BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perokok
2.1.1 Definisi Perokok
Perokok adalah orang yang merokok atau menghisap rokok (Depdikbud,
2002). Dalam hal ini terdapat dua macam tipe perokok yaitu perokok aktif dan
perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang mempunyai kebiasaan menghisap
rokok atau mengkonsumsi rokok sedangkan perokok pasif adalah mereka yang
tidak merokok tapi seolah-olah dipaksa untuk menghirup asap rokok dari perokok
aktif yang ada di sekeliling mereka (Husaini, 2006). Menurut Sitepoe (2002)
perokok dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu :
1. Tidak perokok, yaitu selama hidupnya tidak pernah merokok.
2. Perokok ringan, yaitu apabila merokok berseling-seling.
3. Perokok sedang, yaitu apabila merokok setiap hari dalam kuantum kecil.
4. Perokok berat, yaitu apabila merokok lebih dari satu bungkus setiap hari.
5. Berhenti merokok, yaitu apabila yang mulanya merokok kemudian
berhenti dan tidak pernah merokok lagi.
Kebiasaan merokok seseorang berbeda-beda, ada yang sudah
lama atau
bertahun-tahun dan ada pula yang masih baru atau coba-coba. Hal tersebut tentu
menyebabkan adanya perbedaaan pada tingkat kebugaran fisiknya.
7
8
2.2 Rokok
2.2.1 Definisi rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau
bahan lainnya yang dihasilkan dari tanamam Nicotiana Tabacum, Nicotiana
Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar
dengan atau tanpa bahan tambahan (Tendra, 2003).
2.2.2 Zat yang Terkandung Dalam Rokok
Di dalam rokok terkandung sekitar 4000 jenis zat beracun, namun ada 3
jenis zat yang paling berbahaya yaitu :
1. Tar
Tar merupakan cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
diperoleh dengan cara distilasi kayu dan arang serta dari getah tembakau.
Tar menyebabkan pengurangan elastisitas paru-paru sehingga kurang udara
yang dihirup dan keluar. Akibatnya terjadi penurunan kebugaran yang akan
tampak pada penampilan fisik seorang perokok ketika sedang melakukan
aktifitas fisik atau latihan fisik. Mereka akan lebih mudah lelah, lebih cepat
sesak napas, penurunan daya tahan atau durasi latihan, dan lebih lambat
untuk bereaksi.
2. Nikotin
Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi saraf dan peredaran
darah. Nikotin menyebabkan peningkatan denyut jantung, yang berarti
jantung perokok harus bekerja lebih keras untuk menghasilkan efek yang
sama seperti jantung bukan perokok. Penyempitan pembuluh darah, yang
9
menyebabkan berkurangnya aliran darah dan meningkatkan tekanan darah
darah. Nikotin merangsang saraf sehingga seseorang menjadi ketagihan.
3. Karbon monoksida
Karbon monoksida merupakan gas beracun namun tidak berbau yang
berasal dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna saat menghisap
rokok. Karbon monoksida dapat menyebabkan pembengkakan lapisan
saluran pernafasan yang membatasi udara bergerak masuk dan keluar dari
paru-paru. Hal ini mengakibatkan kurang udara yang masuk ke dalam paruparu dan kurang oksigen yang tersedia untuk disalurkan ke sel-sel otot dan
paru-paru sendiri.
Dampak lain yang disebabkan oleh gas karbon monoksida adalah
mengurangi kemampuan hemoglobin (zat dalam darah yang membawa
oksigen ke seluruh sel-sel tubuh) untuk mengikat oksigen. Karbon
monoksida mempunyai afinitas terhadap hemoglobin 300 kali lebih kuat
dari oksigen (Kent, 2014). Hal ini terjadi karena karbon monoksida jauh
lebih mudah menempel pada hemoglobin daripada oksigen, sehingga
membuat jantung bekerja lebih keras yang berlanjut dengan penurunan
kemampuan pompa jantung, atau penyakit jantung lainnya.
Karbon monoksida mengurangi kemampuan sel-sel otot untuk
mengambil oksigen. Ini berarti otot-otot tidak berfungsi dengan baik dan
performa olahraga berkurang. Berikut disajikan kandungan rokok pada
Gambar 2.1 di bawah ini.
10
Gambar 2.1 Kandungan Rokok (Calvin, 2014)
2.2.3 Bahaya Rokok terhadap Tubuh
Efek merokok pada kebugaran fisik berupa penurunan daya tahan
kardiovaskular
(cardiovascular endurance).
Kemampuan sistem
jantung/
pembuluh darah dan paru untuk mensuplai darah dan energi seluruh tubuh,
khususnya ke jantung dan paru sendiri berkurang. Akibatnya, terjadi penurunan
kapasitas kardiorespirasi yang ditandai dengan cepat lelah, bahkan sesak napas.
Penurunan oksigen yang disebabkan oleh merokok menyebabkan perokok
memiliki tingkat jantung istirahat yang lebih tinggi daripada bukan perokok yang
berarti jantung mereka selalu bekerja keras untuk memompa darah dan oksigen ke
tubuh bahkan untuk kegiatan sehari-hari, seperti berjalan menaiki tangga (HHS,
2012).
11
Nikotin dan karbon monoksida rokok meningkatkan fibrogen yang
merupakan zat penggumpal darah (blood-cloting factor) menyebabkan penurunan
kolesterol HDL (High Density Lipoprotein). Jika fibrogen tinggi darah menjadi
lebih kental sehingga lemak akan bertumpuk membentuk plak di saluran
pembuluh darah. Lebih lanjut, di pembuluh darah akan terjadi sumbatan atau
menjadi simpanan jaringan lemak (Kent, 2014).
