UJI AKTIVITAS ANTI BAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH

advertisement
UJI AKTIVITAS ANTI BAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS
(GarciniamangostanaL.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus epidermidis
ATCC49461
The Antibacterial Activity Of Mangos Teen (Garcinia Mangostana L.) Pericarp Ethanolic
Extracta Gainst Staphylococcus Epidermidis
Supomo1, Eka Siswanto Syamsul2,Rukmana1
1&2
Akademi Farmasi Samarinda
Jl. AW Sjahranie No.226 Samarinda Kaltim
Email: [email protected]
Email: [email protected]
ABSTRAK
Kekebalan bakteri terhadap berbagai jenis antibiotik menyebabkan kurangnya pengobatan terhadap
penyakit tipus, peradangan akut paru dan kulit. Kulit buah manggis secara tradisional mempunyai
kemampuan sebagai antibakteri. Kandungan kimia kulit buah manggis antara lain tanin, saponin,
flavonoid, alkaloid, streroid, triterpenoid, glikosida dan xanthone. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui ada tidaknya aktivitas antibakteri dan konsentrasi ekstrak etanol kulit buah manggis
(Garciniamangostana L.) yang mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis
ATCC 49461.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Ekstraksi kulit buah manggis dilakukan
dengan metode maserasi, menggunakan pelarut etanol 70%. Aktivitas antibakteri diuji
menggunakan metode discdiffusion (Kirby-Bauer) dengan konsentrasi ekstrak etanol yang
digunakan yaitu 30%, 50%, 60%, 70%, 80% dan 100%. Kloramfenikol 30µg dan Tetrasiklina HCl
30µg sebagai control positif sedangkan DMSO 1% sebagai control negatif. Data hasil pengukuran
zona hambat pertumbuhan bakteri dianalisis secara statistic dengan metode Kruskal-Wallis α=0,05.
Hasil pengukuran zona hambat ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dengan
konsentrasi 50%, 60% dan 70% (b/v) terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC 49461
secara berurutan sebesar 6 mm, 6, 66 mm dan 7,66 mm. Untuk Tetrasiklina HCl 30µg sebesar
23,33 mm pada bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC 49461. Hasil analisis menggunakan uji
Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan Mann-Whitney dengan α=0,05 bahwa ekstrak etanol kulit
buah manggis memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC
49461, namun tidak sebesar Tetrasiklina HCl 30 µg. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) memiliki aktivitas antibakteri
dalam kategori sedang terhadap Staphylococcus epidermidis ATCC 49461.
Kata kunci: Garcinia mangostana L., antibakteri, ekstrak etanol, bakteri Grampositif dan negatif.
ABSTRACT
Bacterial resistance to many types of antibiotics leads to a lack of treatment for typhoid, acute
inflammation of the lungs and skin. The skin of the mangosteen fruit traditionally has the ability as
an antibacterial. Chemical content mangosteen rind include tannins, saponins, flavonoids, alkaloids,
streroid, triterpenoids, and xanthone glycosides. The purpose of this study was to determine whether
there is a concentration of antibacterial activity and bark ethanol extract of mangosteen were able to
inhibit the growth of Staphylococcus epidermidis ATCC 49461.
The research isexperimental research. Extraction mangosteen rindis doneby maceration method,
using ethanol 70%. Antibacterial activity was teste dusing the discdiffusion method (Kirby-Bauer)
withethanol extract concentratio nsused were30%, 50%, 60%, 70%, 80% and 100%.
Chloramphenicol Tetracycline HCl 30 mg and 30 mg as apositive control while 1% DMSO as a
negative control. measurements of bacterial growth inhibition zone were analyzed statistically by
Kruskal-Wallis method α=0.05.
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
Results of inhibition zone measuring bark ethanol extract of mangosteen with a concentration of
50%, 60% and 70% (b/v) against Staphylococcus epidermidis ATCC 49461 sequentially by 6 mm,
6.66 mm and 7.66 mm. Tetracycline HCl for 30 ug of 23.33 mm on the bacterium Staphylococcus
epidermidis ATCC 49461. The results of the analysis using the Kruskal-Wallis test followed by
Mann-Whitney with α = 0.05 that the ethanol extract of mangosteen peel has antibacterial activity
against Staphylococcus epidermidis ATCC 49461, but not as much Tetracycline HCl 30 g.
