1 ALERGI MAKANAN PADA ANAK MENGGANGGU SEMUA

advertisement
1
ALERGI MAKANAN PADA ANAK
MENGGANGGU SEMUA ORGAN TUBUH ANAK
Widodo Judarwanto
Children Allergy Center, Rumah Sakit Bunda jakarta
I.
Pendahuluan
Dalam dekade terakhir ini ada kecenderungan kasus alergi pada anak meningkat.
Masalah alergi akan menjadi masalah yang cukup dominan pada kesehatan anak di
masa yang akan datang. Penyakit infeksi tampaknya akan semakin berkurang karena
semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pencegahan penyakit infeksi.
Kasus alergi pada anak belum banyak diperhatikan secara baik dan benar baik oleh para
orang tua atau sebagian kalangan dokter sekalipun.
Penderita yang datang ke dokter spesialis anak atau Pusat Pelayanan Kesehatan Anak
lainnya tampaknya semakin didominasi oleh kelainan alergi pada anak. Ada
kecenderungan bahwa diagnosis alergi ini belum banyak ditegakkan. Pada umumnya
tanda dan gejala alergi itu sendiri masih banyak yang belum diungkapkan oleh para
dokter. Sehingga penanganan penderita alergi belum banyak dilakukan secara benar dan
paripurna. Beberapa orang tua yang mempunyai anak alergi sering terlihat putus asa
karena penyakit tersebut sering kambuh dan terulang. Padahal anak sudah berkali-kali
minum obat bahkan antibiotika yang paling ampuh sekalipun. Ditandai dengan seringnya
berpindah-pindah dokter anak karena sakit yang diderita anaknya tidak kunjung membaik.
Alergi pada anak tidak sesederhana seperti yang pernah diketahui. Sebelumnya kita
sering mendengar dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter anak, dokter spesialis yang
lain bahwa alergi itu gejala adalah batuk, pilek, sesak dan gatal. Padahal alergi dapat
menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki
dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Alergi pada anak
sangat beresiko untuk mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Resiko dan tanda alergi dapat diketahui sejak anak dilahirkan bahkan sejak dalam
kandunganpun kadang-kadang sudah dapat terdeteksi. Alergi itu dapat dicegah sejak dini
dan diharapkan dapat mengoptimalkan Pertumbuhan dan perkembangan Anak secara
optimal.
II.
EPIDEMIOLOGI
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
2
BBC tahun 1999 melaporkan penderita alergi di Eropa ada kecendurangan meningkat
pesat. Angka kejadian alergi meningkat pesat dalam 20 tahun terahkir, 30% orang
berkembang menjadi alergi setiap saat. Anak usia sekolah lebih 40% mempunyai 1 gejala
alergi, 20% mempunyai astma. 6 juta orang mempunyai dermatitis. Lebih banyak lagi 9
juta orang hay fever
Di Inggris tahun 2000 dilaporkan 70% penderita alergi mengalami serangan alergi lebih
dari 7 tahun Sekitar 50% orang dewasa mengetahui penyebab gejala alergi dalam 5
tahun, tetapi 22% menderita alergi sebe;um menemukan penyebabnya. Sebanyak 80%
penderita alergi mengalami gejala seumur hidupnya.
Di Amerika penderita alergi makanan sekitar 2 – 2,5% pada dewasa, pada anak sekitar 6
– 8%. Setiap tahunnya diperkirakan 100 hingga 175 orang meninggal karena alergi
makanan. Penyebab kematian tersebut biasanya karena anafilaktik syok, tersering karena
kacang tanah. Lebih 160 makanan dikaitkan dengan alergi makanan. Para ahli
berpendapat penderita alergi di Negara berkembang mungkin lebih banyak dibandingkan
Amerika Serikat
Prof Wüthrich tahun 2001 melaporkan bahwa kenaikan angka kejadian alergi pada anak
di Eropa meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terahkir, terutama dalam
sepuluh tahun terahkir meningkat sangat pesat.
Gambar 1. Grafik prosentase angka kejadian alergi pada anak setiap sepuluh
tahun di Inggris sejak 1920 hingga tahun 2000.
Di Indonesia angka kejadian alergi pada anak belum diketahui secara pasti, tetapi
beberapa ahli memperkirakan sekitar 25-40% anak pernah mengalami alergi makanan. Di
Negara berkembang angka kejadian alergi yang dilaporkan masih rendah. Hal ini
berkaitan dengan masih tingginya kesalahan diagnosis atau under diagnosis dan
kurangnya perhatian terhadap alergi dibandingkan dengan penyakit infeksi saluran
pernapasan atau diare yang dianggap lebih mematikan.
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
3
III.
DEFINISI ALERGI
Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan
system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. Tidak semua reaksi yang
tidak diinginkan terhadap makanan merupakan reaksi alergi murni, tetapi banyak dokter
atau masyarakat awam menggunakan istilah alergi makanan untuk semua reaksi yang
tidak diinginkan dari makanan, baik yang imunologik atau non imunologik. Batasan lebih
jelas dibuat oleh American Academy of Allergy and immunology,The National Institute of
Allergy and infections disease yaitu
1. Reaksi simpang makanan (Adverse food reactions)
Istilah umum untuk reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan yang ditelan. Reaksi ini
dapat merupakan reaksi sekunder terhadap alergi makanan (hipersensitifitas) atau
intoleransi makanan.
2. Allergy makanan (Food Allergy)
Alergi makanan adalah reaksi imunologik yang menyimpang.
3. Intoleransi Makanan (Food intolerance)
Intoleransi makanan adalah reaksi makanan nonimunologik dan merupakan sebagian
besar penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan. Reaksi ini dapat
disebabkan oleh zat yang terkandung dalam makanan karena kontaminasi toksik
(misalnya toksin yang disekresi oleh Salmonella, Campylobacter dan Shigella, histamine
pada keracunan ikan), zat farmakologik yang terkandung dalam makanan misalnya tiramin
pada keju, kafein pada kopi atau kelainan pada pejamu sendiri seperti defisiensi lactase,
maltase atau respon idiosinkrasi pada pejamu
IV.