Rokok mengganggu proses metabolisme energi di otot yang berakibat
menurunnya kekuatan otot. Kontraksi otot memerlukan energy khususnya oksigen
dari sirkulasi darah dan karbohidrat dari glikolisis karbohidrat otot. Selain itu
rokok juga menyebabkan penyempitan pembuluh darah perifer, melemahkan
kontraksi jantung, menurunnya aliran darah, menurunnya suplai darah, oksigen
dan kandungan hemoglobin ke otot sehingga otot kekurangan oksigen. Akibatnya,
otot tidak dapat berkontraksi lanjut dan bertahan lama, ditandai dengan otot yang
cepat lelah atau daya tahan yang pendek.
Dalam hal komposisi tubuh (body composition), rokok menurunkan nafsu
gerak dan nafsu makan, karena itu menghisap rokok akan mendorong gaya hidup
santai dan kurang makan. Karena kemalasan, frekuensi dan intensitas latihan
menurun, kelebihan energi akan cenderung disimpan dalam bentuk jaringan lemak
di berbagai organ tubuh yang selanjutnya berdampak kepada peningkatan berat
badan.
2.2.4 Efek Merokok terhadap Aktivitas Fisik
Rokok memberi efek akut ketika melakukan kegiatan olahraga baik dalam
bentuk aktivitas fisik sehari-hari, latihan fisik maupun berolahraga. Efek akut
12
yang disebakan oleh rokok terhadap aktivitas fisik ditandai dengan penurunan
kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik secara optimum karena perokok
memiliki daya tahan (aerobic endurance) yang rendah, mudah sesak napas
disertai penurunan kinerja fisik dalam melakukan pekerjaan atau tugas sehari-hari
dan peningkatan risiko cidera (Kent, 2014).
Perokok cenderung kurang aktif secara fisik dibanding bukan perokok
(Dishman, 1985). Karena itu, kurang bijaksana untuk memulai atau terus merokok
sebagai tindakan pengendalian berat badan, karena rokok mengakibatkan kurang
aktivitas fisik dan penurunan kinerja fisik yang sebaliknya menghambat
pengendalian atau penurunan berat badan (Tomeo, 1999; Lissner, 1992).
2.3 Anatomi dan Fisiologi
2.3.1 Kardiovaskular
1. Anatomi Jantung
Jantung terdiri atas tiga tipe otot jantung utama yaitu otot atrium,otot
ventrikel dan serat otot sebagai penghantar dan pencetus rangsangan. Tipe
otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot
rangka, hanya saja kontraksi otot-otot tersebut lebih lama. Sebaliknya seratserat khusus penghantar dan pencetus rangsangan berkontraksi sangat lemah
sebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit serat kontraktif, malahan
serat-serat ini menghambat irama dan berbagai kecepatan konduksi sehingga
serat-serat ini dapat bekerja sebagai suatu sistem pencetus rangsangan bagi
jantung (Guyton & Hall, 2006).
13
Jantung dilengkapi dengan suatu sistem khusus untuk membangkitkan
impuls-impuls ritmis yang menyebabkan timbulnya kontraksi ritmis otot
jantung dan mengkonduksikan impuls ini dengan cepat ke seluruh jantung.
Dengan demikian atrium akan berkontraksi kira-kira seperenam detik lebih
awal dari kontraksi ventrikel, sehingga memungkinkan semua bagian
ventrikel berkontraksi secara bersamaan di mana hal ini penting untuk
menimbulkan tekanan efektif dalam ruang ventrikel (Guyton & Hall, 2006).
Pada dasarnya jantung dihubungkan dengan pembuluh-pembuluh darah
besar tetapi berada dalam keadaan bebas pada pericardium. Jantung terdiri
dari dua pompa yang terpisah, yakni jantung kanan yang memompakan
darah ke paru-paru dan jantung kiri yang memompakan darah ke organorgan perifer. Bagian jantung yang terpisah ini merupakan dua rongga
pompa yang dapat berdenyut yang terdiri atas satu atrium dan satu ventrikel.
Atrium berfungsi mengalirkan darah masuk ke dalam ventrikel. Ventrikel
selanjutnya menyediakan tenaga utama yang dapat dipakai untuk
mendorong darah ke sirkulasi pulmonal atau sirkulasi perifer (Rilantono,
2012). Berikut disajikan anatomi jantung pada Gambar 2.1 di bawah ini.
14
Gambar 2.2 Anatomi jantung (Arsana, 2013)
2. Fisiologi otot jantung
Jantung terdiri atas tiga tipe otot jantung utama yaitu otot atrium,otot
ventrikel dan serat otot sebagai penghantar dan pencetus rangsangan. Tipe
otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot
rangka, hanya saja durasi kontraksi otot-otot tersebut lebih lama.
Sebaliknya, serat-serat khusus penghantar dan pencetus rangsangan
berkontraksi sangat lemah sebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit
serat kontraktif, malahan serat-serat ini menghambat irama dan berbagai
kecepatan konduksi, sehingga serat-serat ini dapat bekerja sebagai suatu
sistem pencetus rangsangan bagi jantung (Rilantono, 2012).
15
3. Siklus jantung
Siklus jantung merupakan peristiwa yang terjadi pada jantung berawal
dari permulaan sebuah denyut jantung sampai berakhirnya denyut jantung
berikutnya. Saat impuls jantung dihantarkan dari atrium ke ventrikel, terjadi
keterlambatan selama lebih dari 1/10 detik.
