kebijakan umum anggaran pendapatan dan

advertisement
NOTA KESEPAKATAN
ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA
NOMOR : 910/4.172
NOMOR : 910/2014
TANGGAL: 25 NOVEMBER 2011
TENTANG
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2012
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
TAHUN 2011
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ..........................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
i
ii
NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR
910/4.172 – 910/2014 TANGGAL 25 NOVEMBER 2011 TENTANG KEBIJAKAN
UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SURAKARTA
TAHUN ANGGARAN 2012 ............................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................
1
A. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) ....
B. Tujuan Penyusunan KUA .......................................................
C. Dasar Hukum Penyusunan KUA .............................................
1
4
4
KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH ................................
7
A. Kondisi Ekonomi Makro Daerah
1. Kondisi Ekonomi Kota Surakarta Tahun 2009 - Proyeksi
2012**) .........................................................................
2. Prospek Ekonomi Kota Surakarta Tahun 2011 dan Tahun
2012 .............................................................................
B. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ...........................................
7
BAB II
BAB III
BAB V
12
13
ASUMSI – ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN
RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH (RAPBD) ...................................................................
A. Asumsi Dasar RAPBN dan Overview Kondisi Ekonomi Nasional
2012 ..................................................................................
B. Asumsi APBD Provinsi Jateng dan Overview Perekonomian
Provinsi Jateng Tahun 2012 .................................................
C. Asumsi APBD Kota Surakarta dan Proyeksi Kondisi
Perekonomian Kota Surakarta Tahun 2012 ............................
BAB IV
7
14
14
15
18
KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN
DAERAH ..................................................................................
A. Pendapatan Daerah .............................................................
B. Belanja Daerah ....................................................................
1. Belanja Tidak Langsung ....................................................
2. Belanja Langsung .............................................................
C. Pembiayaan Daerah .............................................................
1. Penerimaan Pembiayaan .................................................
2. Pengeluaran Pembiayaan .................................................
20
21
22
22
24
28
28
28
PENUTUP ...........................................................................
29
ii
NOTA KESEPAKATAN
ANTARA
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KOTA SURAKARTA
NOMOR : 910/4.172
NOMOR : 910/2014
TANGGAL : 25 November 2011
TENTANG
KEBIJAKAN UMUM
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2012
Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama
: Ir. H. JOKO WIDODO
Jabatan
: Walikota Surakarta
Alamat Kantor
: Jl. Jenderal Sudirman No. 2 Surakarta
bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Kota Surakarta
2. a. Nama
: Y. F. SUKASNO, SH.
Jabatan
: Ketua DPRD Kota Surakarta
Alamat Kantor : Jl. Adi Sucipto No.143 Surakarta
b. Nama
: SUPRIYANTO, SH.
Jabatan
: Wakil Ketua DPRD Kota Surakarta
Alamat Kantor : Jl. Adi Sucipto No.143 Surakarta
c. Nama
: Ir. MUHAMMAD RODHI
Jabatan
: Wakil Ketua DPRD Kota Surakarta
Alamat Kantor : Jl. Adi Sucipto No.143 Surakarta
sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surakarta.
Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Kota Surakarta diperlukan Kebijakan Umum APBD Kota
Surakarta yang disepakati bersama antara DPRD Kota Surakarta dengan Pemerintah
Kota Surakarta untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar penyusunan prioritas dan
plafon anggaran sementara APBD Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012.
Berdasarkan hal tersebut di atas, para pihak sepakat terhadap Kebijakan Umum
APBD Kota Surakarta yang meliputi asumsi–asumsi dasar dalam penyusunan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kota Surakarta
Tahun Anggaran 2012, Kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah,
iii
yang menjadi dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
dan APBD Tahun Anggaran 2012.
Secara lengkap Kebijakan Umum APBD Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012
disusun dalam Lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
Nota Kesepakatan ini.
Demikianlah Nota Kesepakatan ini dibuat untuk dijadikan dasar dalam penyusunan
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Kota Surakarta Tahun Anggaran
2012.
Surakarta, 25 November 2011
PIMPINAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DAERAH KOTA SURAKARTA
WALIKOTA SURAKARTA
selaku,
PIHAK PERTAMA
selaku,
PIHAK KEDUA
Ir. H. JOKO WIDODO
Y. F. SUKASNO, S.H.
KETUA
SUPRIYANTO, S.H.
WAKIL KETUA
Ir. MUHAMMAD RODHI
WAKIL KETUA
iv
LAMPIRAN:
Nomor
Tanggal
Nota
Kesepakatan
Antara
Pemerintah Kota Surakarta Dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kota Surakarta
: 910/4.172 – 910/2014
: 25 NOVEMBER 2011
KOTA SURAKARTA
KEBIJAKAN UMUM APBD (KUA)
TAHUN ANGGARAN 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
mengamanatkan bahwa Pemerintah Daerah melaksanakan bidang kewenangan
urusan wajib dan urusan pilihan. Secara lebih spesifik pembagian urusan
dimaksud diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota jo. Peraturan Daerah Kota
Surakarta Nomor 4 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah.
Penyelenggaraan urusan tersebut diimplementasikan dalam bentuk
program dan kegiatan, dimana penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan
dan belanja daerah, sedangkan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Pemerintah di daerah didanai dari dan atas beban
anggaran pendapatan dan belanja Negara.
Berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang ditegaskan dengan
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pokok–Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah, pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan
dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD, merupakan
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah,
komponennya meliputi: (a) asas umum pengelolaan keuangan daerah; (b) pejabatpejabat yang mengelola keuangan daerah; (c) struktur APBD; (d) penyusunan
RKPD, KUA, PPAS, dan RKA-SKPD; (e) penyusunan dan penetapan APBD; (f)
pelaksanaan dan perubahan APBD; (g) penatausahaan keuangan daerah; (h)
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; (i) pengendalian defisit dan
1
penggunaan surplus APBD; (j) pengelolaan kas umum daerah; (k) Pengelolaan
piutang daerah; (l) Pengelolaan investasi daerah; (m) Pengelolaan barang milik
daerah; (o) Pengelolaan dana cadangan; (q) Pengelolaan utang daerah; (r)
Pembinaan dan penggawasan pengelolaan keuangan daerah; (t) penyelesaian
kerugian daerah; (u) pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah; (v)
pengaturan pengelolaan keuangan daerah.
Sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
22 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2012, Sebagai rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah,
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota
Surakarta Tahun anggaran 2012, terdapat beberapa kebijakan umum sebagai
berikut:
1. APBD merupakan kerangka kebijakan publik yang memuat hak dan
kewajiban pemerintah daerah dan masyarakat yang tercermin dalam
rencana pendapatan, belanja dan pembiayaan. Oleh karena itu dalam
perencanaannya
harus
melibatkan
partisipasi
masyarakat
dan
mengaktualisasikan sinergitas dengan instrumen-instrumen perencanaan
pembangunan daerah. Anggaran yang direncanakan merupakan satu
kesatuan perencanaan yang mempaduserasikan hasil Musrenbang, Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Surakarta tahun 2012, arah
kebijakan Walikota serta kebijakan dan prioritas Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Propinsi Jawa Tengah.
2. Tahapan penyusunan APBD T.A 2012 berpedoman pada ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku mulai dari tahap penyusunan RKPD,
KUA, PPAS dan APBD.
3. APBD T.A 2012 disusun dengan pendekatan kinerja yang berpedoman pada
prinsip efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggungjawab dengan
memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.
Untuk itu dalam merencanakan program dan kegiatan perlu adanya
sinkronisasi dan keterpaduan antar kegiatan, antar program maupun antar
SKPD guna menghindari adanya duplikasi anggaran dan tumpang tindih
kewenangan (pengganggaran terpadu/unified budgeting).
4. APBD T.A 2012 merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMD tahun 20102015, sehingga dalam perencanaannya harus mempaduserasikan visi, misi
dan prioritas program dalam RPJMD dan Renstra SKPD Tahun 2011-2015.
