BAB 2 - Library Binus

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Manajemen Pengetahuan
Manajemen pengetahuan berfungsi mewujudkan bagaimana suatu organisasi
dapat meningkatkan sumber daya informasi serta pengetahuannya dengan mencari,
mengingat dan menerapkan pengalaman yang sudah ada. Hal ini yang menjadi dasar
bagi daya saing suatu perusahaan di masa depan.
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan secara pasti tidak dapat diasumsikan sepadan dengan suatu
kumpulan data. Diatas itu semua, pengetahuan tidak bisa dipertimbangkan sama
dengan informasi. Pengetahuan dapat diuraikan sebagai sesuatu yang dapat
mengendalikan informasi dan data.
Definisi pengetahuan menurut Microsoft (1999) adalah:
“Pengetahuan adalah susunan dari pengalaman tasit, ide, pikiran, nilai dan keputusan
dari perorangan. Pengetahuan bersifat dinamis dan hanya bisa diakses melalui
kolaborasi dan komunikasi langsung dengan ahli yang memiliki pengetahuan”
2.1.2 Pengertian Manajemen Pengetahuan
Manajemen pengetahuan merupakan sesuatu strategi optimisasi bisnis yang
dilakukan dengan sistematis dengan memilih, menyaring, menyimpan, mengorganisir,
menggabungkannya dan mengkomunikasikan informasi yang penting bagi bisnis di
7
8
dalam suatu perusahaan sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan karyawan dan
daya saing perusahaan(Bergeron, 2003, p8).
Dengan manajemen pengetahuan memungkinkan terjadinya
penciptaan,
penyebaran dan penerapan pengetahuan dalam segala hal untuk meningkatkan
kemampuan dari karyawan ataupun untuk keunggulan bersaing dari organisasi.
Pengetahuan secara umum dari manajemen pengetahuan merupakan
kemampuan dalam memilih, menangkap, mengarsip, dan mengakses praktek yang
terbaik dari pengambilan keputusan dan pengetahuan yang terkait dengan kerja dari
karyawan dan para manajer baik individu maupun perilaku kelompok.
Dalam praktek, kebanyakan manajemen pengetahuan jauh dari ideal. Ini
terutama semata adalah hampir mustahil untuk menangkap pemikiran, kepercayaan,
dan perilaku seorang karyawan atau manajer dengan cara yang lengkap, sehingga
cukup informasi untuk
membuat keputusan yang sama, memperlihatkan prinsip
kepemimpinan yang sama, atau melaksanakan tugas yang kompleks dengan hasil
yang sama.
Pada dasarnya, manajemen pengetahuan mewujudkan proses-proses di dalam
organisasi dengan mencari sinergi kombinasi data dan kapasitas pemrosesan
informasi dari TI, kreatifitas dan kemampuan inovasi manusia.
2.1.3 Data, Informasi, Pengetahuan, Kecerdasan
Walaupun memiliki perbedaan, keempat konsep dari data, informasi,
pengetahuan
dan kecerdasan cukup dekat hubungannya, sehingga seringkali
9
membingungkan. Untuk memperjelas perbedaan dan hubungan keempat konsep
diatas akan didefinisikan menurut Skyrme(1999) dan dapat dilihat pada Gambar 2.1.
1
Data adalah fakta atau angka-angka. Sebagai contoh: 1234567890
2
Informasi adalah data dengan konteks. Sebagai contoh: suhu udara saat ini 30
derajat celcius.
3
Pengetahuan adalah informasi dengan suatu arti. Sebagai contoh: Menurut
pengalaman saya dengan cuaca seperti ini akan mengakibatkan tertundanya
keberangkatan pesawat.
4
Kecerdasan adalah pengetahuan dengan wawasan yang dalam. Sebagai contoh:
Saya akan memakai kereta api melalui terowongan itu sebelum semua
penumpang mengetahui bahwa ini merupakan alternatif yang terbaik.
Gambar 2.1 Hirarki Pengetahuan
Sumber: Skyrme(1999)
2.1.4 Modal Intelektual
Dalam manajemen tradisional, modal berkaitan dengan pemanfaatan
maksimal dari tenaga kerja, komponen, dan sumber daya phisik lain, modal terbatas
10
pada pabrik-pabrik, mesin, dan buatan manusia lainnya yang masuk ke dalam proses
produksi itu. Sedangkan di dalam manajemen yang maju dengan suatu prakarsa
manajemen pengetahuan, konsep modal diperluas meliputi modal intelektual
sementara dan dampaknya pada perilaku keorganisasian dan individu.
