ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB IUD DENGAN

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB
IUD DENGAN KEPUTIHAN DI RUANG POLI
KEBIDANAN RSUD dr.SLAMET GARUT
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai
Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh :
NURUL HIKMAH
NIM. 13DB277122
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016
ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB
IUD DENGAN KEPUTIHAN DI RUANG POLI
KEBIDANAN RSUD dr.SLAMET GARUT1
Nurul Hikmah2 Sandriani3Dewi Nurmala4
INTISARI
Keputihan merupakan keluhan yang sering di temukan pada perempuan.
Dikemukakan bahwa angka kejadian keputihan akibat iud di ruang poli
Kebidanan RSUD dr. Slamet pada tahun 2015 adalah 45 akseptor, kondisi
normal yang dapat menyebabkan secret keluar berlebihan salah satunya
akseptor kontrasepsi pil dan akseptor IUD.
Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh
pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor
iud dengan keputihan, dengan menggunakan pendekatan proses
manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada akseptor kb iud dengan
keputihan ini di lakukan selama 14 hari mulai dari pengkajian tanggal 30
Maret 2016 di ruang poli kebidanan RSUD dr. Slamet Garut sampai kunjungan
rumah ke 2 yaitu pada tanggal 13 April 2016.
Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran
dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada Akseptor KB
IUD dengan Keputihan. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan
pada akseptor kb iud dengan keputihan di ruang poli kebidanan RSUD dr. Slamet
Garut dilaksanakan cukup baik.
Kata Kunci
: KB IUD dengan Keputihan
Kepustakaan : 15 Buku (2007-2014), 1 Jurnal, 9 Media Elektronik
Halaman
: i-xii, 54 Halaman, 5 Lampiran
1
Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen Stikes Muhammadiyah Ciamis
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana menurut World Health Organisation (WHO)
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, menentukan jumlah
anak dalam keluarga (Sulistyawati, 2012).
Hasil Penelitian Berenson all, tahun 2013 di Amerika Serikat
membuktikan bahwa 61,2% efek samping IUD dialami oleh wanita usia 1524 tahun dan 22,6% dialami oleh usia 25-44 tahun. Efek samping yang
timbul berupa dispareunia, disminorhoe, amenore, polymenore, pendarahan
post coital, erosi portio, radang panggul dan 6,2% mengalami kegagalan
pemasangan berupa terjadinya kehamilan. Penelitian tersebut membuktikan
bahwa akseptor KB IUD usia 15-24 tahun lebih rentan mengalami efek
samping kontrasepsi IUD dibandingkan dengan usia 25-44 tahun.
Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju,
mandiri,
memiliki
jumlah
anak
yang
ideal,
berwawasan
kedepan,
bertanggung jawab, harmonis dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima
paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional yang telah diubah
visinya dari “mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera” menjadi
visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2016”. Untuk dapat
meningkatkan kualitas hidup bangsa, telah dilaksanakan secara bersamaan
pembangunan ekonomi dan keluarga berencana (Manuaba, 2010)
Allah SWT berfirman dalam Qur’an surat An-Nisa
berkaitan dengan keluarga berencana yang berbunyi:
1
ayat
9 yang
2
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar” (Qs.An-Nisa : 9 ).
Ayat al-quran diatas menunjukan bahwa islam mendukung adanya
keluarga berencana karena dalam QS. An-Nissa ayat 9 dinyatakan bahwa
“Hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah”. Anak lemah yang dimaksud
adalah generasi penerus yang lemah agama dan ilmu pengetahuan
sehingga KB menjadi upaya agar mewujudkan keluarga yang sakinah
(Sya’rawi, 2013).
Program Keluarga Berencana (KB) kini menjadi prioritas utama untuk
upaya mempercepat penurunan AKI yang mengacu pada intervensi strategis
“Empat Pilar Safe Motherhood”. Maka dari itu pemerintah menyediakan
berbagai macam kontrasepsi yang dapat digunakan.
Pilihan metode alat kontrasepsi antara lain : Metode sederhana,
metode modern dan metode mantap (DepKes RI, 2012). Salah satu alat
kontrasepsi jangka panjang yang popular digunakan saat ini yaitu Intra Uteri
Device ( IUD). IUD adalah cara pencegahan kehamilan yang sangat efektif,
aman dan reversibel penggunaannya terutama untuk wanita yang tidak
terjangakit
Infeksi Menular seksual (IMS) maupun yang sudah pernah
melahirkan.
Minat
pemakai
kontrasepsi
IUD
sangat
tinggi
karena
hanya
memerlukan satu kali pemasangan, tidak menimbulkan efek sistemik,
ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal (Pendit, 2007).
Adapun efek samping dan komplikasi pada saat insersi IUD yaitu rasa sakit
nyeri, muntah, keringat dingin dan syncope, perforasi uterus, pendarahan
ringan, rasa nyeri, infeksi, ekspulsi, (IUD keluar dengan sendiri), translokasi
(IUD masuk ke rongga perut), pendarahan di luar haid dan leukoria
(keputihan) (Hartanto, 2007).
Apabila keputihan ini tidak segera mendapat penanganan yang tepat
dan berlangsung berkepanjangan akan menjadi infeksi vagina, vulvitis
3
(peradangan pada vulva), vaginitis (peradangan pada vagina) dan bahkan
menjadi vulvovaginitis (peradangan pada vulva dan vagina) (Egan 2007).
Indonesia menghadapi masalah jumlah dan kualitas sumber daya
manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Saat ini penduduk Indonesia
berjumlah 253.609.643 Jiwa (DepDag Biro Sensus A.S, 2014). Meningkat
dari jumlah sebelumnya pada tahun 2013 yaitu 248.400.000 jiwa (Badan
Pusat Statistik, 2013). Dengan pertumbuhan penduduk 1,64 % dan total
fertility Rate (TFR) 2,6. Dari segi kuantitas jumlah penduduk, ada di rangking
ke 4 negara dengan jumlah penduduk terbanyak dari 193 negara di dunia.
Segi kualitas melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kondisi Indonesia
sangat memprihatinkan karena dari 117 Negara, Indonesia ada di rangking
111 (Badan program pembangunan perserikatan bangsa-bangsa, 2014).
Angka penggunaan Kontrasepsi Negara Indonesia ada di peringkat ke4 dari seluruh Negara di Association of
the South East Asia Nation
(ASEAN) dengan presentase akseptor KB 61% dan termasuk Negara
dengan penggunaan alat kontrasepsi melebihi rata-rata Negara ASEAN
lainnya yaitu 51% menunjukan bahwa penggunaan alat kontrasepsi di
Indonesia cukup tinggi sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk di
Indonesia (Statistik Kesehatan Dunia, 2013).
Tabel 1.1 Jumlah Akseptor KB Nasional dan Jumlah Efek Samping KB
Tahun 2014.
No
1
2
3
4
5
6
7
Metode
Jumlah
Akseptor
IUD
658.632
MOW
128.793
MOP
21.374
KONDOM
517.638
IMPLANT
784.215
SUNTIK
4.128.115
PIL
2.261.480
TOTAL
8.500.247
Sumber :DepKes RI, 2014.
