BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai dari bulan April hingga November 2009. Penyediaan Serangga Uji Serangga uji yang digunakan adalah Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae), Helicoverpa armigera (Lepidoptera: Noctuidae), Maruca testulalis (Lepidoptera: Pyralidae) dan Crocidolomia pavonana (Lepidoptera: Pyralidae). Serangga yang digunakan untuk pengujian adalah larva instar dua dari generasi ke-2 atau selanjutnya. Pemeliharaan dan Perbanyakan Serangga Uji Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) Larva S. litura dipelihara dalam wadah plastik (27,5 cm x 19 cm x 6 cm) di ruang pemeliharaan serangga Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Larva diberi pakan daun kedelai. Pemberian pakan dilakukan setiap hari. Pemberian pakan ini dilakukan sampai larva serangga tersebut akan berpupa. Ketika larva serangga mencapai instar akhir, bagian dasar wadah diberi serbuk gergaji dengan ketebalan ±1 cm untuk tempat berpupa. Setelah menjadi pupa, wadah dipindahkan ke dalam kurungan (40 cm x 40 cm x 40 cm) hingga serangga menjadi imago. Ketika imago muncul, yaitu kira-kira selama dua minggu imago diberi makan madu murni yang telah diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:6 (v/v) atau sampai madu berwarna kuning terang dengan cara menggantungkan kapas yang telah dilumuri madu pada tali yang diikatkan di bagian atas kurungan. Pemberian makan imago ini terus dilakukan selama masih ada imago yang hidup di dalam kurungan. Selain itu, diletakkan pula daun kedelai yang batangnya direndam dalam botol kecil berisi air ke dalam kurungan untuk tempat imago 22 meletakkan telur. Paket telur yang menempel pada daun dipanen setiap hari dan daun untuk tempat meletakkan telur diganti dengan daun yang baru. Paket telur yang telah dipanen diletakkan dalam wadah plastik kembali dan dibiarkan sampai menetas selama kurang lebih dua minggu. Setelah telur menetas menjadi larva kemudian diberi pakan dengan daun kedelai segar dan terus dilakukan tahapan selanjutnya seperti yang telah dijelaskan di atas. Crocidolomia pavonana (Lepidoptera: Pyralidae) Cara pemeliharaan C. pavonana sama dengan cara pemeliharaan S. litura. Perbedaan terletak pada daun yang digunakan untuk pakan dan tempat peletakkan telur. Daun yang digunakan untuk pakan dan tempat peletakkan telurnya adalah daun brokoli. Larva diberi pakan setiap hari hingga berpupa kemudian dipindahkan ke dalam kurungan (40 cm x 40 cm x 40 cm) sampai muncul imago dan diberi pakan madu yang telah diencerkan dengan pengenceran 1:6 (v/v). Selanjutnya, daun brokoli segar diletakkan dalam botol kecil yang berisi air untuk tempat imago meletakkan telur. Paket telur yang menempel pada daun dipanen setiap hari dan diganti dengan daun yang baru. Daun yang ditempeli telur dibiarkan dalam botol kecil berisi air sampai telur tersebut menetas kemudian larva dipindahkan ke dalam wadah plastik dan dilakukan tahapan selanjutnya seperti yang telah disebutkan. Maruca testulalis (Lepidoptera: Pyralidae) Pemeliharaan dan perbanyakan M. testulalis adalah dengan cara memelihara larva dalam botol plastik kecil. Setiap botol berisi satu larva dan diberi pakan dengan buah kacang panjang yang telah dipotong-potong. Setelah larva menjadi pupa, pupa dikumpulkan dan ditempatkan dalam satu wadah kemudian diletakkan di kurungan berbentuk silinder (diameter 18 cm dan tinggi 35 cm) sampai imago muncul. Imago diberi pakan madu yang telah diencerkan dengan