II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rumput Zoysia japonica Semua jenis rumput termasuk dalam famili tumbuhan yang disebut graminae. Dalam famili ini terdapat 600 genus yang terdiri dari ± 7500 spesies atau jenis. Kalau kita mencoba mengingat-ingat jenis Rumput apa saja yang pernah kita kenal/lihat barangkali dapat dipastikan bahwa pengetahuan kita tentang rumput ini masih sangat terbatas. Apalagi tiap jenis /spesies ternyata mempunyai varietas-varietas yang cukup beragam.Secara umum berdasarkan daerah sebaran dan daya adaptasinya terhadap suhu lingkungan, ada dua kelompok besar yaitu rumput daerah panas, dan rumput daerah dingin. Rumput daerah panas tumbuh paling baik di daerah yang suhunya antara 27° sampai 35° C, sedangkan Rumput daerah dingin lebih baik pertumbuhannya pada suhu antara 15° C sampai 24° C. Rumput daerah panas yang popular antara lain bermuda grass (Cynodon L.C. Rich), Zoysiagrass (Zoysia Willd) dan carpetgrass (Axonopus Beauv) (Fay 1987 cit Inoue 2012). Bermuda grass meliputi 10 spesies, (Cynodon dactylon), terdapat pula hasil hibrida (Cynodon magennisii). Varietasnya sangat banyak dan beragam misalnya varietas Tifgreen dan Tifdwarf sangat bagus untuk green, sedangkan Tifway cocok untuk fairway. Ketiga contoh varietas tersebut adalah hasil perkawinan antara C. dactylon dan C. Transvaalensis. Zoysia grass memiliki lima spesies, tiga diantaranya banyak digunakan untuk lansekap, termasuk lapangan golf. Yang terkenal adalah Rumpu jepang (Zoysia japonica) dan rumput manila (Zoysia matrella) (Li 2013). Secara sistematika (taksonomi) rumput Zoysia japonica dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta i Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Zoysia Species : Zoysia japonica (Beard 2014). Spesies-spesies zoysia dibedakan terutama berdasarkan kecepatan pertumbuhan, tekstur dan toleransinya terhadap suhu rendah. Rumput jepang bertekstur sedang, tumbuh lambat, dan toleran terhadap suhu rendah. Varietasnya yang paling banyak ditanam adalah Meyer. Varietas Emerald yang merupakan hasil perkawinan antara Z japonica dengan Z. Tenuifolia sangat rapat, berwarna hijau tua dan membentuk hamparan yang indah. Carpetgrass meliputi sekitar 70 spesies, namun hanya dua yang banyak digunakan yaitu Axonopus compressus dan Axonopus affinis. Rumput ini bertekstur kasar, tumbuh rendah, berwarna hijau muda, dan beradaptasi dengan iklim tropis. Rumput Zoysia termasuk subfamili Chlorisoideae, yang mempunyai pertumbuhan optimum pada suhu 25 – 35º C dan beradaptasi di daerah tropis dan subtropis. Rumput zoysia memiliki batang dan daun yang kaku dan keras sehingga relatif sulit dipotong. Ada tiga spesies dari rumput zoysia yaitu: Zoysia japonica, Zoysia matrella dan Zoysia tenuifolia. Rumput Zoysia mempunyai daun berbetuk jarum dengan permukaan rata. Lebar 2-4 mm dan panjangnya 3-11 mm, tebal rambut-rambut halusnya 0,02 cm yang terdapat pada ligula. Perbungaan pendek, diujung (terminal) dan berbentuk paku. Batang berbentuk bulat, banyak menghasilkan stolong dan rhizome untuk berkembang biak secara vegetatif. Perkembangbiakan secara generatif dengan biji. Rumput Zoysia toleran terhadap naungan dan dapat ditumbuhkan di daerah lembab dan panas. Daya tahannya sangat baik terhadap kekeringan dan panas. Rumput ini mempunyai daya adaptasi terhadap tanah yang berdrainase baik, bertekstur halus dan subur dengan pH 6 – 7 serta mempunyai toleransi terhadap berbagai tipe tanah. Rumput ii Zoysia mempunyai pertumbuhan yang merunduk