Ketiga komponen utama dari modal intelektual (Bergeron, 2003, p17) adalah:
1. Modal Manusia. Pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan menyangkut orangorang di dalam organisasi itu. Modal manusia ini biasanya dimiliki oleh para
manajer dan karyawan yang memilikinya. Tanpa suatu sistem manajemen
pengetahuan yang benar, bila para manajer dan karyawan meninggalkan
perusahaan, mereka akan membawa keterampilan mereka, kemampuan, dan
pengetahuan dengan mereka.
2. Modal Pelanggan. Nilai dari hubungan organisasi dengan
pelanggannya,
mencakup kesetiaan pelanggan, saluran distribusi, merek, perijinan, dan monopoli.
3. Modal Struktural. Proses, struktur, sistim informasi, dan kekayaan intelektual
yang adalah tidak terikat pada para manajer dan karyawan yang memilikinya.
Kekayaan intelektual kadang-kadang diperlakukan sebagai suatu komponen
terpisah, bagian keempat dari modal intelektual.
Menurut Bergeron (2003, p18) untuk tujuan manajemen pengetahuan, modal
manusia dibagi atas tiga macam pengetahuan: tasit, implisit dan eksplisit.
1. Pengetahuan tasit adalah pengetahuan untuk mengukur yang berasal dari bawah
sadar dan oleh karena itu sukar untuk dijelaskan ke orang lain.
2. Pengetahuan implisit secara khas dikendalikan oleh tenaga ahli. Bagaimanapun,
tidak sama dengan pengetahuan tasit, pengetahuan implisit dapat diambil dari
11
orang
yang
ahli
melalui
suatu
proses
yang
disebut
rancang-bangun
pengetahuan(knowledge engineering).
3. Pengetahuan eksplisit dengan mudah disampaikan dari seseorang yang pandai
pada suatu tugas ke orang lain melalui komunikasi lisan atau tertertulis. Berbeda
dengan pengetahuan tasit dan implisit, pengetahuan eksplisit sering dapat
ditemukan di dalam suatu buku atau manual operasi.
2.2
Modal Manusia sebagai Sumber Strategis
Pada kenyataannya, dalam segala situasi kompetisi, sumber yang bersifat
tidak dapat diukur atau dilihat memberikan nilai lebih karena biasanya sangat jarang
dan lebih susah untuk ditiru oleh para pesaing.
Sumber-sumber yang dapat dilihat seperti bangunan, mesin. Dalam kompetisi
secara tradisional merupakan sumber untuk meningkatkan daya saing. Akan tetapi
dengan majunya teknologi, sehingga bangunan pabrik bisa dimodernisasi, proses
distribusi secara efisien serta campur tangan manusia di dalam proses produksinya,
membuat manusia sebagai sumber tak terlihat menjadi faktor yang penting.
Menurut Jackson, et al (2003, p6) suksesnya perusahaan dengan
menggabungkan sumber daya yang ada dalam satu kesatuan dan adanya kesulitan
untuk meniru hal tersebut merupakan sumber utama untuk meningkatkan daya
kompetisinya dalam dunia bisnis. Akan tetapi dengan mobilitas yang tinggi dari
modal manusia ini akan merupakan ancaman tersendiri bagi perusahaan, dengan
menggabungkan modal manusia ini dengan sumber lainnya dan menggunakan
penggabungan pengetahuan ini untuk menciptakan kemampuan perusahaan,
12
kehilangan satu atau beberapa orang karyawan ini tidak akan menghilangkan daya
saing perusahaan.
Menurut Jackson, et al (2003) modal manusia adalah individu yang
memberikan kontribusi terhadap perusahaan, baik secara fisik, pengetahuan, sosial,
maupun reputasi. Dalam lingkungan yang selalu berubah, mengelola sumber-sumber
pengetahuan (keahlian, kemampuan, dan kapasitas belajar) merupakan kunci utama
suksesnya perusahaan. Dan sumber-sumber pengetahuan ini dapat dibangun melalui
pengalaman serta training.
2.3
Tujuan Strategis
Apakah yang harus dikerjakan untuk mencapai keunggulan bersaing dengan
memanfaatkan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu menurut Skyrme(1999) ada 7
tujuan strategis yang biasa dipakai untuk mencapai tujuannya:
1. Pengetahuan Mengenai Pelanggannya
Membangun pengetahuan yang dalam melalui hubungan dengan pelanggan dan
digunakan untuk meningkatkan produk dan servis yang ada kepada pelanggan.
