BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Investasi adalah menanamkan uang sekarang, guna mendapatkan manfaat (balas jasa atau keuntungan) di kemudian hari (Henry Faizal Noor, 2009:4). Investasi selalu memiliki dua sisi, yaitu return dan resiko. Investor bisa saja mengalami kerugian bahkan lebih dari itu bisa kehilangan semua modalnya. (Sawidji Widoatmodjo, 2004: 91) Hal ini mungkin dapat menjelaskan mengapa tidak semua investor mengalokasikan dananya pada semua instrumen investasi yang menawarkan return yang tinggi. (Sawidji Widoatmodjo, 2004: 7) Saham merupakan instrumen investasi yang memiliki tingkat return dan resiko yang tinggi. Nilai transaksi atau yang dalam istilah pasar modal lebih dikenal sebagai nilai kapitalisasi yang tinggi mengindikasikan potensi perolehan laba yang tinggi. Di sisi lain return atas investasi saham yaitu dividen dan capital gain lebih sulit diprediksi, sehingga investor harus melakukan analisis saham guna memperolah keuntungan yang diharapkan (Surono Subekti, 2002: 5) Pada dasarnya, semua jenis investasi memiliki kemungkinan merugi. Besarnya potensi kerugian akan sebanding dengan besarnya potensi keuntungan yang dapat diperoleh. Oleh karena itu, sangat penting bagi investor untuk memprediksi arah pergerakan harga saham (Palimo, 2009: 2). Pergerakan saham pada dasarnya dipengaruhi oleh teori ekonomi yang paling dasar, yaitu hukum permintaan dan hukum penawaran. Harga saham akan naik jika semakin banyak pihak yang ingin membeli suatu saham, sedangkan harga saham akan turun jika yang terjadi sebaliknya. Jadi sebenarnya harga 1 saham ditentukan oleh investor yang bertransaksi di pasar modal dan harga tersebut sekaligus mewakili pendapat kebanyakan investor. Untuk mengatasi perubahan harga saham tersebut diperlukan analisis harga saham (Renal,2009:1). Terdapat dua pendekatan yang sering digunakan untuk menganalisis harga saham, yaitu fundamental analysis (FA) dan technical analysis (TA). FA menilai saham berdasarkan kondisi fundamental perusahaan itu sendiri, karenanya, FA lebih sesuai untuk investasi jangka panjang. Sedangkan TA menilai harga saham berdasarkan refleksi harga dimasa lalu dengan membaca sentimen, tren, dan proyeksi yang mungkin terjadi dimasa depan (Halim, 2005: 4). Menurut Hartono (2003) berpendapat bahwa TA mengarahkan arah pergerakan harga, membuat batas-batas pergerakan dalam kondisi tertentu, serta menunjukan target arah beserta resikonya. TA lazimnya dilakukan dengan software aplikasi dan banyak mengeksploitasi grafik (chart). Karena sifat dan karakternya, TA lebih cocok untuk trading (spekulasi) dalam jangka pendek ataupun perlindungan. Menganalisa harga saham berdasarkan pendekatan fundamental dan teknikal ini merupakan modal analisa yang banyak dilakukan investor dalam memprediksi harga saham di Bursa Efek Indonesia. (Tim BEI, 2008 : okezone.com). Dalam proses investasi dalam bentuk saham, penilaian atas saham merupakan kegiatan yang sangat penting. Sehubungan dengan hal itu adanya pertimbangan tentang prospek perusahaan masa yang akan datang antara lain dengan mempertimbangkan laba perusahaan, pertumbuhan penjualan dan aktiva selama kurun waktu tertentu. Harapan investor tentang kinerja perusahaan di masa yang akan datang akan mempengaruhi nilai investasinya. Proses penilaian oleh investor atau analis keuangan terhadap suatu saham dikenal sebagai proses Valuasi Saham. Valuasi saham merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan menjadi perkiraan tentang 2 harga saham (Husnan, 2001). Variabel-variabel ekonomi tersebut misalnya laba perusahaan, dividen yang dibagikan, variabilitas laba dan sebagainya. Pada dasarnya proses valuasi saham yang dilakukan oleh analis keuangan bertujuan untuk bisa menghasilkan tingkat keuntungan yang menarik, dan mengidentifikasikan saham mana yang sebaiknya dijual atau dibeli, namun pada pasar modal yang efisien akan sulit bagi investor untuk memperoleh tingkat bunga keuntungan di atas normal. Pasar