perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa anaknya bernama Dafina Fitri Wulandari berumur 4 tahun, Anak D merupakan anak kedua dari Ny Y dan Tn A yang beralamat di Tengklik ¼ Godog Polokarto Sukoharjo dan orang tua bekerja sebagai wiraswasta di daerah rumahnya. Ibu mengatakan bahwa anaknya sakit panas sejak hari Jumat tanggal 21 Maret 2014, pada tanggal 22 Maret 2014 ibu sangat panik karena tiba-tiba anaknya kejang pukul 18.30 WIB dan berulang kembali pukul 20.30 WIB. Ibu langsung membawa anaknya ke RSUD Sukoharjo untuk segera mendapatkan penanganan. Dafina sudah mendapatkan imunisasi lengkap dan ia belum pernah mengalami sakit kejang demam sebelumnya, serta ia tidak mempunyai keturunan kejang demam dalam keluarga baik dari pihak ayah maupun ibu. Dari hasil pemeriksaan pukul 22.10 WIB didapatkan hasil keadaan umum anak sedang, kesadaran composmentis dan didapatkan hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 104 x/menit, respirasi 24x/menit, suhu 37,6°C, berat badan 18 kg dan tinggi badan 105 cm. Pemeriksaan penunjang akan dilaksanakan esok hari pada tanggal 23 Maret 2014. 28 29 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id II. INTERPRETASI DATA DASAR Tanggal: 22 Maret 2014 Pukul: 22.07 WIB A. DIAGNOSA KEBIDANAN An.D umur 4 tahun dengan Kejang Demam Komplek. Data Dasar : DS : Ibu mengatakan bahwa anaknya umur 4 tahun. Ibu mengatakan bahwa anaknya sakit panas selama sejak hari Jumat tanggal 21 Maret 2014 dan kejang 2x pada hari Sabtu tanggal 22 maret 2014. DO : Keadaan Umum : sedang Kesadaran : composmentis Vital Sign : TD : 120/80 mmHg N : 104 x/menit S : 37,6° R : 24 x/menit B. MASALAH 1. Gangguan rasa nyaman. 2. Kekambuhan kejang demam 3. Kecemasan orang tua akan kondisi anaknya. C. KEBUTUHAN 1. Mencegah kenaikan suhu untuk menghindari kekambuhan kejang. 2. Menghindari kekambuhan kejang. 3. Edukasi dan dukungan emosi pada orang tua. 30 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL Tanggal : 22 Maret 2014 Pukul : 22.10 WIB Potensial terjadi : kejang ulangan Antisipasi tindakan : memantau pola nafas dan mempertahankan jalan nafas agar efektif, menjaga anak agar tidak trauma dengan membaringkan di tempat aman, serta mencegah kekambuhan kejang demam. IV. KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA Tanggal : 22 Maret 2014 Pukul : 22.20 WIB Kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemberian terapi dan tindakan serta berkolaborasi dengan petugas laboratorium dalam pemeriksaan penunjang, persiapan toungespattel dan O2. V. PERENCANAAN ASUHAN YANG MENYELURUH Tanggal : 22 Maret 2014 Pukul: 22.25 WIB a. Lakukan observasi keadaan umum dan vital sign b. Pembebasan jalan nafas dengan cara kepala dalam posisi hiperekstensi miring, pakaian dilonggarkan. c. Siapkan tongue spattel dan O 2 . d. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi dan penanganan terhadap kejang demam, yaitu: 1) Infus RL 500 ml 15 tpm. 2) Diazepam 5 mg secara IV (jika kejang). 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3) Antalgin 200 mg (jika kejang). 4) Paracetamol 1,5 cth (jika demam). 5) Diazepam 3x2 mg secara oral. e. Rencana cek laboratorium darah dan urin pada tanggal 23 Maret 2014. f. Beri penjelasan pada orang tua tentang penyakit anaknya. g. Berikan motivasi ibu untuk teratur meminumkan obat pada anaknya. h. Berikan motivasi orang tua untuk tidak cemas. VI. PELAKSANAAN LANGSUNG ASUHAN DENGAN EFISIEN DAN AMAN Tanggal : 22 Maret 2014 Pukul : 22.35 WIB a. Melakukan observasi keadaan umum dan vital sign. b. Membebaskan jalan nafas dengan cara kepala dalam posisi hiperekstensi miring, pakaian dilonggarkan. c. Menyiapkan tongue spattel dan O 2 . d. