penerapan metode sintacs untuk menguji

advertisement
PENERAPAN METODE SINTACS UNTUK MENGUJI KERENTANAN
PENCEMARAN AKUIFER BEBAS BERBASIS SIG DI KECAMATAN
WONOMERTO KABUPATEN PROBOLINGGO
Husnia Ayu Aziza1, Runi Asmaranto2, Tri Budi Prayogo2
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
2
Dosen Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Seiring berjalannya waktu pertumbuhan manusia semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan bertambahnya
kebutuhan lain untuk dipenuhi seperti pemanfaatan lahan sebagai tempat tinggal atau tempat mencari nafkah.
Pemanfaatan lahan yang kurang baik dapat menyebabkan air tanah tercemar. Untuk mengatasi hal tersebut perlu
dilakukan pemetaan kerentanan akuifer bebas terhadap pencemaran.
Pada penelitian ini digunakan metode SINTACS untuk memprediksi kerentanan pencemaran air tanah yang
memiliki 7 parameter yaitu: kedalaman muka air tanah, laju pengisian kembali, zona tidak jenuh, tektur tanah,
akuifer, konduktivitas hidraulik, dan kemiringan lereng. Masing-masing parameter SINTACS ditentukan oleh
nilai skor dengan kisaran 1-10. Parameter tersebut kemudian dikalikan dengan nilai bobot yang sudah ditentukan
sehingga menghasilkan Indeks Potensial Pencemaran. Analisa data dilakukan dengan menggunakan aplikasi
Arcgis 10.2.2 dengan proses IDW dan Overlay untuk menghasilkan peta kerentanan pencemaran akuifer bebas.
Hasil analisa dan perhitungan pada tugas akhir ini didapatkan kerentanan pencemaran akuifer bebas di
Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinggo sebesar 36,71% dengan tingkat kerentanan rendah, 52,72%
tingkat kerentanan sedang, dan 10,57% tingkat kerentanan tinggi dihitung dari luas total Kecamatan Wonomerto.
Berdasarkan hasil perhitungan terdapat faktor dominan yang mempengaruhi tingginya kerentanan seperti jenis
tanah dan konduktivitas hidraulik. Tata guna lahan di Kecamatan Wonomerto yang sebagian besar lahan pertanian
sesuai dengan hasil kerentanan pencemaran akuifer bebas. Berdasarkan hasil analisa kualitas air tanah di
Kecamatan Wonomerto, air tanah tercemar oleh limbah yang berasal dari limbah pertanian. Terutama nitrit dan
total phospat yang berasal dari penggunaan pupuk buatan dan pestisida.
Kata kunci: air tanah, kerentanan, akuifer bebas, SIG, SINTACS
ABSTRACT
Recently, human population is growing larger. It can be conduces the others needed to be filled, for example
the land use as a shelter or a living. Unproperly land use can lead a contamination of groundwater. To overcome
these, we have to map of the vulnerability of unconfined aquifer contamination.
In this study SINTACS method was used to predict the vulnerability of unconfined aquifer contamination. The
parameters are followed by: depth to watertable, recharge, unsaturated zone, soil texture, aquifer, hydraulic
conductivity, and slope. Each parameter of SINTACS determined by score in the range of 1-10. Furthermore, the
parameter is multiplied by the weight values that have been determined to produce potential SINTACS Index. Data
analysis was performed using Geographic Information Systems (ArcGIS 10.2.2) with IDW intepolation and
overlay of each parameter produces vulnerability level maps of unconfined aquifer.
The results of analysis and calculation, obtained the vulnerability of unconfined aquifer contamination at
Wonomerto Probolinggo, the low vulnerability is 36,71%, the medium vulnerability is 52,72%, and high of
vulnerability level is 10,57% calculated from the total area of the District Wonomerto. The results of the
calculation shown that there are dominant factors that affect the high vulnerability such as soil texture and
hydraulic conductivity. The land use in the District Wonomerto which mostly agricultural land is compatible with
the result of vulnerability of unconfined aquifer contamination. Based on analysis of the quality of groundwater
in the district Wonomerto, groundwater contaminated by waste from agricultural waste. Especially nitrite and
total phosphate, which is derived from the use of artificial fertilizers and pesticides.
Keywords: Groundwater, Vulnerability, Unconfined Aquifer, GIS, SINTACS.
