HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP PASIEN PERILAKU KEKERASAN DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN Alias1, Hartati2, Indirawaty3 1 Poltekkes Kemenkes Makassar Poltekkes Kemenkes Makassar 3 Poltekkes Kemenkes Makassar 2 ABSTRAK Pengetahuan adalah segala sesuatu apa yang diketahuai berkenaan dengan sesuatu hal. Pengetahuan memiliki pengaruh yang besar terhadap penyakit gangguan jiwa makin rendah pengetahuan tentang gangguan jiwa untuk individu,keluarga dan masyarakat. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Setiap orang mempunyai sikap yang berbeda meskipun mengamati objek yang sama,perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui sikap. karena itu diperlukan sikap yang baik dalam merawat pasien dengan gangguan perilaku kekerasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan pasien Perilaku Kekerasan di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Khusus Provinsi Sul – Sel.” Penelitian ini menggunakan pendekatan Analitik Deskriptif Analitik dengan rancangan Cross Sectional. Populasi responden adalah seluruh keluarga pasien perilaku kekerasan yang dirawat di unit rawat inap Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel. Sebanyak 200 orang. Jumlah sampel sebanyak 33 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi.Penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus,Pengambilan sampel dengan tehnik asidental sampling. Variabel independenya adalah pengetahuan dan sikap keluarga. Variabel dependennya adalah pasien perilaku kekerasan. Data dikumpulkan menggunakan quesioner dan observasi dengan tingkat kemaknaan < 0,05, Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan pemahaman keluarga terhadap pasien perilaku kekerasan (ρ = 0,048), hubungan sikap menerima keluarga terhadap pasien perilaku kekerasan (ρ = 0,234), hubungan sikap merespon keluarga terhadap pasien perilaku kekerasan (ρ = 0,103). Dapat disimpulkan bahwa pemahaman keluarga terdapat hubungan dengan pasien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi SulawesiSelatan dan sikap menerima tidak terdapat hubungan dengan pasien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi-Selatan. sikap merespon tidak terdapat hubungan dengan pasien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi-Selatan. Untuk studi lebih lanjut diperlukan jumlah sampel yang lebih banyak dan pengukuran yang lebih baik untuk mendapatkan hasil yang akurat. Kata Kunci : Memahami, menerima,merespon,keluarga PENDAHULUAN Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap kecemasan yang dirasakansebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu tidak mengalami kecemasan, stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat penting, namun perawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan jiwa. Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,orang lain maupun lingkungan Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Fitria 2009). perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik (mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional, marah, mudah tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya sangat berkuasa, tidak bermoral). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen. Salah satu bentuk masalah gangguan mental emosional yang dialami sebagian besar pasien adalah perilaku kekerasan. Pasien dapat melakukan perilaku kekerasan kepada 125 Volume 3 Nomor 5 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 orang lain, lingkungan maupun terhadap dirinya sendiri. Meskipun belum ada data yang pasti, namun diprediksikan Indonesia akan menjadi wilayah yang sangat rentan untuk mengalami ledakan angka gangguan jiwa untuk jenis perilaku kekerasan ditahun-tahun mendatang. Keluarga merupakan unit paling dekat dengan penderita, dan merupakan ”perawat utama” bagi penderita. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau perawatan yang diperlukan penderita di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit akan sia-sia jika tidak di teruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan penderita harus dirawat kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat penderita di rumah sehingga kemungkinan kambuh dapat di cegah. Dari beberapa penelitian menunjukan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kekambuhan penderita perilaku kekerasan adalah kurangnya peran serta keluarga dalam perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit tersebut. Salah satu penyebabnya adalah karena keluarga yang tidak tahu cara menanggani perilaku penderita di rumah. Keluarga jarang mengikuti perawatan penderita karena jarang mengunjungi penderita di rumah sakit, dan tim kesehatan di rumah sakit juga jarang melibatkan keluarga. Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Pada masyarakat umum terdapat 0,2 – 0,8 % penderita skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa (Maramis, 2004 dalam Carolina, 2008). Data WHO tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau kira-kira 12-16 persen mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang (WHO, National institute of mental health. (NIMH) melakukan studi mengenai masalah – masalah perkawinan pada orang tua pasien dengan gangguan jiwa, terutama pada keluarga – keluarga yang mempunyai proyektif dan pola hubungan tentang yang sering diturunkan kebeberapa generasi berikutnya,studi lain menyangkut pengaruh konunikasi keluarga (verbal dan non verbal) 126 dalam mekanisme genesis timbulnya gejalagejala gangguan jiwa. (Ayub, 2011) Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia mencapai 245 jiwa per 1000 penduduk hal ini merupakan kondisi yang sangat serius karena lebih tinggi 2,6 kali dari ketentuan World Health Organitazion (WHO). Di Indonesia, menurut data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi gangguan mental emosional berjumlah 11,6% dari populasi orang dewasa. Bila dihitung menurut jumlah populasi orang dewasa Indonesia saat ini sebanyak lebih kurang 150.000.000 berarti terdapat 1.740.000 orang yang mengalami gangguan mental emosional. (Depkes RI, 2010). Di perkirakan penduduk indonesia menderita gangguan jiwa sebesar 2-3%. Dari Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) tahun 1995,didapatkan bahwa 185 dari 1.000 anggota rumah tangga mempunyai gejala gangguan jiwa.Surpvei Kesehatan Rumah Tangga 1995,angka gangguan mental emosional penduduk usia >15 tahunadalah 140 per 1.000 anggota rumah tangga (ART).Pola usia penduduk semakin lanjut dengan angka harapan hidup 66,2 tahun.hal ini memerlukan penyediaan sarana pelayanan yang baik termasud pelayana kesehatan mental. (Kusumawati 2012). Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta (24,3 %), diikuti Nagroe Aceh Darussalam (18,5 %), Sumatera Barat (17,7 %), NTB (10,9 %), Sumatera Selatan (9,2 %) dan Jawa Tengah (6,8%) (Depkes RI, 2008). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2007), menunjukkan bahwa prevalensi gangguan jiwa secara nasional mencapai 5,6% dari jumlah penduduk, dengan kata lain menunjukkan bahwa pada setiap 1000 orang penduduk terdapat empat sampai lima orang menderita gangguan jiwa. Berdasarkan dari data tersebut bahwa data pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa selalu meningkat. Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian medical record Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sul – sel. Pada tanggal 04 November 2013,jumlah penderita gangguan jiwa yang mengalami perilaku kekerasan dalam 3 tahun terakhir berjumlah 2712,dengan rincian sebagai berikut : 1) Januari – Desember 2010 sebanyak 785 orang, 2) Januari – Desember 2011 sebanyak 882 orang dan 3) januari – Desember 2012 sebanyak 1045. Data tersebut di atas menunjukkan bahwa prevalensi gangguan jiwa yang mengalami perilaku kekerasan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Volume 3 Nomor 5 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 Pengetahuan dan sikap keluarga terhadap pasien perikalu kekerasan sangat erat kaitannya, karena keluarga merupakan unit paling dekat dengan penderita, dan