Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan

advertisement
J-PAL, Vol. 5, No. 2, 2014
ISSN: 2087-3522
E-ISSN: 2338-1671
Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangplsoso,
Kabupaten Malang Sebagai Dampak dari Urban Sprawl
Aprildahani1*, Abdul Wahid Hasyim2, Turniningtyas Ayu Rachmawati3
1
Program Magister Teknik Sipil Minat Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya
2
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
3
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Abstrak
Kebutuhanruang untuk aktivitas perkotaan yang semakin besar menyebabkan pertumbuhan Kota Malang mulai
bergerak menjauh dari pusat kota (urban sprawl)dengan menyebar ke wilayah pinggiran, salah satunya adalah Kawasan
Perkotaan Karangploso (KPK), Kabupaten Malang.Urban sprawlditandai dengan alih fungsi lahan pertanian di wilayah
pinggiran kota karena peningkatan penduduk dan pertumbuhan kegiatan. Alih fungsi lahan pertaniandapat diketahui
dengan analisis perkembangan guna lahan, yaitumelakukan overlaypada satu area dalam waktu yang berbeda dengan
menggunakan ArcGISv.10.0. Oleh karena itu, dilakukan tinjauan spasial di wilayah studi pada tahun 2010 dan 2013
dengan bantuan media peta.Hasilnya,KPK adalah wilayah pingggiran Kota Malang yang diidentifikasi terkena perluasan
kegiatan perkotaan dari Kota Malang dengan ditandai tingginya alih fungsi lahan pertaniandi KPK. Dari tahun 2010
hingga tahun 2013, luas sawah irigasi berkurang 60,7 Ha dan luas tanah ladang berkurang 0,93 Ha. Lahan pertanian
dialihfungsikan menjadi lahan terbangun, seperti kawasan perumahan, perdagangan dan jasa serta industri, sehingga
disimpulkan kebijakan larangan alih fungsi lahan pertanian irigasi di KPK tidak memberikan dampak bagi implementasi
di lapangan.Alih fungsi lahan tidak mungkin dapat dicegah karena kebutuhan akan lahan yang meningkat, namun alih
fungsi lahan harus tetap direncanakan agar tidak menimbulkan dampak negatif.
Kata Kunci: Alih fungsi lahan pertanian, Urban sprawl, Wilayah pinggiran kota
Abstract
The need for space due to the growing urban activity causes the growth of Malang City spread from the city center
(urban sprawl)to suburban areas, one of which is Kawasan Perkotaan Karangploso (KPK), Kabupaten Malang.
Urban sprawl is characterized by the conversion of agricultural land in the suburbs because of the increase in
population and the growth of activity in the suburbs. Agricultural land conversion can be determined by analysis of the
trend of land used, that is undertaking overlay on one area at different times using ArcGIS v.10.0. Therefore, conducted
a review spatially in the study area in 2010 and in 2013 with the help of the media map.The result, KPK is suburbs of
Malang City identified exposed by expansion of urban activities of Malang City with marked by high conversion of
agricultural land in KPK. Year from 2010 to 2013, area of an irrigation land reduced 60.7 ha and area of a farm land
reduced 0.93 ha. Agricultural land converted into the developed land, such as residential areas, commerce and services
as well as industry, so the conclusion ispolicys that prohibits conversion of irrigation land in KPK does not give effect to
the implementation in the field.Land conversion may not be prevented because of the increased demand for land, but
land conversion must be planned so as not to cause a negative impact.
Keywords : Agricultural land conversion, Urban sprawl, Suburban
PENDAHULUAN
Perkembangan Kota Malang sebagai kota
pendidikan, industri dan pariwisata telah
menyebabkan
pertumbuhan
kota
dan
peningkatan jumlah penduduk. Hal tersebut
berdampak pada kebutuhan ruang untuk
beraktivitas yang semakin besar sehingga
Alamat Korespondensi :
Baiq Rindang Aprildahani
Email
: [email protected]
Alamat
: Program Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 167 Malang, 65145
menyebabkan lahan menjadi semakin langka dan
mahal. Pada akhirnya pertumbuhan kota mulai
bergerak menjauh dari pusat kota dengan
menyebar ke wilayah pinggiran, salah satunya
adalah Kawasan Perkotaan Karangploso. Dalam
hal ini, Kota Malang mulai menunjukkan gejala
urban sprawl.