1. PENDAHULUAN
Bertambah banyak jumlah populasi
tentu menambah kebutuhan lain salah
satunya pemanfaatan lahan baik untuk
tempat tinggal atau tempat untuk mencari
nafkah. Pemanfaatan lahan yang kurang
baik dapat menyebabkan air tanah
tercemar.
Sehingga perlu dilakukan
pemetaan kerentanan air tanah terhadap
pencemaran. Hasil tingkat kerentanan
akan menjadi bahan pertimbangan untuk
langkah selanjutnya seperti melindungi
lapisan akuifer atau pencegahan terhadap
pencemaran air tanah. Studi ini dilakukan
di Kecamatan Wonomerto Kabupaten
Probolinggo yang merupakan wilayah
Cekungan Air Tanah. Perlu dilakukan
pengujian air tanah serta pengaruh
penggunaan lahan terhadap kerentanan air
tanah yang bisa mengakibatkan air mudah
tercemar sehingga diharapkan air yang
digunakan bebas pencemaran.
2. METODE PENELITIAN
 Lokasi Penelitian
Kecamatan Wonomerto merupakan
kecamatan bagian tengah di Kabupaten
Probolinggo. Luas Wilayah Kecamatan
Wonomerto kurang lebih 4.846 Ha.
Wilayah Kecamatan Wonomerto terdiri
dari 11 desa yaitu desa Jrebeng, Kareng
Kidul, Kedung Supit, Patalan, Poh Sangit
Lor, Poh Sangit Ngisor, Poh Sangit
Tengah, Sepuh Gembol, Sumberkare,
Tunggak Cerme, dan Wonorejo.
Batas
administrasi
Kecamatan
Wonomerto yaitu:
 Utara
: Kecamatan Sumberasih
 Timur
: Kecamatan Bantaran dan
Kota Probolinggo
 Selatan : Kecamatan Kuripan
 Barat
: Kecamatan Togas
Gambar 1. Lokasi Studi
Sumber: BAPPEDA Kabupaten
Probolinggo
 Data-data yang diperlukan
Data-data yang diperlukan dalam
penyusunan studi ini terdiri dari data
primer dan sekunder yaitu:
1. Peta dasar Kabupaten Probolinggo
2. Peta dasar Kecamatan Wonomerto
3. Peta
jenis
tanah
Kecamatan
Wonomerto
4. Peta tata guna lahan Kecamatan
Wonomerto
5. Peta kemiringan lereng Kecamatan
Wonomerto
6. Data curah hujan tahun 2005–2014
7. Data log litogi sumur bor yang
tersebar di Kecamatan Wonomerto
Kabupaten Probolinggo
8. Data kedalaman muka air sumur
warga yang dekat dengan sumur bor
di Kecamatan Wonomerto
9. Sampel air tanah sumur warga di
Kecamatan Wonomerto.
10. Referensi yang berkaitan dengan
studi ini.
 Tahapan Analisa
1. Analisa
Tingkat
Kerentanan
Pencemaran Akuifer Bebas di
Kecamatan Wonomerto
a.
Penyajian Peta Lokasi Studi
b.
Analisa Lapisan Bawah Tanah
c.
Analisa Hidrologi
 Uji Konsistensi
 Menghitung curah hujan rerata
(Metode Polygon Thiessen)
 Perhitungan
Air
Larian
(Metode Soil Conservation
Soil)
 Menghitung Infiltrasi
d.
Analisa Jenis Tanah
e.
Analisa Kemiringan Lereng
f.
Analisa dengan IDW
g.
Validitas
h.
Analisa Metode SINTACS
i.
Analisa dengan ArcGIS
2. Analisa Hasil Kerentanan Pencemaran
Akuifer Bebas dengan Tata Guna
Lahan di Kecamatan Wonomerto
3. Analisa Kualitas Air
Tiap parameter SINTACS dievaluasi
untuk menentukan pentingnya semua
faktor, yang diwakilkan dengan nilai
bobot (weight). Besar nilai bobot antara 15. Berdasarkan data hidrogeologi lokal
dan dampak aktivitas manusia dapat
diklasifikasikan menjadi enam kategori
yang berbeda dari yang ditetapkan dalam
metode SINTACS: Normal, Severe,
Seepage, Karst, Fisured, Nitrates (Civita
& De Maio, 2000).
