COVER dll - Repository Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

advertisement
PENGAMATAN PENYAKIT PADA DAUN TANAMAN
ULIN (Eusideroxylon zwageri T.et.B) DI ARBORETUM
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
Oleh :
Muhammad Nur
NIM. 120 500 014
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMRINDA
2015
PENGAMATAN PENYAKIT PADA DAUN TANAMAN
ULIN (Eusideroxylon zwageri T.et.B) DI ARBORETUM
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
Oleh :
Muhammad Nur
NIM. 120 500 014
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli
Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMRINDA
2015
PENGAMATAN PENYAKIT PADA DAUN TANAMAN
ULIN (Eusideroxylon zwageri T.et.B) DI ARBORETUM
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
Oleh :
Muhammad Nur
NIM. 120 500 014
Oleh :
Muhammad Nur
NIM. 120 500 014
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli
Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMRINDA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
:
Pengamatan Penyakit Pada Daun Tanaman Ulin
(Eusideroxylon zwageri T.et.B) Di Arboretum Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda.
Nama
:
Muhammad Nur
NIM
:
120 500 014
Program Studi
:
Pengelolaan Hutan
Jurusan
:
Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Dwinita Aquastini, S.Hut, MP
NIP. 197002141997032002
Ir. Emi Malaysia. MP
NIP. 196501011992032002
Ir. M. Fadjeri. MP
NIP. 196108121988031003
197
Menyetujui,
Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Agustina Murniyati, S.Hut, MP
NIP. 197208031998022001
Ir. M. Masrudy, MP
NIP. 196008051988031003
Lulus ujian pada tanggal : .............................
ABSTRAK
MUHAMMAD NUR. Pengamatan Penyakit Pada Daun Tanaman Ulin
(Eusideroxylon zwageri T.et.B) Di Arboretum
Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda (di bawah bimbingan Dwinita Aquastini )
Penelitian ini dilatar belakangi oleh minimnya pengetahuan dan informasi
tentang jenis penyakit yang sering menyerang tanaman Ulin yang dapat
menghambat pertumbuhan bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gejala dan tanda, frekuensi
dan intensitas penyakit yang menyerang pada daun tanaman Ulin.
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Juni 2015 sampai bulan
Agustus 2015 di Arboretum Politenik Pertanian Negeri Samarinda dan
Laboratorium Konservasi Jurusan Manajemen Pertanian Politenik Pertanian
Negeri Samarinda. Pengambilan data dilakukan langsung di lapangan dengan
menggunakan tally sheet, metode yang digunakan adalah metode sensus dan
metode sampling saat pengambilan sampel . Data yang diambil di lapangan
adalah daun yang diserang penyakit, skor atau nilai serangan dan tingkat
kerusakan. Sedangkan selama di Laboratorium dilakukan pembuatan media
Potato Dextrose Agar (PDA), inokulasi spesimen dan pengamatan menggunakan
mikroskop.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa gejala dan tanda yang
terlihat berupa bercak daun , gejalanya adalah bercak daun berwarna coklat,
kuning dan hitam berbentuk lingkaran disertai dengan lubang pada daun. daun
mengerut, gejalanya adalah daun mengerut dari pangkal hingga ujung daun, tepi
daun bergelombang dan pertumbuhannya tidak normal yaitu ukuran daun lebih
kecil dari biasanya. Penyebab bercak dan daun mengerut pada tanaman Ulin
adalah jamur, akan tetapi jenis jamur yang menyerang tersebut belum dapat
diketahui jenisnya, karena saat melakukan inokulasi sebanyak 3 kali mengalami
beberapa kendala sehingga mempersulit untuk menentukan jenis jamur yang
menyerang, frekuensi sehat yaitu 48,75%, frekuensi ringan 37,50%, frekuensi
sedang 13,75%, frekuensi berat 0% dan mati 0%. Intensitas kerusakan yaitu
19,37% dan termasuk dalam kategori kerusakan ringan.
Kata kunci : gejala dan tanda, frekuensi dan intensitas, penyebab penyakit.
RIWAYAT HIDUP
Muhammad Nur, lahir pada tanggal 06 Mei 1992, Kabupaten
Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Merupakan anak ke 3
(tiga) dari lima bersaudara pasangan Bapak Khaimuddin dan
Ibu Sennawati.
Mulai pendidikan dasar pada tahun 1998 di Sekolah
Dasar Negeri 193 Tanuntung Bulukumba dan lulus pada
tahun 2004. Pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama
Negeri 2 Herlang Bulukumba dan lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan
lagi ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Herlang Bulukumba dan lulus pada
tahun 2010.
Pada tahun 2010-2012 bekerja di PT. Adindo Hutani Lestari (AHL)
sebagai
mandor
water
managemant,
pada
bulan
September
2012
mengundurkan diri untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2012 di Politeknik Pertanian Negeri
samarinda pada Program Studi Pengelolaan Hutan, Jurusan Manajemen
Pertanian.
Pada tahun 2013 Semester 2 telah mengikuti kegiatan Orientasi
Profesi I di Bukit Soeharto. Pada tahun 2014 semester 3 mengikuti Orientasi
Profesi II yang dilaksanakan di Bukit Soeharto. Selama menjalani pendidikan di
Kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Penulis telah mengikuti
Organisasi Mapa Politani sebagai Koordinator Divisi dan Ketua Umum, selain itu
Penulis juga telah mengikuti Organisasi Himpunan Mahasiswa (HIMA MH)
sebagai Sekertaris dan Ketua Umum.
Tanggal 08 Maret 2015 sampai dengan 08 Mei 2015 mengikuti program
Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT.Inhutani I Tarakan tepatnya di Unit Manajemen
Hutan (UMH) I Kunyit.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini sesuai waktu yang direncanakan. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan
hasil penelitian di Arboretum dan Laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda dari bulan Juni 2015 sampai dengan bulan Agustus 2015,
sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir selama mengikuti program
pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, untuk mendapatkan
sebutan Ahli Madya.
Penyelesaian Karya Ilmiah ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak
dan untuk ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.
Bapak Khaimuddin dan Ibu Sennawati selaku orang tua dan Bapak Marno
sekeluarga yang telah banyak memberikan dukungan, baik dari segi
motivasi maupun materil kepada Penulis.
2.
Ibu Dwinita Aquastini, S.Hut, MP selaku Dosen Pembimbing karya ilmiah.
3.
Ibu Ir. Emi malaysia, MP selaku Dosen Penguji I dan Bapak Ir. M Fadjeri, MP
selaku Dosen Penguji II.
4.
Bapak Ir. M. Masrudy, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
5.
Ibu Agustina Murniyati, S.Hut, MP selaku Ketua Program Studi Pengelolaan
Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
6.
Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) Laboratorium Konservasi Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda.
7.
Dan rekan Mahasiswa yang telah membantu selama penelitian.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih
banyak kekurangan, namun berharap informasi yang tersaji dalam karya ilmiah
ini dapat bermanfaat.
