BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama merupakan suatu kepercayaan manusia yang diyakini
dalam hati dan disimbolkan dengan berbagai tindakan yang berhubungan
langsung kepada sang pencipta, dan hubungan itu tidak bersyarat dan
tanpa batas. Agama adalah suatu kekekalan yang abadi oleh masingmasing individu. Manusia mempercayai bahwa agama akan menjawab
segala macam pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh akal manusia.
Tidak terlepas dari pengertian agama secara umum, setiap agama
memiliki cara pandang dan peribadatan yang berbeda antara agama satu
dengan yang lain. Tidak terkecuali agama Islam, yang konon banyak
sekali memiliki berbagai ritual keagamaan yang sangat unik dan menarik.
Agama Islam sendiri setiap daerah memiliki cara peribadatan yang
berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain.1
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari
berbagai ragam budaya dan agama. Dari segi budaya masyarakat
Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku seperti suku melayu, suku
batak, suku jawa, suku sunda dan sebagainya. Dilihat dari segi agama
maka ada beberapa macam agama seperti Islam, Hindu, Budha, Kristen
1
Abu Nashim Muchtar, Antara Tradisi Dan Sendi-Sendi Tauhid(Yogyakarta: Arta
Media, 2003), hlm. 16.
1
dan Konghucu.2Berbagai pemahaman antara budaya dan agama selalu
dikaitkan dengan ritual yang ada dimasyarakat seperti halnya siklus
kehidupan manusia sejak dalam mengandung hingga kematian.Tradisi
budaya Jawa sendiri merupakan adat kebiasaan yang secara turun temurun
dijalankan oleh masyarakat Jawa dan menjadi kebiasaan yang bersifat
rutin.3
Masyarakat Jawa dikenal sebagai masyarakat yang kaya tradisi
dan upacara. Masyarakat Jawa yang sebagian besar beragama Islam
banyak yang mempertahankan tradisi budaya lokalnya. Karena Islam yang
tersebar di Jawa selalu mengaitkan Islam dengan kebudayaan lokal
setempat. Secara tegas dijelaskan bahwa siklus kehidupan selalu dimaknai
dengan keselamatan. Selamatan (keselamatan) yang dilaksanakan oleh
masyarakat Jawa ini digambarkan sebagai pesta ritual atau tradisi seperti
upacara kelahiran, pernikahan dan yang lainnya.
Bagi sebagian kelompok masyarakat beragama, tradisi-tradisi
tersebut dianggap sebagai amaliah sesat (bid‟ah), karena tidak ditemukan
adanya petunjuk baik Alquran maupun Assunnah yang dapat dijadikan
dasar terhadap praktek tradisi tersebut.Namun demikian dibeberapa
komunitas masyarakat Jawa nampak bahwa pada pelaksanaan tradisitradisi itu terdapat akulturasi nilai-nilai agama dan budaya. Sehingga
seringkali dimaknai bahwa upacara-upacara tersebut tidak bertentangan
dengan ajaran agama.
2
Sulaiman, Menguak Makna Kearifan Lokal Pada Masyarakat Multikultural
(Semarang: Robar Bersama,2011), hlm. 6.
3
Muhammad Solikhin, Ritual & Tradisi Islam Jawa(Jakarta: Narasi,2003) hlm 71.
2
Adanya akulturasi budaya dan ajaran agama dalam komunitas
masyarakat Jawa merupakan keunikan dari corak keberagamaan yang ada
ditengah-tengah masyarakat. Terlebih ketika melakukan tradisi-tradisi
yang telah ada sejak dulu. Karena sebagai masyarakat yang telah bertuhan
sebelum Islam datang maka nilai-nilai atau budaya dari agama
sebelumnya masih melekat dalam kehidupan mereka. Dalam Islam
menganut kaidah atas pengakuaan suatu hukum adat. Hukum adat ini
merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan sekelompok orang secara
berulang-ulang. Hal ini menegaskan bahwa Islam cukup kooperatif
dengan fenomena serta dinamika kebudayaan yang ada.4 Lebih lagi jika
adat
atau
tradisi
tersebut
merupakan
tradisi
yang
membawa
kemaslakhatan bagi masyarakat, sebagaimana dalam tradisi ngapati.