Tabel 1. Bobot Metode SINTACS
Parameter N Svr Spg K F Nit
S
5 5
4
2 3 5
I
4 5
4
5 3 5
N
5 4
4
1 3 4
T
3 5
2
3 4 5
A
3 3
5
5 4 2
C
3 2
5
5 5 2
S
3 2
2
5 4 3
Sumber: Civita & De Maio (2004)
Tiap range parameter telah ditetapkan
suatu nilai skor (rating) yang berkisar
antara 1–10. Kisaran range dan rating
dari masing-masing parameter SINTACS
disajikan pada Gambar 1 sampai Gambar
7.
Gambar 1. Nilai skor dari kedalaman
muka air tanah
Sumber : ANPA (2001: 23)
Gambar 2. Nilai skor dari laju pengisian
kembali
Sumber : ANPA (2001: 25)
Gambar 3. Nilai skor dari zona tidak
jenuh
Sumber : ANPA (2001: 27)
Gambar 4. Nilai skor dari tekstur tanah
Sumber : ANPA (2001: 30)
Gambar 5. Nilai skor dari akuifer
Sumber : ANPA (2001: 32)
Gambar 6. Nilai skor dari konduktivitas
hidraulik
Sumber : ANPA (2001: 33)
Gambar 7. Nilai skor dari kemiringan
lereng
Sumber : ANPA (2001: 34)
Untuk
menentukan
tingkat
kerentanan pencemaran akuifer bebas
ditetapkan dengan persamaan yang
disebut Indeks SINTACS. Persamaan ini
dihitung dengan cara menjumlahkan nilai
skor (rating) dari tiap parameter setelah
dikalikan dengan nilai bobot (weight).
Persamaan untuk menentukan Indeks
SINTACS adalah:
ISintacs = Sr . Sw + Ir . Iw + Nr . Nw + Tr . Tw
+ A r . A w + C r . Cw + S r . S w
Nilai
Indeks
SINTACS
menggambarkan tingkat kerentanan air
tanah di suatu area. Semakin tinggi nilai
Indeks
SINTACS,
semakin
besar
kerentanan suatu area untuk mudah
tercemar polutan (Corniello, 2004: 5).
Tabel 2. Kriteria Tingkat Kerentanan
Pencemaran
Tingkat
Indeks
Kerentanan
SINTACS
Tinggi Ekstrim
≥ 211
Sangat Tinggi
187-210
Tinggi
141-186
Sedang
106-140
Rendah
81-105
Sangat Rendah
≤ 81
Sumber: Corniello (2004: 5)
3.

ANALISA DAN PEMBAHASAN
Penyajian Peta Lokasi Studi
Tahapan ini dibantu software Arcgis
10.2.2 dengan melakukan Geoprocessing
sehingga dihasilkan Peta Lokasi Studi,
Peta Jenis Tanah, Peta Tata Guna Lahan,
Peta Kemiringan Lereng, Peta Lokasi
Titik Sumur Bor, Peta Titik Stasiun Hujan
dan Peta Polygon Thiessen yang
digunakan pada tahapan selanjutnya.
 Analisa Lapisan Bawah Tanah
1. Kedalaman Muka Air Tanah
(Soggiacenza)
Data kedalaman muka air tanah
diperoleh dari sumur gali warga sekitar
yang dekat dengan sumur bor.
Tabel 3. Kedalaman Muka Air Tanah
Kedalaman Muka
No Nama Sumur
Air Tanah (m)
1.
SDPB 214
7,80
2.
SDPB 213
10,30
3.
SDPB 195
10,20
4.
SDPB 208
12,50
5.
SDPB 207
11,45
6.
SDPB 227
12,30
7.
SDPB 240
15,80
8.
SDPB 209
14,30
Sumber: Hasil Survei
2. Konduktivitas Hidraulik
(Conducibilità
Idraulica
Dell’
Acquifero)
Konduktivitas hidraulik diambil dari
perhitungan nilai K. Perhitungan nilai K
diperoleh dari data litologi log yang
dipadukan dengan data kedalaman muka
air tanah dangkal dari sumur penduduk
yang berdekatan dengan sumur bor.
Nilai K masing-masing lapisan
diperoleh dari Tabel Koefisien Kelulusan
Air Todd, Morris and Johnson.
