BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1. Definisi Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. 1 Menurut Berelson dan Stainer dalam Riswandi, Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kta, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. 2 Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalm bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan dua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan. 1 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011. Hal.9 2 Riswandi. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Graha Ilmu. 2009. Hal2 12 13 Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan diatas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perubahan atau kegiatan, dan lain-lain. Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan, dan politik sudah didasari oleh para cendikiawan sejak aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum masehi. Akan tetapi, studi aristoteles hanya berkisar pada retorika dalam lingkungan kecil. Baru pada abad pertengahan ke-20 ketika dunia dirasakan semakin kecil akibat revolusi industri dan revolusi teknologi elektronik,setelah ditemukan kapal api, pesawat terbang, listrik, telepon, surat kabar, film, radio, televisi, dan sebagainya maka para cendekiawan pada abad sekarang menyadari pentingnya komunikasi ditingkatkan dari pengetahuan (knowledge) menjadi ilmu (science). Diantara para ahli sosiologi, ahli psikologi, dan ahli politik di Amerika Serikat, yang menaruh minat perkembangan komunikasi adalah Carl I. Hovland. Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Definisi Hovland diatas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) 14 yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the proses to modify the behavior f other inividuals). Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikasi seperti diuraikan diatas. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: a. Komunikator (Communicator, source, sender) b. Pesan (message) c. Media (channel) d. Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient) e. Efek (effect, impact, influence) 15 Jadi, berasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Lasswell menghendaki agar komunikasi dijadikan objek studi ilmiah, bahkan setiap unsur diteliti secara khusus. Studi mengena komunikator dinamakan control analysis; penelitian mengenai pers, radio, televisi, film, dan media lainnya disebut media analysis; penyelidikan mengenai pesan dinamai content analysis; audience analysis adalah studi khusus tentang komunikan; sedangkan effect analysis merupakan penelitian mengenai efek atau dampak yang ditimbulkan oleh komunikasi. Demikian kelengkapan unsur komunikasi menurut Harold Lasswell yang mutlak harus ada daam setiap prosesnya.3 2.1.2. Proses Komunikasi Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder. a. Proses Komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi aalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang 3 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011. Hal9-10 16 mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu berbentuk idea, informasi atau opini; baik mengenai hal yang kongkret maupun yang abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang blalu dan masa yang akan datang. Adalah berkat kemampuan bahasa maka kita dapat mempelajari ilmu pengetahuan sejak ditampilkan oleh Aristoteles, Plato, dan Socrates; dapat menjadi manusia yang beradab dan berbudaya; dan dapat memikirkan apa yang akan terjadi pada tahun, dekade, bahkam abad yang akan datang. 4 b. Proses Komunikasi secara Sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Pada umumnya kalau kita berbicara dikalangan masyarakat, yang dinamakan media komunikasi itu adalah media kedua sebagaimana diterangkan diatas. Jarang sekali orang menganggap bahasa sebagai media komunikasi. Hal ini disebabkan oleh bahasa sebagai lambang (symbol) beserta isi (content) – 4 Ibid. Hal11 17 yakni pikiran dan atau perasaan - yang dibawanya menjadi totalitas pesan (message), yang tampak tak dapat dipisahkan. Tidak seperti media dalam bentuk surat, telepon, radio, dan lain-lainnya yang jelas tidak selalu dipergunakan. Tampaknya seolah-olah orang tak mungkin berkomunikasi tanpa bahasa, tetapi orang mungkin dapat berkomunikasi tanpa surat, atau telepon, atau televisi, dan sebagainya. 