Islam secara tegas mendukung setiap hal yang dinilai oleh
masyarakat sebagai sesuatu yang baik dan sejalan dengan nilai-nilai
agama. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran surat Al-A‟raf ayat
199 berikut:
ِ ِ‫ُخذِِاِلعِفِوِِِوأِ ُِمرِِبِاِالِ ِعُِرفِِِوأِِعِِرضِِعِنِِاِلِاِهِلِي‬
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang
ma‟ruf (al-„urfi), serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”
Sebagai salah satu praktik ritual keagamaan, tradisingapati
cukup banyak dilakukan di kalangan masyarakat Jawa. Perhatian
4
e-journal.stain-pekalongan.ac.id/index.php/Religia/article/download/. (‎3102). Diakses,
25 Agustus 2014.
3
masyarakat yang cukup besar terhadap ritual ini didasarkan pada suatu
pandangan bahwa tradisingapati merupakan ritual keagamaan yang
dikaitkan dengan walimat al-haml.Seperti halnya di kalangan masyarakat
desa Surobayan tradisi ngapati masih sering dilaksanakan oleh
masyarakatnya, tradisi ngapati sendiri merupakan salah satu ritual
keagamaan masyarakat desa Surobayan.
Dalam pelaksanaan tradisi ngapati ini dilaksanakan secara
sederhana namun terdapat berbagai proses, simbol dan nilai-nilai yang
tersirat didalamnya, seperti ketika memberikan jamuan untuk para hadirin
yang datang yaitu berupa jajan pasar. Masyarakat desa Surobayan
mewajibkan jajan pasar tersebut ada ketika melaksanakan tradisi ngapati,
hal itu merupakan salah satu simbol saat melaksanakan tradisi ngapati.5
Dan dapat kita lihat dalam tradisi ngapati tersebut tidak hanya
semata-mata sebagai kegiatan adat namun lebih kepada penanaman tradisi
yang diisi dengan kegiatan yang bernuansakan Islam. Tradisi ini bukanlah
hal yang sia-sia, karena terdapat nilai-nilai pendidikan Islam yang dapat
dibiasakan dan dikembangkan oleh masyarakatnya. Maka perlu adanya
kajian mengenai nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung didalam
pelaksanaan tradisi ngapati tersebut.
Dari uraian diatas ingin dieksplorasi lebih rinci tentang
pelaksanaan tradisi ngapati di desa Surobayan, dan kaitannya antara nilainilai pendidikan Islam dengan tata cara pelaksanaan tradisi ngapati di desa
5
Observasi, 5 September 2014.
4
Surobayan. Maka dimaksudkan untuk mengadakan penelitian dengan
judul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Ngapati Di Desa
Surobayan Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan”. dengan
alasan sebagai berikut :
1. Tradisi ngapati yang dilaksanakan oleh masyarakat desa Surobayan
masih tetap dijaga kelestariannya yaitu dalam pelaksanaannya salah
satu menu untuk jamuannya adalah kupat, dimana kupat merupakan
simbol dari tradisi ngapati.
2. Terdapat unsur-unsur keIslaman dalam pelaksanaan tradisi ngapati di
desa Surobayan yaitu dengan diadakannya doa bersama dalam tata
cara pelaksanaan tradisi ngapati.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkanuraiandalamlatarbelakangmasalah
di
atas,
makadapatpenulisangkatbeberapapermasalahanyaitu :
1. Bagaimana pelaksanaan tradisi ngapati di Desa Surobayan Kecamatan
Wonopringgo Kabupaten Pekalongan?
2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi ngapati di Desa
Surobayan Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan?
Untuk
menghindari
kesalahan
pemaknaan
dalam
menginterpretasikan judul skripsi, maka perlu di jelaskan beberapa
istilah, antara lain :
5
1. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang baik yangselalu diinginkan dan di
cita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai
anggota masyarakat.6
2. Pendidikan Islam
Pendidikan Islam yaitu suatu sistem kependidikan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba
Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek
kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.7
3. Tradisi Ngapati
Tradisi ngapati adalah upacara atau selametan yang diadakan
oleh komunitas masyarakat Jawa untuk memperingati keberadaan janin
yang dikandung ketika memasukiusia 4 bulan diambil dari bahasa
Jawa papat (empat).
Dari beberapa istilah diatas dapat disimpulkan bahwa maksud
judul skripsi yang penulis bahas adalah mengenai nilai-nilai
pendidikan Islam yang terdapat dalam tradisi ngapati yang ada di Desa
Surobayan Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.
6
Elly M.Setia dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), hlm .30- 31.
7
M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan
Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 8.
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan
dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mendeskripsikan pelaksanaan tradisi ngapati di Desa
Surobayan kecamatan Wonopringgo kabupaten Pekalongan.