Keywords: Garcinia mangostana L., antibacterial, ethanol extract, the bacteria Gram-positive and
negative.
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi masih merupakan jenis
penyakit yang paling banyak diderita oleh
penduduk di negara berkembang, termasuk di
Indonesia. Salah satu penyebab penyakit
infeksi adalah bakteri. Bakteri merupakan
mikroorganisme yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang, tetapi hanya dapat
dilihat dengan bantuan mikroskop (Radji,
2010). Bakteri patogen lebih berbahaya dan
menyebabkan infeksi baik secara sporadic
maupun endemik, antara lain seperti bakteri
Salmonella thypi, Klebsiella pneumonia dan
Staphylococcus epidermidis.
Gejala pneumonia berupa demam akut,
malaise/lesu, dan batuk kering, kemudian
batuknya
menjadi
produktif
dan
menghasilkan
sputum berdarah dan
nanah/purulent
(Putra,
2012).
Dan
Staphylococcus epidermidis terdapat pada
kulit, selaput lendir, bisul dan luka. Dapat
menimbulkan
penyakit
melalui
kemampuannya
berkembang biak
dan
menyebarluas dalam jaringan (Jawetzet al,
2001).
Salah satu tanaman yang dapat di
manfaatkan sebagai obat adalah kulit buah
manggis (Garcinia
mangostana
L.).
Masyarakat
memanfaatkan tumbuhan ini
untuk sariawan, disentri, diare, asam urat,
pewarna alami, dan bahan membuat cat anti
karat (cat berwarna hitam yang tahan cuci)
dan perangsang keluarnya cairan nira pada
penyadapan kelapa (Poeloengan dkk, 2010).
Kandungan kimia kulit buah manggis antara
lain tanin, saponin, flavonoid, alkaloid,
streroid, triterpenoid, glikosida dan xanthone.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui ada tidaknya aktivitas antibakteri
dan konsentrasi ekstrak etanolkulit buah
manggis (Garcinia mangostana L.)yang
mampu
menghambat
pertumbuhan
Staphylococcus epidermidis ATCC 49461.
METODE PENELITIAN
Tahap penelitian dimulai dengan
pengumpulan dan pengolahan kulit buah
manggis yang meliputi sortasi basah,
pencucian, perajangan dan pembuatan serbuk
simplisia. Kulit buah manggis yang
digunakan Pembuatan ekstrak kulit buah
manggis dilakukan dengan metode maserasi
yaitu sebanyak 500 gram serbuk simplisia
dengan derajat halus yang cocok dimasukkan
ke dalam wadah kaca, kemudian dituangi
dengan 3 liter cairan penyari (etanol 70%).
Ekstrak dipekatkan hingga diperoleh ekstrak
kental yang dilihat dalam keadaan dingin
tidak dapat dituang. Identifikasi golongan
senyawa kimia dilakukan pada ekstrak kulit
buah manggis yang meliputi uji kandungan
alkaloid, flavonoid, fenolik, tanin, steroid dan
saponin.
Pengujian Aktivitas Antibakteri Sterilisasi
Pada uji antibakteri perlakuan harus
dalam keadaan steril, untuk itu semua alat dan
bahan yang digunakan harus dalam keadaan
steril. Sterilisasi dilakukan di dalam autoklaf
pada suhu 121 selama 15 menit.
Pembuatan Kertas Cakram
Pembuatan paper disk dilakukan sebagai
berikut: disk dibuat berukuran 6 mm dari
kertas saring menggunakan pelubang kertas.
Kertas cakram diletakkan didalam cawan petri
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121
dengan tekanan 15 atm selama 15 menit.
