PENGARUH GAYA MENGAJAR DAN KEKUATAN OTOT LENGAN

advertisement
PENGARUH GAYA MENGAJAR DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP
HASIL BELAJAR TOLAK PELURU
BOBY HELMI
ABSTRAK
Prodi PendidikanJasmani Kesehatan Dan Rekreasi
Stok Bina Guna Medan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari gaya mengajar
komando dan resiprokal dan kekuatan otot lengan terhadap hasil belajar tolak peluru.
Penelitian ini dilakukan pada siswa SMP Negeri 2 Kuala Langkat, penelitian ini
menggunakan treatment by level 2 x 2. Sampel terdiri dari 44 siswa dibagi menjadi empat
kelompok, masing-masing terdiri dari 11 pesilat. Teknik analisis data adalah analisis varians
dua jalur (ANOVA) dan selanjutnya dilanjutkan dengan uji Tukey pada tingkat signifikansi α
= .05.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) 1.
Terdapat perbedaan hasil belajar
tolak peluru antara gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar komando. (2) Hasil Belajar
tolak peluru siswa dengan kekuatan otot lengan tinggi yang diajar dengan menggunakan gaya
mengajar resiprokal tidak lebih baik daripada gaya mengajar komando. (3) Hasil Belajar
tolak peluru siswa dengan kekuatan otot lengan rendah yang diajar dengan menggunakan
gaya mengajar komando lebih baik dari pada gaya mengajar resiprokal. (4 Terdapat interaksi
antara Model Pembelajaran dan Kekuatan otot lengan terhadap Kemampuan Tolak peluru.
Catatan kunci: Hasil Belajar Tolak Peluru, Kekuatan otot Lengan, Gaya Mengajar
Resiprokal dan Komando.
PENDAHULUAN
adalah 7,26 kg dengan diameter 110-130
Tolak peluru adalah salah satu
mm dan untuk puteri adalah 4 kg dengan
nomor dalam cabang olah raga atletik yang
diameter 95-110 mm. Diameter lingkaran
memperlombakan teknik dan koordinasi
tolak peluru adalah 2,135 meter dengan
serta kekuatan tubuh untuk menolak peluru
balok penahan yang panjangnya 1,22
yang terbuat dari kuningan atau metal
meter. Sektor tolakan membentuk sudut 40
sejauh-jauhnya. Peluru harus terbuat dari
derajat dari titik tengah lingkaran tolak.
materi padat seperti besi, kuningan, atau
Dalam pembelajaran materi tolak
metal lainnya. Berat peluru untuk putera
peluru juga guru selalu mengajarkan
psikomotor saja tanpa memperhatikan
membuat keputusan yang lebih luas. Siswa
aspek kognitif dan afektifnya. Padahal
juga diberikan kewajiban untuk menilai
siswa harus memahami sisi kognitif dalam
hasil belajar secara terbatas.
tolak peluru sehingga
mampu
Karakteristik mendefinisikan gaya
melakukan gerakan dari teknik tolak
kepemimpinan yang meniru kinerja sebuah
peluru tersebut. Untuk melakukan teknik
respon atau kinerja di bawah referensi.
tolak peluru juga diperlukan unsur kondisi
Dalam anatomi gaya komando peran guru
fisik yang mendukung, salah satunya
adalah membuat semua keputusan dan
adalah kekuatan otot lengan. faktor fisik
peran siswa untuk mengikuti keputusan
yang menunjang keberhasilan tolak peluru
tersebut. Ketika perilaku ini tercapai,
dilihat
tujuan-tujuan berikut dicapai dalam materi
dari
segi
siswa
otot-otot
yang
berhubungan dengan kemampuan tolak
pelajaran dan perilaku
peluru. Menurut peneliti otot-otot yang
Perumusan Masalah
paling
1.
dominan
dalam
menunjang
Berdasarkan
latar
belakang,
keberhasilan tolak peluru yaitu kekuatan
identifikasi masalah dan pembatasan
otot lengan. Kekuatan otot lengan sangat
masalah, maka masalah yang diteliti
diperlukan dalam melakukan tolak peluru
dalam
karena kekuatan otot lengan diperlukan
dirumuskan sebagai berikut:
untuk menghasilkan tolakan benar.