2. Pengetahuan di dalam Produk dan Jasa
Dengan memasukkan pengetahuan kedalam produk, sehingga dapat memberikan
jasa yang terbaik sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
3. Pengetahuan di dalam Orang
Mengembangkan kemampuan manusia serta pemeliharaan dalam suatu budaya
dimana proses belajar dihargai dan adanya pembagian pengetahuan bersama.
13
4. Pengetahuan di dalam Proses
Menggabungkan pengetahuan ke dalam proses bisnis dengan memberikan akses
seseorang yang memiliki keahlian tertentu ke suatu permasalahan yang bersifat
kritis.
5. Memori Organisasi
Pengalaman yang sekarang ada disimpan untuk digunakan di masa depan,
kedalam penyimpanan
yang berbentuk pengetahuan eksplisit dan sebagai dasar
untuk mengembangkan keahlian.
6. Pengetahuan dalam Hubungan
Meningkatkan pengetahuan yang mengalir dari berbagai pihak: dengan para
penyalur, pelanggan, karyawan, dan lain lain.
7. Pengetahuan Aset
Untuk mengukur modal
intelektual dan mengatur penyerapan serta
pengembangannya.
2.4
Konversi Pengetahuan
Menurut Nonaka dan Takeuchi dalam bukunya The Knowledge-Creating
Company(1995), telah membuat teori mengenai pengetahuan dan bagaimana proses
terjadinya
pengetahuan
tersebut.
Didefinisikan
empat
proses
dasar
untuk
mengkonversi antara pengetahuan tasit dan eksplisit dimana ini merupakan dasar
untuk menciptakan nilai..
Seperti terlihat pada Gambar 2.2, 4 tipe dari penciptaan pengetahuan adalah:
14
1. Dari pengetahuan tasit ke tasit (=socialization/sosialisasi): terjadinya pemindahan
pengetahuan yang berbentuk tasit ke orang lain, dimana masing-masing individu
memperoleh pengetahuan baru secara langsung dari orang lain melalui
pengamatan ataupun dialog.
2. Dari pengetahuan tasit ke eksplisit (=externalization/eksternalisasi): pengetahuan
yang berbentuk tasit dapat berubah menjadi eksplisit dengan mengartikan
pengetahuan yang ada ke dalam fakta yang nyata melalui diskusi atau
dokumentasi, sehingga mudah dimengerti oleh orang lain.
3. Dari pengetahuan eksplisit ke eksplisit (=combination/kombinasi): merupakan
penciptaan pengetahuan dengan menggabungkan berbagai bentuk pengetahuan
eksplisit, seperti dalam dokumen ataupun database.
4. Dari pengetahuan eksplisit ke tasit (=internalization/internalisasi): adalah suatu
proses belajar sambil bekerja, dimana individu melakukan suatu tugas secara rutin
dengan didampingi oleh individu lain yang lebih pintar sampai individu tersebut
bisa melakukan tugas tersebut tanpa dampingan.
Gambar 2.2 Model Spiral Penciptaan Pengetahuan oleh Nonaka.
15
Sumber: Skyrme(1999)
2.5
Model Manajemen Pengetahuan
Menurut Probst, et al (2000) proses utama dari suatu manajemen pengetahuan
adalah untuk menghasilkan suatu gambaran yang menyangkut permasalahan
operasional yang muncul karena pemanfaatan pengetahuan sebagai sumber daya.
Timbulnya berbagai kesulitan jika suatu perusahaan gagal untuk menggabungkan
penanganan pengetahuannya didalam suatu keseluruhan strategi.
Secara operasional harus dibuat didalam suatu kerangka oleh manajemen yang
dapat mengkoordinasi dan memberi arah bagi kegiatan operasional. Oleh karena itu
manajemen harus dapat menciptakan kerangka seperti itu yang merupakan tujuan
pengetahuan dan proses penilaian pengetahuan. Tujuan pengetahuan memperjelas
arah strategis manajemen pengetahuan dan sasaran yang lebih spesifik. Sedang proses
penilaian pengetahuan digunakan untuk melengkapi sistem tersebut.
