1 ALERGI MAKANAN PADA ANAK MENGGANGGU SEMUA ORGAN TUBUH ANAK Widodo Judarwanto Children Allergy Center, Rumah Sakit Bunda jakarta I. Pendahuluan Dalam dekade terakhir ini ada kecenderungan kasus alergi pada anak meningkat. Masalah alergi akan menjadi masalah yang cukup dominan pada kesehatan anak di masa yang akan datang. Penyakit infeksi tampaknya akan semakin berkurang karena semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pencegahan penyakit infeksi. Kasus alergi pada anak belum banyak diperhatikan secara baik dan benar baik oleh para orang tua atau sebagian kalangan dokter sekalipun. Penderita yang datang ke dokter spesialis anak atau Pusat Pelayanan Kesehatan Anak lainnya tampaknya semakin didominasi oleh kelainan alergi pada anak. Ada kecenderungan bahwa diagnosis alergi ini belum banyak ditegakkan. Pada umumnya tanda dan gejala alergi itu sendiri masih banyak yang belum diungkapkan oleh para dokter. Sehingga penanganan penderita alergi belum banyak dilakukan secara benar dan paripurna. Beberapa orang tua yang mempunyai anak alergi sering terlihat putus asa karena penyakit tersebut sering kambuh dan terulang. Padahal anak sudah berkali-kali minum obat bahkan antibiotika yang paling ampuh sekalipun. Ditandai dengan seringnya berpindah-pindah dokter anak karena sakit yang diderita anaknya tidak kunjung membaik. Alergi pada anak tidak sesederhana seperti yang pernah diketahui. Sebelumnya kita sering mendengar dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter anak, dokter spesialis yang lain bahwa alergi itu gejala adalah batuk, pilek, sesak dan gatal. Padahal alergi dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Alergi pada anak sangat beresiko untuk mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Resiko dan tanda alergi dapat diketahui sejak anak dilahirkan bahkan sejak dalam kandunganpun kadang-kadang sudah dapat terdeteksi. Alergi itu dapat dicegah sejak dini dan diharapkan dapat mengoptimalkan Pertumbuhan dan perkembangan Anak secara optimal. II. EPIDEMIOLOGI All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 2 BBC tahun 1999 melaporkan penderita alergi di Eropa ada kecendurangan meningkat pesat. Angka kejadian alergi meningkat pesat dalam 20 tahun terahkir, 30% orang berkembang menjadi alergi setiap saat. Anak usia sekolah lebih 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai astma. 6 juta orang mempunyai dermatitis. Lebih banyak lagi 9 juta orang hay fever Di Inggris tahun 2000 dilaporkan 70% penderita alergi mengalami serangan alergi lebih dari 7 tahun Sekitar 50% orang dewasa mengetahui penyebab gejala alergi dalam 5 tahun, tetapi 22% menderita alergi sebe;um menemukan penyebabnya. Sebanyak 80% penderita alergi mengalami gejala seumur hidupnya. Di Amerika penderita alergi makanan sekitar 2 – 2,5% pada dewasa, pada anak sekitar 6 – 8%. Setiap tahunnya diperkirakan 100 hingga 175 orang meninggal karena alergi makanan. Penyebab kematian tersebut biasanya karena anafilaktik syok, tersering karena kacang tanah. Lebih 160 makanan dikaitkan dengan alergi makanan. Para ahli berpendapat penderita alergi di Negara berkembang mungkin lebih banyak dibandingkan Amerika Serikat Prof Wüthrich tahun 2001 melaporkan bahwa kenaikan angka kejadian alergi pada anak di Eropa meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terahkir, terutama dalam sepuluh tahun terahkir meningkat sangat pesat. Gambar 1. Grafik prosentase angka kejadian alergi pada anak setiap sepuluh tahun di Inggris sejak 1920 hingga tahun 2000. Di Indonesia angka kejadian alergi pada anak belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa ahli memperkirakan sekitar 25-40% anak pernah mengalami alergi makanan. Di Negara berkembang angka kejadian alergi yang dilaporkan masih rendah. Hal ini berkaitan dengan masih tingginya kesalahan diagnosis atau under diagnosis dan kurangnya perhatian terhadap alergi dibandingkan dengan penyakit infeksi saluran pernapasan atau diare yang dianggap lebih mematikan. All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 3 III. DEFINISI ALERGI Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. Tidak semua reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan merupakan reaksi alergi murni, tetapi banyak dokter atau masyarakat awam menggunakan istilah alergi makanan untuk semua reaksi yang tidak diinginkan dari makanan, baik yang imunologik atau non imunologik. Batasan lebih jelas dibuat oleh American Academy of Allergy and immunology,The National Institute of Allergy and infections disease yaitu 1. Reaksi simpang makanan (Adverse food reactions) Istilah umum untuk reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan yang ditelan. Reaksi ini dapat merupakan reaksi sekunder terhadap alergi makanan (hipersensitifitas) atau intoleransi makanan. 2. Allergy makanan (Food Allergy) Alergi makanan adalah reaksi imunologik yang menyimpang. 