Muhammad Nur
Kampus Sei Keledang, Agustus 2015
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
I.
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
II.
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 4
A. Pengertian Penyakit ............................................................................. 4
B. Gejala dan Tanda ................................................................................. 5
C. Penyebab Penyakit Hutan Biotik (Patogen) ........................................ 7
D. Penyakit Daun ...................................................................................... 17
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit............. 17
F. Ulin (Eusideroxylon zwageri T.et.B) ...................................................... 19
III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 22
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 22
B. Alat dan Bahan ...................................................................................... 22
C. Prosedur Kerja ...................................................................................... 24
D. Pengolahan data ................................................................................... 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 31
A. Hasil ....................................................................................................... 31
B. Pembahasan.......................................................................................... 37
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 40
A. Kesimpulan ............................................................................................ 40
B. Saran...................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 41
LAMPIRAN....................................................................................................... 43
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1
Cara Menentukan Nilai (skor) Serangan Patogen pada
Tanaman Ulin........................................................................
25
Tally sheet Pengamatan Serangan Penyakit pada
Tanaman Ulin........................................................................
26
3
Cara Penentuan Tingkatan Kerusakan Tanaman Ulin..........
30
4
Jenis Penyakit dan Gejala Serangan Daun pada Tanaman
Ulin........................................................................................
31
Jenis dan Penyebab Penyakit pada Daun Tanaman
Ulin........................................................................................
33
2
5
6
Frekuensi dan Intensitas Kerusakan Daun Tanaman
Ulin........................................................................................
7
Rata-Rata Suhu dan Kelembapan........................................
36
36
Lampiran
8
9
Data Pengamatan Penyakit Daun pada Tanaman Ulin
Di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda ..........
44
Data Suhu (C0) Dan Kelembapan (%) Di Lokasi
Pengematan..........................................................................
49
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1
Bercak Daun Tanaman Ulin..................................................
32
2
Daun Mengerut pada Tanaman Ulin.....................................
32
3
Jamur Daun Bercak Hitam pada Tanaman Ulin ..................
34
4
Jenis Jamur Pada Daun Ulin yang Berbercak Hitam............
34
5
Jamur Daun Berkerut pada Tanaman Ulin............................
35
6
Jenis Jamur pada Daun Tanaman Ulin yang Mengerut........
35
Lampiran
7
Pengamatan Penyakit pada Daun Tanaman Ulin.................
50
8
Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA)...................
50
9
Proses Sterilisasi Alat yang Digunakan................................
50
10
Proses Inokulasi....................................................................
50
11
Hasil Inokulasi ......................................................................
51
13
Pengamatan Mikroskop........................................................
51
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ulin (Eusideroxylon zwageri T.et. B) yang dikenal juga dengan nama kayu
besi merupakan tanaman khas Kalimantan yang umumnya tumbuh pada
ketinggian 5 – 400 m di atas permukaan laut dengan medan datar sampai miring,
tumbuh terpencar atau mengelompok dalam hutan campuran. Pohon Ulin
memiliki ciri yang khas yaitu sifat fisik kayunya yang keras dan juga tahan
terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan pengaruh air laut. Dalam penelitian
kelas keawetan 200 jenis kayu Indonesia terhadap penggerek yang dilakukan
oleh Mohammad Muslich & Ginuk Sumarni, kelas keawetan kayu Ulin ini
termasuk kelas awet I (satu) dengan berat jenis 1,04, lebih tinggi daripada kayu
Jati
yang
tergolong
kelas
awet
II
(dua)
dengan
berat
jenis
0,65.
Karena keawetannya tersebut, jenis kayu ini sering digunakan untuk bahan
bangunan (Hendro, 2012).
Selanjutnya dalam pembuatan rumah khususnya di Kalimantan, sebagian
besar masyarakat memanfaatkan kayu Ulin sebagai bagian utama dari tiang,
lantai rumah, dinding, patok-patok tanah dan atap sirap. Keistimewaan kayu Ulin
selain keawetan dan bernilai ekonomis tinggi dari kayunya, ternyata kayu khas
hutan tropis di Kalimantan bernama latin Eusideroxylon zwagery ini juga dapat
dijadikan sebagai pohon obat. Manfaat ganda kayu Ulin tersebut diutarakan Staf
Ahli Bidang Ekonomi Menteri kehutanan Ir. Indriastuti MS yang menyatakan
bahwa Ulin termasuk jenis tanaman obat. Ada tiga bagian dari tanaman Ulin
yang bisa dimanfaatkan untuk obat-obatan yaitu daun muda, esktrak biji, dan
buahnya. Dibalik keistimewaan kayu Ulin ternyata juga terdapat kekurangankekurangan seperti sifat fisik pohon ulin yang keras tersebut ternyata tidak hanya
2
pada bagian kayunya, namun juga bijinya sehingga mengekibatkan proses
perkecambahan biji ulin membutuhkan waktu cukup lama, yaitu sekitar 6 – 12
bulan (Hendro, 2012).
Tanaman Ulin terbilang memiliki pertumbuhan yang lambat, rata2
pertumbuhan antara 0,60 – 3 cm per-tahun dan nilai rata-rata pertumbuhan
diameter pada umumnya hanya mampu mencapai 0,058 cm per-tahun. Selain
itu serangan beberapa jenis penyakit juga sebagai faktor yang mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan pada tanaman Ulin tersebut bahkan mengakibatkan
kematian. Oleh karena itu tanaman khas Kalimantan ini sudah mulai langka dan
jarang ditemui (Kabler dan Kade,1999 dalam Karaeng, 2014).
Untuk membudidayakan dan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
yang baik, maka perlu diadakannya pengamatan jenis-jenis penyakit yang dapat
merusak tanaman Ulin agar dapat mengetahui langkah-langkah selanjutnya
dalam usaha pencegahan dan pemberantasan yang dapat menyerangnya.
Penelitian tentang penyakit Ulin telah banyak dilakukan oleh beberapa orang
yaitu Liten (2013) dan Karaeng (2014) dengan hasil penelitian ditemukan 5 jenis
penyakit yang menyerang tanaman Ulin tersebut.
Berdasarkan dari latar
belakang di atas inilah yang mendasari untuk melakukan
penelitian tentang
penyakit Ulin khususnya pada daun.
Tujuan dari penelitian serangan penyakit pada daun tanaman Ulin ini
adalah untuk mengetahui gejala dan tanda yang terjadi pada daun tanaman Ulin,
frekuensi dan intensitas penyakit yang menyerang pada daun tanaman Ulin.
Hasil
yang
diharapkan
dari
penelitian
adalah
menambah
atau
memperbanyak informasi penyakit pada tanaman Ulin yang berumur empat
3
tahun, sehingga dapat dijadikan standar pemberantasan secara rutin dan
pertumbuhan tanaman Ulin dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penyakit
Menurut Anonim (2008), penyakit adalah adanya proses fisiologis yang
disebabkan oleh suatu tekanan atau gangguan yang terus menerus dari
penyebab utama (biotik/abiotik) yang mengakibatkan aktifitas sel atau jaringan
menjadi abnormal yang digambarkan dalam bentuk patologi yang khas disebut
gejala/tanda. Gejala/tanda inilah yang memberi petunjuk apakah suatu tanaman
di dalam hutan tersebut sehat atau sakit.
