Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 TAKENGON MENERJEMAHKAN BAHASA GAYO KE DALAM BAHASA INDONESIA Harfiandi1 Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kamampuan siswa kelas VII SMP 4 Takengon menerjemahkan BG ke dalam bahasa Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 4 Takengon di Kabupaten Aceh Tengah tahun ajaran 2011 yang berjumlah 197 orang yang terdiri dari lima kelas, yaitu kelas VII-1 berjumlah 38 orang, kelas VII-2 berjumlah 38, kelas VII-3 berjumlah 40, kelas VII4 berjumlah 40, dan kelas VII-5 berjumlah 41. Penelitian ini akan mengambil sampel sebesar 25%. Dengan demikan, penelitian ini akan mengambil sampel 10 siswa dari setiap kelas sehingga berjumlah sebanyak 50 siswa. Teknik penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Takengon menerjemahkan bahasa Gayo ke dalam bahasa Indonesia memperoleh nilai rata-rata 67. Berdasarkan petunjuk penilaian, nilai rata-rata tersebut berada pada kategori cukup. Jika dilihat dari persentase, siswa yang memperoleh nilai sangat baik (85 – 100) adalah 8 orang atau 16%, siswa yang memperoleh nilai baik (70 – 84) adalah 20 orang atau 40%, siswa yang memperoleh nilai cukup (56 – 69) adalah 8 orang atau 16%, siswa yang memperoleh nilai kurang (40 – 55) adalah 8 orang atau 16%, dan siswa yang memperoleh nilai sangat kurang ( 39) adalah 6 orang atau 12%. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, yaitu (1) dapat menjadi pedoman guru dalam meningkatkan kemampuan siswa mengusai BG, (2) dapat dijadikan ukuran tentang penguasaan BG pada siswa kelas VII SMP 4 Takengon, dan (3) dapat menambah pengetahuan peneliti terhadap kemampuan siswa kelas VII SMP 4 Takengon menerjemahkan BG ke dalam bahasa Indonesia. Jadi, kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Takengon menerjemahkan bahasa Gayo ke dalam bahasa Indonesia masih belum memuaskan dan masih memerlukan peningkatan. Kata Kunci: bahasa Gayo, kemampuan menerjemahkan, dan bahasa Indonesia 1 Harfiandi, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, STKIP Bina Bangsa Getsempena, Banda Aceh ISSN 2338-0306 Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 1 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … yang ada dalam pengajaran, seperti peradaban, Pendahuluan Bahasa Gayo (BG) merupakan salah adat istiadat, dan kebudayaan disertai dengan satu bahasa daerah yang dipakai di Provinsi seni. Oleh karena itu, siswa diharapkan Aceh. BG dipakai oleh mayoritas penduduk mampu menangkap ide yang diungkapkan etnis Gayo yang tinggal di Aceh tengah yang dalam bahasa daerah, baik lisan maupun terdiri dari Kabupaten Aceh Tengah dan tulisan sehingga dapat memahami identitas diri Kabupaten Bener Meriah. Selain itu, ada juga orang Gayo. BG digunakan oleh penduduk etnis Gayo yang tinggal di Kabupaten Kabupaten Aceh Gayo dan sangat berperan penting dalam Kemudian, mengungkapkan ciri khas budaya masyarakat sebagian kecil masyarakat etnis Gayo yang Gayo. BG yang digunakan dalam mata telah menyebar memakai BG di Kabupaten pelajaran Aceh Utara, mengajar dan belajar untuk mendeskripsikan Kabupaten Aceh Barat, dan Kabupaten Aceh berbagai jenis budaya masyarakat Gayo. Selatan. akan Apalagi materi yang diajarkan itu berkaitan dilaksanakan pada salah satu kabupaten yaitu dengan karya sastra di daerah tersebut. Setiap Aceh Tengah. Penelitian ini dilakukan pada karya tingkat sekolah menengah pertama kelas VII menggunakan bahasa yang ada di dalam SMP Negeri 4 Takengon di Kabupaten Aceh daerah tersebut. Timur, Tenggara. Lues Mata pelajaran bahasa daerah (BG) Kabupaten Namun, Aceh penelitian ini Tengah. muatan sastra lokal yang merupakan dihasilkan alat pasti Peneliti ini melihat BG telah banyak Bahasa daerah yang diajarkan di mengalami perubahan dalam pemakaiannya seluruh SMP Kabupaten Aceh Tengah adalah sehingga keutuhan bahasa tersebut sangat bahasa Gayo. Pengajaran bahasa daerah diragukan. Daerah Dataran Tinggi Gayo merupakan bagian dari mata pelajaran muatan diketahui memiliki bahasa yang multilingual. lokal. Tujuan pengajaran ini diharapkan dapat Sebagaimana mempertahankan eksistensi bahasa daerah (dalam Chaer dan Agustina, 2004:120) bahwa (BG). Oleh karena itu, Pengajaran bahasa adanya daerah perlu dilaksanakan agar menghindari berkaitan dengan persentuhan bahasa tersebut pergeseran BG. dengan yang perubahan unsur-unsur dijelaskan sistem Weinreich suatu bahasa bahasa lain yang Pengajaran bahasa daerah berfungsi dilakukan oleh penutur bilingual. Dengan untuk mengembangkan kompetensi siswa demikian, BG diprediksikan telah mengalami sesuai dengan potensi daerah serta ciri perubahan seiring perkembangan zaman. khasnya termasuk keunggulan daerah. Konsep kurikulum bahwa oleh beberapa bahasa dari bebagai etnis, antara pengetahuan dan keterampilan berbahasa yang lain Aceh, Jawa, Minang, Batak, China, diperoleh berguna dalam komunikasi sehari- Madura, dan lain-lain. Oleh karena itu, bahasa hari. Hal itu menyangkut dengan nilai-nilai Gayo telah dipengaruhi oleh bahasa-bahasa ISSN 2338-0306 ini menyarankan Berdasarkan realita, BG didampingi Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 2 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … tersebut. Selain itu, pemakaian