menggertak kehadiran limfosit dan makrofag yang merupakan komponen
penyusun BALT. Komponen penyusun tersebut akan membentuk suatu luasan.
Hasil pengamatan luasan BALT dan kepadatan sel disajikan pada Tabel 11dan 12.
Luasan BALT dapat dilihat pada Gambar 8, sedangkan kepadatan sel dapat dilihat
pada Gambar 9.
K
A
B
Gambar 8 : Luasan BALT pada organ paru-paru (tanda lingkaran), (K)
kelompok perlakuan vaksin ND dan IBD, (A) kelompok perlakuan
ekstrak jintan hitam serta vaksin ND,IBD, dan AI, (B) kelompok
perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD
15
Tabel 11 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap
luasan BALT pada organ paru-paru (µm2) pada luas lapang pandang
24.1x104 µm2
Kelompok
Minggu
K
A
B
a
a
II
207.20 ± 89.97
396.40 ± 145.51
186.70 ± 161.11a
III
124.01 ± 95.87a
136.18 ± 73.15a
138.77 ± 75.86a
a
a
IV
161.28 ± 63.2
118.80 ± 114.42
236.60 ± 217.74a
V
176.12 ± 86.63a
154.20 ± 52.02a
187.00 ± 102.19a
a
a
VI
60.795 ± 34.89
77.482 ± 66.59
78.361 ± 67.83a
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan
adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan.
Tabel 12 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap
jumlah sel dalam BALT pada organ paru-paru.
Kelompok
Minggu
K
A
B
a
a
II
248.67 ± 8.7
290.67 ± 21.2
203.33 ± 13.1 a
III
145.67 ± 13.1a
212.00 ± 20.1a
183.33 ± 15.6 a
a
a
IV
119.33 ± 8.6
186.00 ± 19.4
239.67 ± 7.5 a
a
a
V
209.67 ± 8.1
183.33 ± 11.02
164.33 ± 6.1a
VI
100.33 ± 18.1a
144.33 ± 7.4a
152.67 ± 20.03a
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan
adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan.
Berdasarkan Tabel 11, luasan BALT pada paru-paru antara kelompok
perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik. Pada
pengamatan BALT pada minggu ke II hingga minggu VI, menunjukkan bahwa
pada kelompok dengan pemberian ekstrak jintan hitam memiliki luasan BALT
yang cenderung lebih besar dibandingkan dengan kelompok K. Hal tersebut
ditunjukkan dengan tingkat kepadatan sel penyusun BALT yang tinggi pada
kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam (Tabel 12).
Gambar
9
: Kepadatan sel limfosit (tanah panah) BALT, (K) kelompok
perlakuan vaksin ND dan IBD, (A) kelompok perlakuan ekstrak
jintan hitam serta vaksin ND, IBD, dan AI, (B) kelompok
perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD
16
Pembahasan
Pengamatan daya hidup DOC secara umum menunjukkan kualitas yang
cukup baik. Kematian pada DOC sebanyak 8 ekor dari 100 ekor DOC mulai hari
ke-1 hingga hari ke-14. Kematian yang terjadi tidak menunjukkan adanya tanda
infeksi pada pemeriksaan postmortem dengan nekropsi. Penyebab dari kematian
adalah akibat trauma karena terinjak atau terjepit oleh sesama DOC dalam
kandang. Berdasarkan SNI 7354-2008 menyebutkan bahwa tingkat kematian
maksimal DOC sebesar 2%.
Mekanisme pertahanan pada trakea dimulai dari adanya gerakan silia yang
berfungsi untuk mengeluarkan antigen. Keutuhan silia yang disajikan pada Tabel
5 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jintan hitam membuat ketahanan silia
yang lebih stabil dibanding kelompok K. Kerusakan yang dapat terjadi sebagai
respon terhadap vaksinasi. Keutuhan silia meningkat kembali sesuai waktu,
dimana pada minggu VI kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam menunjukkan
perbaikan yang lebih baik dibanding kelompok K. Menurut Bruits dan Bucar
(2000), kandungan thymoquinone dalam ekstrak jintan hitam memiliki manfaat
sebagai antioksidan yang berfungsi mempercepat regenerasi sel.
