studi deskriptif tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis

advertisement
ISSN 2356-3087
STUDI DESKRIPTIF TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI
HEPATITIS B1 PADA BAYI USIA 0 – 7 HARI DI DESA GAYAMSARI
WILAYAH PUSKESMAS GAYAMSARI, KECAMATAN GAYAMSARI
KOTA SEMARANG
Oleh
A. D. Erawati1, N. Alfiani1, dan H. F. Muizah2
1
2
Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
ABSTRAK
Cakupan Imunisasi Hepatitis B1 di Desa Gayamsari masih rendah, yaitu 15,3%.
Cakupan Imunisasi ini masih kurang dari yang ditargetkan 80%(sesuai standar DKK Semarang).
Hal ini dimungkinkan karena masih kurangnya pengetahuan ibu tentang Imunisasi Hepatitis B1
pada bayi usia 0-7 hari. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu untuk
menggambarkan variabel yang diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang Imunisasi Hepatitis B1 pada bayi usia 0-7 hari di
Desa gayamsari. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah pertanyaan
20 soal. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 85 responden. Analisa data yang digunakan
adalah secara analisa univariat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu
tentang imunisasi HB1 secara umum yang paling banyak adalah baik yaitu sebanyak 48 orang
dengan prosentase 56,5%. Sedangkan hampir semua responden sudah mengetahui dengan baik
tentang pengertian imunisasi Hepatitis B1 (88,2%), indikasi Imunisasi Hepatitis B1 (85,8%), efek
samping Imunisasi Hepatitis B1 (62,4%), serta penatalaksanaan Imunisasi Hepatitis B1 (51,8%).
Hanya tujuan Imunisasi Hepatitis B1 yang masih kurang (25,9 %). Sehingga dapat dikatakan ibu
di Desa Gayamsari sudah mengetahui tentang Imunisasi Hepatitis B1. Pengetahuan tentang
Imunisasi Hepatitis B1 yang sering disosialisasikan melalui media, baik itu berupa media cetak (
seperti leaflet, koran, majalah ) maupun media elektronik (Televisi, radio ), dimungkinkan dapat
menjadi salah satu faktor yang membuat responden mempunyai tingkat pengetahuan yang
baik.Penelitian ini hendaknya bisa digunakan sebagai dasar untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut dan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang
Imunisasi Hepatitis B1,serta tenaga kesehatan bisa lebih meningkatkan KIE tentang Imunisasi
Hepatitis B1.
Kata kunci : imunisasi, imunisasi hepatitis B1, tingkat pengetahuan
Studi deskriptif tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi Hepatitis B1 ... (A.D. Erawati dkk)
1
ISSN 2356-3087
ABSTRACT
Immunizations covered Hepatitis B1 in Gayamsari village still less, that is 15,3%. This
immunization coverage still less from the targeted about 80% ( based on DKK Semarang
standard). This matter feasible cause of less mother knowledge concerning immunization
Hepatitis B1 at baby on ages 0 -7 days. This research used descriptive method, that is to
describe the variable researched. Aim of this research was to found the description of mother
knowledge level about Immunization Hepatitis B1 at baby on 0 -7 days age in Gayamsari village.
Data collection used questionnaire by question numbers about 20 matter. Sample in this research
about 85 respondents. Data analysis used was by unvaried analyze. Research results show that
mother knowledge level about immunization HB1 which generally at best was good about 45
persons by percentage 56,6%, whereas almost all of respondents already know concerning
understanding of immunization hepatitis B1 (88,2%), indication of Immunization Hepatitis B1
(85,8%), effect of Immunization Hepatitis B1 (62,4%), and implementation of Immunization
Hepatitis B1 (51,8%). Only the purpose of Immunization Hepatitis B1 which still less (25,9%).
Therefore could be said that mother in Gayamsari village already know about Immunization
Hepatitis B1. Knowledge about Immunization Hepatitis B1 which often socialize through media,
both printed media (likes leaflet, newspaper, magazine) or electronic media (television, radio),
tend to be one of the factor that make the respondent have good knowledge level. This scientific
work paper should be used as the basic to execute the next research and as the input material in
increasing student knowledge concerning Immunization Hepatitis B1, and health staff could more
increase KIE about Immunization Hepatitis B1.
Keywords: immunization, immunization hepatitis B1, knowledge level
2
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:9-16
ISSN 2356-3087
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Depkes RI (2000:72), tujuan
pembangunan kesehatan adalah untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Sedangkan visi
Indonesia Sehat 2010 menyebutkan bahwa
pembangunan
di
Indonesia
harus
berwawasan
kesehatan
dengan
pendekatan paradigma sehat melalui upaya
peningkatan
(promotif),
pencegahan
(preventif), tanpa mengabaikan upaya
pengobatan (kuratif), dan pemulihan
(rehabilitatif). Hal ini berarti bahwa
pembangunan
bidang
kesehatan
menitikberatkan
pada
pembinaan
kesehatan bangsa yang sehat, cerdas,
terampil,
mandiri
dan
produktif
(www.google.com).
Pada
pelaksanaan
dalam
mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010
masih ada kendala, hal ini karena di
Indonesia
masih
ditemukan
adanya
penyakit menular, dan penyakit menular ini
tidak
mengenal
batas
administrasi,
sehingga menyulitkan pemberantasannya
(Achmadi, 2006:51). Beberapa jenis
penyakit menular yang masih banyak
ditemukan di Indonesia diantaranya adalah
penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Hepatitis B
dan Campak (Dinkes Prop.Jateng,2006:71).
Dalam buku Majalah Kesehatan Perkotaan,
penyakit Dipteri-Pertusis-Campak masih
ditemukan yaitu sebanyak 5%, sedangkan
TBC sebanyak 50% (Depkes RI, 2005:25).
Hepatitis B merupakan penyakit yang
banyak ditemukan di dunia. Pada saat ini
didunia diperkirakan terdapat kira – kira 300
juta orang pengidap (carrier) HBsAg dan
220 juta (78%) diantaranya terdapat di Asia
termasuk
Indonesia.
Berdasarkan
pemeriksaan HBsAg pada kelompok donor
darah di Indonesia prevalensi hepatitis B
berkisar 2,50% - 36,17%. Selain itu di
Indonesia infeksi virus hepatitis B terjadi
pada bayi dan anak, diperkirakan 25% 45,9% pengidap adalah karena infeksi
perinatal (www.library.usu.ac.id).
Mengingat jumlah kasus dan akibat
hepatitis B, maka diperlukan pencegahan
sedini
mungkin.
Pencegahan
yang
dilakukan meliputi pencegahan penularan
penyakit – penyakit hepatitis B melalui
Health Promotion dan pencegahan penyakit
melalui
program
imunisasi
(www.library.usu.ac.id). Imunisasi adalah
tindakan pemberian vaksin (antigen) yang
dapat merangsang terbentuknya kekebalan
pada tubuh seseorang untuk melawan suatu
penyakit. Sedangkan Imunisasi hepatitis B
adalah imunisasi yang diberikan untuk
mencegah terjangkitnya penyakit hepatitis B
(www.Sabillunafkmump.wordpress.com).
Imunisasi hepatitis B telah diintegrasikan
kedalam Program Imunisasi Nasional sejak
tahun 1977. Imunisasi ini lebih efektif
apabila diberikan pertama kali pada bayi
baru lahir (www.digilip.itb.ac.id). Upaya
pencegahan dengan imunisasi pada bayi,
sebelum terjadi infeksi atau segera setelah
bayi lahir ( umur 0–7 hari) diharapkan dapat
melindungi bayi dari infeksi hepatitis B (Dani
Latif,
Buletin
Penelitian
Kesehatan,
2005:112).
Hasil cakupan imunisasi dalam
Program Imunisasi Nasional tahun 2002
menunjukkan HB1 sebesar 84,3%, HB2
73,3%
dan
HB3
72,6%
(www.ridwanamiruddin.wordpress.com).
Sedangkan persentase cakupan imunisasi
Propinsi Jawa tengah tahun 2006
menunjukkan HB1 sebesar 91,70% (Dinkes
Prop.Jateng,2006:114).
Puskesmas
Gayamsari mempunyai wilayah kerja 7 desa
yang masing-masing desa berbeda dalam
memperoleh cakupan imunisasi HB1 0-7
hari pada bayi baru lahir. Tujuh desa itu
meliputi : Siwalan (51,5%), Sambirejo
(49%), Pandeanlamper (43%), Sawah
Besar (42,8%), Kaligawe (46,2%), Tambak
Rejo (38,4%), serta Gayamsari (15,3%).
Sedangkan di Puskesmas Gayamsari
cakupan HB1 sebesar 71%.
Dari data diatas menunjukkan bahwa
cakupan imunisasi dimasing-masing desa
diwilayah puskesmas Gayamsari masih
kurang dari yang ditargetkan yaitu 80%
(sesuai standar DKK Semarang). Dari
beberapa desa diatas yang cakupannya
paling rendah adalah desa Gayamsari.
Berdasarkan latar belakang tersebut,
penulis telah melakukan penelitian dengan
judul Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan
Ibu Tentang Imunisasi Hepatitis B1 Pada
Bayi Usia 0-7 Hari Di Desa Gayamsari
Wilayah Puskesmas Gayamsari Kecamatan
Gayamsari Kota Semarang.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil Di …. (N. Alfiani, dkk)
3
ISSN 2356-3087
Perumusan Masalah
Salah satu upaya dalam mewujudkan
pembangunan kesehatan adalah upaya
promotif
(peningkatan
pengetahuan).
Pengetahuan
berkaitan
dalam
meningkatkan cakupan imunisasi Hepatitis
B1. Cakupan imunisasi HB1 di desa
Gayamsari masih rendah, sehingga penulis
dapat merumuskan masalah, “bagaimana
tingkat pengetahuan ibu tentang Imunisasi
Hepatitis B1 pada bayi usia 0 – 7 hari di
Desa Gayamsari, Puskesmas Gayamsari?”
Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan
ibu
tentang
Imunisasi
Hepatitis B1 pada bayi usia 0–7 hari di
Desa Gayamsari Puskesmas Gayamsasi
Kota Semarang.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
ibu tentang pengertian imunisasi
Hepatitis B1 pada bayi usia 0-7 hari di
Desa Gayamsari.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
ibu tentang tujuan pemberian imunisasi
Hepatitis B1 pada bayi usia 0-7 hari di
Desa Gayamsari.
c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
ibu
tentang
indikasi
pemberian
imunisasi Hepatitis B1 pada bayi usia 07 hari di Desa Gayamsari.
d. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
ibu tentang efek samping pemberian
imunisasi Hepatitis B1 pada bayi usia 07 hari di Desa Gayamsari.
e. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
ibu tentang pelaksanaan pemberian
imunisasi Hepatitis B1 pada bayi usia 07 hari di Desa Gayamsari.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
adalah Deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara
obyektif (Notoatmodjo, 2005:138), dengan
pendekatan
cross
sectional
yaitu
pengambilan variabel-variabelnya diukur
4
dalam
waktu
yang
(Notoatmodjo, 2005:146).
bersamaan
Populasi, Sampel, dan Sampling
Populasi yang diambil adalah ibu yang
mempunyai bayi usia 0-7 hari di Desa
Gayamsari wilayah Puskesmas Gayamsari
Kecamatan Gayamsari Kota Semarang
pada bulan Maret-April tahun 2008 yang
berjumlah
108
orang.
Sementara
sampelnya adalah ibu yang mempunyai
bayi usia 0-7 hari di Desa Gayamsari
wilayah kerja Puskesmas Gayamsari
Kecamatan Gayamsari Kota Semarang
pada bulan Maret-April 2008. Jumlah
sampel ditentukan berdasarkan rumus
Slovin
(Notoatmodjo,2005:92)
dengan
tingkat ketepatan 5% (0,05), sehingga
diperoleh sample sebanyak 85 orang.
Sampel yang diambil diusahakan
memenuhi kriteria inklusi menurut Nursalam
(2003: 96) yaitu : ibu yang mempunyai bayi
usia 0-7 hari pada bulan Maret-April 2008,
ibu yang tinggal di desa Gayamsari, dan ibu
yang datang ke Posyandu saat dilakukan
penelitian serta criteria eksklusi yaitu ibu
yang menolak mengikuti penelitian dan ibu
yang datang ke Posyandu saat dilakukan
penelitian tapi bayi sakit.
Teknik sampling dalam penelitian ini
menggunakan teknik probability sampling
yaitu bahwa setiap subyek dalam populasi
mempunyai kesempatan untuk terpilih atau
tidak terpilih sebagai sampel. Sementara
caranya adalah simple random sampling
merupakan jenis probabilitas yang paling
sederhana (Machfoedz, 2005:71)
Variabel dan Definisi Operasional
Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah
tingkat pengetahuan ibu tentang Imunisasi
Hepatitis B1. Secara operasional, variabel
tersebut didefinisikan dan diukur dengan
cara sebagai berikut. Tingkat pengetahuan
ibu tentang imunisasi hepatitis B1 adalah
kemampuan ibu untuk tahu dalam
memahami tentang imunisasi hepatitis B1
yang meliputi : pengertian imunisasi HB1,
tujuan pemberian imunisasi HB1, indikasi
imunisasi HB1, efek samping pemberian
imunisasi HB1, penatalaksanaan pemberian
imunisasi HB1. Untuk mengukur hal
tersebut digunakan kuesioner dengan
jumlah pertanyaan 20 soal. Pernyataan
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:9-16
ISSN 2356-3087
positif, skor 1 (satu) untuk jawaban benar,
skor 0 (nol) untuk jawaban salah.
Pernyataan negatif, , skor 0 (nol) untuk
jawaban benar, skor 1 (satu) untuk jawaban
salah. Kategori jawaban adalah baik (76100%), cukup (56-75%), dan kurang (<56%)
(Nursalam,
2003:124).
Skala
yang
digunakan adalah skala ordinal.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian
ini dengan cara menyebarkan kuesioner
kepada
responden.
Kuesioner
yang
disebarkan adalah yang berhubungan
dengan Imunisasi Hepatitis B1 dimana
daftar pertanyaan meliputi pengertian
Imunisasi HB1, tujuan pemberian Imunisasi
HB1, indikasi pemberian Imunisasi HB1,
efek samping pemberian Imunisasi HB1,
serta penatalaksanaan pemberian imunisasi
HB1.
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Dalam penelitian ini, untuk menuju
kevalidan kuesioner peneliti melakukan uji
validitas dengan memberikan pertanyaan
kepada 20 orang responden kemudian
pertanyaan tersebut diberi skor yaitu
apabila pernyataan positif, skor 1 (satu)
untuk jawaban benar, skor 0 (nol) untuk
jawaban salah. Sedangkan pernyataan
negatif, skor 0 (nol) untuk jawaban benar,
skor 1 (satu) untuk jawaban salah. Setelah
itu peneliti menghitung korelasi antara skor
dari masing-masing pertanyaan. Teknik
korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi
produk moment (Notoatmodjo, 2005: 131).
Sementara itu, uji realibitas menggunakan
rumus K–R 21 karena instrument memiliki
jumlah butir soal genap dan skor yang
digunakan adalah 1 dan 0.Reliabilitas yang
telah dilakukan pada 20 item hasilnya
dinyatakan reliabel yaitu dengan nilai 0,91
yang menunjukkan bahwa instrument
tersebut reliabel sebagai alat pengumpul
data, dimana r hitung > r tabel.
Metode Analisis Data
Dari data yang terkumpul dianalisis
selanjutnya
dianalisis
dengan
menggunakan analisis univariat yaitu
dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan persentase dari
tiap variabel. Hasil persentase dari tiap
variabel tersebut disusun dalam bentuk
tabel univariat yaitu suatu tabel yang
menggambarkan penyajian data untuk tiap
variabel saja (Notoatmodjo,2005:188).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi, sebagaimana
diuraikan secara ringkas di bawah ini. Tabel
1 menyajikan data tentang tingkat
pengetahuan ibu di Desa Gayamsari,
Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang
terhadap pengertian imunisasi hepatitis B1,
sementara Tabel 2 menyajikan data
pengetahuan ibu tentang tujuan imunisasi
hepatiitis B1.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Pengertian Imunisasi Hepatitis B1
di Desa Gayamsari
Tingkat
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase
Baik
Kurang
75
10
88,2
11,8
Jumlah
85
100
Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa
responden sebanyak 88,2% (75orang)
mempunyai tingkat pengetahuan tentang
pengertian Imunisasi Hepatitis B1 baik
dibandingkan dengan responden yang
mempunyai tingkat pengetahuan kurang
yaitu 11,8% (10 orang).
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Tujuan Imunisasi Hepatitis B1 di
Desa Gayamsari
Tingkat
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase
22
63
25,9
74, 1
85
100
Baik
Kurang
Jumlah
Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa
responden sebanyak 76,5% (65orang)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil Di …. (N. Alfiani, dkk)
5
ISSN 2356-3087
mempunyai tingkat pengetahuan tentang
Tujuan Imunisasi Hepatitis B1 kurang
dibandingkan dengan responden yang
mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu
23,5% (20orang).
Sementara itu, 73 orang responden
(85,5%) mempunyai pengetahuan yang
baik tentang indikasi imunisasi hepatitis B1
(Tabel 3), 53 orang responden (62,4%)
mempunyai pengetahuan yang baik efek
imunisasi hepatitis B1 (Tabel 4), dan 44
orang responden (51,8%) mempunyai
pengetahuan
yang
baik
tentang
pelaksanaan imunisasi hepatitis B1 (Tabel
5).
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Indikasi Imunisasi Hepatitis B1 Di
Desa Gayamsari
Tingkat
Pengetahuan
Baik
Kurang
Jumlah
Frekuensi
Persentase
73
12
85,8
14,2
85
100
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Efek Samping Imunisasi Hepatitis
B1 Di Desa Gayamsari
Tingkat
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Frekuensi
Persentase
53
20
12
62,4
23,5
14,1
85
100
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Pelaksanaan Imunisasi Hepatitis
B1 Di Desa Gayamsari
Tingkat
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
6
Frekuensi
Persentase
44
30
11
51,8
35,3
12,9
85
100
Gambaran tingkat pengetahuan ibu
tentang
imunisasi
hepatitis
B1,
menunjukkan bahwa 48 orang responden
(56,5%) mempunyai pengetahuan yang
baik, sisanya 81,8% berpengetahuan cukup
dan 111,7% kurang (Tabel 6).
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Imunisasi HB1 Di Desa Gayamsari
Tingkat
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Frekuensi
Persentase
48
27
10
56,5
31,8
11,7
85
100
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
diketahui bahwa hampir semua responden
(88,2%) telah mengetahui pengertian
Imunisasi Hepatitis B. Tingkat pengetahuan
responden yang baik tentang pengertian
Imunisasi Hepatitis B ini dimungkinkan
karena seringnya masyarakat mendengar
ataupun membaca dari beberapa media
mengenai Imunisasi Hepatitis B, di mana
telah disebutkan sebelumnya bahwa
imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang
bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus
hepatitis B (Depkes RI, 2005:15).
Pengetahuan responden mengenai
tujuan Imunisasi Hepatitis B adalah kurang
(74,1%). Rata-rata responden kurang
mengetahui bahwa Imunisasi Hepatitis B
bertujuan untuk mencegah infeksi hepatitis
pada bayi. Walaupun demikian ada 22
orang (25,9%) dari 85 responden, yang
sudah mengetahui dengan baik tujuan
Imunisasi Hepatitis B1.
Pengetahuan responden mengenai
indikasi Imunisasi Hepatitis B adalah baik,
yaitu sebanyak 85,8 %. Sebagian besar ibu
sudah mengetahui indikasi Imunisasi
Hepatitis B yang mana telah di sebutkan
sebelumnya bahwa indikasi Imunisasi
Hepatitis B adalah untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap infeksi yang
disebabkan oleh virus hepatitis B (Depkes
RI, 2005:15).
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:9-16
ISSN 2356-3087
Pengetahuan responden mengenai
efek samping Imunisasi Hepatitis B adalah
baik yaitu 62,4%. Efek samping dari
pemberian imunisasi hepatitis B antara lain
reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan
dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat
ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari
(Depkes RI, 2005:15).
Pengetahuan responden mengenai
penatalaksanaan Imunisasi Hepatitis B
adalah baik yaitu 51,8%. Sebagian besar
dari responden sudah mengetahui bahwa
Imunisasi Hepatitis B Minimal diberikan
sebanyak 3 kali, Imunisasi Hepatitis B yang
pertama diberikan segera setelah bayi lahir,
serta Interval antara dosis pertama dan
dosis kedua minimal 1 bulan.
Yang
mempunyai
tingkat
pengetahuan baik sebanyak 48 orang (56,5
%), sedangkan yang mempunyai tingkat
pengetahuan cukup sebanyak 27 orang
(31,8 %), serta yang mempunyai tingkat
pengetahuan kurang sebanyak 10 orang
(11,7 %). Sehingga dapat dikatakan ibu di
Desa Gayamsari sudah mengetahui tentang
Imunisasi Hepatitis B1.
Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang ( over behavior ). Dari
pengalaman ternyata perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003:128).
Pengetahuan
tentang
Imunisasi
Hepatitis B1 yang sering disosialisasikan
melalui media, baik itu berupa media cetak (
seperti leaflet, koran, majalah ) maupun
media elektronik (Televisi, radio ),
dimungkinkan dapat menjadi salah satu
faktor
yang
membuat
responden
mempunyai tingkat pengetahuan yang baik.
Menurut Istiarti (2000:24) pengetahuan
seseorang biasanya diperoleh dari berbagai
macam sumber misalnya media masa,
media elektronik, buku petunjuk, petugas
kesehatan, media poster, kerabat dekat dan
sebagainya.
Hal serupa juga telah dinyatakan oleh
Notoatmodjo
(2003:121)
dimana
pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini
terjadi
setelah
orang
melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
a. Tingkat pengetahuan ibu tentang
Imunisasi Hepatitis B1 pada bayi usia 07 hari mayoritas adalah baik
b. Hampir semua ibu mengetahui dengan
baik tentang pengertian Imunisasi
Hepatitis B1, indikasi Imunisasi Hepatitis
B1, efek samping Imunisasi Hepatitis B1
serta
penatalaksanaan
Imunisasi
Hepatitis
B1.
Hanya
tingkat
pengetahuan tentang tujuan Imunisasi
Hepatitis B1 yang masih kurang.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut.
a. Hendaknya hasil penelitian ini sebagai
dasar untuk melaksanakan penelitian
lebih lanjut yang berkaitan dengan
pengetahuan ibu tentang imunisasi
Hepatitis B1 pada bayi usia 0–7 hari
dengan praktek pemberian Imunisasi
Hepatitis B1.
b. Tenaga
kesehatan
hendaknya
meningkatkan komunikasi, informasi,
dan edukasi tentang Imunisasi Hepatitis
B1 terutama tentang tujuan Imunisasi
Hepatitis B1, meningkatkan kesadaran
ibu untuk dapat berpartisipasi dan
berperan
serta
dalam
upaya
peningkatan
pengetahuan
tentang
Imunisasi Hepatitis B1 terutama tentang
tujuan Imunisasi Hepatitis B1.
a. Mengingat hasil penelitian hampir
semua reponden berpengetahuan baik,
sehingga perlu adanya penelitian dan
pemantauan lebih lanjut oleh tenaga
kesehatan untuk mengetahui apakah
pengetahuan yang baik tersebut juga
diikuti oleh sikap dan perilaku yang
mendukung
terhadap
pelaksanaan
pemberian Imunisasi.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil Di …. (N. Alfiani, dkk)
7
ISSN 2356-3087
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U. 2006. Imunisasi Mengapa
Perlu?. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Arikunto, S.1998. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Bambang Heriyanto, 2006. Penelitian
Upaya
Peningkatan
Cakupan
Imunisasi
Hepatitis
B,
www.digilib.itb.ac.id
Blue Fame Forums, 2008. Hepatitis Dalam
Kehamilan, www.bluefame.com
Budiarto, E. 2001. Biostatistika Untuk
Kedokteran
dan
Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC.
Chairuddin, 2008. Imunisasi Hepatitis B
Manfaat dan Kegunaannya Dalam
Keluarga, www.library.usu.ac.id
Dalimartha, S. 2006. Ramuan Tradisional
Untuk Pengobatan Hepatitis. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Depkes RI. 2003. Majalah Kesehatan
Perkotaan. Jakarta: Pusat Penelitian
Kesehatan.
Depkes RI. 2005. Pedoman Teknik
Pengelolaan Vaksin. Jakarta: Depkes
RI.
Dinkes Profil. 2006. Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah. Dinkes Prov.
Jawa Tengah.
Firman Dasa, 2007. Selamatkan Generasi
Bangsa
Dengan
Mensukseskan
Imunisasi,
www.sabillunafkmump.wordpress.co
m
Istiarti, T. 2000. Menanti Buah Hati Kaitan
Antara Kemiskinan dan Kesehatan.
Yogyakarta: Media Pressindo.
Laporan Imunisasi Puskesmas Gayamsari
Tahun 2007.
Machfoedz, I. 2005. Metodologi Penelitian
Bidang Kesehatan, Keperawatan dan
Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo,
S.
2005.
Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta:
Rineka Cipta.
8
Nuchsan Umar Lubis, 2008. Program
Imunisasi
Masal
Hepatitis
B,
www.google.com
Nursalam dan Pariani. 2001. Pendekatan
Praktis
Metodologi
Riset
Keperawatan. Jakarta: CV. Sagung
Seto.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan.
Jakarta:
Salemba
Medika.
Nursalam. 2003. Riset Keperawatan dan
Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
Public Health Group, 2003. Imunisasi
Hepatitis
B,
www.immunize.health.gov.au
Ranuh, dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di
Indonesia – Satgas IDAI. Edisi 2.
Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Ridwan Amiruddin, 2007. New Paradigma
Public
Health,
www.ridwanamiruddin.wordpress.com
Roesli, U. 2001. Bayi Sehat Berkat ASI
Eksklusif, Makanan Pendamping
Tepat dan Imunisasi Lengkap.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian.
Jakarta: Alfabeta.
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:9-16
ISSN 2356-3087
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA PADA IBU HAMIL DI
PUSKESMAS GRINGSING I KABUPATEN BATANG
N. Alfiani ¹,O .Cahyaningsih1 , dan A. Kurniati2
1
2
Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
ABSTRAK
Latar belakang diadakan penelitian ini bahwa
Angka Kematian Ibu semakin
meningkat di Indonesia sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab tidak langsung
Angka Kematian Ibu adalah anemia pada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil di Puskesmas
Gringsing I kabupaten Batang tahun 2010.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross
sectional, populasinya adalah seluruh ibu hamil anemia di Puskesmas Gringsing I
kabupaten Batang, yang berjumlah 32 orang, sampel yang diambil berjumlah 32 orang.
Instrument yang digunakan adalah kuesioner. Menggunakan analisa data univariat.
Kesimpulan dan hasil penelitian ini adalah proporsi umur mayoritas 20-35 tahun pada
ibu hamil anemia (87,5 %). Paritas ibu hamil anemia mayoritas < 4 kali (93,75 %). Jarak
kelahiran ibu hamil anemia mayoritas ≥ 2tahun (96,88 %). Sosial ekonomi ibu hamil anemia
mayoritas <Rp. 745.000,00 (53,12 %). Tingkat pengetahuan ibu hamil anemia mayoritas
cukup (59,37 %). Faktor umur, paritas, jarak kelahiran, sosial ekonomi dan pengetahuan
mempengaruhi anemia pada ibu hamil di Puskesmas Gringsing I kabupaten Batang tahun
2010. Diharapkan bagi ibu hamil yang telah menderita anemia sebaiknya dilakukan
pengelolaan anemia pada kehamilan dengan tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan
setelah persalinan.
Kunci : Umur, paritas, jarak kelahiran, sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan.
Kepustakaan : 28 (2000 – 2010).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil Di …. (N. Alfiani, dkk)
9
ISSN 2356-3087
ABSTRACT
The background of this research held that the maternal mortality rate is increasing in
Indonesia amounted to 390 per 100,000 live births. The indirect causes maternal mortality
rate is pregnant women with anemia . This study aims to determine the factors that affect
anemia in pregnant women in health centers Gringsing I in 2010
This type of research is descriptive research with cross sectional approach , the
population is all pregnant women with anemia at health centers Gringsing I Batang county ,
totaling 32 people , samples taken amounted to 32 people
The instrument used was a questionnaire . Using univariate data analysis .
Conclusions and results of this study was the proportion of 20-35 years of age the
majority of maternal anemia ( 87.5 % ). Parity maternal anemia majority < 4 times ( 93.75 %
) . Birth spacing maternal anemia ≥ 2tahun majority ( 96.88 %). Socioeconomic maternal
anemia majority < IDR . 745,000.00 ( 53.12 % ) . The level of knowledge of maternal anemia
sufficient majority ( 59.37 % ) . Age, parity , birth spacing , socioeconomic and knowledge
affect anemia in pregnant women in Gringsing 1 health centers in 2010 .
Expected for pregnant women who already suffer from anemia should have to
manange of anemia in pregnancy while taking iron tablets until 4-6 months after birth
Keywords: Age , parity , birth spacing , socioeconomic and knowledge level .
Bibliography : 28 ( 2000-2010 ) .
10
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:9-16
ISSN 2356-3087
PENDAHULUAN
Berdasarkan Survey Demografi dan
kesehatan Indonesia (SDKI) terakhir yang
dilaksanakan tahun 2008 Angka Kematian
Ibu (AKI) di Indonesia berada pada angka
390 per 100.000 kelahiran hidup (Profil
Kesehatan Jawa Tengah, 2009). Kejadian
kematian ibu maternal berdasarkan
periode pada saat hamil (23,50%),
bersalin (31,24%), masa nifas (45,16%).
Penyebab kematian ibu ada dua yaitu
penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung.
Penyebab
langsung
diantaranya
perdarahan
(27,87%),
eklampsia (23,27%), komplikasi aborsi
(11,1%), sepsis postpartum (9,6%),
persalinan sulit (6,5%), dan penyebab
tidak langsung yaitu anemia (8,6%), dan
kekurangan
energi
kronik
(5,5%)
(Dinkes. Jateng,2008).
Anemia
pada
kehamilan
merupakan masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial
ekonomi masyarakat dan pengaruhnya
sangat besar terhadap kualitas sumber
daya manusia. Anemia hamil disebut
“potensial danger to mother and child”
(potensial membahayakan ibu dan anak).
Kebanyakan anemia dalam kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan
akut,
meningkatnya
penghancuran sel darah merah dan
kurangnya vitamin dalam tubuh. Karena
itu semua wanita hamil harus di ambil
sampel darah untuk mengetahui kadar
hemoglobin dalam darah yang dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
pada trimester 1 dan awal trimester III.
(Sohimah, 2008).
Angka anemia kehamilan di
Indonesia menunjukkan nilai yang cukup
tinggi. Jumlah penderita di Indonesia
mencapai 30-55% dari total penderita di
dunia yang mencapai 500-600 juta orang
(Sohimah, 2008).
PERUMUSAN MASALAH
Anemia ibu hamil disebabkan
karena dalam kehamilan keperluan akan
zat-zat makanan bertambah dan terjadi
pula perubahan-perubahan dalam darah
dan sumsum tulang. Darah bertambah
banyak dalam kehamilan yang lazim
disebut hidremi / hipervolumia. Akan tetapi
bertambahnya plasma sehingga terjadi
pengenceran darah
(Wiknjosastro,
2006).
Berdasarkan studi pendahuluan
yang dilakukan pada bulan Januari 2010
di Puskesmas Gringsing I kabupaten
Batang dengan metode wawancara
menunjukkan bahwa dari 35 ibu hamil
yang mengalami anemia, 25 orang
(71,43%) tidak mengetahui tentang hal-hal
yang berkaitan dengan anemia dan 10
orang (28,57%) mengetahui tentang
anemia, sehingga dapat disimpulkan
bahwa banyak ibu hamil anemia yang
tidak mengetahui cara mengatasi masalah
tersebut. Pada bulan April di Puskesmas
Gringsing I didapatkan ibu hamil anemia
sebanyak 42 dari 813 ibu hamil.
TUJUAN
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktorfaktor yang mempengaruhi anemia pada
ibu hamil di wilayah Puskesmas Gringsing
I.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi ibu
hamil anemia berdasarkan umur.
b. Mengetahui distribusi
frekuensi ibu
hamil anemia berdasarkan paritas.
c. Mengetahui distribusi frekuensi ibu
hamil anemia berdasarkan jarak
kelahiran
d. Mengetahui distribusi frekuensi ibu
hamil anemia berdasarkan sosial
ekonomi
e. Mengetahui distribusi frekuensi ibu
hamil
anemia
berdasarkan
tingkat
pengetahuan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil Di …. (N. Alfiani, dkk)
11
ISSN 2356-3087
METODE PENELITIAN
DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriftif
dengan
pendekatan
crosssectional
yang
bertujuan
untuk
menggambarkan faktor apa yang terjadi
sebelum atau bersama-sama tanpa adanya
suatu intervensi dari peneitian. (Nursalam,
2008).
POPULASI, SAMPEL, SAMPLING
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
hamil anemia yang datang ke Puskesmas
Gringsing I Kabupaten Batang 42 orang.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 32
ibu hamil anemia yang sudah pernah
melahirkan di Puskesmas Gringsing I. Pada
penelitian ini menggunakan sampling jenuh.
VARIABEL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan variable
bebas. Variable bebas (independen) adalah
variable yang nilainya menentukan variable
lain. Variable bebas biasanya dimanipulasi,
diamati, dan diukur untuk diketahui
hubungannya atau pengaruhnya terhadap
variable lain. Penelitian ini menggunakan
variabel bebas yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi anemia pada ibu hamil
berdasarkan umur, gravida, jarak kelahiran,
status ekonomi, dan tingkat pengetahuan.
METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah data primer dan
sekunder.
Data primer
Dalam penelitian ini data primer
diperoleh
melalui
kuesioner
pada
responden, kemudian kuesioner tersebut
diisi. Pengumpulan data dilakukan oleh
peneliti sendiri.
Data sekunder
Dalam penelitian ini data sekunder
diambil dari Puskesmas Gringsing I untuk
memperoleh jumlah ibu hamil anemia yang
ada di Puskesmas Gringsing I Kabupaten
Batang.
INSTRUMEN PENELITIAN
Kuesioner berisi daftar pertanyaan ini
terdiri dari 20 pertanyaan dan bertujuan
untuk mendapatkan informasi tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi anemia
12
pada ibu hamil yang meliputi umur, paritas,
dan jarak kelahiran, sosial ekonomi, tingkat
pengetahuan. Untuk mengukur tingkat
pengetahuan penilaian dilakukan dengan
diberikan dengan angka 1 (satu) untuk
jawaban benar dan 0 (nol) untuk jawaban
salah, untuk faktor sosial ekonomi yaitu
dengan menanyakan pendapatan perbulan
dalam keluarga, untuk faktor umur yaitu
dengan menanyakan umur saat ini, Pada
faktor paritas yaitu dengan menanyakan
jumlah anak yang telah dilahirkan,
sedangkan untuk faktor jarak kelahiran
dengan menanyakan jarak kelahiran anak
terakhir.
METODE ANALISA DATA
Analisis univariat dilakukan terhadap
variabel umur, gravid, jarak kelahiran, status
ekonomi, dan tingkat pengetahuan.
Analisa data terhadap variable, diantaranya
:
1. Menurut Amiruddin, Umur dikelompokkan
menjadi 2 kategori, yaitu :
Umur <20 tahun atau > 35 tahun
Umur 20-35 tahun
2. Menurut Amirrudin, Paritas
dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu :
Jumlah kehamilan < 4 kali
Jumlah kehamilan ≥4 kali
3. Menurut Amirrudin, Jarak kelahiran
dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu:
Jarak kelahiran < 2 tahun
Jarak kelahiran ≥2 tahun
4. Menurut Upah Minimum Regional di
Kabupaten Batang, Tingkat
sosial ekomomi dikategorikan menjadi 2
yaitu:
Tinggi: ≥ Rp. 745.000,00
Rendah: < Rp. 745.000,00
5. Menurut Arikunto, tingkat pengetahuan
dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
Baik : 76-100%
Cukup : 56-75%
Kurang : ≤ 56 %
Dalam analisis ini hanya menggunakan
distribusi dan presentase dari tiap variable.
Presentase dari tiap variable tersebut
disajikan dalam bentuk table dengan
menggunakan rumus :
P = 100 %
x
n
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:9-16
ISSN 2356-3087
Keterangan : P = Prosentase
x = frekuensi hasil pencapaian
n = jumlah sampel
HASIL
1.
Analisis Univariat
a.
Umur
Hasil analisis univariat umur pada
ibu hamil anemia di puskesmas
Gringsing I Batang yang
dikategorikan menjadi umur < 20
tahun atau
> 35 tahun dan umur 20-35
tahun.
mayoritas umur menurut hasil
penelitian dengan proporsi umur
20-35
tahun
sebanyak
28
Responden (87,5%), sedangkan
untuk umur < 20 tahun atau > 35
tahun sebesar 4 responden
(12,5%).
b.
Paritas
Hasil
analisis
univariat
untuk paritas responden yang
terdiri dari jumlah kelahiran < 4
kali dan jumlah kelahiran ≥4 kali.
Mayoritas
responden mempunyai jumlah
kelahiran < 4 kali sebanyak 30
responden (93,75%) sedangkan
dengan proporsi jumlah kelahiran
> 4 kali sebanyak 2 responden
(6,25 %).
c. Jarak Kelahiran
Hasil analisis univariat untuk jarak
kelahiran responden yang terdiri
dari jarak kelahiran < 2 tahun dan
jarak kelahiran ≥2 tahun.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi
Responden
di
Puskesmas
Gringsing I
Kabupaten
Batang
berdasarkan Jarak Kelahiran.
Mayoritas
jarak
kelahiran
responden
menurut
hasil
penelitian proporsi responden
dengan jarak kelahiran > 2 tahun
sebanyak 31 responden ( 96,88
%) sedangkan dengan
jarak
kelahiran < 2 tahun sebanyak 1
responden (3,12 %).
d. Sosial Ekonomi
Hasil analisis univariat untuk
sosial ekonomi menurut Upah
Minimum Regional di Kabupaten
Batang, Tingkat sosial ekonomi
responden dikatakan tinggi jika >
Rp. 745.000,00 dan rendah jika
< Rp. 745.000,00. Dilihat dalam
tabel 4 berikut ini :
Mayoritas sosial ekonomi menurut
hasil
penelitian
proporsi
responden
dengan
sosial
ekonomi > Rp. 745.000,00
sebanyak 17 responden ( 53,12
%) sedangkan dengan proporsi
responden
dengan
sosial
ekonomi < Rp. 745.000,00
sebanyak
15
responden
(46,88%).
e. Tingkat Pengetahuan
Hasil
analisis
univariat
tingkat pengetahuan responden
yang
dikategorikan
menjadi
tingkat
pengetahuan
kurang,
cukup dan baik dilihat dalam tabel
5 berikut ini :
Tabel 5 dapat dilihat bahwa
mayoritas tingkat pengetahuan
menurut hasil penelitian proporsi
tingkat
pengetahuan
cukup
sebanyak 19 responden (59,37%)
sedangkan
proporsi
tingkat
pengetahuan
yang
kurang
sebanyak
responden
11
(34,37%) sedangkan dan proporsi
tingkat pengetahuan yang baik
sebanyak 2 responden ( 6,25%).
PEMBAHASAN
1. Gambaran Umur Terhadap Anemia
Pada Ibu Hamil di Puskesmas Gringsing I
kabupaten Batang
Dari hasil penelitian diperoleh data
bahwa mayoritas responden berumur 20-35
tahun. Hal ini memberikan gambaran bahwa
umur berpengaruh terhadap anemia ibu
hamil. Responden dengan umur 20-35
tahun masih memiliki faktor terjadinya
anemia pada ibu hamil walaupun di umur
tersebut termasuk dalam umur reproduksi
yang sehat dan aman. Hal ini dikarenakan
kadar hemoglobin dibawah 10 gr%
mayoritas berada pada usia 20-35 tahun.
Dan juga adanya kemungkinan faktor lain
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil Di …. (N. Alfiani, dkk)
13
ISSN 2356-3087
yang mendukung terjadinya anemia pada
kehamilan. Sedangkan responden dengan
umur < 20 tahun atau >35 tahun memiliki
faktor resiko terjadinya anemia lebih tinggi
karena umur seorang ibu berkaitan dengan
kualitas fungsi organ reproduksi wanita.
Umur reproduksi yang sehat dan aman
adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan diusia
< 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat
menyebabkan
anemia
karena
pada
kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis
belum optimal emosinya cenderung labil,
mentalnya belum matang sehingga mudah
mengalami
keguncangan
yang
mengakibatkan
kurangnya
perhatian
terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi
selama kehamilannya. Hasil penelitian ini
sebagian besar berada pada usia
reproduksi sehat. Namun masih didapatkan
responden yang berumur > 35 tahun. Hal ini
sesuai teori yang di kemukakan oleh
Amiruddin (2006), bahwa ibu hamil yang
berumur > 35 tahun mempunyai faktor
resiko terjadinya anemia yang terkait
dengan kemunduran dan penurunan daya
tahan tubuh. (Amiruddin, 2006).
Berdasarkan data yang diperoleh dari
hasil penelitian, didapatkan masih ada
responden yang berumur > 35 tahun. Hal ini
perlu dilakukan upaya promotif pada ibu
usia reproduksi agar merencanakan
kehamilannya pada usia 20-35 tahun untuk
mengurangi terjadinya
anemia pada
kehamilan.
2. Gambaran Paritas Terhadap Anemia
Pada Ibu Hamil di Puskesmas Gringsing
I kabupaten Batang
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa
mayoritas gravida yang mempunyai jumlah
kelahiran < 4 kali, namun masih didapatkan
responden dengan paritas > 4 kali. Hal ini
memberikan gambaran bahwa paritas
berpengaruh terhadap anemia pada ibu
hamil. Hasil penelitian ini sesuai dengan
teori bahwa responden dengan jumlah
kelahiran < 4 kali masih mempunyai resiko
mengalami anemia. Hal ini dikarenakan
responden dengan kadar hemoglobin
dibawah 10 gr% mayoritas berada pada
gravida dan juga adanya kemungkinan
faktor lain yang mendukung terjadinya
anemia pada kehamilan. Sedangkan
responden dengan jumlah kelahiran > 4 kali
mempunyai resiko mengalami anemia lebih
tinggi pada kehamilan berikutnya apabila
14
tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi
karena dijelaskan oleh Prawirohardjo (2006)
bahwa paritas 2-3 merupakan paritas paling
aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Paritas tinggi (lebih
dari 3) mempunyai
angka kematian lebih tinggi. Lebih tinggi
paritas, lebih tinggi pula kematian maternal.
Resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi
atau dicegah dengan keluarga berencana.
Sebagian kehamilan pada paritas tinggi
adalah tidak direncanakan. (Prawirohardjo,
2006). Semakin banyaknya pengalaman
melahirkan, persalinan yang berulang-ulang
justru mempunyai resiko terjadinya anemia
kehamilan , sedangkan komplikasi yang
serius meningkat pada persalinan ketiga
dan seterusnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
penelitian, didapatkan masih ada responden
yang mempunyai paritas > 4. Hal ini perlu
dilakukan upaya promotif pada ibu usia
reproduksi untuk mengatur jumlah kelahiran
dengan upaya mencegah atau atau
mengurangi jumlah kelahiran melalui
program keluarga berencana.
3. Gambaran Jarak kelahiran terhadap
Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas
Gringsing I kabupaten Batang
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa
mayoritas
responden
dengan
jarak
kelahiran > 2 tahun, namun masih
didapatkan
responden
dengan
jarak
kelahiran < 2 tahun. Hal ini memberikan
gambaran
bahwa
jarak
kelahiran
berpengaruh terhadap anemia pada ibu
hamil. Responden dengan jarak kelahiran >
2 tahun mempunyai resiko terjadinya
anemia. Hal ini dikarenakan responden
dengan kadar hemoglobin dibawah 10 gr%
mayoritas berada pada jarak kelahiran < 2
tahun, dan juga adanya kemungkinan faktor
lain yang mendukung terjadinya anemia
pada kehamilan. Responden dengan jarak
kelahiran < 2 tahun mengambarkan bahwa
jarak kelahiran tersebut mempunyai resiko
besar terhadap kejadian anemia pada ibu
hamil. Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih
belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zatzat gizi
belum optimal, sudah harus
memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang
dikandung sehingga potensial terjadi
anemia kehamilan. (Amiruddin, 2006).
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
penelitian, didapatkan masih ada responden
yang mempunyai jarak kelahiran < 2 tahun.
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:9-16
ISSN 2356-3087
Hal ini perlu dilakukan upaya promotif pada
ibu usia reproduksi untuk mengatur jarak
kelahiran sehingga mengurangi potensi
terjadinya anemia kehamilan.
4. Gambaran Sosial ekonomi terhadap
Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas
Gringsing I kabupaten Batang
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa
mayoritas
responden
dengan
sosial
ekonomi ≥ Rp. 745.000,00, namun masih
didapatkan responden dengan sosial
ekonomi < Rp. 745.000,00. Hal ini
memberikan gambaran bahwa sosial
ekonomi berpengaruh terhadap anemia
pada ibu hamil. Responden dengan sosial
ekonomi tinggi menggambarkan masih
mempunyai resiko terhadap kejadian
anemia pada ibu hamil. Hal ini dikarenakan
tingkat sosial ekonomi tinggi tidak menjamin
ibu hamil dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi
selama
kehamilan.
Faktor
ketidaktauan dan ketidakmauan menjadi
dasar ibu hamil dalam memenuhi nutrisi
yang tidak seimbang, sehingga tidak semua
komponen nutrisi terpenuhi, khususnya
kebutuhan terhadap zat besi. Sedangkan
responden dengan sosial ekonomi rendah
menggambarkan bahwa status ekonomi
tersebut mempunyai resiko besar terhadap
kejadian anemia pada ibu hamil. Hal ini
dikarenakan
tingkat
sosial
ekonomi
berperan sebagai underlying dari faktor
lainnya yang mempengaruhi kematian
maternal. Hasil penelitian sesuai dengan
yang diusulkan oleh Almatsier, yang
mengatakan bahwa status sosial ekonomi
berguna untuk pemastian apakah ibu
berkemampuan membeli dan memilih
makanan yang bernilai gizi tinggi, serta
Keluarga dengan ekonomi yang cukup
dapat memeriksakan kehamilannya secara
rutin, merencanakan persalinan di tenaga
kesehatan dan melakukan persiapan
lainnya dengan baik. (Almatsier, 2003).
Jadi, hasil dalam penelitian ini sudah
sesuai dengan teori. Namun masih
didapatkan penghasilan keluarga ibu hamil
dibawah Upah Minimum Regional (UMR).
Hal ini harus dijadikan perhatian untuk
mengurangi dan mencegah anemia pada
ibu hamil di Indonesia karena faktor
ketidakmampuan dalam membeli dan
memilih makanan yang bernilai gizi tinggi.
5. Pengaruh
Tingkat
Pengetahuan
Terhadap Anemia Pada Ibu Hamil di
Puskesmas Gringsing I kabupaten
Batang
Hasil
penelitian
ini
mayoritas
responden memiliki tingkat pengetahuan
yang cukup. Hal ini memberikan gambaran
bahwa para ibu hamil memiliki pengetahuan
yang cukup tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi anemia pada ibu hamil.
Mereka cukup memahami bahwa dengan
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi anemia pada ibu hamil
dapat menghindari terjadinya anemia saat
kehamilan. Karena bila terjadi anemia pada
kehamilan, akan beresiko lebih lanjut pada
persalinan dan nifas.
Tingkat pengetahuan responden
yang kurang, tentunya beresiko terjadinya
anemia pada kehamilan tersebut kurang
diketahuinya.
Kurangnya
pengetahuan
responden tentang resiko terjadinya anemia
pada
kehamilan
dapat
disebabkan
kurangnya
informasi-informasi
yang
diperoleh
dan
dapat
pula
karena
keterbatasannya tingkat pendapatan.
Responden
dengan
tingkat
pengetahuan yang baik juga memiliki faktor
terjadinya anemia pada ibu hamil. Hal ini
memberikan gambaran bahwa tingkat
pengetahuan yang baik tidak menjamin
terjadinya
anemia
pada
kehamilan.
Sebenarnya ibu hamil tersebut memiliki
pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan
tentang anemia namun mereka tidak
berkemauan untuk melakukan hal-hal yang
diketahui dalam mencegah anemia pada
kehamilannya.
Berdasarkan data yang diperoleh
dari hasil penelitian, didapatkan tingkat
pengetahuan ibu hamil dalam kategori
cukup. Hal ini perlu dilakukan upaya
promotif pada ibu usia reproduksi ataupun
ibu hamil dengan pemberian pendidikan
kesehatan tentang anemia kehamilan dan
cara pencegahannya agar mengurangi
terjadinya anemia pada kehamilan.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan
kepada 32 responden tentang Faktor-faktor
yang empengaruhi anemia di Puskesmas
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil Di …. (N. Alfiani, dkk)
15
ISSN 2356-3087
Gringsing I kabupaten Batang tahun 2010
sebagai berikut.
