KAJIAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN NIAS UTARA Meriussoni Zai1 , Arlius 2 , Suparno2 1 Student of Management Coastal and Marine Aquatic Resource Program Postgraduate of Bung Hatta University E-mail: [email protected]; [email protected] 2 Lecture of Management Coastal and Marine Aquatic Resource Program Postgraduate of Bung Hatta University E-mail: [email protected]; [email protected] ABSTRACT The study zoning of marine protected area of the Regency of North Nias research was conducted, the method of the research was surveys and literary study as well as analyzing the data qualitatively and quantitatively. The aim of the research is to determine the compatibility of the marine protected area of North Nias type and to arrange as well as to determine of zoning in the map of the marine protected area of the Regency of North Nias. The research finds that the marine protected area of the Regency of North Nias includes ecosystem conservation and belongs to marine tourism with the criteria of ecology, society, culture, and economy with the aim of its management is for the benefits of marine tourism and recreation. Marine protected area of the Regency of North Nias has an area of 29.000 ha. It consists of four zoning systems; Core zone, with the area of 667 ha, is 2,3% of the total area width and scatters in 9 locations. Sustainable fisheries zone, with the area of 27.673,2 ha and there are three sub zones: a sustainable coral fish catch zone 3.689,3 ha; a sustainable pelagic fish catch 6.275,6 ha, aquaculture cultivation development zone 5,85 ha. Utilization zone with an area of 693,9 ha and exists in 8 locations for the activities of habitat preservation and fish population, marine tourism, and recreation. Special zone for ocean biota protection and rehabilitation with an area of 13,1 ha and it is for the protection and rehabilitation of ocean biota. Key Words: Zoning, Marine Protected Area, Regency of North Nias. Pendahuluan lokasi KKPD Nias Utara dapat dilihat pada Kabupaten merupakan (gambar 1). pemekaran dari Kabupaten Nias pada tahun Hasil 2009 N ias Utara dan termasuk dalam administratif Provinsi Sumatera penelitian (LIPI, 2004) wilayah mengidentifikasi luasan terumbu karang di Utara. pantai Utara Pulau Nias adalah 47,80 km2 Perairan dengan rerata persentase tutupan karang Daerah) Kabupaten Nias Utara merupakan hidup sebesar 25,90%, perkiraan luas karang hasil inisiasi Program COREMAP hidup adalah sebesar 12,3802 km2 dan KKPD Reef (Kawasan Rehabilitation Konservasi and (Coral Management dijumpai 136 jenis karang batu yang Program) Phase II pada tahun 2007 dengan termasuk dalam 18 suku. Terdapat 25 jenis SK Bupati Nias Nomor: 050/139/K/2007, mangrove yang termasuk dalam 13 suku KKPD Nias Utara memiliki luas 29.000 ha, dengan cakupan luas mangrove sebesar 4,54 km2 . Dijumpai sebanyak 177 jenis ikan yang termasuk dalam 29 suku dengan kelimpahan Kawasan konservasi perairan adalah ikan karang sebesar 23.282 individu/ha. kawasan perairan yang dilindungi, dikelola Dalam laporan tersebut ditegaskan bahwa dengan sistem zonasi untuk mewujudkan faktor fisik mengontrol komunitas karang di pengelolaan daerah 2005) lingkungannya secara berkelanjutan (PP. No. menyimpulkan bahwa ekosistem terumbu 60/2007). Penetapan kawasan konservasi karang di site Teluk Sawo dan Lahewa perairan dilakukan untuk mencapai sasaran terancam oleh pemanfaatan berkelanjutan sumber daya ikan aktivitas-aktivitas pemanfaatan sumberdaya dan ekosistemnya, serta jasa lingkungan yang laut dengan cara-cara yang tidak lestari. ada didalamnya, dengan tetap Terdapat dua aktivitas yang secara signifikan kearifan lokal yang ada (Per.Men KP. No. tersebut. Laporan (LIPI, mengalami kerusakan sumberdaya ikan dan menjaga Gambar 1. Peta lokasi penelitian KKPD Nias Utara. (Sumber: SK Bupati Nias Nomor: 050/139/K/2007,Tentang Penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Nias). dapat merusak ekosistem terumbu karang, 02/2009). yaitu penambangan karang dan pemboman. Perairan adalah suatu bentuk rekayasa teknik Laporan terakhir (LIPI, 2010) rata-rata pemanfaatan ruang di kawasan konservasi tutupan karang hidup sebesar 32,04% dan perairan dinyatakan juga dengan adanya peristiwa fungsional sesuai dengan potensi sumber gempa dan tsunami Aceh tahun 2004 dan daya dan daya dukung serta proses-proses gempa bumi mengakibatkan Nias tahun kerusakan terumbu karang di lokasi ini. Zonasi melalui Kawasan penetapan Konservasi batas-batas 2005 telah ekologis yang berlangsung sebagai satu parah pada kesatuan Ekosistem (Per.Men KP. No. 30/2010). 