Penilaian Harga Saham dengan Dividend Discount

advertisement
Penilaian Harga Saham dengan Dividend Discount Model dan Free Cash Flow to Equity
Model
(Studi pada Indeks Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011)
Oleh:
Nur Khasanah 1*)
Dosen Pembimbing:
Dr. Siti Aisjah, SE., MS. 2*)
Abstrak
Penelitin ini bertujuan untuk mengetahui model penilaian harga saham dengan menggunakan
pendekatan Divident Discount Model (DDM) pertumbuhan konstan dan Free Cash Flow to
Equity Model (FCFE) pertumbuhan konstan dan untuk mengetahui metode penilaian harga
saham yang paling mendekati harga aktual. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitan
deskriptif kantitatif. Populasi penelitian ini adalah saham yang terdaftar pada LQ45 di Bursa
Efek Indonesia. Teknik sampling menggunakan metode sampel jenuh. Hasil penelitian dengan
menggunakan DDM pertumbuhan konstan menunjukkan bahwa terdapat 4 saham yang
mengalami undervalued yaitu saham AALI, ANTM, INDF dan TLKM dan penilaian dengan
menggunakan FCFE pertumbuhan konstan terdapat 6 saham yang mengalami undervalued yaitu
saham ANTM, ASII, INDF, TLKM, UNSP dan UNTR. Terdapat 3 saham yang dinilai samasama mengalami undervalued dengan menggunakan DDM dan FCFE pertumbuhan konstan
yaitu saham ANTM, INDF dan TLKM. Sedangkan untuk mengetahui akurasi penilaian harga
menggunakan the absolute rupiah over/undevaluation (ADE), the average absolute rupiah
over/undevaluation (MDE), the absolute percentage over/undervaluation (APE), the average
absolute percentage over/undervaluation (MPE) hasilnya menunujukkan bahwa hasil penilaian
menggunakan DDM pertumbuhan konstan memiliki nilai yang terkecil dibandingkan FCFE
pertumbuhan konstan. Hal ini berarti bahwa DDM pertumbuhan konstan adalah model penilaian
yang mendekati harga aktual saham.
Kata Kunci: Penilaian Harga Saham, Dividend Discount Model, Free Cash Flow to Equity
Model
1*) Jurusan Manajemen, Konsentrasi Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Brawijaya. Email: [email protected]
2*) Dr. Siti Aisjah, SE., MS. Dosen Manajemen, Konsentrasi Strategi Manajemen Keuangan, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya. Email:[email protected]; [email protected]
1
LATAR BELAKANG
Pasar modal merupakan tempat untuk
berinvestasi yang memberikan potensi
keuntungan (return) yang cukup besar
berupa capital gain atau dividen.
Namun, yang menjadi perhatian adalah
semakin tinggi return tertentu akan
diikuti resiko yang tinggi pula. Investor
perlu melakukan penilaian dengan
cermat untuk meminimalkan resiko dan
untuk menghindari kesalahan dalam
membuat keputusan apakah saham yang
diperdagangkan di pasar modal memiliki
nilai yang wajar. Seringkali hasil
penilaian harga saham tidak memiliki
nilai yang sama dengan harga saham
yang diperdagangkan di pasar modal.
Kondisi seperti inilah yang dikatakan
overvalued atau undervalued. yaitu
terdapat perbedaan nilai antara hasil
penilaian harga saham dengan harga
aktual saham.
Penilaian ini dapat dilakukan dengan
berbagai metode dan pendekatan.
Menurut
Tandellin
(2010:301)
menyatakan beberapa penilaian harga
saham biasa dapat dilakukan dengan
dividend discount model, price earning
ratio, rasio harga terhadap nilai buku,
rasio harga terhadap aliran kas, dan
Economic Value Added (EVA). Bodie,
dkk (2006) memperhitungkan penilaian
saham dengan menggunakan dividend
discount model, price earning ratio,
corporate finance, dan free cash flow.