3. Intoleransi Makanan (Food intolerance) Intoleransi makanan adalah reaksi makanan nonimunologik dan merupakan sebagian besar penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan. Reaksi ini dapat disebabkan oleh zat yang terkandung dalam makanan karena kontaminasi toksik (misalnya toksin yang disekresi oleh Salmonella, Campylobacter dan Shigella, histamine pada keracunan ikan), zat farmakologik yang terkandung dalam makanan misalnya tiramin pada keju, kafein pada kopi atau kelainan pada pejamu sendiri seperti defisiensi lactase, maltase atau respon idiosinkrasi pada pejamu IV. MEKANISME TERJADINYA ALERGI Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal.. Alergen di dalam makanan adalah protein, glikoprotein atau polipeptida dengan berat molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas dan tahan ensim proteolitik. Alergen makanan dapat menimbulkan reaksi alergi. Menurut cepat timbulnya reaksi maka alergi terhadap makanan dapat berupa reaksi cepat (Immediate Hipersensitivity/rapid onset reaction) dan reaksi lambat (delayed onset All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 4 reaction). Immediate Hipersensitivity atau reaksi cepat terjadi berdasarkan reaksi hipersensitifitas tipe I (Gell& Coombs). Terjadi beberapa menit sampai beberapa jam setelah makan atau terhirup pajanan alergi. Delayed Hipersensitivity atau reaksi lambat terdapat 3 kemungkinan, yaitu terjadi berdasarkan reaksi hipersensitifitas tipe I fase lambat, reaksi hipersensitifitas tipe III dan reaksi hipersensitifitas tipe IV. Terjadi lebih dari 8 jam setelah terpapar allergen. Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik melalui pengeluaran mediator yang mengganggu organ tertentu yang disebut organ sasaran. Organ sasaran tersebut misalnya paru-paru maka manifestasi klinisnya adalah batuk atau asma bronchial, bila sasarannya kulit akan terlihat sebagai urtikaria, bila organ sasarannya saluran pencernaan maka gejalanya adalah diare dan sebagainya. V. PENYEBAB Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik, imaturitas usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus. Faktor genetik Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek pada penderita . Bila ada orang tua, keluarga atau kakek/nenek yang menederita alergi kita harus mewaspadai tanda alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang menderita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar 17 – 40%,. Bila ke dua orang tua alergi maka resiko pada anak meningkat menjadi 53 - 70%. Untuk mengetahui resiko alergi pada anak kita harus mengetahui bagaimana gejala alergi pada orang dewasa. Gejala alergi pada orang dewasa juga bisa mengenai semua organ tubuh dan sistem fungsi tubuh. Adapun manifestasi klinik alergi pada dewasa dapat dilihat pada tabel 1. Bila terdapat 3 gejala atau lebih pada beberapa organ, tanpa diketahui penyebab pasti keluhan tersebut maka kecurigaan mengalami reaksi alergi semakin besar. All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 5 Tabel 1. Tanda dan Gejala Alergi pada orang dewasa. ORGAN/SISTEM TUBUH GEJALA DAN TANDA 1 Sistem Pernapasan Batuk, pilek, bersin, sesak(astma), napas pendek, tightness in chest, not enough air to lungs, wheezing, mucus bronchial , rattling and vibration dada. 2 Sistem Pembuluh Darah dan jantung Palpitasi (berdebar-debar), flushing (muka ke merahan), nyeri dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah, denyut jantung meningkat; tangan hangat, kedinginan, tingling, redness or blueness of hands; faintness; pseudo-heart attack pain ; nyeri dada depan, tangan kiri, bahu, leher, rahang hingga menjalar di pergelangan tangan 3 Sistem Pencernaan Nyeri perut, sering diare, kembung, muntah, sulit berak, sering buang angin (flatus), mulut berbau, kelaparan, haus, saliva meningkat, Sariawan, lidah kotor, berbetuk seperti pulau, nyeri gigi, ulcer symptoms, nyeri ulu hati, kesulitan menelan, perut keroncongan, konstipasi (sulit buang air besar), nyeri perut, kram perut, diarrhea, buang angin, timbul lendir atau darah dari rektum, anus gatal atau panas. 4 Kulit Sering gatal, dermatitis, urticaria, bengkak di bibir, lebam biru (seperti bekas terbentur) bekas hitam seperti digigit nyamuk. Kulit kaki dan tangan kering tapi wajahberminyak.Sering berkeringat. 5 Telinga Hidung Tenggorokan Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, post nasal drip, epitaksis, tidur mendengkur, mendengus Tenggorok : tenggorokan nyeri/kering/gatal, palatum gatal, suara parau/serak, batuk pendek (berdehem), Telinga : telinga terasa penuh/ bergemuruh / berdenging, telinga bagian dalam gatal, nyeri telinga dengan gendang telinga kemerahan atau normal, gangguan pendengaran hilang timbul, terdengar suara lebih keras, akumulasi cairan di telinga tengah, pusing, gangguan keseimbangan. Pembesaran kelenjar di sekitar leher dan kepala belakang bawah 6 Sistem Saluran Kemih dan Sering kencing, nyeri kencing; tidak bisa mengontrol kelamin kandung kemih, bedwetting; vaginal discharge; genitalia All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 6 gatal/bengkak/kemerahan/nyeri; nyeri