SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA ABAD PERTENGAHAN Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat kita bisamenjumpai pandanganpandangan tentang apa saja (kompleksitas, mendiskusikan dan menguji kesahihan dan akuntabilitas pemikiran serta gagasan-gagasan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan intelektual (Bagir, 2005). Abad pertengahan disebut masa kelam bagi pemikiran filsafat, karena kebebasan berpikir manusia telah dipangkas dan didominasi oleh dogma gereja. Tetapi, justru abad pertengahan menjadi titik balik bagi munculnya cahaya baru, pemikiran filsafat yang ditandai dengan gerakan Renaissance yang kembali kembali melahirkan budaya berpikir ilmiah. Renaissance inilah yang menjadi cikal bakal bagi munculnya pemikiran filsfat dengan budaya pikir ilmiah yang berujung pada lahirnya ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir, juga memberikan karakterisitik negatif berupa menyurunnya kepercayaan atas dogma gerakan dan mulai tumbuh masyarakat anti agama. Simbol bagi perubahan zaman dari gelapnya abad pertengahan menuju abad modern adalah terbentuknya teori Copernicus, yang juga diperkuat oleh galileo dan Keppler. Hal ini semakin menyudutkan posisi gereja yang telah salah memberikan doktrin mati, bahwa bumi itu pusat tata surya. Sementara pada masa modern dapat dibuktikan bahwa mataharilah yang merupakan pusat tata surya. Perubahan yang sangat mendasar bagi corak pemikiran pada abad pertengahan adalah para filosof dan ilmuan pertengahan berpikir mengandalkan rasio, maka bebas mengungkapkan argumen-argumen tanpa adanya batasan dari otoritas gereja sehingga filsafat dapat berkembang luas. Dengan ini filsafat abad pertengahan itu juga melahirkan para filosof yang handal. Filsafat pada abad pertengahan juga memasuki waktu periode yang panjang, Namun pada hakikatnya di pengaruhi oleh kristen. Akal yang di kekang oleh Agama kristen. Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya menggiring manusia kedalam kehidupan atau kepercayaaan yang picik dan fanatic, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta.perkembangan ilmu pengetahuan pad masa ini terhambat, pihak gereja sangat mendominasi, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Di sisi lain, pihak gereja tidak memmikirkan martabat dan kebebasan manusia yang memiliki perasaan, keinginan dan citacita untuk menentukan masa depannya sendiri. Sehingga dalam kesempatan ini saya mengambil tema tentang perkembangan ilmu pada masa abad pertengahan DEFINISI DAN KARAKTERISTIK PEMIKIRAN Filsafat abad pertengahan (476-1492 M) dapat dikatakan sebagai abad gelap, karena pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah Gereja. Memang pada saat itu, tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia, sehingga manusia tidak lagi mendapatkan kebebasan untuk mengembangkan potensi dalam dirinya. Para ahli fikir pada saat itu tidaak memiliki kebebasan berfikir. Pada abad ini, apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang yang bertentangan dengan ajaran gereja, maka orang yang mengungkapakan pemikiran tersebut akan mendapat hukuman yang berat. Pihak gereja melarang adanya penyelidikanpenyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian terhadap agama (teologi) yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapat larangan yang ketat,yang berhak mengadaknan penyelidikan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja.