bab 2 profil sanitasi saat ini

advertisement
BAB 2
PROFIL SANITASI SAAT INI
2.1. Gambaran Wilayah
2.1.1. Kondisi Administratif
Posisi geografis Kota Metro secara administratif terbagi dalam 5 (lima) wilayah kecamatan dan 22
(dua puluh dua) kelurahan dengan total luas wilayah 68,74 km2 atau 6.874 ha. Kota Metro memiliki
batas-batas wilayah sebagai berikut :
•
Sebelah Utara
: Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah dan Kecamatan Pekalongan
Kabupaten Lampung Timur.
•
Sebelah Selatan
: Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur.
•
Sebelah Timur
: Kecamatan Pekalongan dan Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.
•
Sebelah Barat
: Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah
2.1.2. Wilayah Kajian Strategi Sanitasi Kota
Dalam penyusunan perencanaan pembangunan sanitasi, tidak dapat dilakukan secara parsial, baik
dilihat dari wilayah kerja maupun subsektor yang akan dilakukan. Oleh karena itu, berdasarkan
kesepakatan Pokja Sanitasi Kota Metro, pelaksanaan wilayah kajian dalam penyusunan Memorandum
Program Sanitasi (MPS) ini dilakukan di 5 Kecamatan dengan 22 kelurahan. Dengan data luas lahan,
kecamatan dengan provinsi luas paling tinggi adalah Kecamatan Metro Utara dengan Luas 1.964 Ha atau
meliputi 29 % total luas Kota Metro. Sementara kecamatan lainnya memiliki luas yang relatif merata
antara 17 % sampai dengan 21 % terhadap luas seluruh Kota. Kondisi ini berarti adanya proporsi yang
tidak terlalu jauh berbeda di tiap kecamatan berkaitan dengan luas wilayahnya yang dapat diisi dengan
penyebaran penduduk yang merata juga untuk memperoleh tingkat kepadatan yang merata dan rencana
distribusi alokasi sumber daya yang seimbang di tiap wilayah 5 kecamatan serta 22 kelurahan
Gambar 2.1 : Peta Wilayah Kajian SSK
2-1
Tabel 2.1 : Nama dan Luas Wilayah per-Kecamatan serta Jumlah Kelurahan
Luas Wilayah
Nama Kecamatan
Jumlah
Administrasi
Kelurahan/Desa
(Ha)
Terbangun
(%) thd
total
(Ha)
(%) thd
total
Metro Pusat
5
1.139,00
16,57
792,49
27,09
Metro Utara
4
1.964,00
28,57
374,00
12,79
Metro Selatan
4
1.433,00
20,85
494,13
16,89
Metro Timur
5
1.210,00
17,60
741,13
25,34
Metro Barat
4
1.128,00
16,41
523,34
17,89
22
6.874,00
100
2.925,09
100
Jumlah
2.1.3. Kependudukan
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik Kota Metro pada Tahun 2009 penduduk Kota Metro berjumlah
142.123 jiwa (hasil sensus penduduk Th. 2008) dan terus meningkat hingga 148.906 jiwa pada tahun 2013.
Penyebaran penduduk sebagian besar terkonsentrasi di Kecamatan Metro Pusat sebesar 31,72% dan Metro
Timur 24,09%. Rata-rata kepadatan penduduk sebesar 2,282 jiwa/km2, dengan kepadatan tertinggi di
Kecamatan Metro Pusat (3.942 jiwa/km2) dan terendah di Kecamatan Metro Selatan (986jiwa/km2)
Di masa mendatang terdapat beberapa kecamatan yang semakin berkembang jumlah penduduknya seiring
dengan perkembangan wilayah tersebut. Beberapa kecamatan tersebut adalah Kecamatan Metro Pusat dan
Metro Timur. Pertumbuhan penduduk pada kecamatan-kecamatan ini merupakan gambaran dari
keterwakilan dari setiap bagian wilayah Kota Metro, dapat diartikan pula sebagai simpul dari pertumbuhan
penduduk dan perekenomian dimasa mendatang.
Perhitungan proyeksi jumlah penduduk dari tahun 2016 hingga 2020 (lima tahun kedepan) digunakan
Metoda Berganda (Geometri), dapat dituliskan sebagai berikut :
Pt = P0 (1+r) t.
