Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima 52

advertisement
Volume 8 Nomor 1-Pebruari 2017
ISSN: 20864248
METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DENGAN
PENILAIAN PORTOFOLIO
Arnasari MH.
Abstrak: Pendidikan pada dasarnya adalah upaya mewujudkan sebuah
masyarakat yang ditandai adanya keluhuran budi dalam individu,
keadilan dalam negara, dan sebuah kehidupan yang lebih bahagia dari
setiap individunya. Untuk mencapai itu semua, guru mempunyai peran
yang sangat penting terhadap keberhasilan anak didiknya. Metode
pembelajaran snowball throwing dengan penilaian portofolio adalah
suatu metode pembelajaran yang terdiri dari beberapa kelompok yang
masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola
lalu dilempar ke siswa lain untuk dijawabnya, kemudian diakhiri dengan
menuliskan
laporan
dari
pembelajaran
tersebut,
kemudian
mengumpulkannya ke dalam suatu map yang tersusun secara
sistematis dan terorganisasi untuk memantau
perkembangan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap siswa dalam suatu mata pelajaran.
Kata Kunci: Snowball Throwing, Portofolio
Pendahuluan
Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan
perkembangan individu dan perkembangan masyarakat suatu
bangsa. Kemajuan masyarakat suatu bangsa dapat dilihat dari
perkembangan pendidikannya. Dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003
(Citra Umbara, 2003:7) menjelaskan bahwa pendidikan nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan pada akhirnya harus
diajukan pada upaya mewujudkan sebuah masyarakat yang
ditandai adanya keluhuran budi dalam individu, keadilan dalam
negara, dan sebuah kehidupan yang lebih bahagia dari setiap
individunya (Sagala, 2005:3).
Kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang tentu
sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya. Semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka diasumsikan semakin tinggi pula
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuannya. Hal ini
menggambarkan bahwa fungsi pendidikan dapat meningkatkan
kesejahteraan, karena orang yang berpendidikan dapat terhindar
dari kebodohan maupun kemiskinan. Dengan demikian dapat
ditegaskan bahwa fungsi pendidikan adalah membimbing anak ke
arah suatu tujuan yang dinilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah
usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan itu.
Niko (Jawa Pos, 3 Mei 2008:3) menyatakan, dari data yang
diperoleh, Indonesia menduduki posisi ke 110 dari 179 negara
dalam Human Development Index. Jawa Pos (2008:3) juga
menuliskan bahwa Malaysia yang pada tahun 1970 dan 1980-an
mengirimkan banyak pelajar ke Indonesia kini menempati posisi ke
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima 52
Volume 8 Nomor 1-Pebruari 2017
ISSN: 20864248
61. Bahkan, Singapura jauh meninggalkan Indonesia dengan
menduduki peringkat ke-25. Semua itu menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan negara ini masih jauh dari tujuan yang
diharapkan serta sangat rendah jika dibandingkan dengan negaranegara maju khususnya dalam bidang IPTEK, sehingga memerlukan
pembaharuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Selain
pembenahan kurikulum yang terus dilakukan, salah satu usaha
yang harus dioptimalkan adalah peningkatan profesionalisme guru
sebagai subyek dari pendidikan.
Sagala (2005:149) mengemukakan bahwa guru dikatakan
kompeten jika ia menguasai dan memiliki kecakapan profesional
keguruan, ditandai dengan keahliannya selaras dengan tuntutan
bidang ilmu yang menjadi tanggung jawabnya. Atas dasar
kedudukan itu guru mempunyai wewenang dalam pelayanan belajar
dan pelayanan sosial di masyarakat. Standar kinerja guru menurut
Gaffar (dalam Sagala, 2005:149) ada tiga bidang, yakni: (1) content
knowledge; (2) behavior skills; dan (3) human relation skills.
Sementara itu Rochman dan Sanusi (dalam Sagala, 2005:149)
menyebutkan tugas dan kinerja guru mencakup aspek: (1)
kemampuan professional, yang meliputi penguasaan materi ajar
dari hulu hingga hilir, dari filosofi, konsep dasar, landasan
keilmuan, keguruan, dan proses pembelajaran; (2) kemampuan
sosial, meliputi kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan
dan menyesuaikan diri dengannya; dan (3) kemampuan individual,
yang meliputi sikap, penampilan, pemahaman, dan penghayatan
terhadap materi ajar, serta kesediaan menjadi teladan atau panutan
bagi para siswanya.
Guru merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan
pendidikan.