[2] Sejarah filsafat abad Pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai awal abad ke-17. Para sejarawan umumnya menentukan tahun 476, yakni masa berakhirnya Kerajaan Romawi Barat yang berpusat di kota Roma dan munculnya Kerajaan Romawi Timur yang 1 kelak berpusat di Konstantinopel (sekarang Istambul), sebagai data awal zaman Abad Pertengahan dan tahun 1492 (penemuan benua Amerika oleh Columbus) sebagai data akhirnya. Filasafat Yunani yang mengeluarkan banyak pemikir ulung, memiliki tempat yang cukup berpengaruh pada perkembangan ilmu filsafat di abad pertengahan.Pada masa itu, perkembangan kehidupan di dunia tidak bisa lepas dari dua agama besar yang saat itu saling mempengaruhi, Islam dan Nasrani.Masyarakat tersebut memiliki kontribusi besar dalam perkembangan dunia selanjutnya. Pada masa pertengahan ini, terdapat periode yang membuat perkembangan filsafat tidak berlanjut, yaitu pada masa skolastik Kristen.Hal ini dikarenakan pihak gereja membatasi para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan tidak bisa berkembang, karena semuanya diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang berdasarkan kenyakinan. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dari keyakinan para gerejawan, maka filosof tersebut dianggap murtad dan akan dihukum berat samapai pada hukuman mati. Untuk pembahasan lebih lanjut, kami akan membahasnya dalam pembahasan selanjutnya. Zaman pertengahan merupakan suatu kurun waktu yang ada hubungannya dengan sejarah bangsa-bangsa di benua Eropa. Pengertian umum tentang zaman pertengahan yang berkaitan dengan perkembangan pengetahuan ialah suatu periode panjang yang dimulai dari jatuhnya kekaisaran Romawi Barat tahun 476 M hingga timbulnya Renaissance di Italia. Zaman Pertengahan (Middle Age) ditandai dengan pengaruh yang cukup besar dari agama Katolik terhadap kekaisaran dan perkembangan kebudayaan pada saat itu. Pada umumnya orang Romawi sibuk dengan masalah keagamaan tanpa memperhatikan masalah duniawi dan ilmu pengetahuan. Pada masa itu yang tampil dalam lapangan ilmu pengetahuan adalah para teolog. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan.. Dengan kata lain, kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologiae, abdi agama. Oleh karena itu sejak jatuhnya kekaisaran Romawi Barat hingga kira-kira abad ke-10, di Eropa tidak ada kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan yang spektakuler yang dapat dikemukakan. Periode ini dikenal pula dengan sebutan abad kegelapan. TOKOH DAN PEMIKIRAN PLOTINUS ( 204-270 ) Plotinus adalah filosof pertama yang mengajukan teori penciptaan alam semesta. Ia mengajukan teori emanasi yang terkenal itu. Teori ini diikuti oleh banyak filosof Islam. Teori itu merupakan jawaban terhadap pertanyaan Thales kira-kira delapan bad sebelumnya: apa bahan alam semesta ini. Plotinus menjawab: bahannya Tuhan. Filsafat Plotinus kebanyakan bernapas mistik, bahkan tujuan filsafat menurut pendapatnya adalah mencapai pemahaman mistik. Permulaan abad pertengahan barangkali dapat dikatakan dimulai sejak Plotinus. Karena pengaruh agama Kristen kelihatannya sangat besar; filsafatnya berwatak spiritual. Secara umum ajaran plotinus di sebut Plotinisme atau neoplatonisme. Jadi, ajaran plotinus tentulah berkaitan erat dengan ajaran PLATO. Pengaruhya jelas sangat besar, pengaruh itu ada pada teologi kristen, juga pada renaissance. Kosmologi Plotinus cukup tinggi, terutama dalam kedalaman spekulasinya dan daya imajinasinya. Dan pandangan mistis merupakan ciri filsafatnya. Ada beberapa point yang akan di bahas mengenai Filsafat Plotinus ini : b. Metafisika Plotinus Dalam berbagai hal Plotinus memang bersandar pada doktrin-doktrin Plato. Sama dengan Plato, ia menganut realitas idea,. Pada Plato idea itu umum: artinya setiap jemis objek 2 hanya ada satu idenya. Pada Plotinus idea itu partikular, sama dengan dunia partikular. Perbedaan mereka yang pokok ialah pada titik tekan ajaran mereka masing-masing. Sistem metafisika Plotinus di tandai dengan konsep transendens. Menurut pendapatnya dalam pikiran terdapat tiga realitas : The One, The Mind, The Soul. The One( Yang Esa ) adalah Tuhan dalam pandangan