bab ii hak dan kewajiban dalam hubungan suami istri

advertisement
19
BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN
DALAM HUBUNGAN SUAMI ISTRI
A. Hak dan Kewajiban Suami Istri
1. Pengertian Hak dan Kewajiban
Perkawinan sebagai perbuatan hukum antara suami dan istri, bukan
saja bermakna untuk merealisasikan ibadah kepada Allah swt. tetapi sekaligus
menimbulkan akibat hukum keperdataan diantara keduanya. Namun
demikian, karena tujuan perkawinan yang begitu luhur, yakni untuk membina
keluarga yang bahagia, kekal, abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,
maka perlu diatur hak dan kewajiban antara suami istri.
Yang dimaksud dengan hak disini adalah apa-apa yang diterima oleh
seseorang dari orang lain, baik berupa materi ataupun non materi. Sedangkan
yang dimaksud dengan kewajiban adalah segala sesuatu yang mesti dilakukan
seseorang terhadap orang lain. Dalam hubungan suami istri di dalam sebuah
rumah tangga, suami mempunyai beberapa kewajiban dan begitu pula dengan
istri. Istri juga mempunyai beberapa kewajiban seperti yang disyaratkan di
dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 228.
19
20
Artinya : “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para suami,
mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”1
Ayat diatas menjelaskan bahwa istri mempunyai hak dan istri juga
mempunyai beberapa kewajiban. Kewajiban istri merupakan hak bagi
suaminya, sedangkan hak istri adalah kewajiban bagi suami. Ayat diatas juga
mengandung pengertian bahwa baik suami maupun istri memiliki hak dan
kewajiban yang seimbang. Tetapi disini suami memiliki kedudukan setingkat
lebih tinggi daripada istri, yakni sebagai kepala rumah tangga.
2. Hak dan Kewajiban Suami Istri
Apabila akad nikah telah sah dan perkawinan telah berjalan, maka akan
menimbulkan akibat hukum serta menimbulkan pula hak dan kewajiban
antara suami istri. Dan ini merupakan salah satu syarat untuk mewujudkan
tujuan dari suatu perkawinan, yaitu membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.2
55
pasal 1
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT. Bumi Restu, 1976),
2
Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006),
21
a. Hak Bersama Suami Istri
Yang dimaksud dengan hak bersama suami istri disini adalah hak
bersama secara timbal balik dari pasangan suami istri.3 Hak ini timbul
dikarenakan suami istri telah melangsungkan akad nikah. Dan diantara
hak bersama antara suami istri antara lain :
1) Suami istri dihalalkan saling bergaul mengadakan hubungan seksual.
Perbuatan ini merupakan kebutuhan bersama antara suami istri yang
dihalalkan secara timbal balik. Jadi, bagi suami halal berbuat kepada
istrinya, sebagaimana istri kepada suaminya. Mengadakan hubungan
seksual ini adalah hak bagi suami istri, dan tidak boleh dilakukan
kalau tidak secara bersamaan, sebagaimana tidak dapat dilakukan
secara sepihak saja.
2) Sucinya hubungan perbesanan. Dalam hal ini haram melakukan
perkawinan; yaitu istri haram dinikahi oleh ayah suaminya, serta
semua laki-laki dari pihak suami. Begitu pula suaminya haram bagi
semua perempuan dari pihak istri
3) Berlaku hak pusaka-mempusakai. Hak untuk saling mendapat harta
waris dari ikatan perkawinan yang sah, bilamana salah seorang dari
suami atau istri meninggal dunia sesudah sempurnanya ikatan
3
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta : Kencana, 2009), 163
22
perkawinan. Meskipun belum pernah berhubungan seksual.4
b. Kewajiban Bersama Suami Istri
Dengan telah terjadinya perkawinan yang sah, maka pasangan
suami istri mempunyai kewajiban bersama yang antara lain :
1) Memelihara kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa
rahmah.
2) Suami istri saling cinta-mencintai, serta saling menghormati, dan
saling tolong menolong antara satu dengan yang lain.
3) Memelihara dan mendidik anak keturunan yang lahir dari perkawinan
tersebut.5
Apabila suami dan istri sama-sama menjalankan tanggung
jawabnya masing-masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan
ketenangan hati, sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup berumah
tangga. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai
dengan tuntunan agama, yaitu sakinah, mawaddah, wa rahmah.
Menurut Idris Ramulyo, di dalam bukunya “Hukum Perkawinan
Islam”, hak dan kewajiban suami istri adalah sebagai berikut :6
1) Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah
4
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta : Kencana, 2006), 156
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, 163-164
6
Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, Suatu Analisis Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1999), 88
5
23
tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah yang menjadi sendi
dasar dari susunan masyarakat.
2) Suami istri wajib saling mencintai, saling menghormati, setia dan
memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain
3) Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara
anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani,
maupun kecerdasan dan pendidikan.
4) Suami istri wajib memelihara kehormatannya.
5) Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.
3. Kewajiban Suami Terhadap Istri
Kewajiban suami yang merupakan hak bagi istrinya dapat dibagi
menjadi dua bagian; yang pertama, kewajiban suami yang bersifat materi.
Sedangkan yang kedua adalah kewajiban suami yang tidak bersifat materi.
Kewajiban suami yang bersifat materi adalah nafkah. Nafkah disini
dimulai sejak akad pernikahan berlangsung, yakni suami wajib memberikan
mahar kepada istrinya.
Adapun kewajiban suami yang tidak bersifat materi adalah :7
7
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, 160-161 ; Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta : Raja
24
a. Menggauli istrinya secara baik. Sebagaimana firman Allah dalam surat
an-Nisa' ayat 19.
☺
Artinya : “Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” 8
Yang dimaksud dengan pergaulan disini secara khusus adalah
pergaulan suami istri yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan
seksual. Bentuk pergaulan yang dikatakan dalam ayat tersebut diistilahkan
dengan makruf yang mengandung arti secara baik. Sedangkan bagaimana
bentuk yang makruf itu tidak dijelaskan oleh Allah secara khusus. Dalam
hal ini diserahkan kepada pertimbangan alur dan patut menurut
pandangan adat dan lingkungan setempat serta persetujuan dari suami istri
yang melakukannya.
b. Menjaga istrinya dari segala sesuatu yang mungkin melibatkannya pada
suatu perbuatan dosa dan maksiat atau ditimpa oleh sesuatu kesulitan dan
mara bahaya. Hal ini dapat dipahami dari perintah Allah.
