J-PAL, Vol. 5, No. 2, 2014 ISSN: 2087-3522 E-ISSN: 2338-1671 Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangplsoso, Kabupaten Malang Sebagai Dampak dari Urban Sprawl Aprildahani1*, Abdul Wahid Hasyim2, Turniningtyas Ayu Rachmawati3 1 Program Magister Teknik Sipil Minat Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya 2 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 3 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Abstrak Kebutuhanruang untuk aktivitas perkotaan yang semakin besar menyebabkan pertumbuhan Kota Malang mulai bergerak menjauh dari pusat kota (urban sprawl)dengan menyebar ke wilayah pinggiran, salah satunya adalah Kawasan Perkotaan Karangploso (KPK), Kabupaten Malang.Urban sprawlditandai dengan alih fungsi lahan pertanian di wilayah pinggiran kota karena peningkatan penduduk dan pertumbuhan kegiatan. Alih fungsi lahan pertaniandapat diketahui dengan analisis perkembangan guna lahan, yaitumelakukan overlaypada satu area dalam waktu yang berbeda dengan menggunakan ArcGISv.10.0. Oleh karena itu, dilakukan tinjauan spasial di wilayah studi pada tahun 2010 dan 2013 dengan bantuan media peta.Hasilnya,KPK adalah wilayah pingggiran Kota Malang yang diidentifikasi terkena perluasan kegiatan perkotaan dari Kota Malang dengan ditandai tingginya alih fungsi lahan pertaniandi KPK. Dari tahun 2010 hingga tahun 2013, luas sawah irigasi berkurang 60,7 Ha dan luas tanah ladang berkurang 0,93 Ha. Lahan pertanian dialihfungsikan menjadi lahan terbangun, seperti kawasan perumahan, perdagangan dan jasa serta industri, sehingga disimpulkan kebijakan larangan alih fungsi lahan pertanian irigasi di KPK tidak memberikan dampak bagi implementasi di lapangan.Alih fungsi lahan tidak mungkin dapat dicegah karena kebutuhan akan lahan yang meningkat, namun alih fungsi lahan harus tetap direncanakan agar tidak menimbulkan dampak negatif. Kata Kunci: Alih fungsi lahan pertanian, Urban sprawl, Wilayah pinggiran kota Abstract The need for space due to the growing urban activity causes the growth of Malang City spread from the city center (urban sprawl)to suburban areas, one of which is Kawasan Perkotaan Karangploso (KPK), Kabupaten Malang. Urban sprawl is characterized by the conversion of agricultural land in the suburbs because of the increase in population and the growth of activity in the suburbs. Agricultural land conversion can be determined by analysis of the trend of land used, that is undertaking overlay on one area at different times using ArcGIS v.10.0. Therefore, conducted a review spatially in the study area in 2010 and in 2013 with the help of the media map.The result, KPK is suburbs of Malang City identified exposed by expansion of urban activities of Malang City with marked by high conversion of agricultural land in KPK. Year from 2010 to 2013, area of an irrigation land reduced 60.7 ha and area of a farm land reduced 0.93 ha. Agricultural land converted into the developed land, such as residential areas, commerce and services as well as industry, so the conclusion ispolicys that prohibits conversion of irrigation land in KPK does not give effect to the implementation in the field.Land conversion may not be prevented because of the increased demand for land, but land conversion must be planned so as not to cause a negative impact. Keywords : Agricultural land conversion, Urban sprawl, Suburban PENDAHULUAN Perkembangan Kota