1 mekanisme longsornya kembali (re-sliding) breksi volkanik di atas

advertisement
MEKANISME LONGSORNYA KEMBALI (RE-SLIDING)
BREKSI VOLKANIK DI ATAS BATULEMPUNG
STUDI KASUS LONGSORAN DI DAERAH GOMBEL
KOTA SEMARANG, JAWA TENGAH*)
Oleh :
Anan ISKANDAR , Imam A.SADISUN2), BANDONO2)
1)
Poltek Geologi & Pertambangan AGP Bandung
2)
KK Geologi Terapan, FIKTIM, ITB
1)
ABSTRACT
Gombel is a highland area in the southern of Semarang City. In these area, there are the
main road which is connected from Semarang to the other towns in the southern area
including Solo and Jogyakarta. Since dutch collonial era, in the area has recognized often
suffering by land failure. In the 2002 and 2006, it has been occured big landslides and
effected to the infrastructures damage.
Landslides, was occured at the claystone or contact between claystone with volcanic
breccia and often as re-sliding of the previously landslides and also has developed to the
upper of the slope (retrogressive).
Landslide mechanism were resulted by saturated of groundwater at the volcanic breccia
which is endured by claystone. Consequently, was happened increasingly of pore
pressure and decrease of shear strain. Besides on that, landslide is also triggered by high
slope and cutting of the beneath of the slope.
Key word : Gombel, re-sliding, retrogressive, volcanic breccia, claystone.
SARI
Gombel merupakan daerah tinggian di Semarang bagian selatan. Di daerah ini terdapat
jalan raya utama yang menghubungkan Semarang ke kota-kota di daerah selatan, seperti
Solo dan Jogyakarta. Daerah ini juga merupakan daerah pertumbuhan ekonomi yang
sedang berkembang. Namun, sejak zaman dahulu daerah ini telah dikenal sering
mengalami kejadian longsor. Tercatat pada tahun 2002 dan 2006, longsoran telah
mengakibatkan kerugian material cukup besar.
Longsoran, sering terjadi pada batulempung atau kontak antara batulempung dengan
breksi volkanik. Longsoran yang terjadi merupakan longsoran berulang (re-sliding) dari
longsoran yang lalu dan cenderung berkembang ke bagian atas lereng (retrogressive).
Mekanisme longsoran diakibatkan oleh penjenuhan airtanah pada batuan breksi volkanik
yang tertahan oleh lapisan batulempung. Akibatnya, batuan mengalami peningkatan
tekanan pori dan mengurangi kekuatan gesernya. Longsor juga dipicu oleh kemiringan
lereng yang relatif tinggi serta pemotongan di bagian bawah lereng.
Kata kunci : longsoran berulang, retrogressive, breksi volkanik, batulempung, Gombel
1
PENDAHULUAN
Lokasi penelitian terletak di daerah
Gombel, kota Semarang bagian selatan.
Daerah ini dilalui oleh jalur utama yang
menghubungkan kota Semarang ke arah
selatan, seperti Jogyakarta dan Solo. Selain
itu, daerah ini juga merupakan daerah
pertumbuhan ekonomi yang sedang
berkembang (Gambar 1).
Daerah ini pernah mengalami longsoran
hebat pada tahun 1933 (van Es, 1933).
Bukti-bukti
longsoran
lama
dapat
diidentifikasi dengan adanya gawir-gawir
longsoran lama. Sejak tahun 1977,
sebagian daerah bekas longsoran tersebut
telah dijadikan perumahan dan lapangan
golf
dengan
menggunakan
sistem
pemotongan dan penimbunan (cut and fill).
Gejala longsoran sudah mulai terjadi sejak
awal pembangunan tersebut, walaupun
dalam skala kecil. Pada tanggal 8 Februari
2002, kembali telah terjadi longsoran
skala besar yang menyebabkan banyak
perumahan
maupun
infrastruktur
mengalami rusak hebat (Rahardjo, 2002).
Pada awal tahun 2006, longsoran telah
terjadi
kembali
dan
menyebabkan
kerusakan sebagian Kampung Gombel Sari
dan Alas Sari yang sangat berdekatan
dengan daerah penelitian.