bahasa bahasa Indonesia lebih mendominasi Indonesia semakin besar frekuensi yang terjadi pemakaian bahasa di Dataran Tinggi Gayo, dalam kehidupan sehari-hari di kalangan BG harus tetap dipertahankan kedudukanya masyarakat Gayo. Di sisi lain, BG juga karena bahasa itu mempunyai nilai yang dipengaruhi oleh informasi dan teknologi berharga. terutama pada yang Sehubungan dengan hal di atas, menimbulkan masyarakat Gayo diragukan dalam memahami bahasa asing atau teradopsi kata-kata tertentu. bahasa Gayo terutama anak-anak. Apalagi Akibatnya, persaingan dan interferensi bahasa anak-anak yang ada di bagian kota Aceh terhadap penutur bahasa Gayo tidak dapat Tengah. Masalah ini akan berdampak semakin dihindari kurang apresiasi positif terhadap BG sehingga berkembang media pesat sehingga elektronik dengan BG telah berkurang pemakaiannya. semakin banyak hilangnya kata-kata yang ada Bahasa Gayo dapat disebut dengan secara bertahap dan tanpa disadari. Mengingat bahasa yang mempunyai banyak kosakata. pentingnya bahasa daerah, hal ini perlu Dengan seiring perkembangan zaman, kata- mendapat kata yang ada dalam BG telah banyak hilang penelitian ini akan menguji “Kemampuan atau punah. Hal ini tentu mempengaruhi Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Takengon keutuhan dan Menerjemahkan Bahasa Gayo ke dalam terhadap Bahasa Indonesia”. Hal ini dilaksanakan untuk BG. perkembangan penggunaan Pengaruh era BG perubahan gobalisasi semakin kuat untuk perhatian. mengetahui tingkat menciptakan tatanan baru terhadap keaslian terhadap BG. bahasanya. Sementara, bahasa daerah memiliki Landasan Teoretis Dengan demikian, pemahaman siswa fungsi (Mahsun, 2000:40), yaitu (1) lambang Pengajaran BG merupakan salah satu kebanggaan daerah, (2) lambang identitas alat untuk mempelajari kebudayaan Gayo dan daerah, (3) alat perhubungan di dalam menjadi penunjang memberdayakan bahasa keluarga (4) Gayo. Bahasa Gayo dapat dikatakan sebagai bahasa materi yang penting untuk diajarkan dalam dan pendukung masyarakat bahasa daerah, nasional, (5) pengantar di sekolah di daerah tertentu pada mata tingkat Kabupaten Aceh Tengah. Untuk itu, bahasa permulaan pengajaran bahasa untuk memperlancar Indonesia dan pelajaran muatan lokal di SMP mata Gayo perlu dilestarikan dan dikembangkan pelajaran lain, serta (6) alat pengembangan oleh siswa-siswa di sekolah agar tidak dan pendukung kebudayaan. kehilangan ciri khas dan jati diri sebagai Menurut Masinambow dan Haenen generasi penerus suku Gayo. (2002:94), bahasa daerah sebagai sarana BG dapat disebut sebagai identitas penyimpanan khasanah adat dan budaya suku Gayo. Artinya, bahasa ini menunjukkan daerah digantikan suku Gayo. Sebagaimana yang dikatakan sepenuhnya oleh bahasa Indonesia. Walaupun Sulaiman dkk. (1988:1), kehidupan dan cara yang ISSN 2338-0306 tidak dapat Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 3 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … berpikir masyarakat Gayo tercermin melalui sistem yang membentuk sejumlah komponen BG. yang Sumarsono dan Partana (2002:20) mengatakan bahwa bahasa merupakan produk berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. sosial yang tidak terpisahkan dari kebudayaan. Afiksasi merupakan proses Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pembentukan kata melalui pembubuhan afiks perilaku masyarakat dibentuk oleh masyarakat (imbuhan) pada sebuah kata dasar. Afiks pemakai bahasa. menjadi pokok atau dasar membentuk sebuah Bahasa Gayo adalah salah satu bahasa kata. Ramlan (1997:55) menjelaskan bahwa daerah yang ada di Indonesia. Sebagaimana afiks adalah suatu satuan gramatik terikat yang penjelasan pasal 36, Bab XV, Undang-Undang di dalam suatu kata merupakan unsur yang Dasar 1945 (dalam mahsun, 2000:38) bahwa bukan kata dan bukan pokok kata yang bahasa daerah dinyatakan sebagai salah satu memiliki kesanggupan melekat pada satuan- unsur kebudayaan yang perlu dipelihara dan satuan lain untuk membentuk kata atau pokok dikembangkan. Pentingnya pemeliharaan dan kata pengembangan bahasa daerah dapat menjadi menyebutkan bahwa afiks dalam bahasa Gayo pendukung bahasa nasional. Untuk menjadi terdiri dari 10 awalan (prefiks), 2 sisipan pendukung (infiks), 12 akhiran (sufiks), dan 7 gabungan bahasa nasional (bahasa Indonesia), bahasa Gayo mempunyai potensi baru. Sulaiman dkk. (1988:15) awalan dengan akhiran (konfiks). yang besar untuk memperkaya kosakata Menurut pendapat para ahli, kata bahasa nasional (Sulaiman dkk, 1988:2). majemuk memiliki ciri-ciri: (1) tidak dapat Tata Bahasa Gayo disisipi, (2) tidak dapat diperluas, (3) tidak Kridalaksana (2001:21) mengatakan dapat dibalik, (4) tidak dapat diartikan dalam bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi bentuk yang sebenarnya, dan (5) tidak ada arbiter yang dipergunakan oleh para anggota penekanan pada unsur kedua. Berdasarkan masyarakat ciri-ciri tesebut, bahasa Gayo juga memiliki untuk bekerja sama atau berinteraksi. Selanjutnya, Machali (2000:18) bentuk kata majemuk. mengatakan bahwa bahasa merupakan sistem yang mempunyai struktur. Menurut Chaer dan Agustina (2004:11), bahasa adalah sebuah Contoh mah + bayi inen + mayak mah bayi ‘mengantar dengan membawa pengantin’ inen mayak ‘pengantin perempuan’ Partikel adalah bentuk kata yang tidak Partikel tersebut merupakan bantuk terikat bermakna. Namun, pertikel memiliki peran atau melekat sebagai penegas. Bentuk partikel yang ada mengikutinya. di belakang kata yang dalam bahasa Gayo adalah –ni dan -wi. ISSN 2338-0306 Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 4 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … Contoh Umahni Ali mutelong. ‘Rumah Ali terbakar.’ We tengah munisiwi wih ku wan time. ‘Dia sedang mengisi air ke dalam timba.’ Sintaksis merupakan bidang ilmu yang lebih sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri khusus mempelajari tentang kalimat. Setiap dari klausa bebas. Sebagaimana klausa bebas kalimat terdapat unsur-unsur yang saling mengandung unsur lengkap, yaitu terdapat berkaitan. Hal yang perlu diperhatikan dalam subjek dan predikat. Selain itu, klausa bebas kalimat adalah proses pembentukan kalimat itu dapat berdiri sendiri untuk menjadi kalimat. sendiri. Berdasarkan kajian sintaksis, bahasa Jadi, klausa bebas merupakan ciri-ciri kalimat Gayo memiliki variasi kalimat. Sulaiman dkk. sempurna yang terdapat pada kalimat tunggal (1988:109) mengungkapkan bahwa kalimat dan kalimat majemuk. Contoh Ama munekik i kulem 3:T memancing PRE kolam ‘Ayah memancing di kolam itu’ oya DEM Kalimat tunggal sering disebut dengan kalimat sederhana. Kalimat ini hanya memiliki satu predikat. Dengan demikian, kalimat ini terdapat satu klausa saja. Contoh Pakea munyuen gantang 3:J menanam kentang ‘Mereka menanam kentang’ Kalimat majemuk merupakan kalimat majemuk yang menyampaikan dua maksud tertentu. Hal majemuk ini terjadi dengan menggabungkan informasi- majemuk bertingkat merupakan kalimat yang informasi dalam sebuah kalimat sehingga mengalami terdapat dua klausa/pola atau lebih. Kalimat pergantian dari kalimat tunggal (dapat berdiri majemuk setara memiliki status yang sama sendiri). Kalimat ini dapat dikatakan tidak dalam dkk. sederajat karena memiliki unsur inti dan unsur (1988:92) mengungkapkan bahwa kalimat penjelas. Dengan demikian, hal tersebut majemuk setara dalam bahasa Gayo dibagi terdapat bagian kalimat yang berfungsi sebagai atas 4 jenis, yaitu (a) kalimat majemuk sejalan, induk kalimat dan anak kalimat. sebuah kalimat. Sulaiman sebab-akibat, pilihan. dan (d) Kemudian, perluasan, kalimat Kalimat perubahan atau (b) kalimat majemuk berlawanan, (c) kalimat ISSN 2338-0306 Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 5 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … Contoh Ike kenakmu Konj. ingin:2:T merke belejer malas belajar tir cepat Kalimat yang subjeknya melakukan atau mengalami sesuatu disebut siep selesai kuliah, kuliah, we 2:T gere NEG nguk boleh dapat ditandai dengan mu- dan be-. Verba aktif dengan yang memerlukan objek menjadi tanda kalimat kalimat aktif. Dalam bahasa Indonesia, kalimat aktif transitif, sedangkan verba aktif yang akif ditandai dengan verba yang berafiks meN- tidak berobjek menjadi tanda kalimat aktif dan ber-. Jika dalam bahasa Gayo, verba aktif intransitif. Contoh Kekanakni munanten inee. Anak-anak:DEM menunggu 3:T ‘Anak-anak ini menunggu ibunya’ Kalimat pasif merupakan kalimat yang yang melekat dalam verba. Bentuk afiks itu subjeknya dikenai pekerjaan atau sebagai adalah i-. Selain itu, ada juga bentuk lain yang penderita. Jika dalam bahasa Gayo, kalimat menjadi tanda kalimat pasif yaitu kona ‘kena’. pasif juga dapat ditandai dengan bentuk afiks Contoh We i-julen ku sekulah serloni 3:T: AK antar:PAS PRE sekolah PRK hari:DEM ‘Dia diantar ke sekolah hari ini’ Jenis terjemahan suatu bahasa Proses Menerjemahkan Kata menerjemahkan memiliki bentuk kriteria dan pandangan yang berbeda karena dasar terjemah. Berdasarkan morfologis, kata setiap menerjemahkan memiliki bentuk turunan, tertentu. yaitu Moentaha penerjemah berarti orang yang memiliki bahasa mempunyai Sebagaimana (2006:30) kaidah-kaidah yang bahwa dikatakan jenis-jenis profesinya menerjemah, penerjemahan berarti terjemahan dapat dibentuk berdasarkan ciri- perbuatan menerjemah, terjemahan berarti ciri dan fungsi masing-masing. Hal tersebut hasil Dengan disebabkan adanya perbedaan antara sistem demikian, menerjemahkan adalah suatu proses bahasa sumber dengan sistem bahasa sasaran. yang Kegiatan menerjemahkan sesungguhnya tidak perbuatan dilakukan menerjemah. dengan menyalin dan memindahkan dari suatu bahasa ke dalam selalu berdiri bahasa lain. kemungkinan yang menerapkan dua atau tiga jenis sendiri penerjemahan dalam artian sekalipun ada dalam menerjemahkan teks (Nababan, 2008:29). ISSN 2338-0306 Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 6 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … Adapun jenis-jenis terjemahan tersebut dapat (5) Penerjemahan pragmatik diperincikan sebagai berikut. Penerjemahan (1) Penerjemahan kata demi kata translations) Penerjemahan kata demi kata (word-forword translation) adalah suatu amanat pragmatik mengacu dengan (pragmatic pada pengalihan mementingkan ketepatan jenis penyampaian informasi dalam BSa yang terjemahan yang pada dasaranya masih terikat sesuai dengan informasi yang terdapat dalam pada tataran kata. Penerjemah ini hanya BSu. Penerjemahan pragmatik tidak begitu