Guru
selalu
menginginkan
bahwa
tujuan
pengajarannya berhasil. Maksudnya bahwa materi pelajaran yang
disampaikan dapat diterima bahkan dipahami oleh siswanya. Oleh
karena itu seorang guru harus mempunyai kemampuan mengajar
yaitu kemampuan yang tidak hanya menyampaikan materi kepada
siswanya saja, tetapi bagaimana agar siswa dapat tertarik, aktif dan
semangat dalam memahami materi yang diajarkan dalam proses
belajar mengajar.
Dalam konteks itulah guru perlu menentukan metode
pembelajaran yang tepat agar mencapai hasil yang diharapkan.
Metode pembelajaran yang tepat adalah metode yang sesuai dan
dapat diterapkan pada siswa, sehingga siswa mampu menerima
pelajaran dengan baik, khususnya dalam bidang matematika.
Karena semua tahu bahwa matematika sering dikeluhkan sebagai
bidang studi yang sulit dan membosankan, sehingga tak heran
apabila nilai matematika siswa rendah dibanding nilai pelajaran lain
dan penguasaan terhadap matematika juga kurang.
Salah satu metode pembelajaran yang tepat adalah metode
pembelajaran snowball throwing dengan penilaian portofolio.
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima 53
Volume 8 Nomor 1-Pebruari 2017
ISSN: 20864248
Snowball throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali
dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok
untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa
membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan)
lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab
pertanyaan dari bola yang diperoleh (Kisworo, 2008:11), dan
penilaian portofolio adalah suatu teknik penilaian berbasis kelas
terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara
sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses
pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh guru
dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran
tertentu (Surapranata dan Hatta, 2004:21).
Hakekat Pembelajaran Matematika
Belajar merupakan kegiatan yang sangat penting bagi setiap
manusia. Pengetahuan, pemahaman, keterampilan, kegemaran dan
sikap seseorang terbentuk dan berkembang melalui belajar. Oleh
karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan
dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang
mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku (Mustangin,
2002:1).Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah karena
pengalaman dan latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkan
kecakapan baru, dan perubahan itu terjadi karena usaha yang
disengaja (Sagala, 2005:37).
Belajar menurut teori psikologi asosiasi (dalam Sagala, 2005:53)
adalah proses pembentukan asosiasi atau hubungan antara
stimulus (perangsang) yang mengenai individu melalui penginderaan
dan response (reaksi) yang diberikan individu terhadap rangsangan
tadi, dan proses memperkuat hubungan tersebut. Hilgard (dalam
Sanjaya, 2006:89) mengungkapkan bahwa learning is the process by
which an activity originates or changed through training procedurs
(whether in the laboratory or in the natural environment) as
distinguished from changes by factors not attributabel to training,
yang artinya belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau
prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam
lingkungan alamiah dengan mengabaikan perubahan selain dari
faktor-faktor latihan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan
secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam
dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran
berdasarkan alat indera atau pengalamannya. Oleh karena itu,
apabila setelah belajar seseorang tidak ada perubahan tingkah laku
yang positif, dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta
wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan
bahwa belajarnya belum sempurna.
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima 54
Volume 8 Nomor 1-Pebruari 2017
ISSN: 20864248
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Dalam proses belajar pasti ada faktor yang mempengaruhi dan
menentukan tercapainya suatu proses tersebut. Menurut Slameto
(2002:54-71) ada dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang
belajar. Adapun faktor-faktor intern tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Faktor Jasmaniyah
Faktor jasmaniyah yaitu faktor yang berhubungan dengan
kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yaitu faktor yang berhubungan dengan
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan
kesiapan.
c. Faktor Kelelahan
Faktor kelelahan yaitu faktor yang berhubungan dengan
kelelahan jasmani dan rohani.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu yang
sedang belajar. Adapun faktor-faktor ekstern tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Faktor Keluarga
Faktor keluarga diantaranya yaitu cara orang tua mendidik,
relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan
ekonomi dan lain-lain.
b. Faktor Sekolah
Faktor sekolah diantaranya yaitu metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, dan
lain-lain.
c. Faktor Masyarkat
Faktor masyarakat diantaranya yaitu kegiatan siswa dalam
masyarakat, teman bergaul dan lain-lain.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses dua arah, mengajar dilakukan
oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan
peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran menurut Corey
(dalam Sagala, 2005:61) adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut
serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus
atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran
merupakan subset khusus dalam pendidikan.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Sagala,
2005:62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram
dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima 55
Volume 8 Nomor 1-Pebruari 2017
ISSN: 20864248
aktif, yang menekankan pada sumber belajar. Kemudian, Sagala
(2005:63) menjelaskan bahwa pembelajaran mempunyai dua
karakteristik yaitu; (1) dalam proses pembelajaran melibatkan
proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut
siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki
aktivitas siswa dalam proses berfikir, (2) dalam pembelajaran
membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus
menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan
berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan
yang mereka konstruksi sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan proses belajar yang dibangun oleh guru
untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa, serta
kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan atau pemahaman yang baik terhadap
materi pelajaran.