Malang sebagai kota pendidikan, industri dan pariwisata telah menyebabkan pertumbuhan kota dan peningkatan jumlah penduduk. Hal tersebut berdampak pada kebutuhan ruang untuk beraktivitas yang semakin besar sehingga Alamat Korespondensi : Baiq Rindang Aprildahani Email : [email protected] Alamat : Program Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 167 Malang, 65145 menyebabkan lahan menjadi semakin langka dan mahal. Pada akhirnya pertumbuhan kota mulai bergerak menjauh dari pusat kota dengan menyebar ke wilayah pinggiran, salah satunya adalah Kawasan Perkotaan Karangploso. Dalam hal ini, Kota Malang mulai menunjukkan gejala urban sprawl. Peningkatan penduduk dan pertumbuhan kegiatan yang terjadi di wilyah pinggiran kota sebagai akibat dari pertumbuhan pusat kota menyebabkan kebutuhan lahan di wilayah pinggiran kota semakin besar.Kawasan Perkotaan Karangploso sebagai bagian dari Wilayah 54 Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangplsoso (Aprildahani, et al.) Pengembangan Lingkar kota Malang yang diatur dalam RTRW Kabupaten Malang Tahun 20072027dan RDTR Kawasan Perkotaan Karangploso Tahun 1992/1993–2012/2013, telah diprediksi memiliki perkembangan yang tinggi1,2. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk menilai tingkat perkembangan di Kawasan Perkotaan Karangploso. Mempertahankan lahan pertanian di wilayah pinggiran kota menjadi hal yang penting untuk menghindari kerawanan pangan, kerusakan lingkungan atau ancaman hilangnya budaya-budaya lokal3. Sedangkan, percetakan sawah baru menemukan banyak kendala, seperti tingginya biaya dan lamanya waktu yang dibutuhkan3.Pengendalian yang hanya memaksakan dari kebijakan, baik berupa kebijakan tata ruang atau kebijakan alih fungsi lahan pertanian pada akhirnya tidak akan berjalan efektif karena pelaku konversi selalu mendapat celah dalam kebijakan tersebut. METODE PENELITIAN Alih fungsi lahan pertanian di Kawasan Perkotaan Karangploso diketahui dengan melakukan analisis perkembangan guna lahanyang menjabarkan perubahan guna lahan terutama pertanian dan non pertanian di wilayah studi. Pengolahan data guna lahan dilakukan dengan caraoverlay pada satu area dalam waktu yang berbeda sehingga menghasilkan penilaian terhadap perubahan guna lahan. Alat yang digunakan dalam membandingkan guna lahan adalah ArcGISversi10.0, yaitu salah satu perangkat lunak desktop sistem informasi geografis dan pemetaan yang telah dikembangkan oleh ESRI. Oleh karena itu, dilakukan tinjauan spasial di wilayah studi pada tahun 2010 dan tahun 2013 dengan bantuan media peta. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data menggunakan survei primer dan sekunder.Survei sekunder dilakukan untuk mengumpulkan data berupa dokumen atau kebijakan dari instansi/ lembaga pemerintah dan data pemetaan wilayah studi dari lembaga pemerintah. Data peta yang digunakan bersumber dari Evaluasi dan Revisi RDTR Kota Karangploso Tahun 1992/19932013/2013.Selain itu, digunakan google earth untuk memperjelas kondisi tutupan lahan pada tahun 2010 dan 2013.Sedangkan,survei primer dilakukan untuk mengetahui jenis penggunaan lahan pada tutupan lahan dengan meninjau secara langsung wilayah studi dan bertanya pada 55 masyarakat setempat. Skala yang digunakan pada peta adalah 1:80000. Urban Sprawl Urban sprawl atau ekspansi dari daerah perkotaan yang mengurangi banyak lahan pertanian di sekitar daerah metropolitan utama telah