Kerusakan silia akan mempermudah antigen untuk menempel pada epitel
dan menyebabkan deskuamasi epitel. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 6
dimana pada minggu V, kelompok A yang diberi vaksinasi AI memiliki keutuhan
epitel terkecil. Pada minggu VI deskuamasi epitel masih terjadi pada setiap
kelompok walaupun pemberian vaksin sudah tidak diberikan. Hal ini disebabkan
karena secara fisiologis dapat terjadi kematian sel yang disebabkan sel yang sudah
tua tidak beregenerasi (Stanley et al. 2006). Kandungan thymoquinone dalam
jintan hitam bermanfaat sebagai antioksidan sehingga berfungsi mengurangi dan
mencegah kerusakan sel juga mempercepat regenerasi sel (Bruits dan Bucar
2000), namun efek tersebut menunjukkan hasil saat minggu VI dimana keutuhan
epitel pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki persentase
keutuhan epitel yang paling besar.
Kerusakan silia juga diikuti dengan pengeluaran mukus oleh sel goblet.
Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam
memiliki jumlah sel goblet yang lebih banyak dibandingkan kelompok K.
Peningkatan jumlah sel goblet merupakan mekanisme pertahanan, dimana mukus
yang dihasilkan akan meningkat pula. Mukus tersebut berfungsi untuk
mengeluarkan antigen dan mencegah antigen untuk melindungi epitel dari
penempelan antigen (Prasetyo 2006).
Kehadiran sel radang merupakan bentuk mekanisme kekebalan
berperantara sel. Vaksin mengandung virus yang dilemahkan dan akan dianggap
sebagai antigen oleh tubuh, sehingga merusak epitel trakea dan menggertak
infiltrasi sel radang pada jaringan. Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa kelompok
yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki jumlah sel radang yang lebih tinggi
pada minggu II hingga minggu IV. Hal tersebut diduga pemberian ekstrak jintan
hitam selama tiga minggu belum menunjukkan pengaruh terhadap jumlah sel
radang. Pada minggu V dapat dilihat bahwa kelompok yang diberi vaksin AI
memiliki jumlah sel radang yang paling tinggi. Pada minggu VI kelompok yang
17
diberi esktrak jintan hitam memiliki sel radang yang lebih sedikit. Hal tersebut
menunjukkan bahwa thymoquinone yang terkandung dalam jintan hitam dapat
menghambat peradangan pada trakea setelah pemberian selama lima minggu.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diding dan Subijanto (2008), membuktikan
bahwa pemberian minyak jintan hitam mampu menurunkan tingkat infiltrasi sel
radang pada saluran pernafasan.
Kehadiran sel radang dapat pula dipicu oleh keadaan kandang yang kurang
baik seperti debu litter yang terhirup sehingga mengiritasi saluran pernafasan dan
terhirupnya agen patogen yang diakibatkan kebersihan kandang yang minim
(Nighot et al. 2002). Selain itu cekaman yang disebabkan oleh suhu udara dalam
kandang yang melebihi zona nyaman (>28°C) atau yang sering disebut heat stress
dapat menyebabkan ayam mengalami penurunan konsumsi pakan dan
pertumbuhan yang tidak optimal akibat kekurangan nutrisi. Hal tersebut
menyebabkan imunitas ayam menurun sehingga mudah terserang penyakit
(Butcher dan Miles 2011).
Pada organ trakea, efek pemberian ekstrak jintan hitam terlihat pada
pengamatan minggu VI. Pada minggu VI mengindikasikan adanya perbaikan
histopatologi trakea. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya keutuhan
epitel, jumlah sel gobet, dan keutuhan silia serta menurunnya jumlah sel radang,
pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam.