modal bukan lagi dianggap sebagai investasi, melainkan lahan spekulasi bisnis yang bisa sangat menguntungkan dan juga bisa sangat merugikan investor (Porman,2008). Oleh karena itu investor dituntut lebih proaktif dalam mengendalikan investasinya, yaitu lebih aktif dalam menghitung, dengan cara membedah laporan keuangan kuartal ataupun tahunan perusahaan. Dengan menghitung rasio keuangan dimaksudkan agar kita mengetahui apakah harga pasar saham saat ini terlalu murah (undervalued) atau terlalu mahal (overvalued). Selain itu untuk menghindari harga mahal jika dapat membeli dengan harga yang wajar. Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan valuasi adalah memperkirakan tingkat imbal-hasil (expected rate of return) yang ingin dicapai (Porman,2008). Jika perkiraan tingkat imbal-hasil sudah ditetapkan, beberapa jenis intrumen investasi mudah divaluasi (dinilai) karena investasi ini sudah menjanjikan tingkat imbal-hasil yang pasti. Sebaliknya beberapa instrumen investasi yang lain memiliki arus kas dan harga yang hanya dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya saham biasa. Dengan demikian kita dapat melakukan valuasi dalam penentuan harga pasar instrumen investasi sudah sepadan dengan tingkat imbal-hasil yang kita harapkan. Valuasi yang tepat terhadap nilai perusahaan yang akan dibeli sahamnya adalah hal utama yang harus dilakukan sehingga investor dapat melakukan prediksi dan perhitungan terhadap harga saham perusahaan tersebut. 3 Penelitian mengenai valuasi saham sebelumnya dilakukan oleh Fitrin Ariyani (2008) yang melakukan estimasi terhadap harga saham PT. Bank Central Asia Tbk denga metode Dividend Discount Model (DDM) dan Excess Return Model (ERM). Dengan menggunakan kedua metode tersebut harga saham Bank BCA kemungkinan mengalami Overvalued. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Retno Harjanti (2008) terhadap saham PT Medco Energi Tbk. Dengan menggunakan pendekatan dicount cash flow approach, abnormal opproach dan relativ valuation. Diperoleh hasil bahwa saham PT Medco Energi Tbk berada dalam kondisi Undervalued. Dengan kondisi tersebut investor dimungkinkan untuk membeli saham tersebut. Walaupun harga saham berubah setiap waktu, namun dengan mengetahui nilai wajarnya, kita akan lebih tenang dalam menghadapi gejolak pasar. Selain itu sebelum membeli saham, investor disarankan untuk memilih saham-saham perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Valuasi saham juga pernah dibahas oleh I Putu Darma Putra melalui analisis valuasi saham pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Gudang Garam Ttbk, dan PT. Unilever Tbk, yang membahas penilaian harga wajar saham dengan tiga model sekaligus, yakni dividend discount model, capital asset pricing model, dan price book to value. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud melakukan estimasi kembali terhadap nilai intrinsik saham perusahaan pada sektor industri yang berbeda dengan Penulis memilih sektor industri telco atau telekomunikasi sebagai bahan penelitian untuk menganalisa alasan melemahnya sektor industri telekomunikasi dan cenderung terus mengalami koreksi ke tingkat jenuh dan statis seiring dengan berlangsungnya krisis moneter yang melanda sebagian besar Eropa dan Asia. Ini merupakan tantangan terbesar bagi para pemegang saham untuk melakukan penilaian apakah investasi mereka masih layak dipertahankan pada sektor telekomunikasi ini atau beralih ke sektor lain 4 yang relatif stabil. Alasan lain adalah untuk melengkapi penelitian sebelumnya yang telah meneliti saham perusahaan pada sektor industri yang berbeda, sehingga secara keseluruhan dapat lebih menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Objek penelitian berupa perusahaan dengan sektor telekomunikasi yang sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Setelah melakukan pengamatan diperoleh tiga perusahaan sektor telekomunikasi yang diperdagangkan di Bursar Efek Indonesia dan masuk kategori perusahaan telco yang