Peningkatan penduduk dan pertumbuhan
kegiatan yang terjadi di wilyah pinggiran kota
sebagai akibat dari pertumbuhan pusat kota
menyebabkan kebutuhan lahan di wilayah
pinggiran kota semakin besar.Kawasan Perkotaan
Karangploso sebagai bagian dari Wilayah
54
Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangplsoso (Aprildahani, et al.)
Pengembangan Lingkar kota Malang yang diatur
dalam RTRW Kabupaten Malang Tahun 20072027dan RDTR Kawasan Perkotaan Karangploso
Tahun 1992/1993–2012/2013, telah diprediksi
memiliki perkembangan yang tinggi1,2. Oleh
karena itu, dilakukan penelitian untuk menilai
tingkat perkembangan di Kawasan Perkotaan
Karangploso.
Mempertahankan lahan pertanian di
wilayah pinggiran kota menjadi hal yang penting
untuk
menghindari
kerawanan
pangan,
kerusakan lingkungan atau ancaman hilangnya
budaya-budaya lokal3. Sedangkan, percetakan
sawah baru menemukan banyak kendala, seperti
tingginya biaya dan lamanya waktu yang
dibutuhkan3.Pengendalian
yang
hanya
memaksakan dari kebijakan, baik berupa
kebijakan tata ruang atau kebijakan alih fungsi
lahan pertanian pada akhirnya tidak akan
berjalan efektif karena pelaku konversi selalu
mendapat celah dalam kebijakan tersebut.
METODE PENELITIAN
Alih fungsi lahan pertanian di Kawasan
Perkotaan Karangploso diketahui dengan
melakukan
analisis
perkembangan
guna
lahanyang menjabarkan perubahan guna lahan
terutama pertanian dan non pertanian di wilayah
studi. Pengolahan data guna lahan dilakukan
dengan caraoverlay pada satu area dalam waktu
yang berbeda sehingga menghasilkan penilaian
terhadap perubahan guna lahan. Alat yang
digunakan dalam membandingkan guna lahan
adalah ArcGISversi10.0, yaitu salah satu
perangkat lunak desktop sistem informasi
geografis
dan
pemetaan
yang
telah
dikembangkan oleh ESRI. Oleh karena itu,
dilakukan tinjauan spasial di wilayah studi pada
tahun 2010 dan tahun 2013 dengan bantuan
media peta.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menggunakan
survei primer dan sekunder.Survei sekunder
dilakukan untuk mengumpulkan data berupa
dokumen atau kebijakan dari instansi/ lembaga
pemerintah dan data pemetaan wilayah studi
dari lembaga pemerintah. Data peta yang
digunakan bersumber dari Evaluasi dan Revisi
RDTR Kota Karangploso Tahun 1992/19932013/2013.Selain itu, digunakan google earth
untuk memperjelas kondisi tutupan lahan pada
tahun 2010 dan 2013.Sedangkan,survei primer
dilakukan untuk mengetahui jenis penggunaan
lahan pada tutupan lahan dengan meninjau
secara langsung wilayah studi dan bertanya pada
55
masyarakat setempat. Skala yang digunakan pada
peta adalah 1:80000.
Urban Sprawl
Urban sprawl atau ekspansi dari daerah
perkotaan yang mengurangi banyak lahan
pertanian di sekitar daerah metropolitan utama
telah menjadi isu besar dalam kebijakan sejak
tahun 1980-an4.Urban sprawl adalah salah satu
konsekuensi dari pertumbuhan populasi yang
ditampilkan dengan daerah pinggiran kota yang
jarang, tidak teratur, dan kepadatan rendah5.
Urban sprawl di negara berkembang diperburuk
dengan kurangnya perencanaan penggunaan
lahan6.Urban sprawl lebih intensif karena harga
perumahan yang tinggi di pusat kota, meluasnya
penggunaan kendaraan pibadi sebagai sarana
utama transportasi7, dan karena mencari
lingkungan yang tenang dekat dengan alam8.