Presentase
(%)
7,75
1,52
0,25
6,09
9,23
48,56
26,60
100
Jumlah
Presentase
Efek
(%)
Samping
1.513
46,06
370
11,26
215
6,54
1.189
36,17
3.287
100
4
Tabel 1.2 Jumlah Akseptor KB di Jawa Barat
Tahun 2014
No
1
2
3
4
5
6
7
Metode
IUD
MOW
MOP
Kondom
Implant
Suntik
Pil
Jumlah Akseptor
114.368
35.209
164.741
63.737
164.741
677.598
224.238
TOTAL
1.285.034
%
8,90
2,74
0,40
4,96
12,82
52,82
17,45
100
Sumber : DinKes Jabar, 2014
Pemerintah
telah
berupaya
mengurangi
efek
samping
dari
penggunaan IUD dengan menjadwalkan pemeriksaan akseptor KB IUD ke
petugas kesehatan nasional sesuai jadwal yang telah ditentukan di setiap
fasilitas kesehatan. Penjadwalan pemeriksaan KB IUD bertujuan untuk
mengetahui lebih dini jika terdapat efek samping atau komplikasi,
selanjutnya petugas dan Institusi Kesehatan melakukan Komunikasi
Informasi Edukasi (KIE) secara lengkap kepada Pasangan Usia Subur (PUS)
dan Wanita Usia Subur (WUS) diseluruh fasilitas kesehatan nasional, bahwa
keputihan tidak hanya disebabkan karena pemakaian AKDR tetapi juga
banyak dipengaruhi oleh faktor lain.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di setiap
daerah di Indonesia berfungsi sebagai Pengkaji dan penyusun kebijakan
nasional di bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, fasilitator
dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah, swasta dan
masyarakat dibidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera kepada
akseptor KB dan petugas pelayanan kesehatan Nasional. Langkah ini
dilakukan untuk mencegah akseptor melakukan “drop out” atau pencabutan
IUD (DinKes Jabar, 2013).
5
Tabel 1.3 Jumlah Akseptor KB di kabupaten Garut
Tahun 2013
No
1
2
3
4
5
6
7
Metode
IUD
MOW
MOP
Kondom
Implant
Suntik
Pil
Jumlah Akseptor
40.398
6.236
2.715
3.707
17.228
213.743
70.567
TOTAL
354.594
Sumber : Badan KB dan pemberdayaan perempuan 2013
Di Poli Kebidanan RSUD dr. Slamet Garut dari bulan Januari 2015 Desember 2015 jumlah akseptor keseluruhan sebanyak 343 orang, umur 1517 tahun sebanyak 2 akseptor , umur 18-24 tahun sebanyak 56 akseptor,
umur 25-44 tahun sebanyak 228 akseptor, umur 45-64 tahun sebanyak 55
akseptor, umur 65 tahun sebanyak 2 akseptor. Terdapat 45 akseptor dengan
keputihan (Buku Register).
Keputihan harus segera ditangani, karena apabila tidak segera di
tangani akan menjadi peradangan pada vagina, (Egan 2007). Maka penulis
tertarik untuk mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada
Akseptor KB IUD dengan keputihan di RSUD dr. Slamet Garut”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan yaitu
“Bagaimana melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD
dengan keputihan di Ruang Poli Kebidanan RSUD dr. Slamet Garut”.
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mampu
memahami dan mengerti tentang
pelaksanaan
asuhan
kebidanan pada akseptor KB IUD dengan keputihan di Ruang Poli
Kebidanan RSUD dr. Slamet Garut dengan pendekatan manajemen
kebidanan menurut Hellen Varney, dan mampu memperbaiki keadaan
6
umum pasien sesuai kewenangan dan kemampuan dengan pelayanan
yang maksimal.
2.
Tujuan Khusus
1) Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD
dengan keputihan, diharapkan penulis mampu :
1) Melaksanakan pengkajian pada akseptor KB IUD dengan
keputihan baik data subjektif maupun data objektif.
2) Melakukan
interpretasi
data
serta
merumuskan
diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan akseptor KB IUD dengan
keputihan.
3) Merumuskan diagnosa potensial pada akseptor KB IUD dengan
keputihan.
4) Mengidentifikasi tindakan segera pada akseptor KB IUD dengan
keputihan.
5) Menyusun perencanaan tindakan yang akan dilakukan sesuai
dengan pengkajian pada akseptor KB IUD dengan keputihan.
6) Melaksanakan perencanaan tindakan asuhan kebidanan pada
akseptor KB IUD dengan keputihan.
7) Melakukan evaluasi tindakan secara teliti dan cermat pada
akseptor KB IUD dengan keputihan.
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah referensi mengenai asuhan kebidanan pada akseptor
KB IUD dengan keputihan.
2. Bagi RSUD dr. Slamet Garut
Dapat memberikan masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan.
3. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam memberikan
asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan keputihan.
4. Bagi Ibu
Dapat menambah pengetahuan dalam asuhan kebidanan pada akseptor
KB IUD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keluarga Berencana
1. Keluarga Berencana
a. Pengertian
Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian
masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia,
sejahtera (Sulistyawati, 2012).
b. Tujuan Pelayanan Keluarga Berencana Menurut Sulistyawati (2012),
yaitu :
1) Tujuan Umum
Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi
suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.
2) Tujuan Pokok
a) Penurunan kelahiran.
b) Pendewasaan usia perkawinan.
c) Peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
c. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program keluarga berencana secara umum menurut
Sulistyawati (2012), yaitu :
1) Keluarga Berencana.
2) Kesehatan reproduksi remaja.
3) Ketahanan dan pemberdayaan keluarga.
4) Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas.
5) Keserasian kebijakan kependudukan.
6) Pengelolaan SDM aparatur.
7) Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.
8) Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Negara.
7
8
2. Akseptor
Akseptor adalah (Peserta KB ) Pasangan Usia Subur (PUS) yang
menggunakan salah satu alat / obat kotrasepsi (BKKBN, 2011) .
B. Konsep Dasar Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi
a. Kontrasepsi adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan (Sulistyawati, 2012).
b. Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi
untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu
sebagai makhlus seksual (Kemkes RI , 2012).
c. Kontrasepsi adalah obat/ alat untuk mencegah terjadinya konsepsi
atau kehamilan (BKKBN, 2011).
2. Faktor-faktor yang berperan dalam pemilihan kontrasepsi
Menurut Sulistyawati (2012), beberapa faktor yang mempengaruhi
akseptor dalam memilih metode kontrasepsi antara lain sebagai berikut :
a. Efektivitas.
b. Keamanan.
c. Kontrasepsi secara teratur dan benar.
3. Metode kontrasepsi
Menurut Prawirohardjo (2012), macam-macam kontrasepsi antara
lain :
a. Kontrasepsi Metode Sederhana
1) Tanpa Alat
(a) KB alamiah terdiri dari pantang berkala yaitu metode lendir
cervik, sistem kalender, dan metode suhu basal.
(b) Coitus Interuptus
2) Dengan Alat
(a) Mekanis (barier) terdiri dari kondom pria barier intravagina
(kondom, diafragma, kap servik).
(b) Kimiawi yang berupa spermisid (aerosol atau busa, tablet
vagina suppositoria atau dissolvable film, krim).
9
b. Kontrasepsi Metode Modern
a) Kontrasepsi hormonal
(1) Per-oral : Pil oral kombinasi dan mini pil
(2) Suntikan atau injeksi KB : depo provera setiap 3 bulan,
depo noristerat setiap 2 bulan dan cyclofem setiap bulan.
(3) Sub Kutis (Implant) atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
(AKBK) yang meliputi implant dan norplant
b) Intra Uteri Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) : IUD CuT-380A, Nova T (schering).
c) Metode Kontrasepsi Mantap
(1) Pada wanita : Metode Operatif Wanita (MOW) : Tubektomi.