bila berhubungan kelamin 7 Sistem Pusat Susunan Saraf Sering sakit kepala, migrain, short lost memory (lupa nama orang, barang sesaat), floating (melayang), kepala terasa penuh atau membesar. Perilaku : impulsif, sering marah, mood swings, kompulsif, sering mengantuk, malas bergerak, gangguan konsentrasi, muah marah, sering cemas, panic, overactive, kepala terasa penuh atau besar; halusinasi, delusions, paranoid, bicara gagap; claustrophobia (takut ketinggian), paralysis, catatonic state, disfungsi persepsi, impulsif (bila tertawa atau bicara berlebihan), overaktif, deperesi, terasa kesepian merasa seperti terpisah dari orang lain, kadang lupa nomor, huruf dan nama sesaat, lemas (flu like symtomp) 8 Sistem Hormonal Kulit berminyak (atas leher), kulit kering (bawah leher), endometriosis, Premenstrual Syndrome, kemampuan sex menurun, Chronic Fatique Symptom (sering lemas), Gampang marah, Mood swing, sering terasa kesepian, rambut rontok 9 Jaringan otot dan tulang Nyeri tulang, nyeri otot, nyeri sendi: Fatigue (kelelahan), kelemahan otot, nyeri, bengkak, kemerahan local pada sendi; stiffness, joint deformity; arthritis soreness, nyeri dada, otot bahu tegang, otot leher tegang, spastic umum, , limping gait, gerak terbatas 10 Gigi dan mulut Nyeri gigi atau gusi tanpa adanya infeksi pada gigi (biasanya berlangsung dalam 3 atau 7 hari). Gusi sering berdarah. Sering sariawan. Diujung mulut, mulut dan bibir sering kering, sindrom oral dermatitis. 11 Mata nyeri di dalam atau samping mata, mata berair,sekresi air mata berlebihan, warna tampak lebih terang, kemerahan dan edema palpebra, Kadang mata kabur, diplopia, kadang kehilangan kemampuan visus sementara, hordeolum.. All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 7 Imaturitas usus Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi allergen. Secra imunologik sIgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen masuk ke dalam tubuh. Pada usus imatur system pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh. Pajanan alergi Pajanan alergi yang merangsang produksi IgE spesifik sudah dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan. Diketahui adanya IgE spesifik pada janin terhadap penisilin, gandum, telur dan susu. Pajanan juga terjadi pada masa bayi. Pemberian ASI eksklusif mengurangi jumlah bayi yang hipersensitif terhadap makanan pada tahun pertama kehidupan. Pemberian PASI meningkatkan angka kejadian alergi III. PENYEBAB ALERGI Gejala dan tanda alergi pada anak dapat ditimbulkan oleh adanya alergen sebagai penyebab yang diterima oleh di antaranya dapat dilihat pada table 2. Tabel 2. Jenis makanan yang berkaitan dengan alergi MAKANAN KADANG PENYEBAB ALERGI AYAM, ITIK, IKAN LAUT SALMON/TUNA, ALKOHOL JERUK, PISANG, PEAR , JAGUNG, TELOR ITIK, KECAP MAKANAN TERSERING PENYEBAB ALERGI IKAN LAUT (CUMI, UDANG, KEPITING, IKAN LAUT LAINNYA) COKLAT, KACANG TANAH, KACANG HIJAU, SUSU SAPI, KEJU, TELOR AYAM/PUYUH, BUAH-BUAHAN (TERUTAMA MELON, SEMANGKA, MANGGA, RAMBUTAN , NANAS, TOMAT, DURIAN, KORMA, DUKU DLL). SEMUA MAKANAN OLAHAN YANG TERKANDUNG All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 8 Beberapa hal yang menyulut atau mencetuskan timbulnya alergi disebut faktor pencetus. Faktor pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti dingin, panas atau hujan, kelelahan, aktifitas berlebihan tertawa, menangis, berlari,olahraga. Faktor psikis berupa kecemasan, sedih, stress atau ketakutan. Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut terjadinya serangan alergi. Bila terdapat pencetus alergi disertai terpapar penyebab alergi maka keluhan atau gejala alergi yang timbul jadi lebih berat. Tetapi bila tidak terkena penyebab alergi meskipun terdapat pencetus, keluhan alergi tidak akan muncul. Hal ini yang dapat menjelaskan kenapa suatu ketika meskipun dingin, kehujanan atau kelahan seorang penderita asma tidak kambuh. Berarti saat itu penderita tersebut sementara terhindar dari penyebab alergi seperti makanan, debu dan sebagainya. IV. MANISFESTASI KLINIK Keluhan alergi sering sangat misterius, sering berulang, berubah-ubah datang dan pergi tidak menentu. Kadang minggu ini sakit tenggorokan, minggu berikutnya sakit kepala, pekan depannya diare selanjutrnya sulit makan hingga berminggu-minggu. Bagaimana keluhan yang berubah-ubah dan misterius itu terjadi. Ahli alergi modern berpendapat serangan alergi atas dasar target organ (organ sasaran). Reaksi alergi merupakan manifestasi klinis yang disebabkan karena proses alergi pada seseorang anak yang dapat menggganggu semua sistem tubuh dan organ tubuh anak.. Organ tubuh atau sistem tubuh tertentu mengalami gangguan atau serangan lebih banyak dari organ yang lain. Mengapa berbeda, hingga saat ini masih belum banyak terungkap. Gejala tergantung dari organ atau sistem tubuh , bisa terpengaruh bisa melemah. Jika organ sasarannya paru bisa menimbulkan batuk atau sesak, bila pada kulit terjadi dermatitis atopik. Tak terkecuali otakpun dapat terganggu oleh reaksi alergi. Apalagi organ terpeka pada manusia adalah otak, sehingga dapat dibayangkan banyaknya gangguan yang bisa terjadi. All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 9 Tabel 2. MANIFESTASI ALERGI PADA BAYI BARU LAHIR HINGGA 1 TAHUN ORGAN/SISTEM TUBUH GEJALA DAN TANDA 1 Sistem Pernapasan Bayi lahir dengan sesak (Transient Tachipneu Of The newborn), cold-like respiratory congestion (napas berbunyi/grok-grok). 