kajian zonasi kawasan konservasi perairan daerah kabupaten nias

advertisement
KAJIAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH
KABUPATEN NIAS UTARA
Meriussoni Zai1 , Arlius 2 , Suparno2
1
Student of Management Coastal and Marine Aquatic Resource Program
Postgraduate of Bung Hatta University
E-mail: [email protected]; [email protected]
2
Lecture of Management Coastal and Marine Aquatic Resource Program
Postgraduate of Bung Hatta University
E-mail: [email protected]; [email protected]
ABSTRACT
The study zoning of marine protected area of the Regency of North Nias research was
conducted, the method of the research was surveys and literary study as well as analyzing the
data qualitatively and quantitatively. The aim of the research is to determine the compatibility
of the marine protected area of North Nias type and to arrange as well as to determine of
zoning in the map of the marine protected area of the Regency of North Nias. The research
finds that the marine protected area of the Regency of North Nias includes ecosystem
conservation and belongs to marine tourism with the criteria of ecology, society, culture, and
economy with the aim of its management is for the benefits of marine tourism and recreation.
Marine protected area of the Regency of North Nias has an area of 29.000 ha. It consists of
four zoning systems; Core zone, with the area of 667 ha, is 2,3% of the total area width and
scatters in 9 locations. Sustainable fisheries zone, with the area of 27.673,2 ha and there are
three sub zones: a sustainable coral fish catch zone 3.689,3 ha; a sustainable pelagic fish
catch 6.275,6 ha, aquaculture cultivation development zone 5,85 ha. Utilization zone with an
area of 693,9 ha and exists in 8 locations for the activities of habitat preservation and fish
population, marine tourism, and recreation. Special zone for ocean biota protection and
rehabilitation with an area of 13,1 ha and it is for the protection and rehabilitation of ocean
biota.
Key Words: Zoning, Marine Protected Area, Regency of North Nias.
Pendahuluan
lokasi KKPD Nias Utara dapat dilihat pada
Kabupaten
merupakan
(gambar 1).
pemekaran dari Kabupaten Nias pada tahun
Hasil
2009
N ias
Utara
dan
termasuk
dalam
administratif
Provinsi
Sumatera
penelitian
(LIPI,
2004)
wilayah
mengidentifikasi luasan terumbu karang di
Utara.
pantai Utara Pulau Nias adalah 47,80 km2
Perairan
dengan rerata persentase tutupan karang
Daerah) Kabupaten Nias Utara merupakan
hidup sebesar 25,90%, perkiraan luas karang
hasil inisiasi Program COREMAP
hidup adalah sebesar 12,3802 km2 dan
KKPD
Reef
(Kawasan
Rehabilitation
Konservasi
and
(Coral
Management
dijumpai 136
jenis karang batu
yang
Program) Phase II pada tahun 2007 dengan
termasuk dalam 18 suku. Terdapat 25 jenis
SK Bupati Nias Nomor: 050/139/K/2007,
mangrove yang termasuk dalam 13 suku
KKPD Nias Utara memiliki luas 29.000 ha,
dengan cakupan luas mangrove sebesar 4,54
km2 . Dijumpai sebanyak 177 jenis ikan yang
termasuk dalam 29 suku dengan kelimpahan
Kawasan konservasi perairan adalah
ikan karang sebesar 23.282 individu/ha.
kawasan perairan yang dilindungi, dikelola
Dalam laporan tersebut ditegaskan bahwa
dengan sistem zonasi untuk mewujudkan
faktor fisik mengontrol komunitas karang di
pengelolaan
daerah
2005)
lingkungannya secara berkelanjutan (PP. No.
menyimpulkan bahwa ekosistem terumbu
60/2007). Penetapan kawasan konservasi
karang di site Teluk Sawo dan Lahewa
perairan dilakukan untuk mencapai sasaran
terancam
oleh
pemanfaatan berkelanjutan sumber daya ikan
aktivitas-aktivitas pemanfaatan sumberdaya
dan ekosistemnya, serta jasa lingkungan yang
laut dengan cara-cara yang tidak lestari.
ada didalamnya, dengan tetap
Terdapat dua aktivitas yang secara signifikan
kearifan lokal yang ada (Per.Men KP. No.
tersebut.
Laporan (LIPI,
mengalami
kerusakan
sumberdaya
ikan
dan
menjaga
Gambar 1. Peta lokasi penelitian KKPD Nias Utara.
(Sumber: SK Bupati Nias Nomor: 050/139/K/2007,Tentang Penetapan Kawasan Konservasi Laut
Daerah Kabupaten Nias).
dapat merusak ekosistem terumbu karang,
02/2009).
yaitu penambangan karang dan pemboman.
Perairan adalah suatu bentuk rekayasa teknik
Laporan terakhir (LIPI, 2010) rata-rata
pemanfaatan ruang di kawasan konservasi
tutupan karang hidup sebesar 32,04% dan
perairan
dinyatakan juga dengan adanya peristiwa
fungsional sesuai dengan potensi sumber
gempa dan tsunami Aceh tahun 2004 dan
daya dan daya dukung serta proses-proses
gempa
bumi
mengakibatkan
Nias
tahun
kerusakan
terumbu karang di lokasi ini.
Zonasi
melalui
Kawasan
penetapan
Konservasi
batas-batas
2005
telah
ekologis yang berlangsung sebagai satu
parah
pada
kesatuan Ekosistem (Per.Men KP. No.
30/2010).
2
Ada 4 (empat) pembagian zona yang
Kabupaten
Nias
di
Lahewa,
KP.
Kabupaten Nias Utara, Provinsi Sumatera
30/2010),
yakni:
Zona
inti,
Timur
Kecamatan
dapat dikembangkan di dalam KKP (Per.Men
No.