Pembuatan Medium Media Agar Miring
Media NA merk Oxoid ditimbang
sebanyak 2,8 gram, dimasukkan ke dalam
labu erlenmayer ditambahkan aquadest 100
ml. Kemudian diletakan diatas hotplate dan
diaduk menggunakan magnetic stirrer
sampai mendidih. Sebanyak 5 ml dituangkan
pada 2 tabung reaksi steril dan ditutup
dengan aluminium foil. Media tersebut
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
selama 15 menit, kemudian dibiarkan pada
suhu ruangan selama 1 malam sampai media
memadat pada kemiringan 45 . Media Agar
miring
digunakan
untuk peremajaan
bakteri.
Media Mueller Hinton Agar (MHA)
Media MHA ditimbang sebanyak 19
gram, dimasukkan ke dalam labu erlenmayer
ditambahkan aquadest 500 ml, kemudian
diletakan diatas hotplate dan diaduk
menggunakan magnetic stirrer. Setelah
mendidih, ditutup dengan kapas lalu dilapisi
dengan
alumunium
foil.
Selanjutnya
disterilkan dalam autoklaf dengan tekanan 2
atm pada suhu 121°C selama 15 menit.
Peremajaan bakteri
Diambil koloni bakteri dengan jarum
ose, kemudian dilakukan streak zig-zag pada
media agar miring, diinkubasi pada suhu 37
selama 24 jam.
Pembuatan Standar Kekeruhan Larutan
(Larutan Mc.Farland)
Larutan H2SO40,36 N sebanyak 99,5 ml
dicampurkan dengan larutan BaCl2.2H2O
1,175% sebanyak 0,5 ml dalam erlenmeyer.
Kemudian dikocok sampai terbentuk larutan
yang keruh. Kekeruhan ini dipakai sebagai
standar kekeruhan suspensi bakteri uji.
Pembuatan ekstrak etanol kulit buah
manggis dalam 3 variasi konsentrasi
Ekstrak etanol kulit buah manggis 50%
(b/v) dibuat dengan cara melarutkan 1,5 ml
ekstrak 100% dalam DMSO 1% (v/v) hingga
3ml, diaduk hingga homogen. Ekstrak etanol
kulit buah manggis 60% (b/v) dibuat dengan
cara melarutkan 1,8 ml ekstrak 100% dalam
DMSO 1% (v/v) hingga 3ml, diaduk hingga
homogen. Ekstrak etanol kulit buah manggis
70% (b/v) dibuat dengan cara melarutkan 2,1
ml ekstrak 100% dalam DMSO 1% (v/v)
hingga 3ml, diaduk hingga homogen.
Persiapan Sediaan Uji
Kontrol negatif DMSO 1% Larutan
DMSO 1% (v/v) dibuat dengan cara
melarutkan 1 ml DMSO absolut dalam air
suling hingga 100 ml.
Pembuatan Suspensi Bakteri Uji
Bakteri uji yang telah diinokulasi
diambil dengan kawat ose steril lalu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi 10 ml aquadest kemudian divortex
hingga diperoleh kekeruhan yang sama
dengan standar kekeruhan larutan Mc.
Farland. Perlakuan yang sama dilakukan pada
setiap jenis bakteri uji.
Uji Anti bakteri
Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak
etanol kulit buah manggis terhadap bakteri
PStaphylococus aureus menggunakan metode
kertas cakram dengan konsentrasi 50%, 60
dan 70%. Hal ini dilakukan dengan melihat
zona hambat yang terbentuk dari ektrak etanol
kulit buah manggis tersebut.
Media MHA dituang ke dalam 5 cawan
petri masing-masing dituang sebanyak 15 ml,
dibiarkan
hingga
memadat.
Sebelum
melakukan pengujian tangan terlebih dahulu
disterilkan. Dicelupkan lidi kapas steril
kedalam suspensi bakteri Staphylococos
aureus, ditunggu sebentar supaya cairan dapat
meresep ke dalam kapas, kemudian lidi
diangkat dan diperas dengan menekankan
pada dinding tabung bagian dalam sambil
diputar-putar, setelah itu diswabkan pada
permukaan medium MHA sampai seluruh
permukaan tertutup rapat dan dibiarkan
selama 5 menit supaya suspensi bakteri
meresap kedalam media agar.