MEKANISME TERJADINYA ALERGI
Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan lambat
tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks dipengaruhi faktor genetik,
lingkungan dan pengontrol internal..
Alergen di dalam makanan adalah protein, glikoprotein atau polipeptida dengan berat
molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas dan tahan ensim proteolitik. Alergen
makanan dapat menimbulkan reaksi alergi.
Menurut cepat timbulnya reaksi maka alergi terhadap makanan dapat berupa reaksi cepat
(Immediate Hipersensitivity/rapid onset reaction) dan reaksi lambat (delayed onset
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
4
reaction).
Immediate Hipersensitivity atau reaksi cepat terjadi berdasarkan reaksi hipersensitifitas
tipe I (Gell& Coombs). Terjadi beberapa menit sampai beberapa jam setelah makan atau
terhirup pajanan alergi.
Delayed Hipersensitivity atau reaksi lambat terdapat 3 kemungkinan, yaitu terjadi
berdasarkan reaksi hipersensitifitas tipe I fase lambat, reaksi hipersensitifitas tipe III dan
reaksi hipersensitifitas tipe IV. Terjadi lebih dari 8 jam setelah terpapar allergen.
Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik melalui pengeluaran mediator yang
mengganggu organ tertentu yang disebut organ sasaran. Organ sasaran tersebut
misalnya paru-paru maka manifestasi klinisnya adalah batuk atau asma bronchial, bila
sasarannya kulit akan terlihat sebagai urtikaria, bila organ sasarannya saluran pencernaan
maka gejalanya adalah diare dan sebagainya.
V.
PENYEBAB
Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik, imaturitas
usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus.
Faktor genetik
Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek pada penderita . Bila ada orang
tua, keluarga atau kakek/nenek yang menederita alergi kita harus mewaspadai tanda
alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang menderita gejala alergi
maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar 17 – 40%,. Bila ke dua orang tua alergi
maka resiko pada anak meningkat menjadi 53 - 70%.
Untuk mengetahui resiko alergi pada anak kita harus mengetahui bagaimana gejala
alergi pada orang dewasa. Gejala alergi pada orang dewasa juga bisa mengenai semua
organ tubuh dan sistem fungsi tubuh.
Adapun manifestasi klinik alergi pada dewasa dapat dilihat pada tabel 1. Bila terdapat
3 gejala atau lebih pada beberapa organ, tanpa diketahui penyebab pasti keluhan tersebut
maka kecurigaan mengalami reaksi alergi semakin besar.
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
5
Tabel 1. Tanda dan Gejala Alergi pada orang dewasa.
ORGAN/SISTEM TUBUH
GEJALA DAN TANDA
1
Sistem Pernapasan
Batuk, pilek, bersin, sesak(astma), napas pendek, tightness
in chest, not enough air to lungs, wheezing, mucus bronchial
, rattling and vibration dada.
2
Sistem Pembuluh Darah
dan jantung
Palpitasi (berdebar-debar), flushing (muka ke merahan),
nyeri dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah, denyut
jantung meningkat; tangan hangat, kedinginan, tingling,
redness or blueness of hands; faintness; pseudo-heart
attack pain ; nyeri dada depan, tangan kiri, bahu, leher,
rahang hingga menjalar di pergelangan tangan
3
Sistem Pencernaan
Nyeri perut, sering diare, kembung, muntah, sulit berak,
sering buang angin (flatus), mulut berbau, kelaparan, haus,
saliva meningkat, Sariawan, lidah kotor, berbetuk seperti
pulau, nyeri gigi, ulcer symptoms, nyeri ulu hati, kesulitan
menelan, perut keroncongan, konstipasi (sulit buang air
besar), nyeri perut, kram perut, diarrhea, buang angin,
timbul lendir atau darah dari rektum, anus gatal atau panas.
4
Kulit
Sering gatal, dermatitis, urticaria, bengkak di bibir, lebam
biru (seperti bekas terbentur) bekas hitam seperti digigit
nyamuk.
Kulit kaki
dan
tangan
kering
tapi
wajahberminyak.Sering berkeringat.
5
Telinga Hidung
Tenggorokan
Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, post
nasal drip, epitaksis, tidur mendengkur,
mendengus
Tenggorok : tenggorokan
nyeri/kering/gatal, palatum gatal, suara parau/serak, batuk
pendek
(berdehem),
Telinga :
telinga terasa penuh/ bergemuruh / berdenging, telinga
bagian dalam gatal, nyeri telinga dengan gendang telinga
kemerahan atau normal, gangguan pendengaran hilang
timbul, terdengar suara lebih keras, akumulasi cairan di
telinga tengah, pusing, gangguan
keseimbangan. Pembesaran kelenjar di sekitar leher dan
kepala belakang bawah
6
Sistem Saluran Kemih dan Sering kencing, nyeri kencing; tidak bisa mengontrol
kelamin
kandung kemih, bedwetting; vaginal discharge; genitalia
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
6
gatal/bengkak/kemerahan/nyeri; nyeri bila berhubungan
kelamin
7
Sistem
Pusat
Susunan
Saraf Sering sakit kepala, migrain, short lost memory (lupa nama
orang, barang sesaat), floating (melayang), kepala terasa
penuh atau membesar.