Rencana anggaran disusun berdasarkan perkiraan maju (forward estimate)
yang memperhitungkan kebutuhan dana tahun anggaran berikutnya sesuai
rencana target pencapaian kinerja dalam 5 tahun.
5. Dalam rangka mendukung kebijakan Millenium Development Goals (MDGs)
perlu direncanakan kegiatan dalam rangka kesetaraan gender,
penanggulangan HIV/AIDS, percepatan pembangunan sanitasi permukiman
(PN-PPSP) dan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat
(PAMSIMAS).
2
Mengacu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2010-2014 yang mengamanatkan pencapaian tujuan pembangunan
nasional untuk terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan
berkeadilan yang menjadi Visi Indonesia 2014, terdapat beberapa issue nasional
yang berkembang dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional
Tahun 2011 yang dijadikan pertimbangan dalam proses penyusunan Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012, meliputi:
1. Penguatan ketahanan pangan dalam upaya menjaga ketersediaan bahan
pokok dan energi;
2. Percepatan pengurangan kemiskinan;
3. Peningkatan keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses
pembangunan;
4. Peningkatan nilai tambah pemanfaatan potensi dan peluang sumberdaya
alam;
5. Sebaran demografi, relokasi industri, dan pasar domestik yang besar dan;
6. Implementasi upaya-upaya pembangunan berkelanjutan.
Mengacu RPJM Daerah Kota Surakarta Tahun 2010-2015 yang
menetapkan 3 prioritas utama dalam pencapaian visi dan misi kepala daerah
terpilih atas:(1) Penguatan ekonomi kerakyatan; (2) Pengembangan budaya
Jawa untuk pencitraaan Kota Surakarta sebagai Kota Budaya dan (3)
Pengembangan ecocultural city (kota yang berlingkungan budaya), selanjutnya
ditetapkan tema pembangunan tahun 2012 yaitu ”Pengembangan
Manifestasi Karakter Budaya Jawa Dalam Tata Pemerintahan,
Ekonomi, Sosial Dan Budaya Untuk Mendukung Tata Kehidupan
Masyarakat Yang Sejahtera”, dengan prioritas pembangunan daerah Kota
Surakarta Tahun 2012 dijabarkan ke dalam rumusan sebagai berikut:
1. Peningkatan kegiatan ekonomi melalui pengembangan dan
pemantapan kemajuan usaha kecil/menengah dan koperasi, peningkatan
investasi dan daya saing produk, pengembangan pariwisata berbasis
perdagangan
2. Pemasyarakatan dan internalisasi nilai-nilai budaya Jawa;
3. Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan;
4. Peningkatan aksesibilitas dan derajat kesehatan masyarakat;
5. Peningkatan sarana prasarana kota dan pengembangan kawasan;
perkotaan yang ramah lingkungan dan berwawasan budaya;
6. Optimalisasi kualitas pelayanan publik;
7. Peningkatan Kondusifitas Daerah;
8. Pengembangan Kota Layak Anak;
Arah kebijakan anggaran yang diambil pada tahun 2012 secara umum
adalah sebagai berikut:
1. Penerimaaan pendapatan daerah Tahun 2012 diupayakan meningkat
dibandingkan dengan realisasi tahun 2011, dengan memperhatikan peluang
dan tantangan penerapan Perda terbaru tentang pajak dan retribusi daerah
Kota Surakarta (Perda Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan Perda
Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah);
3
2. Usulan belanja hibah dan bantuan sosial dalam struktur APBD Kota Surakarta
Tahun Anggaran 2012 berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial
yang bersumber dari APBD;
3. Anggaran tahun 2012 menitikberatkan pada peningkatan pelayanan
pendidikan dan kesehatan, penguatan
ekonomi kerakyatan dan
pengembangan nilai-nilai budaya dan respon terhadap issue pembangunan
yang berkeadilan melalui program dan kegiatan yang berkontibusi pada
pencapaian target MDG’s;
4. Alokasi anggaran pada bidang–bidang pelayanan dasar kepada masyarakat
lebih ditingkatkan dari tahun sebelumnya;
5. Penganggaran,
pelaksanaan,
dan
penatausahaan,
pelaporan,
dan
pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi pada aktivitas-aktivitas
yang berorientasi pada pelayanan publik dilaksanakan dalam format Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD).
B. Tujuan Penyusunan KUA
Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Kota Surakarta Tahun Anggaran
2012, bertujuan untuk:
1. Melakukan optimalisasi pendapatan daerah dan belanja daerah terhadap APBD
Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012;
2. Meningkatkan mutu pelayanan kepada para pengguna jasa layanan
pemerintah secara lebih optimal;
3. Mewujudkan keterpaduan program nasional dan daerah dalam upaya
peningkatan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah;
4. Mewujudkan tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah.
C. Dasar Hukum Penyusunan KUA
Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Kota Surakarta Tahun Anggaran
2011, berdasarkan pada peraturan perundang-undangan berikut:
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3857);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
4
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4421);
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82);
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576);
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah
Kepada
Pemerintah,
Laporan
Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
5
17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Tata
KerjaPerangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21);
19. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan,
dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara
Penyusunan, pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD;
24. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah
Daerah (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2008 Nomor 4);
25. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta (Lembaran Daerah Kota
Surakarta Tahun 2008 Nomor 6);
26. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Surakarta Tahun 2005–
2025 (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2010 Nomor 2);
27. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pokok–Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2010
Nomor 7);
28. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 12 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) Kota Surakarta Tahun
2010– 2015 (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2010 Nomor 12);
29. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor .... Tahun 2011 tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta (Lembaran
Daerah Kota Surakarta tahun 2011 Nomor ...);
30. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 9-A Tahun 2011 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Surakarta Tahun 2012.
6
BAB II
KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
A.
1.
Kondisi Ekonomi Makro Daerah
Kondisi Ekonomi Kota Surakarta Tahun 2009–PROYEKSI 2012**)
Kondisi perekonomian Kota Surakarta dapat dilihat dari beberapa
indikator makro ekonomi daerah, meliputi Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), laju pertumbuhan ekonomi, inflasi, PDRB perkapita, investasi dan nilai
ekspor dan impor. Perkembangan beberapa indikator tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut:
TABEL II.1
PERKEMBANGAN INDIKATOR MAKRO EKONOMI
KOTA SURAKARTA TAHUN 2009-2010
No
1. PDRB:
Indikator
2009
2010
Atas dasar harga berlaku (Juta Rupiah)
8.880.691,24
9.941.136,57
Atas dasar harga konstan 2000 (Juta
Rupiah)
4.817.877,63
5.103.886,25
2. Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
5,90
5,94
3. Inflasi (%)
4. PDRB perkapita
2,63
6,65
14.665.886,47
17.366.163,33
7.884.994,63
10.221.325,97
Atas Dasar Harga berlaku (Rupiah)
Atas dasar harga konstan 2000 (Rupiah)
5. Investasi (Rp)
1.314.957.636.1081.664.210.901.817
6. Ekspor (FOB US $)
7.512.232,38
8.048.467,31
Sumber : Badan Pusat Statistik, Kantor Penanaman Modal dan Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kota Surakarta (2011).
Penjelasan dari beberapa indikator makro ekonomi Kota Surakarta
sebagaimana tercantum pada tabel diatas adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan dari indikator PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan Harga
konstan tahun 2009–2010, masing-masing tumbuh sebesar 11,94% dan
5,94%. Sedangkan proyeksi pertumbuhan PDRB atas Dasar Harga Berlaku
dan Harga konstan tahun 2010–2011, masing masing tumbuh sebesar
10,85% dan 6,03% dan prediksi terhadap indikator PDRB atas Dasar Harga
Berlaku dan Harga konstan tahun 2011–2012, diproyeksikan akan tumbuh
sebesar 10,54% dan 6,11%. Dari struktur ekonomi PDRB atas data series
2008 -2010 dan proyeksi tahun berjalan 2011 dan tahun rencana 2012,
sektor perdagangan, hotel dan restoran masih menjadi sektor basis dengan
pertumbuhan yang terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 26,85%. Sebaliknya sektor industri pengolahan menunjukkan trend
yang menurun, dengan rata-rata pertumbuhan sampai dengan 2012
diperkirakan sebesar 25,02%. Dari data history dan tahun rencana atas
struktur PDRB Kota Surakarta, menunjukkan bergesernya sektor basis dari
7
sektor sekunder ke sektor tersier. Detail perkembangan PDRB di Kota
Surakarta tahaun 2008–prediksi tahun 2012, selengkapnya dapat dilihat
pada gambar berikut:
Sumber: BPS Kota Surakarta, 2011.
