bab ii tinjauan pustaka

advertisement
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Investasi
Pengertian investasi yang berkembang saat ini sangat variatif, antara lain
pengertian investasi yang dikemukakan oleh Martalena dan Malinda (2011:1)
yaitu
bentuk penundaan konsumsi masa sekarang untuk memperoleh konsumsi di
masa yang akan datang, dimana didalamnya terkandung unsur risiko
ketidakpastian sehingga dibutuhkan kompensasi atas penundaan tersebut.
Sedangkan menurut Jogianto (2003:5), investasi adalah penundaan konsumsi saat
ini untuk digunakan dalam produksi yang efisien selama periode tertentu.
Sementara itu Tandelilin (2001:4) dalam Mubin (2008) menyatakan investasi
sebagai komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya yang dilakukan pada saat
ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Jadi investasi
merupakan penyisihan dana sebagian untuk digunakan sebagai modal agar
mendapat keuntungan dimasa yang akan datang.
Secara umum, investasi dapat dilakukan melalui pasar uang dan pasar
modal. Antara pasar uang dan pasar modal terdapat perbedaan yang cukup jelas.
Kasmir (2001:29) menyebutkan pasar uang merupakan tempat bertemunya
permintaan uang dan penawaran akan uang. Instrumen yang diperjualbelikan di
pasar uang adalah surat berharga jangka pendek yang jangka waktunya tidak lebih
dari satu tahun, seperti Commercial Papper, Call Money, Sertifikat Bank
Indonesia, dan Surat Berharga Pasar Uang atau Banker’s Accepted. Sedangkan
pasar modal merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk
melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Instrumen pasar modal
yang diperjualbelikan berbentuk surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan
kembali
oleh pemiliknya, baik instrumen pasar modal yang bersifat kepemilikan
atau bersifat utang. Instrumen pasar modal yang bersifat kepemilikan diwujudkan
dalam bentuk saham, sedangkan yang bersifat utang diwujudkan dalam bentuk
obligasi.
1.2
1.2.1
Pasar Modal
Pengertian Pasar Modal
Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua
lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang
beredar. Menurut Sunariyah (2000:4), dalam arti sempit pasar modal adalah suatu
pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan sahamsaham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa
para perantara pedagang efek. Di dalam Undang-Undang No.8 tahun 1995, pasar
modal didefinisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar
modal juga dapat diartikan sebagai pasar dimana terdapat kegiatan penawaran
umum dan perdagangan efek atau memperjualbelikan sekuritas yang pada
umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga
dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sedangkan tempat dimana terjadinya jual
beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu, bursa efek merupakan
arti dari pasar modal secara fisik. Pasar modal (stock exchange) memungkinkan
perusahaan
menerbitkan surat-surat berharga dalam bentuk surat hutang (obligasi)
maupun surat tanda kepemilikan (saham) dalam menghimpun dana. Sebaliknya,
pasar modal memungkinkan para pemilik dana atau investor mempunyai berbagai
pilihan
investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka dan para manajer
investasi
dapat melakukan diversifikasi dalam investasi dengan membentuk
portofolio sesuai dengan risiko yang ditanggung dan tingkat keuntungan yang
diinginkan.
2.2.2
Fungsi Pasar Modal
Fungsi pasar adalah sebagai tempat bertemunya pihak yang memiliki
dana lebih (investor) dengan pihak yang memerlukan dana jangka panjang
tersebut (perorangan atau perusahaan). Menurut Martalena dan Malinda (2011:3),
pasar modal mempunyai dua fungsi yaitu ekonomi dan keuangan. Didalam
ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari
pemilik dan atau investor ke perorangan maupun perusahaan yang memerlukan
modal atau tambahan modal. Dengan menginvestasikan dananya pemilik dana
tentu mengharapkan adanya hasil imbal balik dari penempatan dana tersebut.
Sedangkan bagi yang memerlukan modal adanya dana dari luar dapat digunakan
untuk usaha pengembangan usahanya tanpa menunggu dana dari hasil usahanya.
Kegiatan pasar modal adalah melakukan penawaran umum dan perdagangan efek
atas perusahaan serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek atau yang
disebut dengan emiten. Singkatnya, pasar modal adalah pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam
bentuk utang, atau modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, BUMN,
maupun
perusahaan swasta.
2.2.3
Jenis Pasar Modal
Menurut Samsul (2006:46), pengertian pasar modal dapat dikategorikan
menjadi empat pasar yaitu pasar pertama (perdana), pasar kedua (sekunder), pasar
ketiga, dan pasar keempat.
a.
Pasar Perdana
Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang untuk
pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum.
Disini dikatakan tempat karena secara fisik masyarakat pembeli dapat
bertemu dengan penjamin emisi ataupun agen penjual untuk melakukan
pesanan sekaligus membayar uang pesanan. Dikatakan sarana karena si
pembeli dapat memesan melalui telepon dari rumah dan membayar
dengan cara mentransfer uang melalui bank ke rekening agen penjual.
Dikatakan pertama kali karena sebelumnya perusahaan ini milik
perorangan atau beberapa orang saja, dan sekarang menawarkan kepada
masyarakat umum. Penawaran umum awal ini yang disebut juga Initial
Public Offering (IPO), telah mengubah status dari perseroan tertutup
menjadi perseroan terbuka (Tbk..). Terbuka disini berarti perseroan dapat
dimiliki oleh masyarakat luas dan mempunyai kewajiban untuk
membuka semua informasi kepada para pemegang saham dan
masyarakat, kecuali yang bersifat rahasia untuk menjaga persaingan.
b. Pasar Sekunder
Pasar sekunder adalah tempat atau sarana transaksi jual beli efek
antar investor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek.
Dikatakan tempat karena secara fisik para perantara efek berada dalam
satu gedung di lantai perdagangan (trading floor), seperti di Bursa Efek
Jakarta. Dikatakan sarana karena para perantara efek tidak berada dalam
satu gedung, tetapi dalam satu jaringan sistem perdagangan (seperti di
Bursa Efek Surabaya) dan kator perantara efek tersebar di beberapa kota.
Terbentuknya harga pasar oleh tawaran jual dan tawaran beli dari para
investor ini disebut juga dengan istilah order driven market.
c.
