KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 TAKENGON

advertisement
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 TAKENGON MENERJEMAHKAN
BAHASA GAYO KE DALAM BAHASA INDONESIA
Harfiandi1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kamampuan siswa kelas VII SMP 4 Takengon
menerjemahkan BG ke dalam bahasa Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 4 Takengon di
Kabupaten Aceh Tengah tahun ajaran 2011 yang berjumlah 197 orang yang terdiri dari lima kelas,
yaitu kelas VII-1 berjumlah 38 orang, kelas VII-2 berjumlah 38, kelas VII-3 berjumlah 40, kelas VII4 berjumlah 40, dan kelas VII-5 berjumlah 41. Penelitian ini akan mengambil sampel sebesar 25%.
Dengan demikan, penelitian ini akan mengambil sampel 10 siswa dari setiap kelas sehingga
berjumlah sebanyak 50 siswa. Teknik penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Takengon menerjemahkan
bahasa Gayo ke dalam bahasa Indonesia memperoleh nilai rata-rata 67. Berdasarkan petunjuk
penilaian, nilai rata-rata tersebut berada pada kategori cukup. Jika dilihat dari persentase, siswa yang
memperoleh nilai sangat baik (85 – 100) adalah 8 orang atau 16%, siswa yang memperoleh nilai baik
(70 – 84) adalah 20 orang atau 40%, siswa yang memperoleh nilai cukup (56 – 69) adalah 8 orang
atau 16%, siswa yang memperoleh nilai kurang (40 – 55) adalah 8 orang atau 16%, dan siswa yang
memperoleh nilai sangat kurang ( 39) adalah 6 orang atau 12%. Adapun manfaat yang diharapkan
dalam penelitian ini, yaitu (1) dapat menjadi pedoman guru dalam meningkatkan kemampuan siswa
mengusai BG, (2) dapat dijadikan ukuran tentang penguasaan BG pada siswa kelas VII SMP 4
Takengon, dan (3) dapat menambah pengetahuan peneliti terhadap kemampuan siswa kelas VII SMP
4 Takengon menerjemahkan BG ke dalam bahasa Indonesia. Jadi, kemampuan siswa kelas VII SMP
Negeri 4 Takengon menerjemahkan bahasa Gayo ke dalam bahasa Indonesia masih belum
memuaskan dan masih memerlukan peningkatan.
Kata Kunci: bahasa Gayo, kemampuan menerjemahkan, dan bahasa Indonesia
1
Harfiandi, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, STKIP Bina Bangsa Getsempena,
Banda Aceh
ISSN 2338-0306
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 1
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
yang ada dalam pengajaran, seperti peradaban,
Pendahuluan
Bahasa Gayo (BG) merupakan salah
adat istiadat, dan kebudayaan disertai dengan
satu bahasa daerah yang dipakai di Provinsi
seni. Oleh karena itu, siswa diharapkan
Aceh. BG dipakai oleh mayoritas penduduk
mampu menangkap ide yang diungkapkan
etnis Gayo yang tinggal di Aceh tengah yang
dalam bahasa daerah, baik lisan maupun
terdiri dari Kabupaten Aceh Tengah dan
tulisan sehingga dapat memahami identitas diri
Kabupaten Bener Meriah. Selain itu, ada juga
orang Gayo.
BG digunakan oleh penduduk etnis Gayo yang
tinggal
di
Kabupaten
Kabupaten
Aceh
Gayo
dan
sangat
berperan
penting
dalam
Kemudian,
mengungkapkan ciri khas budaya masyarakat
sebagian kecil masyarakat etnis Gayo yang
Gayo. BG yang digunakan dalam mata
telah menyebar memakai BG di Kabupaten
pelajaran
Aceh
Utara,
mengajar dan belajar untuk mendeskripsikan
Kabupaten Aceh Barat, dan Kabupaten Aceh
berbagai jenis budaya masyarakat Gayo.
Selatan.
akan
Apalagi materi yang diajarkan itu berkaitan
dilaksanakan pada salah satu kabupaten yaitu
dengan karya sastra di daerah tersebut. Setiap
Aceh Tengah. Penelitian ini dilakukan pada
karya
tingkat sekolah menengah pertama kelas VII
menggunakan bahasa yang ada di dalam
SMP Negeri 4 Takengon di Kabupaten Aceh
daerah tersebut.
Timur,
Tenggara.
Lues
Mata pelajaran bahasa daerah (BG)
Kabupaten
Namun,
Aceh
penelitian
ini
Tengah.
muatan
sastra
lokal
yang
merupakan
dihasilkan
alat
pasti
Peneliti ini melihat BG telah banyak
Bahasa daerah yang diajarkan di
mengalami perubahan dalam pemakaiannya
seluruh SMP Kabupaten Aceh Tengah adalah
sehingga keutuhan bahasa tersebut sangat
bahasa Gayo. Pengajaran bahasa daerah
diragukan. Daerah Dataran Tinggi Gayo
merupakan bagian dari mata pelajaran muatan
diketahui memiliki bahasa yang multilingual.
lokal. Tujuan pengajaran ini diharapkan dapat
Sebagaimana
mempertahankan eksistensi bahasa daerah
(dalam Chaer dan Agustina, 2004:120) bahwa
(BG). Oleh karena itu, Pengajaran bahasa
adanya
daerah perlu dilaksanakan agar menghindari
berkaitan dengan persentuhan bahasa tersebut
pergeseran BG.
dengan
yang
perubahan
unsur-unsur
dijelaskan
sistem
Weinreich
suatu
bahasa
bahasa
lain
yang
Pengajaran bahasa daerah berfungsi
dilakukan oleh penutur bilingual. Dengan
untuk mengembangkan kompetensi siswa
demikian, BG diprediksikan telah mengalami
sesuai dengan potensi daerah serta ciri
perubahan seiring perkembangan zaman.
khasnya termasuk keunggulan daerah. Konsep
kurikulum
bahwa
oleh beberapa bahasa dari bebagai etnis, antara
pengetahuan dan keterampilan berbahasa yang
lain Aceh, Jawa, Minang, Batak, China,
diperoleh berguna dalam komunikasi sehari-
Madura, dan lain-lain. Oleh karena itu, bahasa
hari. Hal itu menyangkut dengan nilai-nilai
Gayo telah dipengaruhi oleh bahasa-bahasa
ISSN 2338-0306
ini
menyarankan
Berdasarkan realita, BG didampingi
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 2
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
tersebut.