Pengertian Matematika
Sampai saat ini belum ada definisi tunggal tentang matematika.
Hal ini terbukti adanya puluhan definisi matematika yang belum
mendapatkan kesepakatan diantara para matematikawan. Mereka
saling berbeda dalam mendefinisikan matematika. Namun yang
jelas, hakekat matematika dapat diketahui, karena obyek
penelaahan matematika yaitu sasarannya telah diketahui sehingga
dapat diketahui pula bagaimana cara berpikir matematika itu.
Menurut Tinggih (dalam Hudojo, 2005:35) matematika tidak
hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasioperasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya.
Namun penunjukan kuantitas seperti itu belum memenuhi sasaran
matematika yang lain, yaitu yang ditujukan kepada hubungan,
pola, bentuk, dan struktur. Begle (dalam Hudojo, 2005:36)
menyatakan bahwa sasaran atau obyek penelaahan matematika
adalah fakta, konsep, operasi dan prinsip. Obyek penelaahan
tersebut menggunkan simbol-simbol yang kosong, dalam arti ciri ini
yang memungkinkan dapat memasuki wilayah bidang studi atau
cabang lain.
Hudojo (2005:35) mengartikan matematika adalah suatu alat
untuk mengembangkan cara berpikir. Karena itu matematika
sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun
dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu
dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak SD, bahkan sejak TK.
Namun, matematika yang ada pada hakekatnya merupakan suatu
ilmu yang cara bernalarnya deduktif, formal dan abstrak, harus
diberikan kepada anak-anak SD yang cara berfikirnya masih pada
tahap operasi konkret.
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima 56
Volume 8 Nomor 1-Pebruari 2017
ISSN: 20864248
Dari uraian tersebut, jelas bahwa penelaahan matematika tidak
sekedar kuantitas, tetapi lebih dititikberatkan kepada hubungan,
pola, bentuk, struktur, fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Sasaran
kuantitas tidak banyak artinya dalam matematika. Hal ini berarti
bahwa matematika itu berkenaan dengan gagasan yang berstruktur
yang hubungan-hubungannya diatur secara logis, dimana konsepkonsepnya abstrak dan penalarannya deduktif.
Pengertian Pembelajaran Matematika
Bruner (dalam Mustangin, 2002:37) berpendapat bahwa belajar
matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan strukturstruktur abstrak yang terdapat di dalam matematika serta mencari
hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur
matematika. Siswa akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila
belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui siswa tersebut.
Karena untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru,
pengalaman belajar yang lalu dari siswa itu akan mempengaruhi
terjadinya proses belajar materi matematika tersebut.
Di dalam proses belajar matematika, terjadi juga proses berpikir,
sebab siswa dikatakan berpikir bila siswa itu melakukan kegiatan
mental. Seperti yang diungkapkan Mustangin (2002:3) bahwa
belajar matematika merupakan kegiatan mental yang sangat tinggi.
Karena kehirarkisan matematika itu, maka belajar matematika yang
terputus-putus akan mengganggu terjadinya proses belajar. Oleh
karena itu guru perlu melatih cara-cara penalaran atau berfikir
siswa melalui jalan memberi latihan-latihan dari konsep-konsep
matematika yang diajarkan.
Pembelajaran merupakan proses membantu siswa untuk
membangun konsep/prinsip dengan kemampuan siswa sendiri
melalui internalisasi sehingga konsep/prinsip tersebut terbentuk.
Dengan proses internalisasi itu terjadilah transformasi informasi
sehingga informasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru.
Transformasi tersebut mudah terjadi bila pemahaman terjadi
karena terbentuknya jaringan konsep/prinsip dalam benak siswa.
Pembelajaran matematika menurut pandangan kontruktivistik
(Nikson dalam Hudojo, 2005:20) adalah membantu siswa untuk
membangun konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika dengan
kemampuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga
konsep/prinsip itu terbangun kembali, transformasi informasi yang
diperoleh menjadi konsep/prinsip baru.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah usaha yang dilakukan oleh guru kepada siswa
untuk membangun pemahaman terhadap matematika. Proses
pembangunan pemahaman inilah yang lebih penting dari pada hasil
belajar sebab pemahaman akan lebih bermakna kepada materi yang
dipelajari.
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima 57
Volume 8 Nomor 1-Pebruari 2017
ISSN: 20864248
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Matematika
Menurut Mustangin (2002:7) mengajar harus diarahkan agar
peristiwa belajar terjadi. Belajar matematika akan berhasil bila
proses belajarnya baik yaitu melibatkan intelektual siswa secara
optimal. Peristiwa belajar yang dikehendaki bisa tercapai bila faktorfaktor berikut ini dapat dikelola sebaik-baiknya.