Pasar Ketiga
Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual beli efek antara market
maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker. Investor
dapat memilih market maker yang memberi harga terbaik. Market maker
adalah anggota bursa. Para market maker ini akan bersaing dalam
menentukan harga saham, karena satu jenis saham dipasarkan oleh lebih
dari satu market maker. Setiap market maker dapat memasarkan lebih
dari satu jenis saham. Investor dapat melihat harga yang ditawarkan oleh
market maker pada komputer informasi yang ada di perusahaan efek,
yang tersebar di kota-kota besar di seluruh negeri. Sampai saat ini,
Indonesia belum memiliki pasar ketiga. Pasar ketiga ini sudah sangat
maju di Amerika Serikat, yaitu NASDAQ (National Association of
Securities Dealers Automated Quotation) sebagai bursa efek terbesar
nomor dua di dunia setelah New York Stock Exchange (NYSE).
NASDAQ memiliki jaringan pedagangan di lima puluh negara bagian.
Pada tahun 1988, Cina telah mendirikan STAQ (Securities Trading
Automated Quotation System) yang menggunakan market maker dalam
satu sistem jaringan perdagangan antar kota-kota besar diseluruh negeri.
Jadi pasar ketiga atau OTC, merupakan bursa efek berskala besar bahkan
sangat besar.
d. Pasar keempat
Pasar keempat adalah sarana transaksi jual beli antara investor jual
dan investor beli tanpa melalui perantara efek. Transaksi dilakukan
secara tatap muka antara investor beli dan investor jual untuk saham atas
pembawa. Mekanisme ini pernah terjadi pada awal-awal perdagangan
efek di abad ke 17. Dengan kemajuan teknologi, mekanisme ini dapat
terjadi melalui electronic communication network (ECN) asalkan para
pelaku memenuhi syarat, yaitu memiliki efek dan dana di central
custodian dan central clearing. Pasar keempat ini hanya dilaksanakan
oleh para investor besar karena dapat menghemat biaya transaksi
daripada jika dilakukan di pasar sekunder.
2.2.4
Sekuritas yang Diperdagangkan
a.
Saham
Saham adalah tanda penyertaan modal pada suatu perusahaan
perseroan terbatas. Manfaat yang diperoleh dari pemilikan saham adalah
dividen (bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada pemilik saham),
capital gain (keuntungan yang diperoleh dari selisih positif harga beli
dan harga jual saham), dan manfaat nonfinansial, yaitu mempunyai hak
suara dalam aktivitas perusahaan. Saham yang diterbitkan emiten (pihak
yang melakukan penawaran umum) ada 2 macam, yaitu saham biasa
(common stock) dan saham istimewa (preffered stock). Perbedaan saham
ini berdasarkan pada hak yang melekat pada saham tersebut. Hak ini
meliputi hak atas menerima dividen, memperoleh bagian kekayaan jika
perusahaan dilikuidasi setelah dikurangi semua kewajiban-kewajiban
perusahaan.
b. Obligasi
Obligasi adalah surat pengakuan hutang suatu perusahaan yang akan
dibayar pada waktu jatuh tempo sebesar nilai nominalnya. Penghasilan
yang diperoleh dari obligasi berupa tingkat bunga yang akan dibayarkan
oleh perusahaan penerbit obligasi tersebut pada saat jatuh tempo.
c. Surat Berharga Lainnya
Selain dari dua jenis efek yang telah diuraikan di atas yang sudah
banyak digunakan sebagai media hutang di bursa efek Indonesia, terdapat
beberapa jenis efek yang juga dapat digunakan sebagai media hutang,
seperti warrant, option dan right issue. Warrant adalah surat berharga
yang dikeluarkan oleh perusahaan yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk membeli saham perusahaan dengan persyaratan
yang telah ditentukan sebelumnya. Persyaratan tersebut biasanya
mengenai harga, jumlah, dan masa berlakunya warrant tersebut. Option
adalah surat pernyataan yang dikeluarkan oleh seseorang atau lembaga
(tetapi bukan emiten) untuk memberikan hak kepada pemegangnya untuk
membeli saham (call option) dan menjual saham (put option) pada harga
yang telah ditentukan sebelumnya. Right Issue adalah surat yang
diterbitkan oleh perusahaan yang memberikan hak kepada pemegangnya
(pemilik saham biasa) untuk membeli tambahan saham pada penerbitan
saham baru.
2.2.5
Pelaku Pasar Modal
Dalam melaksanakan transaksi jual dan beli baik saham maupun obligasi
di pasar modal diperlukan penjual dan pembeli. Tanpa adanya penjual dan
pembeli maka tidak akan mungkin terjadi transaksi seperti dalam definisi pasar.
Penjual dan pembeli dalam pasar modal disebut pelaku pasar modal. Pelaku pasar
modal terdiri dari pelaku utama dan lembaga penunjang yang bertugas melayani
kebutuhan dan kelancaran pelaku utama.
Pelaku utama dalam pasar modal adalah perusahaan yang akan
melakukan penjualan (emiten) dan pembeli atau pemodal (investor) yang akan
membeli instrumen yang ditawarkan oleh emiten. Kemudian didukung oleh
lembaga penunjang pasar modal atau perusahaan penunjang yang mendukung
kelancaran operasi pasar modal.
Menurut Martono (2002:185), adapun pelaku yang terlibat di pasar
modal dan lembaga penunjang yang terlibat langsung dalam proses transaksi
antara pemain utama adalah sebagai berikut:
a.
Emiten
Perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-surat berharga
atau melakukan emisi di bursa disebut emiten. Emiten melakukan yang
emisi dapat memilih dua macam instrumen pasar modal apakah bersifat
kepemilikan atau hutang. Jika bersifat kepemilikan maka diterbitkanlah
saham dan jika yang dipilih adalah instrumen hutang, maka yang dipilih
adalah obligasi.
b. Investor
Pelaku kedua adalah pemodal yang akan membeli atau menanamkan
modalnya di perusahaan yang melakukan emisi. Pemodal ini disebut
investor. Sebelum membeli surat-surat berharga yang ditawarkan, para
investor biasanya melakukan penelitian dan analisis-analisis tertentu.
Penelitian ini mencakup bonafiditas perusahaan, prospek usaha emiten
dan analisis lainnya. Tujuan utama investor dalam pasar modal antara
lain untuk memperoleh dividen, kepemilikan perusahaan, dan untuk
berdagang.
c. Lembaga penunjang
Disamping pelaku utama di pasar modal, para pelaku lainnya yang
turut memperlancar proses transaksi perdagangan efek adalah adanya
lembaga penunjang. Fungsi lembaga penunjang ini antara lain turut serta
mendukung beroperasinya pasar modal, sehingga mempermudah baik
emiten maupun investor dalam melakukan berbagai kegiatan yang
berkaitan dengan pasar modal. Para lembaga penunjang yang memegang
peranan penting di dalam mekanisme pasar modal adalah sebagai berikut:
1) Penjamin emisi (underwriter)
Merupakan lembaga yang menjamin terjualnya saham atau
obligasi sampai batas waktu tertentu dan dapat memperoleh
dana yang diinginkan emiten.
