KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN METODE FIELD VISIT TECHNIQUE (KUNJUNGAN LAPANGAN) DALAM MENGAJAR MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI I PALU OLEH: ZUMROTIN NISA’ ABSTRAKSI Studi geografi merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji tentang fenomena alam dan masalah kehidupan manusia, dan secara umum proses pembelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Palu sering disajikan melalui metode ceramah, diskusi di kelas dan berorientasikan pada buku ajar. Sehingga, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui yaitu: (1) bagaimana kemampuann Guru menetapkan metode pembelajaran, (2) bagaimana kemampuan Guru menerapkan metode field visit technique (kunjungan lapangan) dalam mengajar mata pelajaran Geografi, (3) faktor-faktor pendukung penerapan metode field visit technique (kunjungan lapangan) dalam mengajar mata pelajaran Geografi di SMA Negeri I Palu. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu 2 orang guru yang mengajar mata pelajaran geografi dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Oleh sebab itu, data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan mengacu pada penelitian Milles dan Huberman melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kemampuan Guru dalam menetapkan metode pembelajaran kurang maksimal, karena pada materi-materi yang relevan dengan metode kunjungan lapangan Guru lebih banyak menetapkan metode pembelajaran di dalam kelas, (2) kemampuan Guru menerapkan metode field visit technique (kunjungan lapangan) dalam mengajar mata pelajaran geografi dapat dikatakan masih kurang, karena Guru Geografi hanya dapat menerapkan metode kunjungan lapangan pada semester genap materi litosfer dan atmosfer kelas X SSN padahal ada beberapa materi lain yang seharusnya diterapkan metode tersebut, (3) faktor-faktor pendukung penerapan metode field visit technique (kunjungan lapangan) dalam mengajar mata pelajaran Geografi adalah antusias dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, namun ada juga beberapa faktor kendala diantaranya prosedur administrasi dan kurangnya fasilitas dari sekolah, karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, banyaknya jumlah siswa pada tiap kelas, ketidak tepatan waktu pelaksanaan kunjungan lapangan, dan kedisiplinan siswa. * Mahasiswa pada Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD 1 2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bagian dari kehidupan yang sifatnya mutlak, baik dalam kehidupan seseorang maupun kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2003:9) menjelaskan bahwa, “pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”. Keberhasilan proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh bebagai aspek, seperti metode pembelajaran, sarana dan prasarana, maupun kurikulum. Oleh karena itu, agar proses pembelajaran berjalan dengan baik Guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran tersebut. Selengkap apapun sarana dan prasarana yang dimiliki, jika tidak ditunjang dengan kompetensi Guru terhadap bidang studi yang diajarkan, maka kegiatan pembelajaran tidak akan berhasil. Dalam proses pembelajaran Guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori belajar dalam proses pembelajaran dan menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif dan kemampuan membuat suasana belajar dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Pada hakikatnya studi geografi adalah salah satu mata pelajaran yang mengkaji tentang fenomena alam dan masalah kehidupan manusia yang disusun dari hasil obeservasi dengan melakukan analisis fenomena manusia, fenomena alam serta persebaran dan interaksinya dalam ruang yang cukup memberi tantangan bagi siswa dan Guru. Pengorganisasian materi dimulai dari pengenalan fenomena geografis dengan memanfaatkan bentang alam disekitarnya sebagai sumber geografis. Fenomena geografi yang dapat dikaji diantaranya pada materi antroposfer misalnya tentang komposisi penduduk suatu wilayah dan materi pemetaan yang dapat memberikan pengetahuan tentang pengukuran dan pembuatan peta. Bagi siswa untuk dapat berhasil belajar harus mampu secara bertahap melakukan penyesuaian dalam penyajian informasi geografis mulai dari mendeskripsikan dan menggambar ulang dengan berbagai bantuan alat. Sedangkan bagi seorang guru, untuk dapat mengajar dengan baik salah satunya harus mampu menerapkan metode pembelajaran geografi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Menurut Amirul (2005) menjelaskan bahwa, “kurikulum adalah keseluruhan hasil belajar yang direncanakan dan dibawah tanggung jawab sekolah”. 