⌧
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
Grafindo Persada, 1997), 186
8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 119
25
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.” 9
Dalam ayat ini terkandung suruhan untuk menjaga kehidupan
beragama istrinya, membuat istrinya taat menjalankan ajaran agama. Serta
menjauhkan istrinya dari segala sesuatu yang dapat menyebabkan jauh
dari agama. Untuk maksud tersebut suami wajib memberikan pendidikan,
baik pendidikan agama maupun pendidikan lain, yang berguna bagi istri
dalam kedudukannya sebagai seorang istri di dalam sebuah keluarga.
c. Suami wajib mewujudkan kehidupan perkawinan yang diharapkan oleh
Allah swt., yakni mewujudkan perkawinan yang bahagia dan sejahtera.
Sehingga istri merasa tenang berada didalamnya. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam surat ar-Rum ayat 21.
☯
☺
⌧
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” 10
4. Kewajiban Istri Terhadap Suami
9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 951
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 644
10
26
Disamping
hak-hak
yang
telah
diperoleh
dari
terlaksananya
kewajiban-kewajiban suami, istri juga memiliki kewajiban-kewajiban yang
harus dilaksanakan agar kehidupan berumah tangga bisa tentram, bahagia, dan
sejahtera. Dan diantara kewajiban-kewajiban istri antara lain :
a. Menggauli suaminya secara layak sesuai dengan kodratnya. Hal ini dapat
dipahami dari ayat yang menuntut suami menggauli istrinya dengan baik.
Karena perintah untuk menggauli ini berlaku untuk timbal balik.
b. Memberikan rasa tenang dalam rumah tangga untuk suaminya. Serta
memberikan rasa cinta dan kasih sayang kepada suaminya. Hal ini sejalan
dengan bunyi surat ar-Rum ayat 21 di atas, karena ayat ini ditujukan
kepada masing-masing pihak, baik suami maupun istri.
c. Taat dan patuh kepada suaminya, selama suaminya tidak menyuruhnya
untuk
melakukan perbuatan maksiat. Kewajiban mematuhi suami ini
dapat dilihat dari Firman Allah dalam surat an-Nisa' ayat 34.
☺
☺
⌧
⌧
Artinya :
☺
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (lakilaki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka
(laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.
sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh
27
Karena Allah Telah memelihara (mereka).” 11
Mematuhi suami disini mengandung arti mengikuti apa yang
disuruhnya dan menghentikan apa-apa yang dilarangnya. Selama perintah
dan larangan itu tidak menyalahi ketentuan agama. Tetapi apabila perintah
suami tersebut tidak sejalan dengan ajaran agama, tidak ada kewajiban
istri untuk melaksanakannya.12
d. Dan termasuk kewajiban istri adalah memberikan air susu kepada anakanaknya, meskipun dalam hal ini masih ada perselisihan diantara
ulama’.13
Di dalam buku “kiprah muslimah dalam keluarga islam” dijelaskan
bahwa kewajiban istri adalah :14
a. Kewajiban menjaga dan memelihara rumah, harta, dan putra-putrinya
Yang dimaksud memelihara disini adalah agar istri menjaga dan
memperhatikan kerapian rumah. Pada hakikatnya, seorang istri itu tidak
dituntut untuk dapat melakukan urusan rumah tangga dan pekerjaan yang
ada di dalam rumah. Hanya saja Islam sangat menyukai bila pekerjaanpekerjaan seperti itu dilaksanakan oleh seorang istri. Islam menganggap
semua itu sebagai perbuatan yang disukai dan merupakan upaya
11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 123
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, 162
13
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Jilid 2, Terjemahan, (Jakarta : Pustaka Amani, 2007), 525
14
Lembaga Darut-Tauhid, Kiprah Muslimah Dalam Keluarga Islam, (Bandung : Mizan,
1990), 124-130
12
28
mendekatkan diri kepada Allah swt.
b. Kewajiban untuk bersikap dan berpenampilan yang baik
Disini seorang istri harus bisa menyenangkan hati suaminya. Sang
istri dapat melakukannya dengan cara selalu menjaga kecantikan, berhias
diri, bersikap menyayangi, serta penuh simpatik dan perhatian kepada
suaminya.
c. Kewajiban untuk taat kepada suami
Keluarga merupakan organisasi kemasyarakatan yang agung.
Keutuhan, ketentraman, dan kokohnya bangunan sebuah keluarga akan
membuat masyarakat menjadi kuat dan teratur. Islam telah menetapkan
agar istri taat dan patuh kepada suami. Semua itu dimaksudkan untuk
menjaga keutuhan keluarga, serta kebahagiaan di dalam keluarga.
d. Kewajiban menggauli dengan baik
Kewajiban
menggauli
dengan
baik
ini
diperlukan
untuk
mewujudkan suasana keluarga yang penuh dengan kasih sayang dan
ketenangan bagi suami dan anak-anak. Di samping itu, kewajiban ini juga
dapat menjauhkan segala penyebab kegelisahan, rasa benci, dan perbuatan
lainnya yang dapat mengeruhkan suasana dalam keluarga. Semua itu
dapat
dicapai
oleh
seorang
istri
dengan
mencintai
suaminya,
menyayanginya, dan mengisi suasana rumah tangga dengan perasaanperasaan cinta dan kasih sayang. Sehingga suami tidak melihat kejelekan
pada istrinya dan tidak mendengar dari istrinya sesuatu yang tidak disukai
29
suaminya.
B. Etika Bergaul Antara Suami Istri
Segala puji bagi Allah, yang telah mengangkat dan meninggikan derajat
pernikahan, serta yang mendirikan agama untuk menghalalkan pernikahan dan
menjadikannya sebagai sebab dari kelestarian hidup manusia di dunia serta
meramaikan (memakmurkan) bumi karenanya.
Dan seks bukanlah kata yang selalu terasosiasi dengan perilaku kotor.
Seks merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Allah swt. tidak hanya
mengajarkan
bagaimana
manusia
menyembah
Tuhan-Nya,
tetapi
juga
membicarakan tentang reproduksi, kreasi, kehidupan keluarga, menstruasi,
bahkan ejakulasi dalam Kitab-Nya. Rasulullah Muhammad saw. yang diutus
sebagai teladan, telah mendiskusikan banyak aspek kehidupan seksual dengan
para sahabatnya.15
Islam mengakui kekuatan dorongan seksual. Masalah ini dibicarakan
dalam al-Qur'an dan Sunnah Rasul-Nya dengan cara yang serius, yakni dalam
konteks perkawinan dan kehidupan keluarga. Islam hanya memperkenankan
penyaluran hasrat seksual melalui perkawinan yang sah.
Dan telah menjadi ketetapan dalam kaidah islam bahwa setiap perbuatan
yang dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah swt. dan sesuai dengan cara yang
dianjurkan oleh-Nya, pasti akan bernilai ibadah dan mendapatkan balasan
15
Syakir Jamaluddin, Etika Bercinta Ala Nabi, (Yogyakarta : LPPI UMY, 2009), viii
30
kebaikan dari-Nya. Tidak terkecuali dalam penyaluran hasrat dan kebutuhan
seksual. Selama seseorang menyalurkannya dengan niat dan cara yang dibenarkan
oleh syari’at Islam, maka akan mendapatkan pahala dari Allah swt. Sebaliknya,
jika hasrat dan nafsu seksual disalurkan dengan cara yang dilarang oleh syari'at,
maka akan mendapatkan dosa. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw.
