BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi pemerintahan di Indonesia belum berperan sebagai alat
untuk meningkatkan kinerja birokrasi pemerintahan dalam memberikan
pelayanan publik kepada masyarakat. Pada periode lama, output yang
dihasilkan oleh akuntansi pemerintahan di Indonesia sering tidak akurat,
terlambat, dan tidak informatif, sehingga tidak dapat diandalkan dalam
pengambilan
keputusan.
Kekurangan
yag
ada
dalam
akuntansi
pemerintahan pada periode tersebut sering menjadi ladang subur untuk
tumbuhnya praktik-praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)
(Simanjuntak dan Putri, 2013).
Sekarang ini tuntutan masyarakat untuk membuat akuntansi
pemerintahan semakin penting, semakin besar dana yang dikelola oleh
pemerintah, semakin besar pula tuntutan akuntabilitas keuangan yang
semakin baik. Pengertian pemerintahan lebih terkesan sebagai lembaga
politik namun aspek ekonominya tidak dapat dikesampingkan, sedangkan
pengertian akuntansi pemerintahan sendiri tidak terlepas dari pengertian
akuntansi
secara
umum.
Akuntansi
didefinisikan
sebagai
proses
identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran,
8
9
transaksi
dan
kejadian
keuangan,
penyajian
pelaporan,
serta
penginterpretasian atas hasilnya (Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 71 tahun 2010).
Akuntansi pemerintahan adalah bidang akuntansi yang berkaitan
dengan lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga yang tidak
bertujuan mencari laba (Baswir, 2000). Akuntansi pemerintahan
mengkhususkan dalam pencatatan dan pelaporan transaksi yang terjadi di
badan
pemerintahan.
Akuntan
pemerintah
menyediakan
laporan
akuntansi tentang aspek kepengurusan dari administrasi keuangan negara
(Nordiawan, 2007).
2. Standar Akuntansi Pemerintahan
Standar Akuntansi Pemerintahan disusun oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan yang independen dan ditetapkan dengan
Peratutaran Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan
dari Badan Pemeriksa Keuangan. Hal tersebut dilakukan untuk
memecahkan berbagai kebutuhan yang muncul dalam pelaporan
keuangan akuntansi dan audit di pemerintahan baik pusat maupun
pemda.
Standar Akuntansi Pemerintahan yang selanjutnya disingkat SAP
adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah (Peratutan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 24 tahun 2005 pasal 1 ayat 4). KSAP
bertujuan
mengembangkan
program-program
pengembangan
10
akuntabilitas dan manajemen keuangan pemerintahan, termasuk dalam
mengembangkan SAP dan mempromosikan penerapan standar tersebut.
SAP disusun dengan mengadaptasi dari IPSAS (international Public
Sector Accounting Standart) yang diterbitkan oleh IFAC (international
Federation Of Accountant). Walaupun mengadaptasi dari IPSAS namun
dalam penyusunannya disesuaikan dengan kondisi di Indonesia antara
lain dengan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku,
praktik-praktik keuangan yang ada, serta kesiapan sumber daya para
pengguna SAP.
SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah
pusat/daerah. Penerapan SAP diyakini akan berdampak pada peningkatan
kualitas pelaporan keuangan di pemerintah pusat dan daerah. Standar
akuntansi pemerintahan mempunyai beberapa manfaat yakni:
a.
Menjadi pedoman bagi akuntan pemerintah dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah.
b.
Menjadi bahan pertimbangan bagi auditor dalam menentukan opini
laporan keuangan pemerintah.
c.
Dapat digunakan pengguna laporan keuangan dalam memahami isi
laporan keuangan sehingga terhindar dari kesalahan interpretasi
informasi yang terkandung didalamnya.
d.
Dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dalam hal
konsistensi, daya banding, keterpahaman, relevansi, dan keandalan.
11
e.
Menjadi acuan dalam penyusunan sistem akuntansi.
SAP memuat sebuah kerangka konseptual dan sebelas pernyataan,
dimana setiap pernyataan berisi pedoman dalam menyusun laporan
keuangan pemerintah pusat/daerah, pernyataan itu antara lain:
a.
PSAP 01 : Penyajian Laporan Keuangan
b.
