peningkatan motivasi dan hasil belajar aspek berbicara unggah

advertisement
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR
ASPEK BERBICARA UNGGAH-UNGGUH BASA KRAMA
DENGAN MEMPERKENALKAN CERITA WAYANG
RAMAWIWAHA SEBAGAI BAHAN AJAR DI KELAS IXG
SMP NEGERI 16 SEMARANG TAHUN 2014
Hj.Christina Purwaningsih,S.Pd,M.Pd
SMP Negeri 16 Semarang
[email protected]
Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan kemampuan aspek berbicara unggah-ungguh
basa krama siswa melalui peningkatan motivasi dan hasil belajar aspek berbicara unggah-ungguh
basa krama pada siswa kelas IXG SMP 16 Semarang. Penelitian ini menggunakan cerita wayang
Ramayana. Hipotesis yang diajukan adalah melalui teknik aspek berbicara unggah-ungguh basa
krama yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara berbahasa krama pada siswa IX G SMP
Negeri 16 Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa.. Penelitian
ini terdiri atas dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Data diperoleh dari observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa berbicara berbahasa krama dengan menggunakan cerita wayang Ramawiwaha
berhasa krama terbukti efektif dan sangat membantu siswa dalam pembelajaran berbicara bahasa
krama.
Hal itu terbukti dengan adanya peningkatan proses mejawab pertanyaan basa krama dan peningkatan
hassil pembelajaran. Peningkatan proses pembelajaran tampak dari peningkatan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran berbahasa krama. Pada kegiatan pratindakan nilai rata-rata kelas sebesar
62.03 dengan persentase ketuntasan 37.04%.. Pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi
75.17 dengan persentase ketuntasan 86,21%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi
80.86 dengan persentase ketuntasan 93%.
Kata kunci: motivation, study result, speaking aspect, unggah-ungguh, basa krama
Abstract
This classroom action research aims to increase an ability aspect to speak unggah-ungguh basa
krama in the class of IXG SMP 16 Semarang through the increase of motivations and learning
outcomes aspects in speaking of unggah-ungguh basa karma in the class of IXG SMP 16 Semarang.
This research uses wayang Ramayana’s story. The hypothesis is a speech technique unggah-ungguh
basa krama aspects increasing ability to speak basa krama for students of IXG SMP 16 Semarang
in the year of 2014/2015 which the number of students is 30 students. This research consists of
two cycles. Each cycle consists of planning, implementation, observation, and reflection. The data
has gotten from observation, interview, test, and documentation. This research results indicated
that in speaking of basa krama uses wayang ramayana’s story has proven effectively and helped
the students in the learning to speak basa krama. It’s proven by increased of the process to answer
basa krama questions and the learning results. The increase of the learning results is visible from
the student activeness and the learning to speak basa krama. In the pre-actions, the average value
of the class was 71.83 with the percentage of completeness is 45.87%. In the cycle I, the average
value of the class increased to 75.18 with the percentage of completeness is 82,14%. In the cycle II,
the average value of the class increased to 81.70 with the percentage of completeness is 88.3%.
Kata kunci: motivasi,hasil belajar,aspek berbicara,unggah-ungguh basa krama
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
151
1. PENDAHULUAN
Dalam standar isi pembelajaran bahasa Jawa terdapat salah satu standar kompetensi,
yaitu mampu mengungkapkan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan secara lisan melalui
bercerita dan berdialog dalam berbagai bentuk/ragam bahasa Jawa sesuai dengan unggahungguh basa yang benar. Dalam hal ini kompetensi dasar yang dituntut adalah siswa SMP
kelas IX diarahkan dan diberi kesempatan untuk memahami dan mengapresiasi serta mampu
meningkatkan motivasi belajar menggunakan bahasa krama dengan benar.