Wilayah Pinggiran
Pinggiran kota sebagai kota yang
wilayahnya terletak di perbatasan dengan kota
lain yang hirarkinya lebih tinggi dan memiliki
karakteristik pedesaan serta intensitas wilayah
terbangun lebih rendah dari kota pusatnya9.
Dalam literature geografis, istilah pinggiran kota
adalah suatu kawasan dengan pertumbuhan
suburban dan tata guna lahan bercampur antara
keperluan rural dan keperluan urban sehingga
terbentuklah suatu daerah peralihan antara
10
perkotaan dan pedesaan .
Alih Fungsi Lahan
Alih fungsi lahan adalah perubahan
sebagian atau seluruh kawasan lahan dari
fungsinya semula (seperti yang direncanakan)
menjadi fungsi lain yang menyebakan dampak
negatif terhadap lingkungan dan potensi lahan
itu sendiri11. Alih fungsi lahan adalah konsekuensi
logis dari pertumbuhan ekonomi dan perubahan
struktur sosial ekonomi masyarakat yang telah
berlangsung
sejak
manusia
melahirkan
peradaban.Alih fungsi lahan menjadi persoalan
mana
kala
prosesnya
menjadi
tidak
terkendali.Alih fungsi lahan pertanian adalah
perubahan lahan dari fungsi pertanian menjadi
bukan pertanian11.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan
Perkotaan Karangploso
Lahan menjadi sumber daya yang sangat
langka dan mahal di Kota Malang sehingga
penggunaan lahan yang tidak produktif akan
digantikan oleh penggunaan yang lebih produktif.
Keterbatasan dan mahalnya harga lahan
menyebabkan pergeseran dari pusat kota ke
J-PAL, Vol. 5, No. 2, 2014
Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangplsoso (Aprildahani, et al.)
pinggiran untuk mencari lahan yang luas dan
murah.
Pergeseran
ini
menggantikan
penggunaan lahan pertanian yang banyak
terdapat di wilayah pinggiran.Dalam hal ini, Kota
Malang disebut telah mengalami gejala urban
sprawl. Wilayah pengembangan Lingkar Malang
adalah wilayah yang menjadi sasaran urban
sprawl Kota Malang dan wilayah yang paling
menunjukkan geliat urban sprawl dari Kota
Malang adalah wilayah sebelah utara, yaitu salah
satunya Kawasan Perkotaan Karangploso.
Kawasan
Perkotaan
Karangploso
merupakan wilayah yang ditetapkan sebagai
ibukota dari Kecamatan Karangploso. Kawasan
Perkotaan Karangploso secara administratif
memiliki luas wilayah sebesar 2.549,5
Hadanterdiri dari lima desa, yaitu Desa
Tegalgondo, Desa Kepuharjo, Desa Ngijo, Desa
Girimoyo dan Desa Donowarih1. Sebagai wilayah
penunjang perkembangan Kota Malang dan
pusat pelayanan kawasan, perkembangan
pembangunan Kawasan Perkotaan Karangploso
sangat terlihat.Perkembangan pembangunan
guna lahan berdampak pada munculnya alih
fungsi lahan pertanian yang masih banyak
terdapat di wilayah studi menjadi lahan
terbangun.Secara umum, pola penggunaan tanah
pada Kawasan Perkotaan Karangploso saat ini
membentuk pola linier, yakni cenderung
berkembang sepanjang ruas jalan utama
kawasan serta ruas jalan lokal, seperti Jalan Raya
Girimoyo, Jalan Raya Ngijo dan Jalan Raya
Kepuharjo.
Kecenderungan perkembangan fisik di
Kawasan Perkotaan Karangploso mengarah ke
bagian tengah, timur dan selatan kawasan yang
meliputi Desa Girimoyo, Desa Ngijo, Desa
Kepuharjo
serta
Desa
Tegalgondo.
Kecenderungan tersebut pada bagian tengah dan
timur tersebut lebih disebabkan kawasan
tersebut memiliki aksesibilitas yang tinggi karena
terletak pada ruas jalur utama, sementara
perkembangan pada bagian timur kawasan lebih
disebabkan kedekatan jarak dengan Kota Malang
yang memiliki tingkat perkembangan fisik
perkotaan yang cukup tinggi. Perkembangan fisik
perkotaan pada bagian barat kawasan cenderung
lebih lambat dari bagian lain kawasan yang
diindikasikan dari tingkat kepadatan penduduk
yang rendah dan proporsi lahan terbangun yang
relatif kecil.