menjadi isu besar dalam kebijakan sejak tahun 1980-an4.Urban sprawl adalah salah satu konsekuensi dari pertumbuhan populasi yang ditampilkan dengan daerah pinggiran kota yang jarang, tidak teratur, dan kepadatan rendah5. Urban sprawl di negara berkembang diperburuk dengan kurangnya perencanaan penggunaan lahan6.Urban sprawl lebih intensif karena harga perumahan yang tinggi di pusat kota, meluasnya penggunaan kendaraan pibadi sebagai sarana utama transportasi7, dan karena mencari lingkungan yang tenang dekat dengan alam8. Wilayah Pinggiran Pinggiran kota sebagai kota yang wilayahnya terletak di perbatasan dengan kota lain yang hirarkinya lebih tinggi dan memiliki karakteristik pedesaan serta intensitas wilayah terbangun lebih rendah dari kota pusatnya9. Dalam literature geografis, istilah pinggiran kota adalah suatu kawasan dengan pertumbuhan suburban dan tata guna lahan bercampur antara keperluan rural dan keperluan urban sehingga terbentuklah suatu daerah peralihan antara 10 perkotaan dan pedesaan . Alih Fungsi Lahan Alih fungsi lahan adalah perubahan sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menyebakan dampak negatif terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri11. Alih fungsi lahan adalah konsekuensi logis dari pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang telah berlangsung sejak manusia melahirkan peradaban.Alih fungsi lahan menjadi persoalan mana kala prosesnya menjadi tidak terkendali.Alih fungsi lahan pertanian adalah perubahan lahan dari fungsi pertanian menjadi bukan pertanian11. HASIL DAN PEMBAHASAN Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangploso Lahan menjadi sumber daya yang sangat langka dan mahal di Kota Malang sehingga penggunaan lahan yang tidak produktif akan digantikan oleh penggunaan yang lebih produktif. Keterbatasan dan mahalnya harga lahan menyebabkan pergeseran dari pusat kota ke J-PAL, Vol. 5, No. 2, 2014 Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangplsoso (Aprildahani, et al.) pinggiran untuk mencari lahan yang luas dan murah. Pergeseran ini menggantikan penggunaan lahan pertanian yang banyak terdapat di wilayah pinggiran.Dalam hal ini, Kota Malang disebut telah mengalami gejala urban sprawl. Wilayah pengembangan Lingkar Malang adalah wilayah yang menjadi sasaran urban sprawl Kota Malang dan wilayah yang paling menunjukkan geliat urban sprawl dari Kota Malang adalah wilayah sebelah utara, yaitu salah satunya Kawasan Perkotaan Karangploso. Kawasan Perkotaan Karangploso merupakan wilayah yang ditetapkan sebagai ibukota dari Kecamatan Karangploso. Kawasan Perkotaan Karangploso secara administratif memiliki luas wilayah sebesar 2.549,5 Hadanterdiri dari lima desa, yaitu Desa Tegalgondo, Desa Kepuharjo, Desa Ngijo, Desa Girimoyo dan Desa Donowarih1. Sebagai wilayah penunjang perkembangan Kota Malang dan pusat pelayanan kawasan, perkembangan pembangunan Kawasan Perkotaan Karangploso sangat terlihat.Perkembangan pembangunan guna lahan berdampak pada munculnya alih fungsi lahan pertanian yang masih banyak terdapat di wilayah studi menjadi lahan terbangun.Secara umum, pola penggunaan tanah pada Kawasan Perkotaan Karangploso saat ini membentuk pola linier, yakni cenderung berkembang sepanjang ruas jalan utama kawasan serta ruas jalan lokal, seperti Jalan Raya Girimoyo, Jalan Raya Ngijo dan Jalan Raya Kepuharjo. Kecenderungan perkembangan fisik di Kawasan Perkotaan Karangploso