PENERAPAN METODE SINTACS UNTUK MENGUJI KERENTANAN PENCEMARAN AKUIFER BEBAS BERBASIS SIG DI KECAMATAN WONOMERTO KABUPATEN PROBOLINGGO Husnia Ayu Aziza1, Runi Asmaranto2, Tri Budi Prayogo2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya e-mail: [email protected] ABSTRAK Seiring berjalannya waktu pertumbuhan manusia semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan bertambahnya kebutuhan lain untuk dipenuhi seperti pemanfaatan lahan sebagai tempat tinggal atau tempat mencari nafkah. Pemanfaatan lahan yang kurang baik dapat menyebabkan air tanah tercemar. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pemetaan kerentanan akuifer bebas terhadap pencemaran. Pada penelitian ini digunakan metode SINTACS untuk memprediksi kerentanan pencemaran air tanah yang memiliki 7 parameter yaitu: kedalaman muka air tanah, laju pengisian kembali, zona tidak jenuh, tektur tanah, akuifer, konduktivitas hidraulik, dan kemiringan lereng. Masing-masing parameter SINTACS ditentukan oleh nilai skor dengan kisaran 1-10. Parameter tersebut kemudian dikalikan dengan nilai bobot yang sudah ditentukan sehingga menghasilkan Indeks Potensial Pencemaran. Analisa data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Arcgis 10.2.2 dengan proses IDW dan Overlay untuk menghasilkan peta kerentanan pencemaran akuifer bebas. Hasil analisa dan perhitungan pada tugas akhir ini didapatkan kerentanan pencemaran akuifer bebas di Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinggo sebesar 36,71% dengan tingkat kerentanan rendah, 52,72% tingkat kerentanan sedang, dan 10,57% tingkat kerentanan tinggi dihitung dari luas total Kecamatan Wonomerto. Berdasarkan hasil perhitungan terdapat faktor dominan yang mempengaruhi tingginya kerentanan seperti jenis tanah dan konduktivitas hidraulik. Tata guna lahan di Kecamatan Wonomerto yang sebagian besar lahan pertanian sesuai dengan hasil kerentanan pencemaran akuifer bebas. Berdasarkan hasil analisa kualitas air tanah di Kecamatan Wonomerto, air tanah tercemar oleh limbah yang berasal dari limbah pertanian. Terutama nitrit dan total phospat yang berasal dari penggunaan pupuk buatan dan pestisida. Kata kunci: air tanah, kerentanan, akuifer bebas, SIG, SINTACS ABSTRACT Recently, human population is growing larger. It can be conduces the others needed to be filled, for example the land use as a shelter or a living. Unproperly land use can lead a contamination of groundwater. To overcome these, we have to map of the vulnerability of unconfined aquifer contamination. In this study SINTACS method was used to predict the vulnerability of unconfined aquifer contamination. The parameters are followed by: depth to watertable, recharge, unsaturated zone, soil texture, aquifer, hydraulic conductivity, and slope. Each parameter of SINTACS determined by score in the range of 1-10. Furthermore, the parameter is multiplied by the weight values that have been determined to produce potential SINTACS Index. Data analysis was performed using Geographic Information Systems (ArcGIS 10.2.2) with IDW intepolation and overlay of each parameter produces vulnerability level maps of unconfined aquifer. The results of analysis and calculation, obtained the