Gambar 1. Peta Guna Lahan Kawasan Perkotaan Karangploso Tahun 2010
J-PAL, Vol. 5, No. 2, 2014
56
Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangplsoso (Aprildahani, et al.)
Gambar 1. Peta Guna Lahan Kawasan Perkotaan Karangploso Tahun 2010-2013
Tabel 1.Perkembanganguna
Karangplosotahun 2010-2013
Guna Lahan
2010
Luas (Ha)
Air tawar
5,02
Belukar
265,33
Fasilitas
olahraga
1,78
Hutan
93,12
Industri
10,78
Kebun
207,39
Perumahan
469,70
Pendidikan
12,13
Perdagangan
9,41
Perkantoran
9,69
Sawah irigasi
732,36
Tanah ladang
732,79
Total
2.549,5
lahan Kawasan Perkotaan
%
0,20
10,41
2013
Luas (Ha)
5,02
273,67
%
0,20
10,73
0,07
3,65
0,42
8,13
18,42
0,48
0,37
0,38
28,73
28,74
100
1,78
93,12
14,57
207,39
518,39
12,41
9,91
9,72
671,66
731,86
2.549,5
0,07
3,65
0,57
8,13
20,33
0,49
0,39
0,38
26,34
28,71
100
Kawasan Perkotaan Karangploso terletak
di bagian utarawilayah Kabupaten Malang,
memiliki topografi datar dan luas wilayah 2.549,5
Ha. Berdasarkan peta guna lahan Kawasan
Perkotaan Karangploso tahun 2010-2013
(Gambar 1,2) didapatkan rincian perubahan guna
lahan dari tahun 2010 ke tahun 2013 yang
terdapat pada Tabel 1.
Perkembangan kawasan perumahan di
Kawasan Perkotaan Karangploso paling tinggi
55
dibanding guna lahan yang lain. Pada tahun 2013,
kawasan
perumahan
telah
mengalami
peningkatan 1,91% dari tahun 2010 atau
mencapai 20,33% dari luas Kawasan Perkotaan
Karangploso (Tabel 1).Perkembangan kawasan
perumahan di Kawasan Perkotaan Karangploso
terdiri dari perkembangan kawasan permukiman
kampung yang dibangun secara mandiri oleh
penduduk serta perkembangan kawasan
permukiman
formal yang dibangun oleh
developer. Perkembangan perumahan baru yang
dilakukan secara mandiri oleh penduduk
sebagian besar berpola mengisi lahan kosong
pada kawasan permukiman yang sudah ada
sebelumnya.
Sementara
perkembangan
perumahan developer terjadi pada lahan tak
terbangun dengan ukuran lahan yang cukup luas.
Perumahan developer berkembang di sepanjang
ruas jalan utama di Kawasan Perkotaan
Karangploso, seperti pada jalan raya Ngijo dan
jalan raya Kepuharjo.
Selain kawasan perumahan, kegiatan
industri dan fasilitas juga berkembang.
Perkembangan kegiatan industri di Kawasan
Perkotaan Karangploso tertinggi ke tiga, yaitu
0,15%. Perkembangan kegiatan industri yang
berskala menengah sampai besar mencapai
J-PAL, Vol. 5, No. 2, 2014
Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangplsoso (Aprildahani, et al.)
0,57% dari luas Kawasan Perkotaan Karangploso
pada tahun 2013 (Tabel 1). Pola persebaran
industri di Kawasan Perkotaan Karangploso
tersebut berada di sepanjang ruas jalan utama
kawasan karena memiliki aksesibilitas yang
tinggi, yaitu di sepanjang Jalan Raya Ngijo dan
Jalan Raya Kepuharjo. Perkembangan fasilitas
perdagangan dan jasa mencapai 0,39% dari luas
Kawasan Perkotaan Karangploso pada tahun
2013, jumlah tersebut merupakan 0,02%
peningkatan dari tahun 2010 (Tabel 1).Fasilitas
perdagangan dan jasa pada Kawasan Perkotaan
Karangploso memiliki pola perkembangan
dengan kecenderungan linear sepanjang ruas
jalan utama, seperti pada Jalan Raya Ngijo dan
Jalan Raya Kepuharjo. Perdagangan skala
menengah dengan pelayanan skala wilayah
merupakan golongan perdagangan yang memiliki
skala pelayanan terbesar, yaitu Pasar Kecamatan
Karangploso yang terletak di Desa Girimoyo serta
pasar desa yang berada di Desa Kepuharjo.