GAMBAR 2.1
PERKEMBANGAN NILAI PDRB DI KOTA SURAKARTA
TAHUN 2008-2012*)
Kontribusi masing-masing sektor PDRB (ADHK tahun 2000) terhadap total
PDRB dapat dilihat pada gambar berikut:
Sumber: BPS Kota Surakarta, 2011.
GAMBAR 2.2
GRAFIK KONTRIBUSI SEKTOR PDRB ADHK TAHUN 2000
KOTA SURAKARTA TAHUN 2010-2012**)
b. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta pada tahun 2010 sebesar
5,94%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 sebesar 5,90%. Pertumbuhan
ekonomi Kota Surakarta tahun 2009 dan 2010, lebih tinggi dibandingkan
tingkat Provinsi Jawa Tengah dan pertumbuhan ekonomi nasional baik
8
untuk tahun 2009-2010, masing masing sebesar 4,70% dan 5,80% untuk
tingkat provinsi dan 4,6% dan 6,1% untuk tingkat nasional. Kondisi ini
menunjukan bahwa dinamika aktivitas perekonomian Kota Surakarta
sebagai basis Kota perdagangan dan Jasa sangat dinamis, baik pada skala
regional, nasional maupun internasional. Di tengah recovery pertumbuhan
ekonomi global yang menurun, pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta
masih menunjukkan perkembangan yang lebih baik. Perkembangan
pertumbuhan PDRB dapat dilihat pada gambar berikut:
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2011.
GAMBAR 2.3
PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN PDRB DI KOTA SURAKARTA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000
TAHUN 2006-2010
c.
Inflasi menjadi indikator bagi stablilitas harga. Angka inflasi tahun 20092010, menunjukkan kenaikan, dari 2,63% pada tahun 2009 menjadi
6,65%, dan data per september 2011, angka inflasi (year on year) sebesar
3,13%, prediksi sampai dengan akhir tahun masih dalam range, prediksi
angka inflasi nasional sebesar 5%±1%. Secara umum angka inflasi di Kota
Surakarta, masih dibawah angka inflasi tingkat provinsi dan nasional untuk
tahun 2009 dan 2010, masing masing sebesar, 3,32% dan 6,88% untuk
tingkat provinsi dan 2,78% dan 6,96% untuk tingkat nasional. Modus
inflasi baik pada tingkat, kota, provinsi dan nasional, juga disebabkan oleh
volatile foods inflation, yaitu inflasi yang disebabkan karena keterbatasan
pasokan komoditas pangan. Penyumbang terbesar angka inflasi di Kota
Surakarta atas kelompok pengeluaran secara detail dapat dilihat dari tabel
berikut:
9
TABEL II.2
PERKEMBANGAN LAJU INFLASI DI KOTA SURAKARTA
TAHUN 2006-2010
No
Jenis Barang/Jasa
2006 2007 2008 2009 2010
1 Bahan Makanan
18,13
6,01
9,62
6,25
21,62
2 Makanan Jadi, Minuman,
2,12
1,15
3,73
5,65
3,21
Rokok, dan Tembakau
3 Perumahan
3,65
2,87
11,89
2,28
1,56
4 Sandang
1,44
3,82
2,98
0,72
2,02
5 Kesehatan
2,88
2,58
6,65
2,21
0,46
Pendidikan, Rekreasi, dan
6
2,72
2,23
1,82
1,79
1,00
Olahraga
7 Transport dan Komunikasi
0,56
2,09
4,14
-4,30
2,62
Inflasi
6,18
3,28
6,96
2,63
6,65
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2011.
d. PDRB per kapita atas dasar harga konstan tahun 2000 Kota Surakarta
tahun 2009-2010 menunjukkan peningkatan sebesar 10,39%, dari sebesar
Rp. 4.817.877,64 pada tahun 2009, menjadi sebesar Rp. 5.103.886,24
pada tahun 2010. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku tahun 2009 2010, juga meningkat sebesar 16,65% dari Rp. 8.880.691,24 pada tahun
2009 menjadi Rp. 9.941.136,56 pada tahun 2010. Kondisi ini menunjukkan
bahwa di Kota Surakarta terjadi peningkatan pendapatan masyarakat,
sehingga daya beli masyarakat juga mengalami peningkatan.
Perkembangan pendapatan perkapita Kota Surakarta terlihat pada gambar
berikut:
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2011.
GAMBAR 2.4
PERKEMBANGAN PDRB PERKAPITA KOTA SURAKARTA
TAHUN 2007-2011
e. Nilai ekspor Kota Surakarta tahun 2010 sebesar US$ 50.237.526,31, terjadi
kenaikan sebesar 17,40% dari tahun 2009 sebesar US$ 42.790.794,69.
Meskipun tahun 2008 terjadi krisis keuangan global, yang dipicu jatuhnya
saham property dan sektor keuangan di Amerika Serikat, perkembangan
10
data ekspor atas negara tujuan tahun 2010, mulai menunjukkan recovery,
di mana Amerika Serikat masih mendominasi sebagai tujuan ekspor utama
Kota Surakarta. Negara tujuan ekspor selain Amerika Serikat sebagai
tujuan utama ekspor Kota Surakarta, adalah Itali, Belanda, Jerman, Belgia,
Spanyol dan Uni Emirat Arab. Perkembangan nilai ekspor Kota Surakarta
dapat dilihat lebih detail pada gambar berikut:
Sumber: Disperindag Kota Surakarta, 2011.
GAMBAR 2.5
GRAFIK NILAI EKSPOR BARANG DARI KOTA SURAKARTA
TAHUN 2005-2010
f.
Realisasi gabungan nilai investasi di Kota Surakarta secara umum mulai
menunjukkan peningkatan, pasca krisis keuangan global akhir tahun 2008.
Gabungan nilai investasi pada tahun 2010 tumbuh sebesar 26,56%,
meningkat dari tahun 2009 sebesar Rp. 1.314.957.636.108,- menjadi
Rp.1.664.210.901.817,dan
per
September
2011
sebesar
Rp.1.813.882.589.565,-. Nilai investasi masih didominasi oleh investor
dalam negeri dan investor besar, namun perkembangan investasi skala
kecil dan menengah menunjukkan pertumbuhan yang meningkat tahun
2009-2011. Perkembangan nilai gabungan investasi di Kota Surakarta
secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut:
11
Sumber: Kantor Penanaman Modal Kota Surakarta, 2011.
GAMBAR 2.6
PERKEMBANGAN TOTAL INVESTASI DAN INVESTASI
MENURUT MODAL USAHA
KOTA SURAKARTA TAHUN 2008-2011
2.
Prospek Ekonomi Kota Surakarta Tahun 2011 dan Tahun 2012
Kondisi perekonomian Kota Surakarta pada tahun 2011 dan 2012
diperkirakan optimis tumbuh, seiring dengan stabilitas ekonomi makro pada
tingkat nasional dan regional Jawa Tengah. Pertumbuhan ekonomi Kota
Surakarta diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,03% tahun 2011 dan 6,11%
pada tahun 2012. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih didorong oleh
sektor tersier, melalui sektor perdagangan, jasa dan sektor keuangan.