Perilaku : impulsif, sering marah, mood swings, kompulsif,
sering mengantuk, malas bergerak, gangguan konsentrasi,
muah marah, sering cemas, panic, overactive, kepala terasa
penuh atau besar; halusinasi, delusions, paranoid, bicara
gagap; claustrophobia (takut ketinggian), paralysis,
catatonic state, disfungsi persepsi, impulsif (bila tertawa
atau bicara berlebihan), overaktif, deperesi, terasa kesepian
merasa seperti terpisah dari orang lain, kadang lupa nomor,
huruf dan nama sesaat, lemas (flu like symtomp)
8
Sistem Hormonal
Kulit berminyak (atas leher), kulit kering (bawah leher),
endometriosis, Premenstrual Syndrome, kemampuan sex
menurun, Chronic Fatique Symptom (sering lemas),
Gampang marah, Mood swing, sering terasa kesepian,
rambut rontok
9
Jaringan otot dan tulang
Nyeri tulang, nyeri otot, nyeri sendi: Fatigue (kelelahan),
kelemahan otot, nyeri, bengkak, kemerahan local pada
sendi; stiffness, joint deformity; arthritis soreness, nyeri
dada, otot bahu tegang, otot leher tegang, spastic umum, ,
limping gait, gerak terbatas
10
Gigi dan mulut
Nyeri gigi atau gusi tanpa adanya infeksi pada gigi
(biasanya berlangsung dalam 3 atau 7 hari). Gusi sering
berdarah. Sering sariawan. Diujung mulut, mulut dan bibir
sering kering, sindrom oral dermatitis.
11
Mata
nyeri di dalam atau samping mata, mata berair,sekresi air
mata berlebihan, warna tampak lebih terang, kemerahan
dan edema palpebra,
Kadang mata kabur, diplopia, kadang kehilangan
kemampuan visus sementara, hordeolum..
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
7
Imaturitas usus
Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya
alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan
menyebabkan denaturasi allergen. Secra imunologik sIgA pada permukaan mukosa dan
limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen masuk ke dalam tubuh. Pada usus
imatur system pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga
memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh.
Pajanan alergi
Pajanan alergi yang merangsang produksi IgE spesifik sudah dapat terjadi sejak bayi
dalam kandungan. Diketahui adanya IgE spesifik pada janin terhadap penisilin, gandum,
telur dan susu. Pajanan juga terjadi pada masa bayi. Pemberian ASI eksklusif mengurangi
jumlah bayi yang hipersensitif terhadap makanan pada tahun pertama kehidupan.
Pemberian PASI meningkatkan angka kejadian alergi
III. PENYEBAB ALERGI
Gejala dan tanda alergi pada anak dapat ditimbulkan oleh adanya alergen sebagai
penyebab yang diterima oleh di antaranya dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Jenis makanan yang berkaitan dengan alergi
MAKANAN KADANG PENYEBAB ALERGI
AYAM, ITIK, IKAN LAUT SALMON/TUNA, ALKOHOL
JERUK, PISANG, PEAR , JAGUNG, TELOR ITIK, KECAP
MAKANAN TERSERING PENYEBAB ALERGI
IKAN LAUT (CUMI, UDANG, KEPITING, IKAN LAUT LAINNYA)
COKLAT, KACANG TANAH, KACANG HIJAU, SUSU SAPI, KEJU, TELOR AYAM/PUYUH,
BUAH-BUAHAN (TERUTAMA MELON, SEMANGKA, MANGGA, RAMBUTAN , NANAS,
TOMAT, DURIAN, KORMA, DUKU DLL). SEMUA MAKANAN OLAHAN YANG TERKANDUNG
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
8
Beberapa hal yang menyulut atau mencetuskan timbulnya alergi disebut faktor
pencetus. Faktor pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti dingin, panas atau
hujan, kelelahan, aktifitas berlebihan tertawa, menangis, berlari,olahraga. Faktor psikis
berupa kecemasan, sedih, stress atau ketakutan.
Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut terjadinya
serangan alergi. Bila terdapat pencetus alergi disertai terpapar penyebab alergi maka
keluhan atau gejala alergi yang timbul jadi lebih berat. Tetapi bila tidak terkena penyebab
alergi meskipun terdapat pencetus, keluhan alergi tidak akan muncul. Hal ini yang dapat
menjelaskan kenapa suatu ketika meskipun dingin, kehujanan atau kelahan seorang
penderita asma tidak kambuh. Berarti saat itu penderita tersebut sementara terhindar dari
penyebab alergi seperti makanan, debu dan sebagainya.
IV. MANISFESTASI KLINIK
Keluhan alergi sering sangat misterius, sering berulang, berubah-ubah datang dan
pergi tidak menentu. Kadang minggu ini sakit tenggorokan, minggu berikutnya sakit
kepala, pekan depannya diare selanjutrnya sulit makan hingga berminggu-minggu.
Bagaimana keluhan yang berubah-ubah dan misterius itu terjadi. Ahli alergi modern
berpendapat serangan alergi atas dasar target organ (organ sasaran).
Reaksi alergi merupakan manifestasi klinis yang disebabkan karena proses alergi
pada seseorang anak yang dapat menggganggu semua sistem tubuh dan organ tubuh
anak.. Organ tubuh atau sistem tubuh tertentu mengalami gangguan atau serangan lebih
banyak dari organ yang lain. Mengapa berbeda, hingga saat ini masih belum banyak
terungkap. Gejala tergantung dari organ atau sistem tubuh , bisa terpengaruh bisa
melemah. Jika organ sasarannya paru bisa menimbulkan batuk atau sesak, bila pada kulit
terjadi dermatitis atopik. Tak terkecuali otakpun dapat terganggu oleh reaksi alergi.
Apalagi organ terpeka pada manusia adalah otak, sehingga dapat dibayangkan
banyaknya gangguan yang bisa terjadi.