Sesuai dengan jenis tanah, sebagian besar
Kawasan Perkotaan Karangploso memiliki potensi
untuk pengembangan lahan pertanian. Kawasan
pertanian yang ada berupa kawasan pertanian
lahan basah (sawah) dan kawasan pertanian
lahan kering (tegalan). Kawasan pertanian di
Kawasan Perkotaan Karangploso pada tahun
2013 masih dominan, yaitu 63,19% dari luas
total. Akan tetapi, semakin menyempit seiring
dengan
perkembangan
kawasan
dan
pertumbuhan penduduk karena perkembangan
kegiatan
perkotaan
yang
menuntut
perkembangan fisik yang pesat. Luas sawah
irigasi berkurang hingga 60,7 Ha dari tahun 2010
hingga tahun 2013, sedangkan luas tanah ladang
berkurang sebesar 0,93 Ha (Tabel 1).Sebagian
besar lahan pertanian dialihfungsikan menjadi
kawasan terbangun terutama untuk fungsi
perumahan, industri serta perdagangan dan jasa.
Kecenderungan terjadinya alih fungsi lahan
tersebut tidak mungkin dapat dicegah karena
tuntutan kebutuhan akan lahan yang terus
meningkat. Akan tetapi, alih fungsi lahan harus
tetap direncanakan agar tidak menimbulkan
dampak negatif.
Alih fungsi lahan menjadi sangat
mengkhawatirkan terutama bagi lahan pertanian
irigasi teknis karena lahan irigasi teknis adalah
lahan yang sangat produktif menghasilkan
pangan sehingga sangat berperan dalam
penyediaan pangan. Apabila lahan pertanian
produktif semakin berkurang bahkan habis
diperkirakan akan terjadi masalah di bidang
J-PAL, Vol. 5, No. 2, 2014
pangan. Oleh karena itu, lahan pertanian
produktif yang ada di wilayah pinggiran
sebaiknya tetap dipertahankan keberadaannya.
Kebijakan Terkait Alih Fungsi Lahan
Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangploso
Peranan Kawasan Perkotaan Karangploso
yang mengacu pada kebijakan pembangunan
RTRW Kabupaten Malang Tahun 2007-2027
merupakan bagian dari SSWP Lingkar Kota
Malang, dengan pusat pengembangan berada
pada Kota Malang1. Kegiatan utama yang ada
pada SSWP Lingkar Kota Malang diarahkan pada
kegiatan perdagangan dan jasa, pertanian
(tanaman pangan, hortikultura, perkebunan),
kawasan peternakan (mitra usaha), perikanan
darat, home industri (pengolahan hasil
pertanian), kerajinan rakyat, industri yang
berorientasi pasar (kecil, industri sedang, besar),
pariwisata dan sarana/prasarana penunjangnya
(seperti
hotel,
penginapan
dan
restouran)6.Berdasarkan
rencana
sistem
perkotaan
Kabupaten
Malang,
Kawasan
Perkotaan Karangplosoditetapkan sebagai Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK) yang memiliki
jangkauan pelayanan pada skala lokal seluruh
Kecamatan Karangploso2.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
DaerahKabupaten
Malang
Tahun
20102015menginginkan pertumbuhan ekonomi di
Kecamatan Karangploso dengan pengungkit
Bandara Abdurrachman Saleh, perusahaan
industri besar dan permukiman, disamping
pertanian pangan, perkebunan,
industri,
perdagangan dan pariwisata12. Selain itu, RTRW
Kota Malang Tahun 2001-2011 mengarahkan
pengembangan permukiman yang dibangun oleh
pengembang lebih diutamakan di daerah
pinggiran Kota Malang sebelah Barat, Utara, dan
Timur13.