3 Berdasarkan hasil observasi di Sekolah Menengah Atas Negeri I Palu, kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan pada umumnya proses pembelajaran Geografi sering disajikan melalui metode ceramah, diskusi di kelas dan berorientasikan pada materi atau sumber buku yang tersedia. Meskipun kadang-kadang Guru menerapkan metode pembelajaran di luar kelas tetapi tidak diterapkan pada semua kelas karena ada beberapa faktor, sehingga dalam proses pembelajaran geografi kurang mendapat informasi dan mengenal lingkungan yang ada di sekitar. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Guru Menerapkan Metode Field Visit Technique (Kunjungan Lapangan) dalam Mengajar Mata Pelajaran Geografi SMA Negeri I Palu”, yang merupakan salah satu pendekatan kontekstual dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengunakan pendekatan deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistik kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrument kunci. Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri I Palu Provinsi Sulawesi Tengah, karena SMA Negeri 1 Palu merupakan salah satu SMA Negeri yang memiliki kualitas atau mutu pendidikan yang baik dan termasuk kategori sekolah RSBI dengan adanya kelas-kelas SSN, dimana masing-masing Guru menerapkan berbagai metode pembelajaran, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan sasaran penelitian adalah Guru yang mengajar mata pelajaran Geografi SMA Negeri I Palu khususnya kemampuan Guru menerapkan metode field visit technique (kunjungan lapangan). Populasi dalam penelitian ini adalah 4 guru geografi dan sesuai dengan jenis penelitian, maka penetapan sampel dilakukan dengan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang berdasarkan pertimbangan dan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2010:51). Adapun kriteria pengambilan sampel yang dilakukan peneliti yaitu pengalaman guru geografi dalam menerapkan metode kunjungan lapangan, sehingga jumlah Guru yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 2 orang Guru mata pelajaran Geografi SMA Negeri I Palu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi lapangan. Studi lapangan merupakan teknik pengumpulan data secara langsung di lapangan kepada objek yang diteliti. Untuk memperoleh data tersebut dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. 4 Observasi yaitu pengamatan secara langsung di lapangan dengan maksud untuk melihat sekaligus mencatat hal-hal yang dijumpai terhadap objek yang diteliti di lapangan, dalam hal ini yang diobservasi yaitu implementasi kurikulum KTSP berdasarkan standar kopetensi (SK) dan kompetesi dasar (KD) mata pelajaran geografi khususnya mengenai penerapan metode pembelajaran di luar kelas. Adapun aspekaspek yang diamati yaitu penetapan metode pembelajaran dan penerapan metode pembelajaran geografi. Wawancara dilaksanakan dengan guru yaitu peneliti mewawancarai guru dalam bentuk tanya jawab secara langsung atau terbuka dengan menggunakan daftar pertanyaan yang disusun oleh peneliti. Metode ini digunakan untuk mengetahui bagaimana kemampuann guru dalam menetapkan metode pembelajaran, bagaimana kemampuan Guru menerapkan metode field visit technique dalam mengajar mata pelajaran geografi serta faktor-faktor yang mendukung penerapan metode field visit technique dalam mengajar mata pelajaran geografi di SMA Negeri I Palu. Studi dokumentasi digunakan untuk menelaah berkas-berkas atau catatan penting yang berkaitan dengan data yang diperlukan. Data yang diperoleh dalam teknik ini adalah tentang gambaran umum guru yang mengajar mata pelajaran geografi tahun ajaran 2011 – 2012. Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, selanjutnya dianalisis dan digambarkan secara deskriptif. Analisa Data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J. Moleong, 2002:11). Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2010:246) mengemukakan bahwa, analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan melalui 3 tahap yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verification. 1. Reduksi data artinya merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada halhal yang penting, menyederhanakan dan mentransformasi data kasar yang terdapat dalam catatan lapangan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas. 2. Penyajian data dalam penelitian kualitatif ialah penyususnan sekumpulan informasi yang memberi gambaran atau kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan penyajian data dengan teks yang bersifat naratif. 3. Penarikan kesimpulan/verification dilakukan setelah memperoleh data dari lapangan atau hasil wawancara dan informasi yang tersusun melalui penyajian data. Penarikan kesimpulan dilakukan terhadap kesimpulan-kesimpulan yang telah diperoleh dan tersusun hal ini dilakukan sehingga penulis memperolah data yang berkualitas 5 III. HASIL DAN PEMBAHASAN SMA Negeri 1 Palu merupakan Sekolah Menengah Atas yang pertama kali dibangun oleh pemerintah provinsi Sulawesi Tengah sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah tersebut didirikan atau dibangun pada tahun 1956 dengan nama SMA Negeri Palu dan menjadi SMA Negeri 1 Palu pada tahun 1958. SMA Negeri I Palu dipimpin oleh 1 orang kepala sekolah, dengan Guru tetap berjumlah 79, Guru bantu atau honorer berjumlah 12 dan tenaga administrasi berjumlah16 orang, diantaranya 10 orang pegawai tetap dan 6 orang pegawai honorer. SMA Negeri I Palu terletak di tengah kota tepatnya di jalan Gatot Subroto No.70 kel. Besusu Tengah kec. Palu Timur. Berdasarkan uraian gambaran untuk lokasi penelitian, maka untuk lebih mempermudah dalam mengidentifikasi letak SMA Negeri Palu dikaitkan dengan lokasi penelitian di lapangan, hal ini dapat diperhatikan melalui peta administratif (lihat gambar 1.Peta lokasi penelitian). Tabel 1. Data Jumlah Guru Geografi dan Siswa SMA Negeri 1 Palu Guru Geografi Siswa No Nama Kuali. Bid. ahli Status L P Akadmi Kepeg 1 Dra. Bertha SI Geografi PNS 727 780 2 Sri Utami, S.Pd SI Geografi PNS siswa siswa 3 Hetty Meyti Terok, S.Pd SI Geografi PNS 4 Drs. Asradin Latugara SI Geografi PNS Sumber: Data Penelitian Tahun 2011 6 1. Kemampuan guru dalam menetapkan metode pembelajaran Hasil wawancara dengan Pak Mirwan (Tanggal 20 Oktober 2011) selaku wakil kepala sekolah di SMA Negeri 1 Palu, dapat diketahui bahwa Guru yang mengajar mata pelajaran geografi berjumlah empat orang dan masing-masing memiliki latar belakang pendidikan geografi. Dengan demikian, diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan ketepatan Guru dalam menetapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan materi dan proses pembelajaran geografi. Kemampuan guru dalam menetapkan metode pembelajaran di kelas sangat mempengaruhi pencapaian hasil belajar yang diinginkan. Seorang Guru dituntut untuk menguasai berbagai metode pembelajaran yang ada khususnya pada mata pelajaran geografi. Pembelajaran geografi merupakan salah satu bidang ilmu yang mempelajari fenomena alam yang cukup memberi tantangan bagi siswa dan Guru. Untuk itu, sebagai Guru yang profesional perlu memahami dengan benar isi dari muatan kurikulum (materi pembelajaran). Dari kurikulum KTSP 2006 dalam beberapa materinya terutama mata pelajaran geografi harus selaras dengan kegiatan kunjungan lapangan. Sehingga, Guru dituntut untuk bisa menetapkan berbagai metode pembelajaran yang dapat mendekatkan siswa dengan lingkungannya. Salah satunya dengan metode kunjungan lapangan dimana dari 9 standar kompetensi dan 27 kompetensi dasar ada 7 kompetensi dasar yang semestinya diterapkan metode kunjungan lapangan. Hasil wawancara bersama Ibu Sri Utami (Tanggal 20 Oktober 2011) menyatakan, “selaku guru yang bertanggung jawab terhadap berhasilnya