faktor-faktor penghambat yang berhubungan

advertisement
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PELAKSANAAN 10T PADA IBU HAMIL
DI PUSKESMAS SIM-TIM KECAMATAN SIMEULUE TIMUR
KABUPATEN SIMEULUE
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan
Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah
Banda Aceh
Oleh :
TRIA NOVITA
NIM : 10010098
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH
TAHUN 2013
1
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PELAKSANAAN 10T PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS
SIM-TIM KECAMATAN SIMEULUE TIMUR
KABUPATEN SIMEULUE
TAHUN 2013
Tria Novita1, Cut Rosmawar, SST2
xii + 52 halaman, 2 Gambar, 9 Tabel, dan 13 Lampiran.
Latar Belakang : Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Aceh mencapai 209/1000
Kelahiran Hidup (KH), Angka Kematian Bayi (AKB) berada di atas rata-rata nasional
yitu mencapai 40/1000 KH. Akibat yang dapat ditimbulkan dari pemerikasaan kehamilan
yang tidak sesuai dengan standar minimal yaitu komplikasi obstetri yang mungkin terjadi
selama kehamilan tidak dapat di deteksi sedini mungkin serta di tangani secara memadai.
Didapatkan data hasil cakupan kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) januari s/d
Desember 2012, jumlah sasaran ibu hamil sebanyak 716 orang, dengan cakupan K1
sebanyak 643 orang (88,78%) dan cakupan K4 sebanyak 532 orang (75,1%) sehingga
didapatkan cakupan K4 dengan jumlah yg rendah dari cakupan K1.
Tujuan Penelitian :untuk mengetahui faktor-faktor penghambat yang berhubungan
dengan pelaksanaan 10T pada ibu hamil di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue
Timur Kabupaten Simeulue tahun 2013.
Metode Penelitian : bersifat analitik, dengan teknik pengambilan sampel total sampling
yang berjumlah 25 responden di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue Timur
Kabupaten Simeulue pada tanggal 27-30 Mei 2013.
Hasil Penelitian :pengetahuan bidan kurang dan pelaksanaan 10T kurang (84,6%)
dengan p=0,015 (p<0,05), fasilitas bidan tidak lengkap dan pelaksanaan 10T kurang
(85,7%) dengan p=0,005 (p<0,05), sikap bidan negatif dan pelaksanaan 10T kurang
(80,0%) dengan p=0,034 (p<0,05).
Kesimpulan dan saran : pengetahuan bidan kurang dengan fasilitas bidan tidak lengkap
serta sikap bidan yang negatif, dan diharapkan dapat menjadi bahan masukan khususnya
kepada bidan untuk meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan dalam menerapkan
standar pelayanan 10T pada ibu hamil agar tercapai pelayanan yang berkualitas dan
professional.
Kata Kunci
Kepustakaan
: 10T, Pengetahuan, Fasilitas, Sikap, Bidan
: 26 Buku + 2 KTI + 7 Situs Internet (2002-2013)
________________________________________________________________________
Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah
2
Dosen Pembimbing Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah
1
2
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacuan dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Banda Aceh, 17 Juli 2013
Peneliti
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT dengan berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Faktor-Faktor Penghambat Yang Berhubungan Dengan
Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan
Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013” telah dapat peneliti
selesaikan, tidak lupa pula salawat dan salam peneliti hantarkan ke pangkuan alam
Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam
kegelapan ke alam terang benderang yang penuh ilmu pengetahuan.
Peneliti menyadari Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan tanpa
bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Dedi Zefrizal, ST, Selaku Ketua Yayasan U’Budiyah Indonesia.
2.
Ibu Marniati, SE, M.Kes, Selaku Ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
3.
Ibu Cut Efriana, SST Selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan STIKes
U’Budiyah Banda Aceh.
4.
Ibu Cut Rosmawar, SST Selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5.
Candra Agusdi, Amd.AK Selaku Enumerator dalam penelitian Karya Tulis
Ilmiah ini.
6.
Ibu Cut Yuniwati, SKM, M.Kes selaku Dosen Penguji I dan Ibu Elfi
Mursyidah, SST selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
7.
Para Dosen dan Staf Akademik STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
8.
Keluarga tercinta khususnya buat mama dan papa peneliti yang senantiasa
menjadi sumber inspirasi bagi peneliti, selalu menghibur peneliti dikala suka
dan
duka
serta
tak
bosan-bosannya
memberikan
dorongan
demi
terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
9.
Semua teman-teman angkatan 2010 di STIKes U’Budiyah Banda Aceh yang
telah memberikan bantuan serta dukungannya dalam pelaksanaan Karya Tulis
Ilmiah ini.
4
Akhirnya peneliti mengharapkan saran yang bersifat menbangun dari
semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, semoga berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
Banda Aceh, 17 Juli 2013
Peneliti
(TRIA NOVITA)
5
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................. ii
PENGESAHAN PENGUJI ......................................................................... iii
ABSTRAK................................................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
BABII TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8
A. Kunjungan Kehamilan ................................................................. 8
B. Faktor Penghambat Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Standar
10T Pada Ibu Hamil ..................................................................... 19
C. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Pelaksanaan Asuhan .... 27
D. Resiko Tidak Melaksanakan Asuhan Standar 10T ......................... 28
E. Kerangka Teoritis ......................................................................... 29
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN ....................................... 30
A. Kerangka Konsep ......................................................................... 30
B. Defenisi Operasional ..................................................................... 31
C. Hipotesa........................................................................................ 32
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................ 33
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 33
B. Populasi Dan Sampel .................................................................... 33
C. Tempat Dan Waktu Penelitian....................................................... 34
6
D. Cara Pengambilan Data ................................................................. 34
E. Instumen Penelitian ....................................................................... 35
F. Pengolahan Dan Analisa Data ....................................................... 35
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 38
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 38
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 39
C. Pembahasan .................................................................................. 45
BAB VI PENUTUP .................................................................................... 51
A. Kesimpulan ................................................................................... 51
B. Saran............................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Teoritis ..................................................................... 29
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 30
8
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel Imunisasi TT 0,5 cc ............................................................ 13
Tabel 3.1. Definisi Operasional ..................................................................... 31
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan 10T Oleh Bidan Pada Ibu
Hamil ........................................................................................... 39
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Dalam Penerapan
Standar 10T Pada Ibu Hamil ....................................................... 40
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Fasilitas Bidan Dalam Penerapan
Standar 10T Pada Ibu Hamil ....................................................... 40
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sikap Bidan Dalam Penerapan
Standar 10T Pada Ibu Hamil ....................................................... 41
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Di Tinjau Dari
Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hami .................................................. 42
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Fasilitas Bidan Di Tinjau Dari
Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hami .................................................. 43
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Sikap Bidan Di Tinjau Dari
Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hami .................................................. 44
9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Surat Pengambilan Data
Surat Balasan Pengambilan Data
Permohonan Menjadi Responden
Persetujuan Menjadi Responden
Surat Izin Penelitian
Surat Balasan Izin Penelitian
Daftar Cheklist
Kuesioner
Kunci Jawaban
Master Tabel
SPSS
Lembar Konsul
Biodata
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diwarnai oleh
rawannya derajat kesehatan ibu dan anak, terutama pada kelompok yang
paling rawan yaitu ibu hamil, ibu bersalin dan bagi pada masa perinatal. Hal
ini ditandai oleh tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Angka kematian ibu memang sangat tinggi, menurut WHO (world health
organization) tahun 1996, terjadi kematian maternal sekitar 585.000
orang/tahun, sedangkan kematian perinatal adalah sekitar 10 juta jiwa. Sekitar
90% kematian terjadi di Negara berkembang, dan sekitar sepertiga kematian
terjadi akibat pertolongan gugur kandung yang tidak aman dan tidak bersih.
Penyebab utama kematian tetap trias yaitu berupa perdarahan 60%, infeksi
25%, gestosisi 15%, penyebab lainnya hanya 5%. Oleh karena itulah maka
sejak tahun 1990 sampai 1991 Departemen Kesehatan dibantu oleh WHO,
UNICEF dan UNDP melaksanakan assessment safe mother hood sampai saat
ini. Hasil kegiatan dari assessment safe mother hood adalah rekomendasi
rencana kegiatan 5 (lima) tahun (Manuaba,dkk.2007).
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007
menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi
yaitu 228/100.000 kelahiran hidup (KH), sedangkan Angka Kematian Bayi
(AKB) di Indonesia juga masih relatif tinggi yaitu 34/1000 KH (DepKes RI,
2010).
11
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (DepKes RI, 2010)
penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain Kekurangan Energi Kronis
(KEK) pada kehamilan (37%), dan anemia pada kehamilan (40%), sedangkan
berdasarkan laporan rutin PWS-KIA pada tahun 2007, penyebab langsung
kematian ibu adalah akibat perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), dan
lain-lain (33%).
Kebijakan Departemen
Kesehatan (DepKes,
2010)
dalam upaya
mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) pada dasarnya mengacu
kepada intervensi strategis “Empat pilar Safe Motherhood”. Dewasa ini program
keluarga berencana sebagai pilar pertama telah dianggap berhasil. Namun, untuk
mendukung upaya mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
diperlukan penajaman sasaran agar kejadian “4 terlalu (terlalu muda, terlalu tua,
terlalu dekat jarak kehamilan, terlalu banyak anak)” dan kehamilan yang tidak
diinginkan dapat ditekan serendah mungkin. Akses terhadap pelayanan antenatal
sebagai pilar kedua cukup baik, yaitu 87% pada tahun 1997 namun mutunya
masih perlu ditingkatkan terus. Pelayanan Antenatal adalah pelayanan kesehatan
oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya dilaksanakan sesuai
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) yang dalam penerapannya meliputi 7T dan
meningkat menjadi 10T .