vulnerability of unconfined aquifer contamination at Wonomerto Probolinggo, the low vulnerability is 36,71%, the medium vulnerability is 52,72%, and high of vulnerability level is 10,57% calculated from the total area of the District Wonomerto. The results of the calculation shown that there are dominant factors that affect the high vulnerability such as soil texture and hydraulic conductivity. The land use in the District Wonomerto which mostly agricultural land is compatible with the result of vulnerability of unconfined aquifer contamination. Based on analysis of the quality of groundwater in the district Wonomerto, groundwater contaminated by waste from agricultural waste. Especially nitrite and total phosphate, which is derived from the use of artificial fertilizers and pesticides. Keywords: Groundwater, Vulnerability, Unconfined Aquifer, GIS, SINTACS. 1. PENDAHULUAN Bertambah banyak jumlah populasi tentu menambah kebutuhan lain salah satunya pemanfaatan lahan baik untuk tempat tinggal atau tempat untuk mencari nafkah. Pemanfaatan lahan yang kurang baik dapat menyebabkan air tanah tercemar. Sehingga perlu dilakukan pemetaan kerentanan air tanah terhadap pencemaran. Hasil tingkat kerentanan akan menjadi bahan pertimbangan untuk langkah selanjutnya seperti melindungi lapisan akuifer atau pencegahan terhadap pencemaran air tanah. Studi ini dilakukan di Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinggo yang merupakan wilayah Cekungan Air Tanah. Perlu dilakukan pengujian air tanah serta pengaruh penggunaan lahan terhadap kerentanan air tanah yang bisa mengakibatkan air mudah tercemar sehingga diharapkan air yang digunakan bebas pencemaran. 2. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Kecamatan Wonomerto merupakan kecamatan bagian tengah di Kabupaten Probolinggo. Luas Wilayah Kecamatan Wonomerto kurang lebih 4.846 Ha. Wilayah Kecamatan Wonomerto terdiri dari 11 desa yaitu desa Jrebeng, Kareng Kidul, Kedung Supit, Patalan, Poh Sangit Lor, Poh Sangit Ngisor, Poh Sangit Tengah, Sepuh Gembol, Sumberkare, Tunggak Cerme, dan Wonorejo. Batas administrasi Kecamatan Wonomerto yaitu: Utara : Kecamatan Sumberasih Timur : Kecamatan Bantaran dan Kota Probolinggo Selatan : Kecamatan Kuripan Barat : Kecamatan Togas Gambar 1. Lokasi Studi Sumber: BAPPEDA Kabupaten Probolinggo Data-data yang diperlukan Data-data yang diperlukan dalam penyusunan studi ini terdiri dari data primer dan sekunder yaitu: 1. Peta dasar Kabupaten Probolinggo 2. Peta dasar Kecamatan Wonomerto 3. Peta jenis tanah Kecamatan Wonomerto 4. Peta tata guna lahan Kecamatan Wonomerto 5. Peta kemiringan lereng Kecamatan Wonomerto 6. Data curah hujan tahun 2005–2014 7. Data log litogi sumur bor yang tersebar di Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinggo 8. Data kedalaman muka air sumur warga yang dekat dengan sumur bor di Kecamatan Wonomerto 9. Sampel air tanah sumur warga di Kecamatan Wonomerto. 