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
9
Tabel 2. MANIFESTASI ALERGI PADA BAYI BARU LAHIR HINGGA 1 TAHUN
ORGAN/SISTEM TUBUH
GEJALA DAN TANDA
1
Sistem Pernapasan
Bayi lahir dengan sesak (Transient Tachipneu Of
The newborn), cold-like respiratory congestion
(napas berbunyi/grok-grok).
2
Sistem Pencernaan
sering rewel/colic malam hari, hiccups (cegukan),
sering “ngeden”, sering mulet,
meteorismus, muntah, sering flatus, berak
berwarna hitam atau hijau, berak timbul warna
darah. Lidah sering berwarna putih. Hernia
umbilikalis, scrotalis atau
inguinalis.
3
Telinga Hidung Tenggorok
Sering bersin, Hidung berbunyi, kotoran hidung
berlebihan. Cairan telinga berlebihan. Tangan
sering menggaruk atau memegang telinga.
3
Sistem Pembuluh Darah dan Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri
jantung
dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah
4
Kulit
Erthema toksikum. Dermatitis atopik, diapers
dermatitis.
rticaria, insect bite, berkeringat berlebihan.
u
5
Sistem Saluran Kemih
Sering
kencing,
nyeri
kencing, bed
wetting (ngompol) Frequent, urgent or painful
urination; inability to control bladder; bedwetting;
vaginal discharge; itching, swelling, redness or
pain in genitals; painful intercourse.
6
Sistem Susunan Saraf Pusat
Sensitif, sering kaget dengan rangsangan
suara/cahaya, gemetar, bahkan hingga kejang.
7
Mata
Mata berair, mata gatal, kotoran mata berlebihan,
bintil pada mata, conjungtivitis vernalis.
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
10
Tabel 3. MANIFESTASI ALERGI PADA ANAK USIA LEBIH 1 TAHUN
ORGAN/SISTEM
TUBUH
GEJALA DAN TANDA
1
Sistem Pernapasan
Batuk, pilek, bersin, mimisan, hidung buntu,
sesak(astma), sering menggerak-gerakkan /mengusapusap hidung
2
Sistem Pencernaan
Nyeri perut, sering buang air besar (>3 kali/perhari),
sulit buang air besar (kotoran keras, berak, tidak setiap
hari, berak di celana, berak berwarna hitam atau hijau,
berak ngeden), kembung, muntah, sulit berak,
sering flatus, sariawan, mulut
berbau.
3
Telinga Hidung
Tenggorok
Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, post
nasal drip, epitaksis, salam alergi, rabbit nose, nasal
creases
Tenggorok
: tenggorokan nyeri/kering/gatal, palatum gatal, suara
parau/serak, batuk pendek
(berdehem),
Telinga : telinga terasa penuh/
bergemuruh/berdenging, telinga bagian dalam gatal,
nyeri telinga dengan gendang telinga kemerahan atau
normal, gangguan pendengaran hilang
timbul, terdengar suara lebih keras, akumulasi cairan di
telinga tengah, pusing, gangguan keseimbangan.
3
Sistem
Pembuluh Darah dan
jantung
Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri dada,
colaps, pingsan, tekanan darah rendah,
4
Kulit
Sering gatal, dermatitis, urticaria, bengkak di bibir,
lebam biru kehitaman, bekas hitam seperti digigit
nyamuk, berkeringat berlebihan.
5
Sistem Saluran Kemih Nyeri, urgent atau sering kencing, nyeri kencing, bed
dan kelamin
wetting(ngompol); tidak mampu mengintrol kandung
kemih; mengeluarkan cairan di vagina; gatal, bengkak
atau nyeri pada alat kelamin. Sering timbul infeksi
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
11
saluran kencing
6
Sistem Susunan Saraf NEUROANATOMIS :Sering sakit kepala, migrain, kejang
Pusat
gangguan tidur.
NEUROANATOMIS FISIOLOGIS: Gangguan perilaku :
emosi berlebihan, agresif, impulsif, overaktif, gangguan
belajar, gangguan konsentrasi, gangguan koordinasi,
hiperaktif hingga autisme.
6
Jaringan
tulang
7
Mata
otot
dan Nyeri tulang, nyeri otot, bengkak di leher
Mata berair, mata gatal, sering belekan, bintil pada mata
(timbilan). Allergic shiner (kulit di bawah mata tampak ke
hitaman).
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
UJI KULIT ALERGI
Uji kulit dapat dilakukan dengan uji gores (scratch test), uji tusuk (prick test) dan uju suntik
intradermal (intrademal test). Dapat dilakukan sebagai pemeriksaan penyaring dengan
menggunkan ekstrak allergen yang ada di lingkungan penderita seperti debu, bulu kucing,
susu, telur, coklat, kacang dan lain-lain. Uji kulit sangatlah terbatas nilai diagnostiknya,
karena hanya bisa mendiagnosis alergi makanan tipe 1 (tipe cepat). Hasil uji kulit
bukanlah hasil ahkir atau penentu diagnosis.
DARAH TEPI, FOTO TORAKS, IgE TOTAL DAN SPESIFIK DAN PEMERIKSAAN
PENUNJANG LAINNYA (lemak tinja, immunoglobulin, antibody monoclonal dalam
sirkulasi, pelepasan histamine oleh basofil (Basofil histamine release assay/BHR),
kompleks imun dan imunitas seluler, Intestinal mast cell histamine release (IMCHR),
provokasi intra gastral melalui endoskopi, biopsy usus setelah dan sebelum pemberian
makanan)
VII.
DIAGNOSIS
Diagnosis dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa dan pemeriksaan
yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan gejala
alergi makanan sejak bayi dan dengan eliminasi dan provokasi. Diagnosis alergi makanan
tidak ditegakkan berdasarkan test alergi, karena validitasnya sangat terbatas. Hasil tes
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
12
alergi positif belum tentu mengalami alergi makanan. Demikian pula sebaliknya hasil
negative belum tentu tidak alergi makanan tersebut.