Model penilaian harga saham telah
banyak dikembangkan oleh para analis
dan telah membantu para investor dalam
menentukan
keputusan
investasi.
Penilaian harga saham yang digunakan
dalam
penelitian
ini
dengan
menggunakan pendekatan Dividend
Discount Model (DDM) dan Free Cash
Flow to Equity. Dasar dari pendekatan
ini adalah nilai intrinsik, nilai intrinsic
saham adalah nilai sekarang dari alairan
2
kas yang akan diterima di masa depan.
Setelah melakukan penilaian harga
saham dengan menggunakan DDM dan
FCFE kemudian dilakukan akurasi
penilaian harga saham agar investor bisa
menentukan model penilaian yang paling
sesuai. Secara khusus penelitian ini
menggunakan saham LQ45 karena
saham yang masuk pada Indeks LQ45
merupakan 45 saham yang mempunyai
likuiditas
tinggi
dan
juga
dipertimbangkan dalam kapitalisasi
pasar saham setelah melalui beberapa
kriteria seleksi (Fatma, 2008:159).
Berdasarkan latar belakang penelitian
yang telah diuraikan diatas, maka dapat
diidentifikasi masalah dalam penelitian
ini yaitu bagaimana penilaian harga
saham dengan menggunakan Divident
Discount Model dan Free Cash Flow to
Equity Model? Dan model penilaian
harga saham manakah dari Divident
Discount Model dan Free Cash Flow to
Equity Model yang memiliki hasil paling
mendekati harga aktual saham?
KAJIAN TEORI
Pengertian Pasar Modal
Secara sederhana pasar modal
(capital market) dapat diartikan sebagai
pasar
atau
tempat
untuk
memperjualbelikan surat berharga yang
berjangka panjang. Pengertian pasar
modal menurut Bursa Efek Indonesia
adalah
sarana
pendanaan
bagi
perusahaan maupun institusi lain
(misalnya pemerintah), dan sebagai
sarana bagi kegiatan berinvestasi.
Saham LQ45
Indeks LQ45 terdiri dari 45 emiten
dengan likuiditas (liquid) tinggi, yang
diseleksi melalui beberapa kriteria
pemilihan.
Selain penilaian atas
likuiditas, seleksi atas emiten-emiten
tersebut
juga
mempertimbangkan
kapitalisasi pasar.
Penilaian Saham
Penilaian (valuation) saham adalah
proses menentukan berapa harga wajar
suatu saham. Nilai yang berhubungan
dengan saham dapat dilihat dalam tiga
konsep nilai yang memberikan makna
yang berbeda.
1. Nilai buku (book value) per lembar
saham menunjukkan aktiva bersih
yang dimiliki oleh pemegang saham
dengan memiliki satu lembar saham
(Jogiyanto, 2003:82).
2. Nilai
Pasar
(market
value)
merupakan nilai saham yang
terbentuk ketika sebuah saham
dicatatkan di bursa ketika IPO
(Initial Public Offering) yaitu saat
pertama kalinya saham tersebut
ditawarkan
kepada
publik.
Sedangkan
menurut
Jogiyanto
(2003:88) nilai pasar (market value)
berbeda dengan nilai buku. Jika nilai
buku dibentuk oleh perusahaan,
maka nilai pasar adalah harga saham
yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh pelaku
pasar. Dengan kata lain nilai pasar
terbentuk dari adanya supply and
demand.
3. Nilai Intrinsik (intrinsic value) atau
fundamental value merupakan nilai
seharusnya sebuah saham. Dengan
mengetahui nilai intrinsik saham
investor dapat mengetahui harga
sebuah saham murah (undervalued)
atau mahal (overvalued). Nilai
intrinsik dapat diketahui melalui
analisis fundamental dan analisis
teknikal (Jogiyanto 2003:88).