‫ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ‬.‫ن‬
ٍ ‫ﻦ َﻣ ْﻴ ُﻤ ْﻮ‬
ُ ‫ي ْﺑ‬
‫ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﻣﻬْﺪ ﱡ‬.‫ﻲ‬
‫ﻀ َﺒ ِﻌ ﱡ‬
‫ﺳﻤَﺎ َء اﻟ ﱡ‬
ْ‫ﻦأ‬
ِ ‫ﻦ ﻣُﺤ ﱠﻤ ِﺪ ْﺑ‬
ُ ‫ﷲ ْﺑ‬
ِ ‫ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﻋ ْﺒ ُﺪ ا‬
‫ ﻋﻦ أَﺑﻲ‬,‫ ﻋﻦ ىﻴﺤﻴﻰ ﺑﻦ َﻳ ْﻌ َﻤ َﺮ‬,‫ﻞ‬
ٍ ‫ﻋ َﻴ ْﻴ َﻨ َﺔ ﻋﻦ ﻳﺤﻴﻰ ﺑﻦ ﻋﻘ ْﻴ‬
ُ ‫ﻰ أﺑﻲ‬
َ ‫ﻞ َﻣ ْﻮَﻟ‬
ٌ‫ﺻ‬
ِ ‫وَا‬
‫ﻞ اﷲ ﻋﻠﻴْﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻗﺎﻟﻮْا‬
‫ﻲﺻﱠ‬
‫ب اﻟﻨﱠﺒ ﱢ‬
ِ ‫ن ﻧَﺎﺳًﺎ ﻣﻦ أﺻْﺤﺎ‬
‫ أ ﱠ‬:‫ ﻋﻦ أﺑﻲ َذ ﱟر‬,‫ﻲ‬
‫ﺳ َﻮ ِد اﻟﺪﱢﻳِﻠ ﱢ‬
ْ ‫اﻟْﺄ‬
‫ن آﻤﺎ‬
َ ‫ ﻳﺼﱡﻠ ْﻮ‬.‫ﻞ اﻟ ﱡﺪ ُﺛ ْﻮ ِر ﺑِﺎ ْﻟُﺄﺟُﻮ ِر‬
ُ ‫ﷲ! ذهﺐ ا ْه‬
ِ ‫لا‬
َ ‫ ﻳَﺎ رﺳﻮ‬:‫ﻞ اﷲ ﻋﻠﻴْﻪ وﺳﻠﱠﻢ‬
‫ﻲﺻﱠ‬
‫ﻟِﻠ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ‬
‫ﺲ ﻗ ْﺪ‬
َ ‫ ))او ﻟ ْﻴ‬:‫ ﻗﺎل‬.‫ل أ ْﻣﻮَاِﻟ ِﻬ ْﻢ‬
ِ ‫ﻀ ْﻮ‬
ُ ‫ن ِﺑ ُﻔ‬
َ ‫ وﻳﺘﺼ ﱠﺪ ُﻗ ْﻮ‬.‫ﺼ ْﻮ ُم‬
ُ ‫ن آﻤﺎ ﻧ‬
َ ‫ وﻳﺼﻮْﻣ ْﻮ‬.‫ﻧﺼﻠﱢﻲ‬
‫ﻞ‬
‫ وآ ﱡ‬.‫ﻞ ﺗﻜْﺒ ْﻴ َﺮ ٍة ﺻﺪﻗ ًﺔ‬
‫ وآ ﱡ‬.‫ﺤ ٍﺔ ﺻﺪﻗ ًﺔ‬
َ ‫ﺴ ِﺒ ْﻴ‬
ْ ‫ن ِﺑ ُﻜﻞﱢ َﺗ‬
‫ﷲ َﻟ ُﻜ ْﻢ ﻣَﺎ َﺗﺼﱠﺪﱠ ُﻗ ْﻮنَ؟ ِأ ﱠ‬
ُ ‫ﺟﻌﻞ ا‬
‫ﻦ ﻣ ْﻨ َﻜ ِﺮ‬
ْ‫ﻲ ﻋ‬
ً ‫ و َﻧ ْﻬ‬.‫ف ﺻﺪﻗ ًﺔ‬
ِ ‫ َوَأ ْﻣ ٌﺮ ﺑﺎﻟﻤﻌْﺮ ْو‬.‫ وآﻞ ﺗﻬْﻠ ْﻴَﻠ ٍﺔ ﺻﺪﻗ ًﺔ‬.‫ﺤ ِﻤ ْﻴ َﺪ ٍة ﺻﺪﻗ ًﺔ‬
ْ‫ﺗ‬
‫ﺣ ُﺪﻧَﺎ ﺷ ْﻬ َﻮ َﺗ ُﻪ‬
َ ‫ﷲ! َأ َﻳ ْﺄﺗِﻲ َأ‬
ِ ‫ل ا‬
َ ‫ ﻳﺎ رﺳﻮ‬:‫ ﻗﺎﻟﻮا‬.((‫ﺣ ِﺪ ُآ ْﻢ ﺻﺪﻗ ًﺔ‬
َ ‫ وﻓِﻲ ُﺑﻀْﻊ َأ‬.‫ﺻﺪﻗ ًﺔ‬
‫ن ﻋﻠ ْﻴ ِﻪ ﻓﻴْﻬﺎ ِو ْزرٌ؟‬
َ ‫ﺿ َﻌﻬَﺎ ﻓﻲ ﺣﺮَا ٍم َأآَﺎ‬
َ ‫ ))َأ َرَأ ْﻳ ُﺘ ْﻢ َﻟ ْﻮ َو‬:‫ل‬
َ ‫ﺟﺮٌ؟ ﻗﺎ‬
ْ ‫ن َﻟ ُﻪ ﻓﻴْﻬﺎ َأ‬
ُ ‫وﻳ ُﻜ ْﻮ‬
.((‫ﺟ ًﺮ‬
ْ ‫ن َﻟ ُﻪ َأ‬
َ ‫ل آَﺎ‬
ِ ‫ﺤﻠَﺎ‬
َ ‫ﺿ َﻌﻬَﺎ ﻓﻲ ا ْﻟ‬
َ ‫ﻚ أذَا َو‬
َ ‫ﻓﻜﺬِﻟ‬
Artinya : “Dan pada aktifitas hubungan seks salah seorang kalian adalah
shadaqah. Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah ketika salah
seorang kami datang syahwat seksualnya (lalu menyalurkannya di
tempat yang halal), adakah ganjaran pahala terhadapnya?” Beliau
Nabi saw menjawab (dengan balik bertanya): “Bagaimana pendapat
kalian sekiranya syahwat tersebut disalurkannya ke tempat yang
haram, adakah dosa baginya? Demikian halnya apabila ia salurkan
syahwatnya ditempat yang halal, maka baginya pun mendapat
pahala.”16
Hadis| di atas menunjukkan betapa urgennya kedudukan hubungan seks
dalam perkawinan. Apabila dilakukan dengan tujuan dan cara yang sesuai dengan
16
Abu al-H{usayn Muslim bin al-H{ajja>j al-Naysa>bu>ry`, S{ah{i`h{ Muslim, juz VII.,
(Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1995), H{adis\ no. 1006, 79
31
syari'at Islam, maka akan bernilai ibadah dan mendapat pahala. Sebaliknya jika
disalurkan di tempat yang haram akan mendapat dosa.