Kertas cakram yang telah direndam
dalam ekstrak kulit buah manggis dengan
konsentrasi 50%, 60%, dan 70%, kemudian
pada media ditempelkan kertas cakram
dengan bermacam-macam konsentrasi, untuk
kontrol negatif yaitu kertas cakram yang
direndam dengan DMSO 1%. Jarak antara
disk satu dengan lainnya tidak kurang dari 15
mm, kemudian dinkubasi dalam inkubator
dengan suhu 37 selama 18-24 jam. Diukur
zona hambat (mm) dari masing-masing
konsentrasi sampel dengan menggunakan
jangka
sorong
dari
masing-masing
konsentrasi diamati dan diukur zona hambat
yang terbentuk.
Pengukuran zona hambat :
𝑑1 + 𝑑2
2
Keterangan :
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
d1 = jarak tempuh kertas cakram
d2 = jarak tempuh kertas cakram
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Golongan Senyawa Kimia
Identifikasi golongan senyawa kimia
Garcinia mangostana L. yang dilakukan oleh
Galingging menunjukkan bahwa kulit buah
manggis mengandung alkaloid, glikosida,
flavonoid, fenolik, steroid dan zat tannin (1).
Penarikan senyawa tersebut ke dalam ekstrak
tergantung cairan penyari dan metode
ekstraksi yang digunakan. Cairan penyari
yang digunakan adalah etanol 70%. Diketahui
bahwa etanol 70% masih mengandung air
sebanyak 30%, kandungan etanol dalam
cairan penyari berguna untuk menarik
senyawa kimia yang terkandung dalam kulit
buah manggis yaitu alkaloid, flavonoid,
glikosida, dan fenolik, sedangkan air berguna
untuk menarik senyawa kimia seperti
glikosida dan tanin yang terdapat dalam kulit
buah manggis. Dan metode ekstraksi yang
digunakan adalah metode maserasi yang
merupakan metode ekstraksi dengan cara
dingin. Cara ini dipakai karena kandungan
alkaloid dan glikosida yang terdapat dalam
bawang dayak adalah senyawa kimia yang
paling mudah terurai dan tidak tahan terhadap
pemanasan. Untuk mengetahui hal tersebut
perlu dilakukan identifikasi golongan
senyawa kimia terhadap ekstrak yang
dihasilkan.
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa
ekstrak kulit buah manggis yang diperoleh
mengandung alkaloid, flavonoid, fenolik dan
tanin (tabel 2). Sedangkan steroid/triterpenoid
tidak teridentifikasi dalam ekstrak kulit buah
manggisyang dihasilkan, hal ini terjadi karena
steroid/triterpenoid tidak larut dalam etanol
ataupun air melainkan larut dalam pelarut
lemak seperti eter atau kloroform.
Tabel 1. Hasil Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Kulit buah manggis(Garcinia mangostana L.)
Kandungan
No.
Hasil Identifikasi
Keterangan
Kimia
Mayer
: Endapan kuning
+
1.
Alkaloid
Bouchardat : Endapan coklat-hitam
+
Dragendrof : Endapan merah bata
+
2.
Flavonoid
Terbentuk warna jingga
+
3.
Fenolik
Terbentuk warna hitam pekat
+
4.
Tanin
Terbentuk warna hijau kehitaman
+
Steroid/
5.
Terbentuk warna merah coklat
Triterpenoid
Keterangan: + : menunjukkan hasil positif
─ : menunjukkan hasil negatif
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Kulit Buah Manggis
Uji ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh ekstrak etanol kulit buah manggis
terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis
ATCC 49461. Metode yang digunakan
adalah metode Kirby-Bauer karena metode
ini paling mudah dilakukan. Konsentrasi
ekstrak etanol kulit buah manggis yang
digunakan pada penelitian ini mengacu pada
data ilmiah yang didapat dari penelitian
Poeloengan dkk (2010),
yaitu 3,125%,
6,25%, 12,5%, 25%, dan 50%(b/v).