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi dan penanganan terhadap kejang demam, yaitu: 1) Infus RL 500 ml 15 tpm. 2) Diazepam 5 mg secara IV (jika kejang). 3) Antalgin 200 mg (jika kejang). 4) Paracetamol 1,5 cth (jika demam). 5) Diazepam 3x2 mg secara oral. 32 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id e. Merencanakan untuk cek laboratorium darah dan urin pada tanggal 23 Maret 2014. f. Memberikan penjelasan pada orang tua tentang penyakit anaknya. g. Memberikan motivasi ibu untuk teratur meminumkan obat pada anaknya. h. Memberikan motivasi orang tua untuk tidak cemas. VII. EVALUASI Tanggal : 22 Maret 2014 Pukul : 22.50 WIB a. Hasil observasi keadaan umum dan vital sign, yaitu : KU : sedang Kesadaran : composmentis Vital Sign : TD : 120/80 mmHg S : 37,6°C N : 104 x/menit R : 24 x/menit b. Pembebasan jalan nafas sudah dilakukan. c. Tongue spattel dan O 2 sudah disiapkan. d. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi dan penanganan terhadap kejang demam telah dilakukan dan anak sudah mendapatkan penanganan. e. Perencanakan untuk cek laboratorium darah dan urin tanggal 23 Maret 2014 telah dipersiapkan. f. Orang tua telah mengetahui tentang penyakit anaknya. g. Ibu bersedia untuk teratur meminumkan obat pada anaknya. 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id h. Ibu telah paham dan berusaha untuk tidak cemas karena anaknya sudah mendapatkan penanganan dan terapi sesuai advice dokter. CATATAN PERKEMBANGAN Pada tanggal 23 Maret 2014 pukul 07.50 WIB ibu mengatakan bahwa anaknya masih lemas serta sudah BAB 1x dan BAK 2x. Dari hasil pemeriksaan keadaan umum anak baik, kesadaran composmentis, tanda – tanda vital yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 112 x/menit, suhu 36,5 °C, respirasi 29 x/menit, dan HR 130 x/menit. Untuk diagnosa kebidanannya yaitu An. D umur 4 tahun dengan kejang demam komplek hari ke-1. Bidan melakukan rencana tindakan pada anak D yaitu melakukan pemberian terapi sesuai advice dokter yaitu infus RL 15 tpm, diazepam 3x2 mg oral dan cefotaxim 500 mg/12 jam IV dengan hasil telah dilakukan pemberian terapi sesuai advice dokter pada pukul 08.00 WIB. Tindakan yang kedua yaitu melakukan pemeriksaan laboratorium pada anak D, pukul 13.00 WIB hasil cek urin didapatkan hasil warna urin agak keruh, berat jenis 1020, PH 5, protein (-), glukosa (-), eritrosit 1-2/LPB, leukosit 2-3/LPB, bakteri (+) dan hasil pemeriksaan darah didapatkan hasil Hemoglobin 10,8 gr/dl, eritrosit 4,02 (106/uL), leukosit 16,31 (103/uL), hematokrit 31,7 %, golongan darah A. Pada tanggal 25 Maret 2014 pukul 07.55 WIB ibu mengatakan bahwa anaknya tidak demam dan ibu mengatakan bahwa nafsu makan anak sudah bertambah. Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil yaitu keadaan umum anak perpustakaan.uns.ac.id 34 digilib.uns.ac.id baik, kesadaran composmentis, tanda – tanda vital yaitu tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 132 x/menit, suhu 36,1 °C dan respirasi 32 x/menit. Diagnosa kebidanannya yaitu An.D umur 4 tahun dengan kejang demam komplek hari ke-3. Bidan melakukan rencana tindakan yaitu melakukan pemberian terapi pada anak sesuai advice dokter yaitu infus RL 15 tpm, cefotaxim 500 mg/12 jam IV dan diazepam 3x2 mg oral dengan hasil telah dilakukan pemberian terapi pada pukul 