Antigen yang berhasil menembus mekanisme pertahanan saluran
pernafasan atas akan menyebabkan peradangan pada paru-paru. Hal tersebut
ditandai dengan adanya infiltrasi sel radang pada organ paru-paru. Sel radang
merupakan respon protektif setempat yang berfungsi menghancurkan atau
mengurangi agen atau jaringan yang rusak (Dorland 2002).
Pada paru-paru, pemberian ekstrak jintan hitam mulai terlihat pada minggu
II baik pada kelompok A dan B, Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 9 dimana
kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki jumlah sel radang lebih
banyak dibanding kelompok K. Infiltrasi sel radang di jaringan menunjukkan
respon pertahanan terhadap hadirnya antigen yang dalam hal ini adalah virus
vaksin. Respon tersebut menunjukkan bahwa sel radang menjadi lebih responsif
terhadap sitokin sebagai mediator radang yang dihasilkan oleh kerusakan jaringan,
hal tersebut dikarenakan adanya α-lipoic acid dalam jintan hitam yang berperan
sebagai antioksidan (Ibrahim et al. 2008). Pada minggu VI tampak bahwa
kelompok yang diberi jintan hitam lebih baik responnya yaitu terjadi penurunan
jumlah sel radang yang menandakan pada jaringan paru-paru telah terjadi
perbaikan. Pada kelompok B yang diberi vaksin yang sama dengan kelompok K
menunjukkan jumlah sel radang paling sedikit. Hal ini akibat efek thymoquinone
yang terkandung dalam jintan hitam dapat menghambat peradangan karena
mampu menghambat cyclooxygenase dan 5-lipoxygenase dalam metabolisme
arakidonat sehingga mediator radang dapat ditekan (Boskabady dan Farhadi 2008;
Houghton et al. 1995).
Bronchus Assosiated Lymphoid Tissue (BALT) adalah salah satu sistem
pertahanan mukosa yang terdapat di bronkhus. Sistem pertahanan BALT
merupakan pertahanan lokal pada organ respirasi. Jumlah BALT terus bervariasi
setiap minggu pengamatan. Menurut Emikpe dan Ajisegiri (2011), BALT
merupakan bagian penting dari pertahanan mukosa yang berada di paru-paru yang
distimulasi oleh antigen yang masuk. Kehadiran BALT sangat penting dalam
18
proteksi pernafasan. Kenaikan jumlah BALT akan mengakibatkan kenaikan
jumlah limfosit, sehingga akan menghasilkan proteksi yang lebih baik. Pada
kelompok dengan pemberian ekstrak jintan hitam menggambarkan efek jintan
hitam sebagai imunomodulator, dimana jumlah BALT yang dihasilkan lebih
banyak. BALT merupakan organ limfoid sekunder yang terdapat pada paru-paru
ayam secara normal (Reese et al. 2006). Antigen yang masuk kedalam paru-paru
akan kontak dengan sel limfoid yang kemudian menginduksi dan mengaktivasi
BALT (Moreno et al. 2006).
Pada minggu V dan VI, kelompok A memiliki jumlah BALT paling
banyak. Hal ini diduga akibat pemberian vaksin AI. Menurut Pabst dan Tsherning
(2010) pertambahan jumlah BALT dipengaruhi oleh vaksin dan lingkungan. Hal
tersebut dapat menginduksi BALT, sehingga jumlah BALT bertambah. Pemberian
vaksin akan menginduksi proliferasi Periarteriolar Lymphoid Sheat (PALS) yang
terdapat di limpa. Limpa bekerja secara sistemik sehingga PALS akan
menginduksi pertambahan jumlah BALT (Vora et al. 1998)
BALT juga dipengaruhi respon individu, hal tersebut dapat dilihat pada
Tabel 11 dimana pada minggu II luasan BALT pada kelompok A dan B sangat
berbeda walaupun diberi perlakuan yang sama. Menurut Pabst dan Tsherning
2010 respon individu juga mempengaruhi aktivitas BALT. Penurunan luasan
BALT pada minggu III terjadi pada semua kelompok, hal tersebut diduga karena
perlakuan vaksin yang diberikan pada minggu III dimana limfosit akan melakukan
infiltrasi pada saluran nafas dan jaringan paru-paru sehingga pada BALT jumlah
limfosit akan berkurang. Hasil pengamatan secara keseluruhan menunjukkan
bahwa pada kelompok dengan pemberian ekstrak jintan hitam memiliki luasan
BALT yang cenderung lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak
diberi ekstrak jintan hitam. Hal tersebut diikuti dengan tingkat kepadatan sel
penyusun BALT yang tinggi pula pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam.