1. Anjuran Ketika Bergaul
a. Berdo'a Ketika Hendak Bergaul (Bersetubuh)17
Perkawinan dalam Islam tidak dipandang sebagai sesuatu sarana
pemuas syahwat belaka. Kenikmatan syahwat hanya dipandang sebagai
suatu akibat yang ditimbulkan dari hubungan seksual, yang tujuan
utamanya adalah untuk mendapatkan keturunan yang sholeh. Oleh karena
itu, sebelum suami bersetubuh dengan istrinya, suami dianjurkan untuk
membaca do'a, seperti do'a yang telah dianjurkan oleh Rasulullah
Muhammad saw.
‫ ﻋﻦ‬،‫ ﻋﻦ ﺳﺎﻟﻢ‬،ِ‫ ﻋﻦ ﻣﻨْﺼ ْﻮر‬،ٌ‫ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﺟﺮﻳﺮ‬: ‫ﺷ ْﻴ َﺒ َﺔ‬
َ ‫ﻦ أﺑﻲ‬
ُ ‫ن ْﺑ‬
ُ ‫ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﻋﺜﻤﺎ‬
‫ﻞ اﷲ ﻋﻠﻴْﻪ‬
‫ﻲﺻﱠ‬
‫ل اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱡ‬
َ ‫ ﻗَﺎ‬:‫ﻋ ْﻨ ُﻬﻤَﺎ ﻗﺎ ل‬
َ ‫ﷲ‬
ُ ‫س رﺿﻲ ا‬
ٍ ‫ﻋﺒﱠﺎ‬
َ ‫ﻦ‬
ِ ‫ﻦ ا ْﺑ‬
ِ‫ﻋ‬
َ ،ِ‫آﺮ ْﻳﺐ‬
‫ﺟ ﱢﻨ ْﺒﻨَﺎ‬
َ ‫ اﻟﻠﱠ ُﻬﻢﱠ‬,‫ﷲ‬
ِ ‫ﺳ ِﻢ ا‬
ْ ‫ ﺑِﺎ‬:‫ل‬
َ ‫ﻲ َأ ْهَﻠ ُﻪ ﻗﺎ‬
َ ‫ن َﻳ ْﺄ ِﺗ‬
ْ ‫ﺣ َﺪ ُه ْﻢ ِأذَا َأرَا َد َأ‬
َ ‫ن َأ‬
‫ ))ﻟﻮ َأ ﱠ‬:‫وﺳﻠﱠﻢ‬
‫ﻀﺮﱠ ُﻩ‬
ُ ‫ ﻟ ْﻢ َﻳ‬,‫ﻚ‬
َ ‫ن ُﻳ َﻘ ﱠﺪ ْر َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻬﻤَﺎ ﻓﻲ ذِﻟ‬
ْ ‫ َﻓِﺈ ﱠﻧ ُﻪ ِإ‬,‫ن ﻣﺎ َر َز ْﻗ َﺘﻨَﺎ‬
َ ‫ﺸ ْﻴﻄَﺎ‬
‫ﺐ اﻟ ﱠ‬
ِ ‫ﺟ ﱢﻨ‬
َ‫نو‬
َ ‫ﺸ ْﻴﻄَﺎ‬
‫اﻟ ﱠ‬
.((‫ن َأ َﺑﺪَا‬
ٌ ‫ﺷ ْﻴﻄَﺎ‬
َ
Artinya : Dari ibn ‘Abbas ra. Berkata, Nabi saw bersabda: sekiranya
salah seorang mereka ingin mendatangi keluarganya (yakni
istrinya), hendaknya berdo’a: “Dengan Nama Allah, Ya Allah,
jauhkan kami dari setan dan jauhkan setan terhadap apa saja
yang Engkau berikan pada kami.” Sesungguhnya jika ia
ditakdirkan mendapatkan anak pada saat itu, maka setan tidak
bisa mengganggunya.”18
17
M. Bukhori, Hubungan Seks Menurut Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), 70
Muhammad bin Isma‘il al-Bukha>ri`, S{ah{i`h{ al-Bukha>ri`, Juz IV., (Beirut: Dar alKutub al-‘Ilmiyah, 2008), H{adis\ no. 6388, 80; Abu al-H{usayn Muslim bin al-H{ajja>j al18
32
b. Hendaknya menutup tubuh ketika bersetubuh19
Bersetubuh, disamping sebagai ibadah, perbuatan ini juga
termasuk kedalam aib. Karena dengan bersetubuh, seorang pasangan bisa
melihat semua anggota tubuh pasangannya tanpa sehelai benang pun.
Sehingga dianjurkan agar suami istri menutup tubuh mereka ketika
bersetubuh. Tuntutan yang mengajarkan kedua pasangan untuk menutupi
tubuhnya ketika sedang bersenggama juga dimaksudkan untuk mengingat
manusia bahwasanya di antara mereka ada makhluk Allah yang tidak
tampak oleh mata manusia, seperti malaikat, jin, dan setan. Oleh karena
itu Islam menganjurkan bagi suami istri untuk menyelimuti tubuhnya
karena pada dasarnya mereka juga dilihat oleh makhluk-makhluk tersebut.
Dan Sayyidina Abu Bakar ra. juga menggunakan tutup kepala sewaktu
bersenggama bersama istrinya, sebab beliau merasa malu kepada Allah
swt.20
c. Bersikap lembut dan bersenda gurau ketika bersetubuh21
Suami, apabila hendak melakukan senggama (bersetubuh)
hendaknya didahului dengan senda gurau bersama istri, dan bermesra-
Naysa>bu>ry`, S{ah{i`h{ Muslim, juz X, H{adis\ no. 1434, 5
19
Rahmat Sudirman, Konstruksi Seksualitas Islam Dalam Wacana Sosial : Peralihan Tafsir
Seksualitas, (Yogyakarta : Media Pressindo, 1999), 133
20
Muhammad Fairuz Nadhir Amrullah, Terjemah Qurrotul ‘Uyuun, Surge Di Malam
Pengantin, (Surabaya : Pustaka Media, tt), 68
21
Mahmud Mahdi al Istanbuli, Kado Perkawinan, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2007), 145-147
33
mesraan dengan berbuat sesuatu yang diperbolehkan, misalnya mengelus
pipi istrinya, menciumnya, atau merangkulnya. Karena ini menunjukkan
bahwa suami cinta terhadap istrinya, sebagaimana istri cinta terhadap
suaminya. Dan cumbu rayu juga untuk menjauhkan diri dari perasaan
malu.