PSAP 02 : Laporan Realisasi Anggaran
c.
PSAP 03 : Laporan Aliran Kas
d.
PSAP 04 : Catatan atas Laporan Keuangan
e.
PSAP 05 : Akuntansi Persediaan
f.
PSAP 06 : Akuntansi Investasi
g.
PSAP 07 : Akuntansi Aset Tetap
h.
PSAP 08 : Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
i.
PSAP 09 : Akuntansi Kewajiban
j.
PSAP 10 : Koreksi Kesalahan
k.
PSAP 11 : Laporan Keuangan Konsolidasian
3. Basis Akuntansi
Basis atau dasar akuntansi adalah hal terpenting dalam melakukan
pencatatan. Basis akuntansi merupakan himpunan dari standar-standar
akuntansi yang menetapkan kapan dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lainnya tersebut diakui untuk tujuan pelaporan keuangan atau
dasar akuntansi adalah hal terpenting dalam melakukan pencatatan. Basis
akuntansi merupakan himpunan dari standar-standar akuntansi yang
menetapkan kapan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lainnya
12
tersebut diakui untuk tujuan pelaporan keuangan (Halim, 2012). Basis
akuntansi menentukan asumsi yang akan dipakai dalam melakukan
pencatatan dan pelaporan dan juga basis akuntansi yang akan dipilih akan
mempengaruhi arsitektur standar akuntansi yang akan dibangun, baik
kerangka konseptual maupun pernyataan yang terkait dengan kapan
transaksi diakui dan berapa besar nilainya (Noerdiawan, 2007). Terdapat
empat macam basis akuntansi dalam praktik akuntansi pemerintahan,
antara lain:
a.
Basis Kas ( Cash Basis )
Basis kas ini merupakan basis kas yang paling sederhana.
Dalam basis ini transaksi ekonomi dan kejadian yang terjadi diakui
ketika kas diterima atau dibayarkan. Basis kas ini dapat mengukur
kinerja keuangan pemerintah yaitu untuk mengetahui penerimaan
kas dan pengeluaran kas dalam suatu periode (Harun, 2009).
Pengakuan basis kas ini hanya berdasarkan pada kas masuk dan
kas keluar saja selain itu fokus pengukuran hanya pada kas,
sehingga di neraca yang dilaporkan hanya akun kas dan ekuitas
dana yang ada sisi pasiva hanya menggambarkan keadaan atas.
Akuntansi
berbasis
kas
ini
memiliki
kelebihan
dan
kekurangan. Kelebihan dari basis ini antara lain:
1)
laporan keuangan memperlihatkan sumber dana, alokasi dan
penggunaan sumber-sumber kas.
13
2)
Basis ini mudah dimengerti dan dijelaskan sehingga tidak
perlu pengetahuan yang mendetail tentang akuntansi bagi
pembuat
laporan
keuangan
dan
tidak
membutuhkan
pertimbangan dalam menentukan jumlah arus kas dalam
suatu periode.
Adapun kekurangan yang dimiliki oleh akuntansi berbasis kas ini
yaitu:
1)
Hanya memfokuskan pada arus kas dan mengabaikan arus
sumber
daya
lain
yang
mungkin
berpengaruh
pada
kemampuan pemerintah untuk menyediakan barang dan jasa
untuk sekarang maupun masa yang akan datang
2)
Laporan posisi keuangan (neraca) tidak dapat disajikan
karena dalam pencatatannya tidak menggunakan double
entry.
3)
Akuntansi basis kas ini juga tidak dapat digunakan untuk
penetapan harga (pricing), kebijakan kontrak publik, kontrol
dan evaluasi kinerja karena tidak menyediakan informasi
mengenai biaya pelayanan (cost of service).
14
b.
Basis Akrual ( Accrual Basis )
Teknik basis akrual memiliki fitur pencatatan dimana
transaksi adalah dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki
implikasi implikasi uang masuk atau keluar di masa depan.
Transaksi dicatat pada saat terjadinya walaupun uang belum benarbenar diterima atau dikeluaran (Ritonga, 2006).