2.
Untuk memaparkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi
ngapati di Desa Surobayan kecamatan Wonopringgo kabupaten
Pekalongan.
D. Kegunaan Penelitian
1.
Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan khasanah
ilmu pengetahuan khususnya dibidang kebudayaan untuk dapat
dikembangkan dalam kehidupan sosial yang lebih baik.
2.
Kegunaan Praktis
a.
Bagi peneliti, sebagai syarat untuk mendapat gelar S1 dan untuk
menambah khasanah ilmu pengetahuan peneliti.
b.
Bagi masyarakat, diharapkan dapat membantu dan memahami
nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi ngapati yang ada di
Desa
Surobayan
Kecamatan
Wonopringgo
Kabupaten
Pekalongan.
c.
Bagi tingkat lokal, sebagai ilmu pengetahuan yang baru untuk
dapat di implementasikan dalam kehidupan.
7
E. Tinjauan Pustaka
1.
Analisis Teoritis
Dalam buku “Ritual Dan Tradisi Islam Jawa” karya Muhamad
Sholikhin, dijelaskan bahwa Islam hadir bukan di tengah-tengah
masyarakat yang hampa budaya. Ia menemukan adat istiadat yang
berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Adat istiadat yang baik
dipertahankan oleh Islam. Sementara itu, adat istiadat yang buruk
ditolak oleh nya. Dengan demikian, adat istiadat yang berbeda dalam
satu masyarakat dengan masyarakat lainnya bisa diikuti dan
dipertahankan selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
ajaran Islam, meskipun tidak dikenal pada zaman Rasulullah.8
Dalam
buku
“Menguak
Makna
Kearifan
Lokal
Pada
Masyarakat Multikultural”, karya Sulaiman, menjelaskan bahwa
kearifan lokal yang masih eksis di masyarakat secara fungsional
dapat memperkuat sistem budaya sebagai acuan dalam kehidupan
masyarakat, yang kemudian dipercayai dan diakui sebagai elemen
penting sehingga mampu mempertebal kohesi sosial diantara warga
masyarakat. Kearifan lokaldapat dijadikan sebagai elemen perekat
dalam kehidupan lintas agama, lintas kepercayaan, dan bahkan lintas
budaya, sehingga dapat memberi warna kebersamaan bagi sebuah
komunitas untuk hidupbersama secara dinamis dan damai.9
8
9
Mukhamad Sholikhin, op. cit, hlm. 27.
Sulaiman, op.cit., hlm. 6.
8
Dalam buku “Upacara Daur Ulang Hidup Kabupaten
Pekalongan” oleh Pemerintah Kabupaten Pekalongan Kantor
Pariwisata dan Kebudayaan, mengatakan bahwa upacara tradisional
adalah suatu kegiatan sosial yang melibatkan warga masyarakat
pendukungnya dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan
keselamatan. Upacara tradisional mengandung aturan-aturan yang
wajib dipatuhi dan dilaksnakan oleh masyarkat pendukungnya.10
Dalam
buku
“Ideologi
Pendidikan
Islam
Paradigma
Humanisme Teosentris” karya Achmadi, dijelaskan bahwa Islam
memandang adanya nilai mutlak (nilai intrinsik) dan nilai
instrumental. Nilai instrinsik disebut juga nilai tauhid atau nilai
Illahi, sedangkan yang termasuk nilai instrumental contohnya adalah
amal sholeh. Seperti contoh nilai kejujuran, nilai disiplin, nilai
kemanusiaan, nilai toleransi, nilai kerukunan dan lain sebagainya.
Nilai instrumental tersebut perlu dibangun pada diri seseorang
sebagai jalan menuju terbentuknya pribadi yang tauhidi.11
2.
Penelitian yang relevan
Untuk mendukung penelitian ini, penulis mencoba memaparkan
beberapa hasil penelitian sebagai perbandingan antara lain, yaitu:
Pertama, dalam jurnal ilmiah yang ditulis oleh Hasan Su‟aidi
jurusan Ushuludin STAIN Pekalongan dengan judul “Korelasi
10
Pemerintah Kabupaten Pekalongan Kantor Pariwisata dan Kebudayaan, Upacara Daur
Ulang Hidup Kabupaten Pekalongan (Pekalongan: 2007), hlm.1.
11
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 121-122.