Dimana : Pt = Jumlah penduduk pada tahun periode.
Po = jumlah penduduk pada awal proyeksi.
r = rata-rata pertambahan penduduk
t = kurun waktu proyeksi
2-2
Tabel 2.2 : Jumlah penduduk dan kepala keluarga saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Jumlah Penduduk
Wilayah Perkotaan
Wilayah Pedesaan
Total
Tahun
Tahun
Tahun
Nama Kecamatan
2015
2016
2017
2018
2019
2015
Jiwa
KK
Jiwa
KK
Jiwa
KK
Jiwa
KK
Jiwa
KK
Metro Pusat
45.107
10.195
45.663
10.595
46.170
10.591
46.648
10.901
47.229
Metro Utara
24.371
5.905
24.671
6.088
24.945
6.143
25.214
6.435
Metro Selatan
13.818
3.288
13.989
3.539
14.144
3.554
14.254
3.785
Metro Timur
34.161
7.675
34.582
7.811
34.966
7.550
35.405
5.120
24.969
5.264
25.246
5.523
25.529
Metro Barat
24.665
Jumlah
142.123
32.183 143.873
33.297 145.471
33.361 147.050
Jiwa
2016
KK
Jiwa
2017
KK
Jiwa
2018
KK
Jiwa
2019
KK
Jiwa
2015
KK
2016
2017
2018
2019
Jiwa
KK
Jiwa
KK
Jiwa
KK
Jiwa
KK
Jiwa
KK
11.418
45.107
10.195
45.663
10.595
46.170
10.591
46.648
10.901
47.229
11.418
25.532
6.743
24.371
5.905
24.671
6.088
24.945
6.143
25.214
6.435
25.532
6.743
14.420
3.968
13.818
3.288
13.989
3.539
14.144
3.554
14.254
3.785
14.420
3.968
7.819
35.871
8.189
34.161
7.675
34.582
7.811
34.966
7.550
35.405
7.819
35.871
8.189
5.614
25.854
5.881
24.665
5.120
24.969
5.264
25.246
5.523
25.529
5.614
25.854
5.881
34.554 148.906
36.198
142.123
34.554 148.906
36.198
32.183 143.873
33.297 145.471
33.361 147.050
Sumber Data : Kota Metro dalam angka 2015 ; diolah
Tabel 2.3 : Tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Tingkat Pertumbuhan
Kepadatan Penduduk
Tahun
Tahun
Nama Kecamatan
2015
2016
2017
2018
2019
2015
2016
2017
2018
2019
Metro Pusat
1,11%
1,10%
1,09%
1,08%
1,06%
4.079
4.124
4.169
4.215
4.260
Metro Utara
1,12%
1,11%
1,10%
1,09%
1,07%
1.315
1.330
1.344
1.359
1.374
Metro Selatan
1,03%
1,02%
1,01%
1,00%
0,99%
1.017
1.027
1.038
1.048
1.059
Metro Timur
1,18%
1,16%
1,15%
1,14%
1,12%
3.081
3.118
3.154
3.190
3.226
Metro Barat
1,14%
1,12%
1,11%
1,10%
1,09%
2.318
2.345
2.371
2.397
2.424
Jumlah
2-3
2.1.4. Jumlah Penduduk Miskin
Seperti kabupaten/kota lainya, Kota Metro masih belum dapat lepas dari masalah kemiskinan. Jumlah KK
miskin terbesar terdapat di kecamatan Metro Pusat sebesar 4.620 KK sedangkan terrendah terdapat di
kecamatan Metro Selatan sebesar 772 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 2.10 : Jumlah
Penduduk Miskin Per Kecamatan berikut ini :
Tabel 2.4 Jumlah penduduk miskin per kecamatan
Nama Kecamatan
Jumlah keluarga miskin (KK)
Metro Pusat
4.620
Metro Utara
2.302
Metro Selatan
772
Metro Timur
2.940
Metro Barat
1.940
Jumah
12.574
Sumber Data : BPS Kota Metro, Metro Dalam Angka 2012
2.1.5. Kebijakan Penataan Ruang
Dalam rangka perencanaan spasial di Indonesia, Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang mengamanatkan adanya dokumen rencana tata ruang yang terdiri dari rencana umum dan rencana
rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang terdiri dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
dengan jangka waktu 20 tahun, Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) untuk jangka waktu 20
tahun, serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK) untuk jangka waktu 20 tahun yang
dikaji ulang setiap 5 tahunnya. Disamping rencana umum, diperlukan juga adanya rencana rinci yang terdiri
dari rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional, rencana tata
ruang kawasan strategis propinsi, serta rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang
kawasan strategis kabupaten/kota
Untuk memenuhi amanat Undang-Undang tersebut diatas, Pemerintah Kota Metro menyusun Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Metro tahun 2010-2030 dengan Visi “Terwujudnya Kota Pendidikan yang unggul
dengan masyarakat yang sejahtera”. yang bertujuan untuk mewujudkan Kota Metro yang aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan. Untuk mencapai visi tersebut, beberapa misi yang ditetapkan adalah:
1.
