GENESIS VULKANIK BERUMUR TERSIER DI DAERAH KARANGSAMBUNG, KEBUMEN, JAWA TENGAH Oleh: Nugroho Imam Setiawan NIM: 22008002 Magister Teknik Geologi ITB 2010 Outline Presentasi • Pendahuluan - Perumusan Masalah - Lokasi Penelitian - Batasan Penelitian - Tujuan Penelitian - Hipotesis - Metode Penelitian • Geologi Regional • Pemaparan Data - Pengamatan Lapangan dan Petrografi - Geokimia • Sintesis Tektonik • Kesimpulan Perumusan Masalah • Terdapat dua interpretasi mengenai kehadiran batuan vulkanik berumur Tersier di daerah penelitian: Interpretasi pertama: kehadiran vulkanik berumur Tersier merupakan bagian dari olisostrom Formasi Karangsambung dan Totogan yang kemungkinan merupakan bagian dari muka anjakan (thrust sheet) (Asikin., 1974, Harsolumakso., 1996) Interpretasi kedua: kehadiran vulkanik berumur Tersier merupakan produk insitu magmatisme di daerah Karangsambung (Kamtono., 1995, Yuwono., 1997, Prasetyadi dalam kolom stratigrafi., 2007) LOKASI PENELITIAN • Lokasi penelitian secara administratif terletak di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis terletak pada koordinat 109o 35’ – 109o 45’ BT dan 7o 30’ – 7o 40’ LS, dengan luas area 5x3 km2. Singkapan dari Vulkanik Dakah terdapat di sekitar Desa Dakah yang terletak kurang lebih 2 km di sebelah Utara Karangsambung • Batasan Penelitian Ruang lingkup penelitian dibatasi pada studi petrologi batuan vulkanik berumur Tersier di sekitar Desa Dakah (Vulkanik Dakah), Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah kaitannya dengan kehadirannya dalam lingkungan Kompleks Melange Luk Ulo. • Tujuan Penelitian Untuk mengetahui genesis Vulkanik Dakah berumur Tersier di Daerah Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah dan melengkapi model stratigrafi dan tektonik dari vulkanisme Tersier di daerah Karangsambung dengan studi petrologi. • Hipotesis 1. Intrusi batuan magmatik berumur Tersier di daerah Karangsambung adalah magmatisme yang bersifat insitu dan bukan merupakan olisostrom. 2. Terdapat mekanisme penunjaman lain yang terjadi sehingga membentuk intrusi Vulkanik Dakah. • Metode Penelitian 1. Analisis Pengamatan Lapangan 2. Analisis Petrografi 3. Analisis Geokimia (XRF) Bagan Alir Penelitian Geologi Regional Berdasarkan Asikin (1974), Suparka (1988), dan Prasetyadi (2007) • Kompleks Melange Luk Ulo: – – ! • Formasi Karangsambung – ! • Lempung bersisik (scaly clay) dengan lensa batugamping nummulites, konglomerat polimik, batupasir, batuan vulkanik Anggota Banjarsari Sedimen melange dengan gejala pelengseran bawah laut dengan umur: Eosen Tengah – Eosen Akhir Formasi Totogan – ! • Unit Metamorfik dan Metasedimen: grewake, baturijang, batugamping, sekis, filit, sekis biru, dan eklogit Unit Ofiolit: harsburgit, serpentinit, lersolit, gabro, diabas, dan basalt Naiknya kepingan punggungan tengah samudera dan zona akresi dengan umur: Kapur Akhir – Paleosen Breksi lempung dengan fragmen basalt, batugamping nummulites, batupasir, konglomerat dan batuan vulkanik Anggota Vulkanik Sedimen melange bawah laut