Menurut Rahardjo (2002), longsoran di
daerah Gombel diduga merupakan
longsoran pada lapisan breksi lapuk di atas
batulempung. Namun demikian, masih
perlu diadakan kajian yang lebih
mendalam untuk dapat mengetahui
penyebab yang lebih jelas. Sementara itu,
Wahyono (2002) dalam penyelidikan
geologi lingkungan di Perumahan Bukit
Indah Regensi, telah menyimpulkan bahwa
longsoran kemungkinan besar terjadi
akibat pemotongan lereng di bagian
bawahnya sehingga terjadi perubahan
rezim tata airtanah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor penyebab longsor serta
mekanisme terjadinya longsoran.
GEOLOGI DAERAH GOMBEL
Geomorfologi
Geomorfologi daerah Gombel dan
sekitarnya
terdiri
dari
perbukitan,
punggungan dan lembah yang membentuk
permukaan bergelombang halus sampai
kasar, dengan ketinggian antara 80 sampai
300 meter dpl, memanjang berarah utara –
selatan dan baratlaut – tenggara. Pola
aliran sungai di daerah ini menunjukkan
pola aliran rektangular, yaitu anak-anak
sungai sejajar satu sama lain dan semuanya
bermuara di K. Garang. Hal ini dikontrol
oleh struktur sesar berarah tenggara –
baratlaut.
Litologi
Litologi
daerah
Gombel
dapat
dikelompokkan menjadi empat satuan
batuan (Gambar 2), dari yang tertua hingga
termuda yaitu :
Satuan Batulempung
Satuan batuan ini terdiri dari batulempung
dengan sisipan batulanau tipis dan
batupasir halus.
Batulempung segar
berwarna abu-abu sampai hijau, dan yang
lapuk berwarna kecoklatan, menyerpih,
lunak dan bersifat
plastis. Sisipan
batulanau berwarna coklat keabu-abuan,
berlapis tipis, lunak sedangkan batupasir
halus berwarna abu-abu kehijauan,
berlapis sangat tipis (< 10 cm). Pada
bagian bawahnya tampak batulempung
mengandung cangkang-cangkang moluska.
Satuan ini disetarakan dengan Formasi
Kerek (Tmk), berumur Miosen Atas
(Thanden dkk., 1996).
2
Satuan Breksi Volkanik
Satuan batuan ini tersingkap di selatan,
timur dan utara daerah penelitian,
terutama pada lereng-lereng bukit atau tepi
cekungan. Breksi volkanik umumnya
lapuk, warna segar abu-abu kekuningan
dan warna lapuk coklat kekuningan,
kompak dan keras, tersusun oleh fragmen
andesit berukuran kerikil hingga bongkah,
masa dasar tufa dan pasir tufaan. Satuan
batuan ini termasuk ke dalam Formasi
Kaligetas (Qpkg) berumur Pleistosen
(Thanden dkk., 1996).
Satuan Konglomerat
Satuan batuan ini tersebar di sebelah
timurlaut daerah Gombel, yaitu di sekitar
Graha Candi, Kelurahan Jangli. Satuan ini
terdiri dari konglomerat dengan sisipan
batupasir. Konglomerat tersusun oleh
fragmen andesit berukuran kerikil sampai
berangkal, bentuk membulat tanggung
dengan masa dasar batupasir feldsfatik,
berbutir halus sampai kasar. Sisipan
batupasir berwarna abu-abu kecoklatan,
berbutir halus sampai kasar dan agak
rapuh. Satuan Konglomerat termasuk ke
dalam Formasi Damar (Qtd) berumur
Kuarter (Thanden dkk., 1996).
Endapan Aluvial
Satuan ini tersebar di sepanjang K. Garang
serta daerah-daerah yang rendah. Satuan
ini tersusun oleh lempung, pasir, kerikil
dan kerakal bahkan berangkal dari batuan
andesit, berasal dari hasil pengendapan
material dari K. Garang.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang berkembang di
daerah penelitian adalah sesar naik berarah
tenggara – baratlaut (Sesar K. Garang) dan
sesar mendatar berarah barat – timur (Sesar
Bantardowo).
a. Sesar Naik K. Garang
Sesar ini berarah relatif tenggarabaratlaut. Ciri-ciri sesar adalah
ditemukannya indikasi sesar di K.
Garang (koordinat 07° 01’ 881” LS
dan 110° 24’ 288” BT), yaitu berupa
kontak satuan batulempung dengan
satuan napal dengan kemiringan
lapisan sangat tajam serta deretan mata
air yang arahnya relatif sejajar dengan
lereng
Bukit
Gombel
lama.