Melanjutkan Pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas unggul dan berakhlak mulia
melalui peningkatan iklim dan budaya belajar masyarakat, penataan fasilitas serta pelayanan
pendidikan dan kesehatan yang memadai.
2-4
2.
Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat melalui peningkatan kualitas iklim dan akses usaha, mendorong
tumbuhnya lapangan kerja baru serta pengembangan ekonomi kreatif untuk meningkatkan nilai
tambah keluarga.
3.
Menciptakan keseimbangan pembanguan Kota yang lebih bermartabat, berbudaya, dan partisipatif
untuk kualitas hidup masyarakat yang lebih sejahtera.
4.
Mewujudkan tata kelola pemerintahan (good govermance) yang lebih baik dan bertanggung jawab.
5.
Mematangkan kehidupan Demokrasi dalam segala Aspek Kehidupan dan memantapkan Otonomi
Daerah untuk Kemandirian Masyarakat.
Gambar 2.2 : Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten/Kota
Gambar 2.3 : Peta Rencana pola ruang Kabupaten/Kota
2-5
2.2. Kemajuan Pelaksanaan SSK Sebelumnya
2.2.1. Air limbah domestik
Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Air limbah domestik
1. Meningkat layanan volume lumpur tina yang masuk ke IPLT dari 40% saat ini menjadi 60%.
2. Akses masyarakat terhadap sarana jamban keluarga dengan tangki septik yang aman dari 49,1% saat
ini menjadi 60%
Tabel 2.5 : Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Air limbah domestik
SSK (periode sebelumnya) Thn 2014
Tujuan
Sasaran
Data dasar*
(1)
(2)
(3)
1) Terkelolanya limbah 1. Meningkatnya
1. Air limbah terkelola
air limbah sekala
volume lumpur tinja
40 %.
kabupaten dari 40 %
yang masuk IPLT
menjadi 70% tahun
dari 180 m3 per
2018.
bulan menjadi 480
m3 per bulan atau
rata-rata: 16 m3/hari
pada tahun 2018
2) Meningkatnya akses
2. Tangki septik yang
masyarakat terhadap 2. Meningkatnya akses
aman dari 49,1%
sarana jamban
masyarakat terhadap
keluarga dengan
sarana jamban
tangki septik yang
keluarga dengan
aman pada akhir
tangki septik yang
tahun 2018
aman dari 49,1%
menjadi 74,1% atau
meningkat 25%
(25,604 KK) pada
akhir tahun 2018
Meningkatnya
kesadaran masyarakat
kota Metro sebesar
100% atau 149.361
jiwa untuk tidak
BABS pada akhir
tahun 2018
Berkurangnya praktek
buang air besar
sembarangan (BABs)
dari 4,27% menjadi
0% pada tahun 2018.
4,5 % penduduk
melakukan BABS
Thn 2016
Status saat ini
(4)
1. Air limbah terkelola
60 %.
2. Tangki septik yang
aman menjadi 60%
Masih terdapat 2%
penduduk BABS
2-6
2.2.2. Pengelolaan persampahan
Tabel 2.6 : Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Persampahan
SSK (periode sebelumnya) Thn 2014
Thn 2016
Tujuan
Sasaran
Data dasar*
Status saat ini
(1)
(2)
(3)
(4)
Meningkatkan kualitas 1) Meningkatnya
1. Cakupan pelayanan
1. Cakupan pelayanan
layanan pengelolaan
cakupan pelayanan
pengangkutan
pengangkutan
persampahan sesuai
pengangkutan
sampah 55%.
sampah 60%.
dengan UU
sampah dari 55%
persampahan dan SPM
menjadi 65% pada
pada akhir tahun 2018
wilayah perkotaan
dan 10% menjadi
15% pada daerah
pedesaan pada akhir
tahun 2018.