5 2.1.3. Model-Model komunikasi Model adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan kata lain, model adalah teori yang lebih disederhanakan. 6 Teori yang difokuskan pada peneltian ini menggunakan teori atau model William B. Gudykunst dan young Yun Kim ini sebenarnya merupakan model komunikasi antarbudaya., yakni komunikasi antara orang-orang yang berasal dari budaya yang berlainan, atau komunikasi dengan orang asing (stranger). Model komunikasi ini pada dasarnya sesuai untuk komunikasi tatap-muka, khususnya antara dua orang. Meskipun model itu disebut model komunikasi antarbudaya atau model komunikasi dengan orang asing, model komunikasi tersebut dapat mempresentasikan komunikasi antara siapa saja, karena pada dasarnya tidak ada dua orang yang mempunyai budaya, sosiobudaya dan psikobudaya yang persis sama.7 5 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011. Hal16 6 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002. Hal 121 7 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002. Hal 150-156 18 2.1.4. Unsur-Unsur Komunikasi Tujuan mempelajari komunikasi antarbudaya adalah untuk mengembangkan keterampilan yang kita miliki untuk sengaja diterapkan agar terjadinya komunikasi yang efektif dengan keragaman budaya yang ada. Komunikasi didefinisikan sebagai proses untuk mempengaruhi sumber dan penerimanya, dari definisi tersebut diidentifikasikan ada 8 unsur khusus komunikasi dalam konteks sengaja. Yaitu:8 1. Sumber (source) yaitu orang yang memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi. 2. Penyandian (encoding) yaitu kegiatan internal seseoranguntuk memilih dan merangsang perilaku verbal dan non verbal untuk menghasilkan satu pesan. 3. Pesan (message) baik pesan verbal maupun non verbal 4. Saluran (channel), yang menghubung antara sumber dan penerima. 5. Penerima (receiver) yaitu orang yang menerima pesan 6. Penyandian balik (decoding) yaitu proses internal penerima dan pemberian makna kepada perilaku sumber yang mewakili perasaan dan pikiran sumber. 7. Respon penerima (receivers respons) menyanngkut apa yang penerima lakukan setelah ia menerima pesan. 8. Umpan balik (feed back) informasi yang tersedia bagi sumber ysng memungkinksn menilai keefektifan komunikasi yang dilakukannya. 8 Ahmad Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya satu perspektif Multidimensi, Bumi Aksara, Jakarta,2011. Hal. 17 19 Komunikasi antarbudaya dalam kedelapan unsur tesebut yang menjadikan terjadinya proses komunikasi antarbudaya berlangsung. 2.1.5. Fungsi Komunikasi Berikut ini kita akan membahas empat fungsi komunikasi berdasarkan kerangka yang dikemukakan William I. Gorden. Keempat fungsi tersebut, yakni komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental, tidak saling meniadakan (mutually exclusive). Fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication event) tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi yang dominan.9 Fungsi Pertama: Komunikasi Sosial Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama. Fungsi Kedua: Komunikasi Ekspresif Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif tidak 9 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2008. Hal 5-34 20 otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut dikomunikasikan terutama melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun terutama lewat perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya. Seorang atasan menunjukkan simpatinya kepada bawahannya yang istrinya baru meninggal dengan menepuk bahunya. Fungsi Ketiga: Komunikasi Ritual Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacaraupacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun (nyanyi Happy Birthday dan pemotongan kue), pertunangan (melamar, tukar cincin), siraman, pernikahan (ijab qabul, sungkem kepada orang tua, sawer, dan sebagainya), ulang tahun perkawinan, hingga upacara kematian. Dalam acaraacara itu orang mengucapkan atau menampilkan perilaku-perilaku simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kiab suci, naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan, upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama mereka. 