2.
Dalam prakteknya kekuatan otot
penelitian
belajar tolak peluru antara gaya
mengajar
masih lemah yaitu dilihat cara menolak.
mengajar komando?
kurang
penyelesaian
sempurnanya
akhir
gerakan,
dalam
dapat
Apakah terdapat perbedaan hasil
lengan yang dimiliki oleh para murid
Juga
ini
3.
dimana
resiprokal
dan
gaya
Apakah terdapat perbedaan hasil
belajar tolak peluru antara gaya
banyak murid yang gagal untuk menyikapi
mengajar
gerak
mengajar komando pada siswa yang
lanjutan.
perbaikan
Sehingga
dibutuhkan
pembelajaran
dengan
memiliki
menerapkan gaya mengajar yang tepat
salah satunya
adalah gaya
mengajar
resiprokal dan komando.
teknik
menggunakan
dasar
kekuatan
dan
otot
gaya
lengan
tinggi?
4.
Apakah terdapat perbedaan hasil
belajar tolak peluru antara gaya
Gaya mengajar resiprokal dalam
belajar
resiprokal
tolak
pendekatan
peluru
dengan
memberikan kebebasan pada siswa untuk
mengajar
resiprokal
dan
gaya
mengajar komando pada siswa yang
memiliki
rendah?
kekuatan
otot
lengan
5.
Apakah terdapat interaksi antara
keputusan yang lebih luas. Siswa
model pembelajaran dan kekuatan
diberikan kewajiban untuk menilai hasil
otot lengan terhadap hasil belajar
belajar secara terbatas. Penilaian ini hanya
tolak peluru?
terbatas pada nilai formatif atau korektif
KAJIAN TEORETIK
oleh seorang siswa terhadap siswa atau
A. Deskripsi Konseptual
oleh sekelompok siswa terhadap hasil
1.
belajar
Tolak Peluru
Tolak peluru adalah salah satu
mengajar
memperlombakan
seperti
dasar
dan
siswa.
Sistem
pengorganisasian seperti ini disebut gaya
nomor dalam cabang olah raga atletik yang
gerak
seorang
juga
resiprokal.
ini
sering
Gaya
mengajar
diterapkan
dalam
koordinasi serta kekuatan tubuh untuk
kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani
menolak peluru yang terbuat dari kuningan
dengan bentuk formasi berpasangan.
atau metal sejauh–jauhnya
b.
Metode
mengajar
gaya
komando
Peluru harus terbuat dari materi padat
merupakan cara atau strategi penyajian
seperti besi, kuningan, atau metal lainnya.
mengajar yang dilakukan oleh guru untuk
Berat peluru untuk putera adalah 7,26 kg
kemajuan pembelajaran siswa sebagai
dengan diameter 110-130 mm dan untuk
variasi dalam proses belajar mengajar.
puteri adalah 4 kg dengan diameter 95-110
“Metode mengajar gaya komando adalah
mm. Diameter lingkaran tolak peluru
pendekatan
adalah 2,135 meter dengan balok penahan
bergantung pada guru”. Guru menyiapkan
yang panjangnya 1,22 meter. Terdapat tiga
semua aspek pengajaran, sedangkan siswa
gaya
sepenuhnya menjadi pengikut apa
meluncur
dalam
tolak
peluru,
mengajar
yang
diputuskan
menggeser kaki ke samping atau dikenal
bertanggung jawab dan berinsiatif terhadap
dengan gaya menyamping (ortodoks), (b)
pengajaran
meluncur dengan gerakan menggeser kaki
belajar.
ke belakang arah tolakan atau dikenal
3. Kekuatan Otot Lengan
dan
Guru
paling
diantaranya: (a) meluncur dengan gerakan
dengan sebutan gaya O’Brien, dan (c)
guru.