Jintan hitam diketahui memiliki efek imunomodulator, dimana pemberian jintan
hitam dapat meningkatkan rasio CD4+ dan CD8+ serta meningkatkan jumlah sel
natural killer (Omar et al. 1999; Salem 2005). Dari hasil diatas dapat diduga
bahwa ekstrak jintan hitam memberikan efek sebagai imunomodulator. Hal
tesebut ditunjukkan oleh kepadatan sel yang lebih tinggi pada kelompok yang
diberi ekstrak jintan hitam dibandingkan kelompok K. Luasan BALT beserta
kepadatan sel cenderung menurun dengan pola yang tidak khas setelah vaksinasi.
Pada organ paru-paru, efek pemberian ekstrak jintan hitam terlihat pada
pengamatan minggu ke VI. Hal tersebut ditunjukkan dengan menurunnya jumlah
sel radang. Pada BALT terlihat pada kelompok yang diberi ekstrak Jintan hitam
menunjukkan aktifitas imun yang lebih meningkat dibandingkan kelompok K.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Secara keseluruhan gambaran histopatologi pada organ pernafasan ayam
yang diberi ekstrak jintan hitam serta vaksinasi menunjukkan gambaran yang
19
berbeda pada tiap kelompok ayam. Gambaran histopatologi organ trakea dan
paru-paru pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memberikan efek yang
lebih baik dibanding kelompok yang tidak diberi ekstrak jintan hitam. Pemberian
ekstrak jintan hitam memiliki kecenderungan memperbaiki struktur histopatologi
pada trakea dan merangsang respon imun pada paru-paru.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat ekstrak jintan hitam
pada unggas yang dipelihara dalam jangka waktu yang panjang.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada broiler dengan dosis yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Bacha WJ, Bacha M. 2000. Color Atlas of Veterinery Histology Ed 2.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. 186-187
Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 7354-2008: Bibit induk (parent stock)
ayam ras tipe pedaging umur sehari (DOC).
Bahri S, Kusumaningsih A. 2005. Potensi, Peluang, dan Strategi Pengembangan
Vaksin Hewan di Indonesia. J Litbang Pertanian 24 (3):113-114
Bar-shira E, Friedman A. 2005. Ontogeny of gut associated immunocompetence
in the chick. Israel J vet Med 62:42-50
Bruits M, Bucar F. 2000. Antioxidant activity of Nigella sativa essential oil.
Phytother Res 14:323-328
Butcher GD, Milles R. 2011. Heat Stress Management in Broilers. [terhubung
berkala]. http://edis.ifas.ufl.edu [19 oktober 2012]
Booskabady MH, Farhadi F. 2008. The Possible Prophylactic Effect of Nigella
sativa seed aqueos extract on respiratory symptoms and pulmonaryfunction
test on Chemical war Victims. J Altern Complement Med 14(9):1137-1144
Cood JR, Boggs DF, Perry SF, and Carrier DR. 2005. Activity of Three Muscles
Associated with the Uncinate Proccesses of the Giant Canada Goose. J Exp
Biol 208:849-857
Dellman HD. 1993. Textbook of Veterinary Histology. University of Missouta
(US): Lea and Febiger. Hlm. 136
Diding HP, Subijanto AA. 2008. Pengaruh minyak jintan hitam (Nigella sativa)
terhadap derajat inflamasi saluran napas. Kedokteran Indonesia 58: 5
20
Dorland. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta (ID): EGC. Hlm. 197
El-Najjar N, Muhtasib HG, Stock RS. 2006. The medical potential of black seed
(Nigella sativa) and its component. Adv in Phytomed (2):133-153
El-Tahir KE, Bakeet D. 2006. The Black Seed Nigella sativa Linnaeus – A Mine
for Multi Curses: A Plea for Urgent Evaluation of its Volatile Oil. J T U
Med Sci 1:1-19
Emikpe BO, Ajisegiri WA. 2011. Response of bronchial associated lymphoid
tissue to intratracheal administration of peste des petit ruminants virus and
its co-infection with Mannheimia hemolytica. Int J Morphol 29: 1099-1103
Fadilah R, Polana A. 2004. Aneka Penyakit Ayam dan Cara Mengatasinya. Depok
(ID): Agromeda Pustaka. Hlm 24
Fadillah R. 2008. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Jakarta
(ID): Agromedia. Hlm. 91
Ficken MR. 1996. Avian respiratory Defense Mechanism, Injury, and Repair.