2 Ada 4 (empat) pembagian zona yang Kabupaten Nias di Lahewa, KP. Kabupaten Nias Utara, Provinsi Sumatera 30/2010), yakni: Zona inti, Timur Kecamatan dapat dikembangkan di dalam KKP (Per.Men No. Lahewa Utara diperuntukkan bagi perlindungan mutlak Utara. habitat dan populasi sumberdaya Metode Pengumpulan Data ikan, penelitian dan pendidikan, minimal 2% dari Sawo, pengamatan bentuk luas kawasan, Zona pemanfaatan, dikelola pertumbuhan (lifeform) biofisik terumbu untuk populasi karang dengan metode LIT (Line Intercept sumberdaya ikan dan lingkungannya secara Transect) dan pengamatan dilakukan pada tidak langsung untuk kegiatan pariwisata dan dua kedalaman yaitu 3 meter mewakili rekreasi, perairan dangkal dan 7 meter untuk mewakili perlindungan penelitian, habitat, pengembangan dan pendidikan, Zona perikanan berkelanjutan, dikelola untuk memanfaatkan sumberdaya Metodologi dan perairan dalam (English, et al,. 1997). Pengamatan ikan karang dengan ikan dan lingkungannya secara langsung metode UVC (Underwater Visual Sensus) melalui tangkap, mengikuti kedalaman pencatatan bentuk perikanan budidaya, dan kegiatan penelitian pertumbuhan karang, luas pengamatan setiap perikanan yang ramah lingkungan dan Zona transek adalah 350m2 (DKP, 2008). Spesies lainnya. ikan yang didata (English, et al., 1997) terdiri kegiatan perikanan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kesesuaian jenis Kawasan dari dua kelompok ikan, yaitu; kelompok ikan target dan ikan indikator. Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Nias Pengamatan mangrove dengan metode Utara serta menyusun dan menentukan TLP (Transect Line Plot). Pada setiap zonasi transek, sesuai dengan kriteria biofisik, data vegetasi dicuplik dengan ekonomi dan sosial budaya yang dituangkan menggunakan petak berukuran 10x10 m2 dalam Kawasan untuk kelompok pohon (diameter >10 cm). Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Nias Kelompok belta/anak pohon (diameter 2-10 Utara sesuai dengan peruntukkannya. cm) diambil pada petak berukuran 5 x 5 m2 Metodologi yang ditempatkan pada petak kelompok bentuk Peta Zonasi Metode penelitian yang digunakan pohon. Data kelompok semai (diameter <2 adalah metode survei dan studi literatur serta cm) diambil pada petak ukuran 1x1 m2 yang analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. ditempatkan pada petak kelompok belta Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni (DKP, 2008). sampai bulan Desember 2013 di Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Pengamatan padang lamun dengan metode Transek Garis dan Transek Kuadrat, 3 pada setiap titik pengambilan contoh digunakan bingkai (frame) 50x50 cm (DKP, Indeks keseragaman (E) dihitung dengan rumus (Pielou, 1996): 2008). E Penentuan lokasi pengamatan kualitas perairan dilakukan dengan prinsip keterwakilan, yaitu mewakili perairan luar, Indeks H' H maks dominansi (D) mengacu (Ludwig dan Reynold, 1988): tengah dan bagian dalam yang dekat dengan s ni D i 1 N muara sungai (Setyobudiandi, et al., 2009). Vegetasi dan menggunakan rumus (Bengen, 2004): dilakukan pada 15 titik dihitung dengan Kerapatan Jenis (Di) adalah jumlah tegakan pengamatan. Survey dilakukan mangrove 2 Kualitas perairan meliputi parameter fisika kimia, pada kondisi dengan sosial metode ekonomi jenis i dalam suatu unit area. Purposive Di = ni/A Sampling (Malo dan Trisnoningtias dalam Kerapatan Relatif Jenis (RDi) adalah Rachmat, 1999). Jumlah sampel pada setiap perbandingan antara jumlah tegakan jenis i populasi adalah 15% (Yamane, 1967 dalam (ni ) dan jumlah total tegakan seluruh jenis Rachmat, 1999). Survey kondisi sosial (∑n). RDi = (ni/∑n) x 100 ekonomi dilakukan di 10 desa yang temasuk dalam wilayah KKPD. Frekuensi Metode Analisis Data ditemukannya jenis i dalam petak contoh/plot Persentase penutupan life form adalah ikan karang adalah perbandingan antara frekuensi jenis i (F i) dan jumlah frekuensi untuk seluruh jenis (∑F). RFi = (Fi / ∑F) x 100 dengan menggunakan rumus (Odum, 1993): n N peluang Fi = Pi / ∑p Frekuensi Relatif Jenis (RFi) l C i x100% l Kelimpahan (Fi) yang diamati. benthos, dihitung dengan persamaan (English et al., 1994): Jenis ni Penutupan Jenis (C i) adalah luas penutupan jenis i dalam suatu unit area. i 1 Ci = ∑ BA/A A Perhitungan indeks keanekaragaman (H’) Penutupan ikan karang dengan menggunakan persamaan perbandingan antara luas area penutupan (Shannon dan Wienner, 1948): jenis i (Ci) dan luas total area penutupan s H ' ( pi. ln . pi) i 1 Relatif Jenis (RC i) adalah untuk seluruh jenis (∑C). RCi = (Ci /∑C) x 100 4 Indeks Nilai Penting (IVi) adalah suatu nitrit antara <0,006-0,016 dengan rata-rata gambaran mengenai pengaruh atau peranan 0,009; kadar nitrat perairan 1,63-6,27 mg/L suatu jenis tumbuhan mangrove dalam dengan rata-rata 3,73 mg/L, melebihi NAB komunitas mangrove. untuk biota laut dan wisata bahari; kadar IVi = RDi + RFi + RCi Perhitungan persentase fosfat perairan antara penutupan lamun dengan rumus (English et al., 1997). 