Penyakit tanaman adalah sesuatu yang menyimpang dari keadaan
normal, cukup jelas menimbulkan gejala yang dapat dilihat, menurunkan kualitas
atau nilai ekonomis, dan merupakan akibat interaksi yang cukup lama. Tanaman
sakit adalah suatu keaadaan proses hidup tanaman yang menyimpang dari
keadaan normal dan menimbulkan kerusakan. Makna kerusakan tanaman
adalah setiap perubahan pada tanaman yang menyebabkan menurunya
kuantitas dan kualitas hasil (Rukmana dan Saputra, 2005).
Penyakit tanaman hutan adalah suatu perubahan atau penyimpangan
dalam satu atau lebih dari rangkaian proses fisiologi pembangunan energi yang
mengakibatkan hilangnya koordinasi di dalam tanaman inang.
Termasuk
didalamnya gangguan dan menurunnya aktivitas seluler yang biasanya
ditunjukkan oleh perubahan morpologi tanaman inang yang disebut gejala
(Sumardi dan Widyastuti, 2007)
B. Gejala Dan Tanda Penyakit
Menurut Anonim (2008), gejala (symtom) adalah perubahan-perubahan
atau penyimpangan-penyimpangan keadaan normal tumbuhan, yang diakibatkan
oleh serangan penyebab penyakit (patogen). Gejala yang ditunjukkan lebih dari
5
satu disebut “sindrom”. Pengetahuan tentang gejala penting untuk dipelajari,
guna untuk mengetahui penyebab penyakit sehingga tindakan pencegahan dan
pemberantasan dapat dilakukan. Mempelajari lebih lanjut tentang gejala dimana
untuk mengamati tumbuhan yang sakit, gejala adalah yang paling dulu tampak.
Gejala bisa setempat dan bisa juga meluas.
1.
Gejala “ setempat (lesional)” adalah gejala yang terbatas pada tertentu saja,
contohnya : bercak daun, kangker, dan lain-lain. Gejala “meluas (sistemik)”
adalah gejala yang di tunjukkan oleh seluruh bagian tubuh tumbuhan,
contohnya : layu daun, klorosis, dan lain-lain.
2.
Berdasarkan pengaruh langsung dan tidak langsung, gejala terbagi menjadi:
a. Gejala primer, yaitu gejala yang timbul langsung dibagian pohon
tempat masuknya patogen (Infeksi).
b. Gejala sekunder, yaitu gejala yang timbul pada bagian yang tidak
terserang.
3.
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada sel, gejala terbagi menjadi tiga
yaitu gejala nekrotik, gejala atrofi (hypoplastis) dan gejala hipertrofi
(hyperplastis).
Gejala-gejala ini adalah gejala yag disebabkan karena
kerusakan atau matinya sel. Pada gejala ini terdapat beberapa penyakit
anatara lain :
a. Nekrosis (bercak/noda hitam atau coklat)
Disebabkan oleh : cendawan alternria solani, phytopthora parasitica
var. nicotianae, P. infestans dan cercospora apii.
b. Kanker (sel mati pada bagian berkayu)
Disebabkan oleh : nectaria gloeosporium, Ccorticium salmonicolor,
Botryodiplodia theobromae.
6
c. Lodoh / damping off (kematian pada sel-sel pangkal batang atau akar)
Disebabkan oleh Phytophthora sp, Phytium sp, Fusarium sp,
Rhizoctonia sp, Sclerotium sp.
d. Mati kering / die back (kematian pohon yang dimulai dari atas yaitu
tajuk kemudian menjalar sampai akar). Ini disebabkan oleh :
Diatrypella favacea, Valsa kitajimana.
e. Busuk / Rot decay (matinya jaringan tanaman pada bagian tertentu
yang masih lunak atau banyak mengandung air, gejala yang
ditampakkan mirip dengan nekrosit, tetapi untuk bagian tanaman yang
tebal seperti buah, batang dan akar) penyakit ini disebkan oleh :
Phellinus (Fomes) pini, P. tremulae, P. ignarius, Phaeollus
schweinitzii, heterobasidium annosum, Armillaria mellea, Ganoderma
applanatum.
f.
Terbakar matahari / sun scald (matinya sel atau jaringan tertentu
karena sinar matahari)
g. Terbakar bukan karena sinar matahari, (matinya sel atau jaringan
pada daun atau pucuk pohon muda atau kulit pohon karena api,
temperatur tinggi atau bahan kimia ).
Menurut Sumardi dan Widyastuti (2007), kenampakan mosaik pada
daun merupakan tipe gejala yang paling umum berasosiasi dengan infeksi virus
pada tanaman kehutanan.
Gejala mosaik meliputi bercak kuning (yellow
mottling), perubahan warna pada urat daun, atau terbentuknya lingkaranlingkaran klorosis. Gejala lain yang umum meliputi reduksi ukuran daun, daun
mengeriting, kekerdilan pertumbuhan, mati pucuk (die back) dan klorosis secara
umum.
7
Disamping gejala dikenal tanda (sign) penyakit yang menyertai gejala,
tanda penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jamur ialah terdapatnya
miselium, spora, konidium, sklerotium, atau badan buah sedang yang disebkan
oleh bakteri terdapat lendir bakteri, dan yang disebabkan oleh virus atau
mikoplasma adalah berupa partikel virus dan badan mikoplasma yang pleomorfik
didalam jaringan atau sel yang sakit (Triharso, 1994).
Menurut Pracaya (2007), penyimpangan yang ditujukan oleh struktur
yang dibentuk oleh patogen pada gejala biasanya disebut tanda (sign), misalnya
keluarnya lendir pada bagian tanaman.
C. Penyebab Penyakit Hutan Biotik (Patogen)
Istilah umum yang dipakai yang dipakai untuk pengertian penyebab
penyakit adalah patogen.
Tetapi dalam pengembangannya istilah ini hanya
dipakai dalam penyebab penyakit yang hidup (biotik). Patogen ini dapat dibagi
menjadi beberapa kelompok yaitu :
1.
Jamur
Jamur (fungi, cendawan) adalah organisme tingkat rendah yang
belum mempunyai akar, batang, dan daun.
Tumbuhan jamur ada yang
terdiri dari satu sel dan ada pula yang terdiri dari banyak sel, yang terdiri dari
banyak sel umumnya membentuk benang (hifa).
Semua jamur memiliki tiga ciri, yaitu: tidak mempunyai jaringan
pembuluh, salah satu alat perkembang biakannya adalah spora dan tidak
mempunyai klorofil.
Karena tidak mempunyai klorofil, jamur tidak dapat
melakukan fotosintetis, sehingga hidupnya tergantung dari materi organik
yang diproduksi oleh organisme lain sebagai sumber energi (Sumardi dan
Widyastuti, 2007).
