AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK BIJI PALA

advertisement
AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK BIJI PALA (Myristica
fragrans H) TERENKAPSULASI PADA PURE JAMBU BIJI
MERAH (Psidium guajava L)
ERYDHATIRTI DIAH PRAMESTI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antibakteri
Minyak Biji Pala (Myristica fragrans H) Terenkapsulasi pada Pure Jambu Biji
Psidium guajava L) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Erydhatirti Diah Pramesti
NIM F24090071
ABSTRAK
ERYDHATIRTI DIAH PRAMESTI. Aktivitas Antibakteri Minyak Biji Pala
(Myristica fragrans H) Terenkapsulasi dalam Pure Jambu Biji Merah (Psidium
guajava L). Dibimbing oleh SRI LAKSMI SURYAATMADJA dan ICEU
AGUSTINISARI.
Pengawetan pure buah sangat bergantung pada penggunan pengawet kimia
dan penyimpanan suhu beku. Beberapa jenis tanaman memiliki aktivitas
penghambatan bakteri dan dapat dikembangkan sebagai pengawet alami seperti
minyak biji pala. Aktivitas antibakteri minyak biji pala terenkapsulasi (MBPTe)
terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Lactobacillus delbrueckii
dengan konsentrasi 0,06%, 0,12%, dan 0,60% (b/v) dianalisis dan diaplikasikan
ke dalam pure jambu biji merah. Aktivitas penghambatan ditunjukkan dengan
penurunan jumlah bakteri setelah waktu kontak tertentu dengan metode cawan
tuang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ketiga jenis bakteri yang diuji, S.
aureus merupakan bakteri yang paling sensitif terhadap MBPTe sedangkan yang
paling tahan adalah L. delbrueckii. MBPTe pada konsentrasi 0,6% (b/v) dengan
waktu kontak 24 jam mampu menurunkan jumlah S. aureus (2,14 log CFU/ml), E.
coli (0,92 log CFU/ml), dan L. delbrueckii (0,44 log CFU/ml). Pada aplikasi
dalam pure jambu biji merah, konsentrasi MBPTe 1,2% (b/v) dengan waktu
kontak 6 jam mampu menurunkan S. aureus (3,20 log CFU/ml) dan E. coli (2,59
log CFU/ml) sedangkan penurunan L. delbrueckii setelah kontak 24 jam (1,17 log
CFU/ml).
Kata kunci : enkapsulasi, minyak biji pala, pengawetan, pure jambu biji merah
ABSTRACT
ERYDHATIRTI DIAH PRAMESTI. Antibacterial Activity of Nutmeg Seed Oil
(Myristica fragrans H) Encapsulated in Red Guava Puree (Psidium guajava L).
Supervised by SRI LAKSMI SURYAATMADJA and ICEU AGUSTINISARI.
Preservation of fruit puree is highly dependent on the chemical
preservatives and frozen storage temperature. Some species of plants have
inhibitory activity of microbes and could be developed as a natural preservatives,
such as nutmeg seed oil. Antibacterial activity of nutmeg seed oil encapsulated
against Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Lactobacillus delbrueckii
with concentrations 0,06%, 0,12%, and 0,60% (w/v) were analyzed and applied
into red guava puree. The inhibitory activities were indicated by decreased
amount of bacteria with certain time by pour plate methode. The result showed
that S. aureus was the most sensitive bacteria while L. delbrueckii was the most
resistant bacteria. Concentration MBPTe 0,6% and contact time 24 hours can
decrease S. aureus (2,14 log CFU/ml), E. coli (0,92 log CFU/ml), and L.
delbrueckii (0,44 log CFU/ml). Application in red guava pure showed
concentration 1,2% and contact time 6 hours reduced S. aureus (3,20 log CFU/ml)
and E. coli (2,59 log CFU/ml) while L. delbrueckii after contact 24 hours (1,17
log CFU/ml).
Key words : encapsulation, nutmeg seed oil, preservative, red guava puree
AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK BIJI PALA (Myristica
fragrans H) TERENKAPSULASI PADA PURE JAMBU BIJI
MERAH (Psidium guajava L)
ERYDHATIRTI DIAH PRAMESTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Aktivitas Antibakteri Minyak Biji Pala (Myristica fragrans H)
Terenkapsulasi pada Pure Jambu Biji Merah (Psidium guajava L)
Nama
: Erydhatirti Diah Pramesti
NIM
: F24090071
Disetujui oleh :
Prof. Dr. Ir. Sri Laksmi Suryaatmadja, MS
Pembimbing I
Iceu Agustinisari, S.TP, M.Si
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
Judul Skripsi : Aktivitas Antibakteri Minyak Biji Pala (Myristicafragrans H)
Terenkapsulasi pada Pure Jambu Biji Merah (Psidium guajava L)
Nama
: Erydhatirti Diah Pramesti
NIM
: F24090071
Disetujui oleh :
Prof. Dr. Ir. Sri Laksmi Suryaatmadja, MS
Pembimbing I
Tanggal Lulus:
2, 4 MAR 2014
Iceu Agustinisari, S.TP, M.Si
Pembimbing II
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul.Aktivitas Antibakteri Minyak
Biji Pala (Myristica fragrans H) Terenkapsulasi pada Pure Jambu Biji Merah
(Psidium guajava L) dapat diselesaikan dengan baik.
Terima kasih penulis menyampaikan ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Sri
Laksmi Suryaatmadja, MS selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan
waktu, saran, dan bimbingannya kepada penulis dalam penyelesaian penelitian
dan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada Ibu
Iceu Agustinisari, S.TP, M.Si selaku pembimbing II dan selaku peneliti Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian yang telah menerima
penulis untuk magang dan membiayai penelitian ini, serta atas motivasi dan saran
yang telah diberikan kepada penulis serta Bapak Dr. Ir. Sukarno, M.Sc selaku
dosen penguji yang telah banyak memberi saran.
Rasa hormat penulis sampaikan kepada ibu, ayah, dan keluarga tercinta
yang telah membimbing dan memberikan doa, semangat, kasih sayang, dukungan
moril dan materiil dengan tulus selama ini. Terimakasih juga Penulis sampaikan
kepada teman-teman tercinta, Nurul, Astro, Beber, Sarlub, dan Mas Abduh atas
semangat, doa, dan dukungan yang telah diberikan. Teman-teman ITP 46 atas
kebersamaan yang telah dibangun selama ini, para peneliti di Balai Besar Pasca
panen Bu Citra, Teh uwi, Pak Yudi, dan Pak Tri yang telah membantu selama
penelitian di dalam laboratorium.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Bogor, Maret 2014
Erydhatirti Diah Pramesti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iv
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2
Manfaat Penelitian ............................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 2
Minyak Biji Pala (Myristica fragrans H) ............................................................ 2
Mikroenkapsulasi ................................................................................................. 3
Bakteri Pencemar Produk Olahan Buah .............................................................. 4
Mekanisme Antibakteri dari Minyak Atsiri ......................................................... 4
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 6
Bahan Penelitian .................................................................................................. 6
Peralatan Penelitian .............................................................................................. 6
Prosedur Penelitian .............................................................................................. 7
Analisis ................................................................................................................ 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 9
Karakteristik Fisikokimia Pure Jambu Biji Merah .............................................. 9
Aktivitas Antibakteri Minyak Biji Pala ............................................................. 11
SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 20
Simpulan ............................................................................................................ 20
Saran .................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 21
LAMPIRAN
23
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................. 24
DAFTAR TABEL
1 Karakteristik fisikokimia pure jambu biji merah ........................................................... 10
2 Hasil pengujian pH dan Total Plate Count (TPC) pure jambu biji merah
selama 14 hari................................................................................................................. 10
3 Hasil uji konfirmasi sampel pure jambu biji merah dan minyak biji pala
terenkapsulasi ................................................................................................................. 11
4 Aktivitas antibakteri emulsi minyak biji pala terhadap.................................................. 12
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir proses pembuatan pure jambu biji .................................................. 7
2 Pengaruh konsentrasi MBPTe dan waktu kontak terhadap S. aureus ................ 13
3 Pengaruh konsentrasi MBPTe dan waktu kontak terhadap E. coli .................... 14
4 Pengaruh konsentrasi MBPTe dan waktu kontak terhadap L. delbrueckii ........ 15
5 Pengaruh konsentrasi MBPTe dan waktu kontak terhadap S. aureus dalam
pure jambu biji merah ......................................................................................... 16
6 Pengaruh konsentrasi MBPTe dan waktu kontak terhadap E. coli dalam
pure jambu biji merah ......................................................................................... 17
7 Pengaruh konsentrasi MBPTe dan waktu kontak terhadap L. delbrueckii
dalam pure jambu biji merah .............................................................................. 19
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data aktivitas antibakteri minyak biji pala terenkapsulasi pada media sintetik
terhadap S. aureus, E. coli, dan L. delbrueckii
2 Data aplikasi aktivitas antibakteri minyak biji pala terenkapsulasi pada pure
jambu biji merah terhadap S. aureus dan E. coli
3 Aplikasi minyak biji pala terenkapsulasi pada L. delbrueckii
4 Aplikasi minyak biji pala terenkapsulasi pada S. aureus
5 Aplikasi minyak biji pala terenkapsulasi pada S. aureus
6 Aplikasi minyak biji pala terenkapsulasi pada L. delbrueckii
7 Dokumentasi pengujian bakteri terhadap minyak biji pala terenkapsulasi
8 Hasil statistik aktivitas antibakteri dalam media pertumbuhan sintetik
9 Hasil statistik aplikasi antibakteri dalam pure jambu biji
10 Hasil statistik aktivitas antibakteri emulsi minyak biji pala
24
24
25
25
26
27
28
28
29
31
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara beriklim tropik banyak menghasilkan buah-buahan
setiap tahun atau tiap musim panennya. Salah satunya adalah buah jambu biji.
Berdasarkan data produksi buah-buahan di Indonesia oleh BPS, pada tahun 2003 2012 rata-rata produksi jambu biji sebesar 206.059 ton per tahun. Jambu biji
merah (Psidium guajava L) banyak dikonsumsi dan dikenal masyarakat karena
memiliki sensori yang disukai, biasanya dikonsumsi dalam berbagai macam
bentuk, baik yang masih segar maupun produk olahan seperti jam, jeli, dan sari
buah. Dengan berkembangnya industri pengolahan buah jambu biji maka
permintaan akan bahan baku juga meningkat. Oleh karena buah jambi bji merah
matang cepat mengalami pembusukan, maka saat ini telah dikembangkan produk
jambu biji merah berbentuk pure (bubur) yang lebih konsisten mutunya dan daya
simpan lebih panjang sehingga kontinuitas produk untuk industri lanjutan dapat
terjamin (Hartinah et al. 2006).