08.00 WIB, tindakan selanjutnya yaitu memperbolehkan anak pulang sesuai anjuran dokter dengan hasil anak bersedia pulang sesuai anjuran dokter. Tindakan yang ketiga yaitu menganjurkan ibu untuk melanjutkan minum obat selama dirumah sesuai dosis yang diberikan yaitu cefadroxil 25 mg 2x1 tablet x tablet, diazepam 2 mg 3x1 x tablet, paracetamol 1,5 cth bila demam, hasilnya yaitu ibu bersedia untuk meminumkan obat pada anaknya selama di rumah. Kemudian memberitahu ibu bahwa segera membawa anaknya ke tenaga kesehatan apabila anak demam tinggi agar tidak terjadi demam ulangan, hasilnya ibu bersedia membawa anaknya ke tenaga kesehatan apabila anak mengalami demam tinggi. Tindakan selanjutnya yaitu menganjurkan ibu untuk menyelesaikan administrasi rumah sakit, hasilnya yaitu ibu bersedia untuk menyelesaikan administrasi rumah sakit. Kemudian memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada anak 3 hari kemudian yaitu tanggal 28 Maret 2014, hasilnya yaitu ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 28 Maret 2014. Pada tanggal 28 Maret 2014 pukul 09.15 WIB ibu datang ke rumah sakit untuk kunjungan ulang. Ibu mengatakan bahwa keadaan anaknya sudah perpustakaan.uns.ac.id 35 digilib.uns.ac.id membaik. Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil yaitu keadaan umum anak baik, kesadaran composmentis, tanda – tanda vital tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 120 x/menit, suhu 36,2 °C dan respirasi 28 x/menit. Diagnosa kebidanannya yaitu An. D umur 4 tahun pasca rawat inap hari ke-3, normal. Rencana tindakan yaitu melanjutkan terapi yaitu cefadroxil 25 mg 2x1 dan paracetamol 1,5 cth bila demam, hasilnya ibu bersedia meminumkan obat kepada anaknya sesuai anjuran dokter. Selanjutnya yaitu memberitahu ibu agar tepat waktu dalam meminumkan obat pada anaknya, hasilnya ibu bersedia meminumkan obat tepat waktu pada anaknya. Pukul 09.30 WIB menganjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan jika anak demam tinggi atau jika ada keluhan dengan hasil ibu bersedia datang ke tenaga kesehatan jika anak mengalami demam tinggi atau jika ada keluhan. B. PEMBAHASAN Bagian ini berisi analisis data yang membandingkan antara asuhan kebidanan balita sakit dengan kejang demam di lahan dengan teori kejang demam pada anak menggunakan langkah manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney. Hasil analisis yang ditemukan pada kasus An.D umur 4 tahun dengan kejang demam komplek adalah sebagai berikut. 1. Pengumpulan Data Dasar Penulis memperoleh data subyektif yaitu pasien bernama An.D berumur 4 tahun. Dafina merupakan anak kedua dari Ny Y dan Tn A yang beralamat di Tengklik ¼ Godog Polokarto Sukoharjo dan orang tua bekerja sebagai perpustakaan.uns.ac.id 36 digilib.uns.ac.id wiraswasta di daerah rumahnya. Ibu mengatakan bahwa anaknya sakit panas sejak hari Jumat tanggal 21 Maret 2014, pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 anaknya kejang pukul 18.30 WIB dan berulang kembali pukul 20.30 WIB. Ibu langsung membawa anaknya ke RSUD Sukoharjo untuk segera mendapatkan penanganan. Anak D sudah mendapatkan imunisasi lengkap dan ia belum pernah mengalami sakit kejang demam sebelumnya, serta ia tidak mempunyai keturunan kejang demam dalam keluarga baik dari pihak ayah maupun ibu. Data obyektif yang penulis dapatkan yaitu keadaan umum anak sedang, kesadaran composmentis dan didapatkan hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 104 x/menit, respirasi 24x/menit, suhu 37,6°C, berat