Dengan kata lain basis akrual digunakan untuk pengukuran
aset, kewajiban dan ekuitas dana. Jadi basis akrual adalah basis
akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya
pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi tanpa memperhatikan
saat kas atau setara kas diterima atau dibayar (Ritonga, 2006).
Penerapan basis
akrual
pada akuntansi
pemerintahan
memiliki kelebihan sekaligus kekurangan. Kelebihan basis akrual
dapat dipaparkan sebagai berikut:
1)
Memberikan gambaran bagaimana pemerintah membiayai
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan pendanaannya.
2)
Menyediakan informasi yang digunakan oleh pengguna
laporan
keuangan
untuk
mengevaluasi
kemampuan
pemerintah saat ini untuk membiayai aktivitas dan memenuhi
segala kewajiban serta komitmen yang ada.
3)
Menunjukan
pemerintah.
posisi
dan
perubahan
posisi
keuangan
15
4)
Menyediakan ruang bagi pemerintah untuk menunjukan
keberhasilan pengelolaan sumber daya yang di kelolanya.
5)
Memberikan manfaat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah
secara efisiensi dan efektivitas serta pencapaian hasil akhir
dalam penggunaan sumber daya yang dikelolanya.
Sedangkan kekurangan dari basis akrual ini antara lain:
1)
Penerapan basis ini perlu mempersiapkan biaya yang cukup
besar karena untuk menangani penilaian aset, penyiapan
kebijakan akuntansi, membangun sistem akuntansi untuk
mendukung sistem tersebut dibutuhkan komputer atau
peralatan lainnya serta sumber daya manusia yang siap untuk
menangani akuntansi pemerintahan berbasis akrual.
2)
Basis akrual kurang memberikan arti untuk sektor publik atau
pemerintahan karena didesain untuk mengukur laba.
3)
Basis akrual lebih kompleks memungkinkan parlemen
(DPR/DPRD) kurang memberikan perhatian dalam menelaah
laporan keuangan sehingga mengurangi akuntabilitas.
4)
Diperlukan ruang yang lebih luas dalam hal pertimbangan
profesional (profesional judgement) baik penyedia laporan
keuangan maupun auditor pemerintah.
c.
Basis Kas Modifikasian (Modified Cash Basis)
Basis kas modifikasian ini transaksinya dicatat berdasarkan
kas yang diterima atau dibayarkan, sehingga neraca yang
16
dihasilkan akan seperti neraca berbasis kas. Pada dasarnya basis ini
sama dengan akuntansi basis kas. Perbedaan basis kas ini berada
pada fokus pengukurannya yang menggunakan sumber daya bukan
hanya
kas,
sehingga
posisi
laporan
keuangan
dapat
menggambarkan keadaan semua sumber daya yang ada (seperti
utang dan piutang) tidak hanya kas (Nordiawan, 2007).
Basis
ini
dalam
laporan
keuangan
memerlukan
pengungkapan tambahan atas pos-pos tertentu yang biasanya diakui
dalam basis akrual. Pengungkapan ini tergantung dengan kebijakan
pemerintah. Sebagai tambahan atas pos-pos yang diungkapkan
dalam basis kas, ada beberapa pengungkapan yang terpisah atas
saldo near-cash yang diperlihatkan dengan piutang yang akan
diterima dan utang yang akan dibayar selama periode tertentu
sebagai aset dan kewajiban keuangan (Harun, 2009)
d.
Basis Akrual Modifikasian (Modified Accrual Basis)
Pada dasarnya basis akrual modifikasi ini adalah basis akrual
yang mencatat transaksi sesuai dengan kejadiannya, tidak sematamata pada saat kas diterima atau dibayarkan. Fokus pengukurannya
hanya pada sumber daya yang bersifat lancar (Nordiawan, 2007).
4. Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan telah menyusun Standar
Akuntansi Pemerintahan dengan basis akrual yang merupakan langkah
awal dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual dengan menetapkan
17
Peraturan Pemerintah RI nomor 24 tahun 2005. Hal ini sejalan dengan
amanat dalam UU No. 17 tahun 2003 pasal 36 (1) yang memberikan
masa transisi selama lima tahun untuk penerapan pengakuan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual (Simanjuntak, 2005). Ketentuan
undang-undang tersebut mewajibkan untuk segera menerapkan basis
akrual dengan Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010 sebagai
pedoman dalam pelaksanaanya.