21 Fungsi Keempat: Komunikasi Instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak diketahui. Ketika seorang dosen menyatakan bahwa ruang kuliah kotor, pernyataannya dapat membujuk mahasiswa untuk membersihkan ruang kuliah tersebut. Bahkan komunikasi yang menghibur (to entertain) pun secara tidak langsung membujuk khalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka. 2.2. Komunikasi AntarBudaya 2.2.1. Komunikasi AntarBudaya Sebagian besar aktivitas hidup manusia modern dewasa ini berkaitan dengan dengan komunikasi. Perkembangan yang pesat dibidang teknologi komunikasi menyebabkan aktivitas komunikasi tersebut semakin luas ruang lingkupnya. Definisi komunikasi antarbudaya menurut Samovar dan Porter, komunikasi antarbudaya terjadi diantara produsen dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda. Penelitian ini mengambil contoh mahasiswa etnis Makassar dan mahasiswa etnis Palembang, dimana mereka memiliki budaya 22 dan bahasa yang berbeda. Definisi yang disampaikan oleh para ahli sesuai dengan penelitian yang dilakukan yakni, komunikasi yang dilakukan oleh etnis budaya atau memiliki latar kebudayaan yang berbeda. Komunikasi antar budaya terjadi ketika anggota dari satu budaya tertentu memberikan pesan kepada anggota dari budaya yang lain. Lebih tepatnya, komunikasi antarbudaya melibatkan interaksi antara orang-orang yang persepsi budaya dan sistem simbolnya cukup berbeda dalam suatu komunikasi. 10 2.2.2 Model Komunikasi Antarbudaya Model komunikasi adalah pola yang digunakan dalam proses komunikasi. Menurut Sereno dan Mortensen11, model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Sedangkan B. Aubrey Fisher mengatakan bahwa model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model. Pola komunikasi adalah kecenderungan gejala umum yang menggambarkan bagaimana cara berkomunikasi yang terjadi dalam organisasi atau kelompok sosial tertentu. Gordon Wiseman dan Larry Barker 12 mengemukakan bahwa model komunikasi mempunyai tiga fungsi, yakni melukiskan proses komunikasi, menunjukkan hubungan visual, dan membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komuniksai. 10 Ibid. hal13 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2010. Hal 132 12 Op Cit 133 11 23 Model William B. Gudykunst dan Young Yun Kim merupakan model komunikasi antarbudaya, yakni komunikasi antara orang-orang yang berasal dari budaya berlainan, atau komunikasi dengan orang asing. Model komunikasi ini pada dasarnya sesuai dengan komunikasi tatap-muka, khususnya antara dua orang. Model Gudykunst dan Kim menggambarkan bahwa adanya pengaruh budaya-budaya individu dan masalah-masalah penyandian dan penyandian balik pesan. Dalam setiap budaya ada bentuk lain yang agak serupa dengan bentuk budaya lainnya. Ini menunjukkan individu yang telah dibentuk oleh suatu budaya. Bentuk individu sedikit berbeda dari bentuk budaya yang mempengaruhinya. Model Gudykunst dan Kim mengasumsikan bahwa dua orang yang terlibat dalam kegiatan komunikasi ini mempunyai kedudukan yang sama, sama-sama sebagai pengirim sekaligus penerima pesan, serta sama-sama melakukan encoding dan decoding. Hal tersebut mengakibatkan pesan suatu pihak sekaligus juga adalah umpan balik bagi pihak lainnya yang ditunjukkan oleh adanya garis dari penyandian seorang ke penyandian balik orang lain dan dari penyandian orang kedua ke penyandian balik orang pertama. Sedangan