mencari padanan kata BSu dalam BSa tanpa memperhatikan aspek bentuk estetika bahasa mengubah susunan kata dalam kalimat aslinya. sumber, (2) Penerjemahan bebas mengutamakan informasi atau fakta. Penerjemahan bebas atau free translation sering tidak terikat pada pencarian padanan tetapi penerjemahanya lebih (6) Penerjemahan etetik-puitik Penerjemahan Etetik-puitik kata atau kalimat, tetapi pencarian padanan itu poetic cenderung terjadi pada tataran paragraf atau penerjemahan wacana. Penerjemah harus mampu menangkap mengutamakan penyampaian informasi yang amanat dalam bahasa sumber pada tataran akurat. wacana secara utuh dan mengalihkannya memusatkan dalam bahasa sasaran. penyampaian informasi, tetapi pada masalah (3) Penerjamahan harfiah kesan, Penerjemahan harfiah (literal translation) terletak antara penerjemahan kata demi kata dengan penerjemahan bebas. Penerjemahan harfiah mula-mula sangat pragmatik Penerjemahan ini perhatiannya emosi dan berbeda dan lebih tidak pada perasaan dari hanya masalah dengan mempertimbangkan keindahan bahasa sasaran. (7) Penerjemahan etnografik Dalam penerjemahan etnografik, seorang seperti penerjemah berusaha menjelaskan konteks tetapi budaya bahasa sumber dalam bahasa sasaran. penerjemah menyesuaikan susunan kata dalam Penerjemah harus peka terhadap penggunaan kalimat terjemahannya yang sesuai dengan bahasa susunan kata dalam kalimat BSa. Penerjemahan seperti ini biasanya harus (4) Penerjemahan dinamik mampu menemukan padanannya dalam BSa. penerjemahan kata Penerjemahan dilakukan translations) (esthetic- demi dinamik kata, disebut juga sebagai penerjemahan wajar. Amanat bahasa yang berkaitan dengan dialek. (8) Penerjemahan linguistik Penerjemahan linguistik ialah sumber dialihkan dan diungkapkan dengan penerjemahan yang hanya berisi informasi ungkapan-ungkapan yang lazim dalam bahasa linguistik, seperti morfem, kata, frasa, klausa, sasaran. Segala sesuatu yang berbau asing atau dan kalimat. Informasi itu tersirat dalam BSu kurang bersifat alami, baik kaitannya dalam yang kemudian dijadikan tersurat dalam BSa. konteks budaya maupun pengungkapannya Pada dalam diterapkan jika terdapat ketaksaan dalam bahasa dihindari. ISSN 2338-0306 sasaran sedapat mungkin umumnya, penerjemahan linguistik bahasa sumber, baik pada tataran kata, frasa, Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 7 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … klausa maupun kalimat sekalipun kalimat Menurut Djuharie (2005:13), proses kompleks. menerjemahkan adalah rangkaian tindakan (9) Penerjemahan komunikatif dan semantik penerjemah Dengan berpedoman pengetahuan, alat keterampilan, kemampuan dan kebasaannya komunikasi, terjemahan harus dikembalikan untuk mengalihkan pesan dari BSu ke dalam pada untuk BSa. Untuk menghasilkan terjemahan yang menyampaikan atau mengungkapkan suatu baik dan benar, terdapat langkah-langkah yang gagasan dan perasaan kepada orang lain. Suatu harus dilalui oleh penerjemah. Nida (dalam terjemahan Humanika, fungsi sebagai mencurahkan utamnya, semestinya yaitu tidak hanya 2002:8) mempunyai pendapat mempunyai bentuk dan makna, tetapi juga tentang langkah-langkah terjemahan yang fungsi. pada paling banyak diacu atau diangkat oleh memperhatikan beberapa ahli, yakni proses penerjemahan masalah efek yang ditimbulkan atau hasil berlangsung dalam tiga tahap, yakni analisis, keefektifan pengalihan dan penyusunan kembali. Hal pengalihan tersebut pesan ditekankan dengan terjemahan. Penerjemahan semantik terfokus pada tataran kata yang tetap terikat budaya BSu. Penerjemahan Metode Penelitian ini Nazir (2005:273) menyatakan bahwa berusaha mengalihkan makna kontekstual populasi adalah kumpulan dari ukuran-ukuran bahasa sumber yang sedekat mungkin dengan yang ingin dibuat inferensinya. Inferensi ini struktur sintaksis dan semantik BSa. Salah satu diambil dari bukti faktual. Dengan demikian, gambarannya seperti kalimat perintah yang populasi penelitian ini adalah seluruh siswa telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris, kelas VII SMP Negeri 4 Takengon di maka BSu berbentuk kalimat perintah. Kabupaten Aceh Tengah yang berjumlah 197 Machali (2000:33) mengungkapkan bahwa orang yang terdiri dari lima kelas, yaitu kelas penerjemahan bukanlah sekedar menggatikan VII-1 berjumlah 38 orang, kelas VII-2 sebuah teks dalam BSu ke BSa. Dengan berjumlah 38, kelas VII-3 berjumlah 40, kelas pernyataan ini, ada beberapa hal yang perlu VII-4 berjumlah 40, dan kelas VII-5 berjumlah diperhatikan dalam pengalihan pesan. Ketika 41. seorang menuliskan mempunyai disampaikan maksud kepada sesuatu, orang tertentu pembaca. itu yang Sebagai pengamatan awal, ada maksud, gaya, budaya, dan konvensi yang dikuti penulis. ISSN 2338-0306 Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 8 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … Tabel I Populasi penelitian No. Kelas VII Jumlah Siswa 1. 2. 3. 4. 