Proses produksi pure jambu biji merah secara umum meliputi tiga tahap
yaitu persiapan dan penanganan bahan (baik bahan baku maupun bahan
pembantu), proses pengolahan, dan pengemasan sampai dengan penyimpanan.
Proses-proses tersebut memungkinkan adanya kontaminasi bakteri (Ambarsari
2008). Oleh karena itu, digunakan bahan pengawet untuk memperpanjang umur
simpan. Penggunaan pengawet dari senyawa kimia sintetik seperti asam sitrat,
benzoat, sorbat, dan sulfit juga dapat diaplikasikan untuk menjaga mutu produk,
akan tetapi dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan, tren konsumen saat
ini lebih menyukai bahan pengawet alami.
Bahan pengawet dari bahan alami (biopreservatif) sangat berpeluang untuk
dikembangkan diantaranya beberapa jenis tanaman memiliki aktivitas
penghambatan bakteri. Aktivitas antibakteri yang berasal dari berbagai bahan
alami sudah banyak diteliti seperti ekstrak sirih hijau (Suliantari et al. 2008),
ekstrak temu kunci (Miksusanti et al. 2008), ekstrak temu putih (Parhusip et al.
2009), jinten putih (Ridawati et al. 2011), dan minyak atsiri biji pala
(Kusumaningrum et.al. 2002). Menurut kajian Mawaddah (2008) picung, pala,
daun salam, andaliman, cabe merah dapat menghambat bakteri. Berdasarkan
tingkat efektivitas dan ketersediaan terdapat 8 jenis rempah yang layak untuk
direkomendasikan sebagai pengawet pangan yaitu jahe, bawang putih, kunyit,
lengkuas, daun sirih, cabe merah, pala, dan kecombrang.
Pala adalah salah satu jenis rempah – rempah yang banyak digunakan dalam
industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Adapun senyawa-senyawa dalam
minyak biji pala yang diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri maupun
kapang adalah borneol, geraniol, linalool, terpineol, eugenol, miristisin, safrola,
kamfena, dipentena dan pinena (Tainter dan Grenis 2001).
Menurut hasil penelitian Kusumaningrum et al. (2003), minyak atsiri biji
pala (Myristica fragrans H) memiliki aktivitas yang lebih baik daripada ekstrak
kasar biji pala. Minyak atsiri pala bersifat mudah menguap, oleh karena itu telah
dikembangkan teknik enkapsulasi untuk melindungi komponen-komponen mudah
menguap (volatil) dari minyak biji pala. Enkapsulasi membantu meningkatkan
2
efektivitas antimikroba. Adanya lapisan enkapsulan membantu meningkatkan
konsentrasi dan kelarutan komponen antimikroba ke dalam sistem bahan pangan
yang memiliki kadar air tinggi (Weiss et al. 2009). Fungsi lain enkapsulasi adalah
melindungi komponen antimikroba dari faktor-faktor lingkungan (seperti pH,
oksigen, cahaya, kelembaban) (Gavini et al. 2005). Pada penelitian ini akan
dipelajari aktivitas dan efektivitas minyak biji pala terenkapsulasi pada berbagai
konsentrasi terhadap pertumbuhan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan
Lactobacillus delbrueckii pada pure jambu biji merah.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi optimum dari
minyak biji pala terkenkapsulasi (MBPTe) yang mampu menghambat
pertumbuhan E. coli, S. aureus, dan L. delbrueckii serta mengetahui pengaruh
aplikasi minyak biji pala terenkapsulasi pada pure jambu biji merah terhadap
aktivitas antibakteri ketiga bakteri uji tersebut.
Manfaat Penelitian
Minyak biji pala terenkapsulasi dapat diaplikasikan sebagai pengawet alami
khususnya pada produk pure jambu biji merah dan secara umum pada berbagai
jenis pangan olahan buah lain seperti selai dan jus.
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak Biji Pala (Myristica fragrans H)
Karakteristik fisik minyak pala adalah tidak berwarna sampai berwarna
kuning muda dan beraroma rempah yang kuat. Komponen kimia minyak biji pala
antara lain pinena (35,11%), terpena (11,59%), miristisin (12,66%), tujena (24%),
dipentena (3,71%), terpinolena (1,48%), sabinena (0,51%), benzena (0,76%),
piridinol (0,06%), propenifenol (0,57%), geraniol (0,12%), dan terpineol (1,09%)
(Agustinisari 2013).
Dari penelitian yang dilakukan Dorman dan Dean (2000) , diperoleh hasil
bahwa minyak atsiri oregano (Origanum vulgare), lada hitam (Piper nigrum),
cengkeh (Syzygium aromaticum), thymus (Thymus vulgaris) dan pala (Myristica
fragrans) mempunyai aktivitas penghambatan terhadap bakteri Gram positif
Bacillus subtilis dan S. aureus. Minyak atsiri dari pala (M. fragrans) tidak
menghambat pertumbuhan bakteri Gram negatif Enterobacter aerogenes dan
Pseudomonas aeruginosa tetapi efektif menghambat pertumbuhan E. coli dan
Salmonella pullorum.
Beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan sifat
antimikroba yang dimiliki oleh minyak pala, diantaranya adalah penelitian Gupta
et al. (2008) yang melaporkan bahwa minyak biji pala memiliki aktivitas
3
antibakteri yang baik terhadap Bacillus cereus, S. epidermidis dan E. coli.
Aktivitas antimikroba minyak pala juga ditunjukkan dari hasil penelitian
Kusumaningrum et al. (2003) yang menyatakan bahwa minyak atsiri biji M.
fragrans, minyak atsiri biji M. fattua dan ekstrak kasar biji M. fragrans memiliki
aktivitas penghambatan terhadap bakteri Xanthomonas campestris yang berasal
dari brokoli. Dalam laporannya disebutkan pula bahwa minyak atsiri biji M.
fragrans memiliki aktivitas yang lebih baik daripada ekstrak kasar biji M.
fragrans. Aktivitas bakterisida yang dimiliki biji pala terutama karena adanya
kandungan senyawa miristisin, senyawa hidrokarbon terpena dan turunan
fenilpropana (Praptosuwirya, 2001).
Mikroenkapsulasi
Enkapsulasi adalah suatu proses penyalutan bahan-bahan inti yang
berbentuk cair atau padat dengan menggunakan suatu bahan penyalut khusus yang
membuat partikel-partikel inti mempunyai sifat fisika dan kimia seperti yang
dikehendaki. Bahan penyalut yang berfungsi sebagai dinding pembungkus bahan
inti tersebut dirancang untuk melindungi bahan-bahan terbungkus dari faktorfaktor yang dapat menurunkan kualitas bahan tersebut. Metode spray drying
adalah metode paling umum digunakan dalam proses enkapsulasi pada industri
makanan. Proses yang terdapat dalam spray drying ada tiga tahap: pertama,
persiapan dari bahan-bahan yang akan disebarkan dan bahan emulsi yang akan
diproses, kedua, menghomogenisasikan bahan-bahan tersebut, dan yang ketiga,
menyemprotkan cairan-cairan tersebut dengan udara panas menuju chamber
(Chandrayani 2002).
Minyak biji pala ditambah dengan surfaktan dan air untuk membentuk
emulsi minyak biji pala. Emulsi tersebut ditambah maltodekstrin sebagai bahan
penyalut. Enkapsulasi minyak biji pala menggunakan spray dryer untuk
pengeringan. Hasil pengamatan menggunakan scanning electron microscope
(SEM), diketahui diameter ukuran molekul enkapsulasi sebesar 8.297 µm.
Penelitian mengenai enkaspulasi minyak atsiri banyak dilakukan antara lain
mikroenkapsulasi ekstrak etanol biji jinten hitam pahit, mikroenkapsul oleoresin
kayu manis dan cengkeh. Agustinisari et al. (2012) melaporkan proses nanoemulsi
energi tinggi dilakukan dengan alat High Pressure Homogenizer (HPH). Hasil
pengukuran partikel menunjukkan bahwa dari emulsi yang terbentuk dengan HPH
ukuran droplet yang dihasilkan berkisar antara 110,88-290,47 nm. Proses
nanoemulsi dengan HPH diawali dengan pembuatan emulsi kasar campuran
minyak bij pala, surfaktan dan akuades dengan High Shear Homogenizer (HSH)
pada 16000 rpm selama 5 menit. Emulsi kasar dimasukkan ke dalam bagian
penampung sampel di alat HPH. Tekanan HPH diatur berada pada 20000 psi.
Hasil nanoemulsi oleh HPH kemudian dikeringkan menggunakan spray dryer
dengan suhu inlet 110oC dan suhu outlet 70oC. Proses mikroenkapsulasi diawali
dengan pembuatan emulsi dengan mencampurkan minyak biji pala, surfaktan, dan
air dengan HSH pada 11000 rpm selama 30 menit kemudian dikeringkan
menggunakan spray dyer.
Enkapsulasi dapat meningkatkan konsentrasi komponen aktif dan
mengurangi volatilitas komponen antimikroba sehingga aktivitas antibakteri juga
4
meningkat. Wang et al. (2009) melaporkan bahwa terdapat aktivitas antimikroba
dari karvakrol terenkapsulasi terhadap E. coli K88. Penambahan eugenol
terenkapsulasi ke dalam susu menunjukkan aktivitas penghambatan E. coli yang
lebih rendah atau sama dengan eugenol yang tidak dienkapsulasi (Gaysinsky et al.
2007).
Bakteri Pencemar Produk Olahan Buah
Peraturan batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan yang
ditetapakan oleh BPOM (2009) yaitu pada produk olahan buah seperti jem dan jeli
batas cemaran mikroba antara lain ALT (300C, 72 jam) 1x104 koloni/g, APM
Koliform <3/g, S. aureus 1 x 102 koloni/g, Clostridium sp <1x101 koloni/g,
kapang dan khamir 1x102 koloni/g sedangkan pada minuman sari buah ALT
(30oC, 72 jam) 1x 104 koloni/ml, koliform 2x101 koloni /ml, APM E. coli < 3/ml,
Salmonella sp. negatif/25 ml, S. aureus negatif/ml, kapang dan khamir 1 x 102
koloni/ml.