2. Kesadaran
2. Kesadaran
masyarakat bermasyarakat ber2) Meningkatnya
PHBS dalam
PHBS dalam
kesadaran
pengelolaan
pengelolaan
masyarakat berpersampahan sebesar
persampahan sebesar
PHBS dalam
30%
40%
pengelolaan
persampahan
sebesar 70% dari
jumlah penduduk
atau 104.553 jiwa
pada tahun 2018
2.2.3. Drainase perkotaan
Tabel 2.7 : Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Drainase Perkotaan
SSK (periode sebelumnya) Thn 2014
Tujuan
Sasaran
Data dasar*
(1)
(2)
(3)
Berkurangnya luas
Meningkatnya
saluran drainase yang
genangan dari sebesar
prosentase panjang
berfungsi baik dari
4,5 Ha menjadi 0,5 Ha saluran drainase yang
82,77%
pada tahun 2018.
berfungsi baik dari
82,77% menjadi 90%
atau 8500 Km pada
akhir tahun 2018
Thn 2016
Status saat ini
(4)
saluran drainase yang
berfungsi baik dari
95%
2-7
2.3. Profil Sanitasi Saat Ini
2.3.1. Air Limbah Domestik
(1). Sistem dan infrastruktur
Sistem sanitasi permukiman di Kota Metro, khusus untuk black water pada umumnya menggunakan
sistem on site, dimana limbah yang ada ditampung pada suatu wadah yang disebut dengan tangki
septic dan terjadi penguraian oleh bakteri anaerobik. Dari penguraian ini menghasilkan limpahan
tangki septik yang dimasukkan ke dalam sumur resapan dan langsung meresap ke dalam air tanah,
selain itu juga menghasilkan endapan lumpur yang mengendap di dasar tangki. Lumpur ini tidak
boleh dibuang ke sungai karena BOD nya masih terlalu tinggi yaitu > 2000 mg/liter, dan perlu diolah
melalui instalasi pengolahan limbah, jadi masih memerlukan off site untuk lumpurnya
Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik
2-8
Tabel 2.8 : Cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestik per kecamatan
Akses Layak (KK)
Akses Dasar
On-Site
No
(i)
Jml.
Penduduk
Kec.
(ii)
Tangki
Septik
Individual
Tangki
Septik
Komunal
(<10 KK)
(iv)
(v)
(iii)
Off-Site
MCK***
Tangki
Septik
Komunal
(>10 KK)
(vi)
(vii)
IPAL
Komunal
(KK)
IPAL
Kawasan
(viii)
Tangki
Septik
Individual
Belum Aman
**
(xi)
IPAL Kota
(ix)
(x)
BABs (KK)*
Cubluk
(xii)
(xiii)
1
Kecamatan Metro Pusat
47.358
33.150,60
-
4.735,80
-
-
-
-
14.207,40
2.367,90
4.143,83
2
Kecamatan Metro Utara
25.608
17.925,60
-
2.560,80
-
-
-
-
7.682,40
1.280,40
2.240,70
3
Kecamatan Metro Selatan
14.434
10.103,80
-
1.443,40
-
-
-
-
4.330,20
721,70
1.262,98
4
Kecamatan Metro Timur
36.021
25.214,70
-
3.602,10
-
-
-
-
10.806,30
1.801,05
3.151,84
5
Kecamatan Metro Barat
25.940
18.158,00
-
2.594,00
-
-
-
-
7.782,00
1.297,00
2.269,75
149.361
104.552,70
-
14.936,10
-
-
-
-
44.808,30
7.468,05
13.069,09
Tabel 2.9 : Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik
No
Jenis
(i)
(ii)
SPAL Setempat (Sistem On-site)
Satuan
(iii)
Kondisi
Jumlah/
Kapasitas
Berfungsi
(iv)
(v)
Tdk
Keterangan
berfungsi
(vi)
(vii)
1
Tangki septik komunal < 10 KK
unit
26.138
-
26.138
2
MCK
unit
187
185
2
3
Truk Tinja
unit
4
1
3
4
IPLT : kapasitas
15
-
-
m3/hari
SPAL Terpusat (Sistem Off-site)
1
Tangki septik komunal >10KK
unit
2
IPAL Komunal
unit
3
IPAL Kawasan
unit
4
IPAL Terpusat
unit
Keterangan :
IPLT: Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
IPAL: Instalasi Pengolahan Air Limbah
2-9
Gambar 2.4 : Peta cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestik per kecamatan
(2.) Kelembagaan dan Peraturan
a.