merajai pasar telekomunikasi di Indonesia. Periode transaksi sejak 1 Januari hingga 31 Desember 2010. Perusahaan/emiten tersebut adalah PT. Telkomsel Tbk (TLKM), PT. Indosat Tbk (ISAT), dan PT. XL Axiata Tbk (EXCL). Selanjutnya untuk mempermudah penulisan akan digunakan simbol tersebut sebagai identitas perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan valuasi terhadap saham perusahaan yang tergabung ke dalam sektor industri telekomunikasi dengan menggunakan pendekatan pendapatan yang mengaplikasikan metode Dividend Discount Model atau yang lebih dikenal dengan DDM. I.2 Identifikasi Masalah Dengan adanya uraian tersebut maka timbul pertanyaan sebagai berikut: 1. Berapakah nilai intrinsik dari saham TLKM, ISAT, dan EXCL jika dihitung dengan pendekatan Dividend Discount Model periode tahun 2010? 2. Setelah diketahui nilai intrinsik dari saham TLKM, ISAT dan EXCL, apakah harga saham perusahaan sektor telekomunikasi dengan menggunakan metode Dividend Discount Model wajar? 5 I.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah mengetahui kewajaran harga saham sektor telekomunikasi yang dinilai dari deviden dan nilai buku (BV) yang dibayar emiten pada tahun 2009 kepada pemegang saham dengan menggunakan analisis fundamental yaitu Dividend Discount Model dan besar pengaruh aliran kas bebas terhadap pembayaran dividen dengan jangka waktu berinvestasi selama lima tahun ke depan untuk tiap perhitungan nilai wajar saham. Juga untuk mengetahui apakah saham TLKM dan ISAT mengalami Undervalued atau Overvalued di Bursa Efek Indonesia (BEI). Setiap investor menginginkan return atas investasinya, untuk itu investor selalu mencari alternatif investasi dengan return tertinggi pada tingkat resiko tertentu. Dalam investasi saham, dirasa perlu untuk melakukan perkiraan harga wajar (valuasi) saham sebelum mengambil keputusan investasi. Sebelum melakukan estimasi nilai wajar suatu perusahaan, sebaikanya terlebih dahulu melakukan analisis terhadap kondisi perekonomian, kondisis industri dan kondisi perusahaan. Untuk mengetahui kondisi perusahaan, dapat dilakukan dengan menganalisis rasio keuangan perusahaan dan resiko sistematik. Beberapa rasio keuangan dan resiko sistematik yang secara umum berpengaruh terhadap harga saham, antara lain rasio likuiditas, manajemen aset, manajemen hutang, profitabilitas, dan nilai pasar beserta kebijakan deviden. Sebagai pembatasan penelitian, penulis melakukan valuasi saham dengan metode Dividend Discount Model (DDM). Pendekatan ini beranggapan bahwa harga saham biasa dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu dividen tahunan, pertumbuhan dividen, dan required rate of return. Jika perusahaan memiliki resiko yang tinggi investor akan menetapkan required rate of return yang tinggi pula atas sahamnya. Oleh karena itu, agar dapat meyakinkan investor dalam berinvestasi pada perusahaan yang cukup beresiko, perusahaan harus menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi. 6 Perkiraan harga wajar suatu saham umumnya selalu berbeda dengan harga pasar. Jika perbedaannya cukup signifikan, saham-saham yang harganya murah dapat dibeli, sebaliknya saham yang harganya mahal sebaiknya jangan dibeli atau malah dijual saja jika anda miliki dengan harga perolehan yang murah. Dengan melakukan penilaian terhadap harga wajar saham diharapkan dapat membantu para investor dalam menentukan keputusan investasi. • Jika harga pasar < perkiraan harga wajar “murah” • Jika harga pasar > perkiraan harga wajar “mahal” • Jika harga pasar = perkiraan harga wajar “normal” I.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah: a. Dapat membantu para pemodal (investor) dan calon investor dalam melakukan dan memilih investasi dalam bentuk saham di Bursa Efek Jakarta sehingga dapat memberikan keuntungan dan meminimalkan resiko. b. Bagi para pembaca dan penulis dapat mengetahui bagaimana cara menilai harga saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan metode dividend discount model. 7