8
Berdasarkan cara hidupnya, cendawan terbagi menjadi cendawan
saprofit, cendawan parasit dan cendawan simbion.
1) Cendawan saprofit
Yaitu cendawan yang heterotrof (tidak dapat membuat karbohidrat
sendiri), hidup pada bahan organik yang telah mati. Cendawan
initerbagi lagi menjadi dua, yaitu :
a. Cendawan saprofit fakultatif : biasanya hidup sebagai parasit
tetapi dapat hidup sebagai saprofit jika keadaan memaksa.
Contoh : cendawan upas (Corticium salmonicolor).
b. Cendawan saprofit obligat : cendawan yang hidup hanya sebagai
saprofit pada bahan organik yang telah mati.
Contoh : cendawan merang (volvariella volvasea) dan cendawan
kuping (auricularia auricula).
2) Cendawan parasit
Cendawan yang hidup didalam atau pada orgnisme hidup lain,
sehingga
dapat
merugikan
organisme
yang
ditumpanginya.
Cendawan ini juga terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Cendawan saprofit fakultatif : biasanya hidup sebagai saprofit,
tetapi dapat hidup sebagai parasit jika mendapatkan inang cocok.
Contohnya : cendawan lodoh (damping off).
b. Cendawan saprofit obligat : cendawan yang hanya hidup pada
organisme hidup lainnya. Contohnya : cendawan tepung (Powdery
mildew) dan cendawan karat (Rust).
9
3) Cendawan simbion
Yaitu cendawan yang hidup bersama-sama dengan tumbuhan lain dan
dari
masing-masing
organisme
tersebut,
mereka
saling
menguntungkan.
Contoh : Lichen (Ganggang Bercendawan),
Mikoriza (Akar Bercendawan).
Mikoriza (jamur akar) adalah bentuk hubungan simbiosis mutualistik
antara akar tumbuhan dengan jamur. Dalam hubungan ini jamur jamur
menginfeksi sel-sel korteks dan menyerap makanan (karbohidrat) dari
dalam sel korteks tersebut. Tumbuhan tidak dirugikan , karena jamur
memberikan kepada tumbuhan bahan-bahan makanan dan air.
Hubungan ini sangat baik untuk daerah kering, karena jamur dapat
sarana memperluas jangkauan akar mencari makanan dan air. Selain
itu jamur berguna sebagai penghalang masuknya patogen kedalam
akar tumbuhan yang ditumpanginya.
Mikoriza terbagi atas tiga kelompok, yaitu :
1. Endomikoriza
Jamur memasuki sel-sel korteks dari akar tumbuhan (intraselluler).
Hal ini tidak menyebabkan pembekakan sel-sel korteks.
2. Ektomikoriza
Jamur memasuki sel-sel korteks dari akar tumbuhan, kemudian
membentuk hartig net / jaring hartig (interselluler) dan di luar
menyelubungi akar. Bentuk akar menjadi besar dan pada akar
tumbuhan trlalu bercabang atau seperti bunga karang.
10
3. Ektendomikoriza
Yaitu gabungan antara kedua kelompok diatas dengan hifa intra
dan interselluler. Akar tumbuhan yang terdapat mikoriza jenis ini
besarnya sama dengan akar tumbuhan yang tidak memilikinya.
2.
Bakteri
Bakteri merupakan organisme bersel satu, berdinding sel dan tidak
mempunyai krolofil tetapi bersifat prokarioti (tidak mempunyai membran inti).
Sel tunggal tersebut dapat bersama-sama membentuk stuktur rantai, filamen
atau massa koloni, tetapi tiap sel merupakan sebuah unit yang eksistensinya
berdiri sendiri (Sumardi dan Widyastuti, 2007).
a. Ciri Umum Bakteri
Ada 3 tipe bakteri yaitu :
1). Tipe coccus yang berbentuk bulat.
2). Tipe basillus yang berbentuk tongkat.
3). Tipe spirillum yang berbrntuk spiral.
Beberapa jenis bakteri memiliki rambut (flagella, cilia) yang berguna
untuk bergerak.
Jumlah flagella ada yang satu buah pada satu ujung
tubuhnya (monotrichous), beberapa buah pada satu ujung tubuhnya
(lophotrichous),
beberapa
buah
pada
kedua
ujung
tubuhnya
(amphitrichous), dan banyak flagella pada seluruh tubuhnya (peritrichous).
b. Contoh Penyakit Yang Disebabkan bakteri
1. Mati pucuk (Fire Blight, Die Back)
Jaringan-jaringan yang banyak mengandung air dan masih baru
tumbuh pada pucuk pohon atau cabang sangat cocok bagi tempat
masuknya bakteri.
Enzim pectolytic menghancurkan dindin sel
11
yang belum berkayu, sehingga pucuk pohon dapat mati. Tanaman
yang terserang menimbulkan gejala mati pucuk seperti terbakar
(fire blight) dan mati pucuk kemudian menjalar ke bawah secara
perlahan (Dieback). Penyebabnya yaitu Erwinia amylovora.
2. Kanker Batang (Stem Canker)
Kanker adalah nekrosis (kematian sel-sel) pada kambium batang
atau cabang yang dibatasi oleh terbetuknya kallus. Kanker batang
dapat diikuti dengan kematian pucuk.
Penyebabnya adalah
Xanthomonas pruni, Pseudomonas syringe dan Aplonobacter
populi. Kanker batang tidak hanya disebabkan oleh bakteri tetapi
dapat juga disebapkan oleh jamur dan virus.
3. Bengkak Batang (Gall, Tumor)
Agrobacterium tumefacens menyebabkan bengkak pada batang
karena sel-selnya mengalami pertumbuhan yang berlebihan
(hipertropi), baik ukuran maupun jumlahnya. Bakteri ini hidupnya
di tanah dan dapat masuk melalui luka di akar atau pangkal
batang.
Contoh penyakit yang disbabkan oleh Agrobacterium tumefacens
adalah
penyakit
bengkak/gembol
Eucalyptus deglupta, E. propinqua.
pada
Tectona
grandis,
Pada Pinus helepensis
disebabkan oleh Corynebacterium sp.
4. Busuk Akar (Root rot)
Agrobacterium rhizogenes adalah bakteri penyebap penyakit pada
tumbuhan. Bakteri memasuki akar lewat luka-luka atau bulu-bulu
akar dan merusak sel-sel akar yang berakibatkan kematian.
12
5. Busuk Kayu/Batang (Wood Decay)
Penyebabnya
adalah
bakteri
Corynebacterium humiferan.
Erwina
nimipressuralis
dan
Keaktidan bakteri pada bagian
batang yang berkayu mengakibatkan pengumpulan air dan gas
methan, sehingga menimbulkan pembusukan dan air beserta
d\gas methan keluar dari permukaan kulit atau melalui luka-luka
yang dibuat oleh penggebor batang (serangga).