Pendekatan Penilaia Harga Saham
Pendekatan yang akan digunakan
pada penelitian ini hanya dua, yaitu:
1. Dividend Discount Model (DDM)
pertumbuhan konstan merupakan
metode penilaian harga saham model
yang menggunakan asumsi bahwa
3
pertumbuhan dividen adalah tetap
untuk selamanya. Oleh karena itu
model penilaian ini menggunakan
pertumbuhan dividen yang tetap
untuk selamanya, model ini lebih
tepat digunakan untuk penilaian
harga saham perusahaan yang
pertumbuhannya
relative
stabil
(Damodaran, 2002:208).
2. Free cash flow to equity model
(FCFE) pertumbuhan merupaka
mode penilaian yang cocok bagi
perusahaan yang memiliki tingkat
pertumbuhan stabil dan berada pada
tahapan
stabil.
Nilai
ekuitas
merupakan fungsi dari expected
FCFE periode berikutnya, tingkat
pertumbuhan yang stabil dan
required
return
on
equity
(Damodaran, 2002:229).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam jenis
penelitan deskriptif kantitatif. Sumber
data yang digunakan yaitu data
sekunder yang diperoleh dari Pojok BEI
Universitas Brawijaya, situs resmi dari
masing-masing sampel dan data lai yang
dibutuhkan ynag dapat mendukung
penelitian ini.
Populasi penelitian ini adalah saham
yang terdaftar pada LQ45 di Bursa Efek
Indonesia.
Teknik
sampling
menggunakan metode sampel jenuh.
Definisi
operasional
variabel
penelitian yang berhubungan dengan
penelitian yaitu:
1. Harga aktual saham dan nilai
intrinsik
Harga aktual saham merupakan
harga yang terbentuk di pasar bursa
oleh para pelaku pasar. Harga aktual
ini diperoleh dari harga penutupan
saham (closing price) pada akhir
tahun. Nilai intrinsik merupakan
nilai berdasarkan estimasi investor
tertentu terhadap aliran dividen
saham yang diharapkan dan dan
risiko aliran divden saham tersebut.
Nilai itrinsik pada penelitian ini
diperoleh dari DDM dan FCFE
ertumbuhan konstan.
2. Dividend Discount Model (DDM)
pertumbuhan konstan
DDM
pertumbuhan
konstan
merupakan metode penilaian harga
saham yang mengasumsikan harga
saham setara dengan jumlah seluruh
pembayaran dividen masa depan
yang
didiskontokan
ke
nilai
sekarang. Formula penilaian harga
saham
menggunakan
DDM
pertumbhan konstan yaitu: Nilai
intrinsik
=
(Damodaran,
206:2002)
Keterangan:
D1= Dividen pada tahun 2011
r = required return on equity
g = pertumbuhan
3. Free Cash Flow to Equity Model
(FCFE) pertumbuhan konstan
FCFE
pertumbhan
konstan
merupakan arus kas yang tersisa
setelah
perusahaan
memenuhi
kewajiban
keuangan,
termasuk
pembayaran utang dan kebutuhan
modal pembiayaan modal kerja.
Pada penelitian ini menggunakan
FCFE
pertumbuhan
konstan,
formulanya adalah sebagai berikut:
Nilai intrinsik=
ratio) change in working capital
(1debt ratio)
r = required return on equity
g = pertumbuhan
Instrument penting yang terdapat pada
penilaian
harga
saham
dengan
menggunakan
DDM
dan
FCFE
pertumbuhan konstan dijelaskan di
bawah ini:
g = growth merupakan salah satu bagian
penting ketika analis/investor melakukan
penilaian
harga
saham
untuk
menentukan tingkat pertumbuhan yang
dipergunakan sebagai dasar untuk
memproyeksikan revenue dan earning.
Estimasi pertumbuhan digunakan untuk
menjaga agar pertumbuhan dividen yang
diterima sesuai dengan estimasi.
Perhitungan
pertumbuhan
DDM
pertumbuhan konstan dan FCFE
pertumbuhan konstan menggunakan
metode
yang
sama.