Seiring berjalannya waktu pasti tuntutan akan peningkatan kualitas
pelayanan asuhan kebidanan. Salah satunya adalah pada beberapa wilayah standar
minimal pemeriksaan asuhan kebidanan tidak lagi “7T” tetapi menjadi “10T”,
meliputi timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur
12
lingkar lengan atas (nilai status gizi), ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi
janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan berikan
imunisasi Tetanus Toxoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat Fe minimal
90 tablet selama kehamilan, test laboratorium, tatalaksana kasus, temu wicara
(konseling) termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)
serta KB pasca persalinan (DepKes RI, 2010).
Listiyaningsih (2010) menjelaskan akibat yang dapat ditimbulkan dari
pemerikasaan kehamilan yang tidak sesuai dengan standar minimal yaitu
komplikasi obstetri yang mungkin terjadi selama kehamilan tidak dapat di deteksi
sedini mungkin serta di tangani secara memadai. Komplikasi obstetri itu antara
lain : komplikasi obstetri langsung (perdarahan, preeklamsi/eklamsi, kelainan
letak, anak besar, kehamilan kembar, ketuban pecah dini), komplikasi obstetri
tidak langsung (sakit jantung, hepatitis, tuberkulosa, anemia, diabetes melitus) dan
komplikasi yang berhubungan dengan obstetric (cedera akibat kecelakaan
kendaraan, keracunan, kebakaran).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Aceh mencapai 209/1000
Kelahiran Hidup (KH), Angka Kematian Bayi (AKB) berada di atas rata-rata
nasional yitu mencapai 40/1000 KH (Dinkes Prov Aceh, 2009).
Berdasarkan data terakhir Desember 2011, jumlah Angka Kematian Ibu
(AKI) melahirkan di Aceh berkisar 190/100.000 kelahiran hidup (KH) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) berkisar 30/1.000 Kelahiran Hidup (KH). Maka dari itu
upaya pengurangan terus dilakukan oleh Pemerintah Aceh sebagai salah satu
13
indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bidang kesehatan (Dinkes Prov
Aceh, 2011).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue (2012),
jumlah sasaran ibu hamil sebanyak 1997 orang, dengan cakupan ibu hamil K1
sebanyak 1839 orang (92,09%) dan cakupan ibu hamil K4 sebanyak 1668 orang
(83,52%).
Data dari Laporan Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue Timur
Kabupaten Simeulue yang terletak di Kota Sinabang, didapatkan data hasil
cakupan kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Januari s/d Desember 2012,
jumlah sasaran ibu hamil sebanyak 716 orang, dengan cakupan K1 sebanyak 643
orang (88,78%), dan cakupan K4 sebanyak 532 (75,1%) ibu hamil dengan jumlah
Bidan di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue
sebanyak 25 orang.
Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas Sim-Tim
Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue, pelaksanaan 10T belum
berjalan sesuai standar pelayanan asuhan kebidanan yang sekarang sudah menjadi
10T, menurut dari survey terhadap 3 bidan yang bertugas di Puskesmas Sim-Tim
Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue, program standar pelayanan
asuhan kebidanan yang sedang dilaksanakan masih 7T, sedangkan 3T yang lain
masih belum dilaksanakan sesuai standar pelayanan asuhan kebidanan yang baru.
Bidan hanya melaksanakan asuhan kebidanan yang meliputi timbang berat badan
dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, tentukan
persentasi janin dan hitung DJJ, pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe,
14
dan Konseling, sedangkan 3T yang belum dilaksanakan adalah tes laboratorium,
terapkan status gizi, dan tatalaksana kasus. Hal ini mungkin disebabkan oleh
karena dari 25 orang bidan yang bertugas di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan
Simeulue Timur Kabupaten Simeulue hanya 12 orang bidan PNS dan 2 orang
bidan desa yang pernah mengikuti pelatihan KIA yang terdiri dari ANC
terintegrasi, KIPKA resusitasi, KB, ABPK, PWS-KIA dan APN, menyebabkan
bidan kurang terampil dalam mengaplikasikan 10T pada pelayanan asuhan
kebidanan pada ibu hamil yang datang berkunjung ke Puskesmas Sim-Tim
Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue serta minimnya pengetahuan
dan sikap/kepedulian bidan dalam melaksanakan 10T. Maka dari itu peneliti
tertarik ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang Faktor-Faktor Penghambat
Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hamil Di Puskesmas SimTim Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah adalah “Adakah
Faktor-Faktor Penghambat Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan 10T
Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue Timur
Kabupaten Simeulue ?”
15
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-faktor penghambat yang berhubungan
dengan pelaksanaan 10T pada ibu hamil di Puskesmas Sim-Tim
Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan bidan dengan
pelaksanaan 10T pada ibu hamil di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan
Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013 .
b. Untuk mengetahui hubungan antara fasilitas dengan pelaksanaan 10T
pada ibu hamil di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue Timur
Kabupaten Simeulue Tahun 2013.
c. Untuk mengetahui hubungan antara sikap bidan dengan pelaksanaan
10T pada ibu hamil di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue Timur
Kabupaten Simeulue Tahun 2013.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat mengetahui
secara langsung penerapan standar asuhan antenatal serta melatih peneliti
dalam mengembangkan berfikir secara objektif sehingga menjadi
pengalaman yang berguna bagi peneliti dalam bidang penulisan dan Karya
Tulis Ilmiah (KTI).
16
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat memberikan manfaat terhadap kemajuan ilmu dan penulisan ini juga
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dari perpustakaan program
studi D-III Kebidanan U’Budiyah Banda Aceh.
3. Bagi Responden
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam upaya meningkatkan
mutu pelayanan kebidanan dalam penerapan standar asuhan antenatal.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kunjungan Kehamilan
1. Pengertian Antenatal Care
Antenatal care (ANC) merupakan suatu program yang terencana
berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan
memuaskan. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu
bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai
dengan standar minimal pelayanan antenatal (Saifuddin, 2002). Standar
pelayanan kebidanan 10T adalah pedoman-pedoman yang telah ditetapkan
dalam memberikan perawatan kepada ibu hamil sehingga meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak yang di kandungnya (DepKes
RI, 2010).
Menurut Saifuddin (2002), kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu
hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan ANC
sesuai standar yang telah di tetapkan. Istilah kunjungan disini tidak hanya
mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan,
tetapi setiap kontak tenaga kesehatan baik dipuskesmas, posyandu,
polindes,maupun kunjungan rumah.
18
a. Kunjungan baru hamil (K1), yaitu kunjungan baru hamil adalah kunjungan
ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan.
b. Kunjungan ulang, yaitu kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan
tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya untuk mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu periode kehamilan.
c. Kunjungan keempat (4), yaitu kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan
yang keempat atau lebih untuk mendapat pelayanan antenatal sesuai
standar (Saifuddin, 2002).
2.
Tujuan Pelayanan Antenatal Care
Saifuddin (2002), menjelaskan bahwa pelayanan antenatal bertujuan
untuk :
a.
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin.
b.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mentak dan sosial
pada ibu dan bayi.
c.
Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
d.
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI eksklusif.
19
f.
Mempersiapkan peran bu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
3.
Standar Pelayanan Antenatal Care
Menurut Joesrham (2012), pelayanan antenatal adalah pelayanan
kesehatan
oleh
tenaga
profesional
untuk
ibu
selama
masa
kehamilannya, Bidan sebaiknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.
Dalam memberikan asuhan/pelayanan standar minimal 7 T (timbang BB),
ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, TT, tablet besimin 90 tablet
selama hamil, tes PMS, temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. Namun
standar ini sudah berkembang menjadi 10T hingga 14T.
Pelayanan pemeriksaan selama kehamilan (ANC) adalah pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada ibu selama kehamilannya sesuai dengan
standar pelayanan yang lengkap, lengkap mencakup banyak hal yang meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik baik umum dan kebidanan, pemeriksaan
laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus sesuai dengan
resiko yang ada. ANC dilakukam minimal 1 kali dalam trimester I, 1 kali
dalam trimester II dan 2 kali dalam trimester III. Dalam penerapan
operasionalnya dikenal standar yang disebut dengan 7T yang sekarang
meningkat menjadi 10T (Joesrham, 2012).
Depkes RI (2010), menyatakan bahwa dalam penerapan praktis
asuhan kebidanan pada ibu menggunakan standar minimal pelayanan
antenatal menjadi “10T”, yang terdiri :
20
a.
Timbang Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan
Menurut Kusmiyati (2008), pertambahan berat badan yang normal
pada ibu hamil yaitu berdasarkan masa tubuh (BMI: Body Mass Index)
dimana metode ini untuk menentukan pertambahan berat badan yang optimal
selama masa kehamilan, karena merupakan hal yang penting mengetahui
BMI wanita hamil. Total pertambahan berat badan pada kehamilan yang
normal 11,5-16 kg. adapun tinggi badan menentukan ukuran panggul ibu,
ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil antara lain >145 cm.
Menurut Prawirohardjo (2002), berat badan di ukur dalam kg tanpa
sepatu dan memakai pakaian yang seringan-ringannya. Berat badan yang
bertambah terlalu besar atau kurang perlu mendapatkan perhatian khusus
karena memungkinkan terjadinya penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan
tidak boleh lebih dari 1/2 kg/minggu, jika ditemukan hal demikian segera
rujuk.
Menurut DepKes RI (2010), mengukur tinggi badan adalah salah satu
deteksi dini kehamilan dengan faktor resiko, dimana bila tinggi badan ibu
hamil kurang dari 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang.
b.
Ukur Tekanan Darah
Prawirohardjo (2002) menjelaskan bahwa, mengukur tekanan darah
dengan posisi ibu hamil duduk atau berbaring, posisi tetap sama pada
pemeriksaan pertama maupun berikutnya. Letakkan tensimeter dipermukaan
yang datar setinggi jantungnya. Gunakan
21
ukuran manset yang sesuai.
Tekanan darah diatas 140/90 mmHg atau peningkatan distol 15 mmHg/lebih
sebelum kehamilan 20 minggu atau paling sedikit pada pengukurann dua kali
berturut-turut pada selisih waktu 1 jam berarti ada kenaikan nyata dan ibu
perlu di rujuk.
c.