proses pembelajaran maka harus dapat merencanakan segala sesuatu sesuai dengan kebutuhan mengajar”. Sehingga, penetapan metode pembelajaran disesuaikan dengan materi ajar dan keadaan siswa dan sekolah. Akan tetapi, pada kenyataannya guru lebih sering menetapkan metode ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, dan penugasan dalam proses pembelajaran. Untuk metode kerja geografi seperti metode kunjungan lapangan hanya dilaksanakan oleh kelas X SSN pada semester genap materi litosfer dan atmosfer, karena pada materi tersebut dapat membantu siswa mengaplikasikan teori yang didapat dalam kelas selain itu siswa dapat mengetahui berbagai alat yang berkaitan dengan geografi Hal yang senada dikemukakan pula oleh Ibu Bertha bahwa “sebelum mengajar terlebih dahulu menetapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan meteri ajar dan keadaan sekolah”. Sementara, dalam menetapkan metode pembelajaran Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan dan berorientasikan pada buku ajar. Penetapan metode tersebut juga terkadang dapat berubah karena disesuaikan dengan kondisi kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung dan untuk metode kunjungan lapangan tidak pernah ditetapkan sebagai metode pembelajaran geografi kelas XI IPS meskipun sebenarnya banyak materi 7 geografi kelas XI yang bisa memanfaatkan alam sekitarnya sebagai sumber belajar namun karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga metode tersebut kadang dengan sengaja diabaikan (wawancara tanggal 24 Oktober 2011). Hasil wawancara bersama Indah siswa kelas XI IPS (Tanggal 2 November 2011), ada beberapa metode pembalajaran yang sering digunakan guru dalam proses pembelajaran yaitu metode ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, diskusi di kelas dan berorientasikan pada buku ajar. Oleh sebab itu, penetapan metode tersebut cenderung membuat siswa bosan dan kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa kemampuan guru dalam menetapkan metode pembelajaran kurang maksimal karena dalam menetapkan metode pembelajaran Guru kurang berusaha untuk menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi bahkan penetapan metode tersebut kadang-kadang tidak sesuai dengan materi pembelajaran geografi. Guru geografi di SMA Negeri 1 Palu lebih banyak menetapkan metode pembelajaran di dalam kelas seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan dan berorientasikan pada buku ajar. Padahal sesungguhnya dalam mengajar mata pelajaran geografi pada materi tertentu seharusnya Guru dapat menetapkan metode pembelajaran di luar kelas seperti metode kunjungan lapangan. 2. Kemampuan guru menerapkan metode field visit technique (kunjungan lapangan) dalam mengajar mata pelajaran geografi. Agar proses pembelajaran yang diselenggarakan mencapai sasaran yang sesuai dengan tujuan yaitu efektif dan berhasil seperti yang diharapkan, maka dalam proses pembelajaran perlu memperhatikan berbagai hal yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran yang salah satunya adalah penerapan metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran tersebut harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran agar tercipta hasil pembelajaran yang diharapkan. Berbagai metode dalam pembelajaran geografi yang dapat diterapkan oleh guru diantaranya metode kerja geografi seperti metode kunjungan lapangan, kerja geografi di ruang lab. Studio, analisis geografi, dan penyajian data geografi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Guru geografi masih sangat terbatas dalam menerapkan metode pembelajaran, karena metode yang lebih dominan diterapkan adalah metode pembelajaran di dalam kelas salah satunya metode diskusi. Padahal seorang guru dituntut mampu untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran secara bervariasi agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh misalnya metode kunjungan lapangan. Pihak sekolah mendukung kegiatan-kegiatan kunjungan lapangan selama kegiatan tersebut bisa diatasi dan melalui prosedur yang sudah ditetapkan oleh pihak 8 sekolah misalnya guru yang bersangkutan harus