Konsentrasi ekstrak kental yang digunakan
pada penelitian ini perlu di tingkatkan
menjadi 50%, 60% dan 70%(b/v). Kontrol
positif yang digunakan adalah Tetrasiklina
HCl30 µg/paperdisk 6mm dan untuk kontrol
negative yaitu DMSO 1%. Inkubasi
dilakukan selama 18 jam pada suhu 37°C.
Ada pun hasil uji aktivitas anti bakteri pada
konsentrasi 50%, 60% dan 70% (b/v) dengan
replikasi sebanyak tiga kali terhadap
bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC
49461.
Tabel2. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Terhadap
Staphylococcus epidermidis ATCC 27736.
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
Perlakuan
Rata-rata Diameter
Zona hambat (mm)
DMSO 1%
Ekstrak 50%
Ekstrak 60%
Ekstrak 70%
Tetrasiklina HCl 30 µg
Keterangan:
0
6
6,66
7,66
23,33
DMSO1%
: Kontrol negative
Kloramfenikol : Kontrol positif
Ekstrak50% : Ekstrak etanol kulit buah
manggis dengan konsentrasi
50%
Ekstrak60% : Ekstrak etanol kulit buah
manggis dengan konsentrasi
60%
Ekstrak70% : Ekstrak etanol kulit buah
manggis dengan konsentrasi
70%
Pada Tabel 5 menunjukan bahwa
ekstrak etanol kulit buah manggis dengan
kadar 50%, 60% dan 70% (b/v) serta
Tetrasiklina HCl 30µg dan DMSO 1% secara
berurutan memiliki rata-rata zona hambat
sebesar 6 mm, 6,66 mm,7,66 mm, 23,33
mm
dan 0 mm terhadap bakteri
Staphylococcus epidermidis ATCC 49461.
Dapat disimpulkan bahwa peningkatan
konsentrasi ekstrak mempengaruhi zona
hambat yang dihasilkan. Hal ini disebabkan
oleh meningkatnya komponen kimia yang
bersifat antibakteri pada ekstrak etanol kulit
buah
manggis. Rata-rata diameter zona
hambat terbesar dari ekstrak etanol kulit buah
manggis yaitu ekstrak 70% sebesar 7,66 mm.
Hal ini sesuai dengan hasil uji statistic yang
menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan
p < 0,05
pada perubahan
konsentrasi
ekstrak etanol
kulit buah
manggis terhadap zona hambat
yang
terbentuk pada bakteri Staphylococcus
epidermidis ATCC 49461. Sedangkan pada
kontrol negatif yaitu DMSO1% dan control
positif
yaitu Tetrasiklin HCl 30 µg
menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan p < 0,05 pada ekstrak etanol kulit
buah manggis terhadap zona hambat yang
terbentuk pada bakteri Staphylococcus
epidermidis ATCC 49461. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit buah
manggis memiliki aktivitas antibakteri tidak
lebih baik dibanding Tetrasiklina HCl30 µg.
DMSO 1% sebagai control negatif tidak
menunjukan adanya zona hambat
pada
bakteri Gram negative Salmonellathypi dan
Klebsiellapneumoniae
ATCC
27736
sertapada bakteri Grampositif Staphylococcus
epidermidis ATCC 49461. Hal ini
mengindikasikan bahwa kontrol yang
digunakan tidak berpengaruh pada uji
antibakteri ekstrak etanol
kulit buah
manggis. Sedangkan Tetrasiklina HCl30 µg
sebagai kontrol positif berpengaruh terhadap
jenis
bakteri
baik
Grampositif
Staphylococcus epidermidis ATCC 49461
karena mempunyai spektrum luas (dapat
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Grampositif dan Gramnegatif), mekanisme
kerjanya menghambat sintesis dinding sel
bakteri.
