BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1. Judul Dalam penelitian ini, penulis memilih judul “DINAMIKA WIRAUSAHA DALAM PROSES PENGEMBANGAN USAHA”. Dengan judul tersebut penulis ingin menyampaikan atau menggambarkan tentang semangat pemuda di dalam dunia wirausaha. Dalam penelitian ini, dijelaskan apa yang dimaksud dengan pemuda dan apa yang menjadi dasar seorang pemuda memilih menekuni dunia usaha. Penelitian ini juga menjelaskan tentang bagaimana para pemuda tersebut memulai usahanya sampai mereka dapat mengembangkan usahanya, apa yang menjadi motivasi di dalam mereka melakukan usaha tersebut. 2. Aktualitas Di dalam Undang-undang nomor 40 tahun 2009 mengatakan bahwa pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan di dalam rentang usia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Pemuda adalah seseorang yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang kuat yaitu revolusioner, optimis, berpikiran maju, dan memiliki semangat yang tinggi. Pemuda berperan penting di dalam pembangunan Negara Indonesia, karena pemuda memiliki ide-ide yang segar untuk digunakan di dalam perubahan. Pemuda juga merupakan masa depan bangsa, karena dengan adanya pemuda yang berkualitas, maka ada harapan yang lebih baik kedepannya bagi sebuah Negara. Pengembangan 1 jiwa kewirausahaan di dalam diri pemuda merupakan salah satu kegiatan pengembangan potensi keterampilan dan kemandirian berusaha. Pemuda dengan berwirausaha beberapa tahun belakangan ini menjadi trend di kalangan anak muda. Rasa ingin tahu yang besar di dalam diri seorang pemuda, membuat mereka menjadi pribadi yang kuat dan khas. Rasa ingin tahu yang besar tersebut mereka terapkan di dalam dunia wirausaha. Mulai dari hanya sekedar ingin mencoba-coba dunia usaha, sampai dengan mereka yang akhirnya memutuskan untuk menekuni dunia tersebut. Hal ini membawa dampak positif bagi pemuda dan Negara. Karena selain pemuda dapat mandiri, tidak bergantung bekerja dengan orang lain, mereka juga dapat membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain. Dan dampak positif bagi Negara adalah, dapat berkurangnya jumlah pengangguran, dan angka kesejahteraan dapat meningkat. Di dalam penelitian ini, akan dibahas tentang semangat yang ada di dalam diri para pemuda di DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta). Semangat jatuh bangun mereka di dalam merintis sebuah usaha sampai pada akhirnya para pemuda tersebut dapat mengembangkan usahanya dan bermanfaat bagi banyak orang. 3. Orisinalitas Ada beberapa penelitian yang terkait dengan wirausaha muda, diantaranya adalah sebagai berikut: A. Skripsi yang berjudul “Mahasiswa dan Wirausaha (Studi tentang dinamika mahasiswa S-1 UGM yang berwirausaha dan faktor-faktor yang mempengaruhi untuk berwirausaha)”. Penelitian ini disusun oleh Andhy Surya Hapsara, mahasiswa Sosiologi UGM angkatan 2001. Meskipun penelitian ini sama-sama membahas tentang wirausaha muda, tetapi fokus dalam 2 penelitian ini berbeda, penelitian ini memfokuskan kepada faktor-faktor yang mendorong seorang mahasiswa S-1 melakukan kegiatan wirausaha. B. Skripsi yang berjudul ”Dari Solidaritas Menuju Pengembangan Usaha Anggota HIJABERS COMMUNITY Yogyakarta”. Penelitian ini disusun oleh Windaningrum Distyavi, mahasiswi pembangunan sosial dan kesejahteraan (PSdK) UGM angkatan 2008. Penelitian ini sama-sama membahas tentang kewirausahaan, tetapi fokus penelitian ini lebih kepada solidaritas yang ada di dalam sebuah komunitas sehingga memunculkan adanya pengembangan usaha diantara anggotanya. 4. Relevansi dengan Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) memiliki beberapa konsentrasi jurusan, yaitu Kebijakan Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan CSR (Corporate Social Responbility). Penelitian ini memiliki fokus tentang pemuda dan dinamika proses pengembangan usaha mereka. Serta spirit yang ada di balik pengembangan usaha pengusaha muda tersebut. Dimana seorang pemuda yang dianggap memiliki semangat yang tinggi, serta pengaruh besar di dalam perubahan ini dapat membangun usahanya dan dapat meningkatkan taraf kehidupannya. Dengan demikian, penelitian ini memiliki relevansi dengan jurusan PSdK dalam konsentrasi pemberdayaan masyarakat. 3 B. Latar Belakang Pemuda adalah seseorang yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang kuat yaitu revolusioner, optimis, berpikiran maju, dan memiliki semangat yang tinggi. Di dalam Undang-undang nomor 40 tahun 2009 disebutkan bahwa ketentuan umum pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Menurut Tjiptoherijanto (1996) di dalam buku karangan beliau yang berjudul Dinamika Sosial Pemuda di Perkotaan, pemuda ditinjau secara dimensi sosio-politik dimana pemuda dipandang sebagai generasi penerus bangsa dan agen pembaharuan. Pemuda juga sangat memiliki peran di dalam perubahan, perubahan menjadi suatu indikator yang penting di dalam masyarakat. Pemuda dianggap mampu membawa perubahan itu di dalam masyarakat. Contoh kecil pemuda berperan dalam perubahan, ketika peristiwa penyusunan naskah