Kedudukan lapisan pada sisipan
batupasir adalah N 290 E/70° .
b. Sesar Mendatar Bantardowo
Sesar ini berarah relatif barat – timur,
memotong K. Garang di dekat
Kampung Bantardowo dan Pucung.
Ciri-ciri sesar adalah bidang sesar
pada batulempung dengan kedudukan
N 100 E/70° dan N 90 E/53° di lokasi
K. Garang. Kedudukan lapisan adalah
N 275 E /45°.
ANALISIS DAN EVALUASI
Jenis dan Bentuk Longsoran
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan
dan kajian secara menyeluruh terhadap
longsoran serta mengacu kepada klasifikasi
yang dikemukakan oleh Varnes (1978),
maka jenis longsoran yang berkembang di
daerah penelitian adalah jenis gelinciran
(slides) dan robohan (topples). Longsoranlongsoran tersebut terjadi pada material
tanah dan batuan berukuran lempung
sampai bongkah.
Selain itu, jatuhan
material juga terjadi di beberapa lokasi,
terutama daerah yang mempunyai sudut
lereng yang curam sebagai akibat adanya
pemotongan lereng di bagian bawahnya.
Berdasarkan bentuk morfologi longsoran
dan mengacu kepada klasifikasi yang
dikemukakan oleh Hutchinson (1988),
maka jenis gelinciran yang ditemukan
umumnya adalah tipe gelinciran tunggal
(single slide). Namun demikian, di
3
beberapa
tempat,
longsoran
telah
mengalami perkembangan lebih lanjut,
yaitu dengan membentuk tipe gelinciran
rotasi berganda (multiple slides), dan tidak
menutup kemungkinan perkembangan
lebih lanjut akan membentuk longsoran
suksesif (successive slide) (Clawes and
Comfort, 1982) (Gambar 3 dan 4).
Longsoran yang dianggap cukup besar
adalah longsoran di Kampung Plasan Sari
dan Gombel Sari. Longsoran-longsoran
tersebut mempunyai dimensi lebar
maksimum 50 meter dan
panjang
maksimum 100 meter.
Hal ini
menunjukkan bahwa
longsoran telah
terjadi dengan berbagai tingkat aktifitas
dan perkembangan.
Secara litologi,
longsoran yang terjadi terdapat pada
litologi batulempung Formasi Kerek (Tmk)
dan breksi volkanik dari Formasi Kaligetas
(Qpkg). Seringkali longsoran terjadi hanya
pada batulempung saja atau pada breksi
volkanik saja, tetapi tidak sedikit longsoran
terjadi pada kontak batulempung dengan
breksi
volkanik,
sehingga
dapat
diinterpretasikan bahwa kontak litologi
merupakan bidang gelincir.
Penyebaran dan Arah Longsoran
Di
daerah
penelitian,
penyebaran
batulempung diduga berhubungan dengan
arah struktur geologi. Struktur geologi
yang berkembang, meliputi sesar naik K.
Garang yang berarah relatif tenggarabaratlaut dan sesar mendatar Bantardowo
yang berarah relatif barat-timur. Kedua
sesar tersebut memotong batulempung
Formasi Kerek (Tmk) dan napal Formasi
Kalibeng (Tmpk) (diluar peta) dan
merupakan kontak dengan breksi volkanik
Formasi Kaligetas (Qpkg).
Penyebaran longsoran di daerah penelitian
mempunyai arah umum relatif baratlauttenggara, hal ini sesuai dengan penyebaran
batulempung. Sementara itu penyebaran ke
arah timurlaut (daerah Gombel) relatif
hanya setempat-setempat karena lebih
didominasi oleh batuan breksi volkanik.
(Gambar 5).
Arah longsoran di daerah penelitian secara
spesifik cukup bervariasi, tergantung pada
sebaran batulempung dan kemiringan
lerengnya. Oleh karena itu longsoran di
daerah Gombel lama, yaitu di sebelah
utara (jalan kampung Tinjomoyo) ke arah
barat dan baratdaya, di sebelah timur
(Gombel Sari dan Plasan Sari) ke arah
baratdaya, sedangkan di sebelah selatan
(K. Kalen) mempunyai arah longsoran ke
arah timurlaut (Gambar 5).