0,01 - <0,02 mg/L dengan rata-rata 0,01 mg/L, melebihi NAB untuk biota laut dan wisata bahari. Hal ini diduga terjadi karena banyaknya aliran sungai yang bermuara ke laut yang mengikat Analisis kesesuaian jenis kawasan konservasi fosfat dan nitrat. Karakteristik massa air dari dengan kriteria ekologi, sosial budaya dan daratan Pulau Nias itu sendiri merupakan ekonomi (DKP, 2008). salah satu faktor dominan yang berpengaruh dalam stabilitas massa air di perairan Analisis zonasi menggunakan Metode Kesesuaian Lahan. kawasan Matrik Penyusunan dengan pesisirnya serta Pulau Nias secara geografis Penilaian berada di Samudra Hindia sehingga perairan matriks di kepulauan ini mempunyai sistem arus dan evaluasi kesesuaian lahan didasarkan atas karakteristik bobot yang telah ditentukan, dikomparasikan dipengaruhi oleh sistem yang berkembang di dengan Samudera Hindia (LIPI, 2004). kriteria kesesuaian lahan, selanjutanya integrasi antara kriteria fisik massa air yang sangat Terumbu Karang dan Ikan Karang berdasarkan tingkat kesesuaian lahan dengan Rata-rata persentase tutupan karang bobot masing - masing kriteria (Faizal. et.al., hidup pada 6 (enam) stasiun sebesar 34,39%, 2014). Analisis keruangan menggunakan 100 software SIG (Sistem Informasi Geografis). 3,92 90 8,15 Hasil dan Pe mbahasan 80 Kualitas Perairan Pengukuran kualitas perairan dilakukan pada 15 titik stasiun pengamatan. Kondisi kualitas perairan masih dalam ambang batas % Tutupan 70 30,03 52,37 bahari. Kisaran temperatur rata-rata 30,280 C; 4,32 20,85 9,20 3,07 2,83 0,83 19,30 Rubble (R) 14,22 Sand (S) 45,3 35,72 50 40 30 0 23,55 1,83 1,52 12,52 56,83 34,45 39,22 Sponge (SP) Soft Coral (SC) 27,42 20,32 20 10 Turf Alga (TA) 47,08 60 24,38 kualitas perairan untuk biota laut dan wisata 3,47 2,88 21,74 2,23 17,01 5,42 2,93 1,85 1,34 0,83 0,35 Stasiun 01Stasiun 02Stasiun 03Stasiun 04Stasiun 05Stasiun 06 Dead Coral With Alga (DCA) Dead Coral (DC) Non Acropora Acropora kecerahan rata-rata 17,07 meter; salinitas Gambar 2. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat pada enam stasiun. rata-rata 33,53 0 /00 ; rata-rata kadar oksigen kondisi ini mengalami peningkatan sebesar terlarut 10,47 mg/L; pH rata-rata 8,28; kadar 2,35% apabila dibandingkan dengan rata-rata 5 persentase tutupan karang hidup berdasarkan Nilai indeks keanekaragaman antara pengamatan (LIPI, 2010) sebesar 32,04%, 2,127 - 2,936, artinya keanekaragaman pada tahun 2009 sebesar 29,83% (LIPI, sedang, 2009). kestabilan komunitas rendah dan tekanan Berdasarkan Kep.Men LH. penyebaran tiap jenis sedang, No. ekologi sedang (Shannon dan Wienner, 04/2001, tentang kriteria baku kerusakan 1948). Nilai keseragaman antara 0,76-1,00 terumbu karang, kategori tutupan karang yang artinya komunitas tinggi/stabil (Daget, hidup dalam KKPD Nias Utara termasuk 1976). Indeks dominansi antara 0,00 – 0,50 dalam kategori sedang. Nilai persentase life yang artinya dominansi spesies rendah atau form penutupan terumbu karang pada enam tidak ada yang mendominasi (Ludwig dan stasiun dapat dilihat di histogram pada Reynold, 1988). (gambar 2). Mangrove Ikan target ditemukan sebanyak 35 Dari hasil pengamatan koleksi bebas jenis dengan jumlah 1.063 individu pada 6 mangrove di kawasan (enam) stasiun dan ikan indikator ditemukan Sisarahili Teluk Siabang didapatkan 15 (lima sebanyak 15 jenis dengan jumlah 335 belas) jenis mangrove, yaitu; 12 (dua belas) individu. Secara keseluruhan terdapat 50 jenis mangrove sejati dan 3 (tiga) jenis jenis (species) ikan target dan ikan indikator manggrove ikutan. dapat dilihat pada (tabel yang termasuk dalam 13 suku (family) 1). Indeks 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 0,407 2,254 0,142 0,854 0,230 2,225 0,134 0,867 0,477 2,936 0,062 0,936 0,441 2,704 0,094 0,875 0,267 2,127 0,167 0,785 0,174 2,167 0,158 0,872 3,0 Stasiun 01 Stasiun 02 Stasiun 03 Stasiun 04 Stasiun 05 Stasiun 06 Kelimpahan (N) 0,407 0,230 0,477 0,441 0,267 0,174 Indeks Keanekaragaman (H') 2,254 2,225 2,936 2,704 2,127 2,167 Indeks Keseragaman (E) 0,854 0,867 0,936 0,875 0,785 0,872 Indeks Dominansi (D) 0,142 0,134 0,062 0,094 0,167 0,158 Gambar 3. Indeks sebaran ikan karang pada setiap stasiun. dengan jumlah total 1.398 individu dan rata- mangrove Desa Tabel 1. Jenis mangrove yang ditemukan dari hasil koleksi bebas mangrove di kawasan hutan mangrove Desa Sisarahili Telu k Siabang. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jenis Mangrove Acanthus Ilicifolius Acrostichum aureum Acrostichum speciosum hainesii Bruguiera Rhizopora apiculata Rhizophora stylosa Sonneratia alba Lumnitzera littorea Rhizophora Bruguiera muncronataparviflora Ceriops decandra Ceriops tagal Barringtonia asiatica Pandanus odoratissima Stachytarpheta jamaicensis Kriteria Mangrove Mangrove sejati Mangrove sejati Mangrove sejati Mangrove sejati Mangrove sejati Mangrove sejati Mangrove sejati Mangrove sejati Mangrove sejati Mangrove sejati Mangrove sejati Mangrove sejati Mangrove ikutan Mangrove ikutan Mangrove ikutan rata kepadatan mencapai 3.329 individu/ha. Pada transek plot pengamatan terdapat nilai indeks sebaran ikan karang, dapat 4 (empat) jenis mangrove; Rhizophora dilihat pada (gambar 3). muncronata, Bruguiera parviflora, Ceriops 6 decandra, Ceriops tagal. Kerapatan individu Enhalus tertinggi Rhizophora Halophila decipiens, Halophila minor dan muncronata dengan kepadatan 38 individu / Thalasia hemprichii. Pada transek kuadrat 100m2 , didominasi Bruguiera jenis Parviflora acoroides, Halodule pinifolia, dengan kepadatan 12 individu / 100m2 . Rata-rata 75,00 kerapatan pohon adalah 53 individu / 100m2 . 80 Kerapatan rata-rata individu dan kerapatan 60 51,95 50 individu tiap jenis mangrove / 100m di kawasan hutan mangrove Desa Sisarahili, Tutupan (%) 2 70 Enhalus acoroides Thalasia hemprichii Halodule pinifolia 40 30 Kabupaten Nias Utara berdasarkan Kep.Men 20 LH. No. 201/2004 tentang kriteria baku dan 0 pedoman penilaian kerusakan mangrove, 62,81 9,65 1,95 10 1,64 0,70 Transek 1 Transek 2 0,00 0,00 Transek 3 tingkat penutupan mangrove dikawasan ini Gambar 4. Persen tutupan jenis lamun pada 3 transek. mencapai kerapatan ditemukan 3 jenis lamun, yaitu; Enhalus individu mencapai 5.300 pohon / ha dengan acoroides, Thalasia hemprichii dan Halodule kategori baik dan sangat padat. pinifolia. Persentase tutupan jenis lamun Lamun pada tiga transek pengamatan dapat dilihat 75,844%, tingkat Pengamatan lamun dilakukan di pantai pada (gambar 4). Tabel 2. Skoring pendekatan kesesuaian jenis KKPD Kabupaten Nias Utara. Kriteria Penetapan Kawasan Ekologi 1 Keanekaragaman Hayati 2 Kealamiahan 3 Keterkaitan Ekologis 4 Keterwakilan 5 Keunikan 6 Produktifitas 7 Daerah Ruaya 8 Habitat Ikan dilindungi 9 Daerah Pemijahan Ikan 10 Daerah Asuhan Sosial 1 Dukungan Masyarakat 2 Potensi Konflik Kepentingan 3 Potensi Ancaman 4 Kearifan Lokal 5 Adat-Istiadat Ekonomi 1 Nilai Penting Perikanan 2 Potensi Rekreasi dan Pariwisata 3 Estetika 4 Kemudahan Mencapai Lokasi Total Nilai TNP Skoring Bobot (S) BxS (B) Seriwa’u, hasil BxS SP BxS Bobot (B) BxS 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 8 8 4 8 8 3 6 9 8 9 2 1 1 1 4 1 2 1 1 1 4 2 1 2 8 1 4 3 2 3 4 4 3 3 2 2 2 4 3 3 8 8 3 6 4 2 4 12 6 9 2 3 3 2 1 2 4 4 4 4 4 6 3 4 2 2 8 12 8 12 3 3 2 2 2 1 1 1 1 1 3 3 2 2 2 4 4 3 2 4 12 12 6 4 8 2 2 4 1 1 6 6 8 2 2 2 2 2 3 1 6 6 4 6 2 1 3 3 3 40 1 1 2 2 47 1 3 6 6 97 3 4 4 4 47 3 12 12 12 103 2 1 2 2 47 2 3 6 6 101 3 1 2 2 47 3 3 6 6 101 0,92 koleksi SAP Bobot (B) 2 2 1 2 2 1 2 3 2 3 Nilai Scoring Desa TWP Bobot (B) bebas ditemukan 5 (lima) jenis lamun yaitu; 1,04 Persen >60%, rata-rata 0,97 0,97 penutupan berdasarkan Kep.Men LH. lamun No. 7 200/2004 tentang kriteria baku kerusakan Penentuan zonasi KKPD Nias Utara dan pedoman penentuan status padang menggunakan lamun, kondisi lamun di kawasan ini dengan Kesesuaian Lahan (Faizal. et.al., 2014). Peta kategori baik, kaya dan sehat. zonasi KKPD Nias Utara dapat dilihat pada Zonasi Kawasan Konservasi (gambar 5). Berdasarkan perhitungan Metode Matrik Penilaian nilai Zonasi KKPD Nias Utara terdiri dari parameter, didapatkan kesesuaian Kawasan empat sistem zonasi, yaitu: zona inti, zona Konservasi (KKPD) perikanan berkelanjutan terdiri dari 3 (tiga) Kabupaten Nias Utara adalah tergolong sub zona, zona pemanfaatan dan zona untuk Taman Wisata Perairan (TWP) dengan lainnya berupa zona khusus perlindungan nilai skor 1,04 (tabel 2). dan rehabilitasi biota laut. KKPD Nias Utara Perairan Daerah Gambar 5. Peta zonasi KKPD Nias Utara. Berdasarkan nomenklatur kawasan mempunyai luas total 29.000 ha, terdiri dari: konservasi perairan di Indonesia, tujuan Zona inti tersebar dalam 9 wilayah dengan pengelolaan Taman Wisata Perairan (TWP) luas kawasan 667 ha, mencakup 2,3% dari adalah Kawasan Konservasi Perairan dengan total tujuan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan berkelanjutan dengan luas 27.673,2 ha dan wisata perairan dan rekreasi. memiliki 3 (tiga) sub zona, yaitu; daerah luas penangkapan KKPD. ikan Zona perikanan karang dengan luas 8 3.689,3 ha dan daerah penangkapan ikan Zona Perikanan Berkelanjutan dengan pelagis dengan luas 6.275,6 ha serta daerah