dan membentuk rumput yang kompak dan tegar. Laju pembentukan dan laju penyembuhan rumput Zoysia lambat karena laju pertumbuhannya juga lambat terutama pucukpucuk lateralnya (Beard 2014). Rumput daerah dingin yang populer diantaranya adalah Fescue (Festuca L), bluegrass (Poa L.) dan Bentgrass (Agrotis L). dari sekitar 100 spesies dalam genus Festuca ada enam spesies yang digunakan untuk lapangan golf di Negara-negara beriklim dingin. Bluegrass yang nama ilmiahnya Poa meliputi lebih dari 200 spesies. Yang paling banyak ditanam adalah Kentucky bluegrass (Poa pratensis) dan Canadian Bluegrass (Poa compressus). Zoysia japonica yang baik dinilai dari warna, kerapatan kanopi daun serta tegakan daun yang rata agar perawatan rumput untuk penggunaan lapangan olahraga lebih mudah dilakukan (Amundsen 2015). Bentgrass meliputi ± 125 spesies yang tersebar di Negara-negara beriklim sedang dan dataran tinggi Negara tropis. Yang paling banyak digunakan untuk lapangan golf adalah creeping bentgrass (Agrostis palustris, A. stolonifera). Spesies ini bertekstur halus. Varietas yang popular di AS adalah Washington (C-50), Toronto (C-15) dan Seaside. Varietas yang diperbanyak secara vegetatif cenderung lebih seragam penampilannya. (Ntoulas 2013) Zoysia memiliki ketahanan terhadap kekeringan dengan meningkatkan serapan air melalui pembentukan jaringan akar yang dalam sehingga kebutuhan air untuk irigasi dapat diminimalkan. Menurut penelitian yang telah dilakukan, kedalaman maksimum perakaran Zoysia bisa mencapai 256 – 295 milimeter (25,6 – 29,5 cm). Zoysia dikenal toleran terhadap salinitas, namun terdapat perbedaan yang signifikan antar kultivar. Dilaporkan bahwa kultivar Zoysia matrella lebih toleran terhadap salinitas daripada Zoysia japonica. Zoysia japonica memiliki daun lebih luas (>2 mm) dibanding Zoysia matrella (<2 mm). Zenith merupakan salah satu kultivar zoysiagrass dengan tekstur kasar (daun terluas). Warna daun Zoysia juga lebih bagus iii dari tall fescue (Festuca amndinaceae Schreb) atau rumput bermuda (Cynodon dactylon L.) yakni berwarna hijau gelap (Joo 2000). B. Pasir Pasir mempunyai ukuran partikel terbesar diantara partikel tanah lain dengan bentuk bulat atau tidak menentu. Pasir memiliki pori makro, tidak memiliki kemampuan untuk menyerap air sehingga perkolasinya berlangsung cepat, sehingga tanah berpasir memiliki drainase dan aerasi yang baik. Tanah yang didominasi oleh banyak pasir akan mempunyai pori-pori makro (besar) disebut porous. Semakin porous tanah akan makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi (drainase dan aerasi baik, air dan udara banyak tersedia bagi tanaman), tetapi makin mudah pula air untuk hilang dari tanah. Kemampuan akar untuk berpenetrasi dipengaruhi oleh tekstur, kepadatan dan kandungan air tanah (Hanafiah 2005). Tanah berpasir memiliki beberapa kelemahan yaitu tidak dapat menahan air sebaik tanah dengan tekstur liat pada drainase yang cepat karena memiliki ruang pori yang besar. Tanah berpasir memiliki kondisi aerobik yang baik apabila curah hujannya rendah (Turgeon 2002). Selain itu juga, media berpasir harus dipupuk lebih sering dibandingkan tekstur tanah lainnya karena pasir merupakan media yang lemah dalam memegang dan menyimpan unsur hara, serta fraksi pasir yang pada umumnya didominasi oleh mineral kuarsa (SiO2) yang sangat tahan terhadap pelapukan. Soepardi (1983) menambahkan bahwa pasir juga memiliki kapasitas tukar kation yang rendah sehingga kemampuan zona perakaran untuk menyerap dan menahan