Proporsi umur ibu hamil anemia di
Puskesmas Gringsing I kabupaten Batang
tahun 2010 sebagian besar termasuk dalam
kategori umur 20-35 tahun ( 87,5 %), dan
umur <20 tahun atau > 35 tahun ( 12,5 %),
Paritas ibu hamil anemia di Puskesmas
Gringsing I kabupaten Batang sebagian
besar dalam kategori jumlah kelahiran < 4
kali ( 93,75 %) dan jumlah kelahiran >4 kali
( 6,25 %), Jarak kelahiran ibu hamil anemia
di Puskesmas Gringsing I kabupaten
Batang sebagian besar dalam kategori ≥2
tahun ( 96,88 %) dan jarak kelahiran < 2
tahun (3,12 %), Sosial ekonomi ibu hamil
anemia di Puskesmas Gringsing I
kabupaten Batang sebagian besar dalam
kategori > Rp.745.000,00 (53,12%) dan
yang berpenghasilan < Rp. 745.000,00
(46,88 %),Tingkat pengetahuan ibu hamil
anemia di Puskesmas Gringsing I
kabupaten Batang sebagian besar dalam
kategori cukup ( 59,37 %). Sedangkan yang
berpengetahuan kurang (34,37 %), dan baik
(6,25 %).
SARAN
Bagi Ibu dalam mengatasi kejadian
anemia
dalam
kehamilan
sebaiknya
melakukan hal berikut :
Perencanaan
kehamilan/persalinan
sangat penting dilaksanakan pada umur
20 sampai 35 tahun, dan paritas < 4 kali
untuk menekan kejadian anemia pada ibu
hamil, Program KB sangat diperlukan
untuk mengatur jarak kelahiran sehingga
kelahiran berikutnya dapat lebih dari dua
tahun, Adanya perencanaan yang baik
sejak awal kehamilan dengan mengikuti
tabungan bersalin, sehingga kehamilan dan
proses persalinan dapat berjalan dengan
baik,
Diharapkan
ibu
hamil
dapat
meningkatkan pengetahuannya tentang
16
anemia dalam kehamilan melalui informasi
media
massa
maupun
penyuluhan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Azwar, S. 2007. Metode Penelitian.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
DepKes RI. 2008. Profil Kesehatan Provinsi
Jawa
Tengah.
Semarang:
DinkesProv.Jateng
Jones, D. 2002. Dasar-Dasar Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta : Hipokrates.
Machfoedz, I. 2008. Metodologi Penelitian.
Yogyakarta : Fitramaya.
Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita
Selekta
Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Mochtar, R. 2000. Sinopsis Obstetri,
Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologis.
Jakarta :EGC.
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta:
Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo,
S.
2005.
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Saifuddin. A.B. 2008. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal
dan
Neonatal. Jakarta : JNPKKR. POGI.
Soebroto, I. 2009. Cara Mudah Mengatasi
Problem Anemia. Yogyakarta: Bangkit.
Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:9-16
ISSN 2356-3087
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG
KANKER PAYUDARA DENGAN PRAKTIK SADARI
DI KELAS XI SMA NEGERI 13 SEMARANG
Oleh
S. Wahyuning1, W.Mariyana1, dan A.D. Shinta2
1
2
Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
ABSTRAK
Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita. Angka
kejadian kanker payudara di Indonesia 26 per 100.000 perempuan. Di kota Semarang kejadian
kanker payudara pada tahun 2011 meningkat mencapai 4.946 kasus dibandingkan pada tahun 2010
yang hanya 2.349 kasus. Kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri). Berdasarkan laporan penyakit tidak menular pada bulan januari
hingga November 2012 penderita kanker payudara di kota Semarang mulai diderita pada usia 15
tahun. Dari hasil survey pendahuluan pada 20 siswi Di SMA Negeri 13 Semarang 14 siswi (70%)
diantaranya tidak mengetahui cara mendeteksi dini kanker payudara, dan 6 siswi (30%) telah
mengetahui cara mendeteksi dini kanker payudara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara dengan praktik Sadari di kelas XI SMA
Negeri 13 Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah studi korelasi dengan pendekatan
retrospektif. Responden dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI Di SMA Negeri 13 Semarang
dengan sampel sebanyak 62 siswi. Instrument yang digunakan adalah kuesioner. Menggunakan
analisa data unvariate dan bivariate dengan uji Chi square. Disimpulkan bahwa ada hubungan antara
tingkat pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara dengan praktik Sadari dinyatakan dengan
p value sebesar 0.001 yang berarti lebih kecil dari nilai alfa 0.05 (5%). Untuk siswi yang
berpengetahuan cukup hendaknya lebih meningkatkan lagi pengetahuannya melui KIE dan untuk
siswi yang tidak pernah melakukan Sadari untuk mendeteksi dini adanya kanker payudara secara
dini.
Kata kunci
: Pengetahuan, Remaja putri, kanker payudara, praktik Sadari
Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kanker Payudara Dengan …. (S. Wahyuning, dkk)
17
ISSN 2356-3087
ABSTRACT
Breast cancer is the second leading cause of death from cancer in women. The
incidence of breast cancer in Indonesia is 26/100,000 women. The city of Semarang
incidence of breast cancer in 2011 increased to 4,946 cases in 2010 compared to only 2,349
cases. Breast cancer can be caught early with SADARI (Breast Self-Examination). Based on
non-communicable disease reports in January to November 2012 breast cancer patients in
the city of Semarang began suffered at the age of 15 years. From the results of a preliminary
survey on 20 female students at SMAN 13 Semarang 14 students (70%) of them do not
know how to detect breast cancer early, and 6 students (30%) have learned how to detect
early breast cancer. The purpose of this study was to determine the relationship the
knowledge of young women with breast cancer Sadari practice in class XI SMA Negeri 13
Semarang. Design research is a correlation study with retrospective approach. Respondents
in this study were students of class XI In SMA Negeri 13 Semarang with a sample of 62
students. The instrument used was a questionnaire. Using data analysis unvariate and
bivariate with Chi square test. It was concluded that there is a correlation between the level
of knowledge about the young women with breast cancer Sadari practices declared by the p
value of 0.001 which is smaller than the value of alpha 0:05 (5%). For students who are
knowledgeable enough should further enhance their knowledge through the conclusion KIE
(Information communication and education) and for students who never made aware of for
early detection of breast cancer at an early stage.
Keywords : Knowledge , Young women, breast cancer , Sadari practice
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kanker
payudara
merupakan
penyebab kematian kedua akibat kanker
pada wanita, setelah kanker leher rahim,
dan merupakan kanker yang paling banyak
di temui diantara wanita. Dalam beberapa
dekade yang lalu, angka insiden kanker
payudara juga menunjukan peningkatan
tiap tahunnya. Secara umum insiden kanker
payudara lebih rendah pada negara negara
yang
sedang
berkembang
dibandingkan dengan negara-negara yang
sudah maju (Rasjidi, 2009: h. 51).
Kanker payudara merupakan suatu
penyakit dimana terjadi pertumbuhan
berlebihan atau perkembangan tidak
terkontrol dari sel-sel (jaringan) payudara,
hal ini bisa terjadi terhadap wanita maupun
pria. Dari seluruh dunia, penyakit kanker
payudara
(Breast
Cancer/Carcinoma
mammae) merupakan sebagai salah satu
18
penyebab kematian nomor lima setelah
kanker paru, kanker rahim, kanker hati dan
kanker usus (Nugroho, 2011: h. 121).
Berdasarkan
American
cancer
Society, sekitar 1,3 juta wanita terdiagnosis
menderita kanker payudara, dan tiap
tahunnya diseluruh dunia kurang lebih
465.000 wanita meninggal oleh karena
penyakit ini (Rasjidi, 2009: h. 51). Angka
kejadian kanker payudara di Indonesia
paling tinggi, dengan angka kejadian 26 per
100.000 perempuan, diikuti kanker leher
rahim dengan angka kejadian 16 per
100.000 perempuan (Pusat Komunikasi
Publik Setjen Depkes, 2012). Jumlah
penderita kanker payudara di Jawa Tengah
mencapai 9.542 kasus (Dinas kesehatan
1
Provinsi Jawa Tengah, 2011). Di kota
Semaramg
jumlah
kejadian
kanker
payudara pada tahun 2011 meningkat
mencapai 4.946 kasus dibandingkan pada
tahun 2010 yang hanya mencapai 2.349
kasus (Dinas Kesehatan Kota Semarang,
2012).
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:17-24
ISSN 2356-3087
Problem kanker payudara menjadi
lebih besar lagi karena lebih dari 70%
penderita datang ke dokter pada stadium
yang
sudah
lanjut
(Saryono
dan
Pramitrasari,
2009:
h.16),
sehingga
diperlukan adanya upaya deteksi dini untuk
mendeteksi atau mengidentifikasi secara
dini adanya kanker payudara, karena
apabila kanker payudara di deteksi pada
stadium dini serta di obati dengan tepat
maka tingkat kesembuhanya cukup tinggi
mencapai 80-90% (Rasjidi, 2009: h.78).
Kanker payudara dapat ditemukan secara
dini
dengan
pemeriksaan
SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri) (Saryono
dan Pramitasari, 2009: h. 19). Kematian
oleh kanker payudara lebih sedikit pada
wanita
yang
melakukan
SADARI
dibandingkan yang tidak (Nugroho, 2011: h.
134).
Menurut American Cancer Society
mengemukakan bahwa SADARI sebaiknya
dilakukan setiap kali selesai menstruasi
(hari ke - 10 dari awal menstruasi).
Pemeriksaan dilakukan setiap bulan sejak
usia 20 tahun. Pemasyarakatan kegiatan
Sadari bagi semua perempuan dimulai
sejak usia subur (15 tahun), sebab 85%
kelainan di payudara justru pertama kali
dikenali oleh penderita (Rasjidi, 2009: h.
79). Berdasarkan hasil wawancara terhadap
Ketua Sub Bagian PTM (Penyakit Tidak
Menular) di Dinas Kesehatan Kota
Semarang
menyatakan
belum
ada
pemasyarakatan kegiatan Sadari di Kota
Semarang, Berdasarkan laporan penyakit
tidak menular pada bulan januari hingga
November 2012 penderita kanker payudara
di kota Semarang mulai diderita pada usia
15
tahun
(Dinas
Kesehatan
Kota
Semarang, 2012). Usia muda bukan
jaminan aman dari kanker payudara
(Yayasan Kanker Indonesia, 2011).
Umumnya seseorang baru diketahui
menderita penyakit kanker payudara
setelah menginjak stadium lanjut yang
sudah cukup parah, hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan atau rasa malu
sehingga terlambat untuk diperiksakan ke
dokter atas kelainan yang dihadapi (Dewi,
2009: h.139). Menurut Lawrence green,
pengetahuan adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi
perubahan
perilaku
(Notoatmodjo, 2012: h.138). Kurangnya
pengetahuan tentang kanker payudara
sangat merugikan bagi diri sendiri termasuk
keluarga (Diandana, 2008: h. 32). Masih
banyak wanita yang belum menyadari
pentingnya melakukan pemeriksaan dini
terhadap payudaranya, sehingga mereka
menyadari adanya benjolan yang terus
membesar dan dibiarkan saja (Setiani,
2009: h. 42).
Di SMA Negeri 13 Semarang
dilakukan survey pendahuluan pada bulan
Februari 2013 terhadap 20 siswi putri kelas
XI. Dari 20 siswi putri, 14 siswi diantaranya
tidak tahu cara mendeteksi dini kanker
payudara, dan 6 siswi tahu cara mendeteksi
dini kanker payudara yaitu dengan Sadari.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa banyak
siswi di SMA negeri 13 Semarang yang
tidak mengetahui tentang cara mendeteksi
dini adanya kanker payudara salah satunya
dengan pemeriksaan payudara sendiri.
Sedangkan terdapat 4 siswi dari 20 siswi
putri
telah
melakukan
SADARI.
Berdasarkan hasil survey sementara
terdapat 1 siswi putri di SMA Negeri 13
Semarang
yang
menderita
kanker
payudara, hal ini menunjukan usia muda
juga bukan jaminan aman dari kanker
payudara. Berdasarkan latar belakang
tersebut penulis telah melakukan penelitian
dengan judul Hubungan Pengetahuan
Remaja Putri Tentang Kanker Payudara
Dengan Praktik Sadari di Kelas XI SMA
NEGERI 13 Semarang.”
Perumusan Masalah
Kanker
payudara
merupakan
penyebab kematian kedua setelah kanker
leher rahim. Di Indonesia, problem kanker
payudara menjadi lebih besar lagi karena
70% penderita datang ke dokter pada
stadium yang sudah lanjut, maka perlu
upaya deteksi dini adanya kanker payudara,
yang dapat dilakukan sendiri yaitu dengan
Sadari (Pemeriksaan Payudara Sendiri),
sehingga apabila kanker payudara di
deteksi pada stadium dini maka tingkat
kesembuhannya cukup tinggi mencapai 8090%.
Menurut
Lawrence
green,
pengetahuan adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi
perubahan
perilaku.
Berdasarkan hasil survey terdapat 1 siswi
putri di SMA Negeri 13 Semarang yang
Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kanker Payudara Dengan …. (S. Wahyuning, dkk)
19
ISSN 2356-3087
menderita kanker payudara, Sedangkan
yang
pernah
melakukan
SADARI
didapatkan 4 siswi (20%) dari 20 siswi putri
telah melakukan SADARI. Berdasarkan
uraian tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : “Adakah
Hubungan Antara Pengetahuan Remaja
Putri Tentang Kanker Payudara Dengan
Praktik Sadari di Kelas XI SMA NEGERI 13
Semarang ?”.
Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan remaja putri tentang kanker
payudara dengan praktik Sadari di kelas XI
SMA Negeri 13 Semarang.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan remaja
putri tentang kanker payudara meliputi
pengertian,
ciri-ciri,
faktor
resiko,
penyebab,
stadium,
pengobatan,
pencegahan kanker payudara pada siswi
kelas XI di SMA Negeri 13 Semarang.
b. Untuk mengetahui praktik Sadari pada
remaja putri di kelas XI SMA Negeri 13
Semarang.
c. Menganalisis
hubungan
antara
pengetahuan remaja putri tentang kanker
payudara dengan praktik Sadari di kelas
XI SMA Negeri 13 Semarang.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan
adalah studi korelasi yaitu suatu penelitian
atau penelaahan hubungan antara dua
variabel
pada
suatu
situasi
atau
sekelompok
subjek.
Sedangkan
pendekatan yang digunakan adalah cross
sectional. Variabel bebas dan terikat diukur
secara bersamaan dimana pengukuran
variabel terikat diukur secara recall atau
mengingat kembali.
Populasi, Sampel, dan Sampling
Populasi pada penelitian ini adalah
remaja putri kelas XI SMA Negeri 13
Semarang sebanyak 163 siswi. Sampel
dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan rumus slovin dengan tingkat
ketepatan 0,01 sehingga diperoleh jumlah
sampel sebanyak 62 responden.
20
Teknik sampling yang digunakan
adalah
pengambilan
sampel
secara
aksidental
(accidental)
yaitu
dengan
mengambil responden yang kebetulan ada
atau tersedia disuatu tempat dengan
mendatangi kelas XI IPA 1, XI IPS 1 dan XI
bahasa.
Variabel
dan Definisi Operasional
Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas dalam
penelitian ini adalah
pengetahuan remaja putri tentang kanker
payudara dan variabel terikatnya adalah
praktik
sadari.
Secara
operasional
pengetahuan remaja putri tentang kanker
payudara adalah kemampuan remaja putri
dalam menjawab pernyataan pengetahuan
tentang
kanker
payudara
meliputi
pengertian, ciri-ciri, faktor risiko, stadium,
pengobatan dan pencegahan. Untuk
mengukur
pengetahuan
digunakan
kuesioner yang berisi 15 pernyataan
tentang kanker payudara, yang terbagi
menjadi dua jenis pernyataan yaitu
pernyataan favorable dan pernyataan
unfavorable, jika pernyataan favorable di
jawab “benar” maka dinilai 1, jika dijawab
“salah” maka diberi nilai 0, untuk pernyataan
unfavorable jika pernyataan di jawab
“benar” maka diberi nilai 0, jika dijawab
“salah” di beri nilai 1. Kategori jawaban
adalah baik (76-100%), cukup (56-75%),
dan kurang (<56%) (Nursalam, 2003:124).
Skala yang digunakan adalah skala ordinal.
Untuk variabel praktik sadari secara
operasinal
didefinisikan
pemeriksaan
payudara sendiri setiap bulan sekali untuk
mendeteksi
kanker
payudara
yang
dilakukan oleh remaja putri. Untuk
mengukurnya
dengan
menggunakan
kuesioner berupa 1 pertanyaan yang
menanyakan apakah responden melakukan
praktik Sadari 1 bulan sekali, jika
pertanyaan dijawab “ya” maka melakukan
Sadari dan jika jawaban “tidak” maka tidak
melakukan Sadari.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini
dengan cara menyebarkan kuesioner
kepada
responden.
Kuesioner
yang
disebarkan
adalah
pernyataan
yang
berhubungan dengan kanker payudara
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:17-24
ISSN 2356-3087
dimana
daftar
pertanyaan
meliputi
pengertian pengertian, ciri-ciri, faktor risiko,
stadium, pengobatan dan pencegahan dan
satu pertanyaan tentang praktik sadari.
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Dalam penelitian ini, untuk menuju
kevalidan kuesioner peneliti melakukan uji
validitas dengan memberikan pertanyaan
kepada 20 orang responden kemudian
pertanyaan tersebut diberi skor yaitu
apabila pernyataan positif, skor 1 (satu)
untuk jawaban benar, skor 0 (nol) untuk
jawaban salah. Sedangkan pernyataan
negatif, skor 0 (nol) untuk jawaban benar,
skor 1 (satu) untuk jawaban salah. Setelah
itu peneliti menghitung korelasi antara skor
dari masing-masing pertanyaan. Teknik
korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi
produk moment (Notoatmodjo, 2005: 131).
Sedangkan reliabilitas instrumen tidak
dilakukan.
Metode Analisis Data
Dari data yang terkumpul dianalisis
selanjutnya
dianalisis
dengan
menggunakan analisis univariat yaitu
dilakukan terhadap variabel pengetahuan
dan variabel praktik sadari. Dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel. Hasil
persentase dari tiap variabel tersebut
disusun dalam bentuk tabel univariat yaitu
suatu
tabel
yang
menggambarkan
penyajian data untuk tiap variabel saja
(Notoatmodjo,2005:188).
Selanjutnya
dilakukan analisis bivariat yang dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. analisis
bivariat yang digunakan adalah Chi square
(X2), karena data yang diolah berupa data
ordinal dan nominal. Uji chi square ini
hanya dapat digunakan untuk mengetahui
hubungan data kategorik dengan data
ketegorik (Notoatmodjo, 2012: h.182).
untuk menganalisa hubungan dari variabel
menggunakan uji chi square dengan
bantuan program SPSS for windows.
bawah ini. Tabel 1 menyajikan data tentang
pengetahuan responden tentang kanker
payudara, Tabel 2 menyajikan data tentang
praktik sadari, tabel 3 menyajikan data
tentang hubungan pengetahuan remaja
putri tentang kanker payudara dengan
praktik sadari di SMA 13 Semarang
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pengetahuan Responden
Tentang Kanker Payudara di SMA 13
Semarang
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Frekuensi
25
37
0
Persentase
40,3 %
59,7%
0
Jumlah
62
100 %
Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa
didapatkan sebagian besar responden
mempunyai tingkat pengetahuan yang
Cukup tentang kanker payudara yaitu
sebanyak 37 responden ( 59,7%)
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Praktik Sadari
Praktik
Sadari
Tidak
Ya
Jumlah
Persentase
35
27
62
56,5 %
43,5 %
100%
Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden tidak pernah
melakukan Sadari yaitu sebanyak 35
responden ( 56,5%).
Tabel 3
Hubungan Pengetahuan Remaja Putri
Tentang Kanker Payudara Dengan Praktik
Sadari
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian disajikan dalam
bentuk
tabel
distribusi
frekuensi,
sebagaimana diuraikan secara ringkas di
Frekuensi
Praktik Sadari
Pengetahuan
Total
Ya
Tidak
Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kanker Payudara Dengan …. (S. Wahyuning, dkk)
21
ISSN 2356-3087
Jml Persen Jml
(n)
(%)
(n)
Persen Jml Persen
(%)
(n)
(%)
Cukup
9
24,3%
28
75,7%
37
100%
Baik
18
72,0%
7
28,0%
25
100%
27
43,5%
35
56,5%
62
100%
Jumlah
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa
responden yang melakukan praktik SADARI
sebagian besar pengetahuan baik yaitu
sebanyak 18 siswi (72,0%) dibandingkan
responden yang berpengetahuan cukup
sebanyak 9 siswi (24,3%). Responden yang
tidak melakukan praktik Sadari sebagian
besar berpengetahuan cukup sebanyak 28
siswi (75,7%) dibandingkan responden
yang berpengetahuan baik yaitu sebanyak
7 siswi (28,0%).
Untuk mengetahui adanya hubungan
antara pengetahuan remaja putri tentang
kanker payudara dengan praktik Sadari di
kelas XI SMA Negeri 13 Semarang
digunakan uji Chi Square menggunakan
analisis Statistical Product and Service
Solution (SPSS) versi 16.0. Diperoleh hasil
perhitungan uji Chi Square sehingga
ddidapatkan p value pada continuity
correction sebesar 0.001 lebih kecil dari α
=0,05 (0,001< 0,05), maka Ha diterima
sehingga dapat diketahui ada hubungan
antara pengetahuan remaja putri tentang
kanker payudara dengan praktik Sadari di
kelas XI SMA Negeri 13 Semarang.
Pembahasan
Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu
objevk tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra
manusia,
yakni
indra
penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa,
dan
raba.
Sebagian
besar
pengatahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012: h.
138).
Berdasarkan
hasil
penelitian
pengetahuan remaja putri tentang kanker
payudara di SMA Negeri 13 Semarang
didapatkan bahwa responden mempunyai
pengetahuan cukup. Tingkat pengetahuan
responden yang cukup tentang kanker
payudara
ini
dimungkinkan
karena
22
Pengetahuan responden kelas XI tentang
kanker payudara tersebut dapat diperoleh
melalui media informasi yang semakin
mudah di akses, berdasarkan wawancara
dengan petugas tata usaha, SMA Negeri 13
Semarang sudah dilengkapi dengan adanya
Hotspot dan juga perpustakaan sebagai
sarana mencari sumber informasi. Dengan
adanya
fasilitas
area
hotspot
dan
perpustakaan tersebut, responden dapat
dengan mudah menggunakan di wilayah
sekolah, akan tetapi hanya responden yang
berkeinginan mencari tahu informasi
tentang kanker payudara saja yang akan
mendapatkan pengetahuan tentang kanker
payudara, serta dapat berasal dari majalah
atau dari teman.
Menurut Lawrence Green dalam
Notoatmodjo (2012: h. 194) menyatakan
bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor
yaitu
faktor
predisposisi
berupa
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi
dan sebagainya, faktor pendukung berupa
fasilitas dan faktor pendorong berupa sikap
dan perilaku petugas kesehatan.
Hasil penelitian menunjukan Praktik
Sadari pada siswi kelas XI di SMA Negeri
13 Semarang didapatkan bahwa sebagian
besar responden kelas XI tidak pernah
melakukan Sadari. Praktik Sadari sebagian
besar tidak dilakukan pada responden kelas
XI tersebut dikarenakan pengetahuan
masing-masing responden tentang Sadari
dengan adanya faktor pendukung seperti
pengetahuan yang mereka dapatkan
dengan mencari tahu sendiri, karena
mengingat di kota semarang belum terdapat
sosialisasi tentang Sadari, dan hanya
mendapatkan pelajaran tentang kanker
secara umum dikelas XI pada mata
pelajaran BIologi pada pembelajaran
Kesehatan Reproduksi.
Menurut Jurnal Nursing Studies (2012:
h. 95-96) Menunjukan bahwa responden
yang berada pada rentang usia 16-18 tahun
atau berada pada fase remaja awal yang
memiliki tingkat pendidikan SMA/sederajat
sebagian besar belum pernah mendapat
informasi tentang cara melakukan SADARI.
Hal ini
mempengaruhi remaja untuk
melakukan Sadari.
Hasil analisa statistik dapat dikatakan
bahwa terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan remaja putri tentang kanker
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:17-24
ISSN 2356-3087
payudara dengan praktik Sadari yang
artinya semakin baik pengetahuan remaja
putri cenderung lebih besar untuk
melakukan tindakan (praktik). Hal ini sesuai
dengan Notoatmodjo (2012: h. 145-146)
tingkat
pengetahuan
atau
kognitif
merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang
(overt behavior) karena apabila penerimaan
perilaku baru didasari oleh pengetahuan,
maka perilaku tersebut akan bersifat
langgeng (long lasting) dibandingkan yang
tidak.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
a. Sebagaian besar remaja putri kelas XI di
SMA Negeri 13 semarang mempunyai
pengetahuan cukup tentang kanker
payudara.
b. Sebagian besar remaja putri kelas XI di
SMA Negeri 13 Semarang tidak pernah
melakukan praktik Sadari (Pemeriksaan
Payudara Sendiri).
c. Ada hubungan antara pengetahuan
remaja putri tentang kanker payudara
dengan praktik Sadari di kelas XI SMA
Negeri 13 Semarang.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut.
a. Bagi Tenaga Kesehatan hendaknya
dapat meningkatkan informasi kepada
remaja sejak usia subur (15 tahun)
tentang
kanker
payudara
untuk
mengubah perilaku remaja putri dalam
upaya deteksi dini kanker payudara
dengan Sadari melaui komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE).
b. Institusi Pendidikan diharapkan dapat
mengadakan
program
penyuluhan
kepada siswinya melalui KIE untuk lebih
mengenal kanker payudara serta cara
mendeteksi dini adanya kanker payudara
dengan SADARI.
c. Diharapkan
peneliti
lain
dapat
mengembangkan penelitiannya dengan
menambahkan variabel lain dalam
penelitian yang berkaitan dengan kenker
payudara dan Sadari (pemeriksaan
payudara sendiri).
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary dkk. 2007. Klien Gangguan
Sistem
Reproduksi
dan
Seksualitas. Jakarta: EGC. h. 62 64.
Budiarto,
Eko.
Biostatistika
Untuk
Kedokteran
dan
Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC. h. 37.
Depkes RI. 2012. Jika Tidak Dikendalikan
26 Juta Orang Didunia Menderita
Kanker.
http//Depkes.go.id.(di
akses tanggal 2 januari 2013).
Dewi, Lucia. 2009. Aku Sembuh dari Kanker
Payudara.
Yogyakarta:
Tugu
Publiser. h. 129 -149.
Diandana, Rama. 2008. Mengenal Selukbeluk kanker. Yogyakarta: Katahati. h. 32.
Fitriana,
Lia.
Hubungan
Tingkat
Pengetahuan Mahasiswa Tentang
Tumor Payudara Dengan Perilaku
Sadari Di Prodi DIII Kebidanan
Stikes Widya Husada Semarang :
Stikes Widya Husada Semarang.
2011.
Ghofar, Abdul. 2009. Cara Mudah Mengenal
dan Mengobati Kanker. Yogyakarta
Flamingo. h. 26 - 41.
Handayani, Sri dan Sari Sudarmiati. 2012.
Jurnal
Nursing
Studies
:
Pengetahuan
Remaja
Putri
Tentang Cara Melakukan Sadari,
(online),
Vol.1,
No.1.2012,
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jnursing,
di akses 9 april 2013.
Hidayat, AAA. 2009. Metode Penelitian dan
Teknik pengumpulan data. Jakarta:
Salemba Medika. h. 121-122; 188189.
Imron, Moch. 2011. Statistika Kesehatan.
Jakarta : Sagung Seto.h. 59; 159.
Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi
Kesehatan Wanita. Yogyakarta:
Nuha Medika. h. 20-21.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka cipta.
2005.
Metodologi
Penelitiian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. h. 92;
145.
2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta. h. 31-32; 146-147.
Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kanker Payudara Dengan …. (S. Wahyuning, dkk)
23
ISSN 2356-3087
2012. Promosi kesehatan dan
Perilaku
Kesehatan.
Jakarta:
Rineka Cipta. h. 131-147; 194-195.
Nugroho, Taufan. 2011. Asi dan Tumor
Payudara.
Yogyakarta:
Nuha
Medika. h. 113-115; 121-135.
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan
Metode
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika. h. 111.
Rasjidi, Imam. 2009. Deteksi Dini dan
Pencegahan kanker Pada Wanita.
Jakarta: Sagung Seto. h. 51-53; 7883.
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika. h. 28; 82-90.
2009. Pengolahan dan Analisis Data
Kesehatan.
Yogyakarta:
Nuha
Medika. h. 5.
Romauli, Suryati dan Anna Vida V. 2009.
Kesehatan Reproduksi. Yogjakarta:
Nuha Medika. h. 116; 167-171.
Saryono, Ari Setiawan. 2011. Metodelogi
penelitian Kebidanan DIII, DIV, SI
dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika:.
h. 54; 123.
Saryono, Roischa Diah P. 2009. Perawatan
Payudara.
Yogyakarta:
Mitra
Cendikia Press. h. 16-17.
Setiati, Eni. 2009. Waspadai 4 Kanker
Ganas
Pembunuh
Wanita.
Yogjakarta: Andi offset. h. 42.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta. h. 4; 61.
Wawan,
A
dan
Dewi
M.
2010.
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia.
Yogyakarta:
Nuha
Medika. h. 15-18.
24
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:17-24
ISSN 2356-3087
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU
DI DESA BALIADI KECAMATAN SUKOLILO
KABUPATEN PATI
Oleh
W. Mariyana1, D.Sari R1, dan I.Kuliati2
1
2
Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
ABSTRAK
Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia mencapai 44 per 1000 kelahiran hidup.
Penyebab langsung kematian balita yaitu kurangnya gizi dari makanan dan ketersediaan pangan
serta infeksi penyakit bawaan. Status gizi masyarakat di Jawa Tengah dapat tercermin dari jumlah
balita yang datang dan ditimbang berat badannya saat posyandu. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu.
Penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebanyak 435 ibu yang
mempunyai balita usia 12-59 bulan. Sampel sebanyak 89 ibu yang mempunyai balita usia 12-59
bulan. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.
Sebagian besar pengetahuan ibu yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu
cukup (37,07%), sebagian besar umur balita yang berhubungan dengan kunjungan balita ke
posyandu dalam umur batita (77,52%), sebagian besar pekerjaan yang berhubungan dengan
kunjungan balita ke posyandu mayoritas bekerja sebagai petani (43,82%), sebagian besar jumlah
anak yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu sebagian besar ibu primipara
(53.93%), serta sebagian besar jarak tempat tinggal dengan tempat posyandu yang berhubungan
dengan kunjungan balita ke posyandu yang jarak rumahnya 3-5 km (40,14%), sebagian besar
kunjungannya dalam kategori tidak teratur (58,42%). Bagi masyarakat diharapkan ibu yang
mempunyai balita dapat aktif mengikuti kegiatan posyandu, serta bagi kader juga perlu diperhatikan
untuk waktu dan jadwal pelaksanaan posyandu. Bagi tenaga kesehatan dapat mengembangkan dan
memotivasi ibu balita untuk membawa balitanya berkunjung ke posyandu melalui dengan pengadaan
PMT yang menarik, penambahan kegiatan posyandu seperti bermain menggunakan permainan yang
disediakan di posyandu, dan upaya lain. Bagi peneliti lain diharapkan dapat lebih mengembangkan
penelitian tentang kunjungan balita ke posyandu tidak hanya dikaji pengetahuannya saja, melainkan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kunjungan balita ke posyandu. Bagi institusi diharapkan dapat
menciptakan generasi penerus yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam hal penelitian
tentang kunjungan ke posyandu.
Kata Kunci
: Pengetahuan, Umur Balita, Pekerjaan, Paritas, Jarak Rumah,Kunjungan
Identifikasi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Balita Ke …. (W. Mariyana, Dkk)
25
ISSN 2356-3087
ABSTRACT
Five mortality rate (AKABA) in Indonesia reached 44 per 1000 live births. Direct cause of
infant mortality is the lack of availability of nutrients from food and food-borne diseases and infections.
Nutritional status of people in Central Java can be reflected in the number of children who come and
weighed as posyandu weight. The purpose of this study was to identify factors associated with
toddler's visit to posyandu.
Descriptive study with cross sectional approach. Population of 435 mothers who had children
aged 12-59 months. Sample of 89 mothers who had children aged 12-59 months. Collecting data
using a questionnaire. Most of the mothers of knowledge related to children's visit to posyandu
enough (37.07%), mostly associated with toddler age children to visit posyandu the toddler age
(77.52%), most of the work associated with toddler's visit to posyandu majority work as farmers
(43.82%), mostly related to the number of children under five visits to posyandu most of primiparous
mothers (53.93%), and most of the distance of residence to the place posyandu associated with a
visit to the children's houses posyandu 3-5 km (40.14%), mostly in the category of irregular visits
(58.42%). For the mothers who have children are expected to actively take part in posyandu, and the
cadre is also noteworthy for the time and schedule for implementing posyandu. For health workers to
develop and motivate mothers to bring babies toddlers and things to do posyandu through the
provision of an attractive companion food additives, additional activities such as playing posyandu use
posyandu provided in the game, and other efforts. For other researchers are expected to further
develop research on children's visit to posyandu not only studied his knowledge only, but other factors
that influence children's visit to posyandu. For an institution is expected to create the next generation
can develop science in terms
Keywords
26
:Knowledge,ToddlerAge,Occupation,Parity,DistanceHome,visit
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:25-34
ISSN 2356-3087
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Situasi
derajat
kesehatan
masyarakat dapat tercermin melalui angka
mortalitas, morbiditas, dan status gizi.
Berbagai penelitian membuktikan lebih dari
separuh
kematian
bayi
dan
balita
disebabkan oleh keadaan gizi yang jelek.
Resiko meninggal dari anak yang bergizi
buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak
yang normal. World Health Organization
(WHO) memperkiran bahwa 54% penyebab
kematian bayi dan balita di dasari oleh
keadaan
gizi
anak
yang
jelek
(Depkes,2005;h.5).
Berdasarkan data dari Survei
Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007
(SDKI), di dapatkan Angka Kematian Balita
(AKABA) di Indonesia tahun 2007 telah
mencapai 44 per 1000 kelahiran hidup,
AKABA ini masih sangat tinggi jika
dibanding dengan target AKABA yang
diharapkan dalam MDGs ke-4 tahun 2015
yaitu sebesar 23/1000 kelahiran hidup.
AKABA ini menggambarkan keadaan
lingkungan yang berpengaruh terhadap
kesehatan balita seperti gizi, sanitasi,
penyakit menular dan kecelakaan. Secara
umum prevalensi status gizi buruk di
Indonesia sebesar 5,4% dan gizi kurang
13,0% atau 18,4% untuk gizi buruk dan
kurang, penyebab langsung gizi buruk yaitu
kurangnya gizi dari makanan, ketersediaan
pangan serta infeksi penyakit bawaan
(Depkes RI,2010).
Berdasarkan
dari
data
Dinas
Kesehatan Jawa Tengah, AKABA di
Provinsi Jawa Tengah setiap tahunnya
mengalami kenaikan dari tahun 2008
sampai 2010, pada 2008 yaitu 10,12/1000
kelahiran hidup, pada tahun 2009 yaitu
11,6/1000 kelahiran hidup dan di tahun 2010
yaitu sebesar 12,02/1.000 kelahiran hidup.
Sedangkan keadaan status gizi masyarakat
di Jawa Tengah dapat tercermin dari tahun
2010 dimana jumlah balita yang datang dan
ditimbang sebesar 80,6%, yang naik berat
badanya (N) sebesar 76,31%, dan masih
ditemukan balita yang berada dibawah garis
merah (BGM) sebesar 3,45% (Dinkes Jawa
Tengah,2010;h12).
Berdasarkan
dari
data
Dinas
Kesehatan Kabupaten Pati, AKABA di
Kabupaten Pati tahun 2010 adalah 206 usia
0-5 tahun adapun untuk usia
1-5
tahun
adalah
23
anak
dibandingkan tahun 2009 terjadi kenaikan
tahun 2009 di Kabupaten Pati sebesar 116 =
1,4/1000, angka kematian balita tahun 2008
sebesar 136 balita = 7,18/1000 balita.
Sedangkan keadaan status gizi masyarakat
di Kabupaten Pati dapat tercermin dari tahun
2010 dimana jumlah balita yang datang dan
ditimbang sebesar 71.819 yang naik berat
badanya (N) sebesar 61.246 dan masih
ditemukan balita yang berada dibawah garis
merah (BGM) sebesar 4990,69% (Dinkes
kabupaten Pati,2010;h.13.27).
Pemerintah telah berupaya untuk
menurunkan angka kematian balita dan
angka
kejadian
gizi
buruk
dengan
meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat, yaitu melalui pemberdayaan
masyarakat,
termasuk
swasta
dan
masyarakat madani. Strategi pemberdayaan
masyarakat yaitu dengan meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya
kesehatan,
meningkatkan
kesadaran
masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang telah di sediakan
oleh pemerintah, mengembangkan berbagai
cara untuk menggali dan memanfaatkan
sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat
untuk pembangunan kesehatan. Salah satu
bentuk upaya kesehatan berswasembada
Masyarakat (UKBM) yang sudah sangat luas
di kenal di masyarakat dan telah masuk
dalam bagian keseharian kehidupan sosial
di pedesaan maupun perkotaan adalah
Posyandu
(Ambarwati,
dan
Sriati,2009;h.129-137).
Menurut Husaini (1989) dalam Ardani
Yanuar (2010; h. 11) Pada ibu yang bekerja
di luar rumah maka waktu untuk
berpartisipasi dalam posyandu juga kurang
atau bahkan tidak ada waktu sama sekali
untuk berpartisipasi di posyandu, sedangkan
pada ibu rumah tangga memungkinkan
mempunyai waktu lebih banyak untuk
beristirahat dan meluangkan waktu untuk
membawa anaknya datang ke posyandu.
Peran ibu yang bekerja dan yang tidak
bekerja sangat berpengaruh terhadap
perawatan keluarga, hal ini dapat dilihat dari
waktu yang diberikan ibu untuk mengasuh
Identifikasi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Balita Ke …. (W. Mariyana, Dkk)
27
ISSN 2356-3087
dan membawa anaknya ke posyandu masih
kurang karena waktunya akan habis untuk
menyelesaikan pekerjaanya.
Semakin jauh tempat tinggal dengan
posyandu maka partisipasi posyandu juga
kurang,hal tersebut sesuai dengan yang di
nyatakan Lawreen Green bawa faktor fisik/
lingkungan geografis berpengaruh dengan
perilaku masyarakat terhadap kesehatan,
ibu balita tidak datang ke posyandu di
sebabkan karena jarak antara rumah balita
tersebut jauh dengan posyandu sehingga
ibu balita tidak datang dalam kegiatan
posyandu.(Djaiman,2003;h.19).
Perumusan Masalah
Berdasarkan data yang di peroleh
dari Puskesmas Sukolilo I Dan II
Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati ada 29
posyandu dengan jumlah balita sekitar 6680
orang. Dari jumlah posyandu tersebut Desa
Baliadi
kecamatan Sukolilo memiliki 4
posyandu dengan cakupan kunjungan balita
paling rendah dengan jumlah 215 (49,4%).
Pencapaian kunjungan tersebut sangat jauh
dari target yang di tetapkan pemerintah
yaitu 85%, Pencapaian tersebut karena di
pengaruhi, pengetahuan ibu, umur balita,
jumlah anak dalam keluarga, pekerjaan ibu,
jarak tempat tinggal dengan posyandu.
Menurunnya partisipasi berkunjung ke
posyandu dapat menyebabkan tidak
terpantaunya
pertumbuhan
&
perkembangan balita. Berdasarkan latar
belakang tersebut maka penulis tertarik
untuk mengambil judul “ Identifikasi faktorfaktor
yang
berhubungan
dengan
kunjungan balita ke posyandu di Desa
Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati
Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan kunjungan Posyandu
di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo
kabupaten Pati.
Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu yang
berhubungan dengan kunjungan ibu
balita ke Posyandu.
b. Mengidentifikasi umur balita
yang
berhubungan dengan kunjungan ibu
balita ke Posyandu.
28
c. Mengidentifikasi
pekerjaan
yang
berhubungan dengan kunjungan ibu
balita ke Posyandu.
d. Mengidentifikasi jumlah anak dalam
keluarga yang berhubungan dengan
kunjungan ibu balita ke Posyandu.
e. Mengidentikasi jarak dengan tempat
posyandu yang berhubungan dengan
kunjungan balita ke posyandu.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Variabel dalam penelitian ini variabel
bebas. Variabel yang diamati dalam
penelitian ini terdiri dari Pengetahuan, umur
anak, pekerjaan ibu, paritas, jarak rumah
dengan tempat posyandu. Merupakan hasil
tahu
ibu
terhadap
posyandu
dan
Kemampuan
ibu
untuk
menjawab
pertanyaan
yang
berkaitan
dengan
posyandu dengan jumlah 10 soal yang
terdiri
dari:Pengertian,Tujuan,
Manfaat,Sasaran,Jenis
kegiatandan
Kegiatan serta dengan skala pengukuran
menggunakan skala ordinal.
Populasi, Sampel, dan Sampling
Populasi penelitian ini adalah semua
ibu yang mempunyai balita usia 12-59 bulan
di wilayah kerja puskesmas sukolilo II Desa
Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati
pada bulan Desember Tahun 2011 yaitu
435 ibu.
Sampel sebanyak 81, kemudian
untuk menjaga seandainya ada drop out,
maka ditambah 10% menjadi 89 responden
di Desa Baliadi Kecamatan Sukolilo
Kabupaten Pati.
Pengambilan sampel penelitian ini
menggunakan probability sampling dengan
teknik simple random sampling, yaitu teknik
penentuan sampel dengan mengambil
sampel secara acak (Notoatmodjo, 2010; h.
120).
Dalam
penelitian
ini
penulis
menggunakan kuesioner. Kuesioner yaitu
pengumpulan data secara formal kepada
subjek untuk menjawab pertanyaan tertulis
(Nursalam, 2009; h. 109). Jenis kuesioner
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner tertutup, yaitu jenis kuesioner
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:25-34
ISSN 2356-3087
yang
sudah
disediakan
jawabannya
sehingga responden tinggal memilih
(Arikunto, 2010; h. 195). Kuesioner ini terdiri
dari 20 pernyataan mengenai pengetahuan
ibu
tentang
posyandu,umur
balita,
pekerjaan, paritas dan jarak rumah dengan
tempat posyandu terdiri dari 10 pertanyaan
favorable dan 10 pertanyaan unfavorable.
Variabel dan Definisi Operasional
Penelitian
Variabel dalam penelitian ini variabel
bebas. Variabel yang diamati dalam
penelitian ini terdiri dari Pengetahuan, umur
anak, pekerjaan ibu, paritas, jarak rumah
dengan tempat posyandu. Merupakan hasil
tahu ibu.Kegiatan serta dengan skala
pengukuran menggunakan skala ordinal.
Pengetahuan
baik,bila dapat
menjawab pertanyaan benar 76-100%.
cukup, bila ibu
dapat menjawab
pertanyaan benar 56-75%. Dan Kurang, bila
ibu dapat menjawab pertanyaan benar
<56%.
Batita ( 1-3
tahun) : umur 12-36 bulan,
Anak prasekolah (3-5 tahun) : umur 37-59
bulan. ( Djaiman 2002 ; h.16) Nulipara
Primipara 1, Multipara 2-4, Grande
multipara ≥ 5(Bobak, 2005;h. 104)
Kuesioner
dengan
pertanyaan
favorable skor 1 untuk jawaban benar dan
skor 0 untuk jawaban salah, terletak pada
soal nomer 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 12,16, 18,
dan pertanyaan unfavorable skor 1 untuk
jawaban salah dan skor 0 untuk jawaban
benar, terletak pada soal nomer 1, 7, 10,
11, 13,14,15. 17,19, 20
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian
ini dengan cara menyebarkan kuesioner
kepada
responden.
Kuesioner
yang
disebarkan adalah yang berhubungan
dengan pengetahuan ibu tentang posyandu,
umur balita, jumlah anak/paritas, pekerjaan
ibu, jarak tempat tinggal dengan posyandu
dan kunjungan balita.,
Metode Analisis Data
Dari data yang terkumpul selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan analisis
univariat yaitu dilakukan terhadap variabel
pengetahuan
tentang
pengetahuan
posyandu yang berhubungan dengan
kunjugan balita. Selain analisis data ini
dapat diuji menggunakan Chi Square.
Kuesioner ini terdiri dari 20 pernyataan
mengenai
pengetahuan
ibu
tentang
posyandu,umur balita, pekerjaan, paritas
dan jarak rumah dengan tempat posyandu
terdiri dari 10 pertanyaan favorable dan 10
pertanyaan unfavorable.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi, sebagaimana diuraikan
secara ringkas di bawah ini. Tabel
Pengetahuan Ibu yang
berhubungan
dengan Kunjungan Balita ke Posyandu di
Desa
Baliadi
Kecamatan
Sukolilo
Kabupaten Pati tahun 2012
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu yang
berhubungan dengan Kunjungan Balita ke
Posyandu di Desa Baliadi Kecamatan
Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012
Frekuensi
68
44
56
60
63
63
63
63
55
65
61
59
69
62
53
64
54
57
50
Persentase
86,51%
76,40%
49,43%
62,92%
67,41%
70,78%
70,78%
70,78%
51,78%
61,79%
73,03%
68,53%
66,29%
77,52%
66,69%
59,55%
71,91%
71,91%
64,04%
56,17%
Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa maka
dapat diketahui sebanyak 44 orang
(49,43%) dari 89 responden yang dapat
menjawab
dengan
benar
tentang
pernyataan “Posyandu merupakan salah
Identifikasi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Balita Ke …. (W. Mariyana, Dkk)
29
ISSN 2356-3087
satu tempat untuk meningkatkan kesehatan
ibu, bayi dan balita)”.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu yang
berhubungan dengan Kunjungan Balita ke
Posyandu di Desa Baliadi Kecamatan
Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012
Pengetahuan
Frekuensi (f)
Kurang
Cukup
Baik
30
Persentase
(%)
33,70
33
37,07
26
29,21
89
100%
Jumlah
Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa diketahui
bahwa pengetahuan ibu yang berhubungan
dengan kunjungan balita ke posyandu di
Desa
Baliadi
Kecamatan
Sukolilo
Kabupaten Pati tahun 2012 paling banyak
dalam kategori cukup, yaitu 33 orang
(37,07%).
Tabel 3
. Distribusi Frekuensi Umur Balita yang
Berhubungan dengan Kunjungan Balita ke
Posyandu di posyandu di Desa Baliadi
Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun
2012
Umur balita
Frekuensi (f)
Batita
Tahun)
69
Persentase
(%)
77,52
20
23,59
(1-3
Anak
prasekolah(3
-5 Tahun)
Jumlah
89
100%
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa diketahui
bahwa sebagian besar umur balita yang
melakukan kunjungan ke posyandu di Desa
Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati
tahun 2012 dalam usia batita (usia 1-3
tahun), yaitu sejumlah 69 anak (77,52%)
30
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu yang
Berhubungan dengan Kunjungan Balita ke
Posyandu di Desa Baliadi Kecamatan
Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012
Pekerjaan
PNS
Swasta
Wiraswasta
Petani
Buruh
Lain-lain
(IRT)
Jumlah
Frekuensi
(f)
10
0
11
39
0
29
Persentase(%)
89
100%
11,23
0
12,35
43,82
0
32,52
Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa diketahui
bahwa dapat diketahui pekerjaan ibu yang
berhubungan dengan kunjungan balita ke
posyandu di Desa Baliadi Kecamatan
Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012
mayoritas bekerja sebagai petani yaitu
sebanyak 39 (43,82%).
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Paritas Ibu yang
Berhubungan dengan Kunjungan Balita ke
Posyandu di Desa Baliadi Kecamatan
Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012
Paritas
Frekuensi (f)
Nulipara
Primipara
Multipara
Grande
Multipara
0
48
41
0
0
53,9
3
46,0
6
0
Persentas
e (%)
Nulipara
Primipara
Multipara
Grande
Multipara
Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa
diketahui paritas ibu yang berhubungan
dengan kunjungan balita ke posyandu di
Desa
Baliadi
Kecamatan
Sukolilo
Kabupaten Pati tahun 2012 didominasi oleh
ibu dengan primipara yaitu 48 (53,93%).
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:25-34
ISSN 2356-3087
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jarak
Rumah dengan Tempat Posyandu yang
Berhubungan dengan Kunjungan Balita ke
Posyandu di Desa Baliadi Kecamatan
Sukolilo Kabupaten Pati tahun 2012
Jarak
>3 km
3-5 km
>5 km
Jumlah
Frekuensi
(f)
36
39
14
89
Persentase(%)
40,44
43,82
15,73
100%
Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa jarak
rumah dengan tempat posyandu ibu di
Desa
Baliadi
Kecamatan
Sukolilo
Kabupaten Pati tahun 2012 sebagian besar
yaitu jarak rumah 3-5 km ( 43,82).
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kunjungan Balita ke Posyandu di Desa
Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati
tahun 2012.
Kunjungan
balita
Tidak
teratur
Teratur
jumlah
Frekuensi
(f)
52
37
Persentase
(%)
58,42
41,57
89
100%
Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa
kunjungan balita ke posyandu di Desa
Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati
dalam kategori tidak teratur, yaitu sejumlah
52 balita (58,42%).
Pembahasan
Pengetahuan Berdasarkan hasil
penelitian sebagian besar pengetahuan ibu
tentang posyandu di Desa Baliadi dari 89
responden berpengetahuan cukup yaitu 33
responden ( 37,07%). Pengetahuan dari
penelitian ini meliputi Pengertian, Tujuan,
Manfaat, Fungsi, Sasaran, dan Kegiatan
posyandu dari data yang ada menunjukkan
bahwa pengetauan ibu yang paling kurang
terletak pada fungsi posyandu sebesar 121
(135,95%) dan pengetahuan yang paling
baik terletak pada kegiatan posyandu
sebesar 342 (384,26).