Lahewa
Utara
diperuntukkan bagi perlindungan mutlak
Utara.
habitat dan populasi sumberdaya
Metode Pengumpulan Data
ikan,
penelitian dan pendidikan, minimal 2% dari
Sawo,
pengamatan
bentuk
luas kawasan, Zona pemanfaatan, dikelola
pertumbuhan (lifeform) biofisik
terumbu
untuk
populasi
karang dengan metode LIT (Line Intercept
sumberdaya ikan dan lingkungannya secara
Transect) dan pengamatan dilakukan pada
tidak langsung untuk kegiatan pariwisata dan
dua kedalaman yaitu 3 meter mewakili
rekreasi,
perairan dangkal dan 7 meter untuk mewakili
perlindungan
penelitian,
habitat,
pengembangan
dan
pendidikan, Zona perikanan berkelanjutan,
dikelola untuk memanfaatkan sumberdaya
Metodologi
dan
perairan dalam (English, et al,. 1997).
Pengamatan
ikan
karang
dengan
ikan dan lingkungannya secara langsung
metode UVC (Underwater Visual Sensus)
melalui
tangkap,
mengikuti kedalaman pencatatan bentuk
perikanan budidaya, dan kegiatan penelitian
pertumbuhan karang, luas pengamatan setiap
perikanan yang ramah lingkungan dan Zona
transek adalah 350m2 (DKP, 2008). Spesies
lainnya.
ikan yang didata (English, et al., 1997) terdiri
kegiatan
perikanan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan
kesesuaian
jenis
Kawasan
dari dua kelompok ikan, yaitu; kelompok
ikan target dan ikan indikator.
Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Nias
Pengamatan mangrove dengan metode
Utara serta menyusun dan menentukan
TLP (Transect Line Plot). Pada setiap
zonasi
transek,
sesuai
dengan
kriteria
biofisik,
data
vegetasi dicuplik
dengan
ekonomi dan sosial budaya yang dituangkan
menggunakan petak berukuran 10x10 m2
dalam
Kawasan
untuk kelompok pohon (diameter >10 cm).
Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Nias
Kelompok belta/anak pohon (diameter 2-10
Utara sesuai dengan peruntukkannya.
cm) diambil pada petak berukuran 5 x 5 m2
Metodologi
yang ditempatkan pada petak kelompok
bentuk
Peta
Zonasi
Metode penelitian yang digunakan
pohon. Data kelompok semai (diameter <2
adalah metode survei dan studi literatur serta
cm) diambil pada petak ukuran 1x1 m2 yang
analisis data secara kualitatif dan kuantitatif.
ditempatkan pada petak kelompok belta
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni
(DKP, 2008).
sampai bulan Desember 2013 di Kawasan
Konservasi
Perairan
Daerah
(KKPD)
Pengamatan padang lamun dengan
metode Transek Garis dan Transek Kuadrat,
3
pada
setiap
titik
pengambilan
contoh
digunakan bingkai (frame) 50x50 cm (DKP,
Indeks keseragaman (E) dihitung dengan
rumus (Pielou, 1996):
2008).
E
Penentuan lokasi pengamatan kualitas
perairan
dilakukan
dengan
prinsip
keterwakilan, yaitu mewakili perairan luar,
Indeks
H'
H maks
dominansi
(D)
mengacu
(Ludwig dan Reynold, 1988):
tengah dan bagian dalam yang dekat dengan
s
 ni 
D    
i 1  N 
muara sungai (Setyobudiandi, et al., 2009).
Vegetasi
dan
menggunakan rumus (Bengen, 2004):
dilakukan
pada
15
titik
dihitung
dengan
Kerapatan Jenis (Di) adalah jumlah tegakan
pengamatan.
Survey
dilakukan
mangrove
2
Kualitas perairan meliputi parameter fisika
kimia,
pada
kondisi
dengan
sosial
metode
ekonomi
jenis i dalam suatu unit area.
Purposive
Di = ni/A
Sampling (Malo dan Trisnoningtias dalam
Kerapatan
Relatif
Jenis
(RDi)
adalah
Rachmat, 1999). Jumlah sampel pada setiap
perbandingan antara jumlah tegakan jenis i
populasi adalah 15% (Yamane, 1967 dalam
(ni ) dan jumlah total tegakan seluruh jenis
Rachmat, 1999). Survey kondisi sosial
(∑n).
RDi = (ni/∑n) x 100
ekonomi dilakukan di 10 desa yang temasuk
dalam wilayah KKPD.
Frekuensi
Metode Analisis Data
ditemukannya jenis i dalam petak contoh/plot
Persentase
penutupan
life
form
adalah
ikan
karang
adalah
perbandingan antara frekuensi jenis i (F i) dan
jumlah frekuensi untuk seluruh jenis (∑F).
RFi = (Fi / ∑F) x 100
dengan
menggunakan rumus (Odum, 1993):
n
N 
peluang
Fi = Pi / ∑p
Frekuensi Relatif Jenis (RFi)
l 
C    i  x100%
l 
Kelimpahan
(Fi)
yang diamati.
benthos, dihitung dengan persamaan (English
et al., 1994):
Jenis
 ni
Penutupan Jenis (C i) adalah luas penutupan
jenis i dalam suatu unit area.
i 1
Ci = ∑ BA/A
A
Perhitungan indeks keanekaragaman (H’)
Penutupan
ikan karang dengan menggunakan persamaan
perbandingan antara luas area penutupan
(Shannon dan Wienner, 1948):
jenis i (Ci) dan luas total area penutupan
s
H '   ( pi. ln . pi)
i 1
Relatif
Jenis
(RC i)
adalah
untuk seluruh jenis (∑C).
RCi = (Ci /∑C) x 100
4
Indeks Nilai Penting (IVi) adalah suatu
nitrit antara <0,006-0,016 dengan rata-rata
gambaran mengenai pengaruh atau peranan
0,009; kadar nitrat perairan 1,63-6,27 mg/L
suatu jenis tumbuhan mangrove dalam
dengan rata-rata 3,73 mg/L, melebihi NAB
komunitas mangrove.
untuk biota laut dan wisata bahari; kadar
IVi
= RDi + RFi + RCi
Perhitungan
persentase
fosfat perairan antara
penutupan
lamun dengan rumus (English et al., 1997).