yang
sepenuhnya
memantau
kemajuan
Kekuatan otot adalah kemampuan otot
awalan tolak peluru sambil berputar.
atau kelompok untuk melakukan kerja
Gaya Mengajar
dengan menahan beban yang diangkatnya.
a. Gaya mengajar resiprokal dalam belajar
Otot yang kuat akan membuat kerja otot
teknik dasar tolak peluru menggunakan
sehari-hari
pendekatan
mengangkat, menjinjing dan lainnya .
dengan
memberikan
kebebasan pada siswa untuk membuat
secara
efisien
seperti,
Ada hal yang perlu diketahui dalam
Power otot lengan dapat menunjang
kesegaran kekuatan otot. Yaitu suatu
segala aktifitas baik di dalam latihan
kemampuan otot atau kelompok otot
maupun di dalam kegiatan olahraga, tujuan
dalam melakukan kerja terus menerus dan
pemberian latihan kondisi power otot
berulang
sub
lengan adalah meningkatkan kemampuan
maksimal dalam waktu yang cukup lama.
latihan power otot lengan untuk dapat
Banyak
melakukan
kali,
dengan
sekali
memerlukan
kekuatan
tugas-tugas
daya
tahan
yang
otot,
jadi
kebatas
gerakan-gerakan
maksimal
sampai
sehingga
dapat
merupakan syarat mutlak bagi setiap orang
mencapai perestasi dari gerakan yang
dan olahragawan untuk memiliki daya
dimaksud.
tahan otot semaksimal mungkin.
5. Hasil Belajar Tolak Peluru
Lebih
lanjutnya
menurut
Bompa
Hasil
mengemukakan bahwa kekuatan otot dapat
didefenisi sebagai kekuatan maksimal
tenaga putaran (Putaran kekuatan) sebuah
otot atau kumpulan otot yang dapat
Harsono mengemukakan “kekuatan
adalah
kemampuan
otot
untuk
membangkitkan tegangan terhadap sesuatu
yaitu
memperkembangkannya
adalah
latihan-latihan tahanan, misalnya menarik,
mengangkat, mendorong, atau menarik
Beban itu bisa anggota tubuh kita
sendiri atau beban atau bobot dari luar.
kontraksi
tahanan
ototnya
dapat
menurut
tipe
digolongkan
dalam kategori yaitu kontraksi isometris
(misalnya, mendorong tembok), kontraksi
isotonis (misalnya, mengangkat barbel)
dan
kombinasi
keterampilan
gerak.
Hal
ini
nomor
atletik
yang
dalam
pembelajarannya siswa diberikan latihanlatihan gerak.Hasil belajar melalui latihan
ini berupa keterampilan gerak.
N. Drowtzy dalam Sugiyanto dan
Sudjarwo mengemukakan belajar gerak
diwujudkan
muscular
melalui
yang
respon-respon
diekspresikan
dalam
gerakan tubuh atau bagian tubuh. Proses
suatu beban” .
Latihan-latihan
peluru
mengingat tolak peluru merupakan salah
tahanan dan latihan-latihan yang cocok
untuk
tolak
menitikberatkan pada ranah psikomotor,
satu
bergenerasi melakukan sesuatu .
belajar
dari
kedua
kontraksi
tersebut yaitu kontraksi isokinetis.
belajar gerak meliputi pengamatan gerak
untuk
bisa
mengerti
prinsip
bentuk
gerakannya, kemudian menirukan dan
mencoba melakukannya berulang kali serta
menerapkannya yang nantinya diharapkan
dapat menciptakan gerakan-gerakan yang
lebih efisien untuk menyelesaikan tugastugas tertentu.