Akuntansi berbasis akrual menurut Peraturan Pemerintah nomor 71
Tahun 2010 adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi
dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntansi berbasis akrual
merupakan basis akuntansi yang melakukan pencatatan dan pengakuan
pada saat terjadi transaksi tanpa memperhatikan adanya arus kas akibat
transaksi.
Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010 pasal 1 ayat (8)
menyatakan bahwa SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui
pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial
berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan
dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang
ditetapkan dalam APBN/APBD. Maksud dari definisi tersebut pengunaan
basis akrual untuk mengakui transaksi yang berkaitan dengan
18
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaksanaan anggaran
menggunakan basis akuntansi yang ditetapkan dalam APBN/APBD.
Akuntansi berbasis akrual saat ini menjadi tren di berbagai negara.
Penggunaan basis akrual mendapatkan salah satu ciri dari praktik
manajemen keuangan modern (sector public) yang bertujuan untuk
memberikan informasi yang lebih transparan mengenai biaya pemerintah
dan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan di dalam pemerintah
dengan menggunakan informasi yang diperluas, tidak sekedar basis kas
(Mulyana, 2009).
Alasan penggunaan basis akrual dalam pemerintah juga dijelaskan
oleh Widjajarso (2008) sebagai berikut:
a.
Akuntansi berbasis kas tidak menghasilkan informasi yang cukup,
misal transaksi non kas untuk pengambilan keputusan ekonomi,
misalnya informasi tentang hutang dan piutang, sehingga
penggunaan basis akrual sangat disarankan.
b.
Akuntansi berbasis akrual menyediakan informasi yang tepat untuk
menggambarkan biaya operasi yang sebenarnya (full costs of
operation).
c.
Akuntansi berbasis akrual yang dapat menghasilkan informasi yang
dapat diandalkan dalam informasi aset dan kewajiban.
d.
Akuntansi berbasis akrual yang menghasilkan informasi keuangan
yang komprehensif tentang pemerintah, misalnya penghapusan
hutang yang tidak ada pengaruhnya di laporan berbasis kas.
19
Perbedaan PP nomor 24 tahun 2005 dengan PP 71 tahun 2010 ini dapat
dilihat dalam komponen laporan keuangan. Perbandingan komponen
laporan keuangan antara PP nomor 24 tahun 2005 dengan PP nomor 71
tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Perbedaan Komponen Laporan keuangan PP 24 tahun 2005
dengan PP 71 tahun 2010
PP 24 Tahun 2005
Komponen Laporan
Keuangan Pokok:
1. Neraca
2. Laporan Realisasi
Anggaran (LRA)
3. Laporan Arus Kas
PP 71 Tahun 2010
Komponen Laporan Keuangan Pokok:
A. Laporan Anggaran:
1. Laporan Realisasi
Anggaran (LRA)
2. Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih (SAL)
(LAK)
4. Catatan atas Laporan
Keuangan (CLaK)
B. Laporan Finansial:
1. Neraca
Laporan yang bersifat
2. Laporan Operasional (LO)
optional:
3. Laporan Arus Kas (LAK)
1. Laporan Kinerja
Keuangan (LKK)
2. Laporan Perubahan
Ekuitas (LPE)
4. Laporan Perubahan Ekuitas
(LPE)
C. Catatan atas Laporan
Keuangan (CLaK)
Sumber: KSAP. 2010. Pokok-Pokok Perbedaan SAP Berbasis Kas Meunju
Akrual dengan SAP Berbasis Akrual. Jakarta
20
Komponen laporan keuangan berdasarkan PP 71 Tahun 2010 yang
berbeda dengan PP 24 Tahun 2005 dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Laporan realisasi anggaran menggunakan basis akuntansi kas
dalam penyajiannya. Pendapatan dan penerimaan pembiayaan
diakui pada saat diterima pada rekening kas umum negara/daerah.
Sedangkan belanja dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat
terjadinya pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah. Sisa
lebih /kurang pembiayaan anggaran pada saat akhir periode
pelaporan dipindahkan ke laporan perubahan saldo anggaran lebih
(SAL).
b.