Tuntunan agar suami istri melakukan senda gurau dan cumbu rayu
dalam suatu persetubuhan juga sejalan dengan ajaran Islam yang
mengkonsepsikan agar persetubuhan tidak dilakukan dengan terburuburu. Di sini Islam menganjurkan agar setiap pasangan memperhatikan
tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam melakukan persetubuhan
sehingga keduanya dapat memperoleh kenikmatan seksual yang optimal.
Dengan kata lain, Islam tidak membenarkan terjadinya hubungan seksual
tanpa adanya senda gurau dan cumbu rayu terlebih dahulu, karena hal
tersebut dipandang sebagai awal yang baik dalam upaya mencapai
kenikmatan bersama.
d. Menjaga kebersihan, penampilan, dan keharuman anggota tubuh22
Sebagai agama yang memelihara fitrah kesucian manusia, Islam
tidak hanya menuntunkan untuk memelihara kesucian jiwa dan akal,
tetapi juga dalam hal kesucian dan penampilan lahiriah. Didalam hal
menjaga kesucian dan penampilan lahiriah, khususnya organ yang
berkaitan dengan aktivitas seksual, Rasulullah saw. menyebutkan lima
22
Syakir Jamaluddin, Etika Bercinta Ala Nabi, (Yogyakarta : LPPI UMY, 2009), 88
34
fitrah manusia yang disunnahkan agar senantiasa dijaga kesucian dan
penampilannya. Sesuai dengan hadis| Nabi.
‫ ﻋﻦ‬,‫ب‬
ٍ ‫ﺷﻬَﺎ‬
ِ ‫ﻦ‬
ُ ‫ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ أ ْﺑ‬:‫ﺳ ْﻌ ٍﺪ‬
َ ‫ﻦ‬
ُ ‫ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ِأ ْﺑﺮَاهﻴ ُﻢ ْﺑ‬:‫ﻦ ﻳُﻮﻧﺲ‬
ُ ‫ﺣ َﻤ ُﺪ ْﺑ‬
ْ ‫ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ أ‬
‫ﻞ اﷲ‬
‫ﻲﺻﱠ‬
‫ﺖ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ‬
ُ ‫ ﺳﻤ ْﻌ‬,‫ﷲ ﻋ ْﻨ ُﻪ‬
ُ ‫ﻲا‬
َ ‫ﻦ َأﺑِﻲ هﺮﻳْﺮة رﺿ‬
ْ‫ﻋ‬
َ ,‫ﺐ‬
ِ ‫ﺴ ﱠﻴ‬
َ ‫ﻦ ا ْﻟ ُﻤ‬
ِ ‫ﺳﻌ ْﻴ ِﺪ ْﺑ‬
,‫ب‬
ِ ‫ﺺ اﻟﺸﱠﺎ ِر‬
‫ َو َﻗ ﱡ‬,‫ﺤﺪَا ُد‬
ْ ‫ﺳ ِﺘ‬
ْ ‫ وَاﻻ‬,‫ن‬
ُ ‫ﺨﺘَﺎ‬
ِ ‫ اﻟ‬:‫ﺲ‬
ٌ ‫ﻄ َﺮ ُة ﺧ ْﻤ‬
ْ ‫ ))ا ْﻟ ِﻔ‬:‫ل‬
ُ ‫ﻋﻠﻴْﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻳﻘﻮ‬
.((‫ط‬
ِ ‫ﻒ اﻻﺑَﺎ‬
ُ ‫ و َﻧ ْﺘ‬,‫ﻇﻔَﺎ ِر‬
ْ ‫و َﺗ ْﻘِﻠ ْﻴ ُﻢ ا ْﻟَﺄ‬
Artinya : Dari abu hurayrah ra. (berkata), saya mendengar nabi saw
bersabda: “fitrah manusia ada lima, yaitu: khitan, mencukur
bulu kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku, dan
mencukur bulu ketiak.”23
Ini dikarenakan, baik suami maupun istri berhak untuk melihat
pasangannya berpenampilan menarik.
2. Larangan Dalam Bergaul Antara Suami Istri
a. Menggauli istrinya melalui dubur
Allah swt. telah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 223.
☺
☺
Artinya : “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok
tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu
23
Muhammad bin Isma‘il al-Bukha>ri`, S{ah{i`h{ al-Bukha>ri`, Juz IV, H{adis\ no. 5891,
75; Abu al-H{usayn Muslim bin al-H{ajja>j al-Naysa>bu>ry`, S{ah{i`h{ Muslim, juz III, H{adis\ no.
257, 125
35
bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang
baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan
Ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah
kabar gembira orang-orang yang beriman.”24
Yang dimaksud tempat bercocok tanam adalah kemaluan istri.
Karena melalui kemaluan istrilah tempat untuk menjaga kelestarian jenis
menusia melalui kelahiran. Sebagaimana tumbuh-tumbuhan dilestarikan
melalui penyemaian dan penanaman kembali di ladang.
Oleh karena itu, suami dilarang menggauli istrinya melalui dubur.
Karena dubur adalah tempat kotoran dan najis, sehingga tidak pantas
sebagai tempat persetubuhan antara suami istri yang bernilai ibadah.