Ukur Tinggi Fundus Uteri
Pemeriksaan kehamilan untuk menentukan tuanya kehamilan dan
berat badan janin dilakukan dengan pengukuran tinggi fundus uteri yang
dapat dihitung dari tanggal haid terakhir dan menggunakan rumus (Mochtar,
2002). Apabila usia kehamilan dibawah 24 minggu pengukuran dilakukan
dengan jari, tetapi apabila kehamilan diatas 24 minggu memakai
pengukuran mc Donald yaitu dengan cara mengukur tinggi fundus memakai
cm dari atas simfisis ke fundus uteri kemudian ditentukan sesuai rumusnya
(Kusmiyati, 2008).
d.
Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) Lengkap
Menurut Prawirohardjo (2002), pemberian imunisasi tetanus toxoid
pada kehamilan umumnya diberikan 2 kali saja, imunisasi pertama diberikan
pada usia kehamilan 16 minggu untuk yang kedua diberikan 4 minggu
kemudian, akan tetapi untuk memaksimalkan perlindungan maka dibentuk
program jadwal pemberian imunisasi pada ibu hamil.
22
Tabel 2.1. Imunisasi TT 0,5 cc
Interval (Selang Waktu
Minimal)
Antigen
Lama
Perlindungan
%
Perlindungan
-
TT 1
Pada kunjungan antenatal
pertama
-
TT2
4 minggu setelah TT1
3 tahun*
80
TT3
6 bulan setelah TT2
5 tahun
95
TT4
1 tahun setelah TT3
10 tahun
99
TT5
1 tahun setelah TT4
25 tahun
99
(Prawirohardjo, 2002)
Keterangan : * artinya dalam waktu 3 tahunWUS tersebut melahirkan,
maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus Neonatorum)
(Prawirohardjo, 2002).
Vaksin TT diberikan sedini mungkin dengan dosis pemberian 0,5 cc
IM (intra muskular) di lengan atas/paha/bokong. Khusus untuk calon
pengantin diberikan imuniasasi TT 2x dengan interval 4 minggu. Usahakan
TT1 dan TT2 diberikan sebelum menikah (Salmah, 2006).
e.
Pemberian Tablet Besi minimal 90 tablet selama kehamilan
Menurut Lubis (2009), pada masa kehamilan volume darah menigkat
seiring kebutuhan zat besi. Suplement zat besi selama hamil terbukti
membantu mencegah defisiensi zat besi. Kekurangan zat besi bisa
mempertinggi resiko komplikasi disaat persalinan dan resiko melahirkan
berat badan rendah dan premature. Para ahli menganjurkan wanita hamil
mengkonsumsi zat 27 mg hari, yaitu 50% diatas kebutuhan normal.
23
Depkes (2004), mengemukakan bahwa WHO juga menganjurkan
pemberian ferro sulfat 320 mg (setara dengan 60 mg zat besi) 2 kali sehari
bagi semua ibu hamil. Jika Hb 9% atau kurang dari pada salah satu kunjungan
tingkatkan tablet zat besi menjadi 3 kali 1 tablet/hari sampai akhir masa
kehamilannya.
Kebijakan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di indonesia saat
ini menetapkan :
1)
Pemberian tablet Fe (320 mg Fe sulfat dan 0,5 mg asam folat) unttuk
semua ibu hamil sebanyak 1 kali tablet selama 90 hari. Jumlah tersebut
mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan yaitu100
mg.
2)
Bila ditemukan anemia pada ibu hamil, diberikan tablet zat besi 2-3 kali
1 tablet/hari selama 2-3 bulan dan dilakukan :
a.
Pemantauan Hb (bila masih anemia)
b.
Pemeriksa sampel tinja untuk melihat kemungkinan adanya cacing
tambang dan parasit lainnya.
c.
Pemeriksa darah tepi terhadap parasit malaria (di daerah endemik).
Pada setiap kali kunjungan mintalah ibu untuk meminum tablet zat besi
yang cukup, hindari meminum teh/kopi 1 jam sebelum/sesudah makan karena
dapat mengganggu penyerapan zat besi. Tablet zat besi lebih dapat diserap
jika disertai dengan mengkonsumsi vitamin C yang cukup. Jika vitamin C
dikonsumsi ibu dalam makanannya tidak tercukupi berikan tablet vitamin C
250 mg perhari (DepKes RI, 2004).
24
f.
Tes Laboratorium
Depkes RI (2004) mengemukakan bahwa pelayanan kebidanan
kebidanan berkaitan erat dengan penyakit melalui hubungan seksual. Penyakit
ini tidak hanya berpengaruh terhadap ibu akan tetapi juga terhadap bayi yang
dikandung atau dilahirkan. Beberapa contoh penyakit melalui hubungan
seksual :
1) Infeksi monilial penyebab adalah jamur candida albicans
2) Infeksi trichomnial disebabkan oleh trichomonas vaginalis
3) Sifilis disebabkan oleh infeksi treponema pallidum
4) Gonorrea penyebabnya adalah neisseria gonorea
5) Herpes genitalis disebabkan olehh virus simpleks
6) Hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis
7) HIV/AIDS, HIV adalah penyebab AIDS
Jika pemeriksaan penyakit hubungan seksual dilakukan sejak dini
pada ibu hamil kemungkinan masih dapat diobati untuk mencegah terjadinya
komplikasi terhadap ibu dan bayi yang di kandungnya.
g. Temu wicara (konseling dan pemecahan masalah)
Setiawan (2011), menyatakan bahwa temu wicara pasti dilakukan
dalam setiap klien melakukan kunjungan. Bisa berupa anamnesa, konsultasi,
dan persiapan rujukan. Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi,
riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, biopsikososial,
dan pengetahuan klien. Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama
25
penanganan. Tindakan yang harus dilakukan bidan dalam temu wicara antara
lain:
1) Merujuk ke dokter untuk konsultasi dan menolong ibu menentukan
pilihan
yang tepat.
2) Melampirkan kartu kesehatan ibu serta surat rujukan
3) Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil
rujukan
4) Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan
5) Memberikan asuhan antenatal
6) Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah
7) Menyepakati diantara pengambilan keputusan dalam keluarga tentang
rencana proses kelahiran
8) Persiapan dan biaya persalinan.
h. Tentukan persentasi janin dan hitung DJJ
Menurut Setiawan (2011), tujuan pemantauan janin itu adalah untuk
mendeteksi dari dini ada atau tidaknya faktor-faktor resiko kematian prenatal
tersebut (hipoksia/asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan
infeksi). Pemeriksaan denyut jantung janin adalah salah satu cara untuk
memantau janin.
Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil.
Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu / 4
bulan.
26
Gambaran DJJ:
1) Takikardi berat; detak jantung diatas 180x/menit
2) Takikardi ringan: antara 160-180x/menit
3) Normal: antara 120-160x/menit
4) Bradikardia ringan: antara 100-119x/menit
5) Bradikardia sedang: antara 80-100x/menit
6) Bradikardia berat: kurang dari 80x/menit
i.
Tetapkan status gizi
Menurut Kusmiyati (2008), pada ibu hamil (bumil) pengukuran LiLA
merupakan suatu cara untuk mendeteksi dini adanya Kurang Energi Kronis
(KEK) atau kekurangan gizi. Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan
transfer nutrient ke janin berkurang, sehingga pertumbuhan janin terhambat
dan berpotensi melahikan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
BBLR berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang anak. Kurang Energi
Kronis (KEK) (ukuran LILA < 23,5 cm), yang menggambarkan kekurangan
pangan dalam jangka panjang baik dalam jumlah maupun kualitasnya.
Cara melakukan pengukuran LiLA :
1) Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan
meteran
2) Lingkarkan dan masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA.
Baca menurut tanda panah
3) Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan pita
LiLA (Setiawan, 2011).
27
j.
Tatalaksana kasus
Menurut Joesrhan (2012), bila dari hasil pemeriksaan laboratorium
ditemukan penyakit, ibu hamil perlu dilakukan perawatan khusus.
4. Jadwal Kunjungan Antenatal Care
Saifuddin (2002), mengatakan bahwa setiap wanita hamil memerlukan
sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal :
a. Satu kali selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara 14-28)
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan
sesudah minggu 36).
Solihah (2008) mengatakan bahwa perbedaan kunjungan tersebut
dilakukan karena semakin tua usia kehamilan, resiko semakin besar pula.
Antara lain, semakin banyaknya komplikasi sehingga pemeriksaanpun harus
lebih sering dilakukan. Sebaliknya, waktu hamil muda, resiko lebih sedikit
dan perkembangan janinpun masih lambat. Pemeriksaan 4 minggu sekali
dianggap sudah memadai, kecuali kalau ada keluhan dari calon ibu sehingga
dokter akan melakukan pemeriksaan lebih sering.
Pengawasan ibu hamil untuk mendapatkan informasi tentang
kesehatan umum ibu : Menegakkan secara dini penyakit yang menyertai
kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan menetapkan
resiko kehamilan baik berupa resiko rendah, resiko meragukan maupun resiko
tinggi (solihah, 2008).
28
Menurut Manuaba (2006), ketidakpatuhan dalam pemeriksaan
kehamilan yang menyebabkan tidak dapat diketahui berbagai komplikasi
hamil sehingga tidak segera di atasi. Deteksi saat pemeriksaan kehamilan
sangat membantu persiapan pengendalian resiko.
Saifuddin (2002) juga mengatakan apalagi ibu hamil yang tidak
melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah
kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan resiko tinggi dan
komplikasi obstetric yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya,
dan dapat pula menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
B. Faktor Penghambat Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Standar
10T Pada Ibu Hamil
1.
Pengetahuan
Notoatmodjo (2003) mengatakan pengetahuan adalah merupakan
hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui penginderaan
manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan yang tercakup dalam dopminan kognitif dibedakan
dalam 6 tingkatan, yaitu :
a.
Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang sudah
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah
29
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari bahan yang
dipelajari. Ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b.