Selain
itu,
pemakaian
bahasa
bahasa
Indonesia
lebih
mendominasi
Indonesia semakin besar frekuensi yang terjadi
pemakaian bahasa di Dataran Tinggi Gayo,
dalam kehidupan sehari-hari di kalangan
BG harus tetap dipertahankan kedudukanya
masyarakat Gayo. Di sisi lain, BG juga
karena bahasa itu mempunyai nilai yang
dipengaruhi oleh informasi dan teknologi
berharga.
terutama
pada
yang
Sehubungan dengan hal di atas,
menimbulkan
masyarakat Gayo diragukan dalam memahami
bahasa asing atau teradopsi kata-kata tertentu.
bahasa Gayo terutama anak-anak. Apalagi
Akibatnya, persaingan dan interferensi bahasa
anak-anak yang ada di bagian kota Aceh
terhadap penutur bahasa Gayo tidak dapat
Tengah. Masalah ini akan berdampak semakin
dihindari
kurang apresiasi positif terhadap BG sehingga
berkembang
media
pesat
sehingga
elektronik
dengan
BG
telah
berkurang
pemakaiannya.
semakin banyak hilangnya kata-kata yang ada
Bahasa Gayo dapat disebut dengan
secara bertahap dan tanpa disadari. Mengingat
bahasa yang mempunyai banyak kosakata.
pentingnya bahasa daerah, hal ini perlu
Dengan seiring perkembangan zaman, kata-
mendapat
kata yang ada dalam BG telah banyak hilang
penelitian ini akan menguji “Kemampuan
atau punah. Hal ini tentu mempengaruhi
Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Takengon
keutuhan
dan
Menerjemahkan Bahasa Gayo ke dalam
terhadap
Bahasa Indonesia”. Hal ini dilaksanakan untuk
BG.
perkembangan
penggunaan
Pengaruh
era
BG
perubahan
gobalisasi
semakin
kuat
untuk
perhatian.
mengetahui
tingkat
menciptakan tatanan baru terhadap keaslian
terhadap BG.
bahasanya. Sementara, bahasa daerah memiliki
Landasan Teoretis
Dengan
demikian,
pemahaman
siswa
fungsi (Mahsun, 2000:40), yaitu (1) lambang
Pengajaran BG merupakan salah satu
kebanggaan daerah, (2) lambang identitas
alat untuk mempelajari kebudayaan Gayo dan
daerah, (3) alat perhubungan di dalam
menjadi penunjang memberdayakan bahasa
keluarga
(4)
Gayo. Bahasa Gayo dapat dikatakan sebagai
bahasa
materi yang penting untuk diajarkan dalam
dan
pendukung
masyarakat
bahasa
daerah,
nasional,
(5)
pengantar di sekolah di daerah tertentu pada
mata
tingkat
Kabupaten Aceh Tengah. Untuk itu, bahasa
permulaan
pengajaran
bahasa
untuk
memperlancar
Indonesia
dan
pelajaran
muatan
lokal
di
SMP
mata
Gayo perlu dilestarikan dan dikembangkan
pelajaran lain, serta (6) alat pengembangan
oleh siswa-siswa di sekolah agar tidak
dan pendukung kebudayaan.
kehilangan ciri khas dan jati diri sebagai
Menurut Masinambow dan Haenen
generasi penerus suku Gayo.
(2002:94), bahasa daerah sebagai sarana
BG dapat disebut sebagai identitas
penyimpanan khasanah adat dan budaya
suku Gayo. Artinya, bahasa ini menunjukkan
daerah
digantikan
suku Gayo. Sebagaimana yang dikatakan
sepenuhnya oleh bahasa Indonesia. Walaupun
Sulaiman dkk. (1988:1), kehidupan dan cara
yang
ISSN 2338-0306
tidak
dapat
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 3
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
berpikir masyarakat Gayo tercermin melalui
sistem yang membentuk sejumlah komponen
BG.
yang
Sumarsono
dan
Partana
(2002:20)
mengatakan bahwa bahasa merupakan produk
berpola
secara
tetap
dan
dapat
dikaidahkan.
sosial yang tidak terpisahkan dari kebudayaan.
Afiksasi
merupakan
proses
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
pembentukan kata melalui pembubuhan afiks
perilaku masyarakat dibentuk oleh masyarakat
(imbuhan) pada sebuah kata dasar. Afiks
pemakai bahasa.
menjadi pokok atau dasar membentuk sebuah
Bahasa Gayo adalah salah satu bahasa
kata. Ramlan (1997:55) menjelaskan bahwa
daerah yang ada di Indonesia. Sebagaimana
afiks adalah suatu satuan gramatik terikat yang
penjelasan pasal 36, Bab XV, Undang-Undang
di dalam suatu kata merupakan unsur yang
Dasar 1945 (dalam mahsun, 2000:38) bahwa
bukan kata dan bukan pokok kata yang
bahasa daerah dinyatakan sebagai salah satu
memiliki kesanggupan melekat pada satuan-
unsur kebudayaan yang perlu dipelihara dan
satuan lain untuk membentuk kata atau pokok
dikembangkan. Pentingnya pemeliharaan dan
kata
pengembangan bahasa daerah dapat menjadi
menyebutkan bahwa afiks dalam bahasa Gayo
pendukung bahasa nasional. Untuk menjadi
terdiri dari 10 awalan (prefiks), 2 sisipan
pendukung
(infiks), 12 akhiran (sufiks), dan 7 gabungan
bahasa
nasional
(bahasa
Indonesia), bahasa Gayo mempunyai potensi
baru.
Sulaiman
dkk.