mengarah ke bagian tengah, timur dan selatan kawasan yang meliputi Desa Girimoyo, Desa Ngijo, Desa Kepuharjo serta Desa Tegalgondo. Kecenderungan tersebut pada bagian tengah dan timur tersebut lebih disebabkan kawasan tersebut memiliki aksesibilitas yang tinggi karena terletak pada ruas jalur utama, sementara perkembangan pada bagian timur kawasan lebih disebabkan kedekatan jarak dengan Kota Malang yang memiliki tingkat perkembangan fisik perkotaan yang cukup tinggi. Perkembangan fisik perkotaan pada bagian barat kawasan cenderung lebih lambat dari bagian lain kawasan yang diindikasikan dari tingkat kepadatan penduduk yang rendah dan proporsi lahan terbangun yang relatif kecil. Gambar 1. Peta Guna Lahan Kawasan Perkotaan Karangploso Tahun 2010 J-PAL, Vol. 5, No. 2, 2014 56 Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangplsoso (Aprildahani, et al.) Gambar 1. Peta Guna Lahan Kawasan Perkotaan Karangploso Tahun 2010-2013 Tabel 1.Perkembanganguna Karangplosotahun 2010-2013 Guna Lahan 2010 Luas (Ha) Air tawar 5,02 Belukar 265,33 Fasilitas olahraga 1,78 Hutan 93,12 Industri 10,78 Kebun 207,39 Perumahan 469,70 Pendidikan 12,13 Perdagangan 9,41 Perkantoran 9,69 Sawah irigasi 732,36 Tanah ladang 732,79 Total 2.549,5 lahan Kawasan Perkotaan % 0,20 10,41 2013 Luas (Ha) 5,02 273,67 % 0,20 10,73 0,07 3,65 0,42 8,13 18,42 0,48 0,37 0,38 28,73 28,74 100 1,78 93,12 14,57 207,39 518,39 12,41 9,91 9,72 671,66 731,86 2.549,5 0,07 3,65 0,57 8,13 20,33 0,49 0,39 0,38 26,34 28,71 100 Kawasan Perkotaan Karangploso terletak di bagian utarawilayah Kabupaten Malang, memiliki topografi datar dan luas wilayah 2.549,5 Ha. Berdasarkan peta guna lahan Kawasan Perkotaan Karangploso tahun 2010-2013 (Gambar 1,2) didapatkan rincian perubahan guna lahan dari tahun 2010 ke tahun 2013 yang terdapat pada Tabel 1. Perkembangan kawasan perumahan di Kawasan Perkotaan Karangploso paling tinggi 55 dibanding guna lahan yang lain. Pada tahun 2013, kawasan perumahan telah mengalami peningkatan 1,91% dari tahun 2010 atau mencapai 20,33% dari luas Kawasan Perkotaan Karangploso (Tabel 1).Perkembangan kawasan perumahan di Kawasan Perkotaan Karangploso terdiri dari perkembangan kawasan permukiman kampung yang dibangun secara mandiri oleh penduduk serta perkembangan kawasan permukiman formal yang dibangun oleh developer. Perkembangan perumahan baru yang dilakukan secara mandiri oleh penduduk sebagian besar berpola mengisi lahan kosong pada kawasan permukiman yang sudah ada sebelumnya. Sementara perkembangan perumahan developer terjadi pada lahan tak terbangun dengan ukuran lahan yang cukup luas. Perumahan developer berkembang di sepanjang ruas jalan utama di Kawasan Perkotaan Karangploso, seperti pada jalan raya Ngijo dan jalan raya Kepuharjo. Selain kawasan perumahan, kegiatan industri dan fasilitas juga berkembang. Perkembangan kegiatan industri di Kawasan Perkotaan Karangploso tertinggi ke tiga, yaitu 0,15%. Perkembangan kegiatan industri yang berskala menengah sampai besar mencapai J-PAL, Vol. 5, No. 2, 2014 Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangplsoso (Aprildahani, et al.) 0,57% dari luas Kawasan Perkotaan Karangploso pada tahun 2013 (Tabel 1). Pola persebaran industri di Kawasan Perkotaan Karangploso tersebut berada di sepanjang ruas jalan utama kawasan karena memiliki aksesibilitas yang tinggi, yaitu di sepanjang Jalan Raya Ngijo dan Jalan Raya Kepuharjo. Perkembangan