proklamasi di Rengasdengklok. Pemuda dipandang menggunakan dimensi sosio-demografis. Dimensi sosio-demografis ini menyangkut aspek kuantitas dan kualitas dari generasi muda sehingga menjadi potensi sumber daya manusia bagi pembangunan bangsa ini. Pemuda dipandang menggunakan dimensi sosio-psikologis, pertumbuhan biologis (usia) selalu diikuti dengan pertumbuhan sosial psikologis. Ketika pemuda berusia 15-24 tahun akan mengalami berbagai benturan di dalam pencarian jatidirinya. Perbedaan pandangan yang dianut orangtua dan lingkungan, seringkali memicu adanya gejolak antara golongan pemuda dan orangtua. Peran pemerintah diantaranya adalah menanamkan berbagai nilai positif di dalam diri pemuda dan menjadikan kelompok ini sebagai kekuatan atau modal pembangunan yang tangguh dimasa sekarang dan masa yang akan datang. Sebagai kelompok usia yang energik dan produktif, keberhasilan menanamkan etos kerja yang tinggi dan moral yang baik akan menjadikan pemuda sebagai tenaga kerja yang berkualitas, produktif, dan handal. 4 Di balik etos kerja yang tinggi ada semangat di dalam diri seseorang. Semangat atau motivasi untuk berprestasi tersebut merupakan prasyarat universal pertumbuhan ekonomi. Motivasi untuk berprestasi adalah perjuangan untuk mencapai sukses dengan cara berupaya sendiri dalam situasi yang membutuhkan penilaian pelaksanaan pekerjaan seseorang dalam kaitannya dengan standar keunggulan. Menurut McClelland, masyarakat dengan motivasi untuk berprestasi tinggi akan menghasilkan usahawan yang lebih giat dan selanjutnya akan menghasilkan perkembangan ekonomi yang lebih cepat (Sztompka, 1993). Motivasi ini melahirkan pemikiran seseorang di dalam hidup untuk berkompetisi, berlomba-lomba melahirkan hal positif, menemukan penemuan-penemuan baru di dalam usahanya. Penemuanpenemuan baru yang dinilai berbeda dengan yang lain akan dianggap langka. Sesuatu yang dianggap langka, akan terlihat lebih menarik. Maka seseorang akan terus berusaha mencari hal langka tersebut. Sehingga dapat diibaratkan seseorang mau membayar mahal untuk sesuatu yang langka. Hal ini bisa menjadi peluang yang baik, ketika seseorang memulai usaha. Modal dan investasi juga berpengaruh di dalam keberhasilan usaha, walaupun penyediaan modal dan investasi bukanlah pengaruh utama di dalam berjalannya sebuah usaha. Banyak fakta mengatakan, dengan modal yang minim seseorang mampu memajukan usahanya dan dapat berkembang, yang sangat diperlukan di dalam melakukan usaha adalah semangat dan tekad yang kuat. Semangat dan tekad yang kuat di dalam berwirausaha juga didasari makin sempitnya lapangan kerja yang tersedia. Makin tingginya tingkat pendidikan seseorang, maka makin tinggi pula pendapatan yang akan ia terima. Pemuda yang memiliki pendidikan tinggi, mereka lebih cepat diterima oleh perusahaan-perusahaan multinasional. Anggapan ini sangat mempengaruhi pasar kerja sekarang, kesempatan kerja lebih terbuka lebar untuk mereka yang berpendidikan tinggi dibanding mereka yang berpendidikan rendah. Namun jika lulusan 5 pendidikan tinggi terus meningkat, maka kesempatan kerja yang ada menjadi terbatas sehingga sulit untuk menyerap lulusan tersebut. Pada bulan Agustus 2012 Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan tingkat pengangguran terbuka lulusan Universitas di Indonesia mencapai 438,210 orang. Jumlah ini turun bila dibandingkan dengan bulan Agustus tahun 2011, yang tercatat sebanyak 492,343 (bps.go.id). Penurunan ini disebabkan karena ada empat hal yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi pengangguran, yaitu peningkatan kualitas SDM dengan membangun kompetensi, pembangunan sistem pendidikan, memfasilitasi tumbuh dan berfungsinya mekanisme bursa kerja (job fair) dan memprakarsai program pengembangan kewirausahaan. Tetapi hal ini belum dianggap maksimal di dalam mengatasi jumlah pengangguran, karena penyerapan tenaga kerja di sektor formal masih sangat minim. Jika pengangguran tidak segera ditangani oleh pemerintah, maka yang akan terjadi pertama adalah daya beli sebagian anggota masyarakat sangat rendah dan mereka tidak mungkin memuaskan berbagai jenis kebutuhannya dengan membeli berbagai produk yang dipasarkan. Kedua, makin tinggi tingkat pengangguran maka makin lebar kesenjangan ekonomi masyarakat. Apabila tidak diatasi dengan cara efektif dapat menjurus kepada kecemburuan dan ketegangan sosial. Jika kecemburuan dan ketegangan sosial meningkat sangat mungkin ketertiban dan keamanan masyarakat terganggu. Hal itu dapat mempengaruhi kelancaran roda perekonomian nasional (Siagian, 1996). Di sinilah sebenarnya pemuda didorong untuk tetap kreatif dan inovatif, dengan terbatasnya jumlah lapangan pekerjaan yang ada sedangkan tuntutan hidup mereka semakin meningkat, mereka dituntut untuk dapat terus menghasilkan sesuatu. Kemandirian di dalam diri individu sudah menjadi sebuah tuntutan karena keterbatasan jumlah lapangan kerja yang 6 mendesak para individu agar tetap mandiri. Kini sudah marak seorang wirausaha yang memulai usahanya sejak usia muda, banyak faktor yang