(1988:15)
awalan dengan akhiran (konfiks).
yang besar untuk memperkaya kosakata
Menurut pendapat para ahli, kata
bahasa nasional (Sulaiman dkk, 1988:2).
majemuk memiliki ciri-ciri: (1) tidak dapat
Tata Bahasa Gayo
disisipi, (2) tidak dapat diperluas, (3) tidak
Kridalaksana (2001:21) mengatakan
dapat dibalik, (4) tidak dapat diartikan dalam
bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi
bentuk yang sebenarnya, dan (5) tidak ada
arbiter yang dipergunakan oleh para anggota
penekanan pada unsur kedua. Berdasarkan
masyarakat
ciri-ciri tesebut, bahasa Gayo juga memiliki
untuk
bekerja
sama
atau
berinteraksi. Selanjutnya, Machali (2000:18)
bentuk kata majemuk.
mengatakan bahwa bahasa merupakan sistem
yang mempunyai struktur. Menurut Chaer dan
Agustina (2004:11), bahasa adalah sebuah
Contoh
mah + bayi
inen + mayak
mah bayi ‘mengantar dengan membawa pengantin’
inen mayak ‘pengantin perempuan’
Partikel adalah bentuk kata yang tidak
Partikel tersebut merupakan bantuk terikat
bermakna. Namun, pertikel memiliki peran
atau
melekat
sebagai penegas. Bentuk partikel yang ada
mengikutinya.
di
belakang
kata
yang
dalam bahasa Gayo adalah –ni dan -wi.
ISSN 2338-0306
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 4
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
Contoh
Umahni Ali mutelong.
‘Rumah Ali terbakar.’
We tengah munisiwi wih ku wan time.
‘Dia sedang mengisi air ke dalam timba.’
Sintaksis merupakan bidang ilmu yang lebih
sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri
khusus mempelajari tentang kalimat. Setiap
dari klausa bebas. Sebagaimana klausa bebas
kalimat terdapat unsur-unsur yang saling
mengandung unsur lengkap, yaitu terdapat
berkaitan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
subjek dan predikat. Selain itu, klausa bebas
kalimat adalah proses pembentukan kalimat itu
dapat berdiri sendiri untuk menjadi kalimat.
sendiri. Berdasarkan kajian sintaksis, bahasa
Jadi, klausa bebas merupakan ciri-ciri kalimat
Gayo memiliki variasi kalimat. Sulaiman dkk.
sempurna yang terdapat pada kalimat tunggal
(1988:109) mengungkapkan bahwa kalimat
dan kalimat majemuk.
Contoh
Ama munekik
i
kulem
3:T
memancing PRE kolam
‘Ayah memancing di kolam itu’
oya
DEM
Kalimat tunggal sering disebut dengan kalimat sederhana. Kalimat ini hanya memiliki satu
predikat. Dengan demikian, kalimat ini terdapat satu klausa saja.
Contoh
Pakea
munyuen
gantang
3:J
menanam kentang
‘Mereka menanam kentang’
Kalimat majemuk merupakan kalimat
majemuk
yang menyampaikan dua maksud tertentu. Hal
majemuk
ini terjadi dengan menggabungkan informasi-
majemuk bertingkat merupakan kalimat yang
informasi dalam sebuah kalimat sehingga
mengalami
terdapat dua klausa/pola atau lebih. Kalimat
pergantian dari kalimat tunggal (dapat berdiri
majemuk setara memiliki status yang sama
sendiri). Kalimat ini dapat dikatakan tidak
dalam
dkk.
sederajat karena memiliki unsur inti dan unsur
(1988:92) mengungkapkan bahwa kalimat
penjelas. Dengan demikian, hal tersebut
majemuk setara dalam bahasa Gayo dibagi
terdapat bagian kalimat yang berfungsi sebagai
atas 4 jenis, yaitu (a) kalimat majemuk sejalan,
induk kalimat dan anak kalimat.
sebuah
kalimat.
Sulaiman
sebab-akibat,
pilihan.
dan
(d)
Kemudian,
perluasan,
kalimat
Kalimat
perubahan
atau
(b) kalimat majemuk berlawanan, (c) kalimat
ISSN 2338-0306
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 5
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
Contoh
Ike
kenakmu
Konj. ingin:2:T
merke belejer
malas
belajar
tir
cepat
Kalimat yang subjeknya melakukan
atau
mengalami
sesuatu disebut
siep
selesai
kuliah,
kuliah,
we
2:T
gere
NEG
nguk
boleh
dapat ditandai dengan mu- dan be-. Verba aktif
dengan
yang memerlukan objek menjadi tanda kalimat
kalimat aktif. Dalam bahasa Indonesia, kalimat
aktif transitif, sedangkan verba aktif yang
akif ditandai dengan verba yang berafiks meN-
tidak berobjek menjadi tanda kalimat aktif
dan ber-. Jika dalam bahasa Gayo, verba aktif
intransitif.
Contoh
Kekanakni
munanten
inee.
Anak-anak:DEM
menunggu
3:T
‘Anak-anak ini menunggu ibunya’
Kalimat pasif merupakan kalimat yang
yang melekat dalam verba. Bentuk afiks itu
subjeknya dikenai pekerjaan atau sebagai
adalah i-. Selain itu, ada juga bentuk lain yang
penderita. Jika dalam bahasa Gayo, kalimat
menjadi tanda kalimat pasif yaitu kona ‘kena’.
pasif juga dapat ditandai dengan bentuk afiks
Contoh
We
i-julen
ku
sekulah serloni
3:T: AK antar:PAS PRE sekolah PRK hari:DEM
‘Dia diantar ke sekolah hari ini’
Jenis terjemahan suatu bahasa
Proses Menerjemahkan
Kata menerjemahkan memiliki bentuk
kriteria dan pandangan yang berbeda karena
dasar terjemah. Berdasarkan morfologis, kata
setiap
menerjemahkan memiliki bentuk turunan,
tertentu.
yaitu
Moentaha
penerjemah
berarti
orang
yang
memiliki
bahasa
mempunyai
Sebagaimana
(2006:30)
kaidah-kaidah
yang
bahwa
dikatakan
jenis-jenis
profesinya menerjemah, penerjemahan berarti
terjemahan dapat dibentuk berdasarkan ciri-
perbuatan menerjemah, terjemahan berarti
ciri dan fungsi masing-masing. Hal tersebut
hasil
Dengan
disebabkan adanya perbedaan antara sistem
demikian, menerjemahkan adalah suatu proses
bahasa sumber dengan sistem bahasa sasaran.
yang
Kegiatan menerjemahkan sesungguhnya tidak
perbuatan
dilakukan
menerjemah.
dengan
menyalin
dan
memindahkan dari suatu bahasa ke dalam
selalu berdiri
bahasa lain.
kemungkinan yang menerapkan dua atau tiga
jenis
sendiri
penerjemahan
dalam artian
sekalipun
ada
dalam
menerjemahkan teks (Nababan, 2008:29).