dengan umur: Eosen Akhir-Oligosen hingga Oligo-Miosen Awal Formasi Waturanda – ! Breksi vulkanik, batupasir dan lensa batugamping Sedimentasi laut dangkal dengan umur: Miosen Awal – Miosen Tengah Peta Geologi Regional Prasetyadi (2007) Stratigrafi Regional (dalam Prasetyadi, 2007 dengan modifikasi penulis, 2009) Peta Lintasan Pengamatan Lapangan 4. Daerah Trenggulun Kidul 5. Daerah Jembling dan K.Kayen 3. Daerah G.Parang dan Desa Dakah 2. Daerah K.Jebug dan Banjarsari 1. Daerah Gunung Bujil Kali Jebug Diabas • G. Parang • • T. Kidul Tekstur holokristalin, inekuigranular, porpiriporpiritik, hipidiomorfik granular, ofitik, subofitik, memperlihatkan deformasi pada mineral. Komposisi mineral utama: plagioklas, klinopiroksen, dan mineral opak. Mineral sekunder: klorit, kalsit, dan natrolit Lokasi Keterdapatan lain: Kali Kayen, Jembling, Desa Dakah Desa Dakah Diabas • Banjarsari • K. Kayen Tekstur holokristalin, inekuigranular, porpiriporpiritik, hipidiomorfik granular, ofitik, subofitik, memperlihatkan deformasi pada mineral. Komposisi mineral utama: plagioklas, klinopiroksen, dan mineral opak. Mineral sekunder: klorit, kalsit, dan natrolit Efek Bakar Kali Jebug • • G. Parang Tekstur vitroklastik, hornfelsik, mengalami silisifikasi, vitrivikasi menjadi gelas. Tekstur relict berupa perlapisan batulempung? Komposisi mineral: kuarsa, gelas, muskovit, kalsit, min. opak Basalt andesit dan Pillow lava • Basalt andesit, tekstur holokristalin, porpiritik, intergranular. Komposisi mineral utama: plagioklas (andesin), klinopiroksen, mineral opak. Mineral sekunder: klorit • Pillow lava: tekstur hipokristalin, porpiritik, trakitik. Komposisi mineral utama: plagioklas (labradorit), klinopiroksen, gelas, min.opak. Mineral sekunder: klorit, natrolit, kalsit G. Bujil Bukit Timur G.Bujil Desa Dakah Tuf piroklastik, Breksi Hialoklastik, Fragmen Kristal Tuf • Tuf, tekstur klastik, mudsupported, bentuk angular. Komposisi utama: plagioklas, piroksen dan gelas yang terubah menjadi mineral lempung. • Hialoklastik (basalt), tekstur holokristalin, porpiritik, hipokristalin. Komposisi utama: plagioklas (albitisasi), klinopiroksen. Mineral sekunder: klorit, natrolit, kalsit • Kristal Tuf; tekstur vitroklastik, grain supported, komposisi: plagioklas, klinopiroksen, litik, mineral opak, klorit, gelas vulkanik Desa Dakah Kali Jebug Jembling Fragmen breksi lempung Formasi Totogan dan Batupasir Formasi Waturanda • Fragmen breksi lempung (basalt terubah), tekstur holokristalin, trakitik, komposisi mineral: plagioklas (albitisasi), klinopiroksen, min.opak. Mineral sekunder: urat kalsit, natrolit, klorit. • Batupasir Fm.Waturanda (litik wacke), tekstur klastik, grain supported, komposisi litik, plagioklas, klinopiroksen, natrolit, min.opak • Batupasir Fm.Waturanda (litik wacke), tekstur klastik, grain supported, komposisi litik, plagioklas, klinopiroksen, natrolit, min.opak, fosil foram plangtonik K.Wuluh Jembling Kolom Penampang Stratigrafi G.Bujil Kali Jebug-Dakah Kolom Penampang Stratigrafi K.Mandala-Dakah