Faktor Penyebab Longsoran
Peristiwa-peristiwa longsoran yang terjadi
di daerah penelitian dapat disebabkan oleh
faktor-faktor sebagai berikut :
Litologi
Litologi yang menyusun daerah penelitian
adalah batulempung dan breksi volkanik.
Berdasarkan hasil analisis laboratorium
difraksi sinar X (X-Ray Diffraction) untuk
lapukan batulempung, batuan tersebut
mengandung mineral-mineral kaolinit,
kalsit, montmorilonit dan kuarsa. Mineral
montmorilonit dikenal mempunyai sifat
mengembang (swelling clay), sehingga jika
tanah terkena air maka akan menambah
volume air. Berdasarkan analisis sifat
keteknikan
tanah/batuan
lapukan
batulempung menunjukkan bahwa batas
cair antara 63,70 sampai 84,70 %,
termasuk dalam klasifikasi CH, derajat
kejenuhan (Sr) 94 – 96 %. Data tersebut
menunjukkan bahwa kondisi tanah/batuan
dalam keadaan jenuh, sehingga akan
sangat
rentan
terhadap
terjadinya
longsoran (Tabel 1).
4
Sementara itu breksi volkanik telah
mengalami pelapukan, ditandai oleh warna
batuan yang kusam (tidak segar),
kandungan oksida besi tinggi (warna
merah kekuningan) serta fragmen batuan
andesit yang relatif lunak. Batuan tersebut
telah mengalami perubahan fisik dan dapat
menjadi salah satu faktor penyebab
longsoran. Hal ini disebabkan akibat
berkurangnya kuat geser tanah/batuan.
sebaliknya curah hujan rendah air yang
masuk relatif sedikit.
Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa
batulempung yang muncul atau tersingkap
di permukaan sangat mudah rapuh atau
tergerus oleh air. Posisi kontak antara
batulempung dengan breksi volkanik akan
sangat mudah rapuh karena faktor airtanah
yang menekan batulempung.
Struktur geologi yang berkembang di
daerah penelitian adalah sesar naik yang
berarah tenggara-baratlaut dan sesar geser
yang berarah barat-timur. Gejala-gejala
sesar tersebut di lapangan dapat diduga
berupa kelurusan gawir yang relatif
menerus
berarah
barat-timur
dan
memanjang ke arah tenggara, kemiringan
lapisan batuan > 700 di K. Garang bagian
utara serta deretan mata air yang
ditemukan relatif sejajar berarah baratlaut
– tenggara. Sesar-sesar tersebut memotong
batulempung Formasi Kerek (Tmk) dan
breksi volkanik Formasi Kaligetas (Qpkg).
Daerah-daerah
yang
dilalui
atau
terpengaruh oleh sesar-sesar tersebut dapat
memicu terjadinya longsoran.
Airtanah
Airtanah memegang peranan penting
dalam proses terjadinya longsoran. Hal ini
disebabkan karena breksi volkanik
mempunyai
sifat
porositas
dan
permeabilitas tinggi,
sehingga dapat
menyimpan dan mengalirkan airtanah.
Dengan masuknya air ke dalam tubuh
tanah/batuan, maka tanah/batuan tersebut
akan
menjadi jenuh, sehingga akan
menambah beban itu sendiri. Selain itu
juga air yang meresap secara tiba-tiba akan
mengakibatkan terjebaknya udara dalam
rongga. Udara yang terjebak tersebut akan
mencari keseimbangan sehingga akan
meningkatkan
tekanan
pori
(pore
pressure).
Kondisi
tersebut
secara
keseluruhan akan mengurangi kuat geser
tanah.
Curah hujan berpengaruh terhadap aktifitas
masuknya air ke dalam tanah/batuan,
terutama apabila terjadi pada tanah/batuan
yang bersifat porous. Dengan kata lain
apabila curah hujan tinggi, maka akan
lebih banyak air masuk ke dalam tanah,
Struktur Geologi
Struktur geologi terutama sesar dan kekar
secara tidak langsung dapat menjadi salah
satu faktor penyebab terjadinya longsor.
Hal ini disebabkan bahwa sesar merupakan
zona lemah yang dapat memicu terjadinya
longsoran.