ISSN 2338-0306
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 6
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
Adapun jenis-jenis terjemahan tersebut dapat
(5) Penerjemahan pragmatik
diperincikan sebagai berikut.
Penerjemahan
(1) Penerjemahan kata demi kata
translations)
Penerjemahan kata demi kata (word-forword
translation)
adalah
suatu
amanat
pragmatik
mengacu
dengan
(pragmatic
pada
pengalihan
mementingkan
ketepatan
jenis
penyampaian informasi dalam BSa yang
terjemahan yang pada dasaranya masih terikat
sesuai dengan informasi yang terdapat dalam
pada tataran kata. Penerjemah ini hanya
BSu. Penerjemahan pragmatik tidak begitu
mencari padanan kata BSu dalam BSa tanpa
memperhatikan aspek bentuk estetika bahasa
mengubah susunan kata dalam kalimat aslinya.
sumber,
(2) Penerjemahan bebas
mengutamakan informasi atau fakta.
Penerjemahan bebas atau free translation
sering tidak terikat pada pencarian padanan
tetapi
penerjemahanya
lebih
(6) Penerjemahan etetik-puitik
Penerjemahan Etetik-puitik
kata atau kalimat, tetapi pencarian padanan itu
poetic
cenderung terjadi pada tataran paragraf atau
penerjemahan
wacana. Penerjemah harus mampu menangkap
mengutamakan penyampaian informasi yang
amanat dalam bahasa sumber pada tataran
akurat.
wacana secara utuh dan mengalihkannya
memusatkan
dalam bahasa sasaran.
penyampaian informasi, tetapi pada masalah
(3) Penerjamahan harfiah
kesan,
Penerjemahan harfiah (literal translation)
terletak antara penerjemahan kata demi kata
dengan penerjemahan bebas. Penerjemahan
harfiah
mula-mula
sangat
pragmatik
Penerjemahan
ini
perhatiannya
emosi
dan
berbeda
dan
lebih
tidak
pada
perasaan
dari
hanya
masalah
dengan
mempertimbangkan keindahan bahasa sasaran.
(7) Penerjemahan etnografik
Dalam penerjemahan etnografik, seorang
seperti
penerjemah berusaha menjelaskan konteks
tetapi
budaya bahasa sumber dalam bahasa sasaran.
penerjemah menyesuaikan susunan kata dalam
Penerjemah harus peka terhadap penggunaan
kalimat terjemahannya yang sesuai dengan
bahasa
susunan kata dalam kalimat BSa.
Penerjemahan seperti ini biasanya harus
(4) Penerjemahan dinamik
mampu menemukan padanannya dalam BSa.
penerjemahan
kata
Penerjemahan
dilakukan
translations)
(esthetic-
demi
dinamik
kata,
disebut
juga
sebagai penerjemahan wajar. Amanat bahasa
yang
berkaitan
dengan
dialek.
(8) Penerjemahan linguistik
Penerjemahan
linguistik
ialah
sumber dialihkan dan diungkapkan dengan
penerjemahan yang hanya berisi informasi
ungkapan-ungkapan yang lazim dalam bahasa
linguistik, seperti morfem, kata, frasa, klausa,
sasaran. Segala sesuatu yang berbau asing atau
dan kalimat. Informasi itu tersirat dalam BSu
kurang bersifat alami, baik kaitannya dalam
yang kemudian dijadikan tersurat dalam BSa.
konteks budaya maupun pengungkapannya
Pada
dalam
diterapkan jika terdapat ketaksaan dalam
bahasa
dihindari.
ISSN 2338-0306
sasaran
sedapat
mungkin
umumnya,
penerjemahan
linguistik
bahasa sumber, baik pada tataran kata, frasa,
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 7
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
klausa maupun kalimat sekalipun kalimat
Menurut Djuharie (2005:13), proses
kompleks.
menerjemahkan adalah rangkaian tindakan
(9) Penerjemahan komunikatif dan semantik
penerjemah
Dengan
berpedoman
pengetahuan,
alat
keterampilan, kemampuan dan kebasaannya
komunikasi, terjemahan harus dikembalikan
untuk mengalihkan pesan dari BSu ke dalam
pada
untuk
BSa. Untuk menghasilkan terjemahan yang
menyampaikan atau mengungkapkan suatu
baik dan benar, terdapat langkah-langkah yang
gagasan dan perasaan kepada orang lain. Suatu
harus dilalui oleh penerjemah. Nida (dalam
terjemahan
Humanika,
fungsi
sebagai
mencurahkan
utamnya,
semestinya
yaitu
tidak
hanya
2002:8)
mempunyai
pendapat
mempunyai bentuk dan makna, tetapi juga
tentang langkah-langkah terjemahan yang
fungsi.
pada
paling banyak diacu atau diangkat oleh
memperhatikan
beberapa ahli, yakni proses penerjemahan
masalah efek yang ditimbulkan atau hasil
berlangsung dalam tiga tahap, yakni analisis,
keefektifan
pengalihan dan penyusunan kembali.
Hal
pengalihan
tersebut
pesan
ditekankan
dengan
terjemahan.
Penerjemahan
semantik terfokus pada tataran kata yang tetap
terikat
budaya
BSu.
Penerjemahan
Metode Penelitian
ini
Nazir (2005:273) menyatakan bahwa
berusaha mengalihkan makna kontekstual
populasi adalah kumpulan dari ukuran-ukuran
bahasa sumber yang sedekat mungkin dengan
yang ingin dibuat inferensinya. Inferensi ini
struktur sintaksis dan semantik BSa. Salah satu
diambil dari bukti faktual. Dengan demikian,
gambarannya seperti kalimat perintah yang
populasi penelitian ini adalah seluruh siswa
telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris,
kelas VII SMP Negeri 4 Takengon di
maka BSu berbentuk kalimat perintah.