Ditinjau dari kebijakan yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka perkembangan
Kawasan Perkotaan Karangploso pada kondisi
eksisting telah sesuai dengan arahan kebijakan
terkait
sistem
perkotaan
dan
sistem
perwilayahan. Saatini, Kawasan Perkotaan
Karangploso berkembang sebagai kawasan
pengembangan kegiatan industri, kegiatan
perdagangan
berskala
lokal
Kecamatan
Karangploso, dan pengembangan permukiman.
Akan tetapi, RTRW Kabupaten Malang Tahun
2007-2027 memiliki kebijakan lain mengenai
pengelolahan lahan sawah di Kawasan Perkotaan
Karangploso yang terkait dengan perkembangan
fisik Kawasan Perkotaan Karangploso.
56
Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangplsoso (Aprildahani, et al.)
Tabel 2.Kebijakan terkait alih fungsi lahan pertanian
RPJM Kabupaten
RTRW Kota Malang
RTRW Kabupaten Malang Tahun
Evaluasi dan Revisi RDTR
MalangTahun
2007-2027
KPK Tahun 1992/1993 2010-2015
2012/2013
Mendorong
- KPK ditetapkan sebagai
 Tahun 2001-2011:Pembangunan - KPK merupakan bagian dari SSWP
pertumbuhan
Lingkar Kota Malang, dengan arahan
PPKyang memiliki
permukiman oleh pengembang
ekonomi di
pusat pengembangan berada pada
jangkauan pelayanan
lebih diutamakan di daerah
Kecamatan
Kota Malang dan kegiatan utama
pada skala lokal seluruh
pinggiran Kota Malang sebelah
Karangploso dengan
diarahkan pada perdagangan dan
Kecamatan Karangploso
Barat, Utara, dan Timur.
pengungkit Bandara  Tahun 2008-2028:Terdapat
jasa, pertanian, industri, dan
- Pemerataan wilayah
Abdulrachman
pariwisata.
perkotaan ke wilayah
konsep pengembangan Malang
Saleh, perusahaan
- Sawah irigasi teknis dipertahankan
KPK sebelah barat yang
Raya dengan mengarahkan
industri besar dan
sebagai lahan pertanian tanaman
merupakan daerah
pengembangan perkotaan Malang
permukiman.
pangan berkelanjutan yang tidak
tegalan.
dengan sekitarnya membentuk
boleh dialihfungsikan.
kota inti dan satelit.
Luas lahan sawah Kabupaten Malang saat
ini secara keseluruhan adalah 45.888,23 Ha atau
13,2% dari luas keseluruhan di Kabupaten
Malang, yang terbagi dalam sawah irigasi teknis
seluas 33.110,3 Ha dan sawah tadah hujan seluas
12.777,93 Ha. Pada masa yang akan datang,
33.110,3 Ha sawah irigasi teknis tersebut akan
dipertahankan sebagai lahan pertanian pangan
berkelanjutan yang tidak boleh dialihfungsikan1.
Sedangkan, sawah beririgasi sekunder diarahkan
untuk secara bertahap ditingkatkan menjadi
sawah beririgasi primer.
Perubahan fungsi sawah irigasi teknis
pada kawasan perkotaan hanya diijinkan dengan
perubahan maksimum 50% dan sebelum
dilakukan alih fungsi harus sudah dilakukan
peningkatan fungsi irigasi setengah teknis atau
sederhana menjadi teknis dua kali luas sawah
yang akan dialihfungsikan di kecamatan yang
sama1.
Kawasan
Perkotaan
Karangploso
termasuk dalam kawasan perkotaan menurut
kebijakan tata ruang, namun alih fungsi lahan
pertanian yang terjadi tidak pernah dibarengi
dengan peningkatan fungsi irigasi pada sawah di
lokasi lain. Selain lahan sawah, arahan
pengolahan untuk lahan perkebunan (26,33 %
atau 54.834,18 Ha) dan lahan holtikultura juga
tidak boleh dialihfungsikan menjadi kawasan
terbangun, namun lahan tegalan (32,73 % atau
45.432,85 Ha)dapat dialihfungsikan menjadi
kawasan terbangun1.