2) Perantara perdagangan efek (broker/pialang)
Broker atau pialang bertugas menjadi perantara dalam jual beli
efek, yaitu perantara si penjual (emiten) dengan si pembeli
(investor). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh broker antara
lain memberikan informasi tentang emiten dan melakukan
pejualan efek kepada investor.
3) Pedagang efek (dealer)
Dealer atau pedagang efek dalam pasar modal berfungsi sebagai
pedagang dalam jual beli efek dan sebagai perantara dalam jual
beli efek. Adapun lembaga-lembaga yang bergerak dalam
perdagangan efek di pasar modal antara lain:
- perantara perdagangan efek
- perbankan
- lembaga keuangan non bank
- bank hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT)
4) Penanggung (guarantor)
Merupakan lembaga penengah antara si pemberi kepercayaan
dengan si penerima kepercayaan. Biasanya dalam emisi obligasi
sangat diperlukan jasa penanggung. Penanggung dalam hal ini
harus dapat memberikan keyakinan dan kepercayaan atas risiko
yang mungkin timbul dari emiten.
5) Wali amanat (trustee)
Jasa wali amanat biasanya sangat diperlukan dalam emisi
obligasi, terutama sekali sebagai wali dari si pemberi amanat.
Dalam hai ini si pemberi amanat adalah investor. Jadi wali
amanat mewakili pihak investor dalam hal obligasi.
6) Perusahaan surat berharga (securities company)
Merupakan perusahaan yang mengkhususkan diri dalam
perdagangan surat-surat berharga yang tercatat di bursa efek.
Kegiatan perusahaan surat berharga biasanya meliputi:
- Sebagai pedagang efek
- Penjamin emisi
- Perantara perdagangan efek
- Pengelola dana
7) Perusahaan pengelola dana (investment company)
Yaitu perusahaan yang kegiatannya mengelola surat-surat
berharga yang akan menguntungkan sesuai dengan keinginan
investor. Perusahaan ini memiliki dua unit dalam mengelola
dananya yaitu sebagai pengelola dana dan penyimpan dana.
8) Kantor administrasi efek
Merupakan kantor yang membantu para emiten maupun investor
dalam rangka memperlancar administrasinya. Kegiatannya
antara lain:
- Membantu emiten dalam rangka emisi
- Melaksanakan kegiatan menyimpan dan pengalihan hak
atas saham para investor
- Membantu menyusun daftar pemegang saham
- Mempersiapkan
koresponden
emiten
kepada
para
pemegang saham
- Membuat laporan-laporan yang diperlukan
2.3
2.3.1
Saham
Pengertian Saham
Simatupang (2010:19) menyatakan saham adalah surat berharga yang
menunjukkan adanya kepemilikan seseorang atau badan hukum terhadap
perusahaan penerbit saham.
Menurut Husnan (2002:303), sekuritas (saham)
merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang
memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan
organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang
memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Sedangkan, Tandelilin
(2001:18) dalam Mubin (2008) menyatakan saham merupakan surat bukti bahwa
kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Jadi, saham
adalah surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh
sebuah
perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham
tersebut menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian
dari perusahaan tersebut.
Wujud saham berupa selembar kertas yang menerangkan siapa
pemiliknya.
Akan tetapi, sekarang ini sistem tanpa warkat sudah dilakukan di
Bursa Efek Indonesia dimana bentuk kepemilikan tidak lagi berupa lembaran
saham yang diberi nama pemiliknya tapi sudah berupa account atas nama pemilik
atau saham tanpa warkat. Jadi penyelesaian transaksi akan semakin cepat dan
mudah karena tidak melalui surat, formulir, dan prosedur yang berbelit-belit.
Saham adalah keikutsertaan investor dalam perusahaan sebagai pemodal.
Saham memberikan return dalam bentuk dividen, yang biasanya dibayarkan
sekali setahun, dan capital gain (kenaikan harga saham di pasar). Dividen dan
capital gain akan ada jika perusahaan memperoleh laba karena dividen
merupakan laba yang dibagikan. Sedangkan capital gain terjadi karena adanya
laba yang tidak dibagikan dan faktor pertumbuhan perusahaan di masa depan.
Perusahaan yang rugi tidak akan membagikan dividen dan jika perusahaan itu
tidak menjanjikan pertumbuhan, yang akan diperoleh investor adalah capital loss
atau penurunan harga saham di pasar.
2.3.2
Keuntungan dan Kerugian pada Investasi Saham
Martalena dan Malinda (2011:13) menyatakan pada dasarnya ada 2
keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham yaitu :
a.
Dividen
Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan
kepada pemegang saham. Jumlah dividen yang akan dibagikan diusulkan
oleh dewan direksi dan disetujui di dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Jenis dividen antara lain:
1) Dividen Tunai, jika emiten membagikan dividen kepada para
pemegang saham dalam bentuk sejumlah uang untuk setiap
saham yang dimiliki.
2) Dividen Saham, jika emiten membagikan dividen kepada para
pemegang saham dalam bentuk saham baru perusahan tersebut,
yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah saham yang
dimiliki pemegang saham.
b. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual,
dimana harga jual lebih tinggi dari harga beli. Capital gain terbentuk
dengan adanya aktifitas perdagangan di pasar sekunder. Misalnya
seorang pemodal membeli saham BUMI dengan harga per lembar Rp
5.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 5.500 per lembarnya, yang
berarti pemodal tersebut telah mendapatkan capital gain sebesar Rp 500
untuk setiap saham yang dijualnya. Umumnya pemodal dengan orientasi
jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain.
Disamping
dua
keuntungan
tersebut,
pemegang
saham
juga
dimungkinkan untuk mendapatkan saham bonus. Saham bonus yaitu saham yang
dibagikan perusahaan kepada pemegang saham yang diambil dari agio saham.
Agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham
tersebut
pada saat perusahaan melakukan penawaran umum dipasar perdana,
misalnya setiap saham dengan nilai nominal Rp 500 dijual dengan harga Rp 800
maka setiap saham akan memberikan agio kepada perusahaan sebesar Rp 300
sahamnya. Sedangkan kerugian yang bisa terjadi dalam investasi saham,
setiap
yaitu:
a.
Tidak mendapat dividen
Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan
menghasilkan keuntungan. Dan sebaliknya perusahaan tidak dapat
membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian.
Dengan demikian potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan
dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.
b.