2.5.1 Tujuan Pengetahuan
Tujuan pengetahuan memberi arah ke manajemen pengetahuan, sehingga
dapat ditetapkan keterampilan apa yang diharapkan untuk dikembangkan dalam
berbagai tingkatan. Tujuan pengetahuan diarahkan pada menciptakan suatu kebiasaan
untuk sadar akan pentingnya pengetahuan melalui budaya perusahaan dimana
ketrampilan individu maupun kelompok dikembangkan.
Secara strategis tujuan
pengetahuan menggambarkan pengetahuan inti dari organisasi dan menetapkan
16
keterampilan mana yang akan diperlukan di masa datang. Sedang secara operasional
tujuan pengetahuan berkaitan dengan implementasi manajemen pengetahuan.
2.5.2 Proses Pengukuran Pengetahuan Dengan KMAT
Untuk mengukur pengetahuan yang ada, diperlukan metode berdasarkan
norma, operasional dan strategis. Mutu dari tujuan dapat dilihat dari penilaian yang
dilakukan.
Manajemen pengetahuan menggunakan sumber daya, maka harus
ditunjukkan agar sumber daya tersebut efektif.
Proses memantau penting bagi
penyesuaian yang efektif mengenai proses manajemen pengetahuan jangka panjang.
Rencana untuk meningkatkan proses pengetahuan yang tersebar dapat
diperoleh dari profil pengetahuan yang ada. Profil pengetahuan ini dapat diperoleh
dari bagian perusahaan itu, dari kelompok ataupun dari masing-masing individu.
Teknik untuk menganalisis pengetahuan yang ada disuatu perusahaan menurut
Probst, et al (2000) salah satunya adalah dengan menggunakan Knowledge
Management Assessment Tool(KMAT) dapat dilihat pada Gambar 2.3, yang
dikembangkan oleh ARTHUR ANDERSEN yang bekerja sama dengan AMERICAN
PRODUCTIVITY AND QUALITY CENTER(APQC). Metode ini adalah dengan
memberikan beberapa daftar pertanyaan mengenai topik yang berhubungan dengan
pengetahuan kepada beberapa manajer. Daftar pertanyaan ini dapat dilihat pada
lampiran A. Hasil dari daftar pertanyaan ini akan menentukan berada diposisi mana
perusahaan ini berada berkaitan dengan 5 dimensi yang berbeda: Kepemimpinan,
Budaya, Pengukuran, Teknologi, dan Proses Kebiasaan Belajar. Analisis ini juga
17
dapat dijadikan tolok ukur mengenai proses perkembangan pengetahuan dari
perusahaan ini berdasarkan atas penilaian yang terdahulu.
Gambar 2.3: Alat Penilaian Pengetahuan yang Dikembangkan
oleh ARTHUR ANDERSEN
Sumber : Probst, et al, 2000
2.6
Proses Utama dari Manajemen Pengetahuan
Dalam mengidentifikasi dari mana asal pengetahuan itu, maka perlu diadakan
pengelompokan berdasarkan problem yang ada pada perusahaan (Probst, et al, 2000).
Hal ini digunakan untuk mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang terkait dengan
proses utama dari manajemen pengetahuan ini, dimana masing-masing proses utama
ini dapat berhubungan antara satu sama lain. Dari Gambar 2.4 dibawah dapat kita
lihat bahwa masing-masing proses utama saling mempengaruhi proses utama lainnya,
18
sehingga
perlu
diperhatikan
bahwa
seorang
manajer
tidak
boleh
hanya
memaksimalkan pengetahuannya dalam suatu lingkup yang kecil akan tetapi perlu
juga dipertimbangkan mengenai efek yang akan terjadi.
Gambar 2.4
Proses utama dari manajemen pengetahuan.
Sumber : Probst, et al (2000)
2.6.1 Identifikasi Pengetahuan
Tak seorangpun di dalam perusahaan dapat mengetahui semuanya secara pasti,
akan tetapi perusahaan perlu untuk mengetahui dimana harus mencari pengetahuan
yang mereka butuhkan. Adalah sangat mudah untuk kehilangan jejak oleh karena
pengetahuan yang selalu berubah dan bertambah serta timbulnya hal-hal yang baru.