philo(Avey: 49), yaitu suatu realitas yang tidak mungkin dapat di pahani melalui metode sains dan logika. ia berada di luar eksistensi, diluar segala nilai. Yang Esa itu adalah puncak semua yang ada; Ia itu cahaya di atas cahaya. Kita tidak mungkin mengetahui esensinya; kita hanya mengetahui bahwa ia itu pokok atau prinsip yang berada di belakang akal dan jiwa. Ia adalah pencipta semua yang ada. Mereka merasa memiliki pengetahuan keilahian juga tidak akan dapat merumuskan apa Ia itu sebenarnya (lihat Mayer: 323). The Mind( Nous ) (lihat Runes: 215) adalah gambaran tentang Yang Esa dan di dalamnya mengandung idea-idea Plato. Idea-idea itu merupakan bentuk asli objek-objek. Kandungan Nouns adalah benar-benar kesatuan. Untuk menghayatinya kita harus melaui perenungan. The Soul( psykhe ) merupakan arsitek dari semua fenomena yang ada di alam, soul itu mengandung satu jiwa dunia dan banyak dunia kecil. Jiwa dunia dapat dilihat dalam dua aspek, ia adalah energi di belakang dunia, dan pada waktu yang sama ia adalah bentuk-bentuk alam semesta. Jiwa manusia juga mempunyai dua aspek: yang pertama intelek yang tunduk pada reinkarnasi, dan yang kedua adalah irasional. AUGUSTINUS (352-430) Augustinus mempunyai tempat tersendiri dalam filsafat ini. Penamaan abad Augustinus ( The Age of Augustine) seperti yang ditulis oleh mayer dalam bukunya disebabkan oleh Augustinus telah meletakkan dasar – dasar bagi pemikiran Abad Pertengahan mengadaptasikan Platonisme dengan ide ide kristen. Augustinus dianggap telah meletakkan dasar dasar pemikiran abad pertengahan, mengadapsikan Platonisme ke dalam idea – idea kristen, memberikan formulasi sistematis tentang filsafat kristen. Filsafat Augustinus merupakan sumber atau asal usul yang dilakukan pleh protestan, khususnya pada Luther, Zwingli, dan calvin. Kutukannya kepada seks, pujiannya kepada kehidupan pertapa , pandangan tentangdosa asal, semuanya itu merupakan faktor yang memberikan kondisi untuk wujud abad – abad pertengahan. Filsafatnya tentang sejarah berpengaruh pada gerakan – gerakan agama dan pada pemikiran sekular. Dalam pertarungan dalam berbagai ideologi politik sekarang , da kesamaan dalam keabsolutan, dalam dogmatisme, dan juga dalam fenatisme. Kita menghadapi konflik antar ideologi yang tidak dapat di satukan. Paham teosentris pada Augustinus menghasilkan suatu revolusi dalam pemikiran orang barat. Anggapannya yang meremehkan pengetahuan duniawi, kebenciannya terhadap teori –teori kealaman, imannya kepada Tuhan tetap merupakan bagian peradapan modern. Sejak zaman Augustinuslah orang barat lebih memiliki sifat introspektif, karena Augustinuslah hubungannya dengan Tuhan menjadi penting dalam filsafat. Bagian yang penting dalam juga dalam filsafat Augustinus ialah pertanyaan sekalipun, umpannya, bukan jawabannya. Kita juga sering diganggu oleh keraguan dan sering mencari kepastian. Kita selalu ingin memperoleh norma yang dapat mengulur tindakn –tindakan kita. Singkatnya, pemikiran Augustinus penting bagi manusia modern. Sejak minat pokoknya tertuju pada agama, penghargaan Augustinus pada studi fisika mengecil ; mengajarkan ilmu – ilmu kealamn merupakan pemborosan waktu saja. Ia berpendapay bahwa astronomi adalah ilmu yang menyelidiki prinsip – prinsip cakrawala yang manusia tidak diizinkan mengetahuinya. Anatomi lebih tidak di senanginya; ilmu itu menjadikan manusia berpandangan materialistis duniawiah 3 Menerima Bibel adalah sumber pandangan tentang dunia. Augustinus percaya secara harfiah teori penciptaan seperti tertulis dalam Genesis dan menolak paham heliosentris. Baginya bumi merupakan pusat alam semesta, bulat seperti bola; jadi ia penganut geosentris. Hukum alam menurut pendapatnya lebih rendah daripada hukum Tuhan. Mukjizat menunjukkan kebesaran Tuhan dan membuktikan kekuasaan – Nya yang tidak terbatas . Alam semesta tidak hanya berisi manusia dan malaikat, tetapi juga berisi hantu utusan setan. Ia amat senang menjelaskan gejala alam di sesuaikan dengan pengertian supernatural. Augustinus mempunyai tempat tersendiri dalam sejarah filsafat. Mungkin penamaan Abad Augustinus ( The Age of Augustine) seperti yang ditulis oleh Mayer dalam bukunya disebabkan oleh Augustinus telah meletakkan dasar – dasar pada pemikiran abad pertengahan, mengadaptasikan platonisme dengan ide – ide kristen. Ia telah memberikan formulasi yang sisitematis tentang filsafat kristen, suatu filsafat yang dominan terhadap katholik dan protestan ( Mayer, 1950:366). Stuart Hampshire dalam intoduksi bukunya , The Age of Reason), menyatakan bahwa filsafat adalah suatu kegiatan fikir manusia yang bersinambumh. Fikiran seorang tokoh pada masa tertentu baru bisa difahami telah melihat hubungannya dengan pemikiran – pemikiran sebelumnya ( Hampshire,1956:11). Kalau demikian, maka beberapa pemikiran sebelum Augustinus perlu dibicarakan lebih dulu. Mungkin saja pemikiran itu merupakan latar belakang pemikiran Augustinus. Filsafat kristen pada abad pertengahan Filsafat kristen yang banyak mendominasi Abad Pertengahan banyak berhutang budi pada pola – pola pemiikiran Yunani dan Romawi. Ini tidak berarti bahwa teologi kristen sekadar meminjam pemikiran itu. Lebih dari itu pemikiran lama itu disentesis serta diberi pengertian baru yang supernatural. Pada masa permulaan kristen ,doktrin tentang kepercayaan tidak rumit. Agama diliput oleh harapan akan kembali yesus kristus. Pengikut kristen tidak tertarik pada teologi, begitu agam kristen mengadakan kontak dengan Agama Yunani , timbullah kebutuhan akan suatu formulasi baru yang definitif tentang dogma – dogma. Augustinus yakin benar bahwa pemikiran dapat mengenal kebenaran, karena itu ia menolak skeptisisme. Ia beranggapan bahwa setiap pengertian tentang kemungkinan pasti mengundang kesungguhan. Bila ia menganggap doktrin adalah suatu kemungkinan, maka harus menganggap didalam doktrin itu ada kebenaran. Menurut Augustinus jalan ke filsafat terbentang pada pengetahuan tentang diri sendiri. Berdasarkan pendapat tentang sifat pikiran, marilah kita maju pada persoalan pengetahuan yang diperoleh indera. Karena manusia meragukan kemampuan hidup , kemampuan mengerti,mau, berfikir, menimbang, maka manusia menjadi tidak tahu apa - apa. Akan tetapi, bila seseorang meraguakan bahwa ia hidup, ia mengingat,ia berfikir, ia mengetahui, ia mau, ia menimbang, maka sekalipun ia ragu, mestilah ia ingin pada ketidak raguan. Sejak Augustinus menyakini adanya dirinya, ia yakin sekarang bahwa dirinya dapat memahami prinsip – prinsip metafisika. Seperti Plato , ia berpendapat bahwa tugas manusia ialah memahami gejala kenyataan yang selalu berubah. Jadi ia memperjelas perbedaan penginderaan yang hanya memberikan kepada kita pandangan semuka tentang sesuatu dengan memberikan kepada kita suatu pengertian tentang kebenaran yang sebenarnya yang abadi, yaitu kebenaran yang berada dibawah permukaan. Pemikiran katanya bukanlah pencapaian manusia yang tertinggi, sebab pada tingkat tertinggi pengetahuan kita mengalami pencerahan ilahiah, dan dari situ kita memperoleh secara langsung kesadaran tentang keagungan Tuhan. Filsafat Augustinus tentang materi penting juga diperhatikan dalam menelusuri perkembangan pemikiran Abad Pertengahan. Kadang – kadang ia mengajarkan adanya 4 kesatuan antara materi dalam perwujudan sesuatu . Augustinus memperkirakan Tuhan telah menciptakan dalam materi dalam suatu pemikiran yang benih. Pikiran benih itu adalah benih yang merupakan model – model ciptaan Tuhan. Penciptaan alam itu sudah ada di dalam rencana Tuhan sejak azali. Dengan adanya alam semesta ini dari tiada , maka mulailah waktu, karena benih – benih itu maka bentuk baru yang akan muncul secara berangsur (Mayer :360) BOETHIUS Boethius adalah filosof yang hampir semasa dengan Augustinusdan memiliki gaya yang hampir serupa. Selain itu ia juga menullis karya – karya lain yang berpengaruh pada abad pertengahan. Ia dikatakan sebagai penemu quadrium yang merupakan bidang study pokok pada pendidikan abad pertengahan. Ia dianggap sebagai filosof skolastik yang pertama, karena ia berpendapat bahwa filsafat merupakan pendahulu kepada agama. Didalam bukunya itu ia menyatakan pendapatnya sama dengan stoa,bahwa kejahatan bukan realitas. Tuhan mengatur dengan menggunakan kekuasaan dan takdir. Kekuasaan dibedakan dari takdir ; kekuasaan merupakan pikiran tertinggi yang mengawasi semua yang bersangkutan dengan dunua abadi;sementara takdir menyusun metode sesuai dengan rencana Tuhan yang dapat dinyatakan dalam ruang dan waktu. Tak satupun yang dapat bertumbuh dan berkembang di luar pengawasan kekuasaan Tuhan. Di dalam consolation itu menyimpulkan bahwa kebebasan yang sebenarnya ialah hidup di bawah bimbingan Tuhan. Mematuhi ajaran tuhan bukan berarti terikat, justru itulah kebebasan yang sebenarnya menurut Boethius, Tuhan masa lalu, sekarang , dan akan datang adalah satu. Tuhan tidak mengenal perpindahan atau perjalanan waktu (bahan diambil dari Mayer: 367 - 370) ANSELMUS (1033 - 1109) Dalam membicarakan abd pertengahan , St. Anselmus tidak dapat di lewati begitu saja. Tohok inilah yang mengeluarkan pernyataan credo ut intelligam yang dapat di anggap merupakan ciri utama flsafat abad pertengahan . Sekalipun pada umumnya filosof Abad Pertengahan berpendapat seperti itu mengenai hubungan akal dan iman, Anselmuslah yang diketahui mengeluarkan pernyataan itu. Di dalam filsafat kelihatan mempunyai iman yaitu memiliki tema yang sentral sesuai pemikirannya. Iman kepada Kristus adalah hal yang sangat pentingsebelum yang lain. Dari sini kita dapat memahami pernyataan yang terkenal itu. Ungkapan ini menggambarkan bahwa ia mendahulukan iman dari pada akal. Dalam membuktikan adanya Tuhan , Anselmus menjelaskan lebih dulu bahwa semua jonsep adalah relatif. Karena didalam makhluk kesempurnaan itu bervariasi, maka kesempurnaan yang universal haruslah ada. Menurut pendapatnya, makhluk terbatas itu tidaklah menciptakan dirinya sendiri, namun mereka memerlukan pencipta itu adalah Tuhan. Tuhan itu kebesarannya tidak terfiirkan dan tidak mungkin hanya di dalam fikiran. Menurut Anselmus, berpendapat bahwa suatu konsep yang ada di dalam fikiran tidak mengharuskan objek itu benar – benar ada di luar fkiran. Singkat nya , kata Anselmus , bila kita berfikir tentang yang maha besar, kita berfikir tentang Tuhan. Di sini, kelihatan bahwa Anselmus dapat di pengaruhi oleh kata hatinya,imannya. Mengenai sifat Tuhan, Anselmus menyebutkan Tuhan bersifat esa, kekal, baik, dan sempurna. Tentang penyelamatan, ajaran sama dengan filosof abad pertengahan lainnya. Teori pengetahuan Anselmus menyatakan bahwa pengetahuan dimulai dari penginderaan, lalu terbentuknya pengetahuan akliah, terakhir adalah menangkap kebesaran Tuhan melalui jalur mistik. Kebaikan tertinggi bagi manusia ialah perenungan tentang kebesaran Tuhan. THOMAS AQUINAS (1225 – 1274) 5 Aquinas memancarkan seluruh babakan pemikiran Abad Pertengahan. Lewat Aquinas , Aristoteles membimbing katholik. Dalam sistemnya terkihat dengan jelas hubungan antara agama dengan filsafat. Melalui gurunya, Albertus Magnus , Aquinas belajar tentang alam dan ia saksikan dalam filsafatnya lebih empiris dari pada pandangan banyak menggunakan observasi terhadap alam dan menopang arguman – argumennya. Aquinas mendasarkan filsafatnya pada kepastian adanya Tuhan. Ia mengetahui banyak ahli teologi percaya pada adanya Tuhan hanya berdasarkan pendapat umum. Ada juga ahli teologi