Estimasi
pertumbuhan dapat dihitung sebagai
berikut:
g = retention ratio x ROE
= (
) x ROE (Damodaran,
2002)
Keterangan:
g = growth
ROE = Return on Equity
DPR = Dividend Payout Ratio
– Dividend payout ratio (DPR)
diperolehdari
Keterangan:
DPS= Dividend per Share
=
EPS= Earning per Share
(Damodaran, 230:2002)
Keterangan:
= free cash flow to equity
yang diharapkan dalam satu tahun
= FCFE awal, dimana FCFE
awal adalah Net Income (capital
expendituredepreciation) (1debt
4
r = required return on equity merupakan
tingkat pengembalian yang disyaratkan
oleh investor sebagai konsekuensi atas
investasi pada saham perusahaan.
Required return on equity dicari dengan
menggunakan pendekatan imbal hasil
dividen ditambah tingkat pertumbuhan
atau arus kas diskonto dalam konteks
atau disebut metode arus kas diskonto
(discounted cash flow - DCF) dengan
formula sebagai berikut:
(Brigham dan Houston, 2011)
HASIL PENELITIAN
Penilaian Harga Saham dengan
Dividend
Discount
Model
Pertumbuhan Konstan
Berikut ini adalah hasil penilaian
harga saham dengan menggunakan
DDM pertumbuhan konstan adalah:
Tabel 1
Hasil Penilaian Berdasarkan
Dividend Discount Model
Pertumbuhan Konstan
Keterangan:
r = required return on equity
DPR = Dividend payout ratio
Hasil
Penilaian
Harga
Saham (V)
(Rp)
Harga Aktual
Saham (P)
(Rp)
54.725,00
21.700,00
(33.025)
-1,52
ANTM
2001,78
1.620,00
(381,78)
-0,24
ASII
5.220,00
7.400,00
2.180
0,29
BDMN
2.356,00
4.100,00
1.744
0,43
BMRI
1.769,50
6.750,00
4.980,5
0,74
INDF
4.768,75
4.600,00
(168,75)
-0,04
ISAT
5.270,00
5.650,00
380
0,07
TLKM
11.512,00
7.050,00
(4.462)
-0,63
UNSP
67,89
285,00
217,11
0,76
UNTR
10.320,00
26.350,00
16.030
0,61
E= Earning per share
P0= Harga aktual saham pada tahun
2010
Kode
AALI
g = pertumbuhan
Setelah hasil penilaian harga saham
dengan menggunakan DDM dan FCFE
kemudian hasil penilaian harga saham
tersebut dicari selisihnya dengan harga
aktual saham yang diporoleh dari closing
price pada tanggal 30 Desember 2011.
Selisih dari hasil penilaian harga saham
dengan harga aktual saham yang
merupakan overvalued atau undervalued
dianalisis dengan menggunakan ADE,
MDE, APE, dan MPE, untuk
mengetahui penilaian harga saham
manakah dari DDM pertumbuhan
konstan dan FCFE pertumbuhan konstan
yang paling mendekati harga aktual
saham. Nilai ADE, MDE, APE, dan
MPE yang terendah menunjukkan bahwa
metode penilaian tersebutlah yang paling
mendekati harga aktual saham.
5
ADE
(Rp)
Sumber: Data diolah
Keterangan;
O = Overvalued (V<P)
U = Undervalued (V>P)
Hasil penelitian menunjukkan emiten
yang mengalami undervalued adalah
AALI, ANTM, INDF dan TLKM.
Sedangkan yang lainnya mengalami
overvalued. terdapat perusahaan yang
mengalami undervalued sampai dengaan
Rp 33.025,00 yaitu saham AALI.
Sedangkan emiten yang mengalami
overvalued paling tinggi adalah UNTR,
yaitu sebesar Rp 16.030.
Jika dianalisis dengan menggunakan
the
absolute
percentage
over/undervalued (APE), saham yang
APE
(%)
mengalami undervalued adalah saham
yang memiliki presentase negatif. Pada
penelitian ini saham yang memiliki
presentase negatif paling besar adalah
saham AALI yaitu sebesar -1,52.