1) Siswa
Kegagalan atau keberhasilan belajar sangatlah tergantung
kepada siswa. Misalnya saja, bagaimana kemampuan dan kesiapan
siswa untuk mengikuti kegiatan belajar matematika, bagaimana
sikap dan minat siswa terhadap matematika. Di samping
jasmaninya siswa sehat atau tidak. Kondisi psikologinya, seperti
perhatian, pengamatan, ingatan berpengaruh terhadap kegiatan
belajar siswa. Intelegensi siswa juga berpengaruh terhadap
kelancaran belajarnya.
2) Guru
Kemampuan guru dalam menyampaikan matematika dan
sekaligus menguasai materi yang telah diajarkan sangat
mempengaruhi terjadinya proses belajar. Kepribadian, pengalaman
dan motivasi guru dalam mengajar matematika juga mempengaruhi
terhadap efektivitas proses belajar. Penguasaan materi matematika
dan cara penyampaiannya merupakan syarat yang tidak dapat
ditawar lagi bagi guru matematika.
3) Prasarana dan Sarana
Prasarana yang mapan seperti ruangan yang sejuk dan bersih
dengan tempat duduk yang nyaman biasanya lebih memperlancar
terjadinya proses belajar. Demikian pula sarana buku teks dan alat
bantu belajar merupakan fasilitas belajar yang penting. Majalah
tentang pengajaran matematika, labolatorium matematika dan lainlain akan meningkatkan kualitas belajar siswa.
4) Penilaian
Penilaian di samping digunakan untuk melihat bagaimana suatu
hasil belajar, juga untuk melihat bagaimana berlangsungnya
interaksi antara guru dan siswa. Fungsi penilaian dapat
meningkatkan kegiatan belajar sehingga dapat diharapkan
memperbaiki hasil belajar.
Pemahaman Belajar Matematika
Bloom (dalam Abidin, 2004:57) menyatakan bahwa pemahaman
adalah kemampuan untuk menangkap makna dari bahan yang
dipelajari. Hiebert (dalam Usman, 2001:11) juga mengartikan
pemahaman adalah keadaan pengetahuan ketika informasi
matematika baru dihubungkan tepat dengan pengetahuan yang
telah ada.
Dalam belajar matematika, untuk mendapatkan pemahaman
yang mendalam, diperlukan pengetahuan konseptual dan
pengetahuan prosedural dalam diri siswa. Kedua pengetahuan
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima 58
Volume 8 Nomor 1-Pebruari 2017
ISSN: 20864248
tersebut saling berhubungan, hal ini didukung oleh pendapat
Hiebert dan Levefre (dalam Abidin, 2004:63) yang menyatakan
bahwa jika pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural
tidak saling terkait maka salah satu dari kemungkinan akan terjadi
yaitu siswa mempunyai pemahaman intuitif yang baik terhadap
matematika tetapi tidak dapat menyelesaikan masalah, atau siswa
dapat memberikan jawaban tetapi tidak memahami apa yang
mereka
lakukan.
Perlunya
pengetahuan
konseptual
dan
pengetahuan prosedural juga didukung oleh Eisenhart (dalam
Abidin, 2004:63) yang menyatakan bahwa pengetahuan konseptual
dan pengetahuan prosedural merupakan aspek penting pada
pemahaman matematika, maka dari itu mengajar untuk memahami
matematika harus menerapkan kedua pengetahuan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pemahaman belajar matematika adalah kemampuan seseorang
untuk
menterjemahkan,
mengubah,
mengidentifikasi,
atau
memahami tentang pembelajaran matematika. Dalam penelitian ini,
pemahaman yang digunakan sebagai dasar untuk memahami
materi bangun datar segitiga adalah pemahaman konseptual dan
pemahaman prosedural. Jika siswa sudah paham tentang konsepkonsep segitiga, maka dipastikan akan lebih mudah memahami
prosedurnya, sehingga hasil belajar lebih maksimal. Adapun
indikator pemahaman yang digunakan dalam pokok bahasan
bangun datar segitiga adalah:
1. Mampu menjelaskan pengertian, jenis-jenis dan sifat-sifat
segitiga.
0
2. Mampu menunjukkan bahwa jumlah sudut segitiga adalah 180
dan menyelesaikan soal-soalnya.
3. Mampu menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar
segitiga dalam pemecahan masalah.