yang menganggap eksistensi Tuhan tidak bisa di ketahui dengan akal. Hal itu hanya di ketahu berdasarkan iman. Menurut Aquinas, eksistensi Tuhan dapat diketahui dengan akal. Untuk membuktikan pendapatnya ini ia mengajukan lima dalil (argumen)seperti yang di bawah ini : 1. Argumen Gerak Diangkat dari sifat alam yang selalu bergerak. Setiap yang bergerak pasti di gerakan oleh yang lain, sebab tidak mungkin suatu perubahan dari potensialitas ke aktualitas bergerak tanpa ada penyebabnya, dari sini dapat dibuktikan bahwa Tuhan itu ada. 2. Sebab yang Mencukupi (efficient cause) Sebab pasti menghasilkan musabab, tidak ada sesuatu yang mempunyai sebab pada dirinya sendiri sebab. Itu berarti membuang sebab sama dengan membuang musabab, olehkarena itu dapat disimpulkan bahwa Tuhanlah yang menjadi penyebab dari semua musabab. 3. Kemunginan dan Keharusan (possibility and necessity) Kita menyaksikan di dalam alam ini segala sesuatu bersifat mungkin ada dan mungkin tidak ada. Adanya alam ini bersifat mungkin. Kesimpulan itu kita ambil karena kenyataannya isi alam ini dimulai tidak ada, lalu muncul, lantas berkembang, akhirnya rusak atau menghilang. Kenyataan itu, yaitu alam berkembang menuju hilang, membawa kita kepada konsekuensi bahwa alam ini tidak mungkin selalu ada karena ada dan tidak ada tidak mungkin menjadi sifat sesuatu sekaligus dalam waktu yang sama. Bila sesuatu tidak mungkin ada, ia tidak akan ada. Nah, semestinya sekarang ini tidak ada sesuatu. Ini berlawanan kenyataannya. 4. Memperhatikan Tingkatan yang Terdapat pada Alam Isi alam ini masing-masing berkelebihan dan berkekurangan, misalnya ada yang indah, lebih indah dan terindah. Dengan demikian sebab tertinggi menjadi sebab tingkatan di bawahnya. Maha sempurna, Maha Benar adalah Tuhan sebagai tingkatan tertinggi. 5. Keteraturan Alam Kita saksikan isi alam dari jenis yang tidak berakal bergerak atau bertindak menuju tujuan tertentu,dan pada umumnya berhasil menuju tujuan itu, sedangkan ia tidak mempunyai pengetahuan tentang tujuan itu. Dari situ kita mengetahui bahwa benda-benda itu diatur oleh sesuatu yang berakal dan berpengetahuan dalam bertindak mencapai tujuannya, itulah Tuhan. KESIMPULAN Akal pada abad pertengahan ini benar – benar kalah . Hal ini kelihatan dengan jelas pada filsafat Plotinus, Augustinus, Anselmus. Pada aquinas penghargaan terhadap akal muncul kembali. Sebagainya telah di katakan, abad pertengahan merupakan pembalasan terhadap dominasi akal yang hampir seratus persen pada zaman yunani sebelumnya, terutama pada zaman sofis. Pemasungan akal dengan jelas terlihat pada pemikiran Plotinus. Ia mengatakan bahwa Tuhan bukan untuk di fahami, melainkan untuk dirasakan. Oleh sebab itu tujuan hidup secara umum yaitu bersatu dengan Tuhan. Jadi dalam hidup rasa itu yang di tuntun oleh kitab suci, pedoman hidup manusia. Salah seorang pengikut plotinus telah menutup sama sekali ruang gerak hidup rasional, iman telah menang mutlak. Karena iman harus menang mutlak, orang – orang yang masih juga menghidupkan filsafat 6 harus dimusuhi. Maka pada tahun 415 Hypatia, seorang yang terpelajar dan ahli dalam filsafat Aristoteles dibunuh. Agustinus mengganti akal dengan iman. potensi manusia yang diakui pada zaman Yunani diganti dengan kuasa Allah. Ia mengatakan bahwa kita tidak perlu dipimpin oleh pendapat bahwa kebenaran itu relatif. Kebenaran itu mutlak, yaitu ajaran agama. Moral berpuncak pada dosa adam dan kehidupan bertapa adalah kehidupan terbaik. DAFTAR PUSTAKA Tafsir Ahmad, 2009, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, Bandung :Remaja Rosdakarya Offset. Suhendi Hendi, 2008, Filsafat umum dari metologi sampai Teofilosofi, Cv Pustaka Setia, Bandung. ________ Oleh: Sri Wahyuni (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen Afid Burhanuddin, M.Pd.) 7