9
Tradisi Ngapati Dengan Hadits Proses Penciptaan Manusia”,
menyebutkan bahwa upacara ngapati atau ngupati merupakan salah
satu kreatifitas umat Islam di Indonesia (khususnya di Jawa),
meskipun tidak ditemukan nash (dalil) secara khusus di dalam
Alquran maupun Hadits, namun nilai-nilai yang sesuai antara tradisi
tersebut dengan hadits tentang proses dan tahapan penciptaan
manusia. Dimana upacara ngapati merupakan sarana untuk
mendoakan janin, ketika janin sampai pada tahapan yang sangat
penting dalam proses penciptaan yaitu peniupan ruh, penentuan ajal
(kematian), penentuan rizki serta perbuatan.12
Kedua, skripsi saudari Lailatul Muniroh mahasiswi STAIN
Pekalongan jurusan Tarbiyah dengan judul “Interpretasi Kandungan
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Mitoni di Desa
Ujungnegoro Kec. Kandeman Kab. Batang”. Hasil penelitian
didapatkan bahwa pelaksanaan tradisi mitoni yang dilaksanakan oleh
masyarakat Ujungnegoro semua rangkaian acaranya tidak ada yang
bertentangan dengan ajaran Islam. Adapun interpretasi nilai-nilai
pendidikan Islam dalam tradisi mitoni di Desa Ujungnegoro yaitu
bahwa nilai-nilai yang ada dalam tradisi mitoni tidak bertentangan
dengan nilai-nilai yang ditanamkan dalam pendidikan Islam.13
12
e-journal.stain-pekalongan.ac.id/index.php/Religia/article/download/. (‎3102). Diakses,
25 Agustus 2014.
13
Lailatul Muniroh, “Interpretasi Kandungan Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi
Mitoni di Desa Ujungnegoro Kec. Kandeman Kab. Batang”, Skripsi Sarjana Pendidikan
Islam(Pekalongan : Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2012) hlm. 66.
10
Ketiga, skripsi saudari Iin Mujazriyah Mahasiswi STAIN
Pekalongan jurusan Tarbiyah dengan judul “Persepsi Masyarakat
Pesisir Pantai Celong Tentang Tradisi Nyadran dan Implikasinya
dalam Pendidikan Keagamaan”. Hasil penelitian tersebut adalah,
bahwa menurut masyarakat pesisir, tradisi nyadran membawa
dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yang dirasakan
masyarakat rasa tenang, ajang silaturrahmi, hiburan, pemasukan
anggaran daerah, dan manfaat dibidang ekonomi. Sedangkan
dampak negatifnya adalah sebagai ajang berfoya-foya, dan banyak
keributan yang terjadi.14
Keempat, skripsi saudari Nur Lathifah mahasiswi STAIN
Pekalongan dengan judul “Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi
Kliwonan di Desa Wonoyoso Kec. Buaran Kab. Pekalongan (Studi
Sosiologi Pendidikan)”. Hasil penelitian tersebut adalah, bahwa
persepsi masyarakat terhadap tradisi kliwonan di Desa Wonoyoso
Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan diantaranya tradisi itu
merupakan hal isi sesuatu yang diserahkan dari sejarah masa lampau
dalam bidang adat, bahasa, tata kemasyarakatan, keyakinan dan
sebagainya. Tradisi kliwonan masih perlu dilestarikan, karena masih
banyak terdapat kemanfaatan bagi masyarakat Wonoyoso maupun
masyarakat luas. Tradisi ini mengandung ajaran-ajaran mendidik,
14
Iin Mujazriyah, “Persepsi Masyarakat Pesisir Pantai Celong Tentang Tradisi Nyadran
dan Implikasinya dalam Pendidikan Keagamaan”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam(Pekalongan :
Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010), hlm. 70.
11
yaitu agar selalu mengingat Allah dan berdoa meminta pertolongan
dan perlindungan Allah.15
Kelima, skripsi saudari Kurniati Mahasiswi STAIN Pekalongan
jurusan Tarbiyah dengan judul “Pendidikan Nilai dalam Tradisi
Upacara Sedekah Laut di Desa Kedawung Kecamatan Banyuputih
Kabupaten Batang” Hasil penelitian tersebut adalah nilai-nilai yang
terkandung dalam kegiatan tradisi upacara sedekah laut di Desa
Kedawung Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang ada sepuluh
nilai yaitu Religius, jujur, toleransi, disiplin, kreatif, mandiri, cinta
tanah air, peduli lingkungan, peduli sosial dan gotong royong.
