ISSN 2356-3087 STUDI DESKRIPTIF TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI HEPATITIS B1 PADA BAYI USIA 0 – 7 HARI DI DESA GAYAMSARI WILAYAH PUSKESMAS GAYAMSARI, KECAMATAN GAYAMSARI KOTA SEMARANG Oleh A. D. Erawati1, N. Alfiani1, dan H. F. Muizah2 1 2 Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada ABSTRAK Cakupan Imunisasi Hepatitis B1 di Desa Gayamsari masih rendah, yaitu 15,3%. Cakupan Imunisasi ini masih kurang dari yang ditargetkan 80%(sesuai standar DKK Semarang). Hal ini dimungkinkan karena masih kurangnya pengetahuan ibu tentang Imunisasi Hepatitis B1 pada bayi usia 0-7 hari. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu untuk menggambarkan variabel yang diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang Imunisasi Hepatitis B1 pada bayi usia 0-7 hari di Desa gayamsari. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah pertanyaan 20 soal. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 85 responden. Analisa data yang digunakan adalah secara analisa univariat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi HB1 secara umum yang paling banyak adalah baik yaitu sebanyak 48 orang dengan prosentase 56,5%. Sedangkan hampir semua responden sudah mengetahui dengan baik tentang pengertian imunisasi Hepatitis B1 (88,2%), indikasi Imunisasi Hepatitis B1 (85,8%), efek samping Imunisasi Hepatitis B1 (62,4%), serta penatalaksanaan Imunisasi Hepatitis B1 (51,8%). Hanya tujuan Imunisasi Hepatitis B1 yang masih kurang (25,9 %). Sehingga dapat dikatakan ibu di Desa Gayamsari sudah mengetahui tentang Imunisasi Hepatitis B1. Pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B1 yang sering disosialisasikan melalui media, baik itu berupa media cetak ( seperti leaflet, koran, majalah ) maupun media elektronik (Televisi, radio ), dimungkinkan dapat menjadi salah satu faktor yang membuat responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik.Penelitian ini hendaknya bisa digunakan sebagai dasar untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang Imunisasi Hepatitis B1,serta tenaga kesehatan bisa lebih meningkatkan KIE tentang Imunisasi Hepatitis B1. Kata kunci : imunisasi, imunisasi hepatitis B1, tingkat pengetahuan Studi deskriptif tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi Hepatitis B1 ... (A.D. Erawati dkk) 1 ISSN 2356-3087 ABSTRACT Immunizations covered Hepatitis B1 in Gayamsari village still less, that is 15,3%. This immunization coverage still less from the targeted about 80% ( based on DKK Semarang standard). This matter feasible cause of less mother knowledge concerning immunization Hepatitis B1 at baby on ages 0 -7 days. This research used descriptive method, that is to describe the variable researched. Aim of this research was to found the description of mother knowledge level about Immunization Hepatitis B1 at baby on 0 -7 days age in Gayamsari village. Data collection used questionnaire by question numbers about 20 matter. Sample in this research about 85 respondents. Data analysis used was by unvaried analyze. Research results show that mother knowledge level about immunization HB1 which generally at best was good about 45 persons by percentage 56,6%, whereas almost all of respondents already know concerning understanding of immunization hepatitis B1 (88,2%), indication of Immunization Hepatitis B1 (85,8%), effect of Immunization Hepatitis B1 (62,4%), and implementation of Immunization Hepatitis B1 (51,8%). Only the purpose of Immunization Hepatitis B1 which still less (25,9%). Therefore could be said that mother in Gayamsari village already know about Immunization Hepatitis B1. Knowledge about Immunization Hepatitis B1 which often socialize through media, both printed media (likes leaflet, newspaper, magazine) or electronic media (television, radio), tend to be one of the factor that make the respondent have good knowledge level. This scientific work paper should be used as the basic to execute the next research and as the input material in increasing student knowledge concerning Immunization Hepatitis B1, and health staff could more increase KIE about Immunization Hepatitis B1. Keywords: immunization, immunization hepatitis B1, knowledge level 2 Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:9-16 ISSN 2356-3087 PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Depkes RI (2000:72), tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sedangkan visi Indonesia Sehat 2010 menyebutkan bahwa pembangunan di Indonesia harus berwawasan kesehatan dengan pendekatan paradigma sehat melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), tanpa mengabaikan upaya pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif). Hal ini berarti bahwa pembangunan bidang kesehatan menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa yang sehat, cerdas, terampil, mandiri dan produktif (www.google.com). Pada pelaksanaan dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010 masih ada kendala, hal ini karena di Indonesia masih ditemukan adanya penyakit menular, dan penyakit menular ini tidak mengenal batas administrasi, sehingga menyulitkan pemberantasannya (Achmadi, 2006:51). Beberapa jenis penyakit menular yang masih banyak ditemukan di Indonesia diantaranya adalah penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Hepatitis B dan Campak (Dinkes Prop.Jateng,2006:71). Dalam buku Majalah Kesehatan Perkotaan, penyakit Dipteri-Pertusis-Campak masih ditemukan yaitu sebanyak 5%, sedangkan TBC sebanyak 50% (Depkes RI, 2005:25). Hepatitis B merupakan penyakit yang banyak ditemukan di dunia. Pada saat ini didunia diperkirakan terdapat kira – kira 300 juta orang pengidap (carrier) HBsAg dan 220 juta (78%) diantaranya terdapat di Asia termasuk Indonesia. Berdasarkan pemeriksaan HBsAg pada kelompok donor darah di Indonesia prevalensi hepatitis B berkisar 2,50% - 36,17%. Selain itu di Indonesia infeksi virus hepatitis B terjadi pada bayi dan anak, diperkirakan 25% 45,9% pengidap adalah karena infeksi perinatal (www.library.usu.ac.id). Mengingat jumlah kasus dan akibat hepatitis B, maka diperlukan pencegahan sedini mungkin. Pencegahan yang dilakukan meliputi pencegahan penularan penyakit – penyakit hepatitis B melalui Health Promotion dan pencegahan penyakit melalui program imunisasi (www.library.usu.ac.id). Imunisasi adalah tindakan pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang terbentuknya kekebalan pada tubuh seseorang untuk melawan suatu penyakit. Sedangkan Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjangkitnya penyakit hepatitis B (www.Sabillunafkmump.wordpress.com). Imunisasi hepatitis B telah diintegrasikan kedalam Program Imunisasi Nasional sejak tahun 1977. Imunisasi ini lebih efektif apabila diberikan pertama kali pada bayi baru lahir (www.digilip.itb.ac.id). Upaya pencegahan dengan imunisasi pada bayi, sebelum terjadi infeksi atau segera setelah bayi lahir ( umur 0–7 hari) diharapkan dapat melindungi bayi dari infeksi hepatitis B (Dani Latif, Buletin Penelitian Kesehatan, 2005:112). Hasil cakupan imunisasi dalam Program Imunisasi Nasional tahun 2002 menunjukkan HB1 sebesar 84,3%, HB2 73,3% dan HB3 72,6% (www.ridwanamiruddin.wordpress.com). Sedangkan persentase cakupan imunisasi Propinsi Jawa tengah tahun 2006 menunjukkan HB1 sebesar 91,70% (Dinkes Prop.Jateng,2006:114). Puskesmas Gayamsari mempunyai wilayah kerja 7 desa yang masing-masing desa berbeda dalam memperoleh cakupan imunisasi HB1 0-7 hari pada bayi baru lahir. Tujuh desa itu meliputi : Siwalan (51,5%), Sambirejo (49%), Pandeanlamper (43%), Sawah Besar (42,8%), Kaligawe (46,2%), Tambak Rejo (38,4%), serta Gayamsari (15,3%). Sedangkan di Puskesmas Gayamsari cakupan HB1 sebesar 71%. Dari data diatas menunjukkan bahwa cakupan imunisasi dimasing-masing desa diwilayah puskesmas Gayamsari masih kurang dari yang ditargetkan yaitu 80% (sesuai standar DKK Semarang). Dari beberapa desa diatas yang cakupannya paling rendah adalah desa Gayamsari. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis telah melakukan penelitian dengan judul Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Hepatitis B1 Pada Bayi Usia 0-7 Hari Di Desa Gayamsari Wilayah Puskesmas Gayamsari Kecamatan Gayamsari Kota Semarang. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil Di …. (N. Alfiani, dkk) 3 ISSN 2356-3087 Perumusan Masalah Salah satu upaya dalam mewujudkan pembangunan kesehatan adalah upaya promotif (peningkatan pengetahuan). Pengetahuan berkaitan dalam meningkatkan cakupan imunisasi Hepatitis B1. Cakupan imunisasi HB1 di desa Gayamsari masih rendah, sehingga penulis dapat merumuskan masalah, “bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang Imunisasi Hepatitis B1 pada bayi usia 0 – 7 hari di Desa Gayamsari, Puskesmas Gayamsari?” Tujuan Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang Imunisasi Hepatitis B1 pada bayi usia 0–7 hari di Desa Gayamsari Puskesmas Gayamsasi Kota Semarang. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pengertian imunisasi Hepatitis B1 pada bayi usia 0-7 hari di Desa Gayamsari. b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang tujuan pemberian imunisasi Hepatitis B1 pada bayi usia 0-7 hari di Desa Gayamsari. c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang indikasi pemberian imunisasi Hepatitis B1 pada bayi usia 07 hari di Desa Gayamsari. d. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang efek samping pemberian imunisasi Hepatitis B1 pada bayi usia 07 hari di Desa Gayamsari. e. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pelaksanaan pemberian imunisasi Hepatitis B1 pada bayi usia 07 hari di Desa Gayamsari. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2005:138), dengan pendekatan cross sectional yaitu pengambilan variabel-variabelnya diukur 4 dalam waktu yang (Notoatmodjo, 2005:146). bersamaan Populasi, Sampel, dan Sampling Populasi yang diambil adalah ibu yang mempunyai bayi usia 0-7 hari di Desa Gayamsari wilayah Puskesmas Gayamsari Kecamatan Gayamsari Kota Semarang pada bulan Maret-April tahun 2008 yang berjumlah 108 orang. Sementara sampelnya adalah ibu yang mempunyai bayi usia 0-7 hari di Desa Gayamsari wilayah kerja Puskesmas Gayamsari Kecamatan Gayamsari Kota Semarang pada bulan Maret-April 2008. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan rumus Slovin (Notoatmodjo,2005:92) dengan tingkat ketepatan 5% (0,05), sehingga diperoleh sample sebanyak 85 orang. Sampel yang diambil diusahakan memenuhi kriteria inklusi menurut Nursalam (2003: 96) yaitu : ibu yang mempunyai bayi usia 0-7 hari pada bulan Maret-April 2008, ibu yang tinggal di desa Gayamsari, dan ibu yang datang ke Posyandu saat dilakukan penelitian serta criteria eksklusi yaitu ibu yang menolak mengikuti penelitian dan ibu yang datang ke Posyandu saat dilakukan penelitian tapi bayi sakit. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik probability sampling yaitu bahwa setiap subyek dalam populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel. Sementara caranya adalah simple random sampling merupakan jenis probabilitas yang paling sederhana (Machfoedz, 2005:71) Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu tentang Imunisasi Hepatitis B1. Secara operasional, variabel tersebut didefinisikan dan diukur dengan cara sebagai berikut. Tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis B1 adalah kemampuan ibu untuk tahu dalam memahami tentang imunisasi hepatitis B1 yang meliputi : pengertian imunisasi HB1, tujuan pemberian imunisasi HB1, indikasi imunisasi HB1, efek samping pemberian imunisasi HB1, penatalaksanaan pemberian imunisasi HB1. Untuk mengukur hal tersebut digunakan kuesioner dengan jumlah pertanyaan 20 soal. Pernyataan Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:9-16 ISSN 2356-3087 positif, skor 1 (satu) untuk jawaban benar, skor 0 (nol) untuk jawaban salah. Pernyataan negatif, , skor 0 (nol) untuk jawaban benar, skor 1 (satu) untuk jawaban salah. Kategori jawaban adalah baik (76100%), cukup (56-75%), dan kurang (<56%) (Nursalam, 2003:124). Skala yang digunakan adalah skala ordinal. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Kuesioner yang disebarkan adalah yang berhubungan dengan Imunisasi Hepatitis B1 dimana daftar pertanyaan meliputi pengertian Imunisasi HB1, tujuan pemberian Imunisasi HB1, indikasi pemberian Imunisasi HB1, efek samping pemberian Imunisasi HB1, serta penatalaksanaan pemberian imunisasi HB1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Dalam penelitian ini, untuk menuju kevalidan kuesioner peneliti melakukan uji validitas dengan memberikan pertanyaan kepada 20 orang responden kemudian pertanyaan tersebut diberi skor yaitu apabila pernyataan positif, skor 1 (satu) untuk jawaban benar, skor 0 (nol) untuk jawaban salah. Sedangkan pernyataan negatif, skor 0 (nol) untuk jawaban benar, skor 1 (satu) untuk jawaban salah. Setelah itu peneliti menghitung korelasi antara skor dari masing-masing pertanyaan. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi produk moment (Notoatmodjo, 2005: 131). Sementara itu, uji realibitas menggunakan rumus K–R 21 karena instrument memiliki jumlah butir soal genap dan skor yang digunakan adalah 1 dan 0.Reliabilitas yang telah dilakukan pada 20 item hasilnya dinyatakan reliabel yaitu dengan nilai 0,91 yang menunjukkan bahwa instrument tersebut reliabel sebagai alat pengumpul data, dimana r hitung > r tabel. Metode Analisis Data Dari data yang terkumpul dianalisis selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis univariat yaitu dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Hasil persentase dari tiap variabel tersebut disusun dalam bentuk tabel univariat yaitu suatu tabel yang menggambarkan penyajian data untuk tiap variabel saja (Notoatmodjo,2005:188). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, sebagaimana diuraikan secara ringkas di bawah ini. Tabel 1 menyajikan data tentang tingkat pengetahuan ibu di Desa Gayamsari, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang terhadap pengertian imunisasi hepatitis B1, sementara Tabel 2 menyajikan data pengetahuan ibu tentang tujuan imunisasi hepatiitis B1. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pengertian Imunisasi Hepatitis B1 di Desa Gayamsari Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase Baik Kurang 75 10 88,2 11,8 Jumlah 85 100 Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa responden sebanyak 88,2% (75orang) mempunyai tingkat pengetahuan tentang pengertian Imunisasi Hepatitis B1 baik dibandingkan dengan responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang yaitu 11,8% (10 orang). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Tujuan Imunisasi Hepatitis B1 di Desa Gayamsari Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase 22 63 25,9 74, 1 85 100 Baik Kurang Jumlah Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa responden sebanyak 76,5% (65orang) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil Di …. (N. Alfiani, dkk) 5 ISSN 2356-3087 mempunyai tingkat pengetahuan tentang Tujuan Imunisasi Hepatitis B1 kurang dibandingkan dengan responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu 23,5% (20orang). Sementara itu, 73 orang responden (85,5%) mempunyai pengetahuan yang baik tentang indikasi imunisasi hepatitis B1 (Tabel 3), 53 orang responden (62,4%) mempunyai pengetahuan yang baik efek imunisasi hepatitis B1 (Tabel 4), dan 44 orang responden (51,8%) mempunyai pengetahuan yang baik tentang pelaksanaan imunisasi hepatitis B1 (Tabel 5). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Indikasi Imunisasi Hepatitis B1 Di Desa Gayamsari Tingkat Pengetahuan Baik Kurang Jumlah Frekuensi Persentase 73 12 85,8 14,2 85 100 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Efek Samping Imunisasi Hepatitis B1 Di Desa Gayamsari Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah Frekuensi Persentase 53 20 12 62,4 23,5 14,1 85 100 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pelaksanaan Imunisasi Hepatitis B1 Di Desa Gayamsari Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah 6 Frekuensi Persentase 44 30 11 51,8 35,3 12,9 85 100 Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis B1, menunjukkan bahwa 48 orang responden (56,5%) mempunyai pengetahuan yang baik, sisanya 81,8% berpengetahuan cukup dan 111,7% kurang (Tabel 6). Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi HB1 Di Desa Gayamsari Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah Frekuensi Persentase 48 27 10 56,5 31,8 11,7 85 100 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa hampir semua responden (88,2%) telah mengetahui pengertian Imunisasi Hepatitis B. Tingkat pengetahuan responden yang baik tentang pengertian Imunisasi Hepatitis B ini dimungkinkan karena seringnya masyarakat mendengar ataupun membaca dari beberapa media mengenai Imunisasi Hepatitis B, di mana telah disebutkan sebelumnya bahwa imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B (Depkes RI, 2005:15). Pengetahuan responden mengenai tujuan Imunisasi Hepatitis B adalah kurang (74,1%). Rata-rata responden kurang mengetahui bahwa Imunisasi Hepatitis B bertujuan untuk mencegah infeksi hepatitis pada bayi. Walaupun demikian ada 22 orang (25,9%) dari 85 responden, yang sudah mengetahui dengan baik tujuan Imunisasi Hepatitis B1. Pengetahuan responden mengenai indikasi Imunisasi Hepatitis B adalah baik, yaitu sebanyak 85,8 %. Sebagian besar ibu sudah mengetahui indikasi Imunisasi Hepatitis B yang mana telah di sebutkan sebelumnya bahwa indikasi Imunisasi Hepatitis B adalah untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B (Depkes RI, 2005:15). Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:9-16 ISSN 2356-3087 Pengetahuan responden mengenai efek samping Imunisasi Hepatitis B adalah baik yaitu 62,4%. Efek samping dari pemberian imunisasi hepatitis B antara lain reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari (Depkes RI, 2005:15). Pengetahuan responden mengenai penatalaksanaan Imunisasi Hepatitis B adalah baik yaitu 51,8%. Sebagian besar dari responden sudah mengetahui bahwa Imunisasi Hepatitis B Minimal diberikan sebanyak 3 kali, Imunisasi Hepatitis B yang pertama diberikan segera setelah bayi lahir, serta Interval antara dosis pertama dan dosis kedua minimal 1 bulan. Yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 48 orang (56,5 %), sedangkan yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup sebanyak 27 orang (31,8 %), serta yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang sebanyak 10 orang (11,7 %). Sehingga dapat dikatakan ibu di Desa Gayamsari sudah mengetahui tentang Imunisasi Hepatitis B1. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ( over behavior ). Dari pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003:128). Pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B1 yang sering disosialisasikan melalui media, baik itu berupa media cetak ( seperti leaflet, koran, majalah ) maupun media elektronik (Televisi, radio ), dimungkinkan dapat menjadi salah satu faktor yang membuat responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Menurut Istiarti (2000:24) pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber misalnya media masa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Hal serupa juga telah dinyatakan oleh Notoatmodjo (2003:121) dimana pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan a. Tingkat pengetahuan ibu tentang Imunisasi Hepatitis B1 pada bayi usia 07 hari mayoritas adalah baik b. Hampir semua ibu mengetahui dengan baik tentang pengertian Imunisasi Hepatitis B1, indikasi Imunisasi Hepatitis B1, efek samping Imunisasi Hepatitis B1 serta penatalaksanaan Imunisasi Hepatitis B1. Hanya tingkat pengetahuan tentang tujuan Imunisasi Hepatitis B1 yang masih kurang. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut. a. Hendaknya hasil penelitian ini sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pengetahuan ibu tentang imunisasi Hepatitis B1 pada bayi usia 0–7 hari dengan praktek pemberian Imunisasi Hepatitis B1. b. Tenaga kesehatan hendaknya meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang Imunisasi Hepatitis B1 terutama tentang tujuan Imunisasi Hepatitis B1, meningkatkan kesadaran ibu untuk dapat berpartisipasi dan berperan serta dalam upaya peningkatan pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B1 terutama tentang tujuan Imunisasi Hepatitis B1. a. Mengingat hasil penelitian hampir semua reponden berpengetahuan baik, sehingga perlu adanya penelitian dan pemantauan lebih lanjut oleh tenaga kesehatan untuk mengetahui apakah pengetahuan yang baik tersebut juga diikuti oleh sikap dan perilaku yang mendukung terhadap pelaksanaan pemberian Imunisasi. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil Di …. (N. Alfiani, dkk) 7 ISSN 2356-3087 DAFTAR PUSTAKA Achmadi, U. 2006. Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Arikunto, S.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Bambang Heriyanto, 2006. Penelitian Upaya Peningkatan Cakupan Imunisasi Hepatitis B, www.digilib.itb.ac.id Blue Fame Forums, 2008. Hepatitis Dalam Kehamilan, www.bluefame.com Budiarto, E. 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Chairuddin, 2008. Imunisasi Hepatitis B Manfaat dan Kegunaannya Dalam Keluarga, www.library.usu.ac.id Dalimartha, S. 2006. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Hepatitis. Jakarta: Penebar Swadaya. Depkes RI. 2003. Majalah Kesehatan Perkotaan. Jakarta: Pusat Penelitian Kesehatan. Depkes RI. 2005. Pedoman Teknik Pengelolaan Vaksin. Jakarta: Depkes RI. Dinkes Profil. 2006. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Dinkes Prov. Jawa Tengah. Firman Dasa, 2007. Selamatkan Generasi Bangsa Dengan Mensukseskan Imunisasi, www.sabillunafkmump.wordpress.co m Istiarti, T. 2000. Menanti Buah Hati Kaitan Antara Kemiskinan dan Kesehatan. Yogyakarta: Media Pressindo. Laporan Imunisasi Puskesmas Gayamsari Tahun 2007. Machfoedz, I. 2005. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 8 Nuchsan Umar Lubis, 2008. Program Imunisasi Masal Hepatitis B, www.google.com Nursalam dan Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV. Sagung Seto. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Public Health Group, 2003. Imunisasi Hepatitis B, www.immunize.health.gov.au Ranuh, dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia – Satgas IDAI. Edisi 2. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. Ridwan Amiruddin, 2007. New Paradigma Public Health, www.ridwanamiruddin.wordpress.com Roesli, U. 2001. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, Makanan Pendamping Tepat dan Imunisasi Lengkap. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta. Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:9-16 ISSN 2356-3087 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS GRINGSING I KABUPATEN BATANG N. Alfiani ¹,O .Cahyaningsih1 , dan A. Kurniati2 1 2 Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada ABSTRAK Latar belakang diadakan penelitian ini bahwa Angka Kematian Ibu semakin meningkat di Indonesia sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab tidak langsung Angka Kematian Ibu adalah anemia pada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil di Puskesmas Gringsing I kabupaten Batang tahun 2010. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, populasinya adalah seluruh ibu hamil anemia di Puskesmas Gringsing I kabupaten Batang, yang berjumlah 32 orang, sampel yang diambil berjumlah 32 orang. Instrument yang digunakan adalah kuesioner. Menggunakan analisa data univariat. Kesimpulan dan hasil penelitian ini adalah proporsi umur mayoritas 20-35 tahun pada ibu hamil anemia (87,5 %). Paritas ibu hamil anemia mayoritas < 4 kali (93,75 %). Jarak kelahiran ibu hamil anemia mayoritas ≥ 2tahun (96,88 %). Sosial ekonomi ibu hamil anemia mayoritas <Rp. 745.000,00 (53,12 %). Tingkat pengetahuan ibu hamil anemia mayoritas cukup (59,37 %). Faktor umur, paritas, jarak kelahiran, sosial ekonomi dan pengetahuan mempengaruhi anemia pada ibu hamil di Puskesmas Gringsing I kabupaten Batang tahun 2010. Diharapkan bagi ibu hamil yang telah menderita anemia sebaiknya dilakukan pengelolaan anemia pada kehamilan dengan tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan. Kunci : Umur, paritas, jarak kelahiran, sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan. Kepustakaan : 28 (2000 – 2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil Di …. (N. Alfiani, dkk) 9 ISSN 2356-3087 ABSTRACT The background of this research held that the maternal mortality rate is increasing in Indonesia amounted to 390 per 100,000 live births. The indirect causes maternal mortality rate is pregnant women with anemia . This study aims to determine the factors that affect anemia in pregnant women in health centers Gringsing I in 2010 This type of research is descriptive research with cross sectional approach , the population is all pregnant women with anemia at health centers Gringsing I Batang county , totaling 32 people , samples taken amounted to 32 people The instrument used was a questionnaire . Using univariate data analysis . Conclusions and results of this study was the proportion of 20-35 years of age the majority of maternal anemia ( 87.5 % ). Parity maternal anemia majority < 4 times ( 93.75 % ) . Birth spacing maternal anemia ≥ 2tahun majority ( 96.88 %). Socioeconomic maternal anemia majority < IDR . 745,000.00 ( 53.12 % ) . The level of knowledge of maternal anemia sufficient majority ( 59.37 % ) . Age, parity , birth spacing , socioeconomic and knowledge affect anemia in pregnant women in Gringsing 1 health centers in 2010 . Expected for pregnant women who already suffer from anemia should have to manange of anemia in pregnancy while taking iron tablets until 4-6 months after birth Keywords: Age , parity , birth spacing , socioeconomic and knowledge level . Bibliography : 28 ( 2000-2010 ) . 10 Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:9-16 ISSN 2356-3087 PENDAHULUAN Berdasarkan Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) terakhir yang dilaksanakan tahun 2008 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berada pada angka 390 per 100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009). Kejadian kematian ibu maternal berdasarkan periode pada saat hamil (23,50%), bersalin (31,24%), masa nifas (45,16%). Penyebab kematian ibu ada dua yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung diantaranya perdarahan (27,87%), eklampsia (23,27%), komplikasi aborsi (11,1%), sepsis postpartum (9,6%), persalinan sulit (6,5%), dan penyebab tidak langsung yaitu anemia (8,6%), dan kekurangan energi kronik (5,5%) (Dinkes. Jateng,2008). Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil disebut “potensial danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak). Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, meningkatnya penghancuran sel darah merah dan kurangnya vitamin dalam tubuh. Karena itu semua wanita hamil harus di ambil sampel darah untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah yang dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu pada trimester 1 dan awal trimester III. (Sohimah, 2008). Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Jumlah penderita di Indonesia mencapai 30-55% dari total penderita di dunia yang mencapai 500-600 juta orang (Sohimah, 2008). PERUMUSAN MASALAH Anemia ibu hamil disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremi / hipervolumia. Akan tetapi bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah (Wiknjosastro, 2006). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari 2010 di Puskesmas Gringsing I kabupaten Batang dengan metode wawancara menunjukkan bahwa dari 35 ibu hamil yang mengalami anemia, 25 orang (71,43%) tidak mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan anemia dan 10 orang (28,57%) mengetahui tentang anemia, sehingga dapat disimpulkan bahwa banyak ibu hamil anemia yang tidak mengetahui cara mengatasi masalah tersebut. Pada bulan April di Puskesmas Gringsing I didapatkan ibu hamil anemia sebanyak 42 dari 813 ibu hamil. TUJUAN Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran faktorfaktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Gringsing I. Tujuan Khusus a. Mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil anemia berdasarkan umur. b. Mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil anemia berdasarkan paritas. c. Mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil anemia berdasarkan jarak kelahiran d. Mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil anemia berdasarkan sosial ekonomi e. Mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil anemia berdasarkan tingkat pengetahuan. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil Di …. (N. Alfiani, dkk) 11 ISSN 2356-3087 METODE PENELITIAN DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif dengan pendekatan crosssectional yang bertujuan untuk menggambarkan faktor apa yang terjadi sebelum atau bersama-sama tanpa adanya suatu intervensi dari peneitian. (Nursalam, 2008). POPULASI, SAMPEL, SAMPLING Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil anemia yang datang ke Puskesmas Gringsing I Kabupaten Batang 42 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 ibu hamil anemia yang sudah pernah melahirkan di Puskesmas Gringsing I. Pada penelitian ini menggunakan sampling jenuh. VARIABEL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan variable bebas. Variable bebas (independen) adalah variable yang nilainya menentukan variable lain. Variable bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variable lain. Penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil berdasarkan umur, gravida, jarak kelahiran, status ekonomi, dan tingkat pengetahuan. METODE PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui kuesioner pada responden, kemudian kuesioner tersebut diisi. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Data sekunder Dalam penelitian ini data sekunder diambil dari Puskesmas Gringsing I untuk memperoleh jumlah ibu hamil anemia yang ada di Puskesmas Gringsing I Kabupaten Batang. INSTRUMEN PENELITIAN Kuesioner berisi daftar pertanyaan ini terdiri dari 20 pertanyaan dan bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi anemia 12 pada ibu hamil yang meliputi umur, paritas, dan jarak kelahiran, sosial ekonomi, tingkat pengetahuan. Untuk mengukur tingkat pengetahuan penilaian dilakukan dengan diberikan dengan angka 1 (satu) untuk jawaban benar dan 0 (nol) untuk jawaban salah, untuk faktor sosial ekonomi yaitu dengan menanyakan pendapatan perbulan dalam keluarga, untuk faktor umur yaitu dengan menanyakan umur saat ini, Pada faktor paritas yaitu dengan menanyakan jumlah anak yang telah dilahirkan, sedangkan untuk faktor jarak kelahiran dengan menanyakan jarak kelahiran anak terakhir. METODE ANALISA DATA Analisis univariat dilakukan terhadap variabel umur, gravid, jarak kelahiran, status ekonomi, dan tingkat pengetahuan. Analisa data terhadap variable, diantaranya : 1. Menurut Amiruddin, Umur dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu : Umur <20 tahun atau > 35 tahun Umur 20-35 tahun 2. Menurut Amirrudin, Paritas dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu : Jumlah kehamilan < 4 kali Jumlah kehamilan ≥4 kali 3. Menurut Amirrudin, Jarak kelahiran dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu: Jarak kelahiran < 2 tahun Jarak kelahiran ≥2 tahun 4. Menurut Upah Minimum Regional di Kabupaten Batang, Tingkat sosial ekomomi dikategorikan menjadi 2 yaitu: Tinggi: ≥ Rp. 745.000,00 Rendah: < Rp. 745.000,00 5. Menurut Arikunto, tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu : Baik : 76-100% Cukup : 56-75% Kurang : ≤ 56 % Dalam analisis ini hanya menggunakan distribusi dan presentase dari tiap variable. Presentase dari tiap variable tersebut disajikan dalam bentuk table dengan menggunakan rumus : P = 100 % x n Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:9-16 ISSN 2356-3087 Keterangan : P = Prosentase x = frekuensi hasil pencapaian n = jumlah sampel HASIL 1. Analisis Univariat a. Umur Hasil analisis univariat umur pada ibu hamil anemia di puskesmas Gringsing I Batang yang dikategorikan menjadi umur < 20 tahun atau > 35 tahun dan umur 20-35 tahun. mayoritas umur menurut hasil penelitian dengan proporsi umur 20-35 tahun sebanyak 28 Responden (87,5%), sedangkan untuk umur < 20 tahun atau > 35 tahun sebesar 4 responden (12,5%). b. Paritas Hasil analisis univariat untuk paritas responden yang terdiri dari jumlah kelahiran < 4 kali dan jumlah kelahiran ≥4 kali. Mayoritas responden mempunyai jumlah kelahiran < 4 kali sebanyak 30 responden (93,75%) sedangkan dengan proporsi jumlah kelahiran > 4 kali sebanyak 2 responden (6,25 %). c. Jarak Kelahiran Hasil analisis univariat untuk jarak kelahiran responden yang terdiri dari jarak kelahiran < 2 tahun dan jarak kelahiran ≥2 tahun. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden di Puskesmas Gringsing I Kabupaten Batang berdasarkan Jarak Kelahiran. Mayoritas jarak kelahiran responden menurut hasil penelitian proporsi responden dengan jarak kelahiran > 2 tahun sebanyak 31 responden ( 96,88 %) sedangkan dengan jarak kelahiran < 2 tahun sebanyak 1 responden (3,12 %). d. Sosial Ekonomi Hasil analisis univariat untuk sosial ekonomi menurut Upah Minimum Regional di Kabupaten Batang, Tingkat sosial ekonomi responden dikatakan tinggi jika > Rp. 745.000,00 dan rendah jika < Rp. 745.000,00. Dilihat dalam tabel 4 berikut ini : Mayoritas sosial ekonomi menurut hasil penelitian proporsi responden dengan sosial ekonomi > Rp. 745.000,00 sebanyak 17 responden ( 53,12 %) sedangkan dengan proporsi responden dengan sosial ekonomi < Rp. 745.000,00 sebanyak 15 responden (46,88%). e. Tingkat Pengetahuan Hasil analisis univariat tingkat pengetahuan responden yang dikategorikan menjadi tingkat pengetahuan kurang, cukup dan baik dilihat dalam tabel 5 berikut ini : Tabel 5 dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat pengetahuan menurut hasil penelitian proporsi tingkat pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (59,37%) sedangkan proporsi tingkat pengetahuan yang kurang sebanyak responden 11 (34,37%) sedangkan dan proporsi tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 2 responden ( 6,25%). PEMBAHASAN 1. Gambaran Umur Terhadap Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Gringsing I kabupaten Batang Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa mayoritas responden berumur 20-35 tahun. Hal ini memberikan gambaran bahwa umur berpengaruh terhadap anemia ibu hamil. Responden dengan umur 20-35 tahun masih memiliki faktor terjadinya anemia pada ibu hamil walaupun di umur tersebut termasuk dalam umur reproduksi yang sehat dan aman. Hal ini dikarenakan kadar hemoglobin dibawah 10 gr% mayoritas berada pada usia 20-35 tahun. Dan juga adanya kemungkinan faktor lain Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil Di …. (N. Alfiani, dkk) 13 ISSN 2356-3087 yang mendukung terjadinya anemia pada kehamilan. Sedangkan responden dengan umur < 20 tahun atau >35 tahun memiliki faktor resiko terjadinya anemia lebih tinggi karena umur seorang ibu berkaitan dengan kualitas fungsi organ reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Hasil penelitian ini sebagian besar berada pada usia reproduksi sehat. Namun masih didapatkan responden yang berumur > 35 tahun. Hal ini sesuai teori yang di kemukakan oleh Amiruddin (2006), bahwa ibu hamil yang berumur > 35 tahun mempunyai faktor resiko terjadinya anemia yang terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh. (Amiruddin, 2006). Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, didapatkan masih ada responden yang berumur > 35 tahun. Hal ini perlu dilakukan upaya promotif pada ibu usia reproduksi agar merencanakan kehamilannya pada usia 20-35 tahun untuk mengurangi terjadinya anemia pada kehamilan. 2. Gambaran Paritas Terhadap Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Gringsing I kabupaten Batang Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa mayoritas gravida yang mempunyai jumlah kelahiran < 4 kali, namun masih didapatkan responden dengan paritas > 4 kali. Hal ini memberikan gambaran bahwa paritas berpengaruh terhadap anemia pada ibu hamil. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa responden dengan jumlah kelahiran < 4 kali masih mempunyai resiko mengalami anemia. Hal ini dikarenakan responden dengan kadar hemoglobin dibawah 10 gr% mayoritas berada pada gravida dan juga adanya kemungkinan faktor lain yang mendukung terjadinya anemia pada kehamilan. Sedangkan responden dengan jumlah kelahiran > 4 kali mempunyai resiko mengalami anemia lebih tinggi pada kehamilan berikutnya apabila 14 tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi karena dijelaskan oleh Prawirohardjo (2006) bahwa paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi pula kematian maternal. Resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan. (Prawirohardjo, 2006). Semakin banyaknya pengalaman melahirkan, persalinan yang berulang-ulang justru mempunyai resiko terjadinya anemia kehamilan , sedangkan komplikasi yang serius meningkat pada persalinan ketiga dan seterusnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, didapatkan masih ada responden yang mempunyai paritas > 4. Hal ini perlu dilakukan upaya promotif pada ibu usia reproduksi untuk mengatur jumlah kelahiran dengan upaya mencegah atau atau mengurangi jumlah kelahiran melalui program keluarga berencana. 3. Gambaran Jarak kelahiran terhadap Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Gringsing I kabupaten Batang Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa mayoritas responden dengan jarak kelahiran > 2 tahun, namun masih didapatkan responden dengan jarak kelahiran < 2 tahun. Hal ini memberikan gambaran bahwa jarak kelahiran berpengaruh terhadap anemia pada ibu hamil. Responden dengan jarak kelahiran > 2 tahun mempunyai resiko terjadinya anemia. Hal ini dikarenakan responden dengan kadar hemoglobin dibawah 10 gr% mayoritas berada pada jarak kelahiran < 2 tahun, dan juga adanya kemungkinan faktor lain yang mendukung terjadinya anemia pada kehamilan. Responden dengan jarak kelahiran < 2 tahun mengambarkan bahwa jarak kelahiran tersebut mempunyai resiko besar terhadap kejadian anemia pada ibu hamil. Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zatzat gizi belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung sehingga potensial terjadi anemia kehamilan. (Amiruddin, 2006). Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, didapatkan masih ada responden yang mempunyai jarak kelahiran < 2 tahun. Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:9-16 ISSN 2356-3087 Hal ini perlu dilakukan upaya promotif pada ibu usia reproduksi untuk mengatur jarak kelahiran sehingga mengurangi potensi terjadinya anemia kehamilan. 4. Gambaran Sosial ekonomi terhadap Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Gringsing I kabupaten Batang Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa mayoritas responden dengan sosial ekonomi ≥ Rp. 745.000,00, namun masih didapatkan responden dengan sosial ekonomi < Rp. 745.000,00. Hal ini memberikan gambaran bahwa sosial ekonomi berpengaruh terhadap anemia pada ibu hamil. Responden dengan sosial ekonomi tinggi menggambarkan masih mempunyai resiko terhadap kejadian anemia pada ibu hamil. Hal ini dikarenakan tingkat sosial ekonomi tinggi tidak menjamin ibu hamil dalam memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan. Faktor ketidaktauan dan ketidakmauan menjadi dasar ibu hamil dalam memenuhi nutrisi yang tidak seimbang, sehingga tidak semua komponen nutrisi terpenuhi, khususnya kebutuhan terhadap zat besi. Sedangkan responden dengan sosial ekonomi rendah menggambarkan bahwa status ekonomi tersebut mempunyai resiko besar terhadap kejadian anemia pada ibu hamil. Hal ini dikarenakan tingkat sosial ekonomi berperan sebagai underlying dari faktor lainnya yang mempengaruhi kematian maternal. Hasil penelitian sesuai dengan yang diusulkan oleh Almatsier, yang mengatakan bahwa status sosial ekonomi berguna untuk pemastian apakah ibu berkemampuan membeli dan memilih makanan yang bernilai gizi tinggi, serta Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. (Almatsier, 2003). Jadi, hasil dalam penelitian ini sudah sesuai dengan teori. Namun masih didapatkan penghasilan keluarga ibu hamil dibawah Upah Minimum Regional (UMR). Hal ini harus dijadikan perhatian untuk mengurangi dan mencegah anemia pada ibu hamil di Indonesia karena faktor ketidakmampuan dalam membeli dan memilih makanan yang bernilai gizi tinggi. 5. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Terhadap Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Gringsing I kabupaten Batang Hasil penelitian ini mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. Hal ini memberikan gambaran bahwa para ibu hamil memiliki pengetahuan yang cukup tentang faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil. Mereka cukup memahami bahwa dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil dapat menghindari terjadinya anemia saat kehamilan. Karena bila terjadi anemia pada kehamilan, akan beresiko lebih lanjut pada persalinan dan nifas. Tingkat pengetahuan responden yang kurang, tentunya beresiko terjadinya anemia pada kehamilan tersebut kurang diketahuinya. Kurangnya pengetahuan responden tentang resiko terjadinya anemia pada kehamilan dapat disebabkan kurangnya informasi-informasi yang diperoleh dan dapat pula karena keterbatasannya tingkat pendapatan. Responden dengan tingkat pengetahuan yang baik juga memiliki faktor terjadinya anemia pada ibu hamil. Hal ini memberikan gambaran bahwa tingkat pengetahuan yang baik tidak menjamin terjadinya anemia pada kehamilan. Sebenarnya ibu hamil tersebut memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan tentang anemia namun mereka tidak berkemauan untuk melakukan hal-hal yang diketahui dalam mencegah anemia pada kehamilannya. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, didapatkan tingkat pengetahuan ibu hamil dalam kategori cukup. Hal ini perlu dilakukan upaya promotif pada ibu usia reproduksi ataupun ibu hamil dengan pemberian pendidikan kesehatan tentang anemia kehamilan dan cara pencegahannya agar mengurangi terjadinya anemia pada kehamilan. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada 32 responden tentang Faktor-faktor yang empengaruhi anemia di Puskesmas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil Di …. (N. Alfiani, dkk) 15 ISSN 2356-3087 Gringsing I kabupaten Batang tahun 2010 sebagai berikut. Proporsi umur ibu hamil anemia di Puskesmas Gringsing I kabupaten Batang tahun 2010 sebagian besar termasuk dalam kategori umur 20-35 tahun ( 87,5 %), dan umur <20 tahun atau > 35 tahun ( 12,5 %), Paritas ibu hamil anemia di Puskesmas Gringsing I kabupaten Batang sebagian besar dalam kategori jumlah kelahiran < 4 kali ( 93,75 %) dan jumlah kelahiran >4 kali ( 6,25 %), Jarak kelahiran ibu hamil anemia di Puskesmas Gringsing I kabupaten Batang sebagian besar dalam kategori ≥2 tahun ( 96,88 %) dan jarak kelahiran < 2 tahun (3,12 %), Sosial ekonomi ibu hamil anemia di Puskesmas Gringsing I kabupaten Batang sebagian besar dalam kategori > Rp.745.000,00 (53,12%) dan yang berpenghasilan < Rp. 745.000,00 (46,88 %),Tingkat pengetahuan ibu hamil anemia di Puskesmas Gringsing I kabupaten Batang sebagian besar dalam kategori cukup ( 59,37 %). Sedangkan yang berpengetahuan kurang (34,37 %), dan baik (6,25 %). SARAN Bagi Ibu dalam mengatasi kejadian anemia dalam kehamilan sebaiknya melakukan hal berikut : Perencanaan kehamilan/persalinan sangat penting dilaksanakan pada umur 20 sampai 35 tahun, dan paritas < 4 kali untuk menekan kejadian anemia pada ibu hamil, Program KB sangat diperlukan untuk mengatur jarak kelahiran sehingga kelahiran berikutnya dapat lebih dari dua tahun, Adanya perencanaan yang baik sejak awal kehamilan dengan mengikuti tabungan bersalin, sehingga kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan baik, Diharapkan ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuannya tentang 16 anemia dalam kehamilan melalui informasi media massa maupun penyuluhan kesehatan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. DepKes RI. 2008. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang: DinkesProv.Jateng Jones, D. 2002. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates. Machfoedz, I. 2008. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Fitramaya. Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Mochtar, R. 2000. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologis. Jakarta :EGC. Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Saifuddin. A.B. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : JNPKKR. POGI. Soebroto, I. 2009. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta: Bangkit. Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:9-16 ISSN 2356-3087 HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN PRAKTIK SADARI DI KELAS XI SMA NEGERI 13 SEMARANG Oleh S. Wahyuning1, W.Mariyana1, dan A.D. Shinta2 1 2 Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada ABSTRAK Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita. Angka kejadian kanker payudara di Indonesia 26 per 100.000 perempuan. Di kota Semarang kejadian kanker payudara pada tahun 2011 meningkat mencapai 4.946 kasus dibandingkan pada tahun 2010 yang hanya 2.349 kasus. Kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). Berdasarkan laporan penyakit tidak menular pada bulan januari hingga November 2012 penderita kanker payudara di kota Semarang mulai diderita pada usia 15 tahun. Dari hasil survey pendahuluan pada 20 siswi Di SMA Negeri 13 Semarang 14 siswi (70%) diantaranya tidak mengetahui cara mendeteksi dini kanker payudara, dan 6 siswi (30%) telah mengetahui cara mendeteksi dini kanker payudara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara dengan praktik Sadari di kelas XI SMA Negeri 13 Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah studi korelasi dengan pendekatan retrospektif. Responden dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI Di SMA Negeri 13 Semarang dengan sampel sebanyak 62 siswi. Instrument yang digunakan adalah kuesioner. Menggunakan analisa data unvariate dan bivariate dengan uji Chi square. Disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara dengan praktik Sadari dinyatakan dengan p value sebesar 0.001 yang berarti lebih kecil dari nilai alfa 0.05 (5%). Untuk siswi yang berpengetahuan cukup hendaknya lebih meningkatkan lagi pengetahuannya melui KIE dan untuk siswi yang tidak pernah melakukan Sadari untuk mendeteksi dini adanya kanker payudara secara dini. Kata kunci : Pengetahuan, Remaja putri, kanker payudara, praktik Sadari Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kanker Payudara Dengan …. (S. Wahyuning, dkk) 17 ISSN 2356-3087 ABSTRACT Breast cancer is the second leading cause of death from cancer in women. The incidence of breast cancer in Indonesia is 26/100,000 women. The city of Semarang incidence of breast cancer in 2011 increased to 4,946 cases in 2010 compared to only 2,349 cases. Breast cancer can be caught early with SADARI (Breast Self-Examination). Based on non-communicable disease reports in January to November 2012 breast cancer patients in the city of Semarang began suffered at the age of 15 years. From the results of a preliminary survey on 20 female students at SMAN 13 Semarang 14 students (70%) of them do not know how to detect breast cancer early, and 6 students (30%) have learned how to detect early breast cancer. The purpose of this study was to determine the relationship the knowledge of young women with breast cancer Sadari practice in class XI SMA Negeri 13 Semarang. Design research is a correlation study with retrospective approach. Respondents in this study were students of class XI In SMA Negeri 13 Semarang with a sample of 62 students. The instrument used was a questionnaire. Using data analysis unvariate and bivariate with Chi square test. It was concluded that there is a correlation between the level of knowledge about the young women with breast cancer Sadari practices declared by the p value of 0.001 which is smaller than the value of alpha 0:05 (5%). For students who are knowledgeable enough should further enhance their knowledge through the conclusion KIE (Information communication and education) and for students who never made aware of for early detection of breast cancer at an early stage. Keywords : Knowledge , Young women, breast cancer , Sadari practice PENDAHULUAN Latar Belakang Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita, setelah kanker leher rahim, dan merupakan kanker yang paling banyak di temui diantara wanita. Dalam beberapa dekade yang lalu, angka insiden kanker payudara juga menunjukan peningkatan tiap tahunnya. Secara umum insiden kanker payudara lebih rendah pada negara negara yang sedang berkembang dibandingkan dengan negara-negara yang sudah maju (Rasjidi, 2009: h. 51). Kanker payudara merupakan suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel (jaringan) payudara, hal ini bisa terjadi terhadap wanita maupun pria. Dari seluruh dunia, penyakit kanker payudara (Breast Cancer/Carcinoma mammae) merupakan sebagai salah satu 18 penyebab kematian nomor lima setelah kanker paru, kanker rahim, kanker hati dan kanker usus (Nugroho, 2011: h. 121). Berdasarkan American cancer Society, sekitar 1,3 juta wanita terdiagnosis menderita kanker payudara, dan tiap tahunnya diseluruh dunia kurang lebih 465.000 wanita meninggal oleh karena penyakit ini (Rasjidi, 2009: h. 51). Angka kejadian kanker payudara di Indonesia paling tinggi, dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan, diikuti kanker leher rahim dengan angka kejadian 16 per 100.000 perempuan (Pusat Komunikasi Publik Setjen Depkes, 2012). Jumlah penderita kanker payudara di Jawa Tengah mencapai 9.542 kasus (Dinas kesehatan 1 Provinsi Jawa Tengah, 2011). Di kota Semaramg jumlah kejadian kanker payudara pada tahun 2011 meningkat mencapai 4.946 kasus dibandingkan pada tahun 2010 yang hanya mencapai 2.349 kasus (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2012). Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:17-24 ISSN 2356-3087 Problem kanker payudara menjadi lebih besar lagi karena lebih dari 70% penderita datang ke dokter pada stadium yang sudah lanjut (Saryono dan Pramitrasari, 2009: h.16), sehingga diperlukan adanya upaya deteksi dini untuk mendeteksi atau mengidentifikasi secara dini adanya kanker payudara, karena apabila kanker payudara di deteksi pada stadium dini serta di obati dengan tepat maka tingkat kesembuhanya cukup tinggi mencapai 80-90% (Rasjidi, 2009: h.78). Kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) (Saryono dan Pramitasari, 2009: h. 19). Kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan SADARI dibandingkan yang tidak (Nugroho, 2011: h. 134). Menurut American Cancer Society mengemukakan bahwa SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi (hari ke - 10 dari awal menstruasi). Pemeriksaan dilakukan setiap bulan sejak usia 20 tahun. Pemasyarakatan kegiatan Sadari bagi semua perempuan dimulai sejak usia subur (15 tahun), sebab 85% kelainan di payudara justru pertama kali dikenali oleh penderita (Rasjidi, 2009: h. 79). Berdasarkan hasil wawancara terhadap Ketua Sub Bagian PTM (Penyakit Tidak Menular) di Dinas Kesehatan Kota Semarang menyatakan belum ada pemasyarakatan kegiatan Sadari di Kota Semarang, Berdasarkan laporan penyakit tidak menular pada bulan januari hingga November 2012 penderita kanker payudara di kota Semarang mulai diderita pada usia 15 tahun (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2012). Usia muda bukan jaminan aman dari kanker payudara (Yayasan Kanker Indonesia, 2011). Umumnya seseorang baru diketahui menderita penyakit kanker payudara setelah menginjak stadium lanjut yang sudah cukup parah, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan atau rasa malu sehingga terlambat untuk diperiksakan ke dokter atas kelainan yang dihadapi (Dewi, 2009: h.139). Menurut Lawrence green, pengetahuan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2012: h.138). Kurangnya pengetahuan tentang kanker payudara sangat merugikan bagi diri sendiri termasuk keluarga (Diandana, 2008: h. 32). Masih banyak wanita yang belum menyadari pentingnya melakukan pemeriksaan dini terhadap payudaranya, sehingga mereka menyadari adanya benjolan yang terus membesar dan dibiarkan saja (Setiani, 2009: h. 42). Di SMA Negeri 13 Semarang dilakukan survey pendahuluan pada bulan Februari 2013 terhadap 20 siswi putri kelas XI. Dari 20 siswi putri, 14 siswi diantaranya tidak tahu cara mendeteksi dini kanker payudara, dan 6 siswi tahu cara mendeteksi dini kanker payudara yaitu dengan Sadari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa banyak siswi di SMA negeri 13 Semarang yang tidak mengetahui tentang cara mendeteksi dini adanya kanker payudara salah satunya dengan pemeriksaan payudara sendiri. Sedangkan terdapat 4 siswi dari 20 siswi putri telah melakukan SADARI. Berdasarkan hasil survey sementara terdapat 1 siswi putri di SMA Negeri 13 Semarang yang menderita kanker payudara, hal ini menunjukan usia muda juga bukan jaminan aman dari kanker payudara. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis telah melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kanker Payudara Dengan Praktik Sadari di Kelas XI SMA NEGERI 13 Semarang.” Perumusan Masalah Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua setelah kanker leher rahim. Di Indonesia, problem kanker payudara menjadi lebih besar lagi karena 70% penderita datang ke dokter pada stadium yang sudah lanjut, maka perlu upaya deteksi dini adanya kanker payudara, yang dapat dilakukan sendiri yaitu dengan Sadari (Pemeriksaan Payudara Sendiri), sehingga apabila kanker payudara di deteksi pada stadium dini maka tingkat kesembuhannya cukup tinggi mencapai 8090%. Menurut Lawrence green, pengetahuan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku. Berdasarkan hasil survey terdapat 1 siswi putri di SMA Negeri 13 Semarang yang Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kanker Payudara Dengan …. (S. Wahyuning, dkk) 19 ISSN 2356-3087 menderita kanker payudara, Sedangkan yang pernah melakukan SADARI didapatkan 4 siswi (20%) dari 20 siswi putri telah melakukan SADARI. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Adakah Hubungan Antara Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kanker Payudara Dengan Praktik Sadari di Kelas XI SMA NEGERI 13 Semarang ?”. Tujuan Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara dengan praktik Sadari di kelas XI SMA Negeri 13 Semarang. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara meliputi pengertian, ciri-ciri, faktor resiko, penyebab, stadium, pengobatan, pencegahan kanker payudara pada siswi kelas XI di SMA Negeri 13 Semarang. b. Untuk mengetahui praktik Sadari pada remaja putri di kelas XI SMA Negeri 13 Semarang. c. Menganalisis hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara dengan praktik Sadari di kelas XI SMA Negeri 13 Semarang. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah studi korelasi yaitu suatu penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional. Variabel bebas dan terikat diukur secara bersamaan dimana pengukuran variabel terikat diukur secara recall atau mengingat kembali. Populasi, Sampel, dan Sampling Populasi pada penelitian ini adalah remaja putri kelas XI SMA Negeri 13 Semarang sebanyak 163 siswi. Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus slovin dengan tingkat ketepatan 0,01 sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 62 responden. 20 Teknik sampling yang digunakan adalah pengambilan sampel secara aksidental (accidental) yaitu dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat dengan mendatangi kelas XI IPA 1, XI IPS 1 dan XI bahasa. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara dan variabel terikatnya adalah praktik sadari. Secara operasional pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara adalah kemampuan remaja putri dalam menjawab pernyataan pengetahuan tentang kanker payudara meliputi pengertian, ciri-ciri, faktor risiko, stadium, pengobatan dan pencegahan. Untuk mengukur pengetahuan digunakan kuesioner yang berisi 15 pernyataan tentang kanker payudara, yang terbagi menjadi dua jenis pernyataan yaitu pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable, jika pernyataan favorable di jawab “benar” maka dinilai 1, jika dijawab “salah” maka diberi nilai 0, untuk pernyataan unfavorable jika pernyataan di jawab “benar” maka diberi nilai 0, jika dijawab “salah” di beri nilai 1. Kategori jawaban adalah baik (76-100%), cukup (56-75%), dan kurang (<56%) (Nursalam, 2003:124). Skala yang digunakan adalah skala ordinal. Untuk variabel praktik sadari secara operasinal didefinisikan pemeriksaan payudara sendiri setiap bulan sekali untuk mendeteksi kanker payudara yang dilakukan oleh remaja putri. Untuk mengukurnya dengan menggunakan kuesioner berupa 1 pertanyaan yang menanyakan apakah responden melakukan praktik Sadari 1 bulan sekali, jika pertanyaan dijawab “ya” maka melakukan Sadari dan jika jawaban “tidak” maka tidak melakukan Sadari. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Kuesioner yang disebarkan adalah pernyataan yang berhubungan dengan kanker payudara Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:17-24 ISSN 2356-3087 dimana daftar pertanyaan meliputi pengertian pengertian, ciri-ciri, faktor risiko, stadium, pengobatan dan pencegahan dan satu pertanyaan tentang praktik sadari. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Dalam penelitian ini, untuk menuju kevalidan kuesioner peneliti melakukan uji validitas dengan memberikan pertanyaan kepada 20 orang responden kemudian pertanyaan tersebut diberi skor yaitu apabila pernyataan positif, skor 1 (satu) untuk jawaban benar, skor 0 (nol) untuk jawaban salah. Sedangkan pernyataan negatif, skor 0 (nol) untuk jawaban benar, skor 1 (satu) untuk jawaban salah. Setelah itu peneliti menghitung korelasi antara skor dari masing-masing pertanyaan. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi produk moment (Notoatmodjo, 2005: 131). Sedangkan reliabilitas instrumen tidak dilakukan. Metode Analisis Data Dari data yang terkumpul dianalisis selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis univariat yaitu dilakukan terhadap variabel pengetahuan dan variabel praktik sadari. Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Hasil persentase dari tiap variabel tersebut disusun dalam bentuk tabel univariat yaitu suatu tabel yang menggambarkan penyajian data untuk tiap variabel saja (Notoatmodjo,2005:188). Selanjutnya dilakukan analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. analisis bivariat yang digunakan adalah Chi square (X2), karena data yang diolah berupa data ordinal dan nominal. Uji chi square ini hanya dapat digunakan untuk mengetahui hubungan data kategorik dengan data ketegorik (Notoatmodjo, 2012: h.182). untuk menganalisa hubungan dari variabel menggunakan uji chi square dengan bantuan program SPSS for windows. bawah ini. Tabel 1 menyajikan data tentang pengetahuan responden tentang kanker payudara, Tabel 2 menyajikan data tentang praktik sadari, tabel 3 menyajikan data tentang hubungan pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara dengan praktik sadari di SMA 13 Semarang Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Kanker Payudara di SMA 13 Semarang Pengetahuan Baik Cukup Kurang Frekuensi 25 37 0 Persentase 40,3 % 59,7% 0 Jumlah 62 100 % Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa didapatkan sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang Cukup tentang kanker payudara yaitu sebanyak 37 responden ( 59,7%) Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Praktik Sadari Praktik Sadari Tidak Ya Jumlah Persentase 35 27 62 56,5 % 43,5 % 100% Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak pernah melakukan Sadari yaitu sebanyak 35 responden ( 56,5%). Tabel 3 Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kanker Payudara Dengan Praktik Sadari HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, sebagaimana diuraikan secara ringkas di Frekuensi Praktik Sadari Pengetahuan Total Ya Tidak Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kanker Payudara Dengan …. (S. Wahyuning, dkk) 21 ISSN 2356-3087 Jml Persen Jml (n) (%) (n) Persen Jml Persen (%) (n) (%) Cukup 9 24,3% 28 75,7% 37 100% Baik 18 72,0% 7 28,0% 25 100% 27 43,5% 35 56,5% 62 100% Jumlah Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang melakukan praktik SADARI sebagian besar pengetahuan baik yaitu sebanyak 18 siswi (72,0%) dibandingkan responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 9 siswi (24,3%). Responden yang tidak melakukan praktik Sadari sebagian besar berpengetahuan cukup sebanyak 28 siswi (75,7%) dibandingkan responden yang berpengetahuan baik yaitu sebanyak 7 siswi (28,0%). Untuk mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara dengan praktik Sadari di kelas XI SMA Negeri 13 Semarang digunakan uji Chi Square menggunakan analisis Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Diperoleh hasil perhitungan uji Chi Square sehingga ddidapatkan p value pada continuity correction sebesar 0.001 lebih kecil dari α =0,05 (0,001< 0,05), maka Ha diterima sehingga dapat diketahui ada hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara dengan praktik Sadari di kelas XI SMA Negeri 13 Semarang. Pembahasan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objevk tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengatahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012: h. 138). Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara di SMA Negeri 13 Semarang didapatkan bahwa responden mempunyai pengetahuan cukup. Tingkat pengetahuan responden yang cukup tentang kanker payudara ini dimungkinkan karena 22 Pengetahuan responden kelas XI tentang kanker payudara tersebut dapat diperoleh melalui media informasi yang semakin mudah di akses, berdasarkan wawancara dengan petugas tata usaha, SMA Negeri 13 Semarang sudah dilengkapi dengan adanya Hotspot dan juga perpustakaan sebagai sarana mencari sumber informasi. Dengan adanya fasilitas area hotspot dan perpustakaan tersebut, responden dapat dengan mudah menggunakan di wilayah sekolah, akan tetapi hanya responden yang berkeinginan mencari tahu informasi tentang kanker payudara saja yang akan mendapatkan pengetahuan tentang kanker payudara, serta dapat berasal dari majalah atau dari teman. Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2012: h. 194) menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi berupa pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya, faktor pendukung berupa fasilitas dan faktor pendorong berupa sikap dan perilaku petugas kesehatan. Hasil penelitian menunjukan Praktik Sadari pada siswi kelas XI di SMA Negeri 13 Semarang didapatkan bahwa sebagian besar responden kelas XI tidak pernah melakukan Sadari. Praktik Sadari sebagian besar tidak dilakukan pada responden kelas XI tersebut dikarenakan pengetahuan masing-masing responden tentang Sadari dengan adanya faktor pendukung seperti pengetahuan yang mereka dapatkan dengan mencari tahu sendiri, karena mengingat di kota semarang belum terdapat sosialisasi tentang Sadari, dan hanya mendapatkan pelajaran tentang kanker secara umum dikelas XI pada mata pelajaran BIologi pada pembelajaran Kesehatan Reproduksi. Menurut Jurnal Nursing Studies (2012: h. 95-96) Menunjukan bahwa responden yang berada pada rentang usia 16-18 tahun atau berada pada fase remaja awal yang memiliki tingkat pendidikan SMA/sederajat sebagian besar belum pernah mendapat informasi tentang cara melakukan SADARI. Hal ini mempengaruhi remaja untuk melakukan Sadari. Hasil analisa statistik dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang kanker Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:17-24 ISSN 2356-3087 payudara dengan praktik Sadari yang artinya semakin baik pengetahuan remaja putri cenderung lebih besar untuk melakukan tindakan (praktik). Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2012: h. 145-146) tingkat pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) karena apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh pengetahuan, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) dibandingkan yang tidak. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan a. Sebagaian besar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 13 semarang mempunyai pengetahuan cukup tentang kanker payudara. b. Sebagian besar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 13 Semarang tidak pernah melakukan praktik Sadari (Pemeriksaan Payudara Sendiri). c. Ada hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara dengan praktik Sadari di kelas XI SMA Negeri 13 Semarang. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut. a. Bagi Tenaga Kesehatan hendaknya dapat meningkatkan informasi kepada remaja sejak usia subur (15 tahun) tentang kanker payudara untuk mengubah perilaku remaja putri dalam upaya deteksi dini kanker payudara dengan Sadari melaui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). b. Institusi Pendidikan diharapkan dapat mengadakan program penyuluhan kepada siswinya melalui KIE untuk lebih mengenal kanker payudara serta cara mendeteksi dini adanya kanker payudara dengan SADARI. c. Diharapkan peneliti lain dapat mengembangkan penelitiannya dengan menambahkan variabel lain dalam penelitian yang berkaitan dengan kenker payudara dan Sadari (pemeriksaan payudara sendiri). DAFTAR PUSTAKA Baradero, Mary dkk. 2007. Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas. Jakarta: EGC. h. 62 64. Budiarto, Eko. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. h. 37. Depkes RI. 2012. Jika Tidak Dikendalikan 26 Juta Orang Didunia Menderita Kanker. http//Depkes.go.id.(di akses tanggal 2 januari 2013). Dewi, Lucia. 2009. Aku Sembuh dari Kanker Payudara. Yogyakarta: Tugu Publiser. h. 129 -149. Diandana, Rama. 2008. Mengenal Selukbeluk kanker. Yogyakarta: Katahati. h. 32. Fitriana, Lia. Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tentang Tumor Payudara Dengan Perilaku Sadari Di Prodi DIII Kebidanan Stikes Widya Husada Semarang : Stikes Widya Husada Semarang. 2011. Ghofar, Abdul. 2009. Cara Mudah Mengenal dan Mengobati Kanker. Yogyakarta Flamingo. h. 26 - 41. Handayani, Sri dan Sari Sudarmiati. 2012. Jurnal Nursing Studies : Pengetahuan Remaja Putri Tentang Cara Melakukan Sadari, (online), Vol.1, No.1.2012, http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jnursing, di akses 9 april 2013. Hidayat, AAA. 2009. Metode Penelitian dan Teknik pengumpulan data. Jakarta: Salemba Medika. h. 121-122; 188189. Imron, Moch. 2011. Statistika Kesehatan. Jakarta : Sagung Seto.h. 59; 159. Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Nuha Medika. h. 20-21. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta. 2005. Metodologi Penelitiian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. h. 92; 145. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. h. 31-32; 146-147. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kanker Payudara Dengan …. (S. Wahyuning, dkk) 23 ISSN 2356-3087 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. h. 131-147; 194-195. Nugroho, Taufan. 2011. Asi dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika. h. 113-115; 121-135. Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. h. 111. Rasjidi, Imam. 2009. Deteksi Dini dan Pencegahan kanker Pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto. h. 51-53; 7883. Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. h. 28; 82-90. 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. h. 5. Romauli, Suryati dan Anna Vida V. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogjakarta: Nuha Medika. h. 116; 167-171. Saryono, Ari Setiawan. 2011. Metodelogi penelitian Kebidanan DIII, DIV, SI dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika:. h. 54; 123. Saryono, Roischa Diah P. 2009. Perawatan Payudara. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. h. 16-17. Setiati, Eni. 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogjakarta: Andi offset. h. 42. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. h. 4; 61. Wawan, A dan Dewi M. 2010. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. h. 15-18. 24 Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:17-24 ISSN 2356-3087 IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI DESA BALIADI KECAMATAN SUKOLILO KABUPATEN PATI Oleh W. Mariyana1, D.Sari R1, dan I.Kuliati2 1 2 Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada ABSTRAK Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia mencapai 44 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian balita yaitu kurangnya gizi dari makanan dan ketersediaan pangan serta infeksi penyakit bawaan. Status gizi masyarakat di Jawa Tengah dapat tercermin dari jumlah balita yang datang dan ditimbang berat badannya saat posyandu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu. Penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebanyak 435 ibu yang mempunyai balita usia 12-59 bulan. Sampel sebanyak 89 ibu yang mempunyai balita usia 12-59 bulan. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Sebagian besar pengetahuan ibu yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu cukup (37,07%), sebagian besar umur balita yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu dalam umur batita (77,52%), sebagian besar pekerjaan yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu mayoritas bekerja sebagai petani (43,82%), sebagian besar jumlah anak yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu sebagian besar ibu primipara (53.93%), serta sebagian besar jarak tempat tinggal dengan tempat posyandu yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu yang jarak rumahnya 3-5 km (40,14%), sebagian besar kunjungannya dalam kategori tidak teratur (58,42%). Bagi masyarakat diharapkan ibu yang mempunyai balita dapat aktif mengikuti kegiatan posyandu, serta bagi kader juga perlu diperhatikan untuk waktu dan jadwal pelaksanaan posyandu. Bagi tenaga kesehatan dapat mengembangkan dan memotivasi ibu balita untuk membawa balitanya berkunjung ke posyandu melalui dengan pengadaan PMT yang menarik, penambahan kegiatan posyandu seperti bermain menggunakan permainan yang disediakan di posyandu, dan upaya lain. Bagi peneliti lain diharapkan dapat lebih mengembangkan penelitian tentang kunjungan balita ke posyandu tidak hanya dikaji pengetahuannya saja, melainkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kunjungan balita ke posyandu. Bagi institusi diharapkan dapat menciptakan generasi penerus yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam hal penelitian tentang kunjungan ke posyandu. Kata Kunci : Pengetahuan, Umur Balita, Pekerjaan, Paritas, Jarak Rumah,Kunjungan Identifikasi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Balita Ke …. (W. Mariyana, Dkk) 25 ISSN 2356-3087 ABSTRACT Five mortality rate (AKABA) in Indonesia reached 44 per 1000 live births. Direct cause of infant mortality is the lack of availability of nutrients from food and food-borne diseases and infections. Nutritional status of people in Central Java can be reflected in the number of children who come and weighed as posyandu weight. The purpose of this study was to identify factors associated with toddler's visit to posyandu. Descriptive study with cross sectional approach. Population of 435 mothers who had children aged 12-59 months. Sample of 89 mothers who had children aged 12-59 months. Collecting data using a questionnaire. Most of the mothers of knowledge related to children's visit to posyandu enough (37.07%), mostly associated with toddler age children to visit posyandu the toddler age (77.52%), most of the work associated with toddler's visit to posyandu majority work as farmers (43.82%), mostly related to the number of children under five visits to posyandu most of primiparous mothers (53.93%), and most of the distance of residence to the place posyandu associated with a visit to the children's houses posyandu 3-5 km (40.14%), mostly in the category of irregular visits (58.42%). For the mothers who have children are expected to actively take part in posyandu, and the cadre is also noteworthy for the time and schedule for implementing posyandu. For health workers to develop and motivate mothers to bring babies toddlers and things to do posyandu through the provision of an attractive companion food additives, additional activities such as playing posyandu use posyandu provided in the game, and other efforts. For other researchers are expected to further develop research on children's visit to posyandu not only studied his knowledge only, but other factors that influence children's visit to posyandu. For an institution is expected to create the next generation can develop science in terms Keywords 26 :Knowledge,ToddlerAge,Occupation,Parity,DistanceHome,visit Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:25-34 ISSN 2356-3087 PENDAHULUAN Latar Belakang Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat tercermin melalui angka mortalitas, morbiditas, dan status gizi. Berbagai penelitian membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi yang jelek. Resiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. World Health Organization (WHO) memperkiran bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita di dasari oleh keadaan gizi anak yang jelek (Depkes,2005;h.5). Berdasarkan data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007 (SDKI), di dapatkan Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia tahun 2007 telah mencapai 44 per 1000 kelahiran hidup, AKABA ini masih sangat tinggi jika dibanding dengan target AKABA yang diharapkan dalam MDGs ke-4 tahun 2015 yaitu sebesar 23/1000 kelahiran hidup. AKABA ini menggambarkan keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan. Secara umum prevalensi status gizi buruk di Indonesia sebesar 5,4% dan gizi kurang 13,0% atau 18,4% untuk gizi buruk dan kurang, penyebab langsung gizi buruk yaitu kurangnya gizi dari makanan, ketersediaan pangan serta infeksi penyakit bawaan (Depkes RI,2010). Berdasarkan dari data Dinas Kesehatan Jawa Tengah, AKABA di Provinsi Jawa Tengah setiap tahunnya mengalami kenaikan dari tahun 2008 sampai 2010, pada 2008 yaitu 10,12/1000 kelahiran hidup, pada tahun 2009 yaitu 11,6/1000 kelahiran hidup dan di tahun 2010 yaitu sebesar 12,02/1.000 kelahiran hidup. Sedangkan keadaan status gizi masyarakat di Jawa Tengah dapat tercermin dari tahun 2010 dimana jumlah balita yang datang dan ditimbang sebesar 80,6%, yang naik berat badanya (N) sebesar 76,31%, dan masih ditemukan balita yang berada dibawah garis merah (BGM) sebesar 3,45% (Dinkes Jawa Tengah,2010;h12). Berdasarkan dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, AKABA di Kabupaten Pati tahun 2010 adalah 206 usia 0-5 tahun adapun untuk usia 1-5 tahun adalah 23 anak dibandingkan tahun 2009 terjadi kenaikan tahun 2009 di Kabupaten Pati sebesar 116 = 1,4/1000, angka kematian balita tahun 2008 sebesar 136 balita = 7,18/1000 balita. Sedangkan keadaan status gizi masyarakat di Kabupaten Pati dapat tercermin dari tahun 2010 dimana jumlah balita yang datang dan ditimbang sebesar 71.819 yang naik berat badanya (N) sebesar 61.246 dan masih ditemukan balita yang berada dibawah garis merah (BGM) sebesar 4990,69% (Dinkes kabupaten Pati,2010;h.13.27). Pemerintah telah berupaya untuk menurunkan angka kematian balita dan angka kejadian gizi buruk dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, yaitu melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani. Strategi pemberdayaan masyarakat yaitu dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah di sediakan oleh pemerintah, mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan. Salah satu bentuk upaya kesehatan berswasembada Masyarakat (UKBM) yang sudah sangat luas di kenal di masyarakat dan telah masuk dalam bagian keseharian kehidupan sosial di pedesaan maupun perkotaan adalah Posyandu (Ambarwati, dan Sriati,2009;h.129-137). Menurut Husaini (1989) dalam Ardani Yanuar (2010; h. 11) Pada ibu yang bekerja di luar rumah maka waktu untuk berpartisipasi dalam posyandu juga kurang atau bahkan tidak ada waktu sama sekali untuk berpartisipasi di posyandu, sedangkan pada ibu rumah tangga memungkinkan mempunyai waktu lebih banyak untuk beristirahat dan meluangkan waktu untuk membawa anaknya datang ke posyandu. Peran ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja sangat berpengaruh terhadap perawatan keluarga, hal ini dapat dilihat dari waktu yang diberikan ibu untuk mengasuh Identifikasi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Balita Ke …. (W. Mariyana, Dkk) 27 ISSN 2356-3087 dan membawa anaknya ke posyandu masih kurang karena waktunya akan habis untuk menyelesaikan pekerjaanya. Semakin jauh tempat tinggal dengan posyandu maka partisipasi posyandu juga kurang,hal tersebut sesuai dengan yang di nyatakan Lawreen Green bawa faktor fisik/ lingkungan geografis berpengaruh dengan perilaku masyarakat terhadap kesehatan, ibu balita tidak datang ke posyandu di sebabkan karena jarak antara rumah balita tersebut jauh dengan posyandu sehingga ibu balita tidak datang dalam kegiatan posyandu.(Djaiman,2003;h.19). Perumusan Masalah Berdasarkan data yang di peroleh dari Puskesmas Sukolilo I Dan II Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati ada 29 posyandu dengan jumlah balita sekitar 6680 orang. Dari jumlah posyandu tersebut Desa Baliadi kecamatan Sukolilo memiliki 4 posyandu dengan cakupan kunjungan balita paling rendah dengan jumlah 215 (49,4%). Pencapaian kunjungan tersebut sangat jauh dari target yang di tetapkan pemerintah yaitu 85%, Pencapaian tersebut karena di pengaruhi, pengetahuan ibu, umur balita, jumlah anak dalam keluarga, pekerjaan ibu, jarak tempat tinggal dengan posyandu. Menurunnya partisipasi berkunjung ke posyandu dapat menyebabkan tidak terpantaunya pertumbuhan & perkembangan balita. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil judul “ Identifikasi faktorfaktor yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati Tujuan Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan Posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo kabupaten Pati. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu yang berhubungan dengan kunjungan ibu balita ke Posyandu. b. Mengidentifikasi umur balita yang berhubungan dengan kunjungan ibu balita ke Posyandu. 28 c. Mengidentifikasi pekerjaan yang berhubungan dengan kunjungan ibu balita ke Posyandu. d. Mengidentifikasi jumlah anak dalam keluarga yang berhubungan dengan kunjungan ibu balita ke Posyandu. e. Mengidentikasi jarak dengan tempat posyandu yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Variabel dalam penelitian ini variabel bebas. Variabel yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari Pengetahuan, umur anak, pekerjaan ibu, paritas, jarak rumah dengan tempat posyandu. Merupakan hasil tahu ibu terhadap posyandu dan Kemampuan ibu untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan posyandu dengan jumlah 10 soal yang terdiri dari:Pengertian,Tujuan, Manfaat,Sasaran,Jenis kegiatandan Kegiatan serta dengan skala pengukuran menggunakan skala ordinal. Populasi, Sampel, dan Sampling Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja puskesmas sukolilo II Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati pada bulan Desember Tahun 2011 yaitu 435 ibu. Sampel sebanyak 81, kemudian untuk menjaga seandainya ada drop out, maka ditambah 10% menjadi 89 responden di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan probability sampling dengan teknik simple random sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil sampel secara acak (Notoatmodjo, 2010; h. 120). Dalam penelitian ini penulis menggunakan kuesioner. Kuesioner yaitu pengumpulan data secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan tertulis (Nursalam, 2009; h. 109). Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, yaitu jenis kuesioner Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:25-34 ISSN 2356-3087 yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Arikunto, 2010; h. 195). Kuesioner ini terdiri dari 20 pernyataan mengenai pengetahuan ibu tentang posyandu,umur balita, pekerjaan, paritas dan jarak rumah dengan tempat posyandu terdiri dari 10 pertanyaan favorable dan 10 pertanyaan unfavorable. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Variabel dalam penelitian ini variabel bebas. Variabel yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari Pengetahuan, umur anak, pekerjaan ibu, paritas, jarak rumah dengan tempat posyandu. Merupakan hasil tahu ibu.Kegiatan serta dengan skala pengukuran menggunakan skala ordinal. Pengetahuan baik,bila dapat menjawab pertanyaan benar 76-100%. cukup, bila ibu dapat menjawab pertanyaan benar 56-75%. Dan Kurang, bila ibu dapat menjawab pertanyaan benar <56%. Batita ( 1-3 tahun) : umur 12-36 bulan, Anak prasekolah (3-5 tahun) : umur 37-59 bulan. ( Djaiman 2002 ; h.16) Nulipara Primipara 1, Multipara 2-4, Grande multipara ≥ 5(Bobak, 2005;h. 104) Kuesioner dengan pertanyaan favorable skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah, terletak pada soal nomer 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 12,16, 18, dan pertanyaan unfavorable skor 1 untuk jawaban salah dan skor 0 untuk jawaban benar, terletak pada soal nomer 1, 7, 10, 11, 13,14,15. 17,19, 20 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Kuesioner yang disebarkan adalah yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang posyandu, umur balita, jumlah anak/paritas, pekerjaan ibu, jarak tempat tinggal dengan posyandu dan kunjungan balita., Metode Analisis Data Dari data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis univariat yaitu dilakukan terhadap variabel pengetahuan tentang pengetahuan posyandu yang berhubungan dengan kunjugan balita. Selain analisis data ini dapat diuji menggunakan Chi Square. Kuesioner ini terdiri dari 20 pernyataan mengenai pengetahuan ibu tentang posyandu,umur balita, pekerjaan, paritas dan jarak rumah dengan tempat posyandu terdiri dari 10 pertanyaan favorable dan 10 pertanyaan unfavorable. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, sebagaimana diuraikan secara ringkas di bawah ini. Tabel Pengetahuan Ibu yang berhubungan dengan Kunjungan Balita ke Posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012 Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu yang berhubungan dengan Kunjungan Balita ke Posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012 Frekuensi 68 44 56 60 63 63 63 63 55 65 61 59 69 62 53 64 54 57 50 Persentase 86,51% 76,40% 49,43% 62,92% 67,41% 70,78% 70,78% 70,78% 51,78% 61,79% 73,03% 68,53% 66,29% 77,52% 66,69% 59,55% 71,91% 71,91% 64,04% 56,17% Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa maka dapat diketahui sebanyak 44 orang (49,43%) dari 89 responden yang dapat menjawab dengan benar tentang pernyataan “Posyandu merupakan salah Identifikasi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Balita Ke …. (W. Mariyana, Dkk) 29 ISSN 2356-3087 satu tempat untuk meningkatkan kesehatan ibu, bayi dan balita)”. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu yang berhubungan dengan Kunjungan Balita ke Posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012 Pengetahuan Frekuensi (f) Kurang Cukup Baik 30 Persentase (%) 33,70 33 37,07 26 29,21 89 100% Jumlah Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa diketahui bahwa pengetahuan ibu yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012 paling banyak dalam kategori cukup, yaitu 33 orang (37,07%). Tabel 3 . Distribusi Frekuensi Umur Balita yang Berhubungan dengan Kunjungan Balita ke Posyandu di posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012 Umur balita Frekuensi (f) Batita Tahun) 69 Persentase (%) 77,52 20 23,59 (1-3 Anak prasekolah(3 -5 Tahun) Jumlah 89 100% Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa diketahui bahwa sebagian besar umur balita yang melakukan kunjungan ke posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012 dalam usia batita (usia 1-3 tahun), yaitu sejumlah 69 anak (77,52%) 30 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu yang Berhubungan dengan Kunjungan Balita ke Posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012 Pekerjaan PNS Swasta Wiraswasta Petani Buruh Lain-lain (IRT) Jumlah Frekuensi (f) 10 0 11 39 0 29 Persentase(%) 89 100% 11,23 0 12,35 43,82 0 32,52 Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa diketahui bahwa dapat diketahui pekerjaan ibu yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012 mayoritas bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 39 (43,82%). Tabel 5 Distribusi Frekuensi Paritas Ibu yang Berhubungan dengan Kunjungan Balita ke Posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012 Paritas Frekuensi (f) Nulipara Primipara Multipara Grande Multipara 0 48 41 0 0 53,9 3 46,0 6 0 Persentas e (%) Nulipara Primipara Multipara Grande Multipara Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa diketahui paritas ibu yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012 didominasi oleh ibu dengan primipara yaitu 48 (53,93%). Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:25-34 ISSN 2356-3087 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jarak Rumah dengan Tempat Posyandu yang Berhubungan dengan Kunjungan Balita ke Posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012 Jarak >3 km 3-5 km >5 km Jumlah Frekuensi (f) 36 39 14 89 Persentase(%) 40,44 43,82 15,73 100% Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa jarak rumah dengan tempat posyandu ibu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012 sebagian besar yaitu jarak rumah 3-5 km ( 43,82). Tabel 7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kunjungan Balita ke Posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012. Kunjungan balita Tidak teratur Teratur jumlah Frekuensi (f) 52 37 Persentase (%) 58,42 41,57 89 100% Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa kunjungan balita ke posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati dalam kategori tidak teratur, yaitu sejumlah 52 balita (58,42%). Pembahasan Pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar pengetahuan ibu tentang posyandu di Desa Baliadi dari 89 responden berpengetahuan cukup yaitu 33 responden ( 37,07%). Pengetahuan dari penelitian ini meliputi Pengertian, Tujuan, Manfaat, Fungsi, Sasaran, dan Kegiatan posyandu dari data yang ada menunjukkan bahwa pengetauan ibu yang paling kurang terletak pada fungsi posyandu sebesar 121 (135,95%) dan pengetahuan yang paling baik terletak pada kegiatan posyandu sebesar 342 (384,26). Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati sama dengan penelitian yang dilakukan Ari Nur Cahyani di Desa Ngaren Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 92 responden sebagian besar memiliki pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 34 orang (37,0%). Walaupun Pengetahuan ibu di Desa Baliadi cukup namun masih banyak ibu yang tidak membawa balitanya ke posyandu yaitu 52 responden (58,42%), berdasarkan hasil wawancara ternyata 49,43% tidak mengetahui mengenai “posyandu merupakan salah satu tempat untuk meningkatkan kesehatann ibu, bayi dan balitta”. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar balita yang berkunjung ke posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012 adalah batita (usia 1-3 tahun), yaitu sejumlah 69 anak (77,52%). Yang sedikit melakukan kunjungan adalah anak prasekolah (3-5 tahun) sejumlah 20 anak (23,59). Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ari Nur cahyani di Desa Ngaren Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 92 anak yang melakukan kunjungan sebagian besar dalam usia batita (1-3 tahun), yaitu sejumlah 71 anak (77,2%). Usia balita yang mayoritas berada pada usia 1-3 tahun tersebut merupakan usia masa perkembangan yang memerlukan perhatian khusus dari orang tua. Semakin lama anak bertambah usianya akan semakin malas untuk datang ke posyandu. Hal inilah yang mempengaruhi kurang aktifnya dalam kunjungan. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas ibu yang mempunyai balita di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012 adalah sebagai petani yaitu sebanyak 39 (43,82%). Jarak Rumah dengan Tempat Posyandu. Berdasarkan hasil penelitian jarak rumah dengan tempat posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012 sebagian besar berjarak 3-5 km yaitu sebanyak 39 responden (43,82%). Identifikasi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Balita Ke …. (W. Mariyana, Dkk) 31 ISSN 2356-3087 Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui kunjungan balita ke posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati dalam kategori tidak teratur, yaitu sejumlah 52 balita (58,42%). Kehadiran balita ke posyandu yang paling baik adalah teratur setiap bulan atau 12 kali per tahun. Indiaktor D/S disebutkan bahwa keberhasilan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Sebagian besar pengetahuan ibu yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu di Desa Baliadi Kecamtan Sukolilo Kabupaten Pati sebagian besar mempunyai pengetahuan cukup yaitu sebesar 33 responden ( 37,07%). b. Sebagian besar Umur balita yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati sebagian besar dalam usia batita c. (1-3 tahun), yaitu sejumlah 69 anak (77,52%). d. Sebagian besar jumlah anak yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati sebagian besar ibu primipara yaitu sebanyak 48 responden (53.93%). e. Sebagian besar pekerjaan yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati sebagian besar bekerja sebagai petani 39 responden (43,82%). f. Sebagian besar jarak dengan tempat posyandu yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati Ibu sebagian besar jarak rumah dengan tempat posyandu 3-5 km yaitu sebanyak 36 responden (40,44%). g. Sebagian besar kunjungan balita ke posyandu di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati dalam kategori tidak teratur, yaitu sejumlah 52 balita (58,42%). 32 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut : a. Bagi masyarakat diharapkan ibu yang mempunyai balita dan berpengetahuan kurang tentang posyandu dapat lebih aktif mengikuti kegiatan posyandu, Selain itu bagi kader juga perlu memperhatikan jadwal pelaksanaan posyandu di sesuaikan dengan kondisi masyarakat. b. Bagi peneliti lain diharapkan dapat lebih mengembangkan penelitian tentang kunjungan balita ke posyandu, tidak hanya dikaji pengetahuannya saja melainkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kunjungan balita ke posyandu. c. Tenaga kesehatan diharapkan dapat mengembangkan dan memotivasi ibu balita untuk membawa balitanya berkunjung ke posyandu melalui penambahan kegiatan posyandu seperti bermain menggunakan permainan yang disediakan di posyandu, dan meningkatkan pengetahuan ibu mengenai posyandu. Serta diharapkan bidan desa menetap di Desa tersebut sehingga bidan lebih aktif dalam melakukan pelayanan dan apabila masyarakat membutuhkan bidan selalu siap untuk melayani. d. Bagi institusi diharapkan dapat menciptakan generasi penerus yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam hal penelitian tentang kunjungan balita ke posyandu melalui kerjasama antara instansi terkait seperti Dinas kesehatan, puskesmas, dan petugas posyandu, sehingga masalah yang ada di masyarakat dapat dapat diketahui secara jelas fakto-faktor yang mempengaruhinya. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, E dan Y.Sriati. Asuhan kebidanan komunitas. Yogyakarta: Nuha medika; 2009; h. 129-137. Ardian yanuardi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:25-34 ISSN 2356-3087 pelaksanaan posyandu Di Wilayah Puskesmas Geyer II Kabupaten Grobogan tahun 2010 [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2010 h.11, 19, 22. Arikunto S. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Edisi revisi 2010. Jakarta: Rineka cipta; 2010. h. 161, 173, 174, 195. Asri Ike S. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan Lansia di posyandu Lansia di kelurahan damarjati tahun 2008 [skripsi]. Kendal: STIKES Karya Husada Semarang; 2008. 21 Budiarto Eko. Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC; 2002. h. 37. Depkes RI. Rencana Aksi Nasional Pencegahan Dan Penanggulangan gizi buruk 20052009 jakarta: Depkes RI, 2005: h.5 . Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB Gizi Buruk. Jakarta: Depkes RI; 2008; h.6-8 . Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009.Jakarta: Depkes RI; 2009; h.3; h.8 . Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes). Jakarta; Depkes RI; 2010; h.97 Dinkes Jateng. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2009. Semarang: dinkes jateng; 2009; h.12; h.30. . Profil Kesahatan Kabupaten Pati Tahun 2010. Pati: dinkes Pati; 2009. Djaiman, Hastoety. 2002. Pengembangan Media Praktis Tentang Pertumbuhan Batita dengan Sasaran Ibu Balita Pengunjung Pelayanan Kesehatan. Dari. http://www.gizi litbang.depkes.go.id Effendi, Nasrul,Drs.1998. Dasar-dasar keprawatan kesehatan masyarakat. Jakarta : EGC H. Alimul Aziz A. Riset keperawatan & teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba medika; 2003. h. 42. Ismawati, Cahyo, dkk.Posyandu dan Desa Siaga. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010; h. 3; h. 4-6; h. 20; h. 27-29. Marimbi, H 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, Imunisasi Dasae Pada Balita. Yogyakarta: Nuha Medika; h. 1; h. 85-86. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: Rineka cipta; 2007. h. 139, 140. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka cipta; 2010. h. 1, 37, 83, 85, 87, 120, 176, 182, 202. Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba medika; 2008. h. 89, 91, 92, 93, 94, 109, 111, 120. Prasetyawati. Kesehatan ibu dan anak. Yogyakarta:Nuha medika; 2009. Riyanto Agus. Pengolahan data dan analisis data kesehatan. Yogyakarta: Nuha medika; 2009. h. 9-10. Saryono. Metodologi penelitian kesehatan penuntun praktis bagi pemula. Jogjakarta: Mitra cendikia; 2011. h. 77. Setiawan Ari, Saryono. Metodologi penelitian kebidanan DIII, DIV, S1 Identifikasi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Balita Ke …. (W. Mariyana, Dkk) 33 ISSN 2356-3087 dan S2. Yogyakarta: medika; 2010. h. 54, 123. Nuha Wahyuningsih. Dasar-dasar ilmu kesehatan masyarakat dalam kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya;2009. Waryono. Gizi Reproduksi.Yogyakarta: Pustaka Rihama;2010. h.73 Wawan A. dan Dewi M. Teori & pengukuran pengetahuan, sikap, dan periaku manusia. Yogyakarta: Nuha medika; 2010. h. 17-18. Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta; 2007. h. 193 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta; 2012. h. 4; 6167; 117; 107-109. Sulistyawati, Ari. Pelayanan Berencana. Jakarta: Medika. 2011. h. vii. Keluarga Salemba Sundari, Dyah Siti. Profil Perempuan Indonesia Masa Kini. Semarang: BKKBN Provinsi Jawa Tengah. 2010. h. 33. Tukiran, Agus Joko Pitoyo, Pande Made Kutanegara. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2010. h. 42; 379. Wawan A, Dewi M. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. h. 11-12; 14-15; 16-18; 54. Witjaksono, Julianto. Keluarga Berencana dan Kesehatan reproduksi. Semarang: BKKBN Provinsi Jawa Tengah; 2012. h. 34, 10. 34 Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:25-34 ISSN 2356-3087 TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DI KELURAHAN WATES KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG TAHUN 2013 Oleh C. K. Sari1, A. D. Erawati1, S. K. Putri2 1 2 Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada ABSTRAK Masalah gizi secara garis besar merupakan ketidakseimbangan dari asupan dan keluaran zat gizi. Hal tersebut dapat bermanisfestasi dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti DiKelurahan Wates pada bulan maret terdapat 4 balita yang mengalami BGM (Bawah Garis Merah), hal itu berarti pertumbuhan balita mengalami gangguan. Selain BGM, gangguan bisa dilihat dari tidak naiknya berat badan anak selama dua kali. Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita di Kelurahan Wates Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang Tahun 2013”. Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita di Kelurahan Wates Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan pendekatan naturalistk. Responden dalam penelitian ini adalah ibu balita yang berada diKelurahan Wates Kecamatan Ngaliyan sebanyak 73 responden. Pengambilan sampel menggunakan metode Simple random sampling. Instrument yang digunakan adalah kuesioner. Menggunakan analisa data univariate. Hasil dari penelitian ini adalah mayoritas responden memilki tingkat pengetahuan baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita diKelurahan Wates baik. Saran yang dapat diberikan untuk tenaga kesehatan adalah untuk tetap memberikan pengetahuan dan wawasan tentang informasi terbaru di masyarakat tentang gizi balita. Kata kunci : Pengetahuan, Gizi, Balita Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita Di Kelurahan Wates …. (C. K. Sari, dkk) 35 ISSN 2356-3087 ABSTRACT Utritional problems outlined an imbalance of nutrient intake and output. It can bermanisfestasi in the short term and long term. Preliminary studies conducted by researchers dikelurahan Wates in March there were four children who experience BGM (the Lower Red Line), it means the growth of infants susceptible to interference. In addition to BGM, the disorder can be seen from the increase in the weight of children over two times. From the description researchers interested in conducting research with the title "Mother of Nutrition Knowledge Level Toddler in Wates village Ngaliyan Subdistrict Semarang City in 2013". The aim is to describe the level of knowledge of mothers about infant nutrition in Wates village Ngaliyan District of Semarang. Design research is a descriptive study with naturalistk approach. Respondents in this study were mothers who were dikelurahan Wates District of Ngaliyan many as 73 respondents. Sampling using simple random sampling method. The instrument used was a questionnaire. Using univariate data analysis. Results from this study is that the majority of respondents has an excellent level of knowledge. It can be concluded that the level of knowledge of mothers about infant nutritional dikelurahan good Wates. Advice can be given to health workers is to continue to provide knowledge and insights on the latest information in the public about toddler nutrition. Keywords: Knowledge, Nutrition, Toddler 36 Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:35-41 ISSN 2356-3087 PENDAHULUAN Latar Belakang Komitmen pemerintah untuk mensejahterakan rakyat nyata dalam peningkatan kesehatan, termasuk masalah prevalensi gizi yang merupakan target paling menentukan dari Millenium Development Goals (MDGs) di bidang kesehatan yang terkait dengan kemiskinan dan kelaparan. Prevalensi gizi kurang telah menurun secara signifikan, dari 31,0% pada tahun 1989 menjadi 17,9% pada tahun 2010. Prevalensi gizi buruk turun dari 12,8% pada tahun 1995 menjadi 4,9% pada tahun 2010 (Prasetyawati, 2012; h. 103). Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi Nasional (Depkes, 2000) dalam Waryono (2010: h. 8) menjelaskan penyebab kurang gizi ada 2 faktor, yaitu faktor penyebab langsung dan faktor penyebab tidak langsung. Pada penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak, penyebab tidak langsungnya yakni ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuh anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Faktor – faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak dan kvSeluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Dampak gizi kurang dapat bermanifestasi dalam jangka pendek dan jangka panjang, dan mungkin memiliki efek antargenerasi. Dampak tersebut meliputi: berkurangnya fungsi imun dan meningkatnya risiko infeksi, gangguan perkembangan kognitif, gangguan pertumbuhan, cedera dan trauma sukar sembuh, serta peningkatan risiko penyakit kronik dikemudian hari (Barasi, 2009; h. 14). Pada tahun 2010 menurut Riskesdas Jumlah balita di Jawa Tengah terdiri dari 2.711.271 balita dengan balita gizi baik 2.117.503 balita (78,1%),gizi kurang 336.197 balita (12,4%), gizi lebih 168.099 balita (6,2%) dan status gizi buruk sebanyak 89.472 balita (3,3%) . Menurut Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2012, jumlah balita di Kota Semarang 86.895 balita dimana prevalensi balita yang gizi baik 84.094 balita (96,77%), gizi lebih 1.618 balita (1,86%), menderita gizi buruk sebesar 0,10% atau 92 balita. Jumlah balita di wilayah kecamatan Ngaliyan 3.624 dimana prevalensi pada balita gizi baik 3.555 balita (98,09%), gizi lebih 52 balita (1,43%) dan gizi kurang 17 balita (0,47%). Di wilayah Kecamatan Ngaliyan sendiri terdiri dari 10 kelurahan, salah satunya adalah Kelurahan Wates. Dimana terdapat balita BGM sebanyak 4 balita pada bulan maret dan jumlah seluruh balita ada 275 balita. Disamping itu, berdasarkan survei dan wawancara pada tanggal 25 Febuari 2013 yang dilakukan peneliti di 3 RW di Kelurahan Wates, dari 20 ibu yang disurvei, 14 diantaranya mengatakan bahwa ibu memberikan makanan kepada anaknya sesuai kesukaan anak saja karena apabila di beri menu lain yang bisa mencukupi gizi anak, respon anak tidak begitu mendukung. Dan 6 ibu Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita Di Kelurahan Wates …. (C. K. Sari, dkk) 37 ISSN 2356-3087 mengatakan menyajikan makanan dengan bentuk yang biasa saja, dan memasaknya terlalu matang serta tidak ada variasi menu yang di sajikan untuk anaknya karena terlalu sibuk. Dari uraian-uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita di Kelurahan Wates Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang Tahun 2013”. Perumusan Masalah Dari hasil survei, peneliti menemukan beberapa ibu menyajikan menu yang sama setiap hari kepada anaknya karena makanan tersebut yang disukai anaknya, dan apabila tidak di masakkan makanan yang disukai maka anaknya malas untuk makan bahkan ada yang tidak mau makan. Disamping itu Kelurahan Wates memiliki balita yang mengalami BGM sebanyak 4 ballita. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita di Kelurahan Wates Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang?”. Tujuan Penelitian Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita di Kelurahan Wates Kecamatan Ngaliyan Semarang Tahun 2013. 38 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan studi deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penenlitian yang hanya menggambarkan keadaan obyek, tidak ada maksud untuk menggeneralisasikan hasilnya, melakukan analisis kualitatif dan tanpa pengujian hipotesis (Sulistyaningsih, 2011:h.80). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan survei. Pendekatan survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok, tanpa memberikan intervensi kepada sampel yang diteliti (Sulistyonongsih 2011: h.81). Populasi dan Sample Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu ynag memiliki balita di kelurahan wates kecamatan ngaliyan pada bulan maret 2013 sebnayak 275 orang. Jumlah populasi kurang dari 10.000 maka besar sampel menggunakan rumus Solvin. Dari rumus Solvin dengan jumlah populasi 275 ibu balita di kelurahan wates kecamatan ngaliyan, maka didapatkan sampel sebanyak 73 responden dari total populasi tersebut. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik random sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi dimana setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel dengan cara simple random sampling Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:35-41 ISSN 2356-3087 yaitu dengan cara mengundi anggota populasi (Riyanto:h.92). Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Dalam penelitian ini variable yang digunakan adalah variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya dependen (terikat) (Sugiyono, 2010:h.4). Dalam penelitian ini variabelnya adalah pengetahuan ibu tentang gizi balita. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner sebanyak 25 pertanyaan, dimana pengetahuan dikatakan baik jika menjawab benar 17-25 pertanyaan dengan skor 76%-100%, pengetahuan dikatakan cukup jika menjawab benar 14-18 pertanyaan dengan skor 56%75%, pengetahuan dikatakan kurang jika menjawab benar < 14 pertanyaan dengan skor <56%. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dari penelitian ini didapatka dengan cara membagi kuesioner kepada responden untuk dara primernya, sedangkan untuk data sekunder dengan cara data yang diperoleh dari laporan gizi DKK Kota Semarang dan laporan gizi dari Puskesmas Ngaliyan. Metode Analisis Data Dari data yang terkumpul dianalisis selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis univariat yaitu dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Hasil persentase dari tiap variabel tersebut disusun dalam bentuk tabel univariat yaitu suatu tabel yang menggambarkan penyajian data untuk tiap variabel saja (Notoatmodjo,2005:188). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data yang diperoleh berasal dari jawaban tiap-tiap soal pada lembar kuesioner yang meliputi : Pengertian Gizi Balita, Macam-macam Zat Gizi. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), Menu Seimbang, Manfaat Perencanaan Menu, Syarat menu yang baik, Macam-macam Gangguan Gizi, Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan dengan jumlah sampel sebanyak 73 sampel. Tabel 4.1 tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah F 55 17 1 73 Prosentase (%) 75.34 23.29 1.37 100 Sumber: data primer Dari tabel 4.1 didapatkan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 55 ibu (75,34%). Pembahasan Pada sub bab ini akan dibahas mengenai Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita di Kelurahan Wates Kecamatan Ngaliyan Semarang. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita Di Kelurahan Wates …. (C. K. Sari, dkk) 39 ISSN 2356-3087 Faktor internal yang mempengaruhi tungkat pengetahuan terdiri dari pendidikan, pekerjaan dan umur. Dari segi pendidikan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah orang tersebut menerima informasi ( Wawan, 2010: h. 16). Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya halhal yang menunjang kualitas hidup. Dari hasil penelitian ini responden kebanyakan berpendidikan SMP, sehingga sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan adalah faktor lingkungan dan sosial budaya (Wawan, 2010: h. 18). Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil, bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita adalah mayoritas baik sebanyak 55 responden (75,34%). Selain itu faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan adalah paparan media masa, ekonomi, hubungan sosial, pengalaman. Dimana pengetahuan seseorang akan bertambah dengan adanya pengaruh dari luar seperti adanya informasi dari media massa, hubungan sosial yang baik dengan masyarakat sekitar akan menambah informasi, pengalaman dalam kehidupan seseorang yang berbedabeda akan menambah pengetahuan baru, tinggi rendahnya tingkat ekonomi seseorang akan mempengaruhi hubungan sosial kepada masyarakat luas sehingga pengetahuan yang didapat pun semakin banyak. Pengetahuan responden tentang gizi balita sudah baik, yaitu sebanyak 55 responden (75,34%) dikarenakan tingkat pendidikan ibu di Kelurahan Wates yang mayoritas SMP. Secara 40 garis besar tingkat pengetahuan ibu baik namun apabila dilihat per sub bab pada koesioner, ada sub bab yang memilki tingkat pengetahuan kurang yaitu pada sub bab syarat menu yang baik untuk balita. Disub bab ini tingkat pengetahuan ibu tingkat pengetahuan ibu kurang sebanyak 46 responden (63,02%). Hal ini dikarenakan antara teori dan praktik dilahan sangat berbeda, dalam teori menurut Sulistyoningsih (2011: h. 76) dalam buku Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak sop lebih enak dinikmati dicuaca dingin karena berfungsi menghangatkan badan sedang sekarang dilahan sop lebih enak dinikmati dicuaca panas karena segar makan makanan yang berkuah di siang hari. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari 73 responden diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan wates Kecamatan Ngaliyan mayoritas memiliki pengetahuan baik. Hal itu didukung oleh lingkungan ibu dan usia ibu yang sudah tergolong matang. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran-saran yang mungkin dapat dijadikan masukan adalah sebagai berikut : 1. Bagi ibu yang memiliki balita supaya tetap memberikan makanan yang bergizi seimbang guna tumbuh kembang balita. 2. Tenaga kesehatan dapat meningkatkan informasi kepada ibu balita tentang gizi seimbang pada balita dan terus memantau tumbuh kembang balita melalui kegiatan posyandu serta memotivasi ibu balita untuk datang ke posyandu guna memantau Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:35-41 ISSN 2356-3087 tumbuh kembang balita. 3. Diharapkan peneliti lain dapat mengembangkan variabel lain dalam penelitian yang berkaitan dengan gizi balita. DAFTAR PUSTAKA Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi, edisi 2. Jakarta : EGC Barasi, Mary E. 2009. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga Maryunani, Anik. 2010. Ilmu kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Kesehatan Dan Kesehatan. Jakarta: Cipta. Promosi Perilaku Rineka Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif – Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu . Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. Waryono. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Wawan, A dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika Winarno, F G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Prasetyawati, Arista E. . 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Millenium Development Goals (MDGs). Yogyakarta: Nuha Medika. Proverawati, A. Dan Siti Asfuah. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. --------. 2009. Pengolahan dan Analisi Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Setiawan A. dan Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita Di Kelurahan Wates …. (C. K. Sari, dkk) 41 ISSN 2356-3087 PERBEDAAN SIKAP IBU TERHADAP ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENYULUHAN DI DESA BANGUNREJO KECAMATAN PATEBON KABUPATEN KENDAL Oleh N. Alfiani1, S.Wahyuning1, dan F. Prastiyana2 1 2 Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada ABSTRAK Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan. Pemberian penyuluhan tentang alat kontrasepsi dalam rahim yang baik dapat mempengaruhi sikap ibu dalam memilih atau mendukung penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim. Berdasarkan data PLKB Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal sampai Bulan Desember 2012, Di Desa Bangunrejo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal terdiri dari 291 ibu. Dari 291 ibu, terdapat 69 peserta KB dan tidak ada yang menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim.Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, populasinya adalah jumlah ibu di Desa Bangunrejo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal yaitu 291 orang, sampel ditentukan dengan rumus Solvin diperoleh 74 responden. Instrumen yang digunakan adalah angket dengan kuesioner.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan, ibu memiliki sikap positif tentang alat kontrasepsi dalam rahim yaitu sebanyak 7 orang (9,0%), sesudah dilakukan penyuluhan, ibu yang memiliki sikap positif tentang alat kontrasepsi dalam rahim menjadi 59 orang (80,0 %). Kemudian sikap ibu sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan uji kenormalan terlebih dahulu dengan menggunakan uji Kolmogorof Smirnov. Diperoleh hasil nilai p-value sebelum dan sesudah penyuluhan < 0,05 sehingga menunjukkan bahwa data berdistribusi tidak normal, maka dilanjutkan dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test. Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan nilai p-value sebesar 0,000 (<0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap ibu tentang alat kontrasepsi dalam rahim sebelum dan sesudah penyuluhan. Kata kunci : Sikap dan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim 42 Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:42-49 ISSN 2356-3087 ABSTRACT Intrauterine device (IUD) is a device or object that is inserted into the uterus which is very effective, reversible, long-term, can be worn by all women. Provision of counseling about intrauterine devices that can either affect maternal attitudes in choosing or support the use of an intrauterine device. Based on data PLKB Patebon Kendal district until December 2012, in the village of Kendal Patebon Bangunrejo District consists of 291 mothers. Of 291 mothers, there are 69 participants KB and no one was using an intrauterine device.This type of research is experimental research, population is the number of mothers in the Village District Bangunrejo Patebon Kendal is 291 people, samples was determined by the formula obtained Solvin 74 respondents. The instrument used was a questionnaire with a questionnaire.The results showed that pre-counseling, the mother has a positive attitude about the intrauterine device as many as 7 people (9.0%), performed after counseling, mothers who have positive attitudes about the intrauterine device to 59 people (80.0%) . Then the mother's attitude before and after counseling normality test in advance using Kolmogorof Smirnov test. Results obtained p-value before and after counseling <0.05 indicating that the data are not normally distributed, then continued using Wilcoxon Signed Ranks Test. The test results showed Wilcoxon Signed Ranks Test p-value of 0.000 (<0,05). It can be concluded that there are differences in maternal attitudes about the intrauterine device before and after counseling. Keywords : Attitudes and Contraceptive In The Womb 1 Perbedaan Sikap Ibu Terhadap Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Sebelum Dan …. (N. Alfiani, dkk) 43 ISSN 2356-3087 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang hingga tahun 2010 belum bisa diatasi. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus adalah sebanyak 237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49% per tahun (BPS, 2010). Tingginya laju pertumbuhan penduduk Indonesia berdampak pada krisis ekonomi khususnya krisis keuangan global terhadap meningkatnya kemiskinan, pengangguran, dan menurunnya derajat kesehatan. Dampak dari tingginya laju pertumbuhan penduduk dapat diatasi dengan program keluarga berencana (KB) (BKKBN, 2010; h.12). Keluarga berencana merupakan program nasional dengan tujuan merencanakan jumlah penduduk yang sesuai dengan potensi alam yang dimiliki negara, sehingga akan tercapai tingkat kesejahteraan yang memadai bagi penduduknya, khususnya kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan (BKKBN, 2010; h.23). Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015. Dan tujuan program KB secara filosofis adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia dan terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Handayani, 2010; h.29). Dalam program Keluarga Berencana, pemerintah menawarkan dua pilihan metode kontrasepsi, yaitu metode kontrasepsi jangka pendek dan metode kontrasepsi jangka panjang. Metode kontrasepsi jangka pendek terdiri dari 44 kondom, pil KB, suntik, sedangkan metode kontasepsi jangka panjang terdiri dari alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), metode operatif pria (MOP), dan metode operatif wanita (MOW) dan implan (BKKBN, 2012; h.17). Kebijakan pemerintah tentang KB mengarah pada pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang khususnya alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). AKDR merupakan salah satu cara efektif yang sangat diprioritaskan pemakaiannya oleh BKKBN. Hal ini dikarenakan tingkat ke efektifitasannya yang tinggi (Manuaba, 2010; h.617). Metode kontrasepsi jangka panjang yang diprioritaskan oleh pemerintah yaitu AKDR. AKDR sangat efektif, yaitu 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan), AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan, dapat digunakan dalam jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti), sangat efektif karena tidak perlu mengingatingat, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI (Saifuddin, 2006; h.MK-75). Efek samping yang umum terjadi pada wanita yang menggunakan AKDR yaitu perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan lebih banyak, perdarahan (spotting) antar menstruasi, saat haid lebih sakit, dan merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan (Proverawati, 2010; h. 56). Data terakhir bulan Desember tahun 2012 jumlah peserta KB aktif semua metode kontrasepsi yang diperoleh dari data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Tengah, sebanyak 442.205 peserta. Dengan rincian pengguna kontrasepsi Suntik 197.689 peserta (44,70%), Pil 82.449 peserta (18,65%), alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) 49.225 peserta (11,13%), Implant 75.289 peserta (17,02%) dan Medis Operatif Wanita (MOW) 12.343 peserta (2,79%), Medis Operatif Pria (MOP) 949 peserta (0,21%), Kondom 24.211 peserta (5,47%). Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:42-49 ISSN 2356-3087 Berencana (KB) di Kabupaten Kendal sampai bulan Desember tahun 2012, jumlah peserta semua metode kontrasepsi sebanyak 9.989 peserta dan jumlah ibu 277.026 orang. Dengan rincian sebagian besar kontrasepsi yang digunakan adalah Suntik 6.410 peserta (64,17%), kemudian yang menggunakan Pil 843 peserta (8,43%), Implant 1.835 peserta (18,37), Medis Operatif Wanita (MOW) 155 peserta (1,55%), Medis Operatif Pria (MOP) 2 peserta (0,02%), Kondom 56 peserta (0,56%) dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) 688 peserta (6,88%). Dari data diatas Kabupaten Kendal pengguna alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) menempati urutan terendah ke-empat diantara alat kontrasepsi lainnya. Berdasarkan data dari Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kecamatan Patebon, pengguna alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) masih rendah meski tidak menempati rangking pertama yaitu 245 peserta. Dari 16.317 jumlah ibu di Kecamatan Patebon, terdapat 7.895 peserta KB dan 3,10% diantaranya menggunakan AKDR. Dan di Desa Bangunrejo pengguna AKDR tidak ada jika dibandingkan dengan Desa lain dalam Kecamatan Patebon, dengan jumlah peserta KB total pada Desa Bangunrejo sebanyak 69 peserta. Di Desa Bangunrejo Kecamatan Patebon terdapat 291 ibu. Dari 291 ibu, terdapat 69 peserta KB dan tidak ada yang menggunakan AKDR. Faktor pendukung dalam perubahan perilaku yaitu pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dsb (Notoatmodjo, 2012; h.20). Dalam meningkatkan sikap dan menambah peserta baru keluarga berencana diperlukan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat. (Hartanto, 2004; h.27). Komunikasi, informasi, dan edukasi yang diperlukan melalui penyuluhan tentang kontrasepsi. Dengan pemberian penyuluhan tentang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang baik diharapkan dapat mempengaruhi sikap ibu dalam memilih atau mendukung penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Dan berdasarkan latar belakang di atas yang penulis peroleh di Desa Bangunrejo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal, penulis telah melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Sikap Ibu Tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Desa Bangunrejo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun 2013 “. Perumusan Masalah Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Dampak dari laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di Indonesia dapat di atasi dengan program keluarga berencana (KB yang di prioritaskan yaitu AKDR, karena keefektifitasannya yang tinggi. Di Desa Bangunrejo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal tidak ada yang menggunakan AKDR. Salah satu faktor pembentuk perilaku adalah sikap. Dalam meningkatkan sikap dan menambah peserta baru keluarga berencana diperlukan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat melalui penyuluhan. Sehingga penulis dapat merumuskan masalah bagaimana “Perbedaan Sikap Ibu Tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Sebelum dan Sesudah Penyuluhan? ” Tujuan Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan sikap Ibu tentang AKDR sebelum dan sesudah penyuluhan di Desa Bangunrejo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan sikap Ibu tentang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) sebelum penyuluhan b. Mendeskripsikan sikap Ibu tentang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) sesudah penyuluhan c. Mengetahui perbedaan sikap Ibu tentang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) sebelum dan sesudah penyuluhan. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen (experimental research) yaitu suatu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang Perbedaan Sikap Ibu Terhadap Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Sebelum Dan …. (N. Alfiani, dkk) 45 ISSN 2356-3087 timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu atau eksperimen tersebut (Notoatmodjo, 2010; h.50). Desain penelitian eksperimen yang digunakan yaitu pra eksperimen (pre experimental designs) (Notoatmodjo, 2010; h.55). Rancangan yang digunakan adalah One group pretest posttest yang memungkinkan menguji perubahan – perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (program) (Notoatmodjo, 2010; h.57). Populasi, Sampel, dan Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah ibu di Desa Bangunrejo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal tahun 2013 yaitu sebanyak 291 orang. Besarnya sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Solvin, dari perhitungan rumus di atas didapatkan hasil akhir 74 orang responden (Nursalam, 2003 dalam Saryono, 2010; h.99) Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling karena teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja (Saryono, 2010; h. 97). Dengan demikian teknik pengambilan sampel bertujuan dilakukan tidak berdasarkan strata, kelompok, atau acak, tetapi berdasarkan pertimbangan tertentu seperti waktu, biaya, tenaga, sehingga tidak dapat mengambil sampel dalam jumlah besar dan jauh (Saryono, 2012; h. 74). Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Penetapan variabel dalam penelitian ini adalah: a. Variabel Independent (bebas) adalah penyuluhan tentang AKDR. b. Variabel Dependent (terikat) adalah sikap ibu tentang AKDR. Dengan kategori : sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan. Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu dengan anjuran 46 yang ada hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 1983 dalam Machfoedz, 2009; h.58). Penyuluhan dalam penelitian ini dilakukan dalam kelompok besar. Sikap ibu tentang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) merupakan respon seseorang terhadap alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Sikap responden tentang AKDR yang diperoleh dengan mengadakan pre test dan post test menggunakan angket dengan kuesioner. Kuesioner ini berjumlah 10 pernyataan dengan kategori “Favorabel (benar) dan Unfavorabel (salah)”. Jumlah pertanyaan Favorabel 4, dan jumlah pertanyaan yang Unfavorabel 6. Pilihan jawaban terdiri dari sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Kuesioner yang disebarkan adalah yang berhubungan dengan sikap ibu terhadap AKDR Metode Analisis Data Dari data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi. Hasil persentase dari tiap variabel tersebut disusun dalam bentuk tabel univariat yaitu suatu tabel yang menggambarkan penyajian data untuk tiap variabel saja (Notoatmodjo,2005:188). Analisis selanjutnya adalah analisis bivariat. Sebelum dilakukan uji statistik, maka data dilakukan uji kenormalan terlebih dahulu menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov. Hasil nilai p value sebelum dan sesudah penyuluhan IUD = 0,000, artinya <0,05 (data terlampir) maka data dikatakan berdistribusi tidak normal, sehingga dilanjutkan dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, sebagaimana diuraikan secara ringkas di bawah ini. Tabel 1 menyajikan data tentang Distribusi Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:42-49 ISSN 2356-3087 Frekuensi Sikap Ibu Tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Desa Bangunrejo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun 2013. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Desa Bangunrejo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun 2013. Sikap Ibu N Positif Negatif Total 7 67 74 Sebelum Persentase (%) 9,0 91,0 100 N 59 15 74 Sesudah Persentase (%) 80,0 20,0 100 Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa ibu yang memiliki sikap positif tentang AKDR sebelum penyuluhan yaitu sebanyak 7 orang (9,0%). Setelah dilakukan penyuluhan, ibu yang memiliki sikap positif tentang AKDR menjadi 59 orang (80,0%). Ibu yang memiliki sikap positif tentang AKDR lebih banyak sesudah dilakukan penyuluhan, dibandingkan dengan ibu yang memiliki sikap positif tentang AKDR sebelum dilakukan penyuluhan. Hasil penelitian mengenai sikap ibu tentang AKDR sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan uji kenormalan terlebih dahulu dengan menggunakan uji Kolmogorof Smirnov. Diperoleh hasil nilai p value sebelum penyuluhan 0,000 dan sesudah penyuluhan 0,000, nilai keduanya < 0,05 sehingga menunjukkan bahwa data berdistribusi tidak normal, maka dilanjutkan dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test. Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan nilai p value sikap ibu sebesar 0,000 (<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sikap ibu tentang AKDR sebelum dan sesudah penyuluhan. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap sikap ibu sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan. Untuk mengubah sikap bahkan perilaku masyarakat perlu upaya yang dapat dilakukan oleh orang yang dipercaya dan ahli dibidangnya untuk menyampaikan informasi tertentu, menghimbau, mengajak atau membujuk dalam hal ini adalah tentang AKDR melalui berbagai kegiatan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan notoatmojo bahwa upaya masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, imbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2012; h.18). Dalam hal ini pendidikan atau promosi kesehatan ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik bagi dirinya sendiri, keluarganya, maupun masyarakatnya. Disamping itu, dalam konteks ini promosi kesehatan juga memberikan pengertian tentang pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi masyarakat, dan sebagainya, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan kesehatan. Bentuk pendidikan kesehatan antara lain penyuluhan kesehatan (Green, 1980 dalam Notoatmodjo, 2012; h.20). Dalam penyuluhan kesehatan terdapat alat bantu yang digunakan oleh petugas dalam menyampaikan bahan, materi atau pesan kesehatan. Alat bantu ini lebih sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2012; h.57). Secara garis besar terdapat 3 macam alat bantu, yaitu sebagai berikut : alat bantu lihat (visual aids), alat bantu dengar (audio aids), dan alat bantu lihat dengar (audi visual aids) (Notoatmodjo, 2012; h.59). Dalam penelitian ini alat bantu yang digunakan dalam penyuluhan adalah alat bantu lihat (visual aids) yaitu leaflet yang didukung dengan adanya alat bantu dengar berupa penjelasan yang diberikan oleh peneliti bersama bidan menggunakan alat pengeras suara sambil responden membaca leaflet. Leaflet memiliki faktor Perbedaan Sikap Ibu Terhadap Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Sebelum Dan …. (N. Alfiani, dkk) 47 ISSN 2356-3087 yang dapat memberikan perbedaan sikap ibu tentang AKDR. Sesudah dilakukan penyuluhan dengan menggunakan alat bantu lihat yaitu leaflet mempunyai sikap ibu yang lebih positif terhadap AKDR daripada sikap bu sebelum dilakukan penyuluhan. Seseorang dapat menerima, menanggapi, menghargai, dan bertanggung jawab terhadap sikap yang sudah diberikan. Jika seseorang sudah menerima stimulus, maka orang tersebut akan menanggapi atau memberikan respon, baik positif maupun negatif dan orang tersebut akan menghargai dan bertanggung jawab atas respon yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2010; h.30). Dari penelitian ini ibu memiliki respon positif tentang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) setelah dilakukan penyuluhan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Desa Bangunrejo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal tentang “Perbedaan Sikap Ibu Tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Desa Bangunrejo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun 2013” dapat disimpulkan bahwa : 1. Sikap ibu tentang AKDR sebelum penyuluhan memiliki sikap sebagian besar negatif 2. Sikap ibu tentang AKDR sesudah penyuluhan memiliki sikap sebagian besar positif 3. Ada perbedaan sikap ibu tentang AKDR sebelum dan sesudah penyuluhan. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut. a. Hasil penelitian ini hendaknya dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu untuk lebih bijak dalam memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan keadaannya, serta lebih aktif untuk mencari informasi tentang alat kontrasepsi. 48 b. Diharapkan tenaga kesehatan lebih aktif untuk menggali masalah – masalah yang timbul di masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan agar dapat menangani masalah kesehatan tersebut. Serta lebih aktif untuk memberikan informasi kesehatan atau penyuluhan khususnya mengenai KB kepada masyarakat. c. Bagi peneliti lain selanjutnya hendaknya dapat meneliti variabelvariabel lain tidak hanya sikap saja yang mempengaruhi ibu untuk memilih alat kontrasepsi. DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset BkkbN. 2010. Warta Keluarga Berencana. Semarang : Bidang Informasi Keluarga dan Analisis Program BKKBN Provinsi Jawa Tengah BkkbN. 2012. Evaluasi Program Kependudukan dan KB. Semarang BPS. 2010. Sensus Penduduk Indonesia 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia http: Id. Wikipedia. Org/wiki/sensus_penduduk_indonesi a_2010 Diakses tanggal 29 Desember 2012 Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Hidayat, Aziz A. 2010. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Machfoedz, Ircham dkk. 2005. Pendidikan Kesehatan bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya Manuaba, Ida Ayu. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:42-49 ISSN 2356-3087 Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Noviawati, Dyah. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta : Nuha Medika PLKB. 2012. Catatan Peserta KB. Kendal Proverawati, Atikah. 2009. Menarche Manstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika Proverawati, Atikah. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika Saifuddin, Abdul B. 2006. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Saryono, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : Nuha Litera Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Wawan, 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika Perbedaan Sikap Ibu Terhadap Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Sebelum Dan …. (N. Alfiani, dkk) 49 ISSN 2356-3087 GAMBARAN POLA ASUH WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DI DESA SUBAH KECAMATAN SUBAH KABUPATEN BATANG Oleh Rinayati 1,S Wahyuning 1, P Fitrianingtyas 2 1 2 Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada ABSTRAK Menurut data dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah tahun 2012, angka kenakalan anak di Provinsi Jawa Tengah masih tinggi. Sebagian besar anak nakal yang berada di Desa Subah adalah anak dari wanita orang tua tunggal. Anak nakal (delinquent) berasal dari keluarga yang pecah. Antara keluarga yang utuh dan yang pecah mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap perkembangan anak. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola asuh wanita sebagai orang tua tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang. Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan pendekatan metode survey. Cara pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dibimbing wawancara dengan jumlah sampel sebanyak 93 wanita orang tua tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa persepsi remaja terhadap pola asuh wanita sebagai orang tua tunggal yaitu sebanyak 43 (46,24 %) responden menggunakan pola asuh permisif, 29 (31,18 %) responden menggunakan pola asuh otoriter, dan 21 (22,58 %) menggunakan pola asuh demokratis. Sebaiknya bagi tenaga kesehatan, lebih bisa merangkul masyarakat khususnya wanita orang tua tunggal dan memberikan konseling mengenai pola asuh dan dampak dari masing-masing pola asuh sehingga nantinya dapat mengurangi jumlah anak nakal dari wanita orang tua tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang. Kata Kunci : Pola Asuh, Wanita, Orang Tua Tunggal 50 Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:50-55 ISSN 2356-3087 PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut data dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah tahun 2012, angka kenakalan anak di Provinsi Jawa Tengah masih tinggi, yaitu sebanyak 7.755 orang, yang terdiri dari 6.460 laki-laki dan 1.295 perempuan. Kabupaten Batang adalah kabupaten dengan jumlah angka tertinggi kasus anak nakal se-Jawa Tengah yaitu 1.135 anak nakal yang terdiri dari 891 lakilaki dan 244 perempuan. Di Kecamatan Subah sendiri terdapat 109 anak nakal yang terdiri dari 83 laki-laki dan 26 perempuan. Sedangkan di Desa Subah terdapat 17 anak nakal yang terdiri dari 15 laki-laki dan 2 perempuan. Dari 109 anak nakal di Kecamatan Subah, 42,2% adalah anak dari wanita orang tua tunggal, 35,78% adalah anak dari orang tua utuh, dan 22,02% adalah anak dari laki-laki orang tua tunggal (Data Kecamatan Subah 2012). Menurut Ahmadi (2009), anak nakal (delinquent) berasal dari keluarga yang pecah. Di dalam keluarga anak memerlukan perimbangan perhatian, kasih sayang dari orang tuanya. Di dalam keluarga yang pecah hal tersebut tidak bisa didapatkan. Anak mengalami kesulitan-kesulitan dan terjerumus ke dalam kelompok anak-anak nakal. Seorang peneliti bernama K. Alison Clarke-Stewart berpendapat bahwa ayah dan ibu itu sama-sama membantu perkembangan intelektual anak. Namun caranya berbeda. Ayah lebih cenderung lewat pembinaan fisik, misalnya sebagai teman main, sedangkan ibu lebih melalui interaksi bahasa dan pembinaan bakat. Meski muncul berbagai pola peran orang tua, namun anak tampak menginginkan sikap berbeda dari kedua orang tuanya. Mereka ingin memperoleh perasaan tenteram dari pihak ibu, persahabatan dan rangsangan dari pihak ayah (Dagun, 2009 : h.152). Suatu penelitian mengungkapkan perbandingan asuhan ibu dan asuhan ayah. Jika ibu mengasuh sendiri anaknya, maka ia akan lebih cemas dan tidak tenteram. Sebaliknya, ayah biasanya kurang mempersalahkan diri serta tidak menyerah pada nasib dan berusaha mengatasi berbagai kesulitan. Tetapi ibu sering menangisi nasibnya, terutama berkenaan dengan kesulitan yang dialaminya (Dagun, 2009 : h.154). Menurut Casmini, pola asuh orang tua adalah bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan anak dalam mencapai proses kedewasaan hingga pada upaya pembentukan normanorma yang diharapkan masyarakat pada umumnya. Anak perlu diasuh, dan dibimbing karena mengalami proses pertumbuhan, dan perkembangan. Pertumbuhan, dan perkembangan itu merupakan suatu proses. Agar pertumbuhan, dan perkembangan berjalan sebaik-baiknya anak perlu diasuh, dan dibimbing oleh orang dewasa, terutama dalam lingkungan kehidupan keluarga. Peran orang tua adalah menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak kearah yang positif (Septiari, 2012 : h.162-163). Berdasarkan studi pendahuluan, di Desa Subah terdapat beberapa kasus kenakalan anak. Data yang peneliti dapat dari penuturan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) bahwa kasus anak nakal yang terjadi di Desa Subah sebagian besar berasal dari keluarga yang tidak utuh, khususnya dari wanita orang tua tunggal. Selain itu juga hasil dari wawancara peneliti kepada 10 wanita orang tua tunggal, didapatkan bahwa 6 diantara mereka mengatakan bahwa dalam hal mendidik anak mereka tidak terlalu mengekang dan tidak sepenuhnya memantau apa yang anak mereka lakukan setiap hari karena mereka lebih sibuk untuk mencari nafkah. Menurut data yang didapat dari kantor kelurahan Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang mempunyai luas wilayah 142,87 ha, jumlah penduduknya 6099 orang/jiwa yaitu 3027 laki-laki dan 3072 perempuan yang terdiri atas 1602 kepala keluarga. Terdapat 164 orang tua tunggal yang terdiri dari 71 laki-laki dan 93 wanita. Dari 93 wanita sebagai orang tua tunggal tersebut yang ditinggal meninggal suaminya sebanyak 53,76 %, melakukan perceraian sebanyak 3,22 %, dan ditinggal bekerja dalam waktu lama sebanyak 43,01 %. Dari 93 wanita sebagai orang tua tunggal mempunyai anak dengan jumlah keseluruhan 209 orang yang terdiri dari 16 Gambaran Pola Asuh Wanita Sebagai Orang Tua Tunggal Di Desa Subah …. (Rinayati, dkk) 51 ISSN 2356-3087 balita, 64 anak-anak, 84 usia remaja dan yang sudah menikah sebanyak 45 orang (Data Kantor Kelurahan Desa Subah 2012). Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran persepsi remaja terhadap pola asuh wanita sebagai orang tua tunggal dalam mendidik dan membesarkan anaknya. Perumusan Masalah Berdasarkan studi pendahuluan, di Desa Subah terdapat beberapa kasus kenakalan anak. Data yang peneliti dapat dari penuturan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) bahwa kasus anak nakal yang terjadi di Desa Subah sebagian besar berasal dari keluarga yang tidak utuh, khususnya dari wanita orang tua tunggal. Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat merumuskan masalah dalam penelitian, yaitu : “Bagaimana gambaran pola asuh wanita sebagai orang tua tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang?”. Tujuan Untuk mengetahui gambaran pola asuh wanita sebagai orang tua tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang pola asuh wanita sebagai orang tua tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang Populasi, Sampel, dan Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah wanita sebagai orang tua tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang sebanyak 93 orang. Sampel yang diambil Pada penelitian ini seluruh populasi dijadikan sampel, yaitu sebanyak 93 wanita sebagai orang tua Tehnik sampling yang digunakan dalam 52 penelitian ini adalah sampling jenuh. Sehingga dari populasi wanita orang tua tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang sebanyak 93 wanita juga digunakan sebagai sampel. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah Pola asuh wanita sebagai orang tua tunggal. Secara operasional, variabel tersebut didefinisikan dan diukur dengan cara sebagai berikut. Cara yang diberikan ibu atau pengasuh lain berupa sikap dan perilaku dalam hal kedekatannya dengan anak.. Untuk mengukur hal tersebut digunakan kuesioner a). Otoriter bila responden lebih banyak menjawab pilihan A, yaitu jawaban yang menunjukkan ciri-ciri dari pola asuh otoriter pada wanita sebagai orang tua tunggal.b). Permisif bila responden lebih banyak menjawab pilihan B, yaitu jawaban yang menunjukkan ciri-ciri dari pola asuh permisif pada wanita sebagai orang tua tunggal.c).Demokratis apabila responden lebih banyak menjawab pilihan C, yaitu jawaban yang menunjukkan ciri-ciri dari pola asuh demokratis pada wanita sebagai orang tua tunggal (Santrock, 2003 : h. 185). Skala yang digunakan adalah skala nominal. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Kuesioner yang disebarkan adalah yang berhubungan dengan Pola asuh wanita sebagai orang tua tunggal Metode Analisis Data Analisa univariat dilakukan pada variabel pola asuh wanita sebagai orang tua tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang. Nilai diperoleh dengan menggunakan rumus: Keterangan : X = Hasil frekuensi F = Frekuensi hasil pencapaian N = Total seluruh observasi Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:50-55 ISSN 2356-3087 100 = Bilangan tetap (Budiarto, 2003 : h.37). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, sebagaimana diuraikan secara ringkas di bawah ini. Tabel 1 menyajikan data tentang Pola asuh wanita sebagai orang tua tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Wanita sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang. Pola Asuh Wanita sebagai Orang Tua Tunggal Otoriter Permisif Demokratis Jumlah Frekuensi Persentase (%) 29 43 21 93 31,18 46,24 22,58 100 Sumber : Data Primer Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa wanita sebagai orang tua tunggal sebagian besar menggunakan pola asuh permisif yaitu sebanyak 43 responden (46,24%). Hasil penelitian pada wanita orang tua tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang diperoleh jawaban pola asuh wanita sebagai orang tua tunggal sebagai berikut : Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jawaban Pertanyaan Pola Asuh Wanita sebagai Orang Tua Tunggal Persentase (%) Pertanyaan Otoriter Permisif Demokratis Sikap orang tua dalam pengambilan keputusan dengan anak 32,26 44,09 23,66 Dengan siapa anak boleh keluar oleh orang tua 35,48 38,71 25,81 Sikap orang tua dalam mendidik anak seharihari 36,56 45,16 18,28 Sikap orang tua dalam memberikan tugas 21,5 54,84 23,66 Yang dilakukan orang tua jika anak melanggar peraturan 35,48 24,73 39,78 Peran orang tua dalam menentukan cita-cita di masa depan 33,33 23,66 43,01 Sikap orang tua jika anak akan keluar di malam hari 30,11 48,39 21,5 Sikap orang tua jika anak pulang larut malam 25,81 44,09 30,11 Pengawasan orang tua terhadap anak 32,26 45,16 22,58 Sikap orang tua jika anak melakukan kesalahan 31,18 48,39 20,43 Sikap orang tua jika anak pacaran 26,88 53,76 19,35 Sikap orang tua dalam menanggapi permintaan anak 29,03 48,39 22,58 Batasan kepercayaan orang tua yang diberikan dalam mengembangkan kedisiplinan pada anak 45,16 32,26 22,58 36,56 29,03 34,41 40,86 26,88 32,26 Peran orang tua dalam memberikan bimbingan pada anak dalam hal apapun Sikap orang tua dalam menyampaikan harapanharapan yang ingin didapat dari anak Sumber : Data Primer Pembahasan Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di salah satu Desa yang berada di Kecamatan Subah yaitu Desa Subah didapatkan bahwa mayoritas wanita sebagai orang tua tunggal menggunakan pola asuh permisif. Menurut Septiari (2012), orang tua yang menggunakan pola asuh permisif serba membolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan, dan menerima apa adanya. Kehangatan cenderung memanjakan, ingin dituruti keinginannya. Sedangkan menerima apa adanya cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian bahwa dalam hal pengawasan sebanyak 42 (45,16 %) wanita orang tua tunggal tidak mengontrol apa yang anaknya lakukan. Sehingga anak tidak mengetahui mana hal Gambaran Pola Asuh Wanita Sebagai Orang Tua Tunggal Di Desa Subah …. (Rinayati, dkk) 53 ISSN 2356-3087 yang benar-benar baik untuk mereka dan mana yang seharusnya tidak mereka lakukan. Sebanyak 50 (53,76 %) wanita orang tua tunggal tidak perduli jika anak mereka pacaran. Sehingga anak tidak mengetahui batasan-batasan dalam pacaran karena dalam hal ini orang tua memberikan kebebasan. Dan 45 (48,39%) wanita orang tua tunggal menuruti semua permintaan anak mereka. Dalam hal ini orang tua lebih bersifat memanjakan anaknya. Menurut 42 (45,16 %) wanita orang tua tunggal, orang tua mereka mempunyai sikap tidak perduli saat mendidik mereka sehari-hari. Orang tua tidak membatasi semua kegiatan anaknya dan tidak memberikan kendali. Sebanyak 51 (54,84 %) wanita orang tua tunggal tidak memaksa dalam memberikan tugas. Orang tua acuh terhadap kewajiban yang seharusnya anak mereka lakukan, sehingga anak tidak mempunyai rasa tanggung jawab. Dan sebanyak 45 (48,39 %) wanita orang tua tunggal tidak melakukan tindakan apapun jika anak mereka melakukan kesalahan. Orang tua tidak memberikan hukuman ataupun mengajarkan untuk meminta maaf dan bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Muntiah (2009), bahwa orang tua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali, anak dituntut atau sedikit sekali dituntut untuk suatu tanggung jawab, tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa, anak juga diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya. Menurut Santrock (2003), gaya pengasuhan permisif adalah suatu pola dimana orang tua sangat tidak ikut campur dalam kehidupan remaja. Hal ini berkaitan dengan perilaku sosial remaja yang tidak cakap, terutama kurangnya pengendalian diri. Orang tua yang mempunyai tipe pola asuh permisif misalnya ditunjukkan dalam hal pengambilan keputusan, sebanyak 41 (44,09 %) wanita orang tua tunggal menyerahkan semua kepada mereka. Orang tua tidak membedakan apakah itu hal besar ataupun hal kecil yang seharusnya dibutuhkan musyawarah 54 terlebih dahulu antara orang tua dan anak saat mengambil keputusan. Kemudian saat anak ingin keluar rumah, sebanyak 36 (39,29%) wanita orang tua tunggal mengijinkan anak mereka keluar dengan siapa saja. Orang tua tidak membatasi dengan siapa saja anaknya akan keluar. Sebanyak 45 (48,39 %) wanita orang tua tunggal memberikan ijin kepada mereka jika keluar dimalam hari. Dan juga pada saat anak pulan wanita orang tua tunggal tidak melakukan g larut malam, sebanyak 41 (44,09 %) tindakan apapun. Mereka tidak diberikan hukuman, tidak dinasehati, dan tidak ditegur oleh orang tua. Menurut Intan (2012), salah satu dampak orang tua tunggal terhadap anak yaitu orang tua tunggal kurang dapat menanamkan adat istiadat dan murung dalam keluarga, sehingga anak kurang dapat bersopan santun dan tidak meneruskan budaya keluarga, serta mengakibatkan kenakalan karena adanya ketidakselarasan dalam keluarga. Wanita orang tua tunggal dengan pola asuh permisif cenderung memberi kebebasan pada anak ataupun cenderung memanjakan. Anak yang terlalu diberi kebebasan pada akhirnya akan lebih sulit diatur. Mereka tidak mengetahui mana yang benar-benar baik untuk mereka dan juga mana yang seharusnya tidak mereka lakukan. Mereka hanya berpersepsi bahwa semua yang mereka lakukan adalah benar dimata orang tua karena pada saat anak melakukan apapun, orang tua tidak menegur mereka. Menurut pendapat peneliti, penerapan wanita orang tua tunggal terhadap berbagai macam pola asuh menyebabkan berbagai persepsi bagi remaja. Terutama pada pola asuh permisif. Berdasarkan persepsi remaja terhadap pola asuh wanita orang tua tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang, wanita orang tua tunggal cenderung menggunakan pola asuh permisif SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Wanita sebagai orang tua tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten sebagian besar menggunakan pola asuh Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:50-55 ISSN 2356-3087 permisif yaitu sebanyak 43 responden (46,24 %). Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut. 1. Bagi Profesi Tenaga kesehatan seharusnya lebih merangkul masyarakat khususnya wanita orang tua tunggal dan memberikan konseling mengenai pola asuh dan dampak dari masing-masing pola asuh sehingga nantinya dapat mengurangi jumlah anak nakal dari wanita orang tua tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang. 2. Bagi Masyarakat Masyarakat terutama orang tua tunggal sebaiknya dapat memperhatikan faktor kepentingan dan kebutuhan anaknya, dan bersikap lebih berwibawa seperti memberi kebebasan yang masih dalam kendali pada anak-anaknya. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Dalam penelitian ini masih menggunakan penelitian deskriptif maka disarankan kepada penelitian selanjutnya untuk meneliti lebih mendalam dengan metode yang lebih kompleks dengan cakupan objek penelitian yang lebih luas lagi tentang persepsi remaja terhadap pola asuh wanita sebagai orang tua tunggal. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. 2009 . Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Asdi Mahastya. Bahiyatun. 2008. Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta: EGC. Budiarto, Eko. 2003 . Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Dagun, Save.M. 2009 . Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta. Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. 2009. Panduan Umum Pemutakhiran dan Pemetaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) di Jawa Tengah. Semarang: Dinsos Provinsi Jawa Tengah. Hidayat, Aziz Alumul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.Jakarta : Salemba Medika Kumalasari, Intan dan Iwan Andhyantoro. 2012 . Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika. Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga. Jakarta: Prenada Kencana Group. Machfoedz, Ircham. 2009. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya. Muntiah, Siti. 2009. Tentukan Pola Asuh Sejak Awal dengan Suami. http://www.ibudanbalita.com/diskusi/ pertanyaan/1902/Tentukan-PolaAsuh-Sejak-Awal-dengan-Suami/. Diunduh Selasa, 8 April 2013. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. . 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Romauli, Surtyati dan Anna Vida Vindari. 2012. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika. Santrock, Jhon Watson. 2003.Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia. Septiari, Bety Bea. 2012 . Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Nuha Medika. Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu. Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Sugiyono. 2005 . Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sunaryo.2004. Psikologi untuk Keperawatan. Cetakan I. Editor Monica Ester. Jakarta: EGC. Gambaran Pola Asuh Wanita Sebagai Orang Tua Tunggal Di Desa Subah …. (Rinayati, dkk) 55 ISSN 2356-3087 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU MENYUSUI BAYI USIA 6-12 BULAN TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI DI PUSKESMAS BANDARHARJO SEMARANG Oleh M. Kusumastuty1, S. Wahyuning2, K. Lukitaningrum3 1 2 Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada ABSTRAK Umur 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap di istilahkan sebagai periode emas. Periode emas dapat di wujudkan apabila pada masa itu bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum usia 6 bulan) akan meningkatkan resiko penyakit diare serta infeksi lainnya. Sebaliknya jika makanan pendamping diberikan terlambat (melewati usia 6 bulan) maka bayi akan mengalami kekurangan zat gizi terutama energi dan protein juga zat besi. Dari studi pendahuluan 10 ibu menyusui 6-12 bulan di Puskesmas Bandarharjo Semarang 7 responden memberikan MP-ASI tidak sesuai dengan umur bayi. Hal ini dikarenakan adanya anggapan ASI saja tidak cukup untuk kebutuhan bayinya dan banyak ibu yang mengikuti pengalaman orang tua dari 7 responden tersebut, 3 orang menyatakan anaknya sering mengalami diare pada umur bayi usia 6 bulan.Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap ibu menyusui 612 bulan tentang makanan pendamping ASI di Puskesmas Bandarharjo Semarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah 699 ibu menyusui 6-12 bulan di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang dan sampelnya sebanyak 88 responden. Teknik sampling menggunakan non random sampling dengan Quota Sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket, dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 88 responden ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan tentang makanan pendamping ASI mayoritas dari tingkat pengetahuan sebanyak 43,18% berpengetahuan cukup, dan dari sikap sebanyak 64,77% bersikap positif. Diharapkan tenaga kesehatan tetap memberikan penyuluhan tentang makanan pendamping ASI dan mengupayakan sikap ibu menyusui selalu positif, serta melakukan kunjungan untuk mengevaluasi sejauh mana perkembangan mengenai penyuluhan yang telah diberikan. Kata Kunci 56 : tingkat pengetahuan, sikap, makanan pendamping asi Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:56-64 ISSN 2356-3087 ABSTRACT Age 0-24 months is a period of rapid growth and development, so it is often termed as the golden period. The golden period can make happen if at the time infants and children receive appropriate nutrition for optimal growth and development. Giving breast milk too early (before the age of 6 months) will increase the risk of diarrhea and other infectious diseases. Conversely if the supplementary food is given late (past 6 months) then the baby will experience a shortage of nutrients, especially energy and protein are also iron. From a preliminary study 10 lactating mothers at health centers Bandarharjo 6-12 months Semarang 7 respondents give breast milk is not in accordance with the age of the baby. This is because of the assumption breast milk alone is not sufficient for the needs of babies and mothers who follow the experience of many parents of 7 respondents, three people have expressed their often experience diarrhea in infants aged 6 bulan.Tujuan age of research is to describe the level of knowledge and attitude of mother breastfeeding 6-12 months of complementary feeding in PHC Bandarharjo Semarang. This type of research is quantitative descriptive with cross sectional approach. The population is 699 nursing mothers Bandarharjo 6-12 months in Semarang City Health Center and the sample of 88 respondents. Sampling techniques using non-random sampling Quota sampling. Data collection techniques by using a questionnaire, and the instrument used was a questionnaire. The results showed that out of 88 respondents lactating mothers of infants aged 6-12 months of complementary feeding the majority of the level of knowledge as much as 43.18% knowledgeable enough, and of the attitude to be positive as much as 64.77%. Health workers are expected to keep providing information on complementary feeding and breastfeeding mothers seek always positive attitude, as well as a visit to evaluate the extent of the extension which has been granted. Keywords: knowledge, attitude, food co-ation Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Bayi …. (M. Kusumastuty,dkk) 57 ISSN 2356-3087 PENDAHULUAN Gizi memegang peranan terpenting dalam siklus hidup manusia. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Umur 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap di istilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat di wujudkan apabila pada masa itu bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai dengan kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada masa ini maupun masa selanjutnya (Depkes RI, 2006). Makanan pertama dan utama bayi tentu Air Susu Ibu. ASI cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal : Karbohidrat dalam ASI berupa lactosa, lemaknya hanya mengandung polyunsaturated fatty acid (asam lemak tak jenuh ganda). (Arisman, 2007 ;h. 41). Pencapaian tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO (World Health Organization) / UNICEF (United Nations Childrens Fund) merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan salah satunya adalah memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) sejak bayi berumur 6-24 bulan. Rekomendasi tersebut menekankan, secara sosial budaya MP-ASI hendaknya di buat dari bahan pangan yang murah dan mudah di peroleh di daerah setempat (Yuliarti, 2010; h. 70). Makanan pendamping air susu ibu yang sering disingkat dengan MP-ASI diberikan bayi setelah bayi berusia 6 bulan. Bayi sesudah usia 6 bulan, ASI saja tidak cukup. Bayi diatas 6 bulan diperlukan makanan selain ASI. MP-ASI harus mengandung zat gizi sesuai dengan kebutuhan. Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk menanggulangi dan mencegah terjadinya gizi buruk, dan gizi kurang sekaligus mempertahankan status 58 gizi baik pada bayi dan anak 12 bulan (Siswanto, 2010;h. 138). Balita Gizi Buruk di Indonesia tahun 2011 berjumlah 3.187 menurun apabila dibandingkan tahun 2010 (3.514). Tetapi persentase Balita Gizi Buruk mendapatkan perawatan tahun 2011 sebesar 100% jauh lebih bagus dibandingkan tahun 2010 (93,28%). Data Pelaksanaan Progam Gizi tahun 2012 di Puskesmas Bandarharjo Semarang ada 9 anak umur dibawah 1 tahun menderita gizi buruk. Rekapitulasi Laporan Penyakit Diare di Kota Semarang 2012 di Puskesmas Bandarharjo Semarang 7,5% menempati urutan kedua dari 37 Puskesmas di Kota Semarang untuk penyakit diare dengan umur bayi kurang dari 1 tahun. (Laporan Dinkes Kota Semarang). Bayi diperkenalkan makanan dan atau minuman lain sebelum usia 6 bulan, mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terserang penyakit (terutama diare dan batuk/pilek) sehingga jika terjadi berulangulang maka bayi akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang kurang optimal. Hal ini menunjukkan bahwa ASI saja selama 6 bulan pertama adalah sumber makanan utama bagi bayi dan justru berbahaya jika bayi diberikan makanan/minuman lain seperti susu formula, atau pisang atau bubur susu sebelum waktunya. (Februhartanty, 2009;h.7) Pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum usia 6 bulan) maka akan meningkatkan risiko penyakit diare serta infeksi lainnya, dan menyebabkan jumlah ASI yang diterima bayi berkurang. Sebaliknya jika makanan pendamping diberikan terlambat (melewati usia 6 bulan) maka bayi akan mengalami kekurangan zat gizi terutama energi dan protein juga zat besi. (Sulistyoningsih, 2012; h. 165-166) Menurut Notoatmodjo pengetahuan sangat mendasari terbentuknya tindakan seseorang, karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif akan lebih langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran (Notoatmodjo, 2007; h.143). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:56-64 ISSN 2356-3087 untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. (Notoatmodjo, 2007; h.147) Hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Februari 2013 dengan metode wawancara terhadap 10 ibu menyusui bayi usia 6 -12 bulan di Puskesmas Bandarharjo Semarang, didapatkan 7 dari 10 responden (70%) mengatakan bahwa ibu memberikan makanan pendamping ASI seperti nasi tim tanpa saring pada bayi berusia 6 bulan. Hal ini dikarenakan adanya anggapan ASI saja tidak cukup untuk kebutuhan bayinya dan banyak ibu yang mengikuti pengalaman orang tua dari 7 responden tersebut, 3 orang menyatakan anaknya sering mengalami diare. 1 dari 10 responden (10%) mengatakan bahwa ibu memberikan anaknya makanan tambahan sesuai yang diberikan oleh bidan dengan anak berumur 6 bulan diberikan bubur susu, 2 dari 10 responden (20%) mengatakan bahwa ibu memberikan bubur saja pada bayi usia 12 bulan, ini dikarenakan adanya anggapan bayi belum keluar gigi sehingga ibu tidak tega memberikan nasi tim. Dari uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan dan sikap Ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan tentang makanan pendamping ASI di Puskesmas Bandarharjo Semarang”. Tujuan Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan tentang makanan pendamping ASI Di Puskesmas Bandarharjo Semarang. Tujuan Khusus a. Menggambarkan tingkat pengetahuan ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan tentang makanan pendamping ASI di Puskesmas Bandarharjo Semarang. b. Menggambarkan sikap ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan tentang makanan pendamping ASI di Puskesmas Bandarharjo Semarang. METODE PENELITIAN Desain penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005; h. 138). Desain dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi dalam kurun waktu yang sama (Notoatmodjo, 2009; h.26). Penelitian ini mendeskripsikan Tingkat pengetahuan dan sikap ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Bandarharjo terhadap makanan pendamping ASI. Populasi, Sampel, dan Sampling Populasi dalam penelitian ini diambil dari ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan, pada bulan Maret 2013 di Puskesmas Bandarharjo Semarang yang berjumlah 699 orang. Pada penelitian ini besar sampel yang telah ditetapkan didapatkan dari hasil perhitungan adalah sejumlah 88 responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobability sampling, secara Sampling Kuota adalah teknik menentukan sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Teknik Sampling dalam penelitian ini akan dilakukan selama 1 bulan dengan menggunakan 88 Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Bayi …. (M. Kusumastuty,dkk) 59 ISSN 2356-3087 responden sebagai sampel yaitu ibu menyusui 6-12 bulan yang datang dalam acara posyandu masing-masing kelurahan yang dibagi secara rata di 4 kelurahan wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Variabel penelitian ini terdapat 2 variabel bebas (independent) adalah tingkat pengetahuan dan sikap ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan tentang makanan pendamping ASI. Secara operasional, variabel tersebut didefinisikan dan diukur dengan cara sebagai berikut tingkat pengetahuan ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan tentang MPASI yaitu kemampuan responden dalam menjawab pernyataan. Alat ukur menggunakan kuesioner dengan jumlah pertanyaan 20 soal yang terdapat dua alternatif jawaban yaitu betul dan salah. Jika pernyataan favorable maka jawaban B nilai 1 dan S nilai 0, dan jika pernyataan unfavorable maka jawaban B nilai 0 dan S nilai 1. Kategori jawaban baik : 76-100% (menjawab pernyataan benar 15-20 soal), cukup:56-75% (menjawab pernyataan benar 12-14 soal), kurang : <56% (menjawab pernyataan benar 0-11 soal). Skala yang digunakan adalah ordinal. Untuk variabel Sikap ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan tentang MP-ASI adalah Suatu stimulus Ibu menyusui 6-12 bulan terhadap rangsangan tertutup tentang MP-ASI. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan jumlah pertanyaan 10 soal. Dengan pernyataan favorable maka jawaban SS nilai 4, S nilai 3, TS nilai 2, STS nilai 1. Pernyataan Unfaforable maka jawaban SS nilai 1, S nilai 2, TS nilai 3, STS nilai 4. Kategori nilai jika sikap positif bila responden memenuhi skor t ≥ t mean, sikap negatif bila responden tidak memenuhi skor t < t mean. Skala yang digunakan adalah nominal. Untuk masing-masing pertanyaan pada kuisioner pada kedua variabel tersebut diatas adalah tentang MP-ASI antara lain pengertian MP-ASI, tujuan MP-ASI, syaratsyarat MP-ASI, pemberian makanan padat pertama bayi, macam-macam makanan bayi, cara pengelolaan makanan bayi, jadwal pemberian makan bayi usia 0-12 60 bulan, contoh menu makanan pada bayi usia 6-12 bulan, faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian makanan pada bayi, kerugian pemberian mp-ASI tidak tepat waktu. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara menyebarkan kuesioner yang berisi lembar identitas, kuesioner tentang pengetahuan tentang pemberian makanan pendamping ASI dini dan sikap ibu menyusui 6-12 bulan tentang makanan pendamping ASI yang di berikan kepada responden yaitu ibu menyusui 6-12 bulan yang berkunjung di masing-masing posyandu kelurahan wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo pada saat penelitian. No Pengetahuan ibu 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang Jumlah Fre kuensi 35 38 15 88 Persen tase 39,77 43,18 17,05 100 Metode Analisis Data Dari data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis univariat pada kedua variabel yaitu tingkat pengetahuan ibu menyusui 6-12 bulan tentang makanan pendamping ASI yang dikategorikan menjadi baik (76-100% dari skor total), cukup (56-75% dari skor total), kurang (<56% dari skor total) dan Sikap ibu menyusui 6-12 bulan terhadap makanan pendamping ASI variabel tersebut dikategorikan menjadi positif (t ≥ t mean) dan negatif (t < t mean). Data dianalisa secara deskriptif (univariat) dengan mengggunakan distribusi dan prosentase. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, sebagaimana diuraikan secara ringkas di bawah ini. Tabel 1 menyajikan data tentang tingkat pengetahuan ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan tentang makanan pendamping ASI. Tabel 2 menyajikan data tentang sikap ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan tentang makanan pendamping ASI. Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:56-64 ISSN 2356-3087 Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Bayi Usia 6-12 Bulan tentang Makanan Pendamping ASI di Puskesmas Bandarharjo Semarang N Pengetahu Frekuen Persen o an ibu si tase 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang Jumlah 35 38 15 88 39,77 43,18 17,05 100 Berdasarkan tabel 1 tersebut diatas maka dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Bandarharjo mempunyai pengetahuan yang cukup tentang makanan pendamping ASI sebanyak 38 responden (43,18%) Tabel 2 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Menyusui Bayi Usia 6-12 Bulan tentang Makanan Pendamping ASI di Puskesmas Bandarharjo Semarang No Sikap ibu 1. Positif 2. Negatif Jumlah Frekuensi 57 31 88 Persen tase 64,77 35,23 100 Berdasarkan Tabel 4.2.4 tersebut diatas maka dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Bandarharjo Semarang mempunyai sikap positif terhadap Makanan Pendamping ASI sebanyak 57 responden (64,77%). Pembahasan Dari hasil penelitian dapat dilihat berdasarkan tingkat pengetahuan ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan tentang makanan pendamping ASI, mayoritas responden memiliki pengetahuan yang cukup. Dari pengetahuan yang cukup tersebut masih ada hal yang belum dijawab dengan benar, dibuktikan dalam tabel 4.2.1 dari jawaban yang telah dikerjakan responden jawaban benar paling sedikit dijawab oleh responden yaitu hanya 33 responden (37,5%), soal tersebut mengulas mengenai porsi pemberian MP-ASI pada bayi usia 7 bulan, dan mengenai psikologi ibu saat memberikan MP-ASI pada bayi yang menjawab benar hanya 35 reponden (39,8%). Hal ini membuktikan bahwa pemahaman ibu tentang MP-ASI pada bayinya masih kurang baik, sehingga banyak ibu yang memberikan MP-ASI tidak sesuai dengan anjuran kesehatan, sehingga masih perlu ditingkatkan pengetahuan mengenai MP-ASI secara benar. Menurut Benyamin Bloom (1908), pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003; h. 126). Pengetahuan sangat mendasari terbentuknya tindakan seseorang, karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif akan lebih langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran (Notoatmodjo, 2007; h.143). Makanan pendamping air susu ibu yang sering disingkat dengan MP-ASI diberikan bayi setelah bayi berusia 6 bulan. Bayi sesudah usia 6 bulan, ASI saja tidak cukup. Bayi diatas 6 bulan diperlukan makanan selain ASI. MP-ASI harus mengandung zat gizi sesuai dengan kebutuhan (Siswanto, 2010;h. 138). Salah satu faktor yang membuat ibu tidak memberikan MP-ASI sesuai dengan teori yaitu tepat umur dan jenisnya karena kurangnya kesadaran ataupun pengetahuan para ibu terhadap pemberian makanan pada anaknya. Atau bisa jadi karena ibu mendapat pengetahuan yang tidak benar tetapi lebih berkesan sehingga ibu lebih mempercayai pengetahuan itu, semisal ibu melihat promo makanan bayi di televisi. Setelah melihat ibu tertarik untuk mencoba pada anaknya. Dari hasil penelitian terhadap sikap ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan tentang makanan pendamping ASI, mayoritas ibu memiliki sikap yang positif. Dari sikap yang positif tersebut masih ada pernyataan yang negatif, dibuktikan Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Bayi …. (M. Kusumastuty,dkk) 61 ISSN 2356-3087 dalam tabel 4.2.3 dari jawaban yang telah dikerjakan responden jawaban yang benar paling sedikit dijawab oleh responden yaitu hanya 226 (64,2%), soal tersebut mengulas mengenai tujuan MP-ASI, dan mengenai pengertian MP-ASI yang menjawab benar hanya 227 (64,5%). Dengan pernyataan negatif tersebut dapat menyebabkan kesalahan dalam pemberian makanan pendamping ASI. Menurut Azwar (2011;h.5) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah peran perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Menurut Newcomb (Notoatmodjo, 2007; h.147) sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sebagaimana pernyataan Azwar banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, diantaranya pengalaman pribadi, kebudayaan, orang yang dianggap penting, media massa, lembaga-lembaga pendidikan, agama dan kesehatan dan faktor emosional. Dari sikap yang positif ,hal ini dapat menunjukkan bahwa ada faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap suatu objek tertentu. Dari hasil penelitian bahwa sikap yang positif menggambarkan bahwa sikap yang tidak didasari pengetahuan yang baik tidak akan mudah merubah perilaku seseorang terhadap suatu objek dengan data yang didapat dari Puskesmas Bandarharjo Semarang kejadian gizi buruk 9 bayi usia kurang dari 1 tahun dan kejadian diare 7,5% di Kota Semarang. Demikian juga dengan anjuran pemberian MP-ASI yaitu tepat umur dan jenisnya, untuk dapat dilaksanakan sesuai anjuran. menunjukkan responden mempunyai sikap positif Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan dan sikap ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan tentang makanan pendamping ASI di Puskesmas Bandarharjo Semarang, maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah: 1. Ibu Menyusui Diharapkan dengan pengetahuan yang cukup, ibu menyusui dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan menjadi yang lebih baik, dengan cara mencari informasi dari sumber lain, bukan hanya dari penyuluhan, misalnya membaca buku tentang jadwal dan jenis pemberian MP-ASI yang tepat dan menerapkan hasil penelitian sikap ibu yang positif dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga sendiri ataupun dalam memotivasi orang lain. 2. Tenaga Kesehatan Berdasarkan hasil penelitian ini maka diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk dapat memberikan sosialisasi kepada ibu yang mempunyai bayi usia 6 -12 bulan dalam memberikan makanan pendamping ASI yang tepat dan sesuai dengan jenis dan umur dari bayi sehingga pemenuhan akan gizi bayi dengan MP ASI tersebut benar – benar tercapai dengan melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan seputar makanan pendamping ASI. 3. Peneliti Selanjutnya Dalam peneiti ini masih menggunakan penelitian deskriptif maka disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih mendalam dan luas lagi tentang makanan pendamping ASI yang bisa mengarah ke hubungan. DAFTAR PUSTAKA SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebagian besar pengetahuan ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Bandarharjo Semarang menunjukkan responden memiliki tingkat pengetahuan cukup. Sebagian besar sikap ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Bandarharjo Semarang 62 Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendakatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. _______, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendakatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:56-64 ISSN 2356-3087 Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Azwar, Saifuddin. 