4. Mampu menghitung keliling dan luas segitiga.
Pemahaman Konsep (Pengetahuan Konseptual)
Menurut Hiebert dan Wearne (dalam Abidin, 2004:61)
pengetahuan
konseptual
dalam
matematika
merupakan
pengetahuan dasar yang menghubungkan antara potonganpotongan informasi yang berupa fakta, skill (ketrampilan), konsep
atau prinsip. Konsep merupakan dasar bagi proses-proses untuk
memecahkan masalah. Konsep dalam matematika biasanya
dijelaskan melalui definisi atau contoh-contoh. Tidak semua siswa
memahami konsep langsung melalui definisi.
Menurut Hudojo (2005:101) pemahaman konseptual ditunjukkan
dengan kejelasan bahwa pengetahuan yang kaya akan hubunganhubungan. Semua unit informasi tersebut terkait kedalam jaringan
kerja. Dengan demikian suatu unit pengetahuan konseptual tidak
terisolasi dengan informasi lain. Pengetahuan konseptual tercapai
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima 59
Volume 8 Nomor 1-Pebruari 2017
ISSN: 20864248
dengan mengkonstruksi hubungan antara potongan-potongan
informasi. Proses keterhubungan dapat terjadi antara dua informasi
bila sudah tersimpan dalam memori atau antara pengetahuan yang
sudah ada dengan informasi baru yang telah dipelajari.
Pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan yang memiliki
banyak keterhubungan antara obyek matematika (seperti fakta,
skill, konsep dan prinsip).
Pemahaman Prosedur (Pengetahuan Prosedural)
Pengetahuan prosedural digambarkan Hiebert dan Lefevre (dalam
Abidin, 2004:61) sebagai pengetahuan tentang prosedur baku yang
dapat diaplikasikan jika beberapa isyarat tertentu disajikan.
Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang kaidahkaidah, prosedur-prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan
soal. Prosedur ini dilakukan secara bertahap dari pernyataan yang
ada pada soal menuju pada tahap selesaiannya. Salah satu ciri
pengetahuan prosedural adalah urutan langkah yang akan
ditempuh ”sesudah suatu langkah akan diikuti langkah berikutnya”
(Abidin, 2004:61). Pengetahuan prosedural juga cenderung pada
pengusaan tentang langkah-langkah untuk mengidentifikasi
masalah dan menyelesaikan masalah.
Menurut Hudojo (2005:101) pemahaman prosedural ditunjukkan
dua bagian yang berbeda. Pertama, tersusun sebagai bahasan
formal atau sistem representasi simbol matematika. Kedua, terdiri
dari algoritma atau aturan untuk menyelesaikan tugas. Pemahaman
prosedural ditunjukkan dengan keterampilan prosedural secara
fleksibel, akurat, efisien dan benar. Pengetahuan prosedural adalah
pengetahuan yang banyak dengan langkah-langkah dan teknik yang
membentuk suatu algoritma atau prosedur yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah.
Metode Pembelajaran Snowball Throwing
Metode pembelajaran snowball throwing adalah suatu metode
pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang
diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian
masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti
bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masingmasing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh
(Kisworo, 2008:11).
Menurut
Kisworo
(2008:11)
langkah-langkah
metode
pembelajaran snowball throwing adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan,
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masingmasing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang
materi,
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya
masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan
oleh guru kepada temannya,
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima 60
Volume 8 Nomor 1-Pebruari 2017
ISSN: 20864248
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja
untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi
yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok,
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit,
6. Setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan diberikan
kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian,
7. Guru memberikan kesimpulan,
8. Evaluasi,
9. Penutup.
Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio menurut Sanjaya (2006:194) adalah penilaian
terhadap karya-karya siswa selama proses pembelajaran yang
tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang dikumpulkan
selama periode tertentu dan digunakan untuk memantau
perkembangan siswa baik mengenai pengetahuan, keterampilan,
maupun sikap siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Surapranata dan Hatta (2004:21)
menjelaskan bahwa penilaian portofolio adalah penilaian berbasis
kelas terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun
secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses
pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh guru
dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran
tertentu.
Dari pengertian-pengertian di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa penilaian portofolio adalah penilaian yang
dilakukan secara terus-menerus terhadap karya-karya siswa selama
proses pembelajaran dan digunakan untuk melihat perkembangan
kemampuan siswa secara utuh.