nutrisi sangat lemah. Pasir merupakan suatu fraksi berukuran 0,05 – 2,0 milimeter dan berdasarkan sistem USDA dibedakan menjadi pasir sangat halus, halus, sedang, kasar dan sangat kasar. Butiran pasir biasanya tersusun dari kuarsa, tapi mungkin juga fraksi feldspar, mika dan kadang-kadang mineral- iv mineral berat seperti zircon, tourmalin dan horblende. Umumnya fraksi pasir mempunyai dimensi relatif seragam dan bisa dinyatakan berbentuk bulat, meski tidak selamanya rata dan kadang mempunyai permukaan cukup bergerigi. Debu adalah fraksi dengan ukuran 0,002 – 0,05 milimeter. Partikel debu mirip partikel pasir tapi mempunyai ukuran luas permukaan yang lebih besar per satuan massa dan sering dilapisai oleh lempung yang mengikat kuat. Fraksi liat dengan ukuran kurang dari 0,002 milimeter merupakan fraksi koloid (Foth 1994). Pada umumnya, kebanyakan lapangan golf di Indonesia menggunakan media pasir untuk media pertumbuhan rumput. Kesesuaian lahan untuk lapangan golf memerlukan lahan yang agak berombak dengan tanah berdrainase baik dan permeabilitas baik, tekstur sedang berbatu dan ketersedian hara untuk pertumbuhan rumput perlu diperhatikan. Pasir merupakan media yang lebih disukai karena tidak terlalu padat dan memberikan drainase yang baik bagi permukaan rumput. Hal ini dikarenakan sifat pasir permeabilitasnya tinggi yang berpori aerasi tinggi dan sehingga memudahkan pertumbuhan akar rumput dalam penetrasi ke dalam tanah. Menurut Beard (2014), permeabilitas pasir yang tinggi mencegah pemadatan dan memiliki aerasi, infiltrasi dan perkolasi yang sama, sehingga dapat digunakan sebagai media untuk zona perakaran pada konstruksi Green lapangan golf modern. Media yang digunakan untuk pertumbuhan rumput biasanya mengandung 80-100% pasir murni. Pasir murni dengan ketebalan 30 cm merupakan media tanam dengan ketebalan terbaik untuk mendukung pertumbuhan rumput bermuda. dan pada umumnya lapangan golf di Indonesia menggunakan pasir untuk media tanam dan dilakukan penyiraman setiap harinya. Wiecko (2006) menegaskan hal ini dikarenakan pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga membutuhkan frekwensi penyiraman lebih. Semakin tebal media pasir yang digunakan maka semakin rendah kandungan air tanah tersebut. Pasir biasa digunakan untuk kegiatan kultivasi pada lapangan golf v seperti top dressing. Top dressing adalah kegiatan pemberian media tambahan terutama pasir pada permukaan rumput. Pasir dengan ukuran partikel 0.5 – 1 mm merupakan ukuran yang dominan digunakan untuk kegiatan kultivsi (Turgeon 2002). McCarty (2001) menguraikan kelebihan media pasir sehingga digunakan sebagai media yang paling ideal untuk penanaman rumput dibandingkan media lain yang lebih padat, yaitu bahwa pasir dapat menghasilkan rumput dengan kualitas yang baik. Hal ini disebabkan pola drainase yang baik terutama pada waktu hujan sehingga tetap memungkinkan dalam bermain golf tanpa tergantung pada keadaan cuaca. Pada prinsipnya lahan rumput haruslah menjamin pertumbuhan akar dan tajuk yang baik. Akar tidak boleh tergenang air, cukup memperoleh cahaya dengan media yang sehomogen. Penambahan bahan organik di tanah pasiran akan meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang, akibat dari meningkatnya pori yang berukuran menengah (meso) dan menurunnya pori makro, sehingga daya menahan air meningkat, dan berdampak pada peningkatan ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman. Terbukti penambahan pupuk kandang di Andisol mampu meningkatkan pori memegang