Jembling-K.Kayen 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kesimpulan Pengamatan Lapangan dan Analisis Petrografi Produk vulkanisme berumur Tersier di sekitar Desa Dakah berupa lava masif basalt, lava bantal basalt, leher gunung api diabas dan basalt andesit, retas diabas, tuf piroklastik, breksi hialoklastik insitu dan sedimenter, dan sebagai fragmen kristal tuf pada breksi lempung Formasi Totogan maupun batulempung bersisik Formasi Karangsambung Berdasarkan tekstur dan morfologi singkapan, Diabas G. Parang dan basalt andesit G. Bujil ! leher vulkanik, diabas K.Jebug-Banjarsari, Trenggulun Kidul, Jembling-K.Kayen ! retas dengan pusat erupsi di sekitar Desa Dakah Batuan vulkanik Tersier di daerah Karangsambung memiliki komposisi utama plagioklas, klinopiroksen, dan mineral opak. Tekstur yang dijumpai pada diabas adalah holokristalin, ofitik dan subofitik. Pada basalt andesit holokristalin, porpiritik dan intergranular. Pada lava basaltik hipokristalin, trakitik dan intergranular. ! Toleit Contoh batuan telah mengalami pelapukan dan ubahan yang intensif ditandai dengan kehadiran klorit, kalsit dan natrolit. Natrolit menandakan ubahan terjadi pada lingkungan laut (Fisher dan Schmincke, 1984) Batuan yang diintrusi mengalami efek bakar dengan silisifikasi dan vitrifikasi Fragmen batuan beku dalam Formasi Totogan, fragmen batupasir vulkaniklastik dan kristal tuf dalam Formasi Karangsambung kemungkinan berasal dari Vulkanik Tersier di Karangsambung. Batuan vulkanik Tersier mengalami deformasi yang cukup kuat ditandai dengan adanya pembengkokan pada mineral Geokimia Unsur Utama Soeria Atmadja, dkk., 1994 (AAS, ICP-AES dan neutron activation) Penulis, 2010 (XRF) Sampel KM 01 GB 01 KJ 02 KK 01 JB 01 KRS 29 KRS 30 KRS 31A Oksida (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) SiO2 43.79 47.54 47.89 48.88 46.77 54.5 52.5 58.8 TiO2 2.14 0.74 1.21 1.56 1.49 0.89 1.49 1.4 AlNilai 18.25 17.28 15.02 15.29 15.14 1,25% 20.03 dipengaruhi oleh 17.29 kehadiran mineral titanomagnetit sbg min.sekunder 2O3 TiO2 ≠< 15.1 Fe2O3* 11.95 8.97 9.19 11.03 9.84 8.21 11.14 6.73 MnO 0.35 0.191 0.247 0.479 0.396 0.16 0.22 0.1 MgO 7.12 4.89 4.92 6.96 6.78 5.24 4.83 3.01 CaO 8.54 11.29 5.93 4.46= magma 6.26 primitif MgO > 6% 7.97 7.03 3.98 Na2O 3.44 3.02 5.59 4.57 5.1 4.15 4.54 7.55 K 2O 0.101 0.396 0.819 1.35 0.405 0.29 0.4 0.37 P2O5Kehadiran0.451 0.245 0.1albitisasi Ca!Na 0.2 mineral0.173 sekunder Natrolit0.329 (Na2Al2Si0.32 plag 0.25 3O10.2H2O) dan SO3 0.565 0.112 0.213 0.389 0.514 - - - LOI 6.22 2.45 5.25 4.51 4.65 3.36 2.76 2.67 0.2115Tingginya 0.24097 tingkat 0.1935pelapukan 0.1846 dan ubahan 0 0 0 100.40 100.00 Lain-lain Total 0.2254 99.99 100.01 99.99 102.00 99.99 99.89 Geokimia Unsur Jejak dan Tanah Langka Unsur mobile (mudah bergerak): Large Ion Lithopile (LIL); Jari-jari ion besar, ikatan ion lemah: Cs, Sr, Rb, Ba, K Unsur Immobile (tidak mudah bergerak: High Field Strenght (HFS); jari-jari ion kecil, Ikatan ion lemah: La, Y, Sc, Th, Ce, Zr, Hf, Ti, Ta dan Unsur transisi: Co, Cu, Ni, V, Cr, Mn Sampel KM 01 GB 01 KJ 02 KK 01 JB 01 KRS 29 KRS 30 KRS 31A Elemen ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm Ti 12800 4430 7280 9330 8950 - - - Al 79900 106000 96600 91500 91500 - - - Fe 83500 62700 64300 77200 68800 - - - Mn 2710 1480 1910 3710 3060 - - - Ca 61100 80700 42400 31900 44800 - - - Mg 43000 29500 29700 42000 40900 - - - Zn 89 72 43 82 53 70 78 84 Ni 27 13 17 17 17 41 17 21 Zr 153 48 116 125 140 - - - Hf - - - - - - 2.9 2.9 Cs 120 84 - 63 92 - - - Cu 55 146 19 71 80 23 29 32 Sr 229 304 687 186 211 160 137 118 V 356 291 319 356 343 118 285 275 Cr 68 64 16 33 39 119 14 25 Co 108 78 74 94 77 30 40 32 Cl 334 433 486 314 261 - - - I 36 - - - - - - - Rb - - 5.2 9.1 0 45 5 3.5 Ga 19 13 13 22 14 - - - Y 40 17 26 30 29 - - - La 67 59 55 44 39 - - - Sc 25 40 31 12 28 - - - Ba - - - - - 50 57 123 Yb - - - - - 3 - - Th - - - - - - 1.2 1.1 Ta - - - - - - 0.2 0.2 Tb - - - - - - 0.7 0.8 Diagram Laba-laba • Pengkayaan pada unsur LIL dan miskin pada unsur HFS ! tipikal toleit busur kepulauan Wood, dkk (1979) Pearce (1983) Mineral Normative (CIPW) Penulis, 2010 Min. Norm KM 01 GB 01 KJ 02 Soeria Atmadja, dkk (1994) KK 01 JB 01 KRS 29 KRS 30 KRS 31A Apatite 1.07 0.41 0.58 0.78 0.76 0.24 0.47 0.59 Chromite 0.01 0.01 0 0.01 0.01 0.03 0 0.01 Zircon 0.03 0.01 0.02 0.03 0.03 0 0 0 Ilmenit 4.07 1.41 2.3 2.96 2.83 1.69 2.83 2.66 0.6 2.34 4.84 7.98 2.39 1.71 2.36 2.19 Albite 29.11 25.55 38.41 38.67 37.44 35.12 38.42 63.88 Anorthite 25.46 39.93 22.29 20.04 23.06 21.5 20.16 6.33 Corundum 0 0 0 0.97 0 0 0 0 Magnetite 17.33 13.01 13.32 15.99 14.27 11.9 16.15 9.76 Diopside 11.23 12.15 4.63 0 4.78 14.01 10.9 9.51 4.4 5.14 0 6.65 0 11.04 12.69 5.63 Quartz 0 0 0 0 0 6.24 3.04 2.46 Olivine 9.8 4.87 10.88 12.17 14.31 0 0 0 0 0 4.82 0 3.09 0 0 0 103.1 104.8 102.1 106.2 103 103.5 107 103 Orthoclase Hyperstene Nepheline W% Norm Diagram Diskriminan Mullen (1993) Baragar (1971) Diagram Diskriminan Miyashiro (1974) Beccaluva, dkk (1979) Diagram Evolusi Kimia (Harker, 1909) • Zr (immobile) sebagai absis (Wilson, 1989) • Evolusi magma: KM.01 ! JB.01 ! KK.01 ! KJ. 02 ! GB.01 Kesimpulan Analisis Geokimia 1. Contoh batuan berasal dari magma ko-genetis berafinitas toleit busur kepulauan 2. Mempunyai tingkat ubahan dan pelapukan yang cukup tinggi (LOI) 2.45-6.22% 3. Ubahan dan pelapukan mempengaruhi pada unsur K2O, Ca2O, TiO2 dan Na2O karena proses albitisasi dan kehadiran mineral sekunder magnetit dan natrolit 4. Evolusi magma dimulai dari contoh batuan KM. 01, berikutnya berturut-turut JB.01, KK.01, KJ. 02 dan GB.01 Sintesis Tektonik Dasar Sintesis Tektonik: 1. Berdasarkan analisis pengamatan lapangan, petrografi dan geokimia, produk vulkanik Tersier di daerah penelitian berafinitas toleit busur kepulauan dan berasal dari magma ko-genetis dengan pusat erupsi utama di sekitar Desa Dakah. 