Nitko (dalam Majid, 2008:202) mengatakan secara umum
penilaian portofolio dapat dibedakan menjadi lima bentuk, yaitu
portofolio ideal (ideal portfolio), portofolio penampilan (show
portfolio), portofolio dokumentasi (documentary portfolio), portofolio
evaluasi (evaluation portfolio) dan portofolio kelas (classroom
portfolio). Cole, Ryan dan Kick (dalam Surapranata dan Hatta,
2004:46) mengatakan bahwa pada hakekatnya terdapat dua bentuk
portofolio, yaitu portofolio produk dan portofolio proses. Portofolio
produk adalah portofolio yang menekankan pada tinjauan hasil
terbaik yang telah dilakukan peserta didik, tanpa memperhatikan
bagaimana proses untuk mencapai evidence itu terjadi. Portofolio
tampilan (show portfolio) dan portofolio dokumentasi (documentary
portfolio) merupakan contoh portofolio produk (Surapranata dan
Hatta, 2004:61). Sedangkan portofolio proses adalah portofolio yang
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima 61
Volume 8 Nomor 1-Pebruari 2017
ISSN: 20864248
lebih menunjukkan tahapan belajar dan menyajikan catatan
perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu.
Dari uraian di atas, peneliti memilih untuk menggunakan bentuk
portofolio proses, sebab bentuk tersebut adalah yang paling ideal
untuk melihat tahap perkembangan peserta didik dari waktu ke
waktu. Proses ini akan membuat semua pihak, guru maupun
peserta didik bisa mengenal kemajuan yang telah dicapai oleh
peserta didik. Dengan demikian guru dapat menolong peserta didik
untuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan pekerjaan yang
telah dilakukannya.
Menurut Majid (2008:202) portofolio dapat digunakan untuk
mencapai beberapa tujuan, antara lain:
1. Menghargai perkembangan yang dialami siswa.
2. Mendokumentasikanproses pembelajaran yang berlangsung.
3. Memberi perhatian pada prestasi kerja siswa yang terbaik.
4. Merefleksikankesanggupan mengambil resiko dan melakukan
eksperimentasi.
5. Meningkatkanefektifitas pembelajaran.
6. Bertukar informasi dengan orang tua/wali peserta didik dan
guru lain.
7. Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif
pada siswa.
8. Melakukan kemampuan refleski diri, dan membantu siswa dalam
merumuskan tujuan.
Selanjutnya, menurut Muslich (2008:119) tujuan dilakukan
penilaian portofolio bagi siswa antara lain sebagai berikut:
1. Untuk penilaian formatif dan diagnostik siswa.
2. Untuk memonitor perkembangan siswa dari hari ke hari, yang
berfokus pada proses perkembangan siswa.
3. Untuk memberikan evidence (bukti) penilaian formal.
4. Untuk mengikuti perkembangan pekerjaan siswa, yang berfokus
pada proses dan hasil.
5. Untuk mengoleksi hasil pekerjaan yang telah selesai, yang
berfokus pada penilaian sumatif.
Apapun tujuannya, semua portofolio berisi evidence sebagai
bukti yang dapat digunakan untuk menyimpulkan tingkat
pencapaian peserta didik pada kompetensi dasar dan indikator
dalam bidang pelajaran tertentu. Oleh karena itu, bukti-bukti
evidence yang telah dikumpulkan itu harus relevan dengan
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dimiliki peserta
didik sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator yang terdapat dalam kurikulum.
Majid (2008:202) menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam menggunakan
portofolio di sekolah, antara lain; (1) saling percaya (mutual trust)
antar siswa dan guru, (2) kerahasiaan bersama (confidentiality)
antara guru dan siswa, (3) milik bersama (join ownership) antara
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima 62
Volume 8 Nomor 1-Pebruari 2017
ISSN: 20864248
guru dan siswa, (4) kepuasaan (satisfaction), (5) kesesuaian
(relevance), dan (6) penilaian proses dan hasil.
Sanjaya (2006:198-200) juga menjelaskan bahwa dalam proses
pelaksanaan evaluasi dengan sistem penilaian portofolio terdapat
beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain:
1) Saling Percaya
Penilaian portofolio adalah penilaian yang melibatkan siswa
secara aktif sebagai pihak yang dievaluasi. Antara guru sebagai
evaluator dan siswa sebagai pihak yang dievaluasi harus saling
percaya. Siswa harus memiliki kepercayaan bahwa evaluasi yang
dilakukan guru bukan semata-mata untuk menilai hasil
pekerjaannya, akan tetapi sebagai upaya pemberian umpan balik
untuk meningkatkan hasil belajar.
2) Keterbukaan
Portofolio adalah penilaian yang dilaksanakan secara terbuka,
artinya guru sebagai evaluator bukan hanya berperan sebagai orang
yang memberikan nilai atau kritik, akan tetapi siswa yang
dievaluasi perlu memahami mengapa kritik itu muncul, oleh sebab
itu guru harus terbuka melalui argumentasi yang tepat dalam
setiap memberikan penilaian. Untuk menciptakan keterbukaan,
dalam setiap proses pembelajaran guru harus menciptakan iklim
belajar yang menyenangkan, sehingga setiap siswa dapat
menunjukkan kemampuannya tanpa ada perasaan takut atau
malu.