2 Sistem Pencernaan sering rewel/colic malam hari, hiccups (cegukan), sering “ngeden”, sering mulet, meteorismus, muntah, sering flatus, berak berwarna hitam atau hijau, berak timbul warna darah. Lidah sering berwarna putih. Hernia umbilikalis, scrotalis atau inguinalis. 3 Telinga Hidung Tenggorok Sering bersin, Hidung berbunyi, kotoran hidung berlebihan. Cairan telinga berlebihan. Tangan sering menggaruk atau memegang telinga. 3 Sistem Pembuluh Darah dan Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri jantung dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah 4 Kulit Erthema toksikum. Dermatitis atopik, diapers dermatitis. rticaria, insect bite, berkeringat berlebihan. u 5 Sistem Saluran Kemih Sering kencing, nyeri kencing, bed wetting (ngompol) Frequent, urgent or painful urination; inability to control bladder; bedwetting; vaginal discharge; itching, swelling, redness or pain in genitals; painful intercourse. 6 Sistem Susunan Saraf Pusat Sensitif, sering kaget dengan rangsangan suara/cahaya, gemetar, bahkan hingga kejang. 7 Mata Mata berair, mata gatal, kotoran mata berlebihan, bintil pada mata, conjungtivitis vernalis. All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 10 Tabel 3. MANIFESTASI ALERGI PADA ANAK USIA LEBIH 1 TAHUN ORGAN/SISTEM TUBUH GEJALA DAN TANDA 1 Sistem Pernapasan Batuk, pilek, bersin, mimisan, hidung buntu, sesak(astma), sering menggerak-gerakkan /mengusapusap hidung 2 Sistem Pencernaan Nyeri perut, sering buang air besar (>3 kali/perhari), sulit buang air besar (kotoran keras, berak, tidak setiap hari, berak di celana, berak berwarna hitam atau hijau, berak ngeden), kembung, muntah, sulit berak, sering flatus, sariawan, mulut berbau. 3 Telinga Hidung Tenggorok Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, post nasal drip, epitaksis, salam alergi, rabbit nose, nasal creases Tenggorok : tenggorokan nyeri/kering/gatal, palatum gatal, suara parau/serak, batuk pendek (berdehem), Telinga : telinga terasa penuh/ bergemuruh/berdenging, telinga bagian dalam gatal, nyeri telinga dengan gendang telinga kemerahan atau normal, gangguan pendengaran hilang timbul, terdengar suara lebih keras, akumulasi cairan di telinga tengah, pusing, gangguan keseimbangan. 3 Sistem Pembuluh Darah dan jantung Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah, 4 Kulit Sering gatal, dermatitis, urticaria, bengkak di bibir, lebam biru kehitaman, bekas hitam seperti digigit nyamuk, berkeringat berlebihan. 5 Sistem Saluran Kemih Nyeri, urgent atau sering kencing, nyeri kencing, bed dan kelamin wetting(ngompol); tidak mampu mengintrol kandung kemih; mengeluarkan cairan di vagina; gatal, bengkak atau nyeri pada alat kelamin. Sering timbul infeksi All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 11 saluran kencing 6 Sistem Susunan Saraf NEUROANATOMIS :Sering sakit kepala, migrain, kejang Pusat gangguan tidur. NEUROANATOMIS FISIOLOGIS: Gangguan perilaku : emosi berlebihan, agresif, impulsif, overaktif, gangguan belajar, gangguan konsentrasi, gangguan koordinasi, hiperaktif hingga autisme. 6 Jaringan tulang 7 Mata otot dan Nyeri tulang, nyeri otot, bengkak di leher Mata berair, mata gatal, sering belekan, bintil pada mata (timbilan). Allergic shiner (kulit di bawah mata tampak ke hitaman). VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG UJI KULIT ALERGI Uji kulit dapat dilakukan dengan uji gores (scratch test), uji tusuk (prick test) dan uju suntik intradermal (intrademal test). Dapat dilakukan sebagai pemeriksaan penyaring dengan menggunkan ekstrak allergen yang ada di lingkungan penderita seperti debu, bulu kucing, susu, telur, coklat, kacang dan lain-lain. Uji kulit sangatlah terbatas nilai diagnostiknya, karena hanya bisa mendiagnosis alergi makanan tipe 1 (tipe cepat). Hasil uji kulit bukanlah hasil ahkir atau penentu diagnosis. DARAH TEPI, FOTO TORAKS, IgE TOTAL DAN SPESIFIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA (lemak tinja, immunoglobulin, antibody monoclonal dalam sirkulasi, pelepasan histamine oleh basofil (Basofil histamine release assay/BHR), kompleks imun dan imunitas seluler, Intestinal mast cell histamine release (IMCHR), provokasi intra gastral melalui endoskopi, biopsy usus setelah dan sebelum pemberian makanan) VII. DIAGNOSIS Diagnosis dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan eliminasi dan provokasi. Diagnosis alergi makanan tidak ditegakkan berdasarkan test alergi, karena validitasnya sangat terbatas. Hasil tes All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 12 alergi positif belum