2. Vulkanisme di daerah Karangsambung didominasi oleh fase lelehan dari banyaknya singkapan lava, produk piroklastik yang tidak melimpah dan ketidakhadiran mineral hidrous seperti amfibol. Mengindikasikan sudut penunjaman yang relatif landai 3. Proses ubahan albitisasi dan hadirnya mineral sekunder natrolit mengindikasikan ubahan terjadi di lingkungan laut 4. Umur dari ofiolit Karangsambung utara berdasarkan pentarikhan radiometri K-Ar menghasilkan 85.03 ± 4.25 Jtl dan 81.26 ± 4.06 Jtl (Kapur Akhir) (Suparka, 1988) 5. Umur dari vulkanik Tersier di daerah Karangsambung berdasarkan pentarikhan radiometri K-Ar menghasilkan 39.86 ± 3.31 Jtl (diabas G. Parang), 37.55 ± 1.96 (basalt andesit G. Bujil), dan 26.52 ± 1.93 Jtl (diabas Trenggulun Kidul) (Eosen Akhir-Oligosen Akhir) (Soeria Atmadja, dkk., 1994) 6. Berdasarkan kehadiran nannoplankton, umur dari Formasi Karangsambung adalah Eosen Tengah-Akhir dan Formasi Totogan Eosen Akhir-Oligosen hingga Oligosen-Miosen Awal (Kapid dan Harsolumakso, 1996) 7. Terhentinya penunjaman Pra-Tersier karena kehadiran mikrokontinen Gondwanaland di selatan Jawa Timur pada Kapur Akhir – Eosen Tengah (Sribudiyani, dkk., 2003) Sintesis Tektonik Penunjaman yang terjadi pada lingkungan yang sebelumnya merupakan daerah melange dapat terjadi pada dua faktor: 1. Adanya sistem penunjaman baru yang bergeser ke arah Selatan dari penunjaman lama 2. Posisi palung tetap tetapi sudut penunjaman menjadi lebih curam Asumsi: Kedalaman rata-rata pelelehan parsial pada busur kepulauan adalah 80-125 km di bawah busur vulkanik (Wilson, 1989). Apabila dipilih opsi tipe penunjaman yang kedua akan didapatkan sudut penunjaman >80o. Melihat perbandingan penunjaman resen pada tipikal busur kepulauan di Palung Mariana yang menghasilkan sudut penunjaman 90o (Davis dan Reynolds, 1996) berasal dari lempeng samudera Pasifik yang berumur 150 juta tahun yang lalu dengan densitas yang sangat besar sementara di Palung Meksiko lempeng samudera yang menunjam berumur 20 juta tahun yang lalu menghasilkan sudut 15-20o (England dan Wortel, 1980 dalam Davis dan Reynolds, 1996). Apabila lempeng samudera yang menunjam di bawah Karangsambung diasumsikan berumur tidak lebih dari ofiolit Karangsambung Utara yaitu 85.03 ± 4.25 juta tahun dan 81.26 ± 4.06 juta tahun (Suparka, 1988) pada umur Karangsambung saat itu Paleosen (65-55 jtl) maka lempeng samudera tersebut hanya lebih tua ± 15 jtl sehingga tidak mungkin akan dihasilkan sudut penunjaman >80o dari lempeng samudera yang menunjam tersebut karena densitasnya belum begitu besar. ! Opsi penunjaman pertama: Adanya sistem penunjaman baru yang bergeser ke arah Selatan dari penunjaman lama Kapur-Paleosen • Karangsambung merupakan zona subduksi • Tumbukan mikrokontinen Gondwanaland di tepi timur dan tenggara Sundaland pada Kapur Akhir mengakibatkan tidak aktifnya zona subduksi Meratus (Sribudiyani, 2003) Eosen Tengah • Lempeng samudera IndoAustralia terus bergerak ke utara menyebabkan terbentuknya jalur penunjaman baru • Daerah Karangsambung terbentuk sedimentasi Formasi Karangsambung di lingkungan laut Eosen Akhir • Penunjaman baru telah mencapai kedalaman 80-125 km terjadi pelelehan parsial ditandai dengan aktivitas vulkanisme