Berdasarkan hasil identifikasi golongan
senyawa kimia kulit buah manggis
(Garciniamangostana L.) yang mempunyai
aktivitas antibakteri adalah saponin, tanin,
dan flavonoid. Saponin menurut Robinson
(1995), adalah senyawa aktif permukaan yang
kuat yang menimbulkan busa jika dikocok
dalam air dan pada konsentrasi yang rendah
sering menyebabkan hemolisis sel darah
merah. Dalam larutan yang sanga tencer
saponin sangat beracun untuk ikan, dan
tumbuhan yang mengandung saponin telah
digunakan sebagai racun ikan selama beratusratus tahun. Beberapa saponin bekerja
sebagai anti mikroba juga. Poeloengan dkk
(2010),
menyatakan
bahwa
saponin
merupakan
zat
aktif
yang
dapat
meningkatkan
permeabilitas
membran
sehingga terjadi hemolisis sel, apabila
saponin berinteraksi dengan sel kuman,
kuman tersebut akan pecah atau lisis. Saponin
juga mengandung zat yang mampu
menghemolisis
darah.
Diketahui
bahwa,membran sel darah merah menyerupai
membrane sel pada bakteri sehingga proses
yang terjadi pada sel bakteri oleh saponin
sama seperti yang terjadi pada sel darah
merah (Wardani, 2012).
Kandungan senyawa kimia kulit buah
manggis lainya yaitu flavonoid berfungsi
sebagai
pengatur
tumbuh,
pengatur
fotosintesis, kerja antimikroba, anti virus dan
kerja terhadap serangga. Flavonoid juga
memiliki aktivitas antijamur, antivirus dan
antibakteri. Penelitian mengenai hubungan
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
antara struktur flavonoid dan aktivitas
antibakteri menunjukkan adanya hubungan
tersebut (Cushnie and Lamb,2005). Flavonoid
merupakan kelompok senyawa fenol yang
mempunyai kecenderungan untuk mengikat
protein, sehingga mengganggu proses
metabolisme (Poeloengan dkk, 2010).
Flavonoid mampu membentuk senyawa
kompleks terhadap protein ekstra seluler
yang mengganggu integritas membrane sel
bakteri, serta bersifat koagulator protein
(Hartanto, 2013). Tanin yang terdapat dalam
kandungan senyawa kimia kulit buah
manggis dalam konsentrasi rendah mampu
menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan
pada konsentrasi tinggi tanin bekerja sebagai
antimikroba dengan cara mengkoagulasi atau
menggumpalkan
protoplasma
kuman,
sehingga terbentuk ikatan yang stabil dengan
proteinkuman dan pada saluran pencernaan,
tannin diketahui mampu mengeliminasi
toksin (Poeloengan dkk, 2010). Senyawa
tannin yang terdapat pada kulit buah manggis
juga berkhasiat sebagai antibakteri. Toksisitas
senyawa ini dapat merusak membran sel
bakteri, sedangkan senyawa astringenttanin
dapat menginduksi pembentukan kompleks
senyawa ikatan terhadap enzim atau
substratmikroba dan pembentukan suatu
kompleks ikatan tannin terhadap ion logam
yang dapat menambah daya toksisitas tannin
itu sendiri. Selain itu tannin dapat
mengkerutkan dinding sel atau membrane sel
sehingga menggangu permeabilitas sel itu
sendiri, yang akhirnya menyebabkan sel tidak
dapat melakukan aktivitas hidup sehingga
pertumbuhanya terhambat atau bahkan
mati.Tanin jugamampu bereaksi membran
sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau
inaktivasifungi materigenetik (Hartanto,
2013).
Berdasarkan Davis dan Stout (1971),
diameter zona hambat yang terbentuk pada
bakteri dapat digolongkan sangat kuat apabila
zona hambat lebih dari 20 mm, zona hambat
10-20 mm termasuk kategori kuat, zona
hambat 5-10 mm termasuk kategori sedang
dan zona hambat 5 mm atau kurang termasuk
kaegori lemah. Sedangkan menurut Depkes
RI (1995), diameter zona hambat yang
terbentuk pada bakteri dapat digolongkan
bera tapabila zona hambat lebih dari 10 mm,
zona hambat 5-10 mm termasuk kategori
sedang, zona hambat terbatas pada daerah
dibawah spesimen termasuk kategori ringan,
zona hambat dibawah specimen termasuk
kategori sedikit,dan zona hambat apabila
tidak ditemukan pada daerah sekitar atau
dibawah spesimen termasuk kategori tidak
ada. Maka berdasarkan Davis dan
Stout(1971) dan Depkes RI (1995),zona
hambat yang terbentuk pada bakteri
Staphylococcus epidermidis ATCC 49461
dapat dilihat pada Tabel 5 bahwa rata-rata
diameter zona hambat bakteri Staphylococcus
epidermidis ATCC 49461 pada konsentrasi
50%, 60%, dan 70% zona hambat yang
terbentuk berkisar antara 5-10 mm yang
termasuk dalam kategori sedang.