Tabel 4. Konduktivitas Hidraulik
Nilai K
Nama Sumur Bor
m/hari
m/detik
SDPB 214
0,001 1,153x10-8
SDPB 213
0,001 1,155x10-8
SDPB 195
0,001 1,042x10-8
SDPB 208
0,002 2,075x10-8
SDPB 207
0,004 4,097x10-8
SDPB 227
0,002 1,839x10-8
SDPB 240
0,200 2,315x10-6
SDPB 209
0,001 1,307x10-8
Sumber: Hasil Analisa
3. Akuifer (Acquifero)
Data akuifer diperoleh dari data
litologi log yang sesuai dengan sumur bor.
Penentuan akuifer diperoleh dari jenis
batuan yang menyusun lapisan tanah.
Setelah diketahui jenis batuan maka akan
diperoleh jenis batuan yang termasuk
akuifer. Hasil analisa data litologi log dari
masing-masing sumur dapat diperoleh
akuifer yaitu sebagai berikut:
Tabel 5. Lapisan Akuifer
No Nama Sumur
Akuifer
1
SDPB 214
Tufa
2
SDPB 213
Tufa
3
SDPB 195
Pasir Tufaan
4
SDPB 208
Tufa
5
SDPB 207
Tufa
6
SDPB 227
Tufa
7
SDPB 240
Tufa Pasiran
8
SDPB 209
Tufa
Sumber: Hasil Analisa
4.
Zona Tidak Jenuh (Non Saturo)
Data zona tidak jenuh diperoleh dari
data litologi log yang sesuai dengan sumur
bor. Penentuan zona tidak jenuh diperoleh
dari jenis batuan yang terletak di atas
akuifer. Setelah diketahui jenis batuan
yang terletak di atas akuifer maka akan
diketahui jenis batuan yang merupakan
zona tidak jenuh.
Hasil analisa data
litologi log dari masing-masing sumur
dapat diperoleh zona tidak jenuh yaitu
sebagai berikut:
Tabel 6. Zona Tidak Jenuh
No Nama Sumur
Zona Tidak Jenuh
1
SDPB 214
Lempung
2
SDPB 213
Lempung
3
SDPB 195
Lempung
4
SDPB 208
Lempung
5
SDPB 207
Lempung
6
SDPB 227
Lempung
7
SDPB 240
Tufa
8
SDPB 209
Lempung
Sumber: Hasil Analisa

1.
Analisa Hidrologi
Uji Konsistensi
Uji konsistensi dilakukan untuk
menguji kebenaran data lapangan. Data
yang digunakan dalam studi ini adalah
curah hujan tahunan dari 5 stasiun hujan
berpengaruh terhadap wilayah Kecamatan
Wonomerto sesuai Peta Polygon Thiessen
Kecamatan Wonomerto, yaitu Stasiun
Hujan Muneng, Stasiun Hujan Patalan,
Stasiun Hujan Krasak, Stasiun Hujan
Botogerdu dan Stasiun Hujan Bantaran.
Dan data hujan yang digunakan dari tahun
2005-2014.
Dari hasil analisa kurva massa ganda
di semua stasiun hujan yang digunakan
tidak ditemukan terjadinya penyimpangan
data sehingga tidak diperlukan faktor
koreksi data. Hal ini berarti data hujan
yang digunakan adalah konsisten dan
dapat
digunakan
untuk
analisa
selanjutnya.
2. Perhitungan Curah Hujan Rerata
Data curah hujan merupakan data
yang digunakan untuk menganalisa pada
parameter Infiltrazione Efficace (Laju
Pengisian Kembali). Data curah hujan
dalam studi ini menggunakan 5 pos
stasiun hujan yaitu: Stasiun Hujan
Muneng, Stasiun Hujan Patalan, Stasiun
Hujan Krasak, Stasiun Hujan Botogerdu
dan Stasiun Hujan Bantaran. Nilai curah
hujan rerata daerah tahunan ini dipakai
dengan mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya potensi pencemaran yang
semakin tinggi dengan bertambah
tingginya curah hujan. Data curah hujan
yang akan digunakan adalah data selama
10 tahun dari tahun 2005-2014.
Perhitungan curah hujan rerata daerah
dengan menggunakan Metode Polygon
Thiessen. Dari hasil analisa curah hujan
rerata maka diperoleh nilai curah hujan
rerata tahunan sebesar 2157,36 mm/tahun.
 Perhitungan Air Larian
Berdasarkan peta tata guna lahan dari
BAPPEDA
Kecamatan
Wonomerto
terbagi menjadi 11 desa. Kemudian dapat
diketahui keadaan tata guna lahannya
sehingga dapat menghitung besar bilangan
kurva larian (CN). Bilangan tersebut
digunakan untuk menghitung infiltrasi.