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)
Laporan perubahan saldo anggaran lebih menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan saldo anggaran lebih tahun pelaporan
dibandingkan
dengan
tahun
sebelumnya.
Laporan
ini
menginformasikan penggunaan dari sisa lebih pembiayaan
anggaran tahun sebelumnya atau sumber dana yang digunakan
untuk menutup sisa kurang anggaran tahun lalu, sehingga tersaji
sisa kurang/lebih pembiayaan anggaran tahun berjalan. Laporan
perubahan saldo anggaran lebih menyajikan sekurang-kurangnya
pos-pos:
1)
Saldo anggaran lebih awal
2)
Penggunaan saldo anggaran lebih
21
c.
3)
Sisa lebih/kurang pembiayaan tahun berjalan
4)
Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya
5)
Saldo anggaran lebih akhir
Laporan Operasional (LO)
Laporan operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi
yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh
pemerintah
pusat/daerah
untuk
kegiatan
penyelenggaraan
pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Laporan operasional
sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos sebagai berikut:
1)
Pendapatan-LO
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat/daerah yang
diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas
pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya
ekonomi.
2)
Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang
dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya
kewajiban. Beban diakui pada saat timbulnya oleh entitas
pelaporan.
22
3)
Surplus/defisit dari operasi
Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih antara
pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan.
Sedangkan defisit dari kegiatan operasional adalah selisih
kurang antara pendapatan dan beban selama satu periode
pelaporan dicatat dalam pos surplus/defisit dari kegiatan
operasional.
4)
Kegiatan Non Operasional
Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu
dikelompokan tersendiri dalam kegiatan non operasional.
Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan
operasional dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional
merupakan surplus/defisit sebelum pos luar biasa.
5)
Pos Luar Biasa
Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam
laporan operasional dan disajikan sesudah surplus/defisit
sebelum pos luar biasa. Pos luar biasa memuat kejadian luar
biasa yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) Kejadian yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal
tahun anggaran.
b) Tidak diharapkan terjadi berulang-ulang.
c) Kejadian diluar kendali entitas pemerintah.
23
6)
Surplus defisit-LO
Surplus/defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang
antara surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non
operasional, dan kejadian luar biasa. Saldo surplus/defisit-LO
pada akhir periode pelaporan dipindahkan ke laporan
perubahan ekuitas.
d.
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Laporan perubahan ekuitas menyajikan sekurangkurangnya pos-pos:
1)
Ekuitas awal
2)
Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan
3)
Koreksi-koreksi
yang
langsung
menambah/mengurangi
ekuitas dana, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif
yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan
koreksi kesalahan mendasar, misalnya koreksi kesalahan
mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode
sebelumnya dan perubahan nilai aset tetap karena revaluasi
aset tetap.
4)
Ekuitas akhir
24
5. Strategi Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual
Penerapan akuntansi akrual di pemerintahan merupakan tantangan
besar dan penerapan ini di pemerintahan suatu negara tidaklah mudah.
Perlu kehati-hatian dalam memilih strategi penerapan akuntansi akrual,
karena basis akrual relatif lebih sederhana. Penerapan akrual basis
terdapat dua model (widjajarso, 2008):
a.
Model sekaligus (big bang)
Pilihan atas metode konversi harus dilakukan secara hati-hati
sampai saat ini metode big bang sangat jarang digunakan (Ichsan,
2013). Model ini dilakukan dalam jangka waktu yang sangat
singkat. Manfaat model ini mendukung terjadinya perubahan
budaya organisasi, cepat mencapai tujuan, dan menghindari risiko
kepentingan. Kelemahan juga dimiliki oleh model ini yakni beban
kerja menjadi tinggi, tidak ada waktu untuk menyelesaikan masalah
yang timbul, dan komitmen politik mungkin bisa berubah
(Widjajarso, 2008).
b.