Kabupaten Aceh Tengah yang berjumlah 197
Machali (2000:33) mengungkapkan bahwa
orang yang terdiri dari lima kelas, yaitu kelas
penerjemahan bukanlah sekedar menggatikan
VII-1 berjumlah 38 orang, kelas VII-2
sebuah teks dalam BSu ke BSa. Dengan
berjumlah 38, kelas VII-3 berjumlah 40, kelas
pernyataan ini, ada beberapa hal yang perlu
VII-4 berjumlah 40, dan kelas VII-5 berjumlah
diperhatikan dalam pengalihan pesan. Ketika
41.
seorang
menuliskan
mempunyai
disampaikan
maksud
kepada
sesuatu,
orang
tertentu
pembaca.
itu
yang
Sebagai
pengamatan awal, ada maksud, gaya, budaya,
dan konvensi yang dikuti penulis.
ISSN 2338-0306
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 8
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
Tabel I
Populasi penelitian
No.
Kelas VII
Jumlah Siswa
1.
2.
3.
4.
5.
VII-1
VII-2
VII-3
VII-4
VII-5
Jumlah
38 orang
38 orang
40 orang
40 orang
41 orang
197 orang
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
16 orang
22 orang
17 orang
21 orang
15 orang
25 orang
21 orang
19 orang
26 orang
15 orang
95 orang
102 orang
Pengambilan sampel penelitian ini
Penelitian ini akan mengambil sampel sebesar
menggunakan teknik sample random sampling
25% dari jumlah populasi. Dengan demikan,
(sampel
penelitian ini akan mengambil sampel 10
random
sederhana).
Teknik
ini
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata
yang
ada
(Sugiyono,
siswa dari setiap kelas.
2009:117).
Tabel II
Jumlah Sampel Penelitian
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Kelas
VII-1
VII-2
VII-3
VII-4
VII-5
Jumlah
Jumlah Siswa
10
10
10
10
10
50
Jumlah siswa yang menjadi sampel
benar dan salah ditentukan dengan terjemahan
sebanyak 50 siswa. Jadi, 50 siswa ini akan
pragmatik
diuji dengan menerjemahkan bahasa Gayo ke
mementingkan
dalam bahasa Indonesia yang mewakili dari
informasi dalam Bsa. Penerjemahan tidak
seluruh kelas VII SMP Negeri 4 Takengon di
memperhatikan bentuk estetik BSu, melainkan
Kabupaten Aceh Tengah tahun ajaran 2011.
mengutamakan informasi dan fakta.
hasil
ketepatan
terjemahan
penyampaian
Sebelum siswa menerjemahakan teks,
Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data, penelitian ini
menggunakan
yaitu
teknik tes. Tes
peneliti menentukan nilai dari teks yang
dilakukan
diberikan. Teks berjumlah 23 kalimat. Jadi,
dengan membagikan teks bahasa Gayo kepada
rumus yang akan digunakan untuk menilai
masing-masing siswa. Siswa diminta untuk
hasil nilai siswa adalah sebagai berikut.
menerjemahkan teks tersebut ke dalam bahasa
Penghitungan nilai siswa dalam skala 0—100
Indonesia.
adalah sebagai berikut.
Teks
bahasa
Gayo
dinilai
berdasarakan terjemahan per kalimat. Kalimat
ISSN 2338-0306
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 9
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
Nilai Siswa =
jumlah
kalimat
jumlah
yang dijawab
kalimat
benar
1) Menyusun
Teknik Pengolahan Data
Pengolahan
data
dilakukan
untuk
Negeri 4 Takengon menerjemahkan bahasa
diolah
melalui
statistik
kemampuan
siswa
bahasa Indonesia.
2) Mendistribusikan nilai siswa dalam tabel
Gayo ke dalam bahasa Indonesia. Data
ini
nilai
menerjemahkan bahasa Gayo ke dalam
mengetahui kemampuan siswa kelas VII SMP
penelitian
= ……..
 100%
seluruhnya
frekuensi.
3) mencari nilai rata-rata (mean) dengan
deskriptif. Analisis data dilakukan dengan cara
menggunakan
rumus
rata-rata
mencari nilai rata-rata (mean) dari hasil
(Hartono, 2008:30) sebagai berikut.
hitung
jawaban siswa.
Langkah-langkah analisis data sebagai
berikut.
Mx =

fX
N
Keterangan: M ialah rata-rata
f ialah frekuensi
X ialah nilai
N ialah banyaknya data
Setelah
dapat
nilai
ditentukan
rata-rata
bagaimanakah
diperoleh,
dalam
bahasa
Indonesia.
Hal
tersebut
tingkat
dilakukan dengan cara menentukan klasifikasi
kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4
penilaian dan menggunakan skala Depdiknas
Takengon menerjemahkan bahasa Gayo ke
(2006:57)
sebagai
berikut
.
Tabel III
Klasifikasi Penilaian
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Kualifikasi
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Skor
85-100
70-84
56-69
40-55
 39
(Sumber: Depdiknas 2006:57)
Hasil Penelitian
tersebut diambil dari 50 siswa yang menjadi
Data penelitian ini berupa skor yang
sampel. Tes yang diberikan berupa teks cerita
diperoleh melalui tes kemampuan siswa kelas
bahasa Gayo dengan jumlah 23 kalimat. Teks
VII SMP Negeri 4 Takengon menerjemahkan
tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa
bahasa Gayo ke dalam bahasa Indonesia. Data
ISSN 2338-0306
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 10
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
Indonesia dengan penilaian skor yang telah
kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4
rumuskan.
Takengon menerjemahkan bahasa Gayo ke
Data penelitian ini disajikan atau
diklasifikasikan dalam bentuk tabel. Adapun
dalam
bahasa
Indonesia
adalah
sebagai
berikut.
nilai-nilai yang diperoleh siswa dari hasil tes
Tabel IV
Data Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Takengon Menerjemahkan Bahasa Gayo ke dalam
Bahasa Indonesia
Responden
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
ISSN 2338-0306
Nilai
39
87
74
74
43
74
83
78
74
61
52
83
87
83
39
43
70
61
52
87
52
83
91
70
91
74
70
83
65
56
39
74
48
26
48
35
91
65
65
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 11
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Jumlah
35
61
65
83
87
83
70
78
83
91
48
3354
menyusun tabel distribusi frekuensi dan
Pengolahan dan Penganalisisan Data
Data penelitian ini diolah dengan
menggunakan
teknik
statistik
menghitung nilai rata-rata (mean).
deskriptif.
Setelah diketahui nilai-nilai siswa
Pengolahan data yang berupa nilai mentah
seluruhnya, nilai tersebut disusun secara
kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4
berurutan dari nilai tertinggi ke nilai terendah.