Hasil perhitungan Infiltrasi disajikan pada
Tabel 7.
Tabel 7. Laju Pengisian Kembali
Jenis
Gol. CN
S
Infiltrasi
Tata Guna Lahan
CN I
I (mm) Q (mm)
Tanah
Tanah II
(mm)
(mm)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Hutan Produksi
Mediteran
D
89 77,263 31,39 2157,36 2120,14 37,22
Perkebunan
Mediteran
D
89 77,263 31,39 2157,36 2120,14 37,22
Permukiman
Mediteran
D
94 86,807 16,21 2157,36 2138,02 19,33
Permukiman
Grumosol
D
94 86,807 16,21 2157,36 2138,02 19,33
Permukiman
Regosol
A
77 58,439 75,87 2157,36 2068,91 88,45
Sawah Irigasi
Mediteran
D
85 70,414 44,82 2157,36 2104,49 52,87
Sawah Irigasi
Grumosol
D
85 70,414 44,82 2157,36 2104,49 52,87
Sawah Irigasi
Regosol
A
63 41,696 149,2 2157,36 1988,12 169,24
Sawah Tadah Hujan Mediteran
D
85 70,414 44,82 2157,36 2104,49 52,87
Sawah Tadah Hujan Grumosol
D
85 70,414 44,82 2157,36 2104,49 52,87
Sawah Tadah Hujan
Regosol
A
63 41,696 149,2 2157,36 1988,12 169,24
Semak Belukar
Mediteran
D
89 77,263 31,39 2157,36 2120,14 37,22
Tegalan
Mediteran
D
86 72,067 41,35 2157,36 2108,52 48,84
Sumber: Hasil Perhitungan

Analisa Jenis Tanah
 Analisa IDW
Diketahui jenis tanah di Kecamatan
Tahap pemetaan analisa air tanah ini
Wonomerto yaitu Mediteran, Regosol,
bertujuan untuk memetakan Kedalaman
dan Grumosol. Hal ini berdasarkan peta
Muka Air Tanah (Soggiacenza), Zona
jenis tanah Kabupaten Probolinggo.
Tidak Jenuh (Non-Saturo), Akuifer
Dari ciri-ciri jenis tanah tersebut
(Acquifero) dan Konduktivitas Hidraulik
maka tekstur tanah dan kelompok
(Conducibilità Idraulica Dell’ Acquifero)
hidrologi tanah di Kecamatan Wonomerto
dengan data awal dari titik–titik sumur bor
dapat disajikan pada Tabel 8.
menjadi peta kontur.
Pemetaan ini
Tabel 8. Tekstur Tanah dan Kelompok
dilakukan dengan interpolasi data yang
Hidrologi Tanah
ada dengan menggunakan analisa IDW
(Inverse Distance Weighted) pada Arcgis
No
Jenis
Tekstur Kelompok
10.2.2.
Tanah
Tanah Hidrologi
 Validitas
Tanah
Untuk memberikan prediksi akurat
1 Mediteran
Liat
D
pada hasil IDW, nilai dari Root Mean
2 Grumosol
Liat
D
Square Error (RMSE) harus mendekati 0,
3
Regosol
Pasir
A
dan sebaran data yang diprediksi tidak
Sumber: Hasil Analisa
bias. Jika standar kesalahannya akurat dan
nilai prediksi RMSE kecil, maka nilai
yang diprediksi harus dekat dengan nilai
yang diukur. Hasil RMSE IDW yang
paling mendekati 0 akan digunakan pada
tahapan selanjutnya karena semakin kecil
nilai RMSE maka dipastikan semakin
besar keakuratan pada data tersebut.
2. Laju Pengisian Kembali
Setelah diperoleh nilai curah hujan
rerata tahunan Kecamatan Wonomerto,
dan penghitungan volume air larian
dengan Metode SCS maka diperoleh nilai
laju pengisian kembali. Nilai skor dari laju
pengisian kembali disajikan pada Tabel
11.