Aktifitas Manusia
Faktor penyebab longsoran dapat juga
diakibatkan oleh aktifitas manusia, antara
lain
pemotongan lereng, pembebanan
massa tanah/batuan, penggundulan hutan
dan penggunaan lahan yang tidak sesuai
dengan kondisi alam setempat. Dari
beberapa aktifitas tersebut yang terdapat di
daerah penelitian saat ini adalah
pemotongan lereng dengan sistim cut and
fill, seperti aktifitas pemotongan di lereng
Gombel Sari. Adanya aktifitas tersebut,
maka menyebabkan stabilitas lereng akan
terganggu,
rezim tata airtanah akan
berubah, sehingga akan memperlemah
kekuatan geser tanah.
5
Mekanisme Longsoran
Kondisi lapisan batulempung yang bersifat
lunak dan mengembang, sangat rentan
terhadap terjadinya longsoran, ditambah
oleh beban batuan breksi volkanik yang
berada di atasnya. Kenaikan muka airtanah
(akibat musim hujan) selain akan
menambah beban batuan itu sendiri juga
akan meningkatkan tekanan air pori.
Sementara batulempung yang berada di
bawah breksi volkanik mempunyai sifat
kedap air (impermeable), sehingga airtanah
akan tertahan oleh batulempung dan
sekaligus menekan secara horisontal ke
segala arah. Akibatnya akan memperlemah
kekuatan geser tanah/batuan itu sendiri
(Gambar 6).
Dari beberapa seri kejadian longsoran di
daerah penelitian ini, maka dapat dianalis
bahwa umumnya batulempung dan breksi
volkanik yang tersingkap pada lereng,
seringkali mengalami longsoran dengan
bidang gelincir pada batulempung atau
kontak antara batulempung dengan breksi
volkanik, tetapi jika batuan yang
tersingkap hanya breksi volkanik saja
tanpa batulempung di bagian bawahnya,
maka batuan tersebut relatif stabil,
walaupun dalam kondisi kemiringan lereng
yang tinggi dan cukup terjal.
Longsoran tersebut terus bergerak secara
progresif ke arah bagian atas lereng
(retrogressive failure) sesuai dengan
berkembangnya gawir utama menjadi
beberapa gawir (multiple slide), hal ini
dapat dibuktikan bahwa retakan dan
amblasan di beberapa bagian mahkota
sudah tampak jelas, bahkan jalan raya
Gombel lama bagian timur telah
mengalami amblasan dan longsoran dan
mengancam beberapa rumah yang berada
di pinggirnya.
Longsoran yang terjadi di daerah
penelitian juga merupakan suatu seri
kejadian longsoran yang berulang dari
longsoran-longsoran yang telah terjadi
sebelumnya (re-sliding). Hal ini dapat
diperlihatkan berupa morfologi hummocky
terrain,
yaitu
bentuk
morfologi
bergelombang yang ditandai oleh gawirgawir bekas longsoran yang memanjang.
Ciri lainnya adalah beberapa gawir
longsoran di bagian bawah relatif lebih
besar daripada di bagian atas.
KESIMPULAN
Daerah penelitian tersusun oleh litologi
batulempung Formasi Kerek (Tmk)
ditutupi oleh napal dari Formasi Kalibeng
(Tmpk). Kedua batuan berumur Miosen
sampai Pliosen. Secara tidak selaras
ditutupi oleh breksi volkanik dari Formasi
Kaligetas (Qpkg) dan Formasi Damar
(Qtd). Struktur geologi yang berkembang
di daerah penelitian adalah Sesar naik K.
Garang yang berarah barat-timur dan
membelok ke arah tenggara serta sesar
normal Bantardowo yang berarah barattimur.
Longsoran ditemukan di daerah Gombel
Sari, Plasan Sari, Tinjomoyo dan K. Kalen.
Longsoran tersebut umumnya terjadi pada
batulempung
dan
kontak
antara
batulempung dengan breksi volkanik. Jenis
longsoran yang terjadi di daerah penelitian
adalah longsoran tunggal (single slide) dan
longsoran berganda (multiple slide).
Sedangkan
berdasarkan
bentuk
pergerakannya, jenis longsoran yang
terjadi termasuk jenis gelinciran (slides)
dan robohan (toples).
Mekanisme longsoran di daerah studi
kasus adalah adanya kandungan airtanah
yang relatif tinggi menjenuhi batuan breksi
volkanik. Air tersebut tertahan oleh
batulempung di bagian bawahnya yang
6
bersifat kedap air (impermeable), sehingga
airtanah menekan ke segala arah dan
terjadi longsor. Longsor juga dipicu oleh
kemiringan lereng yang relatif tinggi serta
aktifitas pemotongan lereng di bagian
bawah. Longsoran yang terjadi merupakan
longsoran kembali (re-sliding) dari
longsoran yang telah terjadi sebelumnya
dan terus bergerak ke arah bagian atas
lereng (retrogressive failure).