10. Referensi yang berkaitan dengan studi ini. Tahapan Analisa 1. Analisa Tingkat Kerentanan Pencemaran Akuifer Bebas di Kecamatan Wonomerto a. Penyajian Peta Lokasi Studi b. Analisa Lapisan Bawah Tanah c. Analisa Hidrologi Uji Konsistensi Menghitung curah hujan rerata (Metode Polygon Thiessen) Perhitungan Air Larian (Metode Soil Conservation Soil) Menghitung Infiltrasi d. Analisa Jenis Tanah e. Analisa Kemiringan Lereng f. Analisa dengan IDW g. Validitas h. Analisa Metode SINTACS i. Analisa dengan ArcGIS 2. Analisa Hasil Kerentanan Pencemaran Akuifer Bebas dengan Tata Guna Lahan di Kecamatan Wonomerto 3. Analisa Kualitas Air Tiap parameter SINTACS dievaluasi untuk menentukan pentingnya semua faktor, yang diwakilkan dengan nilai bobot (weight). Besar nilai bobot antara 15. Berdasarkan data hidrogeologi lokal dan dampak aktivitas manusia dapat diklasifikasikan menjadi enam kategori yang berbeda dari yang ditetapkan dalam metode SINTACS: Normal, Severe, Seepage, Karst, Fisured, Nitrates (Civita & De Maio, 2000). Tabel 1. Bobot Metode SINTACS Parameter N Svr Spg K F Nit S 5 5 4 2 3 5 I 4 5 4 5 3 5 N 5 4 4 1 3 4 T 3 5 2 3 4 5 A 3 3 5 5 4 2 C 3 2 5 5 5 2 S 3 2 2 5 4 3 Sumber: Civita & De Maio (2004) Tiap range parameter telah ditetapkan suatu nilai skor (rating) yang berkisar antara 1–10. Kisaran range dan rating dari masing-masing parameter SINTACS disajikan pada Gambar 1 sampai Gambar 7. Gambar 1. Nilai skor dari kedalaman muka air tanah Sumber : ANPA (2001: 23) Gambar 2. Nilai skor dari laju pengisian kembali Sumber : ANPA (2001: 25) Gambar 3. Nilai skor dari zona tidak jenuh Sumber : ANPA (2001: 27) Gambar 4. Nilai skor dari tekstur tanah Sumber : ANPA (2001: 30) Gambar 5. Nilai skor dari akuifer Sumber : ANPA (2001: 32) Gambar 6. Nilai skor dari konduktivitas hidraulik Sumber : ANPA (2001: 33) Gambar 7. Nilai skor dari kemiringan lereng Sumber : ANPA (2001: 34) Untuk menentukan tingkat kerentanan pencemaran akuifer bebas ditetapkan dengan persamaan yang disebut Indeks SINTACS. Persamaan ini dihitung dengan cara menjumlahkan nilai skor (rating) dari tiap parameter setelah dikalikan dengan nilai bobot (weight). Persamaan untuk menentukan Indeks SINTACS adalah: ISintacs = Sr . Sw + Ir . Iw + Nr . Nw + Tr . Tw + A r . A w + C r . Cw + S r . S w Nilai Indeks SINTACS menggambarkan tingkat kerentanan air tanah di suatu area. Semakin tinggi nilai Indeks SINTACS, semakin besar kerentanan suatu area untuk mudah tercemar polutan (Corniello, 2004: 5). Tabel 2. Kriteria Tingkat Kerentanan Pencemaran Tingkat Indeks Kerentanan SINTACS Tinggi Ekstrim ≥ 211 Sangat Tinggi 187-210 Tinggi 141-186 Sedang 106-140 Rendah 81-105 Sangat Rendah ≤ 81 Sumber: Corniello (2004: 5) 3. ANALISA DAN PEMBAHASAN Penyajian Peta Lokasi Studi Tahapan ini dibantu software Arcgis 10.2.2 dengan melakukan Geoprocessing sehingga dihasilkan Peta Lokasi Studi, Peta Jenis Tanah, Peta Tata Guna Lahan, Peta Kemiringan Lereng, Peta Lokasi Titik Sumur Bor, Peta Titik Stasiun Hujan dan Peta Polygon Thiessen yang digunakan pada tahapan selanjutnya. Analisa Lapisan Bawah Tanah 1. Kedalaman Muka Air Tanah (Soggiacenza) Data kedalaman muka air tanah diperoleh dari sumur gali warga sekitar yang dekat dengan sumur bor. Tabel 3. Kedalaman Muka Air Tanah Kedalaman Muka No Nama Sumur Air Tanah (m) 1. SDPB 214 7,80 2. SDPB 213 10,30 3. SDPB 195 10,20 4. SDPB 208 12,50 5. SDPB 207 11,45 6. SDPB 227 12,30 7. SDPB 240 15,80 8. SDPB 209 14,30 Sumber: Hasil Survei 2. Konduktivitas Hidraulik (Conducibilità