Hal ini terjadi karena ada pengaturan sistem khusus sistem konduksi
dari atrium menuju ventrikel. Keadaan ini menyebabkan atrium akan
berkontraksi mendahului ventrikel, sehingga akan memompakan darah ke
dalam ventrikel sebelum kontraksi ventrikel yang kuat. Jadi, atrium itu
sebagai pompa primer bagi ventrikel, dan selanjutnya ventrikel akan
menyediakan sumber kekuatan yang utama untuk memompakan darah ke
sistem pembuluh darah.
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan ke dalam aorta
oleh jantung setiap menit. Jumlah ini
merupakan jumlah darah yang
mengalir melalui sirkulasi dan bertanggung jawab untuk transportasi
substansi-substansi ke dan dari jaringan-jaringan. Hal ini merupakan faktor
yang penting dalam sirkulasi (Rilantono, 2012).
Curah jantung biasanya tetap hampir sebanding dengan keseluruhan
metabolisme tubuh, yaitu makin besar derajat aktivitas otot-otot dan organ
lain, makin besar pula curah jantungnya. Pada orang muda yang normal,
saat melakukan aktivitas yang sangat besar curah jantung dapat meningkat
hingga 30-35 liter per menit.
16
Jantung adalah pompa yang otomatis mampu memompa sekitar 5 liter
per menit darah yang akan kembali ke jantung dari sirkulasi perifer. Oleh
karena itu, faktor utama yang menentukan besarnya curah jantung adalah
kecepatan alir balik vena.
4. Pengaturan jantung oleh saraf simpatis dan parasimpatis
Jumlah darah yang dipompa jantung setiap menitnya, curah jantung,
sering dapat ditingkatkan sampai lebih dari 100 % melalui perangsangan
simpatis. Sebaliknya, curah jantung juga dapat di turunkan sampai serendah
nol atau hampir nol melalui perangsangan vagus (parasimpatis).
Perangsangan simpatis meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung,
oleh karena itu akan meningkatkan volume darah yang dipompa dan
meningkatkan tekanan ejeksi. Pada keadaan normal, serat-serat saraf
simpatis ke jantung secara terus menerus melepaskan sinyal dengan
kecepatan rendah untuk mempertahankan pemompaan kira-kira 30 % lebih
tinggi bila tanpa perangsangan simpatis. Oleh karena itu jika aktivitas sistem
saraf simpatis ditekan sampai di bawah normal, keadaan ini akan
menurunkan frekuensi denyut jantung sampai sebesar 30 % di bawah
normal.
2.3.2 Paru-paru
1. Paru-paru dan Pleura
Paru-paru terletak di dalam sangkar thoraks dan untuk bekerja dibantu
oleh otot-otot pernafasan. Otot-otot pernafasan berfungsi untuk membuat
perubahan bentuk dan volume dari thoraks, abdomen dan paru-paru. Paru-
17
paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura terbagi menjadi
dua, yaitu pleura visceral dan pleura parietal. Antara kedua pleura ini
terdapat rongga yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal kavum
pleura ini terdapat hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang
kempis dan juga terdapat cairan yang berguna untuk meminyaki permukaan
pleura yang berfungsi untuk menghindari gesekan antara paru-paru dengan
dinding dada sewaktu bernafas (Alsagaff & Mukty, 2002). Paru-paru sangat
elastis dan bila rongga thoraks dibuka maka volume paru-paru mengecil
sampai ā…“ nya atau kurang.
2. Anatomi saluran pernafasan
Sangkar thoraks berfungsi untuk melindungi organ-organ penting dari
respirasi dan sirkulasi termasuk liver dan abdomen. Sebagian besar dari
sangkar thoraks dibentuk oleh tulang-tulang costa. Tujuh costa pertama
bagian posterior berhubungan langsung dengan columna vertebralis,
sedangkan pada bagian anterior melalui cartilage costa akan melekat pada
sternum. Masing-masing costa mempunyai kepala dan leher yang pendek
yang akan berartikulasi dengan vertebra. Kepala costa 2-10 akan
berartikulasi dengan vertebra thoracalis yang berdekatan beserta diskus
intervertebralinya yang membentuk sendi 12 costovertebra joint. Costa 1,11
dan 12 berartikulasi hanya dengan 1 vertebrae pada cospusny yang akan
membuat persendian lebih aktif. Tuberculum costa 1-10 akan berartikulasi
dengan permukaan anterior dari processus tranverses dan membentuk
persendian yang disebut costotransvers joint.
18
2.4 Kapasitas kardiorespirasi
2.4.1 Definisi
Kapasitas kardiorespirasi merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan
aktivitas fisik yang intens dan berkesinambungan dengan melibatkan sekelompok
otot besar (Uliyandari, 2009). Kardiorespirasi merupakan sistem kerja fungsi faal
tubuh manusia yang meliputi sistem kardiovaskular dan respirasi dengan
kemampuan untuk melakukan latihan dinamis menggunakan otot tubuh dengan
intensitas sedang hingga tinggi pada jangka waktu yang cukup lama serta
berhubungan dengan respon jantung, pembuluh darah serta paru untuk
mengangkut oksigen ke otot selama melakukan olahraga.
Daya tahan kardiorespiasi yang tinggi menunjukkan kemampuan untuk
bekerja yang tinggi, yang berarti kemampuan untuk mengeluarkan sejumlah
energi yang cukup besar dalam periode waktu yang lama (Pradono, 1999).
Kapasitas kardiorespirasi disebut juga aerobic capacity. Dalam laboratorium
pengukuran yang paling objektif dilakukan dengan menghitung ambilan maksimal
O2 (VO2maks) (Effendi, 1983).