merupakan perawat utama bagi penderita, keluarga berperan dalam menentukan cara atau perawatan yang diperlukan penderita. Dengan pengetahuan dan sikap yang baik yang dimiliki oleh keluarga akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat penderita dengan baik sehingga kemungkinan kambuh dapat di cegah. Salah satu faktor penyebab terjadinya kekambuhan penderita perilaku kekerasan adalah kurangnya pengetahuan dan sikap yang kurang baik terhadap penderita perilaku kekerasan. Bedasarkan uraian di atas,prevalensi gangguan jiwa,khususnya yang mengalami perilaku kekerasan masih menjadi masalah kesehatan bangsa ini. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan dan sikap keluarga terhadap pasien Perilaku Kekerasan di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Khusus Provinsi Sul – Sel. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi dan sampel penelitian Berdasarkan permasalahan yang diteliti,maka jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah sakit Khusus daerah Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 04 sampai 18 November 2013. yaitu peneliti berupaya mencari hubungan antara variabel dan menganalisa atau menguji hipotesis yang dirumuskan. penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu melakukan pengukuran variabel dependent dan independent hanya satu kali tanpa melakukan follow up (Sugiyono 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga pasien perilaku kekerasan yang dirawat di unit rawat inap Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel yang berjumlah 200 orang. Penentuan jumlah besar sampel dengan menggunakan runmus didapatkan 33 responden sesuai dengan criteria inklusi : 1) Kriteria inklusi a) Keluarga pasien perilaku kekerasan yang sedang di rawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel. b) Bisa membaca dan menulis. c) Bersedia untuk diteliti. d) Berusia 21-70 tahun e) Kooperatif. 2) Kriteria eksklusi a) Bukan keluarga pasien perilaku kekerasan yang sedang dirawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel. b) Tidak bisa membaca dan menulis c) Tidak bersedia untuk diteliti d) Tidak kooperatif. Pengumpulan data Pengumpulan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari tempat penelitian yaitu bagian rekam medic RSKD Prov.Sulsel,data primer dari questioner dan lembar observasi. Pengolahan data dilakukan dengan : 1. Editing Yaitu melihat apakah data-data pada lembar quesioner telah terisi dengan lengkap. 2. Coding Mengelompokkan jawaban responden menurut jenisnya dan member kode pada masing-masing jawaban menurut item pada lembar instrument 3. Tabulasi Memasukkan data ke dalam table distribusi frekuensi untuk memudahkan analisa data. Analisa data Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dalam tabel dengan variabel yang hendak diukur. Analisa data dilakukan melalui tahap editing,koding,tabulasi dan uji statistik. Analisis univariat dilakukan dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi,menggunakan bantuan program SPSS for windows 16,0. Melalui tahapantahapan,kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode uji statistik univariat dilakukan untuk variabel tunggal yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisis bivariat untuk melihat distribusi atau hubungan beberapa variabel yang dianggap terkait dengan menggunakan uji chi-square Analisis data dilakukan dengan mengujian hipotesis Nol (Ho) atau hipotesis yang akan ditolak dengan menggunakan uji chisquare. Batas kemaknaan = 0,05, Ho ditolak jika p < 0,05 dan Ho diterima jika p > 0,05. Jika p < α (0,05) maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima yang berarti ada hubungan antara pemahaman,penerimaan dan respon keluarga dengan perilaku kekerasan. Sedangkan jika p > α (0,05) maka hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak ang berarti tidak ada hubungan antara 127 Volume 3 Nomor 5 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 pemahaman,penerimaan dan respon keluarga dengan perilaku kekerasan. yaitu tidak sekolah sebanyak 