5. VII-1 VII-2 VII-3 VII-4 VII-5 Jumlah 38 orang 38 orang 40 orang 40 orang 41 orang 197 orang Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 16 orang 22 orang 17 orang 21 orang 15 orang 25 orang 21 orang 19 orang 26 orang 15 orang 95 orang 102 orang Pengambilan sampel penelitian ini Penelitian ini akan mengambil sampel sebesar menggunakan teknik sample random sampling 25% dari jumlah populasi. Dengan demikan, (sampel penelitian ini akan mengambil sampel 10 random sederhana). Teknik ini dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada (Sugiyono, siswa dari setiap kelas. 2009:117). Tabel II Jumlah Sampel Penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5. Kelas VII-1 VII-2 VII-3 VII-4 VII-5 Jumlah Jumlah Siswa 10 10 10 10 10 50 Jumlah siswa yang menjadi sampel benar dan salah ditentukan dengan terjemahan sebanyak 50 siswa. Jadi, 50 siswa ini akan pragmatik diuji dengan menerjemahkan bahasa Gayo ke mementingkan dalam bahasa Indonesia yang mewakili dari informasi dalam Bsa. Penerjemahan tidak seluruh kelas VII SMP Negeri 4 Takengon di memperhatikan bentuk estetik BSu, melainkan Kabupaten Aceh Tengah tahun ajaran 2011. mengutamakan informasi dan fakta. hasil ketepatan terjemahan penyampaian Sebelum siswa menerjemahakan teks, Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data, penelitian ini menggunakan yaitu teknik tes. Tes peneliti menentukan nilai dari teks yang dilakukan diberikan. Teks berjumlah 23 kalimat. Jadi, dengan membagikan teks bahasa Gayo kepada rumus yang akan digunakan untuk menilai masing-masing siswa. Siswa diminta untuk hasil nilai siswa adalah sebagai berikut. menerjemahkan teks tersebut ke dalam bahasa Penghitungan nilai siswa dalam skala 0—100 Indonesia. adalah sebagai berikut. Teks bahasa Gayo dinilai berdasarakan terjemahan per kalimat. Kalimat ISSN 2338-0306 Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 9 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … Nilai Siswa = jumlah kalimat jumlah yang dijawab kalimat benar 1) Menyusun Teknik Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan untuk Negeri 4 Takengon menerjemahkan bahasa diolah melalui statistik kemampuan siswa bahasa Indonesia. 2) Mendistribusikan nilai siswa dalam tabel Gayo ke dalam bahasa Indonesia. Data ini nilai menerjemahkan bahasa Gayo ke dalam mengetahui kemampuan siswa kelas VII SMP penelitian = …….. 100% seluruhnya frekuensi. 3) mencari nilai rata-rata (mean) dengan deskriptif. Analisis data dilakukan dengan cara menggunakan rumus rata-rata mencari nilai rata-rata (mean) dari hasil (Hartono, 2008:30) sebagai berikut. hitung jawaban siswa. Langkah-langkah analisis data sebagai berikut. Mx = fX N Keterangan: M ialah rata-rata f ialah frekuensi X ialah nilai N ialah banyaknya data Setelah dapat nilai ditentukan rata-rata bagaimanakah diperoleh, dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut tingkat dilakukan dengan cara menentukan klasifikasi kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4 penilaian dan menggunakan skala Depdiknas Takengon menerjemahkan bahasa Gayo ke (2006:57) sebagai berikut . Tabel III Klasifikasi Penilaian No. 1. 2. 3. 4. 5. Kualifikasi Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang Skor 85-100 70-84 56-69 40-55 39 (Sumber: Depdiknas 2006:57) Hasil Penelitian tersebut diambil dari 50 siswa yang menjadi Data penelitian ini berupa skor yang sampel. Tes yang diberikan berupa teks cerita diperoleh melalui tes kemampuan siswa kelas bahasa Gayo dengan jumlah 23 kalimat. Teks VII SMP Negeri 4 Takengon menerjemahkan tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa bahasa Gayo ke dalam bahasa Indonesia. Data ISSN 2338-0306 Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 10 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … Indonesia dengan penilaian skor yang telah kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4 rumuskan. Takengon menerjemahkan bahasa Gayo ke Data penelitian ini disajikan atau diklasifikasikan dalam bentuk tabel. Adapun dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. nilai-nilai yang diperoleh siswa dari hasil tes Tabel IV Data Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Takengon Menerjemahkan Bahasa Gayo ke dalam Bahasa Indonesia Responden 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 ISSN 2338-0306 Nilai 39 87 74 74 43 74 83 78 74 61 52 83 87 83 39 43 70 61 52 87 52 83 91 70 91 74 70 83 65 56 39 74 48 26 48 35 91 65 65 Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 11 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah 35 61 65 83 87 83 70 78 83 91 48 3354 menyusun tabel distribusi frekuensi dan Pengolahan dan Penganalisisan Data Data penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik statistik menghitung nilai rata-rata (mean). deskriptif. Setelah diketahui nilai-nilai siswa Pengolahan data yang berupa nilai mentah seluruhnya, nilai tersebut disusun secara kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4 berurutan dari nilai tertinggi ke nilai terendah. Takengon menerjemahkan bahasa Gayo ke Susunan nilai tersebut adalah sebagai berikut. dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan 91 83 74 65 48 91 83 74 65 48 91 83 74 61 43 91 83 74 61 43 87 83 70 61 39 87 83 70 56 39 87 78 70 52 39 87 78 70 52 35 83 74 65 52 35 83 74 65 48 26 Nilai-nilai tersebut selanjutnya diolah Rg = Range bentuk frekuensi. H = Nilai tertinggi Penggunaan tabel distribusi frekuensi ini L = Nilai terendah dimaksudkan sebagai langkah untuk mencari Nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelas nilai rata-rata siswa. Langkah-langkah yang VIII SMP Negeri 4 Takengon di Kabupaten ditempuh dalam pengolahan data tersebut Aceh Tengah adalah 91 dan nilai terendah sebagai berikut. adalah 26. Dengan demikian, Range penelitian 1) Menentukan Range (Rg) ini adalah dalam tabel distribusi Hartono (2008:18) menjelaskan bahwa Rg = H – L + 1 range adalah selisih nilai tertinggi (H) dengan Rg = 91 – 26 + 1 nilai terendah (L) ditambah satu. Berdasarkan Rg = 66 data tersebut dapat dicari dengan rumus 2) Menentukan Jumlah Kelas sebagai berikut. Rg = H – L + 1 Dalam menentukan jumlah kelas dilihat dari banyaknya data (Mangkuatmodjo, Keterangan : ISSN 2338-0306 Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 12 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … 2003:36). Ketentuannya adalah sebagai telah ditetapkan (Mangkuatmodjo, 2003:37). berikut. Rumus tersebut adalah sebagai berikut: K = 1 + (3,3) Log n Rg I = K = 1 + (3,3) Log n k K = 1 + (3,3) Log 50 I= 66 K = 1 + (3,3) (1,69) 7 K = 1 + 5,60 I = 9, 42 K = 6, 6 I=9 K=7 4) Menyusun Tabel Distribusi Frekuensi 3) Menentukan Lebar Kelas Interval (I) Penyusunan tabel Untuk menentukan lebar kelas interval (I), distribusi frekuensi dilakukan sebagai berikut. cara yang digunakan adalah membagi range yang telah diperoleh dengan jumlah kelas yang Tabel V Distribusi Frekuensi Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Takengon Menerjemahkan Bahasa Gayo ke dalam Bahasa Indonesia Interval 89 - 97 80 – 88 71 – 79 62 – 70 53 – 61 44 – 52 35 – 43 26 – 34 Jumlah F 4 12 8 8 4 6 7 1 50 X 93 84 75 66 57 48 39 30 fX 372 1008 600 528 228 288 273 30 3327 5) Menentukan Nilai Rata-Rata (Mean) Mx = M= fX N 3327 50 M = 66, 54 M = 67 Berdasarkan perhitungan di atas, nilai Gayo ke dalam bahasa Indonesia oleh siswa rata-rata kemampuan siswa kelas VII SMP kelas VII SMP Negeri 4 Takengon Kabupaten Negeri 4 Takengon menerjemahkan bahasa Aceh Gayo ke dalam bahasa Indonesia adalah 67. frekuensi dan persentasenya. Tengah ini dianalisis berdasarkan Nilai kemampuan menerjemahkan bahasa ISSN 2338-0306 Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 13 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … Tabel VI Analisis Berdasarkan Frekuensi dan Persentase Nilai Kualitatif Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang Kuantitatif 85-100 70-84 56-69 40-55 39 Jumlah Frekuensi 8 20 8 8 6 N = 50 Persentase 16% 40% 16% 16% 12% 100% Tabel di atas memperlihatkan bahwa siswa telah mampu menerjemahkan teks nilai rata-rata kemampuan siswa kelas VII bahasa Gayo ke dalam bahasa Indonesia. Hal SMP Negeri 4 Takengon menerjemahkan ini terlihat dari hasil jawaban siswa yang bahasa Gayo ke dalam bahasa Indonesia mampu menerjemahkan teks bahasa Gayo adalah nilai dengan kalimat yang utuh atau informasi yang Depdiknas, skor 67 termasuk dalam kategori lengkap dalam bahasa Indonesia. Namun, cukup. sebagian kalimat yang diterjemahkan terdapat Pembahasan Hasil Penelitian kesalahan atau ketidaktepatan makna. Dengan 67. Berdasarkan klasifikasi Berdasarkan pengolahan data di atas, kata lain, informasi yang dihasilkan dalam penelitian ini memberikan gambaran mengenai bahasa sasaran berbeda dari bahasa sumber. kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Bahkan, kalimat tersebut tidak berhubungan Takengon menerjemahkan bahasa Gayo ke sama sekali. Hal ini juga terlihat dari hasil dalam bahasa Indonesia. Data penelitian ini terjemahan atau jawaban siswa, baik bentuk diperoleh dari sebuah teks bahasa Gayo dalam kata yang tidak gramatikal maupun kata yang bentuk cerita yang diterjemahkan ke dalam gramatikal. bahasa Indonesia. Siswa diminta untuk Sehubungan dengan itu, kesalahan menerjemahkan teks tersebut dengan jumlah siswa dalam menerjemahkan bahasa Gayo ke 23 kalimat. dalam bahasa Indonesia dapat dipaparkan dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibahas melalui tabel berikut ini. kemampuan siswa menerjemahkan bahasa Gayo ke dalam bahasa Indonesia memperoleh nilai rata-rata 67. Oleh karena itu, sebagian ISSN 2338-0306 Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 14 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … Tabel VII Hasil Kerja Siswa dan Pembahasan No. 1. Hasil Kerja Asal muloe ari negeri Nosar, inen mayak Pukes betempat urum urang Delung Tuwe. Terjemahan Siswa Asal mula dari negeri nosar, inen mayak Pukes bertempat tinggal sama orang Delung Tuwe. Kesalahan Terjemahan Terjemahan dalam bahasa sasaran berbeda informasi dari bahasa sumber. Betempat memiliki padanan menikah dalam bahasa sasaran. Jika betempat diterjemahkan dengan Bertempat tinggal, informasi yang disampaikan tidak sama dengan informasi bahasa sumber. Jadi, pesan bahasa sumber yang dihasilkan tidak sama dengan bahasa sasaran. Alternatif Pembentulan Asal mulanya dari kampung Nosar, inen mayak Pukes menikah dengan orang Delung Tuwe. 2. Nge ara sebulen betempat, inen mayak ijulen wan tanasen ku umahni ume. Terjemahan Siswa Sudah ada sebulan berumah, inen mayak di antar dalam tanasen ke rumah mertua. Kesalahan Terjemahan Kalimat ini disebut dengan kalimat majemuk. Kalimat ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat selalu tergantung