Idraulica Dell’ Acquifero) Konduktivitas hidraulik diambil dari perhitungan nilai K. Perhitungan nilai K diperoleh dari data litologi log yang dipadukan dengan data kedalaman muka air tanah dangkal dari sumur penduduk yang berdekatan dengan sumur bor. Nilai K masing-masing lapisan diperoleh dari Tabel Koefisien Kelulusan Air Todd, Morris and Johnson. Tabel 4. Konduktivitas Hidraulik Nilai K Nama Sumur Bor m/hari m/detik SDPB 214 0,001 1,153x10-8 SDPB 213 0,001 1,155x10-8 SDPB 195 0,001 1,042x10-8 SDPB 208 0,002 2,075x10-8 SDPB 207 0,004 4,097x10-8 SDPB 227 0,002 1,839x10-8 SDPB 240 0,200 2,315x10-6 SDPB 209 0,001 1,307x10-8 Sumber: Hasil Analisa 3. Akuifer (Acquifero) Data akuifer diperoleh dari data litologi log yang sesuai dengan sumur bor. Penentuan akuifer diperoleh dari jenis batuan yang menyusun lapisan tanah. Setelah diketahui jenis batuan maka akan diperoleh jenis batuan yang termasuk akuifer. Hasil analisa data litologi log dari masing-masing sumur dapat diperoleh akuifer yaitu sebagai berikut: Tabel 5. Lapisan Akuifer No Nama Sumur Akuifer 1 SDPB 214 Tufa 2 SDPB 213 Tufa 3 SDPB 195 Pasir Tufaan 4 SDPB 208 Tufa 5 SDPB 207 Tufa 6 SDPB 227 Tufa 7 SDPB 240 Tufa Pasiran 8 SDPB 209 Tufa Sumber: Hasil Analisa 4. Zona Tidak Jenuh (Non Saturo) Data zona tidak jenuh diperoleh dari data litologi log yang sesuai dengan sumur bor. Penentuan zona tidak jenuh diperoleh dari jenis batuan yang terletak di atas akuifer. Setelah diketahui jenis batuan yang terletak di atas akuifer maka akan diketahui jenis batuan yang merupakan zona tidak jenuh. Hasil analisa data litologi log dari masing-masing sumur dapat diperoleh zona tidak jenuh yaitu sebagai berikut: Tabel 6. Zona Tidak Jenuh No Nama Sumur Zona Tidak Jenuh 1 SDPB 214 Lempung 2 SDPB 213 Lempung 3 SDPB 195 Lempung 4 SDPB 208 Lempung 5 SDPB 207 Lempung 6 SDPB 227 Lempung 7 SDPB 240 Tufa 8 SDPB 209 Lempung Sumber: Hasil Analisa 1. Analisa Hidrologi Uji Konsistensi Uji konsistensi dilakukan untuk menguji kebenaran data lapangan. Data yang digunakan dalam studi ini adalah curah hujan tahunan dari 5 stasiun hujan berpengaruh terhadap wilayah Kecamatan Wonomerto sesuai Peta Polygon Thiessen Kecamatan Wonomerto, yaitu Stasiun Hujan Muneng, Stasiun Hujan Patalan, Stasiun Hujan Krasak, Stasiun Hujan Botogerdu dan Stasiun Hujan Bantaran. Dan data hujan yang digunakan dari tahun 2005-2014. Dari hasil analisa kurva massa ganda di semua stasiun hujan yang digunakan tidak ditemukan terjadinya penyimpangan data sehingga tidak diperlukan faktor koreksi data. Hal ini berarti data hujan yang digunakan adalah konsisten dan dapat digunakan untuk analisa selanjutnya. 2. Perhitungan Curah Hujan Rerata Data curah hujan merupakan data yang digunakan untuk menganalisa pada parameter Infiltrazione Efficace (Laju Pengisian Kembali). Data curah hujan dalam studi ini menggunakan 5 pos stasiun hujan yaitu: Stasiun Hujan Muneng, Stasiun Hujan Patalan, Stasiun Hujan Krasak, Stasiun Hujan Botogerdu dan Stasiun Hujan Bantaran. Nilai curah hujan rerata daerah tahunan ini dipakai dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya potensi pencemaran yang semakin tinggi dengan bertambah tingginya curah hujan. Data curah hujan yang akan