total luas 27.673,2 ha, diperuntukkan bagi budidaya perikanan dengan luas 5,85 ha. perlindungan habitat dan populasi ikan, Zona pemanfaatan memiliki luas 693,9 ha penangkapan ikan dengan alat dan cara yang dan tersebar dalam 8 wilayah serta zona ramah khusus perlindungan dan rehabilitasi biota lingkungan, laut memiliki luas 13,1 ha. Rincian dan luas penelitian dan pengembangan, pendidikan. setiap Memiliki 3 (tiga) sub zona yaitu; daerah zona KKPD dapat dilihat pada (lampiran 1). lingkungan, penangkapan budidaya pariwisata ikan dan ramah rekreasi, karang dengan luas Dalam setiap zona KKPD Nias utara 3.689,3 ha; daerah penangkapan ikan pelagis terdapat kegiatan yang boleh dilakukan dan dengan luas 6.275,6 ha dan daerah budidaya tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang perikanan dengan luas 5,85 ha. harus mendapatkan ijin dari lembaga Zona Pemanfaatan dengan total luas pengelola KKPD. Kegiatan yang boleh dan 693,9 tidak boleh dilakukan dalam setiap zona Perlindungan dan pelestarian habitat dan KKPD Nias Utara terdapat pada (lampiran 2, populasi ikan, kepentingan wisata perairan lampiran 3, lampiran 4 dan lampiran 5). dan rekreasi, penelitian dan pengembangan, Kesimpulan pendidikan serta tersebar dalam 8 (delapan) Kesesuaian jenis Kawasan Konservasi Ha dan dimanfaatkan bagi lokasi. Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Nias Zona khusus perlindungan dan Utara, tergolong Taman Wisata Perairan rehabilitasi biota laut dengan total luas 13,1 (TWP) berdasarkan kriteria ekologi, social ha, budaya dan ekonomi, pengelolaan Taman perlindungan dan rehabilitasi biota laut. Wisata Perairan adalah untuk dimanfaatkan Ucapan Terima Kasih bagi kepentingan wisata perairan dan rekreasi. diperuntukkan bagi kegiatan Terima kasih kepada: Bapak Ir. Arlius, M.S, Ph.D dan Bapak Dr. Ir. Suparno, M.Si Kawasan Konservasi Perairan Daerah sebagai Komisi Dosen Pembimbing. Bapak (KKPD) Kabupaten Nias Utara mempunyai Dr. Handoko Adi Susanto (KKP - Program luas 29.000 ha dan terdiri dari empat zonasi, MPAG), Bapak Dr. Luky Adrianto (Direktur yaitu: Zona inti memiliki luas 667 ha atau PKSPL-IPB), 2,3% dan tersebar dalam 9 (sembilan) lokasi, (PKSPL-IPB) diperuntukkan bagi kegiatan perlindungan beasiswa penelitian tesis ini kepada penulis mutlak habitat dan populasi ikan, penelitian berupa dana hibah Travel Grand penelitian, dan pendidikan. melalui program MPAG (Marine Protected Ibu yang Vepryany telah Oktaviarty memberikan 9 Areas Governance) Departemen Kelautan dan Perikanan kerjasama PKSPL-IPB yang didanai oleh WWF-US. Daftar Pustaka Bengen, D.G. 2004. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. PKSPL-IPB. Bogor. Daget, J. 1976. Les Models Mathematical en Ecology. Mason & Cie. Paris. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2008. Pedoman Umum Identifikasi Calon Lokasi Kawasan Konservasi Perairan. Jakarta. English, Wilkinson CR., Baker. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Asean-Australia Marine Science Project. Australian Institute of Marine Science. Townsville. English, Wilkinson CR., Baker. 1997. Survey Manual for Tropical Marine Resources (2nd Edition). Asean-Australia Marine Science Project. Australia Institute o f Marine Science. Townville. Faizal, A., Rani, C., Nessa, N., Jompa, J., Rappe, R.A. 2014. Pengembangan Metode Mulitikriteria Berbasis SIG Untuk Zoning Kawasan Konservasi Perairan. Journal. Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UNHAS. Makasar. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. No. 04. 2001. Tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang. Jakarta. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. No. 200. 2004. Tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun. Jakarta. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. No. 201. 2004. Tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penilaian Kerusakan Mangrove. Jakarta. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. No. 51. 2004. Tentang Baku Mutu Air laut. Jakarta. LIPI. 2004. Laporan COREMAP. Studi Baseline Ekologi Kabupaten Nias. Jakarta. LIPI. 2005. Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Indonesia, Teluk Sawo, Kecamatan Tuhemberua, Kabupaten Nias. Jakarta. LIPI. 2009. Panduan Metode Point Intercept Transect (PIT) Untuk Masyarakat. Stud i Baseline dan Monitoring Kesehata n Karang di Lokasi Daerah Perlindunga n Laut (DPL). Jakarta. LIPI. 2010. COREMAP II. Monitoring Terumbu Karang Nias. Lahewa. Sawo. Jakarta. Ludwig, J.A., Reynold J.F. 1988. Statistical Ecologi : A Primer Methods and Computing. John Wiley and Sons. XVIII: 337 hml. New York. Odum, E.P. 1993. Dasar – Dasar Ekologi. Diterjemahkan dari Fundamental o f Ecology oleh Subiyanto. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan. No. 02. 2009. Tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan. Jakarta. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan. No. 30. 2010. Tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan. Jakarta. Peraturan Pemerintah. No. 60. 2007. Tentang Konservasi Sumberdaya Ikan. Jakarta. Pielou, E.C. 1996. The Measurement of Diversity in Different Types of Biologycal Collections. J. Theoret. Boilogy. 13: 131-144. Rachmat, J. 1999. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Rajawali Press. Jakarta. Setyobudiandi, I., Sulistiono, Yulianda, F., Kusmana, C., Hariyadi, S., Damar, A., Sembiring, A. Bahtiar. 2009. Sampling dan Analisis Data Kelautan Dan Perikanan. Terapan Metode Pengambilan Contoh di Wilayah Pesisir & Laut. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor (IPB). Cetakan 1. Bogor. Shannon, Wienner. 1948. A Mathematical Theory of Communication. Bell Syste m Technology. 10 Lampiran 1. Rincian zonasi KKPD Nias Utara. No 1 2 3 4 Kriteria Zona Zona inti 1 DPL Desa Sawo 2 DPL Desa Lasara Sawo 3 DPL Desa Sisarahili TS. 4 DPL Desa Sifahandro 5 Pulau Panjang 6 Pulau Lafau 7 Pulau Uma 8 Pulau Baohi dan Pulau Lahewa 9 DPL Desa Balefadorotuho Zona perikanan berkelanjutan Daerah penangkapan ikan karang a). Lahewa 1 b). Sifahandro 1 c). Sifahandro 2 Daerah penangkapan ikan pelagis a). Sawo 2 b). Sifahandro c). Lahewa Daerah budidaya perikanan 3 a). Desa M o’awo b). Desa Sisarahili TS. Zona pemanfaatan 1 Kawasan perairan Pantai Walo, Teluk Bengkuang 2 Kawasan perairan Pantai Sawo 3 Kawasan perairan Pantai Sisarahili TS. 4 Kawasan perairan Pantai Sifahandro 5 Kawasan perairan Pantai Pulau Gito 6 Kawasan perairan Pantai Pulau Lafau 7 Kawasan perairan Pantai Sihene Asi dan M o’awo 8 Kawasan perairan Pantai Balefadorotuho Zona lainnya 1 Zona khusus perlindungan dan rehabilitasi biota laut Luas (Ha) 667 5,8 5,4 11 7,4 76,5 97,3 320,6 92,7 48,1 27.673,2 3.689,3 3.086,9 267,75 334,73 6.275,6 83,20 2.698,46 3.493,4 5,85 4,77 1,08 693,9 55,5 47,7 8,9 163 79,2 20,4 52,9 266,3 13,1 13.1 Lampiran 2. Kegiatan yang boleh dan tidak boleh di dalam zona inti. No 1 2 3 4 5 6 7 8 Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona inti Perlindungan proses ekologis penting seperti penyebaran dan perkembangan larva ikan. Perlindungan ekosistem terumbu karang. Perlindungan jenis ikan. Patroli pengawasan. Penelitian: Penelitian dasar yang menggunakan metode naturalistik untuk tujuan pengumpulan data dasar kondisi biologis dan ekologis dalam KKPD. Penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi biologis dan ekologis KKPD. Pengembangan dengan metode eksperimental untuk tujuan rehabilitasi. Pendidikan: Aspek biologi, yang meliputi: a. Pengenalan jenis-jenis ikan. b. Status dan upaya perlindungan ikan. Aspek ekologi, yang meliputi: a. Pengenalan pola ruang/zonasi kawasan konservasi. b. Pengenalan relung ekologi dan habitat setiap jenis dan sumber daya ikan. c. Sumber ancaman alamiah bagi kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya. d. Upaya pemeliharaan dan rehabilitasi relung ekologi dan habitat setiap jenis dan sumber daya ikan yang telah terganggu/rusak. Perikanan tangkap. Perikanan budidaya. Tidak - Ijin Ijin - Boleh Boleh Boleh Boleh - Ijin - Tidak - - Tidak - - Tidak - - Tidak Tidak - - 11 No 9 10 11 12 13 14 15 Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona inti Wisata bahari/rekreasi. Transporatsi laut. Pelabuhan/dermaga atau menara suar kapal. Kegiatan khusus (industri, dll). Pemasangan rumpon. Lego jangkar. Pengambilan biota. Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ijin - Boleh - Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona perikanan berkelanjutan Pemulihan stock ikan (spesies lokal). Patroli pengawasan. Lego jangkar. Penelitian dengan persyaratan: Jumlah contoh sumber daya ikan yang digunakan berdasarkan siklus dan kemampuan generatifnya. Perlakuan yang dilakukan tidak mengganggu fungsi relung ekologi dan/atau habitat sumber daya ikan. Tidak menggunakan jenis eksotik yang teridentifikasi infasif pada kawasan konservasi perairan. Tidak mengganggu aktivitas masyarakat lokal. Pendidikan: Aspek biologi, yang meliputi: (a) Pengenalan jenis-jenis ikan, (b) Status dan upaya perlindungan ikan. Aspek ekologi, yang meliputi: (a) Pengenalan pola ruang/zonasi kawasan konservasi, (b) Pengenalan relung ekologi dan habitat setiap jenis dan sumber daya ikan, (c) Sumber ancaman alamiah bagi kelestarian sumber daya ikan dan lingkunganny a, (d) Upaya pemeliharaan dan rehabilitasi relung ekologi dan habitat setiap jenis dan sumber daya ikan yang telah