Model Fitts dan Posner menerangkan
Tahap otomatis adalah tahap akhir
bahwa tahapan pembelajaran gerak dibagi
dari model tahap gerak. Pada tahap
ke dalam tiga tahapan yang berbeda, yaitu:
otonom, penampilan mencapai tingkat
tahap kognitif, tahap asosiatif dan tahap
tertinggi keahlian dan telah menjadi
otonom dan tahapan ini ditentukan oleh
otomatis. Tahap ini
ditandai dengan
kecenderungan perilaku peserta didikyang
penampilan
siswa
diperlihatkan di berbagai titik/poin selama
konsisten, percaya diri, membuat sedikit
proses pembelajaran.
kesalahan dan biasanya dapat mendeteksi
1)
dari tahapan pembelajaran menurut model
Fitts dan Posner. Selama tahap ini, peserta
didik pertama kali diperkenalkan pada
keterampilan motorik baru dan tugas
utamanya adalah untuk mengembangkan
pemahaman tentang persyaratan gerakan.
Pada tahap ini proses belajar diawali
dengan aktif berpikir tentang gerakan yang
dipelajari.
menengah,
asosiatif
yang
juga
atau
tahap
disebut
tahap
“penyempurnaan” dimana siswa fokus
pada
penampilan
keterampilan
agar
berhasil dan menjadi lebih konsisten dari
percobaan
selanjutnya,
satu
dan
ke
percobaan
selama
tahap
yang
ini
variabilitas penampilan berkurang serta
siswa
memiliki
kemampuan
untuk
mendeteksi dan mengidentifikasi beberapa
kesalahan yang dilakukan.
3)
Tahap Otonom
Pada tahap ini, peran guru/pelatih
diperlukan dalam upaya melayani siswa
dalam kapasitas sebagai motivator untuk
membantu
mereka.
siswa
mencapai
potensi
Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan
bahwa
tahap
otomatisasi
merupakan tahap akhir pembelajaran gerak
yang ditandai dengan tingkat penguasaan
gerakan dimana siswa mampu melakukan
gerakan secara otomatis tanpa terpengaruh,
walaupun saat melakukan gerakan siswa
Tahap Asosiatif
Tahap
menjadi
dan memperbaiki kesalahan yang terjadi.
Tahap Kognitif
Tahap kognitif merupakan awal
2)
gerak
memperhatikan hal-hal lain selain gerakan
yang dilakukan.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen
lapangan. Disain penelitian harus disusun
dan
dilaksanakan
perhitungan
agar
dengan
dapat
penuh
menghasilkan
petunjuk empirik yang kuat relevansinya
dengan hipotesis. Desain penelitian yang
digunakan adalah by level 2 x 2 dengan
terdapat tiga variabel penelitian, yaitu satu
variabel terikat dan dua variabel bebas.
Sebagai
variabel
terikat
(dependent
variable) adalah hasil belajar tolak peluru
A1B2 =
Kelompok
dan dua variabel bebas (independent
resiprokal
variable)
kepada
adalah
gaya
mengajar
dan
kekuatan otot lengan siswa..
gaya
yang
siswa
mengajar
dibelajarkan
yang
memiliki
kekuatan otot lengan rendah.
Variabel perlakuan pembelajaran
dibedakan
menjadi
mengajar
resiprokal
dua,
yaitu
gaya
dan
gaya
(A1)
A2B2
=
Kelompok
komando
gaya
yang
siswa
mengajar
dibelajarkan
mengajar komando (A2). Variabel yang
kepada
yang
memiliki
mempengaruhi, yaitu kekuatan otot lengan
kekuatan otot lengan rendah.
tinggi (B1) dan kekuatan otot lengan
rendah (B2). Rancangan by level 2 x 2
HASIL PENELITIAN
dapat dijelaskan seperti tabel berikut.
Sebelum
persyaratan
Mengajar
Resiprokal
Komando
(A1)
(A2)
Kekuatan
Otot Lengan
(B)
Tinggi (B1)
A1B1
A2B1
Rendah (B2)
A1B2
A2B2
Total
Keseluruhan
Keterangan:
A1B1 =
Kelompok
resiprokal
kepada
gaya
yang
siswa
mengajar
dibelajarkan
yang
memiliki
kekuatan otot lengan tinggi.
normalitas;
Kelompok
komando
kepada
gaya
yang
siswa
mengajar
dibelajarkan
yang
memiliki
kekuatan otot lengan tinggi.
analisis,
dan
(2)
yaitu
uji
(1)
uji
homogenitas
populasi.