2 orang (6,1%). HASIL PENELITIAN 1. Hasil Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan umur keluarga penderita perilaku kekerasan di unit rawat inap RSKD Prov. Sul-Sel 2013 Umur n (%) 21-30 tahun 5 15.2 31-40 tahun 12 36.4 41-50 tahun 8 24.2 51-60 tahun 7 21.2 61-70 tahun 1 3.0 Jumlah 33 100.0 Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan keluarga penderita perilaku kekerasan di unit rawat inap RSKD Prov. Sul-Sel 2013 Pekerjaan n (%) IRT 13 39.4 Buruh 5 15.2 Petani 1 3.0 Wiraswasta 9 27.3 Honorer 1 3.0 PNS 4 12.1 Jumlah 33 100 Sumber : Data Primer 2013 Tabel 5.1 menunjukan bahwa kelompok umur responden terbanyak yaitu umur 31 40 tahun sebanyak 12 orang (36.4%) dan kelompok umur terendah yaitu umur 61-70 tahun sebanyak 1 orang (3,0%). Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin keluarga penderita perilaku kekerasan di unit rawat inap RSKD Pro. SulSel 2013 Jenis kelamin n (%) Laki-laki 15 45.5 Perempuan 18 54.5 Jumlah 33 100 Sumber : Data Primer 2013 Tabel 5.2 menunjukan bahwa sebagian besar responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang (54,5%) dan dan sebagian kecil berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang (45,5%) Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan pendidikan keluarga penderita perilaku kekerasan di unit rawat inap RSKD Prov. Sul-Sel 2013 Pendidikan Tidak sekolah SD SLTP SMA Strata 1/pasca sarjana Jumlah n 2 12 8 7 (%) 6.1 36.4 24.2 21.2 4 12.1 33 100 Sumber : Data Primer 2013 Tabel 5.3 menunjukan bahwa sebagian besar kelompok pendidikan responden terbanyak yaitu SD sebanyak 12 orang (36.4%) dan kelompok pendidikan terendah 128 Sumber : Data Primer 2013 Tabel 4 menunjukan bahwa sebagian besar kelompok pekerjaan responden terbanyak yaitu IRT sebanyak 13 orang (39.4%) dan kelompok pekerjaan terendah yaitu petani dan honorer, masing-masing 1 orang (3,0%). Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan keluarga penderita perilaku kekerasan di unit rawat inap RSKD Pro. Sul-Sel 2013 Tingkat Pengetahuan Baik n (%) 13 39.40 Cukup Kurang Jumlah 5 15 33 15.15 45.45 100 Sumber : Data Primer 2013 Tabel 5 menunjukan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan memahami keluarga masih kurang yaitu sebanyak 15 orang (45.45%), sedangkan terendah dengan kategori cukup sebanyak 5 orang (15.15%), pemahaman baik sebanyak 13 orang (39.40%). Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan sikap menerima keluarga penderita perilaku kekerasan di unit rawat inap RSKD Prov. Sul-Sel 2013 Sikap n (%) Menerima Positif 22 66.67 Negatif 11 33.33 Jumlah 33 100 Sumber : Data Primer 2013 Tabel 6 menunjukan bahwa sebagian besar keluarga yang memiliki sikap positif Volume 3 Nomor 5 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 sebanyak 22 orang (66.67%), sedangkan sebagian kecil keluarga yang memiliki sikap negatif sebanyak 11 orang (33.33%). Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan sikap merespon keluarga penderita perilaku kekerasan di Unit rawat inap RSKD Prov. Sul-Sel 2013 Sikap Merespon n (%) Positif Negatif Jumlah 27 6 33 81.81 18.19 100 Sumber : Data Primer 2013 Tabel 7 menunjukan bahwa sebagian besar keluarga yang memiliki sikap merespon positif sebanyak 27 orang (81.81%), sedangkan sebagian kecil keluarga yang memiliki sikap merespon negatif sebanyak 6 orang (18.19%). Tabel 8. Distribusi Responden perilaku kekerasan di unit rawat inap RSKD Provinsi Sul-Sel 2013 Pasien PK Agresif Tidak agresif Jumlah n 19 14 33 (%) 57.58 42.42 100 Sumber : Data Primer 2013 Tabel 8 menunjukan bahwa sebagian besar pasien yang perilaku kekerasan yang mengalami agresif yaitu sebanyak 19 orang (57.58%), sedangkan sebagian kecil yang tidak agresif sebanyak 14 orang (42.42%). 