Zootec Int. Pp: 51-53
Fukuyama S, Aizawa H, Hara N. 2001. Mediated cigarette smoke-induced goblet
cell metaplasi in guinea pig airways. Am J Physiol Lung Cell Mol Physiol
280:436-441
Gazzar ME, Mezayen RE, Marecki JC, Nicolls MR, Canastar A, Dreskin SC.
2006. Effect of thymoquinone on cyclooxygenase expression and
prostaglandin production in a mouse model of allergy airway anflammation.
J Immunol Lett 106:72-81
Houghton PJ, Zarka R, Heras B, JR Hoult. 1995. Fixed Oil of Nigella sativa and
derived Thymoquinone Effect inhibit Eicosanoid Generation in Leucocytes
and membrane Lipidperoxidation. J Planta Med 61(1):33-36
Ibrahim SF, Osman K, Das Es, Otman AM. 2008. Study of antioxidant effect of αlipoic acid on sperm quality. Clinics 63(4):545-550
Jacob J, Pescatore T, Cantor A. 2011. Avian Respiratory System. Lexington (US):
Department of Agriculture, University of Kentucky. Hlm 118-125
Junaedi E, Sufrida Y, Surnahika S, Emma SK. 2006. Kedahsyatan Habbatussauda
Mengobati Berbagai Penyakit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Hlm. 1216
Katzer G. 2001. Saffron Crocus sativus L. [terhubung berkala]. http://www.unigraz.at/~katzer/engl/spice_indic.html [19 Oktober 2012]
21
McLellandJ. 1989. Larynx and trachea, in King AS, McLelland J (eds): Form and
Function in Birds, vol 4. NewYork (US) Academic: 69-103
Moreno JR, Hartson L, Navvaro C, Selman M, Troy DR. 2006. Inducible
bronchus associated lymphoid tissue in patients with pulmonary
complications of rheumatoid arthritis. J Clin Invest 116: 3183-3194
Murtidjo BA. 2003. Pemotongan, Penanganan, dan Pengolahan Daging Ayam.
Jakarta (ID): Kanisius. Hlm 10.
Nickavara B, Mojaba F, Javidniab K, Amolia MAR. 2003. Chemical Composition
of the Fixed and Volatile Oils of Nigella sativa from Iran. Z Naturforsch (8):
629-631
Nighot PK, GN Kolte, GR Ghalsasi. 2002. Physiopathology of avian respiratory
diseases
[terhubung
berkala].
http://www.chickclinicegypt.com/Physiotherapy%20of%20Avian%20Respir
atory.pdf [30 Agustus 2012]
Omar A, Ghosheh S, Abdulghani A, Houdi A, Crookscor PA. 1999. High
performance liquid chromatographic analysis of the pharmacologically
active quinones and related compounds in the oil of the black seed (L.
Nigella sativa). J Pharm Biomed Anal. 19: 757– 62.