mendorong mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi tersebut. Contohnya faktor dorongan dari keluarga, seseorang memulai usahanya sejak dini karena meneruskan usaha milik orangtuanya. Orangtua yang memiliki latar belakang wiraswasta biasanya mengarahkan anaknya untuk meneruskan usahanya agar dapat terus berkembang dan tidak padam. Ada juga mereka yang membuka usaha karena ingin mencari status sosialnya di dalam masyarakat, mereka ingin diakui di dalam masyarakat sebagai seorang pengusaha. Bagi dunia usaha, tuntutan masyarakat agar harkat dan martabatnya diakui dan dihargai oleh masyarkat lainnya merupakan sebuah tantangan yang nyata. Dewasa ini sering terdengar ungkapan bahwa berkarya tidak boleh lagi dipandang semata-mata untuk mencari nafkah, melainkan sebagai instrumen untuk menyatakan harkat dan martabat seseorang. Menurut pandangan ini membuka lapangan pekerjaan merupakan upaya seseorang untuk menghilangkan atau paling sedikit mengurangi ketergantungan pada orang lain dalam pemenuhan berbagai kebutuhan tanpa orang lain itu menerima balas jasa dari yang bersangkutan (Siagian, 1996). Enterpreneurship atau kewirausahaan memiliki fungsi makro dan mikro. Fungsi makro dari kewirausahaan adalah sebagai penggerak, pengendali dan pendorong perkembangan bangsa. Kemudian fungsi mikro dari kewirausahaan adalah sebagai innovator dan planner. Yang dimaksudkan innovator adalah menemukan dan menciptakan sebuah produk baru atau memiliki temuan baru, sehingga memunculkan sebuah wawasan baru. Sedangkan yang dimaksud dengan Planner adalah merencanakan strategi, wawasan atau gambaran korporasi. Pandangan mengenai sektor informal, adalah pandangan evolusioner, yang dimaksud dengan evolusioner adalah sektor informal dipandang gejala positif sebagai wadah berkumpulnya kewirausahaan atau kewiraswastaan dan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi, pelengkap atau penunjang 7 sumber potensi perkembangan ekonomi. Ada beberapa peran dari sektor informal ini, yaitu menyediakan barang dan jasa bagi sektor formal, menciptakan peluang kerja bagi penduduk miskin, diyakini dapat berkembang menjadi sektor formal seiring dengan perkembangan jaman. Maka, ketika sebuah usaha baru dibangun oleh seorang pengusaha, setidaknya di dalam benak mereka terdapat pemikiran tentang penciptaan lapangan kerja. Hal itu merupakan pemikiran dalam skala yang besar. Sedangkan dalam skala kecil, usaha yang diciptakan itu, paling tidak merupakan perwujudan kemandirian agar tidak menjadi beban orang lain. Kegiatan ekonomi yang ada di beberapa wilayah sangat beragam, antara lain mulai menjamurnya usaha-usaha mikro yang digeluti sebagian anak muda. Mulai dari bisnis online yang berskala kecil hingga bisnis berskala besar dan berbadan hukum. Semangat dan tekad mereka dalam melakukan usaha tentunya sangat bervariasi. Mulai dari usaha untuk pemenuhan kebutuhan sampai sebatas dorongan untuk melanjutkan bisnis keluarga. Sangat menarik memang ketika kita berbicara tentang wirausaha dan anak muda, di tengah-tengah kondisi ekonomi yang serba sulit, tidak menutup kemungkinan seorang anak muda memiliki usaha. Mereka memiliki semangat yang sama di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dunia usaha merupakan dunia yang digemari oleh anak muda, karena mereka bebas untuk menyalurkan aspirasi, tidak terkungkung birokrasi dan dapat memajukan ekonomi Indonesia. Kini pemerintah dan beberapa instansi terkait mulai menggalakkan kesadaran anak muda di dalam berwirausaha. Salah satu contohnya di kota Semarang, Bank Indonesia Semarang mendorong pemuda di Semarang untuk berwirausaha. Wirausahawan tersebut tergabung dalam Jaringan Rumah Usaha (JRU), mereka memulai usaha dalam skala kecil bermodal Rp 1 juta per orang. Para wirausaha ini juga membuktikan, usaha mereka bisa berhasil mengingat Kota 8 Semarang punya potensi kota jasa dan bisnis. Ada pun usaha mandiri yang banyak dipilih mereka meliputi percetakan, desain grafis, percetakan, butik, usaha kerajinan, desain kertas serta unit-unit usaha kerajinan lainnya (dimuat dalam kompas.com diakses pada tanggal 04 April 2013 pukul 09.00). Di Yogyakarta selain tempat berkumpulnya para pelajar, di sana juga banyak tercetus ide-ide untuk berwirausaha. Ide-ide ini awalnya muncul dari para mahasiswa yang ingin memiliki penghasilan tambahan saat masih kuliah. Beberapa diantaranya berlanjut setelah mereka lulus kuliah dan menjadi sebuah mata pencaharian. Jenis usaha tersebut juga beragam, mulai dari sektor penyediaan jasa sampai bidang kuliner. Salah satu contoh bidang yang diminati pengusaha muda adalah bidang usaha penyediaan jasa. Karena bidang penyediaan jasa dianggap bidang yang dapat terus berkembang dan tidak akan redup. Bidang usaha penyediaan jasa yang ada di Yogyakarta beragam, contohnya usaha bengkel di Jalan Jogja-Wates yang digeluti seorang pemuda bergelar sarjana ekonomi. Pemuda ini setelah lulus dari pendidikan sarjananya, ia meneruskan salah satu unit bisnis milik keluarganya. Di sini keluarga sangat berperan dominan untuk