Memahami (comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
c.
Aplikasi (aplication)
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi yang sebenarnya.
d.
Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya satu
sama lain.
e.
Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f.
Evaluasi ( evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada.
Menurut Mubarak dan Chayatin (2009) pengetahuan seseorang
dipengaruhi oleh pendidikan, usia, minat, pengalaman, dan informasi.
30
a.
Pendidikan
Menurut Sisdiknas (2003), pendidikan adalah suatu usaha dasar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki
kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara.
Mubarak dan Chayatin (2009) mengemukakan pendidikan berarti
bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu ham
agar mereka dapat memahaminya. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin
tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah pula mereka menerima
informasi. Pada akhirnya, makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya,
sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka
akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan,
informasi, dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
b.
Usia
Menurut Mubarak dan Chayatin (2009), dengan bertambahnya usia
seseorang, maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dengan psikologis
(mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar dapat dikategorikan menjadi
empat yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama,
dan timbulnya ciri-ciri baru.
31
c.
Minat
Menurut Mubarak dan Chayatin (2009), minat adalah suatu
kecenderungan atau keinginan yang pernah dialami seseorang terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal
yang pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang mendalam.
Shaleh (2004) juga mengemukakan bahwa secara sederhana minat
dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian
dan bertindak terhadap orang, aktifitas atau situasi yang menjadi objek dari
minat tersebut dengan disertai perasaan senang. Dalam batasan tersebut
terkandung suatu pengertian bahwa di dalam minat ada pemusatan perhatian
subjek, ada usaha (untuk mendekati, mengetahui, memiliki, menguasai,
berhubungan) dari subjek yang dilakukan dengan perasaan senang, adanya
daya tarik dari objek.
d.
Informasi
Menurut
Jajang
(2005),
informasi
adalah
suatu
keterangan,
penerangan, atau data yang telah di proses ke dalam suatu bentuk yang
mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata, sehingga
dapat dipakai sebagai dasar untuk mengambil keputusan demi masa yang
akan datang.
Hidayat (2007) mengatakan nformasi akan memberikan pengaruh
pada pengetahuan seseorang. Seseorang memiliki pendidikan yang rendah,
tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang.
32
Media masa dapat dipakai menyampaikan informasi kepada
masyarakat umum tentang akibat negatif dari suatu aktivitas dan mencoba
membujuk masyarakat untuk berhenti melakukan aktivitas tersebut. Media
masa terbagi 2 bagian, yaitu media cetak (blooker, leaflet, flyer, flip, chart)
dan media elektronik (TV, Radio, slide, film) yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi tentang kesehatan (Hidayat, 2007).
e.
Pengalaman
Menurut Notoatmodjo (2007), pengalaman adalah guru yang baik,
demikian bunyi pepatah, pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman
itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh
karena itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan, hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dengan memecahkan permasalahan yang
dihadapi di masa lalu .
Menurut Mubarak dan Chayatin (2009), pengalaman adalah suatu
kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik akan
berusaha untuk dilupakan seseorang, namun jika pengalaman terhadap objek
tersebut menyenangkan, maka secara psikologi akan timbul kesan yang
sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya
dapat membentuk sikap positif dalam hidupnya.
33
Menurut Budiarto (2002) untuk mengukur tingkat pengetahuan
digunakan kategori sebagai berikut:
1) Baik, apabila x ≥ ̅
2) Kurang, apabila x < ̅
2.
Fasilitas
Menurut DepKes (2002), Fasilitas adalah segala sesuatu yang dipakai
sebagai alat untuk mencapai maksud atau tujuan dalam pelayanan kesehatan
sarana yang menyediakan bentuk pelayanan yang sifatnya lebih luas.
Menurut DepKes (2002), ketersediaan fasilitas kesehatan yang
lengkap yaitu:
a.
Tersedianya sarana fisik
b.
Kelengkapan peralatan medis
c.
Buku-buku pedoman Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga
Berencana (KB) dan pedoman kesehatan lainnya.
d.
Tersedianya tempat untuk pemeriksaan.
Menurut Depkes (2002), fasilitas dan peralatan berguna untuk
mendukung tercapainya tujuan suatu kehamilan sesuai dengan beban tugas
bidan dan fungsi institusi pelayanan.
Definisi operasional sarana dan peralatan adalah :
a.
Tersedianya peralatan dengan standar dan mekanisme keterlibatan.
b.
Ada buku investaris peralatan yang mencerminkan jumlah barang.
c.
Ada pelatihan khusus untuk bidan tentang penggunaan alat tertentu.
d.
Ada prosedur permintaan dan penghapusan alat.
34
Fasilitas untuk penatalaksanaan antenatal yaitu :
a.
Tensimeter
b.
Alat ukur tinggi badan
c.
Alat ukur berat badan
d.
Stetoskop
e.
Stetoskop janin
f.
Alat pemeriksaan hemoglobin (Hb)
g.
Alat pemeriksaan protein urine
h.
Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil/buku Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), register kohort ibu, dan kartu ibu
i.
Pita ukur
j.
Meteran Lingkar Lengan Atas (LiLA)
k.
Tablet Fe
l.
Vaksin TT
Menurut Hidayat (2007), tenaga, dana dan sarana/fasilitas tersebut,
seluruhnya harus sesuai standar pelayanan antenatal yang telah ditetapkan.
Untuk mengukur fasilitas dengan kriteria Ya dan Tidak dengan pilihan
jawaban Ya dan Tidak.
Menurut Budiarto (2002) untuk mengukur fasilitas, dapat digunakan
kategori sebagai berikut :
a) Ya, apabila x ≥
̅
b) Tidak, apabila x <
̅
35
3.
Sikap
a. Pengertian sikap
Sikap merupakan penilaian (berupa pendapat) seseorang terhadap
stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu di dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional. Secara umum sifat dapat
dirumuskan
sebagai
kecenderungan
untuk
merespon
(secara
positif/negatif) terhadap objek dan situasi tertentu (Sarwono, 2002).
Menurut Budiarto (2002) sikap dapat dibedakan atas karakteristik
yaitu :
1)
Sikap positif, adalah sikap yang menunjukkan dan memperlihatkan,
menerima, mengakui, menyetujui, serta berniat melaksanakan
norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.
2)
Sikap negatif, adalah sikap yang menunjukkan penolakan terhadap
suatu norma yang berlaku dimana individu itu berada.
b. Tingkat sikap
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terrdiri dari berbagai tingkatan yaitu :
1) Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding), yaitu memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang memberikan adalah suatu
indikasi dari sikap.
36
3) Menghargai (valuing), yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah
indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible), yaitu bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dipilihnya dengan berbagai resiko merupakan sikap yang
paling tinggi.
Menurut Budiarto (2002) untuk mengetahui tingkat sikap, dapat digunakan
kategori sebagai berikut :
̅
a)
Positif, apabila x ≥
b)
Negatif, apabila x < ̅
C. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Pelaksanaan Asuhan
Kehamilan
1. Peran
Menurut Kusmiyati (2009), bahwa peran bidan terbagi atas :
a.
Pelaksana : memberi asuhan/pelayanan. Bidan mempunyai 3 (tiga)
tugas utama yaitu mandiri, kolaborasi dan rujukan.
Ada tujuh langkah utama yaitu :
1) Mengkaji
2) Menentukan diagnose
3) Menyusun rencana tindakan
4) Melaksanakan tindakan
5) Evaluasi
37
6) Tindak lanjut
7) Dokumentasi
b.
Pengelola : menyusun rencana kerja, mengelola kegiatan pelayanan ibu
hamil, berpartisipasi dalam kegiatan program pelayanan kehamilan.
c.
Pendidik : melakukan penyuluhan, mendidik siswa bidan/ calon bidan.
d.
Penulis : melakukan penulisan tentang kebidanan
2.
Kewajiban Bidan
Kusmiyati (2009), juga menjelaskan kewajiban bidan adalah :
a.
Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kehamilan sesuai standar
profesi dengan menghormati hak-hak klien.
b.
Wajib merujuk,memberikan kesempatan klien beribadah, menjaga
rahasia, member informasi, inform consent,dokumentasi, kerja sama
pihak lain.
D. Resiko Tidak Melaksanakan Asuhan Standar 10T
Menurut Listyaningsih (2010), akibat yang dapat ditimbulkan dari
pemeriksaan kehamilan yang tidak sesuai dengan standar minimal yaitu :
komplikasi obstetri yang mungkin terjadi selama kehamilan tidak dapat
dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai. Komplikasi obstetri
itu
antara
lain
adalah
komplikasi
obstetri
langsung
(perdarahan,
preeklamsi/eklamsi, kelainan letak, anak besar, kehamilan kembar, ketuban
pecah dini), komplikasi obstetri tidak langsung (sakit jantung, hepatitis,
38
tuberkulosa, anemia, diabetes mellitus) dan komplikasi yang berhubungan
dengan obstetri (cedera akibat kecelakaan kendaraan, keracuan, kebakaran).
E. Kerangka Teoritis
Menurut Timpel (2007) yang dapat mempengaruhi kinerja atau
penerapan dari suatu standar yaitu faktor internal yang dihubungkan dengan
kemampuan atau pengetahuan seseorang, sedangkan faktor eksternal yang
berasal dari lingkungan seperti sikap, tindakan dan fasilitas kerja.
Berdasarkan uraian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini
yaitu ( Timple, 2007) :
Faktor internal
- Kemampuan
- Pengetahuan
Penghambat yang
berhubungan dengan
pelaksanaan 10T
pada ibu hamil
Faktor eksternal
- Sikap
- Tindakan
- Fasilitas
Gambar.2.1. Kerangka Teoritis
39
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Menurut Timpel (2007) yang dapat mempengaruhi kinerja atau
penerapan dari suatu standar yaitu faktor internal yang dihubungkan dengan
kemampuan atau pengetahuan seseorang, sedangkan faktor eksternal yang
berasal dari lingkungan seperti sikap, tindakan dan fasilitas kerja.