‫ﺳ ِﺪ‬
َ ‫ي و َﺑ ْﻬ ُﺰ ﺑﻦ َأ‬
‫ﻦ َﻣ ْﻬ ِﺪ ﱟ‬
ُ ‫ﻦ ْﺑ‬
ِ ‫ﺤﻴَﻰ ﺑﻦ ﺳﻌ ْﻴ ٍﺪ وﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟ ﱠﺮﺣْﻤ‬
ْ ‫ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﺑﻨْﺪار ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﻳ‬
‫ﻦ‬
ْ‫ﻲﻋ‬
‫ﺠ ْﻴ ِﻤ ﱢ‬
َ ‫ﻦ أَﺑﻲ َﺗ ِﻤ ْﻴ َﻤ َﺔ اﻟُﻬ‬
ْ ‫ﻦ ﺣ ِﻜ ْﻴ ٍﻢ اﻷ ْﺛ َﺮ ِم ﻋ‬
ْ ‫ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﺣﻤﱠﺎ ُد ﺑﻦ ﺳﻠﻤﺔ ﻋ‬:‫ﻗﺎﻟﻮا‬
‫ﻦ أﺗﻰ ﺣﺎ ِﺋﻀًﺎ أ ِو‬
ْ ‫ ))ﻣ‬:‫ﻞ اﷲ ﻋﻠﻴْﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻗﺎل‬
‫ﻲﺻﱠ‬
‫ﻦ اﻟﻨﱠﺒ ﱢ‬
ِ ‫أﺑﻲ هﺮﻳْﺮة ﻋ‬
‫ﺤ ﱠﻤ ٍﺪ ﺻ ﱠ‬
َ ‫ﻋﻠَﻰ ُﻣ‬
َ ‫ل‬
َ ‫ ﻓﻘ ْﺪ َآ َﻔ َﺮ ﺑﻤَﺎ ُأ ْﻧ ِﺰ‬:‫ﻲ ُد ُﺑ ِﺮهَﺎ أ ْو آَﺎهﻨًﺎ‬
‫ﻞ اﷲ ﻋﻠﻴْﻪ‬
ْ ‫اﻣْﺮَأ ًة ِﻓ‬
.((‫وﺳﻠﱠﻢ‬
Artinya : Dari abu Hurayrah ra, dari Nabi saw bersabda: “Barang
siapa yang mendatangi istri yang sedang haid atau di
duburnya, atau mendatangi dukun (tukang ramal/sihir), maka
dia benar-benar kufur pada apa yang diturunkan kepada
Muhammad saw.”25
‫ث‬
ِ ‫ ﻋﻦ اﻟْﺤﺎر‬,‫ﺢ‬
ٍ ‫ ﻋﻦ ﺳﻬﻴْﻞ ﺑﻦ أﺑﻲ ﺻﺎﻟ‬,‫ن‬
َ ‫ ﻋﻦ ﺳﻔْﻴﺎ‬,‫ ﻋﻦ وآﻴ ٍﻊ‬,‫ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ هﻨﱠﺎ ٌد‬
:‫ ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻞ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬:‫ ﻗﺎل‬,‫ ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳْﺮة‬,‫ﺑﻦ ﻣﺨْﻠ ٍﺪ‬
.((‫ﻦ أﺗَﻰ اﻣْﺮأ ًة ﻓﻲ ُد ُﺑ ِﺮهَﺎ‬
ْ ‫ن َﻣ‬
ٌ ‫))ﻣﻠْﻌﻮ‬
24
25
185
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 54
Imam al-Tirmiz{i`, Sunan al-Tirmiz{i`, Juz I, (Beirut: Dar el-Fikr, 2005), H{adis\ no. 135,
36
Artinya : Dari abu Hurayrah berkata, bersabda Rasulullah saw:
“Dilaknat orang yang mendatangi istrinya pada duburnya.”26
b. Tidak diperbolehkan menggauli istri ketika haid
Hal ini dijelaskan dalam al-Qur'an
☺
☺
☺
Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah:
"Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah
kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.
apabila mereka Telah suci, Maka campurilah mereka itu di
tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri.” 27
Larangan menggauli istri ketika dalam kondisi haid, karena darah
yang keluar adalah kotoran (penyakit). Disamping itu juga wanita yang
sedang haid belum siap untuk menerima penyemaian bibit.
c. Istri dilarang menolak ajakan suami untuk bersenggama28
26
Abi Da>wud Sulayma>n bin al-As‘as\, Sunan Abi Da>wud, Juz II, (Beirut: Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyah, 1996), H{adis\ no. 2163, 115
27
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 54
28
M. Bukhori, Hubungan Seks Menurut Islam, 73
37
‫ ﻋﻦ‬,‫ن‬
َ ‫ ﻋﻦ ﺳﻠﻴْﻤﺎ‬,‫ﺷ ْﻌ َﺒ َﺔ‬
ُ ‫ ﻋﻦ‬,‫ي‬
‫ﻋ ِﺪ ﱢ‬
َ ‫ﻦ َأﺑِﻲ‬
ُ ‫ﻦ َﺑﺸﱠﺎ ِر ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ أ ْﺑ‬
ُ ‫ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﱠ ُﺪ ْﺑ‬
‫ﻞ اﷲ ﻋﻠﻴْﻪ وﺳﻠﱠﻢ‬
‫ﻲﺻﱠ‬
‫ﻦ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ‬
ِ‫ﻋ‬
َ ,‫ﷲ ﻋﻨﻪ‬
ُ ‫ ﻋﻦ أﺑِﻲ هﺮﻳْﺮة رﺿﻲ ا‬,‫أﺑِﻲ ﺣﺎ ِز ٍم‬
‫ َﻟ َﻌ َﻨ ْﺘﻬَﺎ اﻟ َﻤﻠَﺎ ِﺋ َﻜ ُﺔ‬,‫ﺊ‬
َ ‫ﺠ ْﻴ‬
ِ ‫ن َﺗ‬
ْ ‫ﺖ َأ‬
ْ ‫ َﻓَﺄ َﺑ‬,‫ﺷ ِﻪ‬
ِ ‫ﻞ ا ْﻣ َﺮَا َﺗ ُﻪ أِﻟﻲ ِﻓﺮَا‬
ُ‫ﺟ‬
ُ ‫ ))ِأذَا دَﻋﺎ اﻟﺮﱠ‬:‫ﻗﺎل‬
.((‫ﺢ‬
َ ‫ﺼ ِﺒ‬
ْ ‫ﺣﺘﱠﻲ ُﺗ‬
َ
Artinya : Dari abu hurayrah ra. Berkata, rasulullah saw bersabda:
“apabila seorang suami mengajak istrinya ke ranjangnya, lalu
istrinya mengabaikannya hingga membuat suaminya tidur
dalam keadaan marah kepadanya, maka malaikat melaknatnya
hingga subuh hari.”29
Bagi istri yang dengan sengaja menolak ajakan berhubungan seks
yang merupakan kewajiban bersama antara suami istri, tanpa adanya
alasan yang dibenarkan syar’i, kemudian suaminya marah atau tidak ridha
dengan penolakan tersebut, maka istrinya akan dilaknat oleh malaikat
hingga waktu subuh, atau hingga suaminya ridha kepadanya.