Institusi yang berwenang dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik
Penanganan pengelolaan limbah cair di Kota Metro secara formal dilaksanakan oleh Dinas Dinas
Tata Kota dan Pariwisata Kota Metro.
Dalam pengelolaan air limbah domestik di Kota Metro terdapat kelompok stakeholder sebagai
berikut:
1. Kelompok Basis: Kantor Lingkungan Hidup, Dinas Tata Kota dan Pariwisata, Dinas PU, Dinas
Kesehatan, Bappeda, Walikota dan DPRD.
2. Kelompok Pendukung: Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Dinas
Perhubungan, Informasi dan Komunikasi, Bagian Hukum, Satpol PP, Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu, PKK.
3. Kelompok Sasaran Pemberdayaan: masyarakat, kelurahan, dan swasta
b.
Peraturan dan Kebijakkan Pengelolaan Air Limbah Domestik
Landasan hukum pengelolaan limbah cair di Kota Metro masih mengacu pada Peraturan Pemerintah
dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian lingkungan Hidup, belum ada peraturan
daerah yang khusus mengatur tentang pengelolaan limbah cair. Peraturan-peraturan tersebut antara
lain :
2 - 10
Undang-Undang Republik Indonesia
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian
Pencemaran Air;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Utilitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Keputusan Menteri Republik Indonesia
1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang
Program Kali Bersih;
2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik.
Petunjuk Teknis
1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan;
2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi
Pengolahan Air Sistem Berpindah-pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik;
3. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis engelolaan
Drainase Perkotaan;
4. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara Pengoperasian
dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus;
5. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK.
Kondisi dukungan kebijakan bagi optimalnya pengelolaan air limbah domestik di Kota Metro saat
ini belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari :
1. Belum adanya kebijakan Pemerintah di Kota Metro yang diarahkan untuk mewajibkan seluruh
pihak untuk melakukan upaya pengelolaan air limbah domestik untuk lingkungan pemukiman
rumah tangga / individu.
2. Belum adanya kebijakan Pemerintah di Kota Metro untuk mendukung kepastian sarana dan
prasarana pengolahan air limbah domestik saat ini.
2 - 11
2.3.2. Persampahan
(1). Sistem dan infrastruktur
Timbulan sampah yang ada di Kota Metro sebagian besar merupakan sampah dari kegiatan rumah
tangga, pertokoan, perkantoran, industri, fasilitas pendidikan, pasar, jalan, taman serta area-area
publik lainnya. Pengelolaan persampahan di sebagian wilayah Kota Metro belum semua terlayani.
Masih ada sebagian wilayah di Kota Metro yang menggunakan sistem pembuangan open dumping
dengan ditimbun atau dibakar. Sebagian wilayah yang kurang mempunyai lahan untuk membuang
secara terbuka atau untuk membakar sampah, terpaksa dibuang ke sungai atau dipinggir jalan.
Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan
2 - 12
Tabel 2.10 : Timbulan sampah per kecamatan
Timbulan Sampah
Nama Kecamatan
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Sampah Dikelola
Mandiri di Sumber
Sampah
Terproses 3R
Sampah Terangkut
ke TPA
Sampah Tidak
Terproses
Total
(%)
(m3/hari)
(%)
(m3/hari)
(%)
(m3/hari)
(%)
(m3/hari)
Kecamatan Metro Pusat
47.358
5%
11.840
3%
7.104
60%
142.074
32%
75.773
100%
236.790
Kecamatan Metro Utara
25.608
5%
6.402
3%
3.841
60%
76.824
32%
40.973
100%
128.040
Kecamatan Metro Selatan
14.434
5%
3.609
3%
2.165
60%
43.302
32%
23.094
100%
72.170
Kecamatan Metro Timur
36.021
5%
9.005
3%
5.403
60%
108.063
32%
57.634
100%
180.105
Kecamatan Metro Barat
25.940
5%
6.485
3%
3.891
60%
77.820
32%
41.504
100%
129.700
149.361
37.340
22.404
448.083
(%)
238.978
(m3/hari)
746.805
Tabel 2.11 : Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan
Kondisi
No
Jenis Prasarana / Sarana
(i)
(ii)
1
2
4
5
Jumlah
Kapasitas
(iii)
(iv)
(v)
(vi)
Baik
Rusak
ringan
Rusak
Berat
Keterangan*
(vii)
(viiii)
(ix)
(x)
Pengumpulan Setempat
- Gerobak sampah
unit
250
1 M3
2 Kali
250
- Motor sampah
unit
50
1.5 M3
2 Kali
50
- Pick up sampah
unit
10
2 M3
2 Kali
10
- Bak biasa
unit
25
3 M3
2 Kali
25
- Kontainer
unit
12
3 M3
2 Kali
12
-
unit
8
3 M3
2 Kali
8
Tempat Penampungan Sementara
(TPS)
Transfer Depo
SPA (Stasiun Peralihan Antara)
3
Satuan
Ritasi
/hari
unit
-
Pengangkutan
-
Dump Truck
unit
5
4 M3
2 Kali
5
-
Arm Roll Truck
unit
2
4 M3
2 Kali
2
-
Compactor Truck
unit
1
4 M3
2 Kali
1
- TPS 3R
unit
3
3 M3
2 Kali
3
- ITF
unit
-
Bank Sampah
unit
1
3 M3
2 Kali
1
-
Incinerator
unit
-
2,5
-
3
Pengolahan Sampah
TPA/TPA Regional :
• Lahan urug saniter
• Lahan urug terkendali
• Penimbunan terbuka
6
-
Luas total lahan TPA
Ha
-
Luas sel Landfill
Ha
- Daya tampung TPA
(mVhari)
200
-
200
Alat Berat
-
Bulldozer
unit
1
-
1
-
Excavator / backhoe
unit
1
-
1
unit
4
- Truk tanah
7
-
IPL
Hasil pemeriksaan lab (BOD dan
COD):
- Efluen di Inlet
4
-
mg/l
-
Hasil pemeriksaan
Lab tulis di bawah
ini :
- Efluen di Outlet
2 - 13
Gambar 2.5 : Peta cakupan akses dan sistem layanan persampahan per kecamatan
(2.) Kelembagaan dan Peraturan
b.
Institusi yang berwenang dalam Pengelolaan Persampahan
Unsur pelaksana Pemerintah Daerah dalam bidang kebersihan sampah, pertamanan, air limbah dan
pelaksanaan tugas pemantauan di Kota Metro dilakukan oleh UPT Dinas Tata Kota dan Pariwisata
mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan Daerah di bidang Pengelolaan Persampahan
sesuai dengan kebijakan Kepala Daerah. Berikut adalah fungsi dari UPT Dinas Tata Kota dan
Pariwisata Kota Metro :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Pengelolaan Persampahan;
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang Pengelolaan
Persampahan;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Pengelolaan Persampahan;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas di bidang Pengelolaan
Persampahan.
Pada UPT Dinas Tata Kota dan Pariwisata bidang yang bertanggungjawab menangani sampah yaitu
bidang Kebersihan dan tata kota, yang mempunyai tugas mengendalikan, menanggulangi dan
memelihara kebersihan dan keindahan sebagai upaya mengatasi dampak lingkungan terutama di
Perkotaan, berikut Daftar Pemangku Kepentingan yang terkait dalam Pengelolaan Persampahan di
Kota Metro :
2 - 14
b.
Peraturan dan Kebijakkan Pengelolaan Persampahan
Peraturan pengelolaan persampahan di atur baik melalui Undang-undang, Peraturan menteri hingga
Peraturan Daerah yang menguraikan ketentuan-ketentuan pengelolaan persampahan di Kota Metro,
antara lain :
Undang-Undang Republik Indonesia
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Persampahan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
Keputusan Menteri Republik Indonesia
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis
Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL.
Petunjuk Teknis
1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah
Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan,
Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah;
2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah
Organik Skala Lingkungan.