Takengon menerjemahkan bahasa Gayo ke
Susunan nilai tersebut adalah sebagai berikut.
dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan
91
83
74
65
48
91
83
74
65
48
91
83
74
61
43
91
83
74
61
43
87
83
70
61
39
87
83
70
56
39
87
78
70
52
39
87
78
70
52
35
83
74
65
52
35
83
74
65
48
26
Nilai-nilai tersebut selanjutnya diolah
Rg = Range
bentuk
frekuensi.
H = Nilai tertinggi
Penggunaan tabel distribusi frekuensi ini
L = Nilai terendah
dimaksudkan sebagai langkah untuk mencari
Nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelas
nilai rata-rata siswa. Langkah-langkah yang
VIII SMP Negeri 4 Takengon di Kabupaten
ditempuh dalam pengolahan data tersebut
Aceh Tengah adalah 91 dan nilai terendah
sebagai berikut.
adalah 26. Dengan demikian, Range penelitian
1) Menentukan Range (Rg)
ini adalah
dalam
tabel
distribusi
Hartono (2008:18) menjelaskan bahwa
Rg = H – L + 1
range adalah selisih nilai tertinggi (H) dengan
Rg = 91 – 26 + 1
nilai terendah (L) ditambah satu. Berdasarkan
Rg = 66
data tersebut dapat dicari dengan rumus
2) Menentukan Jumlah Kelas
sebagai berikut.
Rg = H – L + 1
Dalam menentukan jumlah kelas dilihat
dari
banyaknya
data
(Mangkuatmodjo,
Keterangan :
ISSN 2338-0306
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 12
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
2003:36).
Ketentuannya
adalah
sebagai
telah ditetapkan (Mangkuatmodjo, 2003:37).
berikut.
Rumus tersebut adalah sebagai berikut:
K = 1 + (3,3) Log n
Rg
I =
K = 1 + (3,3) Log n
k
K = 1 + (3,3) Log 50
I=
66
K = 1 + (3,3) (1,69)
7
K = 1 + 5,60
I = 9, 42
K = 6, 6
I=9
K=7
4) Menyusun Tabel Distribusi Frekuensi
3) Menentukan Lebar Kelas Interval (I)
Penyusunan tabel
Untuk menentukan lebar kelas interval (I),
distribusi
frekuensi
dilakukan sebagai berikut.
cara yang digunakan adalah membagi range
yang telah diperoleh dengan jumlah kelas yang
Tabel V
Distribusi Frekuensi Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Takengon Menerjemahkan
Bahasa Gayo ke dalam Bahasa Indonesia
Interval
89 - 97
80 – 88
71 – 79
62 – 70
53 – 61
44 – 52
35 – 43
26 – 34
Jumlah
F
4
12
8
8
4
6
7
1
50
X
93
84
75
66
57
48
39
30
fX
372
1008
600
528
228
288
273
30
3327
5) Menentukan Nilai Rata-Rata (Mean)
Mx =
M=

fX
N
3327
50
M = 66, 54
M = 67
Berdasarkan perhitungan di atas, nilai
Gayo ke dalam bahasa Indonesia oleh siswa
rata-rata kemampuan siswa kelas VII SMP
kelas VII SMP Negeri 4 Takengon Kabupaten
Negeri 4 Takengon menerjemahkan bahasa
Aceh
Gayo ke dalam bahasa Indonesia adalah 67.
frekuensi dan persentasenya.
Tengah
ini
dianalisis
berdasarkan
Nilai kemampuan menerjemahkan bahasa
ISSN 2338-0306
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 13
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
Tabel VI
Analisis Berdasarkan Frekuensi dan Persentase
Nilai
Kualitatif
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Kuantitatif
85-100
70-84
56-69
40-55
 39
Jumlah
Frekuensi
8
20
8
8
6
N = 50
Persentase
16%
40%
16%
16%
12%
100%
Tabel di atas memperlihatkan bahwa
siswa telah mampu menerjemahkan teks
nilai rata-rata kemampuan siswa kelas VII
bahasa Gayo ke dalam bahasa Indonesia. Hal
SMP Negeri 4 Takengon menerjemahkan
ini terlihat dari hasil jawaban siswa yang
bahasa Gayo ke dalam bahasa Indonesia
mampu menerjemahkan teks bahasa Gayo
adalah
nilai
dengan kalimat yang utuh atau informasi yang
Depdiknas, skor 67 termasuk dalam kategori
lengkap dalam bahasa Indonesia. Namun,
cukup.
sebagian kalimat yang diterjemahkan terdapat
Pembahasan Hasil Penelitian
kesalahan atau ketidaktepatan makna. Dengan
67.
Berdasarkan
klasifikasi
Berdasarkan pengolahan data di atas,
kata lain, informasi yang dihasilkan dalam
penelitian ini memberikan gambaran mengenai
bahasa sasaran berbeda dari bahasa sumber.
kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4
Bahkan, kalimat tersebut tidak berhubungan
Takengon menerjemahkan bahasa Gayo ke
sama sekali. Hal ini juga terlihat dari hasil
dalam bahasa Indonesia. Data penelitian ini
terjemahan atau jawaban siswa, baik bentuk
diperoleh dari sebuah teks bahasa Gayo dalam
kata yang tidak gramatikal maupun kata yang
bentuk cerita yang diterjemahkan ke dalam
gramatikal.
bahasa
Indonesia.
Siswa
diminta
untuk
Sehubungan dengan itu, kesalahan
menerjemahkan teks tersebut dengan jumlah
siswa dalam menerjemahkan bahasa Gayo ke
23 kalimat.
dalam bahasa Indonesia dapat dipaparkan dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dibahas melalui tabel berikut ini.
kemampuan siswa menerjemahkan bahasa
Gayo ke dalam bahasa Indonesia memperoleh
nilai rata-rata 67. Oleh karena itu, sebagian
ISSN 2338-0306
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 14
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
Tabel VII
Hasil Kerja Siswa dan Pembahasan
No.
1.
Hasil Kerja
Asal muloe ari negeri Nosar, inen mayak Pukes betempat urum urang Delung
Tuwe.
Terjemahan Siswa
Asal mula dari negeri nosar, inen mayak Pukes bertempat tinggal sama orang
Delung Tuwe.