Kapasitas kardiorespirasi yang baik sangat berpengaruh pada kebugaran
fisik seseorang. Kebugaran fisik adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
tugasnya sehari-hari dengan gampang tanpa merasa lelah yang berlebihan, serta
masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu
senggangnya dan untuk keperluan-keperluan mendadak (Sumosardjuno, 1999).
Untuk dapat mengetahui kemampuan kardiorespirasi seseorang maka harus dapat
diketahui konsumsi oksigen maksimal atau kapasitas VO2 maks. Konsumsi
19
oksigen maksimal atau kapasitas VO2 maks adalah ambilan oksigen selama
aktivitas maksimum (Janssen, 2002).
Menurut Pate dkk (1993) tenaga aerobik maksimal seringkali disebut
penggunaan oksigen maksimal yang merupakan tempo tercepat di mana seseorang
dapat menggunakan oksigen selama berolahraga. Kualitas daya tahan paru dan
jantung dinyatakan dengan besarnya VO2 maks atau jumlah oksigen maksimum
yang dikonsumsi secara maksimal dalam satuan ml/kg.bb/menit (Irianto, 2000).
Dalam
proses
menentukan
besarnya
kemampuan
kardiorespirasi
diperlukan pengukuran oksigen yang digunakan maksimal (ambilan oksigen
maksimal) atau VO2 maks secara langsung untuk beraktivitas. Salah satu bentuk
tes lapangan yang digunakan untuk mengetahui VO2 maks adalah multistage
fitness test. Bentuk tes multistage ini mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya
data VO2 maks lebih akurat apabila dibandingkan dengan tes lapangan lainnya
dan dapat dilaksanakan secara missal (Irianto, 2000).
2.4.2 Volume Oksigen Maksimal (VO2 maks)
Kapasitas aerobik maksimal disebut juga VO2 maks yaitu penggunaan
oksigen secara maksimal. Kapasitas aerobik pada hakikatnya menggambarkan
besarnya kemampuan motorik dari proses aerobik seseorang. Makin besar
kapasitas VO2 maks makin besar pula kemampuannya untuk melakukan beban
kerja yang berat dan akan lebih cepat pulih kebugaran fisiknya sesudah kerja berat
tersebut.
VO2 maks yang besar berbanding lurus dengan kemampuan seseorang
melakukan beban kerja yang berat dalam waktu yang relatif lama. Hal ini
20
disebabkan kapasitas anaerobik yang dimiliki seseorang sangat terbatas, sehingga
sulit untuk bertahan dalam melakukan beban kerja atau latihan yang berat dengan
hanya mengandalkan sistem anaerobik saja yaitu tanpa menggunakan oksigen
apalagi dalam waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu sistem aerobik yang bekerja
hanya dengan pemakaian oksigen merupakan kunci penentu keberhasilan dalam
olahraga ketahanan.
VO2 maks yang besar juga mempercepat pemulihan setelah beraktivitas.
Hal ini sesuai dengan pendapat Arsil (1999) bahwa volume oksigen maksimal
merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang prestasi seseorang, lebihlebih pada atlet dari cabang olahraga yang termasuk olahraga daya tahan. Apabila
VO2 maksnya tinggi memungkinkan untuk melakukan pengulangan gerakan yang
berat dan lebih lama dibandingkan bila VO2 maks nya rendah. Untuk dosis
aktivitas fisik yang sama maka VO2 maks yang lebih tinggi akan menghasilkan
kadar asam laktat yang rendah. Ini adalah salah satu penyebab kenapa seseorang
yang memiliki VO2 maks yang tinggi lebih cepat pemulihanya setelah beraktivitas
atau latihan jika dibandingkan dengan seseorang yang VO2 maks nya rendah. Hal
ini diperkuat dengan Bompa (1990) VO2 maks yang tinggi tidak hanya penting
untuk dilatih tetapi juga memudahkan pemulihan yang cepat sesudah latihan.
2.4.3 Faktor Penentu Tinggi Rendahnya VO2 maks
Terdapat beberapa faktor yang dapat menentukan tingginya VO2 maks,
yaitu:
1. Kapasitas vital, dan kualitas difusi paru. Semakin tinggi volume paru, akan
semakin mudah darah (Hb) dalam mengikat oksigen dan melepaskan
21
karbon dioksida di paru. Permukaan alveoli dalam volume paru yang
bersih akan menentukan difusi (pertukaran) gas. Pada perokok berat
dapat terjadi volume paru yang tinggi, tetapi permukaan alveoli tertutup
nikotin sehingga kemampuan difusinya rendah (Alsagaff dan Mukty,
2002).
2. Kadar Hb
Kadar Hb akan berfungsi untuk mengikat oksigen, yang kemudian
diedarkan ke jaringan seluruh tubuh. Hb menempel pada eritrosit,
sehingga jika kadar terlalu tinggi, eritrosit juga akan terlalu tinggi, dan
darah menjadi kental, akhirnya akan berat dalam peredarannya. Dengan
demikian jantung mempunyai beban yang lebih berat, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya payah jantung (Rilantono, 2012).
3. Kualitas dan Kuantitas Pembuluh darah
Pembuluh darah yang bersih dan elastis akan menentukan kualitas
sirkulasi darah. Ketika berlatih harus lebih banyak darah yang beredar,
pembuluh harus dapat mampu melebar (dilatasi) agar aliran dapat lebih
lancar. Pembuluh darah yang mengalami arteriosklerosis akan kaku, sulit
untuk dilatasi. Pembuluh darah yang cukup banyak akan juga
mempermudah aliran darah. Orang yang berlatih daya tahan aerobik akan
dapat mengaktifkan pembuluh-pembuluh yang tidak aktif (Sherwood,
2001).