Tabel 11. Nilai Skor dari Laju Pengisian Kembali
Indeks
Luas
Tata Guna Lahan
Jenis Tanah Infiltrasi Skor Bobot
Potensial
Km2
Pencemaran
Hutan Produksi
Mediteran
37,22
1,9
4
7,6
2,97
Perkebunan
Mediteran
37,22
1,9
4
7,6
0,69
Permukiman
Mediteran
19,33
0
4
0
3,08
Permukiman
Grumosol
19,33
0
4
0
0,32
Permukiman
Regosol
88,45
4
4
16
1,35
Sawah Irigasi
Mediteran
52,87
2,6
4
10,4
0,30
Sawah Irigasi
Grumosol
52,87
2,6
4
10,4
2,18
Sawah Irigasi
Regosol
169,24
7,1
4
28,4
4,66
Sawah Tadah Hujan
Mediteran
52,87
2,6
4
10,4
26,77
Sawah Tadah Hujan
Grumosol
52,87
2,6
4
10,4
3,30
Sawah Tadah Hujan
Regosol
169,24
7,1
4
28,4
0,91
Semak Belukar
Mediteran
37,22
1,9
4
7,6
0,05
Tegalan
Mediteran
48,84
2,3
4
9,2
2,89
Sumber: Hasil Perhitungan
3. Kondisi Zona Tak Jenuh

Analisa Parameter SINTACS
1. Kedalaman Muka Airtanah
Kondisi lapisan tanah tiap sumur bor
Kedalaman
muka
air
tanah
berbeda, lapisan tersebut tidak hanya
berdasarkan kedalaman muka air tanah
berisi akuifer namun jenis batuan pada
dari sumur gali dari warga setempat yang
zona tak jenuh yang berada tepat di atas
dekat dengan lokasi sumur bor di
akuifernya. Nilai skor dari kondisi zona
Kecamatan
Wonomerto
Kabupaten
tak jenuh disajikan pada Tabel 12.
Probolinggo. Nilai skor dari kedalaman
Tabel 12. Nilai Skor dari Kondisi Zona
muka airtanah disajikan pada Tabel 10.
Tidak Jenuh
berikut:
Kondisi Zona
Luas
Skor (Nr)
Tabel 10. Nilai Skor Kedalaman Muka
Tak Jenuh
(Km2)
Air Tanah
Tufa
5
8,34
Kedalaman Muka
40,13
Lempung
2
Skor (Sr)
Luas (Km2)
Air Tanah
Sumber: Hasil Perhitungan
4. Tekstur Tanah
7,8 m–9,4 m
5,6
1,52
Berdasarkan peta jenis tanah yang
9,4 m–11 m
5,2
3,08
diperoleh dari instansi terkait didapatkan
11 m–12,6 m
4,9
17,55
tekstur jenis tanah yang ada di Kecamatan
12,6 m–14,2 m
4,4
21,41
Wonomerto. Nilai skor dari tekstur tanah
14,2 m–15,8 m
4,2
4,91
disajikan pada Tabel 13.
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 13. Nilai Skor dari Tekstur Tanah
Jenis
Tekstur
Skor
Luas
Tanah
Tanah
(Tr)
(Km2)
Mediteran
Liat
1,3
35,75
Grumosol
Liat
1,3
5,80
Regosol
Pasir
8,5
6,91
Sumber: Hasil Perhitungan
5. Akuifer
Lapisan akuifer didapatkan dari
struktur lapisan tanah pada masingmasing sumur bor. Tekstur tanah pada
akuifer mempengaruhi besarnya potensi
air tanah tercemar. Nilai skor dari media
akuifer disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Nilai Skor dari Akuifer
Luas
Akuifer
Skor (Ar)
(Km2)
Tufa
8
41,60
Tufa Pasiran
6
6,28
Pasir Tufaan
4
0,6
Sumber: Hasil Perhitungan
6. Konduktivitas Hidraulik
Penentuan skor pada kondisi ini
berdasarkan nilai konduktivitas hidraulik
yang berasal dari Tabel 2.8 menurut Moris
& Johson 1976 dan menurut Todd 1980.
Akan tetapi untuk mengetahui nilai
konduktivitas hidraulik perlu dibantu
dengan perpaduan antara data litologi log
dengan kedalaman muka air tanah dangkal
yang diperoleh dari sumur penduduk yang
berdekatan dengan sumur bor di lokasi
studi.