tentu mengalami alergi makanan. Demikian pula sebaliknya hasil negative belum tentu tidak alergi makanan tersebut. Jenis alergi makanan di tiap Negara berbeda tergantung usia dan kebiasaan makan makanan tertentu. Alergi makanan pada bayi di Amerika Serikat terbanyak disebabkan karena protein susu sapi, sereal, telur, ikan dan kedelai. Pada usia lebih tua coklat, kacang tanah lebih berperanan. PROVOKASI MAKANAN SECARA BUTA (DOUBLE BLIND PLACEBO CONTROL FOOD CHALENGE = DBPCFC) Berbagai klinik alergi berbeda dalam melakukan eliminasi dan provokasi. Cara tersering dipakai adalah provokasi makanan secara buta. Makanan penderita dieliminasi selama 23 minggu dalam diet sehari-hari. Setelah 3 minggu bila keluhannya menghilang maka dilanjutkan dengan provokasi makanan yang dicurigai. Setelah itu dilakukan diet provokasi 1 bahan makanan dalam 1 minggu bila timbul gejala dicatat. Disebut allergen bila dalam 3 kali provokasi menimbulkan gejala alergi. VIII. PENATALAKSANAAN Penanganan alergi pada anak haruslah dilakukan secara benar, paripurna dan berkesinambungan. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan alergi, tetapi yang paling ideal adalah menghindari penyebab yang bisa menimbulkan keluhan alergi tersebut. Penghindaran makanan penyebab alergi pada anak harus dicermati secara benar, karena beresiko untuk terjadi gangguan gizi. Sehingga orang tua penderita harus diberitahu tentang makanan pengganti yang tak kalah kandungan gizinya dibandingklan dengan makanan penyebab alergi. Penghindaran terhadap susu sapi dapat diganti dengan susu soya, formula hidrolisat kasein atau hidrolisat whey., meskipun anak alergi terhadap susu sapi 30% diantaranya alergi terhadap susu soya. Sayur dapat dipakai sebagai pengganti buah. Tahu, tempe, daging sapi atau daging kambing dapat dipakai sebagai pengganti telur, ayam atau ikan. Pemberian makanan jadi atau di rumah makan harus dibiasakan mengetahui kandungan isi makanan atau membaca label makanan. IX. DETEKSI DINI PENDERITA ALERGI DALAM KANDUNGAN Faktor lingkungan dapat bekerja sebelum dan sesudah lahir. Faktor lingkungan sebelum lahir dapat mempengaruhi diferensiasi sel T yang allergen spesifik menjadi fenotipe Th2, sehingga alergi atopi sudah bekerja sebelum lahir. Kehamilan yang berhasil ditandai dengan pergeseran Th1 ke Th2 di fase antar fetomaternal untuk mengurangi reaktifitas All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 13 sistem imun maternal terhadap allograft janin. Hingga saat ini deteksi dini alergi sejak dalam kandungan belum dilakukan secara mendalam. Judarwanto W tahun 2002, melaporkan gerakan refluk osephagus (hiccups) dan gerakan janin di dalam perut yang sangat meningkat terutama saat malam hari hingga pagi hari adalah faktor prediktif yang kuat sebagai bayi yang beresiko alergi. SENSITISASI DALAM KANDUNGAN Sensitisasi dalam kandungan sudah terjadi hal ini dapat dilihat bahwa terdapat reaksi alergi susu sapi pada neonatus. IgE ibu tidak dapat melalui sawar plasenta, jadi yang terjadi adalah partikel protein susu sapi yang beredar dalam darah ibu melewati plasenta. Hal ini dapat dibuktikan bahwa terdapat proliferasi lomfosit pada tali pusat neonatus. Bayi baru lahir sudah tersentisisasi sejak dalam kehamilan bila kadar IgE spesifik tali pusat > 0,35 kU/l. Hal tersebut menunjukkan bahwa pencegahan penyebab alergi harus dilakukan sejak dalam kandungan. Chandra dkk tahun 1986 meneliti 109 bayi yang berasal dari keluarga atopi hingga usia 1 tahun. Prevalensi penyakit atopi berkurang bila sejak trimester ke 3 hingga masa laktasi ibu dihindarkan dari susu sapi, telor, kacang dan ikan. BAYI BARU LAHIR HINGGA BAYI 1 TAHUN Deteksi alergi sejak lahir dapat dilakukan dengan pemeriksaan IgE tali pusat, bila kadarnya > p,9 kU/l dan anggota keluarga yang alergi maka resiko terjadi gangguan atopi amatlah besar. Manifestasi alergi pada anak sudah dapat diketahui sejak lahir hingga saat usia 1 tahun. Tanda dan gejala alergi pada usia tersebut telah diungkap di atas. Bila gejala tersebut sudah terdeteksi sebaiknya kita sudah melakukan pencegahan alergi sejak dini. X. BISA SEMBUHKAH ALERGI MAKANAN ? Pada prinsipnya alergi tidak bisa disembuhkan. Semua penatalaksanaan yang dilakukan hanya bertujuan mengendalikan gejala alergi untuk meringankan itensitas serangan, mengurangi frekuensi serangan, membatasi penggunaan obat dan mengurangi jumlah hari tidak hadir di sekolah. Dermatitis atopik akan berkurang pada usia 12 tahun, tetapi bisa saja organ sasaran berpindah karena 50 – 80% anak akan mengalami rhinitis alergik dan asma. Alergi makanan dalam usia 0 hingga 3 tahun mempunyai prognosis yang baik karena lebih dari 40% mengalami grow-out. Alergi yang dimulai usia 15 tahun ke atas ada kecenderungan menetap. Alergi makanan pada usia 2 atau 3 tahun mempunyai perkembangan yang lebih baik, karena sekitar 40% dari mereka akan mulai rentan terhadap beberapa jenis bahan penyebab alergi. Alergi makanan terhadap susu sapi atau ayam pada usia di atas sekitar