Capital Loss
Dalam
aktifitas
perdagangan
saham,
tidak
selalu
pemodal
mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya.
Ada kalanya investor menjual sahamnya lebih rendah harganya dari
harga belinya, dengan demikian investor mengalami capital loss.
Misalnya seorang investor membeli saham BUMI pada harga Rp 5.000
per lembarnya, namun beberapa waktu kemudian dijual dengan harga Rp
4.500 per lembarnya, berarti investor tersebut mengalami kerugian
sebesar Rp 500 per lembarnya, kerugian tersebut yang disebut capital
loss. Dalam jual beli saham, terkadang seorang investor untuk
menghindari potensi kerugian yang makin besar seiring dengan terus
menurunnya harga saham, maka investor tersebut rela menjual sahamnya
dengan harga lebih rendah dari harga belinya, istilah ini dikenal dengan
Cut Loss.
c.
Perusahaan bangkrut dan dilikuidasi
Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak
secara langsung kepada pemegang saham perusahaan tersebut. Sesuai
dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek. Dalam kondisi
perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan mendapat posisi
lebih rendah dibandingkan kreditor atau pemegang obligasi, dan jika
masih terdapat sisa baru akan dibagikan kepada pemegang saham.
d.
Saham di delist dari bursa (delisting)
Resiko lain yang di hadapi oleh para investor adalah jika saham
perusahaan dikeluarkan dari pencatatan bursa efek (delist). Suatu saham
perusahaan di delist di bursa umumnya karena kinerja perusahaan yang
buruk,
misalnya
dalam
kurun
waktu
tertentu
tidak
pernah
diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan
dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi
lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan di bursa. Adapula perusahaan
yang di delist keluar dari bursa dengan tujuan Go Private, perusahan
yang melakukan Go Private tidak merugikan investor karena perusahaan
penerbit saham tersebut melakukan Buy Back terhadap saham yg
diterbitkan.
e.
Perusahaan di suspend artinya diberhentikan perdagangannya oleh
Saham di Suspend
otoritas bursa efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual
sahamnya hingga saham yang di suspend tersebut dicabut dari status
suspend. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu singkat misalnya
dalam satu sesi perdagangan, satu hari perdagangan namun dapat pula
berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal yang
menyebabkan saham di suspend yaitu suatu saham mengalami lonjakan
harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau
berbagai
kondisi
lainnya
yang
mengharuskan
otoritas
bursa
menghentikan sementara perdagangan saham tersebut untuk kemudian
diminta konfirmasi lainnya. Sedemikian hingga informasi yang belum
jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi, jika setelah didapatkan suatu
informasi yang jelas, maka status suspend atas saham tersebut dapat
dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan lagi seperti semula.
2.3.3 Jenis Saham
Menurut Martono (2002:191), berdasarkan cara pengalihannya, saham
pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a.
Saham atas unjuk (bearer stock)
Di atas sertifikat saham ini tidak dituliskan nama pemiliknya.
Dengan pemilikan atas saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah
untuk mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena
sifatnya mirip dengan uang. Pemilik saham atas unjuk ini harus berhati-
hati membawa dan menyimpannya, karena jika saham tersebut hilang,
maka pemilik tidak dapat meminta gantinya.
b. Saham atas nama (registered stock)
Di atas sertifikat saham dituliskan nama pemiliknya. Cara peralihan
dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat
dengan buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang
saham. Jika saham tersebut hilang, pemilik dapat meminta gantinya.
Sedangkan berdasarkan manfaat yang diperoleh oleh pemilik, saham juga
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a.
Saham Biasa (common stock)
Saham Biasa adalah suatu sertifikat atau piagam yang memiliki
fungsi sebagai bukti pemilikan suatu perusahaan dengan berbagai aspekaspek penting bagi perusahaan. Pemilik saham akan mendapatkan hak
untuk menerima sebagian pendapatan tetap atau dividen dari perusahaan
serta kewajiban menanggung resiko kerugian yang diderita perusahaan.
Saham biasa mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva
yang dimiliki perusahaan orang yang memiliki saham suatu perusahaan
memiliki hak untuk ambil bagian dalam mengelola perusahaan sesuai
dengan hak suara yang dimilikinya berdasarkan besar kecil saham yang
dipunyai. Semakin banyak presentase saham yang dimiliki maka semakin
besar hak suara yang dimiliki untuk mengontrol operasional perusahaan.
Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya,
jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh
pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut. Saham
biasa memiliki karakteristik utama sebagai berikut:

Hak suara pemegang saham, dapat memilih dewan komisaris

Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan saham
baru

Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan saja
Common stock memiliki beberapa jenis yaitu:
1) Blue Chip-Stock (saham unggulan) yaitu saham dari perusahaan
yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba,
pertumbuhan, dan manajemen yang berkualitas.
2) Growth Stock yaitu saham-saham yang diharapkan memberikan
pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham lain,
dan karenanya mempunyai PER yang tinggi.
3) Defensif Stock (saham-saham defensif) yaitu saham yang
cenderung lebih stabil dalam resesi atau perekonomian yang
tidak menentu berkaitan dengan dividen, pendapatan, dan
kinerja pasar.
4) Cyclical Stock yaitu sekuritas yang cenderung naik nilainya
secara cepat saat ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat
saat ekonomi lesu.
5) Seasonal Stock adalah perusahaan yang penjualannya bervariatif
karena dampak musiman, misalnya cuaca dan liburan.
6) Speculative Stock adalah saham yang kondisinya memiliki
tingkat spekulasi yang tinggi, yang kemungkinan tingkat
pengembalian hasilnya adalah rendah atau negatif.
b. Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen adalah saham yang pemiliknya akan memiliki hak
lebih dibanding hak pemilik saham biasa. Pemegang saham preferen
akan mendapat dividen lebih dulu dan juga memiliki hak suara lebih
dibanding pemegang saham biasa seperti hak suara dalam pemilihan
direksi sehingga jajaran manajemen akan berusaha sekuat tenaga untuk
membayar ketepatan pembayaran dividen preferen agar tidak lengser.
Saham yang mempunyai karakteristik gabungan antara obligasi dan
saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga
obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang
dikehendaki investor. Persamaannya dengan obligasi adalah adanya
klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividennya tetap selama masa
berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan
(convertible) dengan saham biasa. Saham preferen memiliki karakteristik
sebagai berikut:

Memiliki berbagai tingkat, yang dapat diterbitkan dengan
karakteristik berbeda

Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih
tinggi dari saham biasa dalam hal pembagian dividen

maka dapat dibayarkan pada periode berjalan dan lebih dahulu dari
saham biasa

Konvertibilitas,
dapat
ditukar
menjadi
saham
biasa,
bila
kesepakatan antara pemegang saham dan organisasi penerbit
Dividen kumulatif, bila belum dibayarkan dari periode sebelumnya
terbentuk
Ciri-ciri saham istimewa adalah :
1) Hak utama atas dividen, artinya saham istimewa mempunyai
hak terlebih dahulu dalam hal menerima dividen.