sudah merencanakan kegiatan tersebut dalam RPP sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan pemilihan tempat yang akan dikunjungi (Hasil wawancara bersama Pak Mirwan 2 November 2011). Meski telah di tetapkan dalam pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006), tetapi Guru geografi di SMA Negeri 1 Palu belum menerapkan berbagai metode khususnya metode kunjungan lapangan pada materi-materi tertentu. Guru geografi juga kurang memahami berbagai penerapan metode yang relevan dengan materi sesuai dengan tuntutan kurikulum dan implementasinya di dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru geografi hendaknya dapat menyesuaikan antara penerapan metode pembelajaran dengan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kurikulum KTSP 2006. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa Guru hanya menerapkan metode kunjungan lapangan pada semester genap khususnya materi litosfer dan atmosfer. Di mana pelaksanaan kunjungan lapangan tersebut berlangsung di BMG Palu dalam rangka meningkatkan sumber daya dan kompetensi siswa khususnya pokok bahasan tenaga endogen. Demikian juga pada materi atmosfer pelaksanaanya di Bandara Mutiara tujuannya agar siswa dapat mengamati dan mengukur langsung unsur-unsur cuaca dan iklim. Selain itu, dengan melakukan kunjungan lapangan siswa dapat mengenal berbagai alat dalam geografi. Permasalahanya yakni mengenai kurangnya perhatian Guru terhadap masingmasing kelas (siswa) khususnya kelas reguler, karena dalam penerapan metode kunjungan lapangan hanya dilaksanakan oleh siswa kelas X SSN saja. Dengan alasan Guru yang mengajar mata pelajaran geografi berbeda, sehingga ada yang menerapkan metode kunjungan lapangan dan ada pula yang tidak menerapkan metode tersebut karena disebabkan oleh berbagai faktor. Ibu Bertha menyatakan bahwa, “Guru tidak mempunyai inisiatif untuk menerapkan metode field visit technique (kunjungan lapangan) pada kelas XI IPS, sehingga tidak dapat menerapkan metode tersebut karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga”. Pernyataan lain disampaikan Ibu Sri Utami yang mengatakan bahwa sebenarnya Guru sudah berusaha menerapkan metode kunjungan lapangan pada semua kelas tetapi kenyataannya tidak bisa, karena tingkat kecerdasan, kreatifitas dan keaktifan siswa berbeda. Menurutnya siswa kelas X SSN lebih kreatif dan terampil dalam melaksanakan tugas dan kewajiban seperti aktif dalam bertanya dan diskusi dengan Guru atau pembimbing. Mengenai penyebab tersebut ditelusuri akar permasalahannya bahwa Guru geografi pernah sekali menerapkan metode kunjungan lapangan pada materi pemetaan kelas XII IPS, tetapi karena pada saat dilapangan siswa kurang aktif (wawancara dan berdiskusi dengan pembimbing) maka metode tersebut tidak diterapkan lagi (Wawancara tanggal 29 Oktober 2011). 9 Sehubungan dengan langkah awal dalam menerapkan metode kunjungan lapangan terungkap bahwa, sebelum Guru melaksanakan kegiatan kunjungan lapangan terlebih dahulu guru memilih tempat yang akan dikunjungi sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan dan menyusun rencana pelaksanaan kunjungan lapangan bersama siswa seperti kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, pembagian tugas, pengaturan penempatan siswa di lapangan, jadwal dan waktu kegiatan, serta laporan hasil studi (Hasil wawancara bersama Ibu Sri Utami tanggal 29 Oktober 2011). Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan kegiatan kunjungan lapangan dilaksanakan sesudah proses pembelajaran di sekolah usai sekitar 2-3 jam dalam 3 hari kunjungan lapangan. Adapun beberapa kegiatan pada saat di lapangan antara lain. 1) guru menyampaikan kembali tujuan diadakannya kunjungan lapangan, 2) secara bergantian setiap kelompok melakukan wawancara kepada pegawai BMKG Palu, 3) siswa melakukan pengamatan dan mencermati berbagai alat-alat geografi yang ada di BMKG Palu, 4) guru membantu siswa dalam melaksanakan kunjungan lapanga seperti mengarahkan dan memotivasi siswa, melakukan monitoring, supervisi dan evaluasi pada saat pelaksanaan kunjungan lapangan. Dan setelah kunjungan lapangan