mendorong pemuda ini berwirausaha. Kemudian contoh lain latar belakang keluarga sangat berperan di dalam jalannya sebuah bisnis, bisnis turun temurun Gudeg Bu Tjitro yang kini sudah dikelola oleh generasi keempat dari keluarga Tjitro. Kemudian tiga orang wanita muda memiliki usaha butik yang dikelola bersama. Dengan latar belakang pendidikan mereka yang berbeda-beda, mereka mampu memanajemen butiknya dengan cara membagi tugas. Dan yang terakhir seorang wanita bermodal keberanian membangun usaha butik hanya dengan modal minim dan berasal dari tabungannya sendiri, latar belakang keluarga bukan dari keluarga yang berkecimpung di dunia usaha. Tetapi keluarga sangat mendukung penuh apa yang menjadi pilihan wanita ini. 9 Tentunya untuk membangun beragam jenis usaha tersebut tidaklah mudah, adanya pasang surut dalam menjalankan bisnis mereka adalah proses yang harus mereka jalani. Beragamnya jenis usaha tentunya akan memberikan cerita pencapaian keberhasilan yang berbeda-beda. Masing-masing pengusaha dengan jenis usaha yang berbeda-beda tentunya memiliki keunikan tersendiri di dalam menjalani usaha dan cara mereka menghadapi masalahmasalah yang muncul ketika mereka membangun usahanya hingga dapat berkembang. Keberagaman cerita di balik pengembangan usaha mereka untuk mengetahui pola keberhasilan para pengusaha muda tersebut. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan pertanyaan berikut sebagai fokus permasalahan dalam penelitian ini: Bagaimana dinamika wirausaha dalam proses pengembangan usahanya? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana seorang pengusaha muda memaknai keberhasilannya di dalam pengembangan usaha. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjelaskan tentang spirit dan latar belakang serta dinamika para pengusaha muda tersebut di dalam membangun dan mengembangkan usahanya hingga seperti saat ini. 10 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan tentang dinamika seorang wirausahawan muda di dalam proses pengembangan usahanya. E. Tinjauan Pustaka 1. Pemuda Pemuda merupakan bagian dari suatu komunitas masyarakat yang tentu saja berinteraksi dengan lingkungannya. Segala tindakan, tingkah laku maupun minat mereka terhadap sesuatu memiliki faktor-faktor yang melatarbelakanginya atau yang mempengaruhinya, segala tindakan yang dilakukan mempunyai tujuan, baik itu tujuan untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Di dalam Undang-undang no 40 tahun 2009 disebutkan bahwa ketentuan umum pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Kepemudaan adalah berbagai hal yang berkaitan dengan potensi, tanggung jawab, hak, karakter, kapasitas, dan cita-cita pemuda. Pembangunan kepemudaan bertujuan untuk terwujudnya pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis, bertanggung jawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peran aktif pemuda sebagai agen perubahan diwujudkan dengan mengembangkan: a. Pendidikan politik dan demokratisasi b. Sumberdaya ekonomi c. Kepedulian terhadap masyarakat 11 d. Ilmu pengetahuan dan teknologi e. Olahraga, seni, dan budaya f. Kepedulian terhadap lingkungan hidup g. Pendidikan kewirausahaan h. Kepemimpinan dan kepeloporan pemuda Pengembangan kewirausahaan pemuda merupakan salah satu kegiatan pengembangan potensi keterampilan dan kemandirian berusaha. Kepemudaan dan kewirausahaan merupakan dua hal yang berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut tercermin dari penjabaran Undang-undang no 40 tahun 2009 tentang pemuda. Pemerintah banyak mengaitkan pemuda dengan bidang kewirausahaan, dengan adanya jiwa kewirausahaan di dalam diri pemuda maka jiwa kemandirian diharapkan dapat tumbuh. Yang dimaksud dengan kemandirian di sini adalah, pemuda tidak hanya bergantung pada sektor formal namun juga dapat mengembangkan kreativitasnya pada sektor informal seperti kewirausahaan. 2. Kewirausahaan Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif, kreatif, berdaya, bercipta, berkarsa, dan bersahaja serta berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan. Menurut Fadel Muhammad (1992) di dalam bukunya yang berjudul Industrialisasi dan wiraswasta, wirausaha dapat dilihat dari berbagai macam sudut pandang. Mulai dari sudut pandang yang mengatakan bahwa pengusaha sebagai seseorang yang berani mengambil resiko dan ada juga yang memandang pengusaha sebagai seseorang yang berfokus pada peluang, bukan pada resiko. Dan ada juga yang membantah keduanya, dan mengatakan bahwa wirausaha bukanlah pengambil resiko, melainkan penentu resiko. Dari berbagai macam sudut pandang 12 tersebut menghasilkan sebuah persepsi baru tentang wirausaha. Tujuh karakteristik tentang wirausaha ini adalah: a. Kepemimpinan: Memiliki orientasi hubungan personel dan orientasi terhadap tujuan dan sasaran yang tinggi. Efektifitas kepemimpinannya pun relatif tinggi. Mereka senantiasa tampil hangat, mendorong pengembangan diri bawahannya, dan senantiasa konsentrasi pada tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. b. Inovasi: Seorang pengusaha memiliki inovasi, inovasi