Berdasarkan kemampuan ternyata masih banyak siswa yang kurang berminat dalam
mengikuti pembelajaran berbicara terutama penerapan unggah-ungguh basa krama dalam
cerita wayang. Fakta itu disebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami tcerita
wayang penerapan unggah-ungguh basa krama. Bahkan, proses pembelajaran terkesan
kurang menarik dan pada akhirnya motivasi siswa terutama penerapan unggah-ungguh basa
kramadalam cerita wayang siswa rendah. Dalam KBBI (200:1), motivasi adalah dorongan
yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu.
Penggunaan pendekatan pembelajaran aspek berbicara unggah-ungguh basa krama
dengan memperkenalkan cerita wayang Rama Wiwaha. diharapkan dapat meningkatkan
kompetensi membaca dan bercerita menggunakan unggah-ungguh basa krama pada siswa
kelas IXG SMP Negeri 16 Semarang. Hal ini menempatkan siswa lebih aktif dan kreatif dalam
melakukan aktivitas membaca dan bercerita. Untuk meningkatkan keterampilan membaca
dan berbicara,perlu dilakukan langkah penelitian tindakan kelas.
Berdasar latar belakang di atas, masalah yang diteliti adalah 1) Apakah aspek berbicara
unggah-ungguh basa krama cerita wayang Ramawiwaha mampu meningkatkan motivasi
dan hasil belajar berbahasa krama? dan 2) Bagaimana perubahan perilaku pada siswa
kelas IX G SMPN 16 pada kemampuan aspek berbicara unggah-ungguh basa krama
setelah memperkenalkan cerita wayang Ramawiwaha.? Tujuan penelitian ini adalah 1)
mendeskripsikan peningkatan motivasi dan hasil belajar dengan menggunakan aspek berbicara
unggah-ungguh basa krama pada cerita wayang Rama Wiwaha siswa kelas IX G SMPN 16
dan 2) mendeskripsikan perubahan perilaku dan meningkatkan prestasi belajar unggah-ungguh
basa krama siswa kelas IX G SMPN 16 selama pembelajaran dengan menggunakan aspek
berbicara unggah-ungguh basa krama pada cerita wayang Ramawiwaha.
2. METODE PENELITIAN
Proses penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan dengan dua siklus. Setiap siklus
meliputi empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi, seperti
pada gambar berikut ini.
152
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
Refleksi
SIKLUS I
SIKLUS II
Perencanaan
Perencanaan
Tindakan
Pengamatan
Refleksi
Tindakan
Pengamatan
Gambar 1. Desain Siklus
Dalam setiap siklus diawali dengan tahap perencanaan, tindakan, observasi dan evaluasi,
dan diakhiri dengan refleksi. Penelitian ini dimulai dari siklus I, kemudian dilanjutkan dengan
siklus II. Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Setiap siklus direncanakan selama dua
jam pertemuan. Kegiatan penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru lain. Indikator
pencapaian penelitian ini ditentukan minimal 70% siswa menguasai materi pembelajaran.
1. Siklus 1
Siklus pertama direncanakan dalam dua kali pertemuan yang masing-masing pertemuan
dilaksanan dalam dus jam pertemuan. Tahapan pada siklus pertama didesain sebagai berikut.
a. Perencanaan
Dalam tahap ini direncanakan kegiatan 1) menyusun rencana pembelajaran dengan
materi membaca nyaring paragraf berhuruf jawa dengan pasangan, 2) membuat media, 3)
menyiapkan materi ajar, 4) menyiapkan instrumen penelitian yang berupa tes, pedoman
observasi, pedoman jurnal, dan pedoman wawancara.
b. Tindakan
Pada tahap ini model pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang dapat
menciptakan aktivitas membaca kooperatif pada saat latihan, siswa diberi tugas membuat power
poin tentang wayang Ramayana, kemudian mempresentasikan hasil tersebut. Guru melakukan
bimbingan presentasi dan memberikan pertanyaan sesuai dengan yang presentasikan. Siswa
menjawab dengan basa krama sesuai cerita dan dapat mengartiakannya. Siswa yang belum bisa
menjawab pertanyaan dengan jawaban basa krama, akan diberikan latihan terbimbing. Siswa lain
memberi masukan guna perbaikan. Dengan demikian, siswa yang salah dan belum bias mengartikan
basa krama dapat memperoleh informasi yang benar dalam berbicara basa krama.