S.aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat patogen, berbentuk
bulat dan membelah diri membentuk gerombol yang tak teratur. Dinding sel
mengandung dua komponen utama yaitu peptidoglikan serta asam tekoat. Suhu
optimum pertumbuhan 35-40oC, kisaran pH pertumbuhan 4.0–9.8 dan pH
optimum 7.4. S. aureus tidak mampu berkompetisi dan mensintesis nutrisi penting
secara mandiri sehingga kebutuhan nutrisi lebih kompleks.
E. coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang lurus. Gram
negatif memiliki kisaran pH pertumbuhan 4.0–10.5. Tumbuh dengan mudah pada
medium nutrien sederhana. E. coli dapat diinaktifkan pada suhu pasteurisasi
makanan atau selama pemasakan makanan dan merupakan bakteri penyebab
gastroenteristis. Makanan yang sering terkontaminasi E. coli adalah daging ayam,
daging sapi, ikan, telur dan produk-produknya, sayuran, buah-buahan dan sari
buah. Banyak penelitian mengenai aktivitas antibakteri minyak atsiri
menggunakan S. aureus dan E. coli sebagai bakteri uji seperti ekstrak etanol sirih
hijau, temu putih, ektrak bawang putih, bumbu – bumbu rempah, ekstrak biji
pinang, ekstrak herba, dan lain sebagainya. Hasil penelitian tersebut menujukkan
bakteri E.c oli lebih tahan terhadap senyawa antibakteri.
L. delbrueckii merupakan bakteri Gram positif, anaerob fakultatif,
homofermentatif, berbentuk batang, tidak berspora, dan bersifat katalase negatif.
L. delbruekii termasuk jenis bakteri termofilik karena hidup secara optimal pada
suhu 450C. Selain menghasilkan asam laktat, L. bulgaricus juga menghasilkan
asetaldehid, aseton, asetoin, dan diasetil dalam jumlah yang cukup rendah. L.
delbrueckii digunakan sebagai bakteri uji pada penelitian aktivitas antibakteri
nanoenkapsulasi minyak essensial (terpena) dan pertumbuhannya dapat dihambat.
Mekanisme Antibakteri dari Minyak Atsiri
Beberapa cara penghambatan yang dilakukan oleh komponen aktif
diantaranya adalah dengan bereaksi dengan membran sel, mengganggu kestabilan
5
membran sitoplasma, peningkatan permeabilitas membran, menghambat enzim
ekstraseluler mikroba dan berpengaruh pada metabolisme mikroba.
Mekanisme penghambatan pertumbuhan mikroba yang disebabkan oleh
bahan antimikroba adalah dengan bereaksi dengan dinding sel dan membran sel,
peningkatan permeabilitas membran, menginaktivasi enzim dan material genetik
(Pelczar 2008).
1. Bereaksi dengan dinding sel
Unit dasar dari dinding sel bakteri disusun oleh peptidoglikan (murein,
mukopeptida) yang berfungsi secara mekanis untuk melindungi dan memberikan
ketegaran pada dinding sel. Menurut Madigan (2003), bakteri Gram positif
mempunyai lapisan peptidoglikan yang berselang seling dengan asam teikoat atau
polimer asam yang lainnya. Pada bakteri Gram negatif, lapisan peptidoglikan
yang tipis berdekatan dengan membran sitoplasma, sedangkan pada bagian
luarnya terdapat lapisan luar yang mengandung lipoprotein, lipopolisakarida,
protein dan fosfolipid sehingga Gram negatif lebih susah ditembus oleh senyawa
antibakteri. Perbedaan struktur dinding sel berpengaruh pada ketahanannya
terhadap perlakuan bahan antimikroba. Bagian penting dari dinding adalah lapisan
peptidoglikan karena lapisan ini berfungsi untuk melindungi sel bakteri dari
perubahan kondisi lingkungan dan faktor-faktor luar yang menyebabkan
kerusakan membran sel yang berakibat kematian sel bakteri tersebut.
Mekanisme masuknya bahan antimikroba terhadap bakteri Gram positif dan
Gram negatif berbeda yaitu pada bakteri Gram positif, bahan antimikroba dapat
langsung berinteraksi dengan lapisan peptidoglikan kemudian berikatan dengan
protein, selanjutnya dapat menyebabkan bakteri tersebut lisis. Sedangkan pada
bakteri Gram negatif, bahan tersebut masuk melalui porin (saluran difusi pasif)
yang terdapat pada lapisan luar, kemudian masuk ke lapisan peptidoglikan,
membentuk ikatan dengan protein kemudian sel bakteri lisis.
2. Bereaksi dengan membran sel
Menurut Gauthier (2005), senyawa antimikroba akan menghambat sintesa
dinding sel, meningkatkan permeabilitas membran dan merusak membran sel.
Sifat karakteristik dari minyak atsiri adalah berikatan dengan membran sel
bakteri, berpengaruh pada struktur sel dan permeabilitas membran. Kerusakan
lebih lanjut dari sel bakteri adalah keluarnya ion-ion yang diikuti dengan kematian
sel (Prabuseenivasan et al. 2006).
Pada konsentrasi rendah, fenolik akan mempengaruhi membran sel sedang
pada konsentrasi lebih tinggi akan dapat masuk ke dalam menyerang sitoplasma
sel bakteri. Terganggunya lapisan fosfolipid dari membran sel akan menyebabkan
perubahan permeabilitas membran yang selanjutnya diikuti dengan kerusakan
membran dan keluarnya metabolit seluler seperti protein, asam nukleat dan ionion logam Ca2+ dan K+. Adanya kerusakan membran sel maka akan memudahkan
asam-asam organik berpenetrasi ke membran sitoplasma dan akan mengakibatkan
sel mengalami kebocoran.
Ekstrak etanol dari daun Cassia occidentalis menyebabkan keluarnya ion
Na+ dan K+ dari E. coli sebesar 1,90 ppm dan 6,46 ppm lebih rendah
dibandingkan S. aureus 15,50 ppm dan 21,28 ppm (Oladunmoye et al. 2006).
Ekstrak etanol daun sirih hijau dapat menyebabkan terjadinya kerusakan membran
dan kebocoran metabolit seluler (asam nukleat dan protein) dan ion-ion logam
6
Ca2+, K+, Mg2+ pada B. cereus, Listeria monocytogenes, P. aeruginosa, E. coli, S.
aureus, dan Salmonella typhimurium (Suliantari 2009).
3. Inaktivasi enzim
Senyawa antimikroba selain bereaksi dengan membran sel yang berakibat
pada peningkatan permeabilitas membran, kebocoran sel dan melisiskan dinding
sel juga dapat menginaktifkan enzim-enzim intraseluler. Menurut Pelczar dan
Chan (2008) enzim merupakan sasaran potensial senyawa antibakteri. Dengan
terhambatnya atau terhentinya aktivitas enzim, mekanisme kerja enzim dapat
terganggu, sehingga mempengaruhi pertumbuhan sel bakteri.
Vedpriya et al. (2010) melaporkan bahwa efektivitas antimikroba dari
ekstrak daun Cassia occidentalis dapat diakibatkan dari kerusakan dan inaktivasi
enzim karena kemampuan senyawa antimikroba untuk menginduksi kebocoran
ion Na dan K. Ion natrium dan ion kalium telah diketahui mempengaruhi
keseimbangan osmotik dalam sel dan kebocoran ion tersebut dapat menyebabkan
lisis sel dan akhirnya kematian. Ion-ion ini juga dikenal mampu mengaktifkan
enzim, yang merupakan katalis organik sebagai jembatan reaksi biokimia.
Sebagian besar aktivitas sel termasuk pernapasan dan fungsi biosintesis berada di
bawah kendali enzim. Filgueiras et al. (2006) melaporkan bahwa eugenol dari
cengkeh selain menghambat pertumbuhan juga akan menghambat produksi enzim
listeriolisin O dari L. monocytogenes.
METODE PENELITIAN
Bahan Penelitian
Bahan pembuatan pure jambu adalah jambu biji merah matang dari Pasar
Anyar Bogor sedangkan minyak biji pala terenkapsulasi diperoleh dari Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen (BBPPP) Cimanggu Bogor.
Kultur yang digunakan meliputi E. coli ATCC 25922 diperoleh dari Laboratorium
Mikrobiologi SEAFAST IPB, S. aureus ATCC 6538 dan L. delbrueckii FNCC
0045 diperoleh dari BBPPP Cimanggu Bogor.
Bahan dan media lain yang digunakan dalam pengujian adalah de Man,
Rogosa, and Sharpe (MRS) Broth (Oxoid), MRS Agar (Oxoid), Nutrient Broth
(Merck), Nutrient Agar (Oxoid), Triphenyl Tetrazolium Chloride (TTC) serta
bahan persiapan yaitu alkohol 75% dan larutan fisiologis (NaCl 0.85%).
Peralatan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, autoklaf (Hirayama
Manufacturing Corporation), laminar flow, inkubator, inkubator shaker (orbital
incubator SI 50 Stuart Scientific), vortex mixer (IKA® MS 3 basic), pH meter (HI
2211 Hanna Instrument), oven, mikropipet, cawan petri, tabung reaksi, bunsen, aW
meter, viskometer, bunsen, jarum ose, dan peralatan gelas penelitian lainnya.
7
Prosedur Penelitian
Penelitian terdiri atas tiga tahap, yaitu (1) pembuatan pure jambu biji merah,
(2) penentuan konsentrasi terendah yang mampu menghambat pertumbuhan
bakteri (MIC), dan (3) aplikasi minyak biji pala terenkapsulasi ke dalam pure
jambu biji.
Pembuatan Pure Jambu Biji Merah (Ratna et al. 2008)
Jambu biji yang digunakan memiliki ciri kulit buah berwarna hijaukekuningan dan daging buah berwarna merah muda segar. Pertama, buah dicuci
dan dikupas, lalu dilakukan penimbangan untuk mengetahui jumlah air yang
ditambahkan saat jambu biji dihancurkan. Jambu biji terkupas kemudian dipotong
dan dihancurkan menggunakan blender dan ditambah air dengan rasio 4:1 (berat
jambu biji:volume air). Setelah jambu biji menjadi pure, disaring dengan alat
penyaring yang terbuat dari stainless steel untuk memisahkan biji. Selanjutnya
pure jambu biji dipasteurisasi pada suhu 85-88oC selama 15 menit, kemudian
dilakukan pengisisan secara hot filling sebanyak ±250 ml dalam jar steril bertutup.