(2) Pada Pria : Metode Operatif Pria (MOP) : Vasektomi.
C. Konsep Dasar Intra Uterine Device (IUD)
1. Pengertian IUD
Intra Uterine Devices (IUD) adalah alat yang terbuat dari benang
sutra tebal yang dimasukkan ke dalam rahim untuk menghindari
kehamilan (Manuaba, 2010).
2. Jenis-jenis IUD
Jenis alat kontrasepsi dalam rahim/ IUD yang sering digunakan di
Indonesia menurut Prawirohardjo (2012), antara lain :
1) Copper-T
Gambar 2.1 Contoh Copper-T
10
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus yang
mempunyai efek anti pembuahan yang cukup baik.
2) Copper-7
Gambar 2.2 Contoh Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertical
32 mm² dan ditabahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang
mempunyai luas permukaan 200 mm², fugsinya sama seperti
halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
3) Multi Load
Gambar 2.3 Contoh Multi Load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri
dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung
atas ke bawah 3,6 cm.
Batangnya
diberi
gulungan
kawat
tembaga
dengan
luas
permukaan 250 mm² atau 375 mm² untuk menambah efektivitas.
Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil) dan mini.
11
4) Lippes Loop
Gambar 2.4 Contoh Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral
atau huruf S bersambung.Untuk memudahkan kontrol, dipasang
benang pada ekornya.
Keuntungan lain dari spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi
jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat
dari bahan plastik.
1. Mekanisme Kerja IUD
Menurut Manuaba (2012), mekanisme kerja IUD sebagai berikut :
1) IUD merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan
reaksi benda asing dengan timbunan leukosit, makrofag dan
limfosit.
2) IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin,
yang menghalangi kapasitas spermatozoa.
3) Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag dan limfosit
menyebabkan blastokis mungkin dirusak oleh makrofag dan
blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi.
4) Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cupper menyebabkan
gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan
untuk melaksanakan konsepsi.
12
2. Persyaratan Pemakaian IUD
Menurut Prawirohardjo (2012), yang dapat menggunakan kontrasepsi
yaitu :
a. Usia Reproduktif.
b. Keadaan nulipara.
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
d. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
g. Risiko rendah dari IMS.
h. Tidak menghendaki metode hormonal.
i. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
3. Kontra Indikasi Pemakaian IUD
Kontra indikasi pemakaian IUD menurut Prawirohardjo (2012), yaitu :
1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi).
3) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).
4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau menderita Penyakit
Radang Panggul (PRP) atau abortus septik.
5) Kelainan bawaan abortus yang abnormal atau tumor jinak rahim
yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
6) Penyakit trifiblast yang ganas.
7) Diketahui menderita TBC pelvic.
8) Kanker alat genital.
9) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
4. Pemeriksaan lanjutan (Follow up)
Pemeriksaan untuk akseptor KB IUD menurut Sulistyawati (2012) :
1) 1 Minggu
Setelah insersi untuk mengetahui keluhan setelah pemasangan.
2) 1 Bulan
a) Untuk mengetahui posisi IUD apakah keluar atau tidak
b) Untuk mengetahui efek samping atau komplikasi
3) 3 Bulan
a) Untuk mengetahui benang IUD ada atau tidak
13
b) Untuk mengetahui efek samping atau komplikasi
4) 6 Bulan
a) Untuk mengetahui benang IUD ada atau tidak.
b) Untuk mengetahui efek samping atau komplikasi
5) 12 Bulan
a) Untuk mengetahui adakah efek samping atau komplikasi
b) Untuk dilakukan pemeriksaan Pap Smear.
5. Keuntungan dan Kerugian IUD
1) Menurut Manuaba (2010), keuntungan IUD yaitu :
a) IUD dapat diterima masyarakat dunia termasuk Indonesia dan
menempati urutan ketiga dalam pemakaian.
b) Pemasangan tidak memerlukan medis tekhnis yang sulit.
c) Kontrol medis yang ringan.
d) Penyulit tidak terlalu berat.
e) Pulihnya kesuburan setelah IUD dicabut berlangsung baik.
2) Kerugian kontrasepsi IUD menurut Manuaba (2010), antara lain:
a) Masih terjadi kehamilan dengan IUD in situ.
b) Terdapat pendarahan (spotting dan menometroragia).
c) Leukorea (keputihan) sehingga menguras protein tubuh dan
liang senggama terasa lebih basah.
d) Dapat terjadi infeksi.
e) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau
sekunder dan kehamilan ektopik.
f) Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio (erosi portio) dan
mengganggu hubungan seksual.
6.
Efek Samping, Komplikasi dan Penanggulangan
1) Efek samping menurut Prawirohardjo (2012), yaitu :
a) Amenorea
Pengobatan : Pemeriksaan ke tenaga medis.
b) Kejang
Pengobatan : Pemberian Analgetik dan pelepasan IUD.
c) Pendarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
Pengobatan : Pemantauan pendarahan oleh tenaga medis,
pemberian ibuprofen (800 mg, 3 kali sehari selama 1 minggu)
14
untuk mengurangi pendarahan, tablet zat besi (1 tablet ,
sehari selama 1 sampai 3 bulan), pelepasan IUD apabila
akseptor mengalami anemia.
d) Benang yang hilang
Pengobatan : Periksa ke tenaga medis (bidan/ dokter),
lakukan pemeriksaan X-ray atau ultrasound.
e) Adanya pengeluaran cairan dari vagina/ dicurigai adanya
Penyakit Radang Panggul (PRP).
Pengobatan : Pemeriksaan IMS, pelepasan IUD, pengobatan
sesuai ahli medis.
2) Komplikasi dan Penanggulangan menyertai pemakaian IUD
menurut Sulistyawati (2012), adalah sebagai berikut :
a) Perforasi dinding uterus.
Penanganan : Pengobatan oleh ahli medis dan pelepasan IUD
melalui laparoskopi atau laparotomi.
b) Pelvik Inflamatori Disease (PID) merupakan kelanjutan dari
infeksi yang tidak ditangani dengan baik.
Penanganan (PID) meliputi :
(1) Diagnosa dini.
(2) Pengangkatan IUD.
(3) Terapi antibiotic.
(4) Follow-up yang teratur.
(5) Pengobatan patner seksual .
c) Endometritis
Pengobatan : pemeriksaan bakteriolagik dari endoserviks dan
uterus serta pengeluaran IUD.
D. Konsep Dasar Keputihan
1. Pengertian
Keputihan merupakan istilah umum bagi keluarnya cairan yang
berlebihan dari jalan lahir / vagina selain darah menstruasi. Warnanya
bias jernih, putih, kekuning-kuningan, kehijauan, coklat, abu-abu
sampai warna keruh, kadang berbau dan kadang terasa gatal
(Manuaba, 2014).
15
Flour albus adalah nama lain dari keputihan. Setiap waktu pasti
pernah mengalami keputihan. Normalnya keputihan dialami sebelum
atau sesudah menstruasi. Namun, banyak juga wanita yang
mengalami keputihan abnormal. Yang dimaksud abnormal disini
adalah keputihan menimbulkan rasa tak nyaman pada vagina. Perlu
diingat bahwa keputihan itu tak mengenal factor usia, biasa muda,
biasa tua, bahkan bayi (Andira, 2010).
Selain cairan, dijaringan vagina juga hidup kuman pelindung
yaitu flora doderleins. Pada keadaan normal, jumlahnya cukup
dominan dengan fungsi menjaga keseimbangan ekosistem vagina.