Ogra PL, Faden H, Welliver RC. 2001. Vaccination strategies for mucosal
immune response. Clin Microb Rev 14:430-445
Pabst R, Tscherning. 2010. Bronchus-assosiated lymphoid tissue: an entry site for
antigens for successful mucosal vaccinations. Am J Respir Cell Mol Biol 43
(2): 137-141
Parakh PM. 2010. Nigella sativa Linn - A comprehensive review. Indian J Nat
Prod and Resources vol 1 (4): 409-429
Prasetyo BK. 2006. Kajian Histopatologi Trakhea Ayam Buras Akibat Infeksi
Campuran Virus Newcastle Disease dan Cacing Ascaridia galli [skripsi].
Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
Reese S, G Dalamani, B Kaspers. 2006. The avian lung associated immune
system. Vet Res 37: 311-324
Riede T, Franz Goller. 2010. Peripheral Mechanisms for Vocal Production in
Birds – Differences and Similiarities to Human Speech and Singing. Brain
and Language. Vol. 115 (1):69-80
Risinglili A. 2010. Vaksinasi pada Ayam. [terhubung berkala]. http://www.andelarisinglili.co.cc/2010/04/vaksinasi-pada-ayam-html. [19 Oktober 2012]
22
Salem ML. 2005. Immunomodulatory and therapeutic effect of Nigella sativa.
seed. Int Immunopharmacol 5:1749-1770
Sari LORK. 2006. Pemanfaatan Obat Tradsional dengan Pertimbangan Manfaat
dan Keamanannya. Ilmu Kefarmasian III (1) : 2
Stanley, Mickey, Beare PG. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik ed. 2. Jakarta
(ID): EGC. Hlm. 146
Suprijatna E, Atmomarsono U, Kartasudjana R. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Hlm. 96
Suprijatna E. 2010. Strategi pengembangan peternakan ayam lokal di Indonesia.
[terhubung
berkala].
http://www.eprints.undip.ac.id/28178/Endjeng_Suprijatna.pdf [12 Agustus
2012]
Tarmudji, Mulyadi. 2006. Kegagalan vaksinasi IB pada ayam. [terhubung
berkala]. http//www.litbang.deptan.go.id/ kegagalan%20vaksinasi.pdf [19
Oktober 2012]
Tizard IR. 2000. Veterinary Imunnology ed. 6. (UK): Elsevier Books. Hal. 215217
Tjitrosoepomo. 2000. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada Press. Hlm. 34
Vora KA, Brundage KMT, Manser T. 1998. A periarteriolar lymphoid sheath
associated B cell focus response is not observed during the development of
the anti-arsonate germinal center reaction. J Immun 160: 728-733
[WHO] World Health Organization. 2003. Traditional medicine.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs134/en/ [12 Januari 2012]
Wong GK. 2004. A Genetic Variation Map for Chicken with 2.8 million Single
Nucleotide. [terhubung berkala]. www.nature.com.prxy5.ursus.maine.edu/nature/journal/v432/n7018/full/nature03156.html [12 Agustus 2012]
Yuwanta T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta (ID): Kanisius: Hlm. 29
Zubaidah AH, Basil AA, Abdullah AB. 2009. Annals of Saudi Med. Volume 21:34
23
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pontianak pada tanggal 12 Januari 1991 dari bapak
Sumardi Husin dan ibu Turnia. Penulis tinggal di Pontianak, Kalimantan Barat
sampai saat ini.
Pendidikan formal Penulis dimulai dari SD Swasta Muhammadiyah 2
Pontianak dan lulus pada tahun 2002, dilanjutkan ke SMP Negeri 3 Pontianak dan
lulus pada tahun 2005. Tahun 2008 Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pontianak
dan pada tahun yang sama Penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Beasiswa
Utusan Daerah (BUD). Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan sebagai
bidang studinya.
Selama mengikuti perkuliahan, Penulis turut berpartisipasi dalam beberapa
organisasi dalam kampus. Organisasi dalam kampus yang pernah diikuti oleh
Penulis yaitu Steril FKH IPB dan Himpunan Minat dan Profesi Hewan Kecil dan
Satwa Akuatik (Himpro HKSA) FKH IPB.
Download