Kesalahan Terjemahan
Terjemahan dalam bahasa sasaran berbeda informasi dari bahasa sumber. Betempat
memiliki padanan menikah dalam bahasa sasaran. Jika betempat diterjemahkan
dengan Bertempat tinggal, informasi yang disampaikan tidak sama dengan
informasi bahasa sumber. Jadi, pesan bahasa sumber yang dihasilkan tidak sama
dengan bahasa sasaran.
Alternatif Pembentulan
Asal mulanya dari kampung Nosar, inen mayak Pukes menikah dengan orang
Delung Tuwe.
2.
Nge ara sebulen betempat, inen mayak ijulen wan tanasen ku umahni ume.
Terjemahan Siswa
Sudah ada sebulan berumah, inen mayak di antar dalam tanasen ke rumah mertua.
Kesalahan Terjemahan
Kalimat ini disebut dengan kalimat majemuk. Kalimat ini terdiri dari induk kalimat
dan anak kalimat. Anak kalimat selalu tergantung pada induk kalimat. Terjemahan
ini terdapat informasi yang kabur pada unsur induk kalimat dan unsur anak
kalimat, yaitu berumah dan tanasen sasaran. Jika anak kalimat digantikan dengan
bahasa sasaran yang benar, informasi yang dihasilkan masih dapat diperhitungkan
dalam kategori benar karena masih dapat dipahami maknanya. Jika kedua unsur
tersebut dialihkan dengan padanan yang salah atau kabur, informasi yang
dihasilkan menjadi tidak jelas.
Alternatif Pembentulan
Setelah sebulan menikah, inen mayak diantar dalam acara pelepasan ke rumah
mertua.
Nge meh bakuten mutenyen i dudukni tenge, inen mayak urum aman mayak muniro
izin doa sempena ku ama ine.
Terjemahan Siswa
Udah habis rasa yang terpendam di tempat tinggal, meminta izin doa agar direstui
kepada bapak ibu.
Kesalahan Terjemahan
Kalimat ini juga disebut dengan kalimat majemuk yang di dalamnya terdapat induk
kalimat dan anak kalimat. Terjemahan kalimat ini menghasilkan pesan yang
menyimpang dari bahasa sumber. Penyimpangan tersebut terdapat pada anak
kalimat. Tidak ada pesan yang mengandung rasa yang terpendam, melainkan
bungkusan menumpuk di beranda atau depan rumah.
Alternatif Pembentulan
Setelah habis bungkusan menumpuk di beranda rumah, inen mayak dan aman
mayak meminta doa restu kepada ayah ibu.
Edet nge kin peraturen muluahi sinte i masa oya.
Terjemahan Siswa
Adatnya dan peratuaran melepaskan di masa itu.
Kesalahan Terjemahan
Terjemahan ini telah mengalami pengurangan unsur penting. Selain itu, kalimat ini
terjadi penambahan konjungsi yang seharusnya tidak ada. Dengan demikian,
3.
4.
ISSN 2338-0306
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 15
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
5.
6.
7.
8.
9.
terjemahan ini telah kehilangan informasi dan pesan yang disampaikan tidak jelas.
Alternatif Pembentulan
Adat sudah menjadi peraturan melepaskan anak perempuan dalam pernikahan di
masa itu.
Ike gere banan ijuelen keta iangkap.
Terjemahan Siswa
Kalau tidak ada banan ku antar di tangkap
Kesalahan Terjemahan
Kalimat ini merupakan bentuk gramatikal. Secara leksikal kata ijuelen berarti
dijualkan dan iangkap berarti ditangkap. Kata ijuelen masih dapat digantikan
dengan makna yang sebenarnya dalam bahasa Indonesia karena kata tersebut masih
dapat dipahami maknanya. Namun, kata iangkap tidak dapat digantikan dengan
makna yang sebenarnya karena pesan akan berlainan dari makna bahasa sumber.
Jadi, penerjemah harus memahami makna terlebih dahulu agar informasi yang
disampaikan tidak menyimpang dari bahasa sumber. Dari terjemahan siswa, kata
yang digantikan tidak sesuai dengan pesan yang ada dalam bahasa sumber
sehingga kalimat tersebut tidak jelas dan tidak berhubungan sama sekali.
Alternatif Pembentulan
Kalau perempuan tidak diantar ke tempat laki-laki berarti tinggal di tempat
perempuan.
Renye, amae bemanat, “Wo anaku upuh ulesku bayak bajungku enti mubalik ku
kuduk i lahni dene”.
Terjemahan Siswa
Terus membawa, “ wo anakku kain selimut jaga dirimu di perjalanan”.
Kesalahan Terjemahan
Terjemahan ini terjadi kesalahan yang fatal. Pertama, unsur pokok pada kalimat
mengalami pengurangan. Kedua, kata yang digantikan ke dalam bahasa sasaran
tidak tepat. Oleh karena itu, informasi yang dihasilkan tidak lengkap dan tidak
jelas.
Alternatif Pembentulan
Kemudian, ayahnya berpesan, “Wahai anakku buah hatiku jangan berbalik ke
belakang di tengah perjalanan”.
Ike macikpe atemu munehen sedih, ikuweten atemu.
Terjemahan Siswa
Jika macik pun hatimu menahan sedih, jika kau ambil hatimu.
Kesalahan Terjemahan
Informasi yang dihasilkan dalam terjemahan ini tidak lengkap dan padanan kata
yang dialihkan tidak ada kepaduan antarkata dalam kalimat bahasa sasaran.
Dengan demikian, tidak ada kejelasan pesan yang disampaikan dalam kalimat ini.
Alternatif Pembentulan
Jika hatimu gundah menahan sedih, kuatkan hatimu.
Ari dudukni tenge, rombongen remalan beraron naru ku Ujung Sere.
Terjemahan Siswa
Dari duduk dikursi, rombongan berjalan panjang ke ujung Sare.
Kesalahan Terjemahan
Terjemahan ini terdapat kesalahan pada gabungan kata yaitu ari dudukni tenge
yang diterjemahkan dari duduk dikursi. Hal tersebut tidak ada ketepatan makna.
Oleh Karena itu, informasi yang dihasilkan tidak tepat.
Alternatif Pembentulan
Dari beranda rumah, rombongan berjalan beriring panjang ke Ujung Sere.
I wan perjelenen oya, ara tetinin atu ter lahni Lut Tawara.