Pada beberapa kondisi normal, keseimbangan itu terganggu misalnya
stress, menjelang atau setelah haid, kelelahan, diabetes, saat
terangsang, hamil atau mengkonsumsi obat hormonal seperti pil KB.
Gangguan hormonal inilah yang membuat cairan vagina yang keluar
sedikit berlebihan. Inilah yang disebut keputihan (lokere atau flour
albus) tetapi keputihan akibat gangguan hormonal biasanya masih
dalam tahap keadaan normal karena tidak ada perubahan warna, bau
atau rasa gatal (Anita, 2007).
Flour albus (leukorea), walaupun tidak mengandung bahaya
maut (kecuali pada karsinoma servisis uteri), cukup mengganggu
penderita, baik fisik maupun mental. Sifat dan banyaknya keputihan
dapat memberi petunjuk kearah etiologinya. Perlu ditanyakan sudah
berapa lama keluhan itu, terus menerus atau pada waktu-waktu
tertentu saja, banyaknya, warnanya, baunya, disertai rasa gatal/
nyeri atau tidak. Secara fisiologik keluarnya getah yang berlebih dari
vulva (biasanya lendir) dapat dijumpai pada waktu ovulasi, waktu
menjelang dan setelah haid, rangsangan seksual dan dalam
kehamilan. Akan tetapi, apabila merasa terganggu dirinya, berganti
celana beberapa kali sehari, lebih-lebih apabila keputihan itu disertai
rasa gatal atau nyeri, maka pasti yang dihadapi itu suatu keadaan
patologik, yang memerlukan pemeriksaan dan penanganan yang
seksama. Flour albus karena trikomoniasis dan kandiasis hampir
selalu disertai rasa gatal. Demikian pula halnya dengan flour albus
karena diabetes mellitus, sedang vaginitis senilis disertai rasa nyeri.
16
Adanya radang pelvis menahun dan infeksi virus dapat menimbulkan
keputihan pula (Prawirohardjo, 2009).
2. Macam-Macam Keputihan
a. Keputihan fisiologis
Vagina yang normal selalu berada dalam kondisi lembab
dan permukaan basah oleh cairan/ lendir (selanjutnya disebut
secret), dinding vagina dan bibir kemaluan, menyatu dengan selsel dinding vagina yang lepas serta bakteri yang normal berada
dalam vagina, bersifat asam dan berperan penting dalam
menjamin fungsi yang optimal dari organ ini (Wisnuwardani,
2009).
Keputihan pada wanita sebenarnya merupakan reaksi yang
keluar karena suatu rangsangan, seperti halnya pilek atau batuk
atau gatal-gatal pada kulit. Banyak penyebab keputihan dari yang
bersifat psikologis (stress) sampai yang bersifat organic (jamur,
virus, bakteri) atau mungkin karena factor hormonal (menjelang/
sesudah mens, masa subur) (Sangsara, 2007).
Kondisi normal yang dapat menyebabkan secret keluar
berlebih adalah pada keadaan:
1) Bayi baru lahir hingga berusia kira-kira 10 hari, hal ini karena
pengaruh estrogen dari ibunya.
2) Masa sekitar menarch atau pertama kali haid datang.
Keadaan ini ditunjang oleh hormon estrogen.
3) Seorang wanita yang mengalami gairah seksual. Hal ini
berkaitan dengan persiapan vagina untuk menerima penetrasi
pada senggama.
4) Masa sekitar ovulasi karena produksi kelenjar-kelanjar mulut
rahim.
5) Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah
ke daerah vagina ke mulut rahim, serta penebalan dan
melunaknya selaput lendir vagina.
6) Akseptor kontrasepsi pil dan akseptor IUD.
17
7) Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang
menderita penyakit kronik atau pada wanita yang mengalami
stress (Wisnuwardani, 2009).
b. Keputihan Patologis
Biasanya keputihan patologis atau keputihan tidak normal
ditandai dengan secret yang berbeda dengan menimbulkan gejala
lain pada penderita. Beberapa perubahan yang dapat ditemukan
misalnya: bau yang tidak enak, secret berwarna, keputihan
bersemu darah atau keputihan yang menimbulkan rasa gatal,
terasa perih atau panas pada kemaluan apalagi bila tersentuh air
saat berkemih.
Keputihan patologis perlu diwaspadai seperti cairan yang
berbau, berwarna dan gatal. Sedangkan banyaknya atau
sedikitnya cairan keputihan keluar, tergantung dari masingmasing. Sebab semua orang berbeda penyebab keputihan yang
abnormal adanya indikasi baik jamur bakteri dan penyebab
lainnya, sperti tumor atau kanker rahim.
Tanda dan Gejala Keputihan Patologis
1) Secret berlebihan, putih seperti susu dan menyebabkan bibir
kemaluan
gatal.
Kemungkinan
penyebab
infeksi
jamur
candida. Sering terjadi pada kelamin dan pada pengobatan
dengan antibiotic, penderita diabetes melitus dan akseptor KB
pil.
2) Secret berlebih, warna putih kehijauan atau kekuningan
dengan bau yang tidak sedap.
3) Keputihan disertai nyeri perut bagian bawah atau nyeri
panggul bagian belakang dan badan terasa sakit atau
meriang.
4) Secret sedikit atau banyak, berupa nanah, rasa sakit seperti
terbakar saat berkemih, terjadi beberapa waktu setelah
hubungan seksual dengan pasangan yang sedang ada
keluhan pada kemaluannya.
5) Secret kecoklatan seperti darah terjadi pada senggama.
18
6) Secret bercampur darah terjadi ditengah siklus haid atau
setelah senggama.
7) Secret bercampur darah disertai bau yang khas akibat
banyaknya sel-sel yang mati (Prayitno, 2014).
3. Patofisiologi Keputihan
Keputihan sering dikaitkan dengan kadar keasaman daerah
sekitar vagina, karena keputihan bisa terjadi akibat PH vagina tidak
seimbang. Sementara kadar keasaman vagina disebabkan oleh dua
hal, factor intern dan ekstern. Faktor intern antara lain pil kontrasepsi
yang mengandung estrogen, IUD yang bisa menyebabkan bakteri,
kanker, atau HIV positif, sedangkan factor ekstern antar lain
kurangnya personal hygiene (Maharani, 2009).
Secara umum keputihan bisa disebabkan oleh beberapa hal
yang berhubungan dengan personal hygiene diantaranya:
a. Penggunaan tisue yang terlalu sering untuk membersihkan organ
kewanitaan. Biasanya, hal ini dilakukan setelah BAK ataupun BAB.
b. Mengenakan pakaian berbahan sintetis yang ketat, sehingga
ruang yang ada tidak memadai. Akibatnya, timbulah iritasi pada
organ kewanitaan.
c. Sering
kali
menggunakan
WC
yang
kotor,
sehingga
memungkinkan adanya bakteri yang dapat mengotori organ
kewanitaan.
d. Jarang mengganti panty liner.
e. Sering kali bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain,
sehingga kebersihannya tidak terjaga.
f.
Kurangnya perhatian terhadap organ kebersihan kewanitaan.
g. Membasuh organ kewanitaan kearah yang salah yaitu arah
basuhan yang dilakukan dari belakang ke depan.
h. Tidak segera mengganti pembalut ketika menstruasi.
i.
Menggunakan sabun pembersih untuk membersihkan organ
kewanitaan secara berlebihan sehingga flora doderleins yang
berguna menjaga tingkat keasaman didalam organ kewanitaan
terganggu.
j.
Tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang kotor (prayitno, 2014).
19
4. Pencegahan Keputihan
a. Hindari Pakaian Dalam yang Ketat
Kelembaban dan hawa panas adalah kombinasi yang sempurna
bagi pertumbuhan jamur. Berjemur dengan pakaian dalam yang
basah dan terbuat dari nilon, pantyhose, leotard atau celana jeans
yang ketat hanya menimbulkan masalah. Paling baik adalah
menggunakan baju-baju yang longgar.
b. Hindari Makanan yang Mengandung Gula
Terdapat sedikit sekali bukti ilmiah, namun sejumlah besar bukti
yang bersifat anekdot menunjukan bahwa dengan makananmakanan yang mengandung gula, wanita dapat mengurangi
kemungkinan untuk mendapatkan infeksi-infeksi jamur dengan
alsan berkurangnya glukosa didalam vagina.
c. Perlakukan dengan Hati-hati
Segala sesuatu yang menimbulkan iritasi pada jaringan vagina
mengakibatkan seorang wanita mudah terkena infeksi jamur.
Hindari semprotan higienis pewangi untuk vagina, kertas toilet
yang wangi, atau membersihkan vagina terlalu sering.
d. Cobalah Mengganti Alat Kontrasepsi
Penelitian-penelitain telah menunjukan bahwa kontrasepsi oral,
IUD dan spermisidida yang dipakai di vagina dan spons
kontrasepsi, dapat meningkatkan kecenderungan seorang wanita
untuk terjangkit adanya infeksi jamur.
5. Pengobatan Keputihan
Pengobatan keputihan yang dilakukan tergantung pada
penyebabnya, bila karena infeksi diberi obat anti infeksi (antibiotic, anti
jamur), bila karena psikologis dicari dan diselesaikan penyebabnya,
kalau faktor hormonal selama tidak menimbulkan infeksi biasannya
tidak perlu pengobatan (Sangsara, 2007).
Tujuan pengobatan flour albus pada dasarnya terdiri dari 3
tahap yaitu menghilangkan gejala, memberantas penyebab dan
mencegah timbulnya kembali flour albus. Untuk itu upaya yang
dilakukan
adalah
anamnesa,
pemeriksaan
fisik,
pemeriksaan
laboratorium serta pemeriksaan lainnya. Khusus untuk flour albus
20
akibat infeksi maka pasangan seksual penderita harus diperiksa dan
diobati. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi fenomena pingpong.
Sesuai gejala dan tanda diatas kepastian diagnosa perlu
ditegaskan oleh dokter.
a. Bila keputihan abnormal, jangan nambah permasalahan dengan
menyiramkannya dengan air hangat atau panas, di garuk,
disabuni dengan menggosok secara berlebihan. Bersihkan
dengan air dingin, pakai pakaian dalam katun yang agak longgar,
jangan pakai stoking atau celana ketat.
b. Pemakaian jamu, berendam dengan air sirih dan lain-lain
umumnya hanya mengurangi gejala. Bila ada infeksi jamur kurangi
konsumsi gula, cari pertolongan untuk kepastian diagnosa.
6. Penatalaksanaan Keputihan
Menurut Abidin (2009), perencanaan asuhan pada akseptor KB IUD
dengan keputihan adalah
1) Jelaskan keputihan yang dialami dan kondisi IUD yang di pakai.
2) Jelaskan bagaimana menjaga daerah pribadi atau genetalia agar tetap
bersih dan kering.
3) Jelaskan kepada klien agar tetap memakai kontrasepsi IUD .
4) Jelaskan tentang hubungan seksual.
5) Beri dukungan moril pada ibu.
E. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
a. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan
tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien
yang
memiliki
kebutuhan
atau
masalah
kebidanan
(kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, keleuarga berencana, kesehatan
reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat).
21
b. Tujuan Asuhan Kebidanan
Tujuan
asuhan
kebidanan
adalah menjamin
kepuasan dan
keselamatan ibu dan bayinya sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan
keluarga bahagia dan berkualitas melalui pemberdayaan perempuan dan
keluarganya dengan menimbulkan rasa percaya diri (Soepardan, 2008).
F. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan
dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2007).
2. Manajemen Kebidanan dan Langkah-langkah Asuhan Kebidanan
Menurut Varney (2007), manajemen kebidanan terdiri dari 7
langkah yang berurutan, dimana setiap langkah disempurnakan secara
periodik. Proses periodik dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan
berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk kerangka
lengkap yang dapat menjadi langkah-langkah tertentu dan dapat berubah
sesuai dengan keadaan pasien. Adapun pelaksanaan menggunakan
manajemen kebidanan 7 langkah Varney tersebut adalah sebagai berikut:
a. Langkah Pertama : Pengumpulan dan Pengkajian Data
Sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Varney, 2007).
Tahap ini meliputi :
1) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang dikatakan oleh pasien atau orang
yang terdekat yang mencerminkan pikiran perasaan dan persepsi
mereka sendiri (Nursalam, 2007).
a) Biodata
(1)
Nama
: Untuk mengetahui nama pasien.
(2)
Umur
: Untuk mengenal faktor resiko dari umur
22
pasien.
(3)
Agama
: Berguna
untuk
memberi
motivasi
pasien sesuai dengan kepercayaannya.
(4)
Suku/bangsa
: Untuk mengetahui adat dan kebiasaan
pasien .
(5)
Pendidikan
: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
ibu dalam bidang kesehatan .
(6)
Pekerjaan
: Untuk
mengetahui
status
sosial
ekonomi dan aktifitas ibu sehari .
(7)
Alamat
: Untuk
mendapatkan
gambaran
lingkungan tempat tinggal pasien .
b) Keluhan Utama
Adalah mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan
(Varney, 2007).
Pada kasus KB IUD dengan keputihan keluhannya adalah
merasa tidak nyaman dengan keadaannya terdapat cairan
lendir, tidak berwarna (bening), tidak gatal dan tidak berbau
c) Riwayat Menstruasi (Manuaba, 2014).
Untuk
mengetahui
kapan
mulai
menstruasi,
siklus
mentruasi,lamanya menstruasi, banyaknya darah menstruasi,
teratur/ tidak menstruasinya, sifat darah menstruasi, keluhan
yang dirasakan sakit waktu menstruasi disebut disminorea
(Estiwidani dkk.,2008).
Pada
kasus
keputihan
terjadi
perubahan siklus haid, perdarahan antar menstruasi haid lebih
lama dan banyak dan saat haid lebih sakit (Saifuddin, 2010).
d) Riwayat Perkawinan
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin,
berapa kali, usia menikah berapa tahun, dengan suami usia
berapa,lama perkawinan dan sudah mempunyai anak belum.
Hal ini perlu diketahui seberapa perhatian suami kepada
istrinya (Estiwidani dkk., 2008).
23
e) Riwayat Kehamilan dan Nifas yang Lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran : G
(gravidarum), P (para), A (abortus), H (hidup). Riwayat
persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran,
lamanya
melahirkan,
dan
cara
kesehatan
yang
timbul
gangguan
melahirkan.
sewaktu
Masalah/
hamil
dan
melahirkan. Riwayat kelahiran anak, mencangkup berat badan
bayi sewaktu lahir, adakah kelainan bawaan bayi, jenis
kelamin bayi, keadaan bayi hidup/ mati saat dilahirkan
(Estiwidani dkk., 2008).
f)
Riwayat Keluarga Berencana
Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis
kontrasepsi, efek samping, keluhannya apa, alasan berhenti,
(bila
tidak memakai lagi), lamanya menggunakan alat
kontrasepsi (Estiwidani dkk., 2008).
g) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan untuk memastikan bahwa tidak ada kontra
indikasi pemakaian KB IUD seperti penyakit jantung, diabetes
militus dengan komplikasi. Tumor dan adanya perdarahan
pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya (Saifuddin,
2009).
h) Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi
: Mengetahui seberapa banyak asupan
nutrisi pada pasien dengan mengamati
adakah penurunan berat badan atau
tidak ada pada pasien (Susilawati, 2008).