Hasil penelitian yang dilakukan di
Desa
Baliadi
Kecamatan
Sukolilo
Kabupaten Pati sama dengan penelitian
yang dilakukan Ari Nur Cahyani di Desa
Ngaren Kecamatan Ngadirejo Kabupaten
Temanggung, hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 92 responden sebagian besar
memiliki
pengetahuan
cukup,
yaitu
sebanyak 34 orang (37,0%). Walaupun
Pengetahuan ibu di Desa Baliadi cukup
namun masih banyak ibu yang tidak
membawa balitanya ke posyandu yaitu 52
responden (58,42%), berdasarkan hasil
wawancara
ternyata
49,43%
tidak
mengetahui
mengenai
“posyandu
merupakan salah satu tempat untuk
meningkatkan kesehatann ibu, bayi dan
balitta”.
Berdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan sebagian besar balita yang
berkunjung ke posyandu di Desa Baliadi
Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun
2012 adalah batita (usia 1-3 tahun), yaitu
sejumlah 69 anak (77,52%). Yang sedikit
melakukan
kunjungan
adalah
anak
prasekolah (3-5 tahun) sejumlah 20 anak
(23,59). Hasil penelitian yang dilakukan di
Desa
Baliadi
Kecamatan
Sukolilo
Kabupaten Pati sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ari Nur cahyani di Desa
Ngaren Kecamatan Ngadirejo Kabupaten
Temanggung, hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 92 anak yang
melakukan
kunjungan sebagian besar dalam usia batita
(1-3 tahun), yaitu sejumlah 71 anak
(77,2%). Usia balita yang mayoritas berada
pada usia 1-3 tahun tersebut merupakan
usia
masa
perkembangan
yang
memerlukan perhatian khusus dari orang
tua. Semakin lama anak bertambah usianya
akan semakin malas untuk datang ke
posyandu. Hal inilah yang mempengaruhi
kurang aktifnya dalam kunjungan.
Berdasarkan
hasil
penelitian
mayoritas ibu yang mempunyai balita di
Desa
Baliadi
Kecamatan
Sukolilo
Kabupaten Pati tahun 2012 adalah sebagai
petani yaitu sebanyak 39 (43,82%). Jarak
Rumah
dengan
Tempat
Posyandu.
Berdasarkan hasil penelitian jarak rumah
dengan tempat posyandu di Desa Baliadi
Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati tahun
2012 sebagian besar berjarak 3-5 km yaitu
sebanyak 39 responden (43,82%).
Identifikasi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Balita Ke …. (W. Mariyana, Dkk)
31
ISSN 2356-3087
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui kunjungan balita ke posyandu di
Desa
Baliadi
Kecamatan
Sukolilo
Kabupaten Pati dalam kategori tidak teratur,
yaitu sejumlah 52 balita (58,42%).
Kehadiran balita ke posyandu yang paling
baik adalah teratur setiap bulan atau 12 kali
per tahun. Indiaktor D/S disebutkan bahwa
keberhasilan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Sebagian besar pengetahuan ibu yang
berhubungan dengan kunjungan balita
ke posyandu di Desa Baliadi Kecamtan
Sukolilo Kabupaten Pati sebagian besar
mempunyai pengetahuan cukup yaitu
sebesar 33 responden ( 37,07%).
b. Sebagian besar Umur balita yang
berhubungan dengan kunjungan balita
ke posyandu di Desa Baliadi Kecamatan
Sukolilo Kabupaten Pati sebagian besar
dalam usia batita
c. (1-3 tahun), yaitu sejumlah 69 anak
(77,52%).
d. Sebagian besar jumlah anak yang
berhubungan dengan kunjungan balita
ke posyandu di Desa Baliadi Kecamatan
Sukolilo Kabupaten Pati sebagian besar
ibu primipara yaitu sebanyak 48
responden (53.93%).
e. Sebagian
besar
pekerjaan
yang
berhubungan dengan kunjungan balita
ke posyandu di Desa Baliadi Kecamatan
Sukolilo Kabupaten Pati sebagian besar
bekerja sebagai petani 39 responden
(43,82%).
f. Sebagian besar jarak dengan tempat
posyandu yang berhubungan dengan
kunjungan balita ke posyandu di Desa
Baliadi Kecamatan Sukolilo Kabupaten
Pati Ibu sebagian besar jarak rumah
dengan tempat posyandu 3-5 km yaitu
sebanyak 36 responden (40,44%).
g. Sebagian besar kunjungan balita ke
posyandu di Desa Baliadi Kecamatan
Sukolilo Kabupaten Pati dalam kategori
tidak teratur, yaitu sejumlah 52 balita
(58,42%).
32
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut :
a. Bagi masyarakat diharapkan ibu yang
mempunyai balita dan berpengetahuan
kurang tentang posyandu dapat lebih
aktif mengikuti kegiatan posyandu,
Selain itu bagi kader juga perlu
memperhatikan jadwal pelaksanaan
posyandu di sesuaikan dengan kondisi
masyarakat.
b. Bagi peneliti lain diharapkan dapat lebih
mengembangkan penelitian tentang
kunjungan balita ke posyandu, tidak
hanya dikaji pengetahuannya saja
melainkan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kunjungan balita ke
posyandu.
c. Tenaga kesehatan diharapkan dapat
mengembangkan dan memotivasi ibu
balita untuk membawa balitanya
berkunjung ke posyandu melalui
penambahan
kegiatan
posyandu
seperti
bermain
menggunakan
permainan
yang
disediakan
di
posyandu,
dan
meningkatkan
pengetahuan ibu mengenai posyandu.
Serta diharapkan bidan desa menetap
di Desa tersebut sehingga bidan lebih
aktif dalam melakukan pelayanan dan
apabila
masyarakat
membutuhkan
bidan selalu siap untuk melayani.
d. Bagi
institusi
diharapkan
dapat
menciptakan generasi penerus yang
dapat
mengembangkan
ilmu
pengetahuan dalam hal penelitian
tentang kunjungan balita ke posyandu
melalui kerjasama antara instansi
terkait
seperti
Dinas
kesehatan,
puskesmas, dan petugas posyandu,
sehingga masalah yang ada di
masyarakat dapat dapat diketahui
secara
jelas
fakto-faktor
yang
mempengaruhinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E dan Y.Sriati. Asuhan
kebidanan komunitas. Yogyakarta:
Nuha medika; 2009; h. 129-137.
Ardian yanuardi. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan keberhasilan
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:25-34
ISSN 2356-3087
pelaksanaan posyandu Di Wilayah
Puskesmas Geyer II Kabupaten
Grobogan tahun 2010 [skripsi].
Semarang: Universitas Diponegoro;
2010 h.11, 19, 22.
Arikunto S. Prosedur penelitian suatu
pendekatan praktik. Edisi revisi
2010. Jakarta: Rineka cipta; 2010. h.
161, 173, 174, 195.
Asri
Ike
S.
Faktor-faktor
yang
berhubungan dengan kunjungan
Lansia di posyandu Lansia di
kelurahan damarjati tahun 2008
[skripsi]. Kendal: STIKES Karya
Husada Semarang; 2008. 21
Budiarto
Eko.
Biostatistika
untuk
kedokteran
dan
kesehatan
masyarakat. Jakarta: EGC; 2002.
h. 37.
Depkes RI. Rencana Aksi Nasional
Pencegahan
Dan
Penanggulangan gizi buruk 20052009 jakarta: Depkes RI, 2005: h.5
. Sistem Kewaspadaan Dini
(SKD) KLB Gizi Buruk. Jakarta:
Depkes RI; 2008; h.6-8
. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2009.Jakarta: Depkes RI;
2009; h.3; h.8
.
Laporan
Nasional
Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdes).
Jakarta; Depkes RI; 2010; h.97
Dinkes Jateng. Profil Kesehatan Jawa
Tengah Tahun 2009. Semarang:
dinkes jateng; 2009; h.12; h.30.
. Profil Kesahatan Kabupaten
Pati Tahun 2010. Pati: dinkes Pati;
2009.
Djaiman, Hastoety. 2002. Pengembangan
Media
Praktis
Tentang
Pertumbuhan
Batita
dengan
Sasaran Ibu Balita Pengunjung
Pelayanan
Kesehatan.
Dari.
http://www.gizi
litbang.depkes.go.id
Effendi, Nasrul,Drs.1998. Dasar-dasar
keprawatan
kesehatan
masyarakat. Jakarta : EGC
H. Alimul Aziz A. Riset keperawatan &
teknik penulisan ilmiah. Jakarta:
Salemba medika; 2003. h. 42.
Ismawati, Cahyo, dkk.Posyandu dan
Desa Siaga. Yogyakarta: Nuha
Medika; 2010; h. 3; h. 4-6; h. 20; h.
27-29.
Marimbi, H 2010. Tumbuh Kembang,
Status Gizi, Imunisasi Dasae Pada
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika;
h. 1; h. 85-86.
Notoatmodjo S. Promosi kesehatan &
ilmu perilaku. Jakarta: Rineka
cipta; 2007. h. 139, 140.
Notoatmodjo S. Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: Rineka cipta;
2010. h. 1, 37, 83, 85, 87, 120, 176,
182, 202.
Nursalam. Konsep dan penerapan
metodologi
penelitian
ilmu
keperawatan pedoman skripsi,
tesis, dan instrumen penelitian
keperawatan. Edisi 2. Jakarta:
Salemba medika; 2008. h. 89, 91,
92, 93, 94, 109, 111, 120.
Prasetyawati. Kesehatan ibu dan anak.
Yogyakarta:Nuha medika; 2009.
Riyanto Agus. Pengolahan data dan
analisis
data
kesehatan.
Yogyakarta: Nuha medika; 2009.
h. 9-10.
Saryono.
Metodologi
penelitian
kesehatan penuntun praktis bagi
pemula.
Jogjakarta:
Mitra
cendikia; 2011. h. 77.
Setiawan Ari, Saryono. Metodologi
penelitian kebidanan DIII, DIV, S1
Identifikasi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Balita Ke …. (W. Mariyana, Dkk)
33
ISSN 2356-3087
dan
S2.
Yogyakarta:
medika; 2010. h. 54, 123.
Nuha
Wahyuningsih.
Dasar-dasar
ilmu
kesehatan
masyarakat
dalam
kebidanan.
Yogyakarta:
Fitramaya;2009.
Waryono. Gizi Reproduksi.Yogyakarta:
Pustaka Rihama;2010. h.73
Wawan A. dan Dewi M. Teori &
pengukuran pengetahuan, sikap,
dan periaku manusia. Yogyakarta:
Nuha medika; 2010. h. 17-18.
Sugiyono. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta; 2007. h. 193
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta; 2012. h. 4; 6167; 117; 107-109.
Sulistyawati, Ari. Pelayanan
Berencana.
Jakarta:
Medika. 2011. h. vii.
Keluarga
Salemba
Sundari, Dyah Siti. Profil Perempuan
Indonesia Masa Kini. Semarang:
BKKBN Provinsi Jawa Tengah.
2010. h. 33.
Tukiran, Agus Joko Pitoyo, Pande Made
Kutanegara. Keluarga Berencana
dan
Kesehatan
Reproduksi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2010.
h. 42; 379.
Wawan A, Dewi M. Teori dan Pengukuran
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika;
2010. h. 11-12; 14-15; 16-18; 54.
Witjaksono, Julianto. Keluarga Berencana
dan Kesehatan reproduksi. Semarang:
BKKBN Provinsi Jawa Tengah; 2012. h. 34, 10.
34
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:25-34
ISSN 2356-3087
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DI KELURAHAN WATES
KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG
TAHUN 2013
Oleh
C. K. Sari1, A. D. Erawati1, S. K. Putri2
1
2
Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
ABSTRAK
Masalah gizi secara garis besar merupakan ketidakseimbangan dari asupan dan
keluaran zat gizi. Hal tersebut dapat bermanisfestasi dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti DiKelurahan Wates pada bulan maret
terdapat 4 balita yang mengalami BGM (Bawah Garis Merah), hal itu berarti pertumbuhan
balita mengalami gangguan. Selain BGM, gangguan bisa dilihat dari tidak naiknya berat
badan anak selama dua kali. Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita di Kelurahan Wates
Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang Tahun 2013”. Tujuannya adalah untuk mengetahui
gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita di Kelurahan Wates Kecamatan
Ngaliyan Kota Semarang.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan pendekatan
naturalistk. Responden dalam penelitian ini adalah ibu balita yang berada diKelurahan
Wates Kecamatan Ngaliyan sebanyak 73 responden. Pengambilan sampel menggunakan
metode Simple random sampling. Instrument yang digunakan adalah kuesioner.
Menggunakan analisa data univariate.
Hasil dari penelitian ini adalah mayoritas responden memilki tingkat pengetahuan
baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita
diKelurahan Wates baik. Saran yang dapat diberikan untuk tenaga kesehatan adalah untuk
tetap memberikan pengetahuan dan wawasan tentang informasi terbaru di masyarakat
tentang gizi balita.
Kata kunci
: Pengetahuan, Gizi, Balita
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita Di Kelurahan Wates …. (C. K. Sari, dkk)
35
ISSN 2356-3087
ABSTRACT
Utritional problems outlined an imbalance of nutrient intake and output. It can
bermanisfestasi in the short term and long term. Preliminary studies conducted by
researchers dikelurahan Wates in March there were four children who experience BGM
(the Lower Red Line), it means the growth of infants susceptible to interference. In
addition to BGM, the disorder can be seen from the increase in the weight of children
over two times. From the description researchers interested in conducting research
with the title "Mother of Nutrition Knowledge Level Toddler in Wates village Ngaliyan
Subdistrict Semarang City in 2013". The aim is to describe the level of knowledge of
mothers about infant nutrition in Wates village Ngaliyan District of Semarang.
Design research is a descriptive study with naturalistk approach. Respondents
in this study were mothers who were dikelurahan Wates District of Ngaliyan many as
73 respondents. Sampling using simple random sampling method. The instrument
used was a questionnaire. Using univariate data analysis.
Results from this study is that the majority of respondents has an excellent level
of knowledge. It can be concluded that the level of knowledge of mothers about infant
nutritional dikelurahan good Wates. Advice can be given to health workers is to
continue to provide knowledge and insights on the latest information in the public about
toddler nutrition.
Keywords: Knowledge, Nutrition, Toddler
36
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:35-41
ISSN 2356-3087
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komitmen pemerintah untuk
mensejahterakan rakyat nyata dalam
peningkatan
kesehatan, termasuk
masalah
prevalensi
gizi yang
merupakan target paling menentukan
dari Millenium Development Goals
(MDGs) di bidang kesehatan yang
terkait dengan kemiskinan dan
kelaparan.
Prevalensi gizi kurang
telah menurun secara signifikan, dari
31,0% pada tahun 1989 menjadi
17,9% pada tahun 2010. Prevalensi
gizi buruk turun dari 12,8% pada
tahun 1995 menjadi 4,9% pada
tahun 2010 (Prasetyawati, 2012; h.
103).
Berdasarkan Soekirman dalam
materi Aksi Pangan dan Gizi Nasional
(Depkes, 2000) dalam Waryono
(2010: h. 8) menjelaskan penyebab
kurang gizi ada 2 faktor, yaitu faktor
penyebab
langsung
dan faktor
penyebab tidak langsung. Pada
penyebab langsung yaitu makanan
anak dan penyakit infeksi yang
mungkin diderita anak, penyebab tidak
langsungnya yakni ketahanan pangan
di keluarga, pola pengasuh anak,
serta pelayanan kesehatan dan
kesehatan lingkungan. Faktor – faktor
tersebut sangat terkait dengan tingkat
pendidikan,
pengetahuan,
dan
ketrampilan terdapat kemungkinan
makin baik tingkat ketahanan pangan
keluarga, makin baik pola pengasuhan
anak dan kvSeluarga makin banyak
memanfaatkan pelayanan yang ada.
Dampak gizi kurang dapat
bermanifestasi dalam jangka pendek
dan jangka panjang, dan mungkin
memiliki efek antargenerasi. Dampak
tersebut meliputi: berkurangnya fungsi
imun dan meningkatnya risiko infeksi,
gangguan perkembangan kognitif,
gangguan pertumbuhan, cedera dan
trauma
sukar
sembuh,
serta
peningkatan risiko penyakit kronik
dikemudian hari (Barasi, 2009; h. 14).
Pada tahun 2010 menurut
Riskesdas Jumlah balita di Jawa
Tengah terdiri dari 2.711.271 balita
dengan balita gizi baik 2.117.503
balita (78,1%),gizi kurang 336.197
balita (12,4%), gizi lebih 168.099 balita
(6,2%) dan status gizi buruk sebanyak
89.472 balita (3,3%) .
Menurut Dinas Kesehatan Kota
Semarang tahun 2012, jumlah balita di
Kota Semarang 86.895 balita dimana
prevalensi balita yang gizi baik 84.094
balita (96,77%), gizi lebih 1.618 balita
(1,86%), menderita gizi buruk sebesar
0,10% atau 92 balita. Jumlah balita di
wilayah kecamatan Ngaliyan 3.624
dimana prevalensi pada balita gizi baik
3.555 balita (98,09%), gizi lebih 52
balita (1,43%) dan gizi kurang 17
balita (0,47%).
Di
wilayah
Kecamatan
Ngaliyan sendiri terdiri dari 10
kelurahan, salah satunya adalah
Kelurahan Wates. Dimana terdapat
balita BGM sebanyak 4 balita pada
bulan maret dan jumlah seluruh balita
ada 275 balita.
Disamping itu, berdasarkan
survei dan wawancara pada tanggal
25 Febuari 2013 yang dilakukan
peneliti di 3 RW di Kelurahan Wates,
dari 20 ibu yang disurvei, 14
diantaranya mengatakan bahwa ibu
memberikan
makanan
kepada
anaknya sesuai kesukaan anak saja
karena apabila di beri menu lain yang
bisa mencukupi gizi anak, respon anak
tidak begitu mendukung. Dan 6 ibu
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita Di Kelurahan Wates …. (C. K. Sari, dkk)
37
ISSN 2356-3087
mengatakan menyajikan makanan
dengan bentuk yang biasa saja, dan
memasaknya terlalu matang serta
tidak ada variasi menu yang di sajikan
untuk anaknya karena terlalu sibuk.
Dari uraian-uraian tersebut
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian
dengan judul “Tingkat
Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita
di Kelurahan Wates Kecamatan
Ngaliyan Kota Semarang
Tahun
2013”.
Perumusan Masalah
Dari hasil survei, peneliti
menemukan beberapa ibu menyajikan
menu yang sama setiap hari kepada
anaknya karena makanan tersebut
yang disukai anaknya, dan apabila
tidak di masakkan makanan yang
disukai maka anaknya malas untuk
makan bahkan ada yang tidak mau
makan. Disamping itu Kelurahan
Wates memiliki balita yang mengalami
BGM sebanyak 4 ballita.
Berdasarkan
uraian
latar
belakang tersebut, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “
Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu
tentang Gizi Balita di Kelurahan Wates
Kecamatan
Ngaliyan
Kota
Semarang?”.
Tujuan Penelitian
Mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi balita di
Kelurahan
Wates
Kecamatan
Ngaliyan Semarang Tahun 2013.
38
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan
studi deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah
penenlitian
yang
hanya
menggambarkan keadaan obyek, tidak
ada
maksud
untuk
menggeneralisasikan
hasilnya,
melakukan analisis kualitatif dan tanpa
pengujian hipotesis (Sulistyaningsih,
2011:h.80).
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
metode
penelitian
deskriptif dengan pendekatan survei.
Pendekatan survei adalah penelitian
yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpulan data yang
pokok, tanpa memberikan intervensi
kepada
sampel
yang
diteliti
(Sulistyonongsih 2011: h.81).
Populasi dan Sample
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu ynag memiliki balita di
kelurahan wates kecamatan ngaliyan
pada bulan maret 2013 sebnayak 275
orang.
Jumlah populasi kurang dari 10.000
maka besar sampel menggunakan
rumus Solvin. Dari rumus Solvin
dengan jumlah populasi 275 ibu balita
di
kelurahan
wates
kecamatan
ngaliyan, maka didapatkan sampel
sebanyak 73 responden dari total
populasi tersebut.
Dalam penelitian ini teknik sampling
yang digunakan adalah teknik random
sampling yaitu pengambilan sampel
dari populasi dimana setiap anggota
populasi mempunyai kesempatan
yang sama untuk diambil sebagai
sampel. Teknik pengambilan sampel
dengan cara simple random sampling
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:35-41
ISSN 2356-3087
yaitu dengan cara mengundi anggota
populasi (Riyanto:h.92).
Variabel dan Definisi Operasional
Penelitian
Dalam penelitian ini variable yang
digunakan adalah variabel bebas.
Variabel bebas merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya
dependen
(terikat)
(Sugiyono,
2010:h.4).
Dalam
penelitian ini variabelnya adalah
pengetahuan ibu tentang gizi balita.
Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
kuesioner
sebanyak 25 pertanyaan, dimana
pengetahuan dikatakan baik jika
menjawab benar 17-25 pertanyaan
dengan skor 76%-100%, pengetahuan
dikatakan cukup jika menjawab benar
14-18 pertanyaan dengan skor 56%75%, pengetahuan dikatakan kurang
jika menjawab benar < 14 pertanyaan
dengan skor <56%.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dari penelitian ini
didapatka dengan cara membagi
kuesioner kepada responden untuk
dara primernya, sedangkan untuk data
sekunder dengan cara data yang
diperoleh dari laporan gizi DKK Kota
Semarang dan laporan gizi dari
Puskesmas Ngaliyan.
Metode Analisis Data
Dari data yang terkumpul dianalisis
selanjutnya
dianalisis
dengan
menggunakan analisis univariat yaitu
dilakukan terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian. Dalam analisis ini
hanya menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel. Hasil
persentase dari tiap variabel tersebut
disusun dalam bentuk tabel univariat
yaitu
suatu
tabel
yang
menggambarkan penyajian data untuk
tiap
variabel
saja
(Notoatmodjo,2005:188).
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Data yang diperoleh berasal dari
jawaban tiap-tiap soal pada lembar
kuesioner yang meliputi : Pengertian
Gizi Balita, Macam-macam Zat Gizi.
Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS), Menu Seimbang, Manfaat
Perencanaan Menu, Syarat menu
yang baik, Macam-macam Gangguan
Gizi, Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
dengan jumlah sampel sebanyak 73
sampel.
Tabel 4.1 tingkat pengetahuan ibu
tentang gizi balita
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
F
55
17
1
73
Prosentase
(%)
75.34
23.29
1.37
100
Sumber: data primer
Dari tabel 4.1 didapatkan tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi balita
memiliki tingkat pengetahuan baik
sebanyak 55 ibu (75,34%).
Pembahasan
Pada sub bab ini akan dibahas
mengenai Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Balita di Kelurahan
Wates
Kecamatan
Ngaliyan
Semarang.
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita Di Kelurahan Wates …. (C. K. Sari, dkk)
39
ISSN 2356-3087
Faktor internal yang mempengaruhi
tungkat pengetahuan terdiri dari
pendidikan, pekerjaan dan umur. Dari
segi pendidikan pada umumnya makin
tinggi pendidikan seseorang maka
makin
mudah
orang
tersebut
menerima informasi ( Wawan, 2010:
h. 16). Pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi misalnya halhal yang menunjang kualitas hidup.
Dari hasil penelitian ini responden
kebanyakan
berpendidikan
SMP,
sehingga sebagian besar responden
memiliki tingkat pengetahuan yang
baik.
Faktor eksternal yang mempengaruhi
pengetahuan adalah faktor lingkungan
dan sosial budaya (Wawan, 2010: h.
18).
Dari
hasil
penelitian
ini
didapatkan hasil, bahwa tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi balita
adalah mayoritas baik sebanyak 55
responden (75,34%). Selain itu faktor
eksternal
yang
mempengaruhi
pengetahuan adalah paparan media
masa, ekonomi, hubungan sosial,
pengalaman. Dimana pengetahuan
seseorang akan bertambah dengan
adanya pengaruh dari luar seperti
adanya informasi dari media massa,
hubungan sosial yang baik dengan
masyarakat sekitar akan menambah
informasi,
pengalaman
dalam
kehidupan seseorang yang berbedabeda akan menambah pengetahuan
baru,
tinggi
rendahnya
tingkat
ekonomi
seseorang
akan
mempengaruhi
hubungan
sosial
kepada masyarakat luas sehingga
pengetahuan yang didapat pun
semakin banyak.
Pengetahuan responden tentang gizi
balita sudah baik, yaitu sebanyak 55
responden (75,34%) dikarenakan
tingkat pendidikan ibu di Kelurahan
Wates yang mayoritas SMP. Secara
40
garis besar tingkat pengetahuan ibu
baik namun apabila dilihat per sub bab
pada koesioner, ada sub bab yang
memilki tingkat pengetahuan kurang
yaitu pada sub bab syarat menu yang
baik untuk balita. Disub bab ini tingkat
pengetahuan ibu tingkat pengetahuan
ibu kurang sebanyak 46 responden
(63,02%). Hal ini dikarenakan antara
teori dan praktik dilahan sangat
berbeda,
dalam
teori
menurut
Sulistyoningsih (2011: h. 76) dalam
buku Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan
Anak sop lebih enak dinikmati dicuaca
dingin
karena
berfungsi
menghangatkan
badan
sedang
sekarang dilahan sop lebih enak
dinikmati dicuaca panas karena segar
makan makanan yang berkuah di
siang hari.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari 73 responden diketahui bahwa
tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan
wates Kecamatan Ngaliyan mayoritas
memiliki pengetahuan baik. Hal itu
didukung oleh lingkungan ibu dan usia
ibu yang sudah tergolong matang.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka
saran-saran yang mungkin dapat
dijadikan masukan adalah sebagai
berikut :
1. Bagi ibu yang memiliki balita
supaya
tetap
memberikan
makanan yang bergizi seimbang
guna tumbuh kembang balita.
2. Tenaga
kesehatan
dapat
meningkatkan informasi kepada
ibu balita tentang gizi seimbang
pada balita dan terus memantau
tumbuh kembang balita melalui
kegiatan
posyandu
serta
memotivasi ibu balita untuk datang
ke posyandu guna memantau
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:35-41
ISSN 2356-3087
tumbuh kembang balita.
3. Diharapkan peneliti lain dapat
mengembangkan variabel lain
dalam penelitian yang berkaitan
dengan gizi balita.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan
: Buku Ajar Ilmu Gizi, edisi 2.
Jakarta
: EGC
Barasi, Mary E. 2009. At a Glance Ilmu Gizi.
Jakarta: Erlangga
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu kesehatan
Anak Dalam Kebidanan. Jakarta:
TIM
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012.
Kesehatan
Dan
Kesehatan. Jakarta:
Cipta.
Promosi
Perilaku
Rineka
Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian
Kebidanan Kuantitatif – Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu .
Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi Untuk
Kesehatan
Ibu
dan
Anak.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Waryono.
2010.
Gizi
Reproduksi.
Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Wawan, A dan Dewi M. 2010. Teori dan
Pengukuran Pengetahuan, Sikap,
dan
Perilaku
Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika
Winarno, F G. 2004. Kimia Pangan
dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia
Prasetyawati, Arista E. . 2012. Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) Dalam
Millenium Development Goals
(MDGs).
Yogyakarta:
Nuha
Medika.
Proverawati, A. Dan Siti Asfuah. 2009. Buku
Ajar Gizi Untuk Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
--------. 2009. Pengolahan dan Analisi Data
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Setiawan A. dan Saryono. 2010. Metodologi
Penelitian Kebidanan DIII, DIV,
S1 dan S2. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sugiyono.
2010.
Metode
Penelitian
Pendidikan
(Pendekatan
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita Di Kelurahan Wates …. (C. K. Sari, dkk)
41
ISSN 2356-3087
PERBEDAAN SIKAP IBU TERHADAP ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM
SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENYULUHAN
DI DESA BANGUNREJO KECAMATAN PATEBON
KABUPATEN KENDAL
Oleh
N. Alfiani1, S.Wahyuning1, dan F. Prastiyana2
1
2
Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
ABSTRAK
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke
dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua
perempuan. Pemberian penyuluhan tentang alat kontrasepsi dalam rahim yang baik dapat
mempengaruhi sikap ibu dalam memilih atau mendukung penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim.
Berdasarkan data PLKB Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal sampai Bulan Desember 2012, Di
Desa Bangunrejo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal terdiri dari 291 ibu. Dari 291 ibu, terdapat
69 peserta KB dan tidak ada yang menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim.Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian eksperimen, populasinya adalah jumlah ibu di Desa Bangunrejo
Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal yaitu 291 orang, sampel ditentukan dengan rumus Solvin
diperoleh 74 responden. Instrumen yang digunakan adalah angket dengan kuesioner.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan, ibu memiliki sikap positif tentang alat kontrasepsi dalam
rahim yaitu sebanyak 7 orang (9,0%), sesudah dilakukan penyuluhan, ibu yang memiliki sikap positif
tentang alat kontrasepsi dalam rahim menjadi 59 orang (80,0 %). Kemudian sikap ibu sebelum dan
sesudah penyuluhan dilakukan uji kenormalan terlebih dahulu dengan menggunakan uji Kolmogorof
Smirnov. Diperoleh hasil nilai p-value sebelum dan sesudah penyuluhan < 0,05 sehingga
menunjukkan bahwa data berdistribusi tidak normal, maka dilanjutkan dengan menggunakan uji
Wilcoxon Signed Ranks Test. Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan nilai p-value
sebesar 0,000 (<0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap ibu tentang alat kontrasepsi
dalam rahim sebelum dan sesudah penyuluhan.
Kata kunci : Sikap dan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
42
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:42-49
ISSN 2356-3087
ABSTRACT
Intrauterine device (IUD) is a device or object that is inserted into the uterus which is very
effective, reversible, long-term, can be worn by all women. Provision of counseling about intrauterine
devices that can either affect maternal attitudes in choosing or support the use of an intrauterine
device. Based on data PLKB Patebon Kendal district until December 2012, in the village of Kendal
Patebon Bangunrejo District consists of 291 mothers. Of 291 mothers, there are 69 participants KB
and no one was using an intrauterine device.This type of research is experimental research,
population is the number of mothers in the Village District Bangunrejo Patebon Kendal is 291 people,
samples was determined by the formula obtained Solvin 74 respondents. The instrument used was a
questionnaire with a questionnaire.The results showed that pre-counseling, the mother has a positive
attitude about the intrauterine device as many as 7 people (9.0%), performed after counseling,
mothers who have positive attitudes about the intrauterine device to 59 people (80.0%) . Then the
mother's attitude before and after counseling normality test in advance using Kolmogorof Smirnov
test. Results obtained p-value before and after counseling <0.05 indicating that the data are not
normally distributed, then continued using Wilcoxon Signed Ranks Test. The test results showed
Wilcoxon Signed Ranks Test p-value of 0.000 (<0,05). It can be concluded that there are differences
in maternal attitudes about the intrauterine device before and after counseling.
Keywords
: Attitudes and Contraceptive In The Womb
1
Perbedaan Sikap Ibu Terhadap Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Sebelum Dan …. (N. Alfiani, dkk)
43
ISSN 2356-3087
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang
memiliki banyak masalah kependudukan
yang hingga tahun 2010 belum bisa diatasi.
Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan
hasil sensus adalah sebanyak 237.556.363
orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki
dan
118.048.783
perempuan.
Laju
pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar
1,49% per tahun (BPS, 2010). Tingginya
laju pertumbuhan penduduk Indonesia
berdampak pada krisis ekonomi khususnya
krisis
keuangan
global
terhadap
meningkatnya kemiskinan, pengangguran,
dan menurunnya derajat kesehatan.
Dampak dari tingginya laju pertumbuhan
penduduk dapat diatasi dengan program
keluarga berencana (KB) (BKKBN, 2010;
h.12).
Keluarga
berencana
merupakan
program
nasional
dengan
tujuan
merencanakan jumlah penduduk yang
sesuai dengan potensi alam yang dimiliki
negara, sehingga akan tercapai tingkat
kesejahteraan
yang
memadai
bagi
penduduknya, khususnya kebutuhan dasar
seperti
sandang,
pangan,
papan,
pendidikan dan kesehatan (BKKBN, 2010;
h.23). Tujuan umum untuk lima tahun
kedepan mewujudkan visi dan misi program
KB yaitu membangun kembali dan
melestarikan pondasi yang kokoh bagi
pelaksana program KB di masa mendatang
untuk mencapai keluarga berkualitas tahun
2015. Dan tujuan program KB secara
filosofis
adalah
meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak serta
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia
dan
sejahtera
melalui
pengendalian
kelahiran dan pengendalian pertumbuhan
penduduk Indonesia dan terciptanya
penduduk yang berkualitas, sumber daya
manusia yang bermutu dan meningkatkan
kesejahteraan keluarga (Handayani, 2010;
h.29).
Dalam program Keluarga Berencana,
pemerintah menawarkan dua pilihan
metode
kontrasepsi,
yaitu
metode
kontrasepsi jangka pendek dan metode
kontrasepsi jangka panjang. Metode
kontrasepsi jangka pendek terdiri dari
44
kondom, pil KB, suntik, sedangkan metode
kontasepsi jangka panjang terdiri dari alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR), metode
operatif pria (MOP), dan metode operatif
wanita (MOW) dan implan (BKKBN, 2012;
h.17). Kebijakan pemerintah tentang KB
mengarah
pada
pemakaian
metode
kontrasepsi jangka panjang khususnya alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR). AKDR
merupakan salah satu cara efektif yang
sangat diprioritaskan pemakaiannya oleh
BKKBN. Hal ini dikarenakan tingkat ke
efektifitasannya yang tinggi (Manuaba,
2010; h.617).
Metode kontrasepsi jangka panjang
yang diprioritaskan oleh pemerintah yaitu
AKDR. AKDR sangat efektif, yaitu 0,6 – 0,8
kehamilan per 100 perempuan dalam satu
tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 –
170 kehamilan), AKDR dapat efektif segera
setelah pemasangan, dapat digunakan
dalam jangka panjang (10 tahun proteksi
dari CuT-380A dan tidak perlu diganti),
sangat efektif karena tidak perlu mengingatingat, tidak mempengaruhi kualitas dan
volume ASI (Saifuddin, 2006; h.MK-75).
Efek samping yang umum terjadi pada
wanita yang menggunakan AKDR yaitu
perubahan siklus haid (umumnya pada 3
bulan pertama dan akan berkurang setelah
3 bulan), haid lebih lama dan lebih banyak,
perdarahan (spotting) antar menstruasi,
saat haid lebih sakit, dan merasakan sakit
dan kejang selama 3-5 hari setelah
pemasangan (Proverawati, 2010; h. 56).
Data terakhir bulan Desember tahun
2012 jumlah peserta KB aktif semua metode
kontrasepsi yang diperoleh dari data Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Tengah,
sebanyak 442.205 peserta. Dengan rincian
pengguna kontrasepsi Suntik 197.689
peserta (44,70%), Pil 82.449 peserta
(18,65%), alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) 49.225 peserta (11,13%), Implant
75.289 peserta (17,02%) dan Medis
Operatif Wanita (MOW) 12.343 peserta
(2,79%), Medis Operatif Pria (MOP) 949
peserta (0,21%), Kondom 24.211 peserta
(5,47%).
Berdasarkan
data
dari
Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:42-49
ISSN 2356-3087
Berencana (KB) di Kabupaten Kendal
sampai bulan Desember tahun 2012,
jumlah peserta semua metode kontrasepsi
sebanyak 9.989 peserta dan jumlah ibu
277.026 orang. Dengan rincian sebagian
besar kontrasepsi yang digunakan adalah
Suntik 6.410 peserta (64,17%), kemudian
yang menggunakan Pil 843 peserta
(8,43%), Implant 1.835 peserta (18,37),
Medis Operatif Wanita (MOW) 155 peserta
(1,55%), Medis Operatif Pria (MOP) 2
peserta (0,02%), Kondom 56 peserta
(0,56%) dan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) 688 peserta (6,88%). Dari data
diatas Kabupaten Kendal pengguna alat
kontrasepsi
dalam
rahim
(AKDR)
menempati urutan terendah ke-empat
diantara alat kontrasepsi lainnya.
Berdasarkan data dari Petugas
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)
Kecamatan Patebon, pengguna alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) masih
rendah meski tidak menempati rangking
pertama yaitu 245 peserta. Dari 16.317
jumlah ibu di Kecamatan Patebon, terdapat
7.895 peserta KB dan 3,10% diantaranya
menggunakan AKDR. Dan di Desa
Bangunrejo pengguna AKDR tidak ada jika
dibandingkan dengan Desa lain dalam
Kecamatan Patebon, dengan jumlah
peserta KB total pada Desa Bangunrejo
sebanyak 69 peserta. Di Desa Bangunrejo
Kecamatan Patebon terdapat 291 ibu. Dari
291 ibu, terdapat 69 peserta KB dan tidak
ada yang menggunakan AKDR.
Faktor pendukung dalam perubahan
perilaku
yaitu
pengetahuan,
sikap,
kepercayaan,
tradisi,
nilai,
dsb
(Notoatmodjo,
2012;
h.20).
Dalam
meningkatkan sikap dan menambah
peserta
baru
keluarga
berencana
diperlukan komunikasi, informasi, dan
edukasi kepada masyarakat. (Hartanto,
2004; h.27). Komunikasi, informasi, dan
edukasi
yang
diperlukan
melalui
penyuluhan tentang kontrasepsi. Dengan
pemberian
penyuluhan
tentang
alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang baik
diharapkan dapat mempengaruhi sikap ibu
dalam
memilih
atau
mendukung
penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR). Dan berdasarkan latar belakang di
atas yang penulis peroleh di Desa
Bangunrejo Kecamatan Patebon Kabupaten
Kendal, penulis telah melakukan penelitian
dengan judul “Perbedaan Sikap Ibu Tentang
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Desa
Bangunrejo Kecamatan Patebon Kabupaten
Kendal Tahun 2013 “.
Perumusan Masalah
Indonesia merupakan negara dengan
laju pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Dampak dari laju pertumbuhan penduduk
yang tinggi di Indonesia dapat di atasi
dengan program keluarga berencana (KB
yang di prioritaskan yaitu AKDR, karena
keefektifitasannya yang tinggi. Di Desa
Bangunrejo Kecamatan Patebon Kabupaten
Kendal tidak ada yang menggunakan
AKDR. Salah satu faktor pembentuk
perilaku adalah sikap. Dalam meningkatkan
sikap dan menambah peserta baru keluarga
berencana
diperlukan
komunikasi,
informasi, dan edukasi kepada masyarakat
melalui penyuluhan. Sehingga penulis dapat
merumuskan
masalah
bagaimana
“Perbedaan Sikap Ibu Tentang Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Sebelum
dan Sesudah Penyuluhan? ”
Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan sikap Ibu
tentang AKDR sebelum dan sesudah
penyuluhan di Desa Bangunrejo Kecamatan
Patebon Kabupaten Kendal.
Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan sikap Ibu tentang alat
kontrasepsi
dalam
rahim
(AKDR)
sebelum penyuluhan
b. Mendeskripsikan sikap Ibu tentang alat
kontrasepsi
dalam
rahim
(AKDR)
sesudah penyuluhan
c. Mengetahui perbedaan sikap Ibu tentang
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
sebelum dan sesudah penyuluhan.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian eksperimen (experimental
research) yaitu suatu penelitian dengan
melakukan
kegiatan
percobaan
(experiment),
yang
bertujuan
untuk
mengetahui gejala atau pengaruh yang
Perbedaan Sikap Ibu Terhadap Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Sebelum Dan …. (N. Alfiani, dkk)
45
ISSN 2356-3087
timbul, sebagai akibat dari adanya
perlakuan
tertentu
atau
eksperimen
tersebut (Notoatmodjo, 2010; h.50). Desain
penelitian eksperimen yang digunakan yaitu
pra eksperimen (pre experimental designs)
(Notoatmodjo, 2010; h.55). Rancangan
yang digunakan adalah One group pretest
posttest yang memungkinkan menguji
perubahan – perubahan yang terjadi
setelah adanya eksperimen (program)
(Notoatmodjo, 2010; h.57).
Populasi, Sampel, dan Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh jumlah ibu di Desa Bangunrejo
Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal
tahun 2013 yaitu sebanyak 291 orang.
Besarnya sampel dalam penelitian ini
dihitung menggunakan rumus Solvin, dari
perhitungan rumus di atas didapatkan hasil
akhir 74 orang responden (Nursalam, 2003
dalam Saryono, 2010; h.99)
Penelitian ini menggunakan teknik
purposive
sampling
karena
teknik
penentuan sampel untuk tujuan tertentu
saja (Saryono, 2010; h. 97). Dengan
demikian teknik pengambilan sampel
bertujuan dilakukan tidak berdasarkan
strata, kelompok, atau acak, tetapi
berdasarkan pertimbangan tertentu seperti
waktu, biaya, tenaga, sehingga tidak dapat
mengambil sampel dalam jumlah besar dan
jauh (Saryono, 2012; h. 74).
Variabel dan Definisi Operasional
Penelitian
Penetapan variabel dalam penelitian ini
adalah:
a. Variabel Independent (bebas) adalah
penyuluhan tentang AKDR.
b. Variabel Dependent (terikat) adalah
sikap ibu tentang AKDR. Dengan
kategori : sebelum penyuluhan dan
sesudah penyuluhan.
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan
pendidikan
kesehatan
yang
dengan
menyebarkan
pesan,
menanamkan
keyakinan sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau
dan bisa melakukan suatu dengan anjuran
46
yang ada hubungannya dengan kesehatan
(Azwar, 1983 dalam Machfoedz, 2009;
h.58). Penyuluhan dalam penelitian ini
dilakukan dalam kelompok besar.
Sikap ibu tentang alat kontrasepsi dalam
rahim
(AKDR)
merupakan
respon
seseorang terhadap alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR). Sikap responden tentang
AKDR yang diperoleh dengan mengadakan
pre test dan post test menggunakan angket
dengan kuesioner. Kuesioner ini berjumlah
10 pernyataan dengan kategori “Favorabel
(benar) dan Unfavorabel (salah)”. Jumlah
pertanyaan Favorabel 4, dan jumlah
pertanyaan yang Unfavorabel 6. Pilihan
jawaban terdiri dari sangat setuju, setuju,
tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini
dengan cara menyebarkan kuesioner
kepada
responden.
Kuesioner
yang
disebarkan adalah yang berhubungan
dengan sikap ibu terhadap AKDR
Metode Analisis Data
Dari data yang terkumpul selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan analisis
univariat yang dilakukan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian. Dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi.
Hasil persentase dari tiap variabel tersebut
disusun dalam bentuk tabel univariat yaitu
suatu tabel yang menggambarkan penyajian
data
untuk
tiap
variabel
saja
(Notoatmodjo,2005:188).
Analisis selanjutnya adalah analisis
bivariat. Sebelum dilakukan uji statistik,
maka data dilakukan uji kenormalan terlebih
dahulu menggunakan Uji Kolmogorov
Smirnov. Hasil nilai p value sebelum dan
sesudah penyuluhan IUD = 0,000, artinya
<0,05 (data terlampir) maka data dikatakan
berdistribusi
tidak
normal,
sehingga
dilanjutkan dengan menggunakan uji
Wilcoxon Signed Ranks Test.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi, sebagaimana
diuraikan secara ringkas di bawah ini. Tabel
1 menyajikan data tentang Distribusi
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:42-49
ISSN 2356-3087
Frekuensi Sikap Ibu Tentang Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Sebelum
dan Sesudah Penyuluhan di Desa
Bangunrejo Kecamatan Patebon Kabupaten
Kendal Tahun 2013.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu tentang
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Desa
Bangunrejo Kecamatan Patebon Kabupaten
Kendal Tahun 2013.
Sikap
Ibu
N
Positif
Negatif
Total
7
67
74
Sebelum
Persentase
(%)
9,0
91,0
100
N
59
15
74
Sesudah
Persentase
(%)
80,0
20,0
100
Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa ibu
yang memiliki sikap positif tentang AKDR
sebelum penyuluhan yaitu sebanyak 7
orang
(9,0%).
Setelah
dilakukan
penyuluhan, ibu yang memiliki sikap positif
tentang AKDR menjadi 59 orang (80,0%).
Ibu yang memiliki sikap positif tentang
AKDR lebih banyak sesudah dilakukan
penyuluhan, dibandingkan dengan ibu yang
memiliki sikap positif tentang AKDR
sebelum dilakukan penyuluhan.
Hasil penelitian mengenai sikap ibu
tentang AKDR sebelum dan sesudah
penyuluhan dilakukan uji kenormalan
terlebih dahulu dengan menggunakan uji
Kolmogorof Smirnov. Diperoleh hasil nilai p
value sebelum penyuluhan 0,000 dan
sesudah penyuluhan 0,000, nilai keduanya
< 0,05 sehingga menunjukkan bahwa data
berdistribusi tidak normal, maka dilanjutkan
dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed
Ranks Test.
Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test
menunjukkan nilai p value sikap ibu sebesar
0,000 (<0,05) dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara sikap ibu tentang AKDR
sebelum dan sesudah penyuluhan.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
diketahui bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap sikap ibu sebelum dan
sesudah dilakukan penyuluhan. Untuk
mengubah
sikap
bahkan
perilaku
masyarakat perlu upaya yang dapat
dilakukan oleh orang yang dipercaya dan
ahli dibidangnya untuk menyampaikan
informasi tertentu, menghimbau, mengajak
atau membujuk dalam hal ini adalah tentang
AKDR melalui berbagai kegiatan. Hal ini
sesuai dengan apa yang dikemukakan
notoatmojo bahwa upaya masyarakat
berperilaku atau mengadopsi perilaku
kesehatan dengan cara persuasi, bujukan,
imbauan, ajakan, memberikan informasi,
memberikan kesadaran, dan sebagainya,
melalui kegiatan yang disebut pendidikan
atau promosi kesehatan (Notoatmodjo,
2012; h.18).
Dalam hal ini pendidikan atau promosi
kesehatan ditujukan untuk menggugah
kesadaran, memberikan atau meningkatkan
pengetahuan
masyarakat
tentang
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
baik bagi dirinya sendiri, keluarganya,
maupun masyarakatnya. Disamping itu,
dalam konteks ini promosi kesehatan juga
memberikan
pengertian
tentang
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi
masyarakat, dan sebagainya, baik yang
merugikan maupun yang menguntungkan
kesehatan. Bentuk pendidikan kesehatan
antara lain penyuluhan kesehatan (Green,
1980 dalam Notoatmodjo, 2012; h.20).
Dalam penyuluhan kesehatan terdapat
alat bantu yang digunakan oleh petugas
dalam menyampaikan bahan, materi atau
pesan kesehatan. Alat bantu ini lebih sering
disebut sebagai alat peraga karena
berfungsi
untuk
membantu
dan
memperagakan sesuatu di dalam proses
promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2012;
h.57). Secara garis besar terdapat 3 macam
alat bantu, yaitu sebagai berikut : alat bantu
lihat (visual aids), alat bantu dengar (audio
aids), dan alat bantu lihat dengar (audi
visual aids) (Notoatmodjo, 2012; h.59).
Dalam penelitian ini alat bantu yang
digunakan dalam penyuluhan adalah alat
bantu lihat (visual aids) yaitu leaflet yang
didukung dengan adanya alat bantu dengar
berupa penjelasan yang diberikan oleh
peneliti bersama bidan menggunakan alat
pengeras
suara
sambil
responden
membaca leaflet. Leaflet memiliki faktor
Perbedaan Sikap Ibu Terhadap Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Sebelum Dan …. (N. Alfiani, dkk)
47
ISSN 2356-3087
yang dapat memberikan perbedaan sikap
ibu tentang AKDR. Sesudah dilakukan
penyuluhan dengan menggunakan alat
bantu lihat yaitu leaflet mempunyai sikap
ibu yang lebih positif terhadap AKDR
daripada sikap bu sebelum dilakukan
penyuluhan.
Seseorang
dapat
menerima,
menanggapi, menghargai, dan bertanggung
jawab terhadap sikap yang sudah diberikan.
Jika seseorang sudah menerima stimulus,
maka orang tersebut akan menanggapi
atau memberikan respon, baik positif
maupun negatif dan orang tersebut akan
menghargai dan bertanggung jawab atas
respon yang dimilikinya (Notoatmodjo,
2010; h.30). Dari penelitian ini ibu memiliki
respon positif tentang alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR) setelah dilakukan
penyuluhan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah
dilaksanakan
di
Desa
Bangunrejo
Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal
tentang “Perbedaan Sikap Ibu Tentang Alat
Kontrasepsi
Dalam
Rahim
(AKDR)
Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Desa
Bangunrejo Kecamatan Patebon Kabupaten
Kendal Tahun 2013” dapat disimpulkan
bahwa :
1. Sikap ibu tentang AKDR sebelum
penyuluhan memiliki sikap sebagian
besar negatif
2. Sikap ibu tentang AKDR sesudah
penyuluhan memiliki sikap sebagian
besar positif
3. Ada perbedaan sikap ibu tentang AKDR
sebelum dan sesudah penyuluhan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut.
a. Hasil penelitian ini hendaknya dapat
menambah wawasan dan pengetahuan
ibu untuk lebih bijak dalam memilih alat
kontrasepsi yang sesuai dengan
keadaannya, serta lebih aktif untuk
mencari
informasi
tentang
alat
kontrasepsi.