Terjemahan Siswa
di perjalanan ini, ada batu terbelah di lut tawar
ISSN 2338-0306
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 16
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
Kesalahan Terjemahan
Informasi yang disampaikan dalam kalimat ini tidak sama. Pesan yang
disampaikan berbeda dari bahasa sumber. Dengan demikian, hasil terjemahan ini
tidak termasuk dalam kategori benar.
Alternatif Pembentulan
Di dalam perjalanan itu, ada jembatan batu bagian tengah laut tawar.
Aman mayakpe mujadi atu pas munanguk.
Terjemahan Siswa
Inen mayak pun menjadi batu waktu menanjak
Kesalahan Terjemahan
Terjemahan kalimat ini hampir benar. Namun, terdapat kesalahan kata yang
diterjemahkan tidak sama sehingga informasi yang disampaikan tidak berbeda.
Alternatif Pembentulan
Aman mayak juga menjadi batu saat menunduk.
10.
dalam
Simpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
bahasa
memuaskan
Indonesia
dan
masih
masih
memerlukan
analisis data yang dijelaskan pada bab IV di
peningkatan di masa yang akan datang.
atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
Saran
siswa kelas VII SMP Negeri 4 Takengon
belum
Berdasarkan simpulan di atas, penulis
menerjemahkan bahasa Gayo ke dalam bahasa
menyampaikan saran-saran sebagai berikut.
Indonesia tergolong pada kategori nilai cukup.
1) Pengajaran bahasa Gayo di SMP 4 Negeri
Hal ini dilihat dari hasil siswa menerjemahkan
Takengon masih memerlukan peningkatan,
bahasa Gayo ke dalam bahasa Indonesia. Hasil
khususnya mengenai konsep dan teori
tersebut menunjukkan tingkat kemampuan
kebahasaan.
siswa menerjemahkan bahasa Gayo ke dalam
dengan cara memberikan penjelasan yang
bahasa
lebih mendalam atau meluwes.
Indonesia.
Nilai
rata-rata
yang
diperoleh oleh siswa kelas VII SMP Negeri 4
Takengon
adalah
67.
Jika
dilihat
dari
Hal
ini
dapat
dilakukan
2) Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa
Gayo
di
sekolah,
guru
hendeknya
persentase, siswa yang memperoleh nilai
menggunakan model-model pembelajaran
sangat baik (85 – 100) adalah 8 orang atau
yang dapat mengenal atau memahami
16%, siswa yang memperoleh nilai baik (70 –
bahasa Gayo.
84) adalah 20 orang atau 40%, siswa yang
3) Sebagai guru mata pelajaran bahasa Gayo
memperoleh nilai cukup (56 – 69) adalah 8
perlu
orang atau 16%, siswa yang memperoleh nilai
materi
kurang (40 – 55) adalah 8 orang atau 16%, dan
pembelajaran berlangsung secara sistematis
siswa yang memperoleh nilai sangat kurang (
sehingga
39) adalah 6 orang atau 12%.
menguasai bahasa Gayo.
melakukan
atau
konsultasi
bahan
peserta
ajar
didik
mengenai
agar
lebih
proses
terarah
Dari hasil penelitian terbukti bahwa
4) Pemanfaatan fasilitas dan sarana belajar
kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4
merupakan hal yang dapat menunjang
Takengon menerjemahkan bahasa Gayo ke
keberhasilan pembelajaran. Oleh karena
ISSN 2338-0306
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 17
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
itu, guru bidang studi mata pelajaran
memanfaatkan segala fasilitas dan sarana
bahasa
yang ada di sekolah.
ISSN 2338-0306
Gayo
diharapkan
dapat
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 18
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi dkk. 1981. Bahasa Gayo. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan).
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Cetakan II. Jakarta: PT Rineka Cipta.
--------. 2007. Linguistik Umum. Cetakan III. Jakarta: PT Rineka Cipta.
--------. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Cetakan I. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Depdiknas. 2006. Pengembangan Media Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Djajasudarama, T. Fatimah (Eds). tt. Nusa, Bangsa, dan Bahasa. Bandung: Yayasan Pustaka Wina.
Djuharie, Setiawan. 2005. Teknik dan Panduan Menerjemahkan. Cetakan II. Bandung: CV. Yrama
Widya.
Hartono. 2008. Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Humanika, Eko Setyo. 2002. Mesin Penerjemah. Cetakan I. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Kanisius. 2003. Bahasa Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan. Cetakan V. Yogyakarta:
Kanisius (Anggota IKAPI).
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Cetakan V. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.
Machali, Rochayah. 2000. Pedoman bagi penerjemah. Cetakan I. Jakarta: PT Grasindo.
Mahsun (Eds.). 2000. Risalah Seminar Politik Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa.
Mangkuatmodjo, Soegiarto. 2003. Pengantar Statistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Masinambow dan Paul Haenen. 2002. Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah. Cetakan I. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Cetakan I Jakarta: PT Gramedia.
Moentaha, Salihen. 2006. Bahasa dan Terjemahan. Cetakan I. Jakarta: Kesaint Blanc-Anggota
IKAPI.
Nababan, Rudolf. 2008. Teori Menerjemah. Cetakan III. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Cetakan VI. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ramlan. 1997. Morfologi. Cetakan XI. Yogyakarta: CV. Karyono.
Rawakil, Yusuf dkk. 1996. Pedoman Ejaan dan Buku Ajar Bahasa Gayo. Takengon: Pengembangan
SDM Masyarakat Gayo.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan VII. Bandung: CV. Alfabeta.
Sulaiman, Budiman dkk. 1988. Tata Bahasa Gayo. Jakarta: Proyek Pengembagan Bahasa dan Sastra
Daerah (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).
Sumarsono dan Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Cetakan I. Yogyakarta: Lembaga Studi Agama,
Budaya Dan Perdamaian (Sabda).
ISSN 2338-0306
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 19
Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas …
Suryawinata, Zuchridin dan Sugeng Hariyanto. 2003. Bahasa Teori dan Penuntun Praktis
Menerjemahkan. Cetakan V. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).
Thomas, Linda dan Shan Wareing. 2007. Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan. Cetakan I.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Widjono. 2005. Bahasa Indonesia. Cetakan I. Jakarta: PT Grasindo.
ISSN 2338-0306
Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 20
Download