BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Areal Areal atau yang bisa disebut juga sebagai lahan ialah suatu lingkungan fisik dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnya terhadap kehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisik berupa relief atau topografi, iklim, tanah dan air, sedangkan lingkungan biotik adalah manusia, hewan, dan tumbuhan. Dalam penggunaan lahan, perlu diperhatikan aspek fisiknya agar tidak menimbulkan kerusakan bagi tanah serta daerah sekitarnya. Faktor fisik yang paling dominan adalah kemiringan lereng dan ketinggian dari permukaan air laut. Faktor kemiringan berpengaruh besar terhadap kendali air yang menentukan ada atau tidaknya kerusakan. Lahan juga dapat diartikan sebagai suatu satuan ruang berupa suatu lingkungan pemapanan masyarakat. Maka, disamping bermatra ekologi, lahan juga bermatra sumberdaya, kepentingan, dan politik. Dengan kata lain, dapat dibilang bahwa lahan merupakan penjelmaan keseluruhan factor atau kakas disuatu tapak yang mempunyai peran dalam kehidupan masyarakat disekitarnya. Lahan atau areal menjadi pangkalan hidup manusia, suatu wilayah yang dapat digunakan oleh manusia untuk menuntut kehidupan seperti bertani dan berkebun. Lahan pertanian atau perkebunan adalah sebuah lahan yang ditujukan atau cocok untuk dijadikan lahan usaha tanam untuk memproduksi jenis tanaman pertanian atau perkebunan maupun hewan-hewan ternak. Klasifikasi lahan pertanian yang digunakan oleh FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian) membagi lahan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut: 1. Lahan garapan (13.812.040 km2) – lahan yang ditanami jenis tanaman tahunan seperti kapas, kentang, sayuran, coklat, kelapa sawit dan sebagainya; termasuk “lahan tidur” yang mampu digarap namun sedang tidak digarap. 2. Lahan tanaman permanen (1.484.087 km2) – lahan yang ditanami jenis pohon buah-buahan atau kacang pohon. 3. Lahan penggembalaan (33.556.943 km2) – lahan yang digunakan untuk kegiatan penggembalaan hewan. 17 18 2.2 Tingkat Produksi Produksi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan menghasilkan barang atau meningkatkan nilai guna suatu barang dan jasa (Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si; 2005) Pengertian produksi menurut Magfuri adalah mengubah barang agar mempunyai kegunaan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi produksi merupakan segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas suatu benda yang ditunjukkan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran (Magfuri, 1987 : 72). Produksi dapat digambarkan sebagai berikut: Input (Kapital, Tenaga Kerja, Tanah, SDA, Keahlian) Fungsi Produksi (dengan teknologi Output (Barang atau Jasa) tertentu) Jadi, dapat disimpulkan bahwa produksi adalah kegiatan pengolahan barang yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap barang tersebut agar dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dewasa ini, pengetahuan mengenai produksi harus dipahami baik oleh produsen maupun masyarakat biasa. Sejalan dengan perkembangan dunia agrobisnis, komoditas perkebunan, pertanian dan komoditas lainnya mempunyai keterikatan. Masing-masing komoditi ini menarik untuk dipelajari lebih lanjut agar kita sebagai produsen maupun masyarakat dapat mengikuti perkembangan yang ada. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat produksi, yaitu: 1. Sumber Daya Alam Sumber daya alam merupakan faktor utama dalam bidang produksi. Dalam skripsi yang penulis bahas ini, sumber daya alam yang harus ada jika ingin menghasilkan minyak kelapa sawit yaitu tentunya tanah dan lahan sebagai tempat perkembangbiakan tanaman kelapa sawit yang nantinya bisa diolah menjadi minyak sawit (CPO) 19 2. Tenaga Kerja Bisa disebut juga sebagai sumber daya manusia, kegiatannya ialah mengolah sumber daya alam yang telah ada untuk dikembangkan lagi ke tahap produksi berikutnya. 