digunakan adalah data selama 10 tahun dari tahun 2005-2014. Perhitungan curah hujan rerata daerah dengan menggunakan Metode Polygon Thiessen. Dari hasil analisa curah hujan rerata maka diperoleh nilai curah hujan rerata tahunan sebesar 2157,36 mm/tahun. Perhitungan Air Larian Berdasarkan peta tata guna lahan dari BAPPEDA Kecamatan Wonomerto terbagi menjadi 11 desa. Kemudian dapat diketahui keadaan tata guna lahannya sehingga dapat menghitung besar bilangan kurva larian (CN). Bilangan tersebut digunakan untuk menghitung infiltrasi. Hasil perhitungan Infiltrasi disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Laju Pengisian Kembali Jenis Gol. CN S Infiltrasi Tata Guna Lahan CN I I (mm) Q (mm) Tanah Tanah II (mm) (mm) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Hutan Produksi Mediteran D 89 77,263 31,39 2157,36 2120,14 37,22 Perkebunan Mediteran D 89 77,263 31,39 2157,36 2120,14 37,22 Permukiman Mediteran D 94 86,807 16,21 2157,36 2138,02 19,33 Permukiman Grumosol D 94 86,807 16,21 2157,36 2138,02 19,33 Permukiman Regosol A 77 58,439 75,87 2157,36 2068,91 88,45 Sawah Irigasi Mediteran D 85 70,414 44,82 2157,36 2104,49 52,87 Sawah Irigasi Grumosol D 85 70,414 44,82 2157,36 2104,49 52,87 Sawah Irigasi Regosol A 63 41,696 149,2 2157,36 1988,12 169,24 Sawah Tadah Hujan Mediteran D 85 70,414 44,82 2157,36 2104,49 52,87 Sawah Tadah Hujan Grumosol D 85 70,414 44,82 2157,36 2104,49 52,87 Sawah Tadah Hujan Regosol A 63 41,696 149,2 2157,36 1988,12 169,24 Semak Belukar Mediteran D 89 77,263 31,39 2157,36 2120,14 37,22 Tegalan Mediteran D 86 72,067 41,35 2157,36 2108,52 48,84 Sumber: Hasil Perhitungan Analisa Jenis Tanah Analisa IDW Diketahui jenis tanah di Kecamatan Tahap pemetaan analisa air tanah ini Wonomerto yaitu Mediteran, Regosol, bertujuan untuk memetakan Kedalaman dan Grumosol. Hal ini berdasarkan peta Muka Air Tanah (Soggiacenza), Zona jenis tanah Kabupaten Probolinggo. Tidak Jenuh (Non-Saturo), Akuifer Dari ciri-ciri jenis tanah tersebut (Acquifero) dan Konduktivitas Hidraulik maka tekstur tanah dan kelompok (Conducibilità Idraulica Dell’ Acquifero) hidrologi tanah di Kecamatan Wonomerto dengan data awal dari titik–titik sumur bor dapat disajikan pada Tabel 8. menjadi peta kontur. Pemetaan ini Tabel 8. Tekstur Tanah dan Kelompok dilakukan dengan interpolasi data yang Hidrologi Tanah ada dengan menggunakan analisa IDW (Inverse Distance Weighted) pada Arcgis No Jenis Tekstur Kelompok 10.2.2. Tanah Tanah Hidrologi Validitas Tanah Untuk memberikan prediksi akurat 1 Mediteran Liat D pada hasil IDW, nilai dari Root Mean 2 Grumosol Liat D Square Error (RMSE) harus mendekati 0, 3 Regosol Pasir A dan sebaran data yang diprediksi tidak Sumber: Hasil Analisa bias. Jika standar kesalahannya akurat dan nilai prediksi RMSE kecil, maka nilai yang diprediksi harus dekat dengan nilai yang diukur. Hasil RMSE IDW yang paling mendekati 0 akan digunakan pada tahapan selanjutnya karena semakin kecil nilai RMSE maka dipastikan semakin besar keakuratan pada data tersebut. 