Jar berkapasitas 300 ml beserta tutupnya disterilkan dahulu dalam autoklaf
(121oC, 15 menit). Pure jambu biji terkemas disimpan pada suhu dingin. Diagram
alir proses pembuatan pure jambu biji dapat dilihat pada diagram alir (Gambar 1).
Jambu biji merah
Cuci, kupas
Timbang
Air
(
4:1
penghancuran
Saring
Pure Jambu Biji
Pasteurisasi
(85-88oC, 15 menit)
Kemas dalam gelas jar steril
Gambar 1 Diagram alir proses pembuatan pure jambu biji merah
Aktivitas Antibakteri Emulsi Minyak Biji Pala
Minyak biji pala sebelum dienkapsulasi dengan penambahan bahan penyalut
dibuat menjadi emulsi minyak pala. Emulsi minyak pala terdiri dari surfaktan
8
(Tween 80), air, dan minyak biji pala. Konsentrasi emulsi minyak biji pala yang
digunakan adalah 0,5%, 0,1%, dan 0,05% (v/v) atau 0,05ml/10ml, 0,01ml/10ml,
dan 0,005ml/10ml.
Penentuan Konsentrasi Optimum Modifikasi Metode Kubo (1995)
Bakteri uji yang digunakan untuk penentuan MIC antimikroba pada media
sintetik adalah S. aureus, E. coli, dan L. delbrueckii. Pengunaan konsentrasi
minyak biji pala terenkapsulasi (MBPTe) ditentukan melalui uji pendahuluan
dengan mengacu pada metode sebelumnya. Sebanyak 2 ml biakan bakteri yang
mengandung 105 CFU/ml pada fase akhir log dimasukkan ke dalam erlenmeyer 50
ml yang berisi 18 ml Nutrient Broth (E. coli dan S. aureus) dan MRSB (L.
delbrueckii) yang telah disterilkan. Berdasarkan penelitian Abdala (2013), kurva
pertumbuhan E. coli mencapai akhir fase log pada jam ke-14, sedangkan S. aureus
mencapai akhir fase log pada jam ke-19, selanjutnya kedua bakteri mengalami
fase stationer. L. delbrueckii memasuki fase log (eksponensial) pada jam ke-8
hingga jam ke-16 atau akhir fase log pada jam ke-16 (Pratama 2012).
Selanjutnya ditambahkan minyak biji pala terenkapsulasi (MBPTe) pada
konsentrasi 0,06%, 0,12%, dan 0,60%. Sebagai kontrol jumlah bakteri, digunakan
media sebanyak 18 ml dan 2 ml biakan bakteri yang mengandung 105 CFU/ml
dalam erlenmeyer 50 ml. Enkapsulasi minyak biji pala dengan beberapa
konsentrasi dikontakkan selama 0 dan 24 jam dalam inkubator bergoyang (150
rpm) pada suhu 370C. Pengamatan jumlah sel bakteri dilakukan dengan metode
cawan tuang.
Aplikasi Enkapsulasi Minyak Biji Pala ke dalam Pure Jambu Biji
Hasil MIC yang terpilh diaplikasikan ke dalam pure jambu biji. Sebanyak 2
ml bakteri uji yang mengandung 105 CFU/ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer
50 ml yang berisi pure jambu biji steril kemudian ditambah minyak biji pala
terenkapsulasi sebanyak satu, dua, dan empat kali konsentrasi hasil MIC
sebelumnya (0,6%, 1,2%, dan 2,4%). Selanjutnya dikontakkan selama 0, 3, dan 6
jam (S. aureus dan E. coli), 0 dan 24 jam (L. delbrueckii) pada suhu 37oC dalam
inkubator bergoyang (150 rpm). Pengamatan jumlah sel bakteri dilakukan setelah
inkubasi selama 24 jam dengan menggunakan metode cawan tuang.
Analisis
Uji Fisikokimia Pure Jambu Biji
Pure jambu biji dilakukan pengujian pH, aktivitas air (aw), viskositas, kadar
air, proksimat dan total gula. Semua pengujian dilakukan tiga kali ulangan.
Aktivititas air (aw) dan pH diuji secara instrumental yaitu dengan aw meter dan
pH meter, analisis kadar air metode Oven (AOAC 930.15) analisis total gula
metode Luff Schrool (SNI 01-2892-1992), analisis proksimat kadar abu metode
pengabuan kering dan analisis kadar lemak metode soxhlet (SNI 01-2891-1992),
dan analisis protein dengan metode Kjeldahl (AOAC 960.52 yang dimodifikasi).
9
Jumlah Total Bakteri (BAM 2001)
Penentuan jumlah bakteri uji berguna untuk mengetahui jumlah total bakteri
awal sehingga dapat dihitung berapa kali pengenceran yang diperlukan untuk
mendapatkan jumlah total bakteri sebesar 105 CFU/ml. Sebanyak 1 ose kultur
padat diinokulasikan masing-masing pada 10 ml media NB steril (E. coli dan S.
aureus) dan media MRSB steril untuk L. delbrueckii dan diinkubasi pada suhu
370C selama 24 jam. Koloni kultur bakteri diencerkan dalam larutan NaCl 0,85%.
Sebanyak 1 ml dari masing-masing pengenceran ditumbuhkan pada 15 ml media
NA dan MRSA dengan metode cawan tuang secara duplo. Cawan diinkubasi pada
suhu 370C selama 24 jam. Koloni yang tumbuh diamati dan dihitung dengan
hitungan cawan langsung. Koloni Bakteri yang berjumlah 25 -250 dihitung
berdasarkan metode APC.
Jumlah koloni (CFU/ml) = jumlah koloni pada cawan (25-250)
(n1+0.1 n2)d
Keterangan : n = jumlah cawan
D = pengenceran pada cawan pertama
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Fisikokimia Pure Jambu Biji Merah
Pure jambu biji merah yang telah diuji sifat fisikokimia serta proksimat
menunjukkan bahwa pure memiliki aktivitas air (aw) dan kadar air yang tinggi.
Pertumbuhan mikroorganisme memerlukan air, energi, nitrogen, vitamin dan
mineral. Air yang tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme ditentukan oleh
aw bahan makanan. Batas aw minimum pada Gram positif 0,90 dan Gram negatif
0,93. E. coli membutuhkan aw minimum sebesar 0,96 sedangkan aw minimum
untuk S. aureus adalah 0,85. Dari segi ketersediaan nutrisi bagi pertumbuhan
bakteri melalui uji proksimat (Tabel 1) menunjukkan hanya sedikit nutrisi yang
terkandung dalam pure. Selain itu, pure memiliki nilai pH rendah (4,08). Kondisi
tersebut kurang mendukung untuk pertumbuhan bakteri. Secara umum bakteri
tumbuh pada pH sekitar netral (6.5–7.5). Bakteri Gram negatif dan S. aureus
memiliki minimum pertumbuhan pada pH 4,0 (Rahayu et al. 2012). Komposisi
kimia pure jambu biji merah pada penelitian sedikit berbeda dengan hasil yang
dilaporkan oleh Ratna et al. (2008), pure jambu biji merah memiliki pH 4,0, aw
0,93, dan kadar air 86%.
10
Tabel 1 Karakteristik fisikokimia pure jambu biji merah
Parameter
pH
aw
Viskositas
Kadar air
Kadar abu
Lemak total
Protein
Karbohidrat total
Total gula
Hasil
4,08
0,93
1644 cP
89,07%
0,33%
0%
0,46%
10,14%
2,64%
Selama 14 hari penyimpanan pure jambu biji merah pada suhu ruang tidak
terjadi kerusakan oleh pertumbuhan bakteri, hal tersebut diketahui dari hasil
analisis TPC seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil pengujian pH dan Total Plate Count (TPC) pure jambu biji merah
selama 14 hari
Waktu (hari ke-)
pH
TPC (CFU/g)
0
4,08
Negatif
2
4,08
Negatif
4
4,08
Negatif
6
4,07
Negatif
8
4,06
Negatif
10
4,06
Negatif
12
4,05
Negatif
14
4,05
Negatif
Pertumbuhan bakteri dalam pure jambu biji merah negatif artinya
pengolahan jambu biji merah secara aseptis meminimalisir bahkan mencegah
kontaminasi mikroba. Nilai pH pure sedikit menurun selama penyimpanan dari
4,08 menjadi 4,05. Ratna et al. (2008) melaporkan bahwa selama 15 hari
penyimpanan, pure jambu biji merah tanpa penambahan asam sitrat mengalami
penurunan pH, kenaikan aw, dan bertambah jumlah bakteri (TPC) dari log 4
menjadi log 7. Secara umum, pH menurun selama penyimpanan pure cabe merah
(Renata 2009) dan sari buah mengkudu (Winarti 2005).
BPOM (2009) menetapkan regulasi cemaran mikroba pada produk jem jeli
dan sari buah sebagai berikut, TPC pada jem dan jeli buah (1x104 kol/g) dan sari
buah (1x104 kol/ml), APM E. coli pada sari buah (2x101 kol/ml), S. aureus pada
11
sari buah (negatif/ml) dan pada jem-jeli (1x102 kol/g). Standar tersebut harus
terpenuhi pada produk sari buah, jem dan jeli demikian juga pada pure jambu biji
untuk menjamin mutu produk dan keamanan pangan dari cemaran mikroba.
Buah–buahan memiliki pH rendah dan Eh positif yang menyebabkan kerusakan
pada buah–buahan lebih didominasi oleh kapang dibandingkan dengan kerusakan
yang ditimbulkan oleh bakteri (Rahayu et.al 2012).
Aktivitas Antibakteri Minyak Biji Pala
Pengujian aktivitas antibakteri minyak biji pala menggunakan metode
kontak. Pada penelitian ini digunakan tiga konsentrasi minyak biji pala
terenkapsulasi (MBPTe) 0,06%, 0,12%, dan 0,6% (b/v). Aktivitas antibakteri dari
emulsi minyak biji pala juga dilakukan sebagai pembanding terhadap minyak biji
pala yang telah dienkapsulasi. Bakteri S. aureus dan E. coli yang digunakan
sebagai bakteri uji mewakili bakteri Gram positif dan Gram negatif yang bersifat
patogen. Pada sari buah APM E. coli 2x101 koloni/ml dan S. aureus negatif/ml
(BPOM 2009). Keberadaan bakteri ini dapat diakibatkan dari kontaminasi ketika
pengolahan dan menjadi standar cemaran mikroba sedangkan L. delbrueckii
digunakan sebagai bakteri uji mewakili bakteri pembusuk yang berasal dari
golongan bakteri asam laktat yang dapat merusak buah dengan memanfaatkan
gula dalam bahan pangan.