berahir siswa dan Guru kembali ke sekolah selanjutnya siswa menyusun laporan pelaksanaan tugas kunjungan lapangan. Langkah-langkah yang ditempuh Guru geografi tersebut sengaja dilakukan agar siswa dapat terlibat secara langsung dalam merencanakan dan aktif pada saat kegiatan kunjungan lapangan berlangsung, dalam hal ini menunjukkan bahwa Guru geografi sudah dapat merencanakan dan melaksanakan penerapan metode kunjungan lapangan dengan baik. Tujuan penggunaan metode ini adalah agar Guru dan siswa memperoleh pengalaman langsung dari daerah-daerah yang dikunjungi serta memperoleh pengalaman belajar dari kegiatan lapangan, seperti bentang alam atau keadaan penduduk suatu daerah. Oleh karena itu, siswa dapat memperoleh keuntungan dari pengalaman nyata sekaligus rasa aman karena tersedianya pengawasan dan bimbingan Guru, yang memungkinkannya berkonsultasi bila memghadapi masalah yang terlalu rumit untuk dipecahkannya sendiri. Untuk dapat menilai prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran setiap Guru selalu melakukan evaluasi. Bentuk evaluasi sendiri bermacam-macam disesuaikan dengan materi dan metode pembelajaran yang diterapkan. Khusus untuk mata pelajaran geografi dengan menggunakan metode kunjungan lapangan bentuk evaluasi yang digunakan Guru geografi di SMA Negeri 1 Palu yaitu penilaian keaktifan siswa pada saat kunjungan lapangan, laporan hasil kunjungan lapangan dan diskusi di kelas. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sri Utami (Tanggal 10 November 2011) menjelaskan bahwa, bentuk evaluasi yang digunakan yaitu penilaian keaktifan 10 siswa pada saat kunjungan lapangan dan setelah dilakukan kunjungan lapangan setiap kelompok membuat laporan hasil kunjungan lapangan dan beberapa kelompok mempresentasikan hasil kunjungann lapangan atau diskusi di kelas. Selanjutnya, penilaian dilakukan dengan melihat keaktifan siswa pada saat diskusi dan hasil laporan kelompok. Lebih lanjut, Ibu Sri Utami menambahkan bahwa dengan menerapan metode field visit technique (kunjungan lapangan) tidak menunjukkan pencapaian hasil belajar yang begitu relevan, akan tetapi dengan menerapkan metode field visit technique (kunjungan lapangan) menunjukkan siswa lebih aktif dalam belajar dan hasil belajar siswa rata-rata tuntas serta dapat mencapai tujuan pembelajaran pada materi litosfer maupun atmosfer. Adapun hasil nilai ahir siswa yaitu pada materi litosfer dengan pokok bahasan mengenai tenaga endogen adalah sebagai berikut. Tabel 3. Nilai Siswa Kelas X Semester Genap Materi Litosfer Pokok Bahasan Tenaga Endogen Nilai kriteria Kelas X SSN 1 X SSN 2 X SSN 3 > 80 Memuaskan 31 27 28 68 - 79 Baik 3 7 6 56 - 67 cukup < 55 Kurang Jumlah 34 Siswa 34 Siswa 34 Siswa Sumber: Data nilai siswa materi litosfer tahun ajaran 2010/2011 Dari data tebel tersebut terlihat bahwa pada materi litosfer pokok bahasan tenaga endogen siswa mendapatkan nilai tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa dengan Guru menerapkan metode kunjungan lapangan siswa mampu menjelaskan tentang bentukbentuk muka bumi akibat proses vulkanisme, menjelaskan tipe-tipe letusan dan bahan yang dikeluarkan gunung api, mendeskripsikan tentang terjadinya gempa bumi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Imam selaku siswa kelas XI IPA menyatakan bahwa sangat mempunyai perhatian dan motivasi untuk belajar karena dengan melaksanakan kunjungan lapangan mereka dapat pengalaman baru dan secara langsung, mereka juga merasa senang dan tidak jenuh dengan proses pembelajaran yang biasa dilakukan di ruang kelas. Kemudian, hasil penelitian bersama Pertiwi dan Anggara siswa kelas XI IPS menunjukkan bahwa, keadaan demikian tidak sama dengan siswa kelas reguler, siswa tersebut cenderung merasa bosan karena materi yang diberikan hanya di dalam kelas (Wawancara tanggal 2 November 2011). Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sri Utami (Tanggal 11 November 2011) menjelaskan bahwa dalam menerapkan metode kunjungan lapangan ada banyak 11 keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya dengan menerapkan metode tersebut salah satunya seperti suasana belajar lebih mengesankan karena dapat memperkuat dan memperdalam pemahaman siswa tentang aplikasi berbagai teori dan praktik yang dipelajari siswa di sekolah. Sedangkan, kelemahannya memerlukan waktu yang cukup lama, biaya relative tinggi untuk transportasi, akomodasi, dan konsumsi peserta kunjungan lapangan. Berdasarkan hasil yang didapatkan selama penelitian terhadap dua orang Guru geografi di SMA Negeri 1 Palu maka dapat disimpulkan bahwa, kemampuan Guru menerapkan metode field visit technique (kunjungan lapangan) dapat dikatakan masih kurang meskipun Guru dapat merencanakan dan melaksanakan kegiatan kunjungan lapangan dengan baik. Karena, pada kenyataanya Guru geografi di SMA Negeri 1 Palu hanya dapat menerapkan metode tersebut pada semester genap materi litosfer dan atmosfer, padahal masih banyak materi geografi yang seharusnya diterapkan metode kunjungan lapangan misalnya materi pedosfer, pemetaan, antroposfer dan lain sebagainnya. Selain itu, metode kunjungan lapangan tidak diterapkan pada semua kelas dan masalah seperti itu dapat membuat motivasi belajar siswa lainnya menjadi berkurang karena merasa iri. Oleh karena itu, masing-masing Guru geografi diharapkan dapat memberikan gambaran kepada siswa tentang materi tersebut di lingkungannya dan mengajarkan siswa bagaimana cara-cara atau proses dalam kunjungan lapangan, sehingga proses pembelajaran tersebut seolah-olah menghadapkan siswa pada lingkungan yang sebenarnya. Guru geografi pada tiap kelas juga diharapkan harus lebih aktif dan kreatif untuk dapat menerapkan metode kunjungan lapangan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan proses pembelajaran yang didukung oleh lingkungannya, sehingga proses pembelajaran bisa lebih efektif dan efisien guna mencapai suatu tujuan pembelajaran. 3. Faktor pendukung penerapan metode field visit technique. Berbagai metode pembelajaran dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dan dari sekian banyak metode pembelajaran tersebut termasuk metode kunjungan lapangan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode kunjungan lapangan berbeda dengan metode pembelajaran yang lainnya karena pelaksanaannya dilakukan di luar kelas/sekolah. Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa ada beberapa faktor pendukung bagi Guru geografi untuk dapat menerapkan metode field visit technique (kunjungan lapangan) di SMA Negeri 1 Palu yaitu siswa sangat antusias dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, sehingga dapat mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Namun, kerena berbagai faktor penghambat sehingga tidak diterapkan 12 pada semua kelas dan pada materi lain yang seharusnya diterapkan metode kunjungan lapangan. Faktor penghambat penerapan metode kunjungan lapangan pada mata pelajaran geografi tersebut diantaranya prosedur administrasi dan kurangnya fasilitas dari sekolah, karena keterbatasan waktu/membutuhkan waktu yang cukup lama, tenaga/kesanggupan guru pendamping untuk menjaga atau mengontrol siswa dan memerlukan biaya yang relativ banyak untuk transportasi dan perlengkapan lainnya, selain itu banyaknya jumlah siswa pada tiap kelas, tidak tepatnya waktu pelaksanaan kunjungan lapangan dan kedisiplinan siswa. Berdasarkan hasil penelitian Guru geografi menyatakan bahwa, untuk mengantisipasi faktor-faktor yang dapat menghambat penerapan metode field visit technique (kunjungan lapangan), Guru geografi tidak menerapkan kunjungan lapangan yang tempatnya agak jauh dan membutuhkan pengawasan guru pada semua kelas karena jumlah siswa yang banyak dalam setiap kelas. Sehinga, untuk materi-materi yang pelaksanaan kunjungan lapangan tanpa pengawasan guru dan hanya dilaksanakan disekitar lingkungan sekolah dan rumah. Metode field visit technique (kunjungan lapangan) diterapkan pada semua kelas seperti materi pedosfer dan antroposfer, sehingga siswa yang bertanggung jawab penuh terhadap tugas yang diberikan oleh Guru. Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, Guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, Guru dituntut kreatif dalam mengembangkan pengetahuannya tentang penerapan metode kunjungan lapangan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif. Selain itu, faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi kelancaran suatu proses pembelajaran sehingga rasa aman dan nyamanan dapat membentuk kreatifitas siswa khususnya dalam penerapan metode kunjungan lapangan. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Kemampuan guru dalam menetapkan metode pembelajaran kurang maksimal terbukti dalam kegiatan pembelajaran Guru lebih banyak menetapkan metode pembelajaran di dalam kelas seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan dan berorientasikan pada buku ajar. Padahal dalam mengajar mata pelajaran geografi pada materi tertentu seharusnya guru dapat menetapkan metode pembelajaran di luar kelas seperti metode kunjungan lapangan. 2. Kemampuan Guru menerapkan metode Field Visit Technique (kunjungan lapangan) dalam mengajar mata pelajaran Geografi di SMA Negeri I Palu dapat dikatakan 13 masih kurang, karena dari beberapa materi yang relevan dengan metode kunjungan lapangan Guru Geografi hanya dapat menerapkan metode tersebut pada kelas X SSN semester genap materi litosfer dan atmosfer. Sehingga, masalah seperti itu dapat menimbulkan kesenjangan sosial dan membuat motivasi belajar siswa lainnya menjadi berkurang. 3. Faktor-faktor pendukung penerapan metode field visit technique (kunjungan lapangan) dalam mengajar mata pelajaran geografi di SMA Negeri I Palu yaitu siswa sangat antusias dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Akan tetapi, ada juga beberapa faktor penghambat dalam penerapan metode tersebut diantaranya: 1) prosedur administrasi dan kurangnya fasilitas dari sekolah, karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, 2) banyaknya jumlah siswa pada tiap kelas, 3) ketidak tepatan waktu pelaksanaan kunjungan lapangan, dan 4) kedisiplinan siswa. V. DAFTAR PUSTAKA Amirul, 2005. Pengertian Kurikulum. (Online). (http://www. Kompas. Com, Akses 16 Juli 2011) Djunijianto, 2010. Pengertian Geografi. (Online). materi/pengertian-geografi, Akses 17 Juli 2011) (http://djunijanto.wordpress.com/ Gulo, 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia Hasbullah, 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Iwan, 2009. Hakikat dan Ruang Lingkup Geografi. (Online). (http://iwangeodrsguru geografismamuhammadiyah1tasikmalaya.yolasite.com. Akses 21 November 2011) Lexy Moleong. J., 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Madjiono dan Dimyanti, 1994. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Michael Michie, 1998. Faktor-faktor yang mempengaruhi guru sains sekunder untuk mengatur dan melakukan kunjungan lapangan. Sains Guru Australia Journal, 44 (4), 43-50. (Online). (file:///I:/translate.htm. Akses 21 Nopember 2011). Mubtadiin, 2009. Metode Pembelajaran. (Online), (http://ppraudlatulmubtadiin. wordpress.com/2009/11/11/model-metode-pembelajaran. Akses 25 Juni 2011) Nasution, 1999. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara 14 ―—―—, 2004. Didakti Asas-Asas mengajar. Jakarta:Bumi Aksara. Ridwan, 2011. Belajar dan Hasil Belajar IDunia Ilmu. (Online). (http://ridwan202.wordpress.com/2011/11/05/belajar-dan-hasil-belajar-ilmu-dunia. Akses 15 Juli 2011) Rizqi, 2011. Karakteristik Mata Pelajaran Geografi. (Online). (http://id.shvoong. com/socialsciences/education/2125946-karakteristik-mata-pelajaran-geografi. Akses 15 Juli 2011) Roestiyah, 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Sudjana, 1989. Metode Mengajar. (Online). (http://muhfida.com/metode-mengajar, Akses 15 Juli 2011) ―—―—, 1991. Strategi Pembelajaran Bandung. (Online), (http:// tliindonesia. wordpress.com/2009/02/03/beberapa-teknik-pembelajaran-partisipatif/. Akses 22 Juni 2011) Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:ALFABETA Tarjo Enday, 2004. Strategi Belajar Mengajar Seni Rupa. Bandung Udin dkk, 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka Wijaya dan Rusyan, 1991. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Usman H.B. 2005. Pedoman Penyusunan dan Penilaian Karya Ilmiah. FKIP Universitas Tadulako, Palu.