pada induk kalimat. Terjemahan ini terdapat informasi yang kabur pada unsur induk kalimat dan unsur anak kalimat, yaitu berumah dan tanasen sasaran. Jika anak kalimat digantikan dengan bahasa sasaran yang benar, informasi yang dihasilkan masih dapat diperhitungkan dalam kategori benar karena masih dapat dipahami maknanya. Jika kedua unsur tersebut dialihkan dengan padanan yang salah atau kabur, informasi yang dihasilkan menjadi tidak jelas. Alternatif Pembentulan Setelah sebulan menikah, inen mayak diantar dalam acara pelepasan ke rumah mertua. Nge meh bakuten mutenyen i dudukni tenge, inen mayak urum aman mayak muniro izin doa sempena ku ama ine. Terjemahan Siswa Udah habis rasa yang terpendam di tempat tinggal, meminta izin doa agar direstui kepada bapak ibu. Kesalahan Terjemahan Kalimat ini juga disebut dengan kalimat majemuk yang di dalamnya terdapat induk kalimat dan anak kalimat. Terjemahan kalimat ini menghasilkan pesan yang menyimpang dari bahasa sumber. Penyimpangan tersebut terdapat pada anak kalimat. Tidak ada pesan yang mengandung rasa yang terpendam, melainkan bungkusan menumpuk di beranda atau depan rumah. Alternatif Pembentulan Setelah habis bungkusan menumpuk di beranda rumah, inen mayak dan aman mayak meminta doa restu kepada ayah ibu. Edet nge kin peraturen muluahi sinte i masa oya. Terjemahan Siswa Adatnya dan peratuaran melepaskan di masa itu. Kesalahan Terjemahan Terjemahan ini telah mengalami pengurangan unsur penting. Selain itu, kalimat ini terjadi penambahan konjungsi yang seharusnya tidak ada. Dengan demikian, 3. 4. ISSN 2338-0306 Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 15 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … 5. 6. 7. 8. 9. terjemahan ini telah kehilangan informasi dan pesan yang disampaikan tidak jelas. Alternatif Pembentulan Adat sudah menjadi peraturan melepaskan anak perempuan dalam pernikahan di masa itu. Ike gere banan ijuelen keta iangkap. Terjemahan Siswa Kalau tidak ada banan ku antar di tangkap Kesalahan Terjemahan Kalimat ini merupakan bentuk gramatikal. Secara leksikal kata ijuelen berarti dijualkan dan iangkap berarti ditangkap. Kata ijuelen masih dapat digantikan dengan makna yang sebenarnya dalam bahasa Indonesia karena kata tersebut masih dapat dipahami maknanya. Namun, kata iangkap tidak dapat digantikan dengan makna yang sebenarnya karena pesan akan berlainan dari makna bahasa sumber. Jadi, penerjemah harus memahami makna terlebih dahulu agar informasi yang disampaikan tidak menyimpang dari bahasa sumber. Dari terjemahan siswa, kata yang digantikan tidak sesuai dengan pesan yang ada dalam bahasa sumber sehingga kalimat tersebut tidak jelas dan tidak berhubungan sama sekali. Alternatif Pembentulan Kalau perempuan tidak diantar ke tempat laki-laki berarti tinggal di tempat perempuan. Renye, amae bemanat, “Wo anaku upuh ulesku bayak bajungku enti mubalik ku kuduk i lahni dene”. Terjemahan Siswa Terus membawa, “ wo anakku kain selimut jaga dirimu di perjalanan”. Kesalahan Terjemahan Terjemahan ini terjadi kesalahan yang fatal. Pertama, unsur pokok pada kalimat mengalami pengurangan. Kedua, kata yang digantikan ke dalam bahasa sasaran tidak tepat. Oleh karena itu, informasi yang dihasilkan tidak lengkap dan tidak jelas. Alternatif Pembentulan Kemudian, ayahnya berpesan, “Wahai anakku buah hatiku jangan berbalik ke belakang di tengah perjalanan”. Ike macikpe atemu munehen sedih, ikuweten atemu. Terjemahan Siswa Jika macik pun hatimu menahan sedih, jika kau ambil hatimu. Kesalahan Terjemahan Informasi yang dihasilkan dalam terjemahan ini tidak lengkap dan padanan kata yang dialihkan tidak ada kepaduan antarkata dalam kalimat bahasa sasaran. Dengan demikian, tidak ada kejelasan pesan yang disampaikan dalam kalimat ini. Alternatif Pembentulan Jika hatimu gundah menahan sedih, kuatkan hatimu. Ari dudukni tenge, rombongen remalan beraron naru ku Ujung Sere. Terjemahan Siswa Dari duduk dikursi, rombongan berjalan panjang ke ujung Sare. Kesalahan Terjemahan Terjemahan ini terdapat kesalahan pada gabungan kata yaitu ari dudukni tenge yang diterjemahkan dari duduk dikursi. Hal tersebut tidak ada ketepatan makna. Oleh Karena itu, informasi yang dihasilkan tidak tepat. Alternatif Pembentulan Dari beranda rumah, rombongan berjalan beriring panjang ke Ujung Sere. I wan perjelenen oya, ara tetinin atu ter lahni Lut Tawara. Terjemahan Siswa di perjalanan ini, ada batu terbelah di lut tawar ISSN 2338-0306 Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 16 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … Kesalahan Terjemahan Informasi yang disampaikan dalam kalimat ini tidak sama. Pesan yang disampaikan berbeda dari bahasa sumber. Dengan demikian, hasil terjemahan ini tidak termasuk dalam kategori benar. Alternatif Pembentulan Di dalam perjalanan itu, ada jembatan batu bagian tengah laut tawar. Aman mayakpe mujadi atu pas munanguk. Terjemahan Siswa Inen mayak pun menjadi batu waktu menanjak Kesalahan Terjemahan Terjemahan kalimat ini hampir benar. Namun, terdapat kesalahan kata yang diterjemahkan tidak sama sehingga informasi yang disampaikan tidak berbeda. Alternatif Pembentulan Aman mayak juga menjadi batu saat menunduk. 