2) Hak utama atas aktiva perusahaan, artinya dalam hal likuidasi
berhak menerima pembayaran maksimum sebesar nilai nominal
saham istimewa setelah semua kewajiban perusahan dilunasi.
3) Penghasilan
tetap,
artinya
pemegang
saham
istimewa
memperoleh penghasilan dalam jumlah yang tetap.
4) Jangka waktu yang tidak terbatas, artinya saham istimewa yang
diterbitkan mempunyai jangka waktu yang tidak terbatas, akan
tetapi dengan syarat bahwa perusahaan mempunyai hak untuk
membeli kembali saham istimewa tersebut dengan harga
tertentu.
5) Tidak mempunyai hak suara, artinya pemegang saham istimewa
tidak mempunyai suara dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham).
6) Saham istimewa kumulatif, artinya dividen yang tidak
dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham tetap
menjadi hak pemegang saham istimewa tersebut. Jika suatu saat
perusahaan tidak membagikan dividen, maka pada periode yang
lain jika perusahaan tersebut membagikan dividen, maka
perusahaan harus membayarkan dividen terutang tersebut
sebelum membagikannya kepada pemegang saham biasa.
2.3.4
Karakteristik Saham
Setiap saham yang diperdagangakan di pasar modal memiliki tiga jenis
nilai yang melekat pada suatu saham perusahaan go public. Nilai dari suatu saham
tersebut perlu dipahami investor karena akan sangat membantu para investor
dalam mempertimbangkan melakukan investasi saham di pasar modal. Menurut
Martalena dan Malinda (2011:57), nilai saham itu antara lain :
a.
Nilai Nominal (nilai pari)
Nilai nominal saham adalah nilai yang tertera didalam saham, yang
diperoleh dari hasil pembagian total modal perusahaan terhadap jumlah
saham yang beredar. Nilai nominal tidak mengukur nilai riil suatu saham
tetapi hanya digunakan untuk menentukan besarnya modal disetor penuh
dalam neraca. Sehingga besar kecilnya nilai nominal sangat tergantung
dari besarnya modal disetor perusahaan dan jumlah saham yang
diterbitkan.
b. Nilai Wajar Saham
Nilai wajar saham berbeda dengan nilai nominal saham. Nilai wajar
saham adalah nilai yang diberikan oleh para investor atau analis pasar
modal terhadap setiap saham yang diperdagangkan di bursa efek dengan
berpedoman kepada masing-masing industri dari setiap perusahaan
tersebut dan penggunaan metode-metode perhitungan nilai atau harga
suatu saham yang berlaku. Oleh karena nilai nominal yang disebut diatas
pada umumnya kurang berfungsi sebagai alat bagi investor untuk
melakukan investasi terhadap saham perusahaan karena nilainya tidak riil
dan hanya lebih berfungsi untuk kepentingan akuntansi dan hukum
sehingga setiap investor selalu mencari terlebih dahulu berapa nilai wajar
suatu saham baru memutuskan apakah investasi dilakukan atau tidak
dilakukan.
c.
Nilai Pasar
Nilai pasar atau harga saham suatu perusahaan go public adalah nilai
yang diperdagangkan di bursa efek. Nilai pasar terbentuk dari perkiraan
para investor terhadap prospek perusahaan. Semakin banyak para
investor yang memperkirakan kinerja perusahaan akan semakin baik
dimasa yang akan datang, maka semakin banyak para investor
melakukan pembelian dan semakin tinggi harga saham dan sebaliknya
semakin banyak investor memperkirakan kinerja perusahaan akan
menurun maka akan semakin banyak investor yang melakukan penjualan
saham dan harga saham akan menurun.
2.3.5
Kategori Saham
Menurut Simatupang (2010:29), bila ditinjau dari kinerja perdagangan,
saham
dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis yaitu:
a.
Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi,
Blue Chip Stocks
sebagai pemimpin (leader) dalam industri sejenisnya, memiliki
pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
b. Income Stocks
Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar
dividen lebih tinggi dari rata–rata dividen yang dibayarkan pada
tahun sebelumnya. Saham seperti ini biasanya mampu menciptakan
pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen
tunai dan tidak suka menekan laba serta tidak mementingkan
potensi.
c.
Growth Stocks – terdiri dari well-known dan lesser-known
Well
–
Known adalah
saham
dari
emiten
yang
memiliki
pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai pemimpin di industri
sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
Lesser
–
Known adalah
saham
dari
emiten
yang
tidak
sebagai pemimpin dalam industri, namun memiliki ciri growth
stock.
d. Speculative Stock
Saham dari suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten
memperoleh
penghasilan
setiap
tahunnya,
namun
memiliki
kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, walaupun
belum pasti.
e.
Counter Cyclical Stocks
Saham yang tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro
maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga
saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan
dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam
memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.
2.3.6
Analisa Penilaian Saham
Para investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok
efek dengan tujuan untuk mengindentifikasi efek yang salah harga (mispriced),
apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu, menurut Halim
(2005:5) ada dua pendekatan yang dapat digunakan antara lain:
a.
Pendekatan fundamental
Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan
oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek. Karena kinerja emiten
dipengaruhi oleh kondisi sektor industri dimana perusahaan tersebut
berada dalam perekonomian secara makro, maka untuk memperkirakan
prospek harga sahamnya dimasa mendatang harus dikaitkan dengan
faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Jadi analisis ini
dimulai dari siklus usaha perusahaan secara umum, selanjutnya ke sektor
industrinya, akhirnya dilakukan evaluasi terhadap kinerjanya dan saham
yang diterbitkannya.
b. Pendekatan teknikal
Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan) harga saham
dimasa lalu dengan upaya untuk memperkirakan harga saham dimasa
mendatang. Dengan analisis ini para analis memperkirakan pergeseran
penawaran (supply) dan permintaan (demand) dalam jangka pendek, serta
mereka berusaha untuk cenderung mengabaikan risiko dan pertumbuhan
laba dalam menentukan barometer dari penawaran dan permintaan.