MBPTe sebelumnya dilakukan uji konfirmasi untuk memastikan tidak
adanya kontaminasi mikroba (Tabel 3). Hasil pengujian menunjukkan sampel
yang digunakan tidak mengandung mikroorganisme baik yang berasal dari pure
maupun dari minyak biji pala terenkapsulsi sehingga sampel dapat digunakan
untuk pengujian aktivitas antibakteri.
Tabel 3 Hasil uji konfirmasi sampel pure jambu biji merah dan minyak biji pala
terenkapsulasi
Sampel
Pure jambu biji merah
Minyak
biji
pala
terenkapsulasi (MBPTe)
1.
0,06%
0,12%
0,6%
1,2%
2,4%
TPC (CFU/ml)
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Aktivitas Antibakteri Emulsi Minyak Biji Pala
Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 10) menunjukkan bahwa konsentrasi
0,05% bebeda nyata (p≤0,05) terhadap 0,1% dan 0,5%. Waktu kontak 0 jam
berbeda nyata (p≤0,05) terhadap waktu kontak 24 jam. Berdasarkan hasil yang
diperoleh, emulsi minyak biji pala konsentrasi 0,05% (v/v) sudah mampu
menurunkan 1,64 log CFU/ml S. aureus dan 1,87 log CFU/ml E. coli pada waktu
kontak 24 jam. Penurunan tersebut sudah mencapai 90% jumlah koloni (1 log
12
CFU/ml). Semakin besar jumlah emulsi minyak biji pala yang ditambahkan maka
semakin besar jumlah penurunan bakteri. Peningkatan konsentrasi 10 kali dari
0,05% menjadi 0,5% mampu meningkatkan jumlah penurunan hingga 3 log.
Penelitian Agustinisari et al. (2012) melaporkan bahwa emulsi minyak biji pala
dalam air (o/w) dengan konsentrasi minyak 10% dan 15% dengan jenis surfaktan
Tween 80 20% menunjukkan penghambatan yang baik terhadap S. aureus dan
Saccharomyces cerevisiae. Tabel 4 menunjukkan aktivitas antibakteri emulsi
minyak biji pala terhadap S. aureus dan E. coli.
Tabel 4 Aktivitas antibakteri emulsi minyak biji pala terhadap
S. aureus dan E. coli
Konsentrasi
Emulsi Minyak
Biji Pala (v/v)
S. aureus
0%
0,05%
0,1%
0,5%
E. coli
0%
0,05%
0,1%
0,5%
2.
Jumlah Bakteri
(Log CFU/ml)
0 jam
24 jam
Rata-Rata Jumlah Penurunan
Bakteri (log CFU/ml)
0 jam
24 jam
4,46
3,69
3,62
3,42
10,36
8,72
6,71
5,43
0,77
0,84
1,04
1,64
3,65
4,93
5,11
4,90
4,43
3,54
9,75
7,88
6,47
5,58
0,21
0,68
1,57
1,87
3,28
4,17
Aktivitas Antibakteri Minyak Biji Pala Terenkapsulasi (MBPTe) dalam
Media Sintetik
a. Aktivitas Antibakteri MBPTe terhadap S. aureus
Hasil analisis uji lanjut menggunakan uji Duncan (Lampiran 8)
menunjukkan bahwa konsentrasi 0,06% MBPTe berbeda nyata terhadap
konsentrasi 0,6% (b/v) dalam menurunkan jumlah bakteri sedangkan konsentrasi
MBPTe 0,12% tidak berbeda nyata terhadap konsentrasi 0,6% dan 0,06% pada
selang kepercayaan 95%. Waktu kontak 0 jam berbeda nyata (p≤0,05) terhadap
waktu kontak 24 jam. Hal tersebut terlihat pada Gambar 2 bahwa setelah
dikontakkan 24 jam penurunan jumlah S. aureus lebih besar daripada setelah
dikontakkan sesaat (0 jam). Jumlah penurunan S. aureus akibat penambahan
minyak biji pala terenkapsulasi (MBPTe) pada konsentrasi 0,06%, 0,12%, dan
0,6% (b/v) setelah dikontakkan 24 jam sebesar 0,99, 1,65, dan 2,14 log CFU/ml.
Lama waktu kontak berpengaruh terhadap jumlah penurunan S. aureus, semakin
lama waktu kontak jumlah penurunan bakteri semakin besar. Hal tersebut karena
ketika dikontakkan terjadi interaksi antara komponen antibakteri dari minyak biji
pala dengan sel bakteri yang lebih lama sehingga kerusakaan sel bakteri lebih
banyak. Penambahan MBPTe menurunkan jumlah S. aureus dibandingkan dengan
kontrol bakteri tanpa penambahan MBPTe namun S. aureus masih mengalami
peningkatan jumlahnya ketika dikontakkan 24 jam, misalnya pada konsentrasi
13
MBPTe 0,6% jumlah awal S. aureus 4,61 log CFU/ml setelah dikontakkan 24 jam
jumlah meningkat menjadi 10,70 log CFU/ml (Lampiran 1). Perbandingan
penurunan jumlah bakteri akibat aktivitas antibakteri MBPTe terhadap waktu
kontak dapat terlihat pada Gambar 2.
= 0%
= 0,06%
= 0,12%
= 0,60%
Gambar 2 Pengaruh konsentrasi MBPTe dan waktu kontak terhadap S. aureus
b. Aktivitas Antibakteri MBPTe terhadap E. coli
Hasil analisis uji lanjut menggunakan uji Duncan (Lampiran 8)
menunjukkan bahwa konsentrasi 0,06% MBPTe tidak berbeda nyata (p≥0,05)
terhadap konsentrasi 0,12% dan 0,6% sehingga konsentrasi 0,06% (b/v)
merupakan konsentrasi terendah yang sudah mampu menghambat pertumbuhan E.
coli walaupun penghambatan kurang dari 90% jumlah koloni (1 log CFU/ml).
Waktu kontak 0 jam tidak berbeda nyata (p≥0,05) terhadap waktu kontak 24 jam.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa waktu kontak tidak berpengaruh terhadap
penghambatan pertumbuhan E. coli akibat penambahan MBPTe. Berdasarkan uji
statistik, pengaruh konsentrasi tidak berbeda nyata. Pada konsentrasi MBPTe
tertinggi (0,6%) dengan waktu kontak 0 jam sudah terjadi penurunan jumlah E.
coli lebih dari 1 log (1,42 log CFU/ml) sedangkan pada konsentrasi 0,06% dan
0,12% (b/v) hanya menurunkan 0,63 dan 0,68 log CFU/ml (Gambar 3). Waktu
kontak 24 jam jumlah penurunan E. coli sebesar 0,32, 0,57, dan 0,92 log CFU/ml.
E. coli yang dikontakkan dengan MBPTe juga mengalami peningkatan jumlah
bakteri pada 24 jam, jumlah awal E. coli 3,39 log CFU/ml meningkat menjadi
7,92 log CFU/ml pada konsentrasi MBPTe 0,6% (b/v).
14
= 0%
= 0,06%
= 0,12%
= 0,60%
Gambar 3 Pengaruh konsentrasi MBPTe dan waktu kontak terhadap E. coli
c. Aktivitas Antibakteri MBPTe terhadap L. delbrueckii
Hasil analisis uji lanjut menggunakan uji Duncan (Lampiran 8)
menunjukkan bahwa konsentrasi 0,06% MBPTe tidak berbeda nyata (p≥0,05)
terhadap konsentrasi 0,12% dan 0,6%. Konsentrasi MBPTe 0,06%, 0,12%, dan
0,6% (b/v) pada waktu kontak 0 jam jumlah penurunan berturut-turut sebesar
1,07, 1,12, dan 1,20 log CFU/ml L. delbrueckii sedangkan pada waktu kontak 24
jam jumlah penurunan sebesar 0,2, 0,05, dan 0,44 log CFU/ml L. delbrueckii.
Perhitungan penurunan jumlah bakteri setelah waktu kontak adalah hasil
pengurangan jumlah bakteri pada kontrol (0%) atau yang tidak ditambah MBPTe
dengan sampel uji untuk setiap konsentrasi pada masing – masing waktu kontak.
Jumlah L. delbrueckii pada waktu kontak 0 jam dan konsentrasi MBPTe 0,6%
(b/v) sebesar 2,20 log CFU/ml namun setelah 24 jam L. delbrueckii pulih
sehingga jumlahnya meningkat menjadi 8,87 log CFU/ml.
Waktu kontak 0 jam berbeda nyata (p≤0,05) terhadap waktu kontak 24 jam.
Hal tersebut terlihat pada Gambar 4 bahwa setelah dikontakkan 24 jam jumlah
penurunan L. delbrueckii lebih kecil daripada setelah dikontakkan sesaat (0 jam).
Jumlah penurunan saat waktu kontak 24 jam lebih kecil daripada waktu kontak 0
jam dapat disebabkan karena bentuk dan jenis bakteri L. delbrueckii. Hasil
penelitian Susilawati (1987) melaporkan bahwa bakteri Gram positif berbentuk
batang lebih sensitif terhadap pengaruh penambahan bubuk biji pala pada medium
pertumbuhan dibandingkan bakteri Gram negatif berbentuk batang dan bakteri
Gram positif berbentuk kokus. L. delbrueckii merupakan bakteri Gram positif
berbentuk batang sehingga kemungkinan saat awal dikontakkan dengan MBPTe
tidak tahan terhadap serangan zat antibakteri namun pada waktu tertentu bakteri
tersebut dapat beradaptasi, maka penghambatan pertumbuhan menjadi lebih
rendah. Perbedaan sensitifitas bakteri terhadap senyawa antibakteri berpengaruh
terhadap penurunan atau penghambatan pertumbuhan bakteri pada waktu tertentu.
15
Perbandingan penurunan jumlah bakteri akibat aktivitas antibakteri MBPTe
terhadap waktu kontak dapat terlihat pada Gambar 4.