2.3.3. Drainase Perkotaan
Kota Metro jika dilihat dari kondisi topografi Kota Metro memiliki kondisi topografi berupa daerah
dataran aluvial. Ketinggian daerah berkisar antara 5 – 100 dpl dan dengan kemiringan 0 % - 15 %,
Sebagian besar wilayah Kota Metro merupakan daratan rendah yang mempunyai ketinggian berkisar
antara 0 – 50 meter di atas permukaan laut (dpl), Curah hujan Wilayah Kota Metro diatas rata-rata curah
hujan tahunan, yaitu antara 180 – 260 mm/tahun.
Berdasarkan study EHRA dari 2100 Responden sebagian besar tidak pernah mengalami banjir hanya ada
dibeberapa wilayah yang mengalami banjir beberapa kali dalam setahun seperti kelurahan Hadimulyo
Barat, Hadimulyo Timur. Margorejo, Metro, Rejomulyo, Yosodadi dan rata - rata lama banjir atau air
tergenang selama 1- 3 jam, dari hasil survey pengamatan lokasi yang sering terjadi genangan air berada
di halaman rumah sebesar 62,3 % dan di dekat kamar mandi 19,8%, di dekat dapur 14,2%.
2 - 15
(1). Lokasi genangan dan perkiraan luas genangan
Tabel 2.12 : Lokasi genangan dan perkiraan luas genangan
Wilayah Genangan
No
Lokasi Genangan
1
Luas
Ketinggian
(Ha)
(m)
Infrastruktur*
Lama
Frekuensi
Penyebab
(kali/tahu
***
(jam/ hari)
n)
Jenis
Ket. **
Lokasi A
2
Lokasi B
3
Lokasi C
4
Lokasi D
Gambar 2.6 : peta lokasi genangan
(2). Sistem dan infrastruktur
Tabel 2.12 : Kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan
No
Jenis Prasarana / Sarana
(i)
1
(ii)
Satuan
(iii)
- Saluran Primer A
m
- Saluran Sekunder Al
m
- Saluran Sekunder A2
m
Bentuk
Penampang
Saluran*
Dimensi
B**
Kondisi
H***
Ber-fungsi
Tdk
berfungsi
(iv)
(v)
(vi)
Frekuensi Pemeliharaan
(kali/tahun)
(vii)
- Saluran Ters ier Al
Bangunan Pelengkap
- Rum ah Pom pa
2
- Pintu Air
unit
- Kolam retens i
unit
Trash rack/saringan sampah
unit
- Saluran Primer B
m
- Saluran Sekunder Bl
m
- Saluran Ters ier Bl
.
Bangunan Pelengkap
- Rum ah Pom pa
unit
-
Pintu Air
unit
- Kolam retens i
unit
Trash rack/saringan sampah
unit
2 - 16
Ket : Tidak ada data terkait Kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan
(3). Kelembagaan dan Peraturan
a. Institusi yang berwenang dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan
Institusi yang bertanggung jawab pada sektor drainase adalah Bidang Drainase dan Sanitasi Dinas
pekerjaan Umum dan Permukiman Kota Metro. Untuk menyelenggarakan tugasnya, Dinas pekerjaan
Umum dan Permukiman Kota Metro mempunyai fungsi :
a.
Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
b.
Penyelenggaraan Urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya;
c.
Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup dan tugasnya;
d.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas danfungsinya.
b. Peraturan dan Kebijakkan Pengelolaan Drainase Lingkungan
Undang-Undang Republik Indonesia
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.
Keputusan Menteri LIngkungan Hidup Republik Indonesia
1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang
Program Kali Bersih.
Petunjuk Teknis
1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I. Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase
Perkotaan.
2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P. Manual Teknis Saluran Irigasi.
3. Panduan dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan (Ditjen Tata Perkotaan dan Tata
Pedesaan, 2003)
Kondisi dukungan kebijakan bagi optimalnya pengelolaan Drainase Lingkungan di Kabupaten Kota
Metro saat ini belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari :
1. Belum adanya kebijakan Pemerintah di Kabupaten Kota Metro yang diarahkan untuk
mewajibkan seluruh pihak untuk melakukan upaya pengelolaan Drainase Lingkungan untuk
lingkungan pemukiman rumah tangga / individu.
2 - 17
2. Belum adanya kebijakan Pemerintah di Kabupaten Kota Metro untuk mendukung kepastian
sarana dan prasarana pengolahan Drainase Lingkungan saat ini.