Namun demikian analisis ini lebih mudah dan cepat dibanding analisis
fundamental, karena dapat secara simultan diterapkan pada beberapa
saham. Analisis ini tidak menganggap bahwa analisis fundamental tidak
berguna, namun mereka menganggap bahwa analisis fundamental terlalu
rumit dan terlalu banyak mendasarkan pada laporan keuangan emiten.
Oleh karena itu, analisis teknikal mendasarkan diri pada premis bahwa
harga saham tergantung pada penawaran dan permintaan saham itu
sendiri.
2.4
Harga Saham
Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan setiap
detikpun harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus mampu
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Simatupang
(2010:72) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi atau
menyebabkan harga saham perusahaan go publik naik dan turun antara lain:
a.
Perkiraan performa perusahaan
Pada intinya investasi yang dilakukan para investor terhadap saham-
saham perusahaan go public adalah membeli prospek perusahaan dan
prospek perusahaan setiap saat dapat berubah tergantung banyak faktor.
Adapun faktor-faktor perkiraan perubahan performa perusahaan yang
dominan mempengaruhi pergerakan harga saham di bursa yang meliputi
perkiraan tingkat laba, laba per lembar saham (EPS) dan dividen tunai
yang akan dibagikan serta tingkat rasio utang dan rasio nilai buku (PBV).
b.
Kebijakan korporasi yang dilakukan perusahaan
T. Dominic H dalam Simatupang (2010:73) menyatakan korporasi
adalah aksi jajaran manajemen yang dapat mengubah fundamental
perusahaan secara signifikan. Kebijakan korporasi akan mengubah
komposisi jumlah saham dan akan sangat berpengaruh mendorong
timbulnya harga saham perusahaan. Contoh kebijakan korporasi antara
lain: perusahaan melakukan right issue (penawaran terbatas), melakukan
stock split (pemecahan saham) dan pembagian saham bonus yang secara
langsung akan menambah jumlah lembar saham perusahaan yang beredar.
Contoh aksi korporasi lainnya yaitu perusahaan melakukan kebijakan
merger, akuisisi, disvestasi, dan investasi.
Mengingat kebijakan korporasi bagi perusahaan go public yang
otomatis akan mempengaruhi jumlah saham dan harga saham perusahaan
dan pengaruhnya dapat menguntungkan atau merugikan investor publik
perusahaan yang terkait dengan aksi korporasi harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari RUPS atau RUPSLB sebelum dilaksanakan.
Oleh karena itu disarankan kepada setiap investor agar setiap rencana
maka sesuai dengan peraturan pasar modal, setiap keputusan manajemen
aksi korporasi yang muncul sedini mungkin harus dipantau terus
perkembangannya sampai dengan realisasi keputusan aksi korporasi
ditetapkan, juga harus terus dievaluasi secara bijak untuk meraih
keuntungan dan menghindarkan kerugian yang fatal. Pentingnya
pemantauan ini, sebagai contoh misalnya baru hanya bersifat rumor saja
akan ada rencana korporasi seperti right issue yang akan dilakukan suatu
perusahaan go public umumnya sudah mulai mendongkrak kenaikan harga
saham perusahaan yang bersangkutan secara intensif sampai menjelang
pelaksanaan right issue ditetapkan.
c. Kebijakan pemerintah
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkait dengan dunia usaha
akan sangat berpengaruh dengan fluktuasi harga saham-saham yang
ditransaksikan di bursa efek. Sebagai contoh setiap adanya rencana
kebijakan pemerintah baik yang bersifat wacana ataupun resmi seperti
kebijakan dibidang perpajakan perseroan, kebijakan ekspor-impor,
kebijakan PMA, kebijakan perijinan, kebijakan penanganan limbah
industri dan lingkungan hidup serta kebijakan lainnya. Semua kebijakan
tersebut dipastikan akan berpengaruh sangat besar terhadap harga-harga
saham perusahaan go public baik langsung ataupun tidak langsung,
khususnya bagi perusahaan-perusahaan go public yang terkena dampak
langsung dengan regulasi pemerintah tersebut.
Oleh karena itu investor di pasar modal harus dapat memperkirakan
dan memiliki kepekaan didalam melakukan tindakan-tindakan yang
diperlukan terkait dengan rencana ataupun wacana dari setiap adanya
kebijakan pemerintah dibidang dunia usaha untuk meraih keuntungan dan
menghindarkan kerugian yang fatal dari investasi yang dilakukan di pasar
modal.
d.
Fluktuasi nilai mata uang
Data-data transaksi perdagangan di bursa efek, juga menunjukan
adanya hubungan yang kuat antara pegerakan fluktuasi nilai mata uang
dengan fluktuasi nilai saham-saham yang diperdagangakan di bursa.
Sebagai contoh dimana data menunjukkan bahwa melemahnya secara
tajam mata uang rupiah terhadap US$ akan menurunkan IHSG. Artinya
secara umum harga-harga saham yang diperdagangkan di bursa mengalami
penurunan yang drastis, walaupun untuk saham-saham tertentu seperti
saham-saham perusahaan yang bergerak di bidang ekspor, mungkin harga
sahamnya akan mengalami kenaikan sejalan dengan kenaikan pendapatan
atau laba perusahaan yang disebabkan oleh kenaikan dolar atau mata uang
asing tersebut.
e.
Kondisi makro ekonomi dan politik keamanan
Kondisi ekonomi yang tidak stabil seperti tingginya tingkat inflasi,
tingkat pengangguran yang tinggi, menurunnya aktifitas ekonomi serta
tidak stabilnya keadaan politik dan keamanan suatu negara dipastikan juga
akan berpengaruh langsung terhadap pergerakan transaksi perdagangan
saham di bursa efek, terlebih lagi Indonesia sebagai negara berkembang
yang ekonominya masih rentan dan sensitif dengan pengaruh-pengaruh
yang datangnya dari dunia luar negeri dan pengaruh dalam negeri terkait
dengan isue-isue politik dan keamanan.
f.
Tingkat suku bunga perbankan
Salah satu pengaruh yang memiliki korelasi yang sangat kuat
mempengaruhi pergerakan harga saham di bursa efek dan paling sering
terjadi dan dapat kita amati adalah pengaruh fluktuasi tingkat suku bunga
perbankan. Sebagaimana diketahui bahwa tingkat suku bunga perbankan
secara periodik akan selalu berfluktuasi dan fluktuasi suku bunga
perbankan tersebut akan berpengaruh kuat terhadap pergerakan hargaharga saham di bursa efek. Perlu dipahami bahwa secara teoritis hubungan
pergerakan tingkat suku bunga dengan pergerakan harga saham tersebut
berbanding terbalik. Artinya apabila tingkat suku bunga mengalami
kenaikan maka harga-harga saham yang diperdagangkan di bursa efek
akan mengalami penurunan, karena para investor saham akan beralih
berinvestasi kepada instrumen perbankan seperti deposito misalnya dan
sebaliknya jika pergerakan tingkat suku bunga mengalami penurunan,
maka harga-harga saham naik karena para investor akan beralih
berinvestasi kepada instrumen pasar.
g.