terganggu/rusak. Aspek sosial ekonomi dan budaya, yang meliputi: a. Pemanfaatan langsung dan tidak langsung sumber daya ikan dan kawasan konservasi perairan. b. Dampak pemanfaatan langsung dan tidak langsung sumber daya ikan dan kawasan konservasi perairan. Tidak - Ijin - Boleh Ya Ya Ya - Ijin - - Ijin - c. Kearifan lokal. Aspek tata kelola dan pengelolaan kawasan konservasi perairan, yang meliputi: (a) Kepemimpinan, (b) Pengenalan dan mekanisme pembangunan jejaring kawasan konservasi perairan. Perikanan tangkap ramah lingkungan: a. Alat tangkap kategori jaring angkat (Lift Nets) Bagan tancap (Shore operated stationary lift nets). M esh size: ≥ 1 mm; P ≤ 5 m; L ≤ 5 m. Jalur penangkapan IA dan IB (0-4 mil). Anco (Portable lift nets). Ukuran: P ≤10 m; L ≤ 10 m. Jalur penangkapan: IA (02 mil). Bagan berperahu (boat operated lift nets). M esh size: ≥ 1 mm,;P ≤ 12 m; L ≤ 12 m; Lampu: ≤ 2.000 watt. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil) Bagan berperahu (boat operated lift nets). M esh size: ≥ 1 mm; P ≤ 12 m; L ≤ 12 m; Lampu: ≥ 2.000 watt. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil) - - Ya - Ijin - - Ijin - - Ijin - - Ijin - Tidak - - - - Ya - - Ya - - Ya - Ijin - - - Ya Lampiran 3. Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona perikanan berkelanjutan. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. b. c. Alat tangkap yang dijatuhkan atau ditebarkan (Falling Gear) Jala tebar (Falling gear not specified). Luasan ≤ 20 m2 .Jalur penangkapan IA (0-2 mil). Jaring insang (Gillnets and Entangling Nets) Jaring insang tetap (Set gillnets anchored). M esh size: ≥ 1,5 inchi; P ≤ 500 m. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil). Jaring Insang hanyut (Driftnets) M esh size: ≥ 1,5 inchi; P ≤ 500 m. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil). Jaring Insang hanyut (Driftnets) M esh size: ≥ 1,5 inchi; P ≤ 1.000 m. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil). Jaring insang lingkar (Encircing Gillnets) M esh size: ≥ 1,5 inchi; P ≤ 600 m. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil). 12 No Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona perikanan berkelanjutan Jaring insang berpancang (Fixed gillnets-on stakes) M esh size: ≥ 1,5 inchi; P ≤ 300 m. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil). Jaring insang berlapis (Trammel Nets) Jaring klitik. M esh size: ≥ 1,5 inchi; P ≤ 500 m. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil), IB (2-4 mil). Combined gillnets-trammel net M esh size: ≥ 1 inchi; P ≤ 1.000 m. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil), IB (2-4 mil) d. Alat tangkap ikan kategori pancing (Hook and Line). Handlines and pole/ hand operated Pancing ulur (hand line). Jalur penangkapan: IA (0-2 mil), IB (2-4 mil). Pancing berjoran. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil), IB (2-4 mil). Huhate (pole and line). M ata pancing no. 6. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil). Rawai dasar (Set longlines) M esh size: ≤ 10.000 mata pancing. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil). Rawai Hanyut (Drift long line). Rawai tuna (tuna long line). 1000-2000 mata pancing. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil). Rawai cucut ≤ 2.500 mata pancing. M ata pancing no. 4. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil). Pancing tonda (trolling lines). Jumlah tonda: ≤ 10 buah. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil). Pancing layang-layang. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil), IB (2-4 mil). e. Alat tangkap ikan kategori perangkap (Trap). Jermal (stow net). M esh size: ≥ 1 inchi; P ≤ 10 m; L ≤ 10 m. Bubu (pots). ≤ 300 buah Jalur penangkapan: IA (0-2 mil), IB (2-4 mil). Bubu bersayap (Fyke nets) M esh size: ≥ 1 inchi; P. Tall ris ≤ 50 m. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil). Togo M esh size: ≥ 1 inchi; P. Tall ris ≤ 20 m. Jalur penangkapan; IA (0-2 mil). Ambal M esh size: ≥ 1 inchi; P. Tall ris ≤ 20 m. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil). Pengerih M esh size: ≥ 1 inchi; P. Tall ris ≤ 50 m Sero Penaju ≤ 100 m Perikanan budidaya ramah lingkungan: Jenis (keramba jaring apung). Budidaya Kerapu M acan, Kerapu Sunu, Kakap Putih Jenis pakan yang tidak mengandung zat beracun, bahan pencemaran yang berbahaya bagi ikan dan/atau manusia, atau yang mengakibatkan penurunan produksi atau menyebabkan pencemaran/kerusakan lingkungan. Budidaya rumput laut. Transporatsi Laut. Pelabuhan/Dermaga. Kegiatan Khusus (industri, dll). Alur Pelayaran Umum. Pemasangan Rumpon. - 7. 8. 9. 10. 11. 