badan 18 kg dan tinggi badan 105 cm. Hal ini berkaitan dengan teori Widagdo (2012) tentang pengumpulan data dari berbagai sumber yang akurat yang berkaitan dengan kondisi klien. Data diambil dari data subyektif dan data objektif. Data subyektif meliputi identitas, keluhan utama, riwayat kesehatan, riwayat imunisasi, riwayat nutrisi. Sedangkan data objektif meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan umum seperti keadaan umum, berat badan, kesadaran, dan vital sign yaitu tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi Mangunatmaja (2008). Pemeriksaan penunjang untuk laboratorium seperti sel darah merah, kadar Hb, hematokrit, leukosit, trombosit. Dari hasil yang diperoleh tersebut, Penulis tidak menemukan adanya kesenjangan teori dan praktek dalam pengumpulan data dasar. perpustakaan.uns.ac.id 37 digilib.uns.ac.id 2. Interpretasi Data Dasar Dalam kasus ini didapatkan diagnosa kebidanan yaitu An.D umur 4 tahun dengan Kejang Demam Komplek. Data dasar untuk menegakkan diagnosa tersebut adalah anak mengalami kejang lebih dari 1 kali dalam sehari. Hal ini berkaitan dengan teori Mangunatmadja (2011) bahwa kasus kejang demam kompleks adalah kejang yang bersifat fokal, berlangsung lama yaitu lebih dari 15 menit, atau berulang lebih dari 1 kali serangan selama 24 jam demam. Masalah yang terjadi dalam kasus kejang demam komplek ini, antara lain: kekambuhan kejang demam, gangguan rasa nyaman dan ketakutan pada orang tua. Hal ini sesuai dengan teori Sukarmin (2012) bahwa masalah dalam kasus kejang demam komplek yaitu gangguan rasa nyaman, kekambuhan kejang demam dan ketakutan yang sangat pada orang tua. Apabila kasus ini tidak segera ditangani dengan baik maka dapat membahayakan jiwa anak. Kebutuhan yang diperlukan dalam kasus kejang demam komplek pada kasus An. D yaitu mencegah kenaikan suhu, mencegah cedera selama kejang, melakukan edukasi dan dukungan emosi pada orang tua. Hal ini sesuai dengan teori Sukarmin (2012) yang menyatakan bahwa kebutuhan yang diperlukan untuk balita sakit dengan kejang demam yaitu melakukan pencegahan kenaikan suhu untuk menghindari kekambuhan kejang demam, mencegah cedera selama kejang, melakukan edukasi dan dukungan emosi pada orang tua. Dari hasil yang diperoleh tidak didapatkan adanya 38 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kesenjangan antara teori dan praktek dalam menentukan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan dalam kasus balita sakit dengan kejang demam komplek. 3. Identifikasi Diagnosa atau Diagnosa Potensial dan Antisipasi Penanganannya Pada kasus An.D diagnosa potensial tidak muncul. Dalam teori Mangunatmaja (2011) disebutkan bahwa diagnosa potensial yang mungkin muncul pada kasus balita sakit dengan kejang demam adalah terjadi kejang ulangan. Pada kasus kejang demam komplek pada An. D antisipasi bidan adalah memantau pola nafas, menjaga agar anak tidak trauma dan mencegah terjadinya kekambuhan kejang, hal ini sesuai dengan teori Widagdo (2012) yaitu antisipasi yang dapat dilakukan bidan adalah memantau pola nafas dan mempertahankan jalan nafas agar efektif, menjaga agar lidah tidak tergigit, menjaga anak agar tidak trauma dengan membaringkan di tempat aman serta mencegah kekambuhan kejang. Dari hasil tersebut maka tidak ditemukan adanya kesenjangan antara hasil dan teori. 4. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Dalam kasus An.D dengan kejang demam komplek ini dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi yaitu Diazepam oral 3x2 mg secara oral dan infus RL 500 ml 15 tpm, hal ini telah sesuai dengan teori Ngastiyah (2006) yaitu dalam kasus kejang demam bidan harus bertindak segera untuk menangani anak agar tidak perpustakaan.uns.ac.id 39 digilib.uns.ac.id membahayakan jiwa dan keselamatan anak. Tindakan segera yang harus dilakukan bidan adalah berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain seperti dokter spesialis anak dalam pemberian terapi, kolaborasi dengan petugas laboratorium dan radiologi dalam pemeriksaan penunjang serta menyiapkan toungespattel untuk mencegah trauma atau cedera pada anak. 5. Pencanaan Asuhan Yang Menyeluruh Pada kasus kejang demam komplek pada An. D rencana asuhannya yaitu, observasi keadaan umum dan vital sign, pembebasan jalan nafas, pakaian dilonggarkan, siapkan tongue spattel dan O 2 , kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi, rencana cek laboratorium darah dan urin pada tanggal 23 Maret 2014, beri penjelasan pada orang tua tentang penyakit anaknya, berikan motivasi ibu untuk teratur meminumkan obat pada anaknya, berikan motivasi orang tua. Hal ini sesuai dengan teori rencana tindakan untuk balita sakit dengan kejang demam yaitu observasi keadaan umum dan vital sign, pembebasan jalan nafas, pakaian dilonggarkan, dan pengisapan lendir, siapkan tongue spattel dan O 2, motivasi orang tua, lakukan advice dokter spesialis anak untuk pemberian terapi, beri penjelasan pada orang tua tentang penyakit anaknya dan mencegah kekambuhan kejang demam, motivasi ibu untuk teratur meminumkan obat pada anaknya. Dari hasil tersebut tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek. 40 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 6. Pelaksanaan Langsung Asuhan Dengan Efisien dan Aman. Pelaksanaan asuhan untuk kasus kejang demam komplek pada An. D yaitu, mengobservasi keadaan umum dan vital sign, membebaskan jalan nafas, melonggarkan pakaian, menyiapkan tongue spattel dan O 2 , melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi, melakukan cek laboratorium darah dan urin pada tanggal 23 Maret 2014, memberikan penjelasan pada orang tua tentang penyakit anaknya, memberikan motivasi ibu untuk teratur meminumkan obat pada anaknya, memberikan motivasi orang tua. Hal ini sesuai dengan teori kasus balita sakit dengan kejang demam pelaksanaan asuhannya yaitu, mengobservasi keadaan umum dan vital sign, membebaskan jalan nafas, melonggarkan pakaian, dan melakukan pengisapan lendir, menyiapkan tongue spattel dan O 2, memotivasi orang tua, melakukan advice dokter spesialis anak untuk pemberian terapi, memberi penjelasan pada orang tua tentang penyakit anaknya dan mencegah kekambuhan kejang demam, memotivasi ibu untuk teratur meminumkan obat pada anaknya. Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan balita sakit pada An. D dengan kejang demam penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek. perpustakaan.uns.ac.id 41 digilib.uns.ac.id 7. Evaluasi Hasil yang didapatkan setelah melaksanakan tindakan sesuai rencana asuhan pada kasus kejang demam komplek pada An.D yaitu anak mengalami kejang demam komplek ditandai dengan adanya kejang 2x dalam sehari. Anak sudah mendapatkan terapi oleh dokter spesialis anak sesuai dengan keadaan anak. Hal ini telah sesuai dengan teori Sukarmin (2012) bahwa evaluasi yang diharapkan untuk balita sakit dengan kejang demam yaitu mencegah kejang demam berulang, upaya dalam menurunkan suhu tubuh anak dan orang tua mengetahui keadaan anak.