2. Laju Pengisian Kembali Setelah diperoleh nilai curah hujan rerata tahunan Kecamatan Wonomerto, dan penghitungan volume air larian dengan Metode SCS maka diperoleh nilai laju pengisian kembali. Nilai skor dari laju pengisian kembali disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai Skor dari Laju Pengisian Kembali Indeks Luas Tata Guna Lahan Jenis Tanah Infiltrasi Skor Bobot Potensial Km2 Pencemaran Hutan Produksi Mediteran 37,22 1,9 4 7,6 2,97 Perkebunan Mediteran 37,22 1,9 4 7,6 0,69 Permukiman Mediteran 19,33 0 4 0 3,08 Permukiman Grumosol 19,33 0 4 0 0,32 Permukiman Regosol 88,45 4 4 16 1,35 Sawah Irigasi Mediteran 52,87 2,6 4 10,4 0,30 Sawah Irigasi Grumosol 52,87 2,6 4 10,4 2,18 Sawah Irigasi Regosol 169,24 7,1 4 28,4 4,66 Sawah Tadah Hujan Mediteran 52,87 2,6 4 10,4 26,77 Sawah Tadah Hujan Grumosol 52,87 2,6 4 10,4 3,30 Sawah Tadah Hujan Regosol 169,24 7,1 4 28,4 0,91 Semak Belukar Mediteran 37,22 1,9 4 7,6 0,05 Tegalan Mediteran 48,84 2,3 4 9,2 2,89 Sumber: Hasil Perhitungan 3. Kondisi Zona Tak Jenuh Analisa Parameter SINTACS 1. Kedalaman Muka Airtanah Kondisi lapisan tanah tiap sumur bor Kedalaman muka air tanah berbeda, lapisan tersebut tidak hanya berdasarkan kedalaman muka air tanah berisi akuifer namun jenis batuan pada dari sumur gali dari warga setempat yang zona tak jenuh yang berada tepat di atas dekat dengan lokasi sumur bor di akuifernya. Nilai skor dari kondisi zona Kecamatan Wonomerto Kabupaten tak jenuh disajikan pada Tabel 12. Probolinggo. Nilai skor dari kedalaman Tabel 12. Nilai Skor dari Kondisi Zona muka airtanah disajikan pada Tabel 10. Tidak Jenuh berikut: Kondisi Zona Luas Skor (Nr) Tabel 10. Nilai Skor Kedalaman Muka Tak Jenuh (Km2) Air Tanah Tufa 5 8,34 Kedalaman Muka 40,13 Lempung 2 Skor (Sr) Luas (Km2) Air Tanah Sumber: Hasil Perhitungan 4. Tekstur Tanah 7,8 m–9,4 m 5,6 1,52 Berdasarkan peta jenis tanah yang 9,4 m–11 m 5,2 3,08 diperoleh dari instansi terkait didapatkan 11 m–12,6 m 4,9 17,55 tekstur jenis tanah yang ada di Kecamatan 12,6 m–14,2 m 4,4 21,41 Wonomerto. Nilai skor dari tekstur tanah 14,2 m–15,8 m 4,2 4,91 disajikan pada Tabel 13. Sumber: Hasil Perhitungan Tabel 13. Nilai Skor dari Tekstur Tanah Jenis Tekstur Skor Luas Tanah Tanah (Tr) (Km2) Mediteran Liat 1,3 35,75 Grumosol Liat 1,3 5,80 Regosol Pasir 8,5 6,91 Sumber: Hasil Perhitungan 5. Akuifer Lapisan akuifer didapatkan dari struktur lapisan tanah pada masingmasing sumur bor. Tekstur tanah pada akuifer mempengaruhi besarnya potensi air tanah tercemar. Nilai skor dari media akuifer disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Nilai Skor dari Akuifer Luas Akuifer Skor (Ar) (Km2) Tufa 8 41,60 Tufa Pasiran 6 6,28 Pasir Tufaan 4 0,6 Sumber: Hasil Perhitungan 6. Konduktivitas Hidraulik Penentuan skor pada kondisi ini berdasarkan nilai konduktivitas hidraulik yang berasal dari Tabel 2.8 menurut Moris & Johson 1976 dan menurut Todd 1980. Akan tetapi untuk mengetahui nilai konduktivitas hidraulik perlu dibantu dengan perpaduan antara data litologi log dengan kedalaman muka air tanah dangkal yang diperoleh dari sumur penduduk yang berdekatan dengan sumur bor di lokasi studi. Nilai skor dari konduktivitas hidraulik disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Nilai Skor dari Konduktivitas Hidraulik Sumber: Hasil Perhitungan 7. Kemiringan Lereng Nilai skor parameter ini ditentukan dengan mengetahui pembagian kelas kemiringan