fasilitas perdagangan dan jasa mencapai 0,39% dari luas Kawasan Perkotaan Karangploso pada tahun 2013, jumlah tersebut merupakan 0,02% peningkatan dari tahun 2010 (Tabel 1).Fasilitas perdagangan dan jasa pada Kawasan Perkotaan Karangploso memiliki pola perkembangan dengan kecenderungan linear sepanjang ruas jalan utama, seperti pada Jalan Raya Ngijo dan Jalan Raya Kepuharjo. Perdagangan skala menengah dengan pelayanan skala wilayah merupakan golongan perdagangan yang memiliki skala pelayanan terbesar, yaitu Pasar Kecamatan Karangploso yang terletak di Desa Girimoyo serta pasar desa yang berada di Desa Kepuharjo. Sesuai dengan jenis tanah, sebagian besar Kawasan Perkotaan Karangploso memiliki potensi untuk pengembangan lahan pertanian. Kawasan pertanian yang ada berupa kawasan pertanian lahan basah (sawah) dan kawasan pertanian lahan kering (tegalan). Kawasan pertanian di Kawasan Perkotaan Karangploso pada tahun 2013 masih dominan, yaitu 63,19% dari luas total. Akan tetapi, semakin menyempit seiring dengan perkembangan kawasan dan pertumbuhan penduduk karena perkembangan kegiatan perkotaan yang menuntut perkembangan fisik yang pesat. Luas sawah irigasi berkurang hingga 60,7 Ha dari tahun 2010 hingga tahun 2013, sedangkan luas tanah ladang berkurang sebesar 0,93 Ha (Tabel 1).Sebagian besar lahan pertanian dialihfungsikan menjadi kawasan terbangun terutama untuk fungsi perumahan, industri serta perdagangan dan jasa. Kecenderungan terjadinya alih fungsi lahan tersebut tidak mungkin dapat dicegah karena tuntutan kebutuhan akan lahan yang terus meningkat. Akan tetapi, alih fungsi lahan harus tetap direncanakan agar tidak menimbulkan dampak negatif. Alih fungsi lahan menjadi sangat mengkhawatirkan terutama bagi lahan pertanian irigasi teknis karena lahan irigasi teknis adalah lahan yang sangat produktif menghasilkan pangan sehingga sangat berperan dalam penyediaan pangan. Apabila lahan pertanian produktif semakin berkurang bahkan habis diperkirakan akan terjadi masalah di bidang J-PAL, Vol. 5, No. 2, 2014 pangan. Oleh karena itu, lahan pertanian produktif yang ada di wilayah pinggiran sebaiknya tetap dipertahankan keberadaannya. Kebijakan Terkait Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangploso Peranan Kawasan Perkotaan Karangploso yang mengacu pada kebijakan pembangunan RTRW Kabupaten Malang Tahun 2007-2027 merupakan bagian dari SSWP Lingkar Kota Malang, dengan pusat pengembangan berada pada Kota Malang1. Kegiatan utama yang ada pada SSWP Lingkar Kota Malang diarahkan pada kegiatan perdagangan dan jasa, pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan), kawasan peternakan (mitra usaha), perikanan darat, home industri (pengolahan hasil pertanian), kerajinan rakyat, industri yang berorientasi pasar (kecil, industri sedang, besar), pariwisata dan sarana/prasarana penunjangnya (seperti hotel, penginapan dan restouran)6.Berdasarkan rencana sistem perkotaan Kabupaten Malang, Kawasan Perkotaan Karangplosoditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang memiliki jangkauan pelayanan pada skala lokal seluruh Kecamatan Karangploso2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKabupaten Malang Tahun 20102015menginginkan pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Karangploso dengan pengungkit Bandara Abdurrachman Saleh, perusahaan industri besar dan permukiman, disamping pertanian pangan, perkebunan, industri, perdagangan