Berdasarkan uraian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengetahuan
Penghambat yang berhubungan
Fasilitas
dengan pelaksanaan10T pada ibu
hamil
Sikap
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
40
B. Definisi Operasional
No
1
2
Variabel
Dependen
Penghambat
yang
berhubungan
dengan
pelaksanaan
10T pada ibu
hamil
Independen
Pengetahuan
Fasilitas
Sikap
Tabel 3.1.Definisi operasional
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Operasional
Hasil
Ukur
Skala
Ukur
Ordinal
Tindakan yang
Wawancara
menghambat
-Baik, bila
pelaksanaan 10T melaksanakan 10T,
yang dilakukan
-Kurang, bila tidak
bidan pada
melaksanakan 10T
pemeriksaan
kehamilan
Format
checklist
-Baik
-Kurang
Pengetahuan
adalah
merupakan hasil
“tahu” setelah
melakukan
penginderaan
terhadap suatu
objek tertentu.
Segala sesuatu
yang dipakai
dalam
melaksanakan
10T
Kuesioner
-Baik
-Kurang
Ordinal
Kuesioner
- Lengkap
- Tidak
lengkap
Ordinal
Kuesioner
-Positif
-Negatif
Ordinal
Membagikan
kuesioner dengan
kriteria:
- Baik, bila x ≥ 5,88
- Kurang,
bila x < 5,88
Membagikan
kuesioner dengan
kriteria:
- Lengkap,
bila x ≥ 7,56
- Tidak Lengkap,
bila x < 7,56
Tanggapan
Penyebaran
bidan tentang
kuesioner, dengan
pelaksanaan 10T kriteria:
- Positif,
bila x ≥ 41,64
- Negatif,
bila x < 41,64
41
C. Hipotesa
1. Ada hubungan antara pengetahuan bidan dengan pelaksanaan 10T pada ibu
hamil di Puskesmas Sim-Tim
Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten
Simeulue Tahun 2013.
2. Ada hubungan antara fasilitas bidan dengan pelaksanaan 10T pada ibu
hamil di Puskesmas Sim-Tim
Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten
Simeulue Tahun 2013.
3. Ada hubungan antara sikap bidan dengan pelaksanaan 10T pada ibu hamil
di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue
Tahun 2013.
42
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional
dimana data variabel dependen dan independen diteliti dalam waktu
bersamaan, untuk mengetahui Faktor-faktor Penghambat Yang Berhubungan
Dengan Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hamil di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan
Simeulue Timur Kabupaten Simeulue tahun 2013.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Notoatmodjo (2010), populasi penelitian adalah
keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti, dimana populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang bertugas dan memberikan
pelayanan pemeriksaan asuhan kehamilan di Puskesmas Sim-Tim
Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue, yang jumlah total
sebanyak 25 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau mewakili
dari populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan teknik total sampling, dengan kriteria yaitu bidan yang
bertugas dan memberikan pelayanan 10T pada asuhan kehamilan di
43
Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue,
yang jumlah total sebanyak 25 orang.
C. Tempat dan waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten
Simeulue.
2. Waktu Penelitian
Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 27 Mei -30 Mei 2013.
D. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Peneliti dibantu oleh satu orang enumorator yang mana data
tersebut langsung diperoleh dari lapangan dengan melakukan observasi
pada saat bidan memberikan pelayanan asuhan kehamilan tentang
pelaksanaan 10T pada Asuhan Kehamilan di Puskesmas Sim-Tim
Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari laporan Dinas Kesehatan dan
catatan/laporan
Puskesmas
Sim-Tim
Kabupaten Simeulue.
44
Kecamatan
Simeulue
Timur
E. Instumen Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2010), alat pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner yang berbentuk pilihan
multiple choise untuk pertanyaan pengetahuan yang berisi 10 pertanyaan,
dengan nilai benar (1) dan salah (0), sedangkan untuk pertanyaan 10T berisi 2
pertanyaan, dengan pertanyaan sikap berisi 10 pertanyaan. Menurut Ridwan
(2005), untuk pertanyaan positif dengan alternatif jawaban Sangat Setuju
(SS)=5, Setuju (S)=4, Ragu-ragu (RG)=3, Tidak Setuju (TS)=2, Sangat Tidak
Setuju (STS)=1, dan untuk pertanyaan negatif dengan alternatif jawaban
Sangat Setuju (SS)=5, Setuju (S)=4, Ragu-ragu (RG)=3, Tidak Setuju
(TS)=2, Sangat Tidak Setuju (STS)=1. Menurut Hidayat (2007), pertanyaan
untuk fasilitas berisi 15 pertanyaan dengan alternatif pilihan jawaban Ya atau
Tidak. Jika memilih “Ya” =1 dan jika memilih jawaban “Tidak”= 0.
F. Pengolahan dan Analisa Data
1. Langkah-langkah Pengolahan Data
Proses pengolahan data dapat dilakukan melalui beberapa tahap.
Menurut Arikunto (2006) tahap pengolahan data meliputi :
a.
Editing, adalah memeriksa dan menyesuaikan dengan rencana semula
seperti apa yang diinginkan.
b.
Coding, adalah mengklasifikasikan jawaban menurut jenisnya dengan
memberikan kode tertentu.
45
c.
Transfering, adalah memindahkan jawaban responden dalam bentuk
master tabel.
d.
Tabulating, adalah data yang sudah benar kemudian dimasukkan
dalam master tabel distribusi frekuensi.
2.
Analisa Data
a.
Analisa data Univariat
Selanjutnya data dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi,
menurut Sudjana (2005) analisis ini dilakukan untuk mengetahui
distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dengan rumus sebagai
berikut:
P=
x 100%
Keterangan :
P : Persentase
f1 : frekuensi teramati
n : Jumlah responden
b.
Analisa data bivariat
Menurut Arikunto (2006), untuk mengindentifikasi ada tidaknya
hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, dan
variabel dependen dan variabel independen dibuat dalam bentuk table
silang.
Perhitungan analisis dengan menggunakan rumus SPSS versi 17
dengan batas kemaknaan (CI=95%).
46
Arikunto (2006), mengatakan melalui perhitungan chi-square selanjutnya
dibuat suatu kesimpulan dengan ketentuan:
1.
Ha diterima bila nilai P < 0,05 maka ada pengaruh bermakna antara variabel
dependen dengan variabel independen
2.
Ho di tolak bila nilai P < 0,05 maka tidak ada pengaruh antara variabel
dependen dengan variabel independen.
Arikunto (2006), untuk menentukan p- value chi-square Test (x2) tabel,
memiliki ketentuan sebagai berikut:
1.
Bila chi-square Test (x2) tabel terdiri dari tabel 2 x 2 dijumpai nilai e
(harapan) < 5, maka p- Value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada
nilai fisher exact test.
2.
Bila chi-square Test (x2) tabel terdiri dari tabel 2 x 2 tidak dijumpai nilai e
(harapan) < 5, maka p- value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada
nilai continuity correction.
47
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten
Simeulue menempati area seluas 5250 meter dengan panjang lokasi 105 meter
dan lebar 50 meter yang terletak di Kota Sinabang Kecamatan Simeulue Timur
Kabupaten Simeulue yang berbatasan dengan :
1. Sebelah Timur berbatasan dengan
: Jalan Umum
2. Sebelah Barat berbatasan dengan
: Rumah penduduk
3. Sebelah Utara berbatasan dengan
: Bukit
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan
: Rumah penduduk
Puskesmas Sim-Tim terletak di Kota Sinabang Kecamatan
Simeulue Timur Kabupaten Simeulue yang terdiri dari 16 desa diantaranya:
Desa Suak Bulu, Desa Air Dingin, Desa Ameria Bahagia, Desa Kota Baru,
Desa Suka Jaya, Desa Damai Makmur, Desa Suka Maju, Desa Suka Karya,
Desa Amaiteng, Desa Lugu, Desa Linggi, Desa Sefoyan, Desa Ganting, Desa
Kuala Makmur, Desa Ujung Tinggi, Desa Air Pinang. Pada umumnya yang
berkunjung ke puskesmas Sim-Tim tersebut dominan masyarakat yang berada
dikawasan Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten
Simeulue.
48
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di Puskesmas SimTim Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue pada tanggal 27 Mei
sampai 30 Mei 2013 dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi sebagai
berikut :
1. Analisa Univariat
a. Pelaksanaan 10T
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pelaksanaan 10T Oleh Bidan Pada Ibu Hamil
Di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue Timur
Kabupaten Simeulue
No
Pelaksanaan 10T
Frekuensi
%
1
Baik
10
40
2
Kurang
15
60
25
100
Total
Sumber : Data Primer, diolah tahun 2013
Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa dari 25
responden yang diteliti, sebagian besar pelaksanaan 10T bidan pada ibu
hamil dengan kategori kurang sebanyak 15 orang (60%).
49
b. Pengetahuan
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Dalam Penerapan
Standar 10T Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sim-Tim
Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue
No
Pengetahuan
Frekuensi
%
1
Baik
12
48
2
Kurang
13
52
25
100
Total
Sumber : Data Primer, diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 25 responden yang
diteliti, sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang dalam
melaksanakan 10T pada ibu hamil sebanyak 13 orang (52%).
c. Fasilitas
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Fasilitas Bidan Dalam Penerapan Standar 10T
Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sim-Tim
Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue
No
Fasilitas
Frekuensi
%
1
Lengkap
11
44
2
Tidak lengkap
14
56
25
100
Total
Sumber : Data Primer, diolah tahun 2013
50
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 25 responden yang
diteliti, sebagian besar responden mengatakan fasilitas Tidak lengkap dalam
melaksanakan 10T pada ibu hamil sebanyak 14 orang (56%).
d. Sikap
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Sikap Bidan Dalam Penerapan Standar 10T
Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sim-Tim
Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue
No
Sikap
Frekuensi
%
1
Positif
10
40
2
Negatif
15
60
25
100
Total
Sumber : Data Primer, diolah tahun 2013
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 25 responden yang
diteliti, sebagian besar responden memiliki sikap negatif dalam melaksanakan
10T pada ibu hamil sebanyak 15 orang (60%).