Laju inflasi Kota Surakarta pada tahun 2011 diperkirakan masih dalam
range prediksi angka inflasi nasional sebesar 5% ± 1%, dimana angka inflasi
Kota Surakarta per September 2011 sebesar 3,13%, sedangkan prediksi angka
inflasi tahun 2012, untuk tingkat nasional diperkirakan dalam kisaran 3,5%5,5%. Iklim investasi di Kota Surakarta tahun 2011 dan 2012 diperkirakan akan
tetap tumbuh, dengan mengacu data nilai investasi gabungan per september
2011 sudah mencapai Rp.1.813.882.589.565,- tumbuh sebesar 8,79%
dibandingkan dengan nilai investasi gabungan pada tahun 2010. Nilai ekspor di
Kota Surakarta diprediksikan akan meningkat seiring dengan prediksi
pertumbuhan ekonomi global, utamanya pertumbuhan ekonomi negara tujuan
utama ekspor Kota Surakarta, seperti Amerika Serikat, sebagian negara Eropa di
kawasan mediterania dan timur tengah.
Prediksi kondisi ekonomi makro Kota Surakarta tahun 2011 dan 2012
dapat dilihat pada tabel berikut:
12
TABEL II.3
PREDIKSI INDIKATOR EKONOMI MAKRO KOTA SURAKARTA
TAHUN 2011 DAN 2012
No
Indikator
2011*)
PDRB:
a. Atas dasar harga konstan 2000 (Juta
5.411.868,94
Rupiah)
b. Atas dasar harga berlaku (Juta Rupiah)
11.020.163,56
2. Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
6,03%
3. Inflasi (%)
6,65
4. PDRB perkapita
a. Atas dasar harga konstan 2000 (Rupiah)
10.087.398,16
b. Atas dasar harga berlaku (Rupiah)
20.540.921,97
*)
5 . Investasi (Rp)
Mikro
10.135.073.000
Kecil
129.527.306.313
Menengah
227.023.018.022
Besar
1.447.197.192.230
Total Investasi per September 2011
1.813.882.589.565
6*). Ekspor
Volume (Kg)
7.392.420,12
(FOB US $)
41.886.391,53
)
* : angka sementara
**) : angka prediksi
5*) : realisasi nilai investasi Kota Surakarta per September 2011
6*) : realisasi ekspor Kota Surakarta per September 2011
2012**)
1.
B.
5.742.409,96
12.181.358,13
6,11%
-
Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Tantangan ke depan pembangunan ekonomi adalah meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkualitas dan merata. Di sisi lain juga
mampu meningkatkan pendapatan per kapita dan mengurangi pengangguran,
sehingga dapat terwujud kesejahteraan masyarakat yang semakin sejahtera,
mandiri, berkemampuan dan berdaya saing tinggi dengan tetap berpegang pada
konsep pembangunan yang berkelanjutan.
Tantangan lain adalah makin intensifnya pasar bebas/globaliasi yang
menuntut peningkatan kualitas produk barang dan jasa secara lebih kompetitif,
untuk itu perlu dilakukan peningkatan kualitas dan produktifitas secara
bertahap. Pertumbuhan diarahkan pada perekonomian berbasis pembangunan
UMKM yang tangguh, melalui penguatan dan pendampingan tumbuh
kembangnya UMKM, penguatan organisasi, daya saing produk serta
kemampuan prediksi pasar.
Di sisi lain, pelayanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan, iklim
investasi yang kondusif diharapkan dapat menarik investor dalam dan luar
negeri untuk menanamkan modalnya juga menjadi faktor pendukung dalam
rangka peningkatan kesejahtaraan masyarakat.
13
BAB III
ASUMSI–ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
A.
Asumsi Dasar RAPBN dan Overview Kondisi Ekonomi Nasional 2012
Meskipun sempat muncul kecemasan akan terjadinya resesi ekonomi
dunia, yang dipicu meningkatnya rasio utang atas negara industri besar
seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat, seperti Inggris, Italy
dan Spanyol, serta kegagalan bayar utang oleh Yunani, faktanya
perekonomian Amerika Serikat dan negara industri maju lainnya masih tetap
menjadi penggerak perekonomian dunia dan pasar komoditi ekspor negara
berkembang, termasuk Indonesia dan ekpor utama bagi Kota Surakarta.
Kecemasan atas gagal bayar negara-negara besar terhadap coverage rasio
utang mereka, dinilai oleh investor dunia, masih belum mengkhawatirkan,
satu sisi negara-negara lain belum mampu menampung, investasi yang besar
jika investor mengalihkan investasi mereka atas negara-negara industri maju,
utamanya Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan eropa barat.
Perekonomian Asia diperkirakan tetap menjadi kawasan dinamis dengan
motor penggerak perekonomian Cina, India dan negara negara industri di
Asia lainnya dan kawasan yang menarik bagi penanaman modal.
Berdasarkan berbagai langkah kebijakan yang dilakukan di berbagai
bidang; pemulihan ekonomi di Asia yang membaik pada triwulan terakhir
2011 serta pemulihan ekonomi dunia pada tahun 2011 yang lebih baik;
ketahanan ekonomi nasional yang tetap terjaga dalam menghadapi krisis
keuangan dan penurunan ekonomi global tahun 2009; ekspektasi yang baik
terhadap kelanjutan pemerintahan lima tahun mendatang, dan perkiraan
lingkungan eksternal, maka perekonomian dapat dijaga secara berkelanjutan
dengan prospek ekonomi makro nasional tahun 2011-2012 sebagai berikut:
No
1.
a.
b.
TABEL III.1
PREDIKSI INDIKATOR MAKRO EKONOMI NASIONAL
TAHUN 2011 DAN TAHUN 2012
Indikator
Tahun 2011*)
Tahun 2012*)
Pertumbuhan Ekonomi (%)
6-6,5%
6,5 - 6,9
Pertumbuhan PDB Sisi
Pengeluaran (%)
Konsumsi Masyarakat
4,9
4,8 - 5,2
Konsumsi Pemerintah
5,1
6,0 - 6,4
Investasi
9,5
10,0 - 10,4
Ekspor
14,1
14,9 - 15,3
Impor
17,3
18,0 - 18,4
Pertumbuhan PDB Sisi Produksi
(%)
Pertanian, Peternakan,
3,7
3,9 - 4,3
Pertambangan dan Penggalian
3,9
3,7 - 4,1
Industri Pengolahan
4,9
4,8 - 5,1
Listrik, Gas dan Air Bersih
6,5
7,3 - 7,7
Konstruksi
8,0
7,8 - 8,4
14
No
2.
3.
4.
5.
Indikator
Perdagangan Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estate & Jasa Persh.
Jasa–Jasa
PDB (Triliun Rp)
Stabilitas Ekonomi
Laju Inflasi
Nilai Tukar Nominal (Rp/US$)
Suku Bunga SBI 3 bln (%)
Neraca Pembayaran
Pertumbuhan Ekspor (%)
Pertumbuhan Impor (%)
Cadangan Devisa (US$ miliar)
Pengangguran dan Kemiskinan
Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
Tahun 2011*)
8,6
13,3
5,9
6,0
7.019,9
Tahun 2012*)
8,4 - 8,8
13,3 - 13,7
5,7 - 6,1
6,0 - 6,4
5%±1%
Rp. 8.800-9.000/US$
5,5 - 6,5
3,5 - 5,5
9.000 - 9.300
5,5 - 7,5
23,9
25,1
US$120,9 miliar
14,9 –15,3
18,0–18,4
na
6,8
(per Februari 2011)
11,5–12,5
6,4–6,7
Tingkat Kemiskinan (%)
Keterangan : **) : angka prediksi.
Sumber: Bappenas, 2011 dan www.fiskal.depkeu.go.id, 2011.
10,5 - 11,5
Dalam rangka penyusunan RAPBN Tahun Anggaran 2012,
sebagaimana kesepakatan antara pemerintah dan DPR RI, telah disepakati
asumsi penyusunan RAPBN, sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi 6,6 - 7 persen;
2. Inflasi disepakati 4–5,3 persen;
3. Nilai tukar Rupiah 8.600,00 - 9.100,00 per dolar Amerika Serikat;
4. Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia 3 bulan 5,5 - 6,75
persen;
5. Produksi minyak bumi (lifting) sebesar 950.000 - 970.000 barel per
hari; dan
6. Harga patokan minyak bumi Indonesia 75,0 - 95,0 dolar Amerika
Serikat per barel.