0,01 - <0,02 mg/L
dengan rata-rata 0,01 mg/L, melebihi NAB
untuk biota laut dan wisata bahari. Hal ini
diduga terjadi karena banyaknya aliran
sungai yang bermuara ke laut yang mengikat
Analisis kesesuaian jenis kawasan konservasi
fosfat dan nitrat. Karakteristik massa air dari
dengan kriteria ekologi, sosial budaya dan
daratan Pulau Nias itu sendiri merupakan
ekonomi (DKP, 2008).
salah satu faktor dominan yang berpengaruh
dalam stabilitas massa air di perairan
Analisis
zonasi
menggunakan
Metode
Kesesuaian
Lahan.
kawasan
Matrik
Penyusunan
dengan
pesisirnya serta Pulau Nias secara geografis
Penilaian
berada di Samudra Hindia sehingga perairan
matriks
di kepulauan ini mempunyai sistem arus dan
evaluasi kesesuaian lahan didasarkan atas
karakteristik
bobot yang telah ditentukan, dikomparasikan
dipengaruhi oleh sistem yang berkembang di
dengan
Samudera Hindia (LIPI, 2004).
kriteria
kesesuaian
lahan,
selanjutanya integrasi antara kriteria fisik
massa
air
yang
sangat
Terumbu Karang dan Ikan Karang
berdasarkan tingkat kesesuaian lahan dengan
Rata-rata persentase tutupan karang
bobot masing - masing kriteria (Faizal. et.al.,
hidup pada 6 (enam) stasiun sebesar 34,39%,
2014). Analisis keruangan menggunakan
100
software SIG (Sistem Informasi Geografis).
3,92
90
8,15
Hasil dan Pe mbahasan
80
Kualitas Perairan
Pengukuran kualitas perairan dilakukan
pada 15 titik stasiun pengamatan. Kondisi
kualitas perairan masih dalam ambang batas
% Tutupan
70
30,03
52,37
bahari. Kisaran temperatur rata-rata 30,280 C;
4,32
20,85
9,20
3,07
2,83
0,83
19,30
Rubble (R)
14,22
Sand (S)
45,3
35,72
50
40
30
0
23,55
1,83
1,52
12,52
56,83
34,45
39,22
Sponge
(SP)
Soft Coral
(SC)
27,42
20,32
20
10
Turf Alga
(TA)
47,08
60
24,38
kualitas perairan untuk biota laut dan wisata
3,47
2,88
21,74
2,23
17,01
5,42
2,93
1,85
1,34
0,83
0,35
Stasiun 01Stasiun 02Stasiun 03Stasiun 04Stasiun 05Stasiun 06
Dead Coral
With Alga
(DCA)
Dead Coral
(DC)
Non
Acropora
Acropora
kecerahan rata-rata 17,07 meter; salinitas
Gambar 2. Histogram persentase tutupan kategori
biota dan substrat pada enam stasiun.
rata-rata 33,53 0 /00 ; rata-rata kadar oksigen
kondisi ini mengalami peningkatan sebesar
terlarut 10,47 mg/L; pH rata-rata 8,28; kadar
2,35% apabila dibandingkan dengan rata-rata
5
persentase tutupan karang hidup berdasarkan
Nilai indeks keanekaragaman antara
pengamatan (LIPI, 2010) sebesar 32,04%,
2,127 - 2,936, artinya keanekaragaman
pada tahun 2009 sebesar 29,83% (LIPI,
sedang,
2009).
kestabilan komunitas rendah dan tekanan
Berdasarkan
Kep.Men
LH.
penyebaran
tiap
jenis
sedang,
No.
ekologi sedang (Shannon dan Wienner,
04/2001, tentang kriteria baku kerusakan
1948). Nilai keseragaman antara 0,76-1,00
terumbu karang, kategori tutupan karang
yang artinya komunitas tinggi/stabil (Daget,
hidup dalam KKPD Nias Utara termasuk
1976). Indeks dominansi antara 0,00 – 0,50
dalam kategori sedang. Nilai persentase life
yang artinya dominansi spesies rendah atau
form penutupan terumbu karang pada enam
tidak ada yang mendominasi (Ludwig dan
stasiun dapat dilihat di histogram pada
Reynold, 1988).
(gambar 2).
Mangrove
Ikan target ditemukan sebanyak 35
Dari hasil pengamatan koleksi bebas
jenis dengan jumlah 1.063 individu pada 6
mangrove di kawasan
(enam) stasiun dan ikan indikator ditemukan
Sisarahili Teluk Siabang didapatkan 15 (lima
sebanyak 15 jenis dengan jumlah 335
belas) jenis mangrove, yaitu; 12 (dua belas)
individu. Secara keseluruhan terdapat 50
jenis mangrove sejati dan 3 (tiga) jenis
jenis (species) ikan target dan ikan indikator
manggrove ikutan. dapat dilihat pada (tabel
yang termasuk dalam 13 suku (family)
1).
Indeks
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
0,407
2,254
0,142 0,854
0,230
2,225
0,134 0,867
0,477
2,936
0,062 0,936
0,441
2,704
0,094 0,875
0,267
2,127
0,167 0,785
0,174
2,167
0,158 0,872
3,0
Stasiun
01
Stasiun
02
Stasiun
03
Stasiun
04
Stasiun
05
Stasiun
06
Kelimpahan (N)
0,407
0,230
0,477
0,441
0,267
0,174
Indeks Keanekaragaman (H')
2,254
2,225
2,936
2,704
2,127
2,167
Indeks Keseragaman (E)
0,854
0,867
0,936
0,875
0,785
0,872
Indeks Dominansi (D)
0,142
0,134
0,062
0,094
0,167
0,158
Gambar 3. Indeks sebaran ikan karang pada setiap
stasiun.
dengan jumlah total 1.398 individu dan rata-
mangrove
Desa
Tabel 1. Jenis mangrove yang ditemukan dari hasil
koleksi bebas mangrove di kawasan hutan
mangrove Desa Sisarahili Telu k Siabang.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Jenis Mangrove
Acanthus Ilicifolius
Acrostichum aureum
Acrostichum
speciosum hainesii
Bruguiera
Rhizopora apiculata
Rhizophora stylosa
Sonneratia alba
Lumnitzera littorea
Rhizophora
Bruguiera
muncronataparviflora
Ceriops decandra
Ceriops tagal
Barringtonia asiatica
Pandanus
odoratissima
Stachytarpheta
jamaicensis
Kriteria Mangrove
Mangrove sejati
Mangrove sejati
Mangrove sejati
Mangrove sejati
Mangrove sejati
Mangrove sejati
Mangrove sejati
Mangrove sejati
Mangrove sejati
Mangrove sejati
Mangrove sejati
Mangrove sejati
Mangrove ikutan
Mangrove ikutan
Mangrove ikutan
rata kepadatan mencapai 3.329 individu/ha.