kedua garis umpan balik atau pesan itu menunjukkan bahwa setiap kita berkomunikasi, secara bersamaan kita melakukan penyandian dan penyandian balik. Dengan kata lain, komunikasi yang terjadi itu tidak statis. Menurut Gudykunst dan Kim, penyandian dan penyandian balik terhadap pesan merupakan suatu proses interaktif yang dipengaruhi oleh filter-filter konseptual yang dikategorikan menjadi faktor-faktor kultur, sosiokultur dan psikokultur yang nampak pada lingkaran dengan garis putus-putus. Garis putus- 24 putus itu sendiri menggambarkan bahwa ketiga faktor ini saling berhubungan dan mempengaruhi. Selain itu, kedua individu yang terlibat juga terletak dalam suatu kotak dengan garis putus-putus yang berarti mewakili pengaruh lingkaran. Hali ini seklai lagi menggambarkan bahwa lingkaran tersebut bukanlah suatu sistem tertutup. Pengaruh kultur dalam model ini meliputi penjelasan mengenai kemiripan dan perbedaan budaya, misalnya pandangan dunia, bahasa, sikap kita terhadap manusia (individualisme atau kolektivisme). Sebab ini akan mempengaruhi perilaku komunikasi kita. Pengaruh sosiokultur akan nampak pada proses penataan sosial yang berkembang berdasarkan interaksi dengan orang lain ketika pola-pola perilaku menjadi konsisten dengan berjalannya waktu. Ada empat faktor utama dalam sosialbudaya yaitu: keanggotaan kita dalam kelompok sosial, konsep diri kita, ekspektasi peran kita, dan definisi kita mengenai hubungan antarpribadi. Dimensi psikokultur mencakup proses penataan pribadi. Penataan pribadi ini adalah proses yang memberi stabilitas pada proses psikologis. Faktor-faktor dalam psikobudaya adalah stereotip dan sikap terhadap kelompok lain. Kedua faktor ini akan menciptakan pengharapan mengenai bagaimana orang lain akan berperilaku, dan pada akhirnya akan mempengaruhi cara kita menafsirkan stimulus yang datang dan prediksi kita tentang perilaku orang lain. Ada pula unsur lain yang melengkapi model Gudykunst dan Kim yaitu lingkungan. Lingkungan akan mempengaruhi kita dalam melakukan penyandian dan penyandian balik suatu pesan. Yang dimaksudkan dengan lingkungan adalah mencakup iklim, lokasi geografis, lingkungan fisik, dan persepsi kita atas suatu lingkungan. 25 2.2.3. Pentingnya Mempelajari Komunikasi Antarbudaya Mempelajari komunikasi antarbudaya merupakan aktivitas yang penting dengan alasan sebagai berikut 13: (1) Interaksi keseharian kita melibatkan orang-orang yang berasal dari berbagai latar belakang sosial budaya, (2) Agar komunikasi antarbudaya efektif, diperlukan usaha untuk memahami makna pesan baik verbal maupun non verbal. Perbedaan pemaknaan pesan menjadi awal ancaman komunikasi efektif, (3) Perlunya mempelajari nilai-nilai sosial budaya dari orang-orang berinteraksi dengan kita sehingga kesalahpahaman komunikasi dihindari. Kesulitan berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda budaya tidak hanya terbatas kepada kesulitan memahami bahasa yang tidak dikuasai, melainkan juga sistem nilai mereka dan bahasa non verbal mereka. Hubungan antar budaya dan komunikasi penting dipahami apabila kita ingin memahami bagaimana komunikasi antarbudaya dapat berjalan efektif, komunikasi antarbudaya dapat efektif dengan cara mengidentifikasi aspek-aspek budaya dan menelaah budaya tersebut dengan cara: 14 1) Memahami komunikasi dan bahasa. 2) tatacara pakaian dan penampilan. 3) makanan dan kebiasaan makan. 4) Waktu dan kesadaran akan waktu. 5) Penghargaan dan pengakuan. 6) Hubungan-hubungan. 7) nilai dan norma. 8) rasa diri dan ruang.9) proses mental dan belajar. 10) Kepercayaan dan sikap. 13 Suranto AW. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010. Hal 34 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006. Hal. 58 14 26 2.2.4. Hambatan Dalam Komunikasi Antarbudaya Dalam komunikasi antarbudaya tentu kita perlu memahami bagaimana proses komunikasi antarbudaya itu berlangsung agar terwujud komunikasi antarbudaya yang efektif dengan cara mengetahui hambatan dalam komunikasi antarbudaya, yaitu: 15 1. Hambatan Yang Bersumber Pada Unsur Kebudayaan Perbedaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi antarbudaya, biasanya perbedaan latar belakang budaya menjadi faktor heterofili, faktor heterofili adalah mencapai hasil komunikasi yang kurang optimal dan tindak komunikasi tidak berjalan efektif. 