B.
Asumsi APBD Provinsi Jawa Tengah dan Overview Perekonomian
Jawa Tengah 2012
TABEL III.2
ANGKA SEMENTARA DAN PREDIKSI
INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2011-2012
No
1.
2.
3.
Indikator
PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)/triliun rupiah
Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) )/triliun rupiah
PDRB/kapita
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
2011*)
2012**)
471,058
198,214
501,676
211,097
14,457
6,121
5,75-6,25
15,493
6,519
6,25–6,75
15
No
Indikator
2011*)
2012**)
3.
4.
Inflasi (%)
5-5,5
4–6
Pembentukan Modal Tetap Bruto (triliun rupiah)
92,307
110,805
a. Investasi Swasta
12,286
b. Investasi Pemerintah
7,089
c. Investasi Masyarakat
28,034
d. Investasi Lembaga keuangan
44,898
5. Ekspor Januari s/d Desember (juta US$)
- Migas
- Non Migas
3.515,40
6. Impor Januari s/d Desember Desember (juta US$)
- Migas
- Non Migas
2.000
7. Jumlah Pengangguran (juta jiwa)
1,042
Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
6,07
5,8
8. Jumlah Penduduk Miskin (juta jiwa)
5,107
Prosentase Penduduk Miskin (%)
15,76
13,44
9. Indeks Gini
0,24
10. Indeks ketimpangan Regional
0,71
11. Nilai Tukar Petani (NTP)
103,30
12. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
73,7
Keterangan : **) : angka prediksi.
Sumber
: Bappeda Provinsi Jateng Dalam RKP Provinsi Jateng 2012, 2011.
TABEL III.3
PREDIKSI KONTRIBUSI SEKTOR PROVINSI JATENG BERDASARKAN HARGA
BERLAKU (HB) TAHUN 2012
2012**)
No
Sektor
Pertumbuhan (%) Kontribusi (%)
1.
Pertanian
6,04
19,22
2.
Pertambangan dan
6,07
0,97
Penggalian
3.
Industri Pengolahan
6,03
33,31
4.
Listrik, Gas dan Air Minum
7,01
1,06
5.
Bangunan
7,05
5,99
6.
Perdagangan, Hotel dan
6,11
19,38
Restoran
7.
Pengangkutan dan
7,13
6,20
komunikasi
8.
Keuangan, Persewaan dan
6,05
3,44
Jasa Perusahaan
9.
Jasa-jasa
7,02
10,42
Total PDRB
6,50
100
Sumber : Bappeda Provinsi Jateng Dalam RKP Provinsi Jateng 2012, 2011.
16
TABEL III.4
ANGKA PREDIKSI
INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN KOTA SURAKARTA
TAHUN 2011-2012
No
Indikator
PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)/juta rupiah
Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) )/juta rupiah
2.
PDRB/kapita
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
3.
Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
3.
Inflasi (%)
Sumber : BPS Kota Surakarta, 2011.
2011*)
2012**)
1.
11.020.163,56
5.411.868,94
11.020.163,56
12.181.358,13
20.540.921,92
10.087.398,16
6,03
-
6,11
-
Garis besar kebijakan ekonomi Provinsi Jawa Tengah
diorientasikan kepada sektor pedesaan dan kegiatan langsung yang
berdampak pada masyarakat yang bersifat padat karya dan konkrit dalam
rangka mendorong perkembangan sektor riil. Pembangunan dititikberatkan
pada pengembangan dan penguatan koperasi dan UMKM sebagai penopang
ekonomi kerakyatan.
Untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi sebagaimana
tercantum dalam tabel di atas dan komposisi struktur PMTB (Pembentukan
Modal Tetap Bruto) atas peran pemerintah, swasta dan lembaga keuangan
lainnya, beberapa proyek investasi yang diharapkan dapat mencapai target
pertumbuhan ekonomi adalah: pembangunan pabrik semen di Rembang,
pembangkit listrik tenaga panas bumi di Ungaran, perluasan PLTU Geodipa di
Dieng Wonosobo, pengembangan bandara Ahmad Yani dan Adisumarmo,
proyek lanjutan pelebaran jalan pantura timur dan barat, jalur jalan lintas
selatan, pengoperasian KM Kalibodri Kendal–Kumai dan jalur kereta api
Semarang-Kedungjati-Tuntang.
17
C.
Asumsi APBD Kota Surakarta dan Proyeksi Kondisi Perekonomian Kota Surakarta Tahun 2012
TABEL III.5
PREDIKSI PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KONTRIBUSI SEKTOR
KOTA SURAKARTA
TAHUN 2011 DAN 2012
2011**)
2012**)
ADHB
No
1.
2.
Sektor
Pertumbuhan
(%)
6,55
4,80
Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
3.
Industri Pengolahan
7,94
4.
Listrik, Gas dan Air Minum
13,95
5.
Bangunan
10,01
6.
Perdagangan, Hotel dan
9,87
Restoran
7.
Pengangkutan dan
12,17
komunikasi
8.
Keuangan, Persewaan dan
15,14
Jasa Perusahaan
9.
Jasa-jasa
12,87
Total PDRB
10,85
Sumber : BPS Kota Surakarta, 2011.
ADHK
Kontribusi
(%)
0,05
0,03
20,39
2,68
14,38
25,49
11,26
11,74
13,99
100
Pertumbuhan
(%)
0,08
-1,30
2,80
7,93
6,73
6,51
ADHB
Kontribusi
(%)
0,054
0,033
24,260
2,377
13,252
Pertumbuhan
(%)
3,69
5,29
8,03
12,80
6,94
10,49
26,919
6,87
12,41
10,158
7,49
8,63
6,03
14,78
10,308
12,637
100
12,52
10,54
ADHK
Kontribusi
(%)
0,05
0,03
19,93
2,73
13,91
25,48
11,45
12,19
14,24
100
Pertumbuhan
(%)
0,17
-0,77
3,92
7,25
6,66
7,19
Kontribusi
(%)
0,051
0,031
23,761
2,403
13,321
27,195
5,30
10,082
6,98
7,17
6,11
10,393
12,764
100
18
Garis besar kebijakan ekonomi Kota Surakarta tahun 2012, masih
diorientasikan pada penguatan sektor UMKM dan daya saing sektor informal (PKL),
melalui peningkatan daya saing pasar tradisional sebagai penopang aktivitas
perdagangan bagi berjalannya ekonomi kerakyatan. Pengembangan lembaga pra
koperasi, sebagai lembaga keuangan non bank, terus didorong pertumbuhannya,
melalui pengembangan Badan Usaha Milik Masyarakat (BUMM), yang diawali dari
hibah DBHCHT tahun 2009, melalui program dana abadi RT di 2667 RT.
Target pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta sebesar 6,11%, diproyeksi
masih disumbang dari sektor tersier, melalui pertumbuhan sektor perdagangan,
hotel dan restoran dan jasa serta lembaga keuangan persewaan dan jasa
perusahaan. Kontribusi sektor ini tumbuh seiring dengan berhasilnya pencitraan
brand image Kota Surakarta sebagai Kota MICE (Meeting Incentives Conferencing
and Exibition) baik pada skala regional, nasional dan internasional. Pertumbuhan
sektor sekunder melalui sektor listrik, gas dan air minum tumbuh seiring dengan
pertumbuhan sektor tersier, utamanya dari peningkatan aktivitas pariwisata dan
investasi di industri hotel sebagai penunjang aktivitas MICE. Ancaman terhadap
inflasi selama ini masih disumbang dari volatile foods, dari terhambatnya
ketersediaan pasokan kebutuhan pangan. Stabilitas harga, yang tercermin dari
angka inflasi di Kota Surakarta, relatif masih rendah, dibandingkan dengan besaran
inflasi ditingkat propinsi dan nasional.