Tabel 4.9. Rangkuman hasil uji
normalitas sampel
Kelompok
n
Lo
Lt
Kesimpulan
A1B1
11
0.0913
0,249
Normal
A1B2
11
0.2074
0,249
Normal
A2B1
11
0.1633
0.249
Normal
A2B2
11
0.1476
0.249
Normal
A1B1B2
22
0.0602
0,173
Normal
A2B1B2
22
0.1370
0,173
Normal
Berdasarkan tabel tersebut diatas,
diperoleh Lo untuk seluruh kelompok
sampel lebih keci dibanding degan Lt.
Dengan
bahwa
.
A2B1 =
analisisVarian
(Anava), terlebih dahulu dilakukan uji
Gaya
(A)
dilakukan
demikian
sampel
berdistribusi
dapat
berasal
dari
normal. Maka
memberikan implikasi
statistika
disimpulkan
parametrik
populasi
hasil
ini
bahwa analisis
dapat
digunakan
untuk menguji hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini, sehingga syarat
pertama untuk pengujian telah terpenuhi.
1. Terdapat perbedaan hasil belajar
tolak peluru antara gaya mengajar
resiprokal dan gaya mengajar
komando.
Rangkuman nya dapat dilihat pada
tabel. Dengan demikian Fo > Ft, sehingga
ada alasan untuk menolak Ho, dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan
terdapat perbedaan yang nyata antara gaya
mengajar resiprokal dengan gaya mengajar
komando
terhadap
kemampuan
tolak
peluru.
2. Hasil Belajar tolak peluru siswa
dengan kekuatan otot lengan tinggi
yang diajar dengan menggunakan gaya
mengajar resiprokal tidak lebih baik
daripada gaya mengajar komando.
Hipotesis
yang
menyatakan bahwa secara keseluruhan
kemampuan
tolak
peluru
dengan
menggunakan gaya mengajar resiprokal
lebih baik dibanding dengan menggunakan
gaya mengajar komando. Hal ini terbukti
berdasarkan hasi uji lanjut dalam analisis
Gaya mengajar resiprokal pada
dasarnya menggunakan landasan teori
umpan balik atau feed back. Teori ini
beranggapan bahwa informasi tentang
hasil belajarnya berdasarkan tindakan yang
dilakukan oleh pengamat. Informasi yang
varian (ANAVA) dengan menggunakan uji
turkey yang menunjukkan bahwa Qo > Qt
yang berarti signifikan. Gaya mengajar
resiprokal Kekuatan otot lengan tinggi >
gaya mengajar komando kekuatan otot
lengan tinggi
menyebabkan perbaikan disebut umpan
balik negatif, sedangkan infromasi yang
justru
penelitian
memantapkan
hasil
belajarnya
=
74,44 − 64,8
√41,23
11
=
9,64
= 4,99
1,93
disebut umpan balik positif. Di dalam
Q tabel = 4 : 40 = 3,79
proses pembelajaran pendidikan jasmani,
Kesimpulan : perbedaan signifikan
kini berkembang teori tentang pengaruh
karena Q hitung > Q tabel
pengetahuan hasil (PH) belajar terhadap
Pada gaya mengajar resiprokal
tugas dari mereka berperan sebagai pelaku
adalah melakukan gerakan-gerakan yang
diminta pada lembar kerja, sedangkan
pengamat adalah memberikan umpan balik
kepada pelaku berdasarkan kriteria yang
disampaikan oleh gurunya. Teknik umpan
balik yang dilakukan oleh pengamat dapat
saja diberikan pada saat pelaksanaan
secara lengkap oleh pelaku setelah gerakan
dilakukan dengan lengkap dan selesai,
maka anggota pasangan dapat berganti
peran, yaitu pelaku menjadi pengamat,
sedangkan yang tadinya pengamat menjadi
pelaku.
kemajuan belajarnya, biasanya disebut
teori Know ledge of Result. Dalam
pembelajaran tolak peluru, siswa lebih
percaya diri jika diamati sesama teman dan
dikoreksi sesama teman dibandingkan
dengan guru. Pembelajaran tolak peluru
yang bersifat individu merupakan materi
yang tepat jika digunakan dengan gaya
mengajar resiprokal.