51
2.
Analisa Bivariat
a.
Pengetahuan Bidan Dalam Penerapan Standar 10T Pada Ibu Hamil Di
Tinjau Dari Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hamil
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Di Tinjau Dari
Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan
Simeulue Timur Kabupaten Simeulue
Pelaksanaan 10T
No
Pengetahuan
Baik
Kurang
Jumlah
f
%
f
%
f
%
1
Baik
8
66,7
4
33,3
12
100
2
Kurang
2
15,4
11
84,6
13
100
P
0,015
Sumber : Data Primer, diolah tahun 2013
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa 13 responden yang
pengetahuannya kurang dengan penatalaksanaan 10T juga kurang
sebanyak (84,6%) sedangkan dengan pengetahuan kurang dengan
penatalaksanaan 10T baik ada 11 responden (15,4%).
Setelah diuji statistik dengan chi-square tes diperoleh nilai
p=0,015 lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian hipotesa mengatakan
ada hubungan antara Pengetahuan dengan Pelaksanaan 10T Pada Ibu
Hamil Di Puskesmas Sim-Tim- Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten
Simeulue.
52
b.
Fasilitas Bidan Dalam Penerapan Standar 10T Pada Ibu Hamil Di Tinjau Dari
Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hamil
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Fasilitas Bidan Di Tinjau Dari Pelaksanaan
10T Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue
Timur Kabupaten Simeulue
Pelaksanaan 10T
No
Fasilitas
Baik
Kurang
Jumlah
f
%
f
%
f
%
1
Lengkap
8
72,7
3
27,3
11
100
2
Tidak Lengkap
2
14,3
12
85,7
14
100
p
0,005
Sumber : Data Primer, diolah tahun 2013
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa 12 responden yang
fasilitasnya tidak lengkap dengan penatalaksanaan 10T juga kurang sebanyak
(85,7%) sedangkan dengan fasilitas lengkap dengan penatalaksanaan 10T
baik ada 8 responden (72,7%).
Setelah diuji statistik dengan chi-square tes diperoleh nilai p=0,005
lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian hipotesa mengatakan ada hubungan
antara Fasilitas dengan Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hamil Di Puskesmas SimTim- Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue.
53
c.
Sikap Bidan Dalam Penerapan Standar 10T Pada Ibu Hamil Di Tinjau Dari
Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hamil
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Sikap Bidan Di Tinjau Dari Pelaksanaan 10T
Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue
Timur Kabupaten Simeulue
Pelaksanaan 10T
No
Sikap
Baik
Kurang
Jumlah
f
%
f
%
F
%
1
Positif
7
70,0
3
30,0
10
100
2
Negatif
3
20,0
12
80,0
15
100
P
0,034
Sumber : Data Primer, diolah tahun 2013
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa 12 responden yang
sikapnya negatif dengan penatalaksanaan 10T juga kurang sebanyak (80,0%)
sedangkan dengan sikap positif dengan penatalaksanaan 10T baik ada 7
responden (70,0%).
Setelah diuji statistik dengan chi-square tes diperoleh nilai p=0,034
lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian hipotesa mengatakan ada hubungan
antara Sikap dengan Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hamil Di Puskesmas SimTim- Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue.
54
C. Pembahasan
1. Hubungan Pengetahuan Bidan Tentang Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hamil
Di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten
Simeulue.
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa 13 responden yang
pengetahuannya kurang dengan penatalaksanaan 10T juga kurang
sebanyak (84,6%) sedangkan dengan pengetahuan kurang dengan
penatalaksanaan 10T baik ada 11 responden (15,4%).
Setelah diuji statistik dengan chi-square tes diperoleh nilai
p=0,015 lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian hipotesa mengatakan
ada hubungan antara Pengetahuan dengan Pelaksanaan 10T Pada Ibu
Hamil Di Puskesmas Sim-Tim- Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten
Simeulue.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Notoadmodjo (2007), pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi,
maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun
perlu ditekankan bahwa seseorang yang perpendidikan rendah tidak
berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan
tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal akan tetapi juga dapat
diperoleh pada pendidikan non-formal. Pengetahuan menjadi landasan
penting
untuk menentukan suatu tindakan, semakin tinggi tingkat
55
pengetahuan seseorang semakin baik pula seseorang mampu bertindak
dan mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya.
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh
Anisah (2010) dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan
Tentang Pelaksanaan 10T Pada Asuhan Kehamilan Di Puskesmas Suka
Makmur Kabupaten Aceh Besar Tahun 2010, diperoleh hasil bahwa dari
30 responden yang diteliti, terdapat 13 responden (56,5%) memiliki
pengetahuan dengan kategori baik dan melaksanakan 10T pada asuhan
kehamilan, sedangkan 10 responden (43,5%) memiliki pengetahuan
dengan kategori baik namun tidak melaksanakan 10T pada asuhan
kehamilan dengan p = 0,045 (p < 0,05).
Menurut peneliti sebagian besar responden berpengetahuan
Kurang di karenakan belum sepenuhnya memahami tentang penerapan
standar 10T pada ibu hamil, hal ini juga disebabkan karena kurangnya
bimbingan, minat untuk menggali ilmu pengetahuan serta informasi
tentang pelaksanaan penerapan standar 10T pada ibu hamil dari IBI
(Ikatan Bidan Indonesia).
2.
Hubungan Fasilitas Bidan Tentang Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue.
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa 12 responden yang
fasilitasnya tidak lengkap dengan penatalaksanaan 10T juga kurang
sebanyak
(85,7%)
sedangkan
dengan
fasilitas
penatalaksanaan 10T baik ada 8 responden (72,7%).
56
lengkap
dengan
Setelah diuji statistik dengan chi-square tes diperoleh nilai p=0,005
lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian hipotesa mengatakan ada
hubungan antara Fasilitas dengan Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Sim-Tim- Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue.
Menurut Kohler (2003), ada lima faktor dominan atau penentu
mutu pelayanan salah satunya berwujud (Tanngieble) adalah sesuatu yang
dapat terwujud seperti peralatan, penampilan petugas, kebersihan, kerapian,
kenyamanan
ruangan,
kelengkapan,
dan
kesiapan
petugas
dalam
memberikan pelayanan.
Fasilitas dan peralatan berguna untuk mendukung tercapainya
tujuan asuhan kehamilan sesuai dengan beban tugas bidan dan fungsi
institusi pelayanan. Ketersediaan fasilitas kesehatan antara lain: tersedianya
kelengkapan peralatan medis, buku-buku pedoman pemeriksaan kehamilan
dan buku pedoman kesehatan lainnya serta tersedianya tempat untuk
pemeriksaan (DepKes, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan Herlisa (2011)
dengan judul Gambaran Faktor Penghambat 7T Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan
Raya, diperoleh hasil bahwa dari 35 responden yang diteliti terdapat 16
responden (45,7%) yang mengatakan fasilitas lengkap sedangkan 19
responden (54,3%) mengatakan fasilitas tidak lengkap.
Menurut peneliti fasilitas yang ada di Puskesmas Sim-Tim
tergolong tidak lengkap, hal ini dikarenakan kurangnya partisipasi atau
57
kepedulian
pemerintah
terhadap
penerapan
standar
10T
sehingga
menyebabkan petugas tidak dapat melaksanakan 10T akibat fasilitas yang
kurang dari standar yang telah ditetapkan. Padahal fasilitas tidak bisa
dipisahkan dalam memberikan pelayanan untuk mencapai tujuan bidan
dalam memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang telah di tetapkan,
oleh sebab itu fasilitas sangat penting perannya dalam memberikan
pelayanan serta untuk mendapatkan hasil yang baik dalam suatu pelayanan.
3.
Hubungan Sikap Bidan Tentang Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue.
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa 12 responden yang
sikapnya negatif dengan penatalaksanaan 10T juga kurang sebanyak
(80,0%) sedangkan dengan sikap positif dengan penatalaksanaan 10T baik
ada 7 responden (70,0%).
Setelah diuji statistik dengan chi-square tes diperoleh nilai p=0,034
lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian hipotesa mengatakan ada
hubungan antara Sikap dengan Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Sim-Tim- Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus sosial, sikap
mengandung unsur menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung
jawab (Notoatmodjo,2005).
58
Hal ini diperkuat oleh teori dari Budiarto (2002) yang menjelaskan
bahwa sikap dapat dibedakan dari karekteristiknya, seperti sikap positif
adalah sikap
yang
menunjukkan atau memperlihatkan,
menerima,
menyetujui, menghargai, serta berniat melaksanakan norma-norma yang
berlaku dimana individu itu berada. Sedangkan sikap negatif adalah sikap
yang menunjukkan penolakan terhadap suatu norma yang berlaku dimana
individu itu berada.
Menurut Kohler (2003), faktor dominan atau penentu
mutu
pelayanan yaitu empati dalam kemampuan petugas dalam memberikan
pelayanan dengan tidak membeda-bedakan pasien yang dilayani.
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan Anisah (2010)
dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Tentang Pelaksanaan
10T Pada Asuhan Kehamilan Di Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Aceh
Besar Tahun 2010, diperoleh hasil bahwa dari 30 responden yang diteliti,
dimana sebanyak 8 responden (53,3%) memiliki sikap positif yang
melaksanakan 10T pada asuhan kehamilan, sedangkan 7 responden (46,7%)
memiliki sikap positif tetapi tidak melaksanakan 10T pada asuhan
kehamilan dengan p = 0,023 (p < 0,05).
Menurut peneliti sikap bidan merupakan unsur yang penting dalam
memberikan pelayanan, karena pelayanan yang baik bukan hanya
didapatkan dari tindakan, ketelitian petugas, juga perilaku, tetapi sikap
petugas sopan santun serta keramahtamahan dalam memberikan pelayanan
59
sehingga masyarakat akan mempunyai kepercayaan yang lebih terhadap
pelaksanaan pelayanan khususnya bidan.