Dilaknatnya istri yang menolak ajakan untuk bersenggama oleh
suami, disamping karena menyalahi salah satu tujuan perkawinan dan
kewajiban sang istri, juga karena dapat membuka peluang timbulnya
fitnah atau masalah yang lebih besar seperti, pelampiasan hasrat seksual di
luar perkawinan yang bisa mengganggu keharmonisan perkawinan.
d. Larangan menceritakan pengalaman senggama30
‫ﺣ ْﻤ َﺰ َة‬
َ ‫ﻦ‬
ِ ‫ﻋ َﻤ َﺮ ْﺑ‬
ُ ‫ﻦ‬
ْ ‫ﻦ ﻣُﻌﺎ ِو َﻳ َﺔ ﻋ‬
ُ ‫ن ْﺑ‬
ُ ‫ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﻣﺮْوا‬.‫ﺷ ْﻴ َﺒ َﺔ‬
َ ‫ﻦ أَﺑﻲ‬
ُ ‫ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ أَﺑﻮ َﺑ ْﻜ ِﺮ ْﺑ‬
‫ي‬
‫ﺨ ْﺪ ِر ﱠ‬
ُ ‫ﺳ ِﻌ ْﻴ ٍﺪ ا ْﻟ‬
َ ‫ﺖ َأﺑَﺎ‬
ُ ‫ ﺳﻤ ْﻌ‬:‫ ﻗﺎل‬.‫ﺳ ْﻌ ِﺪ‬
َ ‫ﻦ‬
ُ ‫ﻦ ْﺑ‬
ِ ‫ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟ ﱠﺮﺣْﻤ‬.‫ي‬
‫ا ْﻟ ُﻌ َﻤ ِﺮ ﱢ‬
461
29
Muhammad bin Isma‘il al-Bukha>ri`, S{ah{i`h{ al-Bukha>ri`, Juz III, H{adis\ no. 5193,
30
Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita, (Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 1998), 419
38
‫ﷲ‬
ِ ‫س ﻋﻨﺪ ا‬
ِ ‫ﺷ َﺮ اﻟﻨﱠﺎ‬
َ ‫ﻦ َأ‬
ْ‫نﻣ‬
‫ ))ِأ ﱠ‬:‫ﻞ اﷲ ﻋﻠﻴْﻪ وﺳﻠﱠﻢ‬
‫ل اﷲ ﺻ ﱠ‬
ُ ‫ ﻗﺎل رﺳﻮ‬:‫ل‬
ُ ‫ﻳﻘﻮ‬
‫ﺸ ُﺮ‬
ُ ‫ ُﺛﻢﱠ َﻳ ْﻨ‬,‫ َو ُﺗ ْﻔﻀِﻲ ِأَﻟ ْﻴ ِﻪ‬,‫ﻞ ُﻳ ْﻔﻀِﻲ ِأﻟَﻲ ا ْﻣ َﺮَأ ِﺗ ِﻪ‬
َ‫ﺟ‬
ُ ‫ اﻟ ﱠﺮ‬,‫َﻣ ْﻨ ِﺰَﻟ ًﺔ ﻳ ْﻮ َم ا ْﻟ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔ‬
.((‫ﺳ ﱢﺮهَﺎ‬
ِ
Artinya : Dari abu Sa’id al-Khudri berkata: Bersabda Rasulullah saw,
“Sesungguhnya, sejahat-jahat kedudukan manusia di sisi Allah
pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang menyetubuhi
istrinya dan istri menyetubuhi suaminya, kemudian ia
menyebarkan rahasianya.”31
Hadis| ini mengajarkan adab sopan santun pada umat Islam, bahwa
ketika seseorang sudah hidup berumah tangga, maka ada beberapa rahasia
rumah tangga yang tidak boleh disebarluaskan dan diungkapkan secara
vulgar (kasar dan blak-blakan). Dan diantara rahasia tersebut adalah
tentang detail pengalaman senggama bersama suami atau istrinya, baik
berupa kelebihan maupun kekurangannya. Akan tetapi diperbolehkan
membicarakannya bersama dokter jika berkenaan dengan penyakit yang
ada pada istri maupun suami.
C. Kekerasan Dalam Rumah Tangga
1. Pengertian
Kekerasan diartikan dengan prihal yang bersifat atau berciri keras,
perbuatan seseorang yang menyebabkan cidera, atau matinya orang lain, atau
menyebabkan kerusakan fisik, atau kerusakan barang orang lain, serta adanya
31
H{adis\
Abu al-H{usayn Muslim bin al-H{ajja>j al-Naysa>bu>ry`, S{ah{i`h{ Muslim, juz X,
no. 1437, 8
39
pemaksaan.32 Sedangkan yang dimaksud kekerasan dalam rumah tangga
adalah setiap perbuatan (dilakukan seseorang secara sendiri dan atau bersamasama) terhadap seseorang terutama perempuan dan pihak-pihak yang
tersubordinasi (memiliki posisi atau kedudukan lebih rendah) lainnya. Yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.33
Yang dimaksud lingkup rumah tangga meliputi:
a. Suami, istri, dan anak
b. Orang-orang yang mempunyaihubungan keluarga dengan suami, istri, dan
anak karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan
perwalian yang menetap dalam rumah tangga.
c. Orang yang bekerja membantu pekerjaan rumah tangga dan menetap dalam
rumah tangga tersebut.
Di dunia, istilah kekerasan dalam rumah tangga merujuk pada
pengertian kekerasan terhadap perempuan oleh pasangan intimnya atau
mantan pasangan intimnya.34 Bentuk-bentuk kekerasan tersebut dapat berupa
kekerasan fisik, emosional, ekonomi dan seksual, serta pelanggaran hak-hak
32
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), 550
33
Suryo Darmono, Kekerasan Dalam Rumah Tangga; Dampaknya Terhadap Kesehatan Jiwa,
(Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008), 2
34
Ibid, 3
40
reproduksi, pemaksaan aborsi oleh pasangan dan kejahatan perkawinan
(perselingkuhan).
Pelaku biasanya adalah sosok yang mempunyai peran otoritas atau
berstatus lebih kuat. Sedangkan korban adalah anggota keluarga yang
berstatus sub-ordinat atau lebih lemah. Kekerasan dalam rumah tangga
seringkali bersembunyi di balik tatanan budaya paternalistik (patriarki), yang
menempatkan suami sebagai kepala keluarga yang wajib dipatuhi, sedangkan
istri sebagai ibu rumah tangga yang wajib melayani, dan anak yang harus
tunduk serta patuh kepada orang tua.
2. Ciri-ciri kekerasan dalam rumah tangga
a. Kekerasan fisik
Kekerasan dalam rumah tangga dapat berupa penganiayaan fisik.