Secara teoritis penetapan lahan pertanian
abadi merupakan salah satu opsi kebijakan yang
dianggap paling tepat untuk mencegah proses
alih fungsi lahan pertanian dengan asumsi dapat
diefektifkan14.Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berelanjutan (LP2B) merupakan bentuk
kebijakan yang melindungi keberadaan lahan
pertanian dari kegiatan alih fungsi lahan yang
dapat mengancam kelangsungan lahan pertanian
57
karena lahan yang sudah ditetapkan sebagai LP2B
dilindungi dan dilarang dialihfungsikan.
Luas sawah irigasi teknis Kabupaten
Malang yang ditetapkan sebagai luas pertanian
pangan berkelanjutan adalah 33.110,3 Ha,
namun dalam kebijakan RTRW atau kebijakankebijakan lain di Kabupaten Malang, tidak ada
satupun yang menyebutkan lokasi pasti
mengenai LP2B. Dalam analisis Pemetaan LP2B
Kabupaten Malang Tahun 2012,hanya terdapat
arahan lokasi LP2B untuk Kabupaten Malang
termasuk Kecamatan Karangploso.Arahan lokasi
LP2B di Kecamatan Karangploso diarahkan pada
lokasi lahan yang terbebas dari alih fungsi lahan
terbangun dan pada wilayah yang terbebas
rawan alih fungsi lahan, yaitu di daerah selain
sempadan jalan utama dengan jarak 50 m kanankiri jalan15.
Alih fungsi lahan di Kawasan Perkotaan
Karangploso, baik lahan sawahberirigasi maupun
tidak, terus berkembang seperti tanpa kendali.
Hal tersebut menunjukkan bahwa peraturan yang
ada
tidak
memberikan
dampak
bagi
implementasi di lapangan.Salah satunya karena
muatan beberapa peraturan yang kurang jelas
penyampaiannya.RTRW
Kabupaten
Malang
dengan tegas melarang alih fungsi lahan
pertanian teknis di Kawasan Perkotaan
Karangploso, akan tetapi RTRW Kabupaten
Malang juga menghendaki perkembangan
perkotaan di kawasan tersebut dengan pusat
Kota Malang. Selain itu, RTRW Kota Malang juga
mendorong pembangunan perumahan ke
wilayah pinggiran sebelah utara dengan konsep
pengembangan Malang Raya.Bahkan, RTRW
Kabupaten Malang belum menentukan lokasi
pasti LP2B yang dianggap kebijakan paling tepat
untuk
mencegah
alih
fungsi
lahan
pertanian.Peraturan LP2B hanya membahas
tentang larangan alih fungsi lahansawah
beririgasi
teknis
ke
penggunaannon
J-PAL, Vol. 5, No. 2, 2014
Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangplsoso (Aprildahani, et al.)
pertanian.Secara implisit berarti peraturan
tersebut tidak berlaku untuk lahan sawah yang
tidak beririgasiteknis, yaitu sawah irigasi
sederhana
dan
tadah
hujan.
Sangat
memungkinkan untuk melakukan alih fungsi
lahan dengan caramengkondisikan sawah
beririgasi menjadi sawah yang tidak beririgasi
dan keeadaan ini yang terjadi di Kawasan
Perkotaan Karangploso.Hal tersebut sulituntuk
dikontrol,
terutama
untuk
penggunaan
pemukiman individual yang tidak memerlukan
izin yang terlalu rumit layaknya jika
diperuntukkan untuk usaha.
Peraturan yang ada juga kurang efektif
karena tidak dilengkapi sistem pemberian
sanksibagipelanggar dan sistem penghargaan
atau insentif bagi yang patuh.Melihat
penyuluhan peraturan yang kurang, upaya
implementasi peraturan dari pemerintah
dianggap sangat kurang. Bahkan, terdapat isu
bahwa pemerintah yang berwenang ikut serta
dalam proses alih fungsi lahan pertanian irigasi
teknis di wilayah studi, mengingat kegiatan
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme bukan hal yang
baru di pemerintahan. Selain factor kebijakan,
faktor sosial dan ekonomi dari petani juga
mempengaruhi
laju
konversi
lahan
pertanian.Oleh karena itu, upaya pengendalikan
alih fungsi lahan pertanian juga perlu melibatkan
petani.