Pola Eliminasi
: Untuk mengetahui perubahan siklus BAB
dan BAK, apakah lebih dari 4 kali sehari,
BAK sedikit atau jarang (Susilawati,
2008).
Pola Istirahat
: Mungkin terganggu karena adanya rasa
yang tidak nyaman (Susilawati, 2008).
24
Pola Hygiene
: Kebiasaan
mandi
setiap
harinya
(Susilawati, 2008).
Aktivitas
: Aktivitas akan terganggu karena kondisi
tubuh yang lemah atau adanya nyeri
akibat
penyakit
yang
dialaminya
(Susilawati, 2008).
Pola Seksualitas : Untuk mengetahui kebiasaan hubungan
seksual klien dengan suami dan adakah
terdapat kelainan atau keluhan selama
hubungan seksual. Pada kasus pola
seksual ibu menurun (Hartanto, 2007).
i)
Riwayat Psikologis
Dengan menggunakan pendekatan psikologis kesehatan
maka akan diketahui gaya hidup orang tersebut dan pengaruh
psikologi kesehatan terhadap gangguan kesehatan (UII,
2008). Pada kasus keputihan ibu merasa cemas dengan
keadaannya (Rachmawati, 2007).
1) Data Objektif
Data objektif data yang dapat dilihat dan diobservasikan tenaga
kesehatan (Priharjo, 2007).
a) Pemeriksaan Fisik
(1)
Tekanan Darah
: Untuk mengetahui faktor resiko
hipertensi atau potensi dengan
nilai satuannya mmHg. Keadaan
sebaiknya antara 90 per 60
sampai
130/90
mmHg
atau
peningkatan sistolik tidak lebih
dari 30 mmHg dan peningkatan
diastolik
mmHg
tidak
dari
lebih
kedaan
dari 14
pasien
normal pada atau paling sedikit
pengukuran berturut-turut pada
selisih
1
jam
(Wiknjosastro,
25
2007).
(2)
Pengukuran
:
Suhu
badan
normal
adalah
36˚C sampai 37˚C. Bila suhu
Suhu
tubuh lebih dari 38˚C harus
dicurigai
adanya
infeksi
(Wiknjosastro, 2007).
(3)
Nadi
:
Denyut nadi normal 70 x/menit
sampai
88
x/menit
(Perry&Potter, 2007).
(4)
Pernafasan
:
Dinilai
sifat
pernafasan
dan
bunyi nafas dalam satu menit
pernafasan kurang dari 40x/
menit atau lebih dari 60x/ menit
(Saifuddin, 2009).
b) Inspeksi
(1)
Rambut
: Untuk menilai warna, ketebalan, distribusi
dan karakteristik (Alimun, 2007).
(2)
Muka
: Keadaan muka pucat atau tidak adakah
kelainan adakah oedema ( Wiknjokosastro
2007).
(3)
Mata
: Conjungtivs anemis atau tidak, sclera
ikterik atau tidak (Amirul, 2007).
(4)
Hidung
: Untuk mengetahui apakah ada polip atau
tidak (Rachmawati, 2007).
(5)
Mulut
: Untuk mengetahui mulut bersih apa tidak,
ada
caries
dan
karang
gigi
tidak
(Wiknjokosastro, 2007).
(6)
Telinga
: Bagaimana keadaan daun telinga, liang
telinga
dan
timpani,
ketajaman
pendengaran (Alimul, 2007).
(7)
Leher
: Untuk megetahui pembesaran tyroid, nyeri
atau kekakuan pada leher, keterbatasan
gerak leher, pembesaran atau nyeri tekan
26
pada kelenjar getah bening, kesimetrisan
trakea. Hal ini untuk mengetahui adanya
peradangan
atau
gngguanmetabolisme
tubuh (Varney, 2007).
(8)
Payudara
: Untuk mengetahui kesimetrisan, ukuran,
massa, lesi jaringan perut pada struktur
dan
dinding
mengetahui
dada.
apakah
Hal
ada
ini
untuk
tumor
atau
kanker/tidak (Varney, 2007).
(9)
Abdomen
: Apakah ada jaringan perut atau bekas
operasi, adakah nyeri tekan serta adanya
massa (Alimul, 2007).
(10)
Ekstremitas
: Untuk
mengetahui
adanya
oedema,
varices (Wiknjosastro, 2007).
c) Pemeriksaan Obstetri, terdiri dari :
(1) Vagina Taucher : Untuk mengetahui apa ada nyeri
sentuh, benjolan, meraba benang IUD, adakah leokorea
(Varney, 2007).
(2) Obstium uteri eksternum (OUE) : tertutup atau tidak,
mengetahui adanya flour albus, perdarahan post coitus
dan lendir berwarna kecoklatan (Ferry, 2008).
(3) Inspekulo : seberapa banyak keputihan yang terjadi dan
berwarna putih menyala (Varney, 2007).
(4) Pada kasus keputihan
dilakukan pemeriksaan yang
menggunakan spekulum terlihat keputihan dengan lendir
kental dan jernih dalam jumlah yang banyak (Aghe, 2009).
2) Pemeriksaan Penunjang atau Laboratorium
Digunakan
untuk
mengetahui
kondisi
klien
sebagai
data
penunjang yaitu dilakukan pemeriksaan pap smear (Manuaba,
2008). pada kasus
keputihan
adanya diagnosis dini
dilakukan untuk mengetahui
keganasan, perawatan ikutan dari
keganasan, interpretasi hormonal wanita dan menentukan proses
peradangan (Manuaba, 2010).
27
b.
Langkah Kedua : Interpretasi Data
Data dasar yang sudah dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga
dirumsukan diagnosa, masalah dan kebutuhan. Diagnosa kebidanan
adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan
(Varney, 2007).
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktek kebidanan (Estiwidani dkk., 2008).
Diagnosa : Ny… P… A… Akseptor KB IUD dengan keputihan.
Dasar :
a) Data Subyektif :
a. Ibu merasa tidak nyaman dengan keadaannya terdapat
cairan lendir, berwarna bening tidak gatal dan tidak berbau
(Manuaba, 2014).
b. Jumlah cairan banyak (Manuaba, 2007).
c. Cemas karena keadaan yang dialami (Susilawati, 2008).
b) Data Obyektif
a. Pemeriksaan inspekulo untuk mengetahui keadaan vagina
dan servik : terlihat keputihan dengan lendir kental dan
jernih dalam jumlah yang banyak (Rahmawati, 2007).
b. Pengeluaran pervaginam lendir kental jernih dan tidak
berbau (Rahmawati, 2007).
c. Pemeriksaan obstetri : ada flour berwarna putih, tidak
berbau,benang IUD tampak didepan portio, tampak luka
kemerahan di sekitar obstium uteri eksternum (Rahmawati,
2007).
