BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan merupakan sumber daya alam dengan beragam manfaat, berupa
manfaat yang bersifat langsung maupun manfaat tidak langsung. Produk hutan yang
dapat dinikmati secara langsung yaitu produk jasa lingkungan seperti keberadaan
udara bersih dan pemandangan alam yang indah.
Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai
salah kawasan objek wisata atau yang lebih dikenal dengan wisata alam merupakan
salah satu upaya untuk menggali dan meningkatkan nilai tambah bagi sumberdaya
alam dan lingkungan tersebut. Namun keindahan alam tersebut juga akan
terpengaruh oleh adanya kegiatan manusia yang semakin meningkat, sehingga
apabila tidak hati-hati dalam dalam pemanfaatannya maka alam yang indah tersebut
akan berubah bentuk dan bersama dengan itu fungsi lingkungan sebagai sumber
kesenangan akan berkurang. Pentingnya pengetahuan mengenai lingkungan hidup
sekarang masih cenderung terabaikan. Masyarakat berasumsi bahwa masalah yang
berkenaan dengan lingkungan hidup dianggap tidak terlalu penting dibandingkan
dengan permasalahan lain, seperti ekonomi, sosial ataupun politik. Lebih lanjut lagi
Suparmoko (2000) menyatakan bahwa merosotnya fungsi lingkungan disebabkan
oleh sifat lingkungan itu sendiri yaitu adanya ciri atau sifat barang publik sifat
sebagai barang bersama (common property) dan adanya eksternalitas seperti yang
1
2
telah disebutkan diatas, sehingga diperlukan pemberian nilai (harga) terhadap
dampak suatu kegiatan atau kebijakan terhadap lingkungan.
Nilai (value) merupakan persepsi seseorang. Nilai adalah harga yang
diberikan oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu.
Kegunaan, kepuasan dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang diterima
dan berkonotasi nilai atau harga. Ukuran harga ditentukan oleh waktu, barang atau
uang yang akandikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang
atau jasa yang diinginkannya sedangkan persepsi adalah pandangan individu atau
kelompok terhadap suatu obyek sesuai dengan tingkat pengetahuan, pemahaman,
harapan dan norma (Djijono, 2002). Pemberian nilai lingkungan (valuasi)
diperlukan dalam mengetahui atau menduga nilai barang dan jasa lingkungan.
Davis dan Johnson (1987) memberikan definisi dari valuasi yakni kegiatan yang
berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai
barang dan jasa. Salah satu daerah yang memanfaatkan hutan untuk dikembangkan
sebagai wisata alam adalah Kabupaten Banyumas. Di Kabupaten Banyumas ini
terdapat Wana Wisata Baturaden.
Wana Wisata Baturaden termasuk barang publik, sifat-sifat khas barang
pubik adalah non-rival dan non-eksklusif. Non-rival berarti konsumsi atas barang
tersebut oleh suatu individu tidak akan mengurangi jumlah barang yang tersedia
untuk dikonsumsi dan non-eksklusif berarti semua orang berhak menikmati dan
memanfaatkan barang tersebut. Penilaian ekonomi lingkungan terhadap barang
pubik atau barang non-pasar (non-market valuation) didasarkan dengan konsep
wiilingness to pay (WTP). Penilaian dengan pendekatan WTP dilakukan dengan
3
melihat preferensi masyarakat dalam menanggapi kualitas lingkungan yang terjadi
di sekitar (Hussen dalam Adrianto, 2010). Dengan demikian, penilaian non-market
valuation dapat digunakan untuk memberikan penilaian ekonomis untuk barangbarang lingkungan termasuk ekowisata.
Secara umum teknik penilaian ekonomi lingkungan yang tidak dapat dinilai
dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, kelompok pertama adalah teknik
valuasi yang mengandalkan harga implisit di mana willingness to pay terungkap
melalui model yang dikembangkan (revealed preference method). Kelompok kedua
adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei langsung secara di mana
keinginan membayar atau WTP diperoleh secara langsung dari responden
(experssed preference method)(Fauzi, 2006). Kedua metode tersebut Metode ini
sebagian besar diterapkan sebagai metodologi valuasi terhadap barang-barang nonmarket valuation, contingent valuation method (CVM) termasuk kelompok
exprerssed preference method dan travel cost method (TCM) termasuk revealed
preference method.
Metode TCM memiliki keterbatasan-keterbatasan utama. Pertama, TCM
dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap pengunjung hanya memiliki satu tujuan
tempat wisata, jadi dalam hal ini aspek kunjungan ganda tidak bisa digunakan.
Kedua, TCM tidak membedakan individu yang datang dari kalangan pelibur
(holiday makers) dan juga pengunjung dari wilayah setempat (resident). Ketiga,
masalah pengukuran nilai dari waktu, variabel waktu memiliki nilai intrinsik
tersendiri yang dinyatakan dalam bentuk biaya berkorban (Fauzi, 2006). Pemberian
penilaian (valuasi) terhadap Wana Wisata Baturaden menjadi sangat penting dan
4
perlu karena Wana Wisata Baturaden
termasuk dalam barang yangtidak
mempunyai nilai pasar dan termasuk dalam kategori wisata alam, sehingga dapat
dilakukan penilaian ekonomi dengan menggunakan travel costmethod, maka
penelitian ini mengambil judul “VALUASI EKONOMI WANA WISATA
BATURADEN DENGAN PENDEKATAN BIAYA PERJALANAN(TRAVEL
COST) “
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dan untuk memberikan
batasan permasalahan dan pedoman arah penelitian, maka permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik demografi dan sosial ekonomi wisatawan?
2. Variabel apakah yang berpengaruh terhadap kunjungan wisatwan?
3. Seberapa besar nilai ekonomi dari Wana Wisata Baturaden?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui karakteristik demografi dan sosial ekonomi pengunjung
wisata WanawisataBaturaden.
2. Mengetahuivariabel yang berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan.
3. Mengetahui besarnya nilai ekonomiWana Wisata Baturaden.
5
1.4.
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :
1. Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan pembanding bagi
penelitian lain yang dapat dikembangkan lebih lanjut terutama dalam
penelitian yang berhubungan dengan penilaian ekonomi.
2. Dapat digunakan oleh pengelola, pemerintah daerah dan acuan
pengelola dalam melakukan pengelolaan dan penentuan kebijakan
Wana Wisata Baturaden.
Download