3. Hasil Belajar tolak peluru siswa
dengan kekuatan otot lengan
rendah
yang
diajar
dengan
menggunakan
gaya
mengajar
komando lebih baik dari pada gaya
mengajar resiprokal.
Gaya mengajar resiprokal
keadaan emosional siswa, kemampuan
Kekuatan otot lengan rendah > gaya
mencerminkan tindakan dan mengikuti
mengajar komando kekuatan otot lengan
pembaca.
rendah
meniru. arah Emulating menyalin ulang
65,87 − 64,8
=
√41,23
11
=
1,07
= 0,55
1,93
menikmati
kecil,
banyak
misalnya,
aktivitas,
gaya
komando, sebagai Simon mengatakan,
Semua
merespon
mewakili
adalah
perilaku
kegiatan
yang
melakukan tugas adalah bagian dari
tumbuh
rata kedua kelompok model pembelajaran
perbedaan
yang
signifikan dengan ditunjukan Qo > Qt
ditolak
bersosialisasi
dalam
penting bagi anak muda. Merasa rasa
Jika diuji secara empirik nilai rata-
menunjukan
dan
kelompok. Balas ke alamat adalah perilaku
Q tabel = 4 :40 = 3,79
Ho
Anak-anak
diperlukan untuk anak-anak. Belajar untuk
signifikan karena Q hitung < Q tabel
sehingga
tugas.
dan
Kesimpulan : perbedaan tidak
tersebut
siswa untuk merespon dan sifat dan tujuan
atau
terdapat
perbedaan yang berarti.
Gaya mengajar resiprokal pada
prestasi, bukan hanya tindakan merespons,
adalah motivasi utama bagi siswa dari
berbagai kelompok umur dalam gaya
komando.
4. Terdapat interaksi antara Model
Pembelajaran dan Kekuatan otot
lengan terhadao Kemampuan Tolak
peluru
dasarnya menggunakan landasan teori
Berdasarkan hasil analisis varian
umpan balik atau feed back. Teori ini
beranggapan bahwa informasi tentang
hasil belajarnya berdasarkan tindakan yang
dilakukan oleh pengamat. Informasi yang
menyebabkan perbaikan disebut umpan
balik negatif, sedangkan infromasi yang
justru
memantapkan
hasil
belajarnya
Guru harus menyadari sifat halus
komando.
individu
kepada
Hubungan
orang
interaksi
keputusan
lain
harus
digunakan dengan account penuh dari
antara
model
pembelajaran dan kekuatan otot lengani
belajar terhadap kemampuan tolak peluru
dilihat pada tabel perhitungan anava diatas,
bahwa harga hitung Fo < Ft sehingga ada
alasan untuk menolak Ho.
Kesimpulannya
disebut umpan balik positif.
gaya
tentang
bahwa
terdapat
interaksi antara dua model pembelajaran
dengan kekuatan otot lengan terhadap
kemampuan tolak peluru dengan kata lain
adanya hubungan saling keterkaitan antara
model
pembelajaran
mengajar
Dari uraian tersebut di atas, dapat
resiprokal dan gaya mengajar komando)
diduga bahwa terdapat interaksi antara
dan
gaya mengajar dan kekuatan otot lengan
kekuatan
otot
(gaya
lengan
terhadap
kemampuan tolak peluru. Dengan teruji
terhadap hasil belajar tolak peluru .