22
4. Kualitas Jantung
Jantung yang mempunyai volume atau ruang yang besar pada atrium
maupun ventrikel akan menghasilkan volume sedenyut yang lebih besar.
Dengan demikian darah dapat dipompakan oleh jantung akan dapat
menjadi lebih banyak (Rilantono, 2012).
5. Jumlah dan Besar Mitokondria
Mitokondria berperan penting dalam pembentukan ATP. Semakin
banyak dan besar mitokondria pada setiap sel otot, maka penggunaan
oksigen untuk membuat ATP akan dapat semakin tinggi. Sel-sel otot
yang banyak mitokondrianya adalah yang banyak dilatih (Moeloek,
1984).
6. Berat badan
Penambahan berat badan karena meningkatnya cadangan lemak di
sel adiposa, glikogen otot, serta membesar dan memadatnya tulang akan
dapat menurunkan VO2 maks. Oleh karena itu agar VO2 maks tetap
tinggi kenaikan-kenaikan tersebut harus dihindari (Moeloek, 1984).
2.4.4 Pengaruh rokok terhadap kebugaran fisik
Pengaruh merokok dengan ketahanan kemampuan fisik seseorang yang
melakukan
aktivitas
olahraga
dan
walaupun
sedang
beristrahat
jelas
mempengaruhi kondisi kesehatan dan kebugaran fisik. Bagi seseorang
yang
membutuhkan oksigen lebih banyak dalam waktu yang lama terutama pada
cabang olahraga yang sangat membutuhkan ketahanan fisik untuk mendukung
aktifitas bermain di lapangan dalam waktu yang relatif lama (Tendra, 2003).
23
Tinggi rendahnya kapasitas kardiorespirasi seseorang dipengaruhi oleh
kemampuan mengambil oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Diantaranya adalah
paru dan jantung berfungsi untuk pengiriman oksigen yang dibawa oleh
hemoglobin. Hemoglobin adalah melekul protein pada sel darah merah yang
berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru keseluruhan jaringan
tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru (Irianto,
2000).
Menurut Nawawi (2007) selama latihan konsentrasi hemoglobin dalam
darah akan meningkat 5-10%. Hal ini disebabkan oleh mengalirnya cairan di
dalam tubuh ke sel-sel otot yang sedang bekerja sehingga mengakibatkan
hemokonsentrasi. Dalam latihan olahraga yang cukup takarannya kemampuan
untuk mengambil oksigen maksimal hanya dapat dinaikan antara 10-12%, tapi
jika olahragawan tersebut merokok satu bungkus perhari maka kemampuan untuk
mengambil oksigen maksimal dapat berkurang antara 7-10.
2.4.5 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kapasitas kardiorespirasi (Clark,
2001) :
1. Faktor internal :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Keturunan/hereditas
2. Faktor eksternal :
1. Kebiasaan merokok
2. Makanan
24
3. Aktivitas fisik
2.4.6 Tes Kapasitas kardiorespirasi
Tes yang akan digunakan yaitu tes lari 12 menit atau tes Cooper. Alasan
memilih tes ini adalah karena tes ini mudah dan dapat dilakukan secara bersamasama. Target penilaian dari tes ini adalah jarak yang ditempuh selama berlari 12
menit diukur dalam satuan meter untuk kemudian dimasukkan pada rumus
(Cooper, 1986) :
Keterangan :
dā‚ā‚‚: jarak yang ditempuh
VO2 maks : parameter kapasitas kardiorespirasi
Berikut adalah tabel klasifikasi Kebugaran Fungsi Kardiorespirasi VO2
maks (Depdiknas, 2002) :
Tabel 1. Klasifikasi Kebugaran Fungsi Kardiorespirasi VO2 maks
(ml/kg/min) pada Pria
Usia
Tinggi
Bagus
Cukup
Sedang
Rendah
20-29
53 ke atas
43-52
39-42
25-33
s.d-24
30-39
49 ke atas
39-42
31-38
23-30
s.d-23
40-49
45 ke atas
36-44
27-35
20-26
s.d-19
50-59
43 ke atas
34-42
25-33
18-24
s.d-17
60-69
41 ke atas
31-40
23-30
16-22
s.d-15
25
2.4.7 Prinsip pelaksanaannya (Cooper, 1986)
1) Pada tes lari 12 menit peserta harus berlari atau berjalan tanpa berhenti
untuk mencapai jarak semaksimal mungkin sesuai kemampuan masingmasing. Jika lelah dapat diselingi dengan berjalan namun tidak berhenti.
2) Setelah sampai di finish, jarak yang berhasil dicapai kemudian dicatat
guna menentukan kategori tingkat kesamaptaan aerobik.
3) Jarak yang berhasil dicapai kemudian dimasukkan ke dalam rumus VO2
maks untuk mendapatkan hasil akhir sebagai kondisi kapasitas
kardiorespirasinya.
4) Setelah mendapatkan nilai VO2 maks maka bisa dilihat melalui tabel
klasifikasi kebugaran fungsi kardiorespirasi kategori VO2 maks yang telah
dicapai.
2.5 Latihan aerobik
2.5.1 Definisi Latihan Aerobik
Menurut Kusmana (2007), latihan aerobik adalah aktivitas atau latihan
fisik yang dapat memacu jantung dan peredaran darah serta pernafasan yang
dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan
perbaikan dan manfaat bagi tubuh.