48
b. Diharapkan tenaga kesehatan lebih
aktif untuk menggali masalah –
masalah yang timbul di masyarakat
yang berhubungan dengan kesehatan
agar
dapat
menangani masalah
kesehatan tersebut. Serta lebih aktif
untuk memberikan informasi kesehatan
atau penyuluhan khususnya mengenai
KB kepada masyarakat.
c. Bagi
peneliti
lain
selanjutnya
hendaknya dapat meneliti variabelvariabel lain tidak hanya sikap saja
yang mempengaruhi ibu untuk memilih
alat kontrasepsi.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia
Teori
dan
Pengukurannya.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset
BkkbN. 2010. Warta Keluarga Berencana.
Semarang : Bidang Informasi
Keluarga dan Analisis Program
BKKBN Provinsi Jawa Tengah
BkkbN.
2012.
Evaluasi
Program
Kependudukan dan KB. Semarang
BPS. 2010. Sensus Penduduk Indonesia
2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Indonesia
http: Id.
Wikipedia.
Org/wiki/sensus_penduduk_indonesi
a_2010
Diakses
tanggal
29
Desember 2012
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan
Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihama
Hartanto,
Hanafi.
2004.
Keluarga
Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan
Hidayat, Aziz A. 2010. Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika
Machfoedz, Ircham dkk. 2005. Pendidikan
Kesehatan bagian dari Promosi
Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya
Manuaba, Ida Ayu. 2010. Ilmu Kebidanan
Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:42-49
ISSN 2356-3087
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi
Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta
Noviawati, Dyah. 2009. Panduan Lengkap
Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta :
Nuha Medika
PLKB. 2012. Catatan Peserta KB. Kendal
Proverawati, Atikah. 2009. Menarche
Manstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta: Nuha Medika
Proverawati, Atikah. 2010. Panduan
Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta :
Nuha Medika
Saifuddin, Abdul B. 2006. Buku Panduan
Praktik
Pelayanan
Kontrasepsi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Saryono, 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jogjakarta : Nuha Litera
Sugiyono.
2012.
Metode
Penelitian
Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Wawan, 2010. Teori dan Pengukuran
Pengetahuan Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika
Perbedaan Sikap Ibu Terhadap Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Sebelum Dan …. (N. Alfiani, dkk)
49
ISSN 2356-3087
GAMBARAN POLA ASUH WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL
DI DESA SUBAH KECAMATAN SUBAH KABUPATEN BATANG
Oleh
Rinayati 1,S Wahyuning 1, P Fitrianingtyas 2
1
2
Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
ABSTRAK
Menurut data dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah tahun 2012, angka kenakalan
anak di Provinsi Jawa Tengah masih tinggi. Sebagian besar anak nakal yang berada di
Desa Subah adalah anak dari wanita orang tua tunggal. Anak nakal (delinquent) berasal dari
keluarga yang pecah. Antara keluarga yang utuh dan yang pecah mempunyai pengaruh
yang berbeda terhadap perkembangan anak. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pola asuh wanita sebagai orang tua tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah
Kabupaten Batang. Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan pendekatan
metode survey. Cara pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dibimbing wawancara
dengan jumlah sampel sebanyak 93 wanita orang tua tunggal di Desa Subah Kecamatan
Subah Kabupaten Batang. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa persepsi remaja terhadap pola asuh wanita
sebagai orang tua tunggal yaitu sebanyak 43 (46,24 %) responden menggunakan pola asuh
permisif, 29 (31,18 %) responden menggunakan pola asuh otoriter, dan 21 (22,58 %)
menggunakan pola asuh demokratis. Sebaiknya bagi tenaga kesehatan, lebih bisa
merangkul masyarakat khususnya wanita orang tua tunggal dan memberikan konseling
mengenai pola asuh dan dampak dari masing-masing pola asuh sehingga nantinya dapat
mengurangi jumlah anak nakal dari wanita orang tua tunggal di Desa Subah Kecamatan
Subah Kabupaten Batang.
Kata Kunci : Pola Asuh, Wanita, Orang Tua Tunggal
50
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:50-55
ISSN 2356-3087
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut data dari Dinas Sosial
Provinsi Jawa Tengah tahun 2012, angka
kenakalan anak di Provinsi Jawa Tengah
masih tinggi, yaitu sebanyak 7.755 orang,
yang terdiri dari 6.460 laki-laki dan 1.295
perempuan. Kabupaten Batang adalah
kabupaten dengan jumlah angka tertinggi
kasus anak nakal se-Jawa Tengah yaitu
1.135 anak nakal yang terdiri dari 891 lakilaki dan 244 perempuan. Di Kecamatan
Subah sendiri terdapat 109 anak nakal yang
terdiri dari 83 laki-laki dan 26 perempuan.
Sedangkan di Desa Subah terdapat 17
anak nakal yang terdiri dari 15 laki-laki dan
2 perempuan. Dari 109 anak nakal di
Kecamatan Subah, 42,2% adalah anak dari
wanita orang tua tunggal, 35,78% adalah
anak dari orang tua utuh, dan 22,02%
adalah anak dari laki-laki orang tua tunggal
(Data Kecamatan Subah 2012).
Menurut Ahmadi (2009), anak nakal
(delinquent) berasal dari keluarga yang
pecah. Di dalam keluarga anak memerlukan
perimbangan perhatian, kasih sayang dari
orang tuanya. Di dalam keluarga yang
pecah hal tersebut tidak bisa didapatkan.
Anak mengalami kesulitan-kesulitan dan
terjerumus ke dalam kelompok anak-anak
nakal.
Seorang peneliti bernama K. Alison
Clarke-Stewart berpendapat bahwa ayah
dan ibu itu sama-sama membantu
perkembangan intelektual anak. Namun
caranya berbeda. Ayah lebih cenderung
lewat pembinaan fisik, misalnya sebagai
teman main, sedangkan ibu lebih melalui
interaksi bahasa dan pembinaan bakat.
Meski muncul berbagai pola peran orang
tua, namun anak tampak menginginkan
sikap berbeda dari kedua orang tuanya.
Mereka ingin memperoleh perasaan
tenteram dari pihak ibu, persahabatan dan
rangsangan dari pihak ayah (Dagun, 2009 :
h.152). Suatu penelitian mengungkapkan
perbandingan asuhan ibu dan asuhan ayah.
Jika ibu mengasuh sendiri anaknya, maka
ia akan lebih cemas dan tidak tenteram.
Sebaliknya,
ayah
biasanya
kurang
mempersalahkan diri serta tidak menyerah
pada nasib dan berusaha mengatasi
berbagai kesulitan. Tetapi ibu sering
menangisi nasibnya, terutama berkenaan
dengan kesulitan yang dialaminya (Dagun,
2009 : h.154).
Menurut Casmini, pola asuh orang
tua
adalah
bagaimana
orang
tua
memperlakukan
anak,
mendidik,
membimbing, dan mendisiplinkan anak
dalam mencapai proses kedewasaan
hingga pada upaya pembentukan normanorma yang diharapkan masyarakat pada
umumnya. Anak perlu diasuh, dan
dibimbing karena mengalami proses
pertumbuhan,
dan
perkembangan.
Pertumbuhan, dan perkembangan itu
merupakan
suatu
proses.
Agar
pertumbuhan, dan perkembangan berjalan
sebaik-baiknya anak perlu diasuh, dan
dibimbing oleh orang dewasa, terutama
dalam lingkungan kehidupan keluarga.
Peran orang tua adalah menciptakan
lingkungan
yang
mendukung
perkembangan anak kearah yang positif
(Septiari, 2012 : h.162-163).
Berdasarkan studi pendahuluan, di
Desa Subah terdapat beberapa kasus
kenakalan anak. Data yang peneliti dapat
dari penuturan Tenaga Kesejahteraan
Sosial Kecamatan (TKSK) bahwa kasus
anak nakal yang terjadi di Desa Subah
sebagian besar berasal dari keluarga yang
tidak utuh, khususnya dari wanita orang tua
tunggal. Selain itu juga hasil dari
wawancara peneliti kepada 10 wanita orang
tua tunggal, didapatkan bahwa 6 diantara
mereka mengatakan bahwa dalam hal
mendidik anak mereka tidak terlalu
mengekang
dan
tidak
sepenuhnya
memantau apa yang anak mereka lakukan
setiap hari karena mereka lebih sibuk untuk
mencari nafkah.
Menurut data yang didapat dari
kantor kelurahan Desa Subah Kecamatan
Subah Kabupaten Batang mempunyai luas
wilayah 142,87 ha, jumlah penduduknya
6099 orang/jiwa yaitu 3027 laki-laki dan
3072 perempuan yang terdiri atas 1602
kepala keluarga. Terdapat 164 orang tua
tunggal yang terdiri dari 71 laki-laki dan 93
wanita. Dari 93 wanita sebagai orang tua
tunggal tersebut yang ditinggal meninggal
suaminya sebanyak 53,76 %, melakukan
perceraian sebanyak 3,22 %, dan ditinggal
bekerja dalam waktu lama sebanyak 43,01
%. Dari 93 wanita sebagai orang tua tunggal
mempunyai
anak
dengan
jumlah
keseluruhan 209 orang yang terdiri dari 16
Gambaran Pola Asuh Wanita Sebagai Orang Tua Tunggal Di Desa Subah …. (Rinayati, dkk)
51
ISSN 2356-3087
balita, 64 anak-anak, 84 usia remaja dan
yang sudah menikah sebanyak 45 orang
(Data Kantor Kelurahan Desa Subah 2012).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai
gambaran persepsi remaja terhadap pola
asuh wanita sebagai orang tua tunggal
dalam
mendidik
dan
membesarkan
anaknya.
Perumusan Masalah
Berdasarkan studi pendahuluan, di
Desa Subah terdapat beberapa kasus
kenakalan anak. Data yang peneliti dapat
dari penuturan Tenaga Kesejahteraan
Sosial Kecamatan (TKSK) bahwa kasus
anak nakal yang terjadi di Desa Subah
sebagian besar berasal dari keluarga yang
tidak utuh, khususnya dari wanita orang tua
tunggal.
Berdasarkan uraian diatas maka
penulis dapat merumuskan masalah dalam
penelitian, yaitu : “Bagaimana gambaran
pola asuh wanita sebagai orang tua tunggal
di Desa Subah Kecamatan Subah
Kabupaten Batang?”.
Tujuan
Untuk mengetahui gambaran pola
asuh wanita sebagai orang tua tunggal di
Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten
Batang.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
adalah Deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran atau
deskripsi tentang pola asuh wanita sebagai
orang tua tunggal di Desa Subah
Kecamatan Subah Kabupaten Batang
Populasi, Sampel, dan Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah
wanita sebagai orang tua tunggal di Desa
Subah Kecamatan Subah Kabupaten
Batang sebanyak 93 orang.
Sampel yang diambil Pada penelitian
ini seluruh populasi dijadikan sampel, yaitu
sebanyak 93 wanita sebagai orang tua
Tehnik sampling yang digunakan dalam
52
penelitian ini adalah sampling jenuh.
Sehingga dari populasi wanita orang tua
tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah
Kabupaten Batang sebanyak 93 wanita juga
digunakan sebagai sampel.
Variabel dan Definisi Operasional
Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah Pola
asuh wanita sebagai orang tua tunggal.
Secara operasional, variabel tersebut
didefinisikan dan diukur dengan cara
sebagai berikut. Cara yang diberikan ibu
atau pengasuh lain berupa sikap dan
perilaku dalam hal kedekatannya dengan
anak.. Untuk mengukur hal tersebut
digunakan kuesioner a). Otoriter bila
responden lebih banyak menjawab pilihan
A, yaitu jawaban yang menunjukkan ciri-ciri
dari pola asuh otoriter pada wanita sebagai
orang tua tunggal.b). Permisif bila
responden lebih banyak menjawab pilihan
B, yaitu jawaban yang menunjukkan ciri-ciri
dari pola asuh permisif pada wanita sebagai
orang tua tunggal.c).Demokratis apabila
responden lebih banyak menjawab pilihan
C, yaitu jawaban yang menunjukkan ciri-ciri
dari pola asuh demokratis pada wanita
sebagai orang tua tunggal (Santrock, 2003 :
h. 185). Skala yang digunakan adalah skala
nominal.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini
dengan cara menyebarkan kuesioner
kepada
responden.
Kuesioner
yang
disebarkan adalah yang berhubungan
dengan Pola asuh wanita sebagai orang tua
tunggal
Metode Analisis Data
Analisa univariat dilakukan pada variabel
pola asuh wanita sebagai orang tua tunggal
di Desa Subah Kecamatan Subah
Kabupaten Batang.
Nilai diperoleh dengan menggunakan
rumus:
Keterangan :
X
= Hasil frekuensi
F
= Frekuensi hasil pencapaian
N
= Total seluruh observasi
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:50-55
ISSN 2356-3087
100
= Bilangan tetap (Budiarto, 2003 :
h.37).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian disajikan dalam
bentuk
tabel
distribusi
frekuensi,
sebagaimana diuraikan secara ringkas di
bawah ini. Tabel 1 menyajikan data tentang
Pola asuh wanita sebagai orang tua tunggal
di Desa Subah Kecamatan Subah
Kabupaten Batang
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Pola Asuh Wanita
sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Subah
Kecamatan Subah Kabupaten Batang.
Pola Asuh Wanita
sebagai Orang Tua
Tunggal
Otoriter
Permisif
Demokratis
Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
29
43
21
93
31,18
46,24
22,58
100
Sumber : Data Primer
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa
wanita sebagai orang tua tunggal sebagian
besar menggunakan pola asuh permisif
yaitu sebanyak 43 responden (46,24%).
Hasil penelitian pada wanita orang tua
tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah
Kabupaten Batang diperoleh jawaban pola
asuh wanita sebagai orang tua tunggal
sebagai berikut :
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Jawaban Pertanyaan
Pola Asuh Wanita sebagai Orang Tua
Tunggal
Persentase (%)
Pertanyaan
Otoriter
Permisif
Demokratis
Sikap orang tua dalam
pengambilan keputusan
dengan anak
32,26
44,09
23,66
Dengan siapa anak boleh
keluar oleh orang tua
35,48
38,71
25,81
Sikap orang tua dalam
mendidik anak seharihari
36,56
45,16
18,28
Sikap orang tua dalam
memberikan tugas
21,5
54,84
23,66
Yang dilakukan orang tua
jika anak melanggar
peraturan
35,48
24,73
39,78
Peran orang tua dalam
menentukan cita-cita di
masa depan
33,33
23,66
43,01
Sikap orang tua jika anak
akan keluar di malam
hari
30,11
48,39
21,5
Sikap orang tua jika anak
pulang larut malam
25,81
44,09
30,11
Pengawasan orang tua
terhadap anak
32,26
45,16
22,58
Sikap orang tua jika anak
melakukan kesalahan
31,18
48,39
20,43
Sikap orang tua jika anak
pacaran
26,88
53,76
19,35
Sikap orang tua dalam
menanggapi permintaan
anak
29,03
48,39
22,58
Batasan kepercayaan
orang tua yang diberikan
dalam mengembangkan
kedisiplinan pada anak
45,16
32,26
22,58
36,56
29,03
34,41
40,86
26,88
32,26
Peran orang tua dalam
memberikan bimbingan
pada anak dalam hal
apapun
Sikap orang tua dalam
menyampaikan harapanharapan yang ingin
didapat dari anak
Sumber
: Data Primer
Pembahasan
Sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan di salah satu Desa yang berada di
Kecamatan Subah yaitu Desa Subah
didapatkan bahwa mayoritas wanita sebagai
orang tua tunggal menggunakan pola asuh
permisif.
Menurut Septiari (2012), orang tua
yang menggunakan pola asuh permisif
serba membolehkan anak berbuat apa saja.
Orang tua memiliki kehangatan, dan
menerima
apa
adanya.
Kehangatan
cenderung memanjakan, ingin dituruti
keinginannya. Sedangkan menerima apa
adanya cenderung memberikan kebebasan
kepada anak untuk berbuat apa saja. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil penelitian bahwa
dalam hal pengawasan sebanyak 42 (45,16
%) wanita orang tua tunggal tidak
mengontrol apa yang anaknya lakukan.
Sehingga anak tidak mengetahui mana hal
Gambaran Pola Asuh Wanita Sebagai Orang Tua Tunggal Di Desa Subah …. (Rinayati, dkk)
53
ISSN 2356-3087
yang benar-benar baik untuk mereka dan
mana yang seharusnya tidak mereka
lakukan. Sebanyak 50 (53,76 %) wanita
orang tua tunggal tidak perduli jika anak
mereka pacaran. Sehingga anak tidak
mengetahui
batasan-batasan
dalam
pacaran karena dalam hal ini orang tua
memberikan kebebasan. Dan 45 (48,39%)
wanita orang tua tunggal menuruti semua
permintaan anak mereka. Dalam hal ini
orang tua lebih bersifat memanjakan
anaknya.
Menurut 42 (45,16 %) wanita orang
tua tunggal, orang tua mereka mempunyai
sikap tidak perduli saat mendidik mereka
sehari-hari. Orang tua tidak membatasi
semua kegiatan anaknya dan tidak
memberikan kendali. Sebanyak 51 (54,84
%) wanita orang tua tunggal tidak memaksa
dalam memberikan tugas. Orang tua acuh
terhadap kewajiban yang seharusnya anak
mereka lakukan, sehingga anak tidak
mempunyai rasa tanggung jawab. Dan
sebanyak 45 (48,39 %) wanita orang tua
tunggal tidak melakukan tindakan apapun
jika anak mereka melakukan kesalahan.
Orang tua tidak memberikan hukuman
ataupun mengajarkan untuk meminta maaf
dan bertanggung jawab atas kesalahan
yang diperbuat. Hal tersebut sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Muntiah (2009),
bahwa orang tua yang mempunyai pola
asuh permisif cenderung memberikan
kebebasan pada anak tanpa memberikan
kontrol sama sekali, anak dituntut atau
sedikit sekali dituntut untuk suatu tanggung
jawab, tetapi mempunyai hak yang sama
seperti orang dewasa, anak juga diberi
kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri
dan orang tua tidak banyak mengatur
anaknya.
Menurut Santrock (2003), gaya
pengasuhan permisif adalah suatu pola
dimana orang tua sangat tidak ikut campur
dalam kehidupan remaja. Hal ini berkaitan
dengan perilaku sosial remaja yang tidak
cakap, terutama kurangnya pengendalian
diri. Orang tua yang mempunyai tipe pola
asuh permisif misalnya ditunjukkan dalam
hal pengambilan keputusan, sebanyak 41
(44,09 %) wanita orang tua tunggal
menyerahkan semua kepada mereka.
Orang tua tidak membedakan apakah itu
hal besar ataupun hal kecil yang
seharusnya
dibutuhkan
musyawarah
54
terlebih dahulu antara orang tua dan anak
saat mengambil keputusan. Kemudian saat
anak ingin keluar rumah, sebanyak 36
(39,29%) wanita orang tua tunggal
mengijinkan anak mereka keluar dengan
siapa saja. Orang tua tidak membatasi
dengan siapa saja anaknya akan keluar.
Sebanyak 45 (48,39 %) wanita orang tua
tunggal memberikan ijin kepada mereka jika
keluar dimalam hari. Dan juga pada saat
anak pulan wanita orang tua tunggal tidak
melakukan g larut malam, sebanyak 41
(44,09 %) tindakan apapun. Mereka tidak
diberikan hukuman, tidak dinasehati, dan
tidak ditegur oleh orang tua.
Menurut Intan (2012), salah satu
dampak orang tua tunggal terhadap anak
yaitu orang tua tunggal kurang dapat
menanamkan adat istiadat dan murung
dalam keluarga, sehingga anak kurang
dapat
bersopan
santun
dan
tidak
meneruskan
budaya
keluarga,
serta
mengakibatkan kenakalan karena adanya
ketidakselarasan dalam keluarga. Wanita
orang tua tunggal dengan pola asuh
permisif cenderung memberi kebebasan
pada
anak
ataupun
cenderung
memanjakan. Anak yang terlalu diberi
kebebasan pada akhirnya akan lebih sulit
diatur. Mereka tidak mengetahui mana yang
benar-benar baik untuk mereka dan juga
mana yang seharusnya tidak mereka
lakukan. Mereka hanya berpersepsi bahwa
semua yang mereka lakukan adalah benar
dimata orang tua karena pada saat anak
melakukan apapun, orang tua tidak
menegur mereka.
Menurut pendapat peneliti, penerapan
wanita orang tua tunggal terhadap berbagai
macam pola asuh menyebabkan berbagai
persepsi bagi remaja. Terutama pada pola
asuh permisif. Berdasarkan persepsi remaja
terhadap pola asuh wanita orang tua
tunggal di Desa Subah Kecamatan Subah
Kabupaten Batang, wanita orang tua
tunggal cenderung menggunakan pola asuh
permisif
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Wanita sebagai orang tua tunggal di
Desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten
sebagian besar menggunakan pola asuh
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:50-55
ISSN 2356-3087
permisif yaitu sebanyak 43 responden
(46,24 %).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut.
1. Bagi Profesi
Tenaga kesehatan seharusnya lebih
merangkul
masyarakat
khususnya
wanita
orang
tua
tunggal
dan
memberikan konseling mengenai pola
asuh dan dampak dari masing-masing
pola asuh sehingga nantinya dapat
mengurangi jumlah anak nakal dari
wanita orang tua tunggal di Desa Subah
Kecamatan Subah Kabupaten Batang.
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat terutama orang tua tunggal
sebaiknya dapat memperhatikan faktor
kepentingan dan kebutuhan anaknya,
dan bersikap lebih berwibawa seperti
memberi kebebasan yang masih dalam
kendali pada anak-anaknya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dalam penelitian ini masih menggunakan
penelitian deskriptif maka disarankan
kepada penelitian selanjutnya untuk
meneliti lebih mendalam dengan metode
yang lebih kompleks dengan cakupan
objek penelitian yang lebih luas lagi
tentang persepsi remaja terhadap pola
asuh wanita sebagai orang tua tunggal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2009 . Psikologi Sosial.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian.
Jakarta:
PT
Asdi
Mahastya.
Bahiyatun. 2008. Psikologi Ibu dan Anak.
Jakarta: EGC.
Budiarto, Eko. 2003 . Biostatistika untuk
Kedokteran
dan
Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC.
Dagun, Save.M. 2009 . Psikologi Keluarga.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. 2009.
Panduan Umum Pemutakhiran dan
Pemetaan
Data
Penyandang
Masalah
Kesejahteraan
Sosial
(PMKS) dan Potensi Sumber
Kesejahteraan Sosial (PSKS) di
Jawa Tengah. Semarang: Dinsos
Provinsi Jawa Tengah.
Hidayat, Aziz Alumul. 2010. Metode
Penelitian Kebidanan dan Teknik
Analisa Data.Jakarta : Salemba
Medika
Kumalasari, Intan dan Iwan Andhyantoro.
2012 . Kesehatan Reproduksi.
Jakarta: Salemba Medika.
Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga.
Jakarta: Prenada Kencana Group.
Machfoedz, Ircham. 2009. Metodologi
Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya.
Muntiah, Siti. 2009. Tentukan Pola Asuh
Sejak
Awal
dengan
Suami.
http://www.ibudanbalita.com/diskusi/
pertanyaan/1902/Tentukan-PolaAsuh-Sejak-Awal-dengan-Suami/.
Diunduh Selasa, 8 April 2013.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta:
Rineka Cipta.
. 2010. Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Romauli, Surtyati dan Anna Vida Vindari.
2012.
Kesehatan
Reproduksi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Santrock, Jhon Watson. 2003.Adolescence
Perkembangan Remaja. Jakarta:
Erlangga.
Saryono. 2011.
Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia.
Septiari, Bety Bea. 2012 . Mencetak Balita
Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses
Keperawatan Keluarga. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang
Anak. Jakarta: EGC
Sugiyono. 2005 . Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Sunaryo.2004.
Psikologi
untuk
Keperawatan. Cetakan I. Editor
Monica Ester. Jakarta: EGC.
Gambaran Pola Asuh Wanita Sebagai Orang Tua Tunggal Di Desa Subah …. (Rinayati, dkk)
55
ISSN 2356-3087
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP
IBU MENYUSUI BAYI USIA 6-12 BULAN TENTANG
MAKANAN PENDAMPING ASI DI
PUSKESMAS BANDARHARJO
SEMARANG
Oleh
M. Kusumastuty1, S. Wahyuning2, K. Lukitaningrum3
1
2
Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
ABSTRAK
Umur 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,
sehingga kerap di istilahkan sebagai periode emas. Periode emas dapat di wujudkan apabila
pada masa itu bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang
optimal. Pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum usia 6 bulan) akan meningkatkan
resiko penyakit diare serta infeksi lainnya. Sebaliknya jika makanan pendamping diberikan
terlambat (melewati usia 6 bulan) maka bayi akan mengalami kekurangan zat gizi terutama
energi dan protein juga zat besi. Dari studi pendahuluan 10 ibu menyusui 6-12 bulan di
Puskesmas Bandarharjo Semarang 7 responden memberikan MP-ASI tidak sesuai dengan
umur bayi. Hal ini dikarenakan adanya anggapan ASI saja tidak cukup untuk kebutuhan
bayinya dan banyak ibu yang mengikuti pengalaman orang tua dari 7 responden tersebut, 3
orang menyatakan anaknya sering mengalami diare pada umur bayi usia 6 bulan.Tujuan
penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap ibu menyusui 612 bulan tentang makanan pendamping ASI di Puskesmas Bandarharjo Semarang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan
cross sectional. Populasinya adalah 699 ibu menyusui 6-12 bulan di Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang dan sampelnya sebanyak 88 responden. Teknik sampling
menggunakan non random sampling dengan Quota Sampling. Teknik pengumpulan data
dengan menggunakan angket, dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 88 responden ibu menyusui bayi usia 6-12
bulan tentang makanan pendamping ASI mayoritas dari tingkat pengetahuan sebanyak
43,18% berpengetahuan cukup, dan dari sikap sebanyak 64,77% bersikap positif.
Diharapkan tenaga kesehatan tetap memberikan penyuluhan tentang makanan pendamping
ASI dan mengupayakan sikap ibu menyusui selalu positif, serta melakukan kunjungan untuk
mengevaluasi sejauh mana perkembangan mengenai penyuluhan yang telah diberikan.
Kata Kunci
56
: tingkat pengetahuan, sikap, makanan pendamping asi
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:56-64
ISSN 2356-3087
ABSTRACT
Age 0-24 months is a period of rapid growth and development, so it is often termed
as the golden period. The golden period can make happen if at the time infants and children
receive appropriate nutrition for optimal growth and development. Giving breast milk too
early (before the age of 6 months) will increase the risk of diarrhea and other infectious
diseases. Conversely if the supplementary food is given late (past 6 months) then the baby
will experience a shortage of nutrients, especially energy and protein are also iron. From a
preliminary study 10 lactating mothers at health centers Bandarharjo 6-12 months Semarang
7 respondents give breast milk is not in accordance with the age of the baby. This is
because of the assumption breast milk alone is not sufficient for the needs of babies and
mothers who follow the experience of many parents of 7 respondents, three people have
expressed their often experience diarrhea in infants aged 6 bulan.Tujuan age of research is
to describe the level of knowledge and attitude of mother breastfeeding 6-12 months of
complementary feeding in PHC Bandarharjo Semarang.
This type of research is quantitative descriptive with cross sectional approach. The
population is 699 nursing mothers Bandarharjo 6-12 months in Semarang City Health Center
and the sample of 88 respondents. Sampling techniques using non-random sampling Quota
sampling. Data collection techniques by using a questionnaire, and the instrument used was
a questionnaire.
The results showed that out of 88 respondents lactating mothers of infants aged 6-12
months of complementary feeding the majority of the level of knowledge as much as 43.18%
knowledgeable enough, and of the attitude to be positive as much as 64.77%. Health
workers are expected to keep providing information on complementary feeding and
breastfeeding mothers seek always positive attitude, as well as a visit to evaluate the extent
of the extension which has been granted.
Keywords: knowledge, attitude, food co-ation
Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Bayi …. (M. Kusumastuty,dkk)
57
ISSN 2356-3087
PENDAHULUAN
Gizi memegang peranan terpenting
dalam siklus hidup manusia. Pada bayi dan
anak, kekurangan gizi akan menimbulkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan
yang apabila tidak diatasi secara dini dapat
berlanjut hingga dewasa. Umur 0-24 bulan
merupakan
masa
pertumbuhan
dan
perkembangan yang pesat, sehingga kerap
di istilahkan sebagai periode emas
sekaligus periode kritis. Periode emas
dapat di wujudkan apabila pada masa itu
bayi dan anak memperoleh asupan gizi
yang sesuai untuk tumbuh kembang
optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak
pada masa ini tidak memperoleh makanan
sesuai dengan kebutuhan gizinya, maka
periode emas akan berubah menjadi
periode kritis yang akan mengganggu
tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada
masa ini maupun masa selanjutnya
(Depkes RI, 2006).
Makanan pertama dan utama bayi
tentu Air Susu Ibu. ASI cocok sekali untuk
memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal
: Karbohidrat dalam ASI berupa lactosa,
lemaknya
hanya
mengandung
polyunsaturated fatty acid (asam lemak tak
jenuh ganda). (Arisman, 2007 ;h. 41).
Pencapaian tumbuh kembang optimal,
di dalam Global Strategy for Infant and
Young Child Feeding, WHO (World Health
Organization) / UNICEF (United Nations
Childrens Fund) merekomendasikan empat
hal penting yang harus dilakukan salah
satunya adalah memberikan Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) sejak
bayi berumur 6-24 bulan. Rekomendasi
tersebut menekankan, secara sosial budaya
MP-ASI hendaknya di buat dari bahan
pangan yang murah dan mudah di peroleh
di daerah setempat (Yuliarti, 2010; h. 70).
Makanan pendamping air susu ibu
yang sering disingkat dengan MP-ASI
diberikan bayi setelah bayi berusia 6 bulan.
Bayi sesudah usia 6 bulan, ASI saja tidak
cukup. Bayi diatas 6 bulan diperlukan
makanan selain ASI. MP-ASI harus
mengandung zat gizi sesuai dengan
kebutuhan. Tujuan pemberian MP-ASI
adalah
untuk
menanggulangi
dan
mencegah terjadinya gizi buruk, dan gizi
kurang sekaligus mempertahankan status
58
gizi baik pada bayi dan anak 12 bulan
(Siswanto, 2010;h. 138).
Balita Gizi Buruk di Indonesia tahun
2011 berjumlah 3.187 menurun apabila
dibandingkan tahun 2010 (3.514). Tetapi
persentase Balita Gizi Buruk mendapatkan
perawatan tahun 2011 sebesar 100% jauh
lebih bagus dibandingkan tahun 2010
(93,28%). Data Pelaksanaan Progam Gizi
tahun 2012 di Puskesmas Bandarharjo
Semarang ada 9 anak umur dibawah 1
tahun menderita gizi buruk.
Rekapitulasi Laporan Penyakit Diare
di Kota Semarang 2012 di Puskesmas
Bandarharjo Semarang 7,5% menempati
urutan kedua dari 37 Puskesmas di Kota
Semarang untuk penyakit diare dengan
umur bayi kurang dari 1 tahun. (Laporan
Dinkes Kota Semarang).
Bayi diperkenalkan makanan dan atau
minuman lain sebelum usia 6 bulan,
mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk
terserang penyakit (terutama diare dan
batuk/pilek) sehingga jika terjadi berulangulang maka bayi akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang
kurang optimal. Hal ini menunjukkan bahwa
ASI saja selama 6 bulan pertama adalah
sumber makanan utama bagi bayi dan
justru berbahaya jika bayi diberikan
makanan/minuman
lain
seperti
susu
formula, atau pisang atau bubur susu
sebelum
waktunya.
(Februhartanty,
2009;h.7)
Pemberian MP-ASI yang terlalu dini
(sebelum usia 6 bulan) maka akan
meningkatkan risiko penyakit diare serta
infeksi lainnya, dan menyebabkan jumlah
ASI yang diterima bayi berkurang.
Sebaliknya jika makanan pendamping
diberikan terlambat (melewati usia 6 bulan)
maka bayi akan mengalami kekurangan zat
gizi terutama energi dan protein juga zat
besi. (Sulistyoningsih, 2012; h. 165-166)
Menurut Notoatmodjo pengetahuan
sangat mendasari terbentuknya tindakan
seseorang, karena perilaku yang didasari
oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap
yang positif akan lebih langgeng (long
lasting) daripada perilaku yang tidak
didasari pengetahuan dan kesadaran
(Notoatmodjo, 2007; h.143).
Newcomb,
salah
seorang
ahli
psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap
itu merupakan kesiapan atau kesediaan
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:56-64
ISSN 2356-3087
untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu
sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
(Notoatmodjo, 2007; h.147)
Hasil survei pendahuluan yang
dilakukan pada bulan Februari 2013 dengan
metode wawancara terhadap 10 ibu
menyusui bayi usia 6 -12 bulan di
Puskesmas
Bandarharjo
Semarang,
didapatkan 7 dari 10 responden (70%)
mengatakan bahwa ibu memberikan
makanan pendamping ASI seperti nasi tim
tanpa saring pada bayi berusia 6 bulan. Hal
ini dikarenakan adanya anggapan ASI saja
tidak cukup untuk kebutuhan bayinya dan
banyak ibu yang mengikuti pengalaman
orang tua dari 7 responden tersebut, 3
orang
menyatakan
anaknya
sering
mengalami diare. 1 dari 10 responden
(10%) mengatakan bahwa ibu memberikan
anaknya makanan tambahan sesuai yang
diberikan oleh bidan dengan anak berumur
6 bulan diberikan bubur susu, 2 dari 10
responden (20%) mengatakan bahwa ibu
memberikan bubur saja pada bayi usia 12
bulan, ini dikarenakan adanya anggapan
bayi belum keluar gigi sehingga ibu tidak
tega memberikan nasi tim.
Dari uraian latar belakang di atas,
peneliti tertarik untuk meneliti tingkat
pengetahuan dan sikap Ibu menyusui bayi
usia 6-12 bulan tentang makanan
pendamping
ASI
di
Puskesmas
Bandarharjo Semarang”.
Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan dan sikap ibu menyusui bayi
usia 6-12 bulan tentang makanan
pendamping
ASI
Di
Puskesmas
Bandarharjo Semarang.
Tujuan Khusus
a. Menggambarkan tingkat pengetahuan
ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan
tentang makanan pendamping ASI di
Puskesmas Bandarharjo Semarang.
b. Menggambarkan sikap ibu menyusui bayi
usia 6-12 bulan tentang makanan
pendamping
ASI
di
Puskesmas
Bandarharjo Semarang.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode
deskriptif yaitu suatu metode penelitian
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
membuat gambaran atau deskripsi tentang
suatu
keadaan
secara
objektif
(Notoatmodjo, 2005; h. 138). Desain dalam
penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional yaitu
suatu penelitian dimana variabel-variabel
yang termasuk efek diobservasi dalam
kurun waktu yang sama (Notoatmodjo,
2009; h.26). Penelitian ini mendeskripsikan
Tingkat pengetahuan dan sikap ibu
menyusui bayi usia 6-12 bulan di
Puskesmas Bandarharjo terhadap makanan
pendamping ASI.
Populasi, Sampel, dan Sampling
Populasi dalam penelitian ini diambil dari
ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan, pada
bulan
Maret
2013
di
Puskesmas
Bandarharjo Semarang yang berjumlah 699
orang.
Pada penelitian ini besar sampel yang
telah ditetapkan didapatkan dari hasil
perhitungan adalah sejumlah 88 responden.
Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
Nonprobability
sampling, secara Sampling Kuota adalah
teknik
menentukan
sampel
yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah
(kuota) yang diinginkan. Teknik Sampling
dalam penelitian ini akan dilakukan selama
1 bulan dengan menggunakan 88
Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Bayi …. (M. Kusumastuty,dkk)
59
ISSN 2356-3087
responden sebagai sampel yaitu ibu
menyusui 6-12 bulan yang datang dalam
acara posyandu masing-masing kelurahan
yang dibagi secara rata di 4 kelurahan
wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo
Semarang.
Variabel dan Definisi Operasional
Penelitian
Variabel penelitian ini terdapat 2 variabel
bebas
(independent)
adalah
tingkat
pengetahuan dan sikap ibu menyusui bayi
usia 6-12 bulan tentang makanan
pendamping ASI.
Secara operasional, variabel tersebut
didefinisikan dan diukur dengan cara
sebagai berikut tingkat pengetahuan ibu
menyusui bayi usia 6-12 bulan tentang MPASI yaitu kemampuan responden dalam
menjawab
pernyataan.
Alat
ukur
menggunakan kuesioner dengan jumlah
pertanyaan 20 soal yang terdapat dua
alternatif jawaban yaitu betul dan salah.
Jika pernyataan favorable maka jawaban B
nilai 1 dan S nilai 0, dan jika pernyataan
unfavorable maka jawaban B nilai 0 dan S
nilai 1. Kategori jawaban baik : 76-100%
(menjawab pernyataan benar 15-20 soal),
cukup:56-75%
(menjawab
pernyataan
benar 12-14 soal), kurang : <56%
(menjawab pernyataan benar 0-11 soal).
Skala yang digunakan adalah ordinal. Untuk
variabel Sikap ibu menyusui bayi usia 6-12
bulan tentang MP-ASI adalah Suatu stimulus
Ibu menyusui 6-12 bulan terhadap rangsangan
tertutup tentang MP-ASI. Alat ukur yang
digunakan adalah kuesioner dengan jumlah
pertanyaan 10 soal. Dengan pernyataan
favorable maka jawaban SS nilai 4, S nilai
3, TS nilai 2, STS nilai 1. Pernyataan
Unfaforable maka jawaban SS nilai 1, S
nilai 2, TS nilai 3, STS nilai 4. Kategori nilai
jika sikap positif bila responden memenuhi
skor t ≥ t mean, sikap negatif bila
responden tidak memenuhi skor t < t mean.
Skala yang digunakan adalah nominal.
Untuk masing-masing pertanyaan pada
kuisioner pada kedua variabel tersebut
diatas adalah tentang MP-ASI antara lain
pengertian MP-ASI, tujuan MP-ASI, syaratsyarat MP-ASI, pemberian makanan padat
pertama bayi, macam-macam makanan
bayi, cara pengelolaan makanan bayi,
jadwal pemberian makan bayi usia 0-12
60
bulan, contoh menu makanan pada bayi
usia 6-12 bulan, faktor-faktor yang
mempengaruhi pemberian makanan pada
bayi, kerugian pemberian mp-ASI tidak
tepat waktu.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini
dengan cara menyebarkan kuesioner yang
berisi lembar identitas, kuesioner tentang
pengetahuan tentang pemberian makanan
pendamping ASI dini dan sikap ibu
menyusui 6-12 bulan tentang makanan
pendamping ASI yang di berikan kepada
responden yaitu ibu menyusui 6-12 bulan
yang
berkunjung
di
masing-masing
posyandu
kelurahan
wilayah
kerja
Puskesmas
Bandarharjo
pada
saat
penelitian.
No
Pengetahuan
ibu
1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
Jumlah
Fre
kuensi
35
38
15
88
Persen
tase
39,77
43,18
17,05
100
Metode Analisis Data
Dari data yang terkumpul selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan analisis
univariat pada kedua variabel yaitu tingkat
pengetahuan ibu menyusui 6-12 bulan
tentang makanan pendamping ASI yang
dikategorikan menjadi baik (76-100% dari
skor total), cukup (56-75% dari skor total),
kurang (<56% dari skor total) dan Sikap ibu
menyusui 6-12 bulan terhadap makanan
pendamping
ASI
variabel
tersebut
dikategorikan menjadi positif (t ≥ t mean)
dan negatif (t < t mean). Data dianalisa
secara
deskriptif
(univariat)
dengan
mengggunakan distribusi dan prosentase.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi, sebagaimana
diuraikan secara ringkas di bawah ini. Tabel
1 menyajikan data tentang tingkat
pengetahuan ibu menyusui bayi usia 6-12
bulan tentang makanan pendamping ASI.
Tabel 2 menyajikan data tentang sikap ibu
menyusui bayi usia 6-12 bulan tentang
makanan pendamping ASI.
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:56-64
ISSN 2356-3087
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tingkat
Pengetahuan Ibu Menyusui Bayi Usia 6-12
Bulan tentang Makanan Pendamping ASI di
Puskesmas Bandarharjo Semarang
N
Pengetahu
Frekuen
Persen
o
an ibu
si
tase
1. Baik
2. Cukup
3. Kurang
Jumlah
35
38
15
88
39,77
43,18
17,05
100
Berdasarkan tabel 1 tersebut diatas
maka dapat diketahui bahwa sebagian
besar ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan di
Puskesmas
Bandarharjo
mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang makanan
pendamping ASI sebanyak 38 responden
(43,18%)
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu
Menyusui Bayi Usia 6-12 Bulan tentang
Makanan Pendamping ASI di Puskesmas
Bandarharjo Semarang
No
Sikap ibu
1.
Positif
2.
Negatif
Jumlah
Frekuensi
57
31
88
Persen
tase
64,77
35,23
100
Berdasarkan Tabel 4.2.4 tersebut diatas
maka dapat diketahui bahwa sebagian
besar ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan di
Puskesmas
Bandarharjo
Semarang
mempunyai sikap positif terhadap Makanan
Pendamping ASI sebanyak 57 responden
(64,77%).
Pembahasan
Dari hasil penelitian
dapat dilihat
berdasarkan tingkat pengetahuan ibu
menyusui bayi usia 6-12 bulan tentang
makanan pendamping ASI, mayoritas
responden memiliki pengetahuan yang
cukup.
Dari pengetahuan yang cukup tersebut
masih ada hal yang belum dijawab dengan
benar, dibuktikan dalam tabel 4.2.1 dari
jawaban yang telah dikerjakan responden
jawaban benar paling sedikit dijawab oleh
responden yaitu hanya 33 responden
(37,5%), soal tersebut mengulas mengenai
porsi pemberian MP-ASI pada bayi usia 7
bulan, dan mengenai psikologi ibu saat
memberikan MP-ASI pada bayi yang
menjawab benar hanya 35 reponden
(39,8%). Hal ini membuktikan bahwa
pemahaman ibu tentang MP-ASI pada
bayinya masih kurang baik, sehingga
banyak ibu yang memberikan MP-ASI tidak
sesuai dengan anjuran kesehatan, sehingga
masih perlu ditingkatkan pengetahuan
mengenai MP-ASI secara benar.
Menurut Benyamin Bloom (1908),
pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini
terjadi
setelah
orang
melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni : indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.
(Notoatmodjo, 2003; h. 126).
Pengetahuan
sangat
mendasari
terbentuknya tindakan seseorang, karena
perilaku yang didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif akan lebih
langgeng (long lasting) daripada perilaku
yang tidak didasari pengetahuan dan
kesadaran (Notoatmodjo, 2007; h.143).
Makanan pendamping air susu ibu yang
sering disingkat dengan MP-ASI diberikan
bayi setelah bayi berusia 6 bulan. Bayi
sesudah usia 6 bulan, ASI saja tidak cukup.
Bayi diatas 6 bulan diperlukan makanan
selain ASI. MP-ASI harus mengandung zat
gizi sesuai dengan kebutuhan (Siswanto,
2010;h. 138).
Salah satu faktor yang membuat ibu tidak
memberikan MP-ASI sesuai dengan teori
yaitu tepat umur dan jenisnya karena
kurangnya kesadaran ataupun pengetahuan
para ibu terhadap pemberian makanan
pada anaknya. Atau bisa jadi karena ibu
mendapat pengetahuan yang tidak benar
tetapi lebih berkesan sehingga ibu lebih
mempercayai pengetahuan itu, semisal ibu
melihat promo makanan bayi di televisi.
Setelah melihat ibu tertarik untuk mencoba
pada anaknya.
Dari hasil penelitian terhadap sikap ibu
menyusui bayi usia 6-12 bulan tentang
makanan pendamping ASI, mayoritas ibu
memiliki sikap yang positif.
Dari sikap yang positif tersebut masih
ada pernyataan yang negatif, dibuktikan
Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Bayi …. (M. Kusumastuty,dkk)
61
ISSN 2356-3087
dalam tabel 4.2.3 dari jawaban yang telah
dikerjakan responden jawaban yang benar
paling sedikit dijawab oleh responden yaitu
hanya 226 (64,2%), soal tersebut mengulas
mengenai tujuan MP-ASI, dan mengenai
pengertian MP-ASI yang menjawab benar
hanya 227 (64,5%). Dengan pernyataan
negatif tersebut dapat menyebabkan
kesalahan dalam pemberian makanan
pendamping ASI.
Menurut Azwar (2011;h.5) sikap adalah
suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Sikap seseorang terhadap suatu objek
adalah peran perasaan mendukung atau
memihak
maupun
perasaan
tidak
mendukung atau tidak memihak pada objek
tersebut. Menurut Newcomb (Notoatmodjo,
2007; h.147) sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan
tertentu
sebagai
suatu
penghayatan terhadap objek.
Sebagaimana pernyataan Azwar banyak
faktor yang mempengaruhi pembentukan
sikap, diantaranya pengalaman pribadi,
kebudayaan, orang yang dianggap penting,
media
massa,
lembaga-lembaga
pendidikan, agama dan kesehatan dan
faktor emosional. Dari sikap yang positif ,hal
ini dapat menunjukkan bahwa ada faktor
lain yang dapat mempengaruhi sikap
seseorang terhadap suatu objek tertentu.
Dari hasil penelitian bahwa sikap yang
positif menggambarkan bahwa sikap yang
tidak didasari pengetahuan yang baik tidak
akan mudah merubah perilaku seseorang
terhadap suatu objek dengan data yang
didapat dari Puskesmas Bandarharjo
Semarang kejadian gizi buruk 9 bayi usia
kurang dari 1 tahun dan kejadian diare
7,5% di Kota Semarang. Demikian juga
dengan anjuran pemberian MP-ASI yaitu
tepat umur dan jenisnya, untuk dapat
dilaksanakan sesuai anjuran.
menunjukkan responden mempunyai sikap
positif
Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
gambaran tingkat pengetahuan dan sikap
ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan tentang
makanan pendamping ASI di Puskesmas
Bandarharjo Semarang, maka saran yang
dapat peneliti sampaikan adalah:
1. Ibu Menyusui
Diharapkan dengan pengetahuan yang
cukup, ibu menyusui dapat menambah
dan meningkatkan pengetahuan menjadi
yang lebih baik, dengan cara mencari
informasi dari sumber lain, bukan hanya
dari penyuluhan, misalnya membaca
buku
tentang
jadwal
dan
jenis
pemberian MP-ASI yang tepat dan
menerapkan hasil penelitian sikap ibu
yang positif dalam kehidupan sehari-hari
dalam keluarga sendiri ataupun dalam
memotivasi orang lain.
2. Tenaga Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian ini maka
diharapkan kepada tenaga kesehatan
untuk dapat memberikan sosialisasi
kepada ibu yang mempunyai bayi usia 6
-12 bulan dalam memberikan makanan
pendamping ASI yang tepat dan sesuai
dengan jenis dan umur dari bayi
sehingga pemenuhan akan gizi bayi
dengan MP ASI tersebut benar – benar
tercapai dengan melakukan penyuluhan
dan pendidikan kesehatan seputar
makanan pendamping ASI.
3. Peneliti Selanjutnya
Dalam peneiti ini masih menggunakan
penelitian deskriptif maka disarankan
kepada peneliti selanjutnya untuk
meneliti lebih mendalam dan luas lagi
tentang makanan pendamping ASI yang
bisa mengarah ke hubungan.
DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sebagian besar pengetahuan ibu
menyusui bayi usia 6-12 bulan di
Puskesmas
Bandarharjo
Semarang
menunjukkan responden memiliki tingkat
pengetahuan cukup. Sebagian besar sikap
ibu menyusui bayi usia 6-12 bulan di
Puskesmas
Bandarharjo
Semarang
62
Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian
Suatu Pendakatan Praktek. Jakarta
: Rineka Cipta.
_______, 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendakatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:56-64
ISSN 2356-3087
Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan.
Jakarta: EGC.
Azwar,
Saifuddin. 2011.Sikap Manusia
Teori
dan
Pengukuranya.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Budiarto, E. 2002. Biostatistik untuk
Kedokteran
dan
Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC
Budiman, Agus Riyanto. 2013. Kapita
Selekta
Kuesioner:Pengetahuan
dan Sikap dalam Penelitian
Kesehatan.
Jakarta:
Salemba
Medika.
Depkes
RI.2006.
Pedoman
umum
pemberian makanan pendamping
air susu ibu (MP-ASI) Lokal.
Jakarta:Ditjen Bina
kesehatan
Masyarakat
Direktorat
Gizi
masyarakat.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan . Jakarta : Salamba
Medika.
_______, 2011. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salamba
Medika.
Nutrisiani, Febrika. 2010. Hubungan
Pemberian Mp-ASI pada Anak Usia
6-12 Bulan dengan Kejadian Diare
di Wilayah Kerja Puskesmas
Gubug kabupaten Grobogan.
Tugas Akhir DIV Universitas
Sebelas Maret
Prasetyono, Dwi Sunar. 2012. Buku Pintar
ASI Eksklusif. Jogjakarta: DIVA
press.
Februhartanty, Judhiastuti. 2009. ASI Dari
Ayah untuk Ibu dan Bayi. Jakarta:
Semesta Media.
Prihandini. 2009. Cara Pintar Merawat Bayi
dan Balita. Yogyakarta: Genius
Publisher.
Hidayat,
Proverawati, Atikah. 2010. Ilmu Gizi untuk
Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Aziz Alimul. 2009. Metode
penelitian Kebidanan dan Teknik
Analisa Data. Jakarta: Salemba
Medika.
Krisnatuti,
Diah.
2008.
Menyiapkan
Makanan
Pendamping
ASI.