Pada transek plot pengamatan terdapat
nilai indeks sebaran ikan karang, dapat
4 (empat) jenis mangrove; Rhizophora
dilihat pada (gambar 3).
muncronata, Bruguiera parviflora, Ceriops
6
decandra, Ceriops tagal. Kerapatan individu
Enhalus
tertinggi
Rhizophora
Halophila decipiens, Halophila minor dan
muncronata dengan kepadatan 38 individu /
Thalasia hemprichii. Pada transek kuadrat
100m2 ,
didominasi
Bruguiera
jenis
Parviflora
acoroides,
Halodule
pinifolia,
dengan
kepadatan 12 individu / 100m2 . Rata-rata
75,00
kerapatan pohon adalah 53 individu / 100m2 .
80
Kerapatan rata-rata individu dan kerapatan
60 51,95
50
individu tiap jenis mangrove / 100m di
kawasan hutan mangrove Desa Sisarahili,
Tutupan (%)
2
70
Enhalus
acoroides
Thalasia
hemprichii
Halodule
pinifolia
40
30
Kabupaten Nias Utara berdasarkan Kep.Men
20
LH. No. 201/2004 tentang kriteria baku dan
0
pedoman penilaian kerusakan mangrove,
62,81
9,65
1,95
10
1,64
0,70
Transek 1 Transek 2
0,00
0,00
Transek 3
tingkat penutupan mangrove dikawasan ini
Gambar 4. Persen tutupan jenis lamun pada 3
transek.
mencapai
kerapatan
ditemukan 3 jenis lamun, yaitu; Enhalus
individu mencapai 5.300 pohon / ha dengan
acoroides, Thalasia hemprichii dan Halodule
kategori baik dan sangat padat.
pinifolia. Persentase tutupan jenis lamun
Lamun
pada tiga transek pengamatan dapat dilihat
75,844%,
tingkat
Pengamatan lamun dilakukan di pantai
pada (gambar 4).
Tabel 2. Skoring pendekatan kesesuaian jenis KKPD Kabupaten Nias Utara.
Kriteria Penetapan Kawasan
Ekologi
1 Keanekaragaman Hayati
2 Kealamiahan
3 Keterkaitan Ekologis
4 Keterwakilan
5 Keunikan
6 Produktifitas
7 Daerah Ruaya
8 Habitat Ikan dilindungi
9 Daerah Pemijahan Ikan
10 Daerah Asuhan
Sosial
1 Dukungan Masyarakat
2 Potensi Konflik Kepentingan
3 Potensi Ancaman
4 Kearifan Lokal
5 Adat-Istiadat
Ekonomi
1 Nilai Penting Perikanan
2 Potensi Rekreasi dan Pariwisata
3 Estetika
4 Kemudahan Mencapai Lokasi
Total Nilai
TNP
Skoring
Bobot
(S)
BxS
(B)
Seriwa’u,
hasil
BxS
SP
BxS
Bobot
(B)
BxS
4
4
4
4
4
3
3
3
4
3
8
8
4
8
8
3
6
9
8
9
2
1
1
1
4
1
2
1
1
1
4
2
1
2
8
1
4
3
2
3
4
4
3
3
2
2
2
4
3
3
8
8
3
6
4
2
4
12
6
9
2
3
3
2
1
2
4
4
4
4
4
6
3
4
2
2
8
12
8
12
3
3
2
2
2
1
1
1
1
1
3
3
2
2
2
4
4
3
2
4
12
12
6
4
8
2
2
4
1
1
6
6
8
2
2
2
2
2
3
1
6
6
4
6
2
1
3
3
3
40
1
1
2
2
47
1
3
6
6
97
3
4
4
4
47
3
12
12
12
103
2
1
2
2
47
2
3
6
6
101
3
1
2
2
47
3
3
6
6
101
0,92
koleksi
SAP
Bobot
(B)
2
2
1
2
2
1
2
3
2
3
Nilai Scoring
Desa
TWP
Bobot
(B)
bebas
ditemukan 5 (lima) jenis lamun yaitu;
1,04
Persen
>60%,
rata-rata
0,97
0,97
penutupan
berdasarkan Kep.Men
LH.
lamun
No.
7
200/2004 tentang kriteria baku kerusakan
Penentuan zonasi KKPD Nias Utara
dan pedoman penentuan status padang
menggunakan
lamun, kondisi lamun di kawasan ini dengan
Kesesuaian Lahan (Faizal. et.al., 2014). Peta
kategori baik, kaya dan sehat.
zonasi KKPD Nias Utara dapat dilihat pada
Zonasi Kawasan Konservasi
(gambar 5).
Berdasarkan
perhitungan
Metode
Matrik
Penilaian
nilai
Zonasi KKPD Nias Utara terdiri dari
parameter, didapatkan kesesuaian Kawasan
empat sistem zonasi, yaitu: zona inti, zona
Konservasi
(KKPD)
perikanan berkelanjutan terdiri dari 3 (tiga)
Kabupaten Nias Utara adalah tergolong
sub zona, zona pemanfaatan dan zona
untuk Taman Wisata Perairan (TWP) dengan
lainnya berupa zona khusus perlindungan
nilai skor 1,04 (tabel 2).
dan rehabilitasi biota laut. KKPD Nias Utara
Perairan
Daerah
Gambar 5. Peta zonasi KKPD Nias Utara.