60
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Penghambat yang
Berhubungan Dengan Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hamil Di Puskesmas SimTim Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013, peneliti
mengambil kesimpulan :
1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 25 responden
yang diteliti terdapat 11 responden (84,6%) yang memiliki pengetahuan
dengan kategori kurang dan juga kurang melaksanakan 10T pada asuhan
kehamilan sehingga ada hubungannya antara pengetahuan bidan dengan
pelaksanaan 10T pada ibu hamil di Puskesmas Sim-Tim
Kecamatan
Simeulue Timur Kabupaten Simeulue dengan p = 0,015 (p < 0,05).
2. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 25 responden
yang diteliti terdapat 12 responden (85,7%) yang memiliki fasilitas dengan
kategori tidak lengkap dan juga kurang melaksanakan 10T pada asuhan
kehamilan sehingga ada hubungannya antara fasilitas bidan dengan
pelaksanaan 10T pada ibu hamil di Puskesmas Sim-Tim
Kecamatan
Simeulue Timur Kabupaten Simeulue dengan p = 0,005 (p < 0,05).
3. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 25 responden
yang diteliti terdapat 12 responden (80,0%) yang memiliki sikap dengan
kategori negatif dan juga kurang melaksanakan 10T pada asuhan
61
kehamilan sehingga ada hubungannya antara sikap bidan dengan
pelaksanaan 10T pada ibu hamil di Puskesmas Sim-Tim
Kecamatan
Simeulue Timur Kabupaten Simeulue dengan p = 0,034 (p < 0,05).
B. Saran
1.
Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti sehingga
dapat
menjadikan
teori
sebagai
pemahaman
dalam
penerapan
pelaksanaan standar 10T pada ibu hamil yang didapat kedalam praktik
lapangan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan kajian
dan menambah wawasan khasanah perpustakaan Akbid STIKes
U’Budiyah Banda Aceh serta meningkatkan pengetahuan mahasiswa
tentang pelaksanaan standar 10T pada ibu hamil.
3. Bagi Responden
Diharapkan untuk meningkatkan reaksi atau respon bagi bidan
untuk bertindak dalam memberikan pelayanan antenatal agar dapat
tercapai peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi.
62
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S, (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta, Rineka Cipta.
Anisah, (2010). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Tentang Pelaksanaan
10T Pada Asuhan Kehamilan Di Puskesmas Suka Makmur Kabupaten
Aceh Besar, Banda Aceh
.
Budiarto, (2002). Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
Jakarta, ECG.
Depkes RI, (2002). Standar Pelayanan Kebidanan, Jakarta, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
_________, (2004). Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar.
Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
_________, (2006). Pedoman Pelayanan Antenatal, Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
_________, (2007). Rencana strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS),
Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
_________, (2010). Pedoman pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan ibu dan
Anak (PWS-KIA), Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dinas Kesehatan Prov Aceh,(2009), Profil Kesehatan Provinsi Aceh. Banda Aceh.
Dinas Kesehatan Prov Aceh,(2011), Profil Kesehatan Provinsi Aceh. Banda Aceh
Herlisa, (2011), Gambaran Faktor Penghambat 7T Pada Ibu Hamil Di Puskesmas
Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya,
Banda Aceh
Hidayat, (2007). Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Medika.
Jajang, (2005). Informasi, (http:id.wikipedia.org/wiki/informasi) (dikutip tanggal
25 Februari 2013).
Joesrham (2012),Standar Asuhan Kehamilan, diakses tanggal 12 januari 2013,
Http://joesrham.blogspot.com//2012/02/standard-asuhankehamilan.html.
Kohler, (2003). Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta, Medika
63
Kusmiyati, Yuni,dkk, (2009). Perawatan Ibu Hamil, Fitramaya, Yogyakarta.
Laporan Dinas Kesehatan Simeulue, (2012), Kabupaten Simeulue.
Laporan Puskesmas Sim-Tim, (2012), Kabupaten Simeulue.
Listyaningsih, (2010). Antenatal Care. Diakses tanggal 15 Februari 2013,
http://midwiferyeducator.wordpress.com/2010/10/08.
Lubis, (2009). Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang
Dilahirkan.
Diakses
tanggal
15
Februari
2013,
http/www.scribd.com/doc/6223587/Kebutuhan-Zat-Gizi-SepanjangDaur-Kehidupan-Manusia.
Manuaba, (2006). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta, ECG.
_______, dkk, (2007). Pengantar Kuliah Obstetric. Jakarta, ECG.
Mubarak dan Chyatin, (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan
Teori. Jakarta, Salemba Medika.
Notoatmodjo, S, (2003). Pendidikan Prilaku Kesehatan, Jakarta, Rhineka Cipta.
________, (2007). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta, , Rhineka Cipta.
________, (2010). Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rhineka Cipta.
Prawirohardjo, (2002). Acuan Pelayanan Maternal dan Neonatal, Jakarta, JNPKKR JHPIEGO.
Saifuddin,dkk, (2002). Acuan Pelayanan Maternal dan Neonatal, Jakarta,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Salmah, (2006). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta. ECG.
Setiawan, Yahmin, (2011). 7T Pada Pemeriksaan Ibu Hamil. Diakses tanggal 15
Januari 2013, Http://www.7T pada pemeriksaan ibu hamil-ANC-com.
Shaleh.R, (2004). Psikologi Suatu Pengantar, Jakarta, ECG.
Sholihah.L, (2008). Panduan Lengkap Ibu Hamil Sehat. Jakarta, Diva Press.
64
Sisdiknas, (2003). Pengertian Pendidikan. Diakses tanggal 25 Februari 2013,
http://wordpress.com/2003/02/08/.
Sudjana, (2005). Metode Statistika, Edisi VII, Bandung, Tarsito.
Timple, (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Diakses tanggal 23 januari
2013. http://manajemensumberdayamanusia.com.
65
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di,Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : TRIA NOVITA
Nim
: 10010098
Adalah mahasiswi akademi kebidanan STIKes U’Budiyah yang akan
mengadakan penelitian untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh ahli madya kebidanan. Adapun penelitian yang
dimaksud berjudul “Faktor-Faktor Penghambat Yang Mempengaruhi
Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan
Simeulue Timur Kabupaten Simeulue”.
Untuk maksud tersebut saya memerlukan data atau informasi yang nyata
dan akurat dari ibu melalui pengisian kuesioner yang saya lampirkan dalam surat
ini. Ibu berhak berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini, namun demikian
penelitian ini sangat berdampak positif terhadap kemajuan dalam bidang
kebidanan bila semua pihak ikut berpartisipasi. Ibu setuju terlibat dalam penelitian
ini, mohon menandatangani lembar persetujuan yang di sediakan.
Kesediaan ibu menjadi responden sangat saya harapkan, atas kerja
samanya saya ucapkan terimakasih.
Diploma III Kebidanan U’Budiyah
Peneliti
( Tria Novita )
66
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah bersedia menjadi responden yang
akan di lakukan oleh mahasiswa akademi STIKes U’Budiyah Banda Aceh :
Nama
: TRIA NOVITA
Nim
: 10010098
Judul
: “Faktor-Faktor Penghambat Yang
Mempengaruhi Pelaksanaan 10T Pada Ibu Hamil
Di Puskesmas Sim-Tim Kecamatan Simeulue
Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013”.
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat besar
manfaatnya bagi pengembangan Kebidanan di Indonesia dan Aceh khususnya.
Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden bagi saya semoga
dapat dipergunakan seperlunya.
Banda Aceh,
April 2013
Responden
(………………………)
67
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT YANG MEMPENGARUHI
PELAKSANAAN 10T PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SIM-TIM
KECAMATAN SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE
TAHUN 2013
I. IDENTITAS RESPONDEN
Tanggal penelitian
:
No Responden
:
Pendidikan terakhir
:
Masa kerja
:
PETUNJUK
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (x) pada
salah satu jawaban yang benar.
A. PENGETAHUAN
1. Pedoman yang telah di tetapkan dalam memberikan perawatan kepada
ibu hamil sehingga meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan
anak yang di kandungnya merupakan pengertian dari ?
a. Tujuan Antenatal Care (ANC)
b. Standar pelayanan kebidanan 10T
c. Standar pelayanan kebidanan 7T
2. Apa pengertian dari 10T ?
68
a. Timbang BB dan ukur TB, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus
uteri, pemberian imunisasi TT lengkap, tes penyakit menular, temu
wicara, presentasi janin dan hitung DJJ, tetapkan status gizi,dan
tata laksana kasus.
b. Timbang BB dan ukur TB, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus
uteri, pemberian imunisasi TT lengkap, pemberian tablet Fe, tes
penyakit menular, temu wicara,dan tata laksana kasus.
c. ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi
TT lengkap, pemberian tablet Fe, tes penyakit menular, temu
wicara, presentasi janin dan hitung DJJ, timbang BB dan ukur TB,
tetapkan status gizi, dan tata laksana kasus.
3. Tujuan pelayanan Antenatal Care, kecuali ?
a. Memantau kemajuan kehamilan
b. Mengurangi dan menurunkan kesehatan fisik
c. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan
4. Standar kebidanan 10T untuk menentukan kesejahteraan janin dalam
kandungan adalah ?
a. Pemeriksaan presentasi janin
b. Pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) dan presentasi janin
c. Pemeriksaan kesehatan fisik ibu dan palpasi
5. Pemeriksanaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui penyakit ?
a. Penyakit Kulit
b. Penyakit Kelamin
c. Penyakit Infeksi
6. Komplikasi obstetri secara langsung yang mungkin saja terjadi selama
kehamilan adalah ?