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang apakah ada hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent Tabel 9. Distribusi hubungan pengetahuan memahami keluarga dengan pasien perilaku kekerasan di unit rawat inap RSKD.Prov.Sulsel.2013 Pasien PK Tingkat Tidak Total Agresif pengetahuan agresif memahami n % n % n % Baik 7 36.8 6 42.8 13 39.4 Cukup 3 15.8 2 14.4 5 15.1 Kurang 9 47.4 6 42.8 15 45.5 Jumlah 19 100 14 100 33 100 -Value = 0.048 Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan Tabel 9 diatas menunjukan bahwa tingkat Pengetahuan memahami, dengan data kurang terdapat sebanyak 9 orang (47,36%) dengan pasien perilaku kekerasan agresif dan 2 orang (14,4%) dengan pasien perilaku kekerasan tidak agresif. Sedangkan tingkat pengetahuan keluarga dengan kategori cukup sebanyak 3 orang (15,79%) dengan pasien perilaku kekerasan tidak agresif sebanyak 2 orang (14,4%) Hal ini di tunjukan melalui hasil uji statistik chi square bahwa terdapat hubungan antara tingkat pemahaman keluarga dengan pasien perilaku kekerasan. Dimana nilai = 0,048 (α < 0,05). Tabel 10. Hubungan sikap menerima keluarga dengan pasien perilaku kekerasan di unit rawat inap RSKD Prov. Sul-Sel 2013 Pasien PK Sikap Menerima Positif Negatif Jumlah Agresif n 14 7 21 Tidak agresif % n % 66.67 8 66.67 33.33 4 33.33 100 12 100 -Value = 0.234 Total n % 22 66.67 11 33.33 33 100 Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan Tabel 10 diatas menunjukan bahwa sebagian besar keluarga yang memiliki sikap menerima dengan kategori positif terdapat sebanyak 14 orang (66.67%) dengan pasien perilaku kekerasan agresif dan 8 orang (66,66%) dengan pasien perilaku kekerasan tidak agresif. Sedangkan sebagian kecil keluarga yang memiliki sikap menerima dengan kategori negatif terdapat sebanyak 7 orang (33,33%) dengan pasien perilaku kekerasan tidak agresif sebanyak 4 orang (33,33%) Hal ini di tunjukan melalui hasil uji statistik chi square bahwa terdapat tidak ada hubungan antara sikap menerima keluarga dengan pasien perilaku kekerasan. Dimana nilai =0, 234 (α > 0,05). Tabel 11 : Hubungan sikap merespon keluarga dengan pasien perilaku kekerasan di unit rawat inap RSKD Prov.Sul-Sel 2013 Pasien PK Tidak Agresif agresif n % n % Positif 18 81.81 9 81.81 Negatif 4 18.19 2 18.19 Jumlah 22 100 11 100 -Value = 0.103 Sumber : Data Primer 2013 Sikap Merespon Total N % 27 81.81 6 18.19 33 100 129 Volume 3 Nomor 5 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 Berdasarkan Tabel 5.11 diatas menunjukan bahwa sebagian besar keluarga yang memilki sikap merespon dengan kategori positif terdapat sebanyak 18 orang (81.81%) dengan pasien perilaku kekerasan agresif dan 9 orang (81.81%) dengan pasien perilaku kekerasan tidak agresif. Sedangkan sebagian kecil keluarga yang memiliki sikap menerima dengan kategori negatif terdapat sebanyak 4 orang (18,19%) dengan pasien perilaku kekerasan tidak agresif sebanyak 2 orang (18.19%), Hal ini di tunjukan melalui hasil uji statistik chi square bahwa terdapat tidak ada hubungan antara sikap menerima keluarga dengan pasien pasien perilaku kekerasan. Dimana nilai = 0,103 (α > 0,05). PEMBAHASAN 1. Hubungan pemahaman keluarga dengan pasien perilaku kekerasan Dari hasil uji statistik chi squre diperoleh nilai α < 0,05 dan nilai = 0.048, ini berarti bahwa ada hubungan bermakna antara pemahaman keluarga dengan pasien perilaku kekerasan. dalam pengertian dari hasil uji statistik Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pemahaman keluarga dengan pasien perilaku kekerasan dinyatakan kurang 15 (45,45%) dari 33 orang yang dijadikan responden, hal ini menunjukan bahwa sebagian besar keluarga memiliki tingkat pemahaman yang kurang Hal tersebut sesuai dengan Teori lyus,y (2009), menyatakan bahwa pengetahuan memiliki pengaruh yang besar terhadap penyakit gangguan jiwa makin rendah pengetahuan tentang gangguan jiwa untuk individu, keluarga, dan masyarakat . makin besar pula gejala timbulnya pada pasien. Sebaliknya pengetahuan yang baik tentang gangguan jiwa akan membantu masyarakat dalam mengatasinya. Menurut peneliti hal ini terlihat dari beberapa kuesioner tentang pengetahuan kurang baik terhadap keluarga pasien tentang pasien perilaku kekerasan. Dari jawaban responden yang menjawab kurang baik diantaranya responden yang menjawab tentang apa penyebab pasien menderita perilaku kekerasan adalah penyakit kutukan dari tuhan yaitu sebanyak 15 orang (45,45%). Seharusnya keluarga menyadari bahwa penyebab timbulnya penyakit perilaku kekerasan disebabkan oleh faktor genetika. 