Model bertahap
Model bertahap memiliki jangka waktu yang lebih panjang
dibandingkan dengan model big bang sekitar empat sampai enam
tahun (Mongoloi dalam Putri, 2013). Keuntungan model ini dapat
diketahui permasalahan yang mungkin timbul dan dicarikan cara
penyelesaiannya selama masa transisi untuk mengurangi resiko
25
kegagalan. Namun, untuk dapat menerapkan model ini dibutuhkan
sumber daya manusia yang banyak karena menerapkan dua basis
secara bersamaan. Hal ini akan mempersulit perubahan budaya
organisasi dan momentum penerapan basis akrual akan hilang
(Widjajarso, 2008).
Tabel 2.2 Strategi Penerapan SAP Akrual Secara Bertahap
Tahun
Strategi Penerapan SAP Akrual
1) Penerbitan standar akuntansi
pemerintah berbasis akrual
2010
2) Mengembangkan framework
akuntansi berbasis akrual
3) Sosialisasi akuntansi berbasis
akrual
1) Penyiapan aturan pelaksanaan
dan kebijakan akuntansi
2) Pengembangan sistem
2011
akuntansi dan TI bagian
pertama (proses bisnis dan
requirement)
3) Pengembangan kapasitas
SDM
1) Pengembangan sistem
2012
akuntansi dan TI (lanjutan)
2) Pengembangan kapasitas
SDM (lanjutan)
2013
1) Piloting beberapa KL dan
BUN
26
2) Review, evaluasi dan
penyempurnaan sistem
3) Pengembangan kapasitas
SDM (lanjutan)
1) Parallel run dan konsolidasi
seluruh LK
2) Review, evaluasi dan
2014
penyempurnaan sistem
3) Pengembangan kapasitas
SDM (lanjutan)
1) Implementasi penuh
2015
2) Pengembangan kapasitas
SDM (lanjutan)
Sumber: KSAP. 2010. Sosialisasi PP No.71 Tahun 2010 tentang SAP.
Jakarta
6. Komponen Pendukung Kesuksesan dalam Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
Penerapan standar akuntansi pemerintahan basis akrual secara
penuh ini membutuhkan komponen pendukung demi tercapainya
keberhasilan atas penerapannya. Beberapa komponen pendukung
keberhasilan penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual
dipaparkan dalam penjelasan berikut:
a.
Komitmen dari pimpinan
Komitmen
merupakan
kunci
keberhasilan
dari
suatu
perubahan, karena mencakup loyalitas dan keterlibatannya dalam
memberikan dukungan untuk tercapainya suatu tujuan. Komitmen
27
organisasi adalah keadaan dimana seorang karyawan memihak
pada suatu organisasi tersebut dan tujuannya, serta berniat untuk
memelihara keanggotaannya dalam organisasi tersebut (Robbins
dalam Putri, 2013). Jadi komitmen menggambarkan kondisi sejauh
mana hubungan seorang pegawai dalam melibatkan dirinya pada
organisasinya serta memiliki keinginan untuk tetap tinggal di
organisasi itu.
Penyebab kelemahan penyusunan laporan keuangan pada
beberapa kementrian/lembaga adalah dari komitmen pimpinan
satuan kerja khusus SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
sebagai penerima dana dekonsentrasi/tugas pembantuan. Oleh
karena itu komitmen yang tinggi dari pimpinan juga diperlukan
untuk membangun tata kelola dan sistem pengendalian internal
organisasi yang baik.
b.
Sumber Daya Manusia yang Kompeten
Sumber daya manusia merupakan pilar penyangga utama
sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi
dan misi serta tujuan dari organisasi. Kegagalan sumber daya
manusia pemerintah daerah dalam memahami dan menerapkan
logika akuntansi akan berdampak pada kekeliruan laporan
keuangan yang dibuat dan ketidak sesuaian laporan dengan standar
yang ditetapkan pemerintah. Pelaporan keuangan yang menuntut
ketepatan waktu memerlukan tenaga yang mampu bekerja secara
28
kompeten dan memiliki integritas yang baik. Hal ini yang
menyebabkan perlunya SDM yang baik dan terlebih menguasai
akuntansi pemerintahan (Yafie, 2012).
Manusia merupakan unsur terpenting dalam memberikan
kontribusi demi keberhasilan suatu organisasi. Sumber daya
manusia adalah manusia yang mampu melakukan pekerjaan bagi
suatu bisnis, dengan memberikan kontribusinya menggunakan
kemampuan fisik mereka maupun menggunakan kemampuan
mentalnya.