6. Busuk Basah (Soft Rot)
Busuk basah berhubungan erat dengan bagian tumbuhan yang
lemah dan berdaging seperti buah, umbi, dan batang sayuran.
Bagian yang terserang akan membusuk dan berlendir. Bakteri
penyebabnya adalah Erwinia carotovora.
3.
Virus
Virus merupakan penyebab penyakit yang paling merusak, tidak
hanya terjadi pada tanaman, tetapi juga pada manusia dan ternak. Virus
biasanya menghabat pertumbuhan tanaman dan mengurangi hasil produksi,
bahkan mampu menimbulkan kematian tanaman inang (Sumardi dan
Widyastuti, 2007).
a. Ciri umum virus
Virus adalah mikroorganisme berbentuk benang, tongkat atau bulat,
memiliki asam inti ribonucleic acid (RNA) atau deoxyribonucleic acid
(DNA) dan tidak mengadakan respirasi dan metabolisme.
Pakar
menganggap virus adalah organisme hidup yang masih primitif, karena
mempunyai asam inti yang berfungsi dalam berkembangbiakan
sebagaimana sebagaimana organisme hidup lainnya. Tetapi karena
13
tidak melakukan proses respirasi dan metabolisme, maka disimpulkan
bahwa virus adalah mahluk yang terletak antara hidup dan mati.
b. Gejala serangan virus
Akibat serangan virus pada tumbuhan dapat diperhatikan dengan
gejala, tetapi kadang-kadang gejala tidak nampak. Gejala yang khas
adalah
bunga
tertentu
belang-belang,
noda-noda,
berbentuk
lingkaran/cincin pada daun (ring spots), nekrosis, mosaik (noda-noda
kuning, hijau atau hijau tua pada daun), klorosis pada seluruh
lembaran daun, klorosis pada tulang-tulang dan pinggiran daun, daun
keriting, tanaman kerdil, perubahan bentuk batang, percabangan yang
berlebihan (menyapu, witches broom), dan roset (pertumbuhan daun
atau cabang yang bergerombol dengan jarak tangkai dan daun serta
daun sangat berdekatan).
Serangan virus yang gejalanya tidak nampak pada morpologi
tumbuhan, kadang-kadang dapat diketahui dari hasil tumbuhan
tersebut, misalnya produksi buah yang kurang tidak seperti biasanya.
4.
Tanaman Tingkat Tinggi
Tanaman tingkat tinggi ini sering dikenal sebagai benalu, tetapi tidak
banyak merugika tanaman kehutanan, kecuali bila memang banyak jumlah
individu benalu yang hidup menempel pada pohon, maka pohon akan
menderita karena makanannya diambil terus oleh benalu tersebut, contoh:
a. Amyema, benalu Eucalyptus di Australia.
b. Dendrophthoe, di Asia tenggara.
c. Elytranthe, benalu karet dan jambu mente di Malaya.
d. Loranthus, benalu di Eropa dan Asia.
14
e. Phthirusa, benalu karet di Brasil.
f.
Pisttacanthus dan Struthanthus, benalu jeruk dan akasia mulai dari
Meksiko sampai Chile.
g. Tapinathus, benalu di Afrika.
h. Tristarix, benalu kaktu chile.
5.
Nematoda
Nematoda merupakan organisme yang masih tergolong primitif tetapi
telah dilengkapi dengan sistem pencernaan, saraf dan reproduksi. Banyak
spesies merupakan parasit pada tanaman.
a. Ciri Umum Nematoda
Nematoda parasit tanaman berukuran sangat kecil, memanjang dan
berbentuk silinder.
Hampir semua jenis nematoda mempunyai
panjang tubuh kurang dari 2,5 mm, tidak beruas atau mempunyai
lekuk linglar dangkal (Sumardi dan Widyiastuti, 2007)
Semua nematoda parasit tanaman mempunyai struktur khusus yang
disebut spear (lembing) atau stylet (jarum). Spear mirip tabung yang
berlubang, terletak diujung kepala nematoda dan digunakan untuk
makan. Stylet mempunyai ujung yang sangat runcing dan digunakan
untuk melekat pada jaringan tanaman (Tainter dan Beker, 1996
dalam Sumardi dan Widyiastuti, 2007)
Menurut (Mardji, 1995 dalam Karaeng, 2014), berdasarkan cara
makannya nematoda parasit tumbuhan dibagi atas dua kelompok,
yaitu :
15
1. Nematoda Ektoparasit
Nematoda yang melukai dinding sel, mengisap makanan atau
cairan sel dengan styletnya dan hidup berpindah-pindah dari inang
yang satu ke inang yang lainnya.
2. Nematoda Endoparasit
Nematoda yang tetap tinggal didalam inangnya dibagian tumbuhan
tempat pertama kali masuk, mengisap makanan dan akan pindah
kebagian sel lainnya jika bagian sel pertama mati.
b. Contoh Penyakit Yang Disebabkan
1. Nematoda Penyebab Bengkak Akar (Root Knot Nematode)
Lebih dari 1500 jenis tumbuhan termasuk 100 jenis pohonpohonan jenis konifer dan daun lebar merupakan inang nematoda
Meloidogyne spp, yang menyebabkan bengkak akar. Akar-akar
yang diserang mempunyai dinding sel yang rusak dan inti sel yang
masih tinggal membelah diri menjadi sel-sel yang lebih besar
ukurannya
dari
sebelumnya,
sehingga
akar
membengkak.
Meloidogyne spp, adalah endoparasit yang hidup menetap di satu
tempat dimana dia pertama kali masuk di dalam akar.
2. Nematoda Belati (Dagger Nematode)
Nematoda belati dari spesies Xiphinema spp adalah nematoda
yang paling besar, minimal 10 kali lebih besar dari pada nematoda
lainnya.
Nematoda belati adalah ektoparasit yang jika dalam
jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kerusakan berat pada
akar.
16
3. Nematida Penyebab Akar Pendek (Stubby Root Nematode)
Nematoda ektoparasit ini menyerang banyak jenis tanaman
pertanian dan jenis pinus. Serangan pada akar mengakibatkan
akar menjadi gemuk dam memendek, semai tidak dapat
berkembang
dengan
baik,
daun-daun
mengecil,
sehingga
pertumbuhan bagian bagian atas terhambat (kerdil). Penyebabnya
adalah jenis Trichodorus christiei.
4. Nematoda Luka (Lesion Nematode)
Penyebab nematoda luka adalah Pratylenchus sp, termasuk
nematoda endoparasit pada tanaman pertanian dan kehutanan.
Nematoda ini masuk kedalam jaringan akar dan menyerap isi sel.
seranagan mengakibatkan luka-luka dan kematian sel inang.
Pratylenchus sp. Berpindah-pindah dari satu tempat ketempat
lainnya pada akar tersebut, sehingga luka yang diakibatkannya
lebih banyak lagi.