3) Kerahasiaan
Sebelum dilaksanakan pameran, kerahasiaan dokumen setiap
siswa perlu dijaga. Hal ini untuk menumbuhkan kepercayaan setiap
siswa.
4) Milik Bersama
Guru dan peserta didik harus merasa bahwa evidence portofolio
adalah milik bersama, oleh sebab itu semua pihak harus
menjaganya secara baik. Guru dan siswa perlu sepakat dimana
evidence itu disimpan. Hal ini akan mempermudah manakala siswa
atau guru memerlukannya.
5) Kepuasan dan Kesesuaian
Hasil akhir dari penilaian portofolio adalah ketercapaian
kompetensi
seperti
yang
dirumuskan
dalam
kurikulum.
Ketercapaian itu selanjutnya dapat dilihat dari evidence yang
diorganisasikan oleh guru dan siswa. Guru dan siswa akan merasa
puas manakala kompetensi itu telah tercapai. Oleh karena itu,
terkumpulnya evidence merupakan kepuasan baik bagi guru
maupun bagi siswa.
6) Budaya Pembelajaran
Penilaian portofolio harus dapat mengembangkan budaya belajar.
Sebab penilaian portofolio itu sendiri pada dasarnya mengandung
proses pembelajaran. Bukankah untuk kerja yang menggambarkan
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima 63
Volume 8 Nomor 1-Pebruari 2017
ISSN: 20864248
pada setiap evidence pada dasarnya adalah proses pembelajaran.
Oleh sebab itu melalui penilaian portofolio, dalam proses
pembelajaran guru tidak hanya menuntut siswa untuk menghafal
sejumlah fakta.
7) Refleksi
Penilaian portofolio harus memberikan kesempatan yang luas
kepada siswa untuk melakukan refleksi tentang proses
pembelajaran yang telah dilakukannya. Melalui refleksi, siswa dapat
menghayati tetang proses berfikir mereka sendiri, kemampuan yang
telah mereka peroleh, serta pemahaman mereka tentang kompetensi
yang telah dimilikinya.
8) Berorientasi Pada Proses dan Hasil Belajar
Penilaian portofolio bertumpu pada dua sisi yang sama
pentingnya, yakni sisi proses dan hasil belajar secara seimbang.
Penilaian portofolio mengikuti setiap aspek perkembangan siswa,
bagaimana motivasi belajar, sikap, minat, kebiasaan, dan lain
sebagainya dan pada akhirnya bagaimana hasil belajar yang
diperoleh siswa.
Terdapat sejumlah tahapan yang harus dilakukan dalam
melaksanakan penilaian portofolio (Sanjaya, 2006:202-207).
Tahapan tersebut antara lain:
1) Menentukan Tujuan Portofolio
Pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Apa yang dilakukan
guru dan siswa diarahkan untuk mencapai tujuan itu. Oleh karena
itulah tahapan pertama dalam pelaksanaan penilaian portofolio
adalah merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Dengan tujuan yang
jelas dan terarah, akan memudahkan bagi guru untuk mengelola
pembelajaran.
2) Menentukan Isi Portofolio
Isi dan bahan portofolio merupakan tahapan berikutnya setelah
menentukan
tujuan.
Isi
dalam
portofolio
harus
dapat
menggambarkan perkembangan kemampuan siswa yang sesuai
dengan standar kompetensi seperti yang dirumuskan dalam
kurikulum.
3) Menentukan Kriteria dan Format Penilaian
Kriteria penilaian disusun sebagai standar patokan untuk guru
dalam menentukan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran
pada setiap aspek yang akan dinilai. Adapun aspek-aspek yang
dinilai tersebut sangat tergantung pada jenis kompetensi yang
diharapkan. Selanjutnya kriteria itu disusun dalam sebuah format
penilaian yang jelas.
4) Pengamatan dan Penentuan Bahan Portofolio
Pengamatan dan penentuan evidence sebaiknya dilakukan oleh
guru dan siswa secara bersama-sama. Siswa perlu dimintai
pertimbangan-pertimbangan serta alasan-alasannya evidence mana
yang harus dimasukkan. Hal ini penting untuk menjamin
objektivitas penilaian portofolio.
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima 64
Volume 8 Nomor 1-Pebruari 2017
ISSN: 20864248
5) Menyusun Dokumen Portofolio
Manakala bahan-bahan portofolio telah ditentukan, langkah
selanjutnya adalah menyusun bahan itu dalam dokumen portofolio,
misalnya dalam bentuk folder. Folder itu sendiri perlu dilengkapi
dengan identitas siswa, mata pelajaran, dan isi dokumen beserta
komentar-komentar dari guru. Adapun dokumen yang akan
dimasukkan untuk bahan portofolio dalam penelitian ini adalah (1)
LKS, (2) jurnal belajar siswa, dan (3) PR.
