Demikianlah orang itu menyeret temannya dan menuntut, "Aku ingin $3000 itu kembali!". Orang itu bersujud dan memohon, "Tolonglah kasihani aku ini. Aku tidak punya $3000 di kantongku tapi aku tentu saja akan mengembalikan kepadamu $3000". Adalah mungkin membayar kembali $3000. Uang itu masih cukup banyak tetapi masih dalam jangkauan rata-rata pekerja, asal ada cukup waktu untuk mengembalikannya. Tetapi orang itu menolaknya dan menjebloskan temannya ke dalam penjara karena $3000! ajaran yang paling mirip dengan ajaran purgatori yang saya temukan dalam ajaran Protestan. Sungguh luar biasa! Jika melalui penyiksaan, dosa kita dapat diampuni, mengapa Yesus perlu mati? Jika dengan disiksa selama 1000 tahun, $1,5 milyar dapat dihapuskan, mengapa Yesus perlu mati? Inilah situasi tragis yang dialami oleh mereka yang tidak mau berhadapan dengan Firman Allah. Ini menunjukkan bahwa ketika kita datang kepada Firman Allah, kita harus datang tanpa belenggu doktrin dalam pikiran kita. Jika tidak, kita akan mengelak dan menyalahtafsirkan pernyataan yang sangat jelas ini yang dengan baik dipahami oleh Professor Schweizer dan H.A.W. Meier. Tetapi karena kita terikat pada dogma, maka kita coba memutar-mutar Firman Allah yang sudah jelas, hasilnya kita beromong kosong. Dan akibatnya sangat mengerikan. Apa yang disabdakan Yesus di sini sangatlah jelas dan tegas. Para penafsir yang besar itu tidak ada kesulitan sama sekali dalam memahami makna dari kata-kata sederhana ini. Masalah ini kemudian disampaikan kepada raja, yang berkata kepada hambanya yang menteri keuangan itu, "Jika aku telah mengampunimu, tidakkah seharusnya engkau mengampuni orang yang berhutang padamu?" Apa yang diajarkan oleh Doa Bapa Kami kepada kita? "Ampunilah kami akan kesalahan [hutang] kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah[berhutang] kepada kami" (lihat Matius 6:12). Yesus berkata jika kita tidak mengampuni pengutang kita, kita tidak akan diampuni. Demikian pula pengampunan yang diberikan kepada pelayan itu akhirnya dicabut. Raja berkata kepadanya, "Engkau hamba yang jahat! Aku mengampuni segala hutangmu karena engkau memohon kepadaku. Tidakkah semestinya kamu merasa kasihan kepada temanmu, seperti yang aku perbuat kepadamu?" Dalam kemarahan, raja mengirimnya untuk disiksa sampai dia mengembalikan $1,5 milyar. Tetapi dia tidak akan pernah bisa mengembalikannya, karena ia sudah dipenjara! 3. PRINSIP-PRINSIP HIDUP KRISTEN : Dua prinsip kerohanian yang penting tentang bagaimana orang-orang Kristen mestinya hidup dapat ditarik dari apa yang telah kita diskusikan. Pertama kita harus memperlakukan orang lain seperti apa yang Allah telah lakukan terhadap diri kita. Yesus menyebutkan secara khusus dalam Lukas 6:36: "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." Prinsip ini dapat disederhanakan sebagai berikut: Allah berharap kita memperlakukan orang lain sebagaimana Dia memperlakukan kita. Pesan dari kutipan ini jelas. Sebagaimana ditafsirkan oleh Professor Schweizer dari Zurich dalam buku tafsirannya Das Neue Testament Deutsch, yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dengan judul Loss of Grace: yaitu kasih karunia sebenarnya telah diberikan, tetapi karena orang yang menerimanya tidak pantas, akibatnya kasih karunia itu hilang. Kehidupan rohani diatur dalam tingkat ketelitian yang persis sama sebagaimana alam semesta yang diciptakan Allah. Siapapun yang telah mempelajari Fisika tahu bahwa ada hukum yang mengatur materi. Pelanggaran terhadap hukum ini akan menimbulkan petaka, dan kita tidak bisa melarikan diri. Contohnya hukum gravitasi. Tanpa adanya kuasa, seseorang yang melompat dari lantai tiga tubuhnya akan hancur, bahkan lehernya juga. Jika dia melompat