Untuk meningkatkan keunggulan bersaingnya, maka perusahaan harus tahu dimana
mencari seorang yang ahli dalam kasus tertentu baik itu di dalam maupun di luar
perusahaan. Berapa proyek yang sedang ditangani oleh perusahaan, dan untuk tujuan
apakah proyek tersebut. Apakah perusahaan mempunyai akses ke pihak luar untuk
mendapatkan informasi yang akurat dari perusahaan penyedia pengetahuan lainnya
19
melalui internet. Dalam hal ini pemetaan pengetahuan dan intranet menjadi faktor
penting dalam mengidentifikasi pengetahuan.
2.6.1.1
Pemetaan Pengetahuan
Pemetaan pengetahuan dalam hal ini digunakan untuk menentukan lokasi dari
si pemilik pengetahuan.
Dalam definisinya pemetaan pengetahuan merupakan
gambaran secara grafik dari seorang yang ahli, pemilik pengetahuan, sumber
pengetahuan, struktur pengetahuan ataupun aplikasi dari pengetahuan. Dimana akan
meningkatkan keterbukaan dan bantuan yang tepat dari seseorang yang ahli dalam
suatu tugas tertentu, ataupun dapat untuk mengklasifikasikan karyawan baru sebagai
sumber pengetahuan yang baru atau menjadi bagian dari pengetahuan yang sudah ada.
Semua informasi yang ada ini dapat diklasifikasikan dalam berbagai kriteria
dan diolah secara komputerisasi serta disajikan dalam bentuk grafik melalui komputer,
sehingga informasi mengenai pengetahuan yang ada dapat diakses oleh orang-orang
dalam organisasi kapan dan dimanapun mereka berada.
Pemetaan pengetahuan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Topografi Pengetahuan
Untuk mengidentifikasi seseorang yang memiliki keahlian serta pengetahuan
tertentu dengan memberikan bobot pada penilain tersebut. Dengan cara ini dapat
dengan mudah untuk mencari orang di dalam organisasi yang menguasai hal
tertentu beserta dengan tingkatan kemampuannya
2. Pemetaan Sumber Pengetahuan
20
Digunakan untuk mencari dimana sumber pengetahuan itu dan dimana sumber
pengetahuan itu disimpan. Apakah di dalam komputer server, komputer personal,
disket, kertas atau ada dipikiran orang yang sudah pensiun.
2.6.1.2
Celah Pengetahuan
Dalam proses mengidentifikasi pengetahuan perlu juga diperhatikan adanya
kekurangan pengetahuan di dalam organisasi ataupun adanya celah pengetahuan
secara internal. Sumber pengetahuan diluar dapat dievaluasi, sehingga dapat diambil
sebagai pengetahuan di dalam perusahaan untuk meningkatkan keunggulan
bersaingnya.
Dalam Gambar 2.5 dapat dilihat mengenai celah pengetahuan yang ada dan
bagaimana untuk mengadopsinya, sehingga pengetahuan itu ada diperusahaan.
Gambar 2.5 Tipe dari celah pengetahuan.
Sumber : Probst, et al (2000)
21
2.6.2 Perolehan Pengetahuan
Jika membangun pengetahuan tidak memungkinkan untuk dilakukan sendiri,
salah satu cara adalah dengan mencari pengetahuan yang berasal dari luar perusahaan.
Dalam memperoleh pengetahuan untuk menutupi celah pengetahuan yang ada di
dalam perusahaan tidaklah semudah yang dibayangkan yaitu dengan melihat keluar
dan membeli pengetahuan tersebut. Misal dalam pencarian seorang yang ahli dalam
hal tertentu yang tidak dimiliki oleh perusahaan dimana keahlian itu tidak dapat
dibuat oleh perusahaan itu secara internal.
Ada banyak faktor yang perlu
diperhatikan dalam menggabungkan antara pengetahuan yang berasal dari luar
kedalam sumber pengetahuan di dalam perusahaan tersebut, bagaimana perusahaan
dapat menggunakan pelanggan sebagai sumber informasi, dan kesulitan yang
dihadapi dalam mencari orang yang ahli sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Beberapa cara yang dapat diambil dalam memperoleh pengetahuan yang
berasal dari luar adalah sebagai berikut:
1. Merekrut orang yang ahli dibidangnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan untuk
menutupi celah pengetahuan yang ada
2. Menggunakan jasa konsultan.
3. Mengambil pengetahuan yang ada dipasar untuk digunakan dalam perusahaan.
Pengetahuan itu antara lain: Pengetahuan dari seorang ahli diluar perusahaan,
pengetahuan dari perusahaan lain, pengetahuan dari stakeholder(pelanggan,
pemasok, lingkungan karyawan, pengetahuan politik, media masa, masyarakat
22
umum ataupun masyarakat ekonomi), pengetahuan mengenai produk yang ada
dipasaran
4. Melakukan aliansi strategis baik diproduk maupun pengetahuan
5. Membeli media perangkat lunak ataupun video yang berisi tentang pengetahuan
dari suatu perusahaan atau produk.