air sebesar 4,73 % (dari 69,8 % menjadi 73,1 %) (Tejasuwarna 1999) C. Tanah Alfisol Tanah Alfisol yaitu tanah-tanah yang menyebar di daerah-daerah semiarid (beriklim kering sedang) sampai daerah tropis (lembab).Tanah ini terbentuk dari proses-proses pelapukan, serta telah mengalami pencucian mineral liat dan unsur-unsur lainnya dari bagian lapisan permukaan ke bagian subsoilnya (lapisan tanah bagian bawah), yang merupakan bagian yang menyuplai air dan unsur hara untuk tanaman. Tanah ini cukup produktif untuk pengembangan berbagai komoditas tanaman pertanian mulai tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Tingkat kesuburannya (secara kimiawi) tergolong baik. pH-nya rata-rata mendekati netral. Di vi seluruh dunia diperkirakan Alfisol penyebarannya meliputi 10% daratan. Pada tanah Alfisol memilki kandungan P dan K sangat tergantung dengan umur dan macam tuff. Tanah-tanah yang berkembang dari batuan kapur tidak memperlihatkan bercak-bercak besi dan mangan, tekstur dengan bercak-bercak gloy, pH dan kejenuhan basa yang tingi serta kandungan P dan K yang rendah. Biasanya pada tanah Alfisol terdapat konkresi di bawah pada bajak dan mempunyai liat pada pod surfaces (Hakim et al 1986). Bentuk dan sifat pergerakan serta redistribusi fosfor telah menjadi bahan pada banyak penelitian dalam Alfisol dan tanah-tanah lainnya. Hal ini utamanya diakibatkan oleh peranan fosfor dalam hara tanaman. Translokasi fosfor dalam Albaqualfs dan menemukan adanya penimbunan P dari tanahtanah sekitarnya yang tergolong Aquoll. Dengan meningkatnya perkembangan profil kalsium-P berkurang dalam profil yang terlapuk sementara Fe-P meningkat. Horison-horison dengan liat maksimum umumnya mengandung total P yang minimal yang menunjukkan bahwa liat tidak efektif dalam mengikat P (Zhang et al 2015). Jenis tanah Alfisol memiliki lapisan solum tanah yang cukup tebal yaitu antara 90-200 cm, tetapi batas antara horizon tidak begitu jelas. Warna tanah adalah coklat sampai merah. Tekstur agak bervariasi dari lempung sampai liat, dengan struktur gumpal bersusut. Kandungan unsur hara tanaman seperti N, P, K umumnya rendah dan reaksi pH sangat tinggi (Sarief 1985). Kapasitas Tukar Kation tanah adalah jumlah muatan negatif tanah baik yang bersumber dari permukaan koloid anorganik (liat) muatan koloid organik (humus) yang merupakan situs pertukaran kation-kation. Baha organik tanah Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca++, Mg+, K+, Na+, H+, Al3+ dan sebagainya. Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut dalam air tanah atau dijerap oleh koloid-koloid tanah. Banyaknya kation (dalam miliekuivalen) yang dapat diserap oleh tanah persatuan berat tanah (biasanya per 100 gram) dinamakan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Kationkation yang telah dijerap oleh koloid-koloid tersebut sukar tercuci oleh air vii gravitasi, tetapi dapat diganti oleh kation lain yang terdapat dalam larutan tanah (Foth 1994). Kapasitas tukar kation menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut. Kapasitas tukar kation penting untuk kesuburan tanah maupun untuk genesis tanah. Beberapa pengukuran KTK tanah telah dilaksanakan dengan hasil yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena KTK bervariasi sesuai dengan pH. Oleh karena itu dalam menentukan KTK di laboratorium harus dijelaskan pada pH berapa KTK tersebut ditentukan. Beberapa tanah menunjukkan KTK rendah pada pH lapang (pH rendah) tetapi tinggi pada pH tinggi, misalnya pada pH 8,2. Hal