Jenis alergi makanan di tiap Negara berbeda tergantung usia dan kebiasaan makan
makanan tertentu. Alergi makanan pada bayi di Amerika Serikat terbanyak disebabkan
karena protein susu sapi, sereal, telur, ikan dan kedelai. Pada usia lebih tua coklat,
kacang tanah lebih berperanan.
PROVOKASI MAKANAN SECARA BUTA (DOUBLE BLIND PLACEBO CONTROL FOOD
CHALENGE = DBPCFC)
Berbagai klinik alergi berbeda dalam melakukan eliminasi dan provokasi. Cara tersering
dipakai adalah provokasi makanan secara buta. Makanan penderita dieliminasi selama 23 minggu dalam diet sehari-hari. Setelah 3 minggu bila keluhannya menghilang maka
dilanjutkan dengan provokasi makanan yang dicurigai.
Setelah itu dilakukan diet provokasi 1 bahan makanan dalam 1 minggu bila timbul
gejala dicatat. Disebut allergen bila dalam 3 kali provokasi menimbulkan gejala alergi.
VIII.
PENATALAKSANAAN
Penanganan alergi pada anak haruslah dilakukan secara benar, paripurna dan
berkesinambungan. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam
penanganan alergi, tetapi yang paling ideal adalah menghindari penyebab yang bisa
menimbulkan keluhan alergi tersebut.
Penghindaran makanan penyebab alergi pada anak harus dicermati secara benar, karena
beresiko untuk terjadi gangguan gizi. Sehingga orang tua penderita harus diberitahu
tentang makanan pengganti yang tak kalah kandungan gizinya dibandingklan dengan
makanan penyebab alergi. Penghindaran terhadap susu sapi dapat diganti dengan susu
soya, formula hidrolisat kasein atau hidrolisat whey., meskipun anak alergi terhadap susu
sapi 30% diantaranya alergi terhadap susu soya. Sayur dapat dipakai sebagai pengganti
buah. Tahu, tempe, daging sapi atau daging kambing dapat dipakai sebagai pengganti
telur, ayam atau ikan. Pemberian makanan jadi atau di rumah makan harus dibiasakan
mengetahui kandungan isi makanan atau membaca label makanan.
IX.
DETEKSI DINI PENDERITA ALERGI
DALAM KANDUNGAN
Faktor lingkungan dapat bekerja sebelum dan sesudah lahir. Faktor lingkungan sebelum
lahir dapat mempengaruhi diferensiasi sel T yang allergen spesifik menjadi fenotipe Th2,
sehingga alergi atopi sudah bekerja sebelum lahir. Kehamilan yang berhasil ditandai
dengan pergeseran Th1 ke Th2 di fase antar fetomaternal untuk mengurangi reaktifitas
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
13
sistem imun maternal terhadap allograft janin. Hingga saat ini deteksi dini alergi sejak
dalam kandungan belum dilakukan secara mendalam.
Judarwanto W tahun 2002, melaporkan gerakan refluk osephagus (hiccups) dan
gerakan janin di dalam perut yang sangat meningkat terutama saat malam hari hingga
pagi hari adalah faktor prediktif yang kuat sebagai bayi yang beresiko alergi.
SENSITISASI DALAM KANDUNGAN
Sensitisasi dalam kandungan sudah terjadi hal ini dapat dilihat bahwa terdapat reaksi
alergi susu sapi pada neonatus. IgE ibu tidak dapat melalui sawar plasenta, jadi yang
terjadi adalah partikel protein susu sapi yang beredar dalam darah ibu melewati plasenta.
Hal ini dapat dibuktikan bahwa terdapat proliferasi lomfosit pada tali pusat neonatus. Bayi
baru lahir sudah tersentisisasi sejak dalam kehamilan bila kadar IgE spesifik tali pusat >
0,35 kU/l.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pencegahan penyebab alergi harus dilakukan
sejak dalam kandungan. Chandra dkk tahun 1986 meneliti 109 bayi yang berasal dari
keluarga atopi hingga usia 1 tahun. Prevalensi penyakit atopi berkurang bila sejak
trimester ke 3 hingga masa laktasi ibu dihindarkan dari susu sapi, telor, kacang dan ikan.
BAYI BARU LAHIR HINGGA BAYI 1 TAHUN
Deteksi alergi sejak lahir dapat dilakukan dengan pemeriksaan IgE tali pusat, bila
kadarnya > p,9 kU/l dan anggota keluarga yang alergi maka resiko terjadi gangguan atopi
amatlah besar.
Manifestasi alergi pada anak sudah dapat diketahui sejak lahir hingga saat usia 1
tahun. Tanda dan gejala alergi pada usia tersebut telah diungkap di atas. Bila gejala
tersebut sudah terdeteksi sebaiknya kita sudah melakukan pencegahan alergi sejak dini.
X.
BISA SEMBUHKAH ALERGI MAKANAN ?
Pada prinsipnya alergi tidak bisa disembuhkan. Semua penatalaksanaan yang dilakukan
hanya bertujuan mengendalikan gejala alergi untuk meringankan itensitas serangan,
mengurangi frekuensi serangan, membatasi penggunaan obat dan mengurangi jumlah
hari tidak hadir di sekolah.
Dermatitis atopik akan berkurang pada usia 12 tahun, tetapi bisa saja organ sasaran
berpindah karena 50 – 80% anak akan mengalami rhinitis alergik dan asma. Alergi
makanan dalam usia 0 hingga 3 tahun mempunyai prognosis yang baik karena lebih dari
40% mengalami grow-out. Alergi yang dimulai usia 15 tahun ke atas ada kecenderungan
menetap.