= 0%
= 0,06%
= 0,12%
= 0,60%
Gambar 4 Pengaruh konsentrasi MBPTe dan waktu kontak terhadap
L. delbrueckii
Secara keseluruhan, aktivitas antibakteri minyak biji pala terenkapsulasi
lebih rendah daripada emulsi minyak biji pala. Proses enkapsulasi dengan
penambahan bahan penyalut serta pengeringan menggunakan spry dryer dapat
mempengaruhi aktivitas antibakteri minyak biji pala. Pada emulsi minyak biji pala
tidak memiliki matriks sehingga senyawa antibakteri lebih mudah berdifusi dalam
sel bakteri. Residu minyak biji pala dalam chamber dapat menjadi faktor
berkurangnya jumlah minyak biji pala yang tersalut sehingga dapat menurunkan
aktivitas antibakteri. Selain itu, dengan adanya proses pengeringan dengan suhu
pemansan yang tinggi diduga kandungan komponen aktif berupa minyak atsiri
yang bersifat volatil yang terkandung dalam minyak biji pala mengalami
penurunan, melalui penguapan atau terdegradasi menjadi komponen yang tidak
aktif.
3.
Aktivitas Antibakteri MBPTe dalam Pure Jambu Biji Merah
Makanan merupakan media kompleks yang dapat mempengaruhi
kemampuan aktivitas antimikroba dari senyawa aktif rempah-rempah maupun
herbal. Peningkatan konsentrasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan aktivitas antimikroba tersebut di dalam makanan sehingga
konsentrasi ditingkatkan menjadi 0,6%, 1,2%, dan 2,4% (b/v) terhadap waktu
kontak selama 0, 3, dan 6 jam untuk S. aureus dan E. coli serta 0 dan 24 jam
untuk L. delbrueckii. Hal tersebut dilakukan karena pada waktu kontak 24 jam, S.
aureus dan E. coli tidak bertahan hidup dalam pure jambu jambu yang memiliki
pH 4,08 sedangkan L. delbrueckii merupakan bakteri yang lebih tahan asam.
16
a.
Aktivitas Antibakteri MBPTe terhadap S. aureus dalam Pure Jambu
Biji Merah
MBPTe yang diaplikasikan ke dalam pure jambu biji merah memiliki
aktivitas antibakteri terhadap S. aureus. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 9)
menunjukkan bahwa konsentrasi 0,6% MBPTe berbeda nyata (p≤0,05) terhadap
konsentrasi 1,2% dan 2,4% (b/v). Waktu kontak 0 jam berbeda nyata (p≤0,05)
terhadap waktu kontak 3 dan 6 jam. Terlihat pada Gambar 5 bahwa jumlah
penurunan S. aureus semakin besar akibat pengaruh penambahan konsentrasi
MBPTe terhadap waktu kontak. Konsentrasi 0,6%, 1,2%, dan 2,4% (b/v)
dikontakkan selama 3 jam mampu menurunkan 0,24, 2,42, dan 3,26 log CFU/ml
sedangkan setalah dikontakkan 6 jam jumlah penurunan semakin meningkat yaitu
0,72, 3,20, dan 3,20 log CFU/ml dari jumlah S. aureus tanpa penambahan MBPTe
(0%). Nilai pH media berpengaruh terhadap pertumbuhan S. aureus dalam pure
jambu biji merah. Terlihat pada hasil penelitian bahwa konsentrasi MBPTe 0,6%
(b/v) pada media sintetik dengan pH 6,36 dan waktu kontak 24 jam, jumlah S.
aureus turun sebanyak 2,14 log CFU/ml sedangkan pada pure jambu biji merah
dengan pH 4,08 dan waktu kontak 6 jam, jumlah S. aureus turun sebesar 0,72 log
CFU/ml. Bakteri terutama bakteri patogen sangat sensitif terhadap perubahan pH,
S. aureus tumbuh pada pH 4,0 hingga 9,8 (Rahayu et al. 2012).
Gambar 5 Pengaruh konsentrasi MBPTe dan waktu kontak terhadap S. aureus
dalam pure jambu biji merah
b.
Aktivitas Antibakteri MBPTe terhadap E. coli dalam Pure Jambu Biji
Merah
MBPTe yang diaplikasikan ke dalam pure jambu biji merah memiliki
aktivitas antibakteri terhadap E. coli. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 9)
menunjukkan bahwa konsentrasi 0,6% MBPTe berbeda nyata (p≤0,05) terhadap
konsentrasi 1,2% dan 2,4% (b/v). Waktu kontak 0 jam berbeda nyata (p≤0,05)
terhadap waktu kontak 3 dan 6 jam. Terlihat pada Gambar 6 bahwa jumlah
penurunan E. coli semakin meningkat akibat pengaruh penambahan konsentrasi
17
MBPTe terhadap waktu kontak. Konsentrasi 0,6%, 1,2%, dan 2,4% (b/v)
dikontakkan selama 3 jam mampu menurunkan 0,29, 0,75, dan 3,43 log CFU/ml
sedangkan setelah dikontakkan 6 jam jumlah penurunan semakin meningkat yaitu
0,31, 2,59, dan 3,42 log CFU/ml dari jumlah E. coli tanpa penambahan MBPTe
(0%). E. coli membutuhkan konsentrasi yang lebih besar dibandingkan dengan S.
aureus untuk menurunkan jumlah bakteri. Pada saat kontak 3 jam, konsentrasi
1,2% (b/v) menurunkan 2,42 log CFU/ml S. aureus sedangkan E. coli 0,75 log
CFU/ml. Penambahan MBPTe ke dalam pure jambu biji merah efektif
menghambat pertumbuhan E. coli dengan semakin menurunnya jumlah bakteri
setelah dikontakkan 3 dan 6 jam.
Gambar 6 Pengaruh konsentrasi MBPTe dan waktu kontak terhadap E. coli dalam
pure jambu biji merah
Nutrisi merupakan salah satu faktor sensitifitas bakteri terhadap senyawa
antibakteri. Hasil penelitian menunjukkan S. aureus lebih sensitif terhadap
minyak biji pala terenkapsulasi daripada E. coli. Beberapa mikroba patogen
membutuhkan nutrisi seperti protein dan vitamin. Gram positif membutuhkan
nutrisi yang lebih banyak untuk tumbuh dibandingkan dengan Gram negatif
sedangkan nutrisi yang terdapat dalam pure jambu biji merah kurang memenuhi
kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan bakteri seperti protein, total gula dan
karbohidrat total yang diperoleh dari hasil uji proksimat (Tabel 1). Vitamin yang
dibutuhkan mikroba untuk pertumbuhan adalah vitamin B. Mikroba
membutuhkan vitamin B dalam jumlah kecil dan hampir semua bahan pangan
alami memiliki vitamin B. Keadaan tersebut menguntungkan bagi mikroba yang
tidak dapat mensintesis vitamin B sendiri. Vitamin B dalam pure jambu biji
berdasarkan sumber Dinas Pertanian Depok (2007) sebesar 0,002 mg/100g.
Secara umum, bakteri Gram positif kurang dapat mensintesis nutrisi penting
secara mandiri, sedangkan bakteri Gram negatif dan kapang dapat mensintesis
hampir semua kebutuhan nutrisinya sehingga kedua kelompok tersebut dapat
ditemukan pada bahan pangan dengan kadar vitamin B yang rendah (Rahayu et al.
2012). Perbandingan ketahanan terhadap antibakteri oleh S. aurerus dan E. coli
18
terlihat pada hasil penelitian bahwa S. aureus dengan konsentrasi 1,2% (b/v) pada
jam ke-3 mampu dihambat pertumbuhannya hingga 2,42 log CFU/ml sedangkan
E. coli hanya 0,75 log CFU/ml. Gambar bakteri dalam cawan yang menunjukkan
penurunan jumlah bakteri terhadap penambahan MBPTe terdapat pada Lampiran
4, 5, dan 6.
Secara keseluruhan, perbedaan S. aureus dan E. coli pada pengujian
aktivitas antibakteri dalam media sintetik maupun aplikasi dalam pure jambu biji
merah yaitu E. coli membutuhkan konsentrasi MBPTe yang lebih besar daripada
S. aureus. Konsentrasi MBPTe 0,6% (b/v) menurunkan 2,14 log CFU/ml S.
aureus dan 0,92 log CFU/ml E. coli sedangkan dalam pure jambu biji merah 0,72
log CFU/ml S. aureus dan 0,31 log CFU/ml E. coli. Susunan komponen dinding
sel bakteri Gram positif umumnya lebih sederhana dibandingkan dengan dinding
sel bakeri Gram negatif sehingga lebih mudah ditembus senyawa antibakteri.
Struktur dinding sel bakteri Gram negatif tersusun oleh peptidoglikan dan outer
membrane. Lapisan outer membrane terdiri dari lipopolisakarida (LPS),
lipoprotein dan protein (Madigan et al. 2006). Adanya ketiga senyawa pada outer
membrane menyebabkan bakteri Gram negatif mempunyai ketahanan terhadap
senyawa antibakteri (Friedman et al. 2004). Hal tersebut yang menyebabkan E.
coli lebih tahan terhadap minyak biji pala terenkapsulasi dibandingkan dengan S.
aureus yang memiliki penurunan log lebih besar ketika diujikan dalam media NB
maupun pure jambu biji. Beberapa penelitian juga menunjukkan hasil yang sama
seperti yang diperoleh Suliantari (2009) bahwa bakteri Gram negatif (kecuali P.
aeruginosa) lebih tahan terhadap perlakuan ekstrak etanol sirih bila dibandingkan
dengan bakteri Gram positif. Parhusip et al. (2009), S. aureus dan B. cereus lebih
peka terhadap ekstrak temu putih dibandingkan dengan E. coli. Secara
keseluruhan, dalam penelitian ini minyak biji pala terenkapsulasi mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif.
Pada bakteri Gram positif, bahan antimikroba dapat langsung masuk dan
akan mengisi lapisan peptidoglikan kemudian berikatan dengan protein,
selanjutnya dapat menyebabkan bakteri tersebut lisis. Sedangkan pada bakteri
Gram negatif, bahan tersebut masuk melalui porin (saluran difusi pasif) yang
terdapat pada lapisan luar, kemudian masuk ke lapisan peptidoglikan dan
selanjutnya membentuk ikatan dengan protein lalu sel bakteri lisis. Adanya
senyawa fenol dalam minyak biji pala juga mempengaruhi mekanisme
penghambatan. Daya kerja dari senyawa fenol sebagai senyawa antimikroba
adalah dengan membentuk ikatan pada permukaan sel kemudian berpenetrasi ke
dalam sel sasaran dengan cara difusi pasif untuk bakteri Gram positif atau untuk
bakteri Gram negatif adalah dengan mengganggu ikatan hidrofobik (Buck, 2001).