Berdasarkan
nomenklatur
kawasan
mempunyai luas total 29.000 ha, terdiri dari:
konservasi perairan di Indonesia, tujuan
Zona inti tersebar dalam 9 wilayah dengan
pengelolaan Taman Wisata Perairan (TWP)
luas kawasan 667 ha, mencakup 2,3% dari
adalah Kawasan Konservasi Perairan dengan
total
tujuan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan
berkelanjutan dengan luas 27.673,2 ha dan
wisata perairan dan rekreasi.
memiliki 3 (tiga) sub zona, yaitu; daerah
luas
penangkapan
KKPD.
ikan
Zona
perikanan
karang dengan
luas
8
3.689,3 ha dan daerah penangkapan ikan
Zona Perikanan Berkelanjutan dengan
pelagis dengan luas 6.275,6 ha serta daerah
total luas 27.673,2 ha, diperuntukkan bagi
budidaya perikanan dengan luas 5,85 ha.
perlindungan habitat dan populasi ikan,
Zona pemanfaatan memiliki luas 693,9 ha
penangkapan ikan dengan alat dan cara yang
dan tersebar dalam 8 wilayah serta zona
ramah
khusus perlindungan dan rehabilitasi biota
lingkungan,
laut memiliki luas 13,1 ha. Rincian dan luas
penelitian dan pengembangan, pendidikan.
setiap
Memiliki 3 (tiga) sub zona yaitu; daerah
zona KKPD dapat dilihat pada
(lampiran 1).
lingkungan,
penangkapan
budidaya
pariwisata
ikan
dan
ramah
rekreasi,
karang dengan
luas
Dalam setiap zona KKPD Nias utara
3.689,3 ha; daerah penangkapan ikan pelagis
terdapat kegiatan yang boleh dilakukan dan
dengan luas 6.275,6 ha dan daerah budidaya
tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang
perikanan dengan luas 5,85 ha.
harus
mendapatkan
ijin
dari
lembaga
Zona Pemanfaatan dengan total luas
pengelola KKPD. Kegiatan yang boleh dan
693,9
tidak boleh dilakukan dalam setiap zona
Perlindungan dan pelestarian habitat dan
KKPD Nias Utara terdapat pada (lampiran 2,
populasi ikan, kepentingan wisata perairan
lampiran 3, lampiran 4 dan lampiran 5).
dan rekreasi, penelitian dan pengembangan,
Kesimpulan
pendidikan serta tersebar dalam 8 (delapan)
Kesesuaian jenis Kawasan Konservasi
Ha
dan
dimanfaatkan
bagi
lokasi.
Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Nias
Zona
khusus
perlindungan
dan
Utara, tergolong Taman Wisata Perairan
rehabilitasi biota laut dengan total luas 13,1
(TWP) berdasarkan kriteria ekologi, social
ha,
budaya dan ekonomi, pengelolaan Taman
perlindungan dan rehabilitasi biota laut.
Wisata Perairan adalah untuk dimanfaatkan
Ucapan Terima Kasih
bagi
kepentingan
wisata
perairan
dan
rekreasi.
diperuntukkan
bagi
kegiatan
Terima kasih kepada: Bapak Ir. Arlius,
M.S, Ph.D dan Bapak Dr. Ir. Suparno, M.Si
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
sebagai Komisi Dosen Pembimbing. Bapak
(KKPD) Kabupaten Nias Utara mempunyai
Dr. Handoko Adi Susanto (KKP - Program
luas 29.000 ha dan terdiri dari empat zonasi,
MPAG), Bapak Dr. Luky Adrianto (Direktur
yaitu: Zona inti memiliki luas 667 ha atau
PKSPL-IPB),
2,3% dan tersebar dalam 9 (sembilan) lokasi,
(PKSPL-IPB)
diperuntukkan bagi kegiatan perlindungan
beasiswa penelitian tesis ini kepada penulis
mutlak habitat dan populasi ikan, penelitian
berupa dana hibah Travel Grand penelitian,
dan pendidikan.
melalui program MPAG (Marine Protected
Ibu
yang
Vepryany
telah
Oktaviarty
memberikan
9
Areas Governance) Departemen Kelautan
dan Perikanan kerjasama PKSPL-IPB yang
didanai oleh WWF-US.
Daftar Pustaka
Bengen, D.G. 2004. Pedoman Teknis
Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem
Mangrove. PKSPL-IPB. Bogor.
Daget, J. 1976. Les Models Mathematical en
Ecology. Mason & Cie. Paris.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2008.
Pedoman Umum Identifikasi Calon
Lokasi Kawasan Konservasi Perairan.
Jakarta.
English, Wilkinson CR., Baker. 1994. Survey
Manual for Tropical Marine Resources.
Asean-Australia Marine Science Project.
Australian Institute of Marine Science.
Townsville.
English, Wilkinson CR., Baker. 1997. Survey
Manual for Tropical Marine Resources
(2nd Edition). Asean-Australia Marine
Science Project. Australia Institute o f
Marine Science. Townville.
Faizal, A., Rani, C., Nessa, N., Jompa, J.,
Rappe, R.A. 2014. Pengembangan
Metode Mulitikriteria Berbasis SIG
Untuk Zoning Kawasan Konservasi
Perairan.
Journal.
Jurusan Ilmu
Kelautan, FIKP UNHAS. Makasar.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup. No. 04. 2001. Tentang Kriteria
Baku Kerusakan Terumbu Karang.
Jakarta.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup. No. 200. 2004. Tentang Kriteria
Baku
Kerusakan
dan
Pedoman
Penentuan Status Padang Lamun.
Jakarta.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup. No. 201. 2004. Tentang Kriteria
Baku
dan
Pedoman
Penilaian
Kerusakan Mangrove. Jakarta.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup. No. 51. 2004. Tentang Baku
Mutu Air laut. Jakarta.
LIPI. 2004. Laporan COREMAP. Studi
Baseline Ekologi Kabupaten Nias.
Jakarta.
LIPI. 2005. Data Dasar Aspek Sosial
Terumbu Karang Indonesia, Teluk Sawo,
Kecamatan Tuhemberua, Kabupaten
Nias. Jakarta.