dari lantai yang lebih tinggi, dia pasti akan hancur berkeping-keping karena daya gravitasi menariknya. Tidak ada alasan bagi dia untuk berkata, "Gravitasi akan ditunda. Jika aku melangkah ke jendela, Aku akan melayang di udara". Gravitasi akan menariknya turun jika dia tidak memiliki sarana untuk mengatasinya. Seorang cendekiawan besar dari Jerman, H.A.W. Meier juga membahas poin ini dengan sangat baik dalam tafsirannya yang berjumlah 20 jilid tentang Perjanjian Baru berbahasa Yunani. Malahan ini adalah tafsiran terbaik yang ada sampai sekarang ini walaupun naskah itu ditulis ratusan tahun yang lalu, dan hanya dicetak ulang pada tahun 1980. Dengan judul "Doctrine of this Parable (Doktrin dari Perumpamaan Ini)" dia menulis: "Remisi yang telah engkau dapatkan dari Allah, dari hutang dosa yang tak terbayarkan hendaknya merangsang hatimu untuk memaafkan saudaramu dengan hutang yang lebih kecil. Jika tidak penghakiman Mesias akan datang, kebenaran Allah akan menentangmu dan engkau akan dijatuhkan ke Gehenna untuk dihukum selamanya." Dengan jelas, Meier menunjukkan bahwa kasih karunia yang awalnya diberikan - pengampunan yang awal - kemudian ditarik. Dan orang akan dibuang ke Gehenna (yang berarti Neraka) untuk dihukum selamanya. Juga di dalam kehidupan rohani, kita harus mengerti bahwa ada hukum Allah yang mengatur. Jika kita melanggar hukum ini kita akan menanggung akibatnya. Itulah hukum di mana kita harus memperlakukan orang lain sebagaimana Allah memperlakukan kita. Karena Allah baik pada kita, kita harus baik pada orang lain. Karena Allah mengampuni kita, kita harus mengampuni orang lain. Tidak masalah bagaimana orang lain memperlakukan kita. Apa yang kita pentingkan adalah bagaimana hubungan kita dengan Allah. Jika kita mengerti hukum rohani ini, kita akan mengetahui bahwa, sebagai orang Kristen, tindakan kita tidak ditentukan oleh orang lain. Cara kita bertindak itu diatur hanya oleh cara Allah menangani kita. Ajaran ini tentu saja tidak akan diterima dengan baik oleh gereja-gereja Tionghua. Demi doktrin mereka, mereka menolak kata-kata Yesus yang jelas ini. Sangat menyedihkan cara Watchman Nee coba menjelaskan masalah ini. Semakin dia mencoba, semakin banyak kekacauan yang muncul. Dia mengatakan bukanlah kasih karunia mula-mula yang ditarik kembali, tetapi kasih karunia berikutnya yang ditarik. Hal ini sungguh tidak masuk akal. Jika kasih karunia mula-mula tidak ditarik, maka si hamba masih diampuni hutang $1.5 milyar dolar itu. Dengan demikian dia tidak akan dijebloskan ke dalam penjara, karena tidak ada hutang yang harus dikembalikan. Pernyataan seperti itu menjadi tidak jelas. Inilah yang terjadi ketika kita mengorbankan kebenaran Firman Allah demi dogma. Ketika ditanya bagaimana cara si hamba membayar hutangnya di penjara, Watchman Nee membuat pernyataan yang mirip dengan ajaran bidat. Dia mengatakan bahwa si hamba akan dihukum selama 1000 tahun di kerajaan mesianik sehingga suatu saat nanti ia mendapat pengampunan. Inilah Berapa dari kita yang hidup sesuai dengan hukum ini? Jika seseorang menyakiti kita, kita dengan senang hati akan membalasnya. Jika itu masalahnya, maka itu berarti bahwa orang lainlah yang mengatur hidup kita. Dan kita seperti robot, perbuatan kita diatur oleh orang lain. Jika seseorang berbuat jahat kepada kita, kita akan membalas dia. Perilaku balas membalas ini membuat diri kita pasif, jarang berinisiatif untuk melakukan sesuatu. Kita hanya bereaksi terhadap apa yang dilakukan orang lain terhadap diri kita. Ini menunjukkan bahwa kita belum sampai kepada tahap di mana kita mengerti prinsip bahwa hidup kita tidak ditentukan oleh perilaku orang lain terhadap kita. Apakah mereka berbuat jahat terhadap kita atau [4]