pengenceran 1:6 (v/v) dan diletakkan tanaman kacang panjang muda yang ditanam dalam gelas plastik untuk tempat imago meletakkan telur. Telur yang menempel di daun dibiarkan hingga menetas. Telur yang telah menetas menjadi 23 larva dipindahkan ke dalam botol plastik kecil dan seterusnya seperti yang telah dijelaskan. Helicoverpa armigera (Lepidoptera: Noctuidae) Pemeliharaan H. armigera sama dengan cara pemeliharaan M. testulalis, tetapi pakan yang digunakan adalah daun brokoli, baby corn, atau daun cabai besar merah. Imago meletakkan telur pada kain berserabut yang digantungkan pada bagian atas kurungan hingga menjuntai ke bawah. Telur dipindahkan dalam wadah pemeliharaan dan dibiarkan sampai menetas. Setelah telur menetas diberi pakan dengan daun brokoli dan setelah mencapai instar tiga dipindahkan ke dalam botol plastik kecil yang diisi satu ekor larva dan diberi pakan daun brokoli, baby corn, atau daun cabai besar merah. Tahapan selanjutnya sama dengan yang telah dijelaskan. Sumber Ekstrak Tanaman untuk Insektisida Nabati Bahan-bahan insektisida nabati yang digunakan berasal dari tanaman cabe jawa dan srikaya. Bagian tanaman yang digunakan adalah buah cabe jawa dan biji srikaya. Ekstraksi Tanaman Buah cabe jawa dan biji srikaya dikering-anginkan terlebih dahulu di tempat yang tidak langsung terpapar cahaya matahari. Setelah itu, kulit biji srikaya dikupas dan buah cabe jawa dipotong kecil-kecil. Biji srikaya yang telah bersih dan buah cabe jawa yang sudah dipotong-potong kemudian dihancurkan dengan cara ditumbuk atau diblender secara terpisah. Setelah hancur, bahan tanaman tersebut disaring sehingga diperoleh serbuk bijinya. Ekstraksi buah cabe jawa dan biji srikaya dilakukan dengan metode maserasi yaitu dengan merendam masing-masing serbuk tanaman dalam pelarut metanol dengan perbandingan 1:10 (w/v). Perendaman dilakukan selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan kertas saring yang diletakkan dalam corong Buchner sampai dihasilkan filtrat, dan ampasnya dibilas berulang-ulang sampai tidak berwarna. Masing-masing filtrat diuapkan dengan rotary evaporator 24 pada suhu 50oC dan tekanan 580-750 mmHg hingga dihasilkan ekstrak kasar tanaman. Ekstrak kasar tanaman kemudian disimpan dalam lemari es pada suhu 4oC hingga saat digunakan. Formulasi RSA1 Formulasi RSA1 adalah formulasi yang mengandung campuran ekstrak buah cabe jawa P. retrofractum (R) dan ekstrak biji srikaya A. squamosa (S) dengan perbandingan 2:1 dalam pelarut metanol 5% dan bahan tambahan Agristik 0,1% (A1). Uji Formulasi RSA1 pada S. litura Pengujian formulasi RSA1 pada S. litura dilakukan dengan dua metode, yaitu metode celup daun dan metode semprot larva. Masing-masing metode diulang tiga kali dengan tiga konsentrasi formulasi RSA1 yaitu kontrol (0%), 0,1%, dan 0,2%. Metode celup daun dilakukan dengan cara mencelupkan daun kedelai pada larutan formulasi RSA1 kemudian dikering-anginkan dan diletakkan pada cawan petri. Selanjutnya dimasukkan larva S. litura instar kedua sebanyak 10 ekor larva per cawan dan diamati pada 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan (JSP). Pada setiap pengamatan, daun diganti dengan daun tanpa perlakuan. Parameter pengamatan adalah kematian serangga uji. Metode semprot larva dilakukan dengan menyemprotkan larutan formulasi RSA1 pada larva S. litura yang diletakkan di cawan petri menggunakan hand sprayer kemudian dipindahkan ke dalam cawan petri yang telah diisi dengan daun