LIPI. 2009. Panduan Metode Point Intercept
Transect (PIT) Untuk Masyarakat. Stud i
Baseline dan Monitoring Kesehata n
Karang di Lokasi Daerah Perlindunga n
Laut (DPL). Jakarta.
LIPI. 2010. COREMAP II. Monitoring
Terumbu Karang Nias. Lahewa. Sawo.
Jakarta.
Ludwig, J.A., Reynold J.F. 1988. Statistical
Ecologi : A Primer Methods and
Computing. John Wiley and Sons.
XVIII: 337 hml. New York.
Odum, E.P. 1993. Dasar – Dasar Ekologi.
Diterjemahkan dari Fundamental o f
Ecology oleh Subiyanto. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan.
No. 02. 2009. Tentang Tata Cara
Penetapan
Kawasan
Konservasi
Perairan. Jakarta.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan.
No. 30. 2010. Tentang Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Kawasan
Konservasi Perairan. Jakarta.
Peraturan Pemerintah.
No. 60. 2007.
Tentang Konservasi Sumberdaya Ikan.
Jakarta.
Pielou, E.C. 1996. The Measurement of
Diversity in Different Types of
Biologycal Collections. J. Theoret.
Boilogy. 13: 131-144.
Rachmat, J. 1999. Metode Penelitian
Komunikasi. PT. Rajawali Press. Jakarta.
Setyobudiandi, I., Sulistiono, Yulianda, F.,
Kusmana, C., Hariyadi, S., Damar, A.,
Sembiring, A. Bahtiar. 2009. Sampling
dan Analisis Data Kelautan Dan
Perikanan.
Terapan
Metode
Pengambilan Contoh di Wilayah Pesisir
& Laut. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor (IPB).
Cetakan 1. Bogor.
Shannon, Wienner. 1948. A Mathematical
Theory of Communication. Bell Syste m
Technology.
10
Lampiran 1. Rincian zonasi KKPD Nias Utara.
No
1
2
3
4
Kriteria Zona
Zona inti
1 DPL Desa Sawo
2 DPL Desa Lasara Sawo
3 DPL Desa Sisarahili TS.
4 DPL Desa Sifahandro
5 Pulau Panjang
6 Pulau Lafau
7 Pulau Uma
8 Pulau Baohi dan Pulau Lahewa
9 DPL Desa Balefadorotuho
Zona perikanan berkelanjutan
Daerah penangkapan ikan karang
a). Lahewa
1
b). Sifahandro 1
c). Sifahandro 2
Daerah penangkapan ikan pelagis
a). Sawo
2
b). Sifahandro
c). Lahewa
Daerah budidaya perikanan
3 a). Desa M o’awo
b). Desa Sisarahili TS.
Zona pemanfaatan
1 Kawasan perairan Pantai Walo, Teluk Bengkuang
2 Kawasan perairan Pantai Sawo
3 Kawasan perairan Pantai Sisarahili TS.
4 Kawasan perairan Pantai Sifahandro
5 Kawasan perairan Pantai Pulau Gito
6 Kawasan perairan Pantai Pulau Lafau
7 Kawasan perairan Pantai Sihene Asi dan M o’awo
8 Kawasan perairan Pantai Balefadorotuho
Zona lainnya
1 Zona khusus perlindungan dan rehabilitasi biota laut
Luas (Ha)
667
5,8
5,4
11
7,4
76,5
97,3
320,6
92,7
48,1
27.673,2
3.689,3
3.086,9
267,75
334,73
6.275,6
83,20
2.698,46
3.493,4
5,85
4,77
1,08
693,9
55,5
47,7
8,9
163
79,2
20,4
52,9
266,3
13,1
13.1
Lampiran 2.
Kegiatan yang boleh dan tidak boleh di dalam zona inti.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona inti
Perlindungan proses ekologis penting seperti penyebaran dan perkembangan larva ikan.
Perlindungan ekosistem terumbu karang.
Perlindungan jenis ikan.
Patroli pengawasan.
Penelitian:
 Penelitian dasar yang menggunakan metode naturalistik untuk tujuan pengumpulan
data dasar kondisi biologis dan ekologis dalam KKPD.
 Penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi
biologis dan ekologis KKPD.
 Pengembangan dengan metode eksperimental untuk tujuan rehabilitasi.
Pendidikan:
 Aspek biologi, yang meliputi:
a. Pengenalan jenis-jenis ikan.
b. Status dan upaya perlindungan ikan.
 Aspek ekologi, yang meliputi:
a. Pengenalan pola ruang/zonasi kawasan konservasi.
b. Pengenalan relung ekologi dan habitat setiap jenis dan sumber daya ikan.
c. Sumber ancaman alamiah bagi kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya.
d. Upaya pemeliharaan dan rehabilitasi relung ekologi dan habitat setiap jenis dan
sumber daya ikan yang telah terganggu/rusak.
Perikanan tangkap.
Perikanan budidaya.
Tidak
-
Ijin
Ijin
-
Boleh
Boleh
Boleh
Boleh
-
Ijin
-
Tidak
-
-
Tidak
-
-
Tidak
-
-
Tidak
Tidak
-
-
11
No
9
10
11
12
13
14
15
Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona inti
Wisata bahari/rekreasi.
Transporatsi laut.
Pelabuhan/dermaga atau menara suar kapal.
Kegiatan khusus (industri, dll).
Pemasangan rumpon.
Lego jangkar.
Pengambilan biota.
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ijin
-
Boleh
-
Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona perikanan berkelanjutan
Pemulihan stock ikan (spesies lokal).
Patroli pengawasan.
Lego jangkar.
Penelitian dengan persyaratan:
 Jumlah contoh sumber daya ikan yang digunakan berdasarkan siklus dan kemampuan
generatifnya.
 Perlakuan yang dilakukan tidak mengganggu fungsi relung ekologi dan/atau habitat
sumber daya ikan.
 Tidak menggunakan jenis eksotik yang teridentifikasi infasif pada kawasan
konservasi perairan.