2.6.3 Pengembangan Pengetahuan
Berdasarkan pada perbedaan antara pengetahuan yang dibutuhkan dengan
pengetahuan yang tersedia di dalam perusahaan, hal ini dapat ditentukan untuk
mengembangkan pengetahuan yang sudah ada diperusahaan oleh perusahaan itu
sendiri. Pengembangan pengetahuan ini bisa melalui cara riset dan pengembangan,
pelatihan dan proses belajar ataupun melalui studi kepuasan pelanggan. Perusahaan
diharapkan tidak terlalu menggantungkan pada seorang yang ahli dibidangnya tetapi
harus berusaha untuk membangun pengetahuan yang ada secara bersama seperti
dalam pemecahan suatu masalah dalam kelompok yang berbeda.
Diharapkan
pengembangan dari pengetahuan baik itu produk maupun kemampuan seseorang
tidak hanya milik departemen riset dan pengembangan saja akan tetapi juga dapat
menjadi milik semua departemen, sehingga dapat memberikan kontribusi bagi
suksesnya suatu perusahaan.
Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan pengetahuan biasanya:
1. Gudang Ilmu
Metode ini dimana suatu kelompok yang dipilih oleh perusahaan sebagai
kelompok yang memiliki kecerdasan yang dapat dipercaya untuk memiliki
23
pengetahuan dan keahlian yang bersifat kritikal bagi perusahaan secara
keseluruhan. Biasanya proses ini dalam bentuk pengembangan melalui universitas
milik perusahaan.
2. Belajar Sambil Bekerja
Pengetahuan didapat melalui proses pekerjaan yang dilakukan sehari-hari.
3. Tempat Belajar
Perusahaan menyediakan tempat untuk belajar bagi karyawannya.
4. Pelajaran yang Didapat dari Suatu Kasus
Pengetahuan didapat melalui pelajaran-pelajaran dari kasus yang ditangani dalam
setiap proyek.
5. Belajar dari Pengetahuan Masa Lalu
Pengetahuan didapat dari dokumentasi yang dimiliki perusahaan berdasar pada
kejadian yang terjadi diperusahaan baik yang sukses maupun gagal.
2.6.4 Distribusi dan Pemberian Pengetahuan
Aspek yang terpenting dari manajemen pengetahuan ini adalah bagaimana
pengetahuan yang ada itu dibagikan antara sesama karyawan dimana masing-masing
merasa saling diuntungkan, antara karyawan dan atasan, antara departemen atau
lainnya.
Adalah sangat penting untuk mendapat pengetahuan yang tepat dari
seseorang yang tepat dan dengan waktu yang tepat. Pemberian pengetahuan ini
sangat terkait erat dengan budaya dari suatu perusahaan. Informasi dan pengalaman
yang ada seharusnya digunakan untuk kepentingan perusahaan khususnya dalam
proses pengambilan keputusan.
Akan tetapi seringkali karyawan menyimpan
24
pengetahuannya di dalam dirinya sendiri untuk menjaga kekuatan dan gengsi atau
martabat karyawan tersebut.
Distribusi dan pemberian pengetahuan dapat berarti proses yang tersentralisasi
dalam mendistribusikan pengetahuan diantara kelompok karyawan atau dapat juga
sebagai pemindahan pengetahuan antara masing-masing karyawan atau antara
kelompok atau lingkungan kerjanya.
Untuk mengontrol distribusi pengetahuan yang ada adalah tidak mungkin
dilakukan oleh pihak manajemen secara langsung. Pembuatan jaringan pengetahuan
merupakan salah satu cara untuk membatasi pemberian dan distribusi dari
pengetahuan. Adalah benar bila karyawan tidak dapat dipaksa untuk memberikan
pengetahuan mereka kepada lainnya, tetapi dengan adanya infrastruktur yang ada
dapat memungkinkan hal itu menjadi mudah.
Pendekatan yang dilakukan untuk membatasi penyebaran pengetahuan ini
adalah:
1. Strategi “Push” dimana keputusan dibuat secara terpusat untuk menentukan
pengetahuan mana yang harus didistribusikan serta kepada siapa pengetahuan itu
boleh diberikan.