Alergi makanan pada usia 2 atau 3 tahun mempunyai perkembangan yang lebih baik,
karena sekitar 40% dari mereka akan mulai rentan terhadap beberapa jenis bahan
penyebab alergi. Alergi makanan terhadap susu sapi atau ayam pada usia di atas sekitar
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
14
1 tahun tampaknya akan mulai berkurang. Alergi terhadap telor juga akan membaik sekitar
usia di atas 2 tahun. Sedangkan makanan ikan laut membaik di atas usia 3 tahun.
Meskipun alergi makanan seperti kacang tanah, udang, dan kepoiting Madang menetap
hingga usia dewasa.
XI.
PERMASALAHAN ALERGI PADA ANAK
Permasalahan alergi pada anak mungkin tidak sesederhana seperti yang kita bayangkan .
Sering berulangnya penyakit, demikian luasnya sistem tubuh yang terganggu dan bahaya
komplikasi yang terjadi tampaknya merupakan akibat yang harus lebih diperhatikan demi
terbentuknya Pertumbuhan dan Perkembangan Anak yang optimal. Permasalahan
penanganan alergi pada anak yang sering kita temukan adalah :
1. ALERGI MASIH MISTERIUS
Dewasa ini tehnologi kedokteran telah maju demikian pesat terutama ilmu alergi dan
imunologi, Namun tampaknya kasus alergi masih banyak yang belum terungkap terutama
patogenesis penyakit. Manifestasi klinis yang menyerang berbagai organ tubuh belum bisa
dijelaskan secara lengkap. Sehingga penatalaksanaan dan pencegahan alergi belum
dapat memuaskan secara optimal.
2. PERHATIAN TERHADAP ALERGI PADA ANAK KURANG
Di negara berkembang termasuk Indonesia, perhatian dokter atau klinisi lainnya terhadap
kasus alergi pada anak sangat kurang dibandingkan persoalan infeksi. Sehingga sering
terjadi under diagnosis dalam penegakkan diagnosis. Alergi sering dianggap sebagai
penyakit infeksi baik akut maupun kronis. Sehingga banyak keluhan atau gejala alergi
sering di obati dengan antibiotika. Sering dijumpai keluhan Batuk Kronis berulang atau
alergi pencernaan dengan gangguan kenaikkan berat badan karena alergi sering diobati
sebagai penyakit kronis seperti Tuberkulosis (TBC), infeksi parasit cacing, infeksi saluran
kemih atau infeksi kronis lainnya. Karena memang tanda dan gejala alergi memang mirip
dengan gejala infeksi kronis seperti kronis tersebut.
Sering terjadi orang tua penderita mengetahui kalau anaknya menderita alergi setelah
sekian lama menderita, bahkan banyak juga yang baru mengetahui anaknya alergi setelah
berganti banyak dokter.
3. PENATALAKSANAAN ALERGI BELUM OPTIMAL
Penanganan alergi sering tidak paripurna dan menyeluruh, karena hanya mengandalkan
pemberian obat-obatan tidak memperhatikan pencetus atau pemicunya. Terdapat
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
15
kecenderungan pasien akan minum obat dalam jangka panjang. Padahal pemberian obat
jangka sangat berbahaya, terutama obat golongan steroid. Tindakan paling ideal
menghentikan gejala alergi adalah dengan menghindari pencetusnya. Dalam
penatalaksanaan alergi yang paling diutamakan adalah masalah edukasi ke penderita.
4. KELUHAN BERULANG
Sering kambuh dan berulangnya keluhan alergi, sehingga sering orang tua frustasi
akhirnya berpindah-pindah ke beberapa dokter. Bila penatalaksanaan alergi tidak
dilakukan secara baik dan benar maka keluhan alergi akan berulang dan ada
kecenderungan membandel. Berulangnya kekekambuhan tersebut akan menyebabkan
meningkatnya pengeluaran biaya kesehatan. Tetapi yang harus lebih diperhatikan adalah
meningkatkannya resiko untuk terjadinya efek samping akibat pemberian obat. Tak jarang
para klinisi memberikan antibiotika dan steroid dalam jangka waktu yang lama.
Setelah berganti-ganti dokter biasanya orang tua pasien baru menyadari sepenuhnya
kalau anaknya alergi setelah mengalami sendiri kalau keluhannya membaik setelah
dilakukan penghindaran makanan tanpa harus minum obat.
5. TIMBULNYA KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditimbulkan adalah terjadinya gangguan pertumbuhan :
malnutrisi, berat badan sulit naik, kesulitan makan berulang dan lama. Kadangkala juga
bias terjadi sebaliknya yaitu menimbulkan kegemukan.
Sedangkan komplikasi yang cukup mengganggu adalah adanya gangguan
perkembangan berupa gangguan belajar, gangguan pemusatan perhatian, gangguan
emosi, agresif, keterlambatan bicara, keterlambatan bicara, bahkan dapat memicu atau
memperberat gejala autisme.
6. MENGGANGGU PRESTASI SEKOLAH
Mengganggu prestasi sekolah, karena seringnya absen di pelajaran sekolah dan yang
lebih utama juga disebabkan adanya gangguan belajar, gangguan konsentrasi atau
pemusatan perhatian dan gangguan perilaku lainnya yang disebabkan karena
terganggunya fungsi otak pada penderita alergi.
7. PENYEBAB GIZI GANDA :
Penderita alergi dapat mengakibatkan gangguan gizi ganda pada anak. Gizi ganda artinya
dapat menimbulkan kegemukan dan berat badan lebih atau bahkan sebaliknya terjadi
malnutrisi atau berat badan kurang.
Hubungan alergi dan kegemukan hingga saat ini belum terungkap penyebabnya. Tetapi
banyak penelitian dan laporan kasus menyebut bahwa kegemukan pada anak sering
terjadi pada anak alergi, terutama di bawah usia 2 tahun. Ellen WK tahun 2003
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
16
mengatakan kegemukan sering terjadi pada penderita yang mengalami alergi makanan.