Rumor dan sentimen pasar
Rumor dan sentimen terhadap saham-saham perusahaan yang
diperdagangkan di bursa efek adalah suatu yang lumrah. Misalnya
pemberitaan adanya penyelewengan keuangan yang dilakukan direksi
perusahaan go public, penggelapan pajak yang dilakukan manajemen
perusahaan go public, terjadinya perdagangan yang dilakukan orang dalam
(insider trading) dan lain-lain. Semua rumor atau sentimen tersebut kapan
saja
dapat
muncul
kepada
setiap
perusahaan
yang
sahamnya
diperdagangkan di bursa efek yang dampaknya dapat berpengaruh sangat
besar terhadap merosotnya harga saham perusahaan, atau sebaliknya
meningkatnya harga saham secara tajam dalam waktu seketika.
2.5
2.5.1
Dividen
Pengertian Dividen
Simatupang (2010:39) menyatakan bahwa dividen adalah keuntungan
bersih setelah dikurangi pajak yang diberikan perusahaan penerbit saham kepada
pemegang saham. Cukup banyak investor di pasar modal yang melakukan
investasi pada saham mengharapkan pembagian dividen dari perusahaan,
khusunya bagi para investor jangka panjang. Namun para investor saham perlu
mencermati terkait dengan pembagian dividen tersebut, karena pada dasarnya
banyak emiten yang membagikan dividen relatif kecil dibandingkan dengan laba
yang diperoleh perusahaan.
Telah dikemukakan di atas bahwa dalam prakteknya secara umum
perusahaan go public hanya sebagian saja membagikan laba perusahaan berupa
dividen kepada pemegang saham, bahkan tidak jarang perusahaan go public
walaupun
memperoleh keuntungan tidak membagikan dividen kepada para
pemegang
sahamnya, karena pertimbangan kebutuhan dana untuk pengembangan
usaha, rencana akan melakukan akuisisi terhadap suatu perusahaan atau
memprioritaskan pembayaran utang perusahaan, sehingga dalam hal ini investor
harus dapat mengamati bagaimana strategi perusahaan melakukan kebijakan
pembagian dividen, misalnya apakah perusahaan selalu membagikan dividen yang
besar atau kecil sebelum melakukan investasi terhadap suatu saham.
Stice (2004:902) yang dikutip oleh Sularso (2003) menyatakan bahwa
dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara
proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing
pemilik. Sedangkan menurut Ratnawati (2008), dividen adalah proporsi laba atau
keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jumlah yang
sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya.
2.5.2
Jenis Dividen
Baridwan (1997) dalam Ratnawati (2008) menyebutkan bahwa ada
beberapa jenis dividen yaitu :
a.
Dividen kas
Dividen kas adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk kas. Yang
perlu diperhatikan oleh pemimpin perusahaan sebelum membuat
pengumuman adanya dividen kas adalah apakah jumlah kas yang ada
mencukupi untuk pembagian dividen itu.
b. Dividen aktiva selain kas (property dividend)
Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas,
Dividen dalam bentuk ini disebut property dividend. Aktiva yang
dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang
dimiliki oleh perusahaan, barang dagang atau aktiva-aktiva lain.
c.
Dividen hutang (scrip dividend)
Dividen hutang timbul apabila laba yang tidak dibagi sebenarnya
mencukupi tetapi saldo kas tidak mencukupi, sehingga manajer
perusahaan akan mengeluarkan scrip dividend yaitu janji tertulis untuk
membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang. Scrip dividend ini
mungkin berbunga mungkin tidak.
d. Dividen likuidasi
Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan
pengembalian modal. Apabila perusahaan membagi dividen likuidasi,
maka para pemegang saham harus diberitahu mengenai berapa jumlah
pembagian laba, dan berapa yang merupakan pengembalian modal
sehingga para pemegang saham bisa mengurangi rekening investasinya
e.
Dividen saham
Dividen saham adalah pembagian tambahan saham tanpa dipungut
pembayaran kepada pemegang saham, sebanding dengan saham-saham
yang dimilikinya. Dividen saham dapat berupa saham yang sejenisnya
sama maupun jenisnya berbeda. Pembagian dividen saham dibenarkan
dengan alasan keinginan manajer perusahaan menahan laba secara tetap
membagi aktiva yang akan digunakan dalam ekspansi atau modal kerja
dan untuk mendorong perdagangan saham dengan menaikan jumlah
saham yang beredar sehingga harga pasar saham menjadi turun.
2.5.3
Pendapat Kebijakan Dividen
Beberapa pendapat kebijakan dividen menurut J Fred Weston dan
Eugene F Brigham dalam Maulana (2010) antara lain:
a.
Pendapat tentang ketidakrelevanan dividen (irrelevant theory)
Pendapat ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller, yang
memberikan argumentasi bahwa pembagian laba dalam bentuk dividen
tidak relevan dengan peningkatan kemakmuran atau kekayaan pemegang
saham. Karena dividend payout ratio hanya merupakan bagian kecil dari
keputusan pendanaan perusahaan, nilai perusahaan ditentukan tersendiri
oleh kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba atau
kebijakan investasi.
b.
Pendapat tentang relevansi dividen (relevant theory)
Dividen adalah relevan untuk kondisi yang tidak pasti, investor dapat
dipengaruhi oleh kebijakan dividen. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen menurut teori ini adalah:
1) Kebutuhan dana bagi perusahaan
Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil
kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan
akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan
dananya (semua proyek investasi yang menguntungkan) baru
sisanya untuk pembayaran dividen.
2) Likuiditas perusahaan
Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan
utama dalam kebijakan dividen. Karena dividen merupakan arus
kas keluar, maka semakin besar jumlah kas yang tersedia dan
likuiditas
perusahaan,
semakin
besar
pula
kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen. Apabila manajemen ingin
memelihara
likuiditas
dalam
mengantisipasi
adanya
ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan,
kemungkinan perusahaan tidak akan membayar dividen dalam
jumlah yang besar.
3) Kemampuan untuk meminjam
Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
mendapatkan pinjaman, hal ini juga merupakan fleksibilitas
keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk membayar
dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan
melalui hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan
pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.
4) Pembatasan dalam perjanjian hutang
kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya.