yang dimaksud bukanlah sesuatu temuan yang luar biasa. Tetapi suatu temuan strategi dimana sumber daya ekonomi yang tersedia di lingkungan produktivitas rendah ke lingkungan produktivitas tinggi dan mendapat hasil yang lebih besar. Lingkungan produktivitas yang rendah, merupakan tempat tersembunyinya peluang dalam realitas sosial ekonomi masyarakat. Karena itu, sebagai innovator seorang pengusaha senantiasa merasakan adanya peluang. Sehingga ketika seorang pengusaha merasakan ada suatu persoalan yang singgah di masyarakat, dengan mengandalkan kemampuannya ia akan mencoba mengatasi permasalahan tersebut, dan menjadi sebuah peluang usaha baginya. Dengan kata lain terjadi inovasi yang merangsang daya kreativitas. c. Cara pengambilan keputusan: Dalam hal ini menurut para ahli kedokteran mutakhir, terdapat perbedaan signifikan antara fungsi otak kiri dan otak kanan. Otak kiri berfungsi menganalisis atau menjawab pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana. Otak kanan berfungsi menciptakan atau melakukan pemikiran kreatif, tanpa didahului suatu argumentasi. Otak kiri dan otak kanan senatiasa digunakan secara bersama-sama. Tetapi, setiap orang akan berbeda tekanan pemakaian kedua otak itu. Ada yang cenderung didominasi otak kiri, dan sebaliknya. Pengusaha adalah mereka yang cenderung didominasi oleh otak kanan. Dan itulah yang 13 mendorong bekerjanya intuisi dan inisiatif seorang pengusaha, yang seakan-akan memiliki indera keenam. d. Sikap tanggap terhadap perubahan: Seorang pengusaha bereaksi positif terhadap perubahan. Artinya, tanggap terhadap perubahan, dan karenanya memiliki perilaku menghadapi perubahan. Sikap tanggap pengusaha terhadap perubahan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Terutama ketika mengantisipasi perubahan yang mempengaruhi tujuan dan sasaran. e. Bekerja dengan cerdas: Seorang pengusaha melakukan kegiatan-kegiatannya dengan gaya yang smart dalam pengertian pekerja keras. Itu menandakan cara kerja yang efisien dan efektif, atau dengan kata lain bekerja secara ekonomis dengan mencapai hasil maksimal. f. Memiliki visi masa depan: Seorang pengusaha senantiasa dimasa depan. Dalam kaitan ini, visi pada hakikatnya merupakan pencerminan komitmen-kompetensi-konsistensi. Yaitu, bahwa seorang pengusaha senantiasa setia pada komitmennya dengan melakukan kegiatankegiatan yang hanya ada kompetensinya pada pengembangan dirinya. Dengan demikian pengusaha senantiasa tampil konsisten. g. Memiliki sikap terhadap resiko yang ada: Seorang pengusaha adalah mereka yang ketika menetapkan sebuah keputusan, telah memahami secara sadar resiko yang akan ia hadapi, dalam arti resiko itu sudah dibatasi dan terukur. Kemudian dengan inovasi demi inovasi, kemungkinan munculnya resiko itu diperkecil. Maka dalam pengertian itu, inovasi merupakan usaha yang kreatif untuk memperkecil kemungkinan terjadinya resiko. Sebagaimana tertulis dalam teori Weber tentang spirit kapitalisme, masyarakat kapitalis memandang manusia terutama sebagai pekerja dan tidak peduli apapun yang menjadi pekerjaan mereka, dan inilah yang disebut dengan vocational ethics yang merupakan tingkah laku yang 14 menonjol dari spirit kapitalisme. Dalam pandangan Weber, kapitalisme merupakan tipe ideal dari sistem ekonomi modern. Weber melontarkan spirit baru dalam kapitalisme berupa sebuah etos kerja yang sistematik yang didorong oleh sebuah perilaku etis dalam menghadapi dunia. Weber menuangkan pemikirannya tentang kapitalisme itu dalam karyanya The Protestant Ethic and the spirit of capitalism (1958). Di dalamnya Weber menegaskan bahwa kapitalisme bukan produk dari faktor ekonomi tetapi juga produk dari faktor di luar ekonomi. Faktor di luar ekonomi tersebut adalah, jenis atau karakteristik pemahaman masyarakat atas agama. Karakteristik pemahaman agama kalangan Protestan menurut Weber melahirkan etika yang tidak dimiliki kelompok agama lain yang mendorong tumbuhnya semangat kapitalisme. Dalam hal ini Weber mencoba mengamati dan mencari penjelasan mengenai kelebihan yang dimiliki pemeluk Protestan. Ada data yang dijumpai Weber saat itu bahwa para pemeluk Kristen Protestan memiliki pendidikan dan etos kerja yang bisa dijadikan modal untuk memasuki dunia industri dan komersial, lebih tinggi dibanding pemeluk agama Katholik di Eropa, menurut Weber hal ini dipengaruhi oleh karakteristik intrinsic dari pemahaman keagamaan mereka. Orang-orang Katholik dinilai cenderung memilih kehidupan yang lebih tenang, tidak terlalu menganggap mendesak untuk memperoleh sesuatu. Mereka lebih cenderung untuk memilih kehidupan yang nyaman meski dengan penghasilan kecil, daripada memilih kehidupan yang penuh resiko, meski dengan begitu member peluang lebih untuk memperoleh kehormatan dan kekayaan. Bahkan kemudian muncul istilah, mana yang lebih bagus “makan enak atau tidur nyenyak”. Dalam kasus ini orang Protestan memilih untuk makan enak, sedangkan orang Katholik memilih untuk tidur nyenyak. Menurut Weber, etika Protestan mengajarkan bahwa bekerja keras merupakan calling atau