KESIMPULAN
Ekstrak etanol kulit buah manggis
memiliki aktivitas antibakteri dalam kategori
sedang terhadap Staphylococcus epidermidis
ATCC 49461 dengan konsentrasi 50%, 60%,
dan 70% (b/v) secara berurutan memiliki
rata-rata diameter zona hambat sebesar 6
mm, 6,66 mm, dan 7,66 mm.
DAFTAR PUSTAKA
Cushnie,T.,Lamb,A.J.2005.
Antimicrobial
Activity of Flavonoids International
Journal of Antimicrobial Agents. 26,5,
343-356.
Davis, W.W., dan T.R. Stout.1971. Disc Plate
Methods of Microbiological Antibiotic
Assay. Microbiology. 22: 659-665.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
1995.Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Depkes RI. Hal:7, 911.
Departemen KesehatanRepublik Indonesia.
2000. Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat Cetakan Pertama.
Jakarta: Depkes RI. Hal:9-11.
Hartanto,T.2013. Pengaruh Antimikroba
Ekstrak
Kulit
Manggis
(Garcinia
mangostanaL.) terhadap Pertumbuhan
Shigella dysentriaeSecaraIn Vitro.
Skripsi.
Semarang:
Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sultan
Agung.
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
Jawetz, etal. 2001. Mikrobiologi Untuk
Profesi Kesehatan. Air Langga University
Press. Surabaya. Hal:228, 260.
Radji, M. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi,
Panduan mahasiswa Farmasi & Kedokteran.
EGC. Jakarta. Hal:10, 16-17, 36.
Nugroho,A.E. 2012. Manggis (Garciniamang
otanaL.): Dari Kulit Buah yang Terbuang
hingga Menjadi Kandidat Suatu Obat.
Jurnal
Penelitian.
Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Rahmawati,D. 2009. Pengaruh Kaksinasi
Kultur Klebsiellapneumoniae Hasil Inaktivasi
Pemarasan dan Iradiasi Sinar Gamma
terhadap Kondisi Fisik Serta Profil
Protein Serum Darah Mencit. Skripsi.
Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
Poeloengan,M., dan Praptiwi. 2010. Uji Akti
vitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia Mangostana Linn). Jurnal
Media Litbang Kesehatan. Cibinong:
Bidang Botani Pusat Penelitian BotaniLIPI.
Putra,I.N.K. 2010. Aktivitas Antibakteri Eks
trak Kulit Buah Manggis (Garcinia
MangostanaL.)
Serta
Kandungan
Senyawa Aktifnya. Jurnal Teknologi
dan Industri Pangan. Bali: Fakultas
Teknologi
Pertanian
Universitas
Udayana.
Putra, E.S. 2012. Rahasia-Rahasia Keajaiban
Kulit Buah Manggis Untuk Kesehatan Harian
& Terapi Penyakit Berat. DIVA
Press.Yogyakarta. Hal: 15, 84-85.
.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik
Tumbuhan
Tingkat
Tinggi,
Diterjemahkan
oleh
Kosasih
Padwawinata. NewYork: Institut
Teknologi Bandung Press. Hal: 72,
191, 192.
Wardani,P.K.2012.
Analisis
Fitokimia
Senyawa Biokimia Ekstrak Etanol
Daun
Meranti
Merah
(Shorea
smithianaSymington)dan
Sifat
Antibakterinya
Terhadap
Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli. Skripsi. Samarinda: Program Studi
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan
Alam
Universitas
Mulawarman
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
Download