D. Penyakit Daun
Menurut Rahayu (1999), penyakit daun merupakan kematian jaringan
yang mempunyai batas-batas tegas dan merupakan hasil dan merupakan hasil
infeksi lokal oleh patogen. Penyakit daun umumnya pertama kali terlihat pada
daun-daun tua dan bila kondisi lingkungan memungkinkan (lembab), bercak akan
berkembang kebagian yang lebih mudah dan selanjutnya patogen menyebar
keseluruh bagian tanaman dan tanaman yang ada di sekitarnya.
E. Faktor-Faktor yang Mempengerahuhi Perkembangan Penyakit
Menurut Rukmana dan Saputra (1997) dalam Aquastini (2007),
perkembangan (penyebaran) penyakit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
17
antara lain: iklim (suhu, kelembapan, cahaya, angin, curah hujan), tanah (pH,
struktur, kelembapan), tumbuhan inang, faktor mekanis (teknik bercocok tanam,
sanitasi, irigasi).
Umumnya patogen menetap pada tumbuhan inang yang
diserangnya, kemudian dapat berpindah atau menyebar ke tanaman atau tempat
lain dengan bantuan medium penyebaran.
Medium penyebaran yang dapat
dimanfaatkan oleh patogen antara lain: air, angin, serangga atau binatang vektor
dan manusia.
Hadi (1987) dalam Aquastini (2007) menyatakan, bahwa berhasil atau
tidaknya suatu penyakit yang disebapkan oleh faktor biotik untuk berkembang
pada suatu pohon atau tegakan hutan tergantung pada tiga faktor yaitu sifat
genetik pohon, keganasan (virulensi) patogen dan keadaan lingkungan.
Faktor-faktor tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.
Sifat genetik pohon
Dalam populasi tiap jenis terdapat ketahanan pohon terhadap suatu
jenis patogen. Beberapa individu atau tanaman yang berasal dari tempat
tumbuh tertentu mungkin lebih tahan terhadap suatu jenis patogen
dibandingkan dengan jenis individu atau tanaman yang berasal dari tempat
tumbuh yang lain. Ketahanan ini dapat terjadi karena kemampuan pohon
untuk membentuk struktur-struktur tertentu yang tidak menguntungkan
perkembangan patogen pada pohon tersebut seperti kurangnya jumlah
stomata per satuan luas daun, pembentukan lapisan kutikula yang tebal,
pembentukan jaringan tumbuhan atau produksi bahan-bahan toksis di dalam
jaringan yang cukup banyak sebelum atau sesuda patogen memasuki
jaringan tumbuhan sehingga patogen mati sebelum dapat berkembang lebih
lanjut dan gagal menyebabkan penyakit pada pohon.
18
b. Keganasan patogen
Setiap jenis patogen memiliki ciri-ciri khas dalam bentuk serta cara
perkembangbiakannya, tiap jenis patogen dapat beragam dalam sifat
fisiologisnya termasuk kemampuannya untuk menimbulkan penyakit pada
suatu jenis pohon.
Suatu jenis patogen dapat beragam keganasannya
(virulensi) tergantung pada gen yang terkandung di dalam inti atau bahan
yang bertindak sebagai inti. Menginget susunan gen yang berbagai proses
dapat berubah, maka virulesi suatu jenis patogen dapat berubah dari waktu
kewaktu. Perubahan itu dapat terjadi karena hibridari, heterokariosis dan
paraseksualisme.
c.
Keadaan lingkungan
Pengaruh faktor lingkungan biotik yang jelas adalah pada patogen
yang bertahan hidup dan berkembang di dalam tanah yang biasa
menyerang akar. Jasad yang berkembang disekitar patogen adalah yang
secara langsung berpengaruh terhadap daya tahan hidup patogen dengan
bertindak sebagai parasit, vektor, saingan dalam memperoleh makanan atau
dengan melalui antibiosis. Unsur-unsur biotik yang lain dapat berpengaruh
secara tidak langsung terhadap patogen. Hal ini karena adanya interaksi
antara jasad renik disekitar patogen.
Interaksi dapat mengekibatkan
berkembangnya atau turunnya populasi jasad renik yang menguntungkan
atau merugikan patogen.
Menurut Mardji (1996) dalam Aquastini (2007), faktor lingkungan
dapat memberikan pengaruh terhadap patogen sebelum dan sesudah
memasuki tumbuhan.
Ketahanan tumbuhan terhadap patogen berubah
sebagai akibat pengaruh faktor lingkungan. Faktor lingkungan abiotik yang
19
berpengaruh terhadap patogen antara lain meliputi: cuaca (kelembapan
udara, suhu, cahaya), kandungan zat dan pH substrat (media), tanah
(kesuburan, pH, air, kelembapan, tekstur dan struktur). Suatu faktor abiotik
terbentuk dapat menyebabkan pohon mengalami tekanan sehingga penyakit
yang ditimbulkan oleh patogen menjadi lebih berat dibandingkan dengan bila
pohon terserang oleh patogen.
F. Ulin (Eusideroxylon zwageri T.et. B)
Menurut Kabler dan Kade (1999) dalam Karaeng (2013), Ulin
(Eusideroxylon zwageri) termasuk ke dalam family (Lauraceae). Pohon Ulin ini
juga dengan nama kayu besi yang merupakan tanaman khas Kalimantan yang
keberadaannya saat ini sudah mulai langka dan jarang ditemui, pohon Ulin dapat
tumbuh tinggi hingga 40 meter dengan diameter + 80 cm.
Pohon Ulin kadang-kadang berakar dangkal. Ranting menggalah,
menjuntai, tangkai daun panjang + 1 cm. Daun spiral melonjong bundar telur
atau menjorong dengan panjang 20-30 cm, pangkal membundar, ujung runcing
hingga melancip, tulang daun sekunder 8-12. Bunga merapat, berkelamin ganda,
tabung tajuk pendek, bercuping 6 hampir sama, benang sari 12 dan mempunyai
benang sari semu, bakal buah membulat. Buah melonjong, meyindir, panjang
hingga 15 cm, garis tengah hingga 8 cm. Daerah penyebaran pohon ulin adalah
bagian Asia Tenggara meliputi Sumatra, Kalimantan, dan negara Filipina.
Menurut Hendro (2012), Ulin umumnya tumbuh pada ketinggian 5 – 400
m di atas permukaan laut dengan medan datar sampai miring, tumbuh terpencar
atau mengelompok dalam hutan campuran. Pohon Ulin memiliki ciri yang khas,
yaitu sifat fisik kayunya yang keras, memiliki batang yang biasanya tubuh lurus,
sedangkan tinggi batang berkisaran 20-50 meter, pohon Ulin memiliki tajuk
20
pohon berbentuk bulat rapat dan melebar, susunan daun Ulin berselang seling,
daun muda berwarna merah dan setelah tua berwarna hijau tua. Berikut ini
klasifikasi tanaman Ulin.