Olahraga aerobik yang teratur dapat meningkatkan VO2 maks dengan
membuat jantung dan sistem pernafasan lebih efisien sehingga penyaluran O2 ke
otot yang aktif lebih banyak. Otot yang berkontraksi akibat berolahraga semakin
mampu menggunakan oksigen yang disalurkan (Sherwood, 2001).
26
2.5.2 Respon fisiologis terhadap latihan aerobik
A. Perubahan pada sistem peredaran darah dan pernafasan
1. Perubahan Frekuensi Denyut Jantung
Ketika berlatih frekuensi denyut jantung akan meningkat. Kenaikan
frekuensi denyut jantung akan sesuai dengan intensitas latihan. Semakin
tinggi intensitas (misal berlari, latihan sepeda dan berenang semakin cepat)
maka denyut jantung akan terasa semakin cepat. Jika intensitas latihan
dinaikkan maka frekuensi denyut jantung juga akan naik, tetapi jika
intensitas terus dinaikkan pada suatu saat hubungannya tidak linier lagi
(berbentuk garis lurus) melainkan akan ketinggalan (melengkung)
(Rilantono, 2012).
2. Perubahan Volume Darah Sedenyut dan Curah Jantung
Jika pada saat istirahat volume darah sedenyut yang keluar dari jantung
(stroke volume=SV) sekitar 70 cc pada saat berlatih dapat meningkat
sampai 90 cc per denyut. Bagi orang terlatih volume sedenyut saat istirahat
sekitar 90-120 cc pada saat berlatih dapat mencapai 150-170 cc. Besarnya
curah jantung adalah frekuensi denyut jantung (banyaknya denyutan selama
satu menit) dikalikan volume darah sedenyut yang keluar dari jantung.
Ketika latihan curah jantung akan meningkat sangat tinggi. Bagi orang yang
terlatih kenaikan curah jantung akan jauh lebih tinggi. Hal tersebut
bertujuan untuk membuang CO2 yang dihasilkan ketika latihan (Rilantono,
2012).
27
3. Perubahan Tekanan Darah
Meningkatnya hormon epinefrin saat latihan akan menyebabkan
semakin kuatnya kontraksi otot jantung. Meskipun demikian tekanan sistol
tidak langsung meningkat drastic karena pengaruh epinefrin pada pembuluh
darah dapat menyebabkan pelebaran (dilatasi). Pelebaran pembuluh darah
akan sangat tergantung kondisinya. Jika pembuluh darah sudah mengalami
pengerakan (arteriosklerosis) akan menjadi kaku, tidak elastis, sehingga
pelebaran akan terbatas. Dengan demikian kenaikan tekanan darah saat
latihan akan dapat terjadi. Peningkatan pelebaran pembuluh darah saat
latihan juga disebabkan karena meningkatnya suhu tubuh. Banyaknya
keringat yang keluar akan menyebabkan plasma darah keluar, volume darah
menurun, sehingga tekanan darah tidak naik berlebihan (Julianto, 2010).
4. Perubahan Pada Darah
Pada saat latihan akan banyak sel-sel darah yang pecah baik sel darah
merah, sel darah putih maupun sel pembekuan darah. Ketika menolak
maupun mendarat benturan kaki dengan lantai menyebabkan banyaknya
butir darah yang pecah. Demikian juga benturan-benturan yang lain
misalnya dengan bola juga akan dapat menyebabkan pecahnya sel-sel darah.
Jika latihan dilaksanakan terus-menerus tidak ada hari untuk pemulihan
maka sel-sel darah akan semakin berkurang. Sebagai akibatnya adalah
semakin menurunnya kadar Hb, dan imunitas atau daya tahan terhadap
penyakit infeksi menurun. Oleh karena itu dalam melaksanakan latihan
28
setiap minggu perlu adanya satu hari istirahat dengan tidur yang cukup
(Julianto, 2010).
5. Perubahan Pendistribusian Darah
Pada saat berlatih darah akan banyak mengalir ke otot-otot yang terlibat
dalam gerak. Darah akan berfungsi untuk mencukupi kebutuhan latihan
seperti lemak, gula untuk penyediaan energi dan membawa sisa-sisa
metabolisme seperti air dan CO2. Darah yang menuju ke pencernaan, ginjal,
hati, kulit, otak akan dikurangi. Semakin tinggi intensitas, darah yang
mengalir ke otot akan semakin banyak (Julianto, 2010).
6. Perubahan Pada Pernafasan
Pada saat berlatih hawa tidal akan meningkat atau pernafasan menjadi
lebih dalam. Dengan pernafasan yang lebih dalam maka tekanan udara
dalam paru akan meningkat, sehingga difusi (pertukaran gas) antara O2 dan
CO2 juga akan meningkat. Meningkatnya hawa tidal disertai frekuensi
pernafasan yang meningkat maka ventilasi (udara yang masuk selama satu
menit) juga akan meningkat. Semakin tinggi intensitas latihan frekuensi
pernafasan juga akan semakin tinggi, sehingga ventilasi juga akan semakin
tinggi (Alsagaff dan Mukty, 2002).
B. Perubahan Pada Cairan Tubuh dan Suhu (Kosasih, 1983)
1. Perubahan Cairan Tubuh
Produk air karena metabolisme akan meningkat meskipun demikian
tetap akan kurang jika dipergunakan untuk mempertahankan suhu tubuh agar
tidak terlalu tinggi. Air akan banyak keluar sebaagai keringat, yang salah
29
satunya berfungsi untuk membuang panas secara evaporasi atau penguapan.