dan pariwisata12. Selain itu, RTRW Kota Malang Tahun 2001-2011 mengarahkan pengembangan permukiman yang dibangun oleh pengembang lebih diutamakan di daerah pinggiran Kota Malang sebelah Barat, Utara, dan Timur13. Ditinjau dari kebijakan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka perkembangan Kawasan Perkotaan Karangploso pada kondisi eksisting telah sesuai dengan arahan kebijakan terkait sistem perkotaan dan sistem perwilayahan. Saatini, Kawasan Perkotaan Karangploso berkembang sebagai kawasan pengembangan kegiatan industri, kegiatan perdagangan berskala lokal Kecamatan Karangploso, dan pengembangan permukiman. Akan tetapi, RTRW Kabupaten Malang Tahun 2007-2027 memiliki kebijakan lain mengenai pengelolahan lahan sawah di Kawasan Perkotaan Karangploso yang terkait dengan perkembangan fisik Kawasan Perkotaan Karangploso. 56 Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangplsoso (Aprildahani, et al.) Tabel 2.Kebijakan terkait alih fungsi lahan pertanian RPJM Kabupaten RTRW Kota Malang RTRW Kabupaten Malang Tahun Evaluasi dan Revisi RDTR MalangTahun 2007-2027 KPK Tahun 1992/1993 2010-2015 2012/2013 Mendorong - KPK ditetapkan sebagai Tahun 2001-2011:Pembangunan - KPK merupakan bagian dari SSWP pertumbuhan Lingkar Kota Malang, dengan arahan PPKyang memiliki permukiman oleh pengembang ekonomi di pusat pengembangan berada pada jangkauan pelayanan lebih diutamakan di daerah Kecamatan Kota Malang dan kegiatan utama pada skala lokal seluruh pinggiran Kota Malang sebelah Karangploso dengan diarahkan pada perdagangan dan Kecamatan Karangploso Barat, Utara, dan Timur. pengungkit Bandara Tahun 2008-2028:Terdapat jasa, pertanian, industri, dan - Pemerataan wilayah Abdulrachman pariwisata. perkotaan ke wilayah konsep pengembangan Malang Saleh, perusahaan - Sawah irigasi teknis dipertahankan KPK sebelah barat yang Raya dengan mengarahkan industri besar dan sebagai lahan pertanian tanaman merupakan daerah pengembangan perkotaan Malang permukiman. pangan berkelanjutan yang tidak tegalan. dengan sekitarnya membentuk boleh dialihfungsikan. kota inti dan satelit. Luas lahan sawah Kabupaten Malang saat ini secara keseluruhan adalah 45.888,23 Ha atau 13,2% dari luas keseluruhan di Kabupaten Malang, yang terbagi dalam sawah irigasi teknis seluas 33.110,3 Ha dan sawah tadah hujan seluas 12.777,93 Ha. Pada masa yang akan datang, 33.110,3 Ha sawah irigasi teknis tersebut akan dipertahankan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan yang tidak boleh dialihfungsikan1. Sedangkan, sawah beririgasi sekunder diarahkan untuk secara bertahap ditingkatkan menjadi sawah beririgasi primer. Perubahan fungsi sawah irigasi teknis pada kawasan perkotaan hanya diijinkan dengan perubahan maksimum 50% dan sebelum dilakukan alih fungsi harus sudah dilakukan peningkatan fungsi irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi teknis dua kali luas sawah yang akan dialihfungsikan di kecamatan yang sama1. Kawasan Perkotaan Karangploso termasuk dalam kawasan perkotaan menurut kebijakan tata ruang, namun alih fungsi lahan pertanian yang terjadi tidak pernah dibarengi dengan peningkatan fungsi irigasi pada sawah di lokasi lain. Selain lahan sawah, arahan pengolahan untuk lahan perkebunan (26,33 % atau 54.834,18 Ha) dan lahan holtikultura juga tidak boleh dialihfungsikan menjadi kawasan terbangun, namun lahan tegalan (32,73 % atau 45.432,85 Ha)dapat dialihfungsikan menjadi kawasan terbangun1. Secara teoritis penetapan lahan pertanian abadi merupakan salah satu opsi kebijakan yang dianggap paling tepat untuk mencegah proses alih fungsi lahan pertanian dengan asumsi dapat diefektifkan14.Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berelanjutan (LP2B) merupakan bentuk kebijakan yang melindungi keberadaan lahan pertanian dari kegiatan alih fungsi lahan yang dapat mengancam kelangsungan lahan pertanian 57 karena lahan yang sudah ditetapkan sebagai LP2B dilindungi dan dilarang dialihfungsikan. Luas sawah irigasi teknis Kabupaten Malang yang ditetapkan sebagai luas pertanian pangan berkelanjutan adalah 33.110,3 Ha, namun dalam kebijakan RTRW atau kebijakankebijakan lain di Kabupaten Malang, tidak ada satupun yang menyebutkan lokasi pasti mengenai LP2B. Dalam analisis Pemetaan LP2B Kabupaten Malang Tahun 2012,hanya terdapat arahan lokasi LP2B untuk Kabupaten Malang termasuk Kecamatan Karangploso.Arahan lokasi LP2B di Kecamatan Karangploso diarahkan pada lokasi lahan yang terbebas dari alih fungsi lahan terbangun dan pada wilayah yang terbebas rawan alih fungsi lahan, yaitu di daerah selain sempadan jalan utama dengan jarak 50 m kanankiri jalan15. Alih fungsi lahan di Kawasan Perkotaan Karangploso, baik lahan sawahberirigasi maupun tidak, terus berkembang seperti tanpa kendali. Hal tersebut menunjukkan bahwa peraturan yang ada tidak memberikan dampak bagi implementasi di lapangan.Salah satunya karena muatan beberapa peraturan yang kurang jelas penyampaiannya.RTRW Kabupaten Malang dengan tegas melarang alih fungsi lahan pertanian teknis di Kawasan Perkotaan Karangploso, akan tetapi RTRW Kabupaten Malang juga menghendaki perkembangan perkotaan di kawasan tersebut dengan pusat Kota Malang. Selain itu, RTRW Kota Malang juga mendorong pembangunan perumahan ke wilayah pinggiran sebelah utara dengan konsep pengembangan Malang Raya.Bahkan, RTRW Kabupaten Malang belum menentukan lokasi pasti LP2B yang dianggap kebijakan paling tepat untuk mencegah alih fungsi lahan pertanian.Peraturan LP2B hanya membahas tentang larangan alih fungsi lahansawah beririgasi teknis ke penggunaannon J-PAL, Vol. 5, No. 2, 2014 Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangplsoso (Aprildahani, et al.) pertanian.Secara implisit berarti peraturan tersebut tidak berlaku untuk lahan sawah yang tidak beririgasiteknis, yaitu sawah irigasi sederhana dan tadah hujan. Sangat memungkinkan untuk melakukan alih fungsi lahan dengan caramengkondisikan sawah beririgasi menjadi sawah yang tidak beririgasi dan keeadaan ini yang terjadi di Kawasan Perkotaan Karangploso.Hal tersebut sulituntuk dikontrol, terutama untuk penggunaan pemukiman individual yang tidak memerlukan izin yang terlalu rumit layaknya jika diperuntukkan untuk usaha. Peraturan yang ada juga kurang efektif karena tidak dilengkapi sistem pemberian sanksibagipelanggar dan sistem penghargaan atau insentif bagi yang patuh.Melihat penyuluhan peraturan yang kurang, upaya implementasi peraturan dari pemerintah dianggap sangat kurang. Bahkan, terdapat isu bahwa pemerintah yang berwenang ikut serta dalam proses alih fungsi lahan pertanian irigasi teknis di wilayah studi, mengingat kegiatan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme bukan hal yang baru di pemerintahan. Selain factor kebijakan, faktor sosial dan ekonomi dari petani juga mempengaruhi laju konversi