3. Modal Modal juga berperan penting dalam kegiatan produksi. Tanpa modal yang memadai, proses pengadaan barang akan menjadi terhambat dan mengganggu jalannya proses produksi. 4. Kewirausahaan Pengusaha atau bisa disebut juga sebagai tenaga ahli sangat dibutuhkan dalam kegiatan produksi ini guna agar proses yang dijalankan berjalan dengan lancar. Setelah mengetahui faktor-faktor utama dalam kegiatan produksi, akan kurang rasanya jika tidak mengetahui fungsi-fungsi produksi. Fungsi produksi merupakan sebuah hubungan sebab akibat antara input dengan output. Input dianggap sebagai sebab dan output adalah akibat, yang merupakan variabel tak bebas. Menurut Pindyck and Rubenfeld (2007:211), sebuah fungsi produksi menunjukan output tertinggi “q” yang dapat dibuat oleh perusahaan untuk sebuah kombinasi tertentu input produksi. Ahli ekonomi, Nicholson (2002:159) mengemukakan bahwa fungsi produksi merupakan hubungan matematik antara input dengan output. Dalam ilmu ekonomi, Teori produksi dibedakan menjadi teori Produksi dengan Satu Input Variabel dan teori produksi dua input variable. 1. Teori Produksi dengan Satu Input Variabel Dengan mengasumsikan beberapa input dianggap konstan dalam jangka pendek dan hanya satu faktor produksi yaitu tenaga yang dapat berubah. Persamaan produksi ini cukup sederhana karena hanya melibatkan tenaga kerja saja untuk mendapatkan tingkat produksi suatu barang tertentu. Faktor produksi yang dapat berubah dan mempengaruhi tingkat produksi adalah hanya jumlah tenaga kerja. Jadi, jika perusahaan berkeinginan untuk menambah Tingkat produksi, maka perusahaan hanya dapat menambah jumlah tenaga kerja. 20 2. Teori Produksi dengan Dua Input Variabel Jika faktor produksi yang dapat berubah adalah jumlah tenaga kerja dan jumlah modal atau sarana yang digunakan, maka jika ingin menambah tingkat produksinya, perusahaan dapat menambah tenaga kerja atau menambah modal atau juga dengan menambah kedua nya. 2.3 Harga Harga dapat dikatakan sebagai suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Istilah harga digunakan untuk memberikan nilai finansial pada suatu produk barang atau jasa. Biasanya, penggunaan kata harga berupa digit nominal besaran angka terhadap nilai tukar mata uang yang menunjukkan tinggi-rendahnya nilai suatu kualitas barang atau jasa. Dalam ilmu ekonomi, harga dapat dikaitkan dengan nilai jual atau nilai beli suatu produk barang atau jasa sekaligus sebagai variabel yang menentukan komparasi produk sejenis. Para ahli mengemukakan harga sebagai berikut; Basu Swastha & Irawan (2005 : 241) menyatakan bahwa harga merupakan jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Henry Simamora (2002 : 74) menyatakan Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atau dikeluarkan atas sebuah produk atau jasa Selain itu, harga juga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari empat bauran pemasaran / marketing mix (4P = product, price, place, promotion / produk, harga, distribusi, promosi). Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, begitu pula sebaliknya, jika menetapkan harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh seorang pemasar. Menurut Tjiptono (2005:35), ada 4 hal tujuan penetapan harga, yaitu: 1. Tujuan berorientasi pada laba. Hal ini didasarkan pada asumsi teori ekonomi klasik yang menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang 21 dapat menghasilkan laba yang maksimum. Dalam kondisi persaingan yang ketat dan serba kompleks penerapannya sangat sulit untuk dilakukan. 2. Tujuan berorientasi pada volume. Tujuan ini berorientasi pada volume, dimana harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan, nilai penjualan, ataupun untuk menguasai pangsa pasar. Contoh: biaya operasional pemasangan jalur telepon untuk satu rumah tidak berbeda jauh dengan biaya pemasangan untuk lima rumah. 