Peningkatan investasi, meskipun masih didominasi oleh Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN), pertumbuhan dari investasi skala kecil dan menengah
menunjukkan peningkatan dalam 2 tahun terakhir. Sektor ekspor makin bergairah,
seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi global, utamanya bagi negara
tujuan ekspor utama Kota Surakarta, seperti Amerika Serikat, meskipun ancaman
terhadap fluktuasi dan ancaman resesi ekonomi global juga perlu untuk
diwaspadai, seiring dengan meningkatnya rasio utang negara-negara industri
maju, sebagai penggerak ekonomi global.
Dengan optimisnya target pertumbuhan PDRB, diharapkan akan
meningkatkan indikator makro pembangunan yang lain, seperti meningkatnya
pendapatan per kapita, penurunan jumlah pengangguran terbuka, penurunan
jumlah penduduk miskin dan peningkatan kesempatan kerja.
19
BAB IV
KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA
DAN PEMBIAYAAN DAERAH
Sesuai dengan Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
dan Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang
ditegaskan dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2010
tentang Pokok–Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah, dinyatakan bahwa
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama
oleh pemerintah daerah dan DPRD, yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah, berpedoman kepada
Peraturan Walikota Surakarta Nomor 9-A Tahun 2011 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Surakarta Tahun 2012.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, yang ditegaskan dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2012, Struktur APBD
merupakan satu kesatuan terdiri dari:
1. Pendapatan Daerah, terdiri dari:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), meliputi: Pajak Daerah; Retribusi Daerah;
Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; Lain-lain PAD yang
sah.
b. Dana Perimbangan, meliputi: Dana bagi hasil; Dana Alokasi Umum; Dana
Alokasi Khusus.
c. Lain-lain Pendapatan yang sah.
2. Belanja Daerah, terdiri dari:
a. Belanja Tidak Langsung, meliputi: Belanja Pegawai (termasuk
Tambahan penghasilan); Belanja Bunga; Belanja Subsidi; Belanja Hibah;
Belanja Bantuan Sosial; Belanja Bagi Hasil; Bantuan Keuangan; Belanja
Tak Terduga.
b. Belanja Langsung, meliputi: Belanja Pegawai; Belanja Barang dan jasa;
Belanja Modal.
3. Pembiayaan, terdiri dari:
1. Penerimaan Pembiayaan bersumber dari: Sisa lebih Perhitungan Anggaran
Daerah (SILPA); Pencairan Dana Cadangan; Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan; Penerimaan pinjaman daerah; Penerimaan
kembali pemberian pinjaman; Penerimaan piutang Daerah.
20
2. Pengeluaran Pembiayaan, mencakup: Pembentukan Dana Cadangan;
Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah; Pembayaran pokok
hutang; Pemberian pinjaman daerah.
APBD Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012 disusun dengan
pendekatan kinerja yang berpedoman pada prinsip efektif, efisien, ekonomis,
transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan,
kepatutan dan manfaat untuk masyarakat. Untuk itu dalam merencanakan
program dan kegiatan perlu adanya sinkronisasi dan keterpaduan antar kegiatan,
antar program maupun antar SKPD guna menghindari adanya duplikasi anggaran
dan tumpang tindih kewenangan (pengganggaran terpadu/unified budgeting).
Oleh karena itu, kebijakan APBD Kota Surakarta diarahkan sebagai berikut:
A. Pendapatan Daerah
1. Semua pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto, yaitu
jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan
belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut
dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah dalam rangka
bagi hasil.
2. Target pendapatan yang dianggarkan pada pos pendapatan daerah adalah
berdasarkan cash basis, yaitu capaian kinerja pendapatan yang terukur
secara rasional dan dapat diraih pada tahun 2012 termasuk penerimaan
tunggakan dan piutang. Setiap rincian objek pendapatan daerah yang
dianggarkan harus mencantumkan dasar hukum pemungutan/
penerimaannya.
3. Dalam merencanakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpedoman pada:
a. Perda Nomor 13 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB);
b. Perda Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah;
c. Perda Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah.
4. Guna meningkatkan intensifikasi pendapatan daerah agar diefektifkan
penerapan perda yang ada serta peningkatan mutu pelayanan kepada
para pengguna jasa layanan pemerintah. Termasuk dalam hal ini
pelayananan jasa dan perijinan kepada masyarakat harus tetap diberikan
dan ditingkatkan kualitasnya meskipun tidak diperkenankan lagi atas
pemungutan beberapa retribusi pelayanan umum dan perijinan tertentu.
5. Penerimaan dari sektor PAD diupayakan dapat meningkat dibandingkan
target penerimaan tahun anggaran 2011.
6. Semua penerimaan yang bersumber dari APBN dan APBD Provinsi Jawa
Tengah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi merupakan pendapatan
daerah yang harus dianggarkan dalam APBD. Terhadap rencana
pendapatan tersebut sepanjang belum diterima ketetapan alokasi tahun
2012, maka didasarkan pada alokasi yang diterima tahun 2011.
7. Bagi perusahaan milik daerah (PT. Bank Jateng Cabang Koordinator
Surakarta, PDAM, PD. BPR Bank Solo, PPK. Pedaringan, PD. BPR BKK
Pasar Kliwon, dan TSTJ) agar menyampaikan rencana pendapatan yang
21
akan disetorkan ke kas daerah baik berupa pembagian laba/deviden
sampai akhir tahun anggaran 2011.
8. Penerimaan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah satu bentuk
investasi jangka panjang non permanen, dianggarkan dalam APBD pada
akun pendapatan, kelompok PAD, jenis lain-lain PAD yang sah, objek hasil
pengelolaan dana bergulir dan rincian objek hasil pengelolaan dana
bergulir dari kelompok masyarakat penerima.
9. Penerimaan dana Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) dari
Pemerintah Pusat dicantumkan dalam APBD sebagai jenis penerimaan
retribusi, termasuk yang dikelola RSUD karena belum berbentuk Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD).
10. Peningkatan akuntabilitas terhadap penerimaan sumbangan/hibah dari
pihak lain khususnya di luar APBN/APBD yang berupa barang/jasa/uang.
B. Belanja Daerah
1. Belanja Tidak Langsung
Belanja Tidak Langsung direncanakan seefisien mungkin guna mencukupi
kebutuhan riil penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan umum
kepada masyarakat.
a. Belanja Pegawai
1). Gaji dan tunjangan pegawai dihitung berdasarkan realisasi
pembayaran gaji bulan Oktober 2011 dikalikan 13, kenaikan gaji
pokok 10% dan accres 2,5% untuk mengantisipasi adanya
kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga, dan
penambahan jumlah pegawai akibat adanya mutasi.
2). Untuk mengatisipasi pengangkatan CPNSD, Badan Kepegawaian
Daerah agar menganggarkan belanja gaji CPNSD sesuai dengan
formasi CPNSD tahun 2011.
3). Tambahan penghasilan PNS berpedoman pada Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Peraturan
Walikota Nomor 30-A Tahun 2010 tentang Tambahan Penghasilan
Berdasarkan Beban Kerja bagi Pegawai Negeri Sipil dan Calon
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Surakarta,
serta keputusan Walikota Surakarta Nomor 840/81-E/I/2010
tentang Rumusan Penyesuaian Tambahan Penghasilan Berdasarkan
Beban Kerja Dengan Kriteria Tanggung Jawab Pekerjaan di
Lingkungan Pemerintah Kota Surakarta. Dalam merencanakan
anggaran tambahan penghasilan PNS dihitung berdasarkan jumlah
PNS dan CPNS yang ada ditambah accres 2,5 % untuk
mengantisipasi adanya kenaikan pangkat dan penambahan jumlah
pegawai/ mutasi. Usulan tambahan penghasilan dirinci sesuai
kriteria tambahan penghasilan dalam Peraturan Walikota Nomor 30A Tahun 2010.
4). Pemberian tambahan penghasilan bagi guru PNSD/CPNSD (belum
bersertifikasi) dan tunjangan profesi bagi guru PNSD yang telah
22
bersertifikasi disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Sambil menunggu diterbitkannya
ketentuan baru maka dalam perencanaan tahun 2012 berdasarkan
pada ketentuan tahun 2011, yaitu:
a) Tambahan penghasilan bagi guru PNSD/CPNSD (belum
bersertifikasi) sebesar Rp. 250.000,- perbulan.
b) Tunjangan profesi bagi guru PNSD yang telah bersertifikasi
sebesar 1 x gaji pokok setiap bulan.