Banyaknya keringat yang keluar dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi atau
kekurangan cairan di dalam tubuh. Jika plasma darah berkurang, darah dan
sirkulasinya akan menjadi pekat. Berkurangnya plasma darah sebenarnya
justru mengurangi kemungkinan naiknya tekanan darah yang disebabkan
meningkatnya hormon adrenalin yang memacu kekuatan kontraksi otot
jantung. Pada saat latihan keringat dapat keluar hingga 0,5-2 liter. Setiap
latihan yang mengeluarkan energi 1.000 kalori diperlukan masukan cairan
sebesar 1 liter. Dalam keringat, selain air terlarut Na,K,Mg,Ca.
2. Perubahan Suhu Tubuh
Pembuangan panas tubuh (tubuh kehilangan panas) yang paling besar
dilakukan oleh kulit ± 87 %, baik secara radiasi, konduksi, konveksi, dan
evaporasi. Konduksi adalah dengan rambatan karena bersinggungan dengan
benda dingin. Makin tinggi suhu benda makin kecil proses konduksi panas.
Misalnya mandi dengan air (suhu 24º C) berarti proses konduksi akan besar
sehingga tubuh akan kehilangan panas. Konveksi adalah proses mengganti
udara sekitar tubuh dengan udara baru, sehingga sebenarnya adalah proses
radiasi dingim. Evaporasi adalah proses penguapan cairan yang ada di kulit
tubuh (normal adalah keringat). Proses penguapan ini sangat tergantung pada
kadar uap air dan udara sekitar. Makin kecil kadar uap air (kering) maka
proses evaporasi akan meningkat dan menyebabkan suhu tubuh turun atau
pembuangan panas bertambah.
30
2.5.3 Manfaat Latihan Aerobik (Bucher, 1983)
1. Semakin besarnya ruang pada atrium maupun ventrikel pada jantung.
Dengan demikian volume darah sedenyut (stroke volume = SV) akan
meningkat. Dengan meningkatnya volume darah sedenyut maka untuk
memenuhi kebutuhan oksigen maupun membuang karbon dioksida jantung
tidak perlu memompa dengan frekuensi yang tinggi.
2. Meningkatkan volume paru-paru dan semakin tingginya kualitas pertukaran
gas.
3. Ada sejumlah keuntungan penting bagi organ tubuh vital akibat dari latihan
yang teratur.
4. Otot jantung ukurannya meningkat karena digunakan dengan tuntutan yang
lebih besar diletakkan pada jantung sebagai akibat dari aktivitas jasmani,
terjadi pembesaran jantung.
5. Meningkatnya ukuran dan kekuatan jantung, memungkinkan organ
memompa darah lebih banyak setiap denyutan dan waktu istirahat lebih
banyak sehingga menghemat 10.000 sampai 40.000 denyutan setiap hari.
6. Jumlah volume darah perdenyut jantung lebih besar dipompakan ke seluruh
tubuh dari pada orang yang tidak terlatih.
7. Meningkatnya ukuran dan kelenturan pembuluh darah, mengurangi tekanan
darah dan menurunkan tingkat kolesterol dalam darah.
8. Individu yang terlatih mempunyai denyut jantung yang tidak cepat bila
dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih. Diperkirakan bahwa jantung
manusia berdenyut 6 sampai 8 kali lebih sedikit bila seseorang terlatih. Pada
31
kebanyakan atlet jantungnya berdenyut 10, 20 sampai 30 kali lebih sedikit
dari pada denyut jantung yang tidak terlatih.
9. Meningkatnya pasokan darah termasuk naiknya jumlah hemoglobin dan
plasma darah yang memperlancar sistem pembuangan sisa-sisa metabolisme
dan memberikan lebih banyak darah untuk memenuhi otot dan jaringan
lainnya yang akan mengurangi kelelahan dan membangun daya tahan.
10. Terciptanya jaringan baru dari pembuluh darah dan kapiler di daerah
jantung dari otot rangka, dengan demikian meningkatkan aliran oksigen ke
seluruh tubuh.
2.5.4 Hal yang perlu diperhatikan dalam latihan aerobik (Arsil, 1999)
1. Tidak berhenti di tengah-tengah latihan yang sedang berlangsung karena
akan mengganggu siklus krebs serta mengubah set point effect.
2. Pakailah sepatu khusus untuk latihan aerobik yaitu dengan bantalan yang
lunak di bagian tumit kaki dan dengan penguat di bagian samping tumit.
2.5.5 Prinsip-prinsip latihan (Moeloek, 1984)
1. Jenis dan macam latihan harus diteliti dan diseleksi.
2. Pelaksanaan gerak harus tepat.
3. Dilakukan dengan sikap permulaan dan akhir yang benar.
4. Semua latihan mempunyai dosis yang sesuai dengan tujuannya.
2.4.6 Jenis Latihan
Menurut Pollock & Wilmore (1990) bahwa intensitas latihan berdasarkan
pencapaian frekuensi denyut jantung latihan. Kecukupan frekuensi denyut jantung
latihan ditetapkan berdasarkan persentase terhadap frekuensi denyut jantung
32
maksimal (MHR) yaitu:35-59% disebut sangat ringan, 60-69% disebut ringan, 7079% disebut sedang, 80-89% disebut tinggi dan lebih besar atau sama dengan
90% disebut sangat tinggi. Direkomendasikan oleh American College of Sport
Medicine (ACSM) untuk perkembangan dan pemeliharaan kapasitas aerobik,
intensitas latihan harus mencapai 60-90% dari MHR. MHR dapat ditetapkan
dengan rumus : 220-Umur dalam tahun (Wilnmore & Costill,1994).
Sistematika program latihan aerobik dengan lari 20-30 menit.