panggilan suci bagi kehidupan manusia. Berlaku hemat dengan cara menggunakan hasil kerjanya tidak untuk bersenang-senang maupun untuk upacara-upacara keagamaan (Maliki, 15 2012). Dari etika mengejar uang sebanyak mungkin bukan semata untuk kehidupan spontan dan bersenang-senang, tetapi untuk dimasa yang akan datang. Kaitannya teori ini dengan konsep kewirausahaan adalah adanya etos kerja tinggi yang dicontohkan oleh Weber di dalam penganut agama Protestan yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin membuka usaha. Weber juga menerangkan bahwa bekerja bukan untuk kehidupan spontan, tetapi untuk masa yang akan datang. Sehingga di dalam diri seorang pengusaha harus memiliki tujuan atau planning masa depan. Di dalam pengembangan usaha, spirit ini sangat diperlukan oleh seorang pengusaha. Karena spirit ini mengajarkan dengan bekerja sekeras mungkin, maka hasil yang didapatkan akan lebih dari apapun. 3. Motivasi Berprestasi Selain usaha yang dijalankan, ada aspek lain yang diperlukan dalam berwirausaha, yaitu motivasi dalam menjalankan usaha tersebut. Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai hal yang menjadi tanggungjawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan. Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Menurut David McCleland, inti dari teori motivasi terletak pada pendapat yang mengatakan bahwa pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam apabila disadari bahwa setiap orang memiliki tiga jenis kebutuhan. Yaitu need for achievement (nAch), need for power (nPo), need for affiliation (nAff). 16 Need for achievement didefinisikan sebagai kebutuhan akan prestasi, dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, dan berusaha keras untuk berhasil. Kebutuhan untuk berhasil biasanya tercermin pada adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan mencapai prestasi sesuai standar yang ditetapkan. Seseorang dengan nAch yang besar adalah orang yang berusaha berbuat sesuatu, misalnya dalam penyelesaian tugas yang dipercayakan kepadanya, lebih baik dibanding dengan orang lain. Untuk itu seseorang dengan nAch yang besar biasanya berusaha menemukan situasi untuk dia dapat menunjukkan keunggulannya, seperti dalam pengambilan keputusan dan melakukan sesuatu yang dapat memberikan kepadanya umpan balik dengan segera tentang hasil yang dicapai (Siagian, 1995). Need for power didefinisikan sebagai keinginan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa (dorongan untuk mengatur). Menurut teori ini, kebutuhan akan kekuasaan menampakkan diri pada keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain. Penelitian dan pengalaman menunjukkan setiap orang ingin berpengaruh terhadap orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian dalam hal ini. Pertama, adanya seseorang yang mempunyai kebutuhan berpengaruh pada orang lain. Kedua, orang lain terhadap siapa pengaruh itu digunakan. Ketiga, persepsi ketergantungan antara seseorang dengan orang lain. Setiap kali seseorang bergantung pada orang lain untuk sesuatu hal, pengaruh orang kepada orang lain tersebut sudah berarti terpenuhinya nPo orang yang bersangkutan. Semakin besar tingkat ketergantungan orang lain pada seseorang semakin besar pula pengaruh orang tersebut pada pihak lain itu (Siagian, 1995). Need for affiliation didefinisikan sebagai keinginan untuk menjalin suatu hubungan antar personal yang ramah dan akrab. Need for affiliation merupakan kebutuhan nyata setiap manusia terlepas dari kedudukan, jabatan, dan pekerjaan. Artinya, kebutuhan tersebut bukan hanya 17 kebutuhan mereka yang menduduki jabatan manajerial. Kebutuhan akan afiliasi umumnya tercermin pada keinginan berada pada situasi yang bersahabat dalam interaksi seseorang dengan orang lain. Kebutuhan akan afiliasi biasanya diusahakan agar terpenuhi melalui kerjasama dengan orang lain. Berarti guna pencapaian kebutuhan tersebut suasana persaingan akan dihindari sejauh mungkin. Meskipun demikian tetap perlu diingat bahwa sampai sejauh mana seseorang bersedia bekerja sama dengan orang lain dalam kehidupannya tetap diwarnai oleh persepsi tentang apa yang diperoleh dari kerjasama tersebut (Siagian, 1995). Menurut McClelland, ketiga kebutuhan tersebut merupakan motivasi yang kuat dalam setiap individu. Masing-masing kebutuhan tersebut mempengaruhi seseorang, sehingga orang yang memiliki motivasi kekuasaan yang tinggi berbeda dengan orang memiliki motivasi yang rendah. 