 Tidak mengganggu aktivitas masyarakat lokal.
Pendidikan:
 Aspek biologi, yang meliputi: (a) Pengenalan jenis-jenis ikan, (b) Status dan upaya
perlindungan ikan.
 Aspek ekologi, yang meliputi: (a) Pengenalan pola ruang/zonasi kawasan konservasi,
(b) Pengenalan relung ekologi dan habitat setiap jenis dan sumber daya ikan, (c)
Sumber ancaman alamiah bagi kelestarian sumber daya ikan dan lingkunganny a, (d)
Upaya pemeliharaan dan rehabilitasi relung ekologi dan habitat setiap jenis dan
sumber daya ikan yang telah terganggu/rusak.
 Aspek sosial ekonomi dan budaya, yang meliputi:
a. Pemanfaatan langsung dan tidak langsung sumber daya ikan dan kawasan
konservasi perairan.
b. Dampak pemanfaatan langsung dan tidak langsung sumber daya ikan dan
kawasan konservasi perairan.
Tidak
-
Ijin
-
Boleh
Ya
Ya
Ya
-
Ijin
-
-
Ijin
-
c. Kearifan lokal.
 Aspek tata kelola dan pengelolaan kawasan konservasi perairan, yang meliputi: (a)
Kepemimpinan, (b) Pengenalan dan mekanisme pembangunan jejaring kawasan
konservasi perairan.
Perikanan tangkap ramah lingkungan:
a. Alat tangkap kategori jaring angkat (Lift Nets)
Bagan tancap (Shore operated stationary lift nets). M esh size: ≥ 1 mm; P ≤ 5 m;
L ≤ 5 m. Jalur penangkapan IA dan IB (0-4 mil).
Anco (Portable lift nets). Ukuran: P ≤10 m; L ≤ 10 m. Jalur penangkapan: IA (02 mil).
Bagan berperahu (boat operated lift nets). M esh size: ≥ 1 mm,;P ≤ 12 m; L ≤ 12
m; Lampu: ≤ 2.000 watt. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil)
Bagan berperahu (boat operated lift nets). M esh size: ≥ 1 mm; P ≤ 12 m; L ≤ 12
m; Lampu: ≥ 2.000 watt. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil)
-
-
Ya
-
Ijin
-
-
Ijin
-
-
Ijin
-
-
Ijin
-
Tidak
-
-
-
-
Ya
-
-
Ya
-
-
Ya
-
Ijin
-
-
-
Ya
Lampiran 3.
Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona perikanan berkelanjutan.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
b.
c.
Alat tangkap yang dijatuhkan atau ditebarkan (Falling Gear)
Jala tebar (Falling gear not specified). Luasan ≤ 20 m2 .Jalur penangkapan IA
(0-2 mil).
Jaring insang (Gillnets and Entangling Nets)
Jaring insang tetap (Set gillnets anchored). M esh size: ≥ 1,5 inchi; P ≤ 500 m.
Jalur penangkapan: IB (2-4 mil).
Jaring Insang hanyut (Driftnets)
M esh size: ≥ 1,5 inchi; P ≤ 500 m. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil).
Jaring Insang hanyut (Driftnets)
M esh size: ≥ 1,5 inchi; P ≤ 1.000 m. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil).
Jaring insang lingkar (Encircing Gillnets)
M esh size: ≥ 1,5 inchi; P ≤ 600 m. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil).
12
No
Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona perikanan berkelanjutan
Jaring insang berpancang (Fixed gillnets-on stakes)
M esh size: ≥ 1,5 inchi; P ≤ 300 m. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil).
Jaring insang berlapis (Trammel Nets)
Jaring klitik. M esh size: ≥ 1,5 inchi; P ≤ 500 m. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil),
IB (2-4 mil).
Combined gillnets-trammel net
M esh size: ≥ 1 inchi; P ≤ 1.000 m. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil), IB (2-4 mil)
d. Alat tangkap ikan kategori pancing (Hook and Line).
Handlines and pole/ hand operated
 Pancing ulur (hand line). Jalur penangkapan: IA (0-2 mil), IB (2-4 mil).
 Pancing berjoran. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil), IB (2-4 mil).
 Huhate (pole and line).
M ata pancing no. 6. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil).
Rawai dasar (Set longlines)
M esh size: ≤ 10.000 mata pancing. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil).
Rawai Hanyut (Drift long line).
 Rawai tuna (tuna long line). 1000-2000 mata pancing. Jalur penangkapan: IB
(2-4 mil).
 Rawai cucut
≤ 2.500 mata pancing. M ata pancing no. 4. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil).
Pancing tonda (trolling lines).
 Jumlah tonda: ≤ 10 buah. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil).
 Pancing layang-layang. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil), IB (2-4 mil).
e. Alat tangkap ikan kategori perangkap (Trap).
Jermal (stow net). M esh size: ≥ 1 inchi; P ≤ 10 m; L ≤ 10 m.
Bubu (pots).
≤ 300 buah Jalur penangkapan: IA (0-2 mil), IB (2-4 mil).
Bubu bersayap (Fyke nets)
M esh size: ≥ 1 inchi; P. Tall ris ≤ 50 m. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil).
Togo
M esh size: ≥ 1 inchi; P. Tall ris ≤ 20 m. Jalur penangkapan; IA (0-2 mil).
Ambal
M esh size: ≥ 1 inchi; P. Tall ris ≤ 20 m. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil).
Pengerih
M esh size: ≥ 1 inchi; P. Tall ris ≤ 50 m
Sero
Penaju ≤ 100 m
Perikanan budidaya ramah lingkungan:
Jenis (keramba jaring apung).
Budidaya Kerapu M acan, Kerapu Sunu, Kakap Putih
Jenis pakan yang tidak mengandung zat beracun, bahan pencemaran yang
berbahaya bagi ikan dan/atau manusia, atau yang mengakibatkan penurunan
produksi atau menyebabkan pencemaran/kerusakan lingkungan.
Budidaya rumput laut.
Transporatsi Laut.
Pelabuhan/Dermaga.
Kegiatan Khusus (industri, dll).