c. Observasi dan Evaluasi
Observasi terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat pembelajaran untuk mengetahui
perilaku siswa selama proses pembelajaran. Pada akhir siklus diakhiri dengan tes dan penulisan
jurnal. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, jurnal, dan tes, maka tahap berikutnya dapat
dilaksanakan.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
153
d. Refleksi
Setiap akhir siklus, penelti melakukan refleksi untuk mengetahui apakah tindakan yang
dilakukan dapat meningkatkan motivasi aspek berbicara unggah-ungguh basa krama bagi
siswa SMP melalui cerita wayang Rama Wiwaha. Kendala apa yang terdapat dalam kegiatan
tersebut? Faktor-faktor apa yang menjadi pendorong dalam tindakan itu? Altematif solusi apa
yang perlu dilakukan?
2. Siklus 2
Siklus kedua dilakukan untuk memperbaiki segala sesuatu yang belum baik pada siklus
pertama. Tahapan pada siklus kedua sama dengan tahapan yang ada pada siklus 1.
Subjek penelitian yang dilakukan di sini menitikberatkan penelitian peningkatan
kemampuan aspek berbicara unggah-ungguh basa krama pada cerita wayang Rama Wiwaha
bagi siswa kelas IXG SMPN 16 Semester Gasal Tahun Pelajaran 2014/2015. Jumlah kelas
ada 24 kelas, kelas IX berjumlah 8 kelas dengan jumlah siswa 250, kelas VIII berjumlah 8
kelas dengan jumlah siswa 256, dan kelas VII berjumlah 8 kelas dengan jumlah siswa 257.
Peneliti mengajar di kelas IXA sampai IXH. Jumlah siswa 8 kelas tersebut sebanyak 250.
Variabel penelitian ini meliputi peningkatan motivasi aspek berbicara unggah-ungguh
basa krama melaui cerita wayang Rama Wiwaha., yang sekurang-kurangnya daya serap
rata-rata 75.00 secara klasikal. Sesuai KKM kelas IX SMPN (75). Jadi, hasil siklus I kalau
belum mencapai target akan dilanjutkan pada siklus II.
Kategori tingkat keberhasilan siswa dapat dikategorikan 1) nilai 60 sampai dengan 65
dikategorikan kurang; 2) nilai 70 sampai dengan 74 dikategorikan cukup; 3) nilai 75 sampai
dengan 80 dikategoriakan baik; 4) nilai lebih dari 81 dikategorikan amat baik
Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, sedangkan data yang dikumpulkan
berupa data kualitatif, yang meliputi a) rencana pembelajaran, b) pelaksanaan pembelajaran,
c) hasil belajar berupa hasil tes, dan d) hasil observasi. Untuk mengumpulkan data kualitatif
tersebut digunakan instrumen., yaitu berupa tes dan nontes. Tes dilaksanakan dengan
menggunakan soal yang dibuat oleh peneliti, yaitu pada pratindakan, akhir siklus I dan siklus
ke II, sedangkan nontes dilakukan dengan cara wawancara dan observasi.
3. LANDASAN TEORETIS
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama ( Arikunto dkk., 2008,3). Dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara
penulis menggunakan media cerita wayang Ramayana. Wayang merupakan hasil budaya asli
Indonesia, dan banyak berperan dalam kehidupan masyarakat,juga berfungsi sebagai media
hiburan,pendidikan serta informasi (Soetarno AK,1992:3-4). Dengan wayang diharapkan
dapat membantu memberikan serta menumbuhkan rasa kecintaan terhadap budaya bangsa.
Dengan demikian, diharapkan generasi muda mendatang berperan aktif ikut mengembangkan
serta memeliharanya terutama yang berhubungan dengan unggah-ungguh basa.