69
a. Perdarahan, anemia, kelainan letak, dan kehamilan kembar
b. Preeklamsi/eklamsi, kelainan letak, dan perdarahan
c. Ketuban pecah dini, kelainan letak dan anemia
7. Komplikasi obstetri secara tidak langsung yang mungkin saja terjadi
selama kehamilan adalah ?
a. Sakit jantung, hepatitis, tuberkulosa, diabetes melitus dan anemia
b. Perdarahan, diabetes melitus, sakit jantung, dan hepatitis
c. Diabetes melitus, anemia, perdarahan, dan hepatitis
8. Pemberian rujukan pada ibu hamil dalam masa kehamilan bertujuan
untuk ?
a. Memantau kelainan yang ditemukan bidan ketika pemeriksaan
kehamilan
b. Memantau kelainan yang diderita ibu
c. Memantau kelainan dan merujuk ibu kefasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih memadai
9. Dalam melakukan rujukan bidan berperan sebagai ?
a. Pendamping
b. Penolong
c. Pemberi rujukan
10. Hal terpenting dalam melakukan rujukan adalah?
a. Mempersiapkan alat, surat, obat-obatan, kenderaan,dan uang
b. Mempersiapkan alat, keluarga, surat, obat-obatan, kenderaan dan
uang
c. Mempersiapkan alat, surat, keluarga, obat-obatan, dan kenderaan.
B. FASILITAS
70
Berilah tanda (√) pada salah satu jawaban di kolom yang tersedia dengan
alternative jawaban Lengkap dan Tidak Lengkap:
No
Pertanyaan
Ya
11
Apakah ruangan pemeriksaan tertata rapi,
bersih, nyaman serta lengkap memadai.
12
Apakah tersedianya tempat pemeriksaan
kehamilan yang memadai seperti tempat
tidur dan ruang pemeriksaan yang tertutup.
Apakah Alat-alat pemeriksaan kehamilan
saat dibutuhkan tersedia lengkap seperti:
13
1.
Tensimeter
14
2.
Alat ukur tinggi badan
15
3.
Alat ukur berat badan
16
4.
Stetoskop
17
5.
Stetoskop janin
18
6.
Alat pemeriksaan hemoglobin (Hb)
19
7.
Alat pemeriksaan protein urine
20
8.
Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu
hamil, register kohort, ibu dan kartu
ibu
21
9.
Pita ukur
22
10.
Meteran Lingkar Lengan Atas
(LiLA)
23
11.
Tablet Fe
24
12.
Vaksin TT
25
Apakah tersedianya tempat pemeriksaan
laboratorium secara lengkap
C. SIKAP
71
Tidak
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda (√) pada salah
satu jawaban yang di anggap paling benar pada alternative dibawah ini:
SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
RG
: Ragu-ragu
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
No
Pernyataan
SS
26
Menurut ibu apakah bidan bersedia
memberikan konseling kepada pasien
supaya mau melakukan standar 10T
27
Menurut ibu apakah dalam asuhan
kebidanan 10T, nasehat yang diberikan
oleh bidan pada ibu hamil yaitu ibu tidak
perlu rutin mengkonsumsi tablet Fe
sampai kehamilan 9 bulan
28
Menurut ibu apakah bidan tidak perlu
melakukan anamnesis pada pasien dan
langsung melakukan tindakan
29
Menurut ibu apakah bidan bersedia wajib
melakukan standar asuhan 10T kepada
pasien
30
Menurut ibu apakah bidan bersedia tidak
merujuk pasien dengan komplikasi
31
Menurut ibu apakah bidan bersedia
melakukan kunjungan rumah untuk
melaksanakan standar 10T bagi pasien
yang tidak mau berkunjung ke puskesmas
32
Menurut ibu apakah bidan tidak perlu
melakukan standar asuhan sampai 10T
cukup dengan melakukan standar asuhan
sampai 7T saja
33
Menurut ibu apakah bidan hanya perlu
72
S
RG TS
STS
bersikap ramah kepada pasien ketika
sedang dalam bertugas di puskesmas saja
34
Menurut ibu apakah bidan bersedia
menolak apabila ada pasien yang ingin
meminta tindakan bidan (seperti aborsi)
yang di luar wewenang dan kode etik
seorang bidan
35
Menurut ibu apakah bidan bersedia
bertanggung jawab apabila ditemukan
kesalahan dalam pemeriksaan kehamilan
pada pasien
73
Lampiran 8
KUNCI JAWABAN
A. PENGETAHUAN
No Urut Pertanyaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bobot/skor
B
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
A
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
B. FASILITAS
No Urut Pertanyaan
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Ya
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Bobot/skor
Tidak
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
74
C
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
C. SIKAP
No Urut Pertanyaan
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
SS
5
1
1
5
1
5
1
1
5
5
75
S
4
2
2
4
2
4
2
2
4
4
Bobot/skor
RG
TS
3
2
3
4
3
4
3
2
3
4
3
2
3
4
3
4
3
2
3
2
STS
1
5
5
1
5
1
5
5
1
1
Frequencies
Statistics
N
Valid
Missing
Pelaksanaan
10 T
25
0
Pengetahuan
25
0
Fasilitas
25
0
Sikap
25
0
Frequency Table
Pelaksanaan 10 T
Valid
Baik
Kurang
Total
Frequency
10
15
25
Percent
40.0
60.0
100.0
Valid Percent
40.0
60.0
100.0
Cumulative
Percent
40.0
100.0
Pengetahuan
Valid
Baik
Kurang
Total
Frequency
12
13
25
Percent
48.0
52.0
100.0
Valid Percent
48.0
52.0
100.0
Cumulative
Percent
48.0
100.0
Fasilitas
Valid
Langkap
Tidak Lengkap
Total
Frequency
11
14
25
Percent
44.0
56.0
100.0
Valid Percent
44.0
56.0
100.0
Cumulative
Percent
44.0
100.0
Sikap
Valid
Positif
Negatif
Total
Frequency
10
15
25
Percent
40.0
60.0
100.0
76
Valid Percent
40.0
60.0
100.0
Cumulative
Percent
40.0
100.0
Crosstabs
Pengetahuan * Pelaksanaan 10 T
Crosstab
Pengetahuan
Baik
Kurang
Total
Pelaksanaan 10 T
Baik
Kurang
8
4
4.8
7.2
66.7%
33.3%
Count
Expected Count
% within Pengetahuan
% within Pelaksanaan
10 T
Count
Expected Count
% within Pengetahuan
% within Pelaksanaan
10 T
Count
Expected Count
% within Pengetahuan
% within Pelaksanaan
10 T
Total
12
12.0
100.0%
80.0%
26.7%
48.0%
2
5.2
15.4%
11
7.8
84.6%
13
13.0
100.0%
20.0%
73.3%
52.0%
10
10.0
40.0%
15
15.0
60.0%
25
25.0
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Asymp. Sig.
(2-sided)
.009
.027
.007
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.015
.013
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
6.838b
4.868
7.212
6.564
df
1
1
1
1
.010
25
a. Computed only for a 2x2 table
b. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.
80.
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Value
.463
25
Approx. Sig.
.009
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
77
Fasilitas * Pelaksanaan 10 T
Crosstab
Fasilitas
Langkap
Tidak Lengkap
Total
Count
Expected Count
% within Fasilitas
% within
Pelaksanaan 10 T
Count
Expected Count
% within Fasilitas
% within
Pelaksanaan 10 T
Count
Expected Count
% within Fasilitas
% within
Pelaksanaan 10 T
Pelaksanaan 10 T
Baik
Kurang
8
3
4.4
6.6
72.7%
27.3%
Total
11
11.0
100.0%
80.0%
20.0%
44.0%
2
5.6
14.3%
12
8.4
85.7%
14
14.0
100.0%
20.0%
80.0%
56.0%
10
10.0
40.0%
15
15.0
60.0%
25
25.0
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.005
.005
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
8.766b
6.500
9.276
8.416
df
1
1
1
1
Asymp. Sig.
(2-sided)
.003
.011
.002
.004
25
a. Computed only for a 2x2 table
b. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.
40.
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Value
.510
25
Approx. Sig.
.003
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
78
Sikap * Pelaksanaan 10 T
Crosstab
Sikap
Positif
Negatif
Total
Count
Expected Count
% within Sikap
% within
Pelaksanaan 10 T
Count
Expected Count
% within Sikap
% within
Pelaksanaan 10 T
Count
Expected Count
% within Sikap
% within
Pelaksanaan 10 T
Pelaksanaan 10 T
Baik
Kurang
7
3
4.0
6.0
70.0%
30.0%
Total
10
10.0
100.0%
70.0%
20.0%
40.0%
3
6.0
20.0%
12
9.0
80.0%
15
15.0
100.0%
30.0%
80.0%
60.0%
10
10.0
40.0%
15
15.0
60.0%
25
25.0
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Asymp. Sig.
(2-sided)
.012
.037
.011
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.034
.018
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
6.250b
4.340
6.421
6.000
df
1
1
1
1
.014
25
a. Computed only for a 2x2 table
b. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.
00.
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Value
.447
25
Approx. Sig.
.012
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
79
BIODATA
Nama
: Tria Novita
Tempat/Tanggal Lahir
: Sinabang 18 Maret 1992
Agama
: Islam
Anak ke
: 2 ( Dari 3 Bersaudara )
Alamat
: Jl. Kampus Unmuha No. 31B Batoh Banda Aceh
No Telpon
: 085261351736
Identitas Orang Tua
Nama Orang Tua
:
Ayah
: A.Rani
Ibu
: Rosliana
Pekerjaan Orang Tua
:
Ayah
: PNS
Ibu
: Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang Tua
: Jl. Baru Desa Suka Karya Sinabang
Status
: Lajang
Nama Suami (jika sudah
:-
menikah
:-
Pendidikan Yang Ditempuh
1.
2.
3.
4.
5.
TK Pertiwi Sinabang
SD Negeri No 2 Sinabang
SMP Negeri No 2 Sinabang
SMA Negeri No 1 Sinabang
AKBID U’Budiyah
: Tamat Tahun 1998
: Tamat Tahun 2004
: Tamat Tahun 2007
: Tamat Tahun 2010
: 2010 s/d Sekarang
80
Download