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Magnoliidae
Ordo
: Laurales
Famili
: Lauraceae
Genus
: Eusideroxylon
Spesies
: Eusideroxylon zwageri T. et B
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Jenis Penyakit dan Gejala
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di Arboretum Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda diketahui ada 2 jenis penyakit dan gejala
serangan yang menyerang daun tanaman Ulin dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jenis Penyakit dan Gejala Serangan Daun pada Tanaman Ulin.
No
1
2
Jenis Penyakit
Bercak Daun
Mengerut
Gejala Serangan
Bercak daun berwarna coklat, kuning dan
hitam, berbentuk lingkaran disertai dengan
berlubang pada daun. Letak bercak tidak
beraturan pada permukaan daun.
Daun mengerut dari pangkal hingga ujung
daun, tepi daun bergelombang dan ukurannya
relatif kecil dibandingkan daun yang lainnya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang terdapat pada Tabel 4 Jenis
penyakit yang menyerang daun tanaman Ulin tersebut mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Bercak Daun
Gejala penyakit bercak daun yang dapat dilihat di lapangan pada
saat pengamatan adalah bercak daun berwarna coklat, kuning dan hitam,
berbentuk lingkaran disertai dengan lubang serta letak bercak tidak
beraturan pada permukaan daun.
pada Gambar 1.
Gejala yang tampak dapat dilihat
32
Gambar 1. Bercak Daun Tanaman Ulin.
b. Mengerut
Daun mengerut dari pangkal hingga ujung daun, tepi daun
bergelombang dan pertumbuhannya tidak normal yaitu ukuran daun
relatif kecil dibandingkan dengan daun yang lainnya.
tampak dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
Gambar 2. Daun Mengerut pada Tanaman Ulin.
Gejala yang
33
2.
Penyebab Penyakit
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di laboratorium
konservasi ditemukan bahwa penyebab dari penyakit-penyakit tersebut
adalah jamur. Setelah dilakukan inokulasi terhadap jamur tersebut, belum
diketahui jenis jamurnya hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jenis dan Penyebab Penyakit pada Daun Tanaman Ulin
No
1
2
Jenis Penyakit
Bercak Daun
Mengerut
Penyebab
Belum diketahui
Belum diketahui
Berdasarkan hasil pengamatan yang terlihat pada Tabel 5 jenis
penyakit yaitu bercak daun dan daun mengerut pada tanaman Ulin ditemukan
penyebabnya yaitu jamur tetapi belum bisa diketahui jenis jamur yang
menyerang.
Berikut ini dijelaskan tentang jenis penyakit yang menyerang daun
tanaman Ulin dan hasil inokulasi yang ditemukan selama pengamatan.
a. Bercak Daun
Menurut Sastrahidayat (1992) dalam Karaeng (2014), bercak
daun adalah bercak nekrosis yang mempunyai batas-batas tegas
disebabkan oleh jamur dan bercak daun merupakan hasil infeksi lokal,
sedangkan menurut Agrios (1996) dalam Aquastini (2007), bercak
daun adalah luka atau noda yang bersifat lokal pada daun inang yang
terdiri atas sel-sel yang mati.
Hasil pengamatan di laboratorium ditemukan bahwa penyebab
bercak pada daun adalah jamur, tetapi jenis jamur tersebut belum
diketahui. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.
34
Gambar 3. Jamur Daun Bercak Hitam Pada Tanaman Ulin
Adapun ciri-ciri dari penyebab jamur penyebab penyakit tersebut
adalah memiliki hyfa dan memiliki dinding tipis berwarna coklat seperti
yang terlihat pada Gambar 4.
Gamabar 4. Jenis Jamur pada Daun Ulin yang Berbercak Hitam
b. Mengerut Daun
Berdasarkan hasil pengamatan di Laboratorium ditemukan
bahwa penyebabkan kerutan pada daun tanaman Ulin adalah jamur,
akan tetapi jenis jamur tersebut belum diketahui. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.
35
Gambar 5. Jamur Daun Berkerut pada Tanaman Ulin
Adapun ciri-ciri dari penyebab jamur penyebab penyakit tersebut
adalah memiliki hyfa dan memiliki dinding tipis berwarna coklat dan putih
pucat seperti yang terlihat pada Gambar 6 berikut ini.
Gambar 6. Jenis Jamur pada Daun Tanaman Ulin yang Mengerut.
3.
Frekuensi dan Intensitas Kerusakan
Hasil perhitungan frekuensi dan intensitas kerusakan pada daun
tanaman Ulin di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dapat
36
dilihat pada Tabel 6, cara menghitungnya dapat dilihat pada Lampiran 2 dan
Lampiran 3.
Tabel 6. Frekuensi dan Intensitas Kerusakan Daun Tanaman Ulin
Tingkat
Kerusakan
Sehat
Ringan
Sedang
Berat
Mati
Jumlah
Jumlah
Tanaman
39
30
11
0
0
80
Frekuensi
Kerusakan
48,75%
37,50%
13,75%
0%
0%
100%
Intensitas
Kerusakan
19,37%
-
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa frekuensi sehat 48,75%,
frekuensi ringan 37,50%, frekuensi sedang 13,75%, frekuensi berat 0%
dan frekuensi mati 0%. Sedangkan intensitas kerusakan 19,37% termasuk
dalam kategori kerusakan ringan.
Pada saat pengamatan dilakukan pencatatan suhu dan kelembaban
untuk rata-rata suhu dan kelembaban dapat dilihat pada Tabel 7 sedangkan
cara perhitungan rata-rata suhu dan kelembaban selama pengamatan dapat
dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 7. Rata-Rata Suhu dan Kelembaban
No
Keadaan Udara
1
Suhu (0C)
2
Kelembaban (%)
Pagi (07:30)
25,47
44,57
B. Pembahasan
1.
Jenis penyakit dan Gejala Kerusakannya
Dari hasil pengamatan penyakit yang menyerang daun tanaman Ulin
ditemukan 2 jenis penyakit yaitu bercak daun dan daun mengerut.
Gejala-gejala yang ditemukan dari bercak daun yaitu pada daun terdapat
bercak berwarna coklat, hitam atau kuning dan berbentuk lingkaran-lingkaran
kecil yang letaknya tidak beraturan di permukaan daun.
Sedangkan
37
gejala-gejala yang ditemukan dari daun mengerut yaitu permukaan daun
bergelombang dan pertumbuhannya tidak normal, sehingga ukuran daun
tersebut relatif kecil dari biasanya.
Menurut Sumardi dan Widyastuti (2007), gejala lokal adalah gejala
yang timbul hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu pohon yang
terserang misalnya penyakit pada daun, batang, akar atau buah. Hal ini
didukung juga oleh Pracaya (2007), yang menyatakan bahwa jenis penyakit
yang ditemukan termasuk dalam gejala lokal, karena penyakit ini hanya
terdapat disuatu tempat atau bagian tanaman tertentu misalnya buah, daun,
cabang, batang atau akar.
2.
Penyebab Penyakit
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa gejala dan tanda yang
terlihat berupa bercak daun , gejalanya adalah bercak daun berwarna coklat,
kuning dan hitam berbentuk lingkaran disertai dengan lubang pada daun.