Kegiatan tradisi upacara sedekah laut di Desa Kedawung
memberikan kontribusi pendidikan nilai, memberikan peran yang
signifikan dan mendapat respon dari masyarakat sekitar. Dengan
kata lain masyarakat secara ikhlas melaksanakan kegiatan yang
menjadi warisan budaya leluhurnya.16
Keenam, skripsi yang ditulis oleh Indah Riyastuti yang berjudul,
“Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Tradisi Tahlil”, disebutkan bahwa
nilai-nilai pendidikan yang ada pada bacaan tahlil adalah nilai
pendidikan keimanan, nilai pendidikan ibadah, nilai pendidikan
sosial. Wujud dalam kegiatan yasin dan tahlil terdapat banyak
15
Nur Lathifah, “Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Kliwonan di Desa Wonoyoso
Kec. Buaran Kab. Pekalongan (Studi Sosiologi Pendidikan)”,Skripsi Sarjana Pendidikan Islam.
(Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010), hlm. 70
16
Kurniati, “Pendidikan Nilai dalam Tradisi Upacara Sedekah Laut di Desa Kedawung
Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam (Pekalongan :
Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2012), hlm. 83-84.
12
bacaan dzikir sehingga mengajak para pembacanya untuk selalu
mengingat Allah SWT dan juga berupa ungkapan rasa syukur dan
sikap kepasrahan. Nilai pendidikan ibadah wujudnya adalah berupa
pembacaan ayat-ayat Alquran yang terdapat dalam bacaan tahlil
yang bernilai ibadah. Nilai ketuhanan yang berupa ungkapan rasa
syukur dan sikap kepasrahan. Nilai pendidikan moral (akhlak),
wujudnya adalah budi pekerti yang berupa sikap balas budi, birr al
walidain kepada orang tua, kesetian, dan sikap jujur. Nilai
pendidikan sosial wujudnya adalah tolong menolong kasih sayang,
kesetiakawanan dan gotong royong kepada orang lain.17
Penelitian yang penulis tulis hampir sama dengan penelitian
yang kedua yaitu dengan menggunakan penelitian kualitatif, dan
yang menjadi objek peneliti adalah Desa Surobayan Kecamatan
Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. Namun yang menjadi
perbedaan adalah
penelitian dipaparkan tadi membahas tentang
pelaksanaan tradisi mitoni di Desa Ujungnegoro Kec. Kandeman
Kab. Batang, sedangkan yang ingin peneliti lakukan penelitian
adalah nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi ngapati di Desa
Surobayan
Kecamatan
Wonopringgo
Kabupaten
Pekalongan.
Sehingga hal inilah yang menjadikan penelitian ini berbeda dengan
penelitian lainnya.
17
Indah Riyastuti, “Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Tradisi Tahlil”, Sarjana Pendidikan
Islam (Pekalongan: perpustakaan STAIN Pekalongan, 2012), hlm.58.
13
3.
Kerangka berfikir
Tradisi budaya lokal seperti ngapati tentunya sudah ada
sejak dahulu sebelum Islam masuk ke Jawa khususnya. Namun
pelaksanaan tradisi ngapati masa lalu tersebut pastinya belum
bernilai pendidikan Islam. Pelaksanaan ngapati pada masa lalu
masih bernuansa animisme dan dinamisme seperti ajaran HinduBudha. Kemudian agama Islam masuk ke Jawa dengan juru
dakwahnya yaitu para wali. Para wali dalam menyebarkan ajaran
Islam penuh dengan keuletan dan fleksibel, sehingga mampu
diterima oleh masyarakat Jawa, lambat laun terjadilah akulturasi
budaya lokal dengan Islam.
Pelaksanaan Tradisi Ngapati
Pemahaman Masyarakat Terhadap NilaiNilai Pendidikan Islam
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi
Ngapati di Desa Surobayan
Dalam kerangka diatas menjelaskan tentang pelaksanaaan
tradisi ngapati, yang menjadi subjek penelitian adalah warga
masyarakat Desa Surobayan Kecamatan Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan. Sedangkan objek yang akan diteliti adalah mengenai
14
pelaksanaan tradisi ngapati di Desa Surobayan. Dari hasil yang
diperoleh pada akhirnya akan ditarik kesimpulan mengenai nilainilai pendidikan Islam dalam pelaksanaan tradisi ngapati tersebut.
F. Metode Penelitian
1.
Desain Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan secara
kualitatif, yakni dengan meggambarkan data-data melalui bentuk
kata-kata atau kalimat dan dipisahkan menurut kategori yang ada
untuk memperoleh keterangan yang jelas dan terperinci.18
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan
(field research), yaitu penelitian yang langsung dilakukan di
lapangan atau kepada responden.19 Karena penelitian ini
merupakan penelitian lapangan, maka peneliti mengambil obyek
di
Desa
Surobayan
Kecamatan
Wonopringgo
Kabupaten
Pekalongan.