ini disebabkan karena perbedaan daya reaksi kation-kation dengan koloid tanah yang ada apakah kolid-koloid tersebut berupa mineral liat kristalin, hidroksida, senyawa amorf atau bahan organic. Penentuan KTK pada pH 7 banyak dilakukan. Hasil analisis KTK dapat berbeda karena kation yang dipergunakan untuk mengganti kationkation dalam koloid tanah (bahan pengekstrak) berbeda (Hardjowigeno 1993). Tanah Alfisol menyangkut kesuburan tanah. Tanah-tanah yang mempunyai kandungan liat tinggi di horison B (Horison argilik) dibedakan menjadi Afisol (pelapukan belum lanjut) dan Ultisol (pelapukan lanjut). Alfisol kebanyakan ditemukan di daerah beriklim sedang, tetapi dapat pula ditemukan di daerah tropika dan subtropika terutama di tempat-tempa dengan tingkat pelapukan sedang. Alfisol ditemukan di daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses pembentukan Alfisol di Ohio, Amerika memerlukan waktu 5000 tahun karena lambatnya proses akumulasi liat untuk membentuk horison argilik. Tanah-tanah alfisol yang terbentuk di bawah tegakan hutan berdaun lebar (Bonin 2012). Alfisol terbentuk dari bahan induk yang mengandung karbonat dan tidak lebih tua dari pleistosin. Di daerah dingin hampir semuanya berasal dari bahan induk berkapur yang masih muda. Di daerah basah bahan induk biasanya lebih tua daripada di daerah dingin. Alfisol merupakan tanah yang viii subur, banyak digunakan untuk pertanian, rumput ternak, atau hutan. Tanah ini mempunyai kejenuhan basa tinggi, kapasitas tukar kation tinggi, cadangan unsur hara tinggi (Hardjowigeno 1993). D. Kompos Hubungan antara tanaman rumput dan kualitas tanah dinilai dalam percobaan lapangan mempelajari efek dari perubahan kompos pertanian. Perubahan kompos adalah pilihan manajemen mungkin untuk meningkatkan kualitas tanah (D’Hose 2013). Kompos adalah hasil dekomposisi parsial/tidak lengkap, dipercepat secara artifisial dari campuran bahan-bahan organik oleh pupulasi berbagai macam mikroba dalam konsisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik. Manfaat kompos pada aspek lingkungan mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan. Aspek bagi tanah/tanaman yaitu meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan karakteristik tanah, meningkatkan kapasitas jerap air tanah, eningkatkan aktivitas mikroba tanah, meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman, menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman, meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah (Crawford 2003). Pupuk Kompos sering didefinisikan sebagai suatu proses penguraian yang terjadi secara biologis dari senyawa-senyawa organik yang terjadi karena adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu didalam atau wadah tempat pengomposan berlangsung. Peningkatan produksi pertanian, tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia, seperti pupuk buatan/anorganik dan pestisida. (Karama 1991). Pemakian pupuk pada waktu yang bersamaan (awal musim hujan) oleh petani, mengakibatkan sering terjadi kelangkaan pupuk di pasaran, ix walaupun ada harganya sangat tinggi, sehingga sebagian petani tidak sanggup membeli, akibatnya tanaman tidak dipupuk, produksi tidak terbaik. Perlu ada trobosan untuk mengatasi hal tersebut, yaitu pembuatan pupuk organik (kompos). Bahan pembuatan pupuk organik atau lebih dikenal dengan kompos memanfatkan limbah pertanian, seperti jerami, daundaunan, rumput, pupuk kandang, serbuk gergaji, bahan tersebut mudah didapat dan tersedia dilahan pertanian (Gaur 1983). x