5). Penganggaran belanja gaji dan tunjangan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah serta biaya penunjang operasional Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah berpedoman pada PP Nomor 109 Tahun
2000.
6). Penganggaran belanja Pimpinan dan Anggota DPRD berpedoman
pada PP Nomor 24 Tahun 2004 beserta perubahan-perubahannya
sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan PP nomor 21 Tahun
2007 serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2007.
7). Biaya insentif pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah
berpedoman pada PP Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah.
b. Belanja Bunga
Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga
utang daerah yang dihitung atas kewajiban pokok utang (pricipal
outstanding) yang memasuki masa jatuh tempo pembayaran. Usulan
anggaran belanja bunga diutamakan untuk pembayaran bunga utang
yang jauh tempo pada tahun 2012 termasuk tunggakan tahun-tahun
sebelumnya beserta biaya administrasi dan denda-dendanya.
c. Belanja subsidi, hibah, bantuan sosial, bagi hasil dan bantuan keuangan
Usulan belanja hibah dan bantuan sosial berpedoman pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari APBD.
1). Belanja subsidi hanya diberikan kepada perusahaan/lembaga
tertentu agar harga produksinya terjangkau oleh masyarakat yang
daya belinya terbatas. Produk/jasa yang diberi subsidi merupakan
kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup orang banyak serta
terlebih dahulu dilakukan pengkajian agar tepat sasaran dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
2). Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari Pemerintah
daerah kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya,
perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan,
yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak
wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang
bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah
daerah.
3). Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari
pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau
23
masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif
yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya
resiko sosial.
4). Usulan belanja hibah dan bantuan sosial disampaikan secara tertulis
kepada Walikota oleh perusahaan daerah, masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan guna selanjutnya dilakukan evaluasi
oleh SKPD terkait.
5). Hasil evaluasi disampaikan oleh SKPD terkait berupa rekomendasi
kepada Walikota melalui TAPD. Rekomendasi tersebut disampaikan
bersamaan dengan usulan RENJA SKPD dan PRA RKA-SKPD.
6). Bantuan keuangan kepada partai politik dianggarkan pada jenis
belanja bantuan keuangan, objek belanja bantuan keuangan
kepada partai politik dan rincian objek belanja nama partai politik
penerima bantuan keuangan. Besaran penganggaran, pelaksanaan
dan pertanggungjawaban berpedoman pada peraturan perundangundangan di bidang bantuan keuangan kepada partai politik.
d. Belanja tidak terduga
Belanja tidak terduga dianggarkan untuk kegiatan yang sifatnya tidak
biasa atau tidak diharapkan berulang yang tidak diperkirakan
sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan
daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.
Sesuai ketentuan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 bahwa belanja
bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, bagi hasil, bantuan keuangan,
dan belanja tidak terduga hanya dapat dianggarkan pada PPKD yang
hanya berfungsi selaku penampung dan penyalur atas alokasi anggaran
yang telah ditetapkan. Sedangkan perencanaannya diusulkan oleh
SKPD yang secara tehnis menangani hal tersebut sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan dituangkan dalam Renja
SKPD dan tambahan lampiran PRA RKA-SKPD.
2. Belanja Langsung
a. Dalam merancang anggaran kegiatan agar diperhatikan rencana pola
pelaksanaannya, yaitu dengan swakelola atau kontraktual (pengadaan
barang/jasa, kontruksi, konsultansi).
1). Kegiatan yang dilaksanakan secara swakelola harus dituangkan
dengan rinci kebutuhan biaya pada masing-masing kode rekening
belanja yang sesuai (tidak diperkenankan dianggarkan hanya dalam
satu kode rekening). Hal tersebut berlaku pada semua pola
swakelola yang diatur dalam Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010
(pola swakelola oleh pengguna barang/jasa, swakelola oleh instansi
pemerintah lain non swadana dan swakelola oleh penerima hibah).
2). Kegiatan yang dilaksanakan secara kontraktual dituangkan dalam
satu atau beberapa kode rekening belanja barang dan jasa atau
belanja modal yang sesuai.
24
b.
c.
d.
e.
3). Dalam hal proses pengadaan barang/jasa agar diperhitungkan pula
biaya untuk proses pengadaan dan biaya-biaya pendukung lainnya,
seperti honor, biaya pengumuman lelang, biaya penggandaan dan
lain sebagainya. Biaya pendukung tersebut agar dihitung seefisien
mungkin namun tetap mampu menjamin kelancaran proses
pengadaan barang/jasa dimaksud.
Untuk mengurangi beban pelaksanaan anggaran pada suatu SKPD perlu
adanya pendistribusian anggaran/kegiatan dari satu SKPD ke beberapa
SKPD lainnya atau sub unit kerjanya. Pendistribusian tersebut tetap
memperhatikan tugas pokok dan fungsi dari setiap SKPD.
Untuk kegiatan-kegiatan yang menggunakan alokasi Dana Bagi Hasil
Cukai Hasil Tembakau
(DBH-CHT) diasumsikan sama dengan
pelaksanaan pada tahun anggaran 2010. SKPD yang memperoleh
alokasi DBH-CHT pada tahun anggaran 2010 agar mengusulkan
rencana kegiatan sesuai alokasi anggaran yang diperoleh pada APBD
T.A 2010 dan berkoordinasi ke Bagian Administrasi Perekonomian
Setda.
SKPD yang melaksanakan fungsi pemungutan pajak daerah dan
retribusi daerah agar merencanakan kegiatan guna penyiapan
pengalihan data, ketrampilan dan system pengelolaan serta
penyediaan perangkat lunak dan perangkat keras pelaksanaan
pemungutan pajak dan retribusi sesuai regulasi/ perda baru yang mulai
efektif dilaksanakan per 1 Januari 2012.
Belanja pegawai
1).Pemberian honorarium bagi pegawai dalam rangka pelaksanaan
program dan kegiatan agar dibatasi dengan mempertimbangkan
asas efisiensi, kepatutan dan kewajaran serta pemerataan
penerimaan penghasilan yang besarnya berpedoman pada
standarisasi satuan harga.
2). Mengingat belum adanya keputusan mengenai besaran UMK Kota
Surakarta Tahun 2011 serta keputusan Walikota tentang penetapan
upah tenaga THL di Lingkungan Pemerintah Kota Surakarta maka
upah/honor THL dihitung berdasarkan realisasi pembayaran upah
bulan Oktober 2010 dikalikan 13.
3). Pemberian upah/honor THL berpedoman pada Peraturan Walikota
Surakarta Nomor: 3-A Tahun 2009 tentang Pedoman Pemberian
Upah Bagi Tenaga Honorer Daerah (PP 31/1954) dan Pekerja
Harian Lepas/Tidak Organik (Bukan PP 31/1954) di Jajaran
Pemerintah Kota Surakarta. Pemberian tambahan penghasilan
kepada THL tidak diperkenankan.
4). Kode rekening belanja pegawai Non PNS hanya digunakan untuk
penganggaran belanja upah/honor THL yang masuk database tetapi
belum terangkat atau tidak dapat terangkat sebagai CPNSD, honor
tim yang berasal dari unsur non PNS serta tenaga ahli/narasumber
non PNS.
25
f.
Belanja Barang dan Jasa
1). Belanja barang dan jasa digunakan untuk menganggarkan
pengadaan barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12
(dua belas) bulan dan tidak menambah nilai aset/modal.
2). Pengadaan barang yang dialokasikan pada belanja barang dan jasa
adalah pengadaan barang yang mempunyai nilai persatuan
barang/perunit kurang dari Rp. 300.000,00 serta pengeluaran untuk
gedung dan bangunan yang mempunyai nilai kurang dari Rp.