4. Dinamika Proses Pengembangan Dinamika sosial adalah penelaahan tentang perubahan-perubahan yang terjadi di dalam fakta-fakta sosial yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Dinamika sosial meliputi pembahasan tentang pengendalian sosial, mobilitas, penyimpangan, dan perubahan sosial. Semua konsep yang kita perlukan apabila kita ingin menganalisis proses-proses dinamika perubahan masyarakat dan kebudayaan meliputi sebagai berikut: a. Difusi: yaitu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dan sejarah keseluruh dunia bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok - kelompok manusia di muka bumi. 18 b. Akulturasi: yaitu proses sosial yang timbul bila bertemu suatu kebudayaan tertentu dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri. c. Inovasi atau penemuan: yaitu suatu proses pembaruan dan penggunaan sumber alam, energi, modal, dan teknologi yang menyebabkan timbul produksi yang baru. Penemuan unsur baru di masyarakat baik berupa alat baru dan ide baru disebut discovery. Discovery akan menjadi inovasi kalau masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru tersebut. d. Sosialisasi: yaitu proses seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan berinteraksi dengan segala macam individu sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang ada dalam kehidupan seharihari. e. Enkulturasi (pembudayaan): yaitu proses seorang individu dalam mempelajari dan menyesuaikan pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses enkulturasi sejak kecil sudah dimulai dalam alam pikiran warga suatu masyarakat. Mula-mula dari orangorang di dalam lingkungan keluarganya, kemudian dari teman-teman bermain. Dengan berkali-kali meniru, tindakannya menjadi suatu pola yang mantap dan norma yang mengatur tindakannya dibudayakan (Ruswanto, 2012). Dari konsep dinamika sosial yang dijabarkan di atas, akan dikaitkan dengan konsep bidang kewirausahaan. 19 a. Difusi: Masuknya saudagar Arab dan Cina ke Indonesia membawa budaya berdagang. Sehingga masyarakat yang ada di Indonesia mengenal budaya berdagang lebih baik daripada sebelumnya. b. Akulturasi: Masyarakat Indonesia dan saudagar asing (Arab dan Cina) memiliki budaya berdagang yang berbeda. Tetapi masyarakat Indonesia lambat laun dapat menerima kebudayaan berdagang asing dan dapat memadukan dengan kebudayaan yang ada. c. Inovasi: Suatu penemuan baru di dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi peluang atau ide bisnis seorang pengusaha. Yang kemudian penemuan tersebut dapat diterima di masyarakat dan menjadi sesuatu yang dicari karena berbeda. d. Sosialisasi: Lahirnya seorang anak di lingkungan keluarga yang memiliki latar belakang berwirausaha, membuat anak tersebut memiliki wawasan yang lebih tentang dunia usaha. Serta penanaman nilai-nilai tentang wirausaha dan dorongan dari keluarga untuk anak tersebut terjun ke dalam dunia usaha. Sehingga sosialisasi dianggap cukup berperan di dalam diri seorang pengusaha. e. Enkulturasi: Seseorang yang terlahir dari keluarga yang bergerak pada bidang usaha, sejak kecil sudah diberikan pemahaman oleh orang tuanya tentang adat istiadat berdagang di dalam lingkungan keluarganya. Serta penanaman nilai-nilai dan normanorma atau aturan tidak tertulis tentang berdagang ia dapatkan sejak kecil karena lingkungan yang mendukung. Sehingga pemahaman tentang berdagang menjadikan anak tersebut mengenal pola yang ada di dalam perdagangan. 20 Dinamika pengembangan usaha adalah perjalanan tentang proses pengembangan usaha yang dialami oleh seorang pengusaha. Dinamika pengembangan usaha dapat juga disebut sebagai perubahan yang terjadi di dalam pengembangan sebuah usaha yang prosesnya berlangsung secara cepat maupun lambat. Dinamika proses pengembangan usaha merupakan perjalanan yang di dalamnya terdapat latar belakang terbentuknya usaha tersebut, pasang surut usaha, sampai pada usaha tersebut dapat berkembang dan menjadi sebuah inovasi atau temuan baru. Semua yang ada di dalam dinamika proses pengembangan usaha akan digunakan sebagai sumber data. Ditetapkan empat tahapan pengusaha melakukan pengembangan usahanya. Tahapan tersebut adalah: inovasi (innovation), triggering event , implementasi (implementation), pertumbuhan atau pengembangan (growth). PERSONAL n-Achievement Internal control Ambiguity tol Risk taking Personal values Education Experience INNOVATION ENVIRONMENT Opportunities Role models Creativity PERSONAL SOSIOLOGICAL Risk taking Networks Job dissatisfaction Team Job loss Parents Education Family Age Role models Gender Commitment TRIGGERING EVENT PERSONAL ORGANIZATI Enterpreneur Team Leader Strategy Manager Structure Commitment Culture Vision Products IMPLEMENTATION ENVIRONMENT Competition Resources Incubator Government policy GROWTH ENVIRONMENT Competitors Customers Suppliers Investors Bankers Lawyers Resources Government policy 21 Bagan tersebut merupakan sebuah dinamika perjalanan dimana seorang pengusaha melakukan proses usahanya. Tahapan pertama yaitu inovasi yang kemudian mendatangkan sebuah kejadian yang membuat seorang pengusaha ingin mendirikan sebuah usaha dan merealisasikannya dengan implementasi. Kemudian dengan banyaknya pengaruh usaha itu tumbuh dan berkembang. Dinamika proses pengusaha di dalam melakukan pengembangan usahanya, pertama yang mempengaruhi sebuah inovasi di dalam sebuah usaha adalah dari diri sendiri atau personal yaitu nAch, internal control, ambiguity tol, risk taking, personal values, education, experience. Kemudian dari lingkungan sekitar yaitu opportunities (kesempatan), role models (panutan), creativity (kreativitas). Data yang ditemukan di lapangan menyebutkan bahwa inovasi