Begitupula sebaliknya, saham yang
mengalami overvalued adalah saham
UNSP yaitu sebesar 0,76.
pertumbuhan konstan menunjukkan dari
sampel yang diteliti, jika dianalisis
dengan melihat selisih dari harga aktual
dengan
hasil
penilaian,
terdapat
perusahaan
yang
mengalami
undervalued sampai dengaan Rp
39.186,70
yaitu
saham
UNTR.
Sedangkan emiten yang mengalami
overvalued paling tinggi adalah AALI,
yaitu sebesar Rp 19.102,10.
Penilaian Harga Saham dengan Free
Cash Flow to Equity (FCFE)
Pertumbuhan Konstan
Berikut ini adalah hasil penilaian
harga saham dengan menggunakan
FCFE pertumbuhan konstan adalah:
Tabel 2
Hasil Penilaian Berdasarkan Free
Cash Flow to Equity Pertumbuhan
Konstan
AALI
2.597,90
Harga
Aktual
Saham
(Rp)
21.700,0
0
ANTM
6.120,30
1.620,00
(4.500,30)
-2,8
17.311,80
7.400,00
(9.911.80)
-1,3
BDMN
2.854,88
4.100,00
1.245,88
0,3
BMRI
3.082,00
6.750,00
3.668,00
0,54
INDF
17.620,28
4.600,00
(13.020,3)
-2,83
ISAT
4.822,00
5.650,00
828,00
0,15
TLKM
33.315,70
7.050,00
(26.265,7)
-3,7
UNSP
1.811,00
(1,526,00)
-5,4
UNTR
65.536,70
285,00
26.350,0
0
(39.186,7)
1,5
Kode
ASII
Hasil
Penilaian
Harga
Saham (Rp)
ADE
(Rp)
APE
(%)
19.102,10
0,88
Jika dianalisis dengan menggunakan
the
absolute
percentage
over/undervalued (APE), saham yang
mengalami undervalued adalah saham
yang memiliki presentase paling negatif.
Pada penelitian ini saham yang memiliki
presentase negatif paling besar adalah
saham UNSP yaitu sebesar -5,4.
Begitupula sebaliknya, saham yang
mengalami overvalued adalah saham
AALI yaitu sebesar 0,88.
Perhitungan Akurasi Model Penilaian
Harga Saham
Perhitungan akurasi model penilaian
harga
saham
dilakukan
untuk
mengetahui model penilaian manakah
yang paling mendekati harga aktual
saham. Dibawah ini adalah hasil
perhitungan akurasi model penilaian
harga saham, yaitu:
Tabel 3
Hasil Perhitungan ADE, MDE, APE,
MPE
S
Sumber: Data diolah
Keterangan:
O = Overvalued (V<P)
U = Undervalued (V>P)
Hasil penilaian harga saham dengan
menggunakan
pendekatan
FCFE
pertumbuhan konstan yang mengalami
undervalued adalah ANTM, ASII,
INDF, TLKM, UNSP dan UNTR.
Sedangkan yang lainnya mengalami
overvalued. Hasil penilaian harga saham
dengan
menggunakan
FCFE
6
ADE
MDE
APE
MPE
DDM
12.505,92
1.250,592
0,47
0,047
FCFE
69.566,8
6.956,68
1,86
0,186
Sumber : Data diolah
Dividend Discount Model (DDM)
pertumbuhan konstan memilki nilai
ADE dan MDE yang paling rendah dari
pada FCFE yaitu dengan ADE 12.505,92
dan MDE 1.250,592 yang berarti selisih
antara hasil penilaian dan harga aktual
saham yang ada rata-rata adalah
1.250,592.
Artinya
dengan
menggunakan analisis ADE dan MDE,
dividend discount model pertumbuhan
konstan memilki hasil penilaian yang
paling mendekati nilai aktual saham.