KESIMPULAN
Kawasan
Perkotaan
Karangploso,
Kabupaten Malang adalah wilayah pingggiran
Kota Malang yang diidentifikasi terkena
perluasan kegiatan perkotaan dari Kota Malang
dengan ditandai tingginya alih fungsi lahan
pertanianke non pertanian di Kawasan Perkotaan
Karangploso. Dari tahun 2010 hingga tahun 2013,
luas sawah irigasi berkurang 60,7 Ha dan luas
tanah ladang berkurang 0,93 Ha. Lahan pertanian
dialihfungsikan menjadi lahan terbangun dengan
fungsi penggunaan untuk kegiatan perkotaan,
seperti kawasan perumahan, perdagangan dan
jasa serta industri.Alih fungsi lahan tidak mungkin
dapat dicegah karena kebutuhan akan lahan yang
terus meningkat, namun alih fungsi lahan harus
tetap direncanakan agar tidak menimbulkan
dampak negatif. Akan tetapi, kebijakan larangan
alih fungsi lahan pertanian teknis di Kawasan
Perkotaan Karangploso tidak memberikan
dampak bagi implementasi di lapangan. Oleh
karena itu, diperlukan upaya lain untuk
mempertahankan
lahan
pertanian,seperti
J-PAL, Vol. 5, No. 2, 2014
melibatkan petani karena faktor sosial dan
ekonomi petani juga mempengaruhi alih fungsi
lahan pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Malang Tahun 2007-2027
[2]. Evaluasi dan RevisiRDTR Kota Karangploso
Tahun 1992/199-2012/2013
[3]. Handoyo, Eko. 2010. Dampak Alih Fungsi
Tanah Pertanian (Konversi Lahan Pertanian
Ke Non-Pertanian): Fungsi Ekologis yang
Terabaikan. Jurnal Forum Ilmu Sosial. 37 No.
2
[4]. Greene, R.P., and J. Stager. 2001. Rangeland
to Cropland Conversions as Replacement
Land for Prime Farmland Lost to Urban
Development. The Social Science.38. 543–55
[5]. Jaeger, J. A. G., Bertiller, R., Schwick, C. and
Kienast, F. 2010. Suitability Criteria For
Measures of Urban Sprawl.Ecol. Indicat. 10.
397–406
[6]. Han, J., Hayashi, Y., Cao, X., and Imura, H.
2009. Evaluating Land-Use Change in
Rapidly Urbanizing China: Case Study of
Shanghai. Urban Planning Development.
135. 166–171
[7]. Iwata, O. and Oguchi, T. 2009. Factors
Affecting Late Twentieth Century Land Use
Patterns in Kamakura city, Japan. Geogr.
Res.47. 175–191
[8]. Cabral, P., Santos, J. A., and Augusto, G.
2011. Monitoring Urban Sprawl and The
National Ecological Reserve in SintraCascais, Portugal: Multiple OLS Linear
Regression Model Evaluation. Urban
Planning Development. 137. 346–353
[9]. Ruggs S., Dean. 1979. Spatial Foundation of
Urbanism. Brown Company Publisher.
[10]. Johnson, James H. 1974. Suburban Growth:
Geographycal Processes of Edge of the
Western City. John Willey and Son. London
[11]. Setiawan,
Iwan.
2012.
Dinamika
Pemberdayaan Petani: Sebuah Refleksi dan
Generalisasi Kasus di Jawa Barat. Widya
Padjadjaran. Bandung
[12]. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Tahun 2001-2011
[13]. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
DaerahKabupaten Malang Tahun 2010-2015
[14]. Simatupang, P dan B. Irawan. 2003.
Pengendalian Konversi Lahan Pertanian:
Tinjauan Ulang Kebijakan Lahan Pertanian
Abadi, dalamProseding Seminar Nasional
58
Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangplsoso (Aprildahani, et al.)
Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian,2
October 2002
[15]. Pemetaan
Lahan
Pertanian
Pangan
Berkelanjutan Kabupaten Malang Tahun
2012
59
J-PAL, Vol. 5, No. 2, 2014
Download