Penghambatan juga dapat terjadi terhadap enzim yang bekerja dalam sel.
Menurut Pelczar dan Chan (2008) enzim merupakan sasaran potensial senyawa
antibakteri. Penghambatan ini umumnya bersifat irreversible yaitu terjadi
perubahan membran sel, sehingga enzim menjadi tidak aktif. Dengan
terhambatnya atau terhentinya aktivitas enzim, mekanisme kerja enzim dapat
terganggu, sehingga mempengaruhi pertumbuhan sel bakteri.
c.
Aktivitas Antibakteri MBPTe terhadap L. delbrueckii dalam Pure
Jambu Biji Merah
19
Aplikasi MBPTe dalam pure jambu biji dengan konsentrasi 0,6%, 1,2%, dan
2,4% (b/v) mampu menurunkan berturut-turut 0,40, 0,38, dan 1,26 log CFU/ml L.
delbrueckii pada waktu kontak 0 jam dan pada waktu kontak 24 jam jumlah
penurunan L. delbrueckii sebesar 1,08, 1,17, dan 1,57 log CFU/ml. Hasil analisis
uji lanjut menggunakan uji Duncan (Lampiran 9) menunjukkan bahwa konsentrasi
0,6% MBPTe tidak berbeda nyata (p≥0,05) terhadap konsentrasi 1,2% dan 2,4%
sehingga konsentrasi 0,6% (b/v) merupakan konsentrasi terendah yang dapat
diaplikasikan dalam sistem pangan untuk menghambat pertumbuhan L.
delbrueckii. Waktu kontak 0 jam tidak berbeda nyata (p≥0,05) terhadap waktu
kontak 24 jam, hasil tersebut menunjukkan bahwa waktu kontak tidak
berpengaruh terhadap penghambatan pertumbuhan L. delbrueckii akibat
penambahan MBPTe. Perbandingan penurunan jumlah bakteri akibat aktivitas
antibakteri MBPTe dapat terlihat pada Gambar 7.
= 0%
= 0,06%
= 0,12%
= 0,60%
Gambar 7 Pengaruh konsentrasi MBPTe dan waktu kontak terhadap L.
delbrueckii dalam pure jambu biji merah
Penelitian antibakteri terhadap L. delbrueckii telah dilaporkan Francesco et
al. (2011) bahwa penambahan nanoenkapsulasi minyak atsiri konsentrasi rendah
(1,0 g/l atau 0,1% terpena) sudah dapat menghambat pertumbuhan L. delbrueckii
selama 5 hari yang diaplikasikan dalam sari jeruk dan selama 2 hari dalam jus pir.
Senyawa terpena juga terkandung dalam minyak biji pala yang telah dilaporkan
bahwa senyawa tersebut memiliki aktivitas antibakteri. Pada L. delbrueckii
penambahan MBPTe tidak efektif menghambat pertumbuhan bakteri karena
mengalami peningkatan jumlah bakteri selama waktu kontak 24 jam. Hal tersebut
dapat disebabkan karena L. delbrueckii mampu bertahan hidup dalam kondisi
asam yang memiliki pH optimum pertumbuhan 5,2-5,8. Berdasarkan sumber
National Food Processors Association dalam Pelczar dan Chan (2008), buahbuahan dalam kaleng dapat dirusak oleh laktobasillus pada pH 3,7-4,5. Faktor lain
yang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah L. delbrueckii yaitu adanya
pengaruh dari maltodekstrin sebagai bahan penyalut pada enkapsulasi yang dapat
digunakan L. delbrueckii sebagai substrat pertumbuhan. Maltodekstrin merupakan
20
bahan pengental sekaligus dapat sebagai emulsifier, mudah melarut pada air
dingin dan merupakan oligosakarida yang tergolong dalam prebiotik. Secara nyata
dapat memperlancar saluran pencernaan dengan membantu berkembangnya
bakteri probiotik (bakteri yang baik). Bomba et al. (2002) melaporkan bahwa
pada kondisi in vitro, maltodekstrin mendorong pertumbuhan Lactobacillus
paracasei sehingga dapat menghambat pertumbuhan E. coli 08:K88 sedangkan L.
paracasei tanpa penambahan maltodekstrin tidak memilki efek penghambatan.
Kemampuan suatu pengawet dalam menghambat pertumbuhan mikroba,
salah satunya dipengaruhi oleh konsentrasi pengawet yaitu jenis dan jumlah.
Berdasarkan jenis, menurut Praptosuwirya (2001) biji pala memiliki aktivitas
bakterisida karena adanya kandungan senyawa miristisin, senyawa
hidrokarbon terpena, dan turunan fenilpropana. Kusumaningrum et al. (2003)
melaporkan bahwa konsentrasi 1% minyak atsiri ekstrak kasar biji M. fragrans
sudah menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap X. campestris. Jumlah
antibakteri yang digunakan akan mempengaruhi jumlah penghambatan
pertumbuhan bakteri. Pada diagram dan grafik ditunjukkan bahwa semakin
banyak enkapsulasi minyak biji pala yang ditambahkan maka semakin besar
jumlah bakteri yang dihambat.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Minyak biji pala terenkapsulasi secara efektif dapat menghambat
pertumbuhan S. aureus. Bakteri yang paling sensitif terhadap MBPTe baik dalam
medium pertumbuhan bakteri uji (NB dan MRSB) maupun aplikasinya dalam
pure jambu biji merah adalah S. aureus sedangkan yang paling tahan adalah L.
delbrueckii. Aplikasi MBPTe dengan konsentrasi 1,2% dan 2,4% (b/v) sudah
mampu menghambat S. aureus dan E. coli dalam pure jambu biji merah pada
waktu kontak optimum 3 jam. Penggunaan konsentrasi MBPTe 2,4% yang
ditambahkan ke dalam pure jambu biji merah dianggap paling optimum dari hasil
penelitian karena dapat menghambat S. aureus sebesar 3,26 log CFU/ml dan E.
coli sebesar 3,43 log CFU/ml dengan waktu kontak 3 jam, namun dari konsentrasi
tersebut masih dapat dioptimasi untuk memperoleh konsentrasi yang lebih rendah
(<2,4% dan >1,2%) dengan waktu kontak lebih singkat dan memiliki
penghambatan yang memadai.
Saran
Penelitian lebih lanjut mengenai sifat sensori produk perlu dilakukan,
khususnya pada pure jambu biji yang telah ditambahkan MBPTe sesuai
konsentrasi yang telah diperoleh dari hasil penelitian ini. Hal tersebut karena
komponen volatil yang terkandung dalam minyak biji pala memiliki aroma dan
rasa yang khas. Nilai konsentrasi hambat minimum (MIC) belum diperoleh dalam
21
penelitian sehingga perlu ditentukan dengan memperbanyak konsentrasi yang
berbeda untuk diuji.
Pengaruh lama penyimpanan pure jambu biji yang diberi MBPTe pada suhu
rendah (5oC) juga perlu dikaji baik terhadap mutu produk maupun konsentrasi
komponen bioaktif MBPTe. Selain itu, masih diperlukan adanya penelitian untuk
mempelajari pengaruh proses enkapsulasi dan lama penyimpanan terhadap
komponen-komponen minyak atsiri MBPTe.
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla B. 2013. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak tempe koro pedang
(Canavalia ensiformis L.) terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus [skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.
Agustinisari I, Sumangat D, Purwani EY, Kailaku SI, Harimurti N, Yuliani S,
Adom G, Haerani C, Triyono M, Wahyudiono, Danuwarsa, Rosmayanti D.
2012. Teknologi nanoenkapsulasi minyak biji pala (Myristica fragrans H)
sebagai bahan preservatif puree jambu merah dan sari buah apel. Laporan
Akhir Tahun Pelaksanaan Kegiatan Penelitian. Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Bomba A, Nemcova R, Gancarcikova S, Herich H, Guba P, dan Mudronova D.
2002. Improvement of the prebiotic effect of micro-organisms by their
combination
with
maltodextrins,
fructo-oligosaccharides
and
polyunsaturated fatty acid. Bitish Journal of Nutrition 88:595-599.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2009. Penetapan Batas Maksimum
Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan.
[BPS] Badan Pusat Statistik (ID). 2013. Produksi Buah – buahan di Indonesia
[Internet]. [diunduh 2013 Nov 15] Tersedia pada: www.bps.go.id.
Dorman HJD dan Deans SG. Antimicrobial agents from plants : Antibacterial
activity of plant volatile oils. Journal of Applied Microbiology 88: 308-316.
[FDA] Food and Drug Administration. 2001. Bacteriological Analytical Manual
Chapter 3 Aerobic Plate Count [Internet]. [diunduh 2013 Januari 11].
Tersedia
pada:
http://www.fda.gov/Food/ScienceReasearch/LaboratoryMethods/Bacteriolo
gicalAnalyticalManualBAM/ucm063346.html.
Filgueiras CT dan Vanetti MCD. 2006. Effect of eugenol on growth and
Listeriolysin O production by Listeria. Braz. arch. biology technology
49(3): 405-409.
Francesco D, Marianna A, Mariarenata S, Giovanna F. 2011. Nanoencapsulation
of essential oils to enhance their antimicrobial activity in foods. LWT-Food
Science and Technology (30): 1-7
Friedman M, Henika PR, Levin CE, Mandrell RE. 2004. Antibacterial activities
of plant essential oils and their components againts Escherichia coli
O157:H7 and Salmonella enteritica in apple juice. Journal Agriculture
Food Chemistry 52: 6042-6048.
22
Gaysinsky S, Taylor T, Davidson P, Bruce B, Weiss J. 2007. Antimicrobial
efficacy of eugenol microemulsiions in milk againts Listeria monocytogenes
and Escherichia coli O157: H7. Journal of Food Protection 70(11): 26312637.
Gortzi O, Lakas S, Tsaknis J, Chinou I. 2007. Enhanced bioactivity of Citrus
limon (Lemon Greek cultivar) extracts, essential oil and isolated compounds
before and after encapsulation in liposomes. Planta Medica 73(9): 184.