2011.Sikap Manusia Teori dan Pengukuranya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Budiarto, E. 2002. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Budiman, Agus Riyanto. 2013. Kapita Selekta Kuesioner:Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Depkes RI.2006. Pedoman umum pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) Lokal. Jakarta:Ditjen Bina kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi masyarakat. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta : Salamba Medika. _______, 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salamba Medika. Nutrisiani, Febrika. 2010. Hubungan Pemberian Mp-ASI pada Anak Usia 6-12 Bulan dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Gubug kabupaten Grobogan. Tugas Akhir DIV Universitas Sebelas Maret Prasetyono, Dwi Sunar. 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif. Jogjakarta: DIVA press. Februhartanty, Judhiastuti. 2009. ASI Dari Ayah untuk Ibu dan Bayi. Jakarta: Semesta Media. Prihandini. 2009. Cara Pintar Merawat Bayi dan Balita. Yogyakarta: Genius Publisher. Hidayat, Proverawati, Atikah. 2010. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Aziz Alimul. 2009. Metode penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Krisnatuti, Diah. 2008. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta: Puspa Swara. Kurniasih, Dedeh. 2010. Sehat & Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: PT. Penerbit Sarana Bobo Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. _______, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta. _______, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nugroho, Taufan. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika. Siswanto, Hadi. 2010. Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta. _______, 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV Alafabeta. _______, 2011. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta. Sulistyoningsih, Hariyani. 2012. Gizi untuk kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta :Graha Ilmu Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Bayi …. (M. Kusumastuty,dkk) 63 ISSN 2356-3087 Wawan, A. Dewi, M. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI. Yogyakarta: ANDI 64 Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:56-64 ISSN 2356-3087 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN DENGAN SIKAP TERHADAP KUNJUNGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG Oleh D.W. Sari1I. Sulistyowati2, C. Zulaika2, dan 1 2 Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada ABSTRAK Antenatal Care atau pemeriksaan kehamilan adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan. Selain itu pemeriksaan kehamilan merupakan perawatan yang diberikan pada ibu hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya. Pada tahun 2012,dari jumlah 469 ibu hamil, hanya 37.8% yang mampu melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standart minimal di Puskesmas Purwoyoso Kota semarang. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan dengan sikap terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah studi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Purwoyoso dengan sampel sebanyak 55 ibu hamil. Pengambilan sampel menggunakan metode quota sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Menggunakan analisa data chi square. Hasil penelitian ini adalah responden yang berpengetahuan cukup memiliki 13 sikap setuju dan 3 sikap tidak setuju sedangkan responden yang berpengetahuan baik memiliki 31 sikap setuju dan 8 sikap tidak setuju. Disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan dengan sikap terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan yang dinyatakan dengan signifikansi 1,000 lebih besar dari nilai α = 0,05 (1,000 > 0,05), maka Ha ditolak. Bagi petugas kesehatan khususnya bidan untuk meningkatkan pelayanan kepada ibu hamil serta pemberian informasi kesehatan melalui komunikasi, informasi, dan edukasi secara benar dan berkesinambungan tentang pemeriksaan kehamilan yang berguna untuk pemantauan kesehatan ibu dan bayi Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Pemeriksaan Kehamilan, Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan …. (D.W. Sari1, dkk) 65 ISSN 2356-3087 ABSTRACT Antenatal Care or prenatal care is a program that is planned in the form of observation, education, and medical treatment to pregnant women, to obtain a process of pregnancy and childbirth are safe and satisfying. Besides prenatal care is care given to pregnant women before birth, which is useful to facilitate the healthy and positive outcomes for pregnant women and their babies. In 2012, of the amount of 469 pregnant women, only 37.8% were able to do prenatal care visits in accordance with the minimum standards at PHC Purwoyoso Semarang City. Purpose of this study was to analyze the relationship between the level of knowledge about the antenatal care of pregnant women with antenatal care attitude towards the visit in the region Purwoyoso Semarang City Health Center. Design research is a correlation study with cross sectional approach. Respondents in this study were pregnant women in Puskesmas Purwoyoso with a sample of 55 pregnant women. Sampling using quota sampling method. The instrument used was a questionnaire. Using the chi-square analysis of the data. Results of this research was the respondents were knowledgeable enough to have 13 3-attitude attitude agree and disagree, while respondents who are knowledgeable both have 31 and 8 attitude attitude to agree to disagree. It was concluded that there was no relationship between the level of knowledge about the antenatal care of pregnant women with attitudes toward prenatal care visits are expressed with 1.000 significance is greater than the value of α = 0.05 (1.000> 0.05), then Ha is rejected. For health workers, especially midwives to improve services to pregnant women and the provision of health information through communication, information and education about the proper and continuous prenatal care are useful for monitoring the health of mother and baby . Keywords : Knowledge , Attitude , Inspection Pregnancy , Pregnancy Inspection Visits . 66 Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:65-73 ISSN 2356-3087 PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi, 228 per 100.000 kelahiran hidup (KH). Sedangkan target MDGs (Millenium Development Goals) pada tahun 2015 AKI akan diturunkan menjadi 102 per 100.000 KH. Angka Kematian Ibu (AKI) senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Sedangkan AKI Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 116,01/100.000 KH. Dalam menghadapi masalah tersebut salah satu upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan dalam rangka mempercepat penurunan AKI adalah mendekatkan pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal (Dinas Kesehatan Jawa Tengah,2011;h.12-13, 16). Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni yang langsung disebabkan oleh komplikasi-komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, dan sebab-sebab yang lain seperti penyakit jantung, kanker, dan sebagainya (Prawirohardjo,2009,h.7). Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4 “terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2 tahun) (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2011). Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari fase fertilitas hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan berlangsung dalam tiga trimester, trimester satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo,2009;h.213). Sebagian besar kematian pada ibu hamil sebenarnya dapat dicegah dengan memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas yang baik dan selamat serta menghasilkan bayi yang sehat, dan pada akhirnya dapat menurunkan AKI. Pelayanan antenatal dengan standar pemeriksaan berulang (kunjungan pertama segera setelah merasakan tanda-tanda kehamilankunjungan ke empat yang dilakukan pada kehamilan trimester tiga) merupakan komponen pelayanan kesehatan ibu hamil yang penting karena bila timbul gangguan kesehatan sedini mungkin dapat dikendalikan, sehingga dilakukan perawatan yang dapat dan tepat dengan standart “14T”. Pelayanan pemeriksaan kehamilan yang terdiri dari, (1) Ukur tinggi badan atau berat badan, (2) ukur tekanan darah, (3) ukur tinggi fundus uteri, (4) pemberian imunisasi TT, (5) pemberian tablet zat besi (minimal 90 tablet) selama kehamilan, (6) test terhadap penyakit menular sexual/Venereal Disease Research Laboratory (VDRL), (7) temu wicara/ konseling, (8) tes/ pemeriksaan Hb, (9) tes/ pemeriksaan urin protein,(10) tes reduksi urin, (11) perawatan payudara (tekan pijat payudara), (12) pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil), (13) terapi yodium kapsul (khusus daerah endemik gondok), (14) terapi obat malaria (Pantikawati,2010;h.10). Pengertian Antenatal Care (ANC) atau pemeriksaan kehamilan adalah suatu Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan …. (D.W. Sari1, dkk) 67 ISSN 2356-3087 program yang terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan. Selain itu pemeriksaan kehamilan merupakan perawatan yang diberikan pada ibu hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan alasan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan. Asuhan yang ditujukan kepada ibu hamil, yang bukan saja bila ibu sakit dan memerlukan asuhan, tetapi juga pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar tidak terjadi kelainan sehingga mendapatkan ibu dan anak yang sehat (Mufdlilah,2011;h.9,h.23). Dalam Profil Kesehatan Kota Semarang tahun 2011 menunjukkan angka cakupan K-4 ibu hamil; 93% sedangkan target MDG’s 2015 cakupan 98,48% (Dinas Kesehatan Kota Semarang 2011). Sedangkan dari rekap laporan Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2012, akses K1 menunjukkan angka 78,03 % dari total data kumulatif 106,41 % dengan jumlah ibu hamil 924 orang, K1 murni menunjukkan angka 77,81 % dari jumlah data kumulatif 77,24 % dengan jumlah ibu hamil; 924 orang. K4 menunjukkan angka 73,05 % dari jumlah data kumulatif 98,12 % dengan jumlah ibu hamil 924 orang (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2012; h.23). Sudah nampak peningkatan kunjungan K-4 dari tahun 2011 ke tahun 2012, namun pada tahun 2012 tetap terjadi penurunan yang tampak pada K-1 dan K-4 yang masih jauh dari jumlah ibu hamil yang terdaftar. Dari data Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang di dapatkan data bahwa adanya naik turunnya kunjungan ANC dari K1-K4, pada tahun 2011 jumlah ibu yang melakukan K-1 sebanyak 673 orang, K-2 sebanyak 672 orang, sedangkan K-3 sebanyak 634 orang serta pada K-4 ada 647 orang, dibandingkan pada tahun 2012 yang melakukan K-1 ada 679 orang,K-2 ada 673 orang,K-3 ada 679 orang, serta K4 ada 637 orang (Puskesmas Purwoyoso 68 Kota Semarang), nampak perbedaan pada setiap kunjungan khususnya pada K-4 yang belum diketahui pasti penyebabnya. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada bulan Maret 2013 dengan metode wawancara terhadap 10 ibu hamil di wilayah Puskesmas Purwoyoso kota Semarang, didapatkan 7 dari 10 responden (70%) mengatakan bahwa tidak melakukan ANC sesuai jadwal (sesuai pesan dari bidan pada saat kunjungan sebelumnya). Hal ini dikarenakan adanya anggapan, diantaranya pemeriksaan kehamilan kurang penting selama mereka tidak mengalami gangguan yang berlebih, kesibukan pekerjaan, jarak rumah ke puskesmas yang jauh. Ada beberapa faktor penyebab mengapa ibu hamil kurang termotivasi dalam melakukan pemeriksaan kehamilan antara lain: kurangnya pengetahuan ibu tentang pemeriksaan kehamilan, kesibukan, tingkat sosial ekonomi yang rendah, dukungan suami yang kurang, kurangnya kemudahan untuk pelayanan maternal, asuhan medik yang kurang dimengerti ibu, kurangnya tenaga terlatih (Prawirohardjo,2006;h.90). Sikap merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan halhal yang positif atau negatif terhadap obyek sikap (Wawan,2010;h.36-37). Hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada bulan Maret 2013 dengan metode wawancara terhadap 10 ibu hamil di wilayah Puskesmas Purwoyoso kota Semarang, didapatkan beberapa alasan yang membuat sebagian ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur (pada kehamilan normal, direkomendasikan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali kunjungan selama kehamilannya), antara lain pengalaman pribadi yang meninggalkan kesan yang kuat, serta pengaruh orang lain yang dianggap penting. Besarnya pengaruh kebudayaan yang menanamkan pengaruh sikap, media massa yang obyektif, lembaga pendidikan dan lembaga agama juga dapat menentukan sistem kepercayaan, faktor Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:65-73 ISSN 2356-3087 emosional dari ibu sendiri sebagai pengalih bentuk mekanisme ego. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Kehamilan dengan Sikap Terhadap Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang” Perumusan Masalah Pelayanan antenatal merupakan pelayanan yang diterima wanita selama kehamilan dan sangat penting dalam membantu memastikan bahwa ibu dan janin selamat dalam kehamilan dan persalinan (Mufdillah,2009;h.1). Salah satu masalah yang menonjol adalah rendahnya kesadaran ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke sarana pelayanan kesehatan yang ada Untuk itu penelitian akan merumuskan masalah sebagai berikut. “Apakah ada hubungan pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan dengan sikap terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang ?. Tujuan Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan dengan sikap terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang. b. Mengetahui gambaran sikap ibu hamil terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang. c. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan dengan sikap terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi korelasi,dengan survey analitik merupakan suatu penelitian yang mencoba mengetahui mengapa masalah kesehatan tersebut bisa terjadi, kemudian melakukan analisis hubungan antara faktor resiko (faktor yang mempengaruhi efek) dengan faktor efek (faktor yang dipengaruhi oleh risiko) (Riyanto,2011;h.28). Penelitian ini untuk melakukan analisis korelasi antara faktor-faktor sikap dan efek, dengan penelitian observasi secara survey analitik dengan pendekatan “Cross sectional” dimana variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dilakukan pada saat yang bersamaan. Populasi, Sampel, dan Sampling Populasi merupakan seluruh subjek (manusia, binatang percobaan, data laboratorium,dll) yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang ditentukan (Riyanto,2011;h.89). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu hamil yang terdaftar di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang bulan JanuariJuni 2013 populasi penelitian ini sebanyak 120 orang (dari rekap data Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang). Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili atau representative populasi (Riyanto,2011;h.90). Karena jumlah populasi kurang dari 10.000 maka besar sampel menggunakan rumus: Keterangan: N : Besar populasi n : Besar sampel d : Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan Sehingga besar sampel yang digunakan untuk penelitian ini dapat dihitung dengan cara: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan …. (D.W. Sari1, dkk) 69 ISSN 2356-3087 dibulatkan menjadi 55 Dari rumus diatas dengan jumlah populasi 120 ibu hamil, maka didapatkan sampel sebanyak 55 ibu hamil di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling merupakan pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara jatah. Dalam penelitian ini peneliti akan menerapkan cara quota sampling dengan cara mencari responden yang pada saat penelitian ditemui melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang, dengan jumlah sesuai kuota yaitu 55 responden. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan dengan sikap terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan. Secara operasional, variabel tersebut didefinisikan dan diukur dengan cara sebagai berikut. Pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan adalah Kemampuan ibu untuk menjawab berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan pemeriksaan kehamilan yang meliputi :pengertian ANC, tujuan ANC, manfaat ANC, pelayanan ANC, standar minimal kunjungan ANC, pengertian kunjungan ANC, macam-macam kunjungan ANC, Jadwal kunjungan. Sikap 70 ibu hamil terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan adalah Kemampuan ibu hamil untuk menentukan tindakan positif atau negative pernyataan yang berkaitan dengan sikap terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk mengukur pengetahuan adalah kuesioner atau daftar pertanyaan terstruktur yang bersifat tertutup berisi daftar pertanyaan pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan dengan jumlah 15 pernyataan yang terdiri dari 9 pernyataan favorable (benar) dan 6 pernyataan unfavorable (salah). Sedangkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur sikap adalah kuesioner dengan jumlah 10 pernyataan yang terdiri dari 5 pernyataan favorable (benar) dan 5 pernyataan unfavorable (salah) Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Kuesioner yang disebarkan adalah yang berhubungan dengan pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan dimana daftar pertanyaan meliputi pengertian ANC, tujuan ANC, manfaat ANC, pelayanan ANC, standar minimal kunjungan ANC, pengertian kunjungan ANC, macam-macam kunjungan ANC, Jadwal kunjungan. Dan pertanyaan tentang Sikap ibu hamil terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan adalah Kemampuan ibu hamil untuk menentukan tindakan positif atau negative pernyataan yang berkaitan dengan sikap terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan Metode Analisis Data Dari data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis univariat yaitu dilakukan terhadap variabel pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan dan variabel sikap terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan. Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Hasil persentase dari tiap variabel tersebut disusun dalam bentuk tabel univariat yaitu suatu tabel yang menggambarkan penyajian data untuk tiap variabel saja (Budiarto, 2002; h. 37). Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:65-73 ISSN 2356-3087 Selain itu juga dilakukan Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, apakah variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan atau hanya hubungan secara kebetulan (Riyanto,2011;h.190). Dalam penelitian ini variabel yang dihubungkan adalah tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan dengan sikap terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan. Karena data yang diolah berupa data ordinal dan nominal, maka analisis data ini dapat diuji menggunakan rumus Chi Square, yaitu teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas dimana data berbentuk nominal dan sampelnya besar. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tingkat pengetahuan ibu tentang pemeriksaan kehamilan dilihat pada tabel berikut: hamil dapat Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang. Kriteria Baik Cukup Kurang Jumlah Frekuensi (f) 39 16 0 55 Presentase (%) 70,91 % 29,09 % 0% 100% Berdasarkan penelitian tidak ditemukan responden dengan pengetahuan kurang, sehingga peneliti hanya menuliskan kriteria pengetahuan baik, dan cukup pada tabel distribusi frekuensi. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang. Kriteria Frekuensi Presentase (f) (%) Baik 39 70,91 % Cukup 16 29,09% Jumlah 55 100% Sumber : Data Primer Juni 2013 di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang Dari tabel 4.2 didapatkan mayoritas responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang pemeriksaan kehamilan yaitu sebanyak 39 responden (70,91%). Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang Kriteria Frekuensi Presentase (f) (%) Setuju 44 80% Tidak Setuju 11 20% Jumlah 55 100% Sumber : Data Primer Juni 2013 di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang Dari tabel 4.3 sebagian besar responden mempunyai sikap setuju terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan yaitu sebanyak 44 responden (80%) Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan dengan sikap terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang digunakan uji statistik Chi Square. Uji Chi square yang dilakukan untuk mencari hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan dengan sikap terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan di wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang ini menggunakan analisis Statistical Product And Service Solution (SPSS) versi 16.0. Diperoleh hasil perhitungan uji chi square dari table 3x2 setelah dilakukan penggabungan pada sel pengetahuan cukup dan kurang, sehingga menjadi table 2x2, diolah keludian hasilnya terdapat sel dengan nilai ekspektasi kurang dari 5 yaitu untuk kategori tingkat pengetahuan kurang dengan nilai ekspektasi 0 pada kategori sikap tehadap kunjungan pemeriksaan kehamilan, sehingga dibaca dengan menggunakan uji fisher. Hasil penggabungan didapatkan p value (1.000) dari uji fisher (uji alternatif karena syarat untuk menggunakan uji chi square tidak terpenuhi ada 1 sell pada tabel kurang dari 5) sebesar 1,000 lebih besar dari nilai α = 0,05 (1,000 > 0,05), maka dapat diketahui 1.000>0.05, maka Ho Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan …. (D.W. Sari1, dkk) 71 ISSN 2356-3087 diterima, itu artinya tidak ada hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan dengan sikap terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang. Pembahasan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan dengan sikap terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan di Wilayah Puskesmas Purwoyoso kota Semarang. Menurut Wawan, sikap mengandung tiga komponen yang membentuk sikap yaitu komponen kognitif (pengetahuan, pandangan, dan keyakinan), komponen afektif (komponen emosional), dan komponen konatif (komponen perilaku, atau action component) (2010:h.32). Faktor yang paling mudah mempengaruhi pengetahuan ibu hamil yang dapat mempengaruhi sikapnya yaitu yang dilakukan oleh orang-orang yang dianggap penting (keluarga, mertua, maupun orang yang sebelumnya pernah mengalaminya), faktor lain yang juga dapat mempengaruhi responden yaitu responden merasa kesulitan untuk melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan karena situasi dan kondisi yang kurang mendukung seperti kondisi kesehatannya yang dianggap masih sehat, sehingga beranggapan bahwa dirinya tidak perlu melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan sesuai jadwalnya, serta situasi dan kondisi keuangan keluarga yang kurang pasti. Pengetahuan merupakan komponen pembentuk sikap akan tetapi bukan satusatunya komponen pembentuk sikap. Jadi, diperlukan juga komponen lain yaitu komponen emosional dan komponen perilaku. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki dasar pengetahuan terhadap suatu hal, dalam hal ini adalah pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan tidak selalu memiliki sikap yang sesuai dengan tingkat pengetahuannya tersebut 72 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan pada BAB IV, maka dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Sebagian besar ibu hamil mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang pemeriksaan kehamilan. b. Sebagian besar ibu hamil mempunyai sikap setuju terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan. c. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan dengan sikap terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang. Saran Sehubungan dengan temuan yang telah diuraikan, maka terdapat beberapa saran sebagai berikut : a. Bagi Petugas Kesehatan, Diharapkan para tenaga kesehatan, khususnya bidan untuk meningkatkan pelayanan kepada ibu hamil serta pemberian informasi kesehatan melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) secara benar dan berkesinambungan tentang pemeriksaan kehamilan dengan memberikan informasi, terutama kunjungan pemeriksaan kehamilan yang berguna untuk pemantauan kesehatan ibu dan bayi. b. Bagi Masyarakat, Diharapkan masyarakat khususnya ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan dan dapat melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standart minimal bahkan lebih. Sehingga bila timbul gangguan kesehatan sedini mungkin dapat dikendalikan,dan dilakukan perawatan yang tepat. c. Bagi Peneliti Selanjutnya, Diharapkan mampu menjadi referensi bahan pustaka dan bahan kajian bagi pembaca, khususnya bagi peneliti selanjutnya. Sehingga diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat mengemukakan faktor lain atau penyebab lain yang juga dapat mempengaruhi ibu hamil dalam Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:65-73 ISSN 2356-3087 melakukan kehamilan standart. kunjungan pemeriksaan secara teratur sesuai DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian. Jakarta: Mahastya. Prosedur PT Asdi Azwar. 2012. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, Saifudin. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pantikawati, I. 2010. Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Yogyakarta: Nuha Medika. Prasetyawati, Arsita Eka. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Millenium Development Goals (MDGs). Yogyakarta: Nuha Medika. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP. __________, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP. E. 2010. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Riyanto, Agus. 2010. Pengolahan Dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. DKK Semarang. 2010. Profil Kesehatan 2010. Semarang: DinKes. __________. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Budiarto, ___________. 2011. Profil Kesehatan 2011. Semarang: DinKes. Hidayat, A. 2009. Metode penelitian kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba medika. MenKes RI. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta: MenKes RI. Mufdlilah. 2009. Antenatal Care Focus. Yogyakarta: Nuha Medika. Notoatmodjo. 2010. Metodelogi penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Citra. Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Yogyakarta: ANDI. Sosial. Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika. Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metode penelitian Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Rineka Cipta. __________. 2010. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba medika. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan …. (D.W. Sari1, dkk) 73 ISSN 2356-3087 HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG METODE KONTRASEPSI PRIA DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI PRIA PADA PUS DI KECAMATAN PAGERUYUNG KABUPATEN KENDAL Oleh I. Sulistyowati1, D. Margarisa1, dan O. I. Pratiwi2 1 2 Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada ABSTRAK Rendahnya kesertaan pria dalam ber-KB di pengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya rendahnya pengetahuan tentang KB pria. Data dari SDKI tahun 2007 kesertaan pria ber-KB masih rendah yaitu kondom 1,3% dan vasektomi 0,2%. Dari 20 Kecamatan di Kabupaten Kendal, di Kecamatan Pageruyung angka peserta KB aktif pria tergolong paling rendah dibanding dengan kecamatan yang lain. Jumlah PUS pada tahun 2012 berjumlah 7.889, yang menggunakan Kondom sebanyak 4 orang dan MOP 33 orang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendiskripsikan pengetahuan dan penggunaan metode kontrasepsi pria pada PUS, mengetahui hubungan pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria dengan penggunaan metode kontrasepsi pria pada PUS di Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal. Jenis penelitian ini adalah studi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua PUS yang ada di Wilayah Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal pada bulan Maret sampai Agustus 2013 sebanyak 7889 PUS, sampel yang digunakan adalah 99 suami yang ada di Kecamatan Pageruyung. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisa hubungan 2 variabel menggunakan uji Chi-Square. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 50 responden (50,5%) berpengetahuan cukup dan 62 responden (62,6%) tidak menggunakan metode kontrasepsi pria. Berdasarkan hasil uji chi square dengan metode SPSS 16.0 perolehan hasil yang dilakukan dari penggabungan kategori pengetahuan kurang dan cukup menjadi tabel 2x2 tidak terdapat nilai expected count yang kurang dari 5 maka uji chi square yang digunakan adalah Continuity Cprrection. Pada uji tersebut didapatkan hasil out put nilai value = 0,000 dengan α 0,05 (5%) maka nilai < α sehingga Ha diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria dengan penggunaan metode kontrasepsi pria pada pria. Saran yang dapat diberikan yaitu diharapkan para petugas kesehatan khususnya KB untuk selalu memberikan informasi kesehatan tentang KB secara berkesinambungan karena masih banyak responden yang tidak menggunakan metode kontrasepsi pria dan menjawab pernyataan salah tentang keuntungan vasektomi, informasi tersebut dapat dilakukan saat pertemuan atau pembinaan di desa. Kata kunci : pengetahuan, penggunaan metode kontrasepsi pria 74 Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:74-82 ISSN 2356-3087 ABSTRACT The low participation of men in family planning is influenced by several factors, one of which is the lack of knowledge about the contraceptive methods of men. SDKI 2007 male participation in family planning is still low at 1.3% condom and vasectomy 0.2%. Of the 20 District in Kendal, in the District Pageruyung active male contraceptive methods use of men been modest compared with other districts. Total PUS in 2012 amounted to 7889, the use of condoms as many as 4 people and MOP 33 people. The purpose of this study is to describe the knowledge and use of contraceptive methods on PUS man, knowing the relationship of knowledge about methods of male contraception with male contraceptive method use on PUS in District Pageruyung Kendal. This research is a correlation study with cross sectional approach. The population is all that there is in the area of PUS Pageruyung District of Kendal in March until August 2013 as many as 7889 PUS, the sample used is 99 husbands in Sub Pageruyung. Collecting data using questionnaires. Analysis of the relationship two variables using Chi-Square test. The result showed that 50 respondents (50.5%) knowledgeable enough and 62 respondents (62.6%) did not use the method of male contraception. Based on the results of chi square test with SPSS 16.0 acquisition methods do result from merging category sufficient knowledge becomes less and 2x2 tables are not expected count value is less than 5, the chisquare test used was Continuity Cprrection. In the test results obtained output value value = 0.000 with α of 0.05 (5%) then the value of <α so that Ha is accepted. It can be concluded that there is a relationship between knowledge of male contraceptive methods with the use of the method of male contraception in men. Advice can be given that the expected health workers, especially birth to always provide health information about family planning on an ongoing basis because many respondents who did not use the method of male contraception and answer any statements about the advantages of vasectomy, the information can be made at a meeting or coaching in the village. Keywords : knowledge, the use of methods of male contraception. Hubungan Pengetahuan Tentang Metode Kontrasepsi Pria Dengan …. (I. Sulistyowati, dkk) 75 ISSN 2356-3087 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah peningkatan penduduk yang tinggi. Hasil sensus publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237 juta jiwa, terdiri atas 119.507.600 laki-laki dan 118.048.783 perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% per tahun (Sulistyawati, 2011; h. vii). Dilihat dari segi jumlah penduduk, Indonesia menduduki posisi nomor empat terbanyak di dunia setelah China (1,3 miliar), India (1,2 miliar) dan AS (315 juta) (BKKBN, 2009; h. 18). Sedangkan menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional jumlah penduduk ini akan terus meningkat mencapai 300 juta jiwa pada tahun 2015 (BKKBN, 2011; h. 18). Untuk menekan pertumbuhan penduduk maka Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menetapkan Visi yaitu “Penduduk Tumbuh Seimbang 2015”. Visi tersebut mengacu kepada fokus pembangungan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025. Berdasarkan Visi BKKBN tersebut, Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi menetapkan visi yaitu “Mewujudkan keluarga kecil dalam mencapai penduduk tumbuh seimbang 2015 ”. Dalam rangka mewujudkan visi di atas, misi Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana adalah mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera (Witjaksono, 2012; h. 10). Upaya dalam rangka mensukseskan visi dan misi salah satu masalah yang menonjol adalah rendahnya partisipasi pria/ suami dalam pelaksanaan program KB. Hal ini masih tercermin dari rendahnya kesertaan KB pada pria. Rendahnya kesertaan pria dalam ber-KB di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya (1) Rendahnya pengetahuan tentang KB pria, (2) Sikap dan kebutuhan yang diinginkan, (3) Terbatasnya sarana pelayanan KB pria, (4) Minimnya pilihan alat/ metode kontrasepsi bagi pria, (5) Rumor yang 76 beredar di masyarakat tentang kontrasepsi pria, (6) Keterbatasan informasi, (7) Sosial budaya, (8)Keluarga/ istri (BKKBN, 2006; h. 5-6). Data dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 bahwa kesertaan pria ber-KB masih rendah yaitu kondom 1,3% dan vasektomi 0,2%, sedangkan tarjet peserta KB pria sendiri yaitu 2,6 %, ini merupakan cerminan bahwa peran pria belum maksimal. Pria beranggapan vasektomi dianggap dapat mengurangi kemampuan seksual sedangkan kondom membuat hubungan seksual menjadi hambar (BKKBN, 2010; h. 9). Rendahnya partisipasi laki-laki terutama dalam praktek KB tersebut pada dasarnya tidak terlepas dari kebijakan program yang dilaksanakan selama ini lebih mengarah kepada perempuan sebagai sasaran (Sundari, 2010; h. 33). Menurut Sundari (2010; h. 33) partisipasi laki-laki dalam ber KB hingga saat ini masih rendah. Beberapa pria beranggapan menggunakan kondom mengurangi kenikmatan seksual, dan jika menggunakan vasektomi pria akan mengalami kecemasan dalam mempertahankan ereksi. Sebagian besar kecemasan mereka dikarenakan mitos bahwa vasektomi menyebabkan impotensi (Everett, 2007; h. 77). Dengan timbulnya berbagai rumor yang beredar di masyarakat tersebut menyebabkan pria enggan untuk menggunakan KB. Selain itu rendahnya partisipasi pria dalam program KB dipengaruhi juga oleh pengetahuan. Pada umumnya meningkatnya pengetahuan seseorang tentang alat/ cara KB akan diikuiti oleh makin tingginya tingkat pemakaian kontrasepsi (BKKBN, 2007; h. 2). Di wilayah kecamatan Pageruyung jumlah pasangan usia subur pada tahun 2012 berjumlah 7.889, jumlah PUS yang menggunakan KB ada 6.109 atau 77,44%. Dari seluruh peserta KB yang ada, pria yang menggunakan KB Kondom sebanyak 4 orang dan MOP sebanyak 33 orang. Sedangkan target peserta KB pria di kecamatan Pageruyung yaitu Kondom 4 orang dan MOP 41 orang. Meskipun target kondom sudah terpenuhi, namun untuk MOP belum memenuhi target. Jumlah pengguna kontrasepsi pria sendiri masih Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:74-82 ISSN 2356-3087 tergolong rendah dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya. Dari 20 Kecamatan di Kabupaten Kendal, di wilayah Kecamatan Pageruyung angka peserta KB aktif pria tergolong paling rendah dibanding dengan kecamatan yang lain. Di Kecamatan Pageruyung berada di urutan terendah pertama untuk penggunaan metode kontrasepsi pria dari 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Kendal (BKKBN Kabupaten Kendal, 2012). Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis telah melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan tentang Metode Kontrasepsi Pria dengan Pengguna Metode Kontrasepsi Pria pada PUS di Wilayah Kerja Puskesmas Pageruyung Kabupaten Kendal”. Perumusan Masalah Rendahnya partisipasi pria dalam program KB dipengaruhi juga oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari 20 Kecamatan di Kabupaten Kendal, di wilayah Kecamatan Pageruyung angka peserta KB aktif pria tergolong paling rendah dibanding dengan kecamatan yang lain. Di Kecamatan Pageruyung berada di urutan terendah pertama untuk penggunaan metode kontrasepsi pria dari 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Kendal, sehingga penulis dapat merumuskan masalah, “Apakah Ada Hubungan antara Pengetahuan tentang Metode Kontrasepsi Pria dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Pria pada PUS di Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal?”. Tujuan Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria dengan penggunaan metode kontrasepsi pria pada PUS di Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan PUS tentang metode kontrasepsi pria di Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal. b. Untuk mengetahui penggunaan metode kontrasepsi pria pada PUS di Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal. c. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria dengan penggunaan metode kontrasepsi pria pada PUS di Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal.ari. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan studi korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Menurut Notoatmodjo (2010; h. 47) studi korelasi merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan antara gejala satu dengan gejala yang lain, atau variabel satu dengan variabel yang lain. Cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat penelitian (Notoatmodjo, 2010; h. 37). Populasi, Sampel, dan Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PUS yang ada di wilayah Kecamatan Pageruyung. Berdasarkan data hasil survey pada bulan Maret - Agustus 2013 populasi penelitian ini yang tersebar di 14 desa di wilayah Kecamatan Pageruyung sebesar 7.889 PUS. Jumlah populasi kurang dari 10.000 maka besar sampel menggunakan rumus Solvin. Dari rumus Solvin dengan jumlah populasi 7889 PUS yang ada di wilayah Kecamatan Pageruyung, maka didapatkan sampel sebanyak 99 suami yang berada di wilayah Kecamatan Pageruyung. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling merupakan pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara jatah. Hubungan Pengetahuan Tentang Metode Kontrasepsi Pria Dengan …. (I. Sulistyowati, dkk) 77 ISSN 2356-3087 Pada penelitian ini peneliti mencari responden yang pada saat penelitian ada di rumah atau yang mudah ditemui dan bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal sampai jumlah sampel terpenuhi yaitu sebanyak 99 responden. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria dan penggunaan metode kontrasepsi pria pada PUS. Secara operasional, variabel tersebut didefinisikan dan diukur dengan cara sebagai berikut. Pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria adalah kemampuan PUS untuk menjawab berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan metode kontrasepsi pria, untuk kontrasepsi kondom meliputi pengertian kondom, macam-macam kondom, cara kerja kondom, efektifitas kondom, keuntungan kondom, kerugian kondom, penggunaan kondom; untuk kontrasepsi MOP meliputi pengertian MOP, dasar MOP, aspek yang perlu dipertimbangkan, syarat MOP, efektifitas MOP, kontra Indikasi, keuntungan MOP, kerugian MOP, informasi bagi klien, efek samping MOP. Untuk mengukur hal tersebut digunakan kuesioner, untuk variabel pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria dengan jumlah pertanyaan 20 soal. Pernyataan positif, skor 1 (satu) untuk jawaban benar, skor 0 (nol) untuk jawaban salah. Pernyataan negatif, skor 0 (nol) untuk jawaban benar, skor 1 (satu) untuk jawaban salah. Kategori jawaban adalah baik (76-100%), cukup (56-75%), dan kurang (<56%) (Nursalam, 2003:124). Skala yang digunakan adalah skala ordinal. Untuk variabel penggunaan metode kontrasepsi pria pada PUS terdiri dari 1 pertanyaan, dikategorikan menjadi dua, yaitu “Ya” (menggunakan) jika saat ini suami menggunakan motede kontrasepsi, dan “Tidak” (tidak menggunakan) jika saat ini suami tidak menggunakan metode kontrasepsi. Skala yang digunakan adalah skala nominal. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara menyebarkan kuesioner 78 kepada responden. Kuesioner yang disebarkan adalah yang berhubungan dengan metode kontrasepsi pria dimana daftar pertanyaan meliputi pengertian kondom, macam-macam kondom, cara kerja, efektifitas kondom, keuntungan kondom, kerugian kondom, penggunaan kondom, efek samping dan MOP tentang pengertian MOP, dasar MOP, aspek yang perlu dipertimbangkan, syarat MOP, efektifitas MOP, kontra Indikasi, keuntungan MOP, kerugian MOP, informasi bagi klien, efek samping MOP. Dan pertanyaan tentang penggunaan metode kontrasepsi pria yang terdiri dari 1 pertanyaan Metode Analisis Data Dari data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis univariat yaitu dilakukan terhadap variabel pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria dan variabel penggunaan metode kontrasepsi pria pada PUS. Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Hasil persentase dari tiap variabel tersebut disusun dalam bentuk tabel univariat yaitu suatu tabel yang menggambarkan penyajian data untuk tiap variabel saja (Budiarto, 2002; h. 37). Selain itu juga dilakukan analisis bivariat yang dilakukan pada dua variabel yang diduga berhubungan atau korelasi. Dalam penelitian ini variabel yang dihubungkan adalah pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria dengan penggunaan metode kontrasepsi pria pada PUS. Karena data yang diolah berupa data ordinal dan nominal, maka analisis data ini dapat diuji menggunakan Chi Square, yaitu teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas dimana data berbentuk nominal dan sampelnya besar. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, sebagaimana diuraikan secara ringkas di bawah ini. Tabel 1 menyajikan data tentang Pengetahuan PUS tentang Metode Kontrasepsi Pria di Wilayah Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal, sementara Tabel 2 menyajikan data tentang Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:74-82 ISSN 2356-3087 Penggunaan Metode Kontrasepsi Pria Di Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan PUS tentang Metode Kontrasepsi Pria di Wilayah Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Pengetahuan PUS Baik Cukup Kurang Jumlah Frekuensi Persentase 37 50 12 37,4 50,5 12,1 99 100 Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa responden sebanyak 50,5% (50 responden) mempunyai tingkat pengetahuan cukup tentang Metode Kontrasepsi Pria lebih baik dibandingkan dengan responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu 37,4% (37 responden) dan tingkat pengetahuan kurang yaitu 12,1% (12 responden) Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Metode Kontrasepsi Pria pada PUS di Wilayah Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Penggunaan Kontrasepsi Pria pada PUS Tidak Ya Jumlah Frekuensi Persentase 62 37 99 62,6 37,4 100 Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa hampir semua responden tidak menggunakan kontrasepsi pria yaitu sebanyak 62 responden (62,6%). Responden yang menggunakan kontrasepsi pria sebanyak 37 responden (37,4%), dari responden yang menggunakan kontrasepsi pria yang menggunakan Kondom sebanyak 4 responden (10,8%), dan responden yang menggunakan MOP sebanyak 33 responden (89,2%). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Pengetahuan tentang Metode Kontrasepsi Pria dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Pria pada PUS di Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Pengetahuan PUS Baik Cukup Kurang Jumlah Penggunaan Kontrasepsi Pria Ya Tidak 7 (18,9) 30 (81,1) 43 (86,0) 7 (14,0) 12 (100) 0 (0,0) 62 (62,6) 37 (37,4) Persentas e 37 (100) 50 (100) 12 (100) 99 (100) Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang tidak menggunakan metode kontrasepsi pria mempunyai pengetahuan cukup yaitu 43 responden (86,0%), lebih banyak dibanding yang berpengetahuan baik 7 responden (18,9%) dan berpengetahuan kurang 12 responden (100%), sedangkan responden yang menggunakan metode kontrasepsi pria sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaitu 30 responden (81,1%) lebih banyak dibanding dengan yang berpengetahuan cukup 7 responden (14,0%) dan yang berpengetahuan kurang 0 responden (0,0%). Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria dengan penggunaan metode kontrasepsi pria pada PUS dilakukan analisa statistik program Statistik Product and Service (SPSS) versi 16.0 dengan uji Chi Square dengan tabel 2x3. Hasil perhitungan chi square dengan tabel 2x3 menunjukkan bahwa terdapat 1 cell (16,7%) dengan nilai expected count kurang dari 5 sehingga dilakukan penggabungan kategori pengetahuan kurang dan cukup menjadi tabel 2x2 sebagai berikut Hubungan Pengetahuan Tentang Metode Kontrasepsi Pria Dengan …. (I. Sulistyowati, dkk) 79 ISSN 2356-3087 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Pengetahuan tentang Metode Kontrasepsi Pria dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Pria pada PUS di Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Pengetahuan PUS Baik Cukup Jumlah Penggunaan Kontrasepsi Pria Ya Tidak Persentas e 7 (18,9) 55 (88,7) 30 (81,1) 7 (11,3) 37 (100) 62 (100) 62 (62,6) 37 (37,4) 99 (100) Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang tidak menggunakan kontrasepsi pria mempunyai pengetahuan cukup yaitu 55 responden (88,7%), lebih banyak dibanding dengan yang berpengetahuan baik yaitu 8 responden (20,5%). Sedangkan responden yang menggunakan kontrasepsi pria sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaitu 30 responden (81,1%), lebih banyak dibanding dengan yang berpengetahuan cukup sebanyak 7 responden (11,3%). Berdasarkan tabel silang hasil penggabungan diatas dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan suami maka semakin baik pula perilaku suami dalam kesehatan sehingga dapat ikut serta dalam program KB. Sedangkan responden yang berpengetahuan cukup lebih cenderung tidak menggunakan kontrasepsi pria. Perolehan hasil yang dilakukan dari penggabungan kategori pengetahuan cukup dan kurang menjadi tabel 2x2 tidak ada nilai expected count yang kurang dari 5 maka uji chi square yang digunakan adalah Continuity Correction. Pada uji tersebut didapatkan hasil out put nilai value = 0,000 dengan α 0,05 (5%) sehingga nilai < α sehingga Ha diterima. Hal ini dapat diartikan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria dengan penggunaan metode kontrasepsi pria pada PUS. 80 Pembahasan Pengetahuan di pengaruhi oleh faktor internal seperti umur, pendidikan, pekerjaan, dan faktor eksternal seperti faktor lingkungan dan sosial budaya (Wawan, 2010; h. 16-18). Salah satu penyebab rendahnya partisipasi pria dalam menggunakan KB adalah rendahnya pengetahuan pria tentang KB (BKKBN, 2010; h. 11). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden yang tidak menggunakan metode kontrasepsi pria mempunyai pengetahuan cukup, sedangkan responden yang menggunakan metode kontrasepsi pria sebagian besar mempunyai pengetahuan baik. Yang tidak menggunakan metode kontrasepsi pria lebih banyak terjadi pada responden yang memiliki pengetahuan cukup. Hal ini dikarenakan rendahnya pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti persepsi negatif yang beredar di masyarakat tentang KB pria (BKKBN, 2006; h. 6). Hal ini sesuai dengan teori menurut Ann. Mariner yang dikutip Nursalam 2003 dalam Wawan (2010; h. 18), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Dari hasil analisa statistik tidak di dapatkan nilai expected count kurang dari 5 sehingga uji chi square yang digunakan adalah Continuity Cprrection. Pada uji tersebut didapatkan ρ value = 0,000 dengan α 0,05 (5%) dan nilai ρ < α sehingga Ha diterima. Dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria dengan penggunaan metode kontrasepsi pria pada PUS yang artinya semakin baik pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria maka semakin baik pula perilaku pria dalam penggunaan metode kontrasepsi pria. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sindung dalam artikel BKKBN (2007; h. 2) disebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi adalah pengetahuan. Pada umumnya juga meningkatnya pengetahuan tentang alat/ cara KB akan diikuti oleh makin tingginya tingkat pemakaian kontrasepsi. Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:74-82 ISSN 2356-3087 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria dengan penggunaan metode kontrasepsi pria pada PUS. Artinya suami yang memiliki pengetahuan cukup lebih besar memiliki keinginan untuk tidak menggunakan metode kontrasepsi pria, dibandingkan dengan suami yang berpengetahuan baik lebih besar memiliki keinginan untuk menggunakan metode kontrasepsi pria. Hal ini sependapat dengan teori yang dinyatakan oleh Notoatmodjo (2012; h. 145), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh pengetahuan dan kesadaran dari sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan d. Sebagian besar pengetahuan suami tentang metode kontrasepsi pria di Wilayah Kecamatan Pageruyung adalah cukup. e. Sebagian besar suami di Wilayah Kecamatan Pageruyung tidak menggunakan metode kontrasepsi pria. f. Ada hubungan antara pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria dengan penggunaan metode kontrasepsi pria pada PUS di Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut : a. Bagi peneliti selanjutnya, untuk dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang metode kontrasepsi pria, tidak hanya ditinjau dari pengetahuan suami tentang metode kontrasepsi pria atau dari hubungan saja, tetapi bisa dengan variabel penelitian yang lain. Karena banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan metode kontrasepsi pria sehingga dengan mengetahui faktor-faktor tersebut diharapkan penggunaan metode kontrasepsi pria dapat lebih ditingkatkan. b. Bagi tenaga kesehatan, diharapkan para petugas kesehatan khususnya yang berada di Wilayah Kecamatan Pageruyung untuk selalu memberikan informasi kesehatan secara berkesinambungan khususnya tentang metode kontrasepsi pria pada PUS sehingga penggunaan metode kontrasepsi pria pada PUS dapat lebih ditingkatkan lagi, meskipun dalam penelitian ini sudah ada beberapa masyarakat yang menggunakan metode kontrasepsi pria tetapi masih banyak suami yang belum menggunakan metode kontrasepsi pria dan masih banyak responden yang menjawab salah pada soal keuntungan metode kontrasepsi vasektomi. Informasi tersebut mungkin dapat diberikan berupa penyuluhan tentang keuntungan metode kontrasepsi vasektomi yang bisa diberikan saat pertemuan bapak-bapak atau kegiatan lainnya. c. Bagi Institusi, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi sebagai sumber informasi bagi mahasiswa dengan membekali pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria atau untuk melakukan pengembangan penelitian tentang metode kontrasepsi pria pada PUS sehingga dapat meningkatkan pengguna KB pria dan keluarga bahagia sejahtera. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. h. 110. BKKBN. Peserta Keluarga Berencana Aktif. Kendal: BKKBN Kabupaten; 2012. BKKBN. Program Keluarga Berencana Nasional. Semarang: BKKBN Provinsi Jawa Tengah; 2009. h. 18. BKKBN. Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Semarang: BKKBN Provinsi Jawa Tengah; 2011. h. 18. BKKBN. Sudah Saatnya Pria Berpartisipasi dalam KB. Semarang: BKKBN Provinsi Jawa Tengah; 2006. h. 5-6. Hubungan Pengetahuan Tentang Metode Kontrasepsi Pria Dengan …. (I. Sulistyowati, dkk) 81 ISSN 2356-3087 BKKBN. Tanggung Jawab Pria. Semarang: BKKBN Provinsi Jawa Tengah; 2010. h. 9; 11-12. BKKBN. Evaluasi Program Kependudukan dan KB. Semarang: BKKBN Provinsi Jawa Tengah; 2012. h. 37. BKKBN. Faktor Penentu dalam Ber-KB. Semarang: BKKBN Provinsi Jawa Tengah; 2007. h. 2. BKKBN. Kamus Istilah Kependudukan Keluarga Berencana Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN; 2011. h. 88. Budiarto E. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC; 2002. H. 37. Everett, Suzanne. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan seksual Reproduksi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2007. h. 77. Handayani, Sri. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta; Pustaka Rihama; 2010. h. iii; 32-36; 71-74; 167-171; 180-182. Hidayat, Aziz Alimul. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika; 2007. h. 87; 93-95. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005. h. 92; 142. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012. h. 138; 145. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. h. 28; 55-56; 59-60. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. h. 10-19; 37; 47; 87; 103; 152-159; 176-177; 182-183; 201 . Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2003. h. 115. Proverawati, Atikah. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. h. 1-4. Riyanto, Agus. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011. h. 27; 65; 82; 86; 90; 92; 98-99; . 82 Santjaka, Aris. Statistika Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011. h. 146. Saryono, Ari Setiawan. Metodelogi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011. h. 54; 123. Saifuddin, Abdul Bari. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo; 2006. h. MK17; MK-21; MK 85-86. Setyaningsih, Wahyu. Peran dari Kontrasepsi Pria dalam Kesehatan Reproduksi Pria. Semarang: BKKBN Provinsi Jawa Tengah. 2010. h. 23. Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta; 2007. h. 193 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta; 2012. h. 4; 6167; 117; 107-109. Sulistyawati, Ari. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika. 2011. h. vii. Sundari, Dyah Siti. Profil Perempuan Indonesia Masa Kini. Semarang: BKKBN Provinsi Jawa Tengah. 2010. h. 33. Tukiran, Agus Joko Pitoyo, Pande Made Kutanegara. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2010. h. 42; 379. Wawan A, Dewi M. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. h. 11-12; 14-15; 16-18; 54. Witjaksono, Julianto. Keluarga Berencana dan Kesehatan reproduksi. Semarang: BKKBN Provinsi Jawa Tengah; 2012. h. 3-4, 10. Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:74-82 ISSN 2356-3087 IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD dr. H. SOEWONDO KENDAL PERIODE JANUARI – MEI TAHUN 2013 Oleh D. S Rohmayani1, R. T Siwi1, dan I. P Dewi2 1 2 Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada ABSTRAK Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Faktor yang menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum meliputi preeklamsia dan eklamsia, plasenta previa, solusio plasenta, infeksi berat, kehamilan post matur, paritas, prematur, BBLR, partus lama dan partus macet, tindakan dalam persalinan (ekstraksi vakum dan induksi persalinan). Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode Januari – Mei 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan pendekatan retrospektif. Cara pengumpulan data menggunakan check list dengan jumlah sampel sebnyak 150 rekam medik bayi pada periode Januari – Mei 2013. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo kendal periode Januari – Mei 2013 adalah preeklamsi/eklamsi, plasenta previa, kehamilan post matur, paritas, prematur, BBLR, partus lama dan partus macet, tindakan dalam persalinan (ekstraksi vakum dan induksi persalinan). Kehamilan post matur merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo kendal periode Januari – Mei 2013. Sebaiknya bagi tenaga kesehatan, di dalam pencegahan asfiksia neonatorum melalui kegiatan penyuluhan pada ibu hamil, diharapkan bidan atau petugas kesehatan di RSUD dr. H. Soewondo Kendal mampu melakukan deteksi dini sejak masa kehamilan terhadap faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum dan dapat meningkatkan kewaspadaannya terhadap kasus ini, sehingga apabila terjadi komplikasi yang mengarah ke asfiksia neonatorum bidan dan petugas kesehatan dapat memberikan tindakan yang tepat. Kata Kunci : Faktor yang mempengaruhi terjadinya asfiksia neonatorum Identifikasi Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Asfiksia Neonatorum …. (D. S Rohmayani, dkk) 83 ISSN 2356-3087 ABSTRACT Neonatal asphyxia is a condition of newborns who have failed to breathe spontaneously and regularly soon after birth, so that the baby can not fit oxygen and can not excrete carbon dioxide from the body, generally will be asphyxiated at birth. Factors that cause neonatal asphyxia include preeclampsia and eclampsia, placenta previa, placental disruption, severe infection, post mature pregnancy, parity, premature, low birth weight, prolonged labor and obstructed, the action in the delivery (vacuum extraction and induction of labor). The general objective of this research is to identify the root causes of neonatal asphyxia in dr. H. Soewondo Kendal period from January to May, 2013. This research is a descriptive study with retrospective approach. The data collected using a check list with a sample of 150 medical records sebnyak baby in the period from January to May 2013. The sampling technique used is simple random sampling. Based on the research results, it was found that the factors that cause neonatal asphyxia in dr. H. Soewondo kendal the period from January to May 2013 were preeclampsia / eclampsia, placenta previa, post mature pregnancy, parity, premature, low birth weight, prolonged labor and obstructed, the action in the delivery (vacuum extraction and induction of labor). Pregnancy mature post are the biggest factors that influence the occurrence of neonatal asphyxia in dr. H. Soewondo kendal the period from January to May, 2013. Better for health workers, in the prevention of neonatal asphyxia through extension activities in pregnant women, is expected midwife or health worker in dr. H. Soewondo Kendal capable of early detection during pregnancy against the root causes of neonatal asphyxia and can increase alertness to this case, so that in case of complications that lead to neonatal asphyxia midwives and health workers can provide appropriate action. Keywords: Factors that influence the occurrence of neonatal asphyxia. 84 Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:83-93 ISSN 2356-3087 PENDAHULUAN Latar Belakang Angka kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggi yang berarti masih rendahnya status kesehatan masyarakat. Angka kematian bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan di masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 angka kematiann bayi (AKB) sebanyak 32 kematian dari 1000 kelahiran hidup dan kematian neonatus sebanyak 19 kematian dari 1000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2012). Untuk menekan pertumbuhan penduduk maka Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menetapkan Visi yaitu “Penduduk Tumbuh Seimbang 2015”. Visi tersebut mengacu kepada fokus pembangungan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025. Berdasarkan Visi BKKBN tersebut, Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi menetapkan visi yaitu “Mewujudkan keluarga kecil dalam mencapai penduduk tumbuh seimbang 2015 ”. Dalam rangka mewujudkan visi di atas, misi Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana adalah mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera (Witjaksono, 2012; h. 10). AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 10,34/1.000 kelahiran hidup, menurun bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 10,62/1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sudah cukup baik karena telah melampaui target (Dinkes Jateng, 2011 : h.10). Angka kematian bayi di Kabupaten Kendal pada tahun 2011 sekitar 11,67/1000 KH. Jumlah kematian bayi terus meningkat dari tahun 2009-2011, hal ini menjadi perhatian khusus dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal. Meskipun cakupan kunjungan ibu hamil K4 sudah sangat baik yaitu sebesar 96,03% dan cakupan kunjungan neonatus sudah mencapai 99,2%, akan tetapi angka kematian neonatus masih tinggi (Dinkes Kab. Kendal, 2011). Di wilayah kecamatan Pageruyung jumlah pasangan usia subur pada tahun 2012 berjumlah 7.889, jumlah PUS yang menggunakan KB ada 6.109 atau 77,44%. Dari seluruh peserta KB yang ada, pria yang menggunakan KB Kondom sebanyak 4 orang dan MOP sebanyak 33 orang. Sedangkan target peserta KB pria di kecamatan Pageruyung yaitu Kondom 4 orang dan MOP 41 orang. Meskipun target kondom sudah terpenuhi, namun untuk MOP belum memenuhi target. Jumlah pengguna kontrasepsi pria sendiri masih tergolong rendah dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya. Dari 20 Kecamatan di Kabupaten Kendal, di wilayah Kecamatan Pageruyung angka peserta KB aktif pria tergolong paling rendah dibanding dengan kecamatan yang lain. Di Kecamatan Pageruyung berada di urutan terendah pertama untuk penggunaan metode kontrasepsi pria dari 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Kendal (BKKBN Kabupaten Kendal, 2012). Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis telah melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan tentang Metode Kontrasepsi Pria dengan Pengguna Metode Kontrasepsi Pria pada PUS di Wilayah Kerja Puskesmas Pageruyung Kabupaten Kendal”. Perumusan Masalah Angka kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggi yang ditetapkan oleh Riskesdas, asfiksia 37%, prematur 34%, sepsis 12%, hipotermi 7%, ikterus 6%, post matur 3% dan kelainan kongenital 1% (Kemenkes, 2012). Dari data tersebut, asfiksia neonatorum merupakan penyebab terbesar kematian neonatus. Di RSUD dr. H. Soewondo Kendal, angka kejadian asfiksia masih cukup tinggi sebesar 5,5% kasus dari 1029 bayi yang lahir pada tahun 2012, sedangkan pada periode Januari – Mei tahun 2013 dari 241 bayi yang Identifikasi Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Asfiksia Neonatorum …. (D. S Rohmayani, dkk) 85 ISSN 2356-3087 mengalami asfiksi, terdapat 9,96% bayi yang mengalami kematian. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “Apa sajakah faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode Januari – Mei 2013?” Tujuan Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode Januari – Mei 2013. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi apakah Preeklamsi/eklamsi merupakan penyebab terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode Januari – Mei 2013. b. Mengidentifikasi apakah plasenta previa merupakan penyebab terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode Januari – Mei 2013. c. Mengidentifikasi apakah solusio plasenta merupakan penyebab terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode Januari – Mei 2013. d. Mengidentifikasi apakah infeksi berat merupakan penyebab terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode Januari – Mei 2013. e. Mengidentifikasi apakah kehamilan post matur merupakan penyebab terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode Januari – Mei 2013. f. Mengidentifikasi apakah prematur merupakan penyebab terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode Januari – Mei 2013. g. Mengidentifikasi BBLR merupakan penyebab terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode Januari – Mei 2013. h. Mengidentifikasi apakah partus lama merupakan penyebab terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode Januari – Mei 2013. i. Mengidentifikasi apakah partus macet merupakan penyebab terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode Januari – Mei 2013 86 j. Mengidentifikasi apakah persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum dan induksi persalinan) merupakan penyebab terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode Januari – Mei 2013. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Berdasarkan penelitian dan tujuan yang ingin dicapai maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan studi retrospektif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terpadu di dalam masyarakat (Notoatmodjo, 2010 : h.35). Penelitian ini digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal. Studi retrospektif adalah penelitian yang berusaha melihat kebelakang, artinya pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi (Notoatmodjo, 2010 : h.27). Dalam penelitian ini peneliti melihat catatan rekam medik pasien yang sesuai dengan variabel bebas dalam penelitian atau sesuai dengan check list. Populasi, Sampel, dan Sampling Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010 : h.173). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua bayi dengan asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode Januari – Mei 2013 sebanyak 241 bayi. Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010 : h.115). Jumlah populasi kurang dari 10.000 maka besar sampel menggunakan rumus Solvin. Dari rumus Solvin dengan jumlah populasi bayi dengan asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode Januari – Mei 2013 sebanyak 241 bayi, maka didapatkan sampel sebanyak 150 bayi dengan asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode Januari – Mei 2013. Teknik yang digunakan adalah teknik undian atau lottery technique. Caranya, dengan mengumpulkan nomor rekam medis dari seluruh bayi yang lahir dengan asfiksia neonatorum dari bulan Januari - Mei 2013, Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:83-93 ISSN 2356-3087 kemudian mengambilnya secara acak dengan mengundinya. Setiap nomor yang keluar kemudian di masukkan kembali dan dilakukan pengundian lagi hingga didapatkan 150 nomor rekam medis. Apabila muncul nomor yang sama, nomor tersebut dimasukkan kembali kemudian dilakukan pengundian lagi hingga muncul nomor yang berbeda. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan menjadi valid Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel bebas yaitu identifikasi faktor yang menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum yang meliputi (Preeklamsia/eklamsia, plasenta previa, solusio plasenta, infeksi berat, kehamilan post matur, prematur, BBLR, partus lama, partus macet, dan persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum dan induksi persalinan). Secara operasional, variabel tersebut didefinisikan dan diukur dengan cara sebagai berikut. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel bebas yaitu identifikasi faktor yang menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum yang meliputi (Pre-eklamsia/eklamsia, plasenta previa, solusio plasenta, infeksi berat, kehamilan post matur, prematur, BBLR, partus lama, partus macet, dan persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum dan induksi persalinan). Untuk mengukur hal tersebut Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah check list berdasarkan Catatan medis dr. H. RSUD Soewondo Kendal tahun 2012. Skala yang digunakan adalah skala nominal. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara teknik yang digunakan adalah teknik undian atau lottery technique. Caranya, dengan mengumpulkan nomor rekam medis dari seluruh bayi yang lahir dengan asfiksia neonatorum dari bulan Januari Mei 2013, kemudian mengambilnya secara acak dengan mengundinya. Setiap nomor yang keluar kemudian di masukkan kembali dan dilakukan pengundian lagi hingga didapatkan 150 nomor rekam medis. Apabila muncul nomor yang sama, nomor tersebut dimasukkan kembali kemudian dilakukan pengundian lagi hingga muncul nomor yang berbeda. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan menjadi valid. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, digunakan analisis univariat (analisis deskriptif). Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010 : h.182). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan mengenai hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui gambaran faktor yang menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir dengan jumlah responden sebanyak 150 bayi, maka hasil penelitiannya dapat diuraikan sebagai berikut: Tabel 1 Distribusi Frekuensi Penyebab Terjadinya Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Preeklamsi (termasuk dalam hal ini adalah eklamsi) di RSUD dr. H. Soewondo Kendal Periode Januari – Mei 2013 No Preeklamsi Jumlah Persentase 1 Ya 49 32,7% 2 Tidak 101 67,3% Jumlah 150 100% Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum berdasarkan Preeklamsi (termasuk dalam hal ini adalah eklamsi) terdapat 142 sampel (94,7%) tidak mengalami Preeklamsi (termasuk dalam hal ini adalah eklamsi). Identifikasi Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Asfiksia Neonatorum …. (D. S Rohmayani, dkk) 87 ISSN 2356-3087 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Penyebab Terjadinya Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Plasenta Previa di RSUD dr. H. Soewondo Kendal Periode Januari – Mei 2013 No Plasenta Previa 1 Ya 8 5,3% 2 Tidak 142 94,7% Jumlah 150 100% Tabel 5 Distribusi Frekuensi Penyebab Terjadinya Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Kehamilan Post Matur di RSUD dr. H. Soewondo Kendal Periode Januari – Mei 2013 Jumlah Persentase Dari Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum berdasarkan plasenta previa terdapat 142 sampel (94,7%) tidak mengalami plasenta previa. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Penyebab Terjadinya Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Solusio Plasenta di RSUD dr. H. Soewondo Kendal Periode Januari – Mei 2013 Solusio No Jumlah Persentase Plasenta 1 Ya 0 0% 2 Tidak 150 100% Jumlah 150 100% Dari Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum berdasarkan solusio plasenta terdapat 150 sampel (100%) tidak mengalami solusio plasenta Tabel 4 Distribusi Frekuensi Penyebab Terjadinya Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Infeksi Berat di RSUD dr. H. Soewondo Kendal Periode Januari – Mei 2013 Infeksi No Jumlah Persentase Berat 1 Ya 0 0% 2 Tidak 150 100% Jumlah 150 100% Dari Tabel 4 menunjukkan di atas dapat diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum berdasarkan 88 infeksi berat terdapat 150 sampel (100%) tidak mengalami infeksi berat. No Kehamilan Post Matur Jumlah 1 Ya 61 40,7% 2 Tidak 89 59,3% Jumlah 150 100% Persentase Dari Tabel 5 menunjukkan di atas dapat diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum berdasarkan kehamilan post matur terdapat 89 sampel (59,3%) tidak mengalami kehamilan post matur. Tabel 6 Distribusi Frekuensi Penyebab Terjadinya Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Prematur di RSUD dr. H. Soewondo Kendal Periode Januari – Mei 2013 No Prematur Jumlah Persentase 1 Ya 6 4% 2 Tidak 144 94% Jumlah 150 100% Dari Tabel 6 menunjukkan di atas dapat diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum berdasarkan prematur terdapat 144 sampel (94%) tidak mengalami prematur. Tabel 7 Distribusi Frekuensi Penyebab Terjadinya Asfiksia Neonatorum Berdasarkan BBLR di RSUD dr. H. Soewondo Kendal Periode Januari – Mei 2013 No BBLR Jumlah Persentase 1 Ya 4 2,7% 2 Tidak 146 97,3% Jumlah 150 100% Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:83-93 ISSN 2356-3087 Dari Tabel 7 menunjukkan di atas dapat diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum berdasarkan BBLR terdapat 146 sampel (97,3%) tidak mengalami BBLR. Tabel 8 Distribusi Frekuensi Penyebab Terjadinya Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Partus Lama di RSUD dr. H. Soewondo Kendal Periode Januari – Mei 2013. Partus No Jumlah Persentase Lama 1 Ya 2 1,3% 2 Tidak 148 98,7% Jumlah 150 100% Dari Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum berdasarkan partus lama terdapat 148 sampel (98,7%) tidak mengalami partus lama. Tabel 9 Distribusi Frekuensi Penyebab Terjadinya Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Partus Macet di RSUD dr. H. Soewondo Kendal Periode Januari – Mei 2013 Partus No Jumlah Persentase Macet 1 Ya 20 13,3% 2 Tidak 130 86,7% Jumlah 150 100% Dari Tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum berdasarkan partus macet terdapat 130 sampel (86,7%) tidak mengalami partus macet. Tabel 10 Distribusi Frekuensi Penyebab Terjadinya Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Tindakan Persalinan dengan Ekstraksi Vakum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal Periode Januari – Mei 2013. Ekstraksi Jumlah Persentase No Vakum 1 Ya 5 3,3% 2 Tidak 145 96,7% Jumlah 150 100% Dari Tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum berdasarkan ekstraksi vakum terdapat 145 sampel (96,7%) tidak mengalami ekstraksi vakum. Tabel 11 Distribusi Frekuensi Penyebab Terjadinya Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Tindakan Persalinan dengan Induksi Persalinan di RSUD dr. H. Soewondo Kendal Periode Januari – Mei 2013. Induksi No Jumlah Persentase Persalinan 1 Ya 1 0,7% 2 Tidak 149 99,3% Jumlah 150 100% Dari Tabel 11 di atas dapat diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum berdasarkan induksi persalinan terdapat 149 sampel (99,3%) tidak mengalami induksi persalinan. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai identifikasi faktor yang menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode Januari – Mei 2013 dapat dijelaskan dari beberapa penyebab sebagai berikut : Berdasarkan hasil penelitian, bayi yang mengalami asfiksia neonatorum sebagian besar tidak mengalami preeklamsi. Pada ibu yang mengalami preeklamsi, tidak semua bayinya selalu Identifikasi Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Asfiksia Neonatorum …. (D. S Rohmayani, dkk) 89 ISSN 2356-3087 mengalami asfiksia neonatorum karena hal tersebut tergantung dengan tingkatan (berat/ringan) dan lamanya preeklamsi yang dialami ibu. cara KB akan diikuti oleh makin tingginya tingkat pemakaian kontrasepsi. Namun pada ibu hamil dan bersalin yang mengalami preeklamsi, harus dipersiapkan penanganan bayi asfiksia neonatorum sehingga tidak berdampak kematian pada bayi. Berdasarkan hasil penelitian, bayi yang mengalami asfiksia neonatorum sebagian besar tidak mengalami plasenta previa. Terjadinya asfiksia neonatorum pada plasenta previa, tergantung dari letak plasenta. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa komplikasi plasenta previa pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan, plasentitis dan endometritis pasca persalinan. Pada janin biasanya terjadi persalinan prematur dan komplikasinya seperti asfiksia berat (FKUI, 2009 : h.277). Berdasarkan hasil penelitian, dari semua sampel yang mengalami asfiksia neonatorum, seluruhnya tidak mengalami solusio plasenta. Hasil ini bisa terjadi karena beberapa faktor, diantaranya: Sampel yang diteliti hanya sejumlah 150 dan hanya diambil dari periode Januari – Mei 2013.Kasus solusio plasenta di RSUD dr. H. Soewondo Kendal jarang terjadi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa insiden solusio plasenta adalah sekitar 1 : 200 kehamilan (Labor, 2010 : h.428). Berdasarkan hasil penelitian, dari semua sampel yang mengalami asfiksia neonatorum, seluruhnya tidak mengalami infeksi berat. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya faktor selain infeksi berat yang menyebabkan asfiksia neonatorum. Sedangkan sebagian sampel asfiksia neonatorum yang disebabkan oleh kehamilan post matur dapat terjadi karena penuaan plasenta. Hal ini sesuai dengan teori bahwa menurut Manuaba (2007), pada kehamilan post matur, plasenta telah mengalami proses penuaan sejak kehamilan berumur 28-30 minggu sehingga fungsinya makin menurun. Persalinan kehamilan post matur juga perlu dipertimbangkan besarnya janin. Persalinan janin makrosomia pervagina akan menimbulkan trauma pada bayi dan maternal yang makin tinggi. Komplikasi 90 trauma pada janin- bayi, salah satunya adalah afiksia karena terlalu lama terjepit (manuaba, 2007). Pada bayi prematur seringkali terjadi asfiksia pada saat persalinan. Organ – organ vital bayi prematur belum sempurna karena usia kehamilan yang kurang bulan dan juga proses adaptasi terhadap lingkungan ekstrauterin berbeda dengan bayi yang aterm. Pada persalinan prematur juga dipertimbangkan kematangan parunya. Hal ini sesuai dengan teori bahwa menurut Dewi (2010), pada bayi permatur terjadi kesukaran pernafasan yang disebabkan belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang dapat menurunkan ketegangan dinding alveoli paru. Pertumbuhan surfaktan paru mencapai maksimum pada minggu ke-35 kehamilan (Dewi, 2010 : h.23). Sebagian sampel asfiksia neonatorum yang disebabkan oleh BBLR dapat disebabkan bayi BBLR sering kali mengalami permasalahan pada sistem tubuh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Hal ini sesuai dengan teori bahwa, pada BBLR permasalahan yang sering timbul salah satunya adalah gangguan pernafasan yaitu asfiksia. Gangguan pernafasan pada bayi BBLR adalah perkembangan imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru – paru (Proverawati, 2010 : h.1). Fungsi surfaktan adalah melawan tegangan permukaan sehingga alveoli tidak mengempis/kolaps (Rumengan, 2009). Pada partus lama, semakin lama proses persalinan maka dapat berbahaya baik terhadap ibu maupun janin di dalam kandungan. Menurut teori manisfestasi klinis partus lama pada ibu yaitu gelisah, letih, nadi cepat, pernafasan cepat dan meteorismus, sedangkan pada janin denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur, air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau (Arfi, 2012). Bahaya partus lama dapat menimbulkan terjadinya asfiksia pada janin karena lamanya persalinan itu sendiri (Arfi, 2012). Partus lama sering terjadi pada wanita primipara karena pada primipara lamanya persalinan kala 1 lebih panjang daripada multipara dan pada primipara psikologis ibu Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:83-93 ISSN 2356-3087 terhadap persalinan yaitu terkadang ibu masih merasa takut dan cemas dengan proses persalinan karena belum pernah mengalaminya, sehingga keadaan psikologis ini juga berpengaruh terhadap lamanya persalinan. Proses persalinan normal pada kala II tidak lebih dari 2 jam untuk primipara dan 1 jam untuk multipara. Apabila terjadi kemacetan pada kala II maka akan menimbulkan berbagai masalah pada janin, salah satunya menyebabkan asfiksia pada saat persalinan. Sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada partus macet, bradikardi janin kadang terjadi ketika ibu menahan nafas dalam waktu lama dan usaha mengejan ibu dapat meningkatkan tekanan terhadap kepala janin. Efek dari kondisi tersebut pada janin mengakibatkan oksigen dalam darah turun dan aliran darah ke plasenta menurun sehingga oksigen yang tersedia untuk janin menurun, pada akibatnya dapat menimbulkan hipoksia janin (Prawirohardjo, 2006). Berdasarkan hasil penelitian, dari faktor persalinan dengan tindakan yang menyebabkan terjadinya asfiksia, hasil yang terbanyak adalah ekstraksi vakum. Seringkali keadaan janin dan ibu kurang baik sehingga menyulitkan untuk lahir. Pada keadaan seperti itu, persalinan mungkin membutuhkan bantuan, salah satunya dengan ekstraksi vakum. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan a. Preeklamsi/eklamsi sebagian besar tidak menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal. b. Plasenta previa sebagian besar tidak menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal. c. Solusio plasenta tidak menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal. d. Infeksi berat tidak menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal. e. Kehamilan post matur sebagian besar tidak menyebabkan terjadinya asfiksia f. g. h. i. j. neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal. Prematuritas sebagian besar tidak menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal. BBLR sebagian besar tidak menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal. Partus lama sebagian besar tidak menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal. Partus macet sebagian besar tidak menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal. Persalinan dengan tindakan adalah ekstraksi vakum yang lebih banyak menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal. Saran Berdasarkan Berdasarkan hasil penelitian mengenai identifikasi faktor yang menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode Januari-Mei 2013, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah :Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan mampu melakukan deteksi dini sejak masa kehamilan terhadap faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum melalui kegiatan penyuluhan pada ibu hamil. Serta meningkatkan kewaspadaannya terhadap kasus ini, sehingga apabila terjadi komplikasi yang mengarah ke asfiksia neonatorum bidan dapat memberikan tindakan yang tepat. DAFTAR PUSTAKA Amazon. 2010. Hubungan Antara Hipertensi Dalam Kehamilan (Pre Eklamsia dan Eklamsia) dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum. (online) http://anekawacana.blogspot.com/2012/06/hubunga n-antara-hipertensi-dalam.html. Diakses 20 Mei 2013. Arfi. 2012. Partus Lama. Diakses tanggal 26 juli 2012. Dari : http://rumahbidan-ku. Identifikasi Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Asfiksia Neonatorum …. (D. S Rohmayani, dkk) 91 ISSN 2356-3087 blogspot.com/2012/06/partuslama.html?m=1 Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Budiarto. 2002. Biostatistika Untuk kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Nuha Medika Cooper, Fraser. 2009. Buku Ajar Bidan. Jakarta : EGC. Cunningham, Gary, dkk.2006. Williams. Jakarta : EGC. Obstetri Depkes RI. 2007. Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir. Jakarta : Depkes RI. Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika. Dinkes Kabupaten Kendal. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Kendal tahun 2011. Kendal : Dinkes Kabupaten Kendal. Dinkes Provinsi Jateng. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang : Dinkes Provinsi Jateng. Farid. 2009. “Gambaran Hansil Luaran Janin pada persalinan Dengan Ekstraksi Vakum” dalam Jurnal Pendidikan Bidan. Vol:28,5. FKUI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta : FKUI. Hidayat, Aziz Alumul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Hinelo, Fardila, et al. 2013. Luaran Partus Lama di BLU RSUD Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik (eBM), 101-105. Kemenkes. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta : BKKBN. Kristiyanasari, Weni. 2011. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta : Medikal Book. 92 Leveno, Cunningham, et al. 2012. Obstetri Willims. Jakarta : EGC. Maesaroh. 2009. Gambaran Hasil Luaran Janin Pada Persalinan Dengan Ekstraksi Vakum Di RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung Tahun 2009. Bandung : Program Studi Diploma III Akademi Kebidanan Medika Obgin. Manuaba, Ayu Chandranita, et al. 2010. Ilmu Kebianan Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta : EGC. , dkk. 2007. Pengantar Obstetri. Jakarta : EGC. Kuliah . 2007. Kapita Selekta Pelaksanaan Rutin Obstetri dan Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC. Mega, Aprilia. 2011. Partus Macet. Diakses tanggal 17 Maret 2013. Dari aprilia_mega : http://apriliamega94.blogspot.com/2011 /07/materi.html Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC. Motherhood, Save. 2003. Modul Persalinan Macet Mentri pendidikan Kebidanan. Jakarta : EGC Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Novita. 2011. Keperawatan Bogor : Galia Indonesia. Nugroho, Taufan. 2010. Yogyakarta : Medikal Book. Maternitas. Obstetri. Oxorn, Harry, et al. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Assential Medika. Pantiawati, Ika. 2010. Bayi Dengan BBLR. Jakarta : Nuha Medika. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka . 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:83-93 ISSN 2356-3087 Proverawati, Atikah. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta : Nuha Medika. Rumengan, Yessy. 2009. Sistem Respirasi dan Test Fungsi Paru. Diakses tanggal 16 Juli 2013. Dari: http://yessyrumengan.blogspot.com/20 09/11/sistem-respirasi-dan-test-fungsiparu.html?m=1 Sarwono, Prawirohardjo. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI. Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : Mitra Cendikia. Setiawan dan Saryono. 2010. Metode Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, dan S2. Yogyakarta : Nuha Medika. Setyowati, Rini. 2011. Karakteristik Bayi Baru Lahir Yang Mengalami Asfiksia Neonatorum di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang Periode JanuariDesember Tahun 2010. Semarang: Poltekkes Kemenkes Semarang. Siswanti. 2007. Studi Deskriptif Faktorfaktor yang Mempengaruhi Terjadinya Asfiksia Neonatorum di BPRSUD Kota Salatiga Periode Januari-Desember 2006. Semarang: Poltekkes Kemenkes Semarang. Suparyanto. 2012. Konsep Paritas / Partus. Diakses tanggal 5 April 2013. Dari Informasi Seputar Kesehatan (ISK): http://kesehatan-dokter-kebidananfarmasi.blogspot.com/2012/01/konsepparitas-partus.html http://emirzanurwicaksono.blog.unissula .ac.id/2013/02/27/ penyakit-membranhyalin/ Wijaya, Awi Muliadi. 2011. Kondisi Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), dan penyebabnya di Indonesia. Diakses tanggal 18 April 2013. Dari : http://www.infodokterku.com/index.php? option=com_content&view=article&id=9 2:kondisi-angka-kematian-neonatalakn-angka-kematian-bayi-akb-angkakematian-balita-akbal-angka-kematianibu-aki-dan-penyebabnya-diindonesia&catid =40:data&Itemid=54 Winkjosastro, Gulardi. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR. . 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YB-SP. , Hanifa, et al. 2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta. Zaenudin. 2010. RSU Dr. Soewondo Kendal Tingkatkan Pelayanan. Diakses tanggal 16 Juli 2013. Dari : http://www.jatengprov.go.id/?docume nt_srl=6077 Wawan A, Dewi M. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. h. 11-12; 14-15; 16-18; 54. Witjaksono, Julianto. Keluarga Berencana dan Kesehatan reproduksi. Semarang: BKKBN Provinsi Jawa Tengah; 2012. h. 3-4, 10. Unsi. 2009. Sectio Caesaria. Diakses 16 Juli 2013. Dari : http://justunsi.blogspot.com/2009/04/se ctio-caesaria.html Varney, Helen, dkk. 2008. Kebidanan. Jakarta : EGC. Asuhan Wicaksono, Emirza Nur. 2013. Penyakit Membran Hyalin. Diakses tanggal 16 Juli 2013. Dari: Identifikasi Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Asfiksia Neonatorum …. (D. S Rohmayani, dkk) 93 ISSN 2356-3087 HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN SIKAP TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG Oleh M. JAMIL1, I. SULISTYOWATI1, dan D.A.F. PUTRI2 1 2 Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada ABSTRAK ASI adalah makanan alamiah bagi bayi manusia sebagaimana air susu mamalia lain adalah alamiah bagi keturunannya. Bukan saja ASI memberikan nutrisi yang terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi, tetapi ASI juga memberikan proteksi terhadap berbagai penyakit infeksi dan berbagai penyakit kronis dikemudian hari. Pada tahun 2012, dari jumlah 840 bayi tidak ada yang berhasil mencapai ASI esklusif di Puskesmas Purwoyoso kota Semarang.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah studi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Purwoyoso dengan sampel sebanyak 42 ibu hamil. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Menggunakan analisa data chi square. Hasil penelitian ini adalah responden yang berpengetahuan cukup memiliki 3 sikap setuju dan 4 sikap tidak setuju sedangkan responden yang berpengetahuan baik memiliki 26 sikap setuju dan9 sikap tidak setuju. Disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil yang dinyatakan dengan signifikansi 0,176 lebih besar dari nilai α = 0,05 (0,176 > 0,05), maka Ho diterima. Bagi petugas kesehatan khususnya bidan untuk meningkatkan pemberian informasi kesehatan melalui komunikasi, informasi, dan edukasi secara benar dan berkesinambungan tentang ASI ekslusif. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Pemberian, ASI Eksklusif. 94 Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:94-102 ISSN 2356-3087 ABSTRACT Breast milk is the natural food for human infants as well as other mam mals milk is natural for off spring.Not only breast milk providesthe best nutrition for grow thand development of the baby, but breastfeeding also provides protection againsta variety of infectious diseases and chronic diseases in the future. In 2012, of the 840 in fants who reached noexclusive breastfeeding in the health center Purwoyoso Semarang. The purpose of this studywas to analyze the relationship between knowledge about attitudes to wardsexclusive breastfeeding with exclusive breastfeedingin pregnant women in Purwoyoso Primary health care Semarang city. Design research is a correlation study with cross sectional approach. Respondents in the study were pregnant women in the Purwoyoso primary health with a sample of 42 pregnant women. Sampling was purposive samplingmethod. The instrument used was aquestion naire. Usingchi square analysis of the data. Results of this study are quite knowledge respondents agreed attitudes have 3 and 4 while the attitude of the respondents disagreed that either have 26 knowledg eattitud eagree and 9 disagreeattitude. Concluded that there is noknowledge about the relationship between attitudes tow ards exclusive breastfeeding with exclusive breastfeedingin pregnant women who expressed the significan cevalue of 0.176 is greater than α=0.05 (0.176>0.05), then Ho is accepted. For health workers especially midwives to improve the delivery of health information throughcommunication, information, and education about the proper and continuous exclusive breastfeeding. Keywords: immunization, immuniza tion hepatitis B1, knowledge level Hubungan Pengetahuan Tentang Asi Eksklusif Dengan Sikap Terhadap …. (M. Jamil, dkk) 95 ISSN 2356-3087 PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia saat ini tercatat Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi yaitu 34/1000 kelahiran hidup pada tahun 2007, padahal target Millenium Development Goals (MDGs) yang diharapkan dicapai pada tahun 2015 adalah menurun menjadi 23/1000 kelahiran hidup (Prasetyawati, 2012: h.7). Menurut Awi Muliadi dalam artikel “Kondisi Angka Kematian Neonatal (AKN),Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI) dan Penyebabnya di Indonesia” diunduh pada senin 15 Juli 2013 penyebab kematian bayi usia 0-11 bulan disebabkan oleh diare 31,4%, pneumonia 23,8%, meningitis/ensefalitis 9,3%, kelainan saluran pencernaan 6,4%, kelainan jantung kongenital dan hidrosefalus 5,8%, sepsis 4,1%, tetanus 2,9%, malnutrisi 2,3%, tuberkulosis 1,2%, lain-lain 1,2%. Penyebab angka kematian bayi tersebut dapat ditekan melalui pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. ASI tidak hanya memberikan nutrisi yang terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi, tetapi ASI juga memberikan proteksi terhadap berbagai penyakit infeksi dan berbagai penyakit kronis dikemudian hari (Karin, 2011: h. 2). Untuk mendukung program ini, maka dibuatlah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Terdapat beberapa hal yang menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, faktor sosial budaya, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan gencarnya pemasaran susu formula (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2011). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2010, di Indonesia hanya 15,3% anak yang mendapatkan ASI eksklusif dan 84,7% tidak mendapatkan ASI secara eksklusif. Untuk data di tingkat Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 45,9% yang mendapatkan ASI eksklusif dan 96 54,1% tidak mendapatkan ASI eksklusif (Direktorat Bina Gizi, 2012). Data Kota Semarang tahun 2010 menunjukkan bahwa 1.580 (20,06%) dari 7.875 bayi usia 0 – 6 bulan mendapatkan ASI secara eksklusif dan sisanya 79,94% tidak mendapatkan ASI secara eksklusif (Dinas kesehatan Kota Semarang, 2010). Sedangkan ditahun 2011 angka ini sedikit meningkat yaitu sebesar 1.656 (24,2%) dari 6.833 bayi usia 0 – 6 bulan mendapatkan ASI secara eksklusif dan sisanya sekitar 5.177 (75,8%) dari 6.833 bayi tidak mendapatkan ASI secara eksklusif, tetapi hal tersebut masih belum sesuai dengan cakupan yang diharapkan yakni 40% (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2011). Salah satu data yang cukup mencolok adalah data yang diperoleh dari salah satu puskesmas yang letaknya berdekatan dengan daerah kawasan industri candi, yaitu Puskesmas Purwoyoso, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang. Berdasarkan data yang tercatat pada tahun 2011 terdapat1 44 bayi umur 0-6 bulan,seluruh bayi tersebut tidak ada yang mendapatkan ASI eksklusif. Dan tahun 2012 terdapat840 bayi umur 0-6 bulan, dari jumlah tersebut tidak ada yang berhasil mencapai ASI eksklusif.Ketidak berhasilan pencapaian ASI eksklusif selama 6 bulan mengakibatkan ditahun yang sama ditemukan 346 kasus ISPA pada bayi dan 828 kasus ISPA pada balita serta ditemukan 92 kasus diare pada bayi dan 118 kasus diare pada balita (Puskesmas Purwoyoso, 2012). Perumusan Masalah Ketidak berhasilan pencapaian ASI eksklusif tersebut mengakibatkan ditahun yang sama ditemukan 346 kasus ISPA pada bayi dan 828 kasus ISPA pada balita serta ditemukan 92 kasus diare pada bayi dan 118 kasus diare pada balita. Untuk itu peneliti tertarik merumuskan masalah sebagai berikut. ” Apakah ada hubungan pengetahuantentang ASI Eksklusif dengan sikap terhadap pemberian ASI Eksklusifpada ibu hamil di Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang ?”. Tujuan Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan tentang ASI Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:94-102 ISSN 2356-3087 eksklusif dengan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu hamildi Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang ASI eksklusif di Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang. b. Mengetahui gambaran sikap ibu hamil terhadap pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang. c. Menganalisis hubungan pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan studi korelasi (correlation study). Menurut Notoatmodjo (2010: h.47) studi korelasi merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antar dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek yang dilakukan untuk melihat hubungan antar dua variabel yang satu dengan yang lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan waktu secara potong lintang/Cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010: h.37). Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan penelitian pada ibu hamil hanya sekali saja dan pengukuran dilakukan pada saat penelitian. Populasi, Sampel, dan Sampling Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010: h.115). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Ibu hamil yang terdaftar di wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang bulan Januari dan Februari tahun 2013 sebesar 114 orang. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti yang dapat mewakili seluruh populasi dengan menggunakan sampling tertentu (Notoatmodjo, 2010: h.115). Yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebesar 42 orang.Jumlah tersebut peneliti peroleh dari pertimbangan tertentu yang telah peneliti tentukan berdasarkan pada sifat populasi yang terbatas pada waktu yaitu berdasarkan hari perkiraan lahir. Teknik sampling adalah merupakan tehnik pengambilan sampel (Sugiyono, 2007: h.62). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Riyanto, 2011: h.98). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel dengan pertimbangan tertentu yaitu memilih populasi berdasarkan hari perkiraan lahir setelah bulan Juli 2013 didapatkan jumlah sampel sebanyak 42 orang. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Analisa dalam penelitian ini adalah analisa bivariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010: h.183). Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan sikap terhadap pemberian ASI ekslusif. Secara operasional, variabel tersebut didefinisikan dan diukur dengan cara sebagai berikut. Tingkat pengetahuan ibu tentang asi eksklusif adalah kemampuan ibu untuk tahu dalam memahami tentang pengertian ASI eksklusif, komposisi ASI, kandungan ASI, manfaat ASI, keunggulan ASI terhadap susu lain, dan dampak penyapihan ASI usia kurang dari 6 bulan. Serta sikap ibu hamil terhadap pemberian ASI eksklusif adalah dengan kemampuan ibu hamil untuk menanggapi atau merespon pernyataan yang berkaitan dengan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif. Untuk mengukur hal tersebut digunakan kuesioner tentang pengetahuan berisi pertanyaan pengetahuan ibu hamil tentang ASI eksklusif dengan jumlah 15 pernyataan yang terdiri dari 9 pernyataan favorable (benar) dan 6 pernyataan unfavorable Hubungan Pengetahuan Tentang Asi Eksklusif Dengan Sikap Terhadap …. (M. Jamil, dkk) 97 ISSN 2356-3087 (salah). Sedangkan untuk mengukur sikap digunakan kuesioner yang bersifat tertutup berisi daftar pertanyaan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif dengan jumlah 10 pernyataan terdiri dari 5 pernyataan favorable (positif) dan 5 pernyataan unfavorable (negatif) Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Kuesioner yang disebarkan adalah yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu tentang asi eksklusif yaitu pengertian ASI eksklusif, komposisi ASI, kandungan ASI, manfaat ASI, keunggulan ASI terhadap susu lain, dan dampak penyapihan ASI usia kurang dari 6 bulan. Serta kuesioner yang bersifat tertutup berisi daftar pertanyaan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif. Metode Analisis Data Analisa data yang digunakan adalah chi-square, karena variabel yang dikorelasikan berbentuk ordinal dan nominal (kategorikal) (Arikunto, 2006: h.290). Dalam penelitian ini analisa bivariat menggunakan uji statistik chi-square dengan komputer menggunakan program SPSS 16.0.Untuk interpretasi hasil yang didapat dengan melihat nilai p-value (nilai signifikansi) dimana bila p-value< 0,05, maka Ho ditolak, dan bila p-value> 0,05, maka Ho diterima (Riwidikdo, 2009: h.39). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pengambilan data dan penelitian dilakukan pada ibu hamil di Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang oleh peneliti dengan cara membagikan kuesioner pada ibu hamil sebanyak 42 orang. Hasil penelitian disajikan dalam dua tingkatan analisis yaitu univariat yang menggambarkan karakteristik masingmasing variabel dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi relatif dan analisis bivariat yang menggambarkan variabel berhubungan atau tidak berhubungan dengan menggunakan rumus chi square. 98 1. Analisis Univariat Tabel 4.1a Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang ASI Eksklusif Kriteria Frekuensi Presentase (f) (%) Baik 35 83,33 % Cukup 7 16,67 % Kurang 0 0% Jumlah 42 100% Sumber : Data Primer Mei 2013 di Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang Dari tabel 4.1 didapatkan mayoritas responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang ASI eksklusif yaitu sebanyak 35 responden (83,33 %). Berdasarkan penelitian tidak ditemukan responden dengan pengetahuan kurang, sehingga peneliti hanya menuliskan kriteria pengetahuan baik dan cukup pada tabel distribusi frekuensi. Tabel 4.1b Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang ASI Eksklusif Kriteria Frekuensi Presentase (f) (%) Baik 35 83,33 % Cukup 7 16,67 % Jumlah 42 100 % Sumber : Data Primer Mei 2013 di Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Hamil Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Kriteria Frekuensi (f) 29 13 Presentase (%) 69,05 % 30,95 % Setuju Tidak Setuju Jumlah 42 100% Sumber : Data Primer Mei 2013 di Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang Dari tabel 4.2 sebagian besar responden mempunyai sikap setuju terhadap pemberian ASI eksklusif Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:94-102 ISSN 2356-3087 yaitu sebanyak (69,05%). 29 responden 2. Analisis Bivariat Tabel 4.3 Hubungan Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Dengan Sikap Terhadap Pembetian ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Sikap Setuju Tingkat Penget ahuan Baik Cukup Kurang Jumlah Total Jml (n) 26 3 0 Pers en (%) 74,3 42,9 0 Tidak Setuju Jml Pers (n) en 9 (%) 4 25,7 0 57,1 0 29 69,0 13 31,0 Jml (n) 35 7 0 Pers en (%) 100 100 0 42 100 Sumber : Data Primer Mei 2013 di Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang Dari tabel 4.3 diketahui ibu hamil yang memiliki sikap setuju terhadap pemberian ASI eksklusif pada proporsi tingkat pengetahuan baik sebanyak 26 ibu hamil (74,3 %) yaitu lebih besar daripada ibu hamil yang memiliki sikap setuju terhadap pemberian ASI eksklusif pada proporsi tingkat pengetahuan cukup sebanyak 3 ibu hamil (42,9 %) dan pada proporsi tingkat pengetahuan kurang sebanyak 0 ibu hamil (0 %) . Sedangkan ibu hamil yang memiliki sikap tidak setuju terhadap pemberian ASI eksklusif pada proporsi tingkat pengetahuan baik sebanyak 9 ibu hamil (25,7 %) yaitu lebih besar daripada ibu hamil yang memiliki sikap setuju terhadap pemberian ASI eksklusif pada proporsi tingkat pengetahuan cukup sebanyak 4 ibu hamil (57,1 %) dan pada proporsi tingkat pengetahuan kurang sebanyak 0 ibu hamil (0 %).Berdasarkan hal tersebut maka sikap terhadap pemberian ASI eksklusif cenderung direspon oleh ibu hamil yang berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif. Untuk mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang digunakan uji statistik Chi Square.Uji Chi square yang dilakukan untuk mencari hubungan antara pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang ini menggunakan analisis Statistical Product And Service Solution (SPSS) versi 16.0. Diperoleh hasil perhitungan uji chi square setelah dilakukan penggabungan kategori karena nilai ekspektasi kurang dari 5 yaitu untuk kategori tingkat pengetahuan kurang dengan nilai ekspektasi 0 pada kategori sikap tehadap pemberian ASI eksklusif. Hasil penggabungan didapatkan p valuedari uji fisher (uji alternatif karena syarat untuk menggunakan uji chi square tidak terpenuhi ada 2 sell pada tabel kurang dari 5) sebesar 0,176 lebih besar dari nilai α = 0,05 (0,176> 0,05), maka dapat diketahui tidak adanya hubungan pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang. Pembahasan 1. Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan terdiri dari faktor internal yaitu pendidikan, pekerjaan dan umur, dan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan dan sosial budaya (Wawan, 2011: h.16-18). Berdasarkan penelitian tingkat pengetahuan ibu hamil tentang ASI eksklusif di Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang didapatkan bahwa mayoritas ibu hamil mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang ASI eksklusif. 2. Sikap Berdasarkan penelitian sikap ibu hamil terhadap pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang didapatkan bahwa mayoritas ibu hamil mempunyai sikap setuju terhadap pemberian ASI eksklusif. Menurut Azwar, apa yang telah dan sedang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial (2012: h.30). Sebanyak 29 dari 42 ibu hamil memiliki sikap setuju terhadap pemberian ASI eksklusif, hal tersebut dikarenakan Hubungan Pengetahuan Tentang Asi Eksklusif Dengan Sikap Terhadap …. (M. Jamil, dkk) 99 ISSN 2356-3087 pengalaman ibu hamil terkait ASI memberikan tanggapan positif sebagai dasar terbentuknya sikap setuju terhadap pemberian ASI eksklusif. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting (Azwar, 2012: h.32). Mayoritas ibu hamil menganggap tenaga kesehatan khususnya bidan merupakan seseorang yang dianggap penting dan dapat dipercayai informasi yang diberikannya dalam hal ini adalah tentang ASI eksklusif, sehingga mereka mengambil sikap setuju terhadap pemberian ASI eksklusif. 3. Hubungan Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Dengan Sikap Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada IbuHamil Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Purwoyoso kota Semarang. Menurut Walgito sikap mengandung tiga komponen yang membentuk sikap yaitu Komponen kognitif (pengetahuan, pandangan, dan keyakinan), Komponen afektif (komponen emosional), dan Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component) (2003: h.127). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2012: h.141). Melalui komponen kognitifnya, yaitu dengan cara memberi pengetahuan, pendapat, sikap, ataupun hal-hal lain, sehingga dengan materi tersebut akan berubahlah komponen kognitifnya, dan ini akan mengubah komponen afektif, dan pada akhirnya sikap akan berubah. Melalui komponen afektif ialah memberikan hal-hal yang mengenai perasaan atau emosi, sehingga dengan berubahnya perasaan, akan berubah pula segi kognitifnya, yang pada 100 akhirnya akan berubah pula sikapnya (Walgito, 2003: h.139). Hal tersebut disebabkan oleh faktor emosional atau psikologis, responden yang memiliki kognitif (pengetahuan) baik dapat berubah sikapnya (tidak sesuai dengan kognitifnya) karena perubahan emosional dari sugesti yang diterima dilingkungan yaitu yang berupa budaya setempat yang cenderung untuk memberikan tambahan makanan selain ASI pada bayi sebelum umur 6 bulan. Hal ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang dianggap penting, sehingga responden akan cenderung mengikuti apa yang diberikan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Faktor lain yaitu kecenderungan responden untuk bertindak terhadap objek sikap dalam hal ini terhadap pemberian ASI eksklusif, meliputi pengetahuan tentang ASI eksklusif responden baik, tetapi ia merasa kesulitan untuk memberikan ASI secara eksklusif karena situasi dan kondisi yang tidak mendukung seperti kondisi yang nantinya mengaharuskanya bekerja setelah melahirkan dan terpisah dengan bayi dalam waktu yang lama, serta situasi dan kondisi tempat ia bekerja tidak mendukung. Konsistensi antara kepercayaan (pengetahuan) sebagai komponen kognitif, perasaan sebagai komponen afektif, dengan tendensi perilaku sebagai komponen konatif seperti itulah yang menjadi landasan dalam usaha penyimpulan sikap yang tercemin oleh jawaban terhadap skala sikap (Azwar, 2012: h.27). Dengan kata lain pengetahuan merupakan komponen pembentuk sikap akan tetapi bukan satu-satunya komponen pembentuk sikap. Jadi, untuk menghasilkan suatu sikap yang utuh diperlukan juga komponen lain yaitu komponen emosional dan komponen perilaku. Hal ini mencerminkan bahwa seseorang yang memiliki dasar pengetahuan terhadap suatu hal, dalam hal ini adalah pengetahuan tentang ASI eksklusif tidak selalu memiliki sikap Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:94-102 ISSN 2356-3087 yang sesuai pengetahuannya. dengan tingkat Direktorat Bina Gizi. 2012. Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2011. Jakarta: KeMenKes RI. SIMPULAN DAN SARAN DKK Semarang. 2010. Profil Kesehatan 2010. Semarang: DinKes. Simpulan 1. Sebagian besar ibu hamil mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang ASI eksklusif. 2. Sebagian besar ibu hamil mempunyai sikap setuju terhadap pemberian ASI eksklusif. 3. Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang. Saran 1. Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan para petugas kesehatan khususnya bidan untuk meningkatkan pemberian informasi kesehatan melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) secara benar dan berkesinambungan tentang ASI eksklusif denganmemberikan penyuluhan, terutama pemberian ASI secara eksklusif yang berguna untuk tumbuh kembang bayi. 2. Bagi Masyarakat Diharapkan masyarakat khususnya ibu hamil untuk lebih mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk nantinya dapat memberikan ASI secara eksklusif, tidak hanya dengan meningkatkan pengetahuan tentang ASI eksklusif saja tetapi juga mempersiapkan fisik dan mental. Selain itu, seluruh komponen masyarakat diharapkan juga ikut mendukung pemberian ASI eksklusif. 3. Bagi Peneliti Lain Diharapkan peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan variabel lain dalam penelitian tentang ASI eksklusif. DAFTAR PUSTAKA Azwar. 2012. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ___________. 2011. Profil Kesehatan 2011. Semarang: DinKes. Fithananti, Ninda. 2013. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan Puskesmas dalam Pelaksanaan Program ASI Eksklusif di Kota Semarang” dalam jurnal Kesehtan Masyarakat, Vol.2, No.1. 2013. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jk m, diakses 15 Juli 2013. Hidayat, A. 2009. Metode penelitian kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba medika. Karin, cadwell dan cindy. 2011. Manajemen Laktasi. (Terj.) dwi widiarti dan anastasia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Kristiyansari, Weni. 2009. ASI, Menyusui & SADARI. Yogyakarta: NUHA MEDIKA. MenKes RI. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta: MenKes RI. Mubarak, W. 2007.Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. __________. 2010. Metodelogi penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Citra. Nugroho,Taufan. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika. Hubungan Pengetahuan Tentang Asi Eksklusif Dengan Sikap Terhadap …. (M. Jamil, dkk) 101 ISSN 2356-3087 Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metode penelitian Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Rineka Cipta. __________. 2011. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba medika. Prasetyawati, Arsita Eka. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Millenium Development Goals (MDGs). Yogyakarta: Nuha Medika. Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. 2010. Kapita Selekta ASI & menyusui. Yogyakarta: NUHA MEDIKA. Riyanto, Agus. 2010. Pengolahan Dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. __________. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Riwidikdo, Handoko. 2009. Statistik untuk Penelitian kesehatan dengan Aplikasi Program R dan SPSS. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suradi, Rulina dan kristina (Ed.). 2004. Manajemen Laktasi. Jakarta: PERINASIA. Suradi, Rulina dkk. 2010. Indonesia menyusui. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. Suyanto. 2011. Metodelogi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: ANDI. Wawan, A. 2011. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika 102 Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:94-102 ISSN 2356-3087 HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL BERDASARKAN LILA DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI BPM NY. ROHSIYATI DESA CANDIGARON KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG Oleh O .Cahyaningsih1 ,M. Kusumastuty dan U.Hasanah2 1 2 Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada ABSTRAK Kematian perinatal pada bayi yang bermasalah dengan berat badan (BBLR) adalah 8 kali lebih besar dari bayi normal, gizi yang baik pada ibu hamil mempunyai andil yang cukup besar pada pembentukan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia), karena kekurangan gizi berdampak negatif pada kesehatan dan dapat menghambat kualitas SDM seperti yang diharapkan. Bila kekurangan gizi terjadi pada ibu hamil maka akan berakibat buruk baik bagi ibu itu sendiri, terhadap persalinan maupun terhadap janin dan anak yang dilahirkannya ( Paath, 2005: h.165-166). Sampel pada penelitian ini adalalah ibu hamil di Desa Candigaron Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang berjumlah sebesar 55 sampel. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian survey analitik dilakukan untuk melihat hubungan antara status gizi ibu hamil berdasarkan LILA dengan berat badan bayi baru lahir, pendekatan retrospektif. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Analisis Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0,diperoleh hasil didapatkan p value pada continuity correction sebesar 0.000 lebih kecil dari α =0,05 (0,000 < 0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat diketahui adanya hubungan antara status gizi ibu hamil berdasarkan LILA dengan berat badan bayi baru lahir di Desa Candigaron kec. Sumowono Kab. Semarang tahun 2012. Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Lila Dengan Berat Badan …. (O .Cahyaningsih, dkk) 103 ISSN 2356-3087 PENDAHULUAN Masa kehamilan merupakan periode yang sangat penting bagi pembentukan kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang, karena tumbuh kembang anak akan sangat ditentukan oleh kondisi pada saat janin dalam kandungan ( Huliana dalam paath,2005: h.54). Selanjutnya berat lahir yang normal menjadi titik awal yang baik bagi proses tumbuh kembang pasca lahir, serta menjadi petunjuk bagi kualitas hidup selanjutnya, karena berat lahir yang normal dapat menurunkan risiko menderita penyakit degeneratif pada usia dewasa. Bayi dengan berat lahir yang rendah mempunyai masalah jangka panjang yaitu gangguan perkembangan dan pertumbuhan, gangguan bicara dan komunikasi, gangguan neurologi dan kognisi (kognisi abnormal atau IQ rendah), penyakit paru kronis, gangguan penglihatan (retinopati) dan pendengaran, cacat bawaan lebih sering diderita BBLR (Bayi Berat lahir Rendah) daripada bayi lahir hidup lainnya. (proverawati, 2010: h. 23-25). Gizi yang baik mempunyai andil yang cukup besar pada pembentukan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia), karena kekurangan gizi berdampak negatif pada kesehatan dan dapat menghambat kualitas SDM seperti yang diharapkan. Bila kekurangan gizi terjadi pada ibu hamil maka akan berakibat buruk baik bagi ibu itu sendiri, terhadap persalinan maupun terhadap janin dan anak yang dilahirkannya ( Paath, 2005: h.165-166). Menurut Penelitian Edwi Saraswati dalam Waryana (2010 : h.57) menunjukan bahwa status gizi pada ambang pengukuran LILA 23,5 cm belum merupakan resiko pada berat badan bayi yang dilahirkan (berat lahir rendah) walupun resiko relatifnya cukup tinggi. Sedangkan ibu hamil dengan KEK pada batas LILA 23 cm mempunyai resiko 2,0087 kali untuk melahirkan berat lahir rendah dibandingkan ibu yang mempunyai LILA lebih dari 23 cm, LILA diukur untuk mengetahui tebal lemak dalam kulit, jika ukuran ini rendah atau kecil menunjukan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan. Di indonesia pada tahun 2011 terdapat 5.060.637 ibu hamil dan masih terdapat 104 6,57% (332.483 ibu hamil) yang beresiko resiko KEK (kemenkes RI, 2012), pada tahun 2012 di Kabupaten Semarang terdapat 9,.75% (1.526 ibu hamil) ibu hamil yang KEK dari 15.649 ibu hamil dan di Sumowono 7,19% ibu hamil yang KEK dari 542 ibu hamil (37 ibu hamil) ( Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang tahun 2012) Dari data kunjungan ANC dan Data persalinan pada tahun 2011 di Desa Candigaron jumlah ibu hamil adalah 117 ibu hamil dengan KEK pada ibu hamil adalah 33 ibu hamil (28,2%) dan terdapat 12 bayi dengan berat badan rendah (10,25%). Sedangkan pada tahun 2012 hingga bulan januari tahun 2013 di peroleh di BPS Ny. Rohsiyati Desa Candigaron terdapat 121 ibu hamil, terdapat 42 (34,7%) ibu hamil yang mempunyai LILA < 23,5 cm, dan terdapat berat badan bayi rendah sejumlah 21 bayi (17,35%) (data sekunder bidan desa candigaron, kec. Sumowono, kab.Smg). Pada bayi yang mempunyai berat badan rendah banyak sekali resiko terjadi permasalahan pada sistem tubuh, oleh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal pada bayi BBLR adalah 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis akan lebih buruk bila berat badan semakin rendah, kematian sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial, hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, tingkat kecerdasan rendah. Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal. Pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, pencegahan infeksi, mengatasi pernafasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain (Proverawati dan Cahyo, 2010: h. 9). Perumusan Masalah Manfaat pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil adalah untuk menghindari masalah saat hamil, mendapatkan bayi yang sehat dan memperlancar ASI. Ibu hamil yang kurang gizi juga akan menyebabkan masalah yang berkaitan dengan berat badan bayi yang dilahirkan dan akan mempunyai risiko untuk Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:103-111 ISSN 2356-3087 mengalami masalah psikis dan fisik pada jangka panjang dan mengalami gangguan metabolik, imunitas serta pernapasan pada bayi. Kematian perinatal pada bayi yang bermasalah dengan berat badan (BBLR) adalah 8 kali lebih besar dari bayi normal dan pada kenyataanya di desa candigaron tahun 2012januari 2013 angka kekurangan energi kronik pada ibu hamil masih tinggi yaitu dari 121 (100%) ibu hamil, terdapat 42 (34,7%) ibu hamil yang mempunyai LILA < 23,5 cm dan terdapat 21 berat badan bayi rendah (17,35%). ibu hamil harus senantiasa memperhatikan asupan nutrisinya untuk mengantisipasi bayi yang dilahirkan mengalami masalah pada berat badannya (berat lahir rendah) sehingga berakibat kematian akibat komplikasi tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang diteliti adalah: “Apakah ada hubungan status gizi pada ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir di BPM Ny. Rohsiyati Desa Candigaron Kab. Semarang tahun 2012?” Tujuan Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan status gizi pada ibu hamil berdasarkan LILA dengan berat badan bayi baru lahir di BPM Ny. Rohsiyati Desa Candigaron Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang tahun 2012. Tujuan Khusus a. Mengetahui distribusi frekuensi status gizi ibu hamil berdasarkan LILA di BPM Ny.Rohsiyati Desa Candigaron Kec. Sumowono Kab. Semarang tahun 2012. b. Mengetahui gambaran berat badan bayi baru lahir di BPM Ny.Rohsiyati Desa Candigaron Kec. Sumowono Kab. Semarang tahun 2012. c. Menganalisa hubungan antara status gizi ibu hamil berdasarkan LILA dengan berat badan bayi baru lahir di BPM Ny.Rohsiyati Desa Candigaron Kec. Sumowono Kab. Semarang tahun 2012. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian pada penelitian ini menggunakan metode survey yaitu suatu penelitian yang dilakukan tanpa melakukan intervensi terhadap subyek penelitian (masyarakat), sehingga sering disebut penelitian noneksperimen, dan analitik adalah untuk melihat hubungan antara gejala satu dengan gejala yang lain untuk variabel satu dengan variabel lainnya dengan cara mengidentifikasi variabel yang ada pada suatu obyek, setelah itu juga mengidentifikasi variabel yang lain yang ada pada obyek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antara kedua variabel tersebut. Pendekatan retrospektif adalah penelitian yang berusaha melihat kebelakang (backward looking), artinya pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi, kemudian dari efek tersebut ditelusuri kebelakang tentang penyebabnya atau variabel- variabel yang mempengaruhi akibat tersebut (Notoatmodjo, 2010; hal.27). Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian survey analitik dilakukan untuk melihat hubungan antara status gizi ibu hamil berdasarkan LILA dengan berat badan bayi baru lahir, pendekatan retrospektif, pada penelitian ini peneliti mengumpulkan data efek terlebih dahulu yaitu semua berat badan bayi baru lahir kemudian peneliti mencari data penyebab yaitu status gizi ibu hamil berdasarkan LILA. Populasi,Sampel dan Sampling a. Populasi Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneilti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono dalam Nasir dkk, 2011: hal.187). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di BPS Ny. Rohsiyati desa Candigaron Kabupaten Semarang pada bulan Januari 2012– januari 2013 sejumlah 121 ibu hamil. b. Sampel Sugiono (2009) mengatakan sampel merupakan bagian populasi yang diambil dengan cara tertentu, dimana pengukuran dilakukan (Nasir dkk, 2011:hal.190). Besarnya sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus solvin berikut : Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Lila Dengan Berat Badan …. (O .Cahyaningsih, dkk) 105 ISSN 2356-3087 n= Jadi anggota populasi yang menjadi sampel adalah setiap elemen (nama orang) yang mempunyai nomor kelipatan 2. N 1 + N (e2 ) (Nasir dkk, 2011: hal.196). Sampel pada penelitian ini adalah: n= c. 121 1 + 121(0,12 ) n = 54, 75 dibulatkan menjadi 55 Keterangan : N : Besar populasi n : Besar sampel e : Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir sebesar 10 % atau 0,1 Dari jumlah populasi 121 ibu hamil, maka didapatkan jumlah sampel sebesar 55 sampel. Teknik Sampling Sampling adalah proses menyelidiki porsi dari populasi untuk dapat memiliki populasi. Teknik sampling adalah caracara yang ditempuh dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruan obyek penelitian (Nursalam, 2010; hal.203). Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara Systematic Random Sampling (pengambilan sampel secara acak sistematis), caranya adalah membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya adalah interval sampel. Sampel diambil dengan membuat daftar elemen atau anggota populasi secara acak antara 1 sampai dengan banyaknya anggota populasi. Kemudian membagi dengan jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya sebagai interval adalah X, maka yang terkena sampel adalah setiap kelipatan dari X tersebut. (Notoatmodjo,2010: hal 121). Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah : N (jumlah populasi) :121 bumil (no. 1,2,3,…..121) N (sampel) : yang diinginkan 55 I (interval) : 121:55= 2,2 dibulatkan menjadi 2. 106 Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Tabel 1 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional a. Status gizi pada ibu hamil berdasa rkan LILA Keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang di ukur dengan Lingkar Lengan Atas (LILA) b. Berat badan bayi baru lahir Berat badan bayi baru tanpa memandang masa gestasi dengan penimbangan setelah bayi baru saja lahir Alat ukur Formulir yang berisi nama inisial ibu dan ukuran lingkar lengan atas Formulir yang berisi nama inisial ibu, berat lahir bayi Kategori dan parameter Kategori : Status Gizi Kurang Beresiko KEK bila LILA <23,5 cm =0 Skala penguk uran Ordinal kategori: Ordinal Status Gizi tidak kurang Tidak beresiko KEK bila LILA > 23,5cm = 1 BBLR bila berat badan bayi < 2500 gram = 0 BBLN bila berat badan bayi>2500 gram = 1 Metode Pengumpulan Data Merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian, sebelum pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian (Hidayat, 2009; h.86). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, data sekunder adalah pengumpulan data yang diperoleh dari orang lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti dari subyek penelitiannya. Data sekunder diperoleh dengan pencatatan secara manual menggunakan instrumen atau alat yaitu formulir yang berbentuk tabel yang telah berisi tentang nama pasien, umur, tinggi badan, berat badan, ukuran lingkar lengan atas, dan berat badan bayi baru lahir. Data diambil dari catatan antenatal care dan data persalinan yang ada di BPM bidan. Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:103-111 ISSN 2356-3087 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo,2010; h.87) Instrumen penelitian yang digunakan dalam penlitian ini adalah dengan mengambil data dari kunjungan Antenatal Care berupa kohort ibu hamil dan Data persalinan di BPS menggunakan formulir pencatatan. Metode Analisis Data a. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini menggambarkan tiap-tiap variabel (variabel dependen dan independen) dengan menggunakan menggunakan rumus : Keterangan: X = hasil prosentase f = frekuensi hasil pencapaian = total seluruh observasi (Budiarto, 2010 : h.37) Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Untuk variabel status gizi ibu hamil dikategorikan menjadi 2 yaitu status gizi ibu hamil dikatakan baik jika LILAnya >23,5 cm yang artinya tidak resiko kurang energi kronik dan jika LILA ibu <23,5 cm berarti status gizi ibu hamil tersebut masih kurang yang artinya kurang energi kronik. Sedangkan variabel berat badan bayi baru lahir dikategorikan menjadi 2 yaitu dikatakan bayi berat lahir rendah jika hasil penimbangan bayi < 2500 gr dan bayi berat lahir normal jika hasil penimbangan bayi ≥ 2500 gr. b. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi, analisis yang digunakan adalah uji chi square untuk menentukan hubungan dua gejala yang semuanya nominal atau jenjang (Notoatmodjo, 2010: hal.183). Proses pengolahan data dan anlisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan computer program SPSS 16 for windows yang menampilkan pearson chy square ( ), untuk perbandingan keputusan statistik nilai dengan nilai alpha ( = 0,01) dengan hasil perhitungannya adalah: Nilai nilai maka ho ditolak dan ha diterima, artinya ada hubungan antara status gizi ibu hamil berdasarkan LILA dengan bayi berat lahir rendah. Nilai nilai maka ho diterima dan ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara status gizi ibu hamil berdasarkan LILA dengan bayi berat lahir rendah. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian a. Analisis Univariat 1) Distribusi frekuensi status gizi ibu hamil berdasarkan LILA Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan kategori status gizi pada ibu hamil berdasarkan LILA Status Gizi Prosentase No. Berdasarkan Frekuensi (%) LILA Bukan Resiko KEK 28 50,91 Resiko KEK 27 49,09 Jumlah 55 100 Dari tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil mempunyai status gizi berdasarkan LILA tidak beresiko KEK yaitu 28 responden (50,91%) dibanding ibu hamil yang mempunyai status gizi berdasarkan LILA beresiko KEK. 2) Disrtribusi frekuensi Berat Bayi Baru Lahir Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Lila Dengan Berat Badan …. (O .Cahyaningsih, dkk) Badan 107 ISSN 2356-3087 Analisis Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0,diperoleh hasil didapatkan p value pada continuity correction sebesar 0.000 lebih kecil dari α =0,05 (0,000 < 0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat diketahui adanya hubungan antara status gizi ibu hamil berdasarkan LILA dengan berat badan bayi baru lahir di Desa Candigaron kec. Sumowono Kab. Semarang tahun 2012 Tabel 3 Distribusi frekuensi kategori bayi berat lahir rendah Berat bayi lahir No. Frekuensi Bayi berat lahir 42 normal Bayi berat lahir 13 rendah Jumlah Presentasi (%) 76,4 23,6 55 100 Dari tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar adalah BBLN sebanyak 42 kasus (76,4%) dbanding BBLR. b. Analisis Bivariat Tabel 4 Tabel Silang Status gizi ibu hamil berdasarkan LILA dengan berat badan bayi baru lahir Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan LILA Berat Badan Bayi Baru Lahir BBLR BBLN Total Jml Persen Jml Persen Jml Persen (n) (%) (n) (%) (n) (%) Resiko KEK Bukan Resiko KEK Jumble 12 44,4% 15 55,6% 27 100% 1 27 96,4% 28 100% 13 23,6% 42 76,4% 55 100% 3,6% Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa bayi yang lahir dengan kondisi BBLR sebagian besar dilahirkan oleh ibu dengan resiko KEK yaitu sebesar 12 bayi (44,4%) dibandingkan yang lahir dari ibu hamil yang tidak beresiko KEK yaitu sebesar 1 bayi (3,6%). Bayi yang lahir dengan kondisi BBLN sebagian besar dilahirkan oleh ibu yang tidak beresiko KEK yaitu sebesar 27 bayi (96,4%) dibandingkan yang lahir dari ibu yang beresiko KEK yaitu sebesar 15 bayi (55,6%). 108 Pembahasan 1. Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Lila Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu hamil bukan resiko KEK di BPS Ny Rohsiyati Desa Candigaron Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang tahun 2013 yaitu 28 ibu hamil (50,91%) sedangkan ibu hamil yang resiko KEK yaitu 27 ibu hamil (49,09%). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier,2009: h.3). Masa kehamilan merupakan periode yang sangat penting bagi pembentukan kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang, karena tumbuh kembang anak akan sangat ditentukan oleh kondisi pada saat janin dalam kandungan (Huliana dalam paath, 2005; h. 54). Status gizi ibu hamil sangat dipengaruhi oleh asupan makanan pada saat kehamilan, kurangnya asupan konsumsi dapat mempengaruhi keadaan perkembangan janin yang dikandung sehingga dapat berakibat buruk terhadap status gizinya (Arisman,2009: h.8). Bila kekurangan gizi terjadi pada ibu hamil maka akan berakibat buruk baik bagi ibu itu sendiri, terhadap persalinan maupun terhadap janin dan anak yang dilahirkannya ( Paath, 2005: h.165-166). Penilaian status gizi pada ibu hamil biasanya menggunakan lingkar lengan atas (LILA), karena LILA merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi ibu hamil, karena Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:103-111 ISSN 2356-3087 mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Pengukuran LILA pada kelompok WUS baik ibu hamil maupun calon ibu merupakan salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok beresiko KEK (Kekurangan Rnergi Kronik). KEK merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu, tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon ibu dan masyarakat umum salah satunya adalah untuk mengetahui resiko KEK pada WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu (Supariasa,2002; h. 48-49). Menurut Waryana, di Indonesia batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah 23,5 cm hal ini berarti ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan BBLR (Waryana, 2010; 153). Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah perilaku. Untuk mengkoreksi masalah gizi dapat dilakukan dengan pendekatan melalui pemberian informasi tentang perilaku gizi yang baik dan benar. Pada keluarga dengan tingkat sosial ekonominya rendah atau sering disebut orang keluarga miskin, umumnya sering menghadapi masalah kekurangan gizi yang disebut gizi kurang (Aziz,2011; h.60-61). Desa Candigaron adalah masyarakat pedesaan yang kebanyakan adalah masyarakat kurang mampu yang hanya sebagian kecil dari masyarakat yang memperhatikan asupan gizi ibu hamil. Asupan zat gizi ibu hamil dari masyarakat kurang mampu khususnya menurun secara signifikan dan menjadikan mereka Kurang Energi Kronik (KEK) yang didefinisikan dengan Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm. Pada penelitian ini ibu hamil yang bukan resiko KEK lebih banyak dibanding ibu hamil yang resiko KEK karena Bidan Desa Candigaron selalu melakukan penyuluhan pada kelas ibu hamil yang selalu berjalan setiap bulan, dan penyuluhan pada pertemuan kader mengenai pentingnya gizi seimbang ibu hamil serta konseling mengenai gizi ibu hamil yang akan berdampak buruk pada ibu sendiri maupun bayinya kelak serta menghimbau kepada ibu hamil untuk selalu periksa hamil sehinnga ibu hamil mengetahui pentingnya asupan gizi pada ibu hamil dan mau menerima serta menerapkan penyuluhan dan konseling dari bidan sehingga ibu hamil yang resiko KEK lebih sedikit dibanding ibu yang bukan resiko KEK. 2. Berat badan bayi baru lahir Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar adalah Bayi Berat Lahir Normal (BBLN) sebanyak 42 kasus (76,4%) dan BBLR adalah 13 kasus (23,6%). Penyebab terjadinya bayi berat lahir rendah bersifat multifaktorial yaitu faktor ibu, faktor janin, faktor plasenta, dan faktor lingkungan (Pantiawati,2010: h.4-5). Berat badan bayi baru lahir normalnya adalah 2500-4000 gram (Kristiana dalam Nanny, 2011: h.1) Masalah yang sering terjadi pada BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir rendah umumnya akan mengalami kehidupan dan masa depan kurang baik, BBLR mempunyai resiko lebih tinggi untuk meninggal dalam lima tahun pertama kehidupan, dan mereka yang dapat bertahan hidup dalam lima tahun pertama akan mempunyai resiko lebih tinggi untuk mengalami hambatan dalam kehidupan jangka panjangnya (Aziz,2011; h.62). Pada penelitian ini jumlah BBLN lebih banyak dibanding BBLR karena Bidan Desa Candigaron selalu melakukan penyuluhan ataupun konseling mengenai pentingnya gizi ibu hamil untuk menghindari bayi dilahirkan dengan berat lahir rendah dan bidan desa juga selalu memberikan PMT (Pemberian Makanan Tambahan ) untuk ibu hamil yang resiko KEK sehingga jumlah ibu hamil yang melahirkan BBLR menjadi lebih sedikit (Wawancara Bidan Desa Candigaron, 2013). Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Lila Dengan Berat Badan …. (O .Cahyaningsih, dkk) 109 ISSN 2356-3087 3. Hubungan Status Gizi ibu hamil Berdasarkan LILA dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir. Hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa dari 27 ibu hamil yang resiko KEK ada 12 bayi (44,4%) yang dilahirkan dengan BBLR. Sedangkan dari 28 ibu hamil yang bukan resiko KEK hanya ada 1 bayi (3,6%) yang dilahirkan dengan BBLR.Jumlah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir rendah oleh ibu yang bukan resiko KEK lebih kecil daripada bayi yang dilahirkan dengan berat lahir rendah oleh ibu yang resiko KEK. Jadi ibu hamil yang resiko KEK cenderung akan melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah dibanding dengan ibu hamil yang bukan resiko KEK. Keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil mempengaruhi status gizi. Pertumbuhan dan perkembangan janin sangat dipengaruhi oleh asupan gizi ibu, karena kebutuhan gizi janin berasal dari ibu. Berbagai resiko dapat terjadi pada ibu jika ibu mengalami kurang gizi diantaranya adalah perdarahan, abortus, bayi lahir mati, bayi lahir dengan berat lahir rendah, kelainan kongenital, retardasi mental, dan lain sebagainya (Sulistyoningsih, 2012; hal. 108). pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon ibu dan masyarakat umum salah satunya adalah untuk mengetahui resiko KEK pada WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu (Supariasa,2002; h. 48-49). Menurut Waryana, di Indonesia batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah 23,5 cm hal ini berarti ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan BBLR (Waryana, 2010; 153). Berdasarkan hasil penelitian Uji Chi Square didapatkan nilai p = 0.001< 0,05, maka Ho ditolak ,artinya ada hubungan yang signifikan antara status gizi ibu hamil berdasarkan LILA dengan kejadian BBLR di BPS Ny, Rohsiyati Desa Candigaron Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Hal tersebut diperkuat oleh teori Atikah Proverawati dan Weni Kristianingsih (2010), bahwa ibu hamil yang 110 mengalami Kurang Energi Kronik dengan LILA < 23,5 cm mempunyai resiko lebih besar untuk melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah dibandingkan ibu hamil yang normal. Dari hasil penelitian yang didapat, dapat disimpulkan bahwa status gizi ibu hamil berpengaruh dengan kejadian BBLR di BPS Ny, Rohsiyati Desa Candigaron Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Penelitian ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan hasil hasil penelitian yang telah penulis lakukan yaitu status gizi ibu hamil berdasarkan LILA dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA dengan bayi berat lahir rendah di BPS Ny. Rohsiyati Desa Candigaron Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, diambil Kesimpulan sebagai berikut: : 1. Status gizi ibu hamil berdasarkan LILA di BPS Ny.Rohsiyati Desa Candigaron Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang tahun 2012 sebagian besar tidak mengalami resiko KEK. 2. Berat badan bayi baru lahir di BPS Ny, Rohsiyati Desa Candigaron Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang tahun 2012 sebagian besar tidak mengalami berat lahir rendah. 3. Ada hubungan antara status gizi ibu hamil berdasarkan LILA dengan berat badan bayi baru lahir di BPS Ny. Rohsiyati Desa Candigaron Kecamatan Sumowono Kabupaten Semrang tahun 2012. Saran 1. Sebaiknya perlu dilakukan dengan cara yang berbeda seperti data yang digunakan data primer sehingga adanya kesalahan dalam pengukuran bisa diminimalisir. 2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai literatur untuk penambah wawasan tentang Status Gizi ibu hamil berdasarkan lingkar lengan atas (LILA). 3. Dengan adanya penelitian ini diharapkan Bidan Desa sebagai petugas kesehatan ditempat penelitian dapat melakukan Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:103-111 ISSN 2356-3087 perencanaan dan intervensi dalam program kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil, dan diharapkan lebih menyeluruh dan detail dalam memberikan konseling resiko kekurangan energi kronik pada ibu hamil agar memberikan pelayanan yang berkualitas untuk menurunkan ankga kejadian status gIzi kurang. 4. Masyarakat terutama pada ibu hamil dapat menjadikan penelitian ini sebagi informasi dan motivasi bahwa akan pentingnya nutrisi bagi ibu hamil, pemeriksaan rutin saat hamil dan isitarahat bagi ibu hamil, sehingga kesejahteraan ibu hamil dapat ditingkatkan. DAFTAR PUSTAKA Abdul Nasir, a. M. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitiana Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, Suharsimi. 2006. Proseder Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Budiarto, E. 2010. Biostatistik Untuk Kedokteran Dan Kesehaan Masyarakat. Jakarta: ECG. Depkes RI. 2011. Profil data kesehatan indonesia. Jakarta: DepKes. Nanny, D. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika. DKK Semarang. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2011. Semarang: DinKes. DKK Semarang. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang Angka Tahun 2012. Semarang: Dinas Kesehatan DKK Semarang. 2011. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2011. Semarang: DinKes. Frandiyanti, H. D. 2009. Hubungan Antara Status Gizi Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran. Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Metode Peneltian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Ibrahim, S. M. 2011. Nutrisi Janin Dan Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika. Indayani. 2009. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Gizi bu Dengan Status Gizi Ibu Hamil Di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Kristianasari, W. 2010. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika. Munawaroh. 2012. Panduan Memahami Metodologi Penelitian. Malang: Inti Media. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Paath, E. F. 2005. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC. Pantiawati, I. 2010. Bayi Dengan BBLR ( Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika. Proverawati, A., & Ismawati, C. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yoyakarta: Nuha Medika. Puskesmas Sumowono. 2012. Angka Kematian Bayi. Semarang: Puskesmas Sumowono. Sibagariang, E. E. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: CV. Trans Info Media. Sudarti; dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan. yogyakarta: Nuha Medika. Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama. ZR, Arief; Weni Kristiyana Sari. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika. Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Lila Dengan Berat Badan …. (O .Cahyaningsih, dkk) 111 ISSN 2356-3087 GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA (STUDI DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG TAHUN 2012) Oleh 1 1 2 D.S.Rochmayani , I.Sulistyowati , dan Suniarti 1 Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada 2 ABSTRAK Angka Kematian Ibu di Indonesia cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN, yaitu sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung Angka Kematian Ibu salah satunya adalah perdarahan yang bisa bersumber pada anemia. Kejadian anemia di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang pada bulan Januari sampai Juni 2012 terdapat 51 kasus ibu hamil dengan anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu hamil dengan anemia studi di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang tahun 2012. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, populasinya adalah semua ibu yang mengalami anemia di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang pada bulan Januari sampai Juni 2012 yang berjumlah 51 orang, sampel ditentukan dengan sampel jenuh dengan mengambil keseluruhan dari responden. Dan instrumen yang digunakan adalah check-list. Penelitian ini adalah gambaran karakteristik ibu hamil dengan anemia dari kelompok umur sebagian besar terjadi pada umur 20-35 tahun (80,4%), kelompok paritas sebagian besar terjadi pada primipara atau paritas 1 (49%), kelompok jarak kehamilan sebagian besar terjadi pada jarak < 2 tahun (54,9%), dan pada kelompok pendidikan sebagian besar terjadi pada ibu hamil dengan pendidikan dasar yaitu pendidikan SD sampai SMP (52,9%). Saran bagi peneliti lain diharapkan dapat mencari faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil untuk menambah wawasan bagi peneliti pada khususnya dan pembaca pada umumnya, diharapkan bagi tenaga kesehatan agar meningkatkan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil terutama dalam hal preventif dan promotif melalui penyuluhan tentang kehamilan resiko tinggi, serta meningkatkan cakupan pemberian tablet besi kepada ibu hamil. Selain itu diharapkan program KB (Keluarga Berencana) semakin ditingkatkan untuk mengurangi jarak kehamilan yang pendek (< 2 tahun), bagi masyarakat khususnya ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke tempat pelayanan kesehatan untuk memperoleh tablet besi dalam upaya mencukupi kebutuhan zat besi selama kehamilannya agar dapat terhindar dari komplikasi dalam kehamilan khususnya anemia. Kata kunci : karakteristik, ibu hamil, anemia 112 Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:112-121 ISSN 2356-3087 ABSTRACT Maternal Mortality in Indonesia is quite high even the highest in ASEAN, in the amount 228/100.000 live births. Direct cause of maternal mortality rate among them is the bleeding that can stem from anemia. Incidence of anemia in Puskesmas Bangetayu Semarang from January to June 2012 there were 51 cases of pregnant women with anemia. This study aims to determine the characteristics image of pregnant women with anemia study in Puskesmas Bangetayu Semarang in 2012. This type of study is a descriptive study, the population is all women who had anemia at Puskesmas Bangetayu Semarang, from January to June 2012 which numbered 51 people, the sample was determined by taking saturated samples with the entirety of the respondents. And the instruments used are the check-list. This study is an Image of the characteristics of pregnant women with anemia from the age group mostly occurred at the age of 20-35 years (80,4%), parity groups occurs largely in the primiparous, or parity of 1 (49%), spacing of pregnancy groups majority occur in distance of <2 years (54,9%), and the most education groups in pregnant women with primary education is elementary to junior high school education (52,9%). Suggestions for other researchers are expected to find other factors that could cause anemia in pregnant women in order to add insight for researchers and especially readers in general, for Health Workers in order to improve health care for pregnant women, especially in terms of preventive and promotive through counseling of high risk pregnancies, and increasing the coverage provision of iron tablets to pregnant women. In addition to the expected “program KB” (Family Planning) have been intensified to reduce the distances are short gestation (<2 years), for the public, especially pregnant women are advised to conduct regular prenatal care to the health service to obtain tablets of iron in iron-sufficient effort during pregnancy in order to avoid complications in pregnancy, especially anemia and increase knowledge about the benefits of iron tablets. Keyword : Characteristics, pregnant women, anemia Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Anemia …. (D.S.Rochmayani, dkk) 113 ISSN 2356-3087 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu tolak ukur keberhasilan dari kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara diukur dari tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI). AKI merupakan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Indonesia termasuk negara dengan AKI yang cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 AKI di Indonesia adalah 228/100.000 kelahiran hidup. Target program kesehatan ibu yang akan dicapai sesuai dengan Millenium Development Goals (MDGs) adalah upaya meningkatkan kesehatan ibu dengan menurunkan AKI menjadi 102/100.000 kelahiran hidup, dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 90% pada tahun 2015 (BAPPENAS, 2010). AKI Propinsi Jawa Tengah untuk tahun 2011 berdasarkan laporan dari kabupaten atau kota sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup. Kejadian AKI di Propinsi Jawa Tengah paling banyak adalah pada waktu nifas sebesar 47%, disusul kemudian pada waktu bersalin sebesar 27%, dan pada waktu hamil sebesar 26%. AKI di Kota Semarang tahun 2011 sebesar 119,9/100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu adalah eklampsia (29%), perdarahan (16%), infeksi (0%), dan lain-lain sebesar (55%). Sedangkan penyebab tidak langsung AKI biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, dan juga tidak terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4 “terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (> 35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (< 20 tahun), terlalu banyak anak (> 4 anak), terlalu rapat jarak kehamilan (< 2 tahun) (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2011). 114 Dari data diatas, salah satu penyebab AKI adalah perdarahan yang menduduki peringkat kedua setelah eklampsia yang salah satunya bersumber pada anemia defisiensi besi. Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar hemoglobin (Hb) dibawah normal yaitu kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan pada trimester 1 dan trimester 3 dan kurang dari 10 g/dl selama masa kehamilan trimester 2 (Saifuddin, 2006; h. 281). Ada beberapa faktor resiko yang juga mempengaruhi terhadap terjadinya anemia pada ibu hamil yaitu umur, paritas, jarak kehamilan, dan pendidikan. Berdasarkan penelitian dari Amiruddin, yang berjudul studi kasus kontrol faktor biomedis terhadap kejadian anemia ibu hamil di Puskesmas Bantimurung Maros, diperoleh seorang wanita yang hamil pada umur < 20 tahun dan > 35 tahun sebanyak 74,1% mempunyai faktor resiko lebih tinggi mengalami anemia kehamilan. Hal ini dikarenakan pada umur < 20 tahun dapat menyebabkan anemia karena secara biologis belum optimal dan emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Pada umur > 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena terkait dengan penurunan dan kemunduran fungsi tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini sehingga dapat meningkatkan komplikasi kehamilan (Amiruddin, 2004; h. 5). Faktor resiko terjadinya anemia yang lainnya adalah paritas. Paritas merupakan jumlah anak yang dimiliki oleh ibu. Paritas > 5 mempunyai resiko lebih tinggi terhadap terjadinya anemia dalam kehamilan berikutnya apabila seorang ibu tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi yang diperlukan saat ibu hamil. Faktor resiko yang berikutnya yaitu jarak kehamilan yang pendek (< 2 tahun) dapat meningkatkan resiko terhadap ibu dan anak. Jarak kehamilan yang aman bagi ibu dan anaknya paling sedikit 2 tahun, karena jarak kehamilan yang kurang dari 2 tahun dapat mengakibatkan anemia. Hal ini dikarenakan kondisi ibu yang belum pulih tetapi ibu harus Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:112-121 ISSN 2356-3087 memenuhi kebutuhan nutrisi bagi janinnya (Dewi, 2007; h. 180-181). Pendidikan juga menjadi faktor resiko terjadinya anemia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Silalahi yang berjudul analisis faktor yang berhubungan dengan anemia ibu hamil di Kabupaten Dairi diperoleh seorang ibu hamil yang berpendidikan rendah mempunyai resiko terjadinya anemia antara 1,024-7,288 kali dibanding ibu hamil yang mempunyai pendidikan tinggi. Pendidikan dapat menanggulangi anemia secara tidak langsung yaitu dengan pendidikan yang tinggi yang dimiliki ibu hamil maka akan mempermudah mengadopsi pengetahuan untuk menanggulangi anemia (Silalahi, 2006; h. 52). Anemia yang diderita selama kehamilan juga mempunyai dampak pada ibu maupun janin misalnya dapat terjadi abortus, persalinan prematur, mudah terjadi infeksi, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD), gangguan his-kekuatan mengejan, dan bayi berat lahir rendah (BBLR) (Manuaba, 2007; h. 38). Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia pada tahun 2011 adalah 59%, di Jawa Tengah 55,6%, dan di Kota Semarang 17,93%. Dari data Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2011 dari 37 puskesmas yang ada di Kota Semarang tiga puskesmas dengan kejadian anemia tertinggi pada ibu hamil yaitu di Puskesmas Bangetayu 193 (67,01%), Puskesmas Ngemplak Simongan 135 (64,59%), dan Puskesmas Purwoyoso 84 (57,53%). Dari tiga puskesmas tersebut, puskesmas Bangetayu menduduki peringkat pertama kejadian anemia, dengan persentase distribusi tablet Fe di Puskesmas Bangetayu 82,2%. Target distribusi tablet Fe Kota Semarang sebesar 93%, dari data tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian target distribusi tablet Fe di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang masih dibawah target yang ditetapkan Kota Semarang sehingga masih banyak ibu hamil yang terkena anemia dalam kehamilannya. Data di Puskesmas Bangetayu pada bulan Januari sampai Juni 2012 dari 176 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan, dari jumlah tersebut 73 (41%) ibu hamil normal 51 (29%) ibu hamil mengalami anemia, 29 (16%) ibu hamil mengalami kekurangan energi kronis, 9 (5%) ibu hamil dengan komplikasi asma, 5 (2,8%) ibu hamil dengan preeklamsia ringan, 4 (2,2%) ibu hamil dengan letak sungsang, 3 (1,8%) ibu hamil riwayat sectio caesarea, dan 2 (1%) ibu hamil menderita penyakit jantung. Pada bulan Januari sampai Juni 2012 juga terdapat 9 (9,7%) ibu hamil yang melahirkan bayinya dengan bayi berat lahir rendah (BBLR), dan 1 (1%) ibu melahirkan dengan persalinan prematur. Di Puskesmas Bangetayu apabila saat ANC ibu hamil mengalami anemia maka diberikan susu ibu hamil, pemberian konseling tentang konsumsi tablet besi, dan penyuluhan tentang anemia. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Gambaran karakteristik ibu hamil dengan anemia di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang”. Perumusan Masalah Masalah Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi, salah satu penyebab utama AKI di Indonesia adalah perdarahan yang bisa bersumber pada anemia defisiensi besi. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap anemia pada ibu hamil diantaranya umur, paritas, jarak kehamilan, dan pendidikan (Dewi, 2007; h. 180-181). Prevalensi anemia di Puskesmas Bangetayu 193 (67,01%), dengan persentase distribusi tablet Fe di Puskesmas Bangetayu 82,2%. Target distribusi tablet Fe Kota Semarang sebesar 93%, dari data tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian target distribusi tablet Fe di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang masih dibawah target yang ditetapkan Kota Semarang sehingga masih banyak ibu hamil yang terkena anemia dalam kehamilannya. Data yang diperoleh di Puskesmas Bangetayu pada bulan Januari sampai Juni 2012 dari 176 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan, dari jumlah tersebut 51 (29%) ibu hamil mengalami anemia. Pada bulan Januari sampai Juni 2012 juga terdapat 9 (9,7%) ibu hamil yang melahirkan bayinya dengan bayi berat lahir rendah (BBLR), dan 1 (1%) ibu melahirkan dengan persalinan prematur. Berdasarkan uraian data diatas, rumusan masalah dalam Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Anemia …. (D.S.Rochmayani, dkk) 115 ISSN 2356-3087 penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah gambaran karakteristik ibu hamil dengan anemia di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang?” Tujuan Tujuan Umum Mengetahui gambaran karakteristik ibu hamil dengan anemia di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang Tujuan Khusus B. Untuk mengetahui gambaran umur pada ibu hamil dengan anemia di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. C. Untuk mengetahui gambaran paritas pada ibu hamil dengan anemia di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. D. Untuk mengetahui gambaran jarak kehamilan pada ibu hamil dengan anemia di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. E. Untuk mengetahui gambaran pendidikan pada ibu hamil dengan anemia di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Dalam melakukan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang, peneliti memakai jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Pendekatan study retrospektif yaitu penelitian yang berusaha melihat kebelakang (back word looking) artinya pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi, kemudian dari efek tersebut ditelusuri penyebabnya atau variabel-variabel yang mempengaruhi akibat tersebut (Notoatmodjo, 2010; h. 35-36). Populasi, Sampel, dan Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan anemia di puskesmas Bangetayu Kota Semarang pada bulan Januari sampai Juni 2012 sebanyak 51 ibu hamil. a. Sampel Jumlah sampel yang penelitian ini adalah 116 diambil dalam semua jumlah populasi karena jumlah populasinya kurang dari 100, maka sampel yang diambil yaitu semua ibu hamil dengan anemia di puskesmas Bangetayu Kota Semarang pada bulan Januari sampai Juni 2012 sebanyak 51 ibu hamil. b. Teknik Sampling Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampling dengan menggunakan sampling jenuh atau total populasi dimana semua jumlah ibu hamil dengan anemia di puskesmas Bangetayu Kota Semarang pada bulan Januari sampai Juni 2012 sebanyak 51 ibu hamil. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah umur,paritas,jarak kehamilan,pendidikan ,anemia.Secara operasional, variabel tersebut didefinisikan dan diukur dengan cara sebagai berikut. Umur Adalah lama waktu hidup responden sejak dilahirkan sampai penelitian.kategori <20 tahun, 2035tahun,>35tahun(Amiruddin,2004;h. 5) Paritas Adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh responden baik dalam keadaan hidup ataupun mati.dikategorikan Nulipara 0,Primipara 1 ,Multipara 2-4 ,Grande multipara ≥ 5 (Bobak, 2005; h. 104) Jarak Kehamilan Adalah waktu sejak resonden hamil terakhir sampai hamil saat ini dihitung dalam bulan atau tahun. -Jarak kehamilan : 0 tahun,<2 tahun,>2 tahun (BKKBN, 2007) Pendidikan Adalah pendidikan formal yang ditempuh responden sampai tamat.Tidak sekolah, Pendidikan Dasar: bila pendidikan SD-SMP,Pendidikan Menengah: bila pendidikan SMA/MAPendidikan Tinggi: bila pendidikan Tamat perguruan tinggi (UU Sisdiknas, 2011; h. 3-14) Anemia Adalah penurunan kadar hemoglobin responden kurang dari 11 g/dl selama massa kehamilan pada trimester 1 dan trimester 3 dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan trimester 2 saat periksa.dikategorikan Hb < 11 g/dl : TM I dan TM III,Hb < 10 g/dl TM II (Proverawati, 2009; h. 76) Metode Pengumpulan Data Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:112-121 ISSN 2356-3087 Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara menggunakan cek list yang terdiri dari umur,paritas,jarak kehamilan,pendidikan ,anemia pada responden yang mengalami anemia. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Dalam penelitian ini, untuk menuju kevalidan kuesioner peneliti melakukan uji validitas dengan memberikan pertanyaan kepada 20 orang responden Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi produk moment (Notoatmodjo, 2005: 131). Sementara itu, uji realibitas menggunakan rumus K–R 21 karena instrument memiliki jumlah butir soal genap dan skor yang digunakan adalah 1 dan 0.Reliabilitas yang telah dilakukan pada 20 item hasilnya dinyatakan reliabel yaitu dengan nilai 0,91 yang menunjukkan bahwa instrument tersebut reliabel sebagai alat pengumpul data, dimana r hitung > r tabel. Metode Analisis Data Dari data yang terkumpul dianalisis selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis univariat yaitu dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Hasil persentase dari tiap variabel tersebut disusun dalam bentuk tabel univariat yaitu suatu tabel yang menggambarkan penyajian data untuk tiap variabel saja (Notoatmodjo,2005:188). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Karakteristik responden berdasarkan umur.Pada penelitian ini dapat dilihat mengenai kelompok umur ibu hamil yang mengalami anemia seperti pada tabel berikut : Tabel 4.2 Distribusi frekuensi ibu hamil dengan anemia berdasarkan umur responden No. Umur Frekuensi 1. 2. 3. <20 Tahun 20-35 Tahun >35 Tahun 3 41 7 Persentase (%) 5,9 80,4 13,7 Jumlah 51 (sumber data sekunder) 100 Pada tabel 4.2 didapatkan data kejadian ibu hamil yang mengalami anemia menurut kelompok umur mayoritas pada umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 41 responden (80,4%). 2. Karakteristik responden berdasarkan paritas Dari hasil penelitian, ibu hamil yang mengalami anemia berdasarkan paritas dapat dilihat seperti dalam tabel berikut : Tabel 4.3 Distribusi frekuensi ibu hamil dengan anemia berdasarkan paritas responden No. Paritas Frekuensi 1. 2. 3. 4. 0 15 1 25 2-4 10 ≥5 1 Jumlah 51 (sumber data sekunder) Persentase (%) 29,4 49 19,6 2 100 Pada tabel 4.3 didapatkan data bahwa ibu hamil yang mengalami anemia berdasarkan paritas mayoritas pada ibu dengan paritas 1 (primipara) yaitu sebanyak 25 responden (49%). 3. Karakteristik responden berdasarkan jarak kehamilan Pada penelitian ini responden yang mengalami anemia dalam kehamilan berdasarkan jarak kehamilan dapat dilihat seperti dalam tabel berikut : Tabel 4.4 Distribusi frekuensi ibu hamil dengan anemia berdasarkan jarak kehamilan responden No. 1.2. 3. Jarak Persentase Frekuensi Kehamilan (%) Pertama 15 29,4 hamil 28 54,9 <2 tahun 8 15,7 >2tahun Jumlah 51 100 (sumber data sekunder) Dari tabel 4.4 diatas didapatkan data bahwa responden yang mengalami anemia dalam kehamilan berdasarkan jarak Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Anemia …. (D.S.Rochmayani, dkk) 117 ISSN 2356-3087 kehamilan mayoritas pada kelompok ibu dengan jarak kehamilan < 2 tahun sebanyak 28 responden (54,9%). 4. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Ibu hamil yang mengalami anemia pada penelitian ini, data menunjukan kejadian tertinggi pada ibu hamil berdasarkan pendidikan seperti tercantum pada tabel berikut : Tabel 4.5 Distribusi frekuensi ibu hamil dengan anemia berdasarkan pendidikan responden No. Pendidikan 1. 2. 3. 27 15 9 Perse ntase (%) 52,9 29,4 17,7 51 100 Frekuensi Dasar (SD-SMP) Menengah (SMA) Tinggi (Tamat PT) Jumlah (sumber data sekunder) Dari tabel 4.5 diatas didapatkan data bahwa responden yang mengalami anemia dalam kehamilan berdasarkan pendidikan ibu hamil mayoritas pada kelompok ibu hamil dengan pendidikan dasar (SD-SMP) yaitu 27 responden (52,9%). Pembahasan 1. Karakteristik responden berdasarkan umur Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan mengenai umur ibu hamil yang mengalami anemia mayoritas terjadi pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu 41 responden (80,4%). Hal ini tidak sesuai dengan teori, karena pada umur 20-35 tahun adalah umur yang sehat dan aman karena ibu dalam umur reproduksi sehat untuk kehamilan dan persalinan saat ini. Pada kehamilan diusia < 20 tahun dan > 35 tahun dapat menyebabkan anemia pada saat hamil karena pada kehamilan < 20 tahun secara biologis belum optimal dan emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang 118 mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat besi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia >35 tahun dapat menyebabkan anemia dalam kehamilan karena terkait dengan penurunan dan kemunduran fungsi tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini sehingga dapat meningkatkan komplikasi kehamilan (Amiruddin, 2004; h. 5). Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang tidak sama dengan penelitian yang dilakukan Sri Agnes Naibaho di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Habinsaran Kabupaten Toba Samosir bahwa ditemukan 82,1% ibu hamil yang mengalami anemia tertinggi pada umur < 20 tahun dan >35 tahun, hal ini berarti umur merupakan faktor resiko dari kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Parsoburan tahun 2011 (Naibaho, 2011; h. 72). Pada ibu hamil dengan umur 2035 tahun dapat terjadi anemia selama kehamilannya karena faktor pemicu lain yang tidak diteliti seperti status gizi ibu karena kebutuhan zat gizi disetiap orang dan golongan umur berbeda-beda, karena umur menentukan ada tidaknya proses pertumbuhan. Pada ibu hamil yang mempunyai gizi buruk, secara mental tubuhnya tidak siap atau tidak sehat untuk menjalani proses kehamilan (Hendro, 2005; h. 37). 2. Karakteristik responden berdasarkan paritas Berdasarkan hasil penelitian mengenai paritas, didapatkan paritas ibu hamil yang mengalami anemia sebagian besar terjadi pada kelompok paritas 1 (primipara) sebanyak 25 responden (49%). Hal ini tidak sesuai dengan teori, seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai resiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya, apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya (Amiruddin, 2004; h. 4). Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:112-121 ISSN 2356-3087 Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Advince Mayasari Zebua di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara karena 80% ibu hamil dengan paritas ≥ 5 beresiko mengalami anemia. Jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat besi dalam keluarga. Selain itu makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemia (Zebua, 2011; h. 46). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pada paritas 1 (primipara) mayoritas mengalami anemia dalam kehamilannya karena dimungkinkan kurangnya ketaatan pasien dalam mengkonsumsi tablet Fe, hal ini dikuatkan bahwa distribusi tablet Fe di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang baru mencapai 82,2% belum sesuai terget yang ditetapkan Kota Semarang yaitu 93%. 3. Karakteristik responden berdasarkan jarak kehamilan Berdasarkaan hasil penelitian yang didapatkan mengenai jarak kehamilan bahwa sebagian besar ibu hamil yang mengalami anemia paling banyak terjadi pada ibu dengan jarak kehamilan < 2 tahun sebanyak 28 responden (54,9%). Hal ini sesuai dengan teori, dijelaskan bahwa kehamilan < 2 tahun menyebabkan anemia pada ibu hamil karena cadangan zat besi ibu yang sebenarnya belum pulih akhirnya terkuras untuk keperluan janin yang dikandung berikutnya. Itu sebabnya pengaturan jarak kehamilan menjadi penting untuk diperhatikan sehingga ibu siap menerima janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan besinya (Khomsan, 2010; h. 29). Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Muhamad Hendro di Puskesmas Medan Johor karena 56,8% anemia terjadi pada ibu hamil dengan jarak kehamilan <2 tahun. Jarak kehamilan yang pendek dapat menyebabkan hasil kehamilan yang kurang baik, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat akan mempengaruhi daya tahan dan gizi ibu, yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil produksi (Hendro, 2005; h. 41). Dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang paling banyak ibu mengalami anemia dengan jarak kehamilan < 2 tahun. Hal itu sesuai dengan data yang ada di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang bahwa target peserta yang menggunakan alat kontrasepsi baru mencapai 66,02% dibanding dengan target pencapaian 100%. 4. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pendidikan ibu hamil dengan anemia, didapatkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang mengalami anemia paling banyak terjadi pada ibu dengan Pendidikan Dasar (SD-SMP) sebanyak 27 responden (52,9%). Dalam penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Mangihut Silalahi di Kabupaten Dairi, hasil penelitian menunjukan bahwa ibu hamil yang mempunyai pendidikan rendah lebih banyak dibanding ibu hamil dengan pendidikan tinggi yaitu 41,4%. Dengan pendidikan dapat menanggulangi anemia secara tidak langsung yaitu dengan pendidikan yang tinggi yang dimiliki ibu hamil maka akan mempermudah mengadopsi pengetahuan untuk menanggulangi anemia (Silalahi, 2006; h. 52). Tingkat pendidikan ibu yang rendah diasumsikan pengetahuan tentang gizi rendah, sehingga berpeluang untuk terjadinya anemia pada ibu hamil, dan sebaliknya jika ibu hamil berpendidikan tinggi, maka kemungkinan besar pengetahuannya tentang gizi juga tinggi, sehingga diasumsikan kecil peluangnya untuk terjadi anemia (Hendro, 2005; h. 38). Dari hasil penelitian paling banyak ibu mengalami anemia dalam kehamilan yaitu ibu dengan pendidikan dasar, penelitian ini mendukung dari pendapat Silalahi dan Hendro bahwa pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi anemia dalam kehamilan. Pada ibu hamil yang mengalami anemia dalam kehamilan sudah diberikan penyuluhan Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Anemia …. (D.S.Rochmayani, dkk) 119 ISSN 2356-3087 tentang anemia dan konsumsi tablet zat besi sehingga dimungkinkan anemia dapat disebabkan karena kurangnya kesadaran ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilan dan dalam mengkonsumsi tablet zat besi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian tentang karakteristik ibu hamil dengan anemia di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang maka dapat disimpulkan : 1. Sebagian besar ibu hamil yang mengalami anemia di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang pada ibu dengan umur 20-35 tahun. 2. Sebagian besar ibu hamil yang mengalami anemia di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang pada ibu dengan paritas 1 (primipara). 3. Sebagian besar ibu hamil yang mengalami anemia di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang pada ibu dengan jarak kehamilan < 2 tahun. 4. Sebagian besar ibu hamil yang mengalami anemia di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang pada ibu dengan Pendidikan Dasar (SD-SMP). SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut : 1. Bagi peneliti lain Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk mencari faktor-faktor lain yang menyebabkan anemia dalam kehamilan selain umur, paritas, jarak kehamilan, dan pendidikan untuk menambah wawasan bagi peneliti pada khususnya dan pembaca pada umumnya. 2. Bagi tenaga kesehatan Diharapkan bagi tenaga kesehatan agar meningkatkan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil terutama dalam hal preventif dan promotif melalui penyuluhan tentang kehamilan resiko tinggi, serta meningkatkan cakupan pemberian tablet besi kepada ibu hamil. Selain itu diharapkan program KB (Keluarga Berencana) semakin 120 ditingkatkan untuk mengurangi jarak kehamilan yang pendek (< 2 tahun). 3. Bagi masyarakat Masyarakat khususnya ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke tempat pelayanan kesehatan untuk memperoleh tablet besi dalam upaya mencukupi kebutuhan zat besi selama kehamilannya agar dapat terhindar dari komplikasi dalam kehamilan khususnya anemia dan meningkatkan pengetahuan tentang manfaat tablet Fe. DAFTAR PUSTAKA Amiruddin R, Wahyuddin. Studi kasus kontrol faktor biomedis terhadap kejadian anemia ibu hamil di Puskesmas Bantimurung. Makasar: Jurnal Medika Nusantara. 2004. h. 45 [Diakses tanggal 11 April 2012]. Didapat dari: http://med.unhas.ac.id Amiruddin R, Syam E, Rusnah, Tolanda S, Damayanti I. Anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil di Indonesia. 8 Oktober 2007. h. 3-4 [Diakses tanggal 31 Maret 2012]. Didapat dari: http://ridwanamiruddin.com/2007/10/ 08/evidence-base-epidemiologianemia-deficiensi-zat-besi-pada-ibuhamil-di-indonesia/ Arikunto, S. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta; 2002. h. 112-136. Arisman, MB. Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC; 2007. h. 151. Arisman, MB. Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC; 2010. h. 173. Azwar, S. Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2007. h. 91. Badan Pengawasan Pembangunan Nasional. Pedoman penyusunan rencana aksi percepatan pencapaian tujuan MDGs di daerah. Jakarta: BAPPENAS; 2010. Bobak, IM. Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC; 2004. h. 104. Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:112-121 ISSN 2356-3087 Budiarto. Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC; 2002. h. 37. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang: DINKES PROVINSI JAWA TENGAH; 2010. h. 13. Dewi K, Made D, Parwati. Faktor resiko penyebab anemia pada ibu hamil di BPS Hj. Hendriati Surono. Semarang: Jurnal Politeknik Kesehatan Semarang; 2007. h. 180181. Hendro, M. Hubungan pendapatan keluarga dan karakteristik ibu hamil dengan status anemia di Puskesmas Medan Johor (Skripsi). Sumatra Utara: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. 2005. h. 38 [Diakses tanggal 14 April 2012]. Didapat dari: http://repository.usu.ac.id/handle/12 3456789/14589 Hidayat, AA. Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika; 2007. h. 39. Khomsan, A. Pangan dan gizi untuk kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada; 2010. h. 29. Kristiyanasari, W. Gizi ibu hamil. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. h. 51. Manuaba, IBG. Pengantar kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2007. h. 38-39. Mardalis. Metode penelitian suatu pendekatan proposal. Jakarta: Bumi Aksara; 2009. h. 41. Naibaho, SA. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Parsoburan Kec. Habinsaran Kabupaten Toba Samosir (Skripsi). Sumatra Utara: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. 2011. h. 72 [Diakses tanggal 2 Juli 2012]. Didapat dari: http://repository.usu.ac.id/handle/12 3456789/30073 Notoatmodjo, S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. h. 35-36; 83-103; 174-182. Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2008. h. 77-111. Proverawati, A. Gizi untuk kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2009. h. 76-78. Proverawati, A. Anemia dan anemia kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011. h. 136-137. Riyanto, A. Aplikasi metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011. h. 89-90. Saifuddin, A. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2006. h. 91; 281. Silalahi, M. Analisis faktor yang berhubungan dengan anemia ibu hamil di Kabupaten Dairi (Tesis). Sumatra Utara: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. 2006. h. 30 [Diakses tanggal 2 April 2012]. Didapat dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123 456789/6695 Zebua, AM. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias Utara (Skripsi). Sumatra Utara: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. 2011. h. 46 [Diakses tanggal 2 Juli 2012]. Didapat dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123 456789/30001 Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Anemia …. (D.S.Rochmayani, dkk) 121