154
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
Perhatian orang-orang Jawa terhadap wayang dianggapnya sebagai dasar filosofi orang
Jawa. Dalam masyarakat Jawa berbagai ceritera memberikan makna terhadap berbagai
perilaku dan watak manusia dalam rangka pencapaian hidup (Achmadi, 2004:34).
Dalam hal ini, bahasa Jawa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi masyarakat Jawa
sebagai sasaran komunikasi dalam kehidupan sehari-hari (fungsi linguistis), sekaligus bahasa
Jawa berfungsi sebagai sarana pengungkap kehalusan dan kelembutan cipta, rasa , dan karsa
dan juga sebagai sarana pemelihara etika dan estetika (fungsi budaya) (Sumarlan,2007:65).
Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Jawa di sekolah tidak hanya belajar berbahasa Jawa
secara kebahasaan, tetapi siswa pun belajar budaya Jawa, termasuk unggah-ungguh basa.
Media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara
dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan
pembelajaran (Sanaky,2009:4). Lebiha lanjut Sanaky (2007:38) menyebutkan bahwa media
pembelajaran ini dapat berupa bahan cetakan, alat audiovisual, teknik masinal (seperti rekaman,
VCD), atau kumpulan benda (seperti peninggalan sejarah atau dokumentasi) Sanaky. Dalam
penelitian ini, pembelajaran bahasa Jawa menggunakan ditekankan pada media audio visual.
Untuk bisa memahami dan menimbulkan keinginan berbicara terutama basa krama
dibutuhkan motivasi. Motivasi berasal dari bahasa latin ”movere” yang berarti dorongan atau
menggerakan. Dalam KBBI (1988:666) disebutkan” bahwa motivasi adalah usaha-usaha yang
dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatau karena
ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya”.
Kemampuan membaca dalam menunjang motivasi berbicara unggah-ungguh basa
krama dapat ditingkatkan dengan menggunakan keterampilan selama proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, penerapan keterampilan dapat meningkatkan beberapa prinsip,
antara lain motivasi, hubungan sosial, perbedaan perorangan, dan menemukan pemecahan
masalah. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Jawa SMP Kelas IXG SMPN16, siswa
diberi kesempatan untuk mengemukan pendapatnya, memperluas pandangannya, melatih
kepemimpinan siswa dengan teknik berdiskusi bersama teman satu kelompok atau satu
bangku dan teman lain.
Dengan demikian, hasil belajar yang dicapai dalam proses pembelajaran bahasa Jawa
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa baik aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik dan berbicara unggah-ungguh basa krama.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini diperoleh dari tindakan pada tindakan prasiklus siklus I dan siklus
II. Hasil tersebut berupa hasil tes dan nontes. Hasil tes berupa presentasi hasil power poin
wayang Rama Wiwaha, sedangkan hasil nontes berupa hasil wawancara, observasi.dan
dokumentasi.
4.1. Prasiklus/Pratindakan
Langkah awal yang dilakukan dalam pratindakan adalah pengujian pratindakan.
Pengujian ini dilakukan kepada siswa SMPN 16 kelas IXG yang berjumlah 30 orang sebagai
objek model pembelajaran. Prasiklus ini dilakukan pada hari Rabu, 10 September 2014 jam
ke 3-4, diikuti oleh 30 siswa kelas IXG SMPN 16 yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
155
siswa perempuan. Pada tahap awal, penulis melakukan tes awal untuk memperoleh gambaran
kondisi awal kemampuan bercerita wayang dengan penerapan unggah-ungguh yang sesuai
dengan basa krama pada semua siswa yang telah dikondisikan dalam kelas uji coba.
Hasil tes prasiklus digunakan peneliti untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
Pada prasiklus ini, guru menjelaskan materi cerita wayang Ramayana dengan penerapan
unggah-ungguh yang sesuai dengan cerita basa krama, sebelum melakukan tindakan.