Jika analisis dilakukan dengan
melihat
nilai
presentase
maka,
menggunakan APE dan MPE. Dapat
dilihat dari tabel diatas bahwa model
penilaian harga saham yang memiliki
APE dan MPE lebih kecil adalah model
penilaian Dividend Discount Model
(DDM) pertumbuhan konstan, yaitu
untuk APE 0,47 dan untuk MPE 0,047.
Pembahasan Hasil Penelitian
DDM pertumbuhan konstan
Berdasarkan hasil penelitian terdapat
empat
saham
yang
mengalami
undervalued, yaitu saham AALI,
ANTM, INDF dan TLKM sedangkan
sembilan saham lainnya mengalami
overvalued. Bagi investor yang belum
memiliki saham atau calon investor yang
berencana membeli saham tertentu
terdapat empat saham yang bisa menjadi
pertimbangan karena saham tersebut
mengalami undervalued atau harganya
murah dan disarankan untuk beli. Enam
perusahaan lainnya yang mengalami
overvalued atau harganya mahal tidak
disarankan untuk membeli. Bagi investor
yang sudah memiliki saham, ketika
saham tersebut mengalami undervalued
atau murah maka keputusannya adalah
sebaiknya empat saham tersebut ditahan.
Tetapi jika saham mengalami overvalued
atau mahal sebaiknya dari 6 saham
tersebut segera dijual karena secara teori
cepat atau lambat harga saham pasti
akan
terkoreksi
mendekati
nilai
intrinsiknya atau harga penilaian saham.
Penilitian yang sama yang pernah
dilakukan oleh Wijaya dan Nurdessy
7
(2007), hasil penelitian menunjukkan
sebagian besar saham mengalami
overvalued, karena
saham yang
mengalami undervalued sebanyak 4
saham dari 34 saham yang dinilai
dengan
menggunakan
Dividend
Discount Model (DDM).
FCFE pertumbuhan konstan
Hasil
analisis
penelitian
menggunakan
FCFE
pertumbuhan
konstan menilai saham yang mengalami
undervalued lebih besar daripada saham
yang mengalami overvalued. Saham
yang mengalami undervalued sebanyak
6 emiten, yaitu saham ANTM, ASII,
INDF, TLKM, UNSP, dan UNTR. Bagi
investor yang belum memiliki saham
atau calon investor yang berencana
membeli saham tertentu terdapat
sembilan saham yang bisa menjadi
pertimbangan karena saham tersebut
mengalami undervalued atau harganya
murah dan disarankan untuk beli.
Namun empat perusahaan lainnya yang
mengalami overvalued atau harganya
mahal tidak disarankan untuk membeli.
Bagi investor yang sudah memiliki
saham, ketika saham tersebut mengalami
undervalued
atau
murah
maka
keputusannya adalah sebaiknya sembilan
saham tersebut ditahan. Tetapi jika
saham mengalami overvalued atau
mahal sebaiknya dari 4 saham tersebut
segera dijual karena secara teori cepat
atau lambat harga saham pasti akan
terkoreksi mendekati nilai intrinsiknya
atau harga penilaian saham. Terdapat 3
saham
yang
sama-sama
dinilai
undervalued oleh DDM pertumbuhan
konstan maupun FCFE pertumbuhan
konstan, yaitu saham ANTM, INDF, dan
TLKM. Studi empiris yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu
Karlson & Niklas (2011), Wijaya &
Nurdessy (2007) menyimpulkan bahwa
hasil
penilaian
harga
saham
menggunakan
FCFE
pertumbuhan
konstan cenderung menilai saham lebih
rendah atau undervalued.
Akurasi penilaian harga saham
Hasil analisis menggunakan ADE,
MDE, APE dan MPE menunjukkan
bahwa hasil penilaian harga saham
menggunakan dividend discount model
pertumbuhan konstan yang memiliki
akurasi yang mendekati harga aktual
saham, dibandingkan menggunakan free
cash flow to equity pertumbuhan
konstan. Karena
Dividend Discount
Model (DDM) pertumbuhan konstan
memilki nilai ADE, MDE, APE dan
MPE lebih kecil dibandingkan dengan
menggunakan Free Cash Flow to Equity
(FCFE) pertumbuhan konstan.