2.
Sumber Data
a. Sumber data primer
18
Winarno Surachmad, Pengantar Peneitian Ilmiah “Dasar-Dasar, Metode,
Teknik”(Bandung: Tarsito, 2000), hlm. 13.
19
Etta mamang Sengadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis Dalam
Penelitian. (Yogyakarta:Andi Yogyakarta, 2010), hlm. 28.
15
Sumber data primer merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui
perantara).20 Adapun dalam penelitian ini yang menjadi sumber
data primer adalah warga desa Surobayan pelaksana tradisi
ngapati, tokoh agama, dan dukun bayi.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah data pendukung, data sekunder
umumnya tidak dirancang secara spesifik untuk memenuhi
kebutuhan penelitian tertentu.21 Adapun data sekunder dalam
penelitian ini adalah buku penunjang maupun dokumen-dokumen
yang relevan.
3.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.
22
yang akan
dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Metode observasi yaitu metode ilmiah yang diartikan sebagai
suatu pengamatan atau penelitian dengan sistematika fenomena yang
diteliti. 23
Metode observasi digunakan untuk mengetahui pelaksanaan
tradisi ngapati di Desa Surobayan.
20
Ibid., hlm.171.
Ibid., hlm. 173.
22
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta : Rieneka Cipta, 2010),hlm. 100.
23
Lexy J.Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitati, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
2002), hlm. 134.
21
16
b. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan
cara diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. 24
Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data
dengan mengadakan wawancara kepada warga desa Surobayan
pelaksana tradisi ngapati, dukun bayi, dan tokoh agama untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan tradisi ngapati menurut sudut
pandang Islam.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah jenis data penelitian yang antara
lain berupa: faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau
dalam bentuk laporan program.25
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dari
dokumen-dokumen baik berupa arsip atau catatan-catatan penting
yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
4.
Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu usaha mengetahui tafsiran terhadap
data yang terkumpul dari hasil penelitian. Data yang terkumpul
tersebut kemudian diklasifikasikan dan disusun, selanjutnya diolah
dan dianalisa. Analisa data tersebut merupakan temuan-temuan di
lapangan. Dalam penelitian ini teknik data yang digunakan adalah
analisis data induktif, yaitu salah satu cara berpikir dan fakta-fakta
24
Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif (Jakarta:PT. Indeks, 2012), hlm. 45.
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah,op.cit.,hlm.176.
25
17
yang khusus, peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian ditarik
kesimpulan yang bersifat umum. Teknik ini digunakan dengan cara
berpikir dari fakta-fakta yang ada mengenai tata cara pelaksanaan
tradisi ngapati di desa Surobayan kemudian ditarik kesimpulan
tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi ngapati.
G. Sistematika Penulisan
Kerangka penulisan dalam penelitian ini, penulis membagi penulisan
menjadi lima bab, adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian, sistematika penulisan.
Bab II Tradisi ngapati dan Nilai-nilai pendidikan Islam. Yang
meliputi dua sub bab, diantaranya, sub pertama menjelaskan tradisi
ngapati, yang meliputi: pengertian, pelaksanaan, dan tujuan dalam tradisi
ngapati. Sub bab kedua menjelaskan tentang pendidikan Islam, yang
meliputi: pengertian, tujuan, sumber, dan nilai-nilai dalam pendidikan
Islam. Sub bab ketigaIslam dan budaya Jawa.
Bab III Hasil penelitian pelaksanaan tradisi ngapati di Desa
SurobayanKecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. Bagian
pertama adalah Gambaran umum desa Surobayan meliputi letak dan
kondisi
geografis desa Surobayan, kondisi
kependudukan
desa
Surobayan, dan kondisi sosial keagamaan. Bagian kedua berisi tentang
18
nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi ngapati di desa Surobayan,
meliputi deskripsi pelaksanaan tradisi ngapati di desa Surobayan dan
nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi ngapati di desa Surobayan.
Bab IV Analisis hasil penelitian, meliputi: analisis pelaksanaan
tradisi ngapati di desa Surobayan Kecamatan Wonopringgo Kabupaten
Pekalongandan nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi ngapati di desa
Surobayan Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.
Bab V Penutup, meliputi: kesimpulan dan saran-saran.
19
Download