130 2. Hubungan sikap menerima keluarga dengan pasien perilaku kekerasan Dari hasil uji statistik chi squre diperoleh nilai α < 0,05 dan nilai = 0,234, ini berarti bahwa tidak ada hubungan bermakna antara sikap menerima keluarga dengan pasien perilaku kekerasan. dalam pengertian dari hasil uji statistik Ho diterima dan Ha ditolak Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sikap mernerima keluarga dengan pasien perilaku kekerasan dinyatakan positif sebanyak 14 orang (66.67%) dari 33 orang yang dijadikan responden, hal ini menunjukan bahwa sebagian besar keluarga memiliki sikap menerima yang positif terhadap pasien perilaku kekerasan. Sementara dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian responden mempunyai sikap yang positif lebih banyak dari pada yang negatif , Hal ini kemungkinan dapat dipengaruhi oleh faktor kepedulian dan rasa cinta dari keluarga terhadap pasien tersebut. Hasil penelitian ini diperkuat oleh teori notoatmodjo (2007) sikap adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera, setiap orang mempunyai sikap yang berbeda meskipun mengamati objek yang sama, perubahanperubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui sikap. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tri wahyuningsi (2007), yang menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya kekambuhan pada pasien dengan gangguan perilaku kekerasan adalah karena ketidak tahuan dan sikap tidak peduli keluarga tentang cara merawat pasien dirumah . Menurut peneliti hal ini terlihat dari beberapa kuesioner dengan jawaban responden yang memiliki sikap positif lebih banyak dari pada jumlah responden yang menjawab negatif. Dari jawaban responden yang menjawab positif sebagian besar responden tahu bahwa pasien perilaku kekerasan tidak boleh dikucilkan dan sebagian besar keluarga menerima keadaan klien yaitu sebanyak 14 orang (66.67%). Dalam penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan responden tentang perilaku kekerasan sebagian besar adalah positif, hal ini dikarenakan adanya responden yang kurang memahami tentang pengertian perilaku kekerasan , tanda dan gejala perlaku kekerasan dan cara perawatan pasien ini terbukti dari 33 Volume 3 Nomor 5 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 responden hampir sebagian besar responden yaitu 7 respendon kurang memahami tentang perilaku kekerasan. Untuk hal tersebut maka peneliti mengupayakan dengan cara memberikan penyuluhan tentang penyakit perilaku kekerasan , sikap positif dari petugas kesehatan juga dapat meningkatkan pelayanan yang baik sehingga keluarga mendapatkan informasi mengenai penyakit perilaku kekerasan. 3. Hubungan sikap merespon keluarga dengan pasien perilaku kekerasan Dari hasil uji statistik chi squre diperoleh nilai α < 0,05 dan nilai = 0,103, ini berarti bahwa tidak ada hubungan bermakna antara sikap merespona keluarga dengan pasien perilaku kekerasan. dalam pengertian dari hasil uji statistik Ho diterima dan Ha ditolak Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sikap merespon keluarga dengan pasien perilaku kekerasan dinyatakan positif sebanyak 18 orang (81.81%) dari 33 orang yang dijadikan responden, hal ini menunjukan bahwa sebagian besar keluarga memiliki sikap menerima yang baik. Hasil penelitian ini diperkuat oleh teori notoatmodjo (2007) sikap adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera, setiap orang mempunyai sikap yang berbeda meskipun mengamati objek yang sama, perubahanperubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui sikap. Hasil penelitian ini diperkuat oleh teori Notoatmodjo (2010) sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain : a. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. Misalnya, seorang ibu yang anaknya sakit, segera ingin membawanya ke puskesmas, tetapi pada saat itu tidak mempunyai uang sepeser pun sehingga ia gagal membawa anaknya ke puskesmaas. b. Sikap akan di ikuti atau tidak di ikut ioleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain. Misalnya, seorang ibu tidak mau membawa anaknya yang sakit keras ke rumah sakit, meskipun ia mempunyai sikap yang positif terhadap RS, sebab ia c. teringat akan anak tetangganya yang meninggal setelah beberapa hari di RS. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan sementara maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara pemahaman keluarga dengan pasien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi-Selatan yang dibuktikan dengan hasil uji statistik chi squre diperoleh nilai α < 0,05 dan nilai = 0.048. 2. Tidak ada hubungan antara sikap menerima keluarga dengan pasien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi-Selatan yang dibuktikan dengan hasil uji statistik chi squre diperoleh nilai α > 0,05 dan nilai =0,234. 3. Tidak ada hubungan antara sikap merespon keluarga dengan pasien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi-Selatan yang dibuktikan dengan hasil uji statistik chi squre α > 0,05 dan nilai = 0,103.. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan di atas,maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi keluarga pasien Kepada keluarga diharapkan lebih berperan aktif dalam mengikuti kegiatan penyuluhan yang biasa dilakukan pada rumah sakit sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap keluarga terhadap penderita perilaku kekerasan 2. Bagi pihak RSKD Prov. Sulsel Sebagai masukan untuk bahan pertimbangan bagi Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi-Selatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa kiranya dapat memberikan informasi atau pengetahuan kepada keluarga dalam menangani pasien perilaku kekerasan 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Memahami banyak hal tentang perilaku kekerasan sehingga dapat meneliti variabel lain yang berhubungan dengan perilaku kekerasan. Dengan demikian seluruh variabel yang berhubungan dengan perilaku kekerasan dapat dituntaskan. 131 Volume 3 Nomor 5 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 DAFTAR PUSTAKA Aqib Zainal, (2013). Konseling Kesehatan Mental, Bandung : Yrama Widya. Azwar Saifuddin, (2012). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Depkes RI. 2010. Riset kesehatan dasar Jakarta: Direktorat kesehatan jiwa. Fitria Nita, (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika Hartono Yudi dan Kusumawati Farida, (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : Salemba Medika Hidayat Alimul Azis. A, (2013). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data, Jakarta : Salemba Medika http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/05/cara-memperolehpengetahuan-menurut.html http://duniabaca.com/definisi-pengetahuan-serta-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuan.html. http://ilmukeperawatan.blogspot.com/2011/05/tinjauan-teori-perilaku-kekerasan.html http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32281/3/Chapter%20II.pdf http://ispendimantari.blogspot.com/2012/05/gambaran-pengetahuan-dan-sikap-keluarga.html Lubis Lumangga Namora dan Pleter Zan Herri, (2011). Pengantar Psikologi Dalam keperawatan, Jakarta : Kencana Muhith Abdul dan Nasir Abdul, (2011). Dasar – Dasar Keperawatan Jiwa, Jakarta : Salemba medika. Notoatmodjo, S. (2007)., Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta. Riyanto Agus, (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan, Yogyakarta : Muha Medika Soekidjo Notoatmodjo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Suyanto, (2011), Metodoligi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan, Yogyakarta : Muha Medika Wahyuningsi Tri (2011),Gambaran Pengetahuan Dan Sikep Keluarga Terhadap Pasien Skizoprenia Di Rumah Sakit Jiwa Jambi, FKI- UI Yosep Iyus, (2010), Keperawatan Jiwa, Bandung : PT Refika Aditama 132 Volume 3 Nomor 5 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721