2.4. Area Beresiko dan Permasalahan Mendesak Sanitasi
2.4.1. Area beresiko dan permasalahan air limbah domestik
Tabel 2.11 : Tabel Area Beresiko Sanitasi Air Limbah Domestik
No
Area Beresiko
Wilayah Prioritas
Kecamatan
Kelurahan
Resiko 4
Kecamatan Metro Pusat
Kelurahan Imopuro
Resiko 3
Kecamatan Metro Pusat
Kelurahan Hadimulyo Barat
Kecamatan Metro Utara
Kelurahan Banjar Sari
Kecamatan Metro Timur
Kelurahan Yosorejo
Gambar 2.7 : Peta Area beresiko Air Limbah Domestik
2 - 18
Tabel 2.13 : Permasalahan Mendesak Air Limbah Domestik
No
Permasalahan Mendesak
1. Aspek Teknis : Pengembangan Sarana dan Prasarana
Terdapat 2,11 % masyarakat masih melakukan BABs
(Cubluk/Kebun/Tanah galian)
Masih terdapat 0,26% masyarakat BAB di WC tanpa tangki septik tapi
langsung ke sungai.
Ada 68,5% masyarakat pengguna jamban pribadi dengan Tangki septik
tidak aman.
2. Aspek Non Teknis : Pendanaan, Kelembagaan, Peraturan, Peran serta
masyarakat dan Dunia Usaha
Rendahnya dukungan dana OP
Belum adanya Perda air limbah
2.4.2. Area beresiko dan permasalahan persampahan
Tabel 2.11 : Tabel Area Beresiko Sanitasi Persampahan
No
Area Beresiko
Wilayah Prioritas
Kecamatan
Kelurahan
Resiko 4
Kecamatan Metro Pusat
Kelurahan Imopuro
Kelurahan Hadimulyo Barat
Resiko 3
Kecamatan Metro Utara
Kelurahan Banjar Sari
Kecamatan Metro Timur
Kelurahan Yosorejo
Kecamatan Metro Barat
Kelurahan Ganjar Agung
Kecamatan Metro Utara
Kelurahan Karang Rejo
Kecamatan Metro Selatan
Kelurahan Sumbersari
Kecamatan Metro Barat
Kelurahan Ganjar Asri
2 - 19
Gambar 2.8 : Peta Area beresiko Persampahan
Tabel 2.14 : Permasalahan Mendesak Persampahan
No
Permasalahan Mendesak
1. Aspek Teknis : Pengembangan Sarana dan Prasarana
Terdapat 60,91% sampah rumah tangga yang dibakar.
Terdapat 4,95% sampah rumah tangga dikubur, dibuang ke sungai,
dibuang ke lahan kosong di biarkan membusuk dan lain-lain.
Ada 21,4% Sampah rumah tangga terpilah, tercampur kembali pada
saat di angkut petugas sampah karena belum ada truk atau motor
sampah terpilah.
Minimnya pendanaan OP persampahan
2. Aspek Non Teknis : Pendanaan, Kelembagaan, Peraturan, Peran serta
masyarakat dan Dunia Usaha
Rendahnya dukungan dana OP
Belum adanya Perda air limbah
2 - 20
2.4.3. Area beresiko dan permasalahan drainase perkotaan
Tabel 2.11 : Tabel Area Beresiko Sanitasi Drainase
No
Area Beresiko
Wilayah Prioritas
Kecamatan
Kelurahan
Resiko 4
Kecamatan Metro Pusat
Kelurahan Hadimulyo Barat
Kecamatan Metro Timur
Kelurahan Iring Mulyo
Kecamatan Metro Pusat
Kelurahan Metro
Resiko 3
Kelurahan Imopuro
Gambar 2.9 : Peta Area beresiko Drainase Perkotaan
2 - 21
Tabel 2.15 : Permasalahan Mendesak Drainase Perkotaan
No
Permasalahan Mendesak
1. Aspek Teknis : Pengembangan Sarana dan Prasarana
Terdapat genangan seluas 2,5 Ha diwilayah permukiman padat penduduk dan
CBD
2. Aspek Non Teknis : Pendanaan, Kelembagaan, Peraturan, Peran serta
masyarakat dan Dunia Usaha
Belum adanya Perda pengelolaan Drainase
2 - 22
Download