dipengaruhi oleh n-Ach yang tinggi dan pendidikan atau education. Pengaruh dari lingkungan yaitu opportunities (kesempatan) dan role models (panutan), dari keempat informan sebagian besar memiliki latar belakang keluarga seorang pengusaha, sehingga terbukanya kesempatan untuk meneruskan usaha tersebut dan adanya yang mereka jadikan sebagai panutan di dalam mendirikan sebuah usaha. Dimana selain mempengaruhi inovasi, juga mempengaruhi triggering event atau kejadian yang membuat seseorang ingin melakukan sebuah usaha. Pengaruh lainnya dari diri sendiri atau personal yaitu berani mengambil resiko (risk taking), ketidak puasan terhadap pekerjaan (job dissatisfaction), kehilangan pekerjaan (job loss), pendidikan (education), umur (age), gender, komitmen. Kemudian pengaruh dari lingkungan kompetisi (competition), sumber daya (resources), incubator, dan kebijakan pemerintah (government policy). Adapun pengaruh sosiologis yaitu jaringan (network), team, orangtua, keluarga, dan panutan (role models). Data yang ditemukan di lapangan, orangtua merupakan panutan yang cukup kuat bagi mereka. Kemudian kinerja sebuah team sangat mempengaruhi berjalannya sebuah usaha. Setelah seorang pengusaha melalui tahapan triggering event, kemudian adanya implementasi atau merealisasikan rencana-rencananya. Adapun yang 22 mempengaruhi dari dalam diri sendiri yaitu jiwa pengusaha, jiwa pemimpin, jiwa manager atau dorongan untuk mengatur, berkomitmen, dan memiliki visi. Data di lapangan menunjukkan bahwa dorongan untuk mengatur orang lain di dalam diri seorang pengusaha merupakan motivasi di dalam memenuhi kebutuhannya. . Pengaruh sosiologis juga masih mempengaruhi di dalam implementasi dan pengaruh lingkungan yaitu kompetisi (competition), sumber daya (resources), incubator, dan kebijakan pemerintah (government policy). Selain itu pengaruh lingkungan yang lainnya yaitu pesaing (competitors), customer, suplier, investor, perbankan, badan hukum, sumber daya (resources), dan kebijakan pemerintah. Tahap implementasi dapat disebut juga sebagai tahapan rintisan dan pemantapan yaitu tahap awal seorang pengusaha memulai usahanya. Tahap ini dapat dikatakan sebagai salah satu tahapan yang cukup sulit. Pada tahapan ini, seorang pengusaha harus mampu melihat peluang-peluang usaha yang ada di pasar saat itu. Selain membutuhkan keberanian, kekreativitasan seseorang sangat diuji pada tahapan ini. Kegagalan dan kebosanan merupakan hal yang sering dijumpai pada tahapan ini. Sering kali pengusaha berputus asa sehingga usahanya berhenti. Tetapi ketika seorang pengusaha mampu melewati tahapan ini, maka perjalanan selanjutnya akan dirasa lebih mudah. Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika merintis sebuah usaha adalah bidang atau jenis usaha yang akan dipilih harus benar-benar dikuasai, dan tempat usaha merupakan bagian yang penting. Dalam tahapan ini pengusaha harus menentukan bentuk usaha dan jenis kepemilikannya serta mengenal lingkungan usaha yang akan mereka geluti nantinya. Apabila hal-hal di atas dapat terpenuhi, maka akan membantu seorang pengusaha untuk bertahan. Jika pengusaha sudah dapat melalui tahap rintisan, maka akan memasuki tahap pemantapan. Kesulitan pada tahapan ini berbeda dengan tahapan yang pertama. Di sini 23 pengusaha tersebut berperang dangan pilihan-pilihan yang sulit, terutama dalam mempertahankan cashflow. Bagaimana menjaga keseimbangan input dan output serta menjaga stamina dan semangat para partner dan karyawan. Dalam tahapan ini, pengusaha sudah memiliki rencana-rencana pengembangan usahanya yang nantinya akan mereka realisasikan. Mereka melakukan pemantapan rencana-rencana apa saja yang nantinya akan mereka kembangkan di dalam usahanya. Yang nantinya mereka harapkan setelah adanya pengembangan usaha, usaha dapat berjalan tanpa kehadiran pengusaha secara operasional. Sistem sudah berjalan, dan rencana selanjutnya adalah mengekspansi pasar keluar. Setelah tahapan realisasi usaha tersebut, pengusaha akan melalui tahapan terakhir yaitu pengembangan atau pertumbuhan, pengaruh dari dalam diri sendiri yaitu jiwa pengusaha, jiwa pemimpin, jiwa manager atau dorongan untuk mengatur, berkomitmen, dan memiliki visi. Sedangkan pengaruh dari kelompok atau organisasi yaitu team, strategi, struktur, budaya, produk. Pengaruh dari lingkungan yaitu pesaing (competitors), customer, suplier, investor, perbankan, badan hukum, sumber daya (resources), dan kebijakan pemerintah. Di dalam tahap pengembangan, dengan sistem yang sudah berjalan maka pengusaha atau owner kehadiran secara fisik sudah tidak lagi diperlukan di lapangan. Mereka dapat mengendalikan usahanya tanpa harus berada di lapangan. Dan mereka juga dapat mengekspansi usahanya keluar atau mereka juga dapat membuka usaha jenis baru dari hasil keuntungan pengembangan usaha yang sebelumnya. Maka pengusaha dianggap sudah dapat melakukan pengembangan usahanya ketika, semua sistem yang ada di dalam usaha tersebut sudah berjalan stabil dan terdapat perubahan dari tahap rintisan, pemantapan, dan pengembangan. 24