2. Hambatan perbedaan Persepsi dan sikap Perspektif adalah pemahaman terhadap suatu objek yang tergantung pada pengamatan dan penafsiran. Masalah perspektif komunikasi antarbudaya disini adalah maslah konseptual dalam perspektif yang berlatar belakang perbedaan budaya. 3. Hambatan Stereotif dan Prasangka Prasangka adalah apa yang ada dalam pemikiran kita terhadap individu dan kelompok lain sperti hubungan ras dan etnis atau melalui media massa yang populer. Prasangka cenderung bersifat negatif terhadap suatu kelompok dan ada tiga tipe prasangka yang bersifat negatif yaitu :1) Prasangka kognitif yaitu apa yang benar menurut kelompok. 2) Prasangka afektif yaitu sama sekali 15 Dadan Anugrah dan Winny Kresnowiati, Komunikasi Antarbudaya Konsep dan Aplikasinya, Jala Permata, Jakarta, 2008, Hal. 97-100 27 tidak menyukai suatu kelompok. 3) Prasangka konatif yaitu bersifat diskriminatif atau agresif terhadap kelompok. Stereotif adalah salah satu bentuk prasangka yang menghambat komunikasi antarbudaya dalam hubungan ras, etnik, kelompok agama/kepercayaan, berkulit hitam/putih. Biasanya mengelomokkan orang ke dalam in group dan out group. Faktor-faktor penghambat komunikasi antarbudaya lainnya bisa berupa16 1) Hambatan Sosio-antro-psikologis yaitu yang terdiri dari perbedaan status, agama, ideology, tingkat pendidikan, maupun tingkat kekayaan. 2) Hambatan Semantis yaitu biasanya hambatan dalam bahasa. 3) Hambatan mekanis yaitu hambatan pada media yang digunakan. 4) Hambatan ekologis yaitu hambatan dari faktor lingkungan. 2.2.5. Komunikasi Antarbudaya Dalam Praktik Organisasi Sebelum kita bahas lebih dalam mengenai komunikasi terlebih dahulu kita mengetahui apa itu organisasi, organisasi dalam bahasa Indonesia atau organization dalam bahasa inggris berasal dari bahasa latin yaitu organizare yang berarti membentuk sebagai atau menjadi keseluruhan dari bagian-bagian yang saling bergantung atau terkordinasi. 17 Beberapa definisi-definisi dari ahli menjelaskan bahwa organisasi adalah sebagai berikut:18 J.R Schermerhorn memaparkan mengenai organisasi yaitu kumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, namun 16 Ibid. Hal 101 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal. 114 18 H. Moh. Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Bumi Aksara, Jakarta, 2006. Hal. 17 28 pendapat lain dari Chester J. Bernard tentang organisasi adalah kerja sama dua orang atau lebih, suatu sistem dari aktivitas-aktivitas atau kekuatan-kekuatan perorangan yang terkoordinasi secara sadar, tidak dengan Philip Selznick yang mengatakan organisasi adalah pengaturan personil guna memudahkan pencapaian beberapa tujuan yang telah ditetapkan melalui alokasi fungsi dan tanggung jawab. Berdasarkan definisi-definisi organisasi diatas diketahui yang tercakup dalam organisasi adalah kumpulan kelompok yang tidak hanya satu orang melainkan, saling bekerja sama, untuk tujuan bersama, dalam sistem kordinasi kegiatan, yang diatur melalui pembagian tugas. Organisasi adalah salah satu entisitas yang berfungsi sebagai kendali yang terdiri dari prosedur dan kebijakan,19 organisasi adalah sebuah wadah dimana semua unsur yang membentuk organisasi ditempatkan dalam satu wadah. Proses komunikasi dalam organisasi dapat berjalan ketika antara anggota organisasi satu dengan yang lainnya saling menerima, menyampaikan, dan melaksanakan komunikasi tersebut karena proses komunikasi menghubungkan organisasi dengan lingkungannya. Terdapat 5 unsur kategori unsur-unsur dasar yang membentuk organisasi: 20 1. Anggota Organisasi Pada suatu organisasi terdapat orang-orang yang melaksanakan pekerjaan