Hartinah S, Mahmudi A. Yoganingrum B. Nugroho I. Maryati. 2006. Khasiat dan
Produk Olahan Jambu Biji (Psidium guajava L.). Info Ristek Vol.4 No.3.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Kusumaningrum GS, Suranto, Ratna S. 2003. Aktivitas penghambatan minyak
atsiri dan ekstrak kasar biji pala (Myristica fragrans Houtt dan Myristica
fattua Houtt) terhadap pertumbuhan bakteri Xanthomonas campestris
Oammel asal tanaman brokoli (Brassica olearacea var. Italica). Jurnal
Biofarmasi 1(1): 20-24.
Mawaddah R. 2008. Kajian hasil riset potensi antimikroba alami dan aplikasinya
dalam bahan pangan di pusat informasi teknologi pertanian FATETA IPB
[skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.
Madigan MT, Martinko HM, dan Parker J. 2006. Biology of Microorganisms.
Prentice Hall, Southern illinois.
Miksusanti, Jenie BSL, Ponco B, Trimulyadi G. 2008. Kerusakan dinding sel
Escherichia coli K1.1 oleh minyak atsiri temu kunci (Kaempferia
pandurata). Berita Biologi 9(1):1-8.
Oladunmoye MK, Adetuyi FC, dan Akinyosoye A. 2006. Release of sodium and
potassium ions by aqueous and ethanolic extract of Cassia Occidentalis on
some selected bacteria. International Journal of Molecular Medicine and
Advances Sciences 2 (4): 334-336.
Parhusip AJN, Julia RW, Selvy. 2009. Kajian aktivitas antibakteri ekstrak temu
putih (Curcuma zedoria) terhadap kerusakan sel bakteri patogen pangan.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan 7(1): 21-37
Pelczar MJ, Chan ECS. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi II. Hadioetomo RS,
Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr.
Terjemahan dari: Elements of Microbiology.
Prabuseenivasan S, Jayakumar M, dan Ignacimuthu S. 2006. In vitro antibacterial
activity of some plants essential oils. BMC Complementary and
Alternative Medicine 6(39):1-8 [Internet]. [diunduh 2013 Desember 13].
Tersedia pada: http://www. biomedcentral.com/1427-6882-6-39.
Praptosuwiryo, T. 2001. Tantangan Pengembangan dan Fakta Jenis
Tanaman Rempah. Bogor: Yayasan Prosea Indonesia.
Pratama R. 2012. Pemanfaatan metabolit ekstraseluler Lactobacillus delbrueckii
subsp. Bulgaricus dalam pembentukan nanopartikel perak [skripsi]. Bogor
(ID):Institut Pertanian Bogor.
Rahayu WP, Nurwitri CC. 2012. Mikrobiologi Pangan. Bogor: IPB Pr.
Suliantari, Jenie BSL, Suhartono MT, dan Apriyantono A. 2008. Aktivitas
antibakteri ekstrak sirih hijau (Pipper betle l) terhadap bakteri patogen
pangan. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 19(1):1-7
23
Suliantari. 2009. Aktivitas antibakteri dan mekanisme penghambatan ekstrak sirih
hijau (Piper betle Linn) terhadap bakteri patogen pangan [disertasi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Susilawati E. 1987. Pengaruh penambahan bubuk biji pala (Myristica fragrans
Houtt) terhadap pertumbuhan beberapa bakteri penyebab kerusakan
makanan [skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.
Ratna Y, Rosida, Lia KW. 2008. Pembuatan puree jambu biji merah (kajian
konsentrasi asam sitrat dan lama penyimpanan pada suhu kamar). Jurnal
Teknologi Pangan. 2(2): 20-29.
Renate D. 2009. Pengemasan puree cabe merah dengan berbagai jenis plastik
yang dikemas vakum (packaging of red chilli puree with various types of
plastic vacum packaged). Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian.
14(1):80-89.
Ridawati, Jenie BSL, Ita D, Wellyzar A. 2011. Aktivitas antifungal minyak atsiri
jinten putih terhadap Candida parapsilosis ss25, C. orthopsilosis nn14. C.
metapsilosis mp27, dan C. etchellsii mp18. Makara, Sains 15(1):8-62.
Vedpriya A, Sanjay Y, Sandeep K, Yadav JP. 2010. Antimicrobial activity of
Cassia occidentalis l (leaf) against various human pathogenic microbes. Life
Sccience and Medicine Research Vol. 2010:LSMR-9.
Wang Q, Gong J, Huang X, Yu H, Xue F. 2009. In vitro evaluation of the activity
of microencapsulated carvacrol against Escherichia coli with K88 pili.
Journal of Applied Microbiology 107:1781-1788.
Winarti C. 2005. Analisis mikroorganisme, kandungan alkohol dan asam lemak
sari buah mengkudu dengan gas chromatography. Jurnal Litbang Pertanian
Hal: 607-612.
24
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data aktivitas antibakteri minyak biji pala terenkapsulasi pada media
sintetik terhadap S. aureus, E. coli, dan L. delbrueckii
Jenis Bakteri/
Konsentrasi
MBPTe (% b/v)
Rata-Rata Jumlah Bakteri
(Log CFU/ml)
Rata-Rata Jumlah
Penurunan Bakteri
(log CFU/ml)
0 jam
24 jam
0 jam
24 jam
4,96
4,69
4,76
4,61
12,84
11,85
11,19
10,70
0,27
0,20
0,35
0,99
1,65
2,14
4,81
4,18
4,13
3,39
8,84
8,52
8,27
7,92
0,63
0,68
1,42
0,32
0,57
0,92
3,40
2,33
2,28
2,20
9,31
9,06
9,26
8,87
1,07
1,12
1,20
0,25
0,05
0,44
S. aureus
0%
0,06%
0,12%
0,6%
E. coli
0%
0,06%
0,12%
0,6%
L. delbrueckii
0%
0,06%
0,12%
0,6%
Lampiran 2 Data aplikasi aktivitas antibakteri minyak biji pala terenkapsulasi
pada pure jambu biji merah terhadap S. aureus dan E. coli
Jenis Bakteri/
Konsentrasi
MBPTe
(% b/v)
S. aureus
0%
0,6%
1,2%
2,4%
E. coli
0%
0,6%
1,2%
2,4%
Rata-Rata Jumlah Bakteri
(Log CFU/ml)
Rata-Rata Jumlah
Penurunan Bakteri (log
CFU/ml)
0 jam
3 jam
6 jam
0 jam
3 jam
6 jam
3,43
3,38
3,35
3,28
3,26
3,02
0,84
0
3,20
2,48
0
0
0,05
0,08
0,15
0,24
2,42
3,26
0,72
3,20
3,20
3,53
3,43
3,38
3,44
3,43
3,14
2,68
0
3,42
3,11
0,83
0
0,10
0,15
0,09
0,29
0,75
3,43
0,31
2,59
3,42
25
Lampiran 3 Aplikasi minyak biji pala terenkapsulasi pada L. delbrueckii
Konsentrasi
MBPTe (% b/v)
0%
0,6%
1,2%
2,4%
Rata-Rata Jumlah Bakteri
(Log CFU/ml)
0 jam
4,02
3,62
3,64
2,76
24 jam
9,08
8,00
7,91
7,51
Rata-Rata Jumlah
Penurunan Bakteri
(log CFU/ml)
0 jam
24 jam
0,40
1,08
0,38
1,17
1,26
1,57
Lampiran 4 Aplikasi minyak biji pala terenkapsulasi pada S. aureus
Waktu kontak 0 jam
0%
2,4%
0,6%
1,2%
0,6%
1,2%
2,4%
0,6%
1,2%
2,4%
Waktu kontak 3 jam
0%
Waktu kontak 6 jam
0%
26
Lampiran 5 Aplikasi minyak biji pala terenkapsulasi pada S. aureus
0 jam
0%
0,6%
1,2%
2,4%
3 jam
6 jam
27
Lampiran 6 Aplikasi minyak biji pala terenkapsulasi pada L. delbrueckii
0 jam
0%
0,6%
1,2%
2,4%
*Keterangan:
0 jam = pengenceran 10-1
24 jam = pengenceran 10-5
24 jam
28
Lampiran 7 Dokumentasi pengujian bakteri terhadap minyak biji pala
terenkapsulasi
Media Nutrient Broth
Aplikasi dalam pure jambu biji
Lampiran 8 Hasil statistik aktivitas antibakteri dalam media pertumbuhan sintetik
29
S_aureus
Lampiran 9 Hasil statistik aplikasi antibakteri dalam pure jambu biji
30
31
Lampiran 10 Hasil statistik aktivitas antibakteri emulsi minyak biji pala
32
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gresik pada tanggal 11 April
1991 dari ayah Eko Prayitno dan Sri Wahyuni. Penulis
adalah anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 2009
penulis lulus dari SMA Negeri 1 Gresik. Pada tahun yang
sama penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen
Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Mahasiswa Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah
menjadi Lurah Asrama TPB IPB (2009-2010), anggota
aktif Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA) dan
Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FATETA. Penulis diberikan
kepercayaan menjadi Koordinator Produksi Majalah EMULSI pada kepengurusan
tahun 2012-2013. Selain itu penulis juga pernah mengikuti kepanitiaan
Leadership Training (DoYouLead) dan Seminar Pangan Nasional yang
diselenggarakan oleh PERGIZI PANGAN pada tahun 2013.
Penulis juga aktif dalam proyek mengajar Tanaman Obat Keluarga oleh
SEAFAST-IPB untuk tingkat SD di Desa Cihideung Ilir Bogor (2012-2013).
Selain itu, penulis pernah mengikuti PKM Kewirausahaan dan Penelitian yang
didanai oleh DIKTI pada tahun 2012 dengan judul “YOWKU: Yoghurt Wortel
Beku” dan “Aplikasi Angkak Merah (Monascus purpureus) sebagai Pewarna
Alami pada Kerupuk Bawang”. Penulis mendapat juara Runner-up dalam
International Competition DSDC (Developing Solution for Developing Countries)
di Las Vegas, Amerika pada tahun 2012. Penulis juga memperoleh Dana Hibah
dari Kementrian Koperasi dan UKM dalam Kompetisi Rencana Bisnis Wirausaha
Muda pada tahun 2013.
Tugas akhir pendidikan Strata-1 penulis dilakukan melalui penelitian yang
berjudul “Aktivitas antibakteri minyak biji pala (Myristica fragrans H)
terenkapsulasi pada pure jambu biji merah (Psidium guajava L)”, yang
merupakan bagian dari proyek penelitian pada Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pasca Panen Cimanggu, Bogor, dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Sri
Laksmi Suryaatmadja, MS. dan Iceu Agustinisari S.TP, M.Si.
Download