8. KESULITAN MAKAN
Penderita alergi yang terkena gangguan pencernaan sering mengakibatkan sulit makan
sehingga menimbulkan komplikasi kurang gizi atau malnutrisi. Biasanya ditandai dengan
berat dan tinggi badan yang sulit bertambah. Gangguan pencernaan karena alergi sering
terjadi pada usia tertentu seperti 4 - 6 bulan atau di atas 1 tahun. Karena saat usia
tersebut sering mulai dikenalkan makanan baru. Apabila makanan tersebut
mengakibatkan alergi dan mengganggu pencernaan maka akan terjadi sulit makan,
sering muntah, sering diare, sering kembung dan sebagainya.
Kesulitan makan atau minum susu tersebut sering disalah artikan karena anak bosan
makanan tertentu atau karena sedang tumbuh gigi. Secara khas biasanya gangguan
tersebut disertai gangguan tidur pada malam hari, seperti bolak-balik, rewel, mengigau,
berbicara dan berteriak dalam tidur atau terbangun tengah malam.
Bayi yang mempunyai riwayat gejala pencernaan seperti kolik pada malam hari pada bayi
usia di bawah 1 tahun, ada riwayat berak darah, dengan riwayat diare atau sulit berak
yang berulang mempunyai resiko untuk terjadi gangguan pencernaan di kemudian hari.
Apabila tidak ditangani secara benar akan beresiko terjadinya kesulitan makan dan
masalah kekurangan berat badan.
9. PENDERITA ALERGI BERESIKO LEBIH SERING MENERIMA TINDAKAN OPERASI
BEDAH
Penderita alergi dengan berbagai gangguan pada organ tubuh beresiko lebih sering untuk
menerima tindakan operasi bedah. Beberapa gangguan yang berkaitan dengan alergi
makanan yang dapat beresiko dilakukan operasi bedah di antaranya adalah : hernia,
tonsilektomi, usus buntu (appedicitis), operasi sinusitis, operasi polip hidung, operasi
hordeolum (bintilan mata), operasi ligasi pembutuan saluran air mata
XII. PENCEGAHAN ALERGI PADA ANAK
Bila terdapat riwayat keluarga baik saudara kandung, orangtua, kakek, nenek atau
saudara dekat lainnya yang alergi atau asma. Bila anak sudah mengalami manifestasi
alergi sejak lahir atau bahkan bila mungkin deteksi sejak kehamilan maka harus dilakukan
pencegahan sejak dini. Resiko alergi pada anak dikemudian hari dapat dihindarkan bila
kita dapat mendeteksi sejak dini.
Ada beberapa upaya pencegahan yang perlu diperhatikan supaya anak terhindar dari
keluhan alergi yang lebih berat dan berkepanjangan :
Hindari atau minimalkan penyebab alergi sejak dalam kandungan, dalam hal ini oleh ibu.
Hindari paparan debu di lingkungan seperti pemakaian karpet, korden tebal, kasur kapuk,
tumpukan baju atau buku. Hindari pencetus binatang (bulu binatang piaraan kucing dsb,
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
17
kecoak, tungau pada kasur kapuk.
Tunda pemberian makanan penyebab alergi, seperti telor, kacang tanah dan ikan di atas
usia 2-3 tahun. Bila membeli makanan dibiasakan untuk mengetahui komposisi makanan
atau membaca label komposisi di produk makanan tersebut.
Bila bayi minum ASI, ibu juga hindari makanan penyebab alergi.Bila ASI tidak
memungkinkan atau kalau perlu kurang gunakan susu hipoalergenik formula.
Bila timbul gejala alergi, identifikasi pencetusnya dan hindari.
XIII. RINGKASAN
Permasalahan alergi pada anak tampaknya tidak sesederhana seperti yang telah
diketahui. Sering berulangnya penyakit, demikian luasnya sistem tubuh yang terganggu
dan bahaya komplikasi yang terjadi tampaknya merupakan akibat yang harus lebih
diperhatikan demi terbentuknya tumbuh dan kembang Anak yang optimal.
Penatalaksanaan Alergi pada anak diharapkan dilakukan dengan paripurna dan
menyeluruh sehingga kesalahan diagnosis atau kesalahan penanganan serta komplikasi
yang dapat ditimbulkan dapat dicegah.
Tes kulit alergi sangat terbatas sebagai alat diagnosis. Hasil tes kulit tersebut tidak
memastikan anak alergi makanan tertentu.
Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan alergi. Paling
ideal dalam mencegah timbulnya alergi adalah menghindari pencetus atau penyebabnya.
Hal ini memerlukan pengamatan yang cermat dan kerjasama yang baik antara dokter,
pasien dan keluarga.
Resiko dan gejala alergi bisa diketahui atau di deteksi sejak dalam kandungan dan
sejak lahir, sehingga pencegahan gejala alergi dapat dilakukan sedini mungkin kalau perlu
sejak dalam kandungan. Resiko terjadinya komplikasi dan gangguan organ atau sistem
tubuh diharapkan dapat dikurangi.
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
18
XIV. Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
JReingardt D, Scgmidt E. Food Allergy.Newyork:Raven Press,1988.
Walker-Smith JA, Ford RP, Phillips AD. The spectrum of gastrointestinal allergies to
food. Ann Allergy 1984;53:629-36.
Judarwanto W. General manifestation of allergy in children under 5 years, 2003.
(unpublished)
Hill DJ, Firer MA, Shelton MJ, Hosking CS. Manifestations of milk allergy in infancy:
clinical and immunologic findings. J Pediatr 1986;109:270-6.
Powell G. Milk and soy induced enterocolitis of infancy; clinical features and
standardization of challenge. J Pediatr 1978;93:553-60.