All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 14 1 tahun tampaknya akan mulai berkurang. Alergi terhadap telor juga akan membaik sekitar usia di atas 2 tahun. Sedangkan makanan ikan laut membaik di atas usia 3 tahun. Meskipun alergi makanan seperti kacang tanah, udang, dan kepoiting Madang menetap hingga usia dewasa. XI. PERMASALAHAN ALERGI PADA ANAK Permasalahan alergi pada anak mungkin tidak sesederhana seperti yang kita bayangkan . Sering berulangnya penyakit, demikian luasnya sistem tubuh yang terganggu dan bahaya komplikasi yang terjadi tampaknya merupakan akibat yang harus lebih diperhatikan demi terbentuknya Pertumbuhan dan Perkembangan Anak yang optimal. Permasalahan penanganan alergi pada anak yang sering kita temukan adalah : 1. ALERGI MASIH MISTERIUS Dewasa ini tehnologi kedokteran telah maju demikian pesat terutama ilmu alergi dan imunologi, Namun tampaknya kasus alergi masih banyak yang belum terungkap terutama patogenesis penyakit. Manifestasi klinis yang menyerang berbagai organ tubuh belum bisa dijelaskan secara lengkap. Sehingga penatalaksanaan dan pencegahan alergi belum dapat memuaskan secara optimal. 2. PERHATIAN TERHADAP ALERGI PADA ANAK KURANG Di negara berkembang termasuk Indonesia, perhatian dokter atau klinisi lainnya terhadap kasus alergi pada anak sangat kurang dibandingkan persoalan infeksi. Sehingga sering terjadi under diagnosis dalam penegakkan diagnosis. Alergi sering dianggap sebagai penyakit infeksi baik akut maupun kronis. Sehingga banyak keluhan atau gejala alergi sering di obati dengan antibiotika. Sering dijumpai keluhan Batuk Kronis berulang atau alergi pencernaan dengan gangguan kenaikkan berat badan karena alergi sering diobati sebagai penyakit kronis seperti Tuberkulosis (TBC), infeksi parasit cacing, infeksi saluran kemih atau infeksi kronis lainnya. Karena memang tanda dan gejala alergi memang mirip dengan gejala infeksi kronis seperti kronis tersebut. Sering terjadi orang tua penderita mengetahui kalau anaknya menderita alergi setelah sekian lama menderita, bahkan banyak juga yang baru mengetahui anaknya alergi setelah berganti banyak dokter. 3. PENATALAKSANAAN ALERGI BELUM OPTIMAL Penanganan alergi sering tidak paripurna dan menyeluruh, karena hanya mengandalkan pemberian obat-obatan tidak memperhatikan pencetus atau pemicunya. Terdapat All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 15 kecenderungan pasien akan minum obat dalam jangka panjang. Padahal pemberian obat jangka sangat berbahaya, terutama obat golongan steroid. Tindakan paling ideal menghentikan gejala alergi adalah dengan menghindari pencetusnya. Dalam penatalaksanaan alergi yang paling diutamakan adalah masalah edukasi ke penderita. 4. KELUHAN BERULANG Sering kambuh dan berulangnya keluhan alergi, sehingga sering orang tua frustasi akhirnya berpindah-pindah ke beberapa dokter. Bila penatalaksanaan alergi tidak dilakukan secara baik dan benar maka keluhan alergi akan berulang dan ada kecenderungan membandel. Berulangnya kekekambuhan tersebut akan menyebabkan meningkatnya pengeluaran biaya kesehatan. Tetapi yang harus lebih diperhatikan adalah meningkatkannya resiko untuk terjadinya efek samping akibat pemberian obat. Tak jarang para klinisi memberikan antibiotika dan steroid dalam jangka waktu yang lama. Setelah berganti-ganti dokter biasanya orang tua pasien baru menyadari sepenuhnya kalau anaknya alergi setelah mengalami sendiri kalau keluhannya membaik setelah dilakukan penghindaran makanan tanpa harus minum obat. 5. TIMBULNYA KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat ditimbulkan adalah terjadinya gangguan pertumbuhan : malnutrisi, berat badan sulit naik, kesulitan makan berulang dan lama. Kadangkala juga bias terjadi sebaliknya yaitu menimbulkan kegemukan. Sedangkan komplikasi yang cukup mengganggu adalah adanya gangguan perkembangan berupa gangguan belajar, gangguan pemusatan perhatian, gangguan emosi, agresif, keterlambatan bicara, keterlambatan bicara, bahkan dapat memicu atau memperberat gejala autisme. 6. MENGGANGGU PRESTASI SEKOLAH Mengganggu prestasi sekolah, karena seringnya absen di pelajaran sekolah dan yang lebih utama juga disebabkan adanya gangguan belajar, gangguan konsentrasi atau pemusatan perhatian dan gangguan perilaku lainnya yang disebabkan karena terganggunya fungsi otak pada penderita alergi. 7. PENYEBAB GIZI GANDA : Penderita alergi dapat mengakibatkan gangguan gizi ganda pada anak. Gizi ganda artinya dapat menimbulkan kegemukan dan berat badan lebih atau bahkan sebaliknya terjadi malnutrisi atau berat badan kurang. Hubungan alergi dan kegemukan hingga saat ini belum terungkap penyebabnya. Tetapi banyak penelitian dan laporan kasus menyebut bahwa kegemukan pada anak sering terjadi pada anak alergi, terutama di bawah usia 2 tahun. Ellen WK tahun 2003 All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 16 mengatakan kegemukan sering terjadi pada penderita yang mengalami alergi makanan. 