Jakarta: Puspa Swara.
Kurniasih, Dedeh. 2010. Sehat & Bugar
Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: PT.
Penerbit Sarana Bobo
Notoatmodjo,
S.
2005.
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
_______, 2007. Kesehatan Masyarakat
Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta.
_______, 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nugroho, Taufan. 2011. ASI dan Tumor
Payudara.
Yogyakarta:
Nuha
Medika.
Siswanto,
Hadi.
2010.
Pendidikan
Kesehatan
Anak
Usia
Dini.
Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Sugiyono.
2006.
Metode
Penelitian
Administrasi.
Bandung:
CV
Alfabeta.
_______, 2007. Statistik untuk Penelitian.
Bandung: CV Alafabeta.
_______,
2011.
Metode
Penelitian
Administrasi.
Bandung:
CV
Alfabeta.
Sulistyoningsih, Hariyani. 2012. Gizi untuk
kesehatan Ibu dan Anak.
Yogyakarta :Graha Ilmu
Waryana.
2010.
Gizi
Reproduksi.
Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Bayi …. (M. Kusumastuty,dkk)
63
ISSN 2356-3087
Wawan, A. Dewi, M. 2010. Pengetahuan,
Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI.
Yogyakarta: ANDI
64
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:56-64
ISSN 2356-3087
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMERIKSAAN
KEHAMILAN DENGAN SIKAP TERHADAP KUNJUNGAN PEMERIKSAAN
KEHAMILAN DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG
Oleh
D.W. Sari1I. Sulistyowati2, C. Zulaika2, dan
1
2
Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
ABSTRAK
Antenatal Care atau pemeriksaan kehamilan adalah suatu program yang terencana
berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu
proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan. Selain itu pemeriksaan
kehamilan merupakan perawatan yang diberikan pada ibu hamil sebelum kelahiran, yang
berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya. Pada
tahun 2012,dari jumlah 469 ibu hamil, hanya 37.8% yang mampu melakukan kunjungan
pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standart minimal di Puskesmas Purwoyoso Kota
semarang. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu
hamil tentang pemeriksaan kehamilan dengan sikap terhadap kunjungan pemeriksaan
kehamilan di Wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Purwoyoso dengan sampel sebanyak 55 ibu hamil. Pengambilan sampel menggunakan metode
quota sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Menggunakan analisa data chi
square. Hasil penelitian ini adalah responden yang berpengetahuan cukup memiliki 13 sikap
setuju dan 3 sikap tidak setuju sedangkan responden yang berpengetahuan baik memiliki 31
sikap setuju dan 8 sikap tidak setuju.
Disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
pemeriksaan kehamilan dengan sikap terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan yang
dinyatakan dengan signifikansi 1,000 lebih besar dari nilai α = 0,05 (1,000 > 0,05), maka Ha
ditolak. Bagi petugas kesehatan khususnya bidan untuk meningkatkan pelayanan kepada ibu
hamil serta pemberian informasi kesehatan melalui komunikasi, informasi, dan edukasi secara
benar dan berkesinambungan tentang pemeriksaan kehamilan yang berguna untuk pemantauan
kesehatan ibu dan bayi
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Pemeriksaan Kehamilan, Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan …. (D.W. Sari1, dkk)
65
ISSN 2356-3087
ABSTRACT
Antenatal Care or prenatal care is a program that is planned in the form of observation,
education, and medical treatment to pregnant women, to obtain a process of pregnancy and
childbirth are safe and satisfying. Besides prenatal care is care given to pregnant women before
birth, which is useful to facilitate the healthy and positive outcomes for pregnant women and their
babies. In 2012, of the amount of 469 pregnant women, only 37.8% were able to do prenatal
care visits in accordance with the minimum standards at PHC Purwoyoso Semarang City.
Purpose of this study was to analyze the relationship between the level of knowledge about the
antenatal care of pregnant women with antenatal care attitude towards the visit in the region
Purwoyoso Semarang City Health Center.
Design research is a correlation study with cross sectional approach. Respondents in this
study were pregnant women in Puskesmas Purwoyoso with a sample of 55 pregnant women.
Sampling using quota sampling method. The instrument used was a questionnaire. Using the
chi-square analysis of the data. Results of this research was the respondents were
knowledgeable enough to have 13 3-attitude attitude agree and disagree, while respondents who
are knowledgeable both have 31 and 8 attitude attitude to agree to disagree.
It was concluded that there was no relationship between the level of knowledge about the
antenatal care of pregnant women with attitudes toward prenatal care visits are expressed with
1.000 significance is greater than the value of α = 0.05 (1.000> 0.05), then Ha is rejected. For
health workers, especially midwives to improve services to pregnant women and the provision of
health information through communication, information and education about the proper and
continuous prenatal care are useful for monitoring the health of mother and baby
.
Keywords : Knowledge , Attitude , Inspection Pregnancy , Pregnancy Inspection Visits
.
66
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:65-73
ISSN 2356-3087
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih
tinggi, 228 per 100.000 kelahiran hidup
(KH). Sedangkan target MDGs (Millenium
Development Goals) pada tahun 2015 AKI
akan diturunkan menjadi 102 per 100.000
KH. Angka Kematian Ibu (AKI) senantiasa
menjadi
indikator
keberhasilan
pembangunan pada sektor kesehatan.
Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada
jumlah kematian ibu yang terkait dengan
masa kehamilan, persalinan, dan nifas.
Sedangkan AKI Provinsi Jawa Tengah
tahun 2011 berdasarkan laporan dari
kabupaten/kota sebesar 116,01/100.000
KH. Dalam menghadapi masalah tersebut
salah satu upaya yang dilakukan Dinas
Kesehatan dalam rangka mempercepat
penurunan AKI adalah mendekatkan
pelayanan
kesehatan
Maternal
dan
Neonatal
(Dinas
Kesehatan
Jawa
Tengah,2011;h.12-13, 16). Sebab-sebab
kematian ini dapat dibagi dalam 2 golongan,
yakni yang langsung disebabkan oleh
komplikasi-komplikasi
kehamilan,
persalinan dan nifas, dan sebab-sebab
yang lain seperti penyakit jantung, kanker,
dan sebagainya (Prawirohardjo,2009,h.7).
Kematian
ibu
biasanya
terjadi
karena tidak mempunyai akses ke
pelayanan
kesehatan
ibu
yang
berkualitas,
terutama
pelayanan
kegawatdaruratan
tepat
waktu
yang
dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal
tanda
bahaya
dan
mengambil
keputusan, terlambat mencapai fasilitas
kesehatan, serta terlambat mendapatkan
pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu
penyebab kematian maternal juga tidak
terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan
merupakan salah satu dari kriteria 4
“terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat
melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada
saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak
anak (>4 anak), terlalu rapat jarak
kelahiran/paritas
(<2
tahun)
(Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun
2011).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi
Internasional,
kehamilan
didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung
dari fase fertilitas hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan
berlangsung dalam tiga trimester, trimester
satu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13
hingga ke-27), dan trimester ketiga 13
minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
(Prawirohardjo,2009;h.213).
Sebagian besar kematian pada ibu
hamil sebenarnya dapat dicegah dengan
memberikan
pelayanan
pemeriksaan
kehamilan yang bertujuan untuk menjaga
agar ibu hamil dapat melalui masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang baik
dan selamat serta menghasilkan bayi yang
sehat,
dan
pada
akhirnya
dapat
menurunkan AKI. Pelayanan antenatal
dengan standar pemeriksaan berulang
(kunjungan
pertama
segera
setelah
merasakan
tanda-tanda
kehamilankunjungan ke empat yang dilakukan pada
kehamilan trimester tiga) merupakan
komponen pelayanan kesehatan ibu hamil
yang penting karena bila timbul gangguan
kesehatan
sedini
mungkin
dapat
dikendalikan, sehingga dilakukan perawatan
yang dapat dan tepat dengan standart
“14T”. Pelayanan pemeriksaan kehamilan
yang terdiri dari, (1) Ukur tinggi badan atau
berat badan, (2) ukur tekanan darah, (3)
ukur tinggi fundus uteri, (4) pemberian
imunisasi TT, (5) pemberian tablet zat besi
(minimal 90 tablet) selama kehamilan, (6)
test
terhadap
penyakit
menular
sexual/Venereal
Disease
Research
Laboratory (VDRL), (7) temu wicara/
konseling, (8) tes/ pemeriksaan Hb, (9) tes/
pemeriksaan urin protein,(10) tes reduksi
urin, (11) perawatan payudara (tekan pijat
payudara), (12) pemeliharaan tingkat
kebugaran (senam hamil), (13) terapi
yodium kapsul (khusus daerah endemik
gondok),
(14)
terapi
obat
malaria
(Pantikawati,2010;h.10).
Pengertian Antenatal Care (ANC) atau
pemeriksaan kehamilan adalah suatu
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan …. (D.W. Sari1, dkk)
67
ISSN 2356-3087
program yang terencana berupa observasi,
edukasi, dan penanganan medik pada ibu
hamil, untuk memperoleh suatu proses
kehamilan dan persiapan persalinan yang
aman dan memuaskan. Selain itu
pemeriksaan
kehamilan
merupakan
perawatan yang diberikan pada ibu hamil
sebelum kelahiran, yang berguna untuk
memfasilitasi hasil yang sehat dan positif
bagi ibu hamil maupun bayinya dengan
alasan
menegakkan
hubungan
kepercayaan dengan ibu, mendeteksi
komplikasi yang dapat mengancam jiwa,
mempersiapkan kelahiran dan memberikan
pendidikan kesehatan. Asuhan yang
ditujukan kepada ibu hamil, yang bukan
saja bila ibu sakit dan memerlukan asuhan,
tetapi juga pengawasan dan penjagaan
wanita hamil agar tidak terjadi kelainan
sehingga mendapatkan ibu dan anak yang
sehat (Mufdlilah,2011;h.9,h.23).
Dalam
Profil
Kesehatan
Kota
Semarang tahun 2011 menunjukkan angka
cakupan K-4 ibu hamil; 93% sedangkan
target MDG’s 2015 cakupan 98,48% (Dinas
Kesehatan
Kota
Semarang
2011).
Sedangkan dari rekap laporan Dinas
Kesehatan Kota Semarang tahun 2012,
akses K1 menunjukkan angka 78,03 % dari
total data kumulatif 106,41 % dengan
jumlah ibu hamil 924 orang, K1 murni
menunjukkan angka 77,81 % dari jumlah
data kumulatif 77,24 % dengan jumlah ibu
hamil; 924 orang. K4 menunjukkan angka
73,05 % dari jumlah data kumulatif 98,12 %
dengan jumlah ibu hamil 924 orang (Dinas
Kesehatan Kota Semarang, 2012; h.23).
Sudah nampak peningkatan kunjungan K-4
dari tahun 2011 ke tahun 2012, namun
pada tahun 2012 tetap terjadi penurunan
yang tampak pada K-1 dan K-4 yang masih
jauh dari jumlah ibu hamil yang terdaftar.
Dari data Puskesmas Purwoyoso Kota
Semarang di dapatkan data bahwa adanya
naik turunnya kunjungan ANC dari K1-K4,
pada tahun 2011 jumlah ibu yang
melakukan K-1 sebanyak 673 orang, K-2
sebanyak 672 orang, sedangkan K-3
sebanyak 634 orang serta pada K-4 ada
647 orang, dibandingkan pada tahun 2012
yang melakukan K-1 ada 679 orang,K-2
ada 673 orang,K-3 ada 679 orang, serta K4 ada 637 orang (Puskesmas Purwoyoso
68
Kota Semarang), nampak perbedaan pada
setiap kunjungan khususnya pada K-4 yang
belum diketahui pasti penyebabnya.
Hasil survey pendahuluan yang
dilakukan pada bulan Maret 2013 dengan
metode wawancara terhadap 10 ibu hamil di
wilayah Puskesmas Purwoyoso kota
Semarang, didapatkan 7 dari 10 responden
(70%) mengatakan bahwa tidak melakukan
ANC sesuai jadwal (sesuai pesan dari bidan
pada saat kunjungan sebelumnya). Hal ini
dikarenakan adanya anggapan, diantaranya
pemeriksaan kehamilan kurang penting
selama mereka tidak mengalami gangguan
yang berlebih, kesibukan pekerjaan, jarak
rumah ke puskesmas yang jauh.
Ada beberapa faktor penyebab
mengapa ibu hamil kurang termotivasi
dalam melakukan pemeriksaan kehamilan
antara lain: kurangnya pengetahuan ibu
tentang pemeriksaan kehamilan, kesibukan,
tingkat sosial ekonomi yang rendah,
dukungan suami yang kurang, kurangnya
kemudahan untuk pelayanan maternal,
asuhan medik yang kurang dimengerti ibu,
kurangnya
tenaga
terlatih
(Prawirohardjo,2006;h.90).
Sikap merupakan konsep paling
penting dalam psikologi sosial yang
membahas unsur sikap baik sebagai
individu maupun kelompok. Pernyataan
sikap mungkin berisi atau mengatakan halhal yang positif atau negatif terhadap obyek
sikap (Wawan,2010;h.36-37). Hasil survey
pendahuluan yang dilakukan pada bulan
Maret 2013 dengan metode wawancara
terhadap 10 ibu hamil di wilayah
Puskesmas Purwoyoso kota Semarang,
didapatkan beberapa alasan yang membuat
sebagian ibu hamil tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan secara teratur
(pada kehamilan normal, direkomendasikan
pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali
kunjungan selama kehamilannya), antara
lain pengalaman pribadi yang meninggalkan
kesan yang kuat, serta pengaruh orang lain
yang dianggap penting. Besarnya pengaruh
kebudayaan yang menanamkan pengaruh
sikap, media massa yang obyektif, lembaga
pendidikan dan lembaga agama juga dapat
menentukan sistem kepercayaan, faktor
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:65-73
ISSN 2356-3087
emosional dari ibu sendiri sebagai pengalih
bentuk mekanisme ego.
Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan mengambil
judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Hamil Tentang Pemeriksaan Kehamilan
dengan
Sikap
Terhadap
Kunjungan
Pemeriksaan
Kehamilan
di
Wilayah
Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang”
Perumusan Masalah
Pelayanan
antenatal
merupakan
pelayanan yang diterima wanita selama
kehamilan dan sangat penting dalam
membantu memastikan bahwa ibu dan janin
selamat dalam kehamilan dan persalinan
(Mufdillah,2009;h.1). Salah satu masalah
yang
menonjol
adalah
rendahnya
kesadaran ibu hamil dalam memeriksakan
kehamilannya
ke
sarana
pelayanan
kesehatan yang ada
Untuk itu penelitian akan merumuskan
masalah sebagai berikut. “Apakah ada
hubungan pengetahuan ibu hamil tentang
pemeriksaan kehamilan dengan sikap
terhadap
kunjungan
pemeriksaan
kehamilan
di
Wilayah
Puskesmas
Purwoyoso Kota Semarang ?.
Tujuan
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil
tentang pemeriksaan kehamilan dengan
sikap terhadap kunjungan pemeriksaan
kehamilan
di
Wilayah
Puskesmas
Purwoyoso Kota Semarang.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui
gambaran
tingkat
pengetahuan
ibu
hamil
tentang
pemeriksaan kehamilan di Wilayah
Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang.
b. Mengetahui gambaran sikap ibu hamil
terhadap
kunjungan
pemeriksaan
kehamilan di Wilayah Puskesmas
Purwoyoso Kota Semarang.
c. Menganalisa
hubungan
tingkat
pengetahuan
ibu
hamil
tentang
pemeriksaan kehamilan dengan sikap
terhadap
kunjungan
pemeriksaan
kehamilan di Wilayah Puskesmas
Purwoyoso Kota Semarang.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian studi korelasi,dengan survey
analitik merupakan suatu penelitian yang
mencoba mengetahui mengapa masalah
kesehatan tersebut bisa terjadi, kemudian
melakukan analisis hubungan antara faktor
resiko (faktor yang mempengaruhi efek)
dengan faktor efek (faktor yang dipengaruhi
oleh risiko) (Riyanto,2011;h.28). Penelitian
ini untuk melakukan analisis korelasi antara
faktor-faktor sikap dan efek, dengan
penelitian observasi secara survey analitik
dengan pendekatan “Cross sectional”
dimana variabel sebab atau resiko dan
akibat atau kasus yang terjadi pada objek
penelitian diukur atau dilakukan pada saat
yang bersamaan.
Populasi, Sampel, dan Sampling
Populasi merupakan seluruh subjek
(manusia,
binatang
percobaan,
data
laboratorium,dll) yang akan diteliti dan
memenuhi karakteristik yang ditentukan
(Riyanto,2011;h.89). Dalam penelitian ini
yang menjadi populasi adalah seluruh ibu
hamil yang terdaftar di Wilayah Puskesmas
Purwoyoso Kota Semarang bulan JanuariJuni 2013 populasi penelitian ini sebanyak
120 orang (dari rekap data Puskesmas
Purwoyoso Kota Semarang).
Sampel merupakan sebagian dari
populasi yang diharapkan dapat mewakili
atau
representative
populasi
(Riyanto,2011;h.90).
Karena
jumlah
populasi kurang dari 10.000 maka besar
sampel menggunakan rumus:
Keterangan:
N : Besar populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat kepercayaan/ ketepatan
yang diinginkan
Sehingga
besar
sampel
yang
digunakan untuk penelitian ini dapat
dihitung dengan cara:
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan …. (D.W. Sari1, dkk)
69
ISSN 2356-3087
dibulatkan menjadi 55
Dari rumus diatas dengan jumlah
populasi 120 ibu hamil, maka didapatkan
sampel sebanyak 55 ibu hamil di Wilayah
Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang.
Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah quota sampling
merupakan pengambilan sampel yang
dilakukan
dengan
cara
menetapkan
sejumlah anggota sampel secara jatah.
Dalam
penelitian
ini
peneliti
akan
menerapkan cara quota sampling dengan
cara mencari responden yang pada saat
penelitian ditemui melakukan kunjungan
pemeriksaan
kehamilan
di
Wilayah
Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang,
dengan jumlah sesuai kuota yaitu 55
responden.
Variabel dan Definisi Operasional
Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah
pengetahuan
tentang
pemeriksaan
kehamilan
dengan
sikap
terhadap
kunjungan pemeriksaan kehamilan. Secara
operasional, variabel tersebut didefinisikan
dan diukur dengan cara sebagai berikut.
Pengetahuan
tentang
pemeriksaan
kehamilan adalah Kemampuan ibu untuk
menjawab berbagai pertanyaan yang
berhubungan
dengan
pemeriksaan
kehamilan yang meliputi :pengertian ANC,
tujuan ANC, manfaat ANC, pelayanan ANC,
standar
minimal
kunjungan
ANC,
pengertian kunjungan ANC, macam-macam
kunjungan ANC, Jadwal kunjungan. Sikap
70
ibu hamil terhadap kunjungan pemeriksaan
kehamilan adalah Kemampuan ibu hamil
untuk menentukan tindakan positif atau
negative pernyataan yang berkaitan dengan
sikap terhadap kunjungan pemeriksaan
kehamilan
Dalam penelitian ini alat ukur yang
digunakan untuk mengukur pengetahuan
adalah kuesioner atau daftar pertanyaan
terstruktur yang bersifat tertutup berisi daftar
pertanyaan pengetahuan ibu hamil tentang
pemeriksaan kehamilan dengan jumlah 15
pernyataan yang terdiri dari 9 pernyataan
favorable (benar) dan 6 pernyataan
unfavorable (salah). Sedangkan alat ukur
yang digunakan untuk mengukur sikap
adalah kuesioner dengan jumlah 10
pernyataan yang terdiri dari 5 pernyataan
favorable (benar) dan 5 pernyataan
unfavorable (salah)
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian
ini dengan cara menyebarkan kuesioner
kepada
responden.
Kuesioner
yang
disebarkan adalah yang berhubungan
dengan pengetahuan tentang pemeriksaan
kehamilan dimana daftar pertanyaan
meliputi pengertian ANC, tujuan ANC,
manfaat ANC, pelayanan ANC, standar
minimal
kunjungan ANC,
pengertian
kunjungan ANC, macam-macam kunjungan
ANC, Jadwal kunjungan. Dan pertanyaan
tentang Sikap ibu hamil terhadap kunjungan
pemeriksaan
kehamilan
adalah
Kemampuan ibu hamil untuk menentukan
tindakan positif atau negative pernyataan
yang berkaitan dengan sikap terhadap
kunjungan pemeriksaan kehamilan
Metode Analisis Data
Dari data yang terkumpul selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan analisis
univariat yaitu dilakukan terhadap variabel
pengetahuan
tentang
pemeriksaan
kehamilan dan variabel sikap terhadap
kunjungan pemeriksaan kehamilan. Dalam
analisis ini hanya menghasilkan distribusi
dan persentase dari tiap variabel. Hasil
persentase dari tiap variabel tersebut
disusun dalam bentuk tabel univariat yaitu
suatu tabel yang menggambarkan penyajian
data untuk tiap variabel saja (Budiarto,
2002; h. 37).
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:65-73
ISSN 2356-3087
Selain itu juga dilakukan Analisis
bivariat dilakukan untuk melihat hubungan
antara variabel independen dengan variabel
dependen, apakah variabel tersebut
mempunyai hubungan yang signifikan atau
hanya
hubungan
secara
kebetulan
(Riyanto,2011;h.190). Dalam penelitian ini
variabel yang dihubungkan adalah tingkat
pengetahuan
ibu
hamil
tentang
pemeriksaan kehamilan dengan sikap
terhadap
kunjungan
pemeriksaan
kehamilan. Karena data yang diolah berupa
data ordinal dan nominal, maka analisis
data ini dapat diuji menggunakan rumus Chi
Square, yaitu teknik statistik yang
digunakan untuk menguji hipotesis bila
dalam populasi terdiri atas dua atau lebih
kelas dimana data berbentuk nominal dan
sampelnya besar.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Tingkat pengetahuan ibu
tentang pemeriksaan kehamilan
dilihat pada tabel berikut:
hamil
dapat
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat
Pengetahuan
Ibu
Hamil
Tentang
Pemeriksaan
Kehamilan
di
Wilayah
Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang.
Kriteria
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Frekuensi
(f)
39
16
0
55
Presentase
(%)
70,91 %
29,09 %
0%
100%
Berdasarkan
penelitian
tidak
ditemukan responden dengan pengetahuan
kurang, sehingga peneliti hanya menuliskan
kriteria pengetahuan baik, dan cukup pada
tabel distribusi frekuensi.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat
Pengetahuan
Ibu
Hamil
Tentang
Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah
Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang.
Kriteria Frekuensi Presentase
(f)
(%)
Baik
39
70,91 %
Cukup
16
29,09%
Jumlah
55
100%
Sumber : Data Primer Juni 2013 di
Wilayah Puskesmas
Purwoyoso Kota Semarang
Dari tabel 4.2 didapatkan mayoritas
responden mempunyai pengetahuan yang
baik tentang pemeriksaan kehamilan yaitu
sebanyak 39 responden (70,91%).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu
Hamil Terhadap Kunjungan Pemeriksaan
Kehamilan
di
Wilayah
Puskesmas
Purwoyoso Kota Semarang
Kriteria
Frekuensi Presentase
(f)
(%)
Setuju
44
80%
Tidak Setuju
11
20%
Jumlah
55
100%
Sumber : Data Primer Juni 2013 di
Wilayah
Puskesmas
Purwoyoso Kota Semarang
Dari tabel 4.3 sebagian besar
responden
mempunyai
sikap
setuju
terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan
yaitu sebanyak 44 responden (80%)
Untuk mengetahui adanya hubungan
antara tingkat pengetahuan ibu hamil
tentang pemeriksaan kehamilan dengan
sikap terhadap kunjungan pemeriksaan
kehamilan
di
Wilayah
Puskesmas
Purwoyoso Kota Semarang digunakan uji
statistik Chi Square. Uji Chi square yang
dilakukan untuk mencari hubungan antara
tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
pemeriksaan kehamilan dengan sikap
terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan
di wilayah Puskesmas Purwoyoso Kota
Semarang ini menggunakan analisis
Statistical Product And Service Solution
(SPSS) versi 16.0. Diperoleh hasil
perhitungan uji chi square dari table 3x2
setelah dilakukan penggabungan pada sel
pengetahuan cukup dan kurang, sehingga
menjadi table 2x2, diolah keludian hasilnya
terdapat sel dengan nilai ekspektasi kurang
dari 5 yaitu untuk kategori tingkat
pengetahuan
kurang
dengan
nilai
ekspektasi 0 pada kategori sikap tehadap
kunjungan
pemeriksaan
kehamilan,
sehingga dibaca dengan menggunakan uji
fisher. Hasil penggabungan didapatkan p
value (1.000) dari uji fisher (uji alternatif
karena syarat untuk menggunakan uji chi
square tidak terpenuhi ada 1 sell pada tabel
kurang dari 5) sebesar 1,000 lebih besar
dari nilai α = 0,05 (1,000 > 0,05), maka
dapat diketahui 1.000>0.05, maka Ho
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan …. (D.W. Sari1, dkk)
71
ISSN 2356-3087
diterima, itu artinya tidak ada hubungan
tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
pemeriksaan kehamilan dengan sikap
terhadap
kunjungan
pemeriksaan
kehamilan
di
Wilayah
Puskesmas
Purwoyoso Kota Semarang.
Pembahasan
Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan
ibu
hamil
tentang
pemeriksaan kehamilan dengan sikap
terhadap
kunjungan
pemeriksaan
kehamilan
di
Wilayah
Puskesmas
Purwoyoso kota Semarang.
Menurut Wawan, sikap mengandung
tiga komponen yang membentuk sikap yaitu
komponen
kognitif
(pengetahuan,
pandangan, dan keyakinan), komponen
afektif
(komponen
emosional),
dan
komponen konatif (komponen perilaku, atau
action component) (2010:h.32).
Faktor
yang
paling
mudah
mempengaruhi pengetahuan ibu hamil yang
dapat mempengaruhi sikapnya yaitu yang
dilakukan oleh orang-orang yang dianggap
penting (keluarga, mertua, maupun orang
yang sebelumnya pernah mengalaminya),
faktor lain yang juga dapat mempengaruhi
responden
yaitu
responden
merasa
kesulitan untuk melakukan kunjungan
pemeriksaan kehamilan karena situasi dan
kondisi yang kurang mendukung seperti
kondisi kesehatannya yang dianggap masih
sehat, sehingga beranggapan bahwa
dirinya tidak perlu melakukan kunjungan
pemeriksaan kehamilan sesuai jadwalnya,
serta situasi dan kondisi keuangan keluarga
yang kurang pasti.
Pengetahuan merupakan komponen
pembentuk sikap akan tetapi bukan satusatunya komponen pembentuk sikap. Jadi,
diperlukan juga komponen lain yaitu
komponen emosional dan komponen
perilaku.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
seseorang
yang
memiliki
dasar
pengetahuan terhadap suatu hal, dalam hal
ini
adalah
pengetahuan
tentang
pemeriksaan
kehamilan
tidak
selalu
memiliki sikap yang sesuai dengan tingkat
pengetahuannya tersebut
72
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data
dan pembahasan pada BAB IV, maka
dalam
penelitian
ini
dapat
diambil
kesimpulan sebagai berikut :
a. Sebagian besar ibu hamil mempunyai
tingkat pengetahuan yang baik tentang
pemeriksaan kehamilan.
b. Sebagian besar ibu hamil mempunyai
sikap
setuju
terhadap
kunjungan
pemeriksaan kehamilan.
c. Tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan
ibu
hamil
tentang
pemeriksaan kehamilan dengan sikap
terhadap
kunjungan
pemeriksaan
kehamilan di Wilayah Puskesmas
Purwoyoso Kota Semarang.
Saran
Sehubungan dengan temuan yang
telah diuraikan, maka terdapat beberapa
saran sebagai berikut :
a. Bagi Petugas Kesehatan, Diharapkan
para tenaga kesehatan, khususnya bidan
untuk meningkatkan pelayanan kepada
ibu hamil serta pemberian informasi
kesehatan melalui komunikasi, informasi,
dan edukasi (KIE) secara benar dan
berkesinambungan tentang pemeriksaan
kehamilan
dengan
memberikan
informasi,
terutama
kunjungan
pemeriksaan kehamilan yang berguna
untuk pemantauan kesehatan ibu dan
bayi.
b. Bagi
Masyarakat,
Diharapkan
masyarakat khususnya ibu hamil dapat
meningkatkan
pengetahuan
tentang
pemeriksaan kehamilan dan dapat
melakukan
kunjungan
pemeriksaan
kehamilan sesuai dengan standart
minimal bahkan lebih. Sehingga bila
timbul gangguan kesehatan sedini
mungkin
dapat
dikendalikan,dan
dilakukan perawatan yang tepat.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya, Diharapkan
mampu menjadi referensi bahan pustaka
dan bahan kajian bagi pembaca,
khususnya bagi peneliti selanjutnya.
Sehingga diharapkan untuk penelitian
selanjutnya dapat mengemukakan faktor
lain atau penyebab lain yang juga dapat
mempengaruhi
ibu
hamil
dalam
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:65-73
ISSN 2356-3087
melakukan
kehamilan
standart.
kunjungan
pemeriksaan
secara
teratur
sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2006.
Penelitian. Jakarta:
Mahastya.
Prosedur
PT Asdi
Azwar. 2012. Sikap Manusia. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifudin. 2011. Sikap Manusia Teori
dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Pantikawati, I. 2010. Asuhan Kebidanan 1
(Kehamilan). Yogyakarta: Nuha
Medika.
Prasetyawati, Arsita Eka. 2012. Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) Dalam
Millenium Development Goals
(MDGs).
Yogyakarta:
Nuha
Medika.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: YBPSP.
__________, S. 2009. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: YBPSP.
E. 2010. Biostatistik untuk
Kedokteran
dan
Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC
Riyanto, Agus. 2010. Pengolahan Dan
Analisis
Data
Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
DKK Semarang. 2010. Profil Kesehatan
2010. Semarang: DinKes.
__________. 2011. Aplikasi Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Budiarto,
___________. 2011. Profil Kesehatan 2011.
Semarang: DinKes.
Hidayat,
A. 2009. Metode penelitian
kebidanan & Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba medika.
MenKes RI. 2012. Peraturan Pemerintah
Republik
Indonesia.
Jakarta:
MenKes RI.
Mufdlilah. 2009. Antenatal Care Focus.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmodjo. 2010. Metodelogi penelitian
Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Citra.
Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Walgito,
Bimo. 2003. Psikologi
Yogyakarta: ANDI.
Sosial.
Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan
Pengukuran Pengetahuan, Sikap,
dan
Perilaku
Manusia.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin.
2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori
dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan
Metode
penelitian
Ilmu
Kebidanan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
__________. 2010. Konsep dan Penerapan
Metodelogi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
medika.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan …. (D.W. Sari1, dkk)
73
ISSN 2356-3087
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG METODE KONTRASEPSI PRIA
DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI PRIA
PADA PUS DI KECAMATAN PAGERUYUNG
KABUPATEN KENDAL
Oleh
I. Sulistyowati1, D. Margarisa1, dan O. I. Pratiwi2
1
2
Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
ABSTRAK
Rendahnya kesertaan pria dalam ber-KB di pengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
rendahnya pengetahuan tentang KB pria. Data dari SDKI tahun 2007 kesertaan pria ber-KB
masih rendah yaitu kondom 1,3% dan vasektomi 0,2%. Dari 20 Kecamatan di Kabupaten
Kendal, di Kecamatan Pageruyung angka peserta KB aktif pria tergolong paling rendah
dibanding dengan kecamatan yang lain. Jumlah PUS pada tahun 2012 berjumlah 7.889, yang
menggunakan Kondom sebanyak 4 orang dan MOP 33 orang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mendiskripsikan pengetahuan dan penggunaan metode kontrasepsi pria pada PUS, mengetahui
hubungan pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria dengan penggunaan metode
kontrasepsi pria pada PUS di Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal.
Jenis penelitian ini adalah studi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi
adalah semua PUS yang ada di Wilayah Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal pada bulan
Maret sampai Agustus 2013 sebanyak 7889 PUS, sampel yang digunakan adalah 99 suami
yang ada di Kecamatan Pageruyung. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.
Analisa hubungan 2 variabel menggunakan uji Chi-Square.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 50 responden (50,5%) berpengetahuan cukup dan
62 responden (62,6%) tidak menggunakan metode kontrasepsi pria. Berdasarkan hasil uji chi
square dengan metode SPSS 16.0 perolehan hasil yang dilakukan dari penggabungan kategori
pengetahuan kurang dan cukup menjadi tabel 2x2 tidak terdapat nilai expected count yang
kurang dari 5 maka uji chi square yang digunakan adalah Continuity Cprrection. Pada uji
tersebut didapatkan hasil out put nilai value = 0,000 dengan α 0,05 (5%) maka nilai < α
sehingga Ha diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
tentang metode kontrasepsi pria dengan penggunaan metode kontrasepsi pria pada pria. Saran
yang dapat diberikan yaitu diharapkan para petugas kesehatan khususnya KB untuk selalu
memberikan informasi kesehatan tentang KB secara berkesinambungan karena masih banyak
responden yang tidak menggunakan metode kontrasepsi pria dan menjawab pernyataan salah
tentang keuntungan vasektomi, informasi tersebut dapat dilakukan saat pertemuan atau
pembinaan di desa.
Kata kunci : pengetahuan, penggunaan metode kontrasepsi pria
74
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:74-82
ISSN 2356-3087
ABSTRACT
The low participation of men in family planning is influenced by several factors, one of
which is the lack of knowledge about the contraceptive methods of men. SDKI 2007 male
participation in family planning is still low at 1.3% condom and vasectomy 0.2%. Of the 20 District
in Kendal, in the District Pageruyung active male contraceptive methods use of men been
modest compared with other districts. Total PUS in 2012 amounted to 7889, the use of condoms
as many as 4 people and MOP 33 people. The purpose of this study is to describe the
knowledge and use of contraceptive methods on PUS man, knowing the relationship of
knowledge about methods of male contraception with male contraceptive method use on PUS in
District Pageruyung Kendal.
This research is a correlation study with cross sectional approach. The population is all
that there is in the area of PUS Pageruyung District of Kendal in March until August 2013 as
many as 7889 PUS, the sample used is 99 husbands in Sub Pageruyung. Collecting data using
questionnaires. Analysis of the relationship two variables using Chi-Square test.
The result showed that 50 respondents (50.5%) knowledgeable enough and 62
respondents (62.6%) did not use the method of male contraception. Based on the results of chi
square test with SPSS 16.0 acquisition methods do result from merging category sufficient
knowledge becomes less and 2x2 tables are not expected count value is less than 5, the chisquare test used was Continuity Cprrection. In the test results obtained output value value =
0.000 with α of 0.05 (5%) then the value of <α so that Ha is accepted. It can be concluded that
there is a relationship between knowledge of male contraceptive methods with the use of the
method of male contraception in men. Advice can be given that the expected health workers,
especially birth to always provide health information about family planning on an ongoing basis
because many respondents who did not use the method of male contraception and answer any
statements about the advantages of vasectomy, the information can be made at a meeting or
coaching in the village.
Keywords : knowledge, the use of methods of male contraception.
Hubungan Pengetahuan Tentang Metode Kontrasepsi Pria Dengan …. (I. Sulistyowati, dkk)
75
ISSN 2356-3087
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara
berkembang dengan jumlah peningkatan
penduduk yang tinggi. Hasil sensus
publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) pada
bulan Agustus 2010 jumlah penduduk
Indonesia adalah 237 juta jiwa, terdiri atas
119.507.600 laki-laki dan 118.048.783
perempuan dengan laju pertumbuhan
penduduk sebesar 1,49% per tahun
(Sulistyawati, 2011; h. vii). Dilihat dari segi
jumlah penduduk, Indonesia menduduki
posisi nomor empat terbanyak di dunia
setelah China (1,3 miliar), India (1,2 miliar)
dan AS (315 juta) (BKKBN, 2009; h. 18).
Sedangkan menurut Badan Kependudukan
Keluarga Berencana Nasional jumlah
penduduk ini akan terus meningkat
mencapai 300 juta jiwa pada tahun 2015
(BKKBN, 2011; h. 18).
Untuk
menekan
pertumbuhan
penduduk maka Badan Kependudukan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
menetapkan Visi yaitu “Penduduk Tumbuh
Seimbang 2015”. Visi tersebut mengacu
kepada
fokus
pembangungan
pada
Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025. Berdasarkan
Visi BKKBN tersebut, Bidang Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi
menetapkan
visi
yaitu
“Mewujudkan
keluarga kecil dalam mencapai penduduk
tumbuh seimbang 2015 ”. Dalam rangka
mewujudkan
visi
di
atas,
misi
Pembangunan
Kependudukan
dan
Keluarga Berencana adalah mewujudkan
pembangunan
yang
berwawasan
kependudukan dan mewujudkan keluarga
kecil bahagia sejahtera (Witjaksono, 2012;
h. 10).
Upaya dalam rangka mensukseskan
visi dan misi salah satu masalah yang
menonjol adalah rendahnya partisipasi pria/
suami dalam pelaksanaan program KB. Hal
ini masih tercermin dari rendahnya
kesertaan KB pada pria.
Rendahnya
kesertaan pria dalam ber-KB di pengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya (1)
Rendahnya pengetahuan tentang KB pria,
(2) Sikap dan kebutuhan yang diinginkan,
(3) Terbatasnya sarana pelayanan KB pria,
(4) Minimnya pilihan alat/ metode
kontrasepsi bagi pria, (5) Rumor yang
76
beredar di masyarakat tentang kontrasepsi
pria, (6) Keterbatasan informasi, (7) Sosial
budaya, (8)Keluarga/ istri (BKKBN, 2006; h.
5-6).
Data dari Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
bahwa kesertaan pria ber-KB masih rendah
yaitu kondom 1,3% dan vasektomi 0,2%,
sedangkan tarjet peserta KB pria sendiri
yaitu 2,6 %, ini merupakan cerminan bahwa
peran
pria
belum
maksimal.
Pria
beranggapan vasektomi dianggap dapat
mengurangi
kemampuan
seksual
sedangkan kondom membuat hubungan
seksual menjadi hambar (BKKBN, 2010; h.
9). Rendahnya partisipasi laki-laki terutama
dalam praktek KB tersebut pada dasarnya
tidak terlepas dari kebijakan program yang
dilaksanakan selama ini lebih mengarah
kepada perempuan sebagai sasaran
(Sundari, 2010; h. 33).
Menurut Sundari (2010; h. 33)
partisipasi laki-laki dalam ber KB hingga
saat ini masih rendah. Beberapa pria
beranggapan
menggunakan
kondom
mengurangi kenikmatan seksual, dan jika
menggunakan
vasektomi
pria
akan
mengalami
kecemasan
dalam
mempertahankan ereksi. Sebagian besar
kecemasan mereka dikarenakan mitos
bahwa vasektomi menyebabkan impotensi
(Everett, 2007; h. 77). Dengan timbulnya
berbagai rumor yang beredar di masyarakat
tersebut menyebabkan pria enggan untuk
menggunakan KB. Selain itu rendahnya
partisipasi pria dalam program KB
dipengaruhi juga oleh pengetahuan. Pada
umumnya
meningkatnya
pengetahuan
seseorang tentang alat/ cara KB akan
diikuiti oleh makin tingginya tingkat
pemakaian kontrasepsi (BKKBN, 2007; h.
2).
Di wilayah kecamatan Pageruyung
jumlah pasangan usia subur pada tahun
2012 berjumlah 7.889, jumlah PUS yang
menggunakan KB ada 6.109 atau 77,44%.
Dari seluruh peserta KB yang ada, pria yang
menggunakan KB Kondom sebanyak 4
orang dan MOP sebanyak 33 orang.
Sedangkan target peserta KB pria di
kecamatan Pageruyung yaitu Kondom 4
orang dan MOP 41 orang. Meskipun target
kondom sudah terpenuhi, namun untuk
MOP belum memenuhi target. Jumlah
pengguna kontrasepsi pria sendiri masih
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:74-82
ISSN 2356-3087
tergolong rendah dibandingkan dengan
metode kontrasepsi lainnya. Dari 20
Kecamatan di Kabupaten Kendal, di wilayah
Kecamatan Pageruyung angka peserta KB
aktif pria tergolong paling rendah dibanding
dengan
kecamatan
yang
lain.
Di
Kecamatan Pageruyung berada di urutan
terendah pertama untuk penggunaan
metode kontrasepsi pria dari 20 kecamatan
yang ada di Kabupaten Kendal (BKKBN
Kabupaten Kendal, 2012).
Berdasarkan latar belakang tersebut,
penulis telah melakukan penelitian dengan
judul
“Hubungan Pengetahuan tentang
Metode Kontrasepsi Pria dengan Pengguna
Metode Kontrasepsi Pria pada PUS di
Wilayah Kerja
Puskesmas Pageruyung
Kabupaten Kendal”.
Perumusan Masalah
Rendahnya partisipasi pria dalam
program KB dipengaruhi juga oleh
pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang
(overt behavior). Dari 20 Kecamatan di
Kabupaten Kendal, di wilayah Kecamatan
Pageruyung angka peserta KB aktif pria
tergolong paling rendah dibanding dengan
kecamatan yang lain. Di Kecamatan
Pageruyung berada di urutan terendah
pertama
untuk
penggunaan
metode
kontrasepsi pria dari 20 kecamatan yang
ada di Kabupaten Kendal, sehingga penulis
dapat merumuskan masalah, “Apakah Ada
Hubungan antara Pengetahuan tentang
Metode
Kontrasepsi
Pria
dengan
Penggunaan Metode Kontrasepsi Pria pada
PUS di Kecamatan Pageruyung Kabupaten
Kendal?”.
Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan
tentang metode kontrasepsi pria dengan
penggunaan metode kontrasepsi pria pada
PUS di Kecamatan Pageruyung Kabupaten
Kendal.
Tujuan Khusus
a. Untuk
mengetahui
gambaran
pengetahuan PUS tentang metode
kontrasepsi
pria
di
Kecamatan
Pageruyung Kabupaten Kendal.
b. Untuk mengetahui penggunaan metode
kontrasepsi
pria
pada
PUS
di
Kecamatan Pageruyung Kabupaten
Kendal.
c. Untuk
menganalisis
hubungan
pengetahuan
tentang
metode
kontrasepsi pria dengan penggunaan
metode kontrasepsi pria pada PUS di
Kecamatan Pageruyung Kabupaten
Kendal.ari.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian dalam penelitian ini
menggunakan studi korelasi dengan
pendekatan
cross-sectional.
Menurut
Notoatmodjo (2010; h. 47) studi korelasi
merupakan penelitian atau penelaahan
hubungan antara dua variabel pada suatu
situasi sekelompok subjek. Hal ini dilakukan
untuk melihat hubungan antara gejala satu
dengan gejala yang lain, atau variabel satu
dengan variabel yang lain. Cross sectional
yaitu suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko
dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat. Artinya, tiap subjek
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status
karakter atau variabel subjek pada saat
penelitian (Notoatmodjo, 2010; h. 37).
Populasi, Sampel, dan Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh PUS yang ada di wilayah
Kecamatan Pageruyung. Berdasarkan data
hasil survey pada bulan Maret - Agustus
2013 populasi penelitian ini yang tersebar di
14 desa di wilayah Kecamatan Pageruyung
sebesar 7.889 PUS.
Jumlah populasi kurang dari 10.000
maka besar sampel menggunakan rumus
Solvin. Dari rumus Solvin dengan jumlah
populasi 7889 PUS yang ada di wilayah
Kecamatan Pageruyung, maka didapatkan
sampel sebanyak 99 suami yang berada di
wilayah Kecamatan Pageruyung.
Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah quota sampling
merupakan pengambilan sampel yang
dilakukan
dengan
cara
menetapkan
sejumlah anggota sampel secara jatah.
Hubungan Pengetahuan Tentang Metode Kontrasepsi Pria Dengan …. (I. Sulistyowati, dkk)
77
ISSN 2356-3087
Pada penelitian ini peneliti mencari
responden yang pada saat penelitian ada di
rumah atau yang mudah ditemui dan
bertempat tinggal di wilayah Kecamatan
Pageruyung Kabupaten Kendal sampai
jumlah sampel terpenuhi yaitu sebanyak 99
responden.
Variabel dan Definisi Operasional
Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah
pengetahuan tentang metode kontrasepsi
pria dan penggunaan metode kontrasepsi
pria pada PUS. Secara operasional,
variabel tersebut didefinisikan dan diukur
dengan cara sebagai berikut. Pengetahuan
tentang metode kontrasepsi pria adalah
kemampuan PUS untuk menjawab berbagai
pertanyaan yang berhubungan dengan
metode kontrasepsi pria, untuk kontrasepsi
kondom meliputi pengertian kondom,
macam-macam
kondom,
cara
kerja
kondom, efektifitas kondom, keuntungan
kondom, kerugian kondom, penggunaan
kondom; untuk kontrasepsi MOP meliputi
pengertian MOP, dasar MOP, aspek yang
perlu dipertimbangkan, syarat MOP,
efektifitas MOP, kontra Indikasi, keuntungan
MOP, kerugian MOP, informasi bagi klien,
efek samping MOP.
Untuk
mengukur
hal
tersebut
digunakan kuesioner, untuk variabel
pengetahuan tentang metode kontrasepsi
pria dengan jumlah pertanyaan 20 soal.
Pernyataan positif, skor 1 (satu) untuk
jawaban benar, skor 0 (nol) untuk jawaban
salah. Pernyataan negatif, skor 0 (nol)
untuk jawaban benar, skor 1 (satu) untuk
jawaban salah. Kategori jawaban adalah
baik (76-100%), cukup (56-75%), dan
kurang (<56%) (Nursalam, 2003:124). Skala
yang digunakan adalah skala ordinal. Untuk
variabel penggunaan metode kontrasepsi
pria pada PUS terdiri dari 1 pertanyaan,
dikategorikan menjadi dua, yaitu “Ya”
(menggunakan) jika saat ini suami
menggunakan motede kontrasepsi, dan
“Tidak” (tidak menggunakan) jika saat ini
suami
tidak
menggunakan
metode
kontrasepsi. Skala yang digunakan adalah
skala nominal.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian
ini dengan cara menyebarkan kuesioner
78
kepada
responden.
Kuesioner
yang
disebarkan adalah yang berhubungan
dengan metode kontrasepsi pria dimana
daftar pertanyaan meliputi pengertian
kondom, macam-macam kondom, cara
kerja, efektifitas kondom, keuntungan
kondom, kerugian kondom, penggunaan
kondom, efek samping dan MOP tentang
pengertian MOP, dasar MOP, aspek yang
perlu
dipertimbangkan,
syarat
MOP,
efektifitas MOP, kontra Indikasi, keuntungan
MOP, kerugian MOP, informasi bagi klien,
efek samping MOP. Dan pertanyaan
tentang penggunaan metode kontrasepsi
pria yang terdiri dari 1 pertanyaan
Metode Analisis Data
Dari data yang terkumpul selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan analisis
univariat yaitu dilakukan terhadap variabel
pengetahuan tentang metode kontrasepsi
pria dan variabel penggunaan metode
kontrasepsi pria pada PUS. Dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel. Hasil
persentase dari tiap variabel tersebut
disusun dalam bentuk tabel univariat yaitu
suatu tabel yang menggambarkan penyajian
data untuk tiap variabel saja (Budiarto,
2002; h. 37).
Selain itu juga dilakukan analisis
bivariat yang dilakukan pada dua variabel
yang diduga berhubungan atau korelasi.
Dalam penelitian ini variabel yang
dihubungkan adalah pengetahuan tentang
metode
kontrasepsi
pria
dengan
penggunaan metode kontrasepsi pria pada
PUS. Karena data yang diolah berupa data
ordinal dan nominal, maka analisis data ini
dapat diuji menggunakan Chi Square, yaitu
teknik statistik yang digunakan untuk
menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri
atas dua atau lebih kelas dimana data
berbentuk nominal dan sampelnya besar.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi, sebagaimana diuraikan
secara ringkas di bawah ini. Tabel 1
menyajikan data tentang Pengetahuan PUS
tentang Metode Kontrasepsi Pria di Wilayah
Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal,
sementara Tabel 2 menyajikan data tentang
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:74-82
ISSN 2356-3087
Penggunaan Metode Kontrasepsi Pria Di
Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pengetahuan PUS tentang
Metode Kontrasepsi Pria di Wilayah
Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal
Pengetahuan
PUS
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Frekuensi
Persentase
37
50
12
37,4
50,5
12,1
99
100
Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa
responden sebanyak 50,5% (50 responden)
mempunyai tingkat pengetahuan cukup
tentang Metode Kontrasepsi Pria lebih baik
dibandingkan dengan responden yang
mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu
37,4% (37 responden) dan tingkat
pengetahuan kurang yaitu 12,1% (12
responden)
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Penggunaan Metode
Kontrasepsi Pria pada PUS di Wilayah
Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal
Penggunaan
Kontrasepsi
Pria pada
PUS
Tidak
Ya
Jumlah
Frekuensi
Persentase
62
37
99
62,6
37,4
100
Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa
hampir
semua
responden
tidak
menggunakan kontrasepsi pria yaitu
sebanyak
62
responden
(62,6%).
Responden yang menggunakan kontrasepsi
pria sebanyak 37 responden (37,4%), dari
responden yang menggunakan kontrasepsi
pria yang menggunakan Kondom sebanyak
4 responden (10,8%), dan responden yang
menggunakan
MOP
sebanyak
33
responden (89,2%).