2) Masalah
Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa
sesuai dengan keadaan pasien (Nursalam, 2007). Masalah yang
sering ditemukan pada akseptor KB IUD dengan keputihan yaitu
merasa cemas (Ferry, 2008).
28
3) Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien, pasien
dan yang belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang
didapatkan dengan melakukan analisa data (Varney, 2007).
Kebutuhan akseptor KB IUD antara lain :
a) Penjelasan tentang efek samping dari IUD (Hartanto, 2007).
b) Penjelasan tentang kebersihan (Vulva hygiene) (Hartanto,
2007).
c) Pengobatan pada keputihan (Ferry, 2007).
d) Dorongan moral dan informasi tentang keputihan (Manuaba,
2008)
c. Langkah Ketiga : Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan
rangkaian
masalah
dan
diagnosa
yang
sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila diagnosa atau
masalah potensial ini benar- benar terjadi (Varney, 2007). Masalah
potensial yang terjadi pada aseptor KB IUD dengan keputihan apabila
tidak segera mendapat penanganan akan terjadi vulvitis, vaginitis dan
vulvavaginitis (Egan, 2007).
d. Langkah Keempat : Tindakan Segera
Pada langkah ini perlu diambil segera untuk mengantisipasi
diagnosa potensial yang berkembang lebih lanjut dan menimbulkan
komplikasi, sehingga dapat segera dapat segera dilakukan tindakan
yang sesuai dengan diagnosa potensial yang muncul (Varney, 2007).
Pada kontrasepsi IUD tindakan yang dilakukan oleh bidan adalah
dengan pemberian metronidazol 500 mg/oral tiap 6 jam dan
kalmetason 3 x 0,5 mg/oral selama 3 hari, pemberian nasehat Vulva
hygiene (Hartanto, 2007).
e. Langkah Kelima : Perencanaan
Merupakan
pengembangan
rencana
perawatan
yang
komprehensif ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini
adalah sebuah perluasan dari mengidentifikasi masalah dan diagnosa
29
yang telah diantisipasi dan yang terbaru dan juga melibatkan usaha
untuk memperoleh bagian tambahan dari data apapun yang hilang
(Varney, 2007).
Perencanaan asuhan yang menyeluruh berkaitan dengan
diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan, maka perencanaan
yang perlu dilakukan terhadap klien menurut (Abidin, 2009) adalah :
a. Jelaskan keputihan yang dialami dan kondisi IUD yang di pakai.
b. Jelaskan bagaimana menjaga daerah pribadi atau genetalia agar
tetap
bersih dan kering.
c. Jelaskan kepada klien agar tetap memakai kontrasepsi IUD .
d. Jelaskan tentang hubungan seksual.
e. Beri dukungan moril pada ibu.
d. Beri terapi keputihan yang dialami
f.
Langkah Keenam : Implementasi
Implementasi merupakan pelaksaan dari asuhan yang telah
direncanakan secara efisien dan aman. Pada kasus dimana bidan
harus berkolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan pasien adalah tetap bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan asuhan bersama yang menyeluruh (Varney, 2007).
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan
keputihan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
g.
Langkah Ketujuh : Evaluasi
Merupakan langkah terakhir untuk menilai keaktifan dari rencana
asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam
masalah dan diagnosa (Varney, 2007). Evaluasi yang diharapkan
pada akseptor KB IUD dengan keputihan menurut Hartanto (2007),
yaitu :
1) Pasien mengatakan sudah tidak merasakan cemas.
2) Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.
3) Inspekulo tidak ada sedikit fluor albus.
4) Pasien bersedia melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau
bila ada keluhan.
30
5) Ibu bersedia mengurangi frekuensi hubungan seksual dengan
suami.
3. Data Perkembangan Menggunakan SOAP :
Pendokumentasian data perkembangan asuhan kebidanan yang telah
menggunakan SOAP
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung assesment. Pemeriksaan fisik dilakukan
dengan melihat keadaan umum pasien misalnya kesadaran, pucat,
lemah dan menahan sakit. Pada pemeriksaan laboratorium misalnya
pemeriksaan Hb, pemeriksaan pap smear dan secret vagina.
A : Assesment / Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subyektif dan obyektif dalam suatu indentifikasi
P : Planning
Menggambarkan
pendokumentasian
dari
rencana
evaluasi
berdasarkan assessment. Memberikan konseling sesuai dengan
permasalahan
yang
ada
sebagai
upaya
untuk
membangun
pengobatan.
G. Konsep Dasar Dokumentasi
1. Pengertian Dokumentasi
Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu pencataan dengan
pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan pasien
dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (Bidan,
dokter/ perawat dan petugas kesehatan lainnya). Pendokumentasian dari
asuhan kebidanan di rumah sakit dikenal dengan istilah rekam medik
(Fitria, 2011).
Dokumentasi kebidanan menurut SK Menkes RI No 749 adalah
berkas yang berisi catatan dan dokumen yang berisi tentang identitas :
31
anamnesa, pemeriksaan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan
kepada seorang pasien selama dirawat di rumah sakit yang dilakukan di
unit-unit rawat termasuk UGD dan Unit Rawat Inap. Dokumentasi berisi
dokumen/ pencatatan yang memberi bukti dan kesaksian tentang sesuatu
atau suatu pencatatan tentang sesuatu (Fitria, 2011).
Metode pendokumentasian yaitu dengan menggunakan metode
SOAPIER, SOPIED, SOAPIE dan SOAP. Semua metode dokumentasi
memiliki kesamaan dalam pengkajiannya, tetapi dari semua metode
tersebut yang dipakai dalam pendokumentasian asuhan kebidanan pada
saat ini, yaitu memakai metode SOAP. S merupakan Data Subjektif, O =
Data Objektif, A = Analisa/ Assessment/ Pengkajian dan P = Plan/
Planning/ Perencanaan (Fitria, 2011).
H. Kewenangan Bidan
Menurut Permenkes Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 pasal 9
bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan
yang meliputi :
1. Pelayanan kesehatan ibu.
2. Pelayanan kesehatan anak.
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana,
Pasal 12 Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 huruf c, berwenang untuk:
1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana.
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
Pasal 13 Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,
Pasal 11, dan Pasal 12 Bidan yang menjalankan program Pemerintah
berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi :
1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim.
2. Memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, pelayanan alat
kontrasepsi bawah kulit hanya dapat dilakukan oleh bidan yang dilatih.
32
I. Tinjauan Islam
1. Keluarga Berencana Menurut Agama
Ada dua pendapat mengenai pandangan agama islam terhadap
keluarga berencana, hal tersebut yaitu memperbolehkan dan melarang
penggunaan alat kontrasepsi. Karena ada beberapa ulama yang
.mengatakan penggunaan alat kontrasepsi itu adalah sesuatu hal yang
sangat bertentangan dengan ajaran agama karena berlawanan dengan
takdir/ kehendak Allah.
Selanjutnya pendapat/ pandangan agama dalam pemakaian
alat kontrasepsi IUD. Ada dua pendapat yaitu memperbolehkan/
menghalalkan dan melarang / mengharamkan.
a. Pendapat/ pandangan agama yang memperbolehkan/ menghalalkan
pemakaian kontrasepsi IUD :
1) Pemakaian IUD bertujuan menjarangkan kehamilan.
Dengan menggunakan kontrasepsi tersebut keluarga dapat
merencanakan jarak kehamilan sehingga ibu tersebut dapat
menjaga kesehatan ibu, anak dan keluarga dengan baik.
2) Pemakaian IUD bertujuan menghentikan kehamilan.