8. KESULITAN MAKAN Penderita alergi yang terkena gangguan pencernaan sering mengakibatkan sulit makan sehingga menimbulkan komplikasi kurang gizi atau malnutrisi. Biasanya ditandai dengan berat dan tinggi badan yang sulit bertambah. Gangguan pencernaan karena alergi sering terjadi pada usia tertentu seperti 4 - 6 bulan atau di atas 1 tahun. Karena saat usia tersebut sering mulai dikenalkan makanan baru. Apabila makanan tersebut mengakibatkan alergi dan mengganggu pencernaan maka akan terjadi sulit makan, sering muntah, sering diare, sering kembung dan sebagainya. Kesulitan makan atau minum susu tersebut sering disalah artikan karena anak bosan makanan tertentu atau karena sedang tumbuh gigi. Secara khas biasanya gangguan tersebut disertai gangguan tidur pada malam hari, seperti bolak-balik, rewel, mengigau, berbicara dan berteriak dalam tidur atau terbangun tengah malam. Bayi yang mempunyai riwayat gejala pencernaan seperti kolik pada malam hari pada bayi usia di bawah 1 tahun, ada riwayat berak darah, dengan riwayat diare atau sulit berak yang berulang mempunyai resiko untuk terjadi gangguan pencernaan di kemudian hari. Apabila tidak ditangani secara benar akan beresiko terjadinya kesulitan makan dan masalah kekurangan berat badan. 9. PENDERITA ALERGI BERESIKO LEBIH SERING MENERIMA TINDAKAN OPERASI BEDAH Penderita alergi dengan berbagai gangguan pada organ tubuh beresiko lebih sering untuk menerima tindakan operasi bedah. Beberapa gangguan yang berkaitan dengan alergi makanan yang dapat beresiko dilakukan operasi bedah di antaranya adalah : hernia, tonsilektomi, usus buntu (appedicitis), operasi sinusitis, operasi polip hidung, operasi hordeolum (bintilan mata), operasi ligasi pembutuan saluran air mata XII. PENCEGAHAN ALERGI PADA ANAK Bila terdapat riwayat keluarga baik saudara kandung, orangtua, kakek, nenek atau saudara dekat lainnya yang alergi atau asma. Bila anak sudah mengalami manifestasi alergi sejak lahir atau bahkan bila mungkin deteksi sejak kehamilan maka harus dilakukan pencegahan sejak dini. Resiko alergi pada anak dikemudian hari dapat dihindarkan bila kita dapat mendeteksi sejak dini. Ada beberapa upaya pencegahan yang perlu diperhatikan supaya anak terhindar dari keluhan alergi yang lebih berat dan berkepanjangan : Hindari atau minimalkan penyebab alergi sejak dalam kandungan, dalam hal ini oleh ibu. Hindari paparan debu di lingkungan seperti pemakaian karpet, korden tebal, kasur kapuk, tumpukan baju atau buku. Hindari pencetus binatang (bulu binatang piaraan kucing dsb, All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 17 kecoak, tungau pada kasur kapuk. Tunda pemberian makanan penyebab alergi, seperti telor, kacang tanah dan ikan di atas usia 2-3 tahun. Bila membeli makanan dibiasakan untuk mengetahui komposisi makanan atau membaca label komposisi di produk makanan tersebut. Bila bayi minum ASI, ibu juga hindari makanan penyebab alergi.Bila ASI tidak memungkinkan atau kalau perlu kurang gunakan susu hipoalergenik formula. Bila timbul gejala alergi, identifikasi pencetusnya dan hindari. XIII. RINGKASAN Permasalahan alergi pada anak tampaknya tidak sesederhana seperti yang telah diketahui. Sering berulangnya penyakit, demikian luasnya sistem tubuh yang terganggu dan bahaya komplikasi yang terjadi tampaknya merupakan akibat yang harus lebih diperhatikan demi terbentuknya tumbuh dan kembang Anak yang optimal. Penatalaksanaan Alergi pada anak diharapkan dilakukan dengan paripurna dan menyeluruh sehingga kesalahan diagnosis atau kesalahan penanganan serta komplikasi yang dapat ditimbulkan dapat dicegah. Tes kulit alergi sangat terbatas sebagai alat diagnosis. Hasil tes kulit tersebut tidak memastikan anak alergi makanan tertentu. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan alergi. Paling ideal dalam mencegah timbulnya alergi adalah menghindari pencetus atau penyebabnya. Hal ini memerlukan pengamatan yang cermat dan kerjasama yang baik antara dokter, pasien dan keluarga. Resiko dan gejala alergi bisa diketahui atau di deteksi sejak dalam kandungan dan sejak lahir, sehingga pencegahan gejala alergi dapat dilakukan sedini mungkin kalau perlu sejak dalam kandungan. Resiko terjadinya komplikasi dan gangguan organ atau sistem tubuh diharapkan dapat dikurangi. All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 18 XIV. Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. JReingardt D, Scgmidt E. Food Allergy.Newyork:Raven Press,1988. Walker-Smith JA, Ford RP, Phillips AD. The spectrum of gastrointestinal allergies to food. Ann Allergy 1984;53:629-36. Judarwanto W. General manifestation of allergy in children under 5 years, 2003. (unpublished) Hill DJ, Firer MA, Shelton MJ, Hosking CS. Manifestations of milk allergy in infancy: clinical and immunologic findings. J Pediatr 1986;109:270-6. Powell G. Milk and soy induced enterocolitis of infancy; clinical features and standardization of challenge. J Pediatr 1978;93:553-60. Judarwanto W. Manifestation of allergy in infancy,2002. (unpublished) Ellen W. Cutler.The Food Allergy Cure: A New Solution to Food Cravings, Obesity, Depression, Headaches, Arthritis, & Fatigue.London 2003. Judarwanto W. Behaviour disturbance in children allergies with gastrointestinal manifestation, 2002. (unpublished) King WP. Food hypersensitivity in otolaryngology. Manifestations, diagnosis, and treatment. Otolaryngol Clin North Am. 1992;25(1):163-179. Stubner UP, Gruber D, Berger UE, Toth J, Marks B, Huber J, Horak F.The influence of female sex hormones on nasal reactivity in seasonal allergic rhinitis. Joyce DP, Chapman KR, Balter M, Kesten S. Asthma and allergy avoidance knowledge and behavior in postpartum women. Ann Allergy Asthma Immunol. 1997;79(1):35-42. Rinkel HJ. Food Allergy. J Kansas Med Soc. 1936;37:177. Harley RD.Pediatric Opthalmology, Philadelphia, 1975. W.B. Saunders Companya. Harper J, Oranye A, Prose N ed. Textbook pediatric dematology. London : Balckwell Science, 2000.h:1730-1760 Eseverri JL, Cozzo M, Marin AM, Botey J. Epidemiology and chronology of allergic diseases and their risk factors. Allergol Immunopathol (Madr). 1998;26(3):90-97 Jolicoeur LM, Boyer JG, Reeder CE, Turner J. Influence of asthma or allergies on the utilization of health care resources and quality of life of college students. J Asthma. 1994;31(4):251-267. Eigenmann PA, Sicherer SH, Borkowski TA, et al. Prevalence of IgE-mediated food allergy among children with atopic dermatitis. Pediatrics. 1998;101(3):E8. Hill DJ, Hosking CS, Heine RG. Clinical spectrum of food allergy in children in Australia and South-East Asia: identification and targets for treatment. Ann Med. 1999;31(4):272-281. Kulig M, Bergmann R, Klettke U, et al. Natural course of sensitization to food and inhalant allergens during the first 6 years of life. J Allergy Clin Immunol. All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 19 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 1999;103(6):1173-1179. Rance R, Kanny G, Dutau G, Moneret Vautrin DA. Food allergens in children. Arch Pediatr. 1999;6(Suppl1):61S-66S. Opper FH, Burakoff R. Food allergy and intolerance. Gastroenterologist. 1993;1(3):211-220. Ahmed T, Sumazaki R, Shin K, et al. Humoral immune and clinical responses to food antigens following acute diarrhoea in children. J Paediatr Child Health. 1998;34(3):229-232. Eseverri JL, Cozzo M, Marin AM, Botey J. Epidemiology and chronology of allergic diseases and their risk factors. Allergol Immunopathol (Madr). 1998;26(3):90-97. Rance R, Kanny G, Dutau G, Moneret Vautrin DA. Food allergens in children. Arch Pediatr. 1999;6(Suppl1):61S-66S. Van d Laar MA, Aalbers M, Bruins FG, et al. Food intolerance in rheumatoid arthritis. II. Clinical and histological aspects. Am Rheum Dis. 1992;51(3):303-306. Schrander JJ, Marcelis C, deVried MP, van Santen Hoeufft HM. Does food intolerance play a role in juvenile chronic arthritis? Br J Rheumatol. 1997;36(8):905908. Corrado G, Luzzi I, Lucarelli S, et al. Positive association between Helicobacter pylori infection and food allergy in children. Scand J Gastroenterol. 1998;33(11):1135-1139. Rance R, Kanny G, Dutau G, Moneret Vautrin DA. Food allergens in children. Arch Pediatr. 1999;6(Suppl1):61S-66S. Nolan A, Lamey PJ, Milligan KA, Forsyth A. Recurrent aphthous ulceration and food sensitivity. J Oral Pathol Med. 1991;20(10):473-475. Tirosh E, Scher A, Sadeh A, Jaffe M, Lavie P. Sleep characteristics of asthmatics in the first four years of life: a comparative study. Arch Dis Child 1993 Apr;68(4):481-3. Judarwanto W. Night sleeps disturbance in children with allergic manifestation under 2 old years. 2003 (unpublished) Trotsky MB. Neurogenic vascular headaches, food and chemical triggers. Ear Nose Throat J. 1994;73(4):228-230, 225-236. Egger J, Carter CH, Soothill JF, Wilson J. Effect of diet treatment on enuresis in children with migraine or hyperkinetic behavior. Clin Pediatr (Phila). 1992;31(5):302307. Majamaa H, Miettinen A, Laine S, Isolauri E. Intestinal inflammation in children with atopic eczema: a faecal eosinophil cationic protein and tumour necrosis factor-alpha as non-invasive indicators of food allergy. Clin Exp Allergy. 1998;26(2):181-187. Dreborg S. Skin testing in the diagnosis of food allergy. Allergy Proc. 1991;12(4):251-254. Overview Allergy Hormone.Htpp://www.allergycenter/allergy Hormone. All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013 20 37. Allergy induced Behaviour Problems in children. Htpp://www.allergies/wkm/behaviour: 38. Brain allergic in Children.Htpp://www.allergycenter/UCK/allergy. 39. Chandra RK, Puri S. Influence of maternal food antigen avoidance during pregnancy and lactation on incidens of atopic eczema in infants.Clin Allergy 1986;16:563-9. 40. De Seta, Siani P, Cirilo G, Di Gruttola, Cimaduomo L, Coletta S. Prevention of Allergic disease by an hypoallergenic formula: preliminary result at 24 months followup. Medical and surgical Pediatric 1994;16:251-4. All Rights Reserved - www.puterakembara.org - 2013