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Hubungan Pengetahuan
tentang Metode Kontrasepsi Pria dengan
Penggunaan Metode Kontrasepsi Pria pada
PUS di Kecamatan Pageruyung Kabupaten
Kendal
Pengetahuan
PUS
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Penggunaan
Kontrasepsi Pria
Ya
Tidak
7 (18,9)
30 (81,1)
43 (86,0)
7 (14,0)
12 (100)
0 (0,0)
62 (62,6)
37 (37,4)
Persentas
e
37 (100)
50 (100)
12 (100)
99 (100)
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden yang tidak
menggunakan metode kontrasepsi pria
mempunyai pengetahuan cukup yaitu 43
responden (86,0%), lebih banyak dibanding
yang berpengetahuan baik 7 responden
(18,9%) dan berpengetahuan kurang 12
responden (100%), sedangkan responden
yang menggunakan metode kontrasepsi
pria
sebagian
besar
mempunyai
pengetahuan baik yaitu 30 responden
(81,1%) lebih banyak dibanding dengan
yang berpengetahuan cukup 7 responden
(14,0%) dan yang berpengetahuan kurang 0
responden (0,0%).
Untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara pengetahuan tentang
metode
kontrasepsi
pria
dengan
penggunaan metode kontrasepsi pria pada
PUS dilakukan analisa statistik program
Statistik Product and Service (SPSS) versi
16.0 dengan uji Chi Square dengan tabel
2x3. Hasil perhitungan chi square dengan
tabel 2x3 menunjukkan bahwa terdapat 1
cell (16,7%) dengan nilai expected count
kurang
dari
5
sehingga
dilakukan
penggabungan
kategori
pengetahuan
kurang dan cukup menjadi tabel 2x2
sebagai berikut
Hubungan Pengetahuan Tentang Metode Kontrasepsi Pria Dengan …. (I. Sulistyowati, dkk)
79
ISSN 2356-3087
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Hubungan Pengetahuan
tentang Metode Kontrasepsi Pria dengan
Penggunaan Metode Kontrasepsi Pria pada
PUS di Kecamatan Pageruyung Kabupaten
Kendal
Pengetahuan
PUS
Baik
Cukup
Jumlah
Penggunaan
Kontrasepsi Pria
Ya
Tidak
Persentas
e
7 (18,9)
55 (88,7)
30 (81,1)
7 (11,3)
37 (100)
62 (100)
62 (62,6)
37 (37,4)
99 (100)
Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden yang tidak
menggunakan kontrasepsi pria mempunyai
pengetahuan cukup yaitu 55 responden
(88,7%), lebih banyak dibanding dengan
yang berpengetahuan baik yaitu 8
responden (20,5%). Sedangkan responden
yang menggunakan kontrasepsi pria
sebagian besar mempunyai pengetahuan
baik yaitu 30 responden (81,1%), lebih
banyak
dibanding
dengan
yang
berpengetahuan
cukup
sebanyak
7
responden (11,3%).
Berdasarkan tabel silang
hasil
penggabungan diatas dapat disimpulkan
bahwa semakin baik pengetahuan suami
maka semakin baik pula perilaku suami
dalam kesehatan sehingga dapat ikut serta
dalam program KB. Sedangkan responden
yang
berpengetahuan
cukup
lebih
cenderung tidak menggunakan kontrasepsi
pria.
Perolehan hasil yang dilakukan dari
penggabungan kategori pengetahuan cukup
dan kurang menjadi tabel 2x2 tidak ada nilai
expected count yang kurang dari 5 maka uji
chi square yang digunakan adalah
Continuity Correction. Pada uji tersebut
didapatkan hasil out put nilai
value =
0,000 dengan α 0,05 (5%) sehingga nilai
< α sehingga Ha diterima. Hal ini dapat
diartikan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan tentang metode kontrasepsi
pria
dengan
penggunaan
metode
kontrasepsi pria pada PUS.
80
Pembahasan
Pengetahuan di pengaruhi oleh faktor
internal
seperti
umur,
pendidikan,
pekerjaan, dan faktor eksternal seperti
faktor lingkungan dan sosial budaya
(Wawan, 2010; h. 16-18). Salah satu
penyebab rendahnya partisipasi pria dalam
menggunakan KB adalah rendahnya
pengetahuan pria tentang KB (BKKBN,
2010; h. 11).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar responden yang
tidak menggunakan metode kontrasepsi pria
mempunyai pengetahuan cukup, sedangkan
responden yang menggunakan metode
kontrasepsi pria sebagian besar mempunyai
pengetahuan
baik.
Yang
tidak
menggunakan metode kontrasepsi pria lebih
banyak terjadi pada responden yang
memiliki pengetahuan cukup. Hal ini
dikarenakan
rendahnya
pengetahuan
tentang
metode
kontrasepsi
pria
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti
persepsi
negatif
yang
beredar
di
masyarakat tentang KB pria (BKKBN, 2006;
h. 6). Hal ini sesuai dengan teori menurut
Ann. Mariner yang dikutip Nursalam 2003
dalam Wawan (2010; h. 18), lingkungan
merupakan seluruh kondisi yang ada
disekitar manusia dan pengaruhnya yang
dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok.
Dari hasil analisa statistik tidak di
dapatkan nilai expected count kurang dari 5
sehingga uji chi square yang digunakan
adalah Continuity Cprrection. Pada uji
tersebut didapatkan ρ value = 0,000 dengan
α 0,05 (5%) dan nilai ρ < α sehingga Ha
diterima. Dapat dikatakan bahwa terdapat
hubungan antara pengetahuan tentang
metode
kontrasepsi
pria
dengan
penggunaan metode kontrasepsi pria pada
PUS
yang
artinya
semakin
baik
pengetahuan tentang metode kontrasepsi
pria maka semakin baik pula perilaku pria
dalam penggunaan metode kontrasepsi
pria. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sindung dalam artikel
BKKBN (2007; h. 2) disebutkan bahwa
salah satu faktor yang mempengaruhi
penggunaan alat kontrasepsi adalah
pengetahuan.
Pada
umumnya
juga
meningkatnya pengetahuan tentang alat/
cara KB akan diikuti oleh makin tingginya
tingkat pemakaian kontrasepsi.
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:74-82
ISSN 2356-3087
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan tentang metode kontrasepsi
pria
dengan
penggunaan
metode
kontrasepsi pria pada PUS. Artinya suami
yang memiliki pengetahuan cukup lebih
besar memiliki keinginan untuk tidak
menggunakan metode kontrasepsi pria,
dibandingkan
dengan
suami
yang
berpengetahuan baik lebih besar memiliki
keinginan untuk menggunakan metode
kontrasepsi pria.
Hal ini sependapat dengan teori yang
dinyatakan oleh Notoatmodjo (2012; h.
145), pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt
behavior). Apabila penerimaan perilaku
baru didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran dari sikap yang positif maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(long lasting). Sebaliknya apabila perilaku
itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung
lama.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
d. Sebagian besar pengetahuan suami
tentang metode kontrasepsi pria di
Wilayah Kecamatan Pageruyung adalah
cukup.
e. Sebagian besar suami di Wilayah
Kecamatan
Pageruyung
tidak
menggunakan metode kontrasepsi pria.
f. Ada hubungan antara pengetahuan
tentang metode kontrasepsi pria dengan
penggunaan metode kontrasepsi pria
pada PUS di Kecamatan Pageruyung
Kabupaten Kendal.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut :
a. Bagi peneliti selanjutnya, untuk dapat
mengembangkan penelitian lebih lanjut
tentang metode kontrasepsi pria, tidak
hanya ditinjau dari pengetahuan suami
tentang metode kontrasepsi pria atau
dari hubungan saja, tetapi bisa dengan
variabel penelitian yang lain. Karena
banyak sekali faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penggunaan metode
kontrasepsi pria sehingga dengan
mengetahui
faktor-faktor
tersebut
diharapkan
penggunaan
metode
kontrasepsi pria dapat lebih ditingkatkan.
b. Bagi tenaga kesehatan, diharapkan para
petugas kesehatan khususnya yang
berada
di
Wilayah
Kecamatan
Pageruyung untuk selalu memberikan
informasi
kesehatan
secara
berkesinambungan khususnya tentang
metode kontrasepsi pria pada PUS
sehingga
penggunaan
metode
kontrasepsi pria pada PUS dapat lebih
ditingkatkan lagi, meskipun dalam
penelitian ini sudah ada beberapa
masyarakat yang menggunakan metode
kontrasepsi pria tetapi masih banyak
suami yang belum menggunakan metode
kontrasepsi pria dan masih banyak
responden yang menjawab salah pada
soal keuntungan metode kontrasepsi
vasektomi. Informasi tersebut mungkin
dapat diberikan berupa penyuluhan
tentang keuntungan metode kontrasepsi
vasektomi yang bisa diberikan saat
pertemuan bapak-bapak atau kegiatan
lainnya.
c. Bagi Institusi, diharapkan hasil dari
penelitian ini dapat dijadikan referensi
sebagai
sumber
informasi
bagi
mahasiswa
dengan
membekali
pengetahuan
tentang
metode
kontrasepsi pria atau untuk melakukan
pengembangan
penelitian
tentang
metode kontrasepsi pria pada PUS
sehingga dapat meningkatkan pengguna
KB pria dan keluarga bahagia sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta; 2010. h. 110.
BKKBN. Peserta Keluarga Berencana Aktif.
Kendal: BKKBN Kabupaten; 2012.
BKKBN. Program Keluarga Berencana
Nasional.
Semarang:
BKKBN
Provinsi Jawa Tengah; 2009. h. 18.
BKKBN. Program Kependudukan dan
Keluarga
Berencana
Nasional.
Semarang: BKKBN Provinsi Jawa
Tengah; 2011. h. 18.
BKKBN. Sudah Saatnya Pria Berpartisipasi
dalam KB. Semarang: BKKBN
Provinsi Jawa Tengah; 2006. h. 5-6.
Hubungan Pengetahuan Tentang Metode Kontrasepsi Pria Dengan …. (I. Sulistyowati, dkk)
81
ISSN 2356-3087
BKKBN. Tanggung Jawab Pria. Semarang:
BKKBN Provinsi Jawa Tengah;
2010. h. 9; 11-12.
BKKBN. Evaluasi Program Kependudukan
dan KB. Semarang: BKKBN Provinsi
Jawa Tengah; 2012. h. 37.
BKKBN. Faktor Penentu dalam Ber-KB.
Semarang: BKKBN Provinsi Jawa
Tengah; 2007. h. 2.
BKKBN. Kamus Istilah Kependudukan
Keluarga
Berencana
Keluarga
Sejahtera. Jakarta: BKKBN; 2011. h.
88.
Budiarto E. Biostatistik untuk Kedokteran
dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC; 2002. H. 37.
Everett, Suzanne. Buku Saku Kontrasepsi
dan Kesehatan seksual Reproduksi.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
2007. h. 77.
Handayani, Sri. Pelayanan Keluarga
Berencana. Yogyakarta; Pustaka
Rihama; 2010. h. iii; 32-36; 71-74;
167-171; 180-182.
Hidayat, Aziz Alimul. Metode Penelitian
Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika; 2007. h.
87; 93-95.
Notoatmodjo,
Soekidjo.
Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta:
Rineka Cipta; 2005. h. 92; 142.
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta; 2012. h. 138; 145.
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta; 2010. h. 28; 55-56; 59-60.
Notoatmodjo,
Soekidjo.
Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta:
Rineka Cipta; 2010. h. 10-19; 37; 47;
87; 103; 152-159; 176-177; 182-183;
201 .
Nursalam.
Konsep
dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika; 2003. h. 115.
Proverawati, Atikah. Panduan Memilih
Kontrasepsi.
Yogyakarta:
Nuha
Medika; 2010. h. 1-4.
Riyanto, Agus. Metodologi Penelitian
Kesehatan.
Yogyakarta:
Nuha
Medika; 2011. h. 27; 65; 82; 86; 90;
92; 98-99; .
82
Santjaka, Aris. Statistika Untuk Penelitian
Kesehatan.
Yogyakarta:
Nuha
Medika; 2011. h. 146.
Saryono,
Ari
Setiawan.
Metodelogi
Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1
dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika;
2011. h. 54; 123.
Saifuddin, Abdul Bari. Buku Panduan
Praktis
Pelayanan
Kontrasepsi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohadjo; 2006. h. MK17; MK-21; MK 85-86.
Setyaningsih,
Wahyu.
Peran
dari
Kontrasepsi Pria dalam Kesehatan
Reproduksi Pria. Semarang: BKKBN
Provinsi Jawa Tengah. 2010. h. 23.
Sugiyono. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta; 2007. h. 193
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta; 2012. h. 4; 6167; 117; 107-109.
Sulistyawati, Ari. Pelayanan Keluarga
Berencana.
Jakarta:
Salemba
Medika. 2011. h. vii.
Sundari, Dyah Siti. Profil Perempuan
Indonesia Masa Kini. Semarang:
BKKBN Provinsi Jawa Tengah.
2010. h. 33.
Tukiran, Agus Joko Pitoyo, Pande Made
Kutanegara. Keluarga Berencana
dan
Kesehatan
Reproduksi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2010.
h. 42; 379.
Wawan A, Dewi M. Teori dan Pengukuran
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika;
2010. h. 11-12; 14-15; 16-18; 54.
Witjaksono, Julianto. Keluarga Berencana
dan
Kesehatan
reproduksi.
Semarang: BKKBN Provinsi Jawa
Tengah; 2012. h. 3-4, 10.
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:74-82
ISSN 2356-3087
IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA
ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD dr. H. SOEWONDO KENDAL PERIODE
JANUARI – MEI TAHUN 2013
Oleh
D. S Rohmayani1, R. T Siwi1, dan I. P Dewi2
1
2
Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
ABSTRAK
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat
memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Faktor yang menyebabkan terjadinya asfiksia
neonatorum meliputi preeklamsia dan eklamsia, plasenta previa, solusio plasenta, infeksi berat,
kehamilan post matur, paritas, prematur, BBLR, partus lama dan partus macet, tindakan dalam
persalinan (ekstraksi vakum dan induksi persalinan). Tujuan umum dari penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr. H.
Soewondo Kendal periode Januari – Mei 2013.
Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan pendekatan retrospektif. Cara
pengumpulan data menggunakan check list dengan jumlah sampel sebnyak 150 rekam medik
bayi pada periode Januari – Mei 2013. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random
sampling.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya
asfiksia neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo kendal periode Januari – Mei 2013 adalah
preeklamsi/eklamsi, plasenta previa, kehamilan post matur, paritas, prematur, BBLR, partus
lama dan partus macet, tindakan dalam persalinan (ekstraksi vakum dan induksi persalinan).
Kehamilan post matur merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi terjadinya asfiksia
neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo kendal periode Januari – Mei 2013.
Sebaiknya bagi tenaga kesehatan, di dalam pencegahan asfiksia neonatorum melalui
kegiatan penyuluhan pada ibu hamil, diharapkan bidan atau petugas kesehatan di RSUD dr. H.
Soewondo Kendal mampu melakukan deteksi dini sejak masa kehamilan terhadap faktor
penyebab terjadinya asfiksia neonatorum dan dapat meningkatkan kewaspadaannya terhadap
kasus ini, sehingga apabila terjadi komplikasi yang mengarah ke asfiksia neonatorum bidan dan
petugas kesehatan dapat memberikan tindakan yang tepat.
Kata Kunci
: Faktor yang mempengaruhi terjadinya asfiksia neonatorum
Identifikasi Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Asfiksia Neonatorum …. (D. S Rohmayani, dkk)
83
ISSN 2356-3087
ABSTRACT
Neonatal asphyxia is a condition of newborns who have failed to breathe spontaneously
and regularly soon after birth, so that the baby can not fit oxygen and can not excrete carbon
dioxide from the body, generally will be asphyxiated at birth. Factors that cause neonatal
asphyxia include preeclampsia and eclampsia, placenta previa, placental disruption, severe
infection, post mature pregnancy, parity, premature, low birth weight, prolonged labor and
obstructed, the action in the delivery (vacuum extraction and induction of labor). The general
objective of this research is to identify the root causes of neonatal asphyxia in dr. H. Soewondo
Kendal period from January to May, 2013.
This research is a descriptive study with retrospective approach. The data collected using
a check list with a sample of 150 medical records sebnyak baby in the period from January to
May 2013. The sampling technique used is simple random sampling.
Based on the research results, it was found that the factors that cause neonatal asphyxia
in dr. H. Soewondo kendal the period from January to May 2013 were preeclampsia / eclampsia,
placenta previa, post mature pregnancy, parity, premature, low birth weight, prolonged labor and
obstructed, the action in the delivery (vacuum extraction and induction of labor). Pregnancy
mature post are the biggest factors that influence the occurrence of neonatal asphyxia in dr. H.
Soewondo kendal the period from January to May, 2013.
Better for health workers, in the prevention of neonatal asphyxia through extension
activities in pregnant women, is expected midwife or health worker in dr. H. Soewondo Kendal
capable of early detection during pregnancy against the root causes of neonatal asphyxia and
can increase alertness to this case, so that in case of complications that lead to neonatal
asphyxia midwives and health workers can provide appropriate action.
Keywords: Factors that influence the occurrence of neonatal asphyxia.
84
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:83-93
ISSN 2356-3087
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Angka kematian bayi di Indonesia
masih cukup tinggi yang berarti masih
rendahnya status kesehatan masyarakat.
Angka kematian bayi (AKB) merupakan
jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000
kelahiran hidup dalam kurun waktu satu
tahun. AKB menggambarkan tingkat
permasalahan kesehatan di masyarakat
yang berkaitan dengan faktor penyebab
kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal,
status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan
program KIA dan KB, serta kondisi
lingkungan dan sosial ekonomi. Menurut
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
tahun 2012 angka kematiann bayi (AKB)
sebanyak 32 kematian dari 1000 kelahiran
hidup dan kematian neonatus sebanyak 19
kematian dari 1000 kelahiran hidup
(Kemenkes, 2012).
Untuk
menekan
pertumbuhan
penduduk maka Badan Kependudukan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
menetapkan Visi yaitu “Penduduk Tumbuh
Seimbang 2015”. Visi tersebut mengacu
kepada
fokus
pembangungan
pada
Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025. Berdasarkan
Visi BKKBN tersebut, Bidang Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi
menetapkan
visi
yaitu
“Mewujudkan
keluarga kecil dalam mencapai penduduk
tumbuh seimbang 2015 ”. Dalam rangka
mewujudkan
visi
di
atas,
misi
Pembangunan
Kependudukan
dan
Keluarga Berencana adalah mewujudkan
pembangunan
yang
berwawasan
kependudukan dan mewujudkan keluarga
kecil bahagia sejahtera (Witjaksono, 2012;
h. 10).
AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun
2011 sebesar 10,34/1.000 kelahiran hidup,
menurun bila dibandingkan dengan tahun
2010 sebesar 10,62/1.000 kelahiran hidup.
Dibandingkan dengan target Millenium
Development Goals (MDGs) ke-4 tahun
2015 sebesar 17/1.000 kelahiran hidup
maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun
2011 sudah cukup baik karena telah
melampaui target (Dinkes Jateng, 2011 :
h.10). Angka kematian bayi di Kabupaten
Kendal pada tahun 2011 sekitar 11,67/1000
KH. Jumlah kematian bayi terus meningkat
dari tahun 2009-2011, hal ini menjadi
perhatian khusus dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Kendal. Meskipun cakupan
kunjungan ibu hamil K4 sudah sangat baik
yaitu sebesar 96,03% dan cakupan
kunjungan neonatus sudah mencapai
99,2%, akan tetapi angka kematian
neonatus masih tinggi (Dinkes Kab. Kendal,
2011).
Di wilayah kecamatan Pageruyung
jumlah pasangan usia subur pada tahun
2012 berjumlah 7.889, jumlah PUS yang
menggunakan KB ada 6.109 atau 77,44%.
Dari seluruh peserta KB yang ada, pria yang
menggunakan KB Kondom sebanyak 4
orang dan MOP sebanyak 33 orang.
Sedangkan target peserta KB pria di
kecamatan Pageruyung yaitu Kondom 4
orang dan MOP 41 orang. Meskipun target
kondom sudah terpenuhi, namun untuk
MOP belum memenuhi target. Jumlah
pengguna kontrasepsi pria sendiri masih
tergolong rendah dibandingkan dengan
metode kontrasepsi lainnya. Dari 20
Kecamatan di Kabupaten Kendal, di wilayah
Kecamatan Pageruyung angka peserta KB
aktif pria tergolong paling rendah dibanding
dengan kecamatan yang lain. Di Kecamatan
Pageruyung berada di urutan terendah
pertama
untuk
penggunaan
metode
kontrasepsi pria dari 20 kecamatan yang
ada di Kabupaten Kendal (BKKBN
Kabupaten Kendal, 2012).
Berdasarkan latar belakang tersebut,
penulis telah melakukan penelitian dengan
judul
“Hubungan Pengetahuan tentang
Metode Kontrasepsi Pria dengan Pengguna
Metode Kontrasepsi Pria pada PUS di
Wilayah Kerja
Puskesmas Pageruyung
Kabupaten Kendal”.
Perumusan Masalah
Angka kematian bayi di Indonesia
masih cukup tinggi yang ditetapkan oleh
Riskesdas, asfiksia 37%, prematur 34%,
sepsis 12%, hipotermi 7%, ikterus 6%, post
matur 3% dan kelainan kongenital 1%
(Kemenkes, 2012). Dari data tersebut,
asfiksia neonatorum merupakan penyebab
terbesar kematian neonatus. Di RSUD dr.
H. Soewondo Kendal, angka kejadian
asfiksia masih cukup tinggi sebesar 5,5%
kasus dari 1029 bayi yang lahir pada tahun
2012, sedangkan pada periode Januari –
Mei tahun 2013 dari 241 bayi yang
Identifikasi Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Asfiksia Neonatorum …. (D. S Rohmayani, dkk)
85
ISSN 2356-3087
mengalami asfiksi, terdapat 9,96% bayi
yang mengalami kematian. Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
“Apa sajakah faktor penyebab terjadinya
asfiksia neonatorum di RSUD dr. H.
Soewondo Kendal periode Januari – Mei
2013?”
Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi faktor penyebab
terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD dr.
H. Soewondo Kendal periode Januari – Mei
2013.
Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi apakah
Preeklamsi/eklamsi merupakan
penyebab terjadinya asfiksia neonatorum
di RSUD dr. H. Soewondo Kendal
periode Januari – Mei 2013.
b. Mengidentifikasi apakah plasenta previa
merupakan penyebab terjadinya asfiksia
neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo
Kendal periode Januari – Mei 2013.
c. Mengidentifikasi apakah solusio plasenta
merupakan penyebab terjadinya asfiksia
neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo
Kendal periode Januari – Mei 2013.
d. Mengidentifikasi apakah infeksi berat
merupakan penyebab terjadinya asfiksia
neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo
Kendal periode Januari – Mei 2013.
e. Mengidentifikasi apakah kehamilan post
matur merupakan penyebab terjadinya
asfiksia neonatorum di RSUD dr. H.
Soewondo Kendal periode Januari – Mei
2013.
f.
Mengidentifikasi
apakah prematur
merupakan penyebab terjadinya asfiksia
neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo
Kendal periode Januari – Mei 2013.
g. Mengidentifikasi
BBLR
merupakan
penyebab terjadinya asfiksia neonatorum
di RSUD dr. H. Soewondo Kendal
periode Januari – Mei 2013.
h. Mengidentifikasi apakah partus lama
merupakan penyebab terjadinya asfiksia
neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo
Kendal periode Januari – Mei 2013.
i. Mengidentifikasi apakah partus macet
merupakan penyebab terjadinya asfiksia
neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo
Kendal periode Januari – Mei 2013
86
j. Mengidentifikasi
apakah
persalinan
dengan tindakan (ekstraksi vakum dan
induksi persalinan) merupakan penyebab
terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD
dr. H. Soewondo Kendal periode Januari
– Mei 2013.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Berdasarkan penelitian dan tujuan
yang ingin dicapai maka jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif dengan studi
retrospektif. Penelitian deskriptif adalah
suatu penelitian yang dilakukan untuk
mendiskripsikan
atau
menggambarkan
suatu fenomena yang terpadu di dalam
masyarakat (Notoatmodjo, 2010 : h.35).
Penelitian
ini
digunakan
untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan
faktor-faktor yang menyebabkan asfiksia
neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo
Kendal. Studi retrospektif adalah penelitian
yang berusaha melihat kebelakang, artinya
pengumpulan data dimulai dari efek atau
akibat yang telah terjadi (Notoatmodjo, 2010
: h.27). Dalam penelitian ini peneliti melihat
catatan rekam medik pasien yang sesuai
dengan variabel bebas dalam penelitian
atau sesuai dengan check list.
Populasi, Sampel, dan Sampling
Populasi
adalah
keseluruhan
subjek
penelitian (Arikunto, 2010 : h.173). Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
semua bayi dengan asfiksia neonatorum di
RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode
Januari – Mei 2013 sebanyak 241 bayi.
Sampel adalah objek yang diteliti dan
dianggap
mewakili
seluruh
populasi
(Notoatmodjo, 2010 : h.115).
Jumlah populasi kurang dari 10.000
maka besar sampel menggunakan rumus
Solvin. Dari rumus Solvin dengan jumlah
populasi bayi dengan asfiksia neonatorum
di RSUD dr. H. Soewondo Kendal periode
Januari – Mei 2013 sebanyak 241 bayi,
maka didapatkan sampel sebanyak 150
bayi dengan asfiksia neonatorum di RSUD
dr. H. Soewondo Kendal periode Januari –
Mei 2013.
Teknik yang digunakan adalah teknik
undian atau lottery technique. Caranya,
dengan mengumpulkan nomor rekam medis
dari seluruh bayi yang lahir dengan asfiksia
neonatorum dari bulan Januari - Mei 2013,
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:83-93
ISSN 2356-3087
kemudian mengambilnya secara acak
dengan mengundinya. Setiap nomor yang
keluar kemudian di masukkan kembali dan
dilakukan
pengundian
lagi
hingga
didapatkan 150 nomor rekam medis.
Apabila muncul nomor yang sama, nomor
tersebut dimasukkan kembali kemudian
dilakukan pengundian lagi hingga muncul
nomor yang berbeda. Hal ini dilakukan agar
data yang didapatkan menjadi valid
Variabel dan Definisi Operasional
Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan
beberapa variabel bebas yaitu identifikasi
faktor yang menyebabkan terjadinya
asfiksia neonatorum yang meliputi (Preeklamsia/eklamsia, plasenta previa, solusio
plasenta, infeksi berat, kehamilan post
matur, prematur, BBLR, partus lama, partus
macet, dan persalinan dengan tindakan
(ekstraksi vakum dan induksi persalinan).
Secara operasional, variabel tersebut
didefinisikan dan diukur dengan cara
sebagai berikut. Dalam penelitian ini
menggunakan beberapa variabel bebas
yaitu identifikasi faktor yang menyebabkan
terjadinya asfiksia neonatorum yang
meliputi (Pre-eklamsia/eklamsia, plasenta
previa, solusio plasenta, infeksi berat,
kehamilan post matur, prematur, BBLR,
partus lama, partus macet, dan persalinan
dengan tindakan (ekstraksi vakum dan
induksi persalinan).
Untuk mengukur hal tersebut Dalam
penelitian ini instrumen yang digunakan
adalah check list berdasarkan Catatan
medis dr. H. RSUD Soewondo Kendal
tahun 2012. Skala yang digunakan adalah
skala nominal.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian
ini dengan cara teknik yang digunakan
adalah teknik undian atau lottery technique.
Caranya, dengan mengumpulkan nomor
rekam medis dari seluruh bayi yang lahir
dengan asfiksia neonatorum dari bulan
Januari
Mei
2013,
kemudian
mengambilnya
secara
acak
dengan
mengundinya. Setiap nomor yang keluar
kemudian di masukkan kembali dan
dilakukan
pengundian
lagi
hingga
didapatkan 150 nomor rekam medis.
Apabila muncul nomor yang sama, nomor
tersebut dimasukkan kembali kemudian
dilakukan pengundian lagi hingga muncul
nomor yang berbeda. Hal ini dilakukan agar
data yang didapatkan menjadi valid.
Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, digunakan
analisis univariat (analisis deskriptif).
Analisis
univariat
bertujuan
untuk
menjelaskan
atau
mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,
2010 : h.182).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan mengenai hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti
dengan tujuan untuk mengetahui gambaran
faktor yang menyebabkan terjadinya
asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir
dengan jumlah responden sebanyak 150
bayi, maka hasil penelitiannya dapat
diuraikan sebagai berikut:
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Penyebab Terjadinya
Asfiksia Neonatorum Berdasarkan
Preeklamsi (termasuk dalam hal ini adalah
eklamsi) di RSUD dr. H. Soewondo Kendal
Periode Januari – Mei 2013
No
Preeklamsi
Jumlah
Persentase
1
Ya
49
32,7%
2
Tidak
101
67,3%
Jumlah
150
100%
Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui
bahwa faktor penyebab terjadinya asfiksia
neonatorum
berdasarkan
Preeklamsi
(termasuk dalam hal ini adalah eklamsi)
terdapat 142 sampel (94,7%) tidak
mengalami Preeklamsi (termasuk dalam hal
ini adalah eklamsi).
Identifikasi Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Asfiksia Neonatorum …. (D. S Rohmayani, dkk)
87
ISSN 2356-3087
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Penyebab Terjadinya
Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Plasenta
Previa di RSUD dr. H. Soewondo Kendal
Periode Januari – Mei 2013
No
Plasenta
Previa
1
Ya
8
5,3%
2
Tidak
142
94,7%
Jumlah
150
100%
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Penyebab
Terjadinya Asfiksia Neonatorum
Berdasarkan Kehamilan Post Matur di
RSUD dr. H. Soewondo Kendal Periode
Januari – Mei 2013
Jumlah Persentase
Dari Tabel 2 di atas dapat diketahui
bahwa faktor penyebab terjadinya asfiksia
neonatorum berdasarkan plasenta previa
terdapat 142 sampel (94,7%) tidak
mengalami plasenta previa.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Penyebab Terjadinya
Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Solusio
Plasenta di RSUD dr. H. Soewondo Kendal
Periode Januari – Mei 2013
Solusio
No
Jumlah Persentase
Plasenta
1
Ya
0
0%
2
Tidak
150
100%
Jumlah
150
100%
Dari Tabel 3 di atas dapat diketahui
bahwa faktor penyebab terjadinya asfiksia
neonatorum berdasarkan solusio plasenta
terdapat 150 sampel (100%) tidak
mengalami solusio plasenta
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Penyebab Terjadinya
Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Infeksi
Berat di RSUD dr. H. Soewondo Kendal
Periode Januari – Mei 2013
Infeksi
No
Jumlah Persentase
Berat
1
Ya
0
0%
2
Tidak
150
100%
Jumlah
150
100%
Dari Tabel 4 menunjukkan di atas
dapat diketahui bahwa faktor penyebab
terjadinya asfiksia neonatorum berdasarkan
88
infeksi berat terdapat 150 sampel (100%)
tidak mengalami infeksi berat.
No
Kehamilan
Post Matur
Jumlah
1
Ya
61
40,7%
2
Tidak
89
59,3%
Jumlah
150
100%
Persentase
Dari Tabel 5 menunjukkan di atas
dapat diketahui bahwa faktor penyebab
terjadinya asfiksia neonatorum berdasarkan
kehamilan post matur terdapat 89 sampel
(59,3%) tidak mengalami kehamilan post
matur.
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Penyebab
Terjadinya Asfiksia Neonatorum
Berdasarkan Prematur di RSUD dr. H.
Soewondo Kendal Periode Januari – Mei
2013
No Prematur
Jumlah Persentase
1
Ya
6
4%
2
Tidak
144
94%
Jumlah
150
100%
Dari Tabel 6 menunjukkan di atas
dapat diketahui bahwa faktor penyebab
terjadinya asfiksia neonatorum berdasarkan
prematur terdapat 144 sampel (94%) tidak
mengalami prematur.
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Penyebab
Terjadinya Asfiksia Neonatorum
Berdasarkan BBLR di RSUD dr. H.
Soewondo Kendal Periode Januari – Mei
2013
No
BBLR
Jumlah
Persentase
1
Ya
4
2,7%
2
Tidak
146
97,3%
Jumlah
150
100%
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:83-93
ISSN 2356-3087
Dari Tabel 7 menunjukkan di atas
dapat diketahui bahwa faktor penyebab
terjadinya asfiksia neonatorum berdasarkan
BBLR terdapat 146 sampel (97,3%) tidak
mengalami BBLR.
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Penyebab
Terjadinya Asfiksia Neonatorum
Berdasarkan Partus Lama di RSUD dr. H.
Soewondo Kendal Periode Januari – Mei
2013.
Partus
No
Jumlah Persentase
Lama
1
Ya
2
1,3%
2
Tidak
148
98,7%
Jumlah
150
100%
Dari Tabel 8 di atas dapat diketahui
bahwa faktor penyebab terjadinya asfiksia
neonatorum berdasarkan partus lama
terdapat 148 sampel (98,7%) tidak
mengalami partus lama.
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Penyebab
Terjadinya Asfiksia Neonatorum
Berdasarkan Partus Macet di RSUD dr. H.
Soewondo Kendal Periode Januari – Mei
2013
Partus
No
Jumlah Persentase
Macet
1
Ya
20
13,3%
2
Tidak
130
86,7%
Jumlah
150
100%
Dari Tabel 9 di atas dapat diketahui
bahwa faktor penyebab terjadinya asfiksia
neonatorum berdasarkan partus macet
terdapat 130 sampel (86,7%) tidak
mengalami partus macet.
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Penyebab Terjadinya
Asfiksia Neonatorum Berdasarkan
Tindakan Persalinan dengan Ekstraksi
Vakum di RSUD dr. H. Soewondo Kendal
Periode Januari – Mei 2013.
Ekstraksi
Jumlah Persentase
No
Vakum
1
Ya
5
3,3%
2
Tidak
145
96,7%
Jumlah
150
100%
Dari Tabel 10 di atas dapat diketahui
bahwa faktor penyebab terjadinya asfiksia
neonatorum berdasarkan ekstraksi vakum
terdapat 145 sampel (96,7%) tidak
mengalami ekstraksi vakum.
Tabel 11
Distribusi Frekuensi Penyebab Terjadinya
Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Tindakan
Persalinan dengan Induksi Persalinan di
RSUD dr. H. Soewondo Kendal Periode
Januari – Mei 2013.
Induksi
No
Jumlah Persentase
Persalinan
1
Ya
1
0,7%
2
Tidak
149
99,3%
Jumlah
150
100%
Dari Tabel 11 di atas dapat diketahui
bahwa faktor penyebab terjadinya asfiksia
neonatorum berdasarkan induksi persalinan
terdapat 149 sampel (99,3%) tidak
mengalami induksi persalinan.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan mengenai identifikasi faktor
yang menyebabkan terjadinya asfiksia
neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo
Kendal periode Januari – Mei 2013 dapat
dijelaskan dari beberapa penyebab sebagai
berikut :
Berdasarkan hasil penelitian, bayi
yang mengalami asfiksia neonatorum
sebagian
besar
tidak
mengalami
preeklamsi. Pada ibu yang mengalami
preeklamsi, tidak semua bayinya selalu
Identifikasi Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Asfiksia Neonatorum …. (D. S Rohmayani, dkk)
89
ISSN 2356-3087
mengalami asfiksia neonatorum karena hal
tersebut tergantung dengan tingkatan
(berat/ringan) dan lamanya preeklamsi
yang dialami ibu. cara KB akan diikuti oleh
makin
tingginya
tingkat
pemakaian
kontrasepsi. Namun pada ibu hamil dan
bersalin yang mengalami preeklamsi, harus
dipersiapkan penanganan bayi asfiksia
neonatorum sehingga tidak berdampak
kematian pada bayi.
Berdasarkan hasil penelitian, bayi
yang mengalami asfiksia neonatorum
sebagian besar tidak mengalami plasenta
previa. Terjadinya asfiksia neonatorum
pada plasenta previa, tergantung dari letak
plasenta. Hal ini sesuai dengan teori,
bahwa komplikasi plasenta previa pada ibu
dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat
perdarahan, anemia karena perdarahan,
plasentitis
dan
endometritis
pasca
persalinan. Pada janin biasanya terjadi
persalinan prematur dan komplikasinya
seperti asfiksia berat (FKUI, 2009 : h.277).
Berdasarkan hasil penelitian, dari
semua sampel yang mengalami asfiksia
neonatorum, seluruhnya tidak mengalami
solusio plasenta. Hasil ini bisa terjadi
karena beberapa faktor, diantaranya:
Sampel yang diteliti hanya sejumlah 150
dan hanya diambil dari periode Januari –
Mei 2013.Kasus solusio plasenta di RSUD
dr. H. Soewondo Kendal jarang terjadi. Hal
ini sesuai dengan teori bahwa insiden
solusio plasenta adalah sekitar 1 : 200
kehamilan (Labor, 2010 : h.428).
Berdasarkan hasil penelitian, dari
semua sampel yang mengalami asfiksia
neonatorum, seluruhnya tidak mengalami
infeksi berat. Hal ini bisa disebabkan oleh
adanya faktor selain infeksi berat yang
menyebabkan asfiksia neonatorum.
Sedangkan sebagian sampel asfiksia
neonatorum
yang
disebabkan
oleh
kehamilan post matur dapat terjadi karena
penuaan plasenta. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa menurut Manuaba (2007), pada
kehamilan post matur, plasenta telah
mengalami
proses
penuaan
sejak
kehamilan berumur 28-30 minggu sehingga
fungsinya makin menurun. Persalinan
kehamilan
post
matur
juga
perlu
dipertimbangkan besarnya janin. Persalinan
janin
makrosomia
pervagina
akan
menimbulkan trauma pada bayi dan
maternal yang makin tinggi. Komplikasi
90
trauma pada janin- bayi, salah satunya
adalah afiksia karena terlalu lama terjepit
(manuaba, 2007).
Pada bayi prematur seringkali terjadi
asfiksia pada saat persalinan. Organ –
organ vital bayi prematur belum sempurna
karena usia kehamilan yang kurang bulan
dan juga proses adaptasi terhadap
lingkungan ekstrauterin berbeda dengan
bayi yang aterm. Pada persalinan prematur
juga dipertimbangkan kematangan parunya.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa menurut
Dewi (2010), pada bayi permatur terjadi
kesukaran pernafasan yang disebabkan
belum
sempurnanya
pembentukan
membran hialin surfaktan paru yang
merupakan
suatu
zat
yang
dapat
menurunkan ketegangan dinding alveoli
paru.
Pertumbuhan
surfaktan
paru
mencapai maksimum pada minggu ke-35
kehamilan (Dewi, 2010 : h.23).
Sebagian sampel asfiksia neonatorum
yang disebabkan oleh BBLR dapat
disebabkan bayi BBLR sering kali
mengalami permasalahan pada sistem
tubuh karena kondisi tubuh yang tidak
stabil. Hal ini sesuai dengan teori bahwa,
pada BBLR permasalahan yang sering
timbul salah satunya adalah gangguan
pernafasan yaitu asfiksia. Gangguan
pernafasan pada bayi BBLR adalah
perkembangan
imatur
pada
sistem
pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah
surfaktan pada paru – paru (Proverawati,
2010 : h.1). Fungsi surfaktan adalah
melawan tegangan permukaan sehingga
alveoli tidak mengempis/kolaps (Rumengan,
2009).
Pada partus lama, semakin lama
proses persalinan maka dapat berbahaya
baik terhadap ibu maupun janin di dalam
kandungan. Menurut teori manisfestasi
klinis partus lama pada ibu yaitu gelisah,
letih, nadi cepat, pernafasan cepat dan
meteorismus, sedangkan pada janin denyut
jantung janin cepat atau hebat atau tidak
teratur, air ketuban terdapat mekonium,
kental kehijau-hijauan, berbau (Arfi, 2012).
Bahaya partus lama dapat menimbulkan
terjadinya asfiksia pada janin karena
lamanya persalinan itu sendiri (Arfi, 2012).
Partus lama sering terjadi pada wanita
primipara karena pada primipara lamanya
persalinan kala 1 lebih panjang daripada
multipara dan pada primipara psikologis ibu
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:83-93
ISSN 2356-3087
terhadap persalinan yaitu terkadang ibu
masih merasa takut dan cemas dengan
proses persalinan karena belum pernah
mengalaminya,
sehingga
keadaan
psikologis ini juga berpengaruh terhadap
lamanya persalinan.
Proses persalinan normal pada kala II
tidak lebih dari 2 jam untuk primipara dan 1
jam untuk multipara. Apabila terjadi
kemacetan pada kala II maka akan
menimbulkan berbagai masalah pada janin,
salah satunya menyebabkan asfiksia pada
saat persalinan. Sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa pada partus macet,
bradikardi janin kadang terjadi ketika ibu
menahan nafas dalam waktu lama dan
usaha mengejan ibu dapat meningkatkan
tekanan terhadap kepala janin. Efek dari
kondisi tersebut pada janin mengakibatkan
oksigen dalam darah turun dan aliran darah
ke plasenta menurun sehingga oksigen
yang tersedia untuk janin menurun, pada
akibatnya dapat menimbulkan hipoksia
janin (Prawirohardjo, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian, dari
faktor persalinan dengan tindakan yang
menyebabkan terjadinya asfiksia, hasil yang
terbanyak
adalah
ekstraksi
vakum.
Seringkali keadaan janin dan ibu kurang
baik sehingga menyulitkan untuk lahir. Pada
keadaan seperti itu, persalinan mungkin
membutuhkan bantuan, salah satunya
dengan ekstraksi vakum.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
a. Preeklamsi/eklamsi sebagian besar tidak
menyebabkan
terjadinya
asfiksia
neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo
Kendal.
b. Plasenta previa sebagian besar tidak
menyebabkan
terjadinya
asfiksia
neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo
Kendal.
c. Solusio plasenta tidak menyebabkan
terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD
dr. H. Soewondo Kendal.
d. Infeksi
berat
tidak
menyebabkan
terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD
dr. H. Soewondo Kendal.
e. Kehamilan post matur sebagian besar
tidak menyebabkan terjadinya asfiksia
f.
g.
h.
i.
j.
neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo
Kendal.
Prematuritas sebagian besar tidak
menyebabkan
terjadinya
asfiksia
neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo
Kendal.
BBLR
sebagian
besar
tidak
menyebabkan
terjadinya
asfiksia
neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo
Kendal.
Partus lama sebagian besar tidak
menyebabkan
terjadinya
asfiksia
neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo
Kendal.
Partus macet sebagian besar tidak
menyebabkan
terjadinya
asfiksia
neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo
Kendal.
Persalinan dengan tindakan adalah
ekstraksi vakum yang lebih banyak
menyebabkan
terjadinya
asfiksia
neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo
Kendal.
Saran
Berdasarkan
Berdasarkan
hasil
penelitian mengenai identifikasi faktor yang
menyebabkan
terjadinya
asfiksia
neonatorum di RSUD dr. H. Soewondo
Kendal periode Januari-Mei 2013, maka
saran yang dapat penulis sampaikan adalah
:Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan
diharapkan mampu melakukan deteksi dini
sejak masa kehamilan terhadap faktor
penyebab terjadinya asfiksia neonatorum
melalui kegiatan penyuluhan pada ibu
hamil.
Serta
meningkatkan
kewaspadaannya terhadap kasus ini,
sehingga apabila terjadi komplikasi yang
mengarah ke asfiksia neonatorum bidan
dapat memberikan tindakan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Amazon. 2010. Hubungan Antara Hipertensi
Dalam Kehamilan (Pre Eklamsia dan
Eklamsia) dengan Kejadian Asfiksia
Neonatorum.
(online)
http://anekawacana.blogspot.com/2012/06/hubunga
n-antara-hipertensi-dalam.html. Diakses
20 Mei 2013.
Arfi. 2012. Partus Lama. Diakses tanggal 26
juli 2012. Dari : http://rumahbidan-ku.
Identifikasi Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Asfiksia Neonatorum …. (D. S Rohmayani, dkk)
91
ISSN 2356-3087
blogspot.com/2012/06/partuslama.html?m=1
Arikunto,
Suharsini.
2010.
Prosedur
Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Budiarto.
2002.
Biostatistika
Untuk
kedokteran
dan
Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Nuha Medika
Cooper, Fraser. 2009. Buku Ajar Bidan.
Jakarta : EGC.
Cunningham, Gary, dkk.2006.
Williams. Jakarta : EGC.
Obstetri
Depkes RI. 2007. Manajemen Asfiksia Bayi
Baru Lahir. Jakarta : Depkes RI.
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan
Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta
: Salemba Medika.
Dinkes Kabupaten Kendal. 2012. Profil
Kesehatan Kabupaten Kendal tahun
2011. Kendal : Dinkes Kabupaten
Kendal.
Dinkes Provinsi Jateng. 2012. Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Semarang : Dinkes Provinsi Jateng.
Farid. 2009. “Gambaran Hansil Luaran
Janin
pada
persalinan
Dengan
Ekstraksi
Vakum”
dalam
Jurnal
Pendidikan Bidan. Vol:28,5.
FKUI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak 3.
Jakarta : FKUI.
Hidayat, Aziz Alumul. 2010. Metode
Penelitian Kebidanan dan Teknik
Analisa Data. Jakarta : Salemba
Medika.
Hinelo, Fardila, et al. 2013. Luaran Partus
Lama di BLU RSUD Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik
(eBM), 101-105.
Kemenkes. 2012. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta :
BKKBN.
Kristiyanasari,
Weni.
2011.
Asuhan
Keperawatan Neonatus dan Anak.
Yogyakarta : Medikal Book.
92
Leveno, Cunningham, et al. 2012. Obstetri
Willims. Jakarta : EGC.
Maesaroh. 2009. Gambaran Hasil Luaran
Janin
Pada
Persalinan
Dengan
Ekstraksi Vakum Di RSUP Dr.Hasan
Sadikin Bandung Tahun 2009. Bandung
: Program Studi Diploma III Akademi
Kebidanan Medika Obgin.
Manuaba, Ayu Chandranita, et al. 2010.
Ilmu Kebianan Penyakit Kandungan
dan KB.Jakarta : EGC.
, dkk. 2007. Pengantar
Obstetri. Jakarta : EGC.
Kuliah
. 2007. Kapita Selekta Pelaksanaan
Rutin Obstetri dan Ginekologi dan KB.
Jakarta : EGC.
Mega, Aprilia. 2011. Partus Macet. Diakses
tanggal
17
Maret
2013.
Dari
aprilia_mega
:
http://apriliamega94.blogspot.com/2011
/07/materi.html
Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri.
Jakarta : EGC.
Motherhood, Save. 2003. Modul Persalinan
Macet Mentri pendidikan Kebidanan.
Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Novita. 2011. Keperawatan
Bogor : Galia Indonesia.
Nugroho,
Taufan.
2010.
Yogyakarta : Medikal Book.
Maternitas.
Obstetri.
Oxorn, Harry, et al. 2010. Ilmu Kebidanan
Patologi dan Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: Yayasan Assential Medika.
Pantiawati, Ika. 2010. Bayi Dengan BBLR.
Jakarta : Nuha Medika.
Prawirohardjo,
Sarwono.
2008.
Ilmu
Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Bina Pustaka
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:83-93
ISSN 2356-3087
Proverawati, Atikah. 2010. BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah). Yogyakarta :
Nuha Medika.
Rumengan, Yessy. 2009. Sistem Respirasi
dan Test Fungsi Paru. Diakses tanggal
16 Juli 2013. Dari:
http://yessyrumengan.blogspot.com/20
09/11/sistem-respirasi-dan-test-fungsiparu.html?m=1
Sarwono,
Prawirohardjo.
Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: JNPKKR-POGI.
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jogjakarta : Mitra Cendikia.
Setiawan dan Saryono. 2010. Metode
Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, dan
S2. Yogyakarta : Nuha Medika.
Setyowati, Rini. 2011. Karakteristik Bayi
Baru Lahir Yang Mengalami Asfiksia
Neonatorum di RSUD Ambarawa
Kabupaten Semarang Periode JanuariDesember Tahun 2010. Semarang:
Poltekkes Kemenkes Semarang.
Siswanti. 2007. Studi Deskriptif Faktorfaktor yang Mempengaruhi Terjadinya
Asfiksia Neonatorum di BPRSUD Kota
Salatiga Periode Januari-Desember
2006. Semarang: Poltekkes Kemenkes
Semarang.
Suparyanto. 2012. Konsep Paritas / Partus.
Diakses tanggal 5 April 2013. Dari
Informasi Seputar Kesehatan (ISK):
http://kesehatan-dokter-kebidananfarmasi.blogspot.com/2012/01/konsepparitas-partus.html
http://emirzanurwicaksono.blog.unissula
.ac.id/2013/02/27/ penyakit-membranhyalin/
Wijaya, Awi Muliadi. 2011. Kondisi Angka
Kematian Neonatal (AKN), Angka
Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian
Balita (AKB), Angka Kematian Ibu
(AKI), dan penyebabnya di Indonesia.
Diakses tanggal 18 April 2013. Dari :
http://www.infodokterku.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=9
2:kondisi-angka-kematian-neonatalakn-angka-kematian-bayi-akb-angkakematian-balita-akbal-angka-kematianibu-aki-dan-penyebabnya-diindonesia&catid =40:data&Itemid=54
Winkjosastro, Gulardi. 2008. Asuhan
Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR.
. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta :
YB-SP.
, Hanifa, et al. 2006. Ilmu
Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
Zaenudin. 2010. RSU Dr. Soewondo Kendal
Tingkatkan
Pelayanan.
Diakses
tanggal 16 Juli 2013. Dari :
http://www.jatengprov.go.id/?docume
nt_srl=6077
Wawan A, Dewi M. Teori dan Pengukuran
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika;
2010. h. 11-12; 14-15; 16-18; 54.