12. Tidak Ijin Boleh - Ijin - Tidak - - Tidak - - - - Ya - - Ya - Ijin - - - Ya - - Ya - - Ya - - Ya - - Ya - - Ya - - Ya - - Ya - - Ya - - Ya - Ijin - - Ijin Ijin - Ya Ya Ya 13 Lampiran 4. Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona pemanfaatan. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona pemanfaatan Penelitian dan pengembangan: Penelitian dasar yang menggunakan metode naturalistik untuk tujuan pengumpulan data dasar kondisi biologis dan ekologis dalam KKP. Penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi biologis dan ekologis KKP. Pengembangan dengan metode eksperimental untuk tujuan rehabilitasi KKP. Pendidikan: Aspek biologi, yang meliputi: (a) Pengenalan jenis-jenis ikan, (b) Status dan upaya perlindungan ikan. Aspek ekologi, yang meliputi: (a) Pengenalan pola ruang/zonasi kawasan konservasi, (b) Pengenalan relung ekologi dan habitat setiap jenis dan sumber daya ikan, (c) Sumber ancaman alamiah bagi kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya, (d) Upaya pemeliharaan dan rehabilitasi relung ekologi dan habitat setiap jenis dan sumber daya ikan yang telah terganggu/rusak. Aspek sosial ekonomi dan budaya, yang meliputi: (a) Pemanfaatan langsung dan tidak langsung sumber daya ikan dan kawasan konservasi perairan, (b) Dampak pemanfaatan langsung dan tidak langsung sumber daya ikan dan kawasan konservasi perairan, (c) Kearifan lokal. Aspek tata kelola dan pengelolaan kawasan konservasi perairan, yang meliputi: (a) Kepemimpinan, (c) Pengenalan dan mekanisme pembangunan jejaring kawasan konservasi perairan. Pariwisata alam perairan: Olah raga air: menyelam (diving), jetsky, dayung, memancing (sport and recreation fishing). Wisata tontonan untuk menikmati keindahan pemandangan perairan: snorkeling dan menggunakan perahu kaca (glass boat). Wisata pendidikan yang mendukung terwujudnya etika lingkungan bagi para wisatawan: mengamati (dan membuat foto atau film) obyek-obyek wisata yang memiliki fungsi ekologis tinggi. Wisata penelitian untuk mendapat pengetahuan terkait bidang ilmu tertentu seperti mengamati kehidupan biota perairan (lumba-lumba dan penyu), formasi kehidupan terumbu karang dan biota lainnya. Tour wisata antar pulau Resort Alur Pelayaran umum. Transporatsi Laut. Tambatan Perahu. Kegiatan Khusus industri. Infrastruktur. Patroli. Pembuangan Limbah/Sampah. Pengambilan biota, tumbuhan. Penambangan pasir dan karang. Pos Jaga. Tidak Ijin Boleh - Ijin - - Ijin - - - Ya - - Ya - - Ya - - Ya Tidak Tidak Tidak Tidak - Ijin Ijin Ijin Ijin - Ya Ya Ya Ya 14 Lampiran 5. Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona perlindungan dan rehabilitasi biota laut. No Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona perlindungan dan rehabilitasi biota laut Tidak Ijin Boleh 1. 2. 3. 4. 5. 6. Rehabilitasi ekosistem. Pemulihan stok ikan (jenis lokal). Perikanan Tangkap. Perikanan Budidaya. Transporatsi Laut. Lego jangkar. Pendidikan: Aspek biologi, yang meliputi: (a) Pengenalan jenis-jenis ikan, (b) Status dan upaya perlindungan ikan. Aspek ekologi, yang meliputi: (a) Pengenalan pola ruang/zonasi kawasan konservasi, (b) Pengenalan relung ekologi dan habitat setiap jenis dan sumber daya ikan, (c) Sumber ancaman alamiah bagi kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya, (d) Upaya pemeliharaan dan rehabilitasi relung ekologi dan habitat setiap jenis dan sumber daya ikan yang telah terganggu/rusak. Aspek sosial ekonomi dan budaya, yang meliputi: (a) Pemanfaatan langsung dan tidak langsung sumber daya ikan dan kawasan konservasi perairan, (b) Dampak pemanfaatan langsung dan tidak langsung sumber daya ikan dan kawasan konservasi perairan, (c) Kearifan lokal. Aspek tata kelola dan pengelolaan kawasan konservasi perairan, yang meliputi: (a) Kepemimpinan, (b) Pengenalan dan mekanisme pembangunan jejaring kawasan konservasi perairan. Penelitian dan pengembangan: Penelitian dasar yang menggunakan metode naturalistik untuk tujuan pengumpulan data dasar kondisi biologis dan ekologis dalam KKP. Penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi biologis dan ekologis KKP. Pengembangan dengan metode eksperimental untuk tujuan rehabilitasi KKP. Pariwisata: Olah raga air: menyelam (diving) Wisata tontonan untuk menikmati keindahan pemandangan perairan: menggunakan perahu kaca (glass boat). Wisata pendidikan yang mendukung terwujudnya etika lingkungan bagi para wisatawan: mengamati (dan membuat foto atau film) obyek-obyek wisata yang memiliki fungsi ekologis tinggi. Wisata penelitian untuk mendapat pengetahuan terkait bidang ilmu tertentu seperti mengamati kehidupan biota perairan (lumba-lumba dan penyu), formasi kehidupan terumbu karang dan biota lainnya. Tidak Tidak Tidak Tidak Ijin - Ya - - Ijin - - Ijin - - - Ya 7. 8. 9. 15