Rekrutmen dan pelatihan sumber daya manusia diperlukan
agar berkompeten dan profesional dalam pengelolaan keungan.
Persiapan dalam sumber daya manusia adalah salah satu faktor
utama dalam upaya penerapan SAP berbasis akrual.
c.
Teknologi Informasi yang Memadai
Penerapan akuntansi berbasis akrual yang kompleks ini dapat
dipastikan memerlukan teknologi informasi yang rumit
dan
membutuhkan waktu serta biaya yang tidak sedikit. Teknologi
informasi merupakan istilah umum teknologi apapun yang
membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, dan
mengkomunikasikan informasi (Haryanto dalam Putri, 2013).
Teknologi informasi diperlukan untuk memproses dan
mengolah berbagai informasi dalam penyusunan laporan keuangan
agar sesuai dengan SAP, yaitu Sistem Informasi Keuangan Daerah.
29
Menurut PP Nomor 24 Tahun 2005, Sistem Informasi Keuangan
Daerah adalah serangkaian prosedur manual maupun yang
terkomputerisasi mulai dari
pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan dan operasi
pemerintah.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai kesiapan Pemerintah dalam menerapkan
Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual antara lain:
1.
Ardiansyah (2013)
Penelitian ini berjudul “Factors Affecting The Affecting The
Readiness Of PP No.71 Tahun 2010 About Government Accounting
Standards (Case Study On Working Units In Kppn Malang’s Working
Area)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang
mempengaruhi kesiapan penerapan standar akuntansi pemerintahan
dengan menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada
160 unit kerja di wilayah kerja KPPN Malang dengan menggunakan
kuesioner.
Variabel independen yang digunakan adalah kualitas sumber daya
manusia, komitmen organisasional dan komunikasi. Variabel terikat
adalah kesiapan penerapan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual.
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis data.
Hasil statistik menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi
kesiapan penerapan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual adalah
30
kualitas sumber daya manusia dan komunikasi, sedangkan komitmen
organisasi tidak mempengaruhi kesiapan penerapan standar akuntansi
pemerintah berbasis akrual.
2.
M. Dhairolly Yafie (2012)
Penelitian ini berjudul “Penerapan Basis Akrual Pada Standar
Akuntansi Pemerintah Indonesia”. Penelitian ini menjelaskan bahwa
penerapan basis ini diharapkan mampu memperbaiki kinerja satuan
pemerintahan. Di penelitian ini juga menjelaskan mengenai negara lain
yang telah menerapkan basis ini serta mengulas peluang dan tantangan
yang akan menghadang dalam pelaksanaan akrual basis ini dalam
pemerintahan.
3.
Kamal Dwi Rasyid (2014)
Penelitian ini berjudul “Analisis Perbedaan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) Berbasis Cash Towards Accrual (PP No. 24/2005)
Dengan SAP Berbasis Accrual (PP No. 71/2010) (Studi Kasus Di
Pemerintah Kota Batu)”. Penelitian ini menjelaskan tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan berbasis Cash Towards Accrual (CTA)
dipemerintah Kota Batu yaitu Perwali Kota Batu No. 44 Tahun 2011
tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Batu dan penerapan SAP
Accrual Basis pada Pemerintah Daerah, serta menganalisis berbagai
perbedaan-perbedaannya, khususnya dalam pengakuan, pengukuran serta
penyajian dan pengungkapan laporan keuangan.
31
Melalui metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus di
Pemerintah Kota Batu, penelitian ini menghasilkan suatu pandangan
mengenai SAP Accrual Basis merupakan pengembangan dari SAP Cash
Towards Accrual.
4.
Hetti Herlina (2013)
Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kesiapan Pemerintahan Daerah Dalam Implementasi PP No. 71 Tahun
2010 (Studi Empiris: Kabupaten Nias Selatan)”. Penelitian ini terfokus
untuk menganalisis dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kesiapan Pemda dalam implementasi kebijakan. Faktor yang berpengaruh
terhadap kesiapan pemerintah daerah dalam pengimplementasian PP 71
tahun 2010 antara lain faktor perilaku, faktor keterampilan dan faktor
informasi.
Download