organisasi. Orang-orang yang membentuk organisasi terlibat dalam beberapa kegiatan primer. Mereka terlihat dalam kegiatan-kegiatan pemikiran yang meliputi konsep-konsep, penggunaan bahasa, pemecahan masalah, dan pembentukan 19 R. Wayne Face and Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal 18 20 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi,PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hal 23 29 gagasan. Mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan perasaan yang mencakup emosi, keinginan, dan aspek-aspek perilaku manusia lainnya yang bukan aspek intelektual. Mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan selfmoving yang mencakup kegiatan fisik yang besar maupun yang terbatas. 2. Pekerjaan Dalam Organisasi Pekerjaan yang dilakukan anggota organisasi terdiri dari tugas-tugas formal dan informal. Tugas-tugas ini menghasilkan produk dan memberikan pelayanan organisasi. 3. Praktik-praktik pengelolaan Tujuan primer pegawai manajerial adalah menyelesaikan pekerjaan melalui usaha orang lain. 4. Struktur Organisasi Struktur Organisasi merujuk kepada hubungan-hubungan antara “tugas- tugas yang dilaksanakan oleh anggota-anggota organisasi”. Struktur organisasi ditentukan oleh tiga variabel kunci: kompleksitas, 1) Kompleksitas merupakan fungsi tiga faktor : tingkat didalamnya terdapat perbedaan-perbedaan antara unitunit (diferensiasi horizontal) sebagai hasill spesialisasi yang ada dalam organisasi. 2) Formalisasi merujuk kepada derajat standarisasi dan tugas-tugas. 3)Sentralisasi merujuk kepada derajat keterkosentrasian pembuatan keputusan pada satu jabatan dalam organisasi. 5. Pedoman Organisasi 30 Pedoman organisasi adalah serangkaian pernyataan yang mempengaruhi, mengendalikan, dan memberi arahan bagi anggota organisasi dalam mengambil keputusan dan tindakan Dari unsur-unsur tersebut kita tahu bahwa komunikasi dalam organisasi merupakan proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan, tentu akan berbeda ketika dalam organisasi memiliki anggota yang berbeda suku maupun budaya maka akan ada hambatan dalam mencapai tujuan organisasi. Meletakkan komunikasi antarbudaya dalam onteks orrganisasi lebih banyak dilakukan secara interpersonal (hubungan pribadi). Hubungan antarprobadi yang efektif dalam organisasi akan tercapai apabila satu sama lain mengembangkan sikap-sikap sebagai berikut:21 1. Bertemu satu sama lain secara personal 2. Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama lain secara berarti. 3. Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan. 4. Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersifat menerima dan empati satu sama lain. 5. Merasa bahwa saling menjaga dan keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi gangguan arti. 21 Dadan Anugrah dan Winny Kresnowiati, Komunikasi AntarBudaya Konsep dan Aplikasinya, Jala permata, Jakarta, 2008, hal.138 31 6. Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasaan aman terhadap yang lain. Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang dengan beda budaya baik itu beda (ras, etnik, ataupun sosial dan ekonomi). 22 Dimana proses komunikasi antarbudaya merupakan interaksi dan komunkasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Setiap manusia hidup dalam lingkup beda budaya memiliki lingkungan sosial yang senantiasa membelakukan adanya nilai-nilai budaya yang diacu oleh masyarakat tempat asal, maka pola komunikasi dan cara berkomunikasi akan diwarnai oleh keadaan, nilai, kebiasaan yang berlaku dilingkungan dimana mereka tinggal. Budaya dan komunikasi tidak bisa dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa dan bagaimana menyandi pesan, tetapi juga makna yang ia miliki untuk pesan dan kondisikondisinya untuk mengirim , memperhatikan dan menafsirkan pesan. Komunikasi sangat penting dalam budaya karena budaya takkan dipahami tanpa mempelajari komunikasi berikut ini dipaparkan oleh beberapa ahli yaitu: 23 menurut Edward T. Hall memaparkan