-
Ucapan terima kasih.
Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada LPPM ITB dan
KK Geologi Terapan, FKM, ITB,
khususnya bapak Dr, Eng. Imam A
Sadisun, MT yang telah memberikan
dukungan dan dorongan sehingga paper ini
dapat terbit.
DAFTAR PUSTAKA
- Clawes. A. and Comfort. P, (1982).,
“Process and Landform Conceptual
Frameworks in Geography” in “Slide
(rotational)”.
- Dikau.R, Brunsden.D, Schrott.L and
Laura.M.I,1990,
Landslide
Recognition, Identification Movement
and Causes. John Wiley and Sons.
- Hutchinson, J.N, 1988. Morphological
and Geotechnical Parameters of
-
-
Landslide in Relation to Geology and
Hydrogeology, in Proc.5th Int. Symp on
Landslide, Vol. I, pp. 3-35.
Rahardjo, P.P., 2002. Longsoran
Berulang Pada Lapisan Breksi Lapuk
di atas Batuan Lempung Akibat
Peningkatan Muka Airtanah: Kasus
Gombel 8 Februari 2002. Diskusi
Geoteknik,
Geoteknologi
LIPI,
Bandung.
Thanden.R.E.,
Sumadirdja.H.,
Richards.P.W.,
Sutisna.K.,
Amin.T.C., 1996, “Peta Geologi
Lembar Magelang dan Semarang”
Sheets, Jawa, Puslitbang Geologi
Bandung.
Wahyono, 2002, Evaluasi Geol.ogi
Teknik Atas Kejadian Gerakan Tanah
di Kompleks Perumahan Lereng Bukit
Gombel, Semarang (Kasus Longsoran
Gombel, 8 Februari 2002). Journal
Geologi Tata Lingkungan, Vol. I, No
50.
van Es, L.J.C., 1933, Report over Het
Onderzock Naar De oorzaken En De
Middelen Ter Bestrijding Van De
Aardshuivingen, Aan De Gombel
Helling Inden Weg SemarangOengaran, Jawatan Geologi Bandung.
Tabel 1
Hasil analisis laboratorium
Keterangan
Nama batuan
Passing # 200
Gravel
Sand
Silt
Clay
ATTERBERG
Batas cair (LL)
Batas plastis (PL)
Indeks plastisitas (PI)
Satuan
%
%
%
%
%
96.10
0
4
74
22
96.58
0
3
73
24
93.06
1
6
65
28
93.49
0
6
68
25
AI-05
Breksi
volkanik
60.01
11
29
55
5
%
%
66.73
26.31
40.42
63.70
26.98
36.72
84.70
28.55
56.15
69.40
27.02
42.38
42.20
24.04
18.16
%
AI-01
AI-02
AI-03
AI-04
Lempung Lempung Lempung Lempung
7
Klasifikasi
Sifat alamiah :
Kandungan air
Berat isi basah (γm)
Berat isi kering (γd)
Berat jenis (Gs)
Angka pori (e)
Porositas (n)
Derajat kejenuhan
(Sr)
Uji Triaxial (UU)
Kohesi (c)
Sdt geser dalam ()
CH
CH
CH
CH
CL
%
37.58
1.800
1.308
2.673
1.043
0.511
96
38.60
1.750
1.263
2.626
1.080
0.519
94
58.48
1.600
1.010
2.596
1.571
0.611
97
36.15
1.810
1.329
2.681
1.017
0.504
95
33.86
1.820
1.360
2.695
0.982
0.495
93
Kg/cm2
° deg
0.473
17
0.387
7
0.143
5
0.216
4
0.220
7
%
t/m3
t/m3
t/m3
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
8
Gambar 2. Peta Geologi Gombel, Kota Semarang, Jawa Tengah
Gambar 3. Penampang longsoran Gombel Sari
9
Gambar 4. Penampang longsoran Plasan Sari.
Gambar 5. Peta Sebaran Longsoran Daerah Gombel Lama
10
Gambar 6. Mekanisme longsoran Gombel Sari
11
Download