Alur Pelayaran Umum.
Pemasangan Rumpon.
-
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Tidak
Ijin
Boleh
-
Ijin
-
Tidak
-
-
Tidak
-
-
-
-
Ya
-
-
Ya
-
Ijin
-
-
-
Ya
-
-
Ya
-
-
Ya
-
-
Ya
-
-
Ya
-
-
Ya
-
-
Ya
-
-
Ya
-
-
Ya
-
-
Ya
-
Ijin
-
-
Ijin
Ijin
-
Ya
Ya
Ya
13
Lampiran 4.
Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona pemanfaatan.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona pemanfaatan
Penelitian dan pengembangan:
 Penelitian dasar yang menggunakan metode naturalistik untuk tujuan pengumpulan
data dasar kondisi biologis dan ekologis dalam KKP.
 Penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi
biologis dan ekologis KKP.
 Pengembangan dengan metode eksperimental untuk tujuan rehabilitasi KKP.
Pendidikan:
 Aspek biologi, yang meliputi: (a) Pengenalan jenis-jenis ikan, (b) Status dan upaya
perlindungan ikan.
 Aspek ekologi, yang meliputi: (a) Pengenalan pola ruang/zonasi kawasan konservasi,
(b) Pengenalan relung ekologi dan habitat setiap jenis dan sumber daya ikan, (c)
Sumber ancaman alamiah bagi kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya, (d)
Upaya pemeliharaan dan rehabilitasi relung ekologi dan habitat setiap jenis dan
sumber daya ikan yang telah terganggu/rusak.
 Aspek sosial ekonomi dan budaya, yang meliputi: (a) Pemanfaatan langsung dan
tidak langsung sumber daya ikan dan kawasan konservasi perairan, (b) Dampak
pemanfaatan langsung dan tidak langsung sumber daya ikan dan kawasan konservasi
perairan, (c) Kearifan lokal.
 Aspek tata kelola dan pengelolaan kawasan konservasi perairan, yang meliputi: (a)
Kepemimpinan, (c) Pengenalan dan mekanisme pembangunan jejaring kawasan
konservasi perairan.
Pariwisata alam perairan:
 Olah raga air: menyelam (diving), jetsky, dayung, memancing (sport and
recreation fishing).
 Wisata tontonan untuk menikmati keindahan pemandangan perairan: snorkeling
dan menggunakan perahu kaca (glass boat).
 Wisata pendidikan yang mendukung terwujudnya etika lingkungan bagi para
wisatawan: mengamati (dan membuat foto atau film) obyek-obyek wisata yang
memiliki fungsi ekologis tinggi.
 Wisata penelitian untuk mendapat pengetahuan terkait bidang ilmu tertentu seperti
mengamati kehidupan biota perairan (lumba-lumba dan penyu), formasi kehidupan
terumbu karang dan biota lainnya.
 Tour wisata antar pulau
 Resort
Alur Pelayaran umum.
Transporatsi Laut.
Tambatan Perahu.
Kegiatan Khusus industri.
Infrastruktur.
Patroli.
Pembuangan Limbah/Sampah.
Pengambilan biota, tumbuhan.
Penambangan pasir dan karang.
Pos Jaga.
Tidak
Ijin
Boleh
-
Ijin
-
-
Ijin
-
-
-
Ya
-
-
Ya
-
-
Ya
-
-
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
-
Ijin
Ijin
Ijin
Ijin
-
Ya
Ya
Ya
Ya
14
Lampiran 5.
Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona perlindungan dan rehabilitasi biota laut.
No
Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona perlindungan dan rehabilitasi biota laut
Tidak
Ijin
Boleh
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Rehabilitasi ekosistem.
Pemulihan stok ikan (jenis lokal).
Perikanan Tangkap.
Perikanan Budidaya.
Transporatsi Laut.
Lego jangkar.
Pendidikan:
 Aspek biologi, yang meliputi: (a) Pengenalan jenis-jenis ikan, (b) Status dan upaya
perlindungan ikan.
 Aspek ekologi, yang meliputi: (a) Pengenalan pola ruang/zonasi kawasan konservasi,
(b) Pengenalan relung ekologi dan habitat setiap jenis dan sumber daya ikan, (c)
Sumber ancaman alamiah bagi kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya, (d)
Upaya pemeliharaan dan rehabilitasi relung ekologi dan habitat setiap jenis dan
sumber daya ikan yang telah terganggu/rusak.
 Aspek sosial ekonomi dan budaya, yang meliputi: (a) Pemanfaatan langsung dan
tidak langsung sumber daya ikan dan kawasan konservasi perairan, (b) Dampak
pemanfaatan langsung dan tidak langsung sumber daya ikan dan kawasan konservasi
perairan, (c) Kearifan lokal.
 Aspek tata kelola dan pengelolaan kawasan konservasi perairan, yang meliputi: (a)
Kepemimpinan, (b) Pengenalan dan mekanisme pembangunan jejaring kawasan
konservasi perairan.
Penelitian dan pengembangan:
 Penelitian dasar yang menggunakan metode naturalistik untuk tujuan pengumpulan
data dasar kondisi biologis dan ekologis dalam KKP.
 Penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi
biologis dan ekologis KKP.
 Pengembangan dengan metode eksperimental untuk tujuan rehabilitasi KKP.
Pariwisata:
 Olah raga air: menyelam (diving)
 Wisata tontonan untuk menikmati keindahan pemandangan perairan: menggunakan
perahu kaca (glass boat).
 Wisata pendidikan yang mendukung terwujudnya etika lingkungan bagi para
wisatawan: mengamati (dan membuat foto atau film) obyek-obyek wisata yang
memiliki fungsi ekologis tinggi.
 Wisata penelitian untuk mendapat pengetahuan terkait bidang ilmu tertentu seperti
mengamati kehidupan biota perairan (lumba-lumba dan penyu), formasi kehidupan
terumbu karang dan biota lainnya.
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ijin
-
Ya
-
-
Ijin
-
-
Ijin
-
-
-
Ya
7.
8.
9.
15
Download