5) Pengendalian Perusahaan
Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar,
Pembatasan digunakan oleh para kreditur untuk menjaga
maka perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu yang
akan datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai
kesempatan
investasi
yang
menguntungkan.
Dengan
bertambahnya jumlah saham yang beredar, ada kemungkinan
kelompok
pemegang
saham
tertentu
tidak
lagi
dapat
mengendalikan perusahaan karena jumlah saham yang mereka
kuasai menjadi berkurang dari seluruh jumlah saham yang
beredar.
Selain itu terdapat pula beberapa teori mengenai kebijakan dividen antara lain:
a. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Teori Sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas
baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar. Dengan
demikian, pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang
berkualitas baik dan buruk. Agar sinyal tersebut efektif, maka
sinyal tersebut harus dapat ditangkap pasar dan dipersepsikan
baik, serta tidak dapat ditiru oleh perusahaan yang berkualitas
buruk. Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah
pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten. Pengumuman
ini nantinya dapat mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas
perusahaan emiten yang melakukan pengumuman.
b. Efek Pelanggan (Clientele Effect)
Para investor cenderung memperhatikan dividen tunai yang akan
diperoleh dari pada bentuk dividen lainnya. Hal ini disebabkan
karena dividen tunai mengandung informasi tentang persepsi
manajemen mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan
datang. Pembagian dividen sebaiknya mempunyai dua makna
yaitu menunjukkan bahwa perusahaan memiliki performance
yang bagus dan menunjukkan kondisi keuangan perusahaan baik
pula dan tidak perlu diragukan dimasa yang akan datang.
c. Tax Preference Theory
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswany. Mereka
menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan
dividen dan capital gain, para investor lebih menyukai capital
gain karena dapat menunda pembayaran pajak. Hal ini
dikarenakan adanya beban pajak yang cukup besar dari dividen
yang dibayarkan tersebut. Selain itu, ada anggapan bahwa
kebijakan dividen dapat merugikan pertumbuhan perusahaan
karena pendanaan perusahaan untuk operasional akan berkurang
karena sebagian besar kas perusahaan diberikan dalam arus kas
pendanaan. Hal ini dapat mengurangi aktivitas perusahaan dalam
memperoleh laba di tahun berikutnya.
Corporate Action
2.6
Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
keputusan
pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan dividen menurut
Siaputra (2006) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada
akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan
ditahan
untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan
datang.
Corporate action merupakan salah satu bentuk kebijakan dividen.
Keputusan corporate action harus disetujui dalam suatu rapat umum baik RUPS
(Rapat Umum Pemegang Saham) ataupun RUPSLB (Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa). Persetujuan pemegang saham adalah mutlak untuk
berlakunya suatu corporate action sesuai dengan peraturan yang ada di pasar
modal. Pengertian corporate action umumnya mengacu kepada rights issue, stock
split, saham bonus, dan pembagian dividen baik dalam bentuk dividen saham
(stock dividend) maupun dividen tunai (cash dividend). Namun disamping jenisjenis diatas, terdapat jenis corporate action lainnya antara lain Initial Public
Offering (IPO) dan additional listing seperti private placement, konversi saham
baik dari warrant, rights ataupun obligasi.
Salah satu bagian dari corporate action adalah pembagian dividen.
Pembagian dividen merupakan satu hal yang dinantikan oleh pemegang saham.
Pembagian dividen dapat dilakukan secara kuartalan ataupun tahunan, tergantung
kebijaksanaan yang ditetapkan masing-masing perusahaan.
Adapun prosedur pembagian dividen yang aktual menurut Siaputra (2006),
adalah pada tanggal pengumuman, cum dividend, tanggal pencatatan pemegang
saham, tanggal ex-dividend dan tanggal pembayaran dividen. Berikut merupakan
pengertian tanggal penting dalam prosedur pembagian dividen tersebut:
a.
Tanggal pengumuman (declaration date) adalah tanggal pada saat
direksi perusahaan mengumumkan rencana pembagian dividen.
b.
Cum dividend adalah tanggal yang menunjukkan batas akhir bagi para
investor yang membeli saham akan menerima pembagian dividen,
sehingga adalah hal yang wajar apabila saham yang masih dalam
ketegori cum dividen akan diburu oleh para investor. Namun perlu
diketahui bahwa investor harus cermat karena harga saham yang
mendekati waktu pembagian dividen (cum dividend) cenderung harga
sahamnya akan naik terus dan bahkan bisa terjadi kenaikan harga
saham sudah melebihi dividen yang akan diterima, sehingga tidak
rasional untuk dibeli.
c.
Tanggal pencatatan (record date) adalah tanggal atau hari terakhir
pada saat perusahaan mencatat semua pemegang saham yang telah
terdaftar agar berhak menerima dividen yang dibagikan.
d.
Tanggal tanpa dividen (ex-dividend) adalah tanggal dimana investor
yang membeli saham dalam periode ex-dividend ini tidak lagi
memiliki hak untuk menerima dividen sehingga pergerakan harga
saham ex-dividend berlawanan dengan pergerakan harga cum
dividend, dimana biasanya harga saham pada ex-dividend cenderung
akan mengalami penurunan sebesar jumlah dividen yang akan
dibayarkan pada masa cum dividend.
e.
2.7
Tanggal pembayaran (payment date) atau disebut juga distribution
date adalah tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan
cek dividen kepada dividen saham.
Substansi dari Pengumuman Dividen
Pengumuman dividen dilengkapi dengan harga saham dari perusahaan
yang akan membagikan dividen. Dari harga saham ini maka dapat dilihat apakah
perusahaan mengalami penurunan atau kenaikan harga. Manfaat yang diperoleh
dari adanya laporan kenaikan maupun penurunan harga saham antara lain:
a. Bagi calon investor
Adanya laporan kenaikan atau penurunan harga saham dapat dijadikan
pertimbangan bagi calon investor yaitu pada perusahaan apa mereka
akan menanamkan sahamnya agar mendapat keuntungan yang besar.
b. Bagi investor
Investor akan mempunyai pertimbangan apakah akan membeli atau
menjual saham. Jika menginginkan capital gain, investor harus menjual
sahamnya pada saat harga tinggi. Dan jika ingin mendapat dividen,
investor harus mempertahankan sahamnya.
c. Bagi Perusahaan
Perusahaan mendapatkan manfaat seperti memudahkan untuk listing di
tahun berikutnya, profit perusahaan akan semakin baik sehingga
memperlancar pembayaran utang, dan juga perusahaan akan memiliki
reputasi yang baik di masyarakat.
Download