Jika didalam suatu keluarga memiliki jumlah anak yang banyak,
tentunya sangat merepotkan dan membebani perekonomian
keluarga. Selain itu bertujuan memberikan rasa aman kepada ibu.
Karena persalinan dengan factor resiko/ resiko tinggi dapat
mengancam keselamatan jiwa ibu. Agar ibu dapat beristirahat
waktu keseharian ibu tidak hanya digunakan untuk mengurusi
anak dan keluarga.
b. Pendapat/ pandangan agama yang melarang/ mengharamkan
mengharamkanpemakaian kontrasepsi IUD :
1) Pemakaian IUD bersifat aborsi, bukan kontrasepsi.
2) Mekanisme IUD belum jelas, karena IUD dalam rahim tidak
menghalangi pembuahan sel telur bahkan adanya IUD sel mani
masih dapat masuk dan dapat membuahi sel telur (masih ada
kegagalan).
3) Pemakaian IUD dan sejenisnya tidak dibenarkan selama masih
ada obat-obatan dan alat lainnya. Selain itu pada waktu
33
pemasangan dan pengontrolan IUD harus dilakukan dengan
melihat aura wanita.
2. Keluarga Berencana menurut Al-Qur’an
Pandangan Al-Quran terhadap Keluarga Berencana terdapat dalam ayat
Al-Quran, diantaranya ialah :
a. Surat Al-Qasas’: 77
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan
bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Surat
Al-Qasas’: 77).
Dari ayat di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa petunjuk
yang perlu dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga kesehatan
istri, mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan biaya
hidup rumah tangga.
3. Keluarga Berencana menurut Sabda Rasulullah S.A.W
a.
Dari Anas r.a Nabi bersabda : “Nikahilah olehmu kepada wanita
kelak di hari kiamat yang berbakat banyak anak dan yang
penyayang ; sesungguhnya aku merasa bangga akan banyaknya
jumlahmu terhadap para Nabi (Diriwayatkan oleh Ahmad dan di
shahihkan oleh Ibnu Hibban. Dan kesaksian hadist ini ada pada Abu
Dawud, Nasai dan Ibnu Hibban juga dari Ma’qilbin Yasar).
b.
Hadist
riwayat
Al-Bukhari
dan
Waqqash
ra
bersabda:
‫ك أَ ْغ ِن َيا َء َخيْرٌ ِمنْ أَنْ َت َذ َر ُه ْم َعا َل ًة َي َت َك َّففُ ْو َن‬
َ ‫ك أَنْ َت َذ َر َو َر َث َت‬
َ ‫إِ َّن‬
‫اس‬
َ ‫ال َّن‬
34
Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu
dalam keadaan kecukupan daripada meninggalkan mereka menjadi
beban tanggungan orang banyak. (Hadits riwayat Al-Bukhari dan
Muslim dari Saad bin Abi Waqqash ra).
4.
Keluarga Berencana Menurut Pandangan Ulama
Menurut Al-Qaradhawi, ada alasan-alasan yang menjadi pijakan
untuk berkeluarga berencana. Di antaranya, adanya kekhawatiran
kehidupan atau kesehatan ibu bila hamil atau melahirkan. Ini setelah
penelitian dan pemeriksaan dokter yang dapat dipercaya. Ia mengutip
Al-Baqarah ayat 195, agar seseorang tak menjatuhkan diri dalam
kebinasaan.
5. Keluarga Berencana Menurut Pandangan Islam
Penjelasan dari majelis tajrih :
a)
Ayat Al-Qur’an dan Hadist-hadist yang disebut dalam konsideran :
menjadi pengantar konsideran berikutnya.
b)
Keseimbangan antara maksud perkawinan untuk memperoleh
keturunan, anjuran untuk memperbanyak keturunan, berusaha agar
anak keturunan kita tidak menjadi beban orang lain dan berusaha
agar umat Islam merupakan umat yang kuat, menjadi kebulatan
pandangan dalam perumusan keputusan Keluarga Berencana.
c)
Pencegahan kehamilan yang dianggap berlawanan dengan ajaran
Islam ialah : sekap dan tindakan dalam perkawinan yang dijiwai
oleh niat segan mempunyai keturunan atau dengan cara merusak/
merubah
organisme
yang
bersangkutan
seperti:
memotong,
mengikat dan lain-lain.
d)
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui
fatwa-fatwa tarjih menjelaskan, surah An-Nisa ayat 9 secara umum
dapat menjadi motivasi keluarga berencana, tapi bukan jadi dasar
langsung kebolehannya.
Ayat tersebut berbunyi “Hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah
dibelakang
mereka,
kesejahteraannya”.
yang
mereka
khawatir
terhadap
35
Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid, Islam menganjurkan agar
kehidupan anak-anak jangan sampai telantar sehingga menjadi
tanggungan orang lain. Ayat tersebut mengingatkan agar orang tua
selalu memikirkan kesejahteraan jasmani dan rohani anak-anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Surat Al-Qassas Ayat 77
Al-Qur’an. Surat An-Nisa Ayat 9
Andira, Dita 2010. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Plus
Books
Anit.
(2007).
Fakta
tentang
keputihan.
Available
;
http:/www.Kespro.Kompas.Com. Diakses Pada Tanggal 07 April
2016.
BKKBN,
2013.
Program
KB
Nasional
di
Indonesia.
Available
from:
http://www.ProgramKB.com. Diakses tanggal 05 april 2016.
Detik finance. 2014. Negara dengan Penduduk Terbanyak di Dunia. Available
from:http://finance.detik.com/read/2014/03/06/134053/2517461/4/neg
ara-dengan-penduduk-terbanyak-di-dunia-ri-masuk-4-besar.Diakses
tanggal 30 Maret 2016.
Dinkes. 2014. Absensi Laporan Kabupaten Kota 2014. Available from:
http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/807.
Diakses
tanggal 02 April 2016.
Estiwidani dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: fitramaya
Depkes RI. 2013. Pedoman Penanggulangan Efek Samping / Komplikasi
Kontrasepsi. Jakarta : Departemen Kesehatan
Ferri, A. G. At. All. 2007. Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta :
EGC.
Hartanto. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :
EGC.
53
54
Muhammadiyah (2011). Himpunan Putusan Tarjih. Yogyakarta : Suara
Muhammadiyah.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam,
2008.
Konsep
dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Permenkes. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010
tentang
Izin
dan
Penyelenggaraan
Praktik Bidan. Available from: http://www.google.co.id/tag/ diakses
tanggal 15 April 2016.
Prawirohardjo. 2012. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prayitno.
2014.
Buku
Lengkap
Kesehatan
Organ
Reproduksi
Wanita.
Yogyakarta: Saufa
Priharjo, R, 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: buku kedokteran EGC
Proverawati dkk, 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Pubmed. 2013. Role of the levonorgestrel intrauterine system in effective
contraception.Availablefrom:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC3749061/. Diakses tanggal 30 Maret 2016.
Saifuddin, A.B. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka.`
Sulistyawati, L. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. 2012. Jakarta : Salemba
Medika.
Sya’rawi, 2013. Program Keluarga Berencana Menurut Hukum Islam Available
from:https://keperawatanreligionameliarienna.wordpress.com/.Diakses
tanggal 15 April 2016
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC
55
Wikipedia. 2014. Daftar Negara Menurut Pembangunan Manusia Available
from:http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_Indeks_Pem
bangunan_Manusia. Diakses tanggal 30 Maret 2016
Wiknjosastro, H. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono
prawirohardjo.
Download