10.000.000,00. Dikecualikan untuk pengeluaran belanja tanah,
jalan/irigasi/jaringan dan aset tetap lainnya berupa koleksi buku
perpustakaan dan barang bercorak kesenian tetap dialokasikan
pada belanja modal.
3). Pelayanan jasa yang dilaksanakan secara outsourcing dikriteriakan
sebagai jasa dari pihak ketiga. Anggarannya tidak dialokasikan pada
belanja pegawai tetapi pada belanja barang dan jasa, diantaranya:
- Jasa kebersihan/cleaning service/petugas sampah.
- Jasa keamanan/Linmas.
- Jasa pengemudi.
- Jasa dengan keahlian khusus (tenaga listrik dan tenaga
kesehatan)
4). Penganggaran belanja modal yang akan diserahkan kepemilikannya
kepada pihak ketiga/ masyarakat pada tahun anggaran berkenaan,
dialokasikan pada belanja barang dan jasa.
5). Biaya pendukung proses pengadaan barang/jasa dalam rangka
memperoleh barang pakai habis/jasa/ pemeliharaan tidak
dikapitalisasi pada nilai belanja tersebut, melainkan tetap
dianggarkan sesuai kode rekening belanja yang bersangkutan
(seperti honor: dianggarkan pada belanja pegawai; biaya
pengumuman lelang, ATK, penggandaan: dianggarkan pada belanja
barang dan jasa).
6). Biaya pemeliharaan wajib dianggarkan agar standar pelayanan dan
usia pakai sarana dan prasarana yang dioperasikan atau telah
dibangun dapat dipertahankan. Batasan biaya pemeliharaan yang
dianggarkan pada belanja barang jasa adalah yang mempunyai nilai
RAB dibawah
Rp. 10.000.000,00.
7). Belanja pemeliharaan yang dilaksanakan secara swakelola
pengalokasian anggarannya dirinci sesuai kebutuhan belanja, yaitu
untuk upah pada kode rekening jasa pertukangan dan untuk
material pada kode rekening bahan/material. Sedangkan
pemeliharaan yang akan dilaksanakan secara kontraktual
dialokasikan
anggarannya
pada
kode
rekening
belanja
pemeliharaan.
8). Biaya pemeliharaan yang dialokasikan pada belanja pemeliharaan
dapat bersifat standby, dimana dalam penggunaannya harus
diawali survey untuk menentukan besaran RAB guna penentuan
nilai paket pengadaannya.
26
9). Belanja Perjalanan Dinas agar memperhatikan Keputusan Walikota
Nomor 060/69/1/2010 tanggal 23 September 2010 perihal
Perjalanan Dinas ke Luar Kota, dimana biaya perjalanan dinas
direncanakan seefisien mungkin dengan melakukan pengendalian
perjalanan dinas. Sedangkan perjalanan dinas dalam rangka studi
banding/kunjungan kerja agar dibatasi baik jumlah orang, jumlah
hari maupun frekuensinya dan dilakukan secara selektif.
10).Secara bertahap perlu peningkatan akuntabilitas penggunaan biaya
perjalanan dinas melalui penerapan pengganggaran dan
pelaksanaan perjalanan dinas berdasarkan prinsip kebutuhan nyata
(at cost). Perubahan tersebut dilakukan secara bertahap dengan
memadukan komponen-komponen yang sudah dapat diperlakukan
secara at cost dan yang masih diberikan secara lumpsum/paket.
11).Dalam rangka pelaksanaan perjalanan dinas untuk kegiatan yang
mengikutsertakan personil non PNS (seperti staf khusus, murid
teladan, kelompok masyarakat, pengrajin UMKM) dapat
menugaskan personil yang bersangkutan dengan menggunakan
belanja perjalanan dinas. Tata cara penganggaran dan
pelaksanaannya mengacu pada ketentuan yang berlaku.
g. Belanja Modal
1). Belanja modal digunakan untuk menganggarkan pengadaan aset
tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua
belas) bulan dan menambah nilai aset/modal.
2). Sesuai ketentuan Pasal 53 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007,
yang dianggarkan pada belanja modal adalah sebesar harga
beli/bangunan aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan
pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap
digunakan (dikapitalisasi).
3). Nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap adalah pengeluaran
pengadaan baru dan penambahan nilai aset tetap dari hasil
pengembangan, reklasifikasi, renovasi dan restorasi yang meliputi:
a). Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin, dan alat
olahraga yang sama dengan atau lebih dari Rp. 300.000,b). Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang sama dengan
atau lebih dari Rp. 10.000.000,c). Nilai satuan minimum aset tetap dikecualikan terhadap
pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap
lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak
kesenian.
4). Biaya yang dikapitalisasi dalam nilai belanja modal tersebut
dianggarkan pada kode rekening belanja modal yang bersangkutan.
Biaya yang dapat dikapitalisasi antara lain:
a). Honor panitia/pejabat pengadaan, pejabat pembuat komitmen,
PPTK, PTK, PPP, direksi lapangan, tim survey, tim teknis, tim
administrasi.
b). Biaya ATK, dokumentasi, penggandaan, makan minum rapat.
27
c).
d).
e).
f).
Biaya perjalanan dinas dalam rangka proses pengadaan.
Biaya konsultan perencana dan konsultan pengawas.
Biaya pemindahan sementara.
Biaya penghapusan aset. Apabila dalam pelaksanaan
pembangunan gedung/ bangunan/ kontruksi diperlukan adanya
biaya penghapusan aset, maka wajib dialokasikan anggarannya
oleh SKPD yang melaksanakan kegiatan dan dikapitalisasi
dalam nilai belanja modal.
g). Biaya pengosongan lahan yang akan dibangun gedung/aset.
h). Biaya peresmian tidak dapat dikapitalisasi.
C. Pembiayaan Daerah
Secara rinci kebijakan pembiayaan Kota Surakarta tahun 2012 adalah sebagai
berikut:
1. Penerimaan Pembiayaan
a. Penerimaan dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SiLPA)
dihitung secermat mungkin diutamakan hanya menampung sisa
anggaran dari kegiatan/proyek yang tidak dapat terserap anggarannya.
b. Dinas Koperasi dan UKM selaku SKPD teknis yang mengelola kredit
bergulir dan/atau penjaminan kredit agar melaporkan posisi perputaran
dana sampai dengan bulan September 2011 serta mengusulkan
besaran penerimaan kredit bergulir yang akan dialokasikan dalam APBD
T.A 2012.
c. Penerimaan dari pinjaman daerah agar berpedoman pada kebijakan
umum.
2. Pengeluaran Pembiayaan
a. Bagi SKPD yang mempunyai fungsi pembinaan terhadap
BUMD/BKK/Koperasi/UMKM dapat mengusulkan rencana penyertaan
modal dan pemberian kredit bergulir yang akan dialokasikan pada
tahun anggaran 2012
b. PPKD dalam merencanakan pembayaran utang pokok diprioritaskan
pada pembayaran utang pokok yang jatuh tempo pada tahun 2012
serta tunggakan tahun 2011. Penyelesaian pembayaran utang pokok
yang jatuh tempo diprioritaskan guna menghindari beban denda
keterlambatan pembayaran.
c. Bagi SKPD yang mempunyai kewajiban kepada pihak ketiga yang tidak
terselesaikan pada tahun anggaran 2011, agar memberikan laporan
kepada Walikota dan TAPD secara lengkap beserta alasan-alasannya
guna dipertimbangkan sebagai beban utang daerah kepada pihak
ketiga.
28
BAB V
PENUTUP
Demikianlah Kebijakan Umum APBD ini dibuat untuk menjadi pedoman dalam
penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan RAPBD Tahun
Anggaran 2012.
Surakarta, 25 November 2011
WALIKOTA SURAKARTA
PIMPINAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KOTA SURAKARTA
selaku,
PIHAK PERTAMA
selaku,
PIHAK KEDUA
Ir. H. JOKO WIDODO
Y. F. SUKASNO, S.H.
KETUA
SUPRIYANTO, S.H.
WAKIL KETUA
Ir. MUHAMMAD RODHI
WAKIL KETUA
29
Download