10. dalam Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan bahasa memuaskan Indonesia dan masih masih memerlukan analisis data yang dijelaskan pada bab IV di peningkatan di masa yang akan datang. atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan Saran siswa kelas VII SMP Negeri 4 Takengon belum Berdasarkan simpulan di atas, penulis menerjemahkan bahasa Gayo ke dalam bahasa menyampaikan saran-saran sebagai berikut. Indonesia tergolong pada kategori nilai cukup. 1) Pengajaran bahasa Gayo di SMP 4 Negeri Hal ini dilihat dari hasil siswa menerjemahkan Takengon masih memerlukan peningkatan, bahasa Gayo ke dalam bahasa Indonesia. Hasil khususnya mengenai konsep dan teori tersebut menunjukkan tingkat kemampuan kebahasaan. siswa menerjemahkan bahasa Gayo ke dalam dengan cara memberikan penjelasan yang bahasa lebih mendalam atau meluwes. Indonesia. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa kelas VII SMP Negeri 4 Takengon adalah 67. Jika dilihat dari Hal ini dapat dilakukan 2) Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Gayo di sekolah, guru hendeknya persentase, siswa yang memperoleh nilai menggunakan model-model pembelajaran sangat baik (85 – 100) adalah 8 orang atau yang dapat mengenal atau memahami 16%, siswa yang memperoleh nilai baik (70 – bahasa Gayo. 84) adalah 20 orang atau 40%, siswa yang 3) Sebagai guru mata pelajaran bahasa Gayo memperoleh nilai cukup (56 – 69) adalah 8 perlu orang atau 16%, siswa yang memperoleh nilai materi kurang (40 – 55) adalah 8 orang atau 16%, dan pembelajaran berlangsung secara sistematis siswa yang memperoleh nilai sangat kurang ( sehingga 39) adalah 6 orang atau 12%. menguasai bahasa Gayo. melakukan atau konsultasi bahan peserta ajar didik mengenai agar lebih proses terarah Dari hasil penelitian terbukti bahwa 4) Pemanfaatan fasilitas dan sarana belajar kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4 merupakan hal yang dapat menunjang Takengon menerjemahkan bahasa Gayo ke keberhasilan pembelajaran. Oleh karena ISSN 2338-0306 Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 17 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … itu, guru bidang studi mata pelajaran memanfaatkan segala fasilitas dan sarana bahasa yang ada di sekolah. ISSN 2338-0306 Gayo diharapkan dapat Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 18 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … DAFTAR PUSTAKA Baihaqi dkk. 1981. Bahasa Gayo. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan). Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Cetakan II. Jakarta: PT Rineka Cipta. --------. 2007. Linguistik Umum. Cetakan III. Jakarta: PT Rineka Cipta. --------. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Cetakan I. Jakarta: PT Rineka Cipta. Depdiknas. 2006. Pengembangan Media Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Djajasudarama, T. Fatimah (Eds). tt. Nusa, Bangsa, dan Bahasa. Bandung: Yayasan Pustaka Wina. Djuharie, Setiawan. 2005. Teknik dan Panduan Menerjemahkan. Cetakan II. Bandung: CV. Yrama Widya. Hartono. 2008. Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Humanika, Eko Setyo. 2002. Mesin Penerjemah. Cetakan I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Kanisius. 2003. Bahasa Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan. Cetakan V. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI). Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Cetakan V. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Machali, Rochayah. 2000. Pedoman bagi penerjemah. Cetakan I. Jakarta: PT Grasindo. Mahsun (Eds.). 2000. Risalah Seminar Politik Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa. Mangkuatmodjo, Soegiarto. 2003. Pengantar Statistik. Jakarta: Rineka Cipta. Masinambow dan Paul Haenen. 2002. Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah. Cetakan I. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Cetakan I Jakarta: PT Gramedia. Moentaha, Salihen. 2006. Bahasa dan Terjemahan. Cetakan I. Jakarta: Kesaint Blanc-Anggota IKAPI. Nababan, Rudolf. 2008. Teori Menerjemah. Cetakan III. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Cetakan VI. Bogor: Ghalia Indonesia. Ramlan. 1997. Morfologi. Cetakan XI. Yogyakarta: CV. Karyono. Rawakil, Yusuf dkk. 1996. Pedoman Ejaan dan Buku Ajar Bahasa Gayo. Takengon: Pengembangan SDM Masyarakat Gayo. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan VII. Bandung: CV. Alfabeta. Sulaiman, Budiman dkk. 1988. Tata Bahasa Gayo. Jakarta: Proyek Pengembagan Bahasa dan Sastra Daerah (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan). Sumarsono dan Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Cetakan I. Yogyakarta: Lembaga Studi Agama, Budaya Dan Perdamaian (Sabda). ISSN 2338-0306 Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 19 Harfiandi, Kemampuan Siswa Kelas … Suryawinata, Zuchridin dan Sugeng Hariyanto. 2003. Bahasa Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan. Cetakan V. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI). Thomas, Linda dan Shan Wareing. 2007. Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Widjono. 2005. Bahasa Indonesia. Cetakan I. Jakarta: PT Grasindo. ISSN 2338-0306 Volume III Nomor 2 Juli-Desember 2015 | 20