Bentuk kekerasan fisik bisa bermacam-macam, yaitu tindakan yang
bertujuan untuk melukai, menyiksa, atau menganiaya orang lain dengan
menggunakan anggota tubuh pelaku (tangan, kaki) mulai dari pemukulan,
jambakan, cubitan, mendorong secara kasar, penginjakan, pelemparan,
cekikan, tendangan, sampai penyiksaan dengan menggunakan alat seperti
pentungan, pisau, ikat pinggang, sudutan rokok dan sebagainya. Tindakan
tersebut mengakibatkan rasa sakit, memar, kecacatan, bahkan sampai
meninggal dunia.
b. Kekerasan emosional
41
Tindak kekerasan yang dilakukan dengan menyerang wilayah
psikologis korban, bertujuan untuk merendahkan citra seseorang, baik
melalui kata-kata maupun perbuatan. Seperti mengumpat, membentak
dengan kasar, menghina, hingga mengancam. Tindakan tersebut
mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan bertindak, rasa tidak berdaya, serta penderitaan psikis berat
pada seseorang.
c. Kekerasan seksual
Penganiayaan atau penyerangan seksual bukan hanya monopoli
penjahat dan pemerkosa di luar rumah. Tetapi dapat juga terjadi dalam
kehidupan rumah tangga. Misalnya saja suami memaksa istrinya
berhubungan seksual dengan cara yang menyakitkan. Serta seorang suami
yang mengharuskan istrinya melayani kebutuhan seksualnya setiap saat
tanpa mempertimbangkan kemauan sang istri.
d. Kekerasan sosial dan ekonomi
Tindak kekerasan sosial dan ekonomi adalah tindakan yang
membuat anggota keluarga tergantung secara ekonomi. Dengan cara
melarang untuk bekerja, sedangkan di sisi lain ia tidak diberikan nafkah.
Atau mengeksploitasi anggota keluarganya untuk mendapatkan uang bagi
kepentingannya. Serta membatasi kegiatan anggota keluarganya hingga ia
terisolasi dari kehidupan sosialnya.
e. Penelantaran
42
Penelantaran adalah jenis kekerasan yang bersifat multi-dimensi
(fisik, seksual, emosional, sosial, dan ekonomi). Menelantarkan anggota
keluarga dengan cara tidak memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,
pakaian, dan pengobatan merupakan beberapa contoh penelantaran fisik.
Dan tidak pernah menyentuh atau berhubungan seksual terutama di saat
yang memungkinkan, merupakan contoh dari penelantaran seksual.
3. Faktor-faktor penyebab kekerasan dalam rumah tangga35
a. Faktor individual (korban)
Posisi subordinasi sering menjadikan seseorang sebagai korban
kekerasan dalam rumah tangga. Posisi ini sering sekali diisi oleh seorang
perempuan dalam rumah tangga. Perempuan dalam posisi subordinasi ini
biasanya juga dihantui oleh perasaan sangat takut kehilangan. Selain itu
mereka juga masih dibebani tanggung jawab pengasuhan dan pendidikan
anak. Bahkan banyak perempuan yang juga dibebani tanggung jawab
untuk merawat orang tua mereka.
b. Faktor individual (pelaku)
Posisi sebagai pelaku lebih sering ditempati oleh seorang laki-laki.
Karena laki-laki secara fisik lebih kuat daripada perempuan. Dan ada
kemungkinan memiliki tingkat agresivitas yang lebih tinggi pula daripada
35
Farha Ciciek, Ikhtiar Mengatasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Lembaga
Kajian Agama dan Jender, 199), 25-27
43
perempuan. Dalam masyarakat, laki-laki juga dibiasakan untuk melatih
dan
menggunakan
fisiknya,
sekaligus
kebiasaan
berkelahi,
dan
menggunakan kekuatan sejak masa kanak-kanak.
Kekerasan oleh suami juga sering dihubungkan dengan tingkah
laku pengontrolan oleh pihak suami. Karena suami yang berposisi sebagai
kepala keluarga, sehingga ia merasa berhak untuk mengontrol seluruh
aspek kehidupan anggota keluarganya. Sebagai hasilnya, kekerasan fisik
atau
seksual
dianggap
sebagai
hukuman
yang
pantas
karena
“ketidakpatuhan” terhadap suami.
c. Faktor sosio-budaya
Banyak kebudayaan yang memberi hak pria untuk mengontrol
tingkah laku istrinya. Kekerasan seringkali dipandang sebagai hukuman
fisik untuk kebaikan dan mengoreksi istri yang salah. Budaya yang
menyebutkan peran laki-laki sebagai pengontrol kekayaan, warisan, dan
pembuat keputusan dalam keluarga merupakan faktor yang kuat untuk
terjadinya kekerasan.
d. Faktor sosio-ekonomi
Salah satu faktor utama terjadinya tindak kekerasan adalah
kemiskinan. Karena kemiskinan sangat berhubungan dengan masalah
ketidakadilan, frustasi, masalah sosial dan kesehatan. Sehingga banyak
sekali tindak kekerasan dalam rumah tangga, mulai penelantaran,
pelecehan seksual, hingga pelacuran. Keadaan ekonomi juga memaksa
44
anggota keluarga untuk menerima penganiayaan dari orang lain yang
menjadi tempat ia bergantung.
e. Faktor religi
Pemahaman kaidah keagamaan secara keliru, serta pemanfaatan
penggalan-penggalan ayat dalam kitab suci untuk mendapatkan posisi
dominasi
laki-laki
terhadap
perempuan.
Sehingga
menempatkan
perempuan hanya dalam kewajibannya tanpa memiliki hak sedikitpun.
Hal ini menyebabkan seorang suami semena-mena tehadap istrinya.
Bahkan sampai tindakan kekerasan pun seolah-olah dibenarkan oleh
agama.
4. Dampak kekerasan dalam rumah tangga36
a. Dampak fisik korban kekerasan dalam rumah tangga
Dampak fisik yang sering menyertai perilaku kekerasan dalam
rumah tangga di antaranya cidera fisik karena kekerasan fisik, penyakit
menular, kekurangan gizi kronis, hingga sampai bentuk yang mengarah
pada pembunuhan.
Beberapa luka fisik yang bisa menjadi tanda adanya penganiayaan
antara lain:
36
30-38
Suryo Darmono, Kekerasan Dalam Rumah Tangga; Dampaknya Terhadap Kesehatan Jiwa,
45
1) Memar akibat tamparan atau pukulan yang meninggalkan bekas
telapak tangan.
2) Memar yang berbentuk garis akibat benda tumpul, seperti ikat
pinggang, kayu, dan sebagainya.
3) Bekas gigitan yang berbentuk bulan sabit.
4) Luka bakar yang berbentuk khas akibat dari sulutan rokok.
5) Hingga luka sayat akibat irisan benda tajam.
b. Dampak psikologis korban kekerasan dalam rumah tangga
Dampak psikologis yang ditimbulkan dari kekerasan dalam rumah
tangga bisa ringan hingga berat, terjadi singkat atau berkelanjutan
(bertahun-tahun), serta terjadi langsung atau beberapa waktu kemudian.
Kondisi sangat berbahaya, kartena bisa mempengaruhi kinerja atau sifat
seseorang.
Beberapa dampak psikologis yang sering dialami oleh korban
kekerasan dalam rumah tangga, antara lain:
1) Gangguan stres.
2) Depresi.
3) Gangguan panik.
4) Rasa cemas dan khawatir yang berlebihan.
5) Hingga ketakutan akut.
Download