di daerah Bayah, Ciletuh, Karangsambung dan Bayat. • Vulkanisme di daerah Karangsambung terbentuk pada lingkungan bawah laut • Terjadi juga pengendapan Formasi Totogan Sketsa Vulkanik Dakah • • Pusat erupsi di daerah Dakah berturut-turut setelahnya terbentuk retas diabas Jembling-K.Kayen, leher vulkanik diabas G.Parang, retas diabas K.JebugBanjarsari, leher vulkanik basalt andesit G.Bujil dan retas diabas Trenggulun Kidul Produk erupsi berupa lava berstruktur masif dan bantal basalt dan tuf piroklastik. Produk synerupsi berupa breksi hialoklastik insitu dan sedimenter, fragmen basalt dan batupasir vulkaniklastik dalam Formasi Karangsambung, Totogan dan Waturanda Peta Geologi Daerah Penelitian Data struktur dari Asikin, dkk (1992) Penampang Peta Geologi Kolom Stratigrafi Modifikasi Asikin, dkk (1992) Kolom Stratigrafi Disederhanakan Kolom Vulkanostratigrafi Kesimpulan 1. Vulkanik Tersier yang tersingkap di sekitar Desa Dakah daerah Karangsambung berupa leher vulkanik diabas dan basalt andesit, retas diabas, lava masif dan bantal basaltik, tuf piroklastik, breksi hialoklastik insitu dan sedimenter, dan sebagai fragmen vulkaniklastik dalam breksi lempung Formasi Totogan maupun batulempung bersisik Formasi Karangsambung. 2. Pusat erupsi utama diperkirakan berada di sekitar Desa Dakah berturut-turut setelahnya adalah retas diabas Jembling-Kali Kayen, leher vulkanik diabas Gunung Parang, retas diabas Kali Jebug dan leher vulkanik Gunung Bujil pada Eosen Akhir; dan yang terakhir adalah retas diabas Trenggulun Kidul pada Oligosen Tengah. 3. Himpunan batuan vulkanik Tersier di daerah Karangsambung berasal dari magma yang sama (ko-genetis) dan berafinitas toleit busur kepulauan dengan aktivitas vulkanik di dalam lingkungan air laut. 4. Kehadirannya dalam lingkungan sedimen melange Formasi Karangsambung dan Totogan yang diendapkan pada cekungan palung dengan batuan dasar berupa kompleks akresi produk penunjaman Pra-Tersier mengindikasikan adanya mekanisme sistem penunjaman baru busur kepulauan antara lempeng samudera Indo-Australia selatan dengan lempeng samudera Indo-Australia utara di selatan Karangsambung. Terhentinya penunjaman Pra-Tersier disebabkan oleh tumbukan mikrokontinen Gondwanaland di tepi timur dan tenggara Sundaland pada Kapur Akhir sementara pergerakan lempeng samudera Indo-Australia terus bergerak ke arah Utara sehingga menyebabkan terbentuknya jalur penunjaman baru di selatan jalur penunjaman PraTersier. 5. Penunjaman baru di selatan Karangsambung diperkirakan terbentuk pada Eosen Tengah dan terjadi magmatisme hingga membentuk vulkanisme insitu bawah laut di daerah Karangsambung pada Eosen Akhir pada lingkungan sedimen melange. Daftar Pustaka Terpilih • Akmaluddin., Setijadji, D. L., Watanabe. K., dan Itaya, T., (2005): New Interpretation on Magmatic Belts Evolution during the Neogene-Quaternary Periods as Revealed from Newly Collected K-Ar Ages from Central-East Java, Indonesia, Proceeding Joint Convention Surabaya 2005 – IAGI, 34, 234-238 • Asikin, S. (1974): Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya Ditinjau dari Segi Tektonik Dunia yang Baru, Disertasi, Program Doktor Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung • Asikin, S., Handoyo, A., Busono, H., dan Gafoer, S., (1992) : Geologic map of Kebumen Quadrangle, Java, scale 1: 100.000, Geological Research and Development Center, Bandung • Bellon, H., Maury, R. C., Soeria-Atmadja, R., Polve, M., Pringgopawiro, H., dan Priadi, B., (1989): Chronologie 40K – 40Ar du volcanisme Tertiaire de Java Central (Indonesie): mise en evidence des deux episodes distincts de magmatisme d’arc, C. R. Acad. Sci. Paris, Serie II, 309, 1971-1977 • Fisher, R. V., dan Schmincke, H. U., (1984): Pyroclastic Rocks, Springer-Verlag, Germany • Harsolumakso, A. H., (1996): Status Olistostrom di daerah Luk Ulo, Jawa Tengah; suatu tinjauan stratigrafi, umur dan deformasi, Kumpulan Makalah Seminar Nasional Peran Sumberdaya Geologi Dalam PJP II, 101-121 • Harsolumakso, A. H., dan Noeradi, D., (1996): Deformasi pada Formasi Karangsambung di daerah Luk Ulo, Kebumen, Jawa Tengah, Buletin Geologi, Vol. 26, 45-54 • Kamtono, (1995): Penafsiran Penampang Gayaberat Dua Dimensi dan Implikasinya Terhadap Kedudukan Blok-Blok Melange Luh Ulo, Karangsambung, Jawa Tengah, Tesis, Program Magister Teknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung • Prasetyadi, C., (2007): Evolusi Tektonik Paleogen Jawa Bagian Timur, Desertasi, Program Doktor Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung • Setijadji, L. D., dan Watanabe, K., (2009): Updated Age Data of Volcanic Centers in the Southern Mountains of Central-East Java Island, Indonesia, International Conference Earth Science and Technology – Yogyakarta, B18 • Sribudiyani, Muchsin, N., Ryacudu, R., Kunto, T., Astono, P., Prasetya, I., Sapiie, B., Asikin, S., Harsolumakso, A. H., dan Yulianto, I., (2003): The Collision of the East Java Microplate and Its Implication for Hydrocarbon Occurrences in the East Java Basin, Proceedings Indonesian Petroleum Association, 29th Annual Convention and Exhibition. • Suparka, M. E., (1988): Studi Petrologi dan Pola Kimia Komplek Ofiolit Karangsambung Utara, Luh Ulo, Jawa Tengah, Desertasi, Program Doktor Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung • Yuwono, Y. S., (1997): The Occurence of Submarine Arc-Volcanism in the Accretionary Complex of The Luk Ulo Area, Central Java, Buletin Geologi, Vol. 27, 15-26 * TERIMA KASIH * Setijadji dan Watanabe, (2009) Distribusi Vulkanik Tersier Pulau Jawa Bellon, dkk., (1989), Soeria Atmadja, dkk., (1994), Akmaluddin, dkk., (2005), Setijadji dan Watanabe, (2009) Harsolumakso, (1996) Kamtono, (1995) Mc.Phie, dkk (1993) a b c d Eutectic point CaAl2Si2O8 (Anorthite) CaMg(SiO3)2 (Diopside) (b) (d) Materi Kuliah Petrologi Lanjut, 2008 Dr. IGB Eddy Sucipta, MT Tekstur diabasic L1 P1 P1 L1 P2 L2 P2 P3 P2 L3 P1 P1 P3 P4 P3 P2 P1 P4 P4 NaAlSi3O8 (Albite) CaAl2Si2O8 (Anorthite) Materi Kuliah Petrologi Lanjut, 2008 Dr. IGB Eddy Sucipta, MT Prasetyadi, (2007)