UJI AKTIVITAS ANTI BAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS (GarciniamangostanaL.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus epidermidis ATCC49461 The Antibacterial Activity Of Mangos Teen (Garcinia Mangostana L.) Pericarp Ethanolic Extracta Gainst Staphylococcus Epidermidis Supomo1, Eka Siswanto Syamsul2,Rukmana1 1&2 Akademi Farmasi Samarinda Jl. AW Sjahranie No.226 Samarinda Kaltim Email: [email protected] Email: [email protected] ABSTRAK Kekebalan bakteri terhadap berbagai jenis antibiotik menyebabkan kurangnya pengobatan terhadap penyakit tipus, peradangan akut paru dan kulit. Kulit buah manggis secara tradisional mempunyai kemampuan sebagai antibakteri. Kandungan kimia kulit buah manggis antara lain tanin, saponin, flavonoid, alkaloid, streroid, triterpenoid, glikosida dan xanthone. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas antibakteri dan konsentrasi ekstrak etanol kulit buah manggis (Garciniamangostana L.) yang mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis ATCC 49461. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Ekstraksi kulit buah manggis dilakukan dengan metode maserasi, menggunakan pelarut etanol 70%. Aktivitas antibakteri diuji menggunakan metode discdiffusion (Kirby-Bauer) dengan konsentrasi ekstrak etanol yang digunakan yaitu 30%, 50%, 60%, 70%, 80% dan 100%. Kloramfenikol 30µg dan Tetrasiklina HCl 30µg sebagai control positif sedangkan DMSO 1% sebagai control negatif. Data hasil pengukuran zona hambat pertumbuhan bakteri dianalisis secara statistic dengan metode Kruskal-Wallis α=0,05. Hasil pengukuran zona hambat ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dengan konsentrasi 50%, 60% dan 70% (b/v) terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC 49461 secara berurutan sebesar 6 mm, 6, 66 mm dan 7,66 mm. Untuk Tetrasiklina HCl 30µg sebesar 23,33 mm pada bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC 49461. Hasil analisis menggunakan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan Mann-Whitney dengan α=0,05 bahwa ekstrak etanol kulit buah manggis memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC 49461, namun tidak sebesar Tetrasiklina HCl 30 µg. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) memiliki aktivitas antibakteri dalam kategori sedang terhadap Staphylococcus epidermidis ATCC 49461. Kata kunci: Garcinia mangostana L., antibakteri, ekstrak etanol, bakteri Grampositif dan negatif. ABSTRACT Bacterial resistance to many types of antibiotics leads to a lack of treatment for typhoid, acute inflammation of the lungs and skin. The skin of the mangosteen fruit traditionally has the ability as an antibacterial. Chemical content mangosteen rind include tannins, saponins, flavonoids, alkaloids, streroid, triterpenoids, and xanthone glycosides. The purpose of this study was to determine whether there is a concentration of antibacterial activity and bark ethanol extract of mangosteen were able to inhibit the growth of Staphylococcus epidermidis ATCC 49461. The research isexperimental research. Extraction mangosteen rindis doneby maceration method, using ethanol 70%. Antibacterial activity was teste dusing the discdiffusion method (Kirby-Bauer) withethanol extract concentratio nsused were30%, 50%, 60%, 70%, 80% and 100%. Chloramphenicol Tetracycline HCl 30 mg and 30 mg as apositive control while 1% DMSO as a negative control. measurements of bacterial growth inhibition zone were analyzed statistically by Kruskal-Wallis method α=0.05. JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015 Results of inhibition zone measuring bark ethanol extract of mangosteen with a concentration of 50%, 60% and 70% (b/v) against Staphylococcus epidermidis ATCC 49461 sequentially by 6 mm, 6.66 mm and 7.66 mm. Tetracycline HCl for 30 ug of 23.33 mm on the bacterium Staphylococcus epidermidis ATCC 49461. The results of the analysis using the Kruskal-Wallis test followed by Mann-Whitney with α = 0.05 that the ethanol extract of mangosteen peel has antibacterial activity against Staphylococcus epidermidis ATCC 49461, but not as much Tetracycline HCl 30 g. Keywords: Garcinia mangostana L., antibacterial, ethanol extract, the bacteria Gram-positive and negative. PENDAHULUAN Penyakit infeksi masih merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah bakteri. Bakteri merupakan mikroorganisme yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop (Radji, 2010). Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadic maupun endemik, antara lain seperti bakteri Salmonella thypi, Klebsiella pneumonia dan Staphylococcus epidermidis. Gejala pneumonia berupa demam akut, malaise/lesu, dan batuk kering, kemudian batuknya menjadi produktif dan menghasilkan sputum berdarah dan nanah/purulent (Putra, 2012). Dan Staphylococcus epidermidis terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka. Dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebarluas dalam jaringan (Jawetzet al, 2001). Salah satu tanaman yang dapat di manfaatkan sebagai obat adalah kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.). Masyarakat memanfaatkan tumbuhan ini untuk sariawan, disentri, diare, asam urat, pewarna alami, dan bahan membuat cat anti karat (cat berwarna hitam yang tahan cuci) dan perangsang keluarnya cairan nira pada penyadapan kelapa (Poeloengan dkk, 2010). Kandungan kimia kulit buah manggis antara lain tanin, saponin, flavonoid, alkaloid, streroid, triterpenoid, glikosida dan xanthone. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas antibakteri dan konsentrasi ekstrak etanolkulit buah manggis (Garcinia mangostana L.)yang mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis ATCC 49461. METODE PENELITIAN Tahap penelitian dimulai dengan pengumpulan dan pengolahan kulit buah manggis yang meliputi sortasi basah, pencucian, perajangan dan pembuatan serbuk simplisia. Kulit buah manggis yang digunakan Pembuatan ekstrak kulit buah manggis dilakukan dengan metode maserasi yaitu sebanyak 500 gram serbuk simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam wadah kaca, kemudian dituangi dengan 3 liter cairan penyari (etanol 70%). Ekstrak dipekatkan hingga diperoleh ekstrak kental yang dilihat dalam keadaan dingin tidak dapat dituang. Identifikasi golongan senyawa kimia dilakukan pada ekstrak kulit buah manggis yang meliputi uji kandungan alkaloid, flavonoid, fenolik, tanin, steroid dan saponin. Pengujian Aktivitas Antibakteri Sterilisasi Pada uji antibakteri perlakuan harus dalam keadaan steril, untuk itu semua alat dan bahan yang digunakan harus dalam keadaan steril. Sterilisasi dilakukan di dalam autoklaf pada suhu 121 selama 15 menit. Pembuatan Kertas Cakram Pembuatan paper disk dilakukan sebagai berikut: disk dibuat berukuran 6 mm dari kertas saring menggunakan pelubang kertas. Kertas cakram diletakkan didalam cawan petri disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 dengan tekanan 15 atm selama 15 menit. Pembuatan Medium Media Agar Miring Media NA merk Oxoid ditimbang sebanyak 2,8 gram, dimasukkan ke dalam labu erlenmayer ditambahkan aquadest 100 ml. Kemudian diletakan diatas hotplate dan diaduk menggunakan magnetic stirrer sampai mendidih. Sebanyak 5 ml dituangkan pada 2 tabung reaksi steril dan ditutup dengan aluminium foil. Media tersebut disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015 selama 15 menit, kemudian dibiarkan pada suhu ruangan selama 1 malam sampai media memadat pada kemiringan 45 . Media Agar miring digunakan untuk peremajaan bakteri. Media Mueller Hinton Agar (MHA) Media MHA ditimbang sebanyak 19 gram, dimasukkan ke dalam labu erlenmayer ditambahkan aquadest 500 ml, kemudian diletakan diatas hotplate dan diaduk menggunakan magnetic stirrer. Setelah mendidih, ditutup dengan kapas lalu dilapisi