2. Menciptakan infrastruktur yang memungkinkan untuk pencarian pengetahuan
yang diperlukan karena tidak semua pengetahuan tersedia dalam satu departemen,
sehingga diperlukan strategi “Pull” karena informasi yang disebar tidaklah
mungkin bersifat hirarki.
25
2.6.5 Pemanfaatan Pengetahuan
Pemanfaatan pengetahuan merupakan bagian terpenting dari proses
manajemen pengetahuan.
Pemanfaatan pengetahuan ini dapat dilakukan tanpa
adanya rangsangan dan motivasi dari pihak manajemen. Salah satu fungsi dari
manajemen pengetahuan ini adalah untuk memastikan bahwa perusahaan dapat
memakai pengetahuan yang mereka miliki secara tepat dan cepat. Kebiasaan pekerja
adalah hanya menerima pengetahuan baru yang berasal dari luar, atau membangun
keahlian baru, ketika mereka melihat keuntungan yang jelas dari pengetahuan
tersebut.
Pemanfaatan pengetahuan ini merupakan tolok ukur di dalam suksesnya suatu
manajemen pengetahuan di dalam suatu perusahaan, oleh karena itu semua proses
dalam manajemen pengetahuan itu harus diarahkan ke arah penggunaan pengetahuan
secara individu ataupun kelompok untuk tujuan mencapai tujuan perusahaan.
Untuk mendorong pemanfaatan pengetahuan ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain:
1. Infrastruktur yang mudah digunakan.
2. Pendekatan yang terintegrasi.
3. Selalu menggunakan pengetahuan yang baru.
4. Pembangunan pengetahuan dalam pekerjaan.
5. Menyajikan dalam bentuk dokumen yang gampang dilihat dan terstruktur.
26
2.6.6 Pemeliharaan Pengetahuan
Seringkali terjadi hilangnya ingatan dari suatu organisasi baik secara
sementara maupun untuk selamanya sebagai akibat dari adanya rancang bangun
proses, ataupun adanya perubahan kebijaksanaan dari perusahaan. Bagaimana bila
karyawan yang ahli dibidang tertentu pergi meninggalkan perusahaan, bagaimana
untuk menjaga suatu pengetahuan yang telah dipelajari oleh perusahaan, dan masih
banyak pertanyaan lainnya yang berkaitan dengan ingatan suatu perusahaan.
Proses untuk memelihara pengetahuan yang ada, sehingga perusahaan tersebut
dapat mengatur pengetahuan yang ada untuk dapat digunakan dikemudian hari harus
setidaknya harus melalui suatu proses. Pertama, memilih dari beberapa kejadian,
orang atau proses dimana layak untuk dipelihara. Kedua, pengetahuan tersebut harus
dapat disimpan dalam suatu bentuk yang layak. Ketiga, harus diyakinkan bahwa
ingatan perusahaan itu harus selalu yang terakhir.
2.7
Manajemen Pengetahuan Berdasarkan TI
Menurut Tiwana (2000), TI memungkinkan proses di dalam manajemen
pengetahuan dilakukan dengan menggunakan alat bantu. Keunggulan yang didapat
dengan menggunakan TI adalah antara lain:
1. Dapat mencari sumber yang lebih banyak
2. Menyaring berdasarkan kriteria tertentu
3. Informasi yang singkat dan jelas
4. Data ditampilkan berdasar keinginan pengguna
5. Mencari kasus yang sudah lama
27
6. Memungkinkan pencarian kasus dengan kombinasi
7. Mengurangi biaya penyimpanan
8. Menyimpan informasi terkini
9. Sebagai satu-satunya sumber informasi sebagai referensi
10. Memungkinkan adanya aliran kerja
11. Mengingatkan user akan adanya perubahan
12. Sebagai alat pembuat keputusan
Adalah sangat susah untuk memisahkan antara TI dengan manajemen
pengetahuan. TI mempunyai andil yang besar sebagai pemberdaya dari proses yang
terjadi dalam manajemen pengetahuan. Jumlah data, informasi dan pengetahuan yang
ada dalam manajemen pengetahuan biasanya berjumlah besar, sehingga sangat sulit
untuk mengelolanya secara konvensional.
Apalagi bila perusahaan itu sudah
berkembang lebih dari satu tempat melainkan banyak tempat, kota, daerah bahkan
diberbagai negara.