nya interaksi tersebut, maka selanjutnya
PEMBAHASAN
perlu dilakukan uji lanjut. Uji lanjut
Berdasarkan hasil analisis data
dimaksudkan untuk mengetahui tentang
penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil
(1) perbedaan kemampuan tolak peluru
bahwa
antara gaya mengajar resiprokal dengan
menyatakan bahwa terdapat perbedaan
gaya mengajar komando bagi kelompok
gaya mengajar resiprokal dengan gaya
yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi;
mengajar komando. Hal ini berarti bahwa
(2) perbedaan kemampuan tolak peluru
gaya mengajar resiprokal ternyata lebih
antara gaya mengajar resiprokal dengan
baik
gaya mengajar komando bagi kelompok
pembelajaran
yang memiliki
dibandingkan dengan menggunakan gaya
kekuatan otot lengan
rendah.
hipotesis
dalam
penelitian
pencapaian
tolak
yang
tujuan
peluru
jika
mengajar komando. Hasil pembuktian
Salah satu cara untuk mengajarkan
hipotesis ke-2 (dua) menunjukkan terdapat
materi gerak agar dapat berhasil dengan
perbedaan yang signifikan antara siswa
baik antara lain, dengan cara menggunakan
yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi
gaya mengajar. Gaya mengajar merupakan
yang diajar dengan menggunakan gaya
pedoman khusus untuk struktur episode
mengajar resiprokal dan gaya mengajar
belajar atau tahapan pelajaran. Dalam
komando
proses
peluru.
belajar
mengajar
gerak
yang
menggunakan gaya mengajar, guru dapat
terhadap
Berdasarkan
kemampuan
temuan
ini
tolak
dapat
memberikan instruksi secara langsung
disimpulkan bahwa kemampuan tolak
maupun instruksi secara langsung maupun
peluru pada siswa memiliki kekuatan otot
intruksi tidak lansung kepada mahasiswa
lengan tinggi dipengaruhi oleh variasi
tentang cara belajar.
kedua model pembelajaran tersebut.
Kekuatan otot adalah kemampuan
Hasil pembuktian hipotesis ke-3
otot atau kelompok untuk melakukan kerja
(tiga) jika diihat dari rata-rata, hasi belajar
dengan menahan beban yang diangkatnya.
siswa yang memiliki kekuatan otot lengan
Otot yang kuat akan membuat kerja otot
rendah yang diajar dengan menggunakan
sehari-hari
gaya mengajar resiprokal tidak lebih baik
secara
efisien
seperti,
mengangkat, menjinjing dan lainnya.
dibandingkan yang menggunakan gaya
mengajar komando, jika di uji taraf
signifikannya
menunjukkan
2. Terdapat perbedaan hasil belajar tolak
terdapat
peluru
antara
gaya
perbedaan yang signifikan antara siswa
resiprokal dan komando.
yang memiliki kekuatan otot lengan
3. Hasil Belajar tolak peluru
mengajar
siswa
rendah yang diajar dengan menggunakan
dengan kekuatan otot lengan tinggi
gaya
yang diajar dengan menggunakan gaya
mengajar
resiprokal
dan
gaya
mengajar komando terhadap tolak peluru.
Sementara
pada
hipotesis
ke-4
(empat)
adanya
interaksi
mengajar
pengujian
menunjukkan
lebih
baik
daripada gaya mengajar komando.
4. Hasil
Belajar
tolak
peluru
siswa
model
dengan kekuatan otot lengan rendah
pembelajaran dan kekuatan otot lengan
yang diajar dengan menggunakan gaya
terhadap kemampuan tolak peluru siswa
mengajar resiprokal tidak lebih baik
yang
daripada gaya mengajar komando.
mengikut.
antara
resiprokal
Dengan
demikian
pembelajaran di SMP Negeri 2 Kuala
dapatlah
dinyatakan
bahwa
5. Terdapat
secara
interaksi
antara
gaya
mengajar dengan kekuatan otot lengan
keseluruhan gaya mengajar resiprokal
terhadap hasil belajar tolak peluru.
memiliki pengaruh yang lebih baik jika
dibandingkan
dengan
gaya
mengajar
komando. Sedangkan bagi yang memiliki
kekuatan
otot
lengan
tinggi,
dapat
menggunakan gaya mengajar komando
untukmeningkatkan
kemampuan
tolak
peluru sebalknya yang kekuatan otot
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka
peneliti menyarankan :
1. Bagi Siswa untuk meningkatkan
hasil belajar tolak peluru siswa.