lereng pada peta kemiringan lereng di Kecamatan Wonomerto. Nilai skor dari kemiringan lereng disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Nilai Skor dari Kemiringan Lereng Kemiringan Luas Skor (Sr) 2 (Km ) Lereng (º) o o 0 -2 10 40,98 o o 3 -4 9 7,48 Sumber: Hasil Perhitungan Setelah menghitung nilai skor dari tiap parameter, maka selanjutnya adalah menghitung nilai Indeks Potensial Pencemaran yaitu dengan cara mengalikan nilai skor dengan nilai bobot. Penyajian Peta Kerentanan Pencemaran Air Tanah pada Akuifer Bebas Pada tahapan penyajian peta kerentanan pencemaran air tanah pada akuifer bebas dilakukan dengan cara tumpang susun (overlay) tujuh peta parameter SINTACS yang telah dihitung nilai indeks potensialnya. Diantaranya peta kedalaman muka air tanah, peta laju pengisian kembali, peta zona tak jenuh, peta tekstur tanah, peta akuifer, peta konduktivitas hidraulik, dan peta kemiringan lereng. Setelah menggabungkan (overlay) tujuh peta parameter yang sudah dihitung nilai indeks potensial pencemarannya selanjutnya melakukan perhitungan nilai Indeks SINTACS. Dari nilai Indeks SINTACS tersebut maka akan ditetapkan rentang tingkat kerentanan pencemaran akuifer bebas. Peta Kerentanan Pencemaran Akuifer Bebas Kecamatan Wonomerto disajikan pada Gambar 8. Gambar 8. Peta Kerentanan Air Tanah Sumber: Hasil Analisa Kerentanan pencemaran akuifer bebas di Kecamatan Wonomerto dipengaruhi oleh beberapa parameter dominan antara lain jenis tanah dan kemiringan lereng. Jenis tanah yang paling berpengaruh yaitu regosol dengan tekstur tanah lebih dari 60% pasir. Kemiringan lereng maksimum o o menunjukkan 0 -2 , semakin landai kemiringan lerengnya maka semakin besar potensi air tanah tersebut tercemar. . Analisa Hasil Kerentanan Pencemaran Akuifer Bebas dengan Tata Guna Lahan di Kecamatan Wonomerto Berdasarkan Peta Kerentanan Air Tanah, sebagian wilayah dari desa Jrebeng, Tunggak Cerme, Poh Sangit Tengah, Kareng Kidul, Poh Sangit Lor, Wonorejo, dan Kedung Supit termasuk wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi. Dari 32 tata guna lahan yang termasuk kerentanan tinggi tersebut 28 tata guna lahan berupa sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Pada wilayah dengan tingkat kerentanan sedang, mayoritas lahan juga berupa lahan pertanian. Jumlah infiltrasi dari lahan pertanian cukup tinggi sehingga dikhawatirkan air tanah yang menyerap ke dalam tanah bercampur dengan pupuk sintetik yang biasa digunakan petani untuk menyuburkan tanaman. Hal ini memicu kerentanan pencemaran air tanah pada akuifer bebas di Kecamatan Wonomerto semakin tinggi. Tabel 17. Hasil Uji Kualitas Air Tanah No. Kode Sampel Paameter A Total Phospat 1 (Desa Kareng Kidul) Nitrit B Total Phospat 2 (Desa Tunggak Cerme) Nitrit C Total Phospat 3 (Desa Sumberkare) Nitrit D Total Phospat 4 (Desa Patalan) Nitrit E Total Phospat 5 (Desa Jrebeng) Nitrit Sumber: Hasil Analisa Analisa Kualitas Air Tanah pada Akuifer Bebas Berdasarkan hasil analisa kualitas air tanah pada akuifer bebas di Kecamatan Wonomerto menunjukkan adanya kandungan bahan kimia yaitu nitrit dan total phospat. Untuk menentukan parameter bahan kimia tersebut dilakukan analisa bahan kimia yang terdapat pada limbah pertanian