Implikasi
Implikasi dari hasil penelitian
penilaian harga saham yang diteliti
dalam penelitian ini mencakup implikasi
teoritis dan implikasi managerial.
Implikasi tersebut adalah:
a) Implikasi teoritis, secara teoritis
penilaian harga saham dengan
menggunakan DDM pertumbuhan
konstan dan FCFE pertumbuhan
konstan akan dinilai sama. Namun,
DDM pertumbuhan konstan baik
digunakan pada perusahaan yang
secara rutin membayar dividen dan
dalam jumlah yang besar sedangkan
FCFE pertumbuhan konstan bekerja
lebih baik pada perusahaan yang
membayar dividen dalam jumlah
kecil atau tidak secara rutin
membayar dividen. Pada penelitian
ini hasilnya juga menunjukkan
demikian, maka pada kondisi bursa
dengan perusahaan yang mapan dan
rutin membayar dividen penilaian
harga saham cocok menggunakan
DDM pertumbuhan konstan.
b) Implikasi managerial, bagi analis
atau investor yang akan melakukan
8
penilaian harga saham sebaiknya
menggunakan DDM pertumbuhan
konstan karena dari penelitian ini
ditemukan bahwa hasil penilaian
harga saham DDM pertumbuhan
konstan lebih mendekati harga aktual
saham dibandingkan menggunakan
FCFE pertumbuhan konstan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis diatas maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a) Hasil
penilaian
menggunakan
Dividend Discount Model (DDM)
pertumbuhan konstan terdapat 4
saham yang mengalami undervalued
yaitu saham AALI, ANTM, INDF
dan TLKM sedangkan penilaian
harga saham dengan menggunakan
Free Cash Flow to Equity (FCFE)
pertumbuhan konstan terdapat 6
saham yang mengalami undervalued
yaitu saham ANTM, ASII, INDF,
TLKM, UNSP dan UNTR dan
terdapat 3 saham yang dinilai sama,
dengan
menggunakan
DDM
pertumbuhan konstan dan FCFE
pertumbuhan konstan yaitu ANTM,
INDF dan TLKM.
b) Hasil perhitungan akurasi penilaian
harga saham menggunakan ADE,
MDE, APE dan MPE manunjukkan
bahwa model penilaian Dividend
Discount
Model
(DDM)
pertumbuhan konstan memiliki nilai
yang terkecil dibandingkan model
penilaian harga saham dengan
menggunakan Free Cash Flow to
Equity
(FCFE)
pertumbuhan
konstan. Artinya, dengan analisis
ADE, MDE, APE dan MPE hasil
penilaian Dividend Discount Model
(DDM) pertumbuhan konstan adalah
yang paling mendekati harga saham
yang sebenarnya.
Saran
Dari hasil serta kesimpulan yang
diperoleh dalampenelitian ini , adapun
saran yang dapat diberikan yaitu:
1. Pada penelitian ini menunjukkan
bahwa model penilaian harga
saham bekerja lebih baik pada
situasi tertentu, investor atau calon
investor perlu melakukan analisis
saham yang akan dibeli terlebih
dahulu untuk dapat menggunakan
model penilaian yang cocok untuk
menilai harga saham.
2. Dalam pengambilan keputusan
investasi di pasar modal investor
atau calon investor bukan hanya
menilai harga wajar saham namun
manajemen perusahaan yang baik
menjadi salah satu faktor penting
untuk pertimbangan pemilihan
saham yang ingin dibeli karena tipe
investor jangka panjang akan lebih
memperhatikan
dividen.
Perusahaan yang baik adalah
perusahaan yang manajemennya
bisa dipercaya atau jujur dalam
mengelola perusahaan.