Nilai skor dari konduktivitas
hidraulik disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Nilai Skor dari Konduktivitas
Hidraulik
Sumber: Hasil Perhitungan
7. Kemiringan Lereng
Nilai skor parameter ini ditentukan
dengan mengetahui pembagian kelas
kemiringan lereng pada peta kemiringan
lereng di Kecamatan Wonomerto. Nilai
skor dari kemiringan lereng disajikan pada
Tabel 16.
Tabel 16. Nilai Skor dari Kemiringan
Lereng
Kemiringan
Luas
Skor (Sr)
2
(Km
)
Lereng (º)
o o
0 -2
10
40,98
o o
3 -4
9
7,48
Sumber: Hasil Perhitungan
Setelah menghitung nilai skor dari
tiap parameter, maka selanjutnya adalah
menghitung nilai Indeks Potensial
Pencemaran
yaitu
dengan
cara
mengalikan nilai skor dengan nilai bobot.

Penyajian
Peta
Kerentanan
Pencemaran Air Tanah pada
Akuifer Bebas
Pada tahapan penyajian peta
kerentanan pencemaran air tanah pada
akuifer bebas dilakukan dengan cara
tumpang susun (overlay) tujuh peta
parameter SINTACS yang telah dihitung
nilai indeks potensialnya. Diantaranya
peta kedalaman muka air tanah, peta laju
pengisian kembali, peta zona tak jenuh,
peta tekstur tanah, peta akuifer, peta
konduktivitas hidraulik, dan peta
kemiringan lereng.
Setelah menggabungkan (overlay)
tujuh peta parameter yang sudah dihitung
nilai indeks potensial pencemarannya
selanjutnya melakukan perhitungan nilai
Indeks SINTACS. Dari nilai Indeks
SINTACS tersebut maka akan ditetapkan
rentang tingkat kerentanan pencemaran
akuifer bebas.
Peta Kerentanan
Pencemaran Akuifer Bebas Kecamatan
Wonomerto disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8. Peta Kerentanan Air Tanah
Sumber: Hasil Analisa
Kerentanan pencemaran akuifer
bebas
di
Kecamatan
Wonomerto
dipengaruhi oleh beberapa parameter
dominan antara lain jenis tanah dan
kemiringan lereng. Jenis tanah yang
paling berpengaruh yaitu regosol dengan
tekstur tanah lebih dari 60% pasir.
Kemiringan
lereng
maksimum
o o
menunjukkan 0 -2 , semakin landai
kemiringan lerengnya maka semakin
besar potensi air tanah tersebut tercemar.
.
 Analisa
Hasil
Kerentanan
Pencemaran Akuifer Bebas dengan
Tata Guna Lahan di Kecamatan
Wonomerto
Berdasarkan Peta Kerentanan Air
Tanah, sebagian wilayah dari desa
Jrebeng, Tunggak Cerme, Poh Sangit
Tengah, Kareng Kidul, Poh Sangit Lor,
Wonorejo, dan Kedung Supit termasuk
wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi.
Dari 32 tata guna lahan yang termasuk
kerentanan tinggi tersebut 28 tata guna
lahan berupa sawah irigasi dan sawah
tadah hujan. Pada wilayah dengan tingkat
kerentanan sedang, mayoritas lahan juga
berupa lahan pertanian. Jumlah infiltrasi
dari lahan pertanian cukup tinggi sehingga
dikhawatirkan air tanah yang menyerap ke
dalam tanah bercampur dengan pupuk
sintetik yang biasa digunakan petani untuk
menyuburkan tanaman. Hal ini memicu
kerentanan pencemaran air tanah pada
akuifer bebas di Kecamatan Wonomerto
semakin tinggi.
Tabel 17. Hasil Uji Kualitas Air Tanah
No.
Kode Sampel
Paameter
A
Total Phospat
1
(Desa Kareng Kidul)
Nitrit
B
Total Phospat
2
(Desa Tunggak Cerme)
Nitrit
C
Total Phospat
3
(Desa Sumberkare)
Nitrit
D
Total Phospat
4
(Desa Patalan)
Nitrit
E
Total Phospat
5
(Desa Jrebeng)
Nitrit
Sumber: Hasil Analisa

Analisa Kualitas Air Tanah pada
Akuifer Bebas
Berdasarkan hasil analisa kualitas air
tanah pada akuifer bebas di Kecamatan
Wonomerto
menunjukkan
adanya
kandungan bahan kimia yaitu nitrit dan
total phospat.