yang umumnya berupa pupuk dan pestisida serta limbah domestik yang umumnya berupa detergen. Pada umumnya limbah phosfat yang terkandung dalam pupuk dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok. Sedangkan zat N (Nitrit) akan teroksidasi menjadi nitrat (NO3-). Nitrat dapat mengakibatkan terjadinya hambatan darah dalam melepaskan oksigen ke sel–sel tubuh. Ketika nitrat masuk ke dalam darah, penderita dapat mengalami kekurangan oksigen dalam tubuhnya. Standart kualitas air berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Sampel air tanah diambil dari sumur penduduk, sampel air ini diambil dari 5 desa di Kecamatan Wonomerto yaitu Desa Kareng Kidul, Desa Tunggak Cerme, Desa Sumberkare, Desa Patalan dan Desa Jrebeng. Peta lokasi sumur pengambilan sampel air tanah dapat dilihat pada Tabel 17. Satuan mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Hasil Analisa 12,67 0,09 9,502 0,09 5,882 0,09 7,692 0,11 10,41 0,1 Standart Air Kelas I 0,2 0,06 0,2 0,06 0,2 0,06 0,2 0,06 0,2 0,06 4. KESIMPULAN Berdasarkan perhitungan Indeks SINTACS di Kecamatan Wonomerto dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tingkat kerentanan air tanah terhadap pencemaran di Kecamatan Wonomerto yang disimpulkan dari hasil perhitungan Indeks SINTACS adalah sebagai berikut: a. Tingkat kerentanan rendah dengan skor Indeks SINTACS berkisar 106-140 memiliki luas daerah 17,73 km2 yang penyebarannya terpusat di bagian utara hingga bagian tengah Kecamatan Wonomerto. b. Tingkat kerentanan sedang dengan skor Indeks SINTACS berkisar 141-186 memiliki luas daerah 25,46 km2 yang penyebarannya hampir diseluruh Kecamatan Wonomerto. c. Tingkat kerentanan tinggi dengan skor Indeks SINTACS berkisar 187-210 memiliki luas daerah 5,10 km2 yang penyebarannya terpusat di bagian timur laut hingga bagian tengah dari Kecamatan Wonomerto. 2. Hasil analisa kerentanan pencemaran akuifer bebas sesuai dengan tata guna lahan di Kecamatan Wonomerto. Artinya, sebagian besar wilayah Kecamatan Wonomerto yang berupa lahan pertanian dan perkebunan dikhawatirkan menjadi sumber pemicu terjadinya pencemaran air tanah pada akuifer bebas semakin tinggi. Hal ini disebabkan kandungan zat kimia dari pupuk dan pestisida yang mempengaruhi air tanah di Kecamatan Wonomerto. 3. Berdasarkan hasil analisa kualitas air tanah di Kecamatan Wonomerto, air tanah tercemar oleh limbah yang berasal dari limbah pertanian. Terutama nitrit dan total phospat yang berasal dari penggunaan pupuk buatan dan pestisida. DAFTAR PUSTAKA ANPA. 2001. Linee-guida per la redazione e l’uso delle carte della vulnerabilita degli aqcuiferi all’ inquinamento. Italy: Dipartimento Stato dell ‘Ambiente Civita & De Maio. 2004. Assensing and Mapping Groundwater Vulnerability To Contamination: The Italian “Combinated” Approach. Italy: Polytechnic Of Turin Corniello, Ducci, & Monti. 2004. Aquifer Pollution Vulnerability in the Sorrento Peninsula, Southern Italy, Evaluated By SINTACS Method. Italy: Universita di Napoli “Federico II” Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta: Sekretariat Negara Todd, David Keith. 1980. Groundwater Hydrology. New York: John Wiley and Sons. Triatmodjo, Bambang. 2010. Hidrologi Terapan. Jakarta: Beta.