Presentasi tugas menggunakan basa krama dengan diberi waktu 40 menit. Pada kegiatan
prasiklus ini diikuti 30 siswa, 3 siswa yang lain tidak hadir. Setelah melakukan penilaian,
diperoleh data bahwa secara komulatif siswa hanya mencapai skor 38.46. Kriteria pencapaian
siswa termasuk kategori kurang, karena hanya 10 siswa atau 62.034% saja yang bisa memenuhi
standar ketuntasan yang ditentukan oleh peneliti yaitu 75.
Peningkatan motivasi belajar aspek berbicara penerapan unggah-ungguh basa krama
dengan memperkenalkan cerita wayang Ramawiwaha yang diujikan paling banyak
dikategorikan rendah sebanyak 13 siswa dengan nilai terendah 55 atau 48,15 %, sedangkan
yang dikategorikan sedang 5 siswa dengan nilai terendah 70 atau 18.52%, baik hanya 9 siswa
dengan nilai terendah 80 atau 33,33 %. Dengan demikian, kondisi awal kemampuan siswa
dalam menulis huruf Jawa penerapan pasangan hanya mencapai rata-rata nilai 62.03% dengan
kategori rendah yang diperoleh oleh 18 siswa. Artinya, Peningkatan motivasi belajar aspek
berbicara penerapan unggah-ungguh basa krama berada di bawah rata-rata. Oleh karena itu,
berdasarkan hasil pengujian awal tersebut belum menunjukkan hasil peningkatan motivasi
belajar aspek berbicara penerapan unggah-ungguh basa krama yang menggembirakan bagi
siswa SMPN16 kususnya kelas IX G.
Dalam peningkatan motivasi belajar aspek berbicara penerapan unggah-ungguh basa
krama banyak ditemukan penggunaan bahasa yang kurang pas, yaitu penggunaan unggahungguh basa krama yang di dalamnya terdapat juga kesalahan letak penggunaan basa krama
di dalam kalimat (Tabel 1).
Tabel 1. Hasil Pratindakan
No.
1
2
3
4
Kategori
Kurang
Cukup
Baik
Sangat baik
Jumlah
Nilai
0-69
70-74
75-80
81-95
Jumlah Siswa
13
5
9
27
Nilai terendah
55
70
75
195
%
48.15
18.52
33.33
100
4.2. Siklus I
Pada Siklus I dilakukan pada hari Rabu, 17 September 2014 jam ke 3-4, siswa kelas
IXG yang berjumlah 30 orang hanya diikuti oleh 28 siswa kelas IXG SMPN16 yang terdiri
dari 12 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan, siswa yang tidak hadir 6 siswa, Rizal
Syaifudin (i), Wahyu Iman(i). Pada Siklus I ini guru menerangkan materi yang berkaitan
dengan pertanyaan. Siswa kelihatan antusias melalui teknik berbicara unggah-ungguh basa
krama dengan mengulang pertanyaan yang harus dijawab dengan bahasa krama ,berbeda
dengan prasiklus siswa hanya menanggapi biasa saja.Kemudian guru memberi tugas pada
siswa untuk menjawab sesuai dengan cerita yang disajikan. Setelah itu, guru menganalisis
data yang diperoleh.
156
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
Setelah melakukan penganalisaan dan penskoran, diperoleh data bahwa secara komulatif
ketuntasan siswa mencapai 75.18%. Secara klasikal siswa mengalami peningkatan pada
semua unsur penilaian.
Tabel 2. Kemampuan Berbicara pada Siklus I
No.
1
2
3
4
Kategori
Kurang
Cukup
Baik
Sangat baik
Jumlah
Nilai
0-60
61-70
71-80
81-95
Jumlah Siswa
5
6
11
6
28
Nilai terendah
60
70
75
85
265
%
17.86
21.43
39.28
21.43
100
Tabel 2 menunjukkan bahwa kemampuan yang dikategorikan amat baik mencapai 21.43%
atau dicapai oleh 6 siswa,kategori baik 39.28%atau dicapai oleh 11 siswa,kategori cukup
21.43% atau dicapai oleh 6 siswa, dan kategori kurang 17.86%atau dicapai oleh 5 siswa.Ratarata kemampuan 82.14 atau dengan tingkat ketercapaian 60.71%dengan kategori baik.