3. Tujuan berorientasi pada citra. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra perusahaan. Sebaliknya, harga rendah dapat dipergunakan untuk membentuk citra nilai tertentu. 4. Tujuan stabilisasi harga. Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industry. 5. Tujuan-tujuan lainnya. Penetapan harga dapat juga bertujuan untuk mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah. Dalam menetapkan harga dari sebuah produk dan jasa, ada beberapa metode atau pendekatan yang dilakukan, yaitu sebagai berikut: 1. Pendekatan Permintaan dan Penawaran Dari tingkat permintaan dan penawaran yang ada ditentukan harga keseimbangan (equilibrium price) dengan cara mencari harga yang mampu dibayar konsumen dan harga yang diterima produsen sehingga terbentuk jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. 2. Pendekatan Biaya Menentukan harga dengan cara menghitung biaya yang dikeluarkan produsen dengan tingkat keuntungan yang diinginkan baik dengan markup pricing dan break even analysis. 3. Pendekatan Pasar Merumuskan harga untuk produk yang dipasarkan dengan cara menghitung variabel-variabel yang mempengaruhi pasar dan harga seperti situasi dan kondisi politik, persaingan, sosial budaya, dan lain-lain. 22 Dalam menetapkan harga suatu produk dan jasa, ada beberapa faktor-faktor yang dapat dijadikan pertimbangan, terutama jika perusahaan ingin menetapkan sebuah harga, faktor-faktor tersebut ialah: a. Faktor Internal Perusahaan Faktor yang berasal dari dalam perusahaan ini meliputi: 1. Tujuan Pemasaran Perusahaan Untuk menentukan sebuah harga, perusahaan harus mempunyai tujuan yang jelas seperti memaksimalkan keuntungan untuk kelangsungan hidup perusahaan, mempunyai pangsa pasar yang besar dan meraih konsumen dengan mengutamakan kualitas produk. 2. Strategi Bauran Pemasaran Harga merupakan alat bauran pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran. Harga dalam hal ini juga menjadi faktor yang menentukan pasaran produk, persaingan dan rancangan produk. 3. Biaya Biaya menjadi faktor dasar dalam penetapan harga yang ditetapkan perusahaan terhadap produknya agar tidak mengalami kerugian. 4. Pertimbangan Organisasi Penetapan harga dari tiap perusahaan berbeda-beda caranya. Dalam perusahaan kelas kecil, penetapan harga ditetapkan oleh manajemen puncak, bukan oleh departemen pemasaran. Berbanding terbalik dengan perusahaan besar yang biasanya harga ditetapkan oleh manajer divisi produk. b. Faktor Eksternal Perusahaan 1. Pasar dan Tingkat Permintaan Sebelum menetapkan harga, seorang pemasar harus memahami betul hubungan harga dengan pasar dan meneliti tingkat permintaan atas produknya. Kemudian pemasar juga harus mengetahui produknya termasuk dalam pasar persaingan sempurna, persaingan monopolistik, oligopoli maupun monopoli murni. 2. Persaingan Di dalam pasar tentunya banyak pesaing yang bermain dalam bidang sejenis dengan produk kita, oleh karena itu pemasar harus memahami 23 betul persaingan yang terjadi sehingga dapat menetapkan harga dengan tepat. 3. Keadaan Ekonomi Faktor-faktor ekonomi seperti inflasi, tingkat suku bunga dapat mempengaruhi keputusan penetapan harga, karena dapat mempengaruhi biaya produksi maupun pandangan konsumen terhadap harga dan nilai produk. 2.4 Perdagangan Internasional Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya maupun dalam meningkatkan kualitas hidup, manusia pasti membutuhkan bantuan dan interaksi dengan orang lain karena pada dasarnya mereka tidak dapat hidup sendiri. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, muncullah istilah hubungan perdagangan antara konsumen (yang membutuhkan barang) dengan produsen (sebagai penghasil barang). Jika perdagangan tersebut sudah mencangkup areal antar negara, maka disebutlah perdagangan internasional. Perdagangan internasional ini dapat saling menguntungkan bagi pihak-pihak yang terkait. Menurut Amir M.S. (Kontrak Dagang Ekspor, 2002:13) bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan. Pengertian perdagangan internasional lainnya yaitu merupakan hubungan kegiatan ekonomi antar negara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar sukarela dan saling menguntungkan (Ibid). Perdagangan berasal dari kata dagang yang menurut kamus lengkap bahasa Indonesia berarti kegiatan menjual dan membeli. Sehingga, perdagangan internasional bisa diartikan sebagai kegiatan menjual dan membeli produk yang terjadi antar negara yang dilakukan individu dengan individu, individu dengan 24 pemerintah, atau pemerintah dengan pemerintah (Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Op.Cit., hal. 20) Pada umumnya, negara-negara di dunia melakukan perdagangan internasional untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, ekspor dan impor merupakan bentuk kegiatan perdagangan internasional. Perdagangan internasional sebenarnya sudah ada sejak jaman dahulu, namun ketika itu masih dalam skala kecil dan ruang lingkup yang terbatas. Pada jaman dahulu juga dikenal yang namanya barter, yaitu pertukaran barang dengan barang yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak dan lama kelamaan atas dasar kebutuhan yang saling menguntungkan, terjadilah proses pertukaran dalam skala luas yang sering disebut perdagangan interansional. Ada beberapa manfaat dari perdagangan internasional bagi negara-negara yang ikut melakukannya, termasuk bagi Indonesia, yaitu sebagai berikut: 1. Sebagai Sumber Devisa Dengan melakukan ekspor (menjual) barang dan jasa, negara kita akan mendapatkan devisa dari hasil penjualan tersebut. Devisa ini nantinya bisa berbentuk mata uang asing, emas, wesel, cek dan surat-surat berharga lainnya. Devisa yang diperleh juga dapat digunakan untuk membayar impor dan kebutuhan lain-lain. 2. Menjaga Stabilitas Harga Harga suatu barang cenderung akan meningkat bila jumlah barang yang tersedia lebih sedikit dibanding permintaan pasar. Agar harga tidak terus melonjak, pemerintah dapat melakukan impor barang yang sama sehingga harga barang dapat kembali stabil. 3. Memperluas Lapangan Kerja Perdagangan internasional dapat membantu memperluas lapangan pekerjaan. Peningkatan permintaan luar negeri terhadap hasil produksi Indonesia, akan mendorong pengusaha untuk membuat pabrik baru yang nantinya akan membutuhkan tambahan tenaga kerja baru. 25 4. Mendorong Ahli Teknologi Barang-barang impor yang memakai teknologi tinggi seperti komputer, handphone, kapal selam dan pesawat tempur, mengharuskan masyarakat memahami dan mampu mengoperasikan barang tersebut. Oleh karena itu muncullah ahli teknologi dari negara pengekspor (negara maju) ke negara pengimpor (negara berkembang) 5. Memperluas konsumsi Dengan adanya perdagangan internasional ini dapat membantu suatu negara untuk memperluas jangkauan pasar terhadap barang yang mereka produksi. Dapat diambil contoh yaitu kurma dari Arab yang bisa dinikmati di banyak negara. Sadono Sukirno menambahkan bahwa, walaupun perdagangan iternasional rumit dan kompleks, ada beberapa manfaat lainnya diantaranya: (Ibid, hal.14) 1. Memperoleh barang yang tidak di produksi di dalam negeri sendiri Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut di antaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri. 2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri. 3. Memperluas pasar dan menambah keuntungan Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri. 26 4. Transfer teknologi modern Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara manajemen yang lebih modern. Selain beberapa manfaat diatas yang didapatkan dari perdagangan internasional ini, ada beberapa faktor pendukung terjadinya perdagangan internasional, yaitu sebagai berikut: 1. Perbedaan Sumber Daya Alam Kekayaan alam dari tiap negara tentunya berbeda, sehingga tidak jarang hasil olahan alam yang dinikmati juga berbeda-beda. Oleh karena itu diperlukan adanya perdagangan internasional utuk menyalurkan hasil produksi dari tiap negara ini. 2. Perbedaan Faktor Produksi Selain faktor alam, masing-masing negara juga mempunyai perbedaan kemampuan tenaga kerja, besarnya modal yang dimiliki dan keterampilan seorang pengusaha, oleh karena itu produk dari tiap negara mengalami perbedaan dan diperlukan perdagangan untuk menyalurkan ke negaranegara lain. 3. Kondisi Ekonomi yang Berbeda Mengimpor barang dari luar negeri dianggap memiliki nilai ekonomis yang lebih murah dibandingkan harus memproduksi sendiri dengan biaya yang lebih mahal. 4. Tidak Semua Negara Dapat Memproduksi Sendiri Suatu Barang Keterbatasan kemampuan dari suatu negara membuat mereka tidak mampu memproduksi hasil kekayaan alamnya sendiri, oleh karena itu terjadilah perdagangan internasional antara negara. 5. Adanya Motif Keuntungan dalam Perdagangan Biaya dalam memproduksi suatu barang selalu terdapat perbedaan. Ada saatnya dimana suatu negara lebih untung melakukan impor dibanding memproduksi sendiri, namun ada kalanya juga lebih menguntungkan untuk memproduksi sendiri dengan biaya yang dapat ditekan lebih murah dibanding harus melakukan impor barang dari negara lain. 27 Perdagangan internasional dapat dibedakan kedalam 3 jenis jika dilihat berdasarkan kawasan-kawasan atau negara-negara yang terlibat di dalamnya, yaitu sebagai berikut: 1. Perdagangan Bilateral Merupakan jenis perdagangan yang dilakukan antardua negara. 2. Perdagangan Regional Perdagangan yang dilakukan oleh negara-negara yang berada dalam satu kawasan tertentu seperti negara-negara ASEAN. 3. Perdagangan Multilateral Merupakan jenis perdagangan yang dilakukan oleh lebih dari dua negara yang tidak terbatas pada kawasan tertentu. 2.4.1 Ekspor Kegiatan ekspor dan impor adalah bagian dari perdagangan internasional yang dilakukan antar negara yang terlibat. Menurut (Waluyo, Indarto dan Subroto J, 2007) ekspor adalah kegiatan mengirimkan atau memperdagangkan barang atau jasa ke luar negeri dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Kegiatan ekspor memegang peranan yang cukup penting dalam rangka pengendalian inflasi dan mendorong produksi dalam negeri, khususnya komoditi yang akan diekspor. Jika ruang lingkupnya sudah membahas mengenai suatu negara, pertanyaan seperti ini memang penting untuk menjadi acuan, namun jika sudah berbicara dalam konteks negara, pasti kegiatan ekspor yang di lakukan sudah dalam skala yang sangat besar. Kegiatan ekspor terbagi menjadi 2 lagi, yaitu sebagai berikut: 1. Ekspor Langsung • Merupakan jenis ekspor yang cara penjualan barang atau jasanya melalui perantara yang bertempat di negara tujuan ekspor • Penjualannya oleh distributor dan perwakilan perusahaan • Produk di negara asal, kontrol terhadap distribusi lebih baik • Kerugiannya, biaya transport lebih tinggi 28 2. Ekspor tidak langsung • Merupakan jenis ekpor yang cara penjualan barang atau jasanya melalui jasa perantara negara asal lalu kemudian dijual lagi oleh perantara itu • Sumber daya produksi terkonsentrasi dan tidak perlu mengurus ekspor secara langsung • Kontrol terhadap industri kurang baik Sebelum melakukan ekspor, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan agar ekspor berjalan dengan lancar, dan berikut ini adalah tahaptahapan nya, yaitu sebagai berikut: 1. Identifikasi pasar potensial 2. SWOT analisis, penyesuaian antara kebutuhan pasar dengan