Judarwanto W. Manifestation of allergy in infancy,2002. (unpublished)
Ellen W. Cutler.The Food Allergy Cure: A New Solution to Food Cravings, Obesity,
Depression, Headaches, Arthritis, & Fatigue.London 2003.
Judarwanto W. Behaviour disturbance in children allergies with gastrointestinal
manifestation, 2002. (unpublished)
King WP. Food hypersensitivity in otolaryngology. Manifestations, diagnosis, and
treatment. Otolaryngol Clin North Am. 1992;25(1):163-179.
Stubner UP, Gruber D, Berger UE, Toth J, Marks B, Huber J, Horak F.The influence
of female sex hormones on nasal reactivity in seasonal allergic rhinitis.
Joyce DP, Chapman KR, Balter M, Kesten S. Asthma and allergy avoidance
knowledge and behavior in postpartum women. Ann Allergy Asthma Immunol.
1997;79(1):35-42.
Rinkel HJ. Food Allergy. J Kansas Med Soc. 1936;37:177.
Harley RD.Pediatric Opthalmology, Philadelphia, 1975. W.B. Saunders Companya.
Harper J, Oranye A, Prose N ed. Textbook pediatric dematology. London :
Balckwell Science, 2000.h:1730-1760
Eseverri JL, Cozzo M, Marin AM, Botey J. Epidemiology and chronology of allergic
diseases and their risk factors. Allergol Immunopathol (Madr). 1998;26(3):90-97
Jolicoeur LM, Boyer JG, Reeder CE, Turner J. Influence of asthma or allergies on
the utilization of health care resources and quality of life of college students. J
Asthma. 1994;31(4):251-267.
Eigenmann PA, Sicherer SH, Borkowski TA, et al. Prevalence of IgE-mediated food
allergy among children with atopic dermatitis. Pediatrics. 1998;101(3):E8.
Hill DJ, Hosking CS, Heine RG. Clinical spectrum of food allergy in children in
Australia and South-East Asia: identification and targets for treatment. Ann Med.
1999;31(4):272-281.
Kulig M, Bergmann R, Klettke U, et al. Natural course of sensitization to food and
inhalant allergens during the first 6 years of life. J Allergy Clin Immunol.
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
19
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
1999;103(6):1173-1179.
Rance R, Kanny G, Dutau G, Moneret Vautrin DA. Food allergens in children. Arch
Pediatr. 1999;6(Suppl1):61S-66S.
Opper FH, Burakoff R. Food allergy and intolerance. Gastroenterologist.
1993;1(3):211-220.
Ahmed T, Sumazaki R, Shin K, et al. Humoral immune and clinical responses to
food antigens following acute diarrhoea in children. J Paediatr Child Health.
1998;34(3):229-232.
Eseverri JL, Cozzo M, Marin AM, Botey J. Epidemiology and chronology of allergic
diseases and their risk factors. Allergol Immunopathol (Madr). 1998;26(3):90-97.
Rance R, Kanny G, Dutau G, Moneret Vautrin DA. Food allergens in children. Arch
Pediatr. 1999;6(Suppl1):61S-66S.
Van d Laar MA, Aalbers M, Bruins FG, et al. Food intolerance in rheumatoid arthritis.
II. Clinical and histological aspects. Am Rheum Dis. 1992;51(3):303-306.
Schrander JJ, Marcelis C, deVried MP, van Santen Hoeufft HM. Does food
intolerance play a role in juvenile chronic arthritis? Br J Rheumatol. 1997;36(8):905908.
Corrado G, Luzzi I, Lucarelli S, et al. Positive association between Helicobacter
pylori infection and food allergy in children. Scand J Gastroenterol.
1998;33(11):1135-1139.
Rance R, Kanny G, Dutau G, Moneret Vautrin DA. Food allergens in children. Arch
Pediatr. 1999;6(Suppl1):61S-66S.
Nolan A, Lamey PJ, Milligan KA, Forsyth A. Recurrent aphthous ulceration and food
sensitivity. J Oral Pathol Med. 1991;20(10):473-475.
Tirosh E, Scher A, Sadeh A, Jaffe M, Lavie P. Sleep characteristics of asthmatics in
the first four years of life: a comparative study. Arch Dis Child 1993 Apr;68(4):481-3.
Judarwanto W. Night sleeps disturbance in children with allergic manifestation under
2 old years. 2003 (unpublished)
Trotsky MB. Neurogenic vascular headaches, food and chemical triggers. Ear Nose
Throat J. 1994;73(4):228-230, 225-236.
Egger J, Carter CH, Soothill JF, Wilson J. Effect of diet treatment on enuresis in
children with migraine or hyperkinetic behavior. Clin Pediatr (Phila). 1992;31(5):302307.
Majamaa H, Miettinen A, Laine S, Isolauri E. Intestinal inflammation in children with
atopic eczema: a faecal eosinophil cationic protein and tumour necrosis factor-alpha
as non-invasive indicators of food allergy. Clin Exp Allergy. 1998;26(2):181-187.
Dreborg S. Skin testing in the diagnosis of food allergy. Allergy Proc.
1991;12(4):251-254.
Overview Allergy Hormone.Htpp://www.allergycenter/allergy Hormone.
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
20
37.
Allergy induced Behaviour Problems in children.
Htpp://www.allergies/wkm/behaviour:
38. Brain allergic in Children.Htpp://www.allergycenter/UCK/allergy.
39. Chandra RK, Puri S. Influence of maternal food antigen avoidance during pregnancy
and lactation on incidens of atopic eczema in infants.Clin Allergy 1986;16:563-9.
40. De Seta, Siani P, Cirilo G, Di Gruttola, Cimaduomo L, Coletta S. Prevention of
Allergic disease by an hypoallergenic formula: preliminary result at 24 months followup. Medical and surgical Pediatric 1994;16:251-4.
All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013
Download