dengan alumunium foil. Selanjutnya disterilkan dalam autoklaf dengan tekanan 2 atm pada suhu 121°C selama 15 menit. Peremajaan bakteri Diambil koloni bakteri dengan jarum ose, kemudian dilakukan streak zig-zag pada media agar miring, diinkubasi pada suhu 37 selama 24 jam. Pembuatan Standar Kekeruhan Larutan (Larutan Mc.Farland) Larutan H2SO40,36 N sebanyak 99,5 ml dicampurkan dengan larutan BaCl2.2H2O 1,175% sebanyak 0,5 ml dalam erlenmeyer. Kemudian dikocok sampai terbentuk larutan yang keruh. Kekeruhan ini dipakai sebagai standar kekeruhan suspensi bakteri uji. Pembuatan ekstrak etanol kulit buah manggis dalam 3 variasi konsentrasi Ekstrak etanol kulit buah manggis 50% (b/v) dibuat dengan cara melarutkan 1,5 ml ekstrak 100% dalam DMSO 1% (v/v) hingga 3ml, diaduk hingga homogen. Ekstrak etanol kulit buah manggis 60% (b/v) dibuat dengan cara melarutkan 1,8 ml ekstrak 100% dalam DMSO 1% (v/v) hingga 3ml, diaduk hingga homogen. Ekstrak etanol kulit buah manggis 70% (b/v) dibuat dengan cara melarutkan 2,1 ml ekstrak 100% dalam DMSO 1% (v/v) hingga 3ml, diaduk hingga homogen. Persiapan Sediaan Uji Kontrol negatif DMSO 1% Larutan DMSO 1% (v/v) dibuat dengan cara melarutkan 1 ml DMSO absolut dalam air suling hingga 100 ml. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji Bakteri uji yang telah diinokulasi diambil dengan kawat ose steril lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml aquadest kemudian divortex hingga diperoleh kekeruhan yang sama dengan standar kekeruhan larutan Mc. Farland. Perlakuan yang sama dilakukan pada setiap jenis bakteri uji. Uji Anti bakteri Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah manggis terhadap bakteri PStaphylococus aureus menggunakan metode kertas cakram dengan konsentrasi 50%, 60 dan 70%. Hal ini dilakukan dengan melihat zona hambat yang terbentuk dari ektrak etanol kulit buah manggis tersebut. Media MHA dituang ke dalam 5 cawan petri masing-masing dituang sebanyak 15 ml, dibiarkan hingga memadat. Sebelum melakukan pengujian tangan terlebih dahulu disterilkan. Dicelupkan lidi kapas steril kedalam suspensi bakteri Staphylococos aureus, ditunggu sebentar supaya cairan dapat meresep ke dalam kapas, kemudian lidi diangkat dan diperas dengan menekankan pada dinding tabung bagian dalam sambil diputar-putar, setelah itu diswabkan pada permukaan medium MHA sampai seluruh permukaan tertutup rapat dan dibiarkan selama 5 menit supaya suspensi bakteri meresap kedalam media agar. Kertas cakram yang telah direndam dalam ekstrak kulit buah manggis dengan konsentrasi 50%, 60%, dan 70%, kemudian pada media ditempelkan kertas cakram dengan bermacam-macam konsentrasi, untuk kontrol negatif yaitu kertas cakram yang direndam dengan DMSO 1%. Jarak antara disk satu dengan lainnya tidak kurang dari 15 mm, kemudian dinkubasi dalam inkubator dengan suhu 37 selama 18-24 jam. Diukur zona hambat (mm) dari masing-masing konsentrasi sampel dengan menggunakan jangka sorong dari masing-masing konsentrasi diamati dan diukur zona hambat yang terbentuk. Pengukuran zona hambat : 𝑑1 + 𝑑2 2 Keterangan : JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015 d1 = jarak tempuh kertas cakram d2 = jarak tempuh kertas cakram HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Identifikasi golongan senyawa kimia Garcinia mangostana L. yang dilakukan oleh Galingging menunjukkan bahwa kulit buah manggis mengandung alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik, steroid dan zat tannin (1). Penarikan senyawa tersebut ke dalam ekstrak tergantung cairan penyari dan metode ekstraksi yang digunakan. Cairan penyari yang digunakan adalah etanol 70%. Diketahui bahwa etanol 70% masih mengandung air sebanyak 30%, kandungan etanol dalam cairan penyari berguna untuk menarik senyawa kimia yang terkandung dalam kulit buah manggis yaitu alkaloid, flavonoid, glikosida, dan fenolik, sedangkan air berguna untuk menarik senyawa kimia seperti glikosida dan tanin yang terdapat dalam kulit buah manggis. Dan metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi yang merupakan metode ekstraksi dengan cara dingin. Cara ini dipakai karena kandungan alkaloid dan glikosida yang terdapat dalam bawang dayak adalah senyawa kimia yang paling mudah terurai dan tidak tahan terhadap pemanasan. Untuk mengetahui hal tersebut perlu dilakukan identifikasi golongan senyawa kimia terhadap ekstrak yang dihasilkan. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis yang diperoleh mengandung alkaloid, flavonoid, fenolik dan tanin (tabel 2). Sedangkan steroid/triterpenoid tidak teridentifikasi dalam ekstrak kulit buah manggisyang dihasilkan, hal ini terjadi karena steroid/triterpenoid tidak larut dalam etanol ataupun air melainkan larut dalam pelarut lemak seperti eter atau kloroform. Tabel 1. Hasil Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Kulit buah manggis(Garcinia mangostana L.) Kandungan No. Hasil Identifikasi Keterangan Kimia Mayer : Endapan kuning + 1. Alkaloid Bouchardat : Endapan coklat-hitam + Dragendrof : Endapan merah bata + 2. Flavonoid Terbentuk warna jingga + 3. Fenolik Terbentuk warna hitam pekat + 4. Tanin Terbentuk warna hijau kehitaman + Steroid/ 5. Terbentuk warna merah coklat Triterpenoid Keterangan: + : menunjukkan hasil positif ─ : menunjukkan hasil negatif Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol kulit buah manggis terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC 49461. Metode yang digunakan adalah metode Kirby-Bauer karena metode ini paling mudah dilakukan. Konsentrasi ekstrak etanol kulit buah manggis yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada data ilmiah yang didapat dari penelitian Poeloengan dkk (2010), yaitu 3,125%, 6,25%, 12,5%, 25%, dan 50%(b/v). Konsentrasi ekstrak kental yang digunakan pada penelitian ini perlu di tingkatkan menjadi 50%, 60% dan 70%(b/v). Kontrol positif yang digunakan adalah Tetrasiklina HCl30 µg/paperdisk 6mm dan untuk kontrol negative yaitu DMSO 1%. Inkubasi dilakukan selama 18 jam pada suhu 37°C. Ada pun hasil uji aktivitas anti bakteri pada konsentrasi 50%, 60% dan 70% (b/v) dengan replikasi sebanyak tiga kali terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC 49461. Tabel2. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis Terhadap Staphylococcus epidermidis ATCC 27736. JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015 Perlakuan Rata-rata Diameter Zona hambat (mm) DMSO 1% Ekstrak 50% Ekstrak 60% Ekstrak 70% Tetrasiklina HCl 30 µg Keterangan: 0 6 6,66 7,66 23,33 DMSO1% : Kontrol negative Kloramfenikol : Kontrol positif Ekstrak50% : Ekstrak etanol kulit buah manggis dengan konsentrasi 50% Ekstrak60% : Ekstrak etanol kulit buah manggis dengan konsentrasi 60% Ekstrak70% : Ekstrak etanol kulit buah manggis dengan konsentrasi 70% Pada Tabel 5 menunjukan bahwa ekstrak etanol kulit buah manggis dengan kadar 50%, 60% dan 70% (b/v) serta Tetrasiklina HCl 30µg dan DMSO 1% secara berurutan memiliki rata-rata zona hambat sebesar 6 mm, 6,66 mm,7,66 mm, 23,33 mm dan 0 mm terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC 49461. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi ekstrak mempengaruhi zona hambat yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya komponen kimia yang bersifat antibakteri pada ekstrak etanol kulit buah manggis. Rata-rata diameter zona hambat terbesar dari ekstrak etanol kulit buah manggis yaitu ekstrak 70% sebesar 7,66 mm. Hal ini sesuai dengan hasil uji statistic yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan p < 0,05 pada perubahan konsentrasi ekstrak etanol kulit buah manggis terhadap zona hambat yang terbentuk pada bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC 49461. Sedangkan pada kontrol negatif yaitu DMSO1% dan control positif yaitu Tetrasiklin HCl 30 µg menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan p < 0,05 pada ekstrak etanol kulit buah manggis terhadap zona hambat yang terbentuk pada bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC 49461. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit buah manggis memiliki aktivitas antibakteri tidak lebih baik dibanding Tetrasiklina HCl30 µg. DMSO 1% sebagai control negatif tidak menunjukan adanya zona hambat pada bakteri Gram negative Salmonellathypi dan Klebsiellapneumoniae ATCC 27736 sertapada bakteri Grampositif Staphylococcus epidermidis ATCC 49461. Hal ini mengindikasikan bahwa kontrol yang digunakan tidak berpengaruh pada uji antibakteri ekstrak etanol kulit buah manggis. Sedangkan Tetrasiklina HCl30 µg sebagai kontrol positif berpengaruh terhadap jenis bakteri baik Grampositif Staphylococcus epidermidis ATCC 49461 karena mempunyai spektrum luas (dapat menghambat pertumbuhan bakteri Grampositif dan Gramnegatif), mekanisme kerjanya menghambat sintesis dinding sel bakteri. Berdasarkan hasil identifikasi golongan senyawa kimia kulit buah manggis (Garciniamangostana L.) yang mempunyai aktivitas antibakteri adalah saponin, tanin, dan flavonoid. Saponin menurut Robinson (1995), adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sanga tencer saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratusratus tahun. Beberapa saponin bekerja sebagai anti mikroba juga. Poeloengan dkk (2010), menyatakan bahwa saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas membran sehingga terjadi hemolisis sel, apabila saponin berinteraksi dengan sel kuman, kuman tersebut akan pecah atau lisis. Saponin juga mengandung zat yang mampu menghemolisis darah. Diketahui bahwa,membran sel darah merah menyerupai membrane sel pada bakteri sehingga proses yang terjadi pada sel bakteri oleh saponin sama seperti yang terjadi pada sel darah merah (Wardani, 2012). Kandungan senyawa kimia kulit buah manggis lainya yaitu flavonoid berfungsi sebagai pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, kerja antimikroba, anti virus dan kerja terhadap serangga. Flavonoid juga memiliki aktivitas antijamur, antivirus dan antibakteri. Penelitian mengenai hubungan JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015 antara struktur flavonoid dan aktivitas antibakteri menunjukkan adanya hubungan tersebut (Cushnie and Lamb,2005). Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol yang mempunyai kecenderungan untuk mengikat protein, sehingga mengganggu proses metabolisme (Poeloengan dkk, 2010). Flavonoid mampu membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstra seluler yang mengganggu integritas membrane sel bakteri, serta bersifat koagulator protein (Hartanto, 2013). Tanin yang terdapat dalam kandungan senyawa kimia kulit buah manggis dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan pada konsentrasi tinggi tanin bekerja sebagai antimikroba dengan cara mengkoagulasi atau menggumpalkan protoplasma kuman, sehingga terbentuk ikatan yang stabil dengan proteinkuman dan pada saluran pencernaan, tannin diketahui mampu mengeliminasi toksin (Poeloengan dkk, 2010). Senyawa tannin yang terdapat pada kulit buah manggis juga berkhasiat sebagai antibakteri. Toksisitas senyawa ini dapat merusak membran sel bakteri, sedangkan senyawa astringenttanin dapat menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau substratmikroba dan pembentukan suatu kompleks ikatan tannin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tannin itu sendiri. Selain itu tannin dapat mengkerutkan dinding sel atau membrane sel sehingga menggangu permeabilitas sel itu sendiri, yang akhirnya menyebabkan sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhanya terhambat atau bahkan mati.Tanin jugamampu bereaksi membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau inaktivasifungi materigenetik (Hartanto, 2013). Berdasarkan Davis dan Stout (1971), diameter zona hambat yang terbentuk pada bakteri dapat digolongkan sangat kuat apabila zona hambat lebih dari 20 mm, zona hambat 10-20 mm termasuk kategori kuat, zona hambat 5-10 mm termasuk kategori sedang dan zona hambat 5 mm atau kurang termasuk kaegori lemah. Sedangkan menurut Depkes RI (1995), diameter zona hambat yang terbentuk pada bakteri dapat digolongkan bera tapabila zona hambat lebih dari 10 mm, zona hambat 5-10 mm termasuk kategori sedang, zona hambat terbatas pada daerah dibawah spesimen termasuk kategori ringan, zona hambat dibawah specimen termasuk kategori sedikit,dan zona hambat apabila tidak ditemukan pada daerah sekitar atau dibawah spesimen termasuk kategori tidak ada. Maka berdasarkan Davis dan Stout(1971) dan Depkes RI (1995),zona hambat yang terbentuk pada bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC 49461 dapat dilihat pada Tabel 5 bahwa rata-rata diameter zona hambat bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC 49461 pada konsentrasi 50%, 60%, dan 70% zona hambat yang terbentuk berkisar antara 5-10 mm yang termasuk dalam kategori sedang. KESIMPULAN Ekstrak etanol kulit buah manggis memiliki aktivitas antibakteri dalam kategori sedang terhadap Staphylococcus epidermidis ATCC 49461 dengan konsentrasi 50%, 60%, dan 70% (b/v) secara berurutan memiliki rata-rata diameter zona hambat sebesar 6 mm, 6,66 mm, dan 7,66 mm. DAFTAR PUSTAKA Cushnie,T.,Lamb,A.J.2005. Antimicrobial Activity of Flavonoids International Journal of Antimicrobial Agents. 26,5, 343-356. Davis, W.W., dan T.R. Stout.1971. Disc Plate Methods of Microbiological Antibiotic Assay. Microbiology. 22: 659-665. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995.Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI. Hal:7, 911. Departemen KesehatanRepublik Indonesia. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Cetakan Pertama. Jakarta: Depkes RI. Hal:9-11. Hartanto,T.2013. Pengaruh Antimikroba Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostanaL.) terhadap Pertumbuhan Shigella dysentriaeSecaraIn Vitro. Skripsi. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung. JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015 Jawetz, etal. 2001. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan. Air Langga University Press. Surabaya. Hal:228, 260. Radji, M. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi, Panduan mahasiswa Farmasi & Kedokteran. EGC. Jakarta. Hal:10, 16-17, 36. Nugroho,A.E. 2012. Manggis (Garciniamang otanaL.): Dari Kulit Buah yang Terbuang hingga Menjadi Kandidat Suatu Obat. Jurnal Penelitian. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Rahmawati,D. 2009. Pengaruh Kaksinasi Kultur Klebsiellapneumoniae Hasil Inaktivasi Pemarasan dan Iradiasi Sinar Gamma terhadap Kondisi Fisik Serta Profil Protein Serum Darah Mencit. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Poeloengan,M., dan Praptiwi. 2010. Uji Akti vitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana Linn). Jurnal Media Litbang Kesehatan. Cibinong: Bidang Botani Pusat Penelitian BotaniLIPI. Putra,I.N.K. 2010. Aktivitas Antibakteri Eks trak Kulit Buah Manggis (Garcinia MangostanaL.) Serta Kandungan Senyawa Aktifnya. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Bali: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana. Putra, E.S. 2012. Rahasia-Rahasia Keajaiban Kulit Buah Manggis Untuk Kesehatan Harian & Terapi Penyakit Berat. DIVA Press.Yogyakarta. Hal: 15, 84-85. . Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, Diterjemahkan oleh Kosasih Padwawinata. NewYork: Institut Teknologi Bandung Press. Hal: 72, 191, 192. Wardani,P.K.2012. Analisis Fitokimia Senyawa Biokimia Ekstrak Etanol Daun Meranti Merah (Shorea smithianaSymington)dan Sifat Antibakterinya Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Skripsi. Samarinda: Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015