kemampuan 3. Melakukan pertemuan, dengan eksportir atau agen 4. Alokasi sumber daya Analisis SWOT memberikan suatu gambaran tentang suatu produk sebelum melakukan ekspor ke negara tujuan. Gambaran inilah yang akan menjadi acuan bagi produk kita apakah sudah sesuai dengan budaya dan keinginan dari negara tujuan atau masih ada yang perlu ditingkatkan. Penjelasan mengenai empat komponen analisis SWOT yaitu sebagai berikut: 1. Strenght (S) yaitu analisis kekuatan. Dalam komponen ini, perlu dilakukan analisis mengenai kekuatan dari produk yang dihasilkan yang nantinya akan di ekspor ke negara tujuan. Perusahaan perlu menilai kekuatan-kekuatan yang ada pada produknya da dibandingkan dengan para pesaingnya. Misalkan jika ada keunggulan dalam bidang teknologinya, keunggulan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat teknologi dan juga kualitas yang lebih maju. 2. Weaknesses (W) yaitu analisi kelemahan. Situasi ataupun kondisi yang menjadi kelemahan dari produk yang dihasilkan pada saat ini. Merupakan cara menganalisis kelemahan dari produk, yang menjadi kendala yang serius dalam kemajuan suatu perusahaan atau organisasi. 29 3. Opportunity (O) yaitu analisis peluang. Situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar suatu organisasi atau perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi produk yang dihasilkan. Cara ini adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu perusahaan ataupun organisasi bisa berkembang di masa yang akan depan atau masa yang akan datang. 4. Threats (T) yaitu analisis ancaman. Cara menganalisis tantangan atau ancaman yang harus dihadapi oleh suatu perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi berbagai macam faktor lingkungan yang tidak menguntungkan terhadap produk yang dihasilkan yang bisa menjadi kendala. Jika tidak segera di atasi, ancaman tersebut akan menjadi penghalang bagi suatu usaha yang bersangkutan baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang. 30 2.5 Kerangka Berpikir Luas Areal (X1) Tingkat Produksi (X2) Volume Ekspor (Y) Harga (X3) Keterangan : • Hipotesis X1 ke Y : Ha : Ada pengaruh antara luas areal terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia Ho : Tidak ada pengaruh antara luas areal terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia • Hipotesis X2 ke Y : Ha : Ada pengaruh antara tingkat produksi terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia Ho : Tidak ada pengaruh antara tingkat produksi terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia • Hipotesis X3 ke Y : Ha : Ada pengaruh antara harga terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia Ho : Tidak ada pengaruh antara harga terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia • Hipotesis X1 dan X2 ke Y : Ha : Ada pengaruh antara luas areal dan tingkat produksi terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia 31 Ho : Tidak ada pengaruh antara luas areal dan tingkat produksi terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia • Hipotesis X2 dan X3 ke Y : Ha : Ada pengaruh antara tingkat produksi dan harga terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia Ho : Tidak ada pengaruh antara tingkat produksi dan harga terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia • Hipotesis X1 dan X3 ke Y : Ha : Ada pengaruh antara luas areal dan harga terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia Ho : Tidak ada pengaruh antara luas areal dan harga terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia • Hipotesis X1, X2, dan X3 ke Y : Ha : Ada pengaruh antara luas areal, tingkat produksi dan harga terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia Ho : Tidak ada pengaruh antara luas areal, tingkat produksi dan harga terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia 32