lahan pertanian.Oleh karena itu, upaya pengendalikan alih fungsi lahan pertanian juga perlu melibatkan petani. KESIMPULAN Kawasan Perkotaan Karangploso, Kabupaten Malang adalah wilayah pingggiran Kota Malang yang diidentifikasi terkena perluasan kegiatan perkotaan dari Kota Malang dengan ditandai tingginya alih fungsi lahan pertanianke non pertanian di Kawasan Perkotaan Karangploso. Dari tahun 2010 hingga tahun 2013, luas sawah irigasi berkurang 60,7 Ha dan luas tanah ladang berkurang 0,93 Ha. Lahan pertanian dialihfungsikan menjadi lahan terbangun dengan fungsi penggunaan untuk kegiatan perkotaan, seperti kawasan perumahan, perdagangan dan jasa serta industri.Alih fungsi lahan tidak mungkin dapat dicegah karena kebutuhan akan lahan yang terus meningkat, namun alih fungsi lahan harus tetap direncanakan agar tidak menimbulkan dampak negatif. Akan tetapi, kebijakan larangan alih fungsi lahan pertanian teknis di Kawasan Perkotaan Karangploso tidak memberikan dampak bagi implementasi di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan upaya lain untuk mempertahankan lahan pertanian,seperti J-PAL, Vol. 5, No. 2, 2014 melibatkan petani karena faktor sosial dan ekonomi petani juga mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian. DAFTAR PUSTAKA [1]. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang Tahun 2007-2027 [2]. Evaluasi dan RevisiRDTR Kota Karangploso Tahun 1992/199-2012/2013 [3]. Handoyo, Eko. 2010. Dampak Alih Fungsi Tanah Pertanian (Konversi Lahan Pertanian Ke Non-Pertanian): Fungsi Ekologis yang Terabaikan. Jurnal Forum Ilmu Sosial. 37 No. 2 [4]. Greene, R.P., and J. Stager. 2001. Rangeland to Cropland Conversions as Replacement Land for Prime Farmland Lost to Urban Development. The Social Science.38. 543–55 [5]. Jaeger, J. A. G., Bertiller, R., Schwick, C. and Kienast, F. 2010. Suitability Criteria For Measures of Urban Sprawl.Ecol. Indicat. 10. 397–406 [6]. Han, J., Hayashi, Y., Cao, X., and Imura, H. 2009. Evaluating Land-Use Change in Rapidly Urbanizing China: Case Study of Shanghai. Urban Planning Development. 135. 166–171 [7]. Iwata, O. and Oguchi, T. 2009. Factors Affecting Late Twentieth Century Land Use Patterns in Kamakura city, Japan. Geogr. Res.47. 175–191 [8]. Cabral, P., Santos, J. A., and Augusto, G. 2011. Monitoring Urban Sprawl and The National Ecological Reserve in SintraCascais, Portugal: Multiple OLS Linear Regression Model Evaluation. Urban Planning Development. 137. 346–353 [9]. Ruggs S., Dean. 1979. Spatial Foundation of Urbanism. Brown Company Publisher. [10]. Johnson, James H. 1974. Suburban Growth: Geographycal Processes of Edge of the Western City. John Willey and Son. London [11]. Setiawan, Iwan. 2012. Dinamika Pemberdayaan Petani: Sebuah Refleksi dan Generalisasi Kasus di Jawa Barat. Widya Padjadjaran. Bandung [12]. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2001-2011 [13]. Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahKabupaten Malang Tahun 2010-2015 [14]. Simatupang, P dan B. Irawan. 2003. Pengendalian Konversi Lahan Pertanian: Tinjauan Ulang Kebijakan Lahan Pertanian Abadi, dalamProseding Seminar Nasional 58 Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangplsoso (Aprildahani, et al.) Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian,2 October 2002 [15]. Pemetaan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Malang Tahun 2012 59 J-PAL, Vol. 5, No. 2, 2014