Daun mengerut, gejalanya adalah daun mengerut dari pangkal hingga ujung
daun, tepi daun bergelombang dan pertumbuhannya tidak normal yaitu
ukuran daun lebih kecil dari biasanya.
Penyebab bercak dan daun
mengerut pada tanaman Ulin adalah jamur, akan tetapi jenis jamur yang
menyerang tersebut belum dapat diketahui jenisnya, karena saat melakukan
inokulasi sebanyak 3 kali mengalami beberapa kendala sehingga
mempersulit untuk menentukan jenis jamur yang menyerang. Penyebab
kegagalan dalam melakukan inokulasi adalah spesimen dan media
terkontaminasi dan diperkiarakan juga oleh pengaruh ruangan penelitian
yang tidak steril.
38
3.
Frekuensi dan Intensitas Kerusakan
Dari hasil penghitungan yang telah dilakukan diketahui bahwa
frekuensi kerusakan yaitu frekuensi sehat 48,75%, frekuensi ringan 37,50%,
frekuensi sedang 13,75%, frekuensi berat dan mati 0%. Sedangkan
intensitas kerusakan 19,37% termasuk dalam kategori kerusakan ringan.
Menurut Smith (1970), Kerusakan tanaman dapat terjadi bila suhu
tempat tumbuh meningkat di atas batas toleransi dapat berupa mati kering
baik sebagian atau seluruh bagian tanaman. Kematian jaringan terjadi karena
hilangnya air dari sel-sel penyusun jaringan, perubahan sifat kimiawi koloid
plasma sel atau kerusakan proses metabolisme.
Selanjutnya dinyatakan ketersediaan air atau kelembaban yang cukup
sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman penyusun hutan. Disamping
berfungsi sebagai komponen penyusun jaringan tanaman yang segar dan
mempertahankan tekanan turgor sel, air juga berperan dalam reaksi-reaksi
metabolik baik sebagai bahan dasar maupun sebagai pencipta lingkungan
aktif bagi katalisator reaksi, serta sebagai pelarut bahan-bahan dalam
transpor bahan anorganik dan bahan organik. Dipertegas oleh Usman (2012),
suhu dan kelembaban udara sangat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan
maupun sifat dan struktur tanaman. Tumbuhan dapat tumbuh dengan baik
pada suhu dan kelembaban optimum. Untuk tumbuhan daerah tropis suhu
optimumnya berkisar 22-370C dan kelembaban optimumnya 60%-90%.
Menurut Martoredjo (1992) dalam Karaeng (2014), bahwa tingkat
kerusakan tanaman oleh patogen ada kaitannya dengan jumlah populasi itu
sendiri, walaupun jumlah populasi patogen relatif sedikit tetapi dapat
mengakibatkan kerusakan dengan kriteria serangan ringan sampai berat,
39
karena patogen menyerang tanaman yang sama secara berulang-ulang
sebelum pemberantasan dilakukan.
.
40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan penyakit pada daun tanaman Ulin
(Eusideroxylon zwageri T.et. B) di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Jenis penyakit dan gejala yang menyerang tanaman Ulin ditemukan
sebanyak 2 jenis yaitu bercak daun dan dan mengerut. Dimana bercak daun
menimbulkan gejala berupa bercak berwarna coklat, kuning, hitam dan
berbentuk lingkaran disertai dengan lubang pada daun. Sedangkan daun
mengerut menimbulkan gejala berupa permukaan daun bergelombang dan
pertumbuhan daun tidak normal yaitu ukuran daun relatif kecil dari yang
biasanya.
2.
Penyebab penyakit bercak dan daun mengerut pada tanaman Ulin adalah
jamur, akan tetapi jenis jamur tersebut belum diketahui jenisnya.
3.
Frekuensi dan intensitas kerusakan tanaman selama pengamatan yaitu
frekuensi sehat 48,75%, ringan 37,50%, sedang 13,75%, berat 0% dan mati
0%.
Sedangkan intensitas 19,37% dan masih termasuk dalam kategori
kerusakan ringan.
B. Saran
Perlu diadakan pengamatan lanjutan guna untuk mengetahui jenis
jamur yang menyerang tanaman Ulin bukan hanya pada daun, tapi juga
pada bagian-bagaian tanaman seperti akar, batang, pucuk dan lainnya.
41
DAFTAR PUSTAKA
ANONIM. 2008. Diktat Kuliah Ilmu Perlindungan Hutan. Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda. Samarinda.
AQUASTINI, D. 2007. Identifikasi dan Pemberantasan Penyakit pada Semai 3
Jenis Dipterocarpaceae Di Persemaian Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
HENDRO. 2012. Definisi Ulin (Eusideroxylon zwageri).
http://muherda.blogspot.com/search?q=ulin&submit=Search.
tanggal 02 Desember 2014).
(Diunduh
KARAENG, J. 2014. Pengamatan Penyakit Daun Tanaman Ulin Diareal
Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
LITEN, D. 2013. Pengamatan Penyakit Pada Anakan Ulin Di Arboretum
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
PRACAYA. 2007. Hama Dan Penyakit Tanaman. Jakarta : Bagian penerbitan
Penebar Swadaya.
RAHAYU. 1999. Penyakit Tanaman Hutan Di Indonesia. Yogyakarta : Bagian
Penerbiatan Kanisius (Anggota IKAPI)
RAHMAT RUKMANA dan SUGANDI SAPUTRA. 2005. Pengertian Penyakit
Tanaman.
http://polespolos.blogspot.com/2012/01/normal-0-false-false-false-en-usx-none.html- diposkan oleh de_mar di 21.23
(Diunduh tanggal 03 Desember 2014)
SUMARDI dan S.M. WIDIYASTUTI. 2007. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan.
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
SMITH. 1970. Kerusakan pada Tanaman Disebabkan Oleh Faktor Iklim
http://forester-untad.blogspot.com/2013/01/kerusakan-pada-tanamanyang-disebabkan-oleh-faktor-iklim.html
(Diunduh tanggal 15 Agustus 2015)
SASTRAHIDAYAT. 1990.
Brawijaya.
Ilmu Penyakit Tumbuhan. Surabaya. Universitas
TRIHARSO. 1994. Dasar-Dasar
Universitas Gadjah Mada.
Perlindungan
Tanaman.
Yogyakarta
:
USMAN 2012. Aneka Artikel Biologi dan Pertanian (Pertumbuhan dan
Perkembangan) http://bit.ly/elance_web (Diunduh 15 Agustus 2015)
50
Lampiran 5.
Gambar 7. Pengamatan Penyakit
pada Daun Tanaman
Ulin.
Gambar 8. Pembuatan Media Potato
Dextrose Agar (PDA)
Gambar 9. Proses Sterilisasi Alat
yang Digunakan
Gambar 10. Proses Inokulasi
51
Lampiran 6.
Gambar 11. Hasil Inokulasi
Gambar 12. Pengamatan Mikroskop
Download