2. Bagi
guru
pendidikan
jasmani
lengan rendah dapat menggunakan gaya
sebagai bahan masukan dalam
mengajar resiprokal untuk meningkatkan
pembelajaran
kemampuan tolak peluru.
peluru.
KESIMPULAN IMPLIKASI DAN
SARAN
A.
Dari
Kesimpulan
hasil
penelitian
hipotesis
dan
pembahasan hasil penelitian maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa :
khususnya
tolak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Ateng, Asas dan Landasan
Pendidikan
Jasmani.
Jakarta:
Depdikbud Dirjendikti, 1992.
Adang
Suherman,
Dasar-Dasar
Pendidikan
Jasmani.
Jakarta:
Depdikbud Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah, 2000.
Adang Suherman, dkk. Pembelajaran
Atletik. Jakarta: Dirjendikti, 2001.
Adang Suherman, Yudha Saputra, dan
Yudha Hendrayana. Pembelajaran
Atletik Pendekatan Permainan &
Kompetisi untuk siswa SMU/SMK.
Jakarta
Direktorat
Jenderal
Olahraga, 2001.
Agung Sunarno, Tes, Pengukuran dan
Evaluasi Keolahragaan. (Fakultas
Ilmu Keolahragaan, Unimed, 2012)
Aip
Syarifuddin,
Atletik.
Jakarta:
Depdikbud Dirjendikti, 1992.
Arma Abdullah dan Agus Manadji, DasarDasar
Pendidikan
Jasmani.
Jakarta: Depdikbud Dirjendikti,
1994.
Benjamin S. Bloom, Taxonomy of
Educational Objectives Handbook
I: Cognitive Domain. New York:
Longman, 1981.
Brotosuryo,Srijono.
Perencanaan
Pengajaran Pendidikan Jasmani
dan Kesehatan Buku I. Jakarta:
Dirjen Depdiknas, 1993.
B.E.
Rahantoknam, Guru Pendidikan
Jasmani Sebagai Fasilator, Semlok
Pola
Sistem
Operasional
Pendidikan Jasmani, Sebagai Basis
Pembinaan Prestasi Olahraga
Indonesia
Menjelang
Globalisasi. Jakarta: 1997.
Era
Cheryl A. Coker, Motor Learning and
Control for Practitioners. New
York: McGraw-Hill, 2004.
Didik Zafar Sidik, Mengajar dan Melatih
Atletik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
Musska Mosston and Sara Asworth,
Teaching Physical Education. New
York: Mac
Millan College
Publishing Inc, 2008.
M. Sajoto, Pembinaan Kondisi Fisik
dalam
Olahraga.
Jakarta
:
Depdikbud, 1988.
Nurhasan. (2005). Aktivitas Kebugaran.
Jakarta: Depdiknas.
Nuril Ahmadi. Panduan Olahraga Bola
Voli. Era Pustaka Utama, 2007.
Pate Russel ;Bruce Mc Clenghan ang
Robert
Rotella.
Dasar-Dasar
Ilmiah
Kepelatihan.Terjemahan
oleh Drs.Kasiyo Dwi jowinoto. Ms
semarang : Ikip semarang Press,
2003).
Wikipedia, Definisi Atletik, p. 1, 2010,
<http://id.Jwikipedia.org/wiki/
Halaman_Utama>
William J. Bowerman dan William H.
Freeman,
High
Performance
Training for Track and Field
(United State of America: Human
Kinetics
Publisher,
Inc,
1991).p.174.
Download