Witjaksono, Julianto. Keluarga Berencana
dan Kesehatan reproduksi. Semarang:
BKKBN Provinsi Jawa Tengah; 2012. h. 3-4,
10.
Unsi. 2009. Sectio Caesaria. Diakses 16
Juli
2013.
Dari
:
http://justunsi.blogspot.com/2009/04/se
ctio-caesaria.html
Varney, Helen, dkk. 2008.
Kebidanan. Jakarta : EGC.
Asuhan
Wicaksono, Emirza Nur. 2013. Penyakit
Membran Hyalin. Diakses tanggal 16
Juli
2013.
Dari:
Identifikasi Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Asfiksia Neonatorum …. (D. S Rohmayani, dkk)
93
ISSN 2356-3087
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN SIKAP
TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL
DI PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG
Oleh
M. JAMIL1, I. SULISTYOWATI1, dan D.A.F. PUTRI2
1
2
Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
ABSTRAK
ASI adalah makanan alamiah bagi bayi manusia sebagaimana air susu mamalia lain
adalah alamiah bagi keturunannya. Bukan saja ASI memberikan nutrisi yang terbaik bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi, tetapi ASI juga memberikan proteksi terhadap
berbagai penyakit infeksi dan berbagai penyakit kronis dikemudian hari. Pada tahun 2012,
dari jumlah 840 bayi tidak ada yang berhasil mencapai ASI esklusif di Puskesmas
Purwoyoso kota Semarang.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan
pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif pada
ibu hamil di Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Purwoyoso dengan sampel sebanyak 42 ibu hamil. Pengambilan sampel menggunakan
metode purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Menggunakan
analisa data chi square. Hasil penelitian ini adalah responden yang berpengetahuan cukup
memiliki 3 sikap setuju dan
4 sikap tidak setuju sedangkan responden yang
berpengetahuan baik memiliki 26 sikap setuju dan9 sikap tidak setuju.
Disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang ASI eksklusif
dengan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil yang dinyatakan dengan
signifikansi 0,176 lebih besar dari nilai α = 0,05 (0,176 > 0,05), maka Ho diterima. Bagi
petugas kesehatan khususnya bidan untuk meningkatkan pemberian informasi kesehatan
melalui komunikasi, informasi, dan edukasi secara benar dan berkesinambungan tentang
ASI ekslusif.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Pemberian, ASI Eksklusif.
94
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:94-102
ISSN 2356-3087
ABSTRACT
Breast milk is the natural food for human infants as well as other mam mals milk is
natural for off spring.Not only breast milk providesthe best nutrition for grow thand
development of the baby, but breastfeeding also provides protection againsta variety of
infectious diseases and chronic diseases in the future. In 2012, of the 840 in fants who
reached noexclusive breastfeeding in the health center Purwoyoso Semarang. The purpose
of this studywas to analyze the relationship between knowledge about attitudes to
wardsexclusive breastfeeding with exclusive breastfeedingin pregnant women in Purwoyoso
Primary health care Semarang city.
Design research is a correlation study with cross sectional approach. Respondents in
the study were pregnant women in the Purwoyoso primary health with a sample of 42
pregnant women. Sampling was purposive samplingmethod. The instrument used was
aquestion naire. Usingchi square analysis of the data. Results of this study are quite
knowledge respondents agreed attitudes have 3 and 4 while the attitude of the respondents
disagreed that either have 26 knowledg eattitud eagree and 9 disagreeattitude.
Concluded that there is noknowledge about the relationship between attitudes tow
ards exclusive breastfeeding with exclusive breastfeedingin pregnant women who expressed
the significan cevalue of 0.176 is greater than α=0.05 (0.176>0.05), then Ho is accepted. For
health workers especially midwives to improve the delivery of health information
throughcommunication, information, and education about the proper and continuous
exclusive breastfeeding.
Keywords: immunization, immuniza tion hepatitis B1, knowledge level
Hubungan Pengetahuan Tentang Asi Eksklusif Dengan Sikap Terhadap …. (M. Jamil, dkk)
95
ISSN 2356-3087
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Indonesia saat ini tercatat Angka
Kematian Bayi (AKB) masih tinggi yaitu
34/1000 kelahiran hidup pada tahun 2007,
padahal target Millenium Development
Goals (MDGs) yang diharapkan dicapai
pada tahun 2015 adalah menurun menjadi
23/1000 kelahiran hidup (Prasetyawati,
2012: h.7). Menurut Awi Muliadi dalam
artikel “Kondisi Angka Kematian Neonatal
(AKN),Angka Kematian Bayi (AKB), Angka
Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Penyebabnya di Indonesia”
diunduh pada senin 15 Juli 2013 penyebab
kematian bayi usia 0-11 bulan disebabkan
oleh diare 31,4%, pneumonia 23,8%,
meningitis/ensefalitis
9,3%,
kelainan
saluran pencernaan 6,4%, kelainan jantung
kongenital dan hidrosefalus 5,8%, sepsis
4,1%, tetanus 2,9%, malnutrisi 2,3%,
tuberkulosis 1,2%, lain-lain 1,2%. Penyebab
angka kematian bayi tersebut dapat ditekan
melalui pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan. ASI tidak hanya memberikan nutrisi
yang terbaik bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi, tetapi ASI juga
memberikan proteksi terhadap berbagai
penyakit infeksi dan berbagai penyakit
kronis dikemudian hari (Karin, 2011: h. 2).
Untuk mendukung program ini, maka
dibuatlah Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Terdapat
beberapa
hal
yang
menghambat pemberian ASI eksklusif
diantaranya
adalah
rendahnya
pengetahuan ibu dan keluarga lainnya
mengenai manfaat dan cara menyusui yang
benar, kurangnya pelayanan konseling
laktasi dan dukungan dari petugas
kesehatan, faktor sosial budaya, kondisi
yang kurang memadai bagi para ibu yang
bekerja dan gencarnya pemasaran susu
formula (Dinas Kesehatan Kota Semarang,
2011).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar 2010, di Indonesia hanya 15,3%
anak yang mendapatkan ASI eksklusif dan
84,7% tidak mendapatkan ASI secara
eksklusif. Untuk data di tingkat Provinsi
Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar
45,9% yang mendapatkan ASI eksklusif dan
96
54,1% tidak mendapatkan ASI eksklusif
(Direktorat Bina Gizi, 2012). Data Kota
Semarang tahun 2010 menunjukkan bahwa
1.580 (20,06%) dari 7.875 bayi usia 0 – 6
bulan mendapatkan ASI secara eksklusif
dan sisanya 79,94% tidak mendapatkan ASI
secara eksklusif (Dinas kesehatan Kota
Semarang, 2010). Sedangkan ditahun 2011
angka ini sedikit meningkat yaitu sebesar
1.656 (24,2%) dari 6.833 bayi usia 0 – 6
bulan mendapatkan ASI secara eksklusif
dan sisanya sekitar 5.177 (75,8%) dari
6.833 bayi tidak mendapatkan ASI secara
eksklusif, tetapi hal tersebut masih belum
sesuai dengan cakupan yang diharapkan
yakni 40% (Dinas Kesehatan Kota
Semarang, 2011).
Salah satu data yang cukup mencolok
adalah data yang diperoleh dari salah satu
puskesmas yang letaknya berdekatan
dengan daerah kawasan industri candi,
yaitu Puskesmas Purwoyoso, Kecamatan
Ngaliyan, Kota Semarang. Berdasarkan
data yang tercatat pada tahun 2011
terdapat1 44 bayi umur 0-6 bulan,seluruh
bayi tersebut tidak ada yang mendapatkan
ASI eksklusif. Dan tahun 2012 terdapat840
bayi umur 0-6 bulan, dari jumlah tersebut
tidak ada yang berhasil mencapai ASI
eksklusif.Ketidak berhasilan pencapaian ASI
eksklusif selama 6 bulan mengakibatkan
ditahun yang sama ditemukan 346 kasus
ISPA pada bayi dan 828 kasus ISPA pada
balita serta ditemukan 92 kasus diare pada
bayi dan 118 kasus diare pada balita
(Puskesmas Purwoyoso, 2012).
Perumusan Masalah
Ketidak berhasilan pencapaian ASI
eksklusif tersebut mengakibatkan ditahun
yang sama ditemukan 346 kasus ISPA pada
bayi dan 828 kasus ISPA pada balita serta
ditemukan 92 kasus diare pada bayi dan
118 kasus diare pada balita. Untuk itu
peneliti tertarik merumuskan masalah
sebagai berikut. ” Apakah ada hubungan
pengetahuantentang ASI Eksklusif dengan
sikap
terhadap
pemberian
ASI
Eksklusifpada ibu hamil di Puskesmas
Purwoyoso Kota Semarang ?”.
Tujuan
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
hubungan pengetahuan tentang ASI
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:94-102
ISSN 2356-3087
eksklusif dengan sikap terhadap pemberian
ASI eksklusif pada ibu hamildi Puskesmas
Purwoyoso Kota Semarang.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pengetahuan
ibu hamil tentang ASI eksklusif di
Puskesmas
Purwoyoso
Kota
Semarang.
b. Mengetahui gambaran sikap ibu hamil
terhadap pemberian ASI eksklusif di
Puskesmas
Purwoyoso
Kota
Semarang.
c. Menganalisis hubungan pengetahuan
tentang ASI eksklusif dengan sikap
terhadap pemberian ASI eksklusif pada
ibu hamil di Puskesmas Purwoyoso
Kota Semarang.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survey dengan
studi korelasi (correlation study). Menurut
Notoatmodjo (2010: h.47) studi korelasi
merupakan penelitian atau penelaahan
hubungan antar dua variabel pada suatu
situasi atau sekelompok subjek yang
dilakukan untuk melihat hubungan antar
dua variabel yang satu dengan yang lain.
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
waktu
secara
potong
lintang/Cross
sectional
yaitu
suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor resiko dengan
efek, dengan cara pendekatan, observasi
atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat
(Notoatmodjo, 2010: h.37).
Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti
melakukan penelitian pada ibu hamil hanya
sekali saja dan pengukuran dilakukan pada
saat penelitian.
Populasi, Sampel, dan Sampling
Populasi
penelitian
adalah
keseluruhan objek penelitian atau objek
yang diteliti (Notoatmodjo, 2010: h.115).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
adalah Ibu hamil yang terdaftar di wilayah
Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang
bulan Januari dan Februari tahun 2013
sebesar 114 orang.
Sampel adalah bagian dari populasi
yang akan diteliti yang dapat mewakili
seluruh populasi dengan menggunakan
sampling tertentu (Notoatmodjo, 2010:
h.115). Yang menjadi sampel dalam
penelitian ini yaitu sebesar 42 orang.Jumlah
tersebut peneliti peroleh dari pertimbangan
tertentu yang telah peneliti tentukan
berdasarkan pada sifat populasi yang
terbatas pada waktu yaitu berdasarkan hari
perkiraan lahir.
Teknik sampling adalah merupakan
tehnik pengambilan sampel (Sugiyono,
2007: h.62). Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah metode
purposive
sampling,
yaitu
teknik
pengambilan
sampel
berdasarkan
pertimbangan tertentu yang telah dibuat
oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Riyanto, 2011: h.98). Dalam penelitian ini,
peneliti
mengambil
sampel
dengan
pertimbangan
tertentu
yaitu
memilih
populasi berdasarkan hari perkiraan lahir
setelah bulan Juli 2013 didapatkan jumlah
sampel sebanyak 42 orang.
Variabel dan Definisi Operasional
Penelitian
Analisa dalam penelitian ini adalah
analisa bivariat yaitu analisa yang dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan
atau
berkorelasi
(Notoatmodjo, 2010: h.183). Analisa bivariat
dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara tingkat pengetahuan tentang ASI
eksklusif dengan sikap terhadap pemberian
ASI ekslusif. Secara operasional, variabel
tersebut didefinisikan dan diukur dengan
cara sebagai berikut. Tingkat pengetahuan
ibu tentang asi eksklusif adalah kemampuan
ibu untuk tahu dalam memahami tentang
pengertian ASI eksklusif, komposisi ASI,
kandungan ASI, manfaat ASI, keunggulan
ASI terhadap susu lain, dan dampak
penyapihan ASI usia kurang dari 6 bulan.
Serta sikap ibu hamil terhadap pemberian
ASI eksklusif adalah dengan kemampuan
ibu hamil untuk menanggapi atau merespon
pernyataan yang berkaitan dengan sikap
terhadap pemberian ASI eksklusif. Untuk
mengukur hal tersebut digunakan kuesioner
tentang pengetahuan berisi pertanyaan
pengetahuan ibu hamil tentang ASI
eksklusif dengan jumlah 15 pernyataan
yang terdiri dari 9 pernyataan favorable
(benar) dan 6 pernyataan unfavorable
Hubungan Pengetahuan Tentang Asi Eksklusif Dengan Sikap Terhadap …. (M. Jamil, dkk)
97
ISSN 2356-3087
(salah). Sedangkan untuk mengukur sikap
digunakan kuesioner yang bersifat tertutup
berisi daftar pertanyaan sikap terhadap
pemberian ASI eksklusif dengan jumlah 10
pernyataan terdiri dari 5 pernyataan
favorable (positif) dan 5 pernyataan
unfavorable (negatif)
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian
ini dengan cara menyebarkan kuesioner
kepada
responden.
Kuesioner
yang
disebarkan adalah yang berhubungan
dengan tingkat pengetahuan ibu tentang asi
eksklusif yaitu pengertian ASI eksklusif,
komposisi ASI, kandungan ASI, manfaat
ASI, keunggulan ASI terhadap susu lain,
dan dampak penyapihan ASI usia kurang
dari 6 bulan. Serta kuesioner yang bersifat
tertutup berisi daftar pertanyaan sikap
terhadap pemberian ASI eksklusif.
Metode Analisis Data
Analisa data yang digunakan adalah
chi-square,
karena
variabel
yang
dikorelasikan berbentuk ordinal dan nominal
(kategorikal) (Arikunto, 2006: h.290). Dalam
penelitian ini analisa bivariat menggunakan
uji statistik chi-square dengan komputer
menggunakan program SPSS 16.0.Untuk
interpretasi hasil yang didapat dengan
melihat nilai p-value (nilai signifikansi)
dimana bila p-value< 0,05, maka Ho ditolak,
dan bila p-value> 0,05, maka Ho diterima
(Riwidikdo, 2009: h.39).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pengambilan data dan penelitian
dilakukan pada ibu hamil di Puskesmas
Purwoyoso Kota Semarang oleh peneliti
dengan cara membagikan kuesioner pada
ibu hamil sebanyak 42 orang. Hasil
penelitian disajikan dalam dua tingkatan
analisis
yaitu
univariat
yang
menggambarkan
karakteristik
masingmasing variabel dengan menggunakan
rumus distribusi frekuensi relatif dan
analisis bivariat yang menggambarkan
variabel
berhubungan
atau
tidak
berhubungan dengan menggunakan rumus
chi square.
98
1. Analisis Univariat
Tabel
4.1a Distribusi Frekuensi
Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang ASI Eksklusif
Kriteria
Frekuensi Presentase
(f)
(%)
Baik
35
83,33 %
Cukup
7
16,67 %
Kurang
0
0%
Jumlah
42
100%
Sumber : Data Primer Mei 2013 di
Puskesmas
Purwoyoso
Kota Semarang
Dari tabel 4.1 didapatkan mayoritas
responden mempunyai pengetahuan
yang baik tentang ASI eksklusif yaitu
sebanyak 35 responden (83,33 %).
Berdasarkan penelitian tidak ditemukan
responden dengan pengetahuan kurang,
sehingga peneliti hanya menuliskan kriteria
pengetahuan baik dan cukup pada tabel
distribusi frekuensi.
Tabel
4.1b Distribusi Frekuensi
Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang ASI Eksklusif
Kriteria
Frekuensi Presentase
(f)
(%)
Baik
35
83,33 %
Cukup
7
16,67 %
Jumlah
42
100 %
Sumber : Data Primer Mei 2013 di
Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap
Ibu
Hamil
Terhadap
Pemberian ASI Eksklusif
Kriteria
Frekuensi
(f)
29
13
Presentase
(%)
69,05 %
30,95 %
Setuju
Tidak
Setuju
Jumlah
42
100%
Sumber : Data Primer Mei 2013 di
Puskesmas
Purwoyoso
Kota Semarang
Dari tabel 4.2 sebagian besar
responden mempunyai sikap setuju
terhadap pemberian ASI eksklusif
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:94-102
ISSN 2356-3087
yaitu
sebanyak
(69,05%).
29
responden
2. Analisis Bivariat
Tabel 4.3 Hubungan Pengetahuan
Tentang ASI Eksklusif
Dengan Sikap Terhadap
Pembetian ASI Eksklusif
Pada Ibu Hamil
Sikap
Setuju
Tingkat
Penget
ahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Total
Jml
(n)
26
3
0
Pers
en
(%)
74,3
42,9
0
Tidak
Setuju
Jml Pers
(n)
en
9
(%)
4
25,7
0
57,1
0
29
69,0
13
31,0
Jml
(n)
35
7
0
Pers
en
(%)
100
100
0
42
100
Sumber : Data Primer Mei 2013 di
Puskesmas
Purwoyoso
Kota Semarang
Dari tabel 4.3 diketahui ibu hamil yang
memiliki sikap setuju terhadap pemberian
ASI eksklusif pada proporsi tingkat
pengetahuan baik sebanyak 26 ibu hamil
(74,3 %) yaitu lebih besar daripada ibu
hamil yang memiliki sikap setuju terhadap
pemberian ASI eksklusif pada proporsi
tingkat pengetahuan cukup sebanyak 3 ibu
hamil (42,9 %) dan pada proporsi tingkat
pengetahuan kurang sebanyak 0 ibu hamil
(0 %) . Sedangkan ibu hamil yang memiliki
sikap tidak setuju terhadap pemberian ASI
eksklusif pada proporsi tingkat pengetahuan
baik sebanyak 9 ibu hamil (25,7 %) yaitu
lebih besar daripada ibu hamil yang
memiliki sikap setuju terhadap pemberian
ASI eksklusif pada proporsi tingkat
pengetahuan cukup sebanyak 4 ibu hamil
(57,1 %) dan pada proporsi tingkat
pengetahuan kurang sebanyak 0 ibu hamil
(0 %).Berdasarkan hal tersebut maka sikap
terhadap
pemberian
ASI
eksklusif
cenderung direspon oleh ibu hamil yang
berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif.
Untuk
mengetahui
adanya
hubungan antara pengetahuan tentang ASI
eksklusif dengan sikap terhadap pemberian
ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas
Purwoyoso Kota Semarang digunakan uji
statistik Chi Square.Uji Chi square yang
dilakukan untuk mencari hubungan antara
pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan
sikap terhadap pemberian ASI eksklusif
pada ibu hamil di Puskesmas Purwoyoso
Kota Semarang ini menggunakan analisis
Statistical Product And Service Solution
(SPSS) versi 16.0. Diperoleh hasil
perhitungan uji chi square setelah dilakukan
penggabungan
kategori
karena
nilai
ekspektasi kurang dari 5 yaitu untuk
kategori tingkat pengetahuan kurang
dengan nilai ekspektasi 0 pada kategori
sikap tehadap pemberian ASI eksklusif.
Hasil penggabungan didapatkan p valuedari
uji fisher (uji alternatif karena syarat untuk
menggunakan uji chi square tidak terpenuhi
ada 2 sell pada tabel kurang dari 5) sebesar
0,176 lebih besar dari nilai α = 0,05 (0,176>
0,05), maka dapat diketahui tidak adanya
hubungan pengetahuan tentang ASI
eksklusif dengan sikap terhadap pemberian
ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas
Purwoyoso Kota Semarang.
Pembahasan
1. Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan terdiri dari faktor internal
yaitu pendidikan, pekerjaan dan umur,
dan faktor eksternal yaitu faktor
lingkungan dan sosial budaya (Wawan,
2011: h.16-18).
Berdasarkan penelitian tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang ASI
eksklusif di Puskesmas Purwoyoso
Kota Semarang didapatkan bahwa
mayoritas ibu hamil mempunyai tingkat
pengetahuan yang baik tentang ASI
eksklusif.
2. Sikap
Berdasarkan penelitian sikap ibu
hamil terhadap pemberian ASI eksklusif
di
Puskesmas
Purwoyoso
Kota
Semarang didapatkan bahwa mayoritas
ibu hamil mempunyai sikap setuju
terhadap pemberian ASI eksklusif.
Menurut Azwar, apa yang telah
dan sedang kita alami akan membentuk
dan mempengaruhi penghayatan kita
terhadap stimulus sosial (2012: h.30).
Sebanyak 29 dari 42 ibu hamil memiliki
sikap setuju terhadap pemberian ASI
eksklusif, hal tersebut dikarenakan
Hubungan Pengetahuan Tentang Asi Eksklusif Dengan Sikap Terhadap …. (M. Jamil, dkk)
99
ISSN 2356-3087
pengalaman ibu hamil terkait ASI
memberikan tanggapan positif sebagai
dasar terbentuknya sikap setuju
terhadap pemberian ASI eksklusif.
Pada
umumnya,
individu
cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap
orang yang dianggapnya penting
(Azwar, 2012: h.32). Mayoritas ibu
hamil menganggap tenaga kesehatan
khususnya
bidan
merupakan
seseorang yang dianggap penting dan
dapat dipercayai informasi yang
diberikannya dalam hal ini adalah
tentang ASI eksklusif, sehingga mereka
mengambil sikap setuju terhadap
pemberian ASI eksklusif.
3. Hubungan Pengetahuan Tentang ASI
Eksklusif Dengan Sikap Terhadap
Pemberian
ASI
Eksklusif
Pada
IbuHamil
Berdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan bahwa tidak ada hubungan
antara pengetahuan tentang ASI
eksklusif dengan sikap terhadap
pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil
di
Puskesmas
Purwoyoso
kota
Semarang.
Menurut Walgito sikap mengandung
tiga komponen yang membentuk sikap
yaitu Komponen kognitif (pengetahuan,
pandangan,
dan
keyakinan),
Komponen
afektif
(komponen
emosional), dan Komponen konatif
(komponen perilaku, atau action
component) (2003: h.127). Ketiga
komponen ini secara bersama-sama
membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang
utuh
ini,
pengetahuan,
pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang
peranan penting (Notoatmodjo, 2012:
h.141).
Melalui komponen kognitifnya, yaitu
dengan cara memberi pengetahuan,
pendapat, sikap, ataupun hal-hal lain,
sehingga dengan materi tersebut akan
berubahlah komponen kognitifnya, dan
ini akan mengubah komponen afektif,
dan pada akhirnya sikap akan berubah.
Melalui
komponen
afektif
ialah
memberikan hal-hal yang mengenai
perasaan atau emosi, sehingga dengan
berubahnya perasaan, akan berubah
pula segi kognitifnya, yang pada
100
akhirnya akan berubah pula sikapnya
(Walgito, 2003: h.139).
Hal tersebut disebabkan oleh faktor
emosional atau psikologis, responden
yang memiliki kognitif (pengetahuan)
baik dapat berubah sikapnya (tidak
sesuai dengan kognitifnya) karena
perubahan emosional dari sugesti yang
diterima dilingkungan yaitu yang berupa
budaya setempat yang cenderung
untuk memberikan tambahan makanan
selain ASI pada bayi sebelum umur 6
bulan. Hal ini biasanya dilakukan oleh
orang-orang yang dianggap penting,
sehingga responden akan cenderung
mengikuti apa yang diberikan untuk
menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut. Faktor lain
yaitu kecenderungan responden untuk
bertindak terhadap objek sikap dalam
hal ini terhadap pemberian ASI
eksklusif, meliputi pengetahuan tentang
ASI eksklusif responden baik, tetapi ia
merasa kesulitan untuk memberikan
ASI secara eksklusif karena situasi dan
kondisi yang tidak mendukung seperti
kondisi
yang
nantinya
mengaharuskanya
bekerja
setelah
melahirkan dan terpisah dengan bayi
dalam waktu yang lama, serta situasi
dan kondisi tempat ia bekerja tidak
mendukung.
Konsistensi antara kepercayaan
(pengetahuan)
sebagai
komponen
kognitif, perasaan sebagai komponen
afektif, dengan tendensi perilaku
sebagai komponen konatif seperti itulah
yang menjadi landasan dalam usaha
penyimpulan sikap yang tercemin oleh
jawaban terhadap skala sikap (Azwar,
2012: h.27).
Dengan kata lain pengetahuan
merupakan
komponen
pembentuk
sikap akan tetapi bukan satu-satunya
komponen pembentuk sikap. Jadi,
untuk menghasilkan suatu sikap yang
utuh diperlukan juga komponen lain
yaitu
komponen
emosional
dan
komponen perilaku.
Hal ini mencerminkan bahwa
seseorang
yang
memiliki
dasar
pengetahuan terhadap suatu hal, dalam
hal ini adalah pengetahuan tentang ASI
eksklusif tidak selalu memiliki sikap
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:94-102
ISSN 2356-3087
yang
sesuai
pengetahuannya.
dengan
tingkat
Direktorat Bina Gizi. 2012. Kinerja Kegiatan
Pembinaan Gizi Tahun 2011.
Jakarta: KeMenKes RI.
SIMPULAN DAN SARAN
DKK Semarang. 2010. Profil Kesehatan
2010. Semarang: DinKes.
Simpulan
1. Sebagian besar ibu hamil mempunyai
tingkat pengetahuan yang baik tentang
ASI eksklusif.
2. Sebagian besar ibu hamil mempunyai
sikap setuju terhadap pemberian ASI
eksklusif.
3. Tidak ada hubungan antara pengetahuan
tentang ASI eksklusif dengan sikap
terhadap pemberian ASI eksklusif pada
ibu hamil di Puskesmas Purwoyoso Kota
Semarang.
Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan para petugas kesehatan
khususnya bidan untuk meningkatkan
pemberian informasi kesehatan melalui
komunikasi, informasi, dan edukasi
(KIE)
secara
benar
dan
berkesinambungan
tentang
ASI
eksklusif
denganmemberikan
penyuluhan, terutama pemberian ASI
secara eksklusif yang berguna untuk
tumbuh kembang bayi.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat khususnya ibu
hamil untuk lebih mempersiapkan
segala hal yang diperlukan untuk
nantinya dapat memberikan ASI secara
eksklusif,
tidak
hanya
dengan
meningkatkan pengetahuan tentang
ASI
eksklusif
saja tetapi
juga
mempersiapkan fisik dan mental.
Selain
itu,
seluruh
komponen
masyarakat diharapkan juga ikut
mendukung pemberian ASI eksklusif.
3. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan peneliti selanjutnya untuk
dapat mengembangkan penelitian lebih
lanjut dengan menambahkan variabel
lain dalam penelitian tentang ASI
eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar. 2012. Sikap Manusia. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
___________. 2011. Profil Kesehatan 2011.
Semarang: DinKes.
Fithananti, Ninda. 2013. “Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Kinerja
Bidan Puskesmas dalam Pelaksanaan
Program ASI Eksklusif di Kota
Semarang”
dalam jurnal Kesehtan
Masyarakat,
Vol.2,
No.1.
2013.
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jk
m, diakses 15 Juli 2013.
Hidayat,
A. 2009. Metode penelitian
kebidanan & Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba medika.
Karin, cadwell dan cindy. 2011. Manajemen
Laktasi. (Terj.) dwi widiarti dan
anastasia. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Kristiyansari, Weni. 2009. ASI, Menyusui &
SADARI. Yogyakarta: NUHA
MEDIKA.
MenKes RI. 2012. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia. Jakarta:
MenKes RI.
Mubarak, W. 2007.Promosi Kesehatan
Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mengajar Dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi
Kesehatan
Dan
Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
__________. 2010. Metodelogi penelitian
Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Citra.
Nugroho,Taufan. 2011. ASI dan Tumor
Payudara. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Hubungan Pengetahuan Tentang Asi Eksklusif Dengan Sikap Terhadap …. (M. Jamil, dkk)
101
ISSN 2356-3087
Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan
Metode penelitian Ilmu
Kebidanan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
__________. 2011. Konsep dan Penerapan
Metodelogi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
medika.
Prasetyawati, Arsita Eka. 2012. Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) Dalam
Millenium Development Goals
(MDGs).
Yogyakarta:
Nuha
Medika.
Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati.
2010. Kapita Selekta ASI &
menyusui. Yogyakarta: NUHA
MEDIKA.
Riyanto, Agus. 2010. Pengolahan Dan
Analisis
Data
Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
__________. 2011. Aplikasi Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Riwidikdo, Handoko. 2009. Statistik untuk
Penelitian kesehatan dengan
Aplikasi Program R dan SPSS.
Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Suradi, Rulina dan kristina (Ed.). 2004.
Manajemen Laktasi. Jakarta:
PERINASIA.
Suradi, Rulina dkk. 2010. Indonesia
menyusui. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Suyanto. 2011. Metodelogi dan Aplikasi
Penelitian
Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial.
Yogyakarta: ANDI.
Wawan, A. 2011. Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta:
Nuha
Medika
102
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:94-102
ISSN 2356-3087
HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL BERDASARKAN LILA
DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI BPM
NY. ROHSIYATI DESA CANDIGARON KECAMATAN
SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG
Oleh
O .Cahyaningsih1 ,M. Kusumastuty dan U.Hasanah2
1
2
Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
ABSTRAK
Kematian perinatal pada bayi yang bermasalah dengan berat badan (BBLR)
adalah 8 kali lebih besar dari bayi normal, gizi yang baik pada ibu hamil mempunyai
andil yang cukup besar pada pembentukan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia),
karena kekurangan gizi berdampak negatif pada kesehatan dan dapat menghambat
kualitas SDM seperti yang diharapkan. Bila kekurangan gizi terjadi pada ibu hamil maka
akan berakibat buruk baik bagi ibu itu sendiri, terhadap persalinan maupun terhadap
janin dan anak yang dilahirkannya ( Paath, 2005: h.165-166).
Sampel pada penelitian ini adalalah ibu hamil di Desa Candigaron Kecamatan
Sumowono
Kabupaten Semarang yang berjumlah sebesar 55 sampel. Dalam
melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian survey analitik
dilakukan untuk melihat hubungan antara status gizi ibu hamil berdasarkan LILA dengan
berat badan bayi baru lahir, pendekatan retrospektif.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Analisis Statistical Product
and Service Solution (SPSS) versi 16.0,diperoleh hasil didapatkan p value pada
continuity correction sebesar 0.000 lebih kecil dari α =0,05 (0,000 < 0,05), maka Ha
diterima dan Ho ditolak sehingga dapat diketahui adanya hubungan antara status gizi
ibu hamil berdasarkan LILA dengan berat badan bayi baru lahir di Desa Candigaron
kec. Sumowono Kab. Semarang tahun 2012.
Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Lila Dengan Berat Badan …. (O .Cahyaningsih, dkk)
103
ISSN 2356-3087
PENDAHULUAN
Masa kehamilan merupakan periode
yang sangat penting bagi pembentukan
kualitas sumber daya manusia dimasa yang
akan datang, karena tumbuh kembang anak
akan sangat ditentukan oleh kondisi pada
saat janin dalam kandungan ( Huliana
dalam paath,2005: h.54). Selanjutnya berat
lahir yang normal menjadi titik awal yang
baik bagi proses tumbuh kembang pasca
lahir, serta menjadi petunjuk bagi kualitas
hidup selanjutnya, karena berat lahir yang
normal dapat menurunkan risiko menderita
penyakit degeneratif pada usia dewasa.
Bayi dengan berat lahir yang rendah
mempunyai masalah jangka panjang yaitu
gangguan
perkembangan
dan
pertumbuhan,
gangguan
bicara
dan
komunikasi, gangguan neurologi dan
kognisi (kognisi abnormal atau IQ rendah),
penyakit paru kronis, gangguan penglihatan
(retinopati)
dan
pendengaran,
cacat
bawaan lebih sering diderita BBLR (Bayi
Berat lahir Rendah) daripada bayi lahir
hidup lainnya. (proverawati, 2010: h. 23-25).
Gizi yang baik mempunyai andil
yang cukup besar pada pembentukan
kualitas SDM (Sumber Daya Manusia),
karena kekurangan gizi berdampak negatif
pada kesehatan dan dapat menghambat
kualitas SDM seperti yang diharapkan. Bila
kekurangan gizi terjadi pada ibu hamil maka
akan berakibat buruk baik bagi ibu itu
sendiri, terhadap persalinan maupun
terhadap janin dan anak yang dilahirkannya
( Paath, 2005: h.165-166).
Menurut Penelitian Edwi Saraswati
dalam Waryana (2010 : h.57) menunjukan
bahwa status gizi
pada ambang
pengukuran
LILA
23,5
cm
belum
merupakan resiko pada berat badan bayi
yang dilahirkan (berat lahir rendah) walupun
resiko relatifnya cukup tinggi. Sedangkan
ibu hamil dengan KEK pada batas LILA 23
cm mempunyai resiko 2,0087 kali untuk
melahirkan berat lahir rendah dibandingkan
ibu yang mempunyai LILA lebih dari 23 cm,
LILA diukur untuk mengetahui tebal lemak
dalam kulit, jika ukuran ini rendah atau kecil
menunjukan keadaan gizi kurang akibat
kekurangan energi dan protein yang diderita
pada waktu pengukuran dilakukan. Di
indonesia pada tahun 2011 terdapat
5.060.637 ibu hamil dan masih terdapat
104
6,57% (332.483 ibu hamil) yang beresiko
resiko KEK (kemenkes RI, 2012), pada
tahun 2012 di Kabupaten Semarang
terdapat 9,.75% (1.526 ibu hamil) ibu hamil
yang KEK dari 15.649 ibu hamil dan di
Sumowono 7,19% ibu hamil yang KEK dari
542 ibu hamil (37 ibu hamil) ( Dinas
Kesehatan Kabupaten Semarang tahun
2012)
Dari data kunjungan ANC dan Data
persalinan
pada tahun 2011 di Desa
Candigaron jumlah ibu hamil adalah 117 ibu
hamil dengan KEK pada ibu hamil adalah
33 ibu hamil (28,2%) dan terdapat 12 bayi
dengan berat badan rendah
(10,25%).
Sedangkan pada tahun 2012 hingga bulan
januari tahun 2013 di peroleh di BPS Ny.
Rohsiyati Desa Candigaron terdapat 121
ibu hamil, terdapat 42 (34,7%) ibu hamil
yang mempunyai LILA < 23,5 cm, dan
terdapat berat badan bayi rendah sejumlah
21 bayi (17,35%) (data sekunder bidan desa
candigaron, kec. Sumowono, kab.Smg).
Pada bayi yang mempunyai berat
badan rendah banyak sekali resiko terjadi
permasalahan pada sistem tubuh, oleh
karena kondisi tubuh yang tidak stabil.
Kematian perinatal pada bayi BBLR adalah
8 kali lebih besar dari bayi normal.
Prognosis akan lebih buruk bila berat badan
semakin
rendah,
kematian
sering
disebabkan karena komplikasi neonatal
seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia,
perdarahan intrakranial, hipoglikemia. Bila
hidup akan dijumpai kerusakan saraf,
gangguan bicara, tingkat kecerdasan
rendah. Prognosis ini juga tergantung dari
keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang
tua dan perawatan pada saat kehamilan,
persalinan dan postnatal. Pengaturan suhu
lingkungan,
resusitasi,
makanan,
pencegahan infeksi, mengatasi pernafasan,
asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia,
dan lain-lain (Proverawati dan Cahyo, 2010:
h. 9).
Perumusan Masalah
Manfaat pemenuhan kebutuhan gizi
ibu hamil adalah untuk menghindari
masalah saat hamil, mendapatkan bayi
yang sehat dan memperlancar ASI. Ibu
hamil yang kurang gizi juga akan
menyebabkan masalah yang berkaitan
dengan berat badan bayi yang dilahirkan
dan akan mempunyai risiko untuk
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:103-111
ISSN 2356-3087
mengalami masalah psikis dan fisik pada
jangka panjang dan mengalami gangguan
metabolik, imunitas serta pernapasan pada
bayi. Kematian perinatal pada bayi yang
bermasalah dengan berat badan (BBLR)
adalah 8 kali lebih besar dari bayi normal
dan pada kenyataanya di desa candigaron
tahun
2012januari
2013
angka
kekurangan energi kronik pada ibu hamil
masih tinggi yaitu dari 121 (100%) ibu
hamil, terdapat 42 (34,7%) ibu hamil yang
mempunyai LILA < 23,5 cm dan terdapat 21
berat badan bayi rendah (17,35%). ibu
hamil harus senantiasa memperhatikan
asupan nutrisinya untuk mengantisipasi
bayi yang dilahirkan mengalami masalah
pada berat badannya (berat lahir rendah)
sehingga
berakibat
kematian
akibat
komplikasi tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas
maka perumusan masalah yang diteliti
adalah: “Apakah ada hubungan status gizi
pada ibu hamil dengan berat badan bayi
baru lahir di BPM Ny. Rohsiyati Desa
Candigaron Kab. Semarang tahun 2012?”
Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan status gizi
pada ibu hamil berdasarkan LILA dengan
berat badan bayi baru lahir di BPM Ny.
Rohsiyati Desa Candigaron Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang tahun
2012.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi status
gizi ibu hamil berdasarkan LILA di BPM
Ny.Rohsiyati Desa Candigaron Kec.
Sumowono Kab. Semarang tahun 2012.
b. Mengetahui gambaran berat badan bayi
baru lahir di BPM Ny.Rohsiyati Desa
Candigaron Kec. Sumowono Kab.
Semarang tahun 2012.
c. Menganalisa hubungan antara status gizi
ibu hamil berdasarkan LILA dengan
berat badan bayi baru lahir di BPM
Ny.Rohsiyati Desa Candigaron Kec.
Sumowono Kab. Semarang tahun 2012.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian pada penelitian ini
menggunakan metode survey yaitu suatu
penelitian yang dilakukan tanpa melakukan
intervensi terhadap subyek penelitian
(masyarakat), sehingga sering disebut
penelitian noneksperimen, dan analitik
adalah untuk melihat hubungan antara
gejala satu dengan gejala yang lain untuk
variabel satu dengan variabel lainnya
dengan cara mengidentifikasi variabel yang
ada pada suatu obyek, setelah itu juga
mengidentifikasi variabel yang lain yang ada
pada obyek yang sama dan dilihat apakah
ada hubungan antara kedua variabel
tersebut. Pendekatan retrospektif adalah
penelitian
yang
berusaha
melihat
kebelakang (backward looking), artinya
pengumpulan data dimulai dari efek atau
akibat yang telah terjadi, kemudian dari efek
tersebut ditelusuri kebelakang tentang
penyebabnya atau variabel- variabel yang
mempengaruhi
akibat
tersebut
(Notoatmodjo, 2010; hal.27).
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti
menggunakan metode penelitian survey
analitik dilakukan untuk melihat hubungan
antara status gizi ibu hamil berdasarkan
LILA dengan berat badan bayi baru lahir,
pendekatan retrospektif, pada penelitian ini
peneliti mengumpulkan data efek terlebih
dahulu yaitu semua berat badan bayi baru
lahir kemudian peneliti mencari data
penyebab yaitu status gizi ibu hamil
berdasarkan LILA.
Populasi,Sampel dan Sampling
a. Populasi
Populasi
merupakan
wilayah
generalisasi
yang
terdiri
atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan
karakteristik
tertentu
yang
ditetapkan oleh peneilti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono dalam Nasir dkk, 2011:
hal.187). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu hamil di BPS Ny.
Rohsiyati desa Candigaron Kabupaten
Semarang pada bulan Januari 2012–
januari 2013 sejumlah 121 ibu hamil.
b. Sampel
Sugiono (2009) mengatakan sampel
merupakan bagian populasi yang
diambil dengan cara tertentu, dimana
pengukuran dilakukan (Nasir dkk,
2011:hal.190).
Besarnya sampel dalam penelitian ini
dihitung menggunakan rumus solvin
berikut :
Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Lila Dengan Berat Badan …. (O .Cahyaningsih, dkk)
105
ISSN 2356-3087
n=
Jadi anggota populasi yang menjadi
sampel adalah setiap elemen (nama
orang)
yang
mempunyai
nomor
kelipatan 2.
N
1 + N (e2 )
(Nasir dkk, 2011: hal.196).
Sampel pada penelitian ini adalah:
n=
c.
121
1 + 121(0,12 )
n = 54, 75 dibulatkan menjadi 55
Keterangan :
N
:
Besar populasi
n
:
Besar sampel
e
:
Kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang ditolerir
sebesar 10 % atau 0,1
Dari jumlah populasi 121 ibu hamil,
maka didapatkan jumlah sampel
sebesar 55 sampel.
Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyelidiki
porsi dari populasi untuk dapat memiliki
populasi. Teknik sampling adalah caracara
yang
ditempuh
dalam
pengambilan sampel agar memperoleh
sampel yang benar-benar sesuai
dengan keseluruan obyek penelitian
(Nursalam, 2010; hal.203).
Penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampel dengan cara
Systematic
Random
Sampling
(pengambilan sampel secara acak
sistematis), caranya adalah membagi
jumlah atau anggota populasi dengan
perkiraan
jumlah
sampel
yang
diinginkan, hasilnya adalah interval
sampel. Sampel diambil dengan
membuat daftar elemen atau anggota
populasi secara acak antara 1 sampai
dengan banyaknya anggota populasi.
Kemudian membagi dengan jumlah
sampel yang diinginkan, hasilnya
sebagai interval adalah X, maka yang
terkena sampel adalah setiap kelipatan
dari X tersebut. (Notoatmodjo,2010: hal
121). Pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah
:
N (jumlah populasi)
:121
bumil
(no. 1,2,3,…..121)
N (sampel)
:
yang
diinginkan 55
I (interval)
: 121:55= 2,2
dibulatkan menjadi 2.
106
Variabel dan Definisi Operasional
Penelitian
Tabel 1 Definisi Operasional
Variabel
Definisi
operasional
a.
Status
gizi
pada
ibu
hamil
berdasa
rkan
LILA
Keadaan tubuh
sebagai akibat
konsumsi
makanan dan
penggunaan
zat-zat gizi
yang di ukur
dengan Lingkar
Lengan Atas
(LILA)
b.
Berat
badan
bayi
baru
lahir
Berat badan
bayi baru tanpa
memandang
masa gestasi
dengan
penimbangan
setelah bayi
baru saja lahir
Alat ukur
Formulir yang
berisi nama
inisial ibu dan
ukuran
lingkar
lengan atas
Formulir yang
berisi nama
inisial ibu,
berat lahir
bayi
Kategori dan
parameter
Kategori :
Status Gizi
Kurang
Beresiko KEK
bila LILA
<23,5 cm =0
Skala
penguk
uran
Ordinal
kategori:
Ordinal
Status Gizi
tidak kurang
Tidak beresiko
KEK bila LILA
> 23,5cm = 1
BBLR bila
berat badan
bayi < 2500
gram = 0
BBLN bila
berat badan
bayi>2500
gram = 1
Metode Pengumpulan Data
Merupakan
cara
peneliti
untuk
mengumpulkan data dalam penelitian,
sebelum pengumpulan data, perlu dilihat
alat ukur pengumpulan data agar dapat
memperkuat hasil penelitian (Hidayat, 2009;
h.86). Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder, data
sekunder adalah pengumpulan data yang
diperoleh dari orang lain atau tempat lain
dan bukan dilakukan oleh peneliti dari
subyek penelitiannya. Data sekunder
diperoleh dengan pencatatan secara
manual menggunakan instrumen atau alat
yaitu formulir yang berbentuk tabel yang
telah berisi tentang nama pasien, umur,
tinggi badan, berat badan, ukuran lingkar
lengan atas, dan berat badan bayi baru
lahir. Data diambil dari catatan antenatal
care dan data persalinan yang ada di BPM
bidan.
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:103-111
ISSN 2356-3087
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang
akan digunakan untuk pengumpulan data.
Instrumen penelitian ini dapat berupa
kuesioner (daftar pertanyaan), formulir
observasi, formulir-formulir lain yang
berkaitan dengan pencatatan data dan
sebagainya
(Notoatmodjo,2010;
h.87)
Instrumen penelitian yang digunakan dalam
penlitian ini adalah dengan mengambil data
dari kunjungan Antenatal Care berupa
kohort ibu hamil dan Data persalinan di
BPS menggunakan formulir pencatatan.
Metode Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap
tiap variabel dari hasil penelitian.
Analisis ini menggambarkan tiap-tiap
variabel (variabel dependen dan
independen) dengan menggunakan
menggunakan rumus :
Keterangan:
X = hasil prosentase
f = frekuensi hasil pencapaian
= total seluruh observasi
(Budiarto, 2010 : h.37)
Analisis Univariat bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian.
Untuk variabel status gizi ibu hamil
dikategorikan menjadi 2 yaitu status
gizi ibu hamil dikatakan baik jika
LILAnya >23,5 cm yang artinya tidak
resiko kurang energi kronik dan jika
LILA ibu <23,5 cm berarti status gizi ibu
hamil tersebut masih kurang yang
artinya
kurang
energi
kronik.
Sedangkan variabel berat badan bayi
baru lahir dikategorikan menjadi 2 yaitu
dikatakan bayi berat lahir rendah jika
hasil penimbangan bayi < 2500 gr dan
bayi berat lahir normal jika
hasil
penimbangan bayi ≥ 2500 gr.
b. Analisis Bivariat
Analisis
bivariat
dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi, analisis
yang digunakan adalah uji chi square
untuk menentukan hubungan dua
gejala yang semuanya nominal atau
jenjang (Notoatmodjo, 2010: hal.183).
Proses pengolahan data dan
anlisis data dalam penelitian ini
dilakukan dengan bantuan computer
program SPSS 16 for windows yang
menampilkan pearson chy square ( ),
untuk perbandingan keputusan statistik
nilai
dengan nilai alpha (
= 0,01)
dengan hasil perhitungannya adalah:
Nilai
nilai
maka ho ditolak dan
ha diterima, artinya ada hubungan
antara status gizi ibu hamil berdasarkan
LILA dengan bayi berat lahir rendah.
Nilai
nilai maka ho diterima
dan ha ditolak, artinya tidak ada
hubungan antara status gizi ibu
hamil berdasarkan LILA dengan
bayi berat lahir rendah.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
a. Analisis Univariat
1) Distribusi frekuensi status gizi ibu
hamil berdasarkan LILA
Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan
kategori status gizi pada ibu hamil
berdasarkan LILA
Status Gizi
Prosentase
No. Berdasarkan Frekuensi
(%)
LILA
Bukan
Resiko KEK
28
50,91
Resiko KEK
27
49,09
Jumlah
55
100
Dari tabel 2 di atas dapat diketahui
bahwa sebagian besar ibu hamil
mempunyai status gizi berdasarkan
LILA tidak beresiko KEK yaitu 28
responden (50,91%) dibanding ibu
hamil yang mempunyai status gizi
berdasarkan LILA beresiko KEK.
2) Disrtribusi frekuensi Berat
Bayi Baru Lahir
Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Lila Dengan Berat Badan …. (O .Cahyaningsih, dkk)
Badan
107
ISSN 2356-3087
Analisis Statistical Product and
Service Solution (SPSS) versi
16.0,diperoleh hasil didapatkan p
value pada continuity correction
sebesar 0.000 lebih kecil dari α =0,05
(0,000 < 0,05), maka Ha diterima
dan Ho ditolak sehingga dapat
diketahui adanya hubungan antara
status gizi ibu hamil berdasarkan
LILA dengan berat badan bayi baru
lahir di Desa Candigaron kec.
Sumowono Kab. Semarang tahun
2012
Tabel 3 Distribusi frekuensi kategori bayi
berat lahir rendah
Berat
bayi lahir
No.
Frekuensi
Bayi berat
lahir
42
normal
Bayi berat
lahir
13
rendah
Jumlah
Presentasi
(%)
76,4
23,6
55
100
Dari tabel 3 di atas dapat diketahui
bahwa sebagian besar adalah BBLN
sebanyak
42
kasus
(76,4%)
dbanding BBLR.
b. Analisis Bivariat
Tabel 4 Tabel Silang Status gizi ibu hamil
berdasarkan LILA dengan berat
badan bayi baru lahir
Status Gizi
Ibu Hamil
Berdasarkan LILA
Berat Badan Bayi Baru
Lahir
BBLR
BBLN
Total
Jml Persen Jml Persen Jml Persen
(n)
(%)
(n)
(%)
(n)
(%)
Resiko
KEK
Bukan
Resiko
KEK
Jumble
12 44,4% 15 55,6% 27
100%
1
27 96,4% 28
100%
13 23,6% 42 76,4% 55
100%
3,6%
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa
bayi yang lahir dengan kondisi BBLR
sebagian besar dilahirkan oleh ibu
dengan resiko KEK yaitu sebesar 12
bayi (44,4%) dibandingkan yang lahir
dari ibu hamil yang tidak beresiko
KEK yaitu sebesar 1 bayi (3,6%).
Bayi yang lahir dengan kondisi BBLN
sebagian besar dilahirkan oleh ibu
yang tidak beresiko KEK yaitu
sebesar
27
bayi
(96,4%)
dibandingkan yang lahir dari ibu yang
beresiko KEK yaitu sebesar 15 bayi
(55,6%).
108
Pembahasan
1.
Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Lila
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa sebagian besar ibu hamil bukan
resiko KEK di BPS Ny Rohsiyati Desa
Candigaron Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang tahun 2013 yaitu
28 ibu hamil (50,91%) sedangkan ibu
hamil yang resiko KEK yaitu 27 ibu
hamil (49,09%).