kedelai. Masing-masing cawan petri diisi 10 ekor larva. Selanjutnya diamati pada 24, 48 dan 72 JSP. Pada setiap pengamatan, daun diganti dengan daun tanpa perlakuan. Parameter yang diamati adalah kematian serangga uji. Uji Formulasi RSA1 pada M. testulalis Pengujian formulasi RSA1 pada M. testulalis dilakukan dengan metode celup daun, yaitu daun kacang panjang dicelupkan pada larutan formulasi RSA1 kemudian dikering-anginkan dan diletakkan pada cawan petri. Larva M. testulalis instar kedua dimasukkan dalam cawan petri sebanyak 10 ekor larva per cawan dan 25 diamati pada 24, 48 dan 72 JSP. Pada setiap pengamatan, daun diganti dengan daun tanpa perlakuan. Parameter yang diamati adalah kematian serangga uji. Pengujian dilakukan sebanyak tiga ulangan dengan tiga konsentrasi berbeda yaitu kontrol (0%), 0,1% dan 0,2%. Uji Formulasi RSA1 pada C. pavonana Pengujian formulasi RSA1 pada C. pavonana dilakukan dengan metode celup daun, yaitu daun brokoli yang berbentuk persegi dengan ukuran 4 cm x 4 cm dicelupkan ke dalam larutan formulasi RSA1 kemudian dikering-anginkan dan diletakkan pada cawan petri. Larva C. pavonana instar kedua dimasukkan dalam cawan petri sebanyak 10 ekor larva per cawan dan diamati pada 24, 48 dan 72 JSP. Pada setiap pengamatan, daun diganti dengan daun tanpa perlakuan. Parameter yang diamati adalah kematian serangga uji. Pengujian dilakukan sebanyak tiga ulangan dengan tiga konsentrasi berbeda yaitu kontrol (0%), 0,1% dan 0,2%. Uji Formulasi RSA1 pada H. armigera Pengujian formulasi RSA1 pada H. armigera dilakukan dengan dua metode, yaitu metode celup dan metode semprot larva. Masing-masing metode diulang sebanyak tiga kali dengan tiga konsentrasi formulasi RSA1 yaitu kontrol (0%), 0,1% dan 0,2%. Metode celup dilakukan dengan cara mencelupkan daun cabai besar merah pada larutan formulasi RSA1 kemudian dikering-anginkan dan diletakkan pada cawan petri. Larva H. armigera instar kedua dimasukkan dalam cawan petri sebanyak 10 ekor larva per cawan dan diamati pada 24, 48 dan 72 JSP. Pada setiap pengamatan, daun diganti dengan daun tanpa perlakuan. Parameter yang diamati adalah kematian serangga uji. Metode semprot larva dilakukan dengan menyemprotkan larutan formulasi RSA1 pada larva H. armigera yang diletakkan di cawan petri menggunakan hand sprayer kemudian dipindahkan ke dalam botol plastik kecil yang telah diisi dengan potongan baby corn. Setiap botol plastik kecil diisi 1 ekor larva dan jumlah untuk 1 ulangan sebanyak 10 ekor larva sehingga dibutuhkan 90 botol plastik kecil untuk 3 ulangan kemudian diamati pada 24, 48 dan 72 JSP. Jika pada 26 saat pengamatan pakan telah habis, maka harus ditambahkan pakan yang baru. Parameter yang diamati adalah kematian serangga uji. Rancangan Percobaan Penelitian ini terdiri dari empat pengujian, yaitu uji formulasi RSA1 pada S. litura dengan dua metode yaitu celup dan semprot larva, uji formulasi RSA1 pada M. testulalis dengan metode celup, uji formulasi RSA1 pada C. pavonana dengan metode celup, dan uji formulasi RSA1 pada H. armigera dengan metode celup dan semprot larva. Parameter yang diamati adalah kematian serangga uji. Masing-masing pengujian tersebut dilakukan sebanyak tiga ulangan dan disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL). Analisis Data Data persentase kematian serangga uji dianalisis dengan Statistical Analisis System (SAS) versi 6.12 dan pembandingan nilai tengah dengan selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%.