Dalam sistem manajemen pengetahuan komponen pemberdaya adalah
infrastruktur TI seperti jaringan, perangkat keras dan perangkat lunak. Dan biasanya
sistem manajemen pengetahuan memanfaatkan infrastruktur TI yang ada di dalam
perusahaan.
Peran TI dalam manajemen pengetahuan seperti dilihat pada Gambar 2.6
meliputi:
1. Mengalirkan Pengetahuan: komponen ini menyediakan fasilitas pengaliran
pengetahuan dalam sistem manajemen pengetahuan.
28
2. Pemetaan Informasi: memetakan informasi yang ada diperusahaan, sehingga
dalam penggunaannya dapat dikonversi menjadi pengetahuan
3. Sumber Informasi: sumber data dan informasi merupakan sumber utama dari
sistem manajemen pengetahuan
4. Pertukaran Informasi dan Pengetahuan: fasilitator yang memungkinkan terjadinya
pertukaran pengetahuan baik tasit maupun eksplisit, membantu pembuatan dan
pertukaran konteks
5. Mencari dan Menambang Pengetahuan: membantu dalam proses pencarian dan
penambangan pengetahuan
Gambar 2.6 Peranan TI dalam Manajemen Pengetahuan
Sumber : Tiwana (1999)
29
Dari peranan TI dalam manajemen pengetahuan dapat diintegrasikan seperti
terlihat pada Gambar 2.7, dan Fasilitas teknologi yang dapat digunakan dalam
manajemen pengetahuan antara lain:
1. Document Management.
Informasi yang sebagian besar masih dalam bentuk kertas, dikonversi menjadi
format elektronik, sehingga mempermudah dan mempercepat dalam proses
pencarian dan pengaksesan dokumen.
2. Groupware.
Memungkinkan terjadinya kolaborasi, penangkapan pengetahuan, pertukaran
dokumen serta komunikasi antar pekerja.
3. Intranet.
Dengan intranet memungkinkan terjadinya distribusi informasi, publikasi dan
penyediaan direktori. Informasi dan pengetahuan yang sudah terdokumentasi
dapat disajikan melalui intranet ini.
4. Data Warehouse.
Data atau pengetahuan yang ada disimpan dalam suatu media sehingga sangat
membantu dalam proses pengambilan, validasi serta pemeliharaan.
30
Gambar 2.7 Fasilitas dalam Sistem Manajemen Pengetahuan
2.8
Tahapan Pengerjaan
Adapun tahapan pengerjaan tesis ini dapat dilihat pada Gambar 2.8
1. Analisis Model dan Aktivitas Perusahaan.
Dengan melakukan analisis terhadap model bisnis dengan model Porter’s
Competitive Force dari Michael Porter dapat dilihat situasi perusahaan dalam
kompetisi persaingan bisnis. Dengan ini dapat dilakukan analisis mengenai
kebutuhan TI guna meningkatkan keunggulan bersaingnya.
31
2. Proses Penilaian Pengetahuan yang Ada
Digunakan untuk menilai pengetahuan apa yang ada diperusahan dan apa yang
tidak ada, sehingga dapat diperoleh adanya kesenjangan antara pengetahuan.
3. Menentukan Kebutuhan dari Proses Penilaian
Berdasarkan pada kesenjangan pengetahuan dari proses penilaian, dapat
ditentukan pengetahuan mana yang harus dibangun, atau diambil dari luar,
sehingga perusahaan dapat meningkatkan kemampuan bersaingnya
4. Pengkajian Infrastruktur yang Ada.
Pengkajian infrastruktur yang ada apakah bisa untuk pengembangan sistem
manajemen pengetahuan atau bila tidak akan diusulkan perubahan infrastruktur
yang ada.
5. Penentuan Teknologi Berdasarkan pada Kebutuhan dan Infrastruktur yang Ada
Dalam proses ini akan ditentukan teknologi apa yang digunakan untuk masingmasing kebutuhan yang diperlukan.
6. Pembuatan Prototipe Sistem Manajemen Pengetahuan.
Pembuatan prototipe ini dimulai dengan melakukan integrasi dari berbagai
komponen yang dibutuhkan dalam proses sistem manajemen pengetahuan.
Kemudian dilakukan proses pembuatan antar muka untuk pengguna sesuai
dengan skenario yang ditetapkan.
32
Gambar 2.8 Tahapan Pengerjaan Keseluruhan
Download