Untuk menentukan
parameter bahan kimia tersebut dilakukan
analisa bahan kimia yang terdapat pada
limbah pertanian yang umumnya berupa
pupuk dan pestisida serta limbah domestik
yang umumnya berupa detergen. Pada
umumnya
limbah
phosfat
yang
terkandung
dalam
pupuk
dapat
merangsang pertumbuhan gulma air
seperti ganggang dan eceng gondok.
Sedangkan zat N (Nitrit) akan teroksidasi
menjadi nitrat (NO3-).
Nitrat dapat
mengakibatkan terjadinya hambatan darah
dalam melepaskan oksigen ke sel–sel
tubuh. Ketika nitrat masuk ke dalam
darah, penderita dapat mengalami
kekurangan oksigen dalam tubuhnya.
Standart kualitas air berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolan
Kualitas
Air
dan
Pengendalian
Pencemaran Air.
Sampel air tanah
diambil dari sumur penduduk, sampel air
ini diambil dari 5 desa di Kecamatan
Wonomerto yaitu Desa Kareng Kidul,
Desa Tunggak Cerme, Desa Sumberkare,
Desa Patalan dan Desa Jrebeng. Peta
lokasi sumur pengambilan sampel air
tanah dapat dilihat pada Tabel 17.
Satuan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Hasil Analisa
12,67
0,09
9,502
0,09
5,882
0,09
7,692
0,11
10,41
0,1
Standart Air Kelas I
0,2
0,06
0,2
0,06
0,2
0,06
0,2
0,06
0,2
0,06
4.
KESIMPULAN
Berdasarkan perhitungan Indeks
SINTACS di Kecamatan Wonomerto dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Tingkat kerentanan air tanah terhadap
pencemaran
di
Kecamatan
Wonomerto yang disimpulkan dari
hasil perhitungan Indeks SINTACS
adalah sebagai berikut:
a. Tingkat
kerentanan
rendah
dengan skor Indeks SINTACS
berkisar 106-140 memiliki luas
daerah
17,73
km2
yang
penyebarannya terpusat di bagian
utara hingga bagian tengah
Kecamatan Wonomerto.
b. Tingkat
kerentanan
sedang
dengan skor Indeks SINTACS
berkisar 141-186 memiliki luas
daerah
25,46
km2
yang
penyebarannya hampir diseluruh
Kecamatan Wonomerto.
c. Tingkat kerentanan tinggi dengan
skor Indeks SINTACS berkisar
187-210 memiliki luas daerah
5,10 km2 yang penyebarannya
terpusat di bagian timur laut
hingga bagian tengah dari
Kecamatan Wonomerto.
2. Hasil analisa kerentanan pencemaran
akuifer bebas sesuai dengan tata guna
lahan di Kecamatan Wonomerto.
Artinya, sebagian besar wilayah
Kecamatan Wonomerto yang berupa
lahan pertanian dan perkebunan
dikhawatirkan
menjadi
sumber
pemicu terjadinya pencemaran air
tanah pada akuifer bebas semakin
tinggi. Hal ini disebabkan kandungan
zat kimia dari pupuk dan pestisida
yang mempengaruhi air tanah di
Kecamatan Wonomerto.
3. Berdasarkan hasil analisa kualitas air
tanah di Kecamatan Wonomerto, air
tanah tercemar oleh limbah yang
berasal dari limbah pertanian.
Terutama nitrit dan total phospat yang
berasal dari penggunaan pupuk
buatan dan pestisida.
DAFTAR PUSTAKA
ANPA. 2001. Linee-guida per la
redazione e l’uso delle carte della
vulnerabilita degli aqcuiferi all’
inquinamento. Italy: Dipartimento
Stato dell ‘Ambiente
Civita & De Maio. 2004. Assensing and
Mapping
Groundwater
Vulnerability To Contamination:
The
Italian
“Combinated”
Approach. Italy: Polytechnic Of
Turin
Corniello, Ducci, & Monti. 2004. Aquifer
Pollution Vulnerability in the Sorrento
Peninsula, Southern Italy, Evaluated
By SINTACS Method. Italy: Universita
di Napoli “Federico II”
Republik Indonesia. 2001. Peraturan
Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian
Pencemaran
Air.
Jakarta: Sekretariat Negara
Todd, David Keith. 1980. Groundwater
Hydrology. New York: John Wiley
and Sons.
Triatmodjo, Bambang. 2010. Hidrologi
Terapan. Jakarta: Beta.
Download