Status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan
zat-zat
gizi
(Almatsier,2009: h.3). Masa kehamilan
merupakan periode yang sangat
penting bagi pembentukan kualitas
sumber daya manusia dimasa yang
akan datang, karena tumbuh kembang
anak akan sangat ditentukan oleh
kondisi pada saat janin dalam
kandungan (Huliana dalam paath,
2005; h. 54). Status gizi ibu hamil
sangat dipengaruhi oleh asupan
makanan
pada saat kehamilan,
kurangnya asupan konsumsi dapat
mempengaruhi
keadaan
perkembangan janin yang dikandung
sehingga
dapat
berakibat
buruk
terhadap status gizinya (Arisman,2009:
h.8). Bila kekurangan gizi terjadi pada
ibu hamil maka akan berakibat buruk
baik bagi ibu itu sendiri, terhadap
persalinan maupun terhadap janin dan
anak yang dilahirkannya ( Paath, 2005:
h.165-166). Penilaian status gizi pada
ibu hamil biasanya menggunakan
lingkar lengan atas (LILA), karena LILA
merupakan salah satu pilihan untuk
penentuan status gizi ibu hamil, karena
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:103-111
ISSN 2356-3087
mudah
dilakukan
dan
tidak
memerlukan
alat-alat
yang
sulit
diperoleh dengan harga yang lebih
murah.
Pengukuran
LILA
pada
kelompok WUS baik ibu hamil maupun
calon ibu merupakan salah satu cara
deteksi dini yang mudah dan dapat
dilaksanakan oleh masyarakat awam,
untuk mengetahui kelompok beresiko
KEK (Kekurangan Rnergi Kronik). KEK
merupakan keadaan dimana ibu
penderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan
pada
ibu,
tujuan
pengukuran LILA adalah mencakup
masalah WUS baik ibu hamil maupun
calon ibu dan masyarakat umum salah
satunya adalah untuk mengetahui
resiko KEK pada WUS, baik ibu hamil
maupun calon ibu (Supariasa,2002; h.
48-49). Menurut Waryana, di Indonesia
batas ambang LILA dengan resiko KEK
adalah 23,5 cm hal ini berarti ibu hamil
dengan resiko KEK diperkirakan akan
melahirkan BBLR (Waryana, 2010;
153).
Masalah gizi pada hakekatnya
adalah masalah perilaku.
Untuk
mengkoreksi masalah gizi dapat
dilakukan dengan pendekatan melalui
pemberian informasi tentang perilaku
gizi yang baik dan benar. Pada
keluarga
dengan
tingkat
sosial
ekonominya rendah atau sering disebut
orang keluarga miskin, umumnya
sering
menghadapi
masalah
kekurangan gizi yang disebut gizi
kurang (Aziz,2011; h.60-61).
Desa
Candigaron
adalah
masyarakat
pedesaan
yang
kebanyakan adalah masyarakat kurang
mampu yang hanya sebagian kecil dari
masyarakat
yang
memperhatikan
asupan gizi ibu hamil. Asupan zat gizi
ibu hamil dari masyarakat kurang
mampu khususnya menurun secara
signifikan dan menjadikan mereka
Kurang Energi Kronik (KEK) yang
didefinisikan dengan Lingkar Lengan
Atas (LILA) < 23,5 cm.
Pada penelitian ini ibu hamil yang
bukan resiko KEK lebih banyak
dibanding ibu hamil yang resiko KEK
karena Bidan Desa Candigaron selalu
melakukan penyuluhan pada kelas ibu
hamil yang selalu berjalan setiap bulan,
dan penyuluhan pada pertemuan kader
mengenai pentingnya gizi seimbang
ibu hamil serta konseling mengenai gizi
ibu hamil yang akan berdampak buruk
pada ibu sendiri maupun bayinya kelak
serta menghimbau kepada ibu hamil
untuk selalu periksa hamil sehinnga ibu
hamil mengetahui pentingnya asupan
gizi pada ibu hamil dan mau menerima
serta menerapkan penyuluhan dan
konseling dari bidan sehingga ibu hamil
yang resiko KEK lebih sedikit dibanding
ibu yang bukan resiko KEK.
2.
Berat badan bayi baru lahir
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa sebagian besar adalah Bayi
Berat Lahir Normal (BBLN) sebanyak
42 kasus (76,4%) dan BBLR adalah 13
kasus (23,6%).
Penyebab terjadinya bayi berat
lahir rendah bersifat multifaktorial yaitu
faktor ibu, faktor janin, faktor plasenta,
dan faktor lingkungan (Pantiawati,2010:
h.4-5). Berat badan bayi baru lahir
normalnya adalah 2500-4000 gram
(Kristiana dalam Nanny, 2011: h.1)
Masalah yang sering terjadi pada
BBLR adalah bayi yang lahir dengan
berat lahir rendah umumnya akan
mengalami kehidupan dan masa depan
kurang baik, BBLR mempunyai resiko
lebih tinggi untuk meninggal dalam lima
tahun pertama kehidupan, dan mereka
yang dapat bertahan hidup dalam lima
tahun pertama akan mempunyai resiko
lebih tinggi untuk mengalami hambatan
dalam kehidupan jangka panjangnya
(Aziz,2011; h.62).
Pada penelitian ini jumlah BBLN
lebih banyak dibanding BBLR karena
Bidan
Desa
Candigaron
selalu
melakukan
penyuluhan
ataupun
konseling mengenai pentingnya gizi ibu
hamil untuk menghindari bayi dilahirkan
dengan berat lahir rendah dan bidan
desa juga selalu memberikan PMT
(Pemberian Makanan Tambahan )
untuk ibu hamil yang resiko KEK
sehingga jumlah ibu hamil yang
melahirkan BBLR menjadi lebih sedikit
(Wawancara Bidan Desa Candigaron,
2013).
Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Lila Dengan Berat Badan …. (O .Cahyaningsih, dkk)
109
ISSN 2356-3087
3.
Hubungan Status Gizi ibu hamil
Berdasarkan LILA dengan Berat Badan
Bayi Baru Lahir.
Hasil pengolahan data dapat
diketahui bahwa dari 27 ibu hamil yang
resiko KEK ada 12 bayi (44,4%) yang
dilahirkan dengan BBLR. Sedangkan
dari 28 ibu hamil yang bukan resiko
KEK hanya ada 1 bayi (3,6%) yang
dilahirkan dengan BBLR.Jumlah bayi
yang dilahirkan dengan berat lahir
rendah oleh ibu yang bukan resiko KEK
lebih kecil daripada bayi yang
dilahirkan dengan berat lahir rendah
oleh ibu yang resiko KEK. Jadi ibu
hamil yang resiko KEK cenderung akan
melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah
dibanding dengan ibu hamil yang
bukan resiko KEK.
Keadaan gizi ibu sebelum dan
selama hamil mempengaruhi status
gizi. Pertumbuhan dan perkembangan
janin sangat dipengaruhi oleh asupan
gizi ibu, karena kebutuhan gizi janin
berasal dari ibu. Berbagai resiko dapat
terjadi pada ibu jika ibu mengalami
kurang
gizi
diantaranya
adalah
perdarahan, abortus, bayi lahir mati,
bayi lahir dengan berat lahir rendah,
kelainan kongenital, retardasi mental,
dan lain sebagainya (Sulistyoningsih,
2012; hal. 108). pengukuran LILA
adalah mencakup masalah WUS baik
ibu hamil maupun calon ibu dan
masyarakat umum salah satunya
adalah untuk mengetahui resiko KEK
pada WUS, baik ibu hamil maupun
calon ibu (Supariasa,2002; h. 48-49).
Menurut Waryana, di Indonesia batas
ambang LILA dengan resiko KEK
adalah 23,5 cm hal ini berarti ibu hamil
dengan resiko KEK diperkirakan akan
melahirkan BBLR (Waryana, 2010;
153).
Berdasarkan hasil penelitian Uji
Chi Square didapatkan nilai p = 0.001<
0,05, maka Ho ditolak ,artinya ada
hubungan yang signifikan antara status
gizi ibu hamil berdasarkan LILA dengan
kejadian BBLR di BPS Ny, Rohsiyati
Desa
Candigaron
Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang. Hal
tersebut diperkuat oleh teori Atikah
Proverawati dan Weni Kristianingsih
(2010), bahwa ibu hamil yang
110
mengalami Kurang Energi Kronik
dengan LILA < 23,5 cm mempunyai
resiko lebih besar untuk melahirkan
Bayi Berat Lahir Rendah dibandingkan
ibu hamil yang normal.
Dari hasil penelitian yang didapat,
dapat disimpulkan bahwa status gizi ibu
hamil berpengaruh dengan kejadian
BBLR di BPS Ny, Rohsiyati Desa
Candigaron Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang. Penelitian ini
tidak ada kesenjangan antara teori
dengan hasil hasil penelitian yang telah
penulis lakukan yaitu status gizi ibu
hamil berdasarkan LILA dengan
kejadian Bayi Berat Lahir Rendah.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang
hubungan status gizi ibu hamil berdasarkan
LILA dengan bayi berat lahir rendah di BPS
Ny. Rohsiyati Desa Candigaron Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang, diambil
Kesimpulan sebagai berikut: :
1. Status gizi ibu hamil berdasarkan LILA di
BPS Ny.Rohsiyati Desa Candigaron
Kecamatan
Sumowono
Kabupaten
Semarang tahun 2012 sebagian besar
tidak mengalami resiko KEK.
2. Berat badan bayi baru lahir di BPS Ny,
Rohsiyati Desa Candigaron Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang tahun
2012 sebagian besar tidak mengalami
berat lahir rendah.
3. Ada hubungan antara status gizi ibu
hamil berdasarkan LILA dengan berat
badan bayi baru lahir di BPS Ny.
Rohsiyati Desa Candigaron Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semrang tahun
2012.
Saran
1. Sebaiknya perlu dilakukan dengan cara
yang berbeda seperti data yang
digunakan data primer sehingga adanya
kesalahan dalam pengukuran bisa
diminimalisir.
2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna
sebagai literatur untuk penambah
wawasan tentang Status Gizi ibu hamil
berdasarkan lingkar lengan atas (LILA).
3. Dengan adanya penelitian ini diharapkan
Bidan Desa sebagai petugas kesehatan
ditempat penelitian dapat melakukan
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:103-111
ISSN 2356-3087
perencanaan dan intervensi dalam
program kesehatan dan kesejahteraan
ibu hamil, dan diharapkan
lebih
menyeluruh
dan
detail
dalam
memberikan
konseling
resiko
kekurangan energi kronik pada ibu hamil
agar memberikan pelayanan yang
berkualitas untuk menurunkan ankga
kejadian status gIzi kurang.
4. Masyarakat terutama pada ibu hamil
dapat menjadikan penelitian ini sebagi
informasi dan motivasi bahwa akan
pentingnya nutrisi bagi ibu hamil,
pemeriksaan rutin saat hamil dan
isitarahat bagi ibu hamil, sehingga
kesejahteraan
ibu
hamil
dapat
ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Nasir, a. M. 2011. Buku Ajar
Metodologi Penelitiana Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Proseder
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arisman.
2009.
Gizi
Dalam
Daur
Kehidupan. Jakarta: EGC.
Budiarto, E. 2010. Biostatistik Untuk
Kedokteran
Dan
Kesehaan
Masyarakat. Jakarta: ECG.
Depkes RI. 2011. Profil data kesehatan
indonesia. Jakarta: DepKes.
Nanny, D. 2010. Asuhan Neonatus Bayi
Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
DKK Semarang. 2011. Profil Kesehatan
Indonesia 2011. Semarang: DinKes.
DKK Semarang. 2012. Profil Kesehatan
Kabupaten Semarang Angka Tahun
2012. Semarang: Dinas Kesehatan
DKK Semarang. 2011. Profil Kesehatan
Provinsi
Jawa
Tengah
2011.
Semarang: DinKes.
Frandiyanti, H. D. 2009. Hubungan Antara
Status Gizi Ibu Hamil dengan
Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja
Puskesmas Ungaran.
Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Metode
Peneltian Keperawatan Dan Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika.
Ibrahim, S. M. 2011. Nutrisi Janin Dan Ibu
Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika.
Indayani.
2009.
Hubungan
Antara
Pengetahuan Tentang Gizi bu
Dengan Status Gizi Ibu Hamil Di
Desa
Sumogawe
Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang.
Kristianasari, W. 2010. Gizi Ibu Hamil.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Munawaroh. 2012. Panduan Memahami
Metodologi Penelitian. Malang: Inti
Media.
Notoatmodjo,
S.
2010.
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Paath, E. F. 2005. Gizi Dalam Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: EGC.
Pantiawati, I. 2010. Bayi Dengan BBLR (
Berat
Badan
Lahir
Rendah.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Proverawati, A., & Ismawati, C. 2010. BBLR
(Berat
Badan Lahir Rendah).
Yoyakarta: Nuha Medika.
Puskesmas Sumowono. 2012. Angka
Kematian
Bayi.
Semarang:
Puskesmas Sumowono.
Sibagariang, E. E. 2010. Gizi Dalam
Kesehatan Reproduksi. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Sudarti; dkk. 2013. Asuhan Kebidanan
Neonatus Risiko Tinggi dan
Kegawatan. yogyakarta: Nuha
Medika.
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian
Status Gizi. Jakarta: EGC.
Waryana.
2010.
Gizi
Reproduksi.
Yogyakarta: Pustaka Rihama.
ZR, Arief; Weni Kristiyana Sari. 2009.
Neonatus dan Asuhan Keperawatan
Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Lila Dengan Berat Badan …. (O .Cahyaningsih, dkk)
111
ISSN 2356-3087
GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA
(STUDI DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG TAHUN 2012)
Oleh
1
1
2
D.S.Rochmayani , I.Sulistyowati , dan Suniarti
1
Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
Alumni Prodi D-III Kebidanan STIKES Widya Husada
2
ABSTRAK
Angka Kematian Ibu di Indonesia cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN, yaitu sebesar
228/100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung Angka Kematian Ibu salah satunya adalah
perdarahan yang bisa bersumber pada anemia. Kejadian anemia di Puskesmas Bangetayu Kota
Semarang pada bulan Januari sampai Juni 2012 terdapat 51 kasus ibu hamil dengan anemia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu hamil dengan anemia studi di
Puskesmas Bangetayu Kota Semarang tahun 2012.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, populasinya adalah semua ibu
yang mengalami anemia di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang pada bulan Januari sampai Juni
2012 yang berjumlah 51 orang, sampel ditentukan dengan sampel jenuh dengan mengambil
keseluruhan dari responden. Dan instrumen yang digunakan adalah check-list.
Penelitian ini adalah gambaran karakteristik ibu hamil dengan anemia dari kelompok umur
sebagian besar terjadi pada umur 20-35 tahun (80,4%), kelompok paritas sebagian besar terjadi pada
primipara atau paritas 1 (49%), kelompok jarak kehamilan sebagian besar terjadi pada jarak < 2 tahun
(54,9%), dan pada kelompok pendidikan sebagian besar terjadi pada ibu hamil dengan pendidikan
dasar yaitu pendidikan SD sampai SMP (52,9%). Saran bagi peneliti lain diharapkan dapat mencari
faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil untuk menambah
wawasan bagi peneliti pada khususnya dan pembaca pada umumnya, diharapkan bagi tenaga
kesehatan agar meningkatkan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil terutama dalam hal preventif dan
promotif melalui penyuluhan tentang kehamilan resiko tinggi, serta meningkatkan cakupan pemberian
tablet besi kepada ibu hamil. Selain itu diharapkan program KB (Keluarga Berencana) semakin
ditingkatkan untuk mengurangi jarak kehamilan yang pendek (< 2 tahun), bagi masyarakat khususnya
ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke tempat pelayanan
kesehatan untuk memperoleh tablet besi dalam upaya mencukupi kebutuhan zat besi selama
kehamilannya agar dapat terhindar dari komplikasi dalam kehamilan khususnya anemia.
Kata kunci : karakteristik, ibu hamil, anemia
112
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:112-121
ISSN 2356-3087
ABSTRACT
Maternal Mortality in Indonesia is quite high even the highest in ASEAN, in the amount
228/100.000 live births. Direct cause of maternal mortality rate among them is the bleeding that can
stem from anemia. Incidence of anemia in Puskesmas Bangetayu Semarang from January to June
2012 there were 51 cases of pregnant women with anemia. This study aims to determine the
characteristics image of pregnant women with anemia study in Puskesmas Bangetayu Semarang in
2012.
This type of study is a descriptive study, the population is all women who had anemia at
Puskesmas Bangetayu Semarang, from January to June 2012 which numbered 51 people, the
sample was determined by taking saturated samples with the entirety of the respondents. And the
instruments used are the check-list.
This study is an Image of the characteristics of pregnant women with anemia from the age
group mostly occurred at the age of 20-35 years (80,4%), parity groups occurs largely in the
primiparous, or parity of 1 (49%), spacing of pregnancy groups majority occur in distance of <2 years
(54,9%), and the most education groups in pregnant women with primary education is elementary to
junior high school education (52,9%). Suggestions for other researchers are expected to find other
factors that could cause anemia in pregnant women in order to add insight for researchers and
especially readers in general, for Health Workers in order to improve health care for pregnant women,
especially in terms of preventive and promotive through counseling of high risk pregnancies, and
increasing the coverage provision of iron tablets to pregnant women. In addition to the expected
“program KB” (Family Planning) have been intensified to reduce the distances are short gestation (<2
years), for the public, especially pregnant women are advised to conduct regular prenatal care to the
health service to obtain tablets of iron in iron-sufficient effort during pregnancy in order to avoid
complications in pregnancy, especially anemia and increase knowledge about the benefits of iron
tablets.
Keyword
: Characteristics, pregnant women, anemia
Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Anemia …. (D.S.Rochmayani, dkk)
113
ISSN 2356-3087
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu tolak ukur keberhasilan
dari kemampuan pelayanan kesehatan
suatu negara diukur dari tinggi rendahnya
Angka Kematian Ibu (AKI). AKI merupakan
jumlah wanita yang meninggal dari suatu
penyebab
kematian
terkait
dengan
gangguan kehamilan atau penanganannya
(tidak termasuk kecelakaan atau kasus
insidentil) selama kehamilan, melahirkan
dan dalam masa nifas (42 hari setelah
melahirkan) tanpa memperhitungkan lama
kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.
Indonesia termasuk negara dengan AKI
yang cukup tinggi bahkan tertinggi di
ASEAN. Berdasarkan Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 AKI di
Indonesia adalah 228/100.000 kelahiran
hidup. Target program kesehatan ibu yang
akan dicapai sesuai dengan Millenium
Development Goals (MDGs) adalah upaya
meningkatkan kesehatan ibu dengan
menurunkan AKI menjadi 102/100.000
kelahiran hidup, dengan meningkatkan
pertolongan
persalinan
oleh
tenaga
kesehatan menjadi 90% pada tahun 2015
(BAPPENAS, 2010).
AKI Propinsi Jawa Tengah untuk
tahun 2011 berdasarkan laporan dari
kabupaten
atau
kota
sebesar
116,01/100.000 kelahiran hidup. Kejadian
AKI di Propinsi Jawa Tengah paling banyak
adalah pada waktu nifas sebesar 47%,
disusul kemudian pada waktu bersalin
sebesar 27%, dan pada waktu hamil
sebesar 26%. AKI di Kota Semarang tahun
2011 sebesar 119,9/100.000 kelahiran
hidup. Penyebab langsung kematian ibu
adalah eklampsia (29%), perdarahan
(16%), infeksi (0%), dan lain-lain sebesar
(55%).
Sedangkan
penyebab
tidak
langsung AKI biasanya terjadi karena tidak
mempunyai akses ke pelayanan kesehatan
ibu yang berkualitas, dan juga tidak terlepas
dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan
salah satu dari kriteria 4 “terlalu”, yaitu
terlalu tua pada saat melahirkan (> 35
tahun), terlalu muda pada saat melahirkan
(< 20 tahun), terlalu banyak anak (> 4
anak), terlalu rapat jarak kehamilan (< 2
tahun) (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2011).
114
Dari data diatas, salah satu
penyebab AKI adalah perdarahan yang
menduduki
peringkat
kedua
setelah
eklampsia yang salah satunya bersumber
pada anemia defisiensi besi. Anemia dapat
didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar
hemoglobin (Hb) dibawah normal yaitu
kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan
pada trimester 1 dan trimester 3 dan kurang
dari 10 g/dl selama masa kehamilan
trimester 2 (Saifuddin, 2006; h. 281).
Ada beberapa faktor resiko yang
juga mempengaruhi terhadap terjadinya
anemia pada ibu hamil yaitu umur, paritas,
jarak
kehamilan,
dan
pendidikan.
Berdasarkan penelitian dari Amiruddin, yang
berjudul studi kasus kontrol faktor biomedis
terhadap kejadian anemia ibu hamil di
Puskesmas Bantimurung Maros, diperoleh
seorang wanita yang hamil pada umur < 20
tahun dan > 35 tahun sebanyak 74,1%
mempunyai faktor resiko lebih tinggi
mengalami anemia kehamilan. Hal ini
dikarenakan pada umur < 20 tahun dapat
menyebabkan anemia karena secara
biologis belum optimal dan emosinya
cenderung labil, mentalnya belum matang
sehingga mudah mengalami keguncangan
yang mengakibatkan kurangnya perhatian
terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi
selama kehamilannya. Pada umur > 35
tahun dapat menyebabkan anemia karena
terkait dengan penurunan dan kemunduran
fungsi tubuh serta berbagai penyakit yang
sering menimpa diusia ini sehingga dapat
meningkatkan
komplikasi
kehamilan
(Amiruddin, 2004; h. 5).
Faktor resiko terjadinya anemia yang
lainnya adalah paritas. Paritas merupakan
jumlah anak yang dimiliki oleh ibu. Paritas >
5 mempunyai resiko lebih tinggi terhadap
terjadinya
anemia
dalam
kehamilan
berikutnya apabila seorang ibu tidak
memperhatikan kebutuhan nutrisi yang
diperlukan saat ibu hamil. Faktor resiko
yang berikutnya yaitu jarak kehamilan yang
pendek (< 2 tahun) dapat meningkatkan
resiko terhadap ibu dan anak. Jarak
kehamilan yang aman bagi ibu dan anaknya
paling sedikit 2 tahun, karena jarak
kehamilan yang kurang dari 2 tahun dapat
mengakibatkan anemia. Hal ini dikarenakan
kondisi ibu yang belum pulih tetapi ibu harus
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:112-121
ISSN 2356-3087
memenuhi kebutuhan nutrisi bagi janinnya
(Dewi, 2007; h. 180-181).
Pendidikan juga menjadi faktor
resiko terjadinya anemia. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Silalahi yang
berjudul analisis faktor yang berhubungan
dengan anemia ibu hamil di Kabupaten
Dairi diperoleh seorang ibu hamil yang
berpendidikan rendah mempunyai resiko
terjadinya anemia antara 1,024-7,288 kali
dibanding ibu hamil yang mempunyai
pendidikan
tinggi.
Pendidikan
dapat
menanggulangi anemia secara tidak
langsung yaitu dengan pendidikan yang
tinggi yang dimiliki ibu hamil maka akan
mempermudah mengadopsi pengetahuan
untuk menanggulangi anemia (Silalahi,
2006; h. 52). Anemia yang diderita selama
kehamilan juga mempunyai dampak pada
ibu maupun janin misalnya dapat terjadi
abortus, persalinan prematur, mudah terjadi
infeksi, perdarahan antepartum, ketuban
pecah dini (KPD), gangguan his-kekuatan
mengejan, dan bayi berat lahir rendah
(BBLR) (Manuaba, 2007; h. 38).
Prevalensi anemia pada ibu hamil di
Indonesia pada tahun 2011 adalah 59%, di
Jawa Tengah 55,6%, dan di Kota
Semarang 17,93%. Dari data Dinas
Kesehatan Kota Semarang tahun 2011 dari
37 puskesmas yang ada di Kota Semarang
tiga puskesmas dengan kejadian anemia
tertinggi pada ibu hamil yaitu di Puskesmas
Bangetayu 193 (67,01%), Puskesmas
Ngemplak Simongan 135 (64,59%), dan
Puskesmas Purwoyoso 84 (57,53%). Dari
tiga puskesmas tersebut, puskesmas
Bangetayu menduduki peringkat pertama
kejadian anemia, dengan persentase
distribusi
tablet
Fe
di
Puskesmas
Bangetayu 82,2%. Target distribusi tablet
Fe Kota Semarang sebesar 93%, dari data
tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian
target distribusi tablet Fe di Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang masih dibawah
target yang ditetapkan Kota Semarang
sehingga masih banyak ibu hamil yang
terkena anemia dalam kehamilannya.
Data di Puskesmas Bangetayu pada
bulan Januari sampai Juni 2012 dari 176
ibu hamil yang melakukan pemeriksaan
kehamilan, dari jumlah tersebut 73 (41%)
ibu hamil normal 51 (29%) ibu hamil
mengalami anemia, 29 (16%) ibu hamil
mengalami kekurangan energi kronis, 9
(5%) ibu hamil dengan komplikasi asma, 5
(2,8%) ibu hamil dengan preeklamsia
ringan, 4 (2,2%) ibu hamil dengan letak
sungsang, 3 (1,8%) ibu hamil riwayat sectio
caesarea, dan 2 (1%) ibu hamil menderita
penyakit jantung. Pada bulan Januari
sampai Juni 2012 juga terdapat 9 (9,7%) ibu
hamil yang melahirkan bayinya dengan bayi
berat lahir rendah (BBLR), dan 1 (1%) ibu
melahirkan dengan persalinan prematur. Di
Puskesmas Bangetayu apabila saat ANC
ibu hamil mengalami anemia maka
diberikan susu ibu hamil, pemberian
konseling tentang konsumsi tablet besi, dan
penyuluhan tentang anemia. Berdasarkan
latar belakang diatas maka penulis tertarik
untuk
melakukan
penelitian
dengan
mengambil judul “Gambaran karakteristik
ibu hamil dengan anemia di Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang”.
Perumusan Masalah
Masalah Angka Kematian Ibu (AKI)
di Indonesia masih cukup tinggi, salah satu
penyebab utama AKI di Indonesia adalah
perdarahan yang bisa bersumber pada
anemia defisiensi besi. Beberapa faktor
yang berpengaruh terhadap anemia pada
ibu hamil diantaranya umur, paritas, jarak
kehamilan, dan pendidikan (Dewi, 2007; h.
180-181). Prevalensi anemia di Puskesmas
Bangetayu
193
(67,01%),
dengan
persentase
distribusi
tablet
Fe
di
Puskesmas Bangetayu 82,2%. Target
distribusi tablet Fe Kota Semarang sebesar
93%, dari data tersebut dapat dilihat bahwa
pencapaian target distribusi tablet Fe di
Puskesmas Bangetayu Kota Semarang
masih dibawah target yang ditetapkan Kota
Semarang sehingga masih banyak ibu hamil
yang terkena anemia dalam kehamilannya.
Data yang diperoleh di Puskesmas
Bangetayu pada bulan Januari sampai Juni
2012 dari 176 ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan
kehamilan,
dari
jumlah
tersebut 51 (29%) ibu hamil mengalami
anemia. Pada bulan Januari sampai Juni
2012 juga terdapat 9 (9,7%) ibu hamil yang
melahirkan bayinya dengan bayi berat lahir
rendah (BBLR), dan 1 (1%) ibu melahirkan
dengan persalinan prematur. Berdasarkan
uraian data diatas, rumusan masalah dalam
Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Anemia …. (D.S.Rochmayani, dkk)
115
ISSN 2356-3087
penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah gambaran karakteristik ibu
hamil dengan anemia di Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang?”
Tujuan
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran karakteristik ibu
hamil dengan anemia di Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang
Tujuan Khusus
B. Untuk mengetahui gambaran umur pada
ibu hamil dengan anemia di Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang.
C. Untuk mengetahui gambaran paritas
pada ibu hamil dengan anemia di
Puskesmas Bangetayu Kota Semarang.
D. Untuk mengetahui gambaran jarak
kehamilan pada ibu hamil dengan
anemia di Puskesmas Bangetayu Kota
Semarang.
E. Untuk
mengetahui
gambaran
pendidikan pada ibu hamil dengan
anemia di Puskesmas Bangetayu Kota
Semarang.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Dalam melakukan penelitian yang
dilakukan di Puskesmas Bangetayu Kota
Semarang, peneliti memakai jenis penelitian
deskriptif dengan pendekatan retrospektif.
Penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian
yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena yang
terjadi di dalam masyarakat. Pendekatan
study retrospektif yaitu penelitian yang
berusaha melihat kebelakang (back word
looking) artinya pengumpulan data dimulai
dari efek atau akibat yang telah terjadi,
kemudian dari efek tersebut ditelusuri
penyebabnya atau variabel-variabel yang
mempengaruhi
akibat
tersebut
(Notoatmodjo, 2010; h. 35-36).
Populasi, Sampel, dan Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
ibu hamil dengan anemia di puskesmas
Bangetayu Kota Semarang pada bulan
Januari sampai Juni 2012 sebanyak 51 ibu
hamil.
a. Sampel
Jumlah sampel yang
penelitian ini adalah
116
diambil dalam
semua jumlah
populasi karena jumlah populasinya kurang
dari 100, maka sampel yang diambil yaitu
semua ibu hamil dengan anemia di
puskesmas Bangetayu Kota Semarang
pada bulan Januari sampai Juni 2012
sebanyak 51 ibu hamil.
b. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini teknik pengambilan
sampling dengan menggunakan sampling
jenuh atau total populasi dimana semua
jumlah ibu hamil dengan anemia di
puskesmas Bangetayu Kota Semarang
pada bulan Januari sampai Juni 2012
sebanyak 51 ibu hamil.
Variabel
dan Definisi Operasional
Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah
umur,paritas,jarak
kehamilan,pendidikan
,anemia.Secara
operasional,
variabel
tersebut didefinisikan dan diukur dengan
cara sebagai berikut. Umur Adalah lama
waktu hidup responden sejak dilahirkan
sampai penelitian.kategori <20 tahun, 2035tahun,>35tahun(Amiruddin,2004;h.
5)
Paritas Adalah jumlah anak yang telah
dilahirkan oleh
responden baik dalam
keadaan hidup ataupun mati.dikategorikan Nulipara 0,Primipara 1 ,Multipara 2-4
,Grande multipara ≥ 5
(Bobak, 2005; h. 104) Jarak
Kehamilan Adalah waktu sejak resonden
hamil terakhir sampai hamil saat ini dihitung
dalam bulan atau tahun.
-Jarak
kehamilan : 0 tahun,<2 tahun,>2 tahun
(BKKBN, 2007) Pendidikan Adalah
pendidikan formal yang ditempuh responden
sampai tamat.Tidak sekolah, Pendidikan Dasar:
bila pendidikan SD-SMP,Pendidikan Menengah:
bila pendidikan SMA/MAPendidikan Tinggi: bila
pendidikan Tamat perguruan tinggi
(UU Sisdiknas, 2011; h. 3-14)
Anemia
Adalah
penurunan
kadar hemoglobin responden kurang dari 11
g/dl selama massa kehamilan pada
trimester 1 dan trimester 3 dan kurang dari
10 g/dl selama kehamilan trimester 2 saat
periksa.dikategorikan Hb < 11 g/dl : TM I
dan TM III,Hb < 10 g/dl TM II
(Proverawati, 2009; h. 76)
Metode Pengumpulan Data
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:112-121
ISSN 2356-3087
Pengumpulan data dalam penelitian
ini dengan cara menggunakan cek list yang
terdiri
dari
umur,paritas,jarak
kehamilan,pendidikan
,anemia
pada
responden yang mengalami anemia.
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Dalam penelitian ini, untuk menuju
kevalidan kuesioner peneliti melakukan uji
validitas dengan memberikan pertanyaan
kepada 20 orang responden Teknik korelasi
yang dipakai adalah teknik korelasi produk
moment
(Notoatmodjo,
2005:
131).
Sementara itu, uji realibitas menggunakan
rumus K–R 21 karena instrument memiliki
jumlah butir soal genap dan skor yang
digunakan adalah 1 dan 0.Reliabilitas yang
telah dilakukan pada 20 item hasilnya
dinyatakan reliabel yaitu dengan nilai 0,91
yang menunjukkan bahwa instrument
tersebut reliabel sebagai alat pengumpul
data, dimana r hitung > r tabel.
Metode Analisis Data
Dari data yang terkumpul dianalisis
selanjutnya
dianalisis
dengan
menggunakan analisis univariat yaitu
dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan persentase dari
tiap variabel. Hasil persentase dari tiap
variabel tersebut disusun dalam bentuk
tabel univariat yaitu suatu tabel yang
menggambarkan penyajian data untuk tiap
variabel saja (Notoatmodjo,2005:188).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Karakteristik responden berdasarkan
umur.Pada penelitian ini dapat dilihat
mengenai kelompok umur ibu hamil
yang mengalami anemia seperti pada
tabel berikut :
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi ibu hamil
dengan anemia berdasarkan umur
responden
No.
Umur
Frekuensi
1.
2.
3.
<20
Tahun
20-35
Tahun
>35
Tahun
3
41
7
Persentase
(%)
5,9
80,4
13,7
Jumlah
51
(sumber data sekunder)
100
Pada tabel 4.2 didapatkan data kejadian
ibu hamil yang mengalami anemia
menurut kelompok umur mayoritas pada
umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 41
responden (80,4%).
2. Karakteristik responden berdasarkan
paritas
Dari hasil penelitian, ibu hamil yang
mengalami anemia berdasarkan paritas
dapat dilihat seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi ibu hamil
dengan anemia berdasarkan paritas
responden
No. Paritas Frekuensi
1.
2.
3.
4.
0
15
1
25
2-4
10
≥5
1
Jumlah
51
(sumber data sekunder)
Persentase
(%)
29,4
49
19,6
2
100
Pada tabel 4.3 didapatkan data bahwa ibu
hamil
yang
mengalami
anemia
berdasarkan paritas mayoritas pada ibu
dengan paritas 1 (primipara) yaitu
sebanyak 25 responden (49%).
3. Karakteristik responden berdasarkan
jarak kehamilan
Pada penelitian ini responden yang
mengalami anemia dalam kehamilan
berdasarkan jarak kehamilan dapat
dilihat seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi ibu hamil
dengan anemia berdasarkan jarak
kehamilan responden
No.
1.2.
3.
Jarak
Persentase
Frekuensi
Kehamilan
(%)
Pertama
15
29,4
hamil
28
54,9
<2 tahun
8
15,7
>2tahun
Jumlah
51
100
(sumber data sekunder)
Dari tabel 4.4 diatas didapatkan data
bahwa responden yang mengalami anemia
dalam kehamilan berdasarkan jarak
Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Anemia …. (D.S.Rochmayani, dkk)
117
ISSN 2356-3087
kehamilan mayoritas pada kelompok ibu
dengan jarak kehamilan < 2 tahun
sebanyak 28 responden (54,9%).
4. Karakteristik responden berdasarkan
pendidikan
Ibu hamil yang mengalami anemia pada
penelitian ini, data menunjukan kejadian
tertinggi pada ibu hamil berdasarkan
pendidikan seperti tercantum pada tabel
berikut :
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi ibu hamil
dengan anemia berdasarkan pendidikan
responden
No. Pendidikan
1.
2.
3.
27
15
9
Perse
ntase
(%)
52,9
29,4
17,7
51
100
Frekuensi
Dasar
(SD-SMP)
Menengah
(SMA)
Tinggi
(Tamat
PT)
Jumlah
(sumber data sekunder)
Dari tabel 4.5 diatas didapatkan data bahwa
responden yang mengalami anemia dalam
kehamilan berdasarkan pendidikan ibu
hamil mayoritas pada kelompok ibu hamil
dengan pendidikan dasar (SD-SMP) yaitu
27 responden (52,9%).
Pembahasan
1. Karakteristik responden berdasarkan
umur
Berdasarkan hasil penelitian yang
didapatkan mengenai umur ibu hamil
yang mengalami anemia mayoritas
terjadi pada kelompok umur 20-35 tahun
yaitu 41 responden (80,4%). Hal ini
tidak sesuai dengan teori, karena pada
umur 20-35 tahun adalah umur yang
sehat dan aman karena ibu dalam umur
reproduksi sehat untuk kehamilan dan
persalinan saat ini. Pada kehamilan
diusia < 20 tahun dan > 35 tahun dapat
menyebabkan anemia pada saat hamil
karena pada kehamilan < 20 tahun
secara biologis belum optimal dan
emosinya cenderung labil, mentalnya
belum
matang
sehingga
mudah
mengalami
keguncangan
yang
118
mengakibatkan kurangnya perhatian
terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat
besi selama kehamilannya. Sedangkan
pada
usia
>35
tahun
dapat
menyebabkan anemia dalam kehamilan
karena terkait dengan penurunan dan
kemunduran fungsi tubuh serta berbagai
penyakit yang sering menimpa diusia ini
sehingga
dapat
meningkatkan
komplikasi kehamilan (Amiruddin, 2004;
h. 5).
Hasil penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Bangetayu Kota Semarang
tidak sama dengan penelitian yang
dilakukan Sri Agnes Naibaho di Wilayah
Kerja
Puskesmas
Parsoburan
Kecamatan
Habinsaran
Kabupaten
Toba Samosir bahwa ditemukan 82,1%
ibu hamil yang mengalami anemia
tertinggi pada umur < 20 tahun dan >35
tahun, hal ini berarti umur merupakan
faktor resiko dari kejadian anemia pada
ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Parsoburan tahun 2011 (Naibaho, 2011;
h. 72). Pada ibu hamil dengan umur 2035 tahun dapat terjadi anemia selama
kehamilannya karena faktor pemicu lain
yang tidak diteliti seperti status gizi ibu
karena kebutuhan zat gizi disetiap orang
dan golongan umur berbeda-beda,
karena umur menentukan ada tidaknya
proses pertumbuhan. Pada ibu hamil
yang mempunyai gizi buruk, secara
mental tubuhnya tidak siap atau tidak
sehat untuk menjalani proses kehamilan
(Hendro, 2005; h. 37).
2. Karakteristik responden berdasarkan
paritas
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
paritas, didapatkan paritas ibu hamil
yang mengalami anemia sebagian besar
terjadi pada kelompok paritas 1
(primipara) sebanyak 25 responden
(49%). Hal ini tidak sesuai dengan teori,
seorang ibu yang sering melahirkan
mempunyai resiko mengalami anemia
pada kehamilan berikutnya, apabila
tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi.
Karena selama hamil zat-zat gizi akan
terbagi untuk ibu dan untuk janin yang
dikandungnya (Amiruddin, 2004; h. 4).
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:112-121
ISSN 2356-3087
Hasil penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Bangetayu Kota Semarang
tidak sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Advince Mayasari Zebua
di
wilayah
kerja
Puskesmas
Tuhemberua Kabupaten Nias Utara
karena 80% ibu hamil dengan paritas ≥
5 beresiko mengalami anemia. Jumlah
anak yang terlalu banyak akan
mempengaruhi asupan zat besi dalam
keluarga. Selain itu makin sering
seorang wanita mengalami kehamilan
dan melahirkan akan makin banyak
kehilangan zat besi dan menjadi makin
anemia (Zebua, 2011; h. 46). Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan, pada
paritas
1
(primipara)
mayoritas
mengalami anemia dalam kehamilannya
karena
dimungkinkan
kurangnya
ketaatan pasien dalam mengkonsumsi
tablet Fe, hal ini dikuatkan bahwa
distribusi tablet Fe di Puskesmas
Bangetayu
Kota
Semarang baru
mencapai 82,2% belum sesuai terget
yang ditetapkan Kota Semarang yaitu
93%.
3. Karakteristik responden berdasarkan
jarak kehamilan
Berdasarkaan hasil penelitian yang
didapatkan mengenai jarak kehamilan
bahwa sebagian besar ibu hamil yang
mengalami anemia paling banyak terjadi
pada ibu dengan jarak kehamilan < 2
tahun sebanyak 28 responden (54,9%).
Hal ini sesuai dengan teori, dijelaskan
bahwa
kehamilan
<
2
tahun
menyebabkan anemia pada ibu hamil
karena cadangan zat besi ibu yang
sebenarnya belum pulih akhirnya
terkuras untuk keperluan janin yang
dikandung berikutnya. Itu sebabnya
pengaturan jarak kehamilan menjadi
penting untuk diperhatikan sehingga ibu
siap menerima janin kembali tanpa
harus menghabiskan cadangan besinya
(Khomsan, 2010; h. 29). Penelitian ini
sama dengan penelitian yang dilakukan
Muhamad Hendro di Puskesmas Medan
Johor karena 56,8% anemia terjadi
pada ibu hamil dengan jarak kehamilan
<2 tahun. Jarak kehamilan yang pendek
dapat menyebabkan hasil kehamilan
yang kurang baik, jarak dua kehamilan
yang terlalu dekat akan mempengaruhi
daya tahan dan gizi ibu, yang
selanjutnya akan mempengaruhi hasil
produksi (Hendro, 2005; h. 41). Dari
hasil penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Bangetayu Kota Semarang
paling banyak ibu mengalami anemia
dengan jarak kehamilan < 2 tahun. Hal
itu sesuai dengan data yang ada di
Puskesmas Bangetayu Kota Semarang
bahwa
target
peserta
yang
menggunakan alat kontrasepsi baru
mencapai 66,02% dibanding dengan
target pencapaian 100%.
4. Karakteristik responden berdasarkan
pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
pendidikan ibu hamil dengan anemia,
didapatkan bahwa sebagian besar ibu
hamil yang mengalami anemia paling
banyak terjadi pada ibu dengan
Pendidikan Dasar (SD-SMP) sebanyak
27 responden (52,9%). Dalam penelitian
ini sama dengan penelitian yang
dilakukan
Mangihut
Silalahi
di
Kabupaten
Dairi,
hasil
penelitian
menunjukan bahwa ibu hamil yang
mempunyai pendidikan rendah lebih
banyak dibanding ibu hamil dengan
pendidikan tinggi yaitu 41,4%. Dengan
pendidikan
dapat
menanggulangi
anemia secara tidak langsung yaitu
dengan pendidikan yang tinggi yang
dimiliki
ibu
hamil
maka
akan
mempermudah
mengadopsi
pengetahuan untuk menanggulangi
anemia (Silalahi, 2006; h. 52). Tingkat
pendidikan
ibu
yang
rendah
diasumsikan pengetahuan tentang gizi
rendah, sehingga berpeluang untuk
terjadinya anemia pada ibu hamil, dan
sebaliknya jika ibu hamil berpendidikan
tinggi, maka kemungkinan
besar
pengetahuannya tentang gizi juga tinggi,
sehingga diasumsikan kecil peluangnya
untuk terjadi anemia (Hendro, 2005; h.
38). Dari hasil penelitian paling banyak
ibu mengalami anemia dalam kehamilan
yaitu ibu dengan pendidikan dasar,
penelitian ini mendukung dari pendapat
Silalahi dan Hendro bahwa pendidikan
yang rendah dapat mempengaruhi
anemia dalam kehamilan. Pada ibu
hamil yang mengalami anemia dalam
kehamilan sudah diberikan penyuluhan
Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Anemia …. (D.S.Rochmayani, dkk)
119
ISSN 2356-3087
tentang anemia dan konsumsi tablet zat
besi sehingga dimungkinkan anemia
dapat disebabkan karena kurangnya
kesadaran ibu hamil dalam melakukan
pemeriksaan kehamilan dan dalam
mengkonsumsi tablet zat besi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian tentang karakteristik ibu
hamil dengan anemia di Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang maka dapat
disimpulkan :
1. Sebagian besar ibu hamil yang
mengalami anemia di Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang pada ibu
dengan umur 20-35 tahun.
2. Sebagian besar ibu hamil yang
mengalami anemia di Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang pada ibu
dengan paritas 1 (primipara).
3. Sebagian besar ibu hamil yang
mengalami anemia di Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang pada ibu
dengan jarak kehamilan < 2 tahun.
4. Sebagian besar ibu hamil yang
mengalami anemia di Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang pada ibu
dengan Pendidikan Dasar (SD-SMP).
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat
dikemukakan saran sebagai berikut :
1. Bagi peneliti lain
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya
untuk mencari faktor-faktor lain yang
menyebabkan anemia dalam kehamilan
selain umur, paritas, jarak kehamilan,
dan pendidikan untuk menambah
wawasan bagi peneliti pada khususnya
dan pembaca pada umumnya.
2. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan agar
meningkatkan pelayanan kesehatan
bagi ibu hamil terutama dalam hal
preventif
dan
promotif
melalui
penyuluhan tentang kehamilan resiko
tinggi, serta meningkatkan cakupan
pemberian tablet besi kepada ibu hamil.
Selain itu diharapkan program KB
(Keluarga
Berencana)
semakin
120
ditingkatkan untuk mengurangi jarak
kehamilan yang pendek (< 2 tahun).
3. Bagi masyarakat
Masyarakat khususnya ibu hamil
disarankan
untuk
melakukan
pemeriksaan kehamilan secara rutin ke
tempat pelayanan kesehatan untuk
memperoleh tablet besi dalam upaya
mencukupi kebutuhan zat besi selama
kehamilannya agar dapat terhindar dari
komplikasi dalam kehamilan khususnya
anemia dan meningkatkan pengetahuan
tentang manfaat tablet Fe.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin R, Wahyuddin. Studi kasus
kontrol faktor biomedis terhadap
kejadian anemia ibu hamil di
Puskesmas Bantimurung. Makasar:
Jurnal Medika Nusantara. 2004. h. 45 [Diakses tanggal 11 April 2012].
Didapat dari: http://med.unhas.ac.id
Amiruddin R, Syam E, Rusnah, Tolanda S,
Damayanti I. Anemia defisiensi zat
besi pada ibu hamil di Indonesia. 8
Oktober 2007. h. 3-4 [Diakses
tanggal 31 Maret 2012]. Didapat
dari:
http://ridwanamiruddin.com/2007/10/
08/evidence-base-epidemiologianemia-deficiensi-zat-besi-pada-ibuhamil-di-indonesia/
Arikunto, S. Prosedur penelitian suatu
pendekatan praktek. Jakarta: Rineka
Cipta; 2002. h. 112-136.
Arisman, MB. Gizi dalam daur kehidupan.
Jakarta: EGC; 2007. h. 151.
Arisman, MB. Gizi dalam daur kehidupan.
Jakarta: EGC; 2010. h. 173.
Azwar, S. Metode penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar; 2007. h. 91.
Badan
Pengawasan
Pembangunan
Nasional. Pedoman penyusunan
rencana aksi percepatan pencapaian
tujuan MDGs di daerah. Jakarta:
BAPPENAS; 2010.
Bobak, IM. Buku ajar keperawatan
maternitas. Jakarta: EGC; 2004. h.
104.
Jur. Prof. Kebid, Vol 1 No. 1, 2014:112-121
ISSN 2356-3087
Budiarto. Biostatistika untuk kedokteran dan
kesehatan masyarakat. Jakarta:
EGC; 2002. h. 37.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Profil kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Semarang:
DINKES
PROVINSI JAWA TENGAH; 2010.
h. 13.
Dewi K, Made D, Parwati. Faktor resiko
penyebab anemia pada ibu hamil di
BPS
Hj.
Hendriati
Surono.
Semarang:
Jurnal
Politeknik
Kesehatan Semarang; 2007. h. 180181.
Hendro, M. Hubungan pendapatan keluarga
dan karakteristik ibu hamil dengan
status anemia di Puskesmas Medan
Johor (Skripsi). Sumatra Utara:
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatra Utara. 2005. h.
38 [Diakses tanggal 14 April 2012].
Didapat
dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/12
3456789/14589
Hidayat, AA. Riset keperawatan dan teknik
penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika; 2007. h. 39.
Khomsan, A. Pangan dan gizi untuk
kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo
Persada; 2010. h. 29.
Kristiyanasari,
W.
Gizi
ibu
hamil.
Yogyakarta: Nuha Medika;
2010. h. 51.
Manuaba, IBG. Pengantar kuliah Obstetri.
Jakarta: EGC; 2007. h. 38-39.
Mardalis.
Metode
penelitian
suatu
pendekatan proposal. Jakarta: Bumi
Aksara; 2009. h. 41.
Naibaho,
SA.
Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
kejadian
anemia pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Parsoburan Kec.
Habinsaran
Kabupaten
Toba
Samosir (Skripsi). Sumatra Utara:
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatra Utara. 2011. h.
72 [Diakses tanggal 2 Juli 2012].
Didapat dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/12
3456789/30073
Notoatmodjo, S. Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2010. h. 35-36; 83-103; 174-182.
Nursalam.
Konsep
dan
penerapan
metodologi
penelitian
ilmu
keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika; 2008. h. 77-111.
Proverawati, A. Gizi untuk kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2009. h. 76-78.
Proverawati, A. Anemia dan anemia
kehamilan.
Yogyakarta:
Nuha
Medika; 2011. h. 136-137.
Riyanto, A. Aplikasi metodologi penelitian
kesehatan.
Yogyakarta:
Nuha
Medika; 2011. h. 89-90.
Saifuddin, A. Buku acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka; 2006. h. 91; 281.
Silalahi,
M.
Analisis
faktor
yang
berhubungan dengan anemia ibu
hamil di Kabupaten Dairi (Tesis).
Sumatra Utara: Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatra Utara. 2006. h.
30 [Diakses tanggal 2 April 2012].
Didapat
dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/123
456789/6695
Zebua,
AM.
Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
kejadian
anemia pada ibu hamil di wilayah
kerja
Puskesmas
Tuhemberua
Kabupaten Nias Utara (Skripsi).
Sumatra Utara: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatra
Utara. 2011. h. 46 [Diakses tanggal
2
Juli
2012].
Didapat
dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/123
456789/30001
Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Anemia …. (D.S.Rochmayani, dkk)
121
Download