4.3. Siklus II
Pada Siklus II dilakukan pada hari Rabu, 1 Oktober 2014 jam ke 3-4, siswa kelas IXG
berjumlah 30 orang,Guru menjelaskan kembali materi yang berkaitan dengan penerapan
aspek berbicara unggah-ungguh basa krama. Guru juga membahas kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa pada siklus I. Pada pertemuan selanjutnya, guru memberikan materi cerita
yang dianggap sulit dengan kalimat yang berbeda dari siklus I,kira-kira selama 30 menit,
guru menugasi siswa untuk mempresentasikan materi yang berkaitan dengan cerita wayang
Rama Wiwaha yang diujicobakan.
Secara klasikal siswa mengalami peningkatan pada semua unsur penilaian menjawab
pertanyaan penggunaan teknik berbicara bahasa krama tiap –tiap kalimat (Tabel 3).
Tabel 3. Kemampuan aspek berbicara unggah-ungguh basa krama pada Siklus II
No.
1
2
3
4
Kategori
Kurang
Cukup
Baik
Sangat baik
Jumlah
Nilai
0-60
61-70
71-80
81-100
Jumlah Siswa
2
17
11
30
Nilai terendah
70
75
83
270
%
00.0
6.66
56.6
36.67
100
Setelah melakukan penganalisaan dan penskoran diperoleh data bahwa secara komulatif
ketuntasan siswa mencapai 83,3%. Perolehan ini termasuk kategori sangat baik 11 siswa dan
baik 17 siswa. Sebanyak siswa yang mengikuti kegiatan ini 2 siswa termasuk kategori cukup.
Dibandingkan pada siklus I, pada siklus II mengalami peningkatan sebanyak 15,23%. Secara
klasikal siswa mengalami peningkatan pada semua unsur penilaian menulis penggunaan Jawa
penerapan teknik pasangan tiap –tiap kalimat.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
157
5. SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran ternyata mampu meningkatkan
keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa. Hal ini terindikasi adanya peningkatan
jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar dari siklus I hingga siklus II. Di samping itu
ada peningkatan nilai rata-rata keterampilan berbicara bahasa Jawa krama dari siklus I sampai
dengan siklus II. Siklus I jumlah siswa yang tuntas mencapai 17 siswa (60,61%), sebelumnya
uji coba awal hanya 9 siswa (33.33%), ada peningkatan 8 siswa (27,28%). Sedang nilai ratarata yang dicapai pada siklus I yaitu 75,18. Sebelumnya nilai rata-rata ujicoba awal 62.03.
Pada siklus II ada peningkatan 11 siswa (93%) sehingga jumlah siswa yang tuntas menjadi
28 siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara.
Achamdi, Asmoro. 2004. Filsafat dan Kebudayaan Jawa. Surakarta: Cendrawasih.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakrat:Balai
Pustaka.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Sanaky, Hujair AH.2009.Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insani Press.
Sortarno. 1992. Ensiklopedia Wayang. Semarang: Dahara Prize.
Sumarlan. 2007. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Budaya. Surakarta: Jurusan
Sastra Daerah, Fak. Sastra dan Senirupa, Universitas Sebelas Maret.
Biodata Penulis
Hj.Christina Purwaningsih, S.Pd., M.Pd. NIP: 196405091987032010, Saat ini penulis tinggal di Jalan Bulusan VIII/ 74 Bulusan, Tembalang, Semarang, bekerja sebagai Guru
SMPN 16 Semarang dalam mata pelajaran Bahasa Jawa, Pendidikan S2 Pendidikan Bahasa
Indonesia di Universitas Negeri Semarang. Dalam bidang organisasi penulis sebagai Pengurus MGMP Bahasa Jawa Kota semarang dan Ketua MGMP Sub Rayo
158
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
Download