Implementasi portofolio sebagai format baru dalam evaluasi,
memungkinkan guru untuk mengembangkan profil komprehensif
tentang kemajuan dan perkembangan ide-ide pada diri setiap siswa.
Adapun salah satu tujuan penting yang disajikan dalam suatu
penilaian portofolio adalah dapat dijadikan alat untuk memvalidasi
informasi tentang pemahaman siswa mengenai suatu konsep
(Rusoni, 2008:12)
Portofolio dapat memberikan masukan yang efektif pada guru
tentang kualitas dan kuantitas pemahaman siswa mengenai materi
pelajaran yang disajikan. Seperti yang dijelaskan Karim (dalam
Kristina, 2006:19) yang menyatakan bahwa salah satu tujuan
penting yang disajikan dalam suatu portofolio adalah portofolio
dapat memungkinkan guru untuk mengakses perkembangan
pemahaman siswa terhadap suatu pelajaran. Penilaian portofolio
sangat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai
kemampuan dan pemahaman siswa, memberikan gambaran otentik
kepada guru tentang apa yang telah dipelajari siswa, kesulitan dan
kendala siswa yang dialami dalam belajar, dan jenis bantuan yang
diharapkan siswa.
Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik beberapa
kesimpulan diantaranya:
1. Penilaian portofolio dapat menilai kemampuan siswa secara
menyeluruh.Penilaian portofolio, melalui pengumpulan evidence
dapat menilai kemampuan siswa secara utuh, yang tidak hanya
menilai kemampuan unjuk kerja akan tetapi termasuk sikap dan
motivasi belajar. Di samping itu penilaian portofolio menilai dua
sisi yang sama pentingnya yaitu sisi proses dan hasil belajar.
2. Penilaian portofolio dapat menjamin akuntabilitas. Akuntabilitas
(pertanggung jawaban) sekolah terhadap siswa, orang tua dan
masyarakat, melalui penilaian portofolio dapat lebih terjamin.
3. Penilaian portofolio merupakan penilaian yang bersifat
individual. Kekhasan penilaian portofolio adalah memungkinkan
guru untuk melihat peserta didik sebagai individu yang masingmasing memiliki perbedaan, baik perbedaan dalam segi
kemampuan, minat ataupun bakat termasuk perbedaan cara
belajar. Dengan perbedaan itu, guru dapat menyesuaikan diri
dalam mengelola proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima 65
Volume 8 Nomor 1-Pebruari 2017
ISSN: 20864248
4. Penilaian portofolio merupakan penilaian yang terbuka. Melalui
dokumentasi evidence yang tersusun secara sistematis dan
terorganisasi, setiap pihak yang berkepentingan seperti orang
tua, kepala sekolah, komite sekolah dan lain sebagainya dapat
menguji kemampuan siswa. Oleh sebab itu, penilaian portofolio
merupakan penilaian yang terbuka. Hal ini merupakan kelebihan
yang memiliki arti yang sangat penting, yang tidak dimiliki oleh
jenis penilaian lainnya.
5. Penilaian portofolio bersifat self evaluation. Melalui self evaluation
setiap siswa dapat menilai dirinya sendiri dan dapat melakukan
refleksi sehingga mereka dapat menentukan kompetensi mana
yang belum tercapai atau perlu penyempurnaan dan kompetensi
mana yang sudah tercapai. Melalui self evaluation dapat
menumbuhkan tanggung jawab bagi dirinya sendiri.
Daftar Pustaka
Abin, Syamsudin Makmun. (2005). Psikologi Kependidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta. PT. Rineka Cipta
Bahri, Djamarah S dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Barnawi . (2012). Be A Great Teacher : 46 Rahasia Sukses Menjadi
Guru Hebat. Jakarta: Ar-Ruzz Medi
Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
PT. Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. (2008).Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta
Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik, O. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Ibrahim, M. dan Nur, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:
Unesa.
Muhibin, Syah. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Permana.
Ajeng Perdani, 2013 Pengaruh Metode Snowball Throwing Dan
Pemberian Tugas Terhadap Motivasi Belajar Universitas
Pendidikan Indonesia
Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung:
Alfabeta
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup.
Sanjaya, Wina (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana
Predana Media Grup
Sardiman, A.M. (2012). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sardiman. (2008). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima 66
Volume 8 Nomor 1-Pebruari 2017
ISSN: 20864248
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta
Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta
Slavin, R. E. (1995). Cooperative Learning: Theory, Research, and
Practice. Second Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon.
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Wacana Prima
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika.
Bandung:JICA UPI Bandung.
Sukmadinata ,Nana Syaodih. (2009). Landasan Psikologi Proses
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Bima 67
Download