3. Pada
penelitian
selanjutnya
diharapkan bisa menggunakan
beberapa model penilaian harga
saham dan dengan sampel yang
lebih besar. Agar bisa mewakili
saham yang ada di Bursa Efek
Indonesia (BEI) mana yang sesuai
dengan
menggunakan
model
penilaian yang paling tepat
DAFTAR PUSTAKa
Bodie, Zvi, Alex Kane dan Alan J. Marcus.
2009. Investments. New York: McGrawHill.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston.
2001. Fundamentals of Financial
Management. Buku Satu. Terjemahan
oleh Ali Akbar Yulianto dan Herman
Wibowo. Edisi Kedelapan. Salempa
Empat: Jakarta
_______. 2011. Fundamentals of Financial
Management. Buku Satu. Terjemahan
oleh Ali Akbar Yulianto. Edisi Sebelas.
Salempa Empat: Jakarta.
_______. 2011. Fundamentals of Financial
Management. Terjemahan oleh Ali
Akbar Yulianto. Edisi Sebelas. Salempa
Empat: Jakarta.
Damodaran, Aswath. 2002. Investment
valuation: tools and techniques for
determining the value of any asset.
2ndEd. New York: JohnWiley & Sons,
Inc.
Damodaran, Aswath. 2001. Corporate
Finance Theory and Practice. USA:
John Wiley & Sons, Inc.
Farrel, James L. 2010. The Dividend
Discount Model: A Primer. Financial
Analysts Journal. 41:6
Fatma, Ade Lubis. 2008. Pasar Modal.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Foerster, Stephen R. dan Stephen G. Sapp.
2005. Dividend Discount Model in the
Long-Run: A Clinical Study. Journal of
Applied Finance. 6:21-35
Gravetter, Frederick J. dan Lori- Ann B.
Forzano. 2009. Research Methods for
9
The Behavioral Sciences. Wadsworth.
Belmont.
_______.
2011.
Metode
Penelitian
Administrasi. CV Alfabet. Bandung.
Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan
Analisis Investasi. Edisi 3. Yogyakarta:
BPFE
Tandellin, Eduardus. 2010. Portofolio dan
Investasi. Yogyakarta: Kanisius.
_______. 2000. Teori Portofolio dan
Analisis Investasi. Edisi 3. Yogyakarta:
BPFE
Karlson, Anders dan Niklas Jossefson. 2011.
Stock Price Valuation, A case study in
Dividend Discount Model & Free Cash
Flow to Equity models. Thesis Faculty
of Economic Jongkoping University.
Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset
untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.
Murhadi, Werner. R. 2009. Analisis Saham
Pendekatan Fundmental. Jakarta: Indeks
Narastutik,
Wiji.
2007.
Metodologi
Penelitian. Yogyakarta. Ardana Media
Payne, Thomas H. dan J. Howard Finch.
1999. Effective Teaching and Use of
The
Constant
Growth Dividend
Discount Model. Financial Services
Review. A200; G120
Reese, John P dan Jack M. Forehand. 2009.
The Guru Investor: How to Beat the
Market Using History’s Best Investment
Strategies. New Jersey: Jhon Wiley Son
Sekaran, Uma. 2009. Metodologi Penelitian
untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat
Sharpe, William F., G. J. Alexander, dan J. V.
Baeley. 1997. Investasi. Terjemahkan
oleh Pristina Hermastuti. Jakarta:
Salemba Empat
Sugiyono.
2009.
Metode
Penelitian
Administrasi. CV Alfabet. Bandung.
10
Wijaya, Chandra dan Nurdessy Nirmala.
2007. Perbandingan Model Valuasi
Harga Saham Pengujuan Empiris Pada
Saham Yang Terdaftar di BEJ Tahun
2004. Jurnal Tepak Manajerial Magister
UNRI.
vol
7
no
7
(http://isjd.pdii.lipi.go.id, diakses 16
Februari 2013
Download