mengenai komunikasi dan budaya adalah dua entisitas tak terpisahkan karena budaya adalah komunikasi dan komunikasi aalah budaya, dimana ketika bicara mengenai komunikasi tak terhindakan kita 22 Stewart L. Tubbs and Sylvia Moss, Human Communication, PT. Remaja Rosdakarya, buku kedua, Bandung, 2000, hal 236-237 23 Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif (Suatu Pendekatan Lintas Budaya), PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008. Hal 14-17 32 berbicara tentang budaya. Dalam hal ini Alfred G. Smith mengartikan budaya adalah kode yang kita pelajari bersama dan untuk itu dibutuhkan komunikasi. Berbeda dengan Godwin C. Chu memaparkan bahwa setiap pola budaya dan setiap tindakan melibatkan komunikasi. Budaya menurut Geert Hofstede adalah pemograman kolektif atas pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dengan orang lainnya. Tentu saja pendapat lain dari Trenholm dan Jensen mengenai budaya yaitu seperangkat nilai, kepercayaan, norma, dan adat istiadat, aturan dan kode, yang secara sosial mendefinisikan kelompokkelompok orang mengikat mereka satu sama lain dan memberi mereka kesadaran bersama. Tidak dengan Hofstede menyebutkan bahwa budaya terdiri dari berbagai tingkat yang masing-masing mempresentasikan lapisan pemograman mental yang berlainan: 1) Tingkat nasioa\nal menurut Negara seseorang. 2) Tingkat regional, etnik, agama, dan bahasa karena setiap negara terdiri atas hal tersebut. 3) Tingkay gender yaitu laki-laki atau perempuan. 4) Tingkat generasi antara yang muda dan yang tua. 5) Tingkat kelas sosial bisa dilihat dari pekerjaan , pendidikan, dan juga jabatan. 6) Tingkat Organisasi ini untuk mereka yang bekerja. Berbeda dengan K.S Sitaram dan Roy T. Cogdell membagi kebudayaan menjadi 5 kategori: 1) kebudayaan barat (orang kulit putih yang ttinggal di Amerika dan Eropa). 2) Kebudayaan Timur (didominasi dengan orang yang beragama hindu dan budha). 3) Kebudayaan orang kulit hitam Amerika. 4) Kebudayaan Afrika. 5) Kebudayaan Islam. 33 Dan masing-masing individu tidak hanya memiliki salah satu kebudayaan tersebut melainkan lebih dari subkultural budaya yang tumpang tindih dan tergantung bagaimana mereka menkontribusi. Pentingnya kepekaan dalam komunikasi antarbudaya seperti yang dijabarkan penulis dari definisi-definisi diatas merupakan ujung tombak untuk meminimalisasi konflik antarbudaya. 2.2.6. Kompetensi Komunikasi Antarbudaya dengan Broadcasting Kita tidak bisa untuk tidak berkomunikasi. Segala hal yang kita lakukan, dalam tujuan apapun, tentu memerlukan proses komunikasi. Proses menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan melalui suatu media atau cara hingga akhirnya menimbulkan suatu efek atau timbal balik, mungkin terlihat begitu sederhana. Menjadi produser, sutradara, reporter, copy writer dan lain-lain yang terlibat dalam dunia penyiaran atau broadcasting, adalah salah satu tugas yang berkaitan dengan dunia Ilmu Komunikasi. Seperti yang kita ketahui, bahwa dunia penyiaran pada dasarnya ialah proses menyampaikan suatu pesan melalui media massa seperti televisi, radio ataupun surat kabar kepada masyarakat. Dalam proses penyampaian pesan itulah setiap manusia harus mampu memproduksi sebuah karya yang memiliki pesan untuk disampaikan. Proses produksi sebuah karya juga melibatkan komunikasi dengan sebuah kelompok atau tim yang berisi orang-orang berbeda latar belakang budaya. Komunikasi yang terjalin dalam sebuah kerjasama tersebut agar terus berjalan dengan lancar, maka perlu 34 memahami pengetahuan tentang ilmu komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya mampu membantu interaksi sebuah kelompok ketika memproduksi sebuah karya yang didalam kelompok tersebut berisi orang berbeda latar belakang budaya. Dengan memahami komunikasi antarbudaya sebuah kelompok dituntut untuk meghasilkan sebuah karya dan dapat menentukan strategi agar pesan yang disampaikan mudah diterima oleh masyarakat sesuai dengan segmentasinya.