1. Latihan pemanasan :
Pemanasan dilakukan selama 3-5 menit dan tidak boleh melebihi intensitas
latihan yang sebenarnya (low intensity). Berikut disajikan contoh latihan
pemanasan pada Gambar 2.3 di bawah ini.
Gambar 2.3 Latihan Pemanasan (Parker, 2010)
Tujuan latihan pemanasan adalah :
-
Menyiapkan tubuh menghadapi latihan yang lebih intensif.
-
Menjaga tubuh dari kemungkinan cedera yang berbahaya.
-
Menunjang penampilan fisik dan kesamaptaan.
33
2. Sifat latihan :
-
Mudah dilakukan
-
Sederhana, sudah dikenal dan intensitas gerakan ringan.
-
Lincah
-
Menyenangkan.
-
Menyeluruh
3. Latihan Inti
Pada latihan ini sudah menunjukkan puncak latihan , dimana kerja
jantung dan paru serta seluruh fisiologi tubuh dan otot duharapkan sudah
pada titik optimal, sesuai dengan kemampuan.
2.6 Program Latihan
Menurut Sumosardjuno (1999) latihan harus meliputi empat macam,yaitu:
(1) intensitas latihan, (2) lamanya latihan, (3) frekuensi latihan, dan (4) macam
aktivitas latihan, yang masing-masing dapat diterangkan sebagai berikut:
1. Intensitas latihan
Intensitas latihan menyatakan beratnya latihan dan merupakan faktor
utama yang mempengaruhi efek latihan terhadap faal tubuh. Makin berat
latihan (sampai batas tertentu sesuai dengan kemampuannya) makin baik
efek yang diperoleh. Ditinjau dari faal kardiorespirasi, berat latihan untuk
mendapat efek yang baik adalah 60-80% dari kapasitas maksimal aerobik
(Moeloek, 1984). Artinya, seseorang yang melakukan latihan dengan
intensitas kurang dari 60% tidak memberi efek optimal, tetapi dengan
34
latihan yang intensitasnya lebih dari 80% dari kemampuan maksimal akan
berbahaya dan tidak dianjurkan kecuali seseorang dalam kondisi puncak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latihan fisik yang
sesuai untuk meningkatkan kebugaran fisik adalah dengan latihan yang
bersifat aerobik.
2. Durasi latihan
Durasi latihan yang baik dan tidak berbahaya harus berlatih hingga
mencapai training zone dan berada dalam training zone selama 15-25 menit
(Moelyono, 1994). Dengan demikian dapat disimpulkan bila latihan
intensitas tinggi maka lama latihan akan lebih singkat, demikian pula
sebaliknya bila intensitas rendah maka latihan akan lebih lama.
3. Frekuensi latihan
Sebaiknya latihan dilakukan paling sedikit tiga kali seminggu dan akan
lebih baik apabila berlatih 4-5 kali seminggu (Kosasih, 1983). Diperjelas
dengan pendapat Moelyono (1994) bahwa frekuensi latihan dapat dilakukan
3-5 kali seminggu dan berhubungan dengan intensitas latihan dan lama
latihan. Seseorang yang tidak melakukan olahraga atau beistirahat selama 2
hari maka kondisi kebugaran fisik akan menurun. Dengan demikian perlu
dilakukan latihan secara teratur sebelum kondisi menurun sehingga
kebugaran fisiknya stabil bahkan akan meningkat.
4. Tipe latihan
Sebuah latihan akan berhasil jika latihan tersebut memiliki metode
latihan yang tepat. Macam aktivitas fisik dipilih disesuaikan dengan tujuan
35
latihan. Bentuk latihan untuk meningkatkan kapasitas kardiorespirasi adalah
latihan aerobik yaitu jogging (lari kecil) dan latihan sepeda.
2.6.1 Jogging
Jogging atau biasa disebut lari kecil merupakan salah satu jenis latihan
aerobik berintensitas sedang. Menurut Cooper (1986) jogging adalah bila
seseorang berlari untuk jarak 1,6 km dalam waktu < 9 menit. Jogging
termasuk olahraga yang mempunyai nilai aerobik yang tinggi setelah
berenang. Berikut disajikan latihan jogging pada Gambar 2.3 di bawah ini.
Gambar 2.3 Latihan jogging (Parker, 2010)
2.6.2 Latihan sepeda
Latihan sepeda merupakan salah satu aktivitas jasmani atau olahraga
yang menyehatkan tubuh tanpa ada batasan umur sehingga siapa pun dapat
melakukannya. Karena latihan sepeda adalah olahraga yang ringan atau
tidak
terlalu
berat,
menjadikan
banyak
orang
memungkinkan melakukan olahraga latihan sepeda.
menyukai
dan
36
Latihan sepeda mampu meningkatkan komponen kebugaran jasmani
yaitu daya tahan jantung dan paru serta kekuatan otot terutama dibagian
kaki yang digunakan untuk mengayun sepeda.
Seseorang yang sering berolahraga dengan latihan sepeda memiliki
kekebalan tubuh yang baik dan terhindar dari berbagai penyakit
dibandingkan dengan orang yang bermalas-malasan atau tidak pernah
berolahraga.
Sepeda juga merupakan alat transportasi yang ramah lingkungan karena
tidak menggunakan bahan bakar. Untuk mengurangi pencemaran udara
dan